efisiensi dan stabilitas: studi komparasi perbankan ...€¦ · 2017-2018 : sekretaris bidang ii...
Post on 22-Jul-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EFISIENSI DAN STABILITAS: STUDI KOMPARASI
PERBANKAN SYARIAH DI ASEAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
AISYAH RAISA MEDINA
NIM. 11150850000065
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Priadi
Nama : Aisyah Raisa Medina
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 26 April 1997
Agama : Islam
Alamat Rumah : Perum. Bumi Indah Pesona (BIP) Blok D6 No 19,
Kalisuren, Tajurhalang, Bogor
Nomor Handphone : 085813314550
Email : medinaaisyah@gmail.com
Kebangsaan : Indonesia
Riwayat Pendidikan
2015-2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1)
2012-2015 : SMA Negeri 1 Parung
2009-2012 : SMP Islam Parung
2007-2009 : SD Negeri Kandang Panjang 01
2003-2007 : SD Taman Pejuang Bekasi
Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
2013-2014 : Anggota Komisi B MPK SMA Negeri 1 Parung
2017-2018 : Wakil Koordinator Divisi Humas dan Media Lingkar Studi
Ekonomi Syariah (LiSEnSi) UIN Jakarta
2017-2018 : Sekretaris Bidang II Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
Perbankan Syariah UIN Jakarta
2018-Sekarang : Anggota Divisi Kominfo Himpunan Mahasiswa Banten (HMB)
Jakarta
Kemampuan Khusus
1. Microsoft Office (Word, Excel, dan Power Point)
2. Design Grafis (CorelDRAW dan Photoshop)
3. Video Editing (AVS, Movie Maker)
4. Bahasa (English dan Indonesia)
vii
EFFICIENCY AND STABILITY: COMPARATIVE STUDY
OF ISLAMIC BANKING IN ASEAN
ABSTRACT
This study analyzes the level of efficiency and stability of Islamic Banking in
ASEAN. In addition, this study also analyzed differences in the level of efficiency
and stability of Islamic Banking in ASEAN. The study using the sample of seven
Islamic Bank in five countries in the ASEAN region in 2013-2017. The method
used to measure efficiency is Stochastic Frontier Analysis, while for stability use
the Z-Score. Tests carried out in this study were hypothesis testing with Binomial
Test and different test with Kruskal-Wallis Test. Based on the results of the study,
the average efficiency value of Islamic Banking in ASEAN as a whole is equal to
0,986503. Then based on the Binomial Test, proving that Islamic Banking in
ASEAN is efficient. Meanwhile, the average stability value of Islamic Banking in
ASEAN as a whole is worth 5.21. Then based on the Binomial Test, proving that
Islamic Banking in ASEAN is stable. Furthermore, for the Kruskal-Wallis
difference test conducted, it proves that there is no significant difference between
the level of efficiency of Islamic Banking in ASEAN, whereas for stability there
is a significant difference between the level of stability of Islamic Banking in
ASEAN.
Keywords: Efficiency, Stability, Stochastic Frontier Analysis (SFA), Z-Score,
Islamic Banking.
viii
EFISIENSI DAN STABILITAS: STUDI KOMPARASI
PERBANKAN SYARIAH DI ASEAN
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis tingkat efisiensi dan stabilitas Perbankan Syariah di
ASEAN. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis perbedaan tingkat efisiensi
dan stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN. Penelitian ini menggunakan sampel
7 Bank Syariah di lima Negara pada kawasan ASEAN pada 2013-2017. Metode
yang digunakan untuk pengukuran efisiensi adalah menggunakan Stochastic
Frontier Analysis, sedangkan untuk stabilitas menggunakan Z-Score. Pengujian
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji hipotesis dengan uji Binomial dan
uji beda dengan uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata nilai
efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN secara keseluruhan adalah sebesar
0,986503. Kemudian berdasarkan Uji Binomial, membuktikan bahwa Perbankan
Syariah di ASEAN adalah efisien. Sementara itu, rata-rata nilai stabilitas
Perbankan Syariah di ASEAN secara keseluruhan adalah senilai 5,21. Kemudian
berdasarkan Uji Binomial, membuktikan bahwa Perbankan Syariah di ASEAN
adalah stabil. Selanjutnya untuk uji beda Kruskal-Wallis yang dilakukan,
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat
efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN, sedangkan untuk stabilitas terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN.
Kata Kunci: Efisiensi, Stabilitas, Stochastic Frontier Analysis (SFA), Z-Score,
Perbankan Syariah.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Alhamdulillaahhi Robbil „Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Atas izin-Nyalah peneliti dapat menyelesaikannya.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Efisiensi dan Stabilitas: Studi Komparasi
Perbankan Syariah di ASEAN” ini peneliti ajukan untuk memenuhi persyaratan
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E). Selama proses penulisan dan
penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik
berupa doa, arahan, motivasi, bantuan serta bimbingan yang sangat berarti dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta, Ibu Ratu Ifat Fatinah dan Bapak Aris Iswadi yang telah
memberikan segala sesuatu yang berharga bagi peneliti dan selalu
memberikan doa, semangat, waktu, tenaga, dukungan moral dan materiil
yang sangat berarti bagi peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dan studi sampai saat ini.
2. Saudara-saudara tercinta, Abdul Jabbar Ridho, Jasmine Sarah Lutfiah dan
Aziz Ersyad Selamat yang selalu memberikan dukungan, semangat, bantuan,
sehingga peneliti dapat terus berusaha mendapatkan gelar sarjana.
3. Keluarga besar peneliti yang selalu memberikan dukungan agar segera
menyelesaikan studi.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang dengan sabar telah memberikan ilmu, arahan, saran, dan meluangkan
waktunya dalam proses penyelesaian penelitian skripsi ini hingga selesai.
x
6. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak dukungan dan membantu dalam pemenuhan berkas-
berkas administrasi dan persetujuan proposal penelitian.
7. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, ME., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi dari awal perkuliahan
hingga akhir masa studi.
8. Bapak Supriyono, MM., selaku pembina LSO LiSEnSi yang selalu
memberikan dorongan bagi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu dan pelajaran hidup yang berguna bagi peneliti selama perkuliahan.
10. Sahabat sekaligus teman seperjuangan peneliti, Siti Rohanah (Ana) yang
selalu ada dan menemani peneliti dalam lika-liku perkuliahan, perkomprean,
dan perskripsisan, yang selalu memberikan dorongan agar dapat segera
menyelesaikan tugas akhir ini demi mendapatkan gelar sarjana.
11. Sahabat peneliti selama berkuliah, Siti Rohanah (Ana), Shinta Fajriah, Sasa
Parera, Aliftia Maulidina Farhana yang selalu menemani peneliti dalam
suka-duka selama masa perkuliahan.
12. Nining Latifah Rahman, teman seperjuangan dan se-organisasi yang selalu
ada, menemani dan mendukung peneliti dalam setiap kegiatan.
13. Teman-teman seperjuangan kompre, Laili Naelul Muna, Anissa Abda, Ayu
Utari Ningsih, dan Siti Rohanah yang telah berjuang bersama demi
mendapatkan gelar sarjana.
14. Serta seluruh mahasiswa Perbankan Syariah Angkatan 2015 atas
kebersamaannya selama 4 tahun belajar dan berteman dengan kalian.
15. Divisi Humas dan Media LiSEnSi, yaitu Reza Andika Putra, Fathurrahman
Nasution, Rahmi Sri Intan M., Ahmad Fachri dan juga Siti Rohanah yang
telah menemani dan selalu memberikan yang terbaik selama masa
kepengurusan di LiSEnSi, bahkan sampai pada saat ini. Terima kasih telah
memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menjadi bagian dari kalian.
xi
16. LiSEnSi angkatan 2015, Nining Latifah Rahman, Rizka Yunita, Sandi
Darussalam, Nuriah Kulsum, Idham Halid, M. Nasrulloh, Alfin Aprian
Rizki yang telah memberikan banyak pembelajaran bagi peneliti, baik dari
keilmuan, kehidupan dan sosial yang sangat berarti bagi peneliti selama
berorganisasi.
17. Adik-adik Divisi Humas dan Media LiSEnSi 2019/2020, Syifa Saniyah
Nurjanah, Dita Dwi Aliyah, Fariza Dwi, Abdul Ghani, Ahmad Fachri, Ika
Rohmah Safitri, Putri Puspa A. yang selalu menghibur dan menyemangati.
18. Kepada kakak-kakak LiSEnSi, Ka Mahdya, Ka Maul, Ka Riska dan seluruh
keluarga besar Lingkar Studi Ekonomi Syariah (LiSEnSi) yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu oleh peneliti.
19. Sahabat peneliti selama di HMB Jakarta, Siti Subadriah yang selalu ada,
menemani dan mendengar keluh-kesah peneliti dalam segala hal serta
seluruh keluarga besar HMB Jakarta.
20. Adik-adik HMJ Perbankan Syariah Bidang II 2018/2019, Caca, Alviyan,
Kijar, Putri, Ridha, Sulis, Husna, Daya, Ghani dan yang lainnya.
21. Teman-teman KKN Muspaca 28, Evita, Amah, Dina, Erma, Hilal, Gebryan,
Amey, Lala, Siska, Zulfa, Nurul, Nun, Syafira, Wely, Desi, Iqbal (Mase),
dan TB yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi
peneliti selama satu bulan penuh.
22. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat peneliti
sebut satu persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Demikian skripsi ini peneliti ajukan, semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat berkontribusi bagi perkembangan industri keuangan syariah.
Atas perhatian pembaca, peneliti mengucapkan terima kasih.
Wassalamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, 12 Mei 2019
Aisyah Raisa Medina
xii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
C. Batasan Masalah ...................................................................................... 9
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 10
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................................... 10
F. Tinjauan Kajian Terdahulu ...................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 26
A. Teori Terkait Variabel Penelitian ............................................................. 26
1. Perbankan Syariah ................................................................................ 26
2. Efisiensi Perbankan ............................................................................... 33
3. Stabilitas Perbankan .............................................................................. 45
B. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 48
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian .............................. 50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 54
A. Populasi dan Sampel ................................................................................ 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 56
C. Sumber Data ............................................................................................. 56
D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 57
E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 59
F. Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 59
1. Mengukur Efisiensi dengan Stochastic Frontier Analysis (SFA) ......... 59
2. Mengukur Stabilitas (Z-Score) .............................................................. 61
xiii
3. Uji Normalitas ....................................................................................... 61
4. Uji Hipotesis ......................................................................................... 62
5. Uji Beda ................................................................................................ 63
6. Uji Post Hoc .......................................................................................... 66
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 67
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................................... 67
B. Temuan Hasil Penelitian .......................................................................... 81
1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 81
2. Hasil Analisis Efisiensi dengan SFA .................................................... 90
3. Hasil Analisis Stabilitas dengan Z-Score .............................................. 99
4. Uji Normalitas ....................................................................................... 109
5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Nonparametrik Binomial .................... 111
6. Hasil Uji Beda Nonparametrik Kruskal-Wallis .................................... 114
7. Uji Post Hoc dengan Uji Mann Whitney .............................................. 115
C. Pembahasan .............................................................................................. 119
1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN ................... 119
2. Analisis Tingkat Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN .................. 122
3. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah
di ASEAN ............................................................................................. 125
4. Analisis Perbedaan Tingkat Stabilitas Perbankan Syariah
di ASEAN ............................................................................................. 126
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 128
A. Kesimpulan .............................................................................................. 128
B. Saran......................................................................................................... 130
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 133
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 141
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Aset Keuangan Syariah Global Berdasarkan Kelompok Negara ........... 2
Tabel 1. 2 Tinjauan Kajian Terdahulu ................................................................... 12
Tabel 3. 1 Proses Pengambilan Sampel ................................................................. 55
Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian ............................................................................. 58
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah di ASEAN Periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar, kecuali ROA) ............................. 81
Tabel 4. 2 Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN dengan SFA .......................... 90
Tabel 4. 3 Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN dengan Z-Score .................. 100
Tabel 4. 4 Uji Post Hoc Stabilitas dengan Mann Whitney .................................. 117
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. 1 Pangsa Aset Keuangan Syariah Global ................................................. 1
Grafik 1. 2 Persentase Aset Perbankan Syariah Menurut Negara di Dunia ............. 3
Grafik 4. 1 Total Aset Perbankan Syariah Berdasarkan Regional
(Dalam Juta US$) ............................................................................... 68
Grafik 4. 2 Pergerakan Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................... 83
Grafik 4. 3 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................... 84
Grafik 4. 4 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di ASEAN periode 2013-
2017 (Dalam Ribu US Dollar) ............................................................ 85
Grafik 4. 5 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................... 86
Grafik 4. 6 Pergerakan Return on Asset Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................... 87
Grafik 4. 7 Pergerakan Ekuitas Perbankan Syariah di ASEAN periode 2013-2017
(Dalam Ribu US Dollar) ..................................................................... 88
Grafik 4. 8 Pergerakan Total Aset Perbankan Syariah di ASEAN periode 2013-
2017 (Dalam Ribu US Dollar) ............................................................ 89
Grafik 4. 9 Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN 2013-2017 ........................... 91
Grafik 4. 10 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Syariah Mandiri ..................................... 92
Grafik 4. 11 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Muamalat Indonesia .............................. 93
Grafik 4. 12 Nilai Efisiensi (SFA) Maybank Islamic Berhad ................................ 94
Grafik 4. 13 Nilai Efisiensi (SFA) CIMB Islamic Berhad ..................................... 95
Grafik 4. 14 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Islam Brunei Darussalam ...................... 96
Grafik 4. 15 Nilai Efisiensi (SFA) Amanah Islamic Bank Filipina ....................... 97
Grafik 4. 16 Nilai Efisiensi (SFA) Islamic Bank of Thailand ............................... 98
Grafik 4. 17 Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN 2013-2017 ...................... 101
xvi
Grafik 4. 18 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Syariah Mandiri 2013-2017 ...... 102
Grafik 4. 19 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Muamalat Indonesia 2013-2017 ... 103
Grafik 4. 20 Nilai Stabilitas (Z-Score) Maybank Islamic Berhad 2013-2017 .... 104
Grafik 4. 21 Nilai Stabilitas (Z-Score) CIMB Islamic Berhad 2013-2017 ........ 105
Grafik 4. 22 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Islam Brunei Darussalam
2013-2017 ....................................................................................... 106
Grafik 4. 23 Nilai Stabilitas (Z-Score) Amanah Islamic Bank Filipina
2013-2017 ....................................................................................... 107
Grafik 4. 24 Nilai Stabilitas (Z-Score) Islamic Bank of Thailand 2013-2017 ..... 108
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alur Operasional Bank Syariah ........................................................ 29
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 49
Gambar 4. 1 Uji Normalitas Data Efisiensi ......................................................... 110
Gambar 4. 2 Uji Normalitas Data Stabilitas ........................................................ 111
Gambar 4. 3 Hasil Uji Binomial Data Efisiensi ................................................... 112
Gambar 4. 4 Hasil Uji Binomial Data Stabilitas .................................................. 113
Gambar 4. 5 Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Efisiensi ......................................... 114
Gambar 4. 6 Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Stabilitas ........................................ 115
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data sekunder untuk Efisiensi sebelum diolah................................142
Lampiran 2: Data sekunder untuk Stabilitas sebelum diolah ...............................143
Lampiran 3: Hasil uji Post Hoc tingkat Stabilitas ................................................144
Lampiran 4: Kurs Jual untuk setiap mata uang Rupiah, Ringgit, Dolar Brunei,
Peso Filipina dan Bath Thailand terhadap
US Dollar 14 Mei 2019. ..................................................................148
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor keuangan merupakan sektor yang memiliki peran yang sangat
penting dalam sebuah perekonomian. Saat ini, keuangan syariah merupakan salah
satu yang menjadi perhatian dalam sektor keuangan dunia. Sejak awal
kemunculan bank syariah yakni Mit Ghamr Local Saving Bank pada 1963 dan
Islamic Development Bank (IDB) pada 1973 (Yaya dkk., 2014), industri
keuangan syariah di dunia menunjukkan perkembangan yang meningkat sampai
dengan saat ini. Hal ini dapat terlihat dari industri dan keuangan syariah dunia
yang menunjukkan trend positif. Menurut Global Islamic Financial Report (2017)
perkembangan ukuran perbankan dan keuangan syariah di dunia periode 2013-
2016 mengalami peningkatan dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tahun
2014 lalu.
Berkembangnya industri keuangan syariah, termasuk di dalamnya
perbankan syariah juga mengalami perkembangan positif, bahkan mendominasi di
antara sektor keuangan syariah lainnya. Perbankan syariah menjadi sektor yang
paling dominan pada 2017 lalu. Dominasi perbankan syariah ini dapat dilihat
dalam grafik berikut.
Grafik 1. 1 Pangsa Aset Keuangan Syariah Global
Sumber: Global Islamic Financial Report 2017 (data diolah)
2
Menurut grafik 1.1 sektor perbankan syariah merupakan sektor yang
dominan pada tahun 2017. Sektor perbankan menguasai pangsa aset keuangan
syariah global yaitu sebesar 75% kemudian disusul oleh sukuk yaitu sebesar 15%.
Kemudian diikuti oleh Investasi Syariah sebesar 4% lalu asuransi dan pembiayaan
mikro dengan angka yang sama yakni 1% Besarnya persentase pangsa aset
perbankan syariah pada sistem keuangan di global membuat perbankan syariah
menjadi salah satu indikator yang dinilai dapat mendukung kemajuan sektor
keuangan syariah global. Untuk itu, penelitian mengenai perbankan syariah perlu
untuk dilakukan.
Dalam perkembangan keuangan syariah dunia, Kawasan Asia Tenggara
yang tergabung dalam organisasi ASEAN (Association of Southeast Asian Nation)
yang dibentuk pada tahun 1976 (Winantyo dkk., 2008) juga ikut berkontribusi
dalam memajukan keuangan dan perbankan syariah dunia. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh Ali dan Rama (2015) bahwa kawasan Asia Tenggara saat ini
berkembang untuk menjadi pusat keuangan dan perbankan syariah dunia.
Tabel 1. 1 Aset Keuangan Syariah Global Berdasarkan Kelompok Negara
(Dalam Miliar USD)
Regional Perbankan
Syariah Sukuk
Investasi
Syariah
Kontribusi
Asuransi Total
Asia 218,6 182,7 19,8 4,4 425,5
GCC 650,8 115,2 23,4 11,7 801,1
MENA (kecuali
GCC) 540,5 16,6 0,2 8,4 565,7
Afrika (Kecuali
Afrika Selatan) 26,6 1,9 1,5 0,6 30,6
Others 56,9 2,1 11,2 - 70,2
Total 1.493,4 318,5 56,1 25,1 1.893,1
Sumber: Islamic Financial Service Industry 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat terlihat bahwa wilayah Asia termasuk di
dalamnya Asia Tenggara merupakan salah satu pemberi kontribusi terbesar
setelah negara –negara GCC dan MENA dalam keuangan syariah dunia, termasuk
3
perbankan syariah. Negara GCC menyumbang kontribusi sebesar USD 801,1
miliar untuk total aset keuangan syariah dan sebesar USD 650,8 miliar untuk
perbankan syariah. Kemudian diikuti oleh Negara MENA dengan kontribusi
sebesar USD 565,7 miliar untuk total aset keuangan syariah dan sebesar USD
540,5 miliar untuk perbankan syariah. Setelah itu, Negara Asia menyumbang
kontribusi sebesar USD 425,5 miliar dalam total aset keuangan syariah dan
sebesar USD 218,6 miliar dalam aset perbankan syariah.
Sementara itu, pada perkembangan perbankan syariah di negara ASEAN
masih terdapat kesenjangan. Kualitas perkembangan di negara-negara ASEAN
tersebut tidak sama dan terdapat perbedaan jarak yang cukup signifikan di antara
negara-negara ASEAN (Ali dan Rama, 2015). Hal ini sejalan dengan data yang
diperoleh dari IFSI berikut ini.
Grafik 1. 2 Persentase Aset Perbankan Syariah Menurut Negara di Dunia
Sumber: Islamic Financial Services Industry 2017 (data diolah)
Berdasarkan grafik 1.2 terlihat bahwa saat ini, persentase aset perbankan
syariah di dunia yang terbesar adalah negara Iran sebesar 33%. Kemudian diikuti
oleh Saudi Arabia sebesar 20,6%. Untuk negara-negara ASEAN terdapat
4
Malaysia dengan peringkat ketiga sebesar 9,3%. Kemudian Indonesia sebesar
1,6% dengan peringkat kesepuluh dan Brunei Darussalam sebesar 0,5 % dengan
posisi ketujuh belas. Dalam grafik tersebut jelas terlihat bahwa negara ASEAN
yang tidak semua negaranya memiliki penduduk dengan mayoritas muslim,
memberikan kontribusi yang cukup besar kepada perbankan syariah di dunia.
Meskipun demikian, seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa
perkembangan tersebut tidak merata di antara negara-negara di ASEAN.
Kontribusi terbesar diberikan oleh malaysia kemudian baru Indonesia, lalu Brunei
Darussalam. Menurut Ali dan Rama (2015) perbedaan yang cukup signifikan ini
terjadi karena perbedaan regulasi di negara-negara tersebut. Hal tersebut dapat
menjadi kendala untuk integrasi keuangan syariah di negara ASEAN nantinya.
Untuk itu, penelitian mengenai perbankan syariah di negara ASEAN ini perlu
untuk dilakukan.
Perbankan syariah, sebagai sektor keuangan yang mendukung
perekonomian secara global memiliki peran sebagaimana perbankan pada
umumnya yakni menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya
dalam bentuk pembiayaan dan tidak bertentangan dengan ketentuan syariah.
Ketika perbankan, sebagai bagian dalam sistem keuangan tidak dapat melakukan
fungsi intermediaries sebagai mana mestinya, maka hal tersebut dapat
menghambat sistem perekonomian secara global. Untuk itu efisiensi dan stabilitas
perbankan syariah perlu untuk diperhatikan.
Menurut Rusydiana (2018) Efisiensi sendiri sering kali didefinisikan
dengan doing the thing right atau melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini
dikaitkan dengan cara suatu perusahaan, dalam hal ini perbankan syariah untuk
mencapai tujuannya. Untuk itu, efisiensi biasanya berkaitan dengan cara
perusahaan untuk menekan biaya agar mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Hal ini sesuai dengan teori produsen yakni memaksimalkan keuntungan dengan
meminimalisasi biaya. Dalam perbankan syariah, semakin tinggi profit dan
semakin rendah biaya yang dikeluarkan maka efisiensi bank syariah akan semakin
baik.
5
Sementara itu, stabilitas perbankan merupakan keadaan di mana suatu
bank dinyatakan sehat dan tidak ada indikasi kesulitan keuangan dalam kurun
waktu tertentu. Stabilitas perbankan syariah diukur dengan profitabilitas serta
ekuitas bank syariah. Menurut Miah dan Uddin (2017) stabilitas akan tercapai jika
biaya yang dikeluarkan oleh bank syariah efisien. Stabilitas perbankan yang baik
akan menjadi pendukung untuk sistem keuangan yang baik pula.
Menjaga efisiensi dan stabilitas perbankan syariah memang perlu karena
dapat memberikan dorongan positif pada keuangan syariah secara global,
khususnya dalam lingkup kawasan ASEAN. Apalagi dengan adanya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai dari tahun 2015, persaingan dalam industri
keuangan akan semakin ketat, khususnya untuk perbankan syariah. Untuk dapat
menghadapi persaingan yang ketat dalam MEA ini, perbankan syariah di berbagai
negara di ASEAN perlu untuk melakukan evaluasi kinerja, yang salah satunya
bisa dilakukan dengan mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah. (Yulita dan
Rizal, 2016) Dengan begitu, maka hasil dari pada pengukuran efisiensi dapat
menjadi bahan evaluasi kinerja bagi pihak-pihak terkait perbankan syariah di
ASEAN untuk dapat meningkatkan kinerjanya dan dapat bersaing di kawasan
ASEAN maupun global.
Selain efisiensi perbankan syariah, stabilitas keuangan juga harus selalu
menjadi perhatian agar sistem keuangan dapat terus bertahan untuk menghindari
ataupun menghadapi terjadinya krisis. Krisis global yang terjadi pada tahun 2007-
2008 bersumber dari kredit perumahan yang berkualitas rendah di Amerika
Serikat. Pengaruh dinamika pasar di Amerika Serikat sangatlah besar bagi
perekonomian global (Prasetyantoko, 2008). Karena masalah tersebut merembet
ke perbankan AS yang menyebabkan krisis tersebut menyebar hingga ke Eropa
dan Asia, termasuk Indonesia di dalamnya. Pada saat terjadinya krisis tersebut,
penelitian yang dilakukan oleh Miah dan Uddin (2018) dan juga penelitian yang
dilakukan oleh Beck, Kunt, Merouche. (2013) mengatakan bahwa bank syariah
lebih stabil daripada bank konvensional karena tidak mengandung unsur bunga
sehingga tidak terlalu terpengaruh dengan gejolak krisis pada saat itu. Pada saat
6
inilah sektor perbankan syariah diharapkan juga mampu bertahan untuk
memajukan keuangan di ASEAN secara khusus dan global secara umum.
Beralih kepada periode saat ini, menurut Laporan Profil Industri
Perbankan (2018) pada triwulan II-2018, terdapat tekanan ekonomi global yang
diikuti dengan pertumbuhan ekonomi global yang tidak merata. Perekonomian AS
menunjukkan peningkatan sedangkan perekonomian Jepang, Eropa, dan Tiongkok
relatif melambat. Menurut Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) (2018), memasuki
tahun 2018, Federal Reserve menaikkan bunga acuan (Fed rate) pada Maret 2018.
Hal ini disebabkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang melakukan penguatan dan
aktivitas perekonomian yang tumbuh pada level moderat. Meskipun inflasi AS
masih di bawah target, namun diperkirakan akan segera stabil dalam beberapa
bulan ke depan. Kenaikan suku bunga Fed ini sudah diperkirakan, namun yang
menjadi kekhawatiran adalah jika kenaikannya terlalu agresif. Tekanan global lain
yang muncul di tahun 2018 adalah adanya sentimen pasar keuangan global yang
dipicu oleh perang dagang AS dengan China. Perang dagang ini berpotensi
memicu ketidakpastian global dan dapat meningkatkan volatilitas di pasar
keuangan. Faktor-faktor eksternal tersebut dapat menjadi tekanan bagi keuangan
secara global. Untuk itu, dilihat banyaknya tekanan dari eksternal, perbankan
syariah yang tidak berorientasi kepada bunga diharapkan dapat memiliki daya
tahan terhadap krisis, yang mana dapat diukur dengan tingkat stabilitas perbankan.
Selain itu, efisiensi juga menjadi hal yang penting bagi perbankan syariah untuk
meningkatkan kinerja perbankan syariah. Dengan demikian, bank syariah dapat
menjadi alternatif untuk menopang keuangan di ASEAN ataupun keuangan global
secara umum nantinya.
Di tengah persaingan yang ketat dan tekanan global tersebut, perbankan
syariah yang mendominasi di antara sektor keuangan syariah lainnya menjadi
perhatian, terlebih masih adanya kesenjangan perkembangan perbankan syariah di
negara-negara ASEAN. Untuk itu, efisiensi serta stabilitas perbankan syariah di
ASEAN sangat perlu untuk dikaji lebih dalam.
7
Penelitian mengenai efisiensi dan stabilitas perbankan syariah telah
dilakukan sebelumnya, namun hanya beberapa penelitian yang melakukan
pengukuran terhadap keduanya secara bersamaan seperti penelitian yang
dilakukan oleh Miah dan Uddin (2017), Beck dkk. (2013) Rusydiana (2018).
Sementara itu, penelitian lainnya umumnya hanya melakukan salah satu
pengukuran saja, efisiensi ataupun stabilitas perbankan syariah. Miah dan Uddin
(2017) dan Beck (2013) mengatakan bahwa bank syariah lebih stabil dari pada
bank konvensional, tetapi lebih rendah tingkat efisiensinya. Rusydiana (2018)
mengatakan bahwa bank syariah dengan metode VRS memiliki tingkat efisiensi
yang tinggi, begitupun stabilitas efisiensinya.
Penelitian mengenai efisiensi telah banyak dilakukan. Di antara penelitian
yang telah ada, pengukuran efisiensi biasanya dilakukan dengan menggunakan
rasio CAMEL ataupun rasio kinerja perbankan seperti BOPO dan lain sebagainya.
Pada penelitian ini, peneliti mengukur efisiensi dengan metode yang berbeda,
yaitu dengan Stochastic Frontier Analysis (SFA). Famera dan Indriani (2018)
melakukan penelitian yang mengukur efisiensi perbankan syariah dengan dual
banking system menggunakan metode SFA. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa efisiensi unit usaha syariah unggul dibandingkan bank konvensional pada
pendekatan produksi, namun nilai efisiensi unit usaha syariah rendah pada
pendekatan aset dan pendekatan intermediasi. Kemudian Yulita dan Rizal (2016)
melakukan penelitian menggunakan alat analisis yang berbeda, yaitu dengan Data
Envelopment Analysis (DEA) pada efisiensi perbankan syariah di dua negara
dalam kawasan ASEAN, yaitu Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa perbankan syariah di Indonesia lebih efisien daripada
perbankan syariah di kedua negara tersebut, namun tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
Penelitian mengenai Stabilitas Perbankan Syariah dan Perbankan
Konvensional di Indonesia telah dilakukan sebelumnya dan hasil penelitiannya
bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh Karim, dkk. (2018), Miah dan Uddin
(2017), Shahid dan Abbas (2012) dan Cihak dan Hesse (2008) mengatakan bahwa
8
bank syariah lebih stabil daripada bank konvensional, sedangkan dalam penelitian
yang dilakukan oleh Abrar, Ahmed dan Kashif (2018) dan Myirandasari (2015)
mengatakan bahwa bank konvensional lebih stabil daripada bank syariah. Selain
itu beberapa peneliti juga melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas, di antaranya penelitian mengenai pengaruh total aset
terhadap stabilitas perbankan dilakukan oleh Ali dan Puah (2018), Shahid dan
Abbas (2012) dan Cihak dan Hesse (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh antara total aset dengan stabilitas bank. Kemudian untuk
penelitian yang membahas pengaruh diversifikasi pendapatan terhadap stabilitas
bank telah dilakukan sebelumnya oleh Wibowo (2017) Shahid dan Abbas (2012)
dan Cihak dan Hesse (2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh antara diversifikasi pendapatan dengan stabilitas bank. Kemudian
penelitian mengenai pengaruh inflasi terhadap stabilitas pernah dilakukan
sebelumnya oleh Ali dan Puah (2018), Shahid dan Abbas (2012). Hasil penelitian
menunjukkan adanya pengaruh antara inflasi terhadap stabilitas bank. akan tetapi,
hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh dan Cihak dan Hesse
(2008), yang mengatakan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara inflasi
terhadap stabilitas bank. Sementara itu, untuk variabel nilai tukar juga pernah
dilakukan penelitian sebelumnya oleh Shahid dan Abbas (2012) dan Cihak dan
Hesse (2008) dan hasilnya terdapat pengaruh antara nilai tukar terhadap stabilitas
bank.
Penelitian mengenai Efisiensi dan Stabilitas: Studi Komparasi Perbankan
Syariah di ASEAN ini perlu untuk dikaji lebih mendalam. Selain karena adanya
inconsistency dari beberapa hasil penelitian terdahulu dan untuk menjelaskan
kembali fenomena yang benar-benar terjadi, penelitian ini juga perlu untuk
dilakukan, untuk melihat tingkat stabilitas dan efisiensi perbankan syariah,
mengingat potensi dan peran perbankan syariah dalam menjaga efisiensi dan
kestabilannya dapat mendukung keuangan syariah secara umum dan menjadikan
perekonomian global yang berkualitas.
9
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Efisiensi dan Stabilitas: Studi
Komparasi Perbankan Syariah di ASEAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di atas,
maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Dominasi perbankan syariah dalam industri keuangan syariah
global membuat perkembangan perbankan syariah juga
berpengaruh pada perekonomian global.
2. Tidak meratanya pertumbuhan perbankan syariah di ASEAN
membuat perlunya pengukuran stabilitas dan efisiensi sebagai
bentuk evaluasi perbankan syariah di ASEAN.
3. Adanya persaingan yang ketat sejak dimulainya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) yang membuat perbankan syariah harus
melakukan evaluasi kinerja guna meningkatkan kinerja perbankan
syariah itu sendiri yang dapat diukur dengan efisiensi.
4. Banyaknya perbankan yang mengalami kesulitan keuangan, saat
terjadinya krisis 2007-2008, sehingga stabilitas perbankan menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan.
5. Tekanan global yang membuat sektor perbankan syariah harus
menghadapi berbagai kemungkinan akibat ancaman perekonomian
global tersebut dengan memperhatikan stabilitas dan efisiensi
perbankan syariah.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari perluasan topik
yang dibahas agar penelitian yang dicapai lebih terarah. Penelitian ini
dibatasi pada:
10
1. Objek penelitian ini adalah Bank Umum Syarah (BUS) di ASEAN
meliputi empat negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Filipina.
2. Dalam menentukan stabilitas, penelitian ini menggunakan nilai Z-
Score.
3. Dalam menentukan efisiensi menggunakan nilai efisiensi
Stochastic Frontier Analysis (SFA).
4. Rentang waktu penelitian ini adalah tahun 2013-2017.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN?
2. Bagaimana tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN?
3. Apakah terdapat perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di
ASEAN?
4. Apakah terdapat perbedaan tingkat stabilitas perbankan syariah di
ASEAN?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
b. Menganalisis tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
c. Menganalisis perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di
ASEAN.
d. Menganalisis perbedaan tingkat stabilitas perbankan syariah di
ASEAN.
11
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak
adalah sebagai berikut.
a. Bagi Praktisi
1) Perbankan
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan
acuan untuk membuat keputusan ekonomi terkait
Perbankan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan informasi yang akan dijadikan sebagai bahan
evaluasi kepada pihak manajemen perbankan syariah untuk
dapat meningkatkan efisiensi perbankan syariah agar
mencapai efisiensi optimal. Kemudian, penelitian ini juga
dapat memberikan masukan kepada pihak manajemen
perbankan dalam hal menjaga stabilitas perbankan syariah.
2) Pemerintah
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
membuat kebijakan khususnya yang terkait dengan
Stabilitas Keuangan dan Perbankan.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat menjadi kontribusi institusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya stabilitas dan
efisiensi keuangan dan perbankan. Selain itu, penelitian ini juga
dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti mengenai objek penelitian dan pembuatan karya ilmiah
serta dapat mengembangkan ilmu yang di dapat selama kuliah.
12
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema
penelitian ini yang penulis cantumkan sebagai bahan pembanding adalah
sebagai berikut.
Tabel 1. 2 Tinjauan Kajian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
1. Nonick
Lhee Na
Famera,
Mirna
Indriani
(2018)
Penilaian
Efisiensi Dual
Banking System
di Indonesia
Menggunakan
Stochastic
Frontier
Analysis
Mengukur
efisiensi
menggunakan
metode
Stochastic
Frontier
Analysis
(SFA).
Variabel Input:
Simpanan,
Beban
Personalia.
Variabel
Output: Total
Pembiayaan
Tidak
mengukur
stabilitas
perbankan
syariah,
komparasi
antara dual
banking
system.
Variabel
Input: Aset.
Efisiensi unit
usaha syariah
unggul
dibandingkan
bank
konvensional
pada
pendekatan
produksi,
namun nilai
efisiensi unit
usaha syariah
rendah pada
pendekatan
aset dan
pendekatan
intermediasi.
2. Aam
Slamet
Rusydiana
Efisiensi Dan
Stabilitas Bank
Umum Syariah di
Mengukur
efisiensi bank
syariah.
Variabel Input:
Menggunakan
metode DEA,
tidak
mengukur
Rata-rata
efisiensi CRS
bank syariah
di Indonesia
13
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
(2018) Indonesia DPK, Biaya
Personalia.
Variabel
Output:
Pembiayaan
stabilitas
bank,
melainkan
mengukur
stabilitas
efisiensi,
tidak
melakukan uji
beda.
Variabel
Output:
Pendapatan
Operasional
rendah, akan
tetapi rata-
rata efisiensi
VRS-nya
tinggi.
3. Norzitah
Abdul
Karim,
Syed Musa
Syed Jafaar
Al Habshi,
Salina
Kassim,
dan Razali
Haron
(2018)
Comparative
Analysis of Bank
Stability in
Indonesia: A
Non-Parametric
Approach on
Different Banking
Models
Pengukuran
Stabilitas Bank
Syariah,
Formula
pengukuran
Z-Score
(stabilitas)
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Komparasi
stabilitas
bank syariah
dan bank
konvensional
Sampel terdiri
dari tiga
periode,
sebelum
krisis 1997,
Bank syariah
lebih stabil
daripada
bank
konvensional
selama
periode
pengamatan
1999-2005,
tidak ada
perbedaan
signifikan
antara
stabilitas
14
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
pada saat
krisis dan
setelah krisis,
tidak melihat
pengaruh,
Tidak
Melakukan
Uji Beda.
sebelum,
pada saat,
ataupun
setelah krisis.
4. Tanveer
Abrar,
Farhan
Ahmed,
Muhammad
Kashif
(2018)
Financial
Stability of
Islamic Versus
Conventional
Banks in
Pakistan
Formula
pengukuran Z-
Score
(stabilitas).
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Komparasi
Bank
Konvensional
dan Syariah,
Studi Kasus
di Pakistan
2012-2016,
tidak melihat
pengaruh
Bank
konvensional
lebih stabil
secara
finansial
daripada
bank syariah,
bank-bank
konvensional
besar lebih
stabil secara
finansial
daripada
bank-bank
Islam besar,
bank-bank
Islam kecil
kurang stabil
daripada
15
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
bank
konvensional
kecil.
5. Muhammad
Ali dan
Chin-Hong
Puah
(2018)
Does Bank Size
and Funding
Risk Effect
Bank‟s
Stability? A
Lesson from
Pakistan
Mengukur
stabilitas bank,
menggunakan
formula
pengukuran Z-
Score
(stabilitas)
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Mengetahui
pengaruh
terhadap
stabilitas,
Studi kasus di
Pakistan,
tidak
melakukan uji
beda,
sampelnya
bukan
perbankan
syariah.
Bank size
atau total aset
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
stabilitas
bank. inflasi
dan GDP
juga memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
stabilitas
bank
6. Afifa Ferhi
(2018)
Credit risk and
banking stability:
a comparative
study between
Islamic and
conventional
banks
Mengukur
stabilitas
dengan
menggunakan
formula Z-
Score yang
sama.
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Melakukan
komparasi
stabilitas
perbankan
Perbankan
konvensional
lebih stabil
daripada
perbankan
syariah
karena risiko
kreditnya
16
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
syariah dan
konvensional.
Sampel yang
digunakan
Perbankan
pada 14
Negara di
MENA
Periode
penelitian
adalah 2005-
2015.
lebih tinggi.
7. Mohammad
Dulal Miah
dan Helal
Uddin
(2017)
Efficiency and
stability: A
comparative
study between
Islamic and
conventional
banks in GCC
countries
Pengukuran
Stabilitas dan
Efisiensi Bank
Syariah,
Menggunakan
Z-Score untuk
mengukur
Stabilitas dan
metode SFA
untuk
mengukur
efisiensi.
Komparasi
antara Bank
Konvensional
dan Syariah,
Studi Kasus
GCC
Countries,
periode 2005-
2014, Tidak
melakukan uji
beda.
Dalam jangka
pendek, bank
syariah lebih
stabil
daripada
bank
konvensional
sedangkan
dalam jangka
panjang tidak
ada
perbedaan
signifikan
stabilitas,
Bank Syariah
lebih stabil
daripada
bank
17
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
konvensional
pada masa
krisis.
8. Fakarudin
Kamarudin,
Fadzlan
Sufian,
Foong Wei
Loong,
Nazratul
Aina
Mohamad
Anwar
(2017)
Assesing the
domestic and
foreign Islamic
banks efficiency:
Insight from
selected
Southeast Asian
Countries
Mengukur
efisiensi
menggunakan
technical
efisiensi,
Menggunakan
sampel bank
syariah di
ASEAN.
Variabel input:
Deposit dan
Tenaga Kerja
Variabel
Output: Total
Pembiayaan
Tidak
mengukur
stabilitas,
menggunakan
metode DEA,
tidak
melakukan uji
beda terhadap
seluruh
sampel,
melainkan
terhadap bank
domestik dan
asing, periode
penelitian
2006-2014.
Variabel
Output: Total
Investasi
Variabel
input: Modal.
Variabel
Output: Total
Investasi
perbankan
syariah di
ASEAN,
meliputi
Indonesia,
Malaysia dan
Brunei adalah
efisien. bank
domestik
lebih efisien
daripada
bank asing
9. Siti
Fatimah
Zahra,
Ascarya
dan Nurul
Huda
Stability
Measurement of
Dual Banking
System in
Indonesia:
Markov Switching
Mengukur
stabilitas
dengan
menggunakan
formula Z-
Score yang
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Melakukan
komparasi
Perbankan
Syariah lebih
stabil
daripada
perbankan
konvensional.
18
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
(2017) Approach sama.
Mengukur
stabilitas
perbankan
syariah yang
berada di
dalam
kawasan
ASEAN.
perbankan
syariah
dengan
konvensional.
Menggunakan
metode
Markov
Switching
VAR.
melakukan
pengukuran
dengan BSI
juga. Sampel
penelitian
hanya
perbankan
syariah di
Indonesia
saja.
10. Inayat
Ullah,
Umar
Kittab
Saddozai,
Iqtidar
Hussain
dan Abdur
Rehman
(2017)
Financial
Stability of
Islamic Banks; A
Case Study of
Pakistan
Mengukur
stabilitas
dengan
menggunakan
formula Z-
Score.
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Melakukan
komparasi
perbankan
syariah
dengan
konvensional
Studi kasus di
Pakistan pada
periode 2007-
2014.
Perbankan
Syariah lebih
stabil
daripada
perbankan
konvensional
di Pakistan,
akan tetapi
nilai ROA
nya lebih
kecil.
19
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
11. Ahmad
Rodoni, M.
Arskal
Salim, Euis
Amalia dan
Rezki
Syahri
Rakhmadi
(2017)
Comparing
Efficiency and
Productivity in
Islamic Banking:
Case Study in
Indonesia,
Malaysia And
Pakistan
Mengukur
efisiensi
perbankan
syariah di
negara yang
termasuk
kawasan
ASEAN yaitu
Indonesia dan
Malaysia.
Variabel Input:
DPK, Beban
Tenaga Kerja,
Aset Tetap
Variabel
Output:
Pembiayaan
Tidak
mengukur
stabilitas,
mengukur
produktivitas,
mengukur
efisiensi
menggunakan
DEA, sampel
hanya
perbankan
syariah di dua
negara di
kawasan
ASEAN
ditambah
dengan
Pakistan,
periode
penelitian
2009-2013,
Output:
Pendapatan
dan Aset
Likuid
Indonesia,
Malaysia dan
Pakistan
tidak dapat
mencapai
efisiensi
optimum
dalam lima
tahun, akan
tetapi yang
paling
mendekati
efisiensi
optimum
adalah
Pakistan,
kemudian
Malaysia dan
Indonesia.
12. Ika Yulita
dan Sofyan
Rizal
(2016)
Islamic Banking
Efficiency:
Comparative
Studies Between
Malaysia dan
Indonesia
Menganalisis
perbedaan
efisiensi
perbankan
syariah dan
melakukan uji
beda
nonparametrik.
Tidak
melakukan
pengukuran
stabilitas.
Menggunakan
metode Data
Envelopment
Analysis
Tidak
terdapat
perbedaan
yang
signifikan di
antara
efisiensi
perbankan
20
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
Variabel input:
DPK dan Aset
Tetap.
Variabel
Output:
Pembiayaan
(DEA).
Sample
perbankan
syariah di
Indonesia dan
Malaysia
pada periode
triwulan
pertama
2011-
triwulan
keempat
2014.
Variabel
Input: Biaya
Operasional.
Variabel
Output
Pendapatan
Operasional
syariah di
Indonesia
dan
Malaysia.
Akan tetapi,
score
efisiensi
perbankan
syariah di
Indonesia
lebih besar
daripada di
Malaysia.
13. Hikmah
Maulidiyah
dan Nisful
Laila
(2016)
Membandingkan
Efisiensi Bank
Syariah di
Indonesia dan
Malaysia dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis (DEA)
Mengukur
efisiensi
perbankan
syariah di
negara yang
termasuk
kawasan
ASEAN,
melakukan uji
Tidak
mengukur
stabilitas,
mengukur
efisiensi
menggunakan
DEA, sampel
dalam
penelitian
Perbankan
syariah di
Indonesia
lebih efisien
daripada
perbankan
syariah di
Malaysia,
akan tetapi
21
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
beda terhadap
dua negara
yaitu
Indonesia dan
Malaysia.
Variabel Input:
DPK, Beban
Tenaga Kerja,
Aset Tetap
Variabel
Output:
Pembiayaan
hanya
perbankan
syariah di dua
negara di
kawasan
ASEAN,
periode
penelitian
2010-2014,
Output: Laba
Operasional
tidak terdapat
perbedaan
yang
signifikan
diantara
keduanya
14. Solihin,
Noer Azam
Achsani
dan Imam
T. Saptono
(2016)
The Islamic
Banking and The
Economic
Integration in
ASEAN
Mengukur
efisiensi
perbankan
syariah di
ASEAN,
Variabel Input:
DPK, Beban
Tenaga Kerja.
Variabel
Output:
Pembiayaan
Tidak
mengukur
stabilitas,
tidak
menggunakan
sampel
perbankan
syariah di
Thailand,
melainkan di
Singapura
mengukur
efisiensi
menggunakan
DEA.
Variabel
Input: Beban
Operasional
lainnya,
Kewajiban
pada Bank
lain. Variabel
Output:
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
perbankan
syariah di
Malaysia
menunjukkan
tingkat
efisiensi yang
lebih baik
dibandingkan
dengan rata-
rata bank
syariah
ASEAN.
22
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
Penempatan
pada bank
lain, Surat
berharga yang
dimiliki
15. Akeem
Kolawole
Odeduntan,
Abideen
Adewale
dan Salisu
Hamisu
(2016)
Financial
Stability of
Islamic Banks:
Empirical
Evidence
Mengukur
stabilitias
dengan
menggunakan
formula Z-
Score yang
sama.
Mengukur
stabilitas
perbankan
syariah yang
berada di
dalam
kawasan
ASEAN.
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Melakukan
komparasi
perbankan
syariah
dengan
konvensional.
Sampel
penelitian
hanya
perbankan
syariah di
Indonesia
saja. Periode
penelitian
adalah 2008-
2012.
Perbankan
syariah di
malaysia
adalah stabil
secara
finansial.
16. Rafika
Rahmawati
(2015)
The Cost
Efficiency of
Islamic Bank in
Indonesia: A
Stochastic
Frontier
Approach and
Data
Envelopment
Menggunakan
metode SFA,
menggunakan
sampel bank
syariah.
Variabel Input:
Biaya Tenaga
Kerja.
Variabel
Tidak
mengukur
stabilitas,
sampel yang
digunakan
hanya bank
syariah di
Indonesia,
tidak
Efisiensi
perbankan
syariah di
Indonesia
tidak optimal
23
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
Analysis Output: Total
Pembiayaan
melakukan uji
beda, dan
periode
penelitian
adalah 2010-
2013.
Variabel
Input: cost of
fund.
Variabel
Output: Surat
berharga yang
dimiliki
17. Muhammad
Ali Shahid
and Zaheer
Abbas
(2012)
Financial
stability of
Islamic banking
in Pakistan: An
empirical study
Variabel total
aset,
diversifikasi
pendapatan,
inflasi, nilai
tukar
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Komparasi
Bank
Konvensional
dan Syariah,
Formula Z-
Score
berbeda,
analisis
regresi
berganda,
Tidak
Melakukan
Bank syariah
lebih stabil
daripada
bank
konvensional,
seluruh
variabel
bebas
berpengaruh
signifikan
terhadap
stabilitas
bank
24
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
Uji Beda
18. Thorsten
Beck, Asli
Demirgüç-
Kunt,
Ouarda
Merrouche
(2013)
Islamic vs.
conventional
banking: Business
model, efficiency
and stability
Pengukuran
Stabilitas dan
Efisiensi Bank
Syariah,
menggunakan
Z-Score untuk
mengukur
stabilitas
Sampel 22
Bank syariah
dan
Konvensional
di 22 Negara,
tidak
mengukur
efisiensi
dengan SFA,
Tidak
melakukan uji
beda.
Bank syariah
lebih stabil
daripada
bank
konvensional,
tetapi lebih
rendah
tingkat
efisiensinya
19. Martin
Cihak dan
Heiko
Hesse
(2008)
Islamic Banks
and Financial
Stability: An
Empirical
Analysis
Pengukuran
Stabilitas Bank
Syariah,
Metode
pengukuran
stabilitas
menggunakan
Z-Score.
Tidak
melakukan
pengukuran
efisiensi.
Melihat
pengaruh
terhadap
stabilitas.
Komparasi
Bank
Konvensional
dan Syariah,
Sampel
Bank syariah
lebih stabil
daripada
bank
konvensional,
ketiga
variabel
bebas
berpengaruh
terhadap
stabilitas
kecuali
variabel
25
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Kesimpulan
Persamaan Perbedaan
penelitian
meliputi 18
bank, Periode
1993-2004,
terdapat
variabel GDP
dan
kompetisi,
Tidak
melakukan uji
beda.
inflasi.
Sumber: diolah dari berbagai referensi
26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait Variabel Penelitian
1. Perbankan Syariah
a. Bank Syariah
Aktivitas perbankan sebenarnya telah dimulai sejak zaman
Rasulullah. Nabi Muhammad SAW. Sebelum diutus menjadi Rasul,
telah dikenal dengan gelarnya yaitu Al-Amin, yang artinya dapat
dipercaya. Kejujuran Nabi Muhammad SAW, membuat beliau
dipercaya untuk menyimpan segala macam barang titipan (deposito)
orang banyak. Selain itu, lembaga keuangan pertama didirikan oleh
umat Islam muncul setelah Nabi Muhammad wafat, yaitu pada
masa Umar Bin Khattab. Lembaga tersebut bertujuan untuk
mengatur pendistribusian harta rampasan perang dan pendapatan
negara lainnya kepada rakyat (Rodoni, 2009).
Sekilas mengenai perkembangan perbankan syariah modern
di dunia di mulai pada terbentuknya Mit Ghamr Savings Bank di
Mesir pada tahun 1963 yang dipelopori oleh seorang ekonom
bernama Dr. Ahmad El Najjar. Suksesnya Mit Ghamr Savings
Bank ini meskipun tidak menggunakan sistem bunga,
menginspirasi banyak pihak termasuk Organisasi Konferensi Islam
(OKI) yang mendirikan Islamic Development Bank (IDB) Pada
tahun 1973 dan mulai beroperasi pada tahun 1975 di Jeddah. (Yaya,
2014).
Kata bank berasal dari bahasa Italia, banque atau banca yang
berarti bangku, karena pada masa Renaissans saat itu para banker
di Florence melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang
meja penukaran (Iskandar, 2013). Bank merupakan badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
27
dalam bentuk pembiayaan ataupun investasi dengan tujuan mencari
keuntungan.
Menurut Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008, disebutkan bahwa
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Yaya (2014) bank terbagi menjadi dua, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Bank konvensional merupakan
bank yang menjalankan usahanya secara konvensional dan terdiri
atas bank umum konvensional dan Bank Pembiayaan Rakyat
(BPR). Sementara itu, bank syariah adalah bank yang menjalankan
usahanya sesuai dengan prinsip syariah, dan terdiri atas Bank
Umum Syariah (BUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS). Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang
menyediakan jasa lalu lintas pembayaran sedangkan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang tidak
menyediakan jasa lalu lintas pembayaran. Menurut Ascarya (2015)
Bank Islam atau di Indonesia biasa disebut sebagai bank syariah
adalah lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha
(investasi, jual beli atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan
pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan
usaha atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah.
Jadi, berdasarkan pengertian di atas, pengertian Bank Syariah
adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
yang menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syariah.
28
b. Tujuan, Prinsip dan Fungsi Bank Syariah
Menurut Rodoni (2009) tujuan bank syariah didirikan adalah
untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-
prinsip Islam, syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan
dan perbankan serta bisnis atau usaha terkait lainnya. Sementara itu,
prinsip-prinsip dasar yang diikuti oleh bank syariah yaitu larangan
riba dalam transaksi, kegiatan usaha dan perdagangan yang
dilakukan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah, dan
memberikan zakat. Selama praktik perbankan konvensional tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, perbankan syariah
dapat mengadosi sistem dan prosedur perbankan yang telah ada.
Akan tetapi, apabila tidak sesuai dengan prinsip syariah, maka
perbankan syariah harus merencanakan dan menerapkan alternatif
lain yan sesuai dengan prinsip syariah.
Kemudian untuk fungsi dari bank syariah meliputi empat
fungsi yaitu fungsi manajer investasi, fungsi investor, fungsi sosial
dan fungsi jasa keuangan (Yaya, 2014).
1. Fungsi Manajer Investasi
Dalam menjalankan fungsi sebagai manajer investasi,
bank harus mampu mengelola dana yang dihimpun untuk
disalurkan kepada penyaluran yang produktif sehingga
dapat menghasilkan keuntungan yang nantinya akan
dibagikan antara bank dan pemilik dana.
2. Fungsi Investor
Dalam menjalankan fungsi sebagai investor, bank
syariah harus dapat melakukan investasi pada sektor yang
dinilai produktif dan sesuai dengan prinsip syariah.
3. Fungsi Sosial
Dalam menjalankan fungsi sosial, bank syariah harus
mampu menghimpun dan menyalurkan dana Zakat, Infak,
Sadaqah dan Wakaf (ZISWAF) serta Qardhul Hasan.
29
4. Fungsi Jasa Keuangan
Dalam menjalankan fungsi jasa keuangan ini, bank
syariah menyediakan jasa-jasa keuangan kepada masyarakat
yang mekanismenya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah, di antaranya kliring, transfer, inkaso, pembayaran
gaji letter of credit, letter of guarantee, dan sebagainya.
c. Kegiatan Operasional Perbankan Syariah
Gambar 2. 1 Alur Operasional Bank Syariah
Sumber: Ascarya (2015)
Penjelasan dari gambar tersebut adalah:
1) Penghimpunan dana bank syariah, yang diperhatikan bukan
nama produknya, namun prinsip syariah yang dipergunakan.
Selain itu, bank syariah juga mempunyai sumber dana lain
yang berasal dari modal sendiri.
2) Semua penghimpunan dana atau sumber dana tersebut
dicampur menjadi satu, dalam bentuk pooling dana. Dalam
penghimpunan dana inilah bank syariah sangat berperan
sebagai manager investasi dari pemilik dana yang dihimpun.
30
3) Dana bank syariah yang dihimpun, kemudian disalurkan
dengan pola-pola penyaluran dana yang sesuai syariah.
4) Dari penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan
yaitu berupa margin, bagi hasil, atau ujroh yang merupakan
pendapatan operasi utama.
5) Lalu pendapatan operasi utama ini akan dibagikan antara
pemilik dana (nasabah) dan pengelola dana (bank syariah).
6) Selain pendapatan operasi utama, bank syariah juga
mendapat pendapatan-pendapatan lainnya yang menjadi
hak sepenuhnya bagi bank syariah, di mana pendapatan-
pendapatan tersebut tidak dibagi-hasilkan antara pemilik
dan pengelola dana (bank). Pendapatan tersebut antara lain
pendapatan yang berasal dari fee base income, fee
pembayaran payroll dan fee lain dari jasa layanan yang
diberikan oleh bank syariah.
d. Produk Bank Syariah
Menurut Baraba (2000) Produk-produk bank syariah muncul
karena didasari oleh operasionalisasi fungsi bank syariah. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bank syariah memiliki empat
fungsi dalam menjalankan operasinya, di antaranya sebagai
penerima amanah, pengelola investasi, penyedia jasa dan fungsi
sosial (Ascarya, 2015). Dari keempat fungsi operasional tersebut,
kemudian diturunkan menjadi produk-produk bank syariah, yaitu
(Ascarya, 2015):
1) Produk Pendanaan
Produk pendanaan bank syariah digunakan untuk
mobilisasi dan investasi tabungan untuk pembangunan
perekonomian dengan cara yang adil sehingga keuntungan
yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Dalam hal ini, bank
31
syariah melakukannya tidak dengan prinsip bunga (riba),
melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat
Islam, terutama wadi‟ah (titipan), qardh (pinjaman),
mudharabah (bagi hasil) dan ijarah (sewa).
Produk pendanaan bank terdiri dari Giro, Tabungan,
Deposito/Investasi, dan Sukuk. Produk-produk pendanaan ini,
dalam bank syariah menggunakan akad sebagai berikut.
a) Giro, menggunakan akad wadi‟ah atau qardh
b) Tabungan, menggunakan akad wadi‟ah, qardh, atau
mudharabah.
c) Deposito/ Investasi menggunakan akad mudharabah
d) Sukuk, menggunakan akad mudharabah, ijarah, dan lain-
lain.
2) Produk Penyaluran Dana atau Pembiayaan
Jenis-jenis pembiayaan bank syariah terdapat 3 jenis
utama, yaitu:
a) Pembiayaan Modal Kerja Syariah, adalah pembiayaan
jangka pendek yang diberikan oleh bank syariah kepada
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
usahanya dan sesuai dengan prinsip syariah (Karim, 2007)
b) Pembiayaan Investasi Syariah, adalah penanaman dana
dengan maksud memperoleh keuntungan/imbalan/manfaat
di masa yang akan datang (Karim, 2007)
c) Pembiayaan Konsumsi Syariah, adalah pembiayaan yang
diberikan untuk tujuan diluar usaha yang biasanya sifatnya
perorangan (Karim, 2007).
Selain pembiayaan tersebut terdapat dua jenis pembiayaan
lainnya, yaitu pembiayaan sindikasi dan pembiayaan take over.
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan oleh
lebih dari satu lembaga keuangan bank kepada satu objek
32
pembiayaan. Sementara itu, pembiayaan takeover adalah
pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari take over transaksi
non syariah yang telah berjalan atas permintaan nasabah.
Sedangkan menurut Al Harran dalam Ascarya (2015),
produk pembiayaan pada bank syariah dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a) Return bearing financing, yaitu pembiayaan yang bersifat
menuntungkan, di mana pemilik modal bersedia
menanggung risiko dan nasabah bersedia membagi
keuntungan.
b) Return free financing, yaitu pembiayaan yang tidak hanya
bertujuan untuk mencari keuntungan tetapi juga ditujukan
kepada pihak yang membutuhkan.
c) Charity financing, yaitu pembiayaan yang sengaja diberikan
kepada pihak-pihak yang membutuhkan sehinga tidak ada
pokok pembiayaan ataupun keuntungan yang dibagi kepada
bank.
Masih menurut Ascarya (2015), produk-produk
pembiayaan bank syariah dapat menggunakan empat pola yang
berbeda, yaitu:
a) Pola bagi hasil, untuk investasi financing, menggunakan
akad musyarakah dan mudharabah.
b) Pola jual beli, untuk trade financing, menggunakan akad
murabahah, salam, istishna.
c) Pola sewa, untuk trade financing¸menggunakan akad ijarah,
dan ijarah muntahiya bittamlik (IMBT).
d) Pola pinjaman, untuk dana talangan, menggunakan akad
qardh.
33
3) Produk Jasa Perbankan
Produk-produk jasa perbankan syariah dengan pola
lainnya pada umumnya menggunakan akad-akad tabarru‟ yang
dimaksudkan tidak untuk mencari keuntungan, tetapi
dimaksudkan sebagai fasilitas pelayanan kepada nasabah dalam
melakukan transaksi perbankan. Oleh karena itu, bank syariah
sebagai penyedia jasa hanya membebani biaya administrasi.
Jasa perbankan syariah yang bukan termasuk akad tabarru‟
adalah akad sharf yang merupakan akad pertukaran uang
dengan uang dan ujr yang merupakan bagian dari ijarah (sewa)
yang dimaksudkan untuk mendapatkan upah (ujroh atau fee).
2. Efisiensi Perbankan
a. Definisi Efisiensi
Efisiensi berasal dari bahasa latin Efficere, yang berarti
menghasilkan, mengadakan, menjanjikan. Efisiensi diartikan
dengan bagaimana cara kerja untuk mendapatkan hasil yang
sebanyak dan sebaik mungkin dengan pengorbanan yang sekecil
mungkin. (Pulungan, 2013). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Efisiensi diartikan dengan ketepatan cara (usaha,
kerja) dalam melakukan sesuatu atau kemampuan dalam
menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang
waktu, tenaga dan biaya).
Menurut Muzaroh (2012) dalam Muljawan (2014) efisiensi
adalah kemampuan suatu organisasi dalam menghasilkan output
yang maksimal dengan menggunakan sejumlah input tertentu atau
menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input
yang minimal. Sejalan dengan Muzaroh, Hidayat (2011)
mendefinisikan efisiensi sebagai rasio antara input dan output.
Suatu perusahaan dikatakan efisien ketika dapat menghasilkan
output yang lebih banyak dibandingkan dengan input yang
34
dikeluarkan atau dapat menghasilkan output tertentu dengan
menggunakan input yang lebih sedikit.
Menurut Tahir, Bakar dan Haron (2008) efisiensi diartikan
sebagai jumlah maksimal output yang dapat diproduksi dengan
jumlah input tertentu. Masih sejalan dengan Tahir, Bakar, dan
Haron, menurut Amirillah (2014) sebuah perusahaan dapat
dikatakan efisien secara teknis apabila dapat menghasilkan output
yang maksimal dengan sumber daya tertentu atau menghasilkan
output tertentu dengan sumber daya minimal. Kemudian menurut
Muharam dan Pusvitasari (2007) efisiensi adalah indikator yang
digunakan untuk mengukur seberapa baik suatu organisasi dalam
mengelola input menjadi output atau seberapa banyak jumlah
output yang dapat dihasilkan dengan menggunakan satu input.
Menurut Huri dan Susilowati (2002) efisiensi adalah perbandingan
antara jumlah output dengan jumlah input atau dapat dikatakan
dengan jumlah output yang dihasilkan dengan menggunakan satu
input.
Menurut Rose (1997) dalam Siudek (2008) efisiensi adalah
sebuah indikator yang mencerminkan kemampuan bank dalam
menjaga peningkatan pendapatan bank melebihi dari tingkat biaya
yang dikeluarkannya. Sementara itu, Jaworski (2006) dalam Siudek
(2008) mengatakan bahwa aktivitas yang efisien merupakan
aktivitas yang tidak hanya mengutamakan pada pencapaian tertentu,
tetapi juga menjamin output atau manfaat ekonomi yang tinggi
daripada input yang digunakan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
diketahui bahwa Efisiensi adalah kemampuan perusahaan, dalam
hal ini bank, dalam menghasilkan jumlah output yang maksimal
dengan jumlah input tertentu atau kemampuan perusahaan
35
menggunakan jumlah input yang minimal untuk menghasilkan
jumlah output tertentu.
b. Efisiensi dalam Islam
Menurut Ali dan Ascarya (2010), menekan biaya yang
sebesar-besarnya untuk mendapatkan keuntungan yang paling
maksimal dalam teori produsen akan berakibat pada perbuatan
zalim yang tidak bersenyawa dengan ruh Islam. Dalam Islam,
perwujudan keuntungan yang optimal dihasilkan melalui usaha
yang optimal (kerja keras) untuk menghasilkan sesuatu secara
optimal dengan tetap menjaga keseimbangan (ta‟adul) dan etika
syariah.
Menurut Affandi (2002), dalam menjalankan usahanya,
setiap muslim harus memiliki keinginan yang kuat untuk
meningkatkan efisiensi untuk meminimalisasi biaya guna kebaikan
konsumennya. Konsep efisiensi ini termasuk ke dalam salah satu
maqashid syariah yaitu terpeliharanya harta (al-maal)
(Kamaruddin, Safa dan Mohd, 2008).
Dalam kitab suci Al-Qur’an Surat Al-Israa’ (17) ayat 26-27:
ر تبذيزا بيل ول تبذ وآت ذا القزبى حقه والمسكيه وابه الس
يطان لزبه كفورا ياطيه وكان الش ريه كاووا إخوان الش إن المبذ
Artinya:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan
dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh
36
rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah
kepada mereka ucapan yang pantas.
Menurut Hamka (2007) dalam Sari dan Suprayogi (2015)
Makna kata ‘boros’ pada ayat di atas adalah berasal dari kata
tabdzir yang merupakan kata kerja (fi‟il) dari kata sifat (isim)
mubadzir yang oleh Imam Syafi’i diartikan sebagai
membelanjakan harta tidak pada jalannya. Lebih lanjut dijelaskan
oleh Mujahid bahwa walaupun seluruh harta dihabiskan untuk
jalan yang benar, maka tidak dikategorikan sebagai mubadzir.
Sebaliknya, walaupun hanya seukuran padi, tetapi digunakan untuk
hal yang tidak benar, maka hal itu disebut dengan mubadzir.
Berdasarkan konsep tersebut, maka konsep efisiensi dalam
perbankan syariah merujuk kepada pengelolaan sumber daya dan
biaya untuk hasil yang optimal agar tepat guna, hemat, wajar dan
tidak boros.
c. Efisiensi dalam Perbankan
Konsep efisiensi pertama kali diperkenankan oleh Farrel
(1957) yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan
oleh Debreu (1951) dan Koopmans (1951). Efisiensi adalah ukuran
penting dari kondisi operasional bank dan merupakan salah satu
kunci indikator sukses suatu bank, secara individual setelah
membandingkan dengan seluruh industri perbankan. Studi efisiensi
juga penting untuk mengukur potensi dampak yang muncul dari
suatu kebijakan bank sentral/pemerintah terhadap adanya
perubahan kebijakan perbankan. (Abidin dan Endri, 2009)
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), pengukuran
efisiensi operasional pada bank didasarkan pada aktivitas utama
bank sebagai lembaga keuangan yaitu memproduksi jasa
penghimpunan dana bagi depositor dan jasa penyaluran dana dalam
37
bentuk kredit pembiayaan dan atau jasa keuangan lainnya kepada
kreditor. Pengelolaan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana
ini dikatakan efisien ketika bank mampu mendapatkan laba yang
maksimal yang bisa dicapai dari kegiatan operasionalnya (Sari dan
Suprayogi, 2015).
Efisiensi perbankan dibedakan menjadi dua, yaitu terdiri atas
X-Efficiency dan Scale-Efficiency (Hidayat, 2011). X-Efficiency
ialah nisbah antara biaya minimum yang seharusnya dikeluarkan
dengan biaya yang sebenarnya (actual cost) untuk menghasilkan
sejumlah output, sedangkan scale efficiency diartikan sebagai
hubungan antara rata-rata biaya produksi dengan rata-rata jumlah
produksi perbankan. Sementara itu, Muharam dan Pusvitasari
(2007) mengatakan efisiensi dibedakan menjadi efisiensi dalam
skala (scale efficiency), efisiensi dalam cakupan (scope efficiency),
efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi alokasi
(allocative efficiency). Bank dikatakan mencapai efisiensi dalam
skala ketika mampu beroperasi dalam skala hasil yang konstan
(constant return to scale). Efisiensi cakupan tercapai ketika bank
mampu beroperasi pada diversifikasi alokasi. Efisiensi alokasi
tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output yang
memaksimalkan keuntungan. Sementara itu, efisiensi teknis pada
dasarnya menyatakan hubungan antara input dengan output dalam
suatu proses produksi. Suatu proses produksi dikatakan efisien
apabila pada penggunaan input sejumlah tertentu dapat dihasilkan
output yang maksimal, atau untuk menghasilkan output sejumlah
tertentu digunakan input yang paling minimal.
Kemudian menurut Hidayat (2014) efisiensi perbankan juga
dapat dibagi menjadi efisiensi keuntungan (profit efficiency),
efisiensi biaya (cost efficiency) dan efisiensi
pendapatan/keuntungan (revenue efficiency). Menurut Prasetyo
38
(2007) dalam Ali dan Ascarya (2010) mengatakan bahwa dalam
sudut pandang perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:
1. Technical Efficiency, yaitu efisiensi yang mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk mencapai level output yang
optimal dengan menggunakan tingkat input tertentu.
2. Allocative Efficiency, yaitu efisiensi yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan
inputnya dengan struktur harga dan teknologinya.
3. Economic Efficiency, yaitu kombinasi antara efisiensi teknikal
dan efisiensi alokatif.
d. Teknik Pengukuran Efisiensi Perbankan
Menurut Hidayat (2014) Pengukuran efisiensi dapat
dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan nisbah keuangan
Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan
merujuk pada kinerja keuangan, seperti: pengukuran Return on
Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Beban
Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO). Secara lebih
rinci, ROA merupakan nisbah antara pendapatan dengan aset.
Teknik ini untuk mengukur tingkat pendapatan bank dalam
kaitannya dengan penggunaan seluruh sumber daya yang
dimiliki oleh bank. Semakin tinggi nilai ROA, maka bank
terebut semakin efisien.
ROE merupakan nisbah antara pendapatan dengan modal
para pemegang saham. Teknik ini mengukur tingkat efisiensi
bank dalam kaitannya memperoleh keuntungan dari setiap unit
modal para pemegang saham. Semakin tinggi nilai ROE,
berarti bank tersebut semakin efisien. Kemudian, BOPO
merupakan nisbah antara biaya operasi dengan pendapatan
39
operasi. Teknik ini untuk mengukur tingkat efisiensi bank
dengan cara mengukur jumlah pendapatan (income)
dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan bank.
Semakin tingkat BOPO bermakna bank tersebut semakin
efisien. (Hidayat, 2014)
2. Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan.
Pendekatan ini semakin popular diterapkan untuk mengukur
tingkat efisiensi, karena frontier didasarkan pada perilaku
institusi, dalam hal ini bagaimana pihak institusi
memaksimalkan input ataupun dengan meminimalkan output.
Oleh karenanya, deviasi dari frontier dapat diinterpretasikan
sebagai ukuran dari efisiensi, yang merupakan standar kondisi
optimal yang mungkin dicapai. (Fauzi, 2014)
Dalam perkembangannya, pendekatan frontier ini lebih
diutamakan, karena hasil pengukurannya lebih objektif, bisa
didapatkan dari ukuran-ukuran numerik ukuran kinerja relatif,
yang bisa memasukkan banyak faktor, seperti: faktor biaya
(input), keuntungan (input), dan faktor-faktor. Dari pendekatan
frontier ini, pengukuran efisiensi terbagi menjadi dua
pendekatan yaitu pendekatan parametrik dan nonparametrik.
Pendekatan parametrik terdiri dari Stochastic Frontier
Analysis/Approach (SFA), Thick Frontier Approach (TFA),
dan Distribution Free Approach (DFA). Sementara itu
pendekatan nonparametrik terdiri dari Data Envelopment
Analysis (DEA) dan Free Disposal Hull (FDH).
e. Metode Pengukuran Efisiensi Stochastic Frontier Analysis (SFA)
Stochastic Frontier Analysis (SFA) merupakan salah satu
metode pengukuran efisiensi dengan tes statistik parametrik. SFA
40
disusun dari model eror di mana inefisiensi diasumsikan untuk
mengikuti asimetris distribusi, biasanya half normal, sementara
random eror mengikuti simetris distribusi, biasanya standard
normal (Huda dan Nasution, 2014: 47). Model analisis SFA adalah
sebagai berikut. (Famera dan Indriani, 2018)
𝐿𝑛𝑄1 = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) + 𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + 𝐸𝑛
Dengan 𝐸𝑛 = 𝑈𝑡 − 𝑉𝑡
Sehingga model SFA dapat ditulis kembali sebagai berikut:
𝐿𝑛 (𝑄1) = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) + 𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + (𝑈𝑡 − 𝑉𝑡)
Di mana:
Q1 = Kuantitas Output yaitu Total Pembiayaan
𝛽 = Vektor parameter yang tidak diketahui
P1 = Biaya Tenaga Kerja
P2 = DPK
P3 = Aset Tetap
En = Error Term
Ut = faktor acak yang dapat dikendalikan (inefisiensi)
Vt = faktor acak yang tidak dapat dikendalikan
Nilai efisiensi SFA berkisar antara 0 dan 1. Efisiensi
bernilai 1 menunjukkan efisiensi maksimum/optimum bank
syariah dalam sampel pada periode tertentu.
f. Hubungan Input dan Output dalam Efisiensi
Konsep-konsep yang digunakan dalam mendefinisikan
hubungan input output dalam tingkah laku dari institusi finansial
pada metode parametrik maupun nonparametrik adalah, (i)
Pendekatan produksi (the production approach), (ii) Pendekatan
41
intermediasi (the intermediation approach), dan (iii) Pendekatan
asset (the asset approach).
Menurut Muharam dan Pusvitasari (2007) dan Hadad dkk.
(2003) tiga pendekatan dalam mendefinisikan hubungan input dan
output dalam efisiensi tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1. Pendekatan Aset (The Assets Approach)
Pendekatan aset mencerminkan fungsi primer sebuah
lembaga keuangan sebagai pemberi pembiayaan. Dalam
pendekatan ini, output benar-benar didefinisikan ke dalam
bentuk aset.
2. Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai
produsen dari akun deposito (deposits account; dan financing
account; lalu mendefinisikan output sebagai jumlah tenaga
kerja, pengeluaran modal pada aset-aset tetap dan material
lainnya.
3. Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan
sebagai intermediator, yaitu mengubah dan mentransfer aset-
aset finansial dari unit-unit surplus menjual unit-unit defisit.
Dalam hal ini input-input institusional seperti biaya tenaga
kerja, modal dan pembayaran bagi hasil deposit, lalu dengan
output yang diukur dalam bentuk pembiayaan dan investasi
finansial (financial investment). Menurut Huda dan Nasution
(2014), pendekatan ini menggambarkan kegiatan perbankan
sebagai lembaga intermediasi yang mentransformasikan dana
dari deposan (surplus spending unit) kepada peminjam (deficit
spending unit).
42
g. Variabel Input dan Output untuk Efisiensi
1) Variabel Input
a) Biaya Tenaga Kerja
Biaya personalia atau biaya tenaga kerja merupakan
salah satu biaya/beban usaha yang menjadi tanggungan
bank (Kasmir, 2009) Menurut Kustanti dan Indriani (2016)
Biaya Tenaga Kerja adalah biaya gaji, biaya pendidikan,
dan tunjangan kesejahteraan karyawan perusahaan, dalam
hal ini bank syariah. Menurut Dendawijaya (2005) yang
termasuk ke dalam biaya tenaga kerja adalah seluruh biaya
yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya,
seperti gaji dan upah, uang lembur, perawatan kesehatan,
honorarium komisaris, bantuan untuk pegawai dalam
bentuk natura, dan pengeluaran lainnya untuk pegawai.
b) Dana Pihak Ketiga
DPK adalah kewajiban Bank kepada penduduk dan
bukan penduduk dalam rupiah dan/atau valuta asing (PBI
No. 20/4/PBI/2018). DPK adalah dana yang dihimpun oleh
bank dari masyarakat berupa giro, tabungan, dan deposito
(Prasetyoningrum, 2015). Sementara itu, menurut Ihsan
(2015) sumber dana pihak ketiga adalah sebagai berikut.
(1) Simpanan Giro, merupakan simpanan nasabah yang
memungkinkan nasabah penyimpan melakukan
penarikan dana sewaktu-waktu menggunakan fasilitas
seperti cek, bilyet giro, kartu ATM, pemindahbukuan
atau dengan menggunakan sarana perintah lainnya.
Simpanan Giro dalam bank syariah menggunakan akad
wadiah yad dhamanah, yakni akad titipan dengan pihak
yang menerima titipan (bank) dapat memanfaatkan
barang yang dititipkan.
43
(2) Simpanan Tabungan, yaitu jenis simpanan nasabah
yang memungkinkan nasabah untuk dapat mengambil
sewaktu waktu melalui teller kartu ATM, atau kartu
debet lainnya. Dalam bank syariah terdapat dua jenis
akad yang digunakan yaitu:
(a) Tabungan Wadiah, yaitu tabungan menggunakan
akad wadiah yad dhamanah, yakni penerima titipan
diberikan izin untuk menggunakan dan mengambil
manfaat dari titipan tersebut.
(b) Tabungan Mudharabah, yaitu tabungan
menggunakan akad mudharabah muthlaqah yakni
akad mudharabah yang tidak dibatasi
penggunaannya dari pihak nasabah dan nasabah
sebagai pemilik modal akan mendapatkan bagi hasil.
(3) Simpanan Deposito, yaitu jenis simpanan nasabah yang
mengandung unsur jangka waktu (jatuh tempo). Jangka
waktu deposito biasanya 1, 3, 6, dan 12 bulan. Akad
yang digunakan adalah mudharabah di mana akan
terdapat bagi hasil antara pemilik dana (nasabah) dan
pengelola dana (bank). Semakin lama jangka waktu
deposito maka tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank
juga akan semakin tinggi.
c) Aset Tetap
Aset adalah kekayaan yang dimiliki suatu perusahaan
(Rodoni, 2014). Aset terdiri dari aset lancar dan aset tetap.
Total aset bank adalah jumlah keseluruhan kekayaan yang
dimiliki oleh bank. Aktiva/aset tetap adalah aktiva
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai yang
digunakan dalam perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual. (Ihsan, 2013)
44
Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk ke
dalam aktiva tetap adalah nilai buku dari tanah, gedung,
kantor, rumah dan perabot milik bank, termasuk kantornya
di luar negeri dalam rupiah dan valuta asing. Jumlah
tersebut telah dikurangi dengan penyusutan nilai aktiva
tetap. Sementara itu, menurut Kasmir (2009) Aktiva tetap
dinyatakan berdasarkan biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan kerugian penurunan nilai,
kecuali hak atas tanah dan bangunan yang telah dinilai
kembali dengan harga pasar berdasarkan peraturan
pemerintah.
2) Variabel Output (Total Pembiayaan)
Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total pembiayaan. Menurut UU No. 21 Tahun 2008,
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
1) transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan
musyarakah;
2) transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa
beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
3) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah,
salam, dan istishna‟;
4) transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang
qardh; dan
5) transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank
Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk
45
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
3. Stabilitas Perbankan
a. Definisi Stabilitas Perbankan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), stabilitas
adalah keseimbangan atau kemantapan. Bank Indonesia
mengatakan bahwa stabilitas keuangan adalah suatu kondisi di
mana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana
dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung
pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor keuangan yang dapat
mendukung stabilitas keuangan adalah sektor perbankan, yang
merupakan sektor keuangan yang paling mendominasi saat ini di
Asia.
Menurut Abrar (2018) in the system of economic, financial
stability topic is critical and essential because financial system
delivers a springboard for furthermost of activities and operational
transaction that are operating in the real economy. Stability of
banking sector depends on large banking sector financial stability.
We cannot deny the role and participation of banking sector for the
growth of economy and its development. Financial stability is
continually drawing attention in professional ad academic
research since we have learned a lesson in global financial
meltdown and it is necessary to know that mechanism of keeping
and maintain financial stability.
Menurut Myirandasari (2015) tingkat stabilitas perbankan
dapat dicerminkan dari tingkat kesehatan bank, yang berarti bank
harus dinyatakan sehat atau tidak mengalami financial distress.
Menurut Almilia dan Kristijadi (2004) dalam Rodoni dan Ali (2014)
financial distress yaitu keadaan di mana suatu perusahaan dalam
beberapa tahun mengalami laba bersih operasi yang negatif dan
selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen.
46
Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa stabilitas
perbankan adalah keadaan di mana suatu bank dinyatakan sehat
dan tidak ada indikasi kesulitan keuangan dalam kurun waktu
tertentu. Selain itu, stabilitas perbankan juga merupakan salah satu
pendukung stabilitas ekonomi secara global.
b. Pengukuran Stabilitas Perbankan
Dalam mengukur stabilitas perbankan, telah ada beberapa
penelitian yang membahas hal tersebut. Terdapat beberapa cara
dalam mengukur stabilitas perbankan, di antaranya yang pertama,
yaitu dengan metode Altman Z-Score. Menurut Myirandasari (2014)
metode Z-Score yang dikenalkan oleh Altman ini ditentukan
dengan beberapa rasio, yaitu modal kerja terhadap total aset, laba
ditahan terhadap total aset, Laba sebelum terhadap total aset, dan
nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban. Kedua, yaitu dengan
Banking Stability Index (BSI). Menurut Zahra, Ascarya dan Huda
(2018) ada tiga indikator dalam BSI, yaitu Loan Loss Provision
(LLP) terhadap total aset, rasio total modal terhadap risiko total
aset tertimbang; atau; kecukupan modal rasio (CAR) dan
Probabilitas Return on Asset (ROA) diukur dari rasio laba setelah
pajak terhadap total aset. Cara ketiga yaitu dengan menggunakan
nilai Z-Score. Menurut Gamaginta dan Rokhim (2011) Z-Score
pertama kali digunakan secara empiris adalah pada penelitian oleh
Cihak dan Hesse (2008), akan tetapi sudah didiskusikan secara
teori pada penelitian oleh Mirakhor (1987). Z-Score juga telah
banyak digunakan untuk mengukur stabilitas oleh beberapa
penelitian terdahulu lainnya, seperti yang dilakukan Karim, dkk.
(2018); Abrar, Ahmed dan Kashif (2018); Zahra, Ascarya dan
Huda (2018); Ali dan Puah (2018); Dulal dan Miah (2018);
Odeduntan, Adewale dan Hamisu (2016) yang di hitung dengan
formula berikut ini:
47
Keterangan:
ROA : Return on Asset
: Standar Deviasi ROA
Pada penelitian ini, peneliti mengukur stabilitas
menggunakan Z-Score dengan formula yang sama dengan Karim,
dkk. (2018) dan Zahra, dkk. (2018)
c. Variabel Terkait Stabilitas
Terdapat dua variabel dalam menerangkan pengukuran
stabilitas menggunakan formula Z-Score, yaitu:
1) Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah rasio rentabilitas yang
menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan
total aset bank. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi
pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
(Ihsan, 2013: 101).
Menurut Rodoni dan Ali (2014) ROA merupakan salah
satu rasio profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Sejalan dengan Rodoni dan Ali, menurut Dendawijaya (2005)
juga mengatakan bahwa ROA merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
48
ROA = x 100 %
Dalam hal mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat
perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoretis
da perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara
teoretis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak,
sedangkan dalam sistem CAMEL (penilaian kinerja bank
dengan indikator Capital, Asset, Management, Earnings dan
Liquidity) laba yang diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
2) Equity to Total Asset (E/TA)
Menurut Kasmir (2009) Equity to Total Asset (E/TA)
merupakan formula dari primary ratio yang digunakan untuk
mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai
atau sejauh manna penurunan yang terjadi dalam total aset
masuk dapat ditutupi oleh capital equity.
Rumus perhitungan primary ratio adalah sebagai berikut.
Primary Ratio = x 100 %
Equity atau Ekuitas merupakan jumlah modal yang
dimiliki bank syariah ditambah dengan laba ditahan, sedangkan
Total aset merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh
bank syariah.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dari penelitian mengenai Efisiensi dan Stabilitas:
Studi Komparasi Perbankan Syariah di ASEAN dapat dilihat dalam
gambar berikut ini.
49
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran
Stabilitas dan Efisiensi: Studi Komparasi
Perbankan Syariah di ASEAN
Laporan Keuangan BUS di Negara ASEAN
Tahun 2013-2017
Efisiensi
(Muzaroh, 2012)
(Amirillah, 2014)
Stabilitas
(Myirandasari, 2015)
Stochastic Frontier
Analysis
Nilai Efisiensi
Z-Score
Nilai Stabilitas
Uji Normalitas
Uji Beda
Uji ANOVA
(Jika data
terdistribusi
normal)
Uji Kruskal-Wallis
(Jika data tidak
terdistribusi
normal)
Hasil Uji Beda:
1. Efisiensi 2. Stabilitas
Interpretasi Hasil & Pembahasan
One Sample t Test (Jika data
terdistribusi
normal)
Uji Binomial (Jika data tidak
terdistribusi
normal)
Uji Hipotesis
Hasil Uji Hipotesis: 1. Efisiensi
2. Stabilitas
50
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian
1. Perbankan Syariah di ASEAN Efisien
Efisiensi perbankan adalah kemampuan bank dalam
menghasilkan output yang maksimal dengan input tertentu atau
menghasilkan output tertentu dengan input minimal. Nilai efisiensi
perbankan syariah yang tinggi berarti bahwa perbankan syariah
memiliki kinerja keuangan yang baik. Dengan demikian bank syariah
dapat bersaing dengan bank konvensional dan dapat terus
berkontribusi untuk mensejahterakan rakyat. Pendekatan yang
digunakan untuk mengukur efisiensi dalam penelitian ini adalah
pendekatan intermediasi. Berger dan Humphrey (1997) mengatakan
bahwa pendekatan intermediasi merupakan pendekatan yang lebih
tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan secara umum
karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial
intermediation (Muharram & Pusvitasari, 2007). Selain itu, pendekatan
intermediasi merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan
untuk mengukur efisiensi. (Hidayat, 2014). Begitupun menurut Berger
dan Humphrey (1997) dalam Abidin dan Endri (2009) yang
mengatakan bahwa pendekatan intermediasi adalah yang paling sesuai
untuk mengevaluasi efisiensi seluruh bank. Pemilihan variabel input
dan output ini merujuk kepada penelitian yang dilakukan oleh Ferma
dan Indriani (2015) dengan sedikit mofidikasi untuk variabel input
total aset diganti dengan aset tetap seperti pada penelitian yang
dilakukan oleh Ascarya dan Yumanita (2008). Jadi, Variabel input
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya Tenaga Kerja, DPK
dan Aset Tetap dengan Total Pembiayaan sebagai variabel outputnya.
Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa perbankan
syariah di beberapa negara yang termasuk ke dalam kawasan ASEAN
adalah efisien. Solihin Achsani dan Saptono (2016) meneliti mengenai
efisiensi perbankan syariah di ASEAN menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA), hasil penelitian tersebut adalah
51
menyatakan bahwa bank syariah di ASEAN pada 2008-2013 adalah
efisien. Kamarudin dkk. (2017) yang meneliti perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014 menggunakan metode DEA,
hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Maybank Islamic Berhad,
CIMB Islamic Berhad, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Islamic Brunei Darussalam adalah Efisien.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha1 : Perbankan Syariah di ASEAN adalah efisien.
2. Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN
Stabilitas perbankan adalah keadaan atau kondisi ketika suatu
perusahaan, dalam hal ini adalah perbankan tidak mengalami indikasi
kesulitan keuangan atau financial distress. Ketika nilai stabilitas
perbankan syariah tinggi, maka berarti bahwa daya tahan perbankan
syariah juga tinggi. Tingginya daya tahan perbankan syariah dapat
membuat perbankan syariah dapat menghadapi perubahan kondisi
sistem keuangan yang terjadi, misalnya krisis keuangan. Dengan
demikian perbankan syariah akan tetap dapat membantu untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat. Stabilitas perbankan dalam penelitian
ini diukur menggunakan formula yang sama dengan penelitian
sebelumnya, seperti yang dilakukan Karim, dkk. (2018); Abrar,
Ahmed dan Kashif (2018); Zahra, Ascarya dan Huda (2018); Ali dan
Puah (2018); Dulal dan Miah (2018); Odeduntan, Adewale dan
Hamisu (2016).
Beberapa penelitian terdahulu mengatakan bahwa perbankan
syariah di beberapa negara yang termasuk ke dalam kawasan ASEAN
adalah stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Odeduntan, Adawale dan
Hamisu (2016) menyatakan bahwa bank syariah di Malaysia pada
2008-2012 adalah stabil. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh
Karim dkk. (2018) menyatakan bahwa bank syariah lebih stabil dari
52
pada bank konvensional di Indonesia, meskipun dalam penelitian ini
memang tidak melakukan perbandingan dengan bank konvensional.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha2 : Perbankan Syariah di ASEAN adalah stabil.
3. Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN
Perbedaan di antara pertumbuhan dan perkembangan perbankan
syariah di ASEAN karena ketertinggalan untuk negara minoritas
muslim di ASEAN membuat peningkatan dan evaluasi melalui
pengukuran efisiensi perlu untuk dilakukan. Apabila tidak terdapat
perbedaan yang signifikan di antara perbankan syariah di ASEAN
tersebut, maka berarti efisiensi perbankan syariah di ASEAN tidak
berbeda secara signifikan meskipun total asetnya memiliki perbedaan
yang cukup jauh.
Beberapa penelitian yang masih berkaitan dengan uji beda pada
efisiensi ini. Beberapa penelitian yang membandingkan efisiensi
perbankan syariah Indonesia da Malaysia telah dilakukan sebelumnya,
mengingat kedua negara ini yang menjadi leader dalam industri
perbankan syariah di ASEAN. Yulita dan Rizal (2017) menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi dengan
metode Data Envelopment Analysis (DEA) perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah dan Laila (2016), uji Mann
Whitney yang dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara efisiensi dengan metode DEA pada perbankan
syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-2014.
53
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha3 : Terdapat perbedaan tingkat efisiensi perbankan syariah di
ASEAN.
4. Perbedaan Tingkat Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN
Ali dan Rama (2015) yang mengatakan bahwa pertumbuhan
perbankan syariah di ASEAN masih belum merata. Hal ini membuat
adanya kemungkinan terdapat perbedaan baik untuk tingkat efisiensi
ataupun stabilitas perbankan. Stabilitas perbankan yang dimaksud
dalam hal ini terutama pada tingkat stabilitas yang dipengaruhi oleh
laba atau keuntungan yang diperoleh oleh bank syariah.
Terdapat beberapa penelitian masih berkaitan dengan stabilitas
perbankan syariah. Penelitian mengenai Stabilitas Perbankan Syariah
dan Perbankan Konvensional di Indonesia telah dilakukan sebelumnya
dan hasil penelitiannya bervariasi. Penelitian yang dilakukan oleh
Karim, dkk. (2018), Miah dan Uddin (2017), Shahid dan Abbas (2012)
dan Cihak dan Hesse (2008) mengatakan bahwa bank syariah lebih
stabil daripada bank konvensional, sedangkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Abrar, Ahmed dan Kashif (2018) dan Myirandasari
(2015) mengatakan bahwa bank konvensional lebih stabil daripada
bank syariah. Meskipun demikian, peneliti belum menemukan
penelitian yang meneliti perbedaan stabilitas perbankan syariah di
ASEAN belum dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha4 : Terdapat perbedaan tingkat stabilitas perbankan syariah di
ASEAN.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2015). Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS)
yang terdapat di negara ASEAN.
Sampel adalah sebagian elemen data yang mewakili populasi objek
penelitian dalam rangka pelaksanaan penelitian karena adanya kendala
yang dihadapi oleh peneliti, seperti biaya, waktu, tenaga, serta
heterogenitas atau homogenitas elemen populasi tersebut. Teknik
pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang menggunakan kriteria
tertentu sebagai pertimbangan oleh peneliti (Wahyuni, 2014).
Pertimbangan yang digunakan penentuan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bank Umum Syariah (BUS) yang terdapat di negara ASEAN, yaitu di
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan Filipina.
2. BUS dengan peringkat Top 2 berdasarkan Total Aset di masing-
masing negara per Desember 2017.
3. BUS di negara ASEAN yang mempublikasikan Laporan Keuangan
Tahunan di website resminya masing-masing selama periode
pengamatan.
4. Data keuangan BUS di ASEAN selama periode 2011-2017 memiliki
data yang dibutuhkan terkait variabel penelitian.
55
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka proses
pengambilan sampel dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. 1 Proses Pengambilan Sampel
No. Keterangan Jumlah Observasi
1.
Bank Umum Syariah (BUS) yang terdapat di
lima negara ASEAN, yaitu di Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan
Filipina.
13+16+2+1+1
=33 Bank Syariah
2.
BUS dengan peringkat Top 2 berdasarkan
Total Aset di setiap negara di ASEAN per
Desember 2017 8 Bank Syariah
3.
BUS di negara ASEAN yang mempublikasikan
Laporan Keuangan Tahunan di website
resminya masing-masing selama periode
pengamatan.
35 Laporan
Tahunan
(7 Bank Syariah x
5 Tahun)
4.
Data keuangan BUS di ASEAN selama periode
2013-2017 memiliki data yang dibutuhkan
terkait variabel penelitian.
35 Laporan
Dari tabel tersebut, dapat diperoleh sampel yakni data keuangan BUS
dengan Top 2 berdasarkan Total Aset yaitu sebagai berikut.
No. Nama Negara Nama Bank Umum Syariah
1 Indonesia 1. Bank Syariah Mandiri (BSM)
2. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
2. Malaysia 1. Maybank Islamic Berhad (MIB)
2. CIMB Islamic Berhad (CIMBIB)
3. Brunei Darussalam 1. Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD)
4. Filipina 1. Amanah Islamic Bank Filipina (AIBF)
5. Thailand 2. Islamic Bank of Thailand (IBT)
56
Bertdasarkan tabel tersebut, untuk Negara Indonesia dan Malaysia
masing-masing 2 BUS. Kemudian untuk Brunei Darussalam, hanya satu bank
syariah yang mempublikasikan laporan keuangan tahunannya, sedangkan
untuk di Filipina dan Thailand hanya terdapat satu bank syariah di negaranya.
Seluruhnya terdiri dari 7 Bank Syariah dengan 35 laporan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah di lima Negara
anggota ASEAN meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam,
Thailand dan Filipina. Bank syariah yang diteliti berjumlah tujuh bank
syariah dengan dua bank di negara Indonesia dan Malaysia dan satu bank
syariah di negara anggota ASEAN lainnya. Penelitian ini dilakukan dalam
kurun waktu 2013-2017.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder, karena diperoleh dari laporan keuangan tahunan masing-masing
BUS di lima negara anggota ASEAN melalui website resminya. Data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data (peneliti) akan tetapi melalui dokumen atau orang
lain (Sugiyono, 2015).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis data
yaitu dalam bentuk data panel. Menurut Sriyana (2014) data panel adalah
penggabungan antara data time series dengan data cross section. data panel
menjelaskan dua macam informasi, yaitu informasi antar unit (cross
section) dan informasi antar waktu (time series).
Menurut Suliyanto (2011), data panel memilki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan data time series ataupun cross section. beberapa di
antaranya:
1. Data panel memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi
2. Data panel lebih informatif
3. Data panel cocok untuk studi perubahan dinamis
57
4. Data panel mampu mengukur pengaruh yang tidak dapat
diobservasi dengan data time series ataupun cross section.
5. Data panel dapat mempelajari model perilaku yang lebih
kompleks
D. Instrumen Penelitian
Instrumen atau variabel yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi Z-Score (Stabilitas) dan efisiensi. Untuk pengukuran efisiensi
menggunakan tiga variabel input dan satu variabel output. Variabel input
terdiri dari Biaya Tenaga Kerja, DPK dan Aset Tetap. Sementara itu,
variabel outputnya terdiri dari total pembiayaan.
1. Efisiensi
Pengukuran Efisiensi menggunakan metode Stochastic
Frontier Analysis (SFA), pengukurannya menggunakan:
𝐿𝑛 (𝑄1) = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) + 𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + (𝑈𝑡 − 𝑉𝑡)
Dengan Pendekatan Intermediasi menggunakan variabel
input dan output sebagai berikut.
a. Variabel Input
1) Biaya Tenaga Kerja
2) Dana Pihak Ketiga (DPK)
3) Aset Tetap
b. Variabel Output yaitu Total Pembiayaan
2. Stabilitas
Stabilitas perbankan adalah keadaan di mana suatu bank
dinyatakan sehat dan tidak ada indikasi kesulitan keuangan
dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini, peneliti
mengukur stabilitas menggunakan Z-Score dengan formula yang
sama dengan Karim, dkk. (2018) dan Zahra, dkk. (2018).
58
Untuk lebih ringkasnya, instrumen yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 2 Instrumen Penelitian
Variabel Instrumen Variabel atau
Indikator Skala
Penelitian
Terdahulu
Efisiensi Stochastic Frontier Analysis
𝐿𝑛 (𝑄1) = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) +
𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + (𝑈𝑡 –
𝑉𝑡)
Rasio Famera dan
Indriani (2018)
a. Variabel
Input
1) Biaya TK Biaya Tenaga Kerja atau Biaya
Personel pada Laporan Laba
Rugi
Nominal Famera dan
Indriani (2018),
Rusydiana
(2018)
2) DPK Giro, Tabungan, Deposito pada
Laporan Neraca
Nominal Famera dan
Indriani (2018),
Rusydiana
(2018)
3) Aset
Tetap
Aset Tetap pada Laporan Neraca Nominal Yulita dan Rizal
(2016)
b. Variabel
Output
Total Pembiayaan, termasuk
pembiayaan Mudharabah dan
Musyarakah, Piutang
Murabahah, Salam, Istishna dan
Ijarah, dan Pinjaman Qardh
pada laporan neraca.
Nominal Famera dan
Indriani (2018),
Rusydiana
(2018)
Stabilitas
Nominal Karim, dkk.
(2018) dan
Zahra, dkk.
(2018)
59
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Field Research
Penelitian ini menggunakan data panel yang diperoleh dari
website resmi masing-masing bank syariah di lima negara anggota
ASEAN pada rentang waktu 2011- 2017.
2. Library Research
Penelitian ini juga menggunakan data yang diperoleh dari
beberapa literatur, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan objek penelitian dan dapat mendukung bahan
kajian penelitian.
3. Internet Research
Peneliti juga dapat menggunakan data dari internet sebagai
alternatif, karena terkadang data yang didapat dari sumber lainnya
kurang memadai atau sudah kedaluwarsa seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan.
F. Teknik Pengolahan Data
1. Mengukur Efisiensi dengan Stochastic Frontier Analysis (SFA)
Stochastic Frontier Analysis (SFA) merupakan salah satu
metode pengukuran efisiensi dengan tes statistik parametrik. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan intermediasi dengan
variabel input meliputi: Biaya Tenaga Kerja, DPK, dan Aset Tetap
dan Variabel Output yaitu Total Pembiayaan.
Model analisis SFA dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(Famera dan Indriani, 2018)
𝐿𝑛𝑄1 = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) + 𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + 𝐸𝑛
Dengan 𝐸𝑛 = 𝑈𝑡 − 𝑉𝑡
60
Sehingga model SFA dapat ditulis kembali sebagai berikut:
𝐿𝑛 (𝑄1) = 𝛽𝑜 + 𝛽1𝐿𝑛(𝑃1) + 𝛽2𝐿𝑛(𝑃2) + 𝛽3𝐿𝑛(𝑃3) + (𝑈𝑡 − 𝑉𝑡)
Di mana:
Q1 = Kuantitas Output yaitu Total Pembiayaan
𝛽 = vektor parameter yang tidak diketahui
P1 = Biaya Tenaga Kerja
P2 =DPK
P3 = Aset Tetap
En = Error Term
Ut = faktor acak yang dapat dikendalikan (Inefisiensi)
Vt = faktor acak yang tidak dapat dikendalikan
Untuk melihat kategori nilai efisiensi, dapat dilihat dalam
tabel berikut ini. (Famera dan Indriani, 2018)
Nilai Efisiensi Keterangan
0,00-0,20 Sangat Tidak Efisiensi
0,21-0,4 Tidak Efisiensi
0,41-0,6 Efisiensi
0,61-0,8 Cukup Efisiensi
0,81-1 Sangat Efisiensi
Nilai 0,00-0,40 menandakan bank syariah sangat tidak/tidak
efisien Artinya, apabila nilainya di atas 0,40 mengartikan bahwa
bank syariah efisien.
61
2. Mengukur Stabilitas (Z-Score)
Dalam menghitung atau mengukur stabilitas bank beberapa studi
penelitian melakukannya menggunakan Z-Score. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Karim, dkk. (2018) juga penelitian dilakukan oleh
Zahra, dkk. (2018) mereka menggunakan rumus sebagai berikut dalam
mengukur stabilitas perbankan:
Keterangan:
Z-Score : Stabilitas Bank
ROA : Return on Asset
: Standar Deviasi ROA
3. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal (Nurhasanah,
2016). Uju normalitas perlu untuk dilakukan untuk menentukan uji
beda yang digunakan nantinya. Jika data terdistribusi normal, maka uji
beda yang digunakan adalah Uji ANOVA sedangkan jika data tidak
terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah Uji Kruskal-
Wals.
Uji normalitas dapat dilakukan melalui uji Kolmogorov Smirnov
dan uji Shapiro-Wilk dengan melihat tingkat signifikansi. Jika nilai
signifikansi > nilai signifikansi (α = 0.05), maka H0 diterima dan data
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi < nilai
signifikansi (α = 0.05), maka Ha diterima dan data tidak terdistribusi
normal.
62
4. Uji Hipotesis
a. One Sample t-Test
One sample t test adalah uji yang digunakan untuk menguji
hipotesis dalam sebuah penelitian dalam hal ini yaitu untuk
menguji perbankan syariah di ASEAN efisien dan stabil atau tidak.
One sample t test merupakan uji statistik untuk sampel kecil. One
sample t test merupakan uji parametrik, di mana diperlukan
persyaratan tertentu untuk melakukan uji ini yaitu (Siregar, 2015):
1) Data harus terdistribusi normal
2) Sampel berjenis sampel probabilitas
3) Data berjenis interval/rasio
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut.
Jika thitung < ttabel Maka H0 diterima dan pernyataan ditolak.
Jika thitung ttabel Maka H0 ditolak dan pernyataan diterima.
Atau jika menggunakan nilai signifikansi:
Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan pernyataan ditolak.
Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan pernyataan diterima.
b. Uji Binomial
Menurut Siregar (2015) Uji Binomial merupakan uji yang
digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif, jika populasi terdiri
dari dua kelompok kelas (dua pernyataan yang saling bertolak
belakang), misalnya baik dan jelek, efisien dan tidak efisien, stabil
dan tidak stabil dan sebagainya. Uji binomial merupakan uji
nonparametrik. Uji ini digunakan sebagai alternatif apabila
persyaratan distribusi normal pada uji One Sample Z-test tidak
dapat terpenuhi.
63
Kriteria pengujian efisiensi adalah sebagai berikut.
Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan probabilitas
pernyataan pertama lebih besar daripada probabilitas pernyataan
kedua.
Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan probabilitas
pernyataan kedua lebih besar daripada probabilitas pernyataan
pertama.
Untuk pernyataan pertama adalah pernyataan positif yaitu
perbankan syariah di ASEAN efisien atau perbankan syariah di
ASEAN stabil. Kemudian untuk pernyataan kedua adalah
pernyataan yang merupakan sebaliknya yaitu perbankan syariah di
ASEAN tidak efisien atau perbankan syariah di ASEAN tidak
stabil.
5. Uji Beda
a. Uji ANOVA
Uji ANOVA atau One Way ANOVA adalah uji yang
digunakan untuk menguji rata-rata/pengaruh perlakuan dari suatu
percobaan yang menggunakan satu faktor, di mana satu faktor
tersebut memiliki tiga atau lebih kelompok. (Siregar, 2015). One
Way ANOVA merupakan pengujian hipotesis komparatif untuk
data berjenis interval/rasio, dengan k sampel (lebih dari dua sampel)
yang berkorelasi dengan satu faktor yang mempengaruhi.
Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah
(Siregar, 2015):
1. Data dari sampel berjenis interval atau rasio
2. Sampel yang akan diuji lebih dari dua populasi (sampel)
3. Sampel yang akan diuji terdistribusi norma
4. Varian setiap populasi sama.
64
Rumus perhitungan uji ANOVA menggunakan Uji F adalah
sebagai berikut.
Jika Fhitung < Ftabel Maka H0 diterima dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan di antara sampel
Jika Fhitung Ftabel Maka H0 ditolak dan terdapat perbedaan
yang signifikan di antara sampel
Atau jika menggunakan nilai signifikansi:
Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan.
b. Uji Kruskal-Wallis
Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis
komparatif antara k sampel independen untuk data yang bersifat
ordinal (Sugiyono, 2007). Menurut Siregar (2015) Uji peringkat
Kruskal-Wallis diperkenalkan oleh W.H Kruskal dan Wallis pada
1952, yang merupakan turunan dari uji Wilcoxon dengan kriteria
lebih dari dua sampel bebas. Uji ini juga merupakan perluasan dari
Uji Mann-Whitney U-Test yang hanya bisa membandingkan 2
sampel independen. Uji Kruskal-Wallis merupakan uji non
parametrik, untuk itu uji ini dilakukan sebagai alternatif apabila
data tidak terdistribusi normal.
Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah
(Siregar, 2015):
1) Data merupakan sampel acak hasil pengamatan
2) Populasi (sampel) tidak terdistribusi tertentu
3) Jumlah sampel tidak besar
65
4) Skala pengukuran yang dipakai ordinal
5) Ketiga sampel tidak saling memengaruhi
6) Variabel yang diamati yaitu variabel acak kontinu.
Rumus yang digunakan untuk pengujian adalah:
Di mana:
N = Banyak baris dan tabel
k = Banyak kolom
Rj = Jumlah ranking dalam kolom
Kriteria pengujian efisiensi adalah sebagai berikut.
Jika Hhitung > Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel
Jika Hhitung Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan di antara sampel
Atau jika menggunakan nilai signifikansi:
Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan.
66
6. Uji Post Hoc
Uji Post Hoc merupakan uji lanjutan setelah uji beda apabila
pada uji beda dihasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan di antara variabel independen. Uji ini dilakukan karena uji
beda hanya melihat apakah terdapat perbedaan di antara sampel atau
tidak, tanpa dapat mengetahui antar variabel independen mana yang
berbeda. Uji Post Hoc yang dilakukan juga sesuai dengan uji beda
yang dilakukan sebelumnya. Apabila data terdistribusi normal, maka
uji beda yang dilakukan adalah ANOVA dan uji Post Hoc nya adalah
uji Post Hoc ANOVA. Sementara itu, apabila data tidak terdistribusi
norma, maka uji beda yang dilakukan adalah uji nonparametrik
Kruskal-Willis, untuk itu uji Post Hoc yang dilakukan juga adalah uji
nonparametrik, yaitu menggunakan Mann Whitney U- Test. Mann
Whitney U-Test ini adalah uji yang digunakan pada analisis
komparatif untuk menguji dua sampel independen (Siregar, 2015).
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) adalah asosiasi
atau organisasi yang terdiri atas negara-negara di kawasan asia tenggara
yaitu di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina,
Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. (Setnas
ASEAN, 2019). Selama dua dekade terakhir sejak keuangan Asia krisis,
negara-negara Asia Tenggara telah membuat langkah positif dalam
meningkatkan efisiensi dan kesehatan lembaga keuangan mereka (MIFC,
2015). Dengan populasi gabungan lebih dari 620 juta dan ekonomi senilai
USD 2,6 triliun, Tenggara Asia diperkirakan akan menjadi wilayah
ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2020 (ICD, 2017).
Sementara itu, wilayah Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sebanyak tiga dari lima negara
dalam penelitian ini merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang
muslim. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia dan Brunei
Darussalam. Selain itu, penduduk muslim juga terdapat di negara-negara
lainnya di Asia Tenggara, meskipun tidak menjadi mayoritas di negara-
negara tersebut. Menurut Public Life Project (2011) dalam Fakhrunnas
(2017) populasi muslim di Asia Tenggara pada 2010 sudah mencapai
angka 257,7 juta penduduk. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik
bagi industri keuangan syariah untuk terus berkembang di ASEAN.
Dengan ekonomi yang meningkat, kemudian diikuti dengan peluang
populasi muslim yang jumlahnya cukup besar membuat industri keuangan
syariah di ASEAN mulai menjadi perhatian, terlebih sekarang ASEAN
menjadi salah satu kelompok negara dengan industri keuangan syariah
terbesar di dunia setelah GCC (Gulf Cooperation Countries) dan MENA
68
(Middle East and North Africa Region). Menurut ICD Thompson Reuters
(2017), wilayah Asia Tenggara dengan ASEAN di dalamnya berada pada
peringkat ketiga di dunia untuk urutan total aset bank syariah setelah GCC
dan MENA pada 2016. Total aset bank syariah di ASEAN adalah U$D
200.242 juta dengan bank syariah berjumlah 81 bank. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Grafik 4. 1 Total Aset Perbankan Syariah Berdasarkan Regional
(Dalam Juta USD)
Sumber: ICD Thompson Reuters, Annual Development Effectiveness
Report 2017, diolah peneliti
Berdasarkan Grafik 4. 1 tersebut di atas, total aset perbankan
syariah terbesar di dunia adalah pada kelompok GCC sebesar USD
795.673 juta. Urutan selanjutnya adalah MENA (Selain dari GCC) sebesar
USD 511.254 juta. Kemudian urutan ketiga adalah Asia Tenggara yang di
dalamnya termasuk ASEAN yaitu sebesar USD 200,242 Juta. Hal ini
menjadikan peluang yang baik bagi industri perbankan syariah di ASEAN.
Oleh karena itu, perkembangan terhadap industri keuangan syariah,
khususnya perbankan syariah harus terus ditingkatkan guna mencapai
perekonomian yang semakin baik di ASEAN. Untuk perkembangan
masing-masing perbankan syariah di ASEAN adalah sebagai berikut.
69
1. Indonesia
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia,
Indonesia mempunyai potensi besar menjadi pusat pengembangan
industri keuangan syariah. Dalam beberapa tahun terakhir, industri
keuangan syariah di Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang
positif. Posisi Indonesia pada industri keuangan syariah di pasar global
juga meningkat sebagai negara yang diakui di antara negara-negara
lainnya seperti negara-negara GCC, MENA dan Malaysia.
Berdasarkan laporan ICD-Thomson Reuters (2017) Indonesia
menempati posisi ke-7 dari total aset keuangan syariah dunia dengan
total aset USD 81 miliar, meningkat dari posisi sebelumnya yang
menempati posisi ke-9 pada laporan yang sama tahun sebelumnya.
Dalam 5 tahun terakhir, sektor jasa keuangan syariah Indonesia
mencatatkan perkembangan yang semakin baik. Kesadaran masyarakat
terhadap keuangan syariah pun semakin meningkat. Menurut Laporan
Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia (LPKSI) (2017) industri
keuangan syariah Indonesia tumbuh sebesar 26,97% pada tahun 2017.
Nilai aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk kapitalisasi
saham syariah) telah mencapai Rp1.133,71 triliun atau sekitar USD
83,68 miliar. Dalam industri perbankan syariah khususnya, Indonesia
yang terdiri dari 13 BUS, 21 UUS, dan 167 BPRS tercatat sebagai
salah satu dari 10 besar negara dengan aset perbankan syariah terbesar
dunia, dengan total aset perbankan syariah mencapai Rp435,02 triliun
atau USD 26 miliar pada tahun 2017. Meskipun sedikit mengalami
perlambatan dibandingkan tahun 2016, kinerja perbankan syariah yang
ditunjukkan oleh rasio keuangan utama, menunjukkan perbaikan.
Pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan yang
disalurkan juga masih terjaga. Pertumbuhan aset perbankan syariah
pada tahun 2017 berdampak kepada meningkatnya market share
perbankan syariah terhadap perbankan nasional. Market share
70
perbankan syariah tahun 2017 sebesar 5,78%, meningkat 0,45%
dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 5,34%. Hal ini juga
dipengaruhi oleh pertumbuhan perbankan nasional yang lebih lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan aset perbankan syariah. Dalam
industri perbankan syariah, terdapat 2 (dua) BUS yang memiliki aset
terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muamalat
Indonesia (BMI). Pada Desember 2017, total aset kedua BUS
mencapai Rp.149,63 triliun atau mencapai 34,39% dari total aset
perbankan syariah yang mencapai Rp. Rp435,02.-.
a. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri mulai resmi diluncurkan pada hari
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT
Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi
idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Kehadiran BSM sejak
tahun 1999, sungguh merupakan hikmah sekaligus berkah pasca
krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Setelah diketahui, krisis
ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
memunculkan bermacam-macam perbedaan negatif yang sangat
hebat di kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha.
Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional dipindahkan
oleh bank konvensional. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan
dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian besar
bank-bank di Indonesia (www.syariahmandiri.co.id).
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB)
yang disokong oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT
Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga menghadapi
krisis. BSB berusaha keluar dari tantangan tersebut dengan
melakukan merger dengan beberapa bank lain serta mengundang
investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan
71
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank
Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru
bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999.
Kebijakan penggabungan ini juga mencari dan menetapkan PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik kontribusi baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan penilaian serta membentuk Tim Pengembangan
Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok
perusahaan Bank Mandiri, sebagai respons atas diberlakukannya
UU No. 10 tahun 1998, yang memberikan peluang bank umum
untuk melakukan transaksi syariah (dual banking system). Per
Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki 737 kantor
layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000
jaringan ATM (www.syariahmandiri.co.id).
b. Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan Bank Syariah
pertama di Indonesia yang didirikan pada 1 November 1991 atau
24 Rabi’us Tsani 1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia
digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian
mendapat dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak
resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank
Muamalat Indonesia terus berinovasi dan mengeluarkan produk-
produk keuangan syariah seperti Asuransi Syariah (Asuransi
Takaful), Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK
Muamalat) dan multifinance syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance),
Shar-e, Shar-e Gold Debit Visa serta layanan e-channel seperti
internet banking, mobile banking, ATM, dan cash management.
Seluruh produk-produk tersebut menjadi pionir produk syariah di
72
Indonesia dan menjadi tonggak sejarah penting di industri
perbankan syariah (www.bankmuamalat.co.id).
Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia
mendapatkan izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai
perusahaan publik yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Pada tahun 2003, BMI melakukan Penawaran Umum
Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu
(HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan merupakan lembaga
perbankan pertama di Indonesia yang mengeluarkan Sukuk
Subordinasi Mudharabah. Hingga saat ini, Bank telah memiliki
325 kantor layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di Malaysia.
Operasional Bank juga didukung oleh jaringan layanan yang luas
berupa 710 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM Bersama
dan ATM Prima, serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia
melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS).
(www.bankmuamalat.co.id).
2. Malaysia
Malaysia merupakan salah satu negara dengan industri keuangan
yang paling maju di dunia bersama dengan Iran dan Saudi Arabia.
Perbankan syariah di Malaysia adalah yang paling maju di Asia
didukung oleh hukum dan peraturan yang kuat, lingkungan dan
infrastruktur pendukung lainnya. Untuk lebih meningkatkan perbankan
undang-undang industri, Malaysia telah memberlakukan baru UU
komprehensif, UU Jasa Keuangan Islam yang telah berlaku sejak Juni
2013. (2) Industri perbankan syariah di Malaysia telah maju secara
signifikan selama bertahun-tahun. Dari pangsa pasar 5,3% pada tahun
2000, pembiayaan syariah sekarang menyumbang 34,9% dari total
pinjaman dan pembiayaan. Bank syariah di Malaysia juga menawarkan
berbagai produk yang kompetitif dan inovatif. Pada tahun 2017, bank
syariah mencatat laba sebelum pajak yang lebih tinggi RM6,7 miliar
73
(2016: RM5,6 miliar). Ini terutama didorong oleh peningkatan
pendapatan pembiayaan bersih yang berasal dari jangka waktu
pembiayaan untuk pembelian properti. Pengembalian aset dan ekuitas
stabil masing-masing sebesar 1,1% dan 14,3% (2016: 1% dan 13,1%)
(Financial Stability and Payment Systems Report, 2017).
Selain itu, Malaysia telah menerbitkan manual pendidik tentang
standar Syariah dan persyaratan operasional. Negara itu menawarkan
sekitar 40 sertifikat dalam keuangan Islam yang berfokus pada bidang-
bidang termasuk perbankan syariah, keuangan syariah, audit syariah,
pasar modal syariah dan hukum syariah. (ICD-Thomson Reuters
Islamic Finance Development Report, 2017).
Perbankan syariah di Malaysia sendiri terdiri atas 16 Bank
Syariah, yaitu Affin Islamic Bank, Al Rajhi Islamic Bank, Allliance
Islamic Bank, AmBank Islamic Behard, Bank Islam Malaysia Berhad,
Bank Muamalat Malaysia Berhad, CIMB Islamic Berhad, HSBC
Amanah, Hong Leong Islamic Bank, Kuwait Finance House Berhad,
MBSB Bank Berhad, Maybank, OCBC Al Amin, Public Islamic Bank,
RHB Islamic Bank dan Standard Chartered Saadiq Berhad. Di antara
ke-enam belas bank tersebut, dua bank syariah dengan total aset
tertinggi di Malaysia adalah Maybank Islamic Berhad dan CIMB
Islamic Berhad.
a. Maybank Islamic Berhad
Maybank Islamic Berhad, yang merupakan anak perusahaan
dari Maybank adalah pemain perbankan syariah terbesar di
kawasan Asia Pasifik. Ini bertujuan untuk memenuhi
perkembangan yang menantang di dunia Perbankan syariah dan
tentunya akan memenuhi kebutuhan keuangan syariah dengan
berbagai produk dan layanannya. Maybank didirikan pada 31 Mei
dan mulai beroperasi di Kuala Lumpur pada 12 September.
74
Maybank merupakan singkatan dari Malayan Finance Corporation
(kemudian Maybank Finance) didirikan, perusahaan keuangan
yang sepenuhnya dimiliki bank pertama. Pada 17 Februari,
Maybank mendaftar di Bursa Efek Kuala Lumpur (Sekarang Bursa
Malaysia). Pada 1974, Maybank Islamic Berhad merupakan
Pertama yang memperkenalkan skema kredit pedesaan dan dua
tahun kemudian menjadi bank pertama yang memperkenalkan
layanan perbankan bus seluler. Tahun 1978, Pelopor dalam
komputerisasi operasi perbankan di Malaysia. Kemudian dua tahun
selanjutnya, Maybank meluncurkan kartu kredit pertamanya - kartu
Maybank Visa Classic (www.maybank2u.com.my).
Tahun 2013, Maybank adalah bank ASEAN pertama yang
mengadopsi Microsoft Windows 8 platform untuk aplikasi mobile
banking perusahaannya, Maybank2E- Uang Tunai Regional.
Maybank meluncurkan rencana terkait investasi pertamanya, Edisi
Mewah, rencana asuransi terkait investasi tertutup premium
tunggal di Malaysia untuk menawarkan kombinasi perlindungan
asuransi dan investasi untuk pasar barang mewah. Maybank JUGA
meluncurkan Maybank2u Pay, yang lainnya pertama oleh bank di
Malaysia. Pembayaran Maybank2u adalah gateway pembayaran
untuk memudahkan pembelian di toko blog, tidak hanya
menawarkan cepat dan aman transaksi, tetapi juga belanja online
yang nyaman dan dapat diandalkan pengalaman.
(www.maybank2u.com.my).
b. CIMB Islamic Berhad
CIMB Islamic Berhad adalah waralaba layanan perbankan dan
keuangan syariah global dari CIMB Group. CIMB berkantor pusat
di Kuala Lumpur, Malaysia dan menawarkan perbankan
konsumen, perbankan grosir, produk dan layanan manajemen aset
yang mematuhi prinsip-prinsip Syariah. CIMB Islamic Berhad
75
adalah bagian dari grup perbankan terbesar kelima di ASEAN,
dengan lebih dari 39.000 staf di 15 negara di ASEAN, Asia dan
sekitarnya. Hal ini memungkinkan CIMB Islamic Berhad untuk
menyediakan berbagai macam produk dan layanan kepada
pelanggan komersial, perusahaan, dan institusi di seluruh ASEAN,
Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Utara, dan pusat keuangan
internasional utama. Produk dan operasi CIMB Islamic Berhad
dikelola dengan sangat ketat dengan prinsip-prinsip Syariah di
bawah bimbingan Komite Syariah CIMB, yang terdiri dari para
cendekiawan Islam terkemuka di dunia (www.cimbislamic.com).
CIMB Islamic Bank diluncurkan oleh Tan Sri Dato 'Seri Dr Zeti
Akthar Aziz, Gubernur Bank Negara Malaysia pada 2 Juni 2003.
Kemudian pada 2005 CIMB Islamic Bank bergabung dengan
Commerce Tijari Bank pada 6 Juni 2005. Setahun kemudian,
CIMB Group memulai latihan rebranding dan CIMB Islamic
diganti merek dan meluncurkan logo baru berwarna hijau. Pada
tahun yang sama, jendela CIMB Islamic dimulai di Singapura.
Pada 2008 CIMB bermitra dengan Principal Financial Group
(PFG) untuk mendirikan usaha patungan dalam pengelolaan dana
syariah. Berbasis di Kuala Lumpur, CIMB-Principal Islamic Asset
Management adalah unit manajemen dana Syariah global PFG
yang memanfaatkan kredensial kuat CIMB Islamic Bank untuk
memanfaatkan selera institusional global yang berkembang untuk
investasi yang sesuai dengan Syariah. Di Indonesia, Niaga Syariah
dan Lippo Salam bergabung menjadi CIMB Niaga Syariah. Setelah
dua tahun, CIMB Islamic Bank memodifikasi logo CIMB Islamic
Bank yang sekarang berwarna merah. Pendapatan CIMB Islamic
menembus angka RM1 miliar untuk pertama kalinya. Pada 2013,
CIMB Islamic menutup tahun sebagai bank syariah terbesar kedua
di ASEAN dengan aset (www.cimbislamic.com).
76
3. Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei Darussalam)
Brunei merupakan salah satu negara mayoritas muslim lainnya
di ASEAN memiliki pasar aset perbankan syariah US $ 6,3 miliar
(World Bank Group, 2017). Dari total bank di Brunei Darussalam,
Bank Islam Brunei (BIB) dan Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB)
adalah satu-satunya bank yang menawarkan layanan perbankan syariah.
Pada awal 1990-an fasilitas perbankan syariah baru tersedia. Bank
Islam pertama muncul dengan pelantikan TAIB pada tahun 1992.
Pembentukan awal TAIB adalah sebagai dana perwalian yang Fungsi
utamanya adalah menyediakan fasilitas bagi umat Islam untuk
berziarah Mekah. Bank Islam kedua, BIB, didirikan pada tahun 1993
untuk menyediakan Muslim dengan fasilitas perbankan syariah
terutama dalam perdagangan dan komersial keuangan. Pada 1992 dan
1997, setoran nasabah BIB telah tumbuh luar biasa dari sekitar BND
386 juta hingga sekitar BND782 juta. (Ebrahim dan Joo, 2001).
Saat ini, BIBD merupakan bank terbesar Brunei dan lembaga
keuangan syariah unggulan, dibentuk pada 2005 melalui
penggabungan Bank Islam Brunei dan Bank Pembangunan Islam
Brunei. Ini adalah lembaga keuangan yang diakui secara internasional
yang diatur oleh praktik terbaik global di bawah bimbingan tim
manajemen yang berpengalaman. BIBD berkomitmen untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dari semua lapisan masyarakat
melalui inovasi layanan, produk dan teknologi yang berkelanjutan.
Sebagai bank Islam andalan Brunei dan penyedia layanan keuangan
terbesar, dengan sekitar 900 karyawan dan aset senilai B $ 9,5 miliar
yang dikelola, BIBD melayani lebih dari 200.000 pelanggan, yang
meliputi klien ritel, perusahaan, dan internasional. Berkantor pusat di
Bandar Seri Begawan, BIBD memiliki enam belas cabang di lokasi
strategis di empat distrik Brunei dan jaringan ATM terbesar di negara
ini, melayani lebih dari seperempat populasi Brunei. Berkat kehadiran
77
BIBD di seluruh negeri, BIBD memiliki pusat kontak terbesar di
Brunei bersama dengan kemampuan solusi seperti internet dan mobile
banking (www.bibd.com.bn).
4. Filipina (Amanah Islamic Bank Filipina)
Keuangan syariah menjadi salah satu prioritas negara Filipina
dalam Rencana Pembangunan Filipina 2011-2016. Minat dalam
mengembangkan keuangan syariah di Filipina ditunjukkan dalam
beberapa tahun terakhir oleh Pemerintah, legislator dan sektor swasta
didorong oleh empat faktor utama. Faktor pertama adalah keinginan
untuk menjawab kebutuhan populasi Muslim Filipina. Faktor kedua
adalah integrasi ASEAN. Sebagai anggota ASEAN dan tetangga
Indonesia dan Malaysia, Filipina berupaya memperluas hubungan
ekonomi dengan negara-negara tetangga dan melihat pasar Halal
regional dan global dan pembiayaan terkait sebagai hal yang penting
komponen strategi integrasi ASEAN-nya. Faktor ketiga adalah peluang
untuk memanfaatkan keuangan internasional pasar untuk mobilisasi
sumber daya dan diversifikasi investasi melalui pasar Sukuk dan
ekuitas. Dan yang keempat adalah kebutuhan untuk menemukan solusi
bagi Bank Al Amanah - bank syariah yang terdapat catatan kinerja
yang buruk. (Mylenko dan Iqbal, 2017)
Pada tahun 1972, Keputusan Presiden No. 264 menciptakan
Bank Islam Amanah dengan kapitalisasi awal 50 Juta peso.
Dimaksudkan untuk menjadi bank pembangunan, ia menginvestasikan
75% dari total dana pinjamannya untuk menyediakan, antara lain,
fasilitas kredit jangka menengah dan panjang yang wajar untuk
masyarakat provinsi yang didominasi Muslim di Cotabato, Cotabato
Selatan, Lanao del Sur, Lanao del Norte, Sulu, Basilan, Zamboanga del
Norte, Zamboanga del Sur dan Palawan. Pada tahun 1974, Keputusan
Presiden No. 542 mengulangi arahan Bank untuk mengadopsi "prinsip
tanpa bunga" dalam prinsip perbankan dan kemitraan Islam. Namun,
78
kurangnya pengakuan dan dukungan perbankan syariah di Negara
tersebut membuat Bank kurang kompetitif dalam perbankan
konvensional yang dominan di Negara tersebut. Pada tahun 1990,
Bank menjadi Bank Universal melalui berlakunya Undang-Undang
Republik No. 6848, atau dikenal sebagai Piagam Bank Investasi Islam
Al-Amanah Filipina, dengan modal saham resmi 1 miliar peso yang
terdiri dari 10 juta saham biasa. Tujuan utamanya adalah untuk
berpartisipasi dalam pengembangan sosial-ekonomi Daerah Otonomi
Muslim Mindanao dengan mempromosikan dan memanfaatkan
perbankan syariah, pembiayaan dan investasi dalam usaha pertanian,
komersial dan industri di Daerah Otonomi Muslim Mindanao. Pada
tahun 2008, Bank Investasi Islam Al-Amanah Filipina menjadi anak
perusahaan dari Bank Pembangunan Filipina, yang memiliki 99,9%
dari modal sahamnya, yang memperkenalkan logo dan nama tag saat
ini. "Bank Islam Amanah" (www.amanahbank.gov.ph).
Populasi Muslim saat ini di Filipina mencapai 5-11% 3 dari total
populasi sekitar 100 juta. Sekitar 60 persen Muslim tinggal di
Mindanao dan pulau-pulau terdekat. Otonomi Wilayah di Muslim
Mindanao, dengan populasi 3,3 juta, adalah wilayah mayoritas Muslim.
Meskipun, Filipina adalah salah satu negara paling awal yang
memperkenalkan lembaga perbankan syariah yakni tahun 1973, namun
tidak ada infrastruktur pendukung yang dikembangkan sejak saat itu.
(Mylenko dan Iqbal, 2017). Oleh karena itu, sebuah pembaharuan
dalam keuangan syariah sangat dibutuhkan di negara ini.
5. Thailand (Islamic Bank of Thailand)
Bagi negara-negara mayoritas Islam seperti Malaysia, Indonesia
dan Timur Tengah, keuangan syariah dilihat sebagai sesuatu yang
umum, namun ini baru untuk negara yang bukan mayoritas Islam.
Arab Saudi adalah pemain perbankan syariah terbesar di dunia dalam
hal volume dana dan memiliki lembaga keuangan syariah terbesar di
79
dunia. Sementara itu, pasar modal Islam Malaysia telah melampaui
RM 1 triliun (US $ 327 miliar) dan menyebarkan pengaruhnya di
seluruh wilayah Asia Tenggara termasuk Thailand (Pooprasert dan
Chaiyasri, 2012). Di Thailand dan di mana sebagian besar negara di
mana umat Islam adalah minoritas, keuangan syariah mungkin
kedengarannya tidak begitu akrab. Secara umum, ketika orang
Thailand memandang dunia Islam, mereka belum terlalu
memperhatikan sektor keuangannya.
Gagasan mendirikan Bank Islam di Thailand muncul dari
kebutuhan populasi Muslim akan layanan keuangan yang mematuhi
prinsip Syariah, terutama yang berada di tiga provinsi selatan negara
itu (Narathiwat, Pattani dan Yala). Pada tahun 1998 pemerintah
mendorong pengembangan sistem perbankan syariah untuk
memfasilitasi Muslim Thailand dalam melakukan transaksi perbankan
sesuai dengan prinsip syariah. Karena pemerintah bermaksud untuk
mendirikan Bank Islam di bawah yurisdiksi pemerintah dengan
perangkat hukumnya sendiri, Departemen Keuangan kemudian
ditugaskan untuk merancang “The Islamic Bank of Thailand Act”,
yang kemudian disetujui oleh parlemen pada Oktober 2002. Islamic
Bank of Thailand didirikan di bawah Islamic Bank of Thailand Act
2002 dan diatur oleh Departemen Keuangan. Bank mulai beroperasi
pada Juni 2003 dengan modal disetor 1 miliar Baht dan memiliki
kantor pusat, yang juga merupakan cabang pertama, di Klongton. Bank
terus membuka cabang terutama di Bangkok dan provinsi Selatan dan
memiliki total 9 cabang pada akhir 2005. Perluasan bisnis Bank
berlanjut melalui akuisisi Layanan Perbankan Syariah dari Krung Thai
Bank PCL pada November 2005 di bawah kebijakan pemerintah. Ini
meningkatkan jumlah cabang dari 18 menjadi 27. Pada Agustus 2005,
Bank memindahkan kantor pusatnya dari Klongton ke area bisnis
utama, Asoke, untuk memfasilitasi pertumbuhan bisnis dan
meningkatkan efisiensi operasi (www.ibank.co.th/2010).
80
IBank Thailand hanya berfokus pada segmentasi pasar Muslim
selama tahap awal operasi. Namun, IBank Thailand melihat peluang
untuk memperluas layanan perbankan Syariah ke masyarakat umum,
kemudian menciptakan dan mengembangkan produk yang lebih
inovatif dan kompetitif, sambil memulai latihan rebranding untuk
memberikan layanan terbaik kepada pelanggan, juga dengan
mempromosikan budaya etis, tanggung jawab sosial, prinsip Islam dan
tata kelola yang baik melalui kerangka kerja operasional. Pada bulan
Oktober 2007, Departemen Keuangan menjadi pemegang saham utama
IBank. Saat ini, IBank Thailand memiliki 108 cabang di seluruh negeri
(www.ibank.co.th/2010).
6. Negara Anggota ASEAN Lainnya
Pada negara anggota ASEAN lainnya, seperti Singapura,
Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja belum terdapat perbankan
syariah yang bisa dijadikan untuk sampel penelitian ini. Belum
pesatnya industri keuangan syariah di negara-negara ini disebabkan
karena populasi muslim di negara tersebut tidak menjadi mayoritas
layaknya Indonesia, Malaysia dan Brunei. Selain itu, kurangnya
pengetahuan dari warga negara tersebut mengenai industri keuangan
syariah pun masih minim, juga dukungan pemerintah yang belum
maksimal. Akan tetapi, beberapa negara sudah mencoba ikut andil
dalam industri keuangan syariah. Di Singapura misalnya, sebelumnya
telah ada Islamic Bank of ASIA, akan tetapi anak perusahaan DBS
Holdings ini telah ditutup pada 2015 karena kalah bersaing dengan
bank lainnya. Meskipun demikian, Singapura masih turut andil dalam
penerbitan sukuk sebagai bagian dari industri syariah. Sementara itu,
Vietnam Myanmar dan Kamboja juga mulai meningkat kesadarannya
mengenai industri keuangan syariah.
81
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Statistik Deskriptif
Sebelum menghitung efisiensi dan stabilitas perbankan syariah di
ASEAN, terlebih dahulu menentukan variabel yang digunakan. Untuk
efisiensi, variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah
biaya tenaga kerja, DPK dan aset tetap. Untuk variabel outputnya
adalah total pembiayaan. Sedang variabel yang dibutuhkan untuk
menghitung stabilitas adalah ROA dan Equity to Total Asset (ETA).
Untuk hasil analisis statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah di ASEAN
Periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar, kecuali ROA)
Variabel Mean Max Min Std. Dev
Biaya
Tenaga
Kerja
181.777,03 873.399,75 7.396,80 258.568,66
DPK 9.409.849,57 37.952.539,44 2.642.427,17 9.853.854,34
Aset Tetap 242.823,27 2.104.834,80 1.256,64 470.867,29
Total
Pembiayaan 7.947.931,19 38.897.444,40 1.370.199,91 10.053.701,48
ROA 0,0074 0,0232 -0,0870 0,0321
Ekuitas 1.469.971,70 7.571.729,63 -620.358,08 2.154.302,23
Total Aset 12.043.197,29 48.598.812,72 2.222.786,06 12.172.105,85
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai standar deviasi setiap
variabel yang digunakan dalam penelitian ini cukup tinggi. Hal
tersebut berarti bahwa nilai variabel-variabel tersebut dari Perbankan
Syariah di ASEAN pada periode 2013-2016 bervariasi. Untuk Biaya
tenaga kerja, nilai rata-ratanya adalah U$D 181.777,03 ribu.
82
Kemudian untuk nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing
sebesar U$D 873.399,75 ribu dan U$D 7.396,80 ribu. Untuk Dana
Pihak Ketiga (DPK) nilai rata-ratanya adalah U$D 9.409.849,57 ribu.
Selanjutnya untuk nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing
sebesar U$D 37.952.539,44 ribu dan U$D 2.642.427,17 ribu.
Sementara itu, untuk Aset Tetap, nilai rata-ratanya adalah U$D
242.823,27 ribu. Kemudian untuk nilai tertinggi dan terendahnya
masing-masing sebesar U$D 2.104.834,80 ribu dan U$D 1.256,64
ribu. Untuk total pembiayaan, sebagai variabel output dalam
perhitungan efisiensi nilai rata-ratanya adalah U$D 7.947.931,19 ribu.
Selanjutnya untuk nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing
sebesar U$D 38.897.444,40 ribu dan U$D 1.370.199,91 ribu.
Kemudian untuk variabel yang digunakan dalam perhitungan
stabilitas yaitu meliputi Return on Asset (ROA), Ekuitas dan Total
Aset. Untuk ROA, nilai rata-ratanya adalah 0,0074 atau senilai dengan
0,74%. Sementara itu, untuk nilai tertingginya sebesar 0,0232 atau
senilai dengan 2,32% dan nilai terendahnya adalah sebesar -0,0870
atau senilai dengan -8,70%. Untuk Ekuitas, nilai rata-ratanya adalah
U$D 1.469.971,70 ribu. Selanjutnya untuk nilai tertingginya adalah
sebesar U$D 7.571.729,63 ribu dan nilai terendahnya sebesar U$D -
620.358,08 ribu. Untuk Total Aset, nilai rata-ratanya adalah U$D
12.043.197,29 ribu. Kemudian untuk nilai tertinggi dan terendahnya
masing-masing adalah sebesar U$D 48.598.812,72 ribu dan U$D
2.222.786,06 ribu.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, variasi nilai Biaya
Tenaga Kerja, DPK, Aset Tetap, ROA, Ekuitas dan Total Aset
perbankan syariah di ASEAN pada periode 2013-2016 sangat
bervariasi. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi yang tinggi dari
setiap variabel. Selain itu juga dapat terlihat dari nilai minimum dan
maksimum yang rentang atau jaraknya cukup jauh antara satu sama
83
lain. Variasi tersebut disebabkan karena perbedaan mata uang yang
berbeda setiap negara, meskipun telah disamakan dengan
menggunakan mata uang Dolar Amerika. Sedangkan untuk nilai rata-
rata setiap variabel menunjukkan angka yang masih wajar. Untuk
lebih jelasnya, deskripsi per variabel yang digunakan adalah sebagai
berikut.
a. Biaya Tenaga Kerja
Grafik 4. 2 Pergerakan Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah
di ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
Keterangan:
BSM: Bank Syariah Mandiri CIMB IB: CIMB Islamic Berhad
BMI: Bank Muamalat Indonesia BIBD: Bank Islam Brunei Darussalam
MIB: Maybank Islamic Berhad IB Thailand: Islamic Bank of Thailand
Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, terlihat bahwa
pergerakan Biaya Tenaga Kerja pada Perbankan Syariah di
ASEAN selama 2013-2017 sangat bervariasi. Jumlah Biaya
Tenaga Kerja tertinggi adalah pada Amanah Islamic Bank
Filipina tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah
84
pada CIMB Islamic Berhad tahun 2014. Kemudian untuk rata-
rata tertinggi adalah pada Amanah Islamic Bank Filipina lalu
diikuti dengan Maybank Islamic Berhad. Selanjutnya, untuk
kelima bank sisanya memiliki selisih yang tidak jauh berbeda,
dengan rata-rata terendah oleh CIMB Islamic Berhad. Dari
grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa Biaya Tenaga Kerja
perbankan syariah di ASEAN cederung meningkat, kecuali
pada AIBF, IBT, dan CIMB Islamic Berhad.
Dalam penjelasan tersebut di atas, jumlah tenaga kerja
yang tinggi berarti biaya yang dikeluarkan bank untuk
keperluan tenaga kerjanya juga semakin tinggi. Biaya tenaga
kerja yang tinggi tidak selalu dapat diartikan sebagai sesuatu
yang buruk. Hal yang wajar apabila untuk bank syariah dengan
aset yang besar memiliki biaya tenaga kerja yang tinggi. Untuk
itu, biaya tenaga kerja perlu untuk diperhatikan dalam efisiensi.
b. Dana Pihak Ketiga
Grafik 4. 3 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
di ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
85
Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, terlihat bahwa
pergerakan Dana Pihak Ketiga pada Perbankan Syariah di
ASEAN selama 2013-2017 sangat bervariasi. Jumlah Dana
Pihak Ketiga tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad
tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada
Islamic Bank of Thailand tahun 2017. Kemudian untuk rata-
rata tertinggi adalah pada Islamic Bank of Thailand lalu diikuti
dengan CIMB Islamic Berhad. Selanjutnya, untuk kelima bank
sisanya memiliki selisih yang tidak jauh berbeda, dengan rata-
rata terendah oleh CIMB Islamic Berhad.
Dalam penjelasan tersebut di atas, DPK yang tinggi
berarti dana yang dihimpun bank syariah juga semakin tinggi.
DPK yang tinggi seharusnya membuat pembiayaan juga
semakin tinggi. Dengan demikian,, bank syariah dapat
menghasilkan laba yang optimal dari pembiayaan yang
disalurkan dan menjadi lebih efisien.
c. Aset Tetap
Grafik 4. 4 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
86
Berdasarkan Grafik 4.4 di atas, terlihat bahwa jumlah
Aset Tetap tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad
tahun 2013. Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada
CIMB Islamic Berhad tahun 2013. Kemudian untuk rata-rata
tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad. Selanjutnya,
untuk keenam bank sisanya memiliki selisih yang tidak jauh
berbeda, dengan rata-rata terendah oleh CIMB Islamic Berhad.
Dari grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa Asert Tetap
perbankan syariah di ASEAN cenderung fluktuatif, namun
tidak terlihat jarak yang jauh kecuali pada Maybank Islamic
Berhad dengan penurunan yang cukup jauh pada 2014.
Dalam penjelasan tersebut di atas, Aset Tetap yang tinggi
berarti biaya yang dikeluarkan bank syariah juga semakin
tinggi. Aset Tetap yang tinggi tidak selalu menjadi hal yang
buruk. Dengan demikian, bank syariah harus dapat mengelola
aset tetap agar dipergunakan dengan optimal.
d. Total Pembiayaan
Grafik 4. 5 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
87
Berdasarkan Grafik 4.5 di atas, terlihat bahwa terlihat
bahwa Total Pembiayaan perbankan Syariah di ASEAN
bersifat variatif dan cenderung meningkat, kecuali AIBF, IBT
dan BMI. Total Pembiayaan tertinggi adalah pada Maybank
Islami Berhad tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah
adalah pada Islamic Bank of Thailand tahun 2017. Kemudian
untuk rata-rata tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad
lalu diikuti oleh CIMB Islamic Berhad. Selanjutnya untuk
kelima bank sisanya memiliki selisih yang tidak jauh berbeda,
dengan rata-rata terendah oleh Bank Syariah Mandiri.
Dalam penjelasan tersebut di atas, Total Pembiayaan
yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi pula
dari pembiayaan sebagai sumber pendapatan utama bank. Akan
tetapi, pembiayaan yang disalurkan harus diperhatikan dengan
baik, agar tingkat efisiensi dapat terus meningkat. Untuk itu,
pembiayaan menjadi hal penting dalam efisiensi.
e. Return on Asset
Grafik 4. 6 Pergerakan Return on Asset Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
88
Berdasarkan Grafik 4.6 di atas, terlihat bahwa
pergerakan Return on Asset pada Perbankan Syariah di ASEAN
selama 2013-2017 cukup variatif. Return on Asset tertinggi
adalah pada BIBD tahun 2017. Sementara itu, untuk yang
terendah adalah pada IBT tahun 2014. Kemudian untuk rata-
rata tertinggi adalah pada BIBD lalu diikuti oleh empat bank
yang tidak terlalu jauh selisihnya, yaitu CIMBIB, MIB, BMI
dan BSM. Kemudian rata-rata terendah adalah pada Bank
Syariah Mandiri. Dari grafik tersebut, juga dapat terlihat bahwa
Return on Asset perbankan syariah di ASEAN cenderung
fluktuatif.
Dalam penjelasan tersebut di atas, ROA yang tinggi akan
menghasilkan stabilitas yang tinggi pula. Laba/rugi juga
memiliki pengaruh terhadap ROA yang akan memengaruhi
stabilitas. Jika keuntungannya tinggi, maka stabilitasnya tinggi,
begitupun sebaliknya.
f. Deskriptif Ekuitas
Grafik 4. 7 Pergerakan Ekuitas Perbankan Syariah di ASEAN
periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
89
Berdasarkan Grafik 4.7 di atas, terlihat bahwa
pergerakan Ekuitas pada Perbankan Syariah di ASEAN selama
2013-2017 cukup variatif. Ekuitas tertinggi adalah pada
Amanah Islamic Bank Filipina tahun 2013. Sementara itu,
untuk yang terendah adalah pada Islamic Bank of Thailand
tahun 2017. Kemudian untuk rata-rata tertinggi adalah pada
Amanah Islamic Bank Filipina. Selisih antara Amanah Islamic
Bank Filipina dengan keenam bank sisanya cukup jauh. Akan
tetapi, selisih antara keenam bank tersebut tidah terlalu jauh,
dengan rata-rata terendah adalah pada Islamic Bank of
Thailand. Dari grafik tersebut, juga dapat terlihat bahwa
Ekuitas perbankan syariah di ASEAN cenderung fluktuatif.
Euitas dan Stabilitas memiliki hubungan yang positif.
Ekuitas yang tinggi akan menghasilkan stabilitas yang tinggi
pula. Begitupun sebaliknya, ekuitas yang rendah akan
mengasilkan stabilitas yang rendah pula.
g. Total Aset
Grafik 4. 8 Pergerakan Total Aset Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 4 Mei 2019
90
Berdasarkan Grafik 4.8 di atas, terlihat bahwa
pergerakan Total Asett pada Perbankan Syariah di ASEAN
cenderung meningkat. Total Aset tertinggi adalah pada MIB
tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada
IBT tahun 2017. Kemudian untuk rata-rata tertinggi adalah
pada MIB. Selisih antara MIB dengan keenam bank sisanya
cukup jauh. Akan tetapi, selisih antara keenam bank tersebut
tidah terlalu jauh, dengan rata-rata terendah adalah pada IBT.
Total Aset memiliki hubungan yang berkebalikan dengan
dengan ekuitas. Semakin tinggi Total Aset, maka nilai rasio
E/TA akan semakin rendah. Begitupun sabaliknya, semakin
rendah Total Aset, maka nilai E/TA akan semakin tinggi.
2. Hasil Analisis Efisiensi dengan SFA
Analisis Efisiensi dalam penelitian ini menggunakan metode
Stochastic Frontier Analysis dengan menggunakan variabel input
meliputi biaya tenaga kerja, DPK, dan aset tetap. Kemudian total
pembiayaan sebagai variabel outputnya. Perhitungan ini dilakukan
dengan menggunakan software STATA 14. Hasil efisiensi SFA
Perbankan Syariah di ASEAN adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 2 Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN dengan SFA
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
BSM 1 1 1 0,992274 1 0,998455
BMI 0,999478 0,999999 0,999388 0,999999 0,993436 0,998460
MIB 0,999999 0,999999 0,975286 0,999999 0,990376 0,993132
CIMBIB 0,999999 0,964951 0,999999 0,999999 0,993278 0,991645
BIBD 0,910792 0,999994 0,999994 0,978520 0,958108 0,969482
Amanah
Filipina 0,996472 0,999968 0,968281 0,986345 0,999967 0,990207
IBT 0,999997 0,999997 0,850337 0,999997 0,970382 0,964142
Rata-rata 0,986677 0,994987 0,970469 0,993876 0,986507 0,986503
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
91
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai
efisiensi tertinggi dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada BMI
dengan rata-rata nilai efisiensi sebesar 0,998460 dan rata-rata nilai
efisiensi terendah dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada IBT
sebesar 0,964142. Kemudian berdasarkan tahun, nilai efisiensi
tertinggi perbankan syariah di ASEAN adalah pada tahun 2014,
sedangkan nilai efisiensi terendah adalah pada tahun 2015. Sementara
itu, untuk rata-rata nilai efisiensi perbankan syariah di ASEAN secara
keseluruhan adalah sebesar 0,986503.
Nilai efisiensi yang cukup tinggi pada perbankan syariah di
ASEAN membuktikan bahwa perbankan syariah di ASEAN telah
menjalankan fungsi intermediaries dengan optimal. Nilai tertinggi
yang didapatkan oleh BSM juga membuktikan bahwa BSM mampu
mencapai level efisiensi optimum, meskipun untuk rata-rata tertinggi
didapatkan oleh BMI. Nilai efisiensi tertinggi yang didapatkan oleh
IBT disebabkan karena kinerjanya yang menurun cukup jauh dari
biasanya pada tahun 2015. Untuk lebih jelasnya, efisiensi perbankan
syariah di ASEAN terlihat dalam grafik berikut.
Grafik 4. 9 Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN 2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
92
Berdasarkan grafik 4.9, efisiensi perbankan syariah di ASEAN
dinilai cukup baik, karena angka efisiensi yang mendekati angka satu
yang merupakan efisiensi optimal terlihat cukup banyak. Dalam grafik
tersebut dapat terlihat bahwa hanya beberapa bank pada periode
tertentu yang angka efisiensinya berbeda sedikit jauh dengan yang
lainnya dan di bawah angka 0,95, seperti Bank Islam Brunei
Darussalam pada 2013 dan Islamic Bank of Thailand pada 2015.
Sementara itu untuk sisanya, terlihat hampir tidak terdapat perbedaan
yang signifikan.
Menurut penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
efisiensi perbankan syariah di ASEAN cukup baik, karena cukup
banyak yang mendekati efisiensi optimum. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di
antara efisiensi perbankan syariah di ASEAN. Untuk efisiensi per
bank syariah dapat dilihat berikut ini.
a. Bank Syariah Mandiri
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Bank Syariah Mandiri.
Grafik 4. 10 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Syariah Mandiri
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
93
Berdasarkan grafik 4.10 di atas, terlihat bahwa efisiensi Bank
Syariah Mandiri (BSM) dinilai sangat baik karena selalu berada di
atas 0,95, bahkan empat dari lima tahun berada pada angka 1, yang
berarti mencapai efisiensi maksimum. Efisiensi BSM cenderung
konstan di angka 1 kecuali pada 2016 mengalami penurunan
sebesar 0,0077263, akan tetapi pada 2017 kembali konstan dengan
efisiensi sebesar 1. Di antara semua sampel perbankan syariah
dalam penelitian ini, hanya BSM yang mencapai efisiensi optimum.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
BSM sangat efisien. Bahkan, hampir semua periode mendapatkan
score efisiensi maksimum. Hal ini membuktikan bahwa BSM,
sebagai bank syariah yang saat ini merupakan bank syariah satu-
satunya di Indonesia yang asetnya telah mencapai Buku 3,
menjalankan usahanya secara optimal.
b. Bank Muamalat Indonesia
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Bank Muamalat Indonesia.
Grafik 4. 11 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Muamalat Indonesia
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
94
Berdasarkan grafik 4.11 di atas, terlihat bahwa efisiensi Bank
Muamalat Indonesia (BMI) dinilai baik, dengan 5 tahun berada
pada angka 0,99. Efisiensi BMI ini sangat mengalami fluktuatif
meskipun dalam jarak yang sangat kecil. Pada 2014, efisiensi BMI
mengalami peningkatan sebesar 0,0005216. Pada 2015, efisiensi
BMI mengalami penurunan sebesar 0,0006117 dan mengalami
peningkatan kembali dengan jumlah yang sama yaitu sebesar
0,0006117 pada 2016. Pada 2017, efisiensi BMI mengalami
penurunan terbesar, sebesar 0,0064636.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
efisiensi BMI berada pada level yang sangat baik. Hal tersebut
dikarenakan hanya pada satu periode yang mengalami penurunan
yang signifikan dari biasanya. Ini terjadi pada periode 2017,
dimana pada tahun tersebut BMI tengah mengalami kesulitan
permodalan sampai dengan saat ini.
c. Maybank Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Maybank Islamic Berhad.
Grafik 4. 12 Nilai Efisiensi (SFA) Maybank Islamic Berhad
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
95
Berdasarkan grafik 4.12 di atas, terlihat bahwa efisiensi
Maybank Islamic Bank (MIB) dinilai sangat baik karena selalu
berada di atas 0,95, bahkan empat dari lima tahun berada pada
angka 0,99. Efisiensi MIB mengalami fluktuatif. Pada 2014,
efisiensi MIB bertahan pada angka 0,9999991 kemudian pada 2015
mengalami penurunan sebesar 0,0247136. Akan tetapi tahun 2016
mengalami peningkatan yang hampir sama namun sedikit melebihi
penurunan di tahun sebelumnya, yakni sebesar 0,0247137. Pada
2017, kembali mengalami penurunan sebesar 0,009623.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
MIB dinilai sangat baik. Meskipun tidak mencapai efisiensi
maksimum, efisiensi MIB selalu berada pada angka di atas 0,95.
Hal ini membuktikan, bahwa bank syariah yang terbesar di
Malaysia, bahkan ASEAN ini berjalan dengan optimal.
d. CIMB Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada CIMB Islamic Berhad.
Grafik 4. 13 Nilai Efisiensi (SFA) CIMB Islamic Berhad
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
96
Berdasarkan grafik 4.13 di atas, terlihat bahwa efisiensi
CIMB Islamic Berhad (CIMBIB) mengalami fluktuatif namun
sering bertahan pada angka 0,9999989. Efisiensi CIMB Islamic
Berhad dinilai sangat baik karena selalu berada di atas 0,95, bahkan
empat dari lima tahun berada pada angka 0,99. Pada 2014 CIMB
Islamic Berhad mengalami penurunan sebesar 0,0340476.
Kemudian pada 2015 mengalami peningkatan dengan besar yang
sama dengan penurunan sebelumnya yaitu sebesar 0,0340476.
setelah itu, pada 2016 efisiensi CIMB Islamic Berhad tetap
bertahan pada angka 0,9999989. Pada 2017, efisiensi CIMB
Islamic Berhad mengalami penurunan sebesar 0,0067209.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
CIMBIB sangat efisien. Penurunan terbesar terjadi pada 2014,
namun pada 2015 dapat memperbaiki penurunan tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa menjalankan usahanya dengan optimal.
e. Bank Islam Brunei Darussalam
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Bank Islam Brunei Darussalam.
Grafik 4. 14 Nilai Efisiensi (SFA) Bank Islam Brunei Darussalam
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
97
Berdasarkan grafik 4.14 di atas, terlihat bahwa efisiensi Bank
Islam Brunei Darussalam (BIBD) mengalami fluktuatif namun
dinilai cukup baik karena empat dari lima tahun berada pada angka
di atas 0,95. Pada 2014 CIMB Islamic Berhad mengalami
peningkatan sebesar 0,0892028. Pada 2015, angka efisiensi BIBD
bertahan pada angka 0,9999943. Setelah itu, efisiensi BIBD
mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan pada 2016 dan
2017 yaitu berturut-turut sebesar 0,0214741 dan 0,0204126.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
efisiensi BIBD berada pada level cukup baik. Hal ini terlihat dari
pergerakan yang meskipun fluktuatif namun perbedaannya tidak
terlalu signifikan. Untuk itu, Bank Syariah dengan total aset kedua
di Malaysia ini menjalankan usahanya dengan baik.
f. Amanah Islamic Bank Filipina
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Amanah Islamic Bank Filipina.
Grafik 4. 15 Nilai Efisiensi (SFA) Amanah Islamic Bank Filipina
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
98
Berdasarkan grafik 4.15 di atas, terlihat bahwa efisiensi
Amanah Islamic Bank Filipina (AIBF) mengalami fluktuatif.
Efisiensi Amanah Islamic Bank Filipina dinilai baik karena selalu
berada di atas 0,95 dan tiga dari lima tahun berada pada angka
0,99. Pada 2014, efisiensi Amanah Islamic Bank Filipina
mengalami peningkatan sebesar 0,0034963. Kemudian mengalami
penurunan di tahun 2015 sebesar 0,0316866. Setelah itu, pada 2016
dan 2017 secara terus menerus mengalami peningkatan yakni
berturut-turut sebesar 0,0180637 dan 0,0136223.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan efisiensi
AIBF berada pada level yang baik. Hal ini membuktikan bahwa,
AIBF yang merupakan bank syariah pertama dan satu-satunya di
Filipina, menjalankan usahanya dengan efisien. Berada pada negara
minoritas muslim bukan alasan untuk menjadi tidak efisien.
g. Islamic Bank of Thailand
Berikut ini adalah hasil olah data nilai efisiensi dengan
Stochastic Frontier Analysis pada Islamic Bank of Thailand.
Grafik 4. 16 Nilai Efisiensi (SFA) Islamic Bank of Thailand
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti dengan STATA 14 dan Ms. Excel
99
Berdasarkan grafik 4.16 di atas, terlihat bahwa efisiensi
Islamic Bank of Thailand (IBT) mengalami fluktuatif. Efisiensi
Amanah Islamic Bank Filipina dinilai cukup baik karena tiga dari
lima tahun berada pada angka 0,99. Pada 2014, efisiensi Islamic
Bank of Thailand mengalami penurunan yang sangat sedikit yaitu
sebesar 0,0000002. Setelah itu, pada 2015 mengalami penurunan
terbesar yaitu sebesar 0,14966. Kemudian pada 2016 mengalami
peningkatan sebesar 0,1496602. Lalu pada 2017 kembali
mengalami penurunan sebesar 0,0296156.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
IBT dinilai cukup baik. Meskipun demikian, IBT mendapatkan
nilai efisiensi terendah dari seluruh sampel pada penelitian ini. Hal
ini disebabkan karena penurunan yang cukup jauh dari biasanya
pada tahun 2015. Meskipun demikian, IBT dapat segera
memperbaikinya di tahun berikutnya dengan mencapai efisiensi
tertinggi seperti pada tahun 2013.
3. Hasil Analisis Stabilitas dengan Z-Score
Analisis Stabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Z-
Score. Formula Z-Score dalam penelitian ini seperti pada penelitian
yang dilakukan oleh Karim, dkk. (2018) juga penelitian dilakukan oleh
Zahra, dkk. (2018) yakni melibatkan variabel ROA, Ekuitas dan Total
Aset. Formula tersebut adalah sebagai berikut.
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
software Ms. Excel. Hasil Stabilitas Z-Score Perbankan Syariah di
ASEAN adalah sebagai berikut.
100
Tabel 4. 3 Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN dengan Z-Score
2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
BSM 3,24 0,52 1,36 1,41 1,41 1,59
BMI 3,83 1,54 1,73 1,88 1,32 2,06
MIB 19,95 20,50 18,94 18,02 20,03 19,49
CIMBIB 7,73 10,07 9,45 10,31 8,82 9,28
BIBD 6,06 7,93 7,34 6,54 8,37 7,25
Amanah
Filipina
-2,64 -1,17 -1,01 -3,05 -3,04 -2,18
IB
Thailand
0,59 -2,23 -1,21 -1,09 -1,04 -0,99
Rata-rata 5,54 5,31 5,23 4,86 5,13 5,21
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, terlihat bahwa rata-rata nilai
stabilitas tertinggi dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada
Maybank Islamic Berhad dengan rata-rata nilai stabilitas 19,49 dan
rata-rata nilai stabilitas terendah dari perbankan syariah di ASEAN
adalah pada Amanah Filipina Islamic Bank sebesar -2,18. Kemudian
berdasarkan tahun, nilai efisiensi tertinggi perbankan syariah di
ASEAN adalah pada tahun 2013 sebesar 5,54 sedangkan nilai efisiensi
terendah perbankan syariah di ASEAN adalah pada tahun 2016 senilai
4,86. Sementara itu, untuk rata-rata nilai stabilitas perbankan syariah
di ASEAN secara keseluruhan adalah senilai 5,21.
Nilai stabilitas yang cukup baik pada beberapa perbankan
syariah di ASEAN membuktikan bahwa perbankan syariah di ASEAN
dapat terhindar dari kesulitan keuangan, meskipun masih terdapat nilai
stabilitas yang negatif. Nilai tertinggi dengan angka yang berbeda jauh
dari bank syariah lainnya yang didapatkan oleh Maybank Islamic
Berhad membuktikan bahwa bank syariah dengan aset terbesar di
ASEAN ini memang memiliki ketahanan yang kuat dan terhindar dari
indikasi kesulitan keuangan. Nilai negatif yang didapatkan oleh
Amanah Filipina Islamic Bank dan Islamic Bank of Thailand
101
membuktikan bahwa kedua bank syariah ini rentan dan memiliki
kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan yang dihadapi oleh kedua
bank syariah ini disebabkan karena hampir selama periode penelitian,
kedua bank syariah ini mengalami kerugian. Untuk lebih jelasnya,
stabilitas perbankan syariah di ASEAN dapat dilihat dalam grafik
berikut.
Grafik 4. 17 Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN 2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.17, stabilitas perbankan syariah di ASEAN
sangat bervariasi. Dalam grafik tersebut dapat terlihat bahwa stabilitas
tertinggi dicapai oleh Maybank Islamic Berhad, kemudian diikuti
dengan CIMB Islamic Berhad, BBD, BSM, BMI, IB Thailand dan
terakhir Amanah Filipina Islamic Bank dengan stabilitas terkecil.
Variasi ini terjadi salah satunya karena laba bersih yang dihasilkan
oleh bank syariah berbeda beda, untuk Filipina dan Thailand
mendapatkan angka stabilitas yang negatif dikarenakan selama lima
tahun ke belakang, kedua bank di kedua negara ini mengalami
kerugian.
102
Menurut penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
stabilitas perbankan syariah di ASEAN cukup baik, karena hanya dua
bank syariah yang memiliki nilai negatif. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara
nilai stabilitas perbankan syariah di ASEAN yang dapat terlihat dari
grafik yang panjangnya sangat berbeda anatar satu dengan lainnya.
Untuk nilai stabilitas per bank syariah, adalah sebagai berikut.
a. Bank Syariah Mandiri
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Bank Syariah Mandiri.
Grafik 4. 18 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Syariah Mandiri
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.18 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Bank Syariah Mandiri (BSM) mengalami fluktuatif. Pada 2014,
stabilitas BSM mengalami penurunan sebesar 2,27. Kemudian pada
tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,84. Pada 2016
stabilitas BSM kembali mengalami penurunan sebesar 0,05 dan
kemudian angka efisiensi bertahan pada 2017 dari tahun
sebelumnya yakni sebesar 1,41.
103
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Bank Syariah Mandiri cukup stabil. Hal ini membuktikan bahwa
Bank Syariah Mandiri memiliki daya tahan yang baik. Hal tersebut
dikarenakan terhindar dari indikasi kesulitan keuangan yang tidak
wajar selama periode 2013-2017.
b. Bank Muamalat Indonesia
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Bank Muamalat Indonesia.
Grafik 4. 19 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Muamalat Indonesia
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.19 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Bank Muamalat Indonesia (BMI) mengalami fluktuatif dengan
penurunan terbesar pada tahun 2014. Pada 2014, stabilitas BMI
mengalami penurunan sebesar 2,29. Kemudian pada tahun 2015
mengalami peningkatan sebesar 0,19. Pada 2016 stabilitas BSM
mengalami peningkatan kembali sebesar 0,15 dan kemudian pada
2017 stabilitas Bank Muamalat Indonesia mengalami penurunan
sebesar 0,56.
104
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Bank Muamalat Indoneisa cukup stabil. Akan tetapi pada 2017,
efisiensi BMI yang mengalami penurunan cukup jauh berbeda dari
biasanya mengindikasikan bahwa pada tahun tersebut BMI mulai
mengalami kesulitan keuangan. Hal ini disebabkan karena BMI
mengalami kesulitan permodalan sampai dengan saat ini.
c. Maybank Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Maybank Islamic Berhad.
Grafik 4. 20 Nilai Stabilitas (Z-Score) Maybank Islamic Berhad
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.20 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Maybank Islamic Berhad (MIB) mengalami fluktuatif dengan
peningkatan terbesar pada 2017 dan penurunan terbesar pada tahun
2015. Pada 2014, stabilitas MIB mengalami peningkatan sebesar
0,55. Kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar
1,56. Pada 2016 stabilitas MIB mengalami penurunan kembali
105
sebesar 0,92 dan kemudian pada 2017 stabilitas MIB Indonesia
mengalami peningkatan terbesar yakni sebesar 2,01.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Maybank Islamic Berhad sangat stabil. Hal ini terlihat dari nilai
stabilitas MIB yang berada jauh di atas dibandingkan dengan bank
syariah di ASEAN lainnya. hal ini disebabkan karena MIB
memiliki nilai ROA yang tinggi, yang artinya MIB mampu
menciptakan keuntungan yang tinggi dari aset yang dimilikinya,
yang membuat nilai stabilitas MIB menjadi tinggi.
d. CIMB Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada CIMB Islamic Berhad.
Grafik 4. 21 Nilai Stabilitas (Z-Score) CIMB Islamic Berhad
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.21 di atas, terlihat bahwa stabilitas
CIMB Islamic Berhad (CIMBIB) mengalami fluktuatif dengan
penurunan terbesar pada tahun 2014. Pada 2014, stabilitas CIMB
Islamic Berhad mengalami penurunan sebesar 2,29. Kemudian
106
pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,19. Pada 2016
stabilitas CIMB Islamic Berhad mengalami peningkatan kembali
sebesar 0,15 dan kemudian pada 2017 stabilitas CIMB Islamic
Berhad Indonesia mengalami penurunan terbesar, sebesar 0,56.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
CIMB Islamic Berhad cukup stabil. Hal ini membuktikan bahwa
CIMBIB memiliki daya tahan yang baik, meskipun masih cukup
jauh dibandingkan dengan MIB. Nilai yang cukup stabil tersebut
dapat diartikan bahwa CIMBIB terhindar dari indikasi kesulitan
keuangan yang tidak wajar selama periode 2013-2017.
e. Bank Islam Brunei Darussalam
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Bank Islam Brunei Darussalam.
Grafik 4. 22 Nilai Stabilitas (Z-Score) Bank Islam Brunei
Darussalam 2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.22 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Bank Islam Brunei Darussalam (BIBD) mengalami fluktuatif
dengan peningkatan terbesar pada 2014. Pada 2014, stabilitas
BIBD mengalami peningkatan sebesar 1,87. Kemudian pada tahun
107
2015 mengalami penurunan sebesar 0,59. Pada 2016 stabilitas
BIBD mengalami penurunan kembali sebesar 0,80 dan kemudian
pada 2017 stabilitas BIBD Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 1,83.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Bank Islam Brunei Darussalam cukup stabil. Hal ini membuktikan
bahwa BIBD memiliki daya tahan yang baik, meskipun masih
cukup jauh dibandingkan dengan MIB. Nilai yang cukup stabil
tersebut dapat diartikan bahwa BIBD terhindar dari indikasi
kesulitan keuangan yang tidak wajar selama periode 2013-2017.
f. Amanah Islamic Bank Filipina
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Amanah Islamic Bank Filipina.
Grafik 4. 23 Nilai Stabilitas (Z-Score) Amanah Islamic Bank
Filipina 2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
Berdasarkan grafik 4.23 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Amanah Islamic Bank Filipina mengalami fluktuatif dengan
peningkatan terbesar pada tahun 2014 dan penurunan terbesar pada
108
2016. Pada 2014, stabilitas Amanah Islamic Bank Filipina
mengalami peningkatan sebesar 1,47. Kemudian pada tahun 2015
mengalami peningkatan kembali sebesar 0,16. Pada 2016, stabilitas
Amanah Islamic Bank Filipina mengalami penurunan terbesar
dengan angka melebihi peningkatan terbesar pada tahun 2014 yaitu
sebesar 2,04 dan kemudian pada 2017 stabilitas Amanah Islamic
Bank Filipina Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,01.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Amanah Islamic Bank Filipina kurang stabil. Hal ini disebabkan
angka negatif pada nilai stabilitasnya. Ini dapat diartikan bahwa
terdapat indikasi kesulitan keuangan pada AIBF selama periode
2013-2017. Kesulitan keuangan ini terjadi karena selama periode
penelitian AIBF mengalami kerugian. Meskipun usaha perbaikan
sudah dilakukan, namun masih belum stabil dan bersifat fluktuatif.
g. Islamic Bank of Thailand
Berikut ini adalah hasil olah data nilai stabilitas dengan Z-
Score pada Islamic Bank of Thailand.
Grafik 4. 24 Nilai Stabilitas (Z-Score) Islamic Bank of Thailand
2013-2017
Sumber: Data diolah peneliti
109
Berdasarkan grafik 4.24 di atas, terlihat bahwa stabilitas
Islamic Bank of Thailand cenderung mengalami peningkatan
setelah terjadi penurunan yang besar pada tahun 2014. Pada 2014,
stabilitas Islamic Bank of Thailand mengalami penurunan sebesar
2,82. Hal tersebut disebabkan Islamic Bank of Thailand mengalami
kerugian. Setelah tahun 2014, stabilitas Islamic Bank of Thailand
selalu mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir,
meskipun nilai stabilitasnya masih negatif. Pada 2015, peningkatan
stabilitas terjadi sebesar 1,02. Kemudian pada 2016 dan 2017 juga
terjadi peningkatan berturut-turut sebesar 0,12 dan 0,05.
Dalam penjelasan tersebut di atas, mengindikasikan bahwa
Islamic Bank of Thailand kurang stabil. Hal ini terjadi sejak tahun
2014 dengan penurunan yang tajam. Hal ini disebabkan angka
negatif pada nilai stabilitasnya. Ini dapat diartikan bahwa terdapat
indikasi kesulitan keuangan pada AIBF selama periode 2014-2017.
Kesulitan keuangan ini terjadi karena selama periode penelitian
AIBF mengalami kerugian. Meskipun usaha perbaikan sudah
dilakukan sejak 2015, dan terus menunjukkan peningkatan, namun
masih pada angka negatif.
4. Uji Normalitas
a. Efisiensi
Setelah ditemukan nilai efisiensi dari masing-masing bank,
kemudian dilakukan uji normalitas untuk menentukan metode yang
akan digunakan untuk uji beda. Dalam penelitian ini, uji normalitas
yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-
Wilk. Berikut adalah hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
menggunakan software SPSS 23.
110
Gambar 4. 1 Uji Normalitas Data Efisiensi
Tests of Normality
BS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Efisiensi BSM ,473 5 ,001 ,552 5 ,000
BMI ,429 5 ,003 ,638 5 ,002
MIB ,337 5 ,065 ,752 5 ,031
CIMBIB ,343 5 ,055 ,671 5 ,005
BIBD ,206 5 ,200* ,873 5 ,278
Amanah Filipina ,279 5 ,200* ,817 5 ,111
IB Thailand ,338 5 ,063 ,675 5 ,005
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 23
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, terlihat bahwa masih
terdapat nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov ataupun Shapiro
Wilk < nilai signifikansi (α = 0.05). Untuk nilai signifikansi
Kolmogorov Smirnov ataupun Shapiro-Wilk yang kurang dari 0,05
adalah BSM dan BMI. Maka H0 ditolak dan data efisiensi tersebut
tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji beda yang digunakan
untuk stabilitas adalah uji nonparametrik Kruskal-Wallis.
b. Stabilitas
Setelah ditemukan nilai stabilitas masing-masing bank,
kemudian dilakukan uji normalitas juga untuk menentukan metode
yang akan digunakan untuk uji beda. Uji normalitas yang
digunakan sama dengan yang dilakukan pada data efisiensi
sebelumnya, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Shapiro-Wilk.
Berikut adalah hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menggunakan
software SPSS 23.
111
Gambar 4. 2 Uji Normalitas Data Stabilitas
Tests of Normality
BS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Stabilitas BSM ,371 5 ,023 ,831 5 ,142
BMI ,371 5 ,024 ,749 5 ,029
MIB ,278 5 ,200* ,916 5 ,507
CIMBIB ,177 5 ,200* ,940 5 ,663
BIBD ,171 5 ,200* ,960 5 ,809
Amanah Filipina ,275 5 ,200* ,797 5 ,077
IB Thailand ,317 5 ,111 ,896 5 ,388
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 23
Berdasarkan gambar 4.2 di atas, terlihat bahwa masih
terdapat nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov ataupun Shapiro
Wilk < nilai signifikansi (α = 0.05). Untuk nilai signifikansi
Kolmogorov Smirnov yang kurang dari 0,05 meliputi BSM dan
BMI, sedangkan untuk nilai signifikansi Shapiro Wilk yang kurang
dari 0,05 adalah BMI. Maka H0 ditolak dan data stabilitas tersebut
tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu, uji beda yang digunakan
untuk stabilitas adalah uji nonparametrik Kruskal-Wallis juga.
5. Hasil Uji Hipotesis dengan Uji Nonparametrik Binomial
a. Efisiensi
Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov Smirnov ataupun
Shapiro-Wilk yang telah dilakukan sebelumnya, data efisiensi tidak
terdistribusi normal. Untuk itu, uji hipotesis yang digunakan adalah
uji nonparametrik Binomial. Uji hipotesis ini dilakukan untuk
melihat apakah perbankan syariah di ASEAN efisien atau tidak.
Pada uji binomial untuk data efisiensi ini menggunakan proporsi
50% atau 0,5 untuk melihat probabilitas mana yang lebih tinggi.
112
Selain itu, kriteria untuk dinilai efisien menggunakan angka 0,99
karena 0,99 sudah sangat mendekati angka 1 yang dinilai sebagai
efisiensi optimum. Berikut adalah hasil uji Binomial untuk data
efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
Gambar 4. 3 Hasil Uji Binomial Data Efisiensi
Binomial Test
Category N
Observed
Prop.
Test
Prop.
Exact Sig. (2-
tailed)
Efisiensi Group 1 <= ,99 9 ,26 ,50 ,006
Group 2 > ,99 26 ,74
Total 35 1,00
Sumber: Hasil data Efisiensi SFA kemudian data diolah peneliti
dengan SPSS 23
Keterangan:
Group 1: Probabilitas perbankan syariah di ASEAN adalah tidak
efisien, yakni dengan kriteria nilai efisiensi kurang dari atau sama
dengan 0,99.
Group 2: Probabilitas perbankan syariah di ASEAN adalah efisien,
yani dengan kriteria nilai efisiensi lebih dari 0,99.
Berdasarkan gambar 4.3 Hipotesis pada uji binomial adalah
terlihat bahwa nilai p value = 0,006 < nilai signifikansi (α = 0.05).
Maka H0 ditolak dan probabilitas perbankan syariah di ASEAN
adalah efisien lebih besar daripada probabilitas perbankan syariah
di ASEAN adalah tidak efisien. Hal ini dapat juga dilihat dari nilai
observed prop. Group 2 = 0,74 > 0,26 (observed prop. Group 1).
Hal tersebut membuktikan bahwa perbankan syariah di ASEAN
adalah efisien.
113
b. Stabilitas
Uji hipotesis Stabilitas yang digunakan adalah sama dengan
efisiensi sebelumnya yaitu dengan uji binomial, karena setelah
dilakukan uji normalitas, data stabilitas tersebut juga tidak
terdistribusi normal. Untuk itu, uji beda yang digunakan adalah uji
nonparametrik yaitu uji Binomial untuk melihat apakah perbankan
syariah di ASEAN stabil atau tidak. Pada uji binomial untuk data
stabilitas ini menggunakan proporsi 50% atau 0,5 untuk melihat
probabilitas mana yang lebih tinggi. Selain itu, kriteria untuk
dinilai stabil menggunakan angka 0 dalam arti stabilitas perbankan
syariah dengan angka positif dikatakan stabil, begitupun sebaliknya
jika negatif maka dinyatakan kurang stabil. Hal tersebut dijadikan
acuan atau kriteria karena peneliti belum menemukan acuan yang
bisa digunakan untuk nilai stabilitas perbankan. Berikut ini adalah
hasil Uji Binomial untuk data stabilitas perbankan syariah di
ASEAN.
Gambar 4. 4 Hasil Uji Binomial Data Stabilitas
Binomial Test
Categor
y N
Observed
Prop.
Test
Prop.
Exact Sig.
(2-tailed)
Stabilitas Group 1 <= 0 9 ,26 ,50 ,006
Group 2 > 0 26 ,74
Total 35 1,00
Sumber: Hasil data Stabilitas Z-Score kemudian data diolah
peneliti dengan SPSS 23
Keterangan:
Group 1: Probabilitas perbankan syariah di ASEAN adalah tidak
stabil, yakni dengan kriteria nilai stabilitas kurang dari atau sama
dengan 0.
Group 2: Probabilitas perbankan syariah di ASEAN adalah stabil,
yani dengan kriteria nilai stabilitas lebih dari 0.
114
Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa nilai p value = 0,006
< nilai signifikansi (α = 0.05). Maka H0 ditolak dan probabilitas
perbankan syariah di ASEAN stabil lebih besar daripada
probabilitas perbankan syariah di ASEAN tidak stabil. Hal ini
dapat juga dilihat dari nilai observed prop. Group 2 = 0,74 > 0,26
(observed prop. Group 1). Hal tersebut membuktikan bahwa
perbankan syariah di ASEAN dinilai stabil.
6. Hasil Uji Beda Nonparametrik Kruskal-Wallis
a. Efisiensi
Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov Smirnov ataupun
Shapiro-Wilk yang telah dilakukan sebelumnya, data efisiensi tidak
terdistribusi normal. Untuk itu, uji beda yang digunakan adalah Uji
Kruskal-Wallis. Uji beda merupakan pengujian yang dilakukan
untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan di antara
sampel yang ada. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik
yang digunakan untuk membedakan lebih dari dua sampel yang
ada. Berikut adalah hasil uji Kruskal-Wallis untuk data efisiensi
perbankan syariah di ASEAN.
Gambar 4. 5 Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Efisiensi
Test Statisticsa,b
Efisiensi
Chi-Square 11,134
Df 6
Asymp. Sig. ,084
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: BS
Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 23
115
Berdasarkan gambar 4.5 terlihat bahwa nilai p value =
0,084 > nilai signifikansi (α = 0.05). Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan syariah di ASEAN.
b. Stabilitas
Uji beda Stabilitas yang digunakan adalah uji Kruskal-Wallis,
karena setelah dilakukan uji normalitas, data stabilitas tersebut juga
tidak terdistribusi normal. Untuk itu, uji beda yang digunakan
adalah uji nonparametrik yaitu uji Kruskal-Wallis untuk
membandingkan lebih dari dua sampel perbankan syariah di
ASEAN. Berikut ini adalah hasil Uji ANOVA untuk data stabilitas
perbankan syariah di ASEAN.
Gambar 4. 6 Hasil Uji Kruskal-Wallis Data Stabilitas
Test Statisticsa,b
Stabilitas
Chi-Square 32,107
Df 6
Asymp. Sig. ,000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: BS
Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 23
Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa nilai p value = 0,00 <
nilai signifikansi (α = 0.05). Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat stabilitas perbankan
syariah di ASEAN.
7. Uji Post Hoc dengan Uji Mann Whitney
Uji Post Hoc merupakan uji lanjutan setelah uji beda apabila
pada uji beda dihasilkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang
116
signifikan di antara variabel independen. Dalam penelitian ini, hanya
stabilitas yang mendapatkan kesimpulan terdapat perbedaan yang
signifikan, sedangkan tidak untuk efisiensi. Untuk itu, uji Post Hoc
dalam penelitian ini hanya dilakukan pada nilai stabilitas saja, untuk
mengetahui antar variabel independen mana yang berbeda. Uji beda
yang dilakukan sebelumnya adalah uji nonparametrik Kruskal-Willis,
untuk itu uji Post Hoc yang dilakukan juga adalah uji nonparametrik,
yaitu menggunakan Mann Whitney U- Test. Mann Whitney U-Test ini
adalah uji yang digunakan pada analisis komparatif untuk menguji dua
sampel independen (Siregar, 2015:289).
Dalam penelitian, karena terdapat tujuh sampel bank, untuk itu
Uji Mann Whitney yang dilakukan berjumlah 21 pengujian, yaitu:
a. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan Bank
Muamalat Indonesia.
b. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan Maybank
Islamic Berhad.
c. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan CIMB
Islamic Berhad.
d. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan Bank
Islam Brunei Darussalam.
e. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan Amanah
Islamic Bank Filipina.
f. Perbedaan stabilitas Bank Syariah Mandiri dengan Islamic
Bank of Thailand.
g. Perbedaan stabilitas Bank Muamalat Indonesia dengan
Maybank Islamic Berhad.
h. Perbedaan stabilitas Bank Muamalat Indonesia dengan
CIMB Islamic Berhad.
i. Perbedaan stabilitas Bank Muamalat Indonesia dengan Bank
Islam Brunei Darussalam.
117
j. Perbedaan stabilitas Bank Muamalat Indonesia dengan
Amanah Islamic Bank Filipina.
k. Perbedaan stabilitas Bank Muamalat Indonesia dengan
Islamic Bank of Thailand.
l. Perbedaan stabilitas Maybank Islamic Berhad dengan CIMB
Islamic Berhad.
m. Perbedaan stabilitas Maybank Islamic Berhad dengan Bank
Islam Brunei Darussalam.
n. Perbedaan stabilitas Maybank Islamic Berhad dengan
Amanah Islamic Bank Filipina.
o. Perbedaan stabilitas Maybank Islamic Berhad dengan
Islamic Bank of Thailand.
p. Perbedaan stabilitas CIMB Islamic Berhad dengan Bank
Islam Brunei Darussalam.
q. Perbedaan stabilitas CIMB Islamic Berhad dengan Amanah
Islamic Bank Filipina.
r. Perbedaan stabilitas CIMB Islamic Berhad dengan Islamic
Bank of Thailand.
s. Perbedaan stabilitas Bank Islam Brunei Darussalam dengan
Amanah Islamic Bank Filipina.
t. Perbedaan stabilitas Bank Islam Brunei Darussalam dengan
Islamic Bank of Thailand.
u. Perbedaan stabilitas Amanah Islamic Bank Filipina dengan
Islamic Bank of Thailand.
Tabel 4. 4 Uji Post Hoc Stabilitas dengan Mann Whitney
Bank Syariah Sig. Keterangan
BSM X BMI 0,067 Tidak Berbeda
BSM X MIB 0,105 Tidak Berbeda
BSM X CIMBIB 0,063 Tidak Berbeda
BSM X BIBD 0,040 Berbeda
BSM X AIBF 0,067 Tidak Berbeda
BSM X IBT 0,040 Berbeda
118
BMI X MIB 0,009 Berbeda
BMI X CIMBIB 0,009 Berbeda
BMI X BIBD 0,009 Berbeda
BMI X AIBF 0,009 Berbeda
BMI X IBT 0,009 Berbeda
MIB X CIMBIB 0,009 Berbeda
MIB X BIBD 0,009 Berbeda
MIB X AIBF 0,009 Berbeda
MIB X IBT 0,009 Berbeda
CIMBIB X BIBD 0,028 Berbeda
CIMBIB X AIBF 0,009 Berbeda
CIMBIB X IBT 0,009 Berbeda
BIBD X AIBF 0,009 Berbeda
BIBD X IBT 0,009 Berbeda
AIBF X IBT 0,175 Tidak Berbeda
Sumber: Data diolah peneliti dengan SPSS 23 dan Ms. Excel
Keterangan:
BSM : Bank Syariah Mandiri BIBD: Bank Islam Brunei Darussalam
BMI : Bank Muamalat Indonesia AIBF: Amanah Islamic Bank Filipina
MIB : Maybank Islamic Berhad IBT : Islamic Bank of Thailand
CIMBIB: CIMB Islamic Berhad
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa nilai signifikansi 16 dari 21
uji yang dilakukan mendapatkan nilai signifikansi/p value < 0,05 ( ).
Maka H0 ditolak dan terdapat perbedaan yang signifikan di antara
kedua sampel. Selanjutnya, untuk lima uji sisanya, memiliki nilai
signifikansi/p value > 0,05 ( ) dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan di antara tingkat stabilitas kedua sampel, terdapat pada uji
yang dilakukan pada BSM dengan BMI, BSM dengan MIB, BSM
dengan CIMB IB, BSM dengan AIBF dan uji yang dilakukan pada
AIBF dengan IBT. Untuk itu, secara keseluruhan dapat terlihat bahwa
memang terdapat perbedaan yang signifikan di antara tingkat stabilitas
perbankan syariah di ASEAN.
119
C. Pembahasan
1. Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN
Perhitungan efisiensi yang dilakukan menggunakan metode
Stochastic Frontier Analysis dengan menggunakan pendekatan
intermediasi terhadap tujuh bank syariah di lima negara yang termasuk
dalam anggota ASEAN, meliputi Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan
Bank Muamalat Indonesia), Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan
CIMB Islamic Berhad), Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei
Darussalam), Filipina (Amanah Islamic Bank Filipina), dan Thailand
(Islamic Bank of Thailand). Berdasarkan perhitungan dengan
Stochastic Frontier Analysis, didapatkan hasil bahwa efisiensi
perbankan syariah di ASEAN dinilai cukup baik, karena angka
efisiensi yang mendekati angka satu dinilai cukup banyak. Rata-rata
nilai efisiensi tertinggi dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada
Bank Muamalat Indonesia dengan rata-rata nilai efisiensi 0,998460 dan
rata-rata nilai efisiensi terendah dari perbankan syariah di ASEAN
adalah pada Islamic Bank of Thailand senilai 0,964142. Nilai rata-rata
tertinggi pada Bank Muamalat Indonesia ini disebabkan karena BMI
stabil pada angka 0,99 hanya saja pada tahun 2017 terakhir, BMI
mengalami penurunan yang cukup jauh dari biasanya. Meskipun
demikian, bank syariah yang berhasil mendapatkan efisiensi optimum
dalam kurun empat tahun dari lima periode pada penelitian ini adalah
Bank Syariah Mandiri. BSM memiliki nilai efisiensi yang hampir
konstan dengan angka satu setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2016.
Untuk Islamic Bank of Thailand, mendapatkan rata-rata efisiensi
terendah karena mengalami penurunan yang cukup tajam pada 2015
dan merupakan angka terendah di antara efisiensi perbankan syariah di
ASEAN lainnya dalam penelitian ini. Selain itu, jika kita meliat
variabel output, yaitu pembiayaan juga mengalami penurunan pada
Islamic Bank of Thailand pada tahun tersebut.
120
Selanjutnya berdasarkan tahun atau periode, nilai efisiensi
tertinggi perbankan syariah di ASEAN adalah pada tahun 2014 sebesar
0,994987 sedangkan nilai efisiensi terendah perbankan syariah di
ASEAN adalah pada tahun 2014 sebesar 0,970469. Nilai tertinggi pada
tahun 2014 disebabkan karena pada tahun tersebut, hampir semua
perbankan syariah dalam sampel penelitian ini memiliki tingkat
efisiensi lebih dari 0,99, kecuali pada CIMB Islamic Banking dengan
score 0,96. Sementara itu, nilai terendah pada tahun 2015 disebabkan
karena pada tahun ini, tingkat efisiensi beberapa bank syariah di
ASEAN cenderung yang terendah meskipun masih dikatakan efisien
karena masih di atas 0,8.
Sementara itu, untuk rata-rata nilai efisiensi perbankan syariah
di ASEAN secara keseluruhan adalah sebesar 0,986503. Apabila
peneliti hanya melihat dari nilai rata-rata saja, sudah dapat dinilai
bahwa perbankan Syariah di ASEAN adalah efisien. Akan tetapi,
peneliti juga melakukan pengujian terhadap hipotesis tersebut.
Hipotesis yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis tingkat
efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN, apakah efisien atau tidak
dengan menggunakan Uji Binomial. Berdasarkan Uji Binomial
tersebut, probabilitas perbankan syariah di ASEAN efisien lebih besar
daripada probabilitas perbankan syariah di ASEAN tidak efisien. Hal
tersebut membuktikan bahwa perbankan syariah di ASEAN adalah
efisien. Hal ini disebabkan karena semua bank syariah di ASEAN
berada pada angka efisiensi di atas 0,8 bahkan tidak sedikit yang
berada pada angka 0,99. Hal ini membuktikan bahwa efisiensi teknis
perbankan syariah di ASEAN yang dilakukan dengan input tertentu,
untuk mencapai output yang maksimal dilakukan dengan baik,
sehingga hasilnya adalah efisien.
Peneliti belum menemukan studi penelitian yang menggunakan
metode dan sampel yang sama, yakni Stochastic Frontier Analysis
121
(SFA) pada tujuh perbankan syariah yang meliputi lima negara di
ASEAN. Akan tetapi, peneliti menemukan beberapa penelitian
terdahulu yang masih berkaitan dan sejalan dengan hasil penelitian ini.
Solihin Achsani dan Saptono (2016) meneliti mengenai efisiensi
perbankan syariah di ASEAN menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA), hasil penelitian tersebut adalah
menyatakan bahwa bank syariah di ASEAN pada 2008-2013 adalah
efisien. Kamarudin dkk. (2017) yang meneliti perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014 menggunakan metode DEA,
hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Maybank Islamic Berhad,
CIMB Islamic Berhad, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Islamic Brunei Darussalam adalah Efisien. Yulita
dan Rizal (2017) yang meneliti mengenai efisiensi perbankan syariah
di Indonesia dan Malaysia menggunakan metode DEA mengatakan
bahwa perbankan syariah di Indonesia lebih efisien daripada
perbankan syariah di Malaysia. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ascarya dan Yumanita (2008) mengenai efisiensi
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia menggunakan metode
DEA pada 2002-2005. Untuk score efisiensi Bank Syariah Mandiri
yang mencapai efisiensi optimum sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hosen dan Muhari (2017) pada periode 2012-2014.
Perbankan syariah dapat meningkatkan nilai efisiensi dengan
menekan input ataupun dengan meningkatkan output yang belum
mencapai target. Biaya tenaga kerja sebagai variabel input dapat
diturunkan agar dapat mencapai efisiensi. Pada biaya tenaga kerja,
masalah utamanya adalah pada sumber daya manusia. Kurangnya
jumlah SDM yang berkualitas merupakan salah satu yang menjadi
perhatian. Dibutuhkan pelatihan dan pendidikan lebih lanjut untuk
SDM namun biaya yang diberikan untuk hal tersebut juga harus
dipertimbangkan. Untuk aset tetap, jumlah aset tetap yang tinggi
disebabkan karena ekspansi yang dilakukan oleh perbankan syariah
122
yang membutuhkan aset tetap seperti mesin ATM, atau pembukaan
kantor cabang, hal ini dapat dikurangi dengan kebijakan office
channeling atau penggunaan teknologi, sehingga bank syariah menjadi
lebih efisien. Sementara itu, untuk dana pihak ketiga tingginya dana
yang dihimpun oleh bank harus diikuti dengan tingginya pembiayaan
yang berkualitas, yang mana menjadi variabel output dalam penelitian
ini, sehingga dana tersebut dapat menjadi lebih produktif, dan efisiensi
bank akan tercapai.
2. Analisis Tingkat Stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN
Perhitungan stabilitas yang dilakukan menggunakan formula Z-
Score terhadap tujuh bank syariah di lima negara yang termasuk dalam
anggota ASEAN, meliputi Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan Bank
Muamalat Indonesia), Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan CIMB
Islamic Berhad), Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei Darussalam),
Filipina (Amanah Islamic Bank Filipina), dan Thailand (Islamic Bank
of Thailand). Berdasarkan perhitungan dengan Stochastic Frontier
Analysis, didapatkan hasil bahwa rata-rata nilai stabilitas tertinggi dari
perbankan syariah di ASEAN adalah pada Maybank Islamic Berhad
dengan rata-rata nilai stabilitas 19,49 dan rata-rata nilai stabilitas
terendah dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada Amanah
Filipina Islamic Bank sebesar -2,18. Nilai tertinggi pada Maybank
Islamic Berhad disebabkan karena Maybank Islamic Berhad mampu
menghasilkan laba bersih yang tinggi dengan total aset yang
dimilikinya, hal ini terlihat dari nilai ROA Maybank Islamic Berhad
yang tertinggi di antara yang lainnya. untuk itu, nilai stabilitasnya juga
tinggi. Sementara itu, untuk Islamic Bank of Thailand memiliki tingkat
stabilitas yang terendah karena bank syariah ini, selama empat tahun
terakhir masih mengalami kerugian, yang menyebabkan nilai ROA nya
menjadi negatif. Hal ini membuat tingkat stabilitasnya juga menjadi
negatif. Meskipun demikian, Islamic Bank of Thailand terus berupaya
untuk mengurangi kerugian yang dialaminya pada setiap tahunnya. Hal
123
ini terlihat dari tingkat kerugian yang menurun selama empat tahun
terakhir.
Kemudian berdasarkan tahun, nilai stabilitas tertinggi perbankan
syariah di ASEAN adalah pada tahun 2013 sebesar 5,54 sedangkan
nilai stabilitas terendah perbankan syariah di ASEAN adalah pada
tahun 2016 sebesar 4,86. Nilai tertinggi pada tahun 2013 disebabkan
karena pada tahun tersebut, Islamic Bank of Thailand belum
mengalami kerugian hal ini membuat rata-rata nilai stabilitas menjadi
tinggi, meskipun untuk bank yang lainnya bukan pencapaian stabilitas
terbaik mereka. Sementara itu, untuk nilai terendah pada tahun 2016
disebabkan karena Amanah Islamic Bank Filipina mengalami kerugian
tertinggi di tahun tersebut, sedangkan bank syariah lainnya tidak
mencapai stabilitas terbaiknya di tahun tersebut. Hal ini membuktikan
bahwa pada tahun 2018, di mana negara-negara di dunia sedang
mendapatkan tekanan ekonomi global, tidak menjadi tahun di mana
tingkat stabilitas perbankan syariah menjadi yang terendah. Untuk itu,
perbankan syariah masih mampu bertahan dalam tekanan global
tersebut. Meskipun tekanan global ini bukan seperti krisis pada 1997-
1998 ataupun pada 2007-2008, namun hal ini menjadi sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Dulal Miah dan Helal
Uddin (2017) yang mengatakan bahwa bank syariah lebih stabil
daripada bank konvensional pada masa krisis, meskipun dalam
penelitian ini peneliti tidak melakukan komparasi dengan bank
konvensional.
Sementara itu, untuk rata-rata nilai stabilitas perbankan syariah
di ASEAN secara keseluruhan adalah senilai 5,21. peneliti juga
melakukan pengujian terhadap hipotesis yang bertujuan untuk
menganalisis tingkat stabilitas Perbankan Syariah di ASEAN, apakah
stabil atau tidak dengan menggunakan Uji Binomial. Berdasarkan Uji
Binomial tersebut, probabilitas perbankan syariah di ASEAN stabil
124
lebih besar daripada probabilitas perbankan syariah di ASEAN tidak
stabil. Hal tersebut membuktikan bahwa perbankan syariah di ASEAN
adalah stabil. Hal ini disebabkan karena lima dari tujuh bank syariah di
ASEAN tidak mengalami kerugian ataupun financial distress
(kesulitan keuangan) yang menyebabkan bank syariah di ASEAN
masih dalam kondisi yang stabil dengan angka yang positif.
Peneliti belum menemukan studi penelitian yang menggunakan
metode dan sampel yang sama, yakni Z-Score pada tujuh perbankan
syariah yang meliputi lima negara di ASEAN. Akan tetapi, peneliti
menemukan beberapa penelitian terdahulu yang masih berkaitan dan
sejalan dengan hasil penelitian ini. Penelitian yang dilakukan oleh
Odeduntan, Adawale dan Hamisu (2016) menyatakan bahwa bank
syariah di Malaysia pada 2008-2012 adalah stabil. Selain itu, penelitian
yang dilakukan oleh Karim dkk. (2018) menyatakan bahwa bank
syariah lebih stabil dari pada bank konvensional di Indonesia,
meskipun dalam penelitian ini memang tidak melakukan perbandingan
dengan bank konvensional. Untuk Brunei Darussalam, Filipina dan
Thailand, peneliti belum menemukan penelitian yang relevan
mengenai stabilitas perbankan syariah di negara-negara tersebut.
Perbankan syariah dapat meningkatkan dan/atau
mempertahankan nilai stabilitas dapat dilakukan dengan meningkatkan
keuntungan/laba yang di dapatkan. Selain itu, perbankan syariah juga
dapat memperkecil nilai standar deviasi ROA yang mana sebagai
pembagi dalam formula Z-Score dalam penelitian ini. Memperkecil
standar deviasi dari ROA dapat dilakukan dengan tetap menjaga jarak
atau perbedaan nilai ROA setiap tahunnya agar tidak terlalu jauh
jaraknya. Dengan begitu, perbankan syariah di ASEAN dapat
meningkatkan dan menjaga nilai stabilitasnya.
125
3. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di
ASEAN
Dalam melihat perbedaan efisiensi di antara perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017, peneliti menggunakan uji beda Kruskal-
Wallis terhadap tujuh bank syariah di lima negara yang termasuk
dalam anggota ASEAN, meliputi Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan
Bank Muamalat Indonesia), Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan
CIMB Islamic Berhad), Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei
Darussalam), Filipina (Amanah Islamic Bank Filipina), dan Thailand
(Islamic Bank of Thailand). Berdasarkan Uji Kruskal-Wallis tersebut,
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan syariah di ASEAN. Hal ini disebabkan karena tingkat
efisiensi perbankan syariah di ASEAN cenderung pada level yang
sangat baik, dan sangat mendekati angka 1 yang dinilai sebagai
efisiensi maksimum. Hal ini membuat perbedaan efisiensi di antara
bank-bank syariah tersebut tidak signifikan. Sehingga dalam hal
efisiensi, perbankan syariah di ASEAN tidak terlalu berbeda antara
satu dengan yang lain, meskipun pada perkembangannya hanya
beberapa negara saja yang memberikan kontribusi besar bagi keuangan
syariah global. Dengan ini, diharapkan bahwa perbankan syariah di
ASEAN yang semakin baik dapat meningkatkan taraf hidup rakyat
banya di ASEAN khususnya, atau bahkan dunia pada umumnya.
Penulis belum menemukan hasil studi yang menganalisis
perbedaan efisiensi perbankan syariah di ASEAN melalui metode
Stochastic Frontier Analysis. Oleh karena itu, penulis tidak dapat
membandingkan hasil uji Kruskal-Wallis pada bagian pembahasan.
Akan tetapi, peneliti menemukan beberapa penelitian yang masih
berkaitan dengan uji beda pada efisiensi ini. Beberapa penelitian yang
membandingkan efisiensi perbankan syariah Indonesia da Malaysia
telah dilakukan sebelumnya, mengingat kedua negara ini yang menjadi
leader dalam industri perbankan syariah di ASEAN. Yulita dan Rizal
126
(2017) menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara efisiensi dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014. Begitu
pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah dan Laila
(2016), uji Mann Whitney yang dilakukan membuktikan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi dengan metode
DEA pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-
2014. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara tingkat
efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
4. Analisis Perbedaan Tingkat Stabilitas Perbankan Syariah di
ASEAN
Dalam melihat perbedaan stabilitas di antara perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017, sama dengan efisiensi, peneliti juga
menggunakan uji beda Kruskal-Wallis terhadap tujuh bank syariah di
lima negara yang termasuk dalam anggota ASEAN, meliputi Indonesia
(Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia), Malaysia
(Maybank Islamic Berhad dan CIMB Islamic Berhad), Brunei
Darussalam (Bank Islam Brunei Darussalam), Filipina (Amanah
Islamic Bank Filipina), dan Thailand (Islamic Bank of Thailand).
Berdasarkan Uji Kruskal-Wallis tersebut, terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN. Hal
ini disebabkan karena perbedaan angka yang cukup signifikan antara
nilai tertinggi dan terendahnya, Maybank Islamic Berhad yang
memiliki tingkat stabilitas tertinggi berbeda cukup jauh dengan
Amanah Islamic Bank of Filipina yang memiliki tingkat stabilitas
dengan angka yang negatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali dan
Rama (2015) yang mengatakan bahwa pertumbuhan perbankan syariah
di ASEAN masih belum merata, dalam hal ini terutama pada tingkat
stabilitasnya yang dipengaruhi oleh laba atau keuntungan yang
diperoleh oleh bank syariah.
127
Selain itu, penulis juga melakukan uji Post Hoc atau uji lanjutan
dengan Uji Mann Whitney terhadap nilai stabilitas, hal ini dilakukan
karena untuk mengetahui antar variabel independen mana yang
berbeda, yang mana tidak bisa diketahui dalam uji Kruskal-Wallis.
Berdasarkan hasil Uji Mann Whitney, 16 dari 21 uji yang dilakukan
membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara
tingkat stabilitas kedua sampel bank syariah. Selanjutnya, untuk lima
uji sisanya, yaitu uji yang dilakukan pada Bank Syariah Mandiri
dengan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dengan
Maybank Islamic Berhad, Bank Syariah Mandiri dengan CIMB
Islamic Berhad, Bank Syariah Mandiri dengan Amanah Islamic Bank
Filipina dan uji yang dilakukan pada Amanah Islamic Bank Filipina
dengan Islamic Bank of Thailand, membuktikan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan di antara kedua sampel. Untuk itu, secara
keseluruhan dapat terlihat bahwa memang terdapat perbedaan yang
signifikan di antara tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN.
Penulis belum menemukan hasil studi yang menganalisis
perbedaan stabilitas perbankan syariah di ASEAN melalui metode Z-
Score, baik dengan seluruh negara yang menjadi sampel penelitian ini
ataupun beberapa negara saja. Oleh karena itu, penulis tidak dapat
membandingkan hasil uji Kruskal-Wallis dan juga Uji Post Hoc
dengan uji Mann Whitney pada bagian pembahasan. Penulis berharap,
semoga penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya
yang terkait dengan perbedaan stabilitas perbankan syariah di ASEAN.
128
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi
perbankan syariah di ASEAN menggunakan metode Stochastic Frontier
Analysis dan juga untuk menganalisis tingkat stabilitas perbankan syariah
di ASEAN dengan menggunakan formula Z-Score. Selain itu menganalisis
tingkat efisiensi dan stabilitas, penelitian ini juga bertujuan untuk
membandingkan atau menganalisis perbedaan tingkat efisiensi perbankan
syariah di ASEAN. Begitu pula untuk stabilitas, penelitian ini juga
menganalisis perbedaan tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di bahas pada Bab IV, diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Pada pengukuran tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN
menggunakan metode Stochastic Frontier Analysis, rata-rata nilai
efisiensi tertinggi dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada Bank
Muamalat Indonesia dengan rata-rata nilai efisiensi 0,998460.
Meskipun demikian, efisiensi optimum sebesar 1 hanya didapatkan
oleh Bank Syariah mandiri selama empat dari lima periode penelitian.
Selanjutnya untuk rata-rata nilai efisiensi terendah dari perbankan
syariah di ASEAN adalah pada Islamic Bank of Thailand sebesar
0,964142. Sementara itu, untuk rata-rata nilai efisiensi perbankan
syariah di ASEAN secara keseluruhan adalah sebesar 0,986503.
Kemudian berdasarkan Uji Binomial, probabilitas perbankan syariah di
ASEAN efisien lebih besar daripada probabilitas perbankan syariah di
ASEAN tidak efisien. Hal tersebut membuktikan bahwa perbankan
syariah di ASEAN adalah efisien.
2. Pada pengukuran tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN
menggunakan formula Z-Score, rata-rata nilai stabilitas tertinggi dari
perbankan syariah di ASEAN adalah pada Maybank Islamic Berhad
129
dengan rata-rata nilai stabilitas 19,49 dan rata-rata nilai stabilitas
terendah dari perbankan syariah di ASEAN adalah pada Amanah
Filipina Islamic Bank sebesar -2,18. Sementara itu, untuk rata-rata
nilai stabilitas perbankan syariah di ASEAN secara keseluruhan adalah
senilai 5,21. Kemudian berdasarkan Uji Binomial, probabilitas
perbankan syariah di ASEAN stabil lebih besar daripada probabilitas
perbankan syariah di ASEAN tidak stabil. Hal tersebut membuktikan
bahwa perbankan syariah di ASEAN adalah stabil.
3. Analisis statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis yang
bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN
membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
4. Analisis statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis yang
bertujuan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap tingkat stabilitas perbankan syariah di ASEAN
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN. Kemudian untuk uji
Post Hoc dengan uji Mann Whitney menyimpulkan bahwa 16 dari 21
uji yang dilakukan membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan di antara tingkat stabilitas kedua sampel bank syariah.
Selanjutnya, untuk lima uji sisanya, yaitu uji yang dilakukan pada
Bank Syariah Mandiri dengan Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri dengan Maybank Islamic Berhad, Bank Syariah
Mandiri dengan CIMB Islamic Berhad, Bank Syariah Mandiri dengan
Amanah Islamic Bank Filipina dan uji yang dilakukan pada Amanah
Islamic Bank Filipina dengan Islamic Bank of Thailand, membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua
sampel. Untuk itu, secara keseluruhan dapat terlihat bahwa memang
terdapat perbedaan yang signifikan di antara tingkat stabilitas
perbankan syariah di ASEAN.
130
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Praktisi
a. Perbankan Syariah
1) Bagi praktisi perbankan syariah, diharapkan dapat
mempertahankan dan meningkatkan tingkat efisiensi
melalui peningkatan pengelolaan sumber daya dengan
menerapkan beberapa strategi seperti manajemen SDM,
manajemen kas dan manajemen aset tetap yang lebih baik
lagi.
2) Selain itu, strategi marketing dan inovasi produk perlu
untuk lebih diperhatikan, agar perbankan syariah dapat
menawarkan produk yang kompetitif, baik dari segi
penghimpunan dana ataupun penyaluran dana. Dengan
begitu, peluang untuk menghasilkan keuntungan pun dapat
menjadi lebih besar demi mempertahankan dan menjaga
stabilitas perbankan syariah di ASEAN.
3) Praktisi perbankan syariah juga sebaiknya memanfaatkan
perkembangan teknologi agar eksistensi bank syariah dapat
lebih mudah terlihat oleh nasabah, agar membuat perbankan
syariah dapat menjangkau nasabah-nasabah yang
sebelumnya tidak dapat terjangkau, sehingga akan
mendukung efisiensi dan stabilitas perbankan syariah di
ASEAN
131
4) Melakukan ekspansi ke beberapa negara di kawasan
ASEAN bagi industri perbankan syariah juga dapat menjadi
peluang untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis. Apalagi,
untuk negara-negara dengan populasi muslim yang cukup
banyak. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan stabilitas perbankan syariah di ASEAN
b. Pemerintah
1) Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan dukungan
yang maksimal terhadap industri keuangan syariah,
khususnya perbankan syariah. Dukungan tersebut bisa
diberikan dalam hal kebijakan yang membantu dan tidak
mempersulit industri terkait namun tetap dapat dipantau
dengan baik. Hal ini akan sangat mendukung sektor
perbankan syariah, terlebih untuk negara-negara yang
bukan mayoritas muslim di ASEAN, seperti Thailand dan
Filipina. Bagi negara-negara tersebut, dukungan pemerintah
dapat sangat membantu kelangsungan perbankan syariah di
negara tersebut, sehingga perbankan syariah di negara
tersebut pun dapat lebih efisien dan stabil.
2) Sebaiknya pemerintah juga dapat meningkatkan literasi
keuangan syariah pada masyarakat atau penduduknya. Baik
di negara mayoritas muslim, ataupun di negara minoritas
muslim, ketidaktahuan masyarakat menjadi alasan untuk
tidak berhubungan dengan perbankan syariah. Apabila
minat masyarakat terhadap perbankan syariah tinggi, maka
akan dapat meningkatkan efisiensi dan stabilitas perbankan
syariah, khususnya di ASEAN.
3) Pemerintah sebaiknya lebih ketat dalam menjaga kepatuhan
syariah. Bila di Indonesia terdapat Otoritas Jasa Keuangan
132
(OJK) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI), maka akan sangat baik jika bisa
menjadi pelopor untuk negara-negara minoritas muslim di
ASEAN lainnya.
4) Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat memiliki
koordinasi yang baik dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan industri perbankan syariah ini.
Koordinasi yang baik juga dapat mendukung
keberlangsungan, efisiensi serta stabilitas perbankan syariah
di ASEAN.
2. Bagi Akademisi
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menggunakan metode
yang berbeda untuk menganalisis efisiensi dan stabilitas perbankan.
Misalnya dapat menambahkan dan membandingkan dengan metode
lain seperti metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA)
untuk efisiensi dan dapat menambahkan atau membandingkan dengan
formula Altman Z-Score untuk stabilitas perbankan syariah. Untuk
efisiensi, pendekatan yang digunakan pun bisa dilakukan dengan
pendekatan yang lain, seperti pendekatan aset atau produksi. kemudian
untuk sampel yang digunakan alangkah lebih baik jika bisa
ditambahkan dengan banyaknya bank syariah di Indonesia dan
Malaysia agar dapat lebih komprehensif. Selain itu, pada penelitian
selanjutnya juga dapat menambahkan faktor-faktor yang
mempengaruhi stabilitas dan efisiensi.
133
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ascarya. 2015. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hidayat, Rahmat. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah: Teori dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing.
Huda, Nurul dan Nasution. (2014). Current Issue Lembaga Keuangan Syariah.
Jakarta: Kencana.
Ihsan, Dwi Nur’aini. (2013). Analisis Laporan Keuangan Syariah. Tangerang
Selatan: UIN Press.
Ihsan, Dwi Nur’aini. (2015). Manajemen Treasury Bank Syariah. Jakarta: UIN
Press.
Iskandar, Syamsul. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: In
Media.
Karim, Adiwarman. (2002). Ekonomi Islam; Suatu Kajian Ekonomi Makro.
Jakarta: IIIT Indonesia.
Karim, Adiwarman. (2007). Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Kasmir. (2009). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Nurhasanah. (2016). Praktikum Statistika 2 untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta:
Salemba Empat.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Prasetyantoko. (2008). Bencana Finansial: Stabilitas sebagai Barang Publik.
Jakarta: Kompas.
Prasetyoningrum, Ari Kristin. (2015). Risiko Bank Syariah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pulungan, Jemina S. (2013) Efisiensi Kerja dalam Pekerjaan Rumah Tangga.
Jakarta: Kencana.
134
Rodoni, Ahmad. (2009) Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. (2014). Manajemen Keuangan Modern. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Rusydiana, Aam Slamet. (2018). Efisiensi Dan Stabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Akuntabilitas Vol. 11 No. 2.
Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk penelitian Kuantitati:
Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta: Bumi Aksara.
Siregar, Syofian. (2015). Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Sriyana, Jaka. (2014). Metode Regresi Data Panel. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. (2015). Statistik Nonparametris untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan – Teori dan Aplikasi dengan SPSS.
Yogyakarta: CV Andi Offset.
Wahyuni, Salamah. (2014). Statistik Ekonomi dan Bisnis. Surakarta: UPT UNS
Press.
Winantyo R., dkk. (2008). Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jakarta: Ppt. Elex
Media Komputindo
Yaya, Rizal. (2014). Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat.
Artikel Jurnal atau Penelitian
Abidin, Zaenal dan Endri. (2009). Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA). Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol. 11 No. 1.
Abrar, Tanveer Farhan Ahmed, Muhammad Kashif. (2018). Financial Stability of
Islamic Versus Conventional Banks in Pakistan. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu
Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics). Vol. 10 No. 2.
135
Ali, Herni dan Ali Rama. (2018). Indeks Kinerja Perbankan Syariah di Asia
Tenggara Berdasarkan Konsep Maqâshid Al-Syarî`Ah. Madania Vol. 22
No. 1.
Ali, M. Mahbubi dan Ascarya. (2010). Analisis Efisiensi Baitul Maal Wat Tamwil
dengan Pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis (Studi Kasus
Kantor Cabang BMT MMU Dan BMT UGT Sidogiri). Islamic Finance &
Business Review, Vol. 5 No. 2.
Ali, Muhammad dan Chin-Hong Puah. (2018). Does Bank Size and Funding Risk
Effect Bank’s Stability? A Lesson from Pakistan. Global Business Review
Vol. 19 No. 5.
Amirillah, Afif. (2014). Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia. Journal of
Economy and Policy (JEJAK), Vol. 7 No. 2.
Ascarya dan Diana Yumanita. (2008). Comparing The Efficiency of Islamic
Banks in Malaysia and Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan
Beck, Thorsten, Asli Demirgüç-Kunt dan Ouarda Merrouche. (2013). Islamic vs.
conventional banking: Business model, efficiency and stability. Journal of
Banking & Finance No. 37.
Cihak, Martin dan Heiko Hesse. (2008). Islamic Banks and Financial Stability: An
Empirical Analysis. IMF Working Paper Series No. 932.
Ebrahim, M. Shahid dan Tan Kai Joo. (2001). Islamic Banking in Brunei
Darussalam. International Journal of Social Economics, Vol. 28 No. 4.
Fakhrunnas Faaza. (2017). Efisiensi Perbankan syariah di Asia Tenggara. Jurnal
Ekonomi dan Keuangan Islam Vol. 3 No. 1.
Famera, Nonick Lhee Na dan Indriani. (2018). Penilaian Efisiensi Dual Banking
System di Indonesia Menggunakan Stochastic Frontier Analysis. Jurnal
Ilmu Manajemen dan Akuntansi (JIMEKA), Vol. 3 No. 1.
Fauzi, Ahmad. (2014). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Indonesia:
Apakah Efisien dalam Profitabilitas Operasional?. Forum Riset Keuangan
Syariah 2014.
136
Ferhi, Afifa. (2018). Credit risk and banking stability: a comparative study
between Islamic and conventional banks. International Journal of Law and
Management.
Gamaginta dan Rofikoh Rokhim. (2011). The Stability Comparison between
Islamic Banks and Conventional Banks: Evidence in Indonesia. 8th
International Conference on Islamic Economics and Finance.
Ghozali, Imam. & Dwi Ratmono. (2013). Analisis Multivariat dan Ekonometrika
Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Eviews 8. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Hadad, Muliaman D., dkk. (2003). Analisis Efisiensi Industri Perbankan
Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data Envelopment Analysis
(DEA). Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank Indonesia Research Paper,
No. 7/5.
Hidayat, H. Rahmat. (2011). Kajian Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia:
Pendekatan Data Envelopment Analysis. Jurnal Media Riset Bisnis &
Manajemen, Vol. 11 No. 1.
Hosen, Muhamad Nadratuzzaman dan Syafaat Muhari. Indicator of Islamic
Banking Competitiveness in The ASEAN Economic Community Era: Case
Study of Indonesia and Malaysia. International Research Journal of Finance
and Economics No 163.
Huri, Mumu Daman dan Indah Susilowati. (2004). Pengukuran Efisiensi Relatif
Emiten Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Jurnal Dinamika Pembangunan, Vol. 1 No. 2.
Kamaruddin, Badrul Hisham, Mohammad Samaun Safab dan Rohani Mohd.
(2008). Assessing Production Efficiency of Islamic Banks and Conventional
Bank Islamic Windows in Malaysia. International Journal of Business and
Management Research, Vol. 1 No. 1.
Kamarudin, Fakarudin, dkk. (2017). Assesing the domestic and foreign Islamic
banks efficiency: Insight from selected Southeast Asian countries. Future
Business Journal Vol. 3.
137
Karim, Norzitah Abdul. (2018). Comparative Analysis of Bank Stability in
Indonesia: A Non-Parametric Approach on Different Banking Models.
Journal of Islamic Monatary and Finance, Vol. 3 No. 2.
Kustanti, Hesti dan Astiwi Indriani. (2016). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan Metode
Stochastic Frontier Analysis (SFA) Periode 2010-2014. Jurnal Studi
Manajemen dan Komunikasi, Vol. 12.
Maulidiyah, Hikmah dan Nisful Laila. (2016). Membandingkan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dan Malaysia dengan Metode Data Envelopment
Analysis (dea). Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 3 No. 4.
Miah, Mohammad Dulal dan Helal Uddin. (2017). Efficiency and stability: A
comparative study between Islamic and conventional banks in GCC
countries. Future Business Journal Vol. 3, 172–185.
Molyneux, Philip & John Yip. (2013). Income Diversification and Performance of
Islamic Banks. Journal of Financial Management, Markets and Instutions
Vol. 1 No. 1.
Muharam, Harjum dan Rizki Pusvitasari. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 11. No. 3.
Muljawan, Dadang. 2014. Faktor-Faktor Penentu Efisiensi Perbankan Indonesia
serta Dampaknya Terhadap Perhitungan Suku Bunga Kredit. Working Paper
Bank Indonesia Vol. 2.
Myirandasari, Bella. (2015). Analisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan
Konvensional (Bank Umum Devisa Non Go Public di Indonesia). Jurnal
Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Vol. 3
No. 1.
Mylenko, Nataliya dan Zamir Iqbal. (2016). Developing Islamic Finance in the
Philipines. Filipina: World Bank Group
Odeduntan, Akeem Kolawole, Abideen Adewale dan Salisu Hamisu. 2016.
Financial Stability of Islamic Banks: Empirical Evidence. Journal of Islamic
Banking and Finance, Vol. 4 No. 1.
138
Rahmawati, Rafika. (2015). The Cost Efficiency of Islamic Bank in Indonesia: A
Stochastic Frontier Approach and Data Envelopment Analysis. Bulletin of
Monetary, Economics and Banking Vol. 17 No. 4.
Rodoni, Ahmad, dkk. (2017). Comparing Efficiency and Productivity in Islamic
Banking: Case Study in Indonesia, Malaysia and Pakistan. Al-Iqtishad Vol.
9 No. 2.
Sari, Ditta Feicyllia Sari dan Noven Suprayogi. (2015). Membandingkan Efisiensi
Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional di
Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA). JESTT Vol.
2 No. 8
Shahid, Muhammad Ali and Zaheer Abbas. (2012). Financial stability of Islamic
banking in Pakistan: An empirical study. African Journal of Business
Management Vol. 6 No. 10.
Siudek Tomasz. (2008). Theoretical Foundation of Banks Efficiency and
Empirical Evidence from Poland. Socialiniai tyrimai / Social Research. Vol.
13 No. 3.
Solihin, Noer Azam Achsani dan Imam T. Saptono. 2016. The Islamic Banking
and The Economic Integration in ASEAN. Buletin Ekonomi Moneter dan
Perbankan Vol. 19 No. 1.
Tahir, Izah Mohd, Nor Mazlina Abu Bakar dan Sudin Haron. (2008). Technical
efficiency of the Malaysian commercial banks: a stochastic frontier
approach. Banks and Bank Systems International Research Journal, Vol. 3
No. 4.
Ullah, Inayat, dkk. (2017). Financial Stability of Islamic Banks; A Case Study of
Pakistan. Asian Research Journal of Arts & Social Sciences Vol 4 No. 4.
Wibowo, Buddi. (2017). Metode Pengukuran Probabilitas Kebangkrutan Bank
dan Analisis Hubungannya Dengan Diversifikasi Sumber Pendapatan:
Kasus Perbankan Indonesia. Jurnal Manajemen Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan Vol. 11 No. 1.
Yulita, Ika dan Sofyan Rizal. (2017). Islamic Banking Efficiency: Comparative
Studies Between Malaysia and Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 5 No.1.
139
Zahra, Siti Fatimah, Ascarya dan Nurul Huda. (2018). Stability Measurement of
Dual Banking System in Indonesia: Markov Switching Approach. Vol. 10
No. 1.
Dokumen Pemerintahan
Bank Indonesia. (2018). Kajian Stabilitas Keuangan No. 30. Dokumen diakses
pada 7 Mei 2018 melalui www.bi.go.id.
Bank Indonesia. (2018). Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia 2018.
Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.bi.go.id.
Bank Negara Malaysia. (2013). Asia: Future Prospect for Islamic Finance.
Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.mifc.com
Bank Negara Malaysia. (2018). Financial Stability and Payment Systems Report
2017. Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.bnm.gov.my
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). (2018). Analisis Stabilitas dan Sistem
Perbankan Triwulan I 2018. Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2017.
Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.ojk.go.id.
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Laporan Profil Industri Perbankan Triwulan II
2018. Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.ojk.go.id.
Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008
Dokumen Website
Dubai Islamic Bank (2017). Global Islamic Finance Report 2017. Dokumen
diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.gifr.net.
ICD. 2017. Annual Development Effectiveness Report 2017. ICD. Dokumen
diakses pada 7 Mei (2018) melalui www.icd-ps.org.
ICD-Thomson Reuters. Islamic Financial Development Report 2017. Thomson
Reuters. Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui www.icd-ps.org.
Islamic Financial Services Board. (2017). Islamic Financial Services Industry
Stability Report 2017. Dokumen diakses pada 7 Mei 2018 melalui
www.ifsb.org.
140
KFH Reserarch ltd. Islamic Finance in Asia: Development, Growth and
Opportunities. Dokumen diakses dari www.kfhresearch.com pada 7 Mei
2019.
Website
http://www.amanahbank.gov.ph/ diakses pada tanggal 23 Januari 2019
http://www.bibd.com.bn/ diakses pada tanggal 21 Januari 2019
http://www.ibank.co.th/2010/ diakses pada tanggal 13 Maret 2019
https://www.bankmuamalat.co.id/ diakses pada tanggal 21 April 2019
https://www.bi.go.id/ diakses pada tanggal 22 Desember 2018
https://www.cimbislamic.com/ diakses pada tanggal 14 April 2019
https://www.maybank2u.com.my/ diakses pada tanggal 14 April 2019
https://www.setnas-asean.id/ diakses pada tanggal 30 April 2019
https://www.syariahmandiri.co.id/ diakses pada tanggal 22 Desember 2018
Pooprasert, Ruengrit dan Anaknong Chaiyasri. (2012). Islamic Finance in
Thailand: Prospects and Challenges. Diakses pada 7 Mei 2018 melalui
https://www.islamicfinancenews.com/islamic-finance-in-thailand-prospects-
and-challenges.html.
141
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Lampiran:
1. Data sekunder untuk Efisiensi sebelum diolah
2. Data sekunder untuk Stabilitas sebelum diolah
3. Hasil uji Post Hoc tingkat Stabilitas
4. Kurs Jual untuk setiap mata uang Rupiah, Ringgit, Dolar Brunei, Peso
Filipina dan Bath Thailand terhadap US Dollar 14 Mei 2019.
142
Lampiran 1: Data sekunder untuk Efisiensi sebelum diolah
Bank
Syariah
Kode
Bank Tahun
Total
Pembiayaan Biaya TK DPK Aset Tetap
BSM
(dalam
jutaan
rupiah)
1 2013 48.669.398 1.192.403 56.717.213 787.871
1 2014 46.576.875 1.359.776 60.104.716 725.404
1 2015 48.486.706 1.370.215 62.475.236 1.124.136
1 2016 52.837.460 1.485.175 70.342.339 973.273
1 2017 57.977.439 1.599.262 78.417.816 881.504
BMI
(dalam
ribuan
rupiah)
2 2013 40.922.616.337 754.058.623 46.952.819.494 868.254.573
2 2014 41.613.618.814 858.067.414 55.048.109.428 2.297.070.118
2 2015 38.825.318.016 924.521.476 50.372.869.934 2.394.218.133
2 2016 38.370.896.244 748.004.439 48.332.326.496 2.638.164.741
2 2017 39.964.560.634 802.492.698 52.587.640.199 2.653.438.931
Maybank
Islamic
Berhad
(dalam
ribuan
ringgit)
3 2013 86.135.734 874.032 116.388.914 8.770.145
3 2014 107.729.239 959.279 126.168.730 2.524.593
3 2015 130.166.349 1.135.056 127.130.788 3.673.991
3 2016 148.523.310 1.233.110 136.946.498 4.506.551
3 2017 162.072.685 1.340.351 158.135.581 6.690.982
CIMB
Islamic
Berhad
(dalam
ribuan
ringgit)
4 2013 35.072.564 84.398 38.466.874 5.236
4 2014 36.299.580 72.306 41.328.044 10.124
4 2015 40.325.440 72.161 44.247.880 12.595
4 2016 47.172.873 34.108 52.754.396 9.581
4 2017 57.551.408 30.820 64.910.083 6.031
BIBD
(dalam
ribuan
Dolar
Brunei)
5 2013 2.307.456 44.923 4.765.026 62.512
5 2014 2.425.531 47.780 5.901.234 61.141
5 2015 2.815.031 50.016 5.695.506 75.287
5 2016 2.602.613 47.302 7.478.554 75.389
5 2017 2.639.100 59.677 7.828.856 76.279
Amanah
Filipina
(dalam
ribuan
Peso)
6 2013 215.690.312 37.971.063 244.466.100 10.685.532
6 2014 186.067.810 36.741.455 294.070.770 9.328.742
6 2015 189.158.090 40.300.710 402.290.169 6.965.485
6 2016 181.792.118 41.867.017 304.622.249 6.440.300
6 2017 203.655.878 45.968.408 463.486.027 4.906.199
IB
Thailand
(dalam
ribuan
Bath)
7 2013 108.257.223 1.334.929 99.893.739 1.182.921
7 2014 110.314.177 1.040.306 111.855.445 1.192.586
7 2015 98.720.637 980.076 99.530.203 1.087.773
7 2016 93.776.506 696.371 93.498.081 796.656
7 2017 44.199.997 663.411 85.239.586 474.686
143
Lampiran 2: Data sekunder untuk Stabilitas sebelum diolah
Bank
Syariah Tahun ROA Equity Total Asset
E/TA
ratio
Std
ROA
BSM
(dalam
jutaan
rupiah)
2013 0,0138 4.861.999 63.965.361 0,076 0,0045
2014 0,0016 4.936.979 66.942.422 0,074 0,0045
2015 0,0053 5.613.739 70.369.709 0,080 0,0045
2016 0,0055 6.392.437 78.831.722 0,081 0,0045
2017 0,0055 7.314.241 87.939.774 0,083 0,0045
BMI
(dalam
ribuan
rupiah)
2013 0,0050 4.291.094 54.694.021 0,078 0,0015
2014 0,0017 3.928.412 62.442.190 0,063 0,0015
2015 0,0020 3.550.564 57.172.588 0,062 0,0015
2016 0,0022 3.618.747 55.786.398 0,065 0,0015
2017 0,0011 5.545.367 61.696.920 0,090 0,0015
Maybank
Islamic
Berhad
(dalam
ribuan
ringgit)
2013 0,0110 6.435.555 125.056.697 0,051 0,0006
2014 0,0113 7.228.970 136.323.075 0,053 0,0006
2015 0,0104 8.266.591 156.352.454 0,053 0,0006
2016 0,0099 9.088.675 181.794.557 0,050 0,0006
2017 0,0111 9.311.409 202.495.053 0,046 0,0006
CIMB
Islamic
Berhad
(dalam
ribuan
ringgit)
2013 0,0081 2.670.902 49.432.178 0,054 0,0011
2014 0,0106 3.211.444 49.863.771 0,064 0,0011
2015 0,0099 3.606.083 54.559.147 0,066 0,0011
2016 0,0109 4.150.140 66.646.856 0,062 0,0011
2017 0,0093 4.795.715 87.277.423 0,055 0,0011
BIBD
(dalam
ribuan
Dolar
Brunei)
2013 0,0138 1.063.269 6.070.051 0,175 0,0026
2014 0,0184 1.121.678 5.717.109 0,196 0,0026
2015 0,0172 1.163.221 7.056.419 0,165 0,0026
2016 0,0154 1.247.282 9.033.481 0,138 0,0026
2017 0,0204 1.003.701 9.229.922 0,109 0,0026
Amanah
Filipina
(dalam
ribuan
Peso)
2013 -0,0730 398.512.086 678.580.958 0,587 0,0254
2014 -0,0352 373.771.712 702.657.337 0,532 0,0254
2015 -0,0302 350.233.447 779.067.064 0,450 0,0254
2016 -0,0823 297.737.650 626.587.649 0,475 0,0254
2017 -0,0805 238.642.083 734.200.357 0,325 0,0254
IB
Thailand
(dalam
ribuan
Bath)
2013 0,0232 648.614 116.720.316 0,006 0,0394
2014 -0,0870 -8.862.247 109.701.147 -0,081 0,0394
2015 -0,0462 -13.435.806 91.505.009 -0,147 0,0394
2016 -0,0407 -17.076.797 81.686.776 -0,209 0,0394
2017 -0,0382 -20.011.551 71.702.776 -0,279 0,0394
144
Lampiran 3: Hasil uji Post Hoc tingkat Stabilitas
BSM dengan BMI
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U 7,000
Wilcoxon W 22,000
Z -1,152
Asymp. Sig. (2-tailed) ,249
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,310b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BSM dengan MIB
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,619
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BSM dengan CIMB IB
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,619
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BSM dengan BIBD
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,619
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BSM dengan AIBF
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,619
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BSM dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U 1,000
Wilcoxon W 16,000
Z -2,410
Asymp. Sig. (2-tailed) ,016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
145
BMI dengan MIB
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BMI dengan CIMB IB
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BMI dengan BIBD
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BMI dengan AIBF
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BMI dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
MIB dengan CIMB IB
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
146
MIB dengan BIBD
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
MIB dengan AIBF
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
MIB dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
CIMB IB dengan BIBD
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U 2,000
Wilcoxon W 17,000
Z -2,193
Asymp. Sig. (2-tailed) ,028
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,032b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
CIMB IB dengan AIBF
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
CIMB IB dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
147
BIBD dengan AIBF
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
BIBD dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 15,000
Z -2,611
Asymp. Sig. (2-tailed) ,009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
AIBF dengan IBT
Test Statisticsa
Stabilitas
Mann-Whitney U 6,000
Wilcoxon W 21,000
Z -1,358
Asymp. Sig. (2-tailed) ,175
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,222b
a. Grouping Variable: BS
b. Not corrected for ties.
148
Lampiran 4: Kurs Jual untuk setiap mata uang Rupiah, Ringgit, Dolar
Brunei, Peso Filipina dan Bath Thailand terhadap US Dollar 14
Mei 2019.
Negara Kurs Jual
Indonesia 0,00007
Malaysia 0,24
Brunei Darussalam 0,74
Filipina 0,019
Thailand 0,031
top related