ekologi pesisir laut
Post on 19-Oct-2015
76 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara dua ekosistem
besar, yaitu ekosistem darat dan laut. Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik
yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan ekosistem ini menjadi sangat
spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas, dan pasang surut merupakan faktor
lingkungan utama yang berpengaruh terhadap ekosistem di wilayah tersebut.
Menurut (Odum, 1994), daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan
estuaria menjadi tempat pertemuan bagi banyak spesies organisme yang berasal
dari darat dan laut. Adanya pertemuan antara dua ekosistem ini memberikan
peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang
satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang
berasal dari yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih
dan bahkan memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan
laut. Kadang-kadang spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di
daerah peralihan dibandingkan dengan kedua daerah ekosistem yang
mengapitnya.
Pertemuan antara ekosistem darat dan laut ini dikenal sebagi ekoton dan
pada akhirnya menciptakan suatu keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem
terjadi akibat adanya hubungan timbal balik, baik yang sisifatnya satu arah
maupun dua arah. Hubungan ini akan mencapai titik klimaks pada saat
kesetimbangan dan kestabilan ekosistem telah tercapai. Kecendrungan
meningkatnya keanekaragaman dan kepadatan di daerah pertemuan antar
komunitas dikenal sebagai pengaruh tepi atau edge effect.
Jika kita mengikuti aliran sebuah sungai yang airnya bersumber dari mata
air di pegunungan, maka kita akan menemukan berbagai macam komunitas
berbeda yang dilalui oleh sungai tersebut hingga tiba di daerah pesisir dan laut.
Beberapa komunitas yang dilalui oleh aliran sungai tersebut diantaranya adalah
hutan pegunungan, daerah dataran rendah, mangrove, padang lamun, dan terumbu
karang. Rangkaian ekosistem dari sekumpulan komunitas tersebut menciptakan
Lingkungan Pesisir 1
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
suatu keterkaitan ekosistem yang utuh dan saling berhubungan antara satu dengan
yang lainnya. Komunitas hutan pegunungan dan dataran rendah tergolong ke
dalam ekosistem darat. Sedangkan komunitas mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang termasuk ke dalam ekosistem pesisir.
Komunitas mangrove, padang lamun, dan terumbu karang memiliki peran
yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove
memiliki peranan sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan dari
abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak organisme
laut. Komunitas lamun memiliki peranan yaitu mengurangi energi gelombang,
menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan, menjebak zat hara, serta
menjadi tempat bertelur dan mencari makan. Sedangkan terumbu karang sendiri
mempunyai peranan yaitu mengurangi energi gelombang, juga memperkokoh
daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak jenis
organisme laut.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara ekosistem mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang.
2. Untuk mengetahui manfaat dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang.
3. Untuk mengetahui syarat hidup dari masing-masing ekosistem mangrove,
padang lamun, dan terumbu karang.
4. Untuk mengetahui mengapa di daerah Padang Galak - Bali tidak ada
ekosistem padang lamun.
Lingkungan Pesisir 2
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Ekosistem Terumbu Karang
2.1.1 Pengertian Terumbu Karang
Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.
Binatang karang yang berukuran sangat kecil disebut polip, yang dalam jumlah
ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang
lunak). Dalam peristilahan terumbu karang, karang yang dimaksud adalah
koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai
pembentuk utama terumbu, sedang kan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di
laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada
batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang
maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk
dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral
adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk
kerangka tubuhnya, karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem
tersebut. Jadi Terumbu Karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis
yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki
kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya disominasi berbagai
jenis hewan karang keras (Guilcher, 1988).
2.1.2. Tipe-Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Berdasarkan jenisnya Terumbu Karang dapat di bagi menjadi dua, yaitu :
1. Terumbu Karang Keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan
karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu
ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat
sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan
sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk
karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang yang
tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai
Lingkungan Pesisir 3
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh
keluar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai
barrier reef, dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau
vulkanik yang disebut coral atoll.
2.1.3. Tipe-Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya
Terumbu karang umumnya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir
pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40
meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju ke laut lepas.
Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas
mengarah secara vertical. Contoh : Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan
(Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar
0,52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga
75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang
lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh
di sekitar pulau sangat besar besar atau benua dan membentuk gugusan pulau
karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan
Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-
pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.
Lingkungan Pesisir 4
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
4. Terumbu karang datar/Gosong Terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar
(flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan
dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar.
Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan
kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta),
Kepulauan Ujung Batu.
2.1.4. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Perkembangan
Ekosistem Terumbu Karang
1. Suhu
Secara global, sebaran terumbu karang di dunia dibatasi oleh permukaan laut
yang isotherm pada suhu 200C, dan tidak ada terumbu karang yang
berkembang di bawah suhu 180C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang
optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-250C, dan dapat
menoleransi suhu sampai 36-400C.
2. Salinitas
Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang
tetap di atas 30 tetapi dibawah 35 umumnya terumbu karang tidak
berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari
sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta
sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang
di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persiayaang salinitasnya 42%.
3. Cahaya Dan Kedalaman
Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis
oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun
karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70
meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik
kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah
pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di
permukaan.
Lingkungan Pesisir 5
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
4. Kecerahan
Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi
berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas
perairan yang tinggi pula.
5. Gelombang
Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar
dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami.
Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang
memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan
air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya
pengendapan pada koloni atau polip karang.
6. Arus
Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila
membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan
zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di
perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat
pada kematian karang.
7. Sedimen
Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan
faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu
cocok untuk hewan ini.
2.1.5. Penghuni Terumbu Karang
1. Tumbuh-Tumbuhan
Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar
dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik.
Mereka adalah produsen primer, mampu menangkap energi surya dan
mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya
dengan menyimpan energi. Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di
Lingkungan Pesisir 6
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap
sedimen.
2. Avertebrata
Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama
dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum
Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan
Anthozoa.
Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakan memiliki ukuran
kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan
oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari batuan kapur menjadi
pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.
Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda
yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang,
lobster dan udang karang.
Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hewan lain
di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu
dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil
berwarna dengan anemone.
Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu
yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut.
Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan
makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi
perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan
cumi- cumi.
Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di
terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa
saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang. Teripang mendiami sebagain
besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar.
3. Ikan Karang
Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:
Lingkungan Pesisir 7
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
a. Ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai
ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae,
Lethrinidae;
b. Kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai
indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan
seperti Famili Chaetodontidae; dan
c. Kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran
lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae,
Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae
(Adrim, 1993).
Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari
ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat
perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan
makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup.
4. Reptilia
Reptilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok
yaitu, ular laut dan penyu. Dua kelompok ini terancam punah. Ular ditangkap
untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.
2.1.6. Manfaat Ekosistem Terumbu Karang
1. Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan
tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber makanan, bahan obat obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.
2. Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam
menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu
mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi
pantai dari abrasi.
3. Adapun dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan
yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk
pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.
Lingkungan Pesisir 8
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
2.1.7. Faktor-Faktor Yang Merusak Terumbu Karang
Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayatinya termasuk di laut.
Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang
memiliki peranan penting yaitu terumbu karang kini mulai rusak. Hal ini
disebabkan oleh :
1. Pengendapan Kapur
Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat
mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa ke laut dan
menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari
tertutup oleh sedimen.
2. Aliran Air Tawar
Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar
tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah
pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.
3. Berbagai Jenis Limbah Dan Sampah
Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah
pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.
4. Pemanasan Suhu Bumi
Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara.
Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global.
yang dapat mengakibatkan naiknya suhu air laut sehingga karang menjadi
memutih (bleaching) seiring dengan perginya zooxanthelae dari jaringan kulit
karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang
terhambat dan akan mati.
5. Uji Coba Senjata Militer
Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan
reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat
bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan
dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.
Lingkungan Pesisir 9
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
6. Cara Tangkap Yang Merusak
Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan racun dan bahan peledak.
7. Penambangan Dan Pengambilan Karang
Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan
bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter
persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.
8. Penambatan Jangkar Dan Berjalan Pada Terumbu
Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu
karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun
hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.
9. Serangan Binatang Laut Berduri
Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang
permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan
bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan
membungkus polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.
2.2. Ekosistem Padang Lamun
2.2.1. Pengertian Padang Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969).
Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai
akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan
tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Lamun
senantiasa membentuk hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari
satu species (monospesific; banyak terdapat di daerah temperate) atau
lebih dari satu species (multispecific; banyak terdapat di daerah tropis) yang
selanjutnya disebut padang lamun. Menurut Sheppard et al (1996),
Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang ditumbuhi
oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan serta mampu hidup secara
permanen di bawah permukaan air laut. Ekosistem padang lamun merupakan
Lingkungan Pesisir 10
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang
sangat panting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun
(seagrass) termasuk dalam kelompok Angiospermae yang hidupnya terbatas
di lingkungan laut yang umumnya hidup di perairan dangkal wilayah pesisir
Komunitas lamun di wilayah ini mempunyai diversitas yang lebih kompleks
dibanding yang berada di daerah sedang (Poiner & Robert., 1986).
2.2.2. Habitat Padang Lamun
Lamun hidup dan terdapat pada daerah daerah mid-intertidal sampai
kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah
spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari
(Barber, 1985). Habitat lamun dapat dilihat sebagai suatu komunitas, dalam
hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan
dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dilihat
sabagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi
dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh
interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi. Ekosistem padang lamun
pada daerah tropik dapat menempati berbagai habitat, dalam hal ini status
nutrien yang diperlukan sangat berpengaruh. Lamun dapat hidup mulai dari
rendah nutrien dan melimpah pada habitat yang tinggi nutrien. Lamun pada
umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun
terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun
(Thalassia) adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Menurut
Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus acoroides dominan hidup
pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang
terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati.
2.2.3. Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan Padang Lamun
1. Suhu
Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu
terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme,
Lingkungan Pesisir 11
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun (Brouns dan Hiejs
1986; Marsh et al. 1986; Bulthuis, 1987). Marsh et al. (1986) melaporkan
bahwa pada kisaran suhu 25 30C fotosintesis bersih akan meningkat
dengan meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan
meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35C.
2. Salinitas
Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun
yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar (Zieman, 1986).
Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 /o,
namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk
pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 /o. Salinitas juga
dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun
dan kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis antartica biomassa,
produktivitas dan kecepatan pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 /o.
Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas,
namun jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun (Walker, 1985).
3. Kekeruhan
Kekeruhan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun
karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun
untuk berfotosintesis masuk ke dalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh
adanya partikel-partikel tersuspensi, baik oleh partikel-partikel hidup seperti
plankton maupun partikel-partikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen
dan sebagainya. Pada perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan
faktor pembatas pertumbuhan dan produksi lamun (Hutomo, 1997).
4. Kedalaman
Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun
tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman
30 m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh
Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia, Sedangkan
Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo,
1997).
Lingkungan Pesisir 12
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
5. Nutrien
Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padang lamun dan
ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi faktor pembatas
pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang jernih
(Hutomo, 1997).
Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut di air antara,
terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut dan dapat
dipertukarkan yang dapat dimanfaatkan oleh lamun (Udy dan Dennison,
1996). Dihambahkan bahwa kapasitas sedimen kalsium karbonat dalam
menyerap fosfat sangat dipengaruhi oleh ukuran sedimen, dimana sedimen
hahis mempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi.
6. Substrat
Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia
padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategori berdasarkan
karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur,
lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara,
1997). Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaan penting antara
komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat dan sedimen terrigen
dalam hal struktur, kerapatan, morfologi dan biomassa.
2.2.4. Fungsi Padang Lamun
Padang lamun memiliki berbagai fungsi ekologi yang vital
dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan
biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung produktivitas
perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu:
1. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sebagai perangkap dan
pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.
2. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non
ikan).
3. Lamun sebagai produser primer.
Lingkungan Pesisir 13
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
4. Komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan
perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan.
5. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen- elemen
langka di lingkungan laut (Phillips dan Menez, 1988; Fortes, 1990).
Dalam sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun
lamun yang berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan periphyton
dan epiphytic dari detritus yang merupakan sumber makanan terpenting bagi
hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan invertebrate kecil
contohnya : beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan
echinodermata. Lamun juga mempunyai hubungan ekologis dengan
ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya. Epiphyte ini
dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun
lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis
ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi
hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Perubahan rantai makanan ini
bisa terjadi karena adanya perubahan yang cepat dari perkembangan
perubahan makanan oleh predator, dan adanya perubahan musiman
terhadap melimpahnya makanan untuk fauna. Walaupun begitu, sejauh ini
belum banyak diketahui bagaimana rantai energi dan nutrien tersebut
selanjutnya berperan dalam ekosistem pesisir yang lebih luas (Gambar
1). Selain duyung, manate dan penyu, tidak banyak jenis
ikan dan invertebrata yang diketahui memakan daun-daun lamun ini.
Sehingga kemungkinan yang paling besar, lamun ini menyumbang ke
dalam ekosistem pantai melalui detritus, yakni serpih-serpih bahan organik
(daun, rimpang dll.) yang membusuk yang diangkut arus laut dan menjadi
bahan makanan berbagai organisme pemakan detritus (dekomposer)
(Nybakken, 1988). Lamun yang mati akan kehilangan protein dan materi
organik lain yang dimakan oleh fauna pada saat permulaan
dekomposisi. Struktur karbohidrat diambil dari mikroflora (bakteri dan
jamur). Banyak dari metozoa yang dapat mencerna protein bakteri dan
serasah daun lamun diekskresi oleh fauna dan bentuk yang belum dicerna
akan didekomposisi lagi oleh mikroba decomposer sehingga sumber detritus
akan meningkat.
Lingkungan Pesisir 14
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
Gambar 1.Rantai Makanan Pada Ekosistem Lamun(Sumber : http://shifadini.wordpress.com)
Gambar 2Aliran Energi Pada Ekosistem Lamun
(Sumber : After Thayer et al. 1975; Raffaelli and Hawkins 1996)
Lingkungan Pesisir 15
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
2.2.5. Peran Padang Lamun
Peranan lamun di lingkungan perairan dangkal adalah sebagai berikut :
1. Sebagai Produsen Primer.
Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila
dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti
ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2. Sebagai Habitat Biota.
Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai
hewan dan tumbuh-tumbuhan (algae). Disamping itu, padang lamun
(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan
dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan- ikan karang
(coral fishes) (Kikuchi & Peres 1977).
3. Sebagai Penangkap Sedimen.
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh
arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping
itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi
padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah
erosi (Gingsburg & Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin, 1976).
4. Sebagai Pendaur Zat Hara.
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara
dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. khususnya zat-zat hara
yang dibutuhkan oleh algae epifitik.
2.3. Ekosistem Mangrove
2.3.1. Pengertian Mangrove
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang
selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air
laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan
Lingkungan Pesisir 16
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan
laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari
8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum
yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik
yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-
semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan
mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8
famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie,
Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas,
yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap
kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu
spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu,
Macnae menggunakan istilah mangal apabila berkaitan dengan komunitas
hutan dan mangrove untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh
masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun
menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang
tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan
yang ada di mangrove.
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat
berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu
sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan
didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam
perairan asin/payau (Santoso, 2000).
Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua
jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999).
Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi,
efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam Idawaty, 1999). Sedangkan
IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies dan karakteristik hutan
Lingkungan Pesisir 17
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar
pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.
2.3.2. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan
Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap
lingkungan. Bengen (2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :
1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove
memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang
mempunyai pneumatofora (misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan
Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe
penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).
2. Adaptasi terhadap garam yang tinggi :
a. Memiliki sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.
b. Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur
keseimbangan garam.
c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.
3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, dengan
cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk
jaringan horizontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon,
akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan
sedimen.
2.3.3. Zonasi Hutan Mangrove
Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove
tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan
mangrove di Indonesia :
1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir,
sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi
Lingkungan Pesisir 18
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan
organik.
2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora
spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.
3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.
4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa
ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.
2.3.4. Ciri Dan Karakteristik Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik.
Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan
ciri-ciri ekologik sebagai berikut:
1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan
yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang
2. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya
tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan
menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri
3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air
tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur
hara dan lumpur
4. Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5C dan suhu rata-rata
di bulan terdingin lebih dari 20C
5. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38
ppt
6. Arus laut tidak terlalu deras
7. Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak
yang kuat
8. Topografi pantai yang datar / landai.
Lingkungan Pesisir 19
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-
daerah pantai yang dangkal, muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak
pada teluk.
2.3.5. Manfaat Ekosistem Hutan Mangrove
Ekosistem hutan mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.
Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W.
Arifin, 1998) :
1. Fungsi Ekologis
a. Pelindung garis pantai dari abrasi
b. Mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan
c. Mencegah intrusi air laut ke daratan
d. Tempat berpijah aneka biota laut
e. Tempat berlindung dan berkembang biak berbagai jenis burung, mamalia,
reptil, dan serangga
f. Sebagai pengatur iklim mikro
2. Fungsi Ekonomis
a. Penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,
bahan makanan, obat-obatan)
b. Penghasil keperluan industry (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,
penyamak kulit, pewarna)
c. Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu dan telur burung
d. Pariwisata, penelitian, dan pendidikan.
Lingkungan Pesisir 20
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
2.4. Keterkaitan Hubungan Antara Terumbu Karang, Padang Lamun,
Dan Mangrove.
Komunitas mangrove, padang lamun dan terumbu karang memiliki peran
yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove
memiliki peran secara fisik sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan
dari abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak
organisme laut. Komunitas padang lamun berperan secara fisik dengan
mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat sehingga mengurangi
kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur, mencari. Sedangkan
terumbu karang sendiri, selain berperan mengurangi energi gelombang, juga
memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak
jenis organisme laut. Keterkaitan ekosistem terumbu karang, padang lamun,
mangrove dapat dibagai menjadi dua, yaitu : Keterkaitan Ekosistem Secara
Biologis dan Keterkaitan Ekosistem Secara Ekologis.
1. Keterkaitan Ekosistem Secara Biologis
Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang
sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang
bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih
belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk
membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan
terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di
Pulau Curacao, Karibia.
Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove
dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang
untuk membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat
alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4
jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk
yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang
tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang
ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak
ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).
Lingkungan Pesisir 21
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000)
melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan
mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery
ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi
ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya
ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.
Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang
menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis
organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti
tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat
menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan
suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman
jenis organisme di daerah tersebut.
2. Keterkaitan Ekosistem Secara Biologis
Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan
lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini
disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut
serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang
dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan mangrove
akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian
pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan
pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.
Gambar Ekosistem Mangrove
Lingkungan Pesisir 22
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
Gambar Ekosistem Terumbu Karang
Gambar Ekosistem Padang Lamun
2.5. Mengapa Di Daerah Padang Galak - Bali Tidak Ada Ekosistem Padang Lamun
Pesisir Kota Denpasar juga memiliki lamun. Lamun merupakan
tumbuhan yang hidup di perairan pantai yang dangkal. Ekosistem padang
lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang produktif.
Produktivitas organiknya cukup tinggi dengan produktivitas primer berkisar
antara 900-4650 gC/m2/tahun. Lamun memiliki sistem perakaran yang silang
menyilang dengan rhizoma yang dapat menstabilkan pantai karena daya
pegangnya terhadap pasir pantai. Padang lamun (seagrass) merupakan tumbuhan
Lingkungan Pesisir 23
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
berbunga, berbuah, berdaun dan berakar sejati yang tumbuh pada substrat
berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di dalam air laut
dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Lamun mengkolonisasi
suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan secara
seksual. Beberapa tumbuhan lamun seperti Thalassia testudinium, Cymodocea
manatorium, Diplanthera wrightii dan Ruppia maritima, diketahui
mengandung blue green algae secara epipit yang menunjukkan adanya fiksasi
nitrogen.
Kondisi ekosistem padang lamun yang ada di wilayah pesisir Kota
Denpasar menyebar mulai dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai
Mertasari. Lamun yang ada di Pantai Sanur tumbuh di hamparan pantai
sepanjang sekitar 8 km yang terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai
Mertasari. Substrat dasar tempat lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan
karang, karang mati, batuan massif, karang dan algae. Di lokasi dengan
kondisi seperti ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan mandi, renang dan
kegiatan wisata lainnya. Akibatnya lamun yang tumbuh alami tersebut semakin
hari semakin tertekan yang mengarah kepada terjadinya degradasi lingkungan
pantai yang lebih serius. Di Pantai Padang Galak hingga pantai Matahari
Terbit, tidak ada lamun karena ombaknya besar dan tidak terlindung oleh karang
penghalang di depannya. Ekosistem padang lamun tersebut merupakan
habitat yang baik bagi beberapa jenis udang, kepiting, ikan dan kerang-
kerangan. Hal ini karena padang lamun merupakan ekosistem yang produktif
dan sumberdaya yang bernilai tinggi yang berperan memperkaya kesuburan
lautan dan memberi perlindungan serta makanan bagi berbagai spesies
ekonomis penting.
Lingkungan Pesisir 24
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Terumbu Karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang
terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar
CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya disominasi berbagai jenis
hewan karang keras (Guilcher, 1988). Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan terumbu karang antara lain, suhu, salinitas, cahaya dan kedalaman,
kecerahan, gelombang, arus, dan sedimen. Manfaat ekosistem terumbu karng
antara lain, dari segi ekonomi, dari fungsi ekologis, dan dari segi sosial ekonomi.
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang
dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969).
Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai
akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan
tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Beberapa
faktor yang menjadi pembatas perkembangan padang lamun antara lain, suhu,
salinitas, kekeruhan, kedalaman, nutrien, substrat. Manfaat padang lamun antara
lain, sebagai produsen primer, sebagai habitat biota, sebagai penangkap sedimen,
dan sebagai pendaur zat hara.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang
selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air
laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Daya adaptasi mangrove terhadap
lingkungan antara lain, adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, adaptasi terhadap
garam yang tinggi, dan Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya
pasang surut. Manfaat dari ekosistem hutan mangrove dapat dilihat dari segi
ekologis dan dari segi ekonomis.
Komunitas mangrove, padang lamun dan terumbu karang memiliki peran
yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove
memiliki peran secara fisik sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan
dari abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak
Lingkungan Pesisir 25
-
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE
organisme laut. Komunitas padang lamun berperan secara fisik dengan
mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat sehingga mengurangi
kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur, mencari. Sedangkan
terumbu karang sendiri, selain berperan mengurangi energi gelombang, juga
memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak
jenis organisme laut.
Kondisi ekosistem padang lamun yang ada di wilayah pesisir Kota
Denpasar menyebar mulai dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai
Mertasari. Lamun yang ada di Pantai Sanur tumbuh di hamparan pantai sepanjang
sekitar 8 km yang terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai Mertasari.
Substrat dasar tempat lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan karang,
karang mati, batuan massif, karang dan algae. Di Pantai Padang Galak hingga
pantai Matahari Terbit, tidak ada lamun karena ombaknya besar dan tidak
terlindung oleh karang penghalang di depannya.
3.2. Saran
Sebagai sumber daya pesisir, ketiga ekosistem tersebut memiliki multi
fungsi untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam
dinamika pesisir dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan
dan rehabilitasi ketiga ekosistem tersebut merupakan salah satu alasan
untuk tetap mempertahankannya. Ekosistem di dalam wilayah pesisir
seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, estauria dan ekosistem
lainya sangat penting dalam menunjang keberadaan biota terutama pada
perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi.
Ekosistem tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem
sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini
kondisi ekosistem tersebut semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang
disebabkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu sebagai manusia haruslah
menjaga dan tetap melestarikannya agar ekosistem tersebut terpelihara dan dapat
membantu mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ada.
Lingkungan Pesisir 26
top related