eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan...
Post on 02-Jan-2020
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN
OLEH PT. SINAR MITRA SEPADAN FINANCE
(Studi Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Azhari Sulistyo Putri
NIM 11140480000014
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
iv
ABSTRAK
Azhari Sulistyo Putri 11140480000014, Eksekusi Objek Jaminan Fidusia yang
Tidak Didaftarkan oleh PT. Sinar Mitra Sepadan Finance (Studi Putusan Nomor
2467 K/Pdt/2015) konsentrasi Hukum Bisnis Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 1440 H/2018 M. viii + 81 halaman +21 lampiran.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang menggambarkan tentang
bagaimana eksekusi dilaksanakan apabila objek jaminan fidusia tidak didaftarkan
pada kantor pendaftaran fidusia dan bagaimana hakim memberikan
pertimbangannya pada kasus yang sedang diadili di pengadilan. Sebagaimana
diketahui dalam beberapa peraturan yang mengatur tentang pendaftaran jaminan
fidusia menegaskan bahwa pendaftaran akta jaminan merupakan hal yang wajib
untuk dilakukan, namun hal ini seringkali diabaikan oleh penerima fidusia di
mana penerima jaminan fidusia tidak mendaftarakan akta jaminan fidusia tersebut.
Pendaftaran juga merupakan syarat lahirnya sebuah jaminan fidusia, apabila hal
ini diabaikan maka akan menimbulkan ketidakadanya perlindungan hukum bagi
kedua belah pihak. Sehingga saat pemberi fidusia cidera janji penerima fidusia
tidak bisa melakukan eksekusi terlebih saat objek jaminan fidusia harus
dikembalikan akan tetapi telah dilakukan pelelangan pada objek tersebut.
Eksekusi seperti apa yang dapat dilakukan secara lagsung ataupun yang harus
melalui pengadilan. Titik fokus penelitian yang diuraikan dalam penelitian ini
ialah menjelaskan bagaimana pelaksanaan eksekusi pada objek jaminan fidusia
yang diatur di dalam hukum positif dan bagaimana hakim memberikan
pertimbangannya dalam pelaksanaan eksekusi pada putusan nomor 2467
K/Pdt/2015.
Pada Penelitian ini Peneliti menggunakan metode pendekatan undang-
undang, dapat disebut juga statue approach. Metodenya yaitu yuridis normatif.
Peneliti menggunakan pengumpulan data Riset Kepustakaan (Library Research)
yaitu Teknik penelitian yang didasarkan pada bidang kepustakaan, dengan
memandang hukum sebagai sebuah kaedah yang perumusannya secara otonom
tanpa dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data-data
yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh suatu kesimpulan
bahwa eksekusi objek jaminan yang tidak didaftarkan tidak dapat dilaksanakan
karena tidak ada sertifikat jaminan fidusia yang memberikan hak untuk dilakukan
parate eksekusi.
Kata Kunci: Eksekusi, Objek Jaminan Fidusia, Jaminan Fidusia, Pendaftaran
Fidusia.
Pembimbing : Dr. Djawahir Hejazziey, S.H., M.A.,M.H.
Daftar Pustaka : 1977 sampai 2017
vi
6. Pihak-Pihak lain yang telah memberi kontribusi kepada peneliti terutama
Orang tua peneliti Ayahanda Endro Sulistyo dan Ibunda Wiwik Suryani
yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil yang selalu
menuntun peneliti dan tiada henti-hentinya mendo’akan peneliti agar bisa
meraih segala cita-citanya. Kepada kakak dan adik peneliti yang selalu
menghibur dikala peneliti mengalami kesulitan dalam penelitian.
7. Sahabat-sahabat penulis Farhana, Dhaifina, Mia, Farah, Dalilah, Yuniati,
Oza, Marifa, Sisil, Ayu yang selalu menemani hari-hari penulis dalam
suka dan duka di dunia perkuliahan selama 4 tahun ini, semoga
persahabatan ini hingga ke Surga. Sahabat-sahabat yang ikut berproses
bersama saat di desa orang, selalu bersedia membantu kesulitan penulis
Zul, Agung, Ary, Aisyah, Azizah, yang selalu meluangkan waktunya di
sela-sela kesibukannya untuk dilibatkan dalam segala aktivitas, Alen,
Wafa, Arlinda, Eliza, Faisal, Khumeroh, Dimas, Dania, Azmi, Rizka, dan
Bella, Terimakasih telah memberikan memberi warna di dalam kehidupan
penulis. Tak lupa teman-teman seperjuangan Ilmu Hukum 2014 yang telah
memotivasi penulis selama kuliah.
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan
balasan yang berlipat ganda.
Peneliti Berharap Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati demi
kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta, 19 September 2018
Azhari Sulistyo Putri
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan masalah ........................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 9
D. Metode Penelitian ........................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan ..................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Eksekusi ................................................................... 15
2. Jaminan Fidusia ......................................................................... 21
3. Pendaftaran Fidusia ................................................................... 25
B. Kerangka Teori
Teori Perjanjian .............................................................................. 34
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ............................................. 38
BAB III PROFIL PERUSAHAAN SINAR MITRA SEPADAN FINANCE
A. Gambaran Umum Perusahaan Sinar Mitra Sepadan Finance
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan ................................................. 40
2. Struktur Organisasi ................................................................... 41
3. Pelaksanaan Dual Control ........................................................ 42
viii
4. Struktur Cabang Campuran (Mix Branch) ............................... 43
5. Kewenangann Pejabat Perusahaan ........................................... 44
6. Produk SMS Finance ................................................................ 45
7. Visi Misi Perusahaan ................................................................ 47
B. Duduk Perkara Putusan Nomor 247 K/Pdt/2015 ............................ 48
BAB IV Eksekusi Objek Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan Oleh PT
Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance
A. Eksekusi Objek Jaminan Pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015 .. 52
B. Pertimbangan Hakim pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015 ........ 54
C. Analisis Penulis ............................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 77
B. Rekomendasi .................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 82
Putusan Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015
Profil Perusahaan PT Sinar Mitra Sepadan Finance
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Fidusia merupakan istilah yang lazim digunakan di dalam hukum
perdata dimana fidusia telah lama dikenal sebagai salah satu instrumen
jaminan kebendaan bergerak yang bersifat non-possessory. Berbeda dengan
jaminan kebendaan bergerak yang bersifat possessory, seperti gadai, jaminan
fidusia memungkinkan sang debitur sebagai pemberi jaminan untuk tetap
menguasai dan mengambil manfaat atas benda bergerak yang telah
dijaminkan tersebut.
Pada awalnya keberadaan praktek fidusia di Indonesia dilandaskan
kepada yurisprudensi dari Hoge Raad Belanda yang dikenal sebagai putusan
Bierbrouwerij Arrest, di mana hakim untuk pertama kali mengesahkan
adanya mekanisme penjaminan seperti tersebut. Putusan Bierbrouwerij Arrest
ini berkaitan dengan kasus seorang penjual bier yang ingin menggunakan isi
kedei pejualan minuman kerasnya sebagai jaminan utang, tetapi tidak dapat
menyerahkan barang-barangnya kepada kreditor berhubung barang-barang
tersebut masih diperlukan olehnya (debitor) untuk tetap harus menjalankan
bisnis. Akhirnya digunakanlah konstruksi hukum fidusia.1 Sebelum adanya
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia,
selanjutnya disebut Undang-Undang Jaminan Fidusia (UUJF), praktis tidak
terdapat suatu kerangka hukum yang kuat bagi fidusia sebagai jenis jaminan
non-possessory atas benda bergerak. Hal ini menjadikan fidusia kurang begitu
populer dalam penggunaannya.
Berdasarkan perkembangan dalam sejarahnya, Fidusia ini berawal dari
suatu perjanjian yang hanya didasarkan pada kepercayaan. Namun lama
kelamaan dalam prakteknya diperlukan suatu kepastian hukum yang dapat
melindungi kepentingan para pihak. Fidusia ini merupakan suatu jaminan
1 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta: Erlangga), 2013, h. 111.
2
yang didasarkan pada adanya perjanjian pokok. Jadi merupakan ikatan dari
suatu perjanjian pokok tertentu misalnya perjanjian kredit/hutang piutang
yang jaminannya adalah barang bergerak. Oleh karena itu, untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang terus berkembangan dalam hal memperoleh
kredit atau pembiayaan, maka jaminan fidusia merupakan solusi yang tepat,
sebab pemberian kredit atau pembiayaan dengan jaminan fidusia memberikan
kemudahan kepada debitur khususnya bagi kalangan pengusaha kecil di mana
debitur selain memperoleh kredit atau pembiayaan juga tetap menguasai
benda yang dijaminkan untuk menjalankan kegiatan usahanya.
Jaminan fidusia diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, dengan adanya Undang-Undang fidusia berarti
pemerintah telah memberi perhatian yang besar untuk membantu para pelaku
usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Meskipun fidusia ini
eksistensinya untuk mempermudah atau membantu masyarakat dalam
memperoleh bantuan kredit atau pembiayaan terutama dalam
pengembaliannya karena barang yang dijaminkan tetap berada dalam
kekuasaan debitur, namun dalam pelaksanaannya masih timbul berbagai
persoalan terutama implikasi hukum yang menyangkut tidak didaftarkannya
jaminan fidusia.
Jika kita kembali menyimak yang dimaksud dengan Jaminan menurut
hukum perdata dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu jaminan perorangan
dan jaminan kebendaan.c
1. Jaminan perorangan (personal guaranty), yaitu jaminan yang hanya
mempunyai hubungan langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan
terhadap benda tertentu.
2. Jaminan kebendaan (persoonlijke en zekelijke zekerheid), yaitu jaminan
yang mempunyai hubungan langsung dengan benda tertentu. Jaminan ini
selalu mengikuti bendanya, ke mana pun benda tersebut beralih atau
3
dialihkan, serta dapat dialihkan kepada dan dapat dipertahankan terhadap
siapapun.2
Ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal oleh hukum,
pertama adalah jaminan dalam bentuk gadai, yang diatur dalam Pasal 1150
sampai dengan 1160 KUH Perdata. Kedua adalah hipotek, yang diatur
dalam Pasal 1162 sampai Pasal 1178 KUH Perdata. Ketiga adalah hak
tanggungan sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda
yang Berkaitan Dengan Tanah. Keempat adalah jaminan fidusia, yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia.
Fidusia merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas
dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Jaminan fidusia sudah digunakan Indonesia sejak zaman penjajahan
Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang
berasal dari zaman romawi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas
dalam transaksi pinjam-meminjam, karena proses pembebanannya
dianggap sederhana, mudah dan cepat, baik oleh pihak pemberi fidusia
maupun oleh pihak penerima fidusia, tetapi tidak menjamin kepastian
hukum karena pada saat itu belum ada suatu lembaga pendaftaran fidusia.3
Dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, penerima fidusia berkewajiban untuk
mendaftarkan akta jaminan fidusia ke kantor pendaftaran fidusia agar bisa
mendapatkan sertifikat jaminan fidusia yang memiliki titel eksekutorial,
akan tetapi banyak penerima fidusia yang tidak mendaftarkan akta jaminan
fidusia ke kantor pendaftaran fidusia bahkan, mungkin masih ada yang
2 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, ..., h. 10.
3 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, (Jakarta: Sinar Grafika), 2013, h. 290.
4
membuat akta jaminan fidusia tidak di hadapan notaris. Hal ini akan
menyebabkan penerima fidusia tidak dapat langsung mengajukan eksekusi
tetapi harus terlebih dahulu mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri,
sehingga prosesnya panjang.
Apabila dilakukan pendaftaran fidusia, Ketika terjadi wanprestasi
yang dilakukan oleh pihak debitur atau pemberi fidusia, kreditur atau
penerima fidusia dapat langsung melakukan eksekusi dengan
melaksanakan titel eksekutorial ataupun menjual barang yang menjadi
objek jaminan fidusia.
Dalam ketentuan Pasal 224 HIR (Herziene Indonesisch
Reglement)/Pasal 258 RBg (Reglement voor de Buitengewesten) telah
memberikan syarat-syarat untuk surat pengakuan utang, harus dibuat
dengan akta autentik dan diberi kepala “DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Kedua syarat
tersebut sifatnya mutlak, yaitu wajib dipenuhi seluruhnya, agar surat
pengakuan utang mempunyai kekuatan hukum seperti halnya putusan
hakim. Apabila salah satu syarat atau kedua-duanya tidak dipenuhi maka
surat pengakuan utang bukan batal demi hukum akan tetapi surat tersebut
bukan sebagai grosse akta. Kedudukannya tidak lebih dari akta di bawah
tangan. Maka akta itu tidak mempunyai kekuatan hukum untuk dapat
dilakukan eksekusi melalui pengadilan.4
Akta pengakuan utang yang dibuat demikian itu disebebkan karena
adanya 2 kemungkinan. Pertama, kemungkinan disebabkan kreditur
maupun debitur sama-sama tidak mengetahui ketentuan Pasal 224 HIR/
Pasal 258 RBg dan Undang-Undang jabatan notaris. Kedua, kemungkinan
disebabkan kesengajaan, tidak menghadap notaris karena menghemat
biaya.
4 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, (Jakarta: Kencana), 2003, h. 55.
5
Setelah dibuatnya perjanjian jaminan fidusia, bukan berarti fidusia
sebagai jaminan utang lahir dengan sendirinya. Masih ada persyaratan
untuk lahirnya fidusia, yaitu penerima fidusia wajib mendaftarkan fidusia
ke instansi penyelenggaraan pendaftaran akta di Kementerian Hukum dan
HAM. Fidusia baru lahir setelah perjanjian jaminannya tercatat dalam
buku Daftar Fidusia. Ketentuan Pasal 13 Ayat (1) Undang-Undang Fidusia
membebankan permohonan pendaftaran jaminan fidusia kepada penerima
fidusia, karena penerima fidusia berkepentingan mengamankan utang yang
telah diberikan kepada pemberi fidusia. Jika dilihat dari pihak yang
mengadakan perjanjian fidusia, sebenarnya pihak pemberi fidusia yang
dipandang bertanggung jawab untuk mendaftarkan fidusia, karena dia
yang memberikan jaminan tersebut. Namun apabila pendaftaran itu
dibebankan kepada pemberi fidusia mengandung resiko akan kelalaian
oleh yang bersangkutan, karena akan berakibat fatal bagi penerima fidusia
tidak mempunyai hak kebendaan terhadap objek perjanjian fidusia.5
Ketika sudah hapusnya jaminan fidusia, maka sudah tidak ada lagi jaminan
tersebut, dan berakibat pula pencatatan jaminan fidusia yang ada dalam
buku register di kantor pendaftaran fidusia harus dilakukan denga cara
mencoret catatan yang tercantum dalam buku register tersebut.6
Dalam suatu perjanjian pembiayaan, yang memuat terms and
conditions, akan menciptakan hubungan hukum diantara para pihak, yaitu
hubungan pihak kreditur dengan konsumen, yaitu terbentuk sebagai
hubungan kontraktual. Ketika kontrak sudah ditandatangani dan dana
sudah dicairkan, maka barang yang bersangkutan sudah langsung menjadi
milik konsumen, walaupun demikian biasanya barang tersebut dijadikan
jaminan utang lewat perjanjian fidusia. Dalam hal tersebut perjanjian
fidusianya pun juga harus didaftarkan paling lama 30 (tiga puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen untuk
5 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, ..., h 90.
6 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, ..., h. 104.
6
memberikan kepastian hukum bagi perusahaan pembiayaan dan konsumen
sehubungan dengan penyerahan hak milik atas kendaraan bermotor dari
konsumen secara kepercayaan (fidusia) kepada perusahaan pembiayaan,
perlu dilakukan pendaftaran penjaminan fidusia pada kantor pendaftaran
fidusia.7
Ketentuan dalam Pasal 11 UUJF telah mewajibkan pendaftaran
Jaminan Fidusia atau Benda Jaminan Fidusia agar memberikan kepastian
hukum kepada para pihak yang berkepentingan. Isi dari Pasal 11 UUJF
ialah:
(1) Benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia wajib didaftarkan.
(2) Dalam hal benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia berada di
luar wilayah negara Republik Indonesia, kewajiban sebagaimana
dimaksud Ayat (1) tetap berlaku.
Adapun maksud dan tujuan sistem pendaftaran Jaminan Fidusia itu
adalah:8
1. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan,
terutama terhadap kreditur lain mengenai benda yang telah dibebani
dengan jamina fidusia;
2. Melahirkan ikatan jaminan fidusia bagi kreditur penerima fidusia;
3. Memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada kreditur
penerima fidusia terhadap kreditur lain, berhubung pemberi fidusia
tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia
berdasarkan kepercayaan;
4. Memenuhi asas publisitas.
Berdasarkan Pasal Ayat (1) & (2) Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 jaminan fidusia, Pada dasarnya benda yang dibebani dengan jaminan
7 Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta: Akademia Permata), 2013, h.
123.
8 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, ..., h. 291.
7
fidusia wajib didaftarkan, termasuk juga benda yang dibebani dengan jaminan
fidusia yang berada di luar wilayah negara Republik Indonesia.
Kelemahan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 salah satunya
berupa tidak adanya sanksi bagi perusahaan pembiayaan konsumen yang
tidak mendaftarkan jaminan fidusia pada Undang-Undang Fidusia. Pada Bab
III bagian kedua bagian kedua Pasal Ayat (1) Undang-Undang Jaminan
Fidusia telah disebutkan adanya kewajiban pendaftaran terhadap benda yang
dibebani Jaminan Fidusia. Namun tidak disebutkan adanya sanksi apabila
tidak mendaftarkan benda yang dibebani Jaminan Fidusia.
Kelemahan yang timbul di luar Undang-Undang Jaminan Fidusia
yang mempengaruhi Undang-Undang Jaminan Fidusia itu sendiri salah
satunya ialah Administrasi di Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kantor Wilayah yang tidak tersistematisasi. Maka dari itu, Pendaftaran
Jaminan Fidusia hanya bisa dilakukan di kantor Wilayah Kementrian Hukum
dan HAM, sedangkan Kantor wilayah hanya terdapat satu di setiap
provinsinya sehingga hal ini dirasa kurang efektif dan efisien.9 Dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Akta Jaminan Fidusia, pendaftaran
jaminan fidusia sudah dapat dilakukan secara online sehingga hal ini
memudahkan dalam pendaftaran fidusia. Selain itu tidak hanya notaris yang
dapat mengakses pendaftaran fidusia akan tetapi pihak-pihak lain seperti
multifinance maupun masyarakat dapat pula mengakses pendaftaran jaminan
fidusia melalui www.ahu.go.id.
Meski sudah terdapat aturan mengenai kewajiban mendaftarkan
jaminan fidusia, akan tetapi masih banyak penerima fidusia yang tidak
mendaftarkan jaminan fidusia, atau penerima fidusia mendaftarkan jaminan
fidusia apabila debitur sudah memasuki tahap tidak kooperatif dan
9 Itok Dwi Kurniawan, “Perlindungan Hukum Bagi kreditur melaui jaminan fidusia dalam
pembiayaan kredit bermotor roda dua ditinjau dari perspektif Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia dan peraturan bidang keuangan”, Jurnal Repertorium Volume IV
No. 1 Januari-Juni 2017, h. 124.
8
menunggak pembayaran padahal sudah terdapat batas waktu yang ditentukan
dalam mendaftarkan jaminan fidusia. Seperti kasus yang terjadi pada putusan
Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015 yang mana pihak kreditur (PT.
Sinar Mitra Sepadan Finance) melakukan penarikan kendaraan debiturnya
yang mana tidak adanya teguran atau somasi terlebih dahulu dan akta fidusia
tersebut tidak didaftarkan oleh tergugat. Eksekusi penarikan benda jaminan
dapat dilakukan jika persyaratan terpenuhi, antara lain Fidusia itu telah
didaftarkan, memiliki Sertifikat Jaminan Fidusia, dan sudah dilakukan
teguran sebelumnya kemudian mekanisme penarikannya dapat meminta
bantuan aparat kepolisian.
Selain itu pihak kreditur juga melelang kendaraan merupakan
tindakan yang tidak seharusnya dilakukan karena hal tersebut dapat dikatakan
wanprestasi. Apakah sanksi yang tertera masih lemah, sehingga masih banyak
pelanggaran yang terjadi atau mungkin kurang mengikatnya sanksi sehingga
tidak menimbulkan efek jera bagi pelanggar aturan.
Berdaarkan beberapa uraian dan latar belakang di atas peneliti tertarik
untuk meneliti hal ini dan mengangkat penelitian ini dengan judul
“EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK
DIDAFTARKAN OLEH PT. SINAR MITRA SEPADAN FINANCE
(Studi Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015)” karena pendaftaran jaminan
fidusia di anggap sebagai hal penting dalam hukum perdata sehingga perlu
diperhatikan agar tidak keluar dari ranah hukum yang ada.
B. Identifikasi, Pembatasan dan perumusan masalah
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi Masalah dalam penelitian ini antara lain:
a. Aturan mengenai kewajiban pendaftaran akta jaminan fidusia
b. Akibat hukum yang timbul jika akta jaminan fidusia tidak didaftarkan
c. Kedudukan penerima fidusia dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999.
9
d. Eksekusi objek jaminan jika akta jaminan fidusia tidak didaftarkan
e. Studi kasus pada putusan Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015
dan bagaimana penyelesaiannya
2. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi pelebaran pembahasan dan membuat penelitian
ini tetap fokus sesuai dengan judul yang diambil, maka peneliti membatasi
pembahasan ini hanya pada seputar pelaksanaan eksekusi pada objek
jaminan yang akta jaminan fidusianya tidak didaftarkan ke kantor
pendaftaran fidusia, dan apa saja pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
pada putusan Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015 terkait kasus
yang terjadi.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijabarkan agar
penelitian ini terfokus pada aspek yang akan diteliti, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini ialah pelaksanaan eksekusi yang terjadi jika
akta jaminan fidusia yang tidak didaftarkan, Sehingga dari permasalahan
tersebut timbulah pertanyaan riset, yaitu:
a. Bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia bagi
perusahaan pembiayan yang tidak didaftarkan melalui studi putusan
Nomor 2467 K/Pdt/2015?
b. Bagaimana pertimbangan hakim berdasarkan putusan Nomor 2467
K/Pdt/2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia
bagi perusahaan pembiayan yang tidak didaftarkan melalui studi
putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015.
10
b. Untuk mengetahui pertimbangan hakim berdasarkan putusan Nomor
2467 K/Pdt/2015.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu
secara teoritis dan praktis:
a. Secara teoritis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran, memberikan tambahan dokumentasi bagi karya tulis,
literatur, dan bahan-bahan informasi ilmiah lainnya di dalam bidang
hukum perdata pada umumnya, serta memberikan pengetahuan
tentang akibat hukum dari tidak didaftarkannya akta jaminan fidusia.
b. Secara praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada
masyarakat mengenai pelaksanaan eksekusi apabila akta jaminan
fidusia itu tidak didaftarkan.
D. Metode Penelitian
1. pendekatan penelitian.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan Undang-
Undang, dapat disebut juga statue approach. Metodenya yaitu yuridis
normatif. Dengan memandang hukum sebagai sebuah kaedah yang
perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat, yang
kemudian didukung dengan data-data yang diperoleh. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, karena bersumber
dari peraturan perundang-undangan dan studi kepustakaan.
2. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum Normatif Yuridis.
Sumber penulisan yang didasarkan pada data sekunder diperoleh dari studi
kepustakaan, peraturan perundang-undangan, dan data penelitian yang
dilakukan oleh lembaga resmi atau pihak lain. Pendekatan yang dilakukan
11
berdasarkan bahan hukum utama dengan cara menelaah teori-teori,
Konsep-konsep, asas-asas hukum serta peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Data penelitian
Dalam menyusun penelitian ini data merupakan hal yang
terpenting yang harus ada. Data dibagi menjadi 2 (dua), yakni data utama
dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kualitatif dimana penelitian bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini
yaitu:
a. Data primer
Data utama yang akan dijadikan sebagai bahan analisis dalam
penelitian ini antara lain:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Putusan Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015.
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
Fidusia.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang
Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan yang
Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor
dengan Pembebanan Jaminan Fidusia.
6. Putusan Pengadilan Negeri Nomor 32/Pdt.G/2014/PN Pdg
Berdasarkan data tersebut peneliti akan melakukan kolaborasi
antara putusan dan undang-undang tersebut yang kemudian dianalisis
dengan beberapa peraturan lain dan beberapa sumber teoritis lainya
yang akan mendukung penulisan ini.
12
b. Data sekunder
Yaitu buku-buku hukum, karya tulis ilmiah ataupun buku lain yang
terkait dengan tulisan ini. Seperti skripsi, tesis hukum, jurnal, komentar-
komentar mengenai putusan pengadilan, dan beberapa sumber dari situs
internet yang berkaitan dengan persoalan di atas. Metode pengumpulan
data yaitu kepustakaan, dengan memandang hukum sebagai sebuah
kaedah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan
masyarakat, yang kemudian didukung dengan data-data yang diperoleh.
4. Sumber Data
Data-data yang dikumpulkan haruslah diketahui sumbernya, yang
mana sumber data menentukan keabsahan dan kevalidan data yang
digunakan dalam penelitian ini. Sumber data untuk penelitian ini antara
lain dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang berbentuk
laporan, dan lain-lain.
5. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyelesaikan penulisan penelitian ini, penulis
menggunakan pengumpulan data Riset Kepustakaan (Library Research)
yaitu Teknik penelitian yang didasarkan pada bidang kepustakaan. Dalam
hal ini penulis berusaha mencari dan membaca serta mendapatkan sumber
ilmiah yang terdapat pada literatur Ilmu Hukum untuk mencari dasar
ilmiah di samping itu bersumber dari bacaan lain yang berkaitan dengan
masalah penelitian yang akan dibahas.
6. Teknik Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah dengan menyusun data-data yang
didapat dan mengategorikannya agar menjadi bagi yang menyatu dalam
penelitian ini. Pemilahan, pemilihan, dan pemotongan data serta
menyeleksi data agar penelitian menjadi runtut.
13
7. Metode analisis data
Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder maupun bahan nonhukum diuraikan dan dihubungkan
sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih
sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara
pengolahan bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik
kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi.
8. Teknik Penulisan
Teknik dalam penulisan ini berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017”
E. Sistematika Penelitian
Penulisan ini dibagi menjadi 5 BAB, Urutan bab tersebut secara sistematis
dan saling berkaitan satu sama lain. Urutan singkat atas bab-bab tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : Merupakan bab pendahuluan, Dalam bab ini diuraikan tentang latar
belakang permasalahan yang akan dijadikan sebagai fokus
pembahasan dalam penelitian ini , permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II: Membahas terkait kerangka konseptual dan landasan teori yang
dijadikan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini dalam bab ini
juga menjelaskan pengertian eksekusi, teori jaminan fidusia,
pendaftaran fidusia, teori perjanjian dan kajian terdahulu dari
penelitian sebelumnya.
BAB III : Bab ini menguraikan beberapa data yang berhubungan erat dengan
apa yang menjadi fokus pembahasan dalam penulisan ini agar
penulisan ini dapat selesai dengan baik, seperti data dari PT. Sinar
14
Mitra Sepadan di Jakarta mengenai profil perusahaan, dan duduk
perkara
BAB IV: Bab ini berisi tentang analisis data terhadap pelaksanaan eksekusi
berdasarkan putusan Mahkamah Agung Nomor 2467 K/Pdt/2015
dan analisis pertimbangan hakim pada putusan tersebut.
BAB V: Merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan rekomendasi.
Berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban ringkas
terhadap permasalahan dalam tulisan ini, dan rekomendasi yang
merupakan sumbangsih pemikiran peneliti terhadap permasalahan
tersebut.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Pengertian Eksekusi
Eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan
kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata
cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara. Eksekusi tiada lain
daripada tindakan yang berkesinambungan dari keseluruhan proses
hukum acara perdata. Eksekusi merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisah dari pelaksanaan tata tertib beracara yang terkandung dalam
Pasal 224 Herziene Indonesish Reglement (HIR) atau Pasal 258
(Reglement voor de Buitengewesten) RBg.
Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang dilakukan
secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara.1 Biasanya
tindakan eksekusi baru merupakan masalah apabila pihak yang kalah
adalah pihak tergugat. Pada tahap eksekusi kedudukan tergugat berubah
menjadi “pihak tereksekusi”. Kalau pihak yang kalah ialah pihak
penggugat, lazimnya tidak ada putusan yang perlu dieksekusi. Penggugat
bertindak selaku pihak yang meminta kepada pengadilan agar pihak
tergugat dihukum untuk menyerahkan suatu barang, mengosongkan
rumah atau sebidang tanah, melakukan sesuatu, menghentikan sesuatu,
atau membayar sejumlah uang. Salah satu hukuman itulah yang selalu
terdapat dalam putusan apabila gugatan penggugat dikabulkan
pengadilan.
Eksekusi yang merupakan tindakan penyitaan dan penjualan atas
benda yang menjadi objek jaminan fidusia timbul karena debitur cidera
1 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang perdata, (Jakarta:
Sinar Grafika), 2013, h. 6.
16
janji atau tidak memenuhi prestasinya tepat pada waktunya kepada
kreditur.2
Apabila debitur cidera janji maka ada tiga cara untuk melakukan
eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut
sesuai Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia, yaitu:3
a. Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia
b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
c. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan
pemberi dan penerima fidusia. Jika dengan cara demikian dapat
diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Yang mana
hal ini dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya 2
(dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.
Dalam rangka pelaksanaan eksekusi jaminan fidusia, pemberi
fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia
pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fidusia berhak mengambil
benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan dapat meminta bantuan
pihak yang berwenang.
Ketentuan Bab V Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
mengenai eksekusi objek jaminan fidusia memberi penegasan kepastian
atas ketidakjelasan praktik peradilan terhadap eksekusi Objek Jaminan
Fidusia yang berlaku selama ini.
2 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group), 2008, h. 195.
3 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada), 2003, h. 160.
17
Dasar alasan eksekusi objek jaminan fidusia, diatur dalam Pasal 29
Ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia. Menurut Pasal ini, lahirya
hak eksekusi:
a. Didasarkan pada cidera janji, dimana pemberi fidusia berada dalam
cidera janji, serta ketentuan umumm cedera janji diatur dalam Pasal
1243 KUH Perdata yakni, lalai memenuhi perjanjian atau tidak
memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang ditentukan.
b. Secara khusus dan rinci diatur dalam kontrak oleh para pihak
mengenai hal-hal yang berkenaan dengan cedera janji (event of
default).
Mengenai tata cara eksekusi diatur dalam Pasal 29 Undang-
Undang Jaminan Fidusia, yang diklasifiksikan menjadi:
a. Melalui Pelelangan Umum
Dengan cara ini, pelaksanaan berdasarkan titel eksekutorial yang
digariskan pada Pasal 15 Ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia,
yakni penerima fidusia dapat mempergunakan haknya menjual objek
jaminan fidusia atas kekuasaan sendiri dengan cara langsung menjual
objek jaminan fidusia tanpa melalui proses pengadilan namun dengan
syarat; penjualan harus melalui pelelangan umum oleh kantor lelang/
pejabat lelang; serta berhak mengambil pelunasan utang dari hasil
penjualan dengan mengesampingkan kreditur konkuren berdasarkan
hak preferen yang dimilikinya.
b. Penjualan di Bawah Tangan
Penerima fidusia dapat juga melakukan eksekusi dalam bentuk
penjualan di bawah tangan, apabila penerapannya tunduk pada Pasal
29 Ayat (1) huruf c jo. Ayat (2) Undang-Undang Jaminan Fidusia,
yakni harus berdasarkan kesepakatan antara pemberi fidusia dengan
penerima fidusia; harus diperoleh harga tertingi yang menguntungkan
para pihak; pelaksanaan penjualan setelah lewat 1 (satu) bulan sejak
18
diberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang berkepentingan;
serta diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di
daerah yang bersangkutan.
c. Pemberi Fidusia Wajib Menyerahkan objek jaminan fidusia
Berdasarkan Pasal 30 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dalam
rangka pelaksanaan eksekusi atas objek jaminan fidusia:
1) Pemberi fidusia wajib menyerahkan objek jaminan fidusia kepada
penerima fidusia atau kepada jawatan lelang, kepada pembeli
lelang, atau kepada pembeli di bawah tangan jika penjualnya
dibawah tangan.
2) Penerima fidusia memiliki the right to reposses.
Penjelasan Pasal 30 memberi hak kepada penerima fidusia untuk
mengambil benda objek jaminan fidusia dari tangan pemberi fidusia
apabila pada saat eksekusi dilakukan pemberi fidusia tidak mau
menyerahkan objek tersebut secara sukarela, yang disebut the right to
reposses, dengan syarat yakni, pemberi fidusia cedera janji dan
berdasarkan hal tersebut penerima fidusia melakukan eksekusi, namun
pada saat eksekusi pemberi fidusia tidak mau menyerahkan objek secara
sukarela. Bertitik tolak dari keinginan itu, Undang-Undang memberikan
hak kepada penerima fidusia dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai
legal owner untuk mengambil penguasaan objek dari tangan pemberi
fidusia dalam kedudukan dan kapasitasnya sebagai economic owner atas
objek jaminan fidusia. Apabila perlu penerima fidusia dapat meminta
bantuan kepada pihak yang berwenang, yakni polri ataupun Pengadilan
Negeri (berdasarkan Pasal 200 Ayat (1) HIR).4
4 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Ekskusi Bidang Perdata, ..., h. 214-215.
19
Dalam melakukan eksekusi perlu ada beberapa asas yang harus di
perhatikan agar eksekusi yang dilakukan sesuai dengan norma hukum
yang berlaku di antaranya:
a. Menjalankan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap
Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang
dilakukan secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara.
Pada prinsipnya hanya putusan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (incraht van gewijsde) yang dapat “dijalankan”.
Apabila terhadap putusan masih ada pihak yang mengajukan upaya
hukum banding dan kasasi maka putusan tersebut belum
berkekuatan hukum tetap. Eksekusi hanya melekat, setelah
berkeluatan hukum tetap dan tidak bisa diubah lagi sehingga
hubungan hukum diantara pihak-pihak yang berperkara telah tetap
dan pasti.5
Akan tetapi, terhadap asas tersebut terdapat pengecualian.
Dalam kasus-kasus tertentu Undang-Undang memperbolehkan
eksekusi terhadap putusan yang belum memperoleh kekuatan
hukum tetap. Pengecualian tersebut diantaranya ialah, Pertama,
pelaksanaan putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu.
Dimana dalam putusan ini penggugat mempunyai hak sesuai Pasal
180 Ayat (1) HIR atau Pasal 1991 Ayat (1) RBg untuk mengajukan
permintaan agar putusan dapat dijalankan eksekusinya terlebih
dahulu, sekalipun terhadap putusan itu pihak tergugat mengajukan
banding atau kasasi.
Kedua, pelaksanaan putusan provisi. Yakni “tuntutan lebih
dulu” yang bersifat sementara mendahului putusan pokok pekara.
Apabila hakim mengabulkan gugatan atau tuntutan provisi, putusan
tersebut dapat dieksekusi sekalipun perkara pokoknya belum
diputus. Ketiga, akta perdamaian. sifat akta perdamaian yang
5 Subekti, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: BPHN), 1977, h. 130.
20
dibuat dipersidangan mempunyai kekuatan eksekusi seperti putusan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Keempat, eksekusi
terhadap grosse akta. Pasal 224 HIR atau Pasal 258 RBG
memperkenankan eksekusi terhadap perjanjian selama perjanjian
itu berbentuk grosse akta, karena Pasal tersebut menyamakannya
dengan putusan yang berkekuatan hukum tetap.
Kelima, eksekusi atas hak tanggungan dan jaminan fidusia.
Terhadap kedua produk ini, pihak kreditur dapat langsung meminta
eksekusi atas objek barang hak tanggungan dan jaminan fidusia
apabila debitur melakukan wanprestasi membayar angsuran utang
pokok atau bunga pinjaman.
b. Putusan tidak dijalankan secara sukarela
Salah satu prinsip yang melekat pada eksekusi yaitu
menjalankan putusan secara paksa, merupakan tindakan yang
timbul apabila pihak tergugat tidak menjalankan putusan secara
sukarela.
c. Putusan yang dapat dieksekusi bersifat kondemnator
Hanya putusan yang bersifat kondemnator (condemnatoir)
yang bisa dieksekusi, yaitu putusan yang amar atau diktumnya
mengadung unsur “penghukuman”.6 Putusan yang amar atau
diktumnya tidak mengadung unsur penghukuman, tidak dapat
dieksekusi atau “noneksekutabel”
d. Eksekusi atas perintah dan di bawah pimpinan ketua pengadilan
negeri
Undang-Undang menyentralisasi eksekusi di Pengadilan
Negeri. Pengadilan Tinggi atau Mahakmah Agung tidak dapat
mencampuri eksekusi yang dilakukan Pengadilan Negeri. Akan
6 Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Ekskusi Bidang Perdata, ..., h. 14
21
tetapi wajar apabila Pegadilan Tinggi atau Mahkamah Agung
mencampuri eksekusi yang menyimpang.
2. Jaminan Fidusia
Istilah “Fidusia” berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya
“kepercayaan”, yakni penyerahan hak milik atas benda secara
kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang kreditur.
Penyerahan hak ini dimaksudkan hanya sebagai jaminan, dimana
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia
(kreditur) terhadap kreditur-kreditur lainnya.7
Pengaturan mengenai jaminan fidusia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Dalam Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Pengertian Fidusia
dinyatakan, bahwa:
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas
dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia,
menyatakan Pengertian Jaminan Fidusia, bahwa:
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda yang bergerak
baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam
penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya.
Ketentuan jaminan fidusia ini diatur dalam Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, dan berikut sifat-sifat dari
jaminan fidusia yang diatur dalam ketentuan Undang-Undang:
7 Rahmadi Usman, Hukum kebendaan, (Jakarta: Sinar Grafika), 2013, h. 283.
22
a. Jaminan fidusia bersifat accesoir, yang berarti bahwa jaminan fidusia
bukan hak yang berdiri sendiri melainkan kelahiran dan
keberadaannya atau hapusnya tergantung dari perjanjian pokok fidusia
itu sendiri;
b. Jaminan fidusia bersifat droit de suite, yang berarti bahwa penerima
jaminan fidusia/kreditur mempunyai hak mengikuti benda yang
menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda itu
berada.
c. Jaminan fidusia memberikan hak preferent, yang berarti bahwa
kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan
untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil eksekusi benda jaminan
fidusia tersebut dalam hal debitur cedera janji atau lalai membayar
utang;
d. Jaminan fidusia dapat menjamin lebih dari satu utang, yang berarti
bahwa benda jaminan fidusia dapat dijaminkan oleh debitur kepada
beberapa kreditur yang secara bersama-sama memberikan kredit
kepada seorang debitur dalam satu perjanjian kredit, hal ini
sebagaimana diatur dalam Pasal 8 Undang-Undang Fidusia;
e. Jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial, yang berarti
bahwa kreditur sebagai penerima fidusia memiliki hak untuk
mengeksekusi benda jaminan bila debitur cidera janji. Dan eksekusi
tersebut dapat dilakukan atas kekuasaan sendiri atau tanpa putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
f. Salah satu prinsip jaminan fidusia yaitu debitur harus memelihara
objek jaminan fidusia dengan baik, tidak boleh dialihkan, disewakan,
digadaikan, dan sebagainya.
Menurut Subekti, perkataan fidusia berarti “secara kepercayaan”
ditujukan kepada kepercayaan yang diberikan secara bertimbal balik oleh
salah satu pihak kepada pihak yang lain, bahwa apa yang keluar
ditampakkan sebagai pemindahan milik, sebenarnya ke dalam hanya
23
merupakan suatu jaminan saja untuk suatu utang.8 Pada prinsipnya,
jaminan fidusia adalah suatu jaminan utang yang bersifat kebendaan
(baik utang yang telah ada maupun utang yang akan ada), yang pada
prinsipnya memberikan barang bergerak sebagai jaminanya (tetapi dapat
diperluas terhadap benda-benda yang tidak bergerak) dengan
memberikan penguasaan objek jaminan utang tersebut kepada debitur
(dengan jalan pengalihan hak milik atas objek jaminan tersebut kepada
kreditur) kemudian pihak kreditur akan menyerahkan kembali
penguasaan dan penikmatan objek jaminan tersebut kepada debiturnya
secara kepercayaan (fiduciary).9
Dalam hal ini, apabila utang yang dijamin dengan jaminan fidusia
sudah dibayar lunas sesuai perjanjian, maka titel kepemilikan atas benda
tersebut diserahkan kembali oleh kreditur kepada debitur. Sebaliknya,
apabila utang tidak terbayar lunas, maka objek jaminan itu harus dijual
dan dari harga penjualan itu diambil untuk membayar utang sesuai
jumlah yang perjanjikan dan jika ada kelebihannya harus dikembalikan
kepada debitur. Apabila dari hasil penjualan tersebut utang tidak tertutupi
maka debitur masih berkewajiban untuk melunasi sisa utang yang belum
terbayarkan.
Berdasarkan teori Jaminan, menyatakan bahwa titel kepemilikan
dalam suatu sistem jaminan utang tetap berada pada pihak debitur,
mencakup juga kekuasaan untuk menguasai dan memungut hasil dari
benda objek jaminan utang. Jadi, menurut teori ini, objek jaminan utang
dimaksudkan bukan untuk dinikmati hasilnya, melainkan hanya sebagai
jaminan saja untuk berjaga-jaga apabila debitur wanprestasi nantinya.
Dalam pelakanaanya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
8 Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan Contoh Kasus,
(Jakarta: Kencana), 2011, h. 39.
9 Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta: Penerbit Erlangga), 2013, h. 102.
24
a. Jaminan Fidusia: Hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud dalam benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
Tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan
pemberi fidusia, sebagai agunan pelunasan utang tertentu, yang
memberi kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia
terhadap kreditur lainnya.10
b. Kreditur preference: adalah kreditur yang mempunyai hak
pengambilan pelunasan terlebih dahulu daripada kreditur lain dan
kreditur preferen itu tagihannya didahulukan atau diistimewakan
daripada tagihan-tagihan kreditur lain.
c. Pemberi fidusia: Orang perseorangan atau korporasi pemilik benda
yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
d. Penerima fidusia: Orang perseorangan atau korporasi yang
mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan
Fidusia.
e. Prestasi: Hal yang harus dilaksanakan
f. Somasi: Teguran dari si berpiutang (kreditur) kepada si berutang
(debitur) agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi perjanjian
yang telah disepakati antara keduanya.11
g. Wanprestasi: Tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban
sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara
kreditur dengan debitur
h. Eksekusi: Eksekusi atau pelaksanaan putusan ialah tindakan yang
dilakukan secara paksa terhadap pihak yang kalah dalam perkara.
10
Arus Akbar Silondae, Aspek Hukum Dalam Ekonomi & Bisnis, (Jakarta: Mitra Wacana
Media), 2010, h. 62.
11 Salim, Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika),
2013, h. 96.
25
i. Karakteristik pembebanan Jaminan Fidusia: perjanjian fidusia
merupakan perjanjian assessoir (perjanjian ikatan). Maksudnya adalah
perjanjian assessoir ini tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi
mengikuti/ membuntuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian
pokok adalah perjanjian hutang piutang. Pembebanan kebendaan
dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris dalam Bahasa
Indonesia yang merupakan akta jaminan fidusia. Dalam akta jaminan
fidusia selain dicantumkan hari tanggal, juga dicantumkan mengenai
(jam) pembuatan akta tersebut.
j. Pendaftaran Akta Jaminan Fidusia: Pendaftaran fidusia dilakukan
pada Kantor Pendaftaran Fidusia di tempat kedudukan pihak pemberi
fidusia yang berada dibawah naungan Departemen Kehakiman RI.
Kantor inilah yang akan mengurus administrasi pendaftaran Jaminan
Fidusia tersebut. Pendaftaran fidusia dilakukan terhadap hal-hal
sebagai berikut:
1) Benda objek jaminan fidusia yang berada didalam negeri
(Pasal 11 Ayat (1));
2) Benda objek jaminan fidusia yang berada di luar negeri (Pasal
11 Ayat (2));
3) Terhadap perubahan isi sertifikat jaminan fidusia (Pasal 16
Ayat (1)).
k. Hapusnya Fidusia: Pasal 25 Undang-Undang Jaminan Fidusia
menyatakan, bahwa jaminan fidusia hapus karena hal-hal sebagai
berikut:
1) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;
2) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia; atau
3) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia.
3. Pendaftaran Fidusia
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya
26
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia yang merupakan pengganti dari
Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan
Fidusia, pendaftaran fidusia dapat dilakukan secara daring guna
efektifnya suatu pendaftaran yang mana sebelumnya hanya dilakukan
secara manual. Di dalam Peraturan Pemerintah tersebut memuat tentang
hal-hal sebagai berikut;
1. Adanya kewajiban bagi penerima fidusia, kuasa/wakilnya untuk
memberitahukan penghapusan jaminan fidusia.
2. Adanya ketentuan mengenai besarnya biaya pembuatan akta
jaminan fidusia yang ditentukan berdasarkan nilai penjaminan yang
mengacu pada besarnya biaya pembuatan akta yang diatur dalam
Pasal 36 Ayat (3) Undang-Undang Jabatan Notaris.
3. Adanya ketentuan bahwa seluruh data yang diisi dalam
permohonan pendaftaran jaminan fidusia, perbaikan sertifikat, dan
penghapusan setifikat jaminan fidusia secara elektronik serta
penyimpanan dokumen fisiknya menjadi tanggung jawab penerima
fidusia, kuasa atau wakilnya.
4. Saat ini tidak hanya notaris saja yang dapat mengakses pendaftaran
jaminan fidusia, akan tetapi dalam pendaftaran daring ini, pihak-
pihak lain seperti multifinance maupun masyarakat dapat pula
mengakses pendaftaran jaminan fidusia melalui www.ahu.go.id
Pencatatan dan publikasi dalam hukum kebendaan merupakan hal
yang penting. Asas publikasi ini menjadi semakin penting terhadap
jaminan-jaminan hutang yang fisik objek jaminannnya tidak diserahkan
kepada kreditur, seperti jaminan fidusia.12
Pencatatan dan publikasi
tersebut diserahkan sepenuhnya kepada kehendak para pihak yang
melangsungkan perbuatan hukum. Jika para pihak menganggap tidak
perlu dan berkepentingan agar perbuatan hukum mereka diketahui oleh
12
Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, ..., h. 124.
27
pihak ketiga, mereka berhak untuk tidak melanjutkan pencatatan dan
publikasi (yang merupakan kelanjutan dari dilaksanakan pencatatan yang
dilakukan). Publikasi ini memang ditujukan untuk melindungi
kepentingan pihak ketiga yang ingin mengetahui apakah telah ada
perbuatan hukum oleh pihak tertentu atas kebendaan tertentu. Akan tetapi
tidak dilakukannya pencatatan dan publikasi akan mengakibatkan tidak
berlakunya perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak terhadap
pihak ketiga.13
Dengan demikian jika pencatatan dan publikasi tersebut
diabaikan, para pihak tidak dapat mendalilkan hubungan yang ada
diantara para pihak terhadap pihak ketiga.
Apabila tidak ada kewajiban pendaftaran jaminan fidusia sangat
dirasakan dalam praktik sebagai kekurangan dan kelemahan bagi pranata
hukum jaminan fidusia. Sebab di samping menimbulkan ketidakpastian
hukum, absennya kewajiban pendaftaran jaminan fidusia tersebut
menyebabkan jaminan fidusia tidak terpenuhi unsur publisitas, sehingga
susah dikontrol. Hal ini dapat menimbulkan hal-hal yang tidak sehat
dalam praktiknya.14
Pendaftaran fidusia ini dilakukan pada kantor pendaftaran fidusia.
Untuk pertama kalinya, kantor pendaftaran fidusia didirikan di Jakarta
dengan wilayah kerja yang mencakup seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Secara bertahap kantor pendaftaran fidusia ada di ibukota
provinsi di seluruh Indonesia.15
Sebagai kelanjutan dari pendaftaran
fidusia barulah oleh kantor pendaftaran fidusia dikeluarkan sertifikat
jaminan fidusia. Sertifikat ini nantinya dikeluarkan dalam bentuk grosse
akta karena terdapat irah-irah pengadilan yang berarti mempunyai
kekuatan eksektorial. Pencantuman irah-irah sebagai yang dimungkinkan
oleh Undang-Undang membawa konsekuensi, bahwa pemegang akta
13
Gunawan Widjaja, Memahami Prinisip Keterbukaan (aanvullend recht) Dalam Hukum
Perdata, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2006, h. 235.
14
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2000, h. 29
15
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, ..., 2003, h. 146.
28
grosse berkedudukan seperti orang yang sudah memegang keputusan
pengadilan yang telah berkekuatann hukum tetap. Yang perlu diingat
adalah, bahwa grosse tidak “sama” dengan suau keputusan pengadilan,
tetapi mempunyai kekuatan sebagai suatu keputusan pengadilan.16
Tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia diatur sebagai berikut:17
a. Penerima fidusia, kuasa atau wakilnya mengajukan permohonan
pendaftaran fidusia dengan melampirkan pernyataan pendaftaran
jaminan fidusia pada kantor pendaftaran fidusia.
b. Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku
Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran.
c. Membayar biaya pendaftaran jaminan fidusia sesuai dengan tarif yang
ditentukan
d. Kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada
penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia, yang merupakan salinan
dari Buku Daftar Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal
penerimaan permohonan pendaftaran; dan
e. Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia.
Adapun tata cara pendaftaran fidusia berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, sebagai
berikut:
1. Permohonan pendaftaran jaminan fidusia.
Permohonan pendaftaran jaminan fidusia diajukan paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta, hal ini
tertera pada Pasal 4. Setelah dilakukan pendaftaran akan
16
J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti),
2007, h. 198.
17
Rahmadi Usman, Hukum kebendaan, ..., h. 291.
29
memperoleh bukti pendaftaran sebagai bukti bahwa telah
terpenuhinya permohonan pendaftaran jaminan fidusia. Pemohon
kemudian melakukan pembayaran melalui bank persepsi sesuai
yang tertera di bukti pendaftaran, baru kemudian pendaftaran
dicatat secara elektronik setelah pembayaran. Setelah dicatatkan
baru lahirlah jaminan fidusia pada tanggal yang sama dengan
tanggal jaminan fidusia dicatat. Sertifikat jaminan fidusia akan
ditandatangani secara elektronik oleh pejabat pada kantor jaminan
fidusia. Sertifikat jaminan fidusia dapat dicetak pada tanggal yang
sama dengan tanggal jaminan fidusia dicatat apabila ada kesalahan
setelah sertifikat dicetak, pemohon, kuasa atau wakilnya
mengajukan permohonan perbaikan sertifikat jaminan fidusia
kepada Menteri Hukum dan HAM yang mana permohonan
diajukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak sertifikat jaminan fidusia
dicetak.
2. Perubahan sertifikat jaminan fidusia
Perubahan diatur pada Pasal 11, biasanya dilakukan apabila terjadi
kesalahan dalam pengisisan ataupun perubahan data dalam
permohonan pendaftaran yang terkait dengan jumlah nilai
penjaminan dalam kategori nilai penjaminan yang berbeda. Adapun
yang dapat mengajukan permohonan perubahan sertifikat jaminan
fidusia ialah penerima fidusia, kuasanya atau wakilnnya. Setelah itu
pemohon akan memperoleh bukti pendaftaran, selanjutnya
pemohon melakukan pembayaran permohonan perubahan sertifikat
jaminan fidusia melalui bank persepsi berdasarkan bukti
pendaftaran yang didapat.
3. Penghapusan jaminan fidusia
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 mengenai
penghapusan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 16 dan Pasal 17.
Alasan dihapusnya jaminan fidusia antara lain karena hapusnya
utang yang dijamin dengan fidusia; pelepasan hak atas Jaminan
30
Fidusia oleh Penerima Fidusia; atau musnahnya benda yang
menjadi objek jaminan fidusia. Penerima Fidusia, kuasa atau
wakilnya wajib memberitahukan kepada Menteri dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal
hapusnya Jaminan Fidusia dalam hal Jaminan Fidusia hapus karena
hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia. Setelah dilakukan
pemberitahuan penghapusan maka Jaminan Fidusia dihapus dari
daftar Jaminan Fidusia dan diterbitkan keterangan penghapusan
yang menyatakan sertifikat Jaminan Fidusia yang bersangkutan
tidak berlaku lagi. Jika Penerima Fidusia, kuasa atau wakilnya
tidak memberitahukan penghapusan Jaminan Fidusia Jaminan
Fidusia yang bersangkutan tidak dapat didaftarkan kembali.
Dalam sertifikat jaminan fidusia dimaksud dicantumkan kata-kata
“Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Karenanya
sertifikat jaminan fidusia mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Sehingga langsung dapat dilaksanakan tanpa melalui pengadilan
dan bersifat final serta mengikat para pihak untuk melaksankan
putusan.18
Jika dilaksanakan melalui pengadilan, ketua pengadilan
nantinya akan membuat surat teguran/peringatan kepada tereksekusi, lalu
suart perintah eksekusi dengan penetapan eksekusi untuk dilaksanakan
oleh panitera dan juru sita.
Eksekusi yang dilakukan lewat gugatan biasa akan memakan waktu
lama dan berbelit. Adanya Undang-Undang fidusia dengan model-model
eksekusi khusus tidak untuk meniadakan hukum acara yang umum, tetapi
untuk menambah ketentuan yang ada dalam hukum acara umum.19
18
Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta:
RajaGrafindo Persada), 2007, h. 59.
19
Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, ..., h. 146
31
Pembuatan akta
jaminan fidusia
Pendaftaran
akta jaminan
fidusa
Mendapatkan
sertifikat
jaminan fidusia
Memberikan teguran,
peringatan, dan
somasi
Eksekusi dengan titel eksekutorial atau melalui
pelelangan umum, atau penjualan dibawah
tangan
Adapun tata cara dalam pelaksanaan eksekusi pada fidusia
berdasarkan yang telah dijabarkan sebelumnya dapat digambarkan pada
bagan dibawah ini:
Apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak
untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaannya sendiri. Bahwa tujuan dilakukanya pendaftaran fidusia
adalah untuk memenuhi asas publisitas, dan tanpa adanya sertifikat
jaminan fidusia tidak dapat dilakukan eksekusi terhadap objek jaminan.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan di atas, fidusia merupakan
jaminan yang didasarkan atas dasar kepercayaan dari penerima fidusia
dimana barang fidusia tetap dalam penguasaan pemberi fidusia, atau
dengan kata lain Jaminan Fidusia merupakan jaminan yang memberikan
hak kepada pemberi fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi
objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, sehingga diperlukan
perlindungan agar barang yang menjadi objek jaminan fidusia tidak
disalahgunakan.20
Dalam pelaksanaanya pun jaminan fidusia di jalankan berdasarkan
beberapa asas karena Asas hukum merupakan, dasar, landasan, acuan
atau prinsip atas suatu aturan. Paul Scholten menegaskan bahwa asas
hukum merupakan pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di
20
Sobirin, Kajian Hukum Terhadap Pendaftaran Jaminan Fidusia Di Kantor Pendaftaran
Fidusia Daerah Khusus Ibukota Jakarta, thesis, Universitas Diponegoro, Semarang, 2008, h. 70.
32
belakang sistem hukum, masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan
perundangan-undangan dan putusan-putusan hakim yang berkenaan
dengannya ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual
dapat dipandang sebagai penjabarannya. Asas hukum itu mewujudkan
kaidah hukum tertinggi dari suatu sistem hukum positif. Itu sebabnya
asas-asas hukum itu merupakan fondasi dari sistem tersebut.
Dalam diundangkannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, pembentuk Undang-Undang tidak
menyebutkan secara tegas asas-asas hukum jaminan fidusia yang menjadi
fondasi bagi pembentukan norma hukumnya, akan tetapi sesuai teori asas
dan norma dapat dicari asas-asas hukum jaminan fidusia dalam Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, Tan Kamelo
menjabarkan asas hukum jaminan fidusia menjadi 13 (tiga belas) asas
sebagai berikut:21
1. Asas Preferensi, yaitu kreditur penerima berkedudukan sebagai
kreditur yang diutamakan dari kreditur-kreditur lainnya. Dalam ilmu
hukum asas ini disebut asa droit de preference. Arti pentingnya urutan
kedudukan daripada kreditur yang dibedakan atas kreditur separatis,
kreditur pemegang privilegi dan kreditur konkuren itu justru
dihubungkan dengan adanya eksekusi ataupun kepailitan debitur.22
2. Asas droit de suite, bahwa jaminan fidusia tetep mengikuti benda
yang menjadi objek jainan fidusia dalam tangan siapapun benda
tersebut berada. Hal ini menunjukkan bahwa jaminan fidusia
merupakan hak kebendaan bukan perorangan.
3. Asas Asesoritas, jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan, yang
mana mengandung arti bahwa keberadaan jaminan fidusia ditentukan
oleh perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian prinsipal.
21
A.A. Andi Prajitno, Hukum Fidusia: Problematika Yuridis Pemberlakuan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999, (Malang: Banyumedia), 2008, h. 115.
22
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum
Jaminan Dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta), 2001, h. 31.
33
Dalam hal ini perjajian utama bagi jaminan fidusia adalah perjanjian
utang piutang yang melahirkan utang yang dijamin dengan jaminan
fidusia. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 4 Undang-Undang Jaminan
Fidusia, yang menyatakan bahwa jaminan fidusia adalah merupakan
perjanjian ikatan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi.
4. Asas bahwa jaminan fidusia dapat diletakkan utang yang baru akan
ada. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 7 Undang-Undang Jaminan
Fidusia, bahwa objek jaminan fidusia dapat dibebankan kepada utang
telah ada yang akan ada.
5. Asas bahwa jaminan fidusia dapat dibebankan terhadap benda yang
akan ada. Tertera pada Pasal 9 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Hal
ini yang membedakan fidusia dengan hipotek, jaminan hipotek hanya
dapat diletakkan atas benda-benda yang sudah ada.
6. Asas pemisahan horizontal, yaitu asas bahwa jaminan fidusia dapat
dibebankan terhadap bangunan atau rumah yang terdapat di atas tanah
milik orang lain.
7. Asas specialitas atau pertelaan. Asas bahwa jaminan fidusia berisikan
uraian secara detail terhadap subjek dan objek jaminan fidusia. Subjek
jaminan fidusia yang dimaksud ialah identitas para pihak yakni
pemberi dan penerima jaminan fidusia. Sedangkan objek jaminan
yang dimaksud adalah perjanjian pokok yang dijamin fidusia, uraian
mengenai jaminan fidusia, nilai penjamin dan nilai beda yang menjadi
objek jaminan fidusia. Asas ini tercantum pada Pasal 6 Undang-
Undang Jaminan Fidusia.
8. Asas bahwa pemberi jaminan fidusia harus orang yang memiliki
kewenangan hukum atas objek jaminan fidusia. Kewenangan tersebut
harus ada pada saat jaminan fidusia didaftarkan ke kantor pendaftaran
fidusia.
9. Asas bahwa jaminan fidusia harus didaftar ke kantor pendaftaran
fidusia. Asas ini dalam ilmu hukum disebut asas publisitas dan
34
tercantum pada Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Asas ini
melahirkan assa kepastian hukum terhadap jaminan fidusia.
10. Asas bahwa benda yang dijadikan objek jaminan fidusia tidak
dapat dimiliki oleh kreditur penerima jaminan fidusia sekalipun
diperjanjikan, hal ini tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) dan Pasal 33
Undang-Undang Jaminan Fidusia.
11. Asas bahwa jaminna fidusia memberikan hak prioritas kepada
kreditur penerima fidusia yang terlebih dahulu mendaftarkan
kemudian ke kantor fidusia dari pada kreditur yang mendaftarkan
kemudian, sebagaimana yang dapat ditemukan dalam Pasal 28
Undang-Undang Jaminan Fidusia.
12. Asas bahwa pemberi jaminan fidusia yang tetap menguasai benda
jaminan harus memiliki iktikad baik (te goeder trouw, in good faith).
13. Asas bahwa jaminan fidusia mudah dieksekusi sebagaimana yang
dapat ditemukan dalam Pasal 15 Undang-Undang Jaminan Fidusia.
Kemudahan dalam pelaksanaan eksekusi tersebut difasilitasi dengan
mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia.
B. Kerangka teori
Teori perjanjian
Menurut Teori yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan
dengan perjanjian adalah di mana hukum memiliki hubungan antara dua
pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum. Dalam teori ini tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi
juga harus melihat perbuatan sebelumnya atau yang mendahuluinya. 23
agar
perjanjian tersebut tidak disalah gunakan untuk kepentingan masing-masing
individu.
23
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia (buku kesatu), Sinar
Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat Salim HS I ), 2014, h. 15-16.
35
Dalam penerapan teori ini Ada tiga tahap yang perlu di perhatikan
dalam membuat perjanjian, menurut teori baru, yaitu :
1. Tahap Pra-Contractual, yaitu tahap terjadinya penawaran dan
penerimaan.
2. Tahap Contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara
para pihak,
3. Tahap Post-Contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.
Kemudian muncul kembali pendapat dari para sarjana terkait
pengertian perjanjian yaitu menurut Charless L.Knapp dan Nathan M.
Crystal mengatakan yaitu, “contract is an agreement between two or more
persons- not merely a shared belief, but common understanding as to
something that is to be done in the future by one or both of them”.24
Artinya, kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih,
tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi secara bersama-sama saling
pengertian untuk melakukan sesuatu pada masa mendatang oleh seseorang
atau keduanya dari mereka. Dewasa ini berdasarkan perkembangan zaman
yang terjadi banyak sekali pendapat dan sumber yang memberi pengertian
tentang perjanjian itu sendiri, seperti dalam Black’s Law Dictionary, yang
diartikan dengan “contract is an agreement between two or more person
which creates an obligation to do or not to do particular thing.” Artinya
kontrak adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih, yang mana
kontrak itu menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu secara sebagian. 25
Melalui beberapa penjelasan diatas menjelaskan beberapa pengertian
tentang perjanjian serta terkait perjanjian yang merupakan salah satu sumber
dari perikatan menegaskan kembali bahwa perjanjian melahirkan sebuah
perikatan, sehingga menciptakan kewajiban pada salah satu atau lebih pihak
24
Charless L. Knapp dan Nathan M. Crystal, 1993: h. 2.
25 Black’s Law Dictionary, 1979: h. 291.
36
dalam perjanjian tersebut. Kewajiban yang dibebankan pada debitur dalam
perjanjian, memberikan hak pada pihak kreditur dalam perjanjian untuk
menuntut pelaksanaan prestasi dalam perikatan yang lahir dari perjanjian
tersebut. Jika ditelaah secara baik-baik pada Pasal 1313 KUH Perdata
menjelaskan bahwa suatu perjanjian mengakibatkan seseorang mengikatkan
dirinya pada orang lain, hal ini berarti dari sebuah perjanjian dapat
menimbulkan suatu kewajiban atas suatu prestasi dari satu atau lebih pihak
kepada salah satu atau lebih pihak lainnya yang memiliki hak atas prestasi
tersebut.
Dengan demikian dimungkinkan suatu perjanjian melahirkan lebih
dari satu perikatan, dengan kewajiban berprestasi yang saling bertimbal
balik. Debitur disatu sisi menjadi kreditur pada sisi yang lain juga pada saat
yang bersamaan, dan ini merupakan suatu karakteristik khusus dari
perikatan yang lahir dari suatu perjanjian.
Perjanjian memiliki beberapa jenis. Perjanjian juga dapat dibedakan
menurut berbagai cara. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:26
a. Perjanjian timbal balik.
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban
pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya, perjanjian jual-beli.
a. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban.
Perjanjian dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberikan
keuntungan bagi salah satu pihak saja. Misalnya, hibah.
Perjanjian atas beban adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang
satu selaku terdapat kontra prestasi dari pihak lain, dan antara kedua
prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
b. Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama.
26
Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung: Alumni), 1994,
h. 16.
37
Yaitu perjanjian yang mempunyai nama sendiri, maksudnya ialah
perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk
Undang-Undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.
Perjanjian ini terdapat dalam Bab V s.d XVIII KUH Perdata. Diluar
perjanjian itu disebut perjanjian tidak bernama tetapi terdapat di
masyarakat, seperti perjanjian sewa beli.
c. Perjanjian campuran
Perjanjian campuran ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur
perjanjian, misalnya, pemilik hotel yang menyewakan kamar sewa
menyewa, tetapi menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan
pelayanan.
d. Perjanjian obligatoir
Yaitu perjanjian antara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk
melakukan penyerahan kepada pihak lain perjanjian yang menimbulkan
perikatan). Menurut KUH Perdata perjanjian jual beli saja belum
mengakibatkan beralihnya hak milik dari penjual kepada pembeli. Untuk
beralihnya hak milik atas bendanya masih diperlukan satu lembaga lain,
yaitu penyerahan.
e. Perjanjian kebendaan
Perjanjian kebendaan adalah perjanjian hak atas benda
dialihkan/diserahkan (transfer of title) kepada pihak lain.
f. Perjanjian konsensual dan perjanjian riil
Perjanjian konsensual adalah perjanjian di antara kedua belah pihak yang
tercapai persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan. Menurut
KUH Perdata, perjanjian ini sudah mempunyai kekuatan mengikat (Pasal
1338 KUH Perdata). Namun demikian di dalam KUH Perdata ada juga
perjanjian-perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadi penyerahan
barang. Misalnya perjanjian penitipan barang (Pasal 14 KUH Perdata),
pinjam-pakai (Pasal 1740 KUH Perdata). Perjanjian yang terakhir ini
dinamakan perjanjian riil yang merupakan peninggalan hukum Romawi.
g. Perjanjian-perjanjian yang sifatnya istimewa
38
Contoh dari perjanjian ini yaitu perjanjian pembebasan hutang perjanjian
liberatoir), perjanjian pembuktian (untuk menentukan pembuktian apakah
yang berlaku diantara mereka), perjanjian asuransi (perjanjian untung-
untungan), dan perjanjian ikatan dinas dan perjanjian pengadaan barang
pemerintah (perjanjian publik atau perjanjian yang sebagian atau
seluruhnya dikuasai oleh hukum publik dan salah satu pihaknya
bertindak sebagai penguasa)
C. Tinjauan (Review) KajianTerdahulu
Dalam penulisan ini, peneliti merujuk pada buku, jurnal serta skripsi-
skripsi yang membahas pendaftaran akta jaminan fidusia. Berikut beberapa
review data yang berkaitan dengan pendaftaran akta jaminan fidusia:
1. Skripsi yang ditulis oleh Nazia Tunisa Alham/ Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta/ 2014 yang berjudul Peran Otoritas Jasa
Keuangan Terhadap Pengawasan Pendaftaran Jaminan Fidusia (Tinjauan
Yuridis Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/Pmk.010/2012). Skripsi
tersebut terfokus hanya pada peran Otoritas Jasa Keuangan dan
memandang dari aspek keuangannya dalam pendaftaran jaminan fidusia,
Sedangkan penelitian ini melihat peran kemenkumham sebagai kantor
pendaftaran fidusia dan notaris saat pembuatan akta jaminan fidusia
konsekuensi yuridis jika tidak didaftarkannya akta jaminan fidusia
2. Buku yang berjudul Hukum Jaminan Fidusia, prinsip publisitas pada
jaminan fidusia/ Suprianto/ 2015, buku ini menjelaskan tentang terdapat
kekosongan norma dalam pengaturan mengenai kewajiban pendaftaran
jaminan fidusia. Disatu sisi jaminan fidusia wajib didaftarkan, namun
disisi lain tidak diatur mengenai sanksi apabila pendaftaran tidak
dilakukan. Pembeda dari penelitian ini, penelitian ini lebih spesifik
mengenai akta yang tidak terdaftar yang berujung pada eksekusi
3. Jurnal yang ditulis oleh Rega Satya Rachellariny/ Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta/ 2016 yang berjudul Eksekusi Objek
Jaminan Fidusia Yang Tidak Didaftarkan Dalam Lembaga Keuangan
39
Non Bank (Studi Putusan Perkara Pengadilan Negeri Surakarta
No.105/Pdt/G/Bpsk/2012/Pn.Ska). Pembeda jurnal ini dengan penelitian
ini, bahwa jurnal tersebut menggunakan studi putusan kasus PT.
Sinarmas Multifinance, Sedangkan Penelitian ini selain membahas
eksekusi juga terfokus pada akibat hukum timbul akibat tidak
didaftarkannya akta jaminan fidusia dan kasus yang diangkat pun
berbeda yang mana peneliti menggunakan kasus PT Sinar Mitra Sepadan
Finance.
40
BAB III
PROFIL PERUSAHAAN SINAR MITRA SEPADAN FINANCE
A. Gambaran Umum Perusahaan Sinar Mitra Sepadan Finane
1. Sejarah Berdirinya Perusahaan1
Perseroan ini didirikan pada tanggal 26 November 2000 dengan
nama PT Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance dan mulai beroperasi pada
bulan Juni 2001. Pada awal beroperasinya, Perseroan lebih memfokuskan
diri dalam membiayai kepemilikan kendaraan direksi dan karyawan (Car
Ownership Program) dari perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam
PT Adijaya Guna Satwatama Group yang memiliki hubungan
kepemilikan dengan pemegang saham Perseroan. Selain itu, SMS
Finance juga memfokuskan diri untuk memberikan pinjaman berupa
pembiayaan konsumen khususnya pembiayaan mobil bekas, hal ini
berlangsung hingga Tahun 2008. Mulai Tahun 2009, SMS Finance
semakin melebarkan sayapnya dengan memberikan pinjaman berupa
pembiayaan Sepeda Motor dan Pembiayaan Syariah.
Mulai Tahun 2003, Perseroan mulai menggiatkan usahanya
ke sektor retail dan mulai memfokuskan diri untuk memberikan
pinjaman berupa pembiayaan konsumen, dengan tidak melupakan
menjalankan juga usaha di bidang Sewa Guna Usaha serta Anjak
Piutang.
Mulai Tahun 2005, Perseroan lebih ekspansif
mengembangkan perusahaan dengan membuka cabang-cabang di
daerah lain sekitar Jabodetabek serta pada Tahun 2006 SMS Finance
mulai merambah pasar Sumatera dengan membuka cabang di Bandar
Lampung. Pada Tahun 2007, SMS Finance telah membuka 4 cabang
baru yaitu di Kelapa Gading Jakarta, Medan, Palembang, dan Cirebon.
Pada Tahun 2008, SMS Finance juga telah membuka cabang baru di
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sehingga pada akhir
1 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
41
Tahun 2008 jumlah cabang SMS Finance menjadi 22 kantor cabang
yang bergerak dalam pembiayaan mobil.
Pada Tahun 2009 SMS Finance membuka 40 cabang lagi
sehingga cabang yang bergerak di pembiayaan mobil menjadi lebih
dari 60 cabang. Dan mulai Tahun 2009 inilah SMS Finance mulai
memberikan pinjaman berupa pembiayaan Sepeda Motor dan
Pembiayaan Syariah. Perseroan berkantor pusat di Wisma Millenia Lt.
6, Jl. MT Haryono Kav. 16, Jakarta Selatan 12810.
Sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang sangat
signifikan, pada bulan Januari 2009 dilakukan penambahan modal
disetor oleh pemegang saham dari Rp. 40.000.000.000 (empat puluh
miliar rupiah) menjadi Rp. 60.000.000 (enam puluh miliar rupiah) dan
pada bulan April 2009, terjadi penambahan modal disetor dari Rp.
60.000.000 (enam puluh miliar rupiah) menjadi Rp. 100.000.000
(Seratus miliar rupiah). Adapun penambahan modal disetor sebesar
Rp. 50.000.000 (lima puluh miliar rupiah) dilakukan pada bulan
Oktober 2009 sehingga total modal disetor SMS Finance menjadi Rp.
Rp. 150.000.000 (seratus lima puluh miliar rupiah).
2. Struktur Organisasi2
Perlunya perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas
dan terarah dengan tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mendukung strategi dan tujuan perkembangan usaha
b. Untuk kejelasan garis tanggung jawab, supervise dan koordinasi
antar karyawan dan lintas divisi perusahaan
c. Untuk memperjelas pemisahan tugas sekaligus menciptakan
mekanisme dual control melalui reporting matrix
d. Sebagai dasar dari jalur dan perencanaan karir karyawan.
2 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
42
Dengan adanya struktur organisasi, maka setiap tugas, wewenang
dan tanggung jawab terhadap suatu perkerjaan dapat dilaksanakan dengan
baik karena apa yang akan dikerjakan dan apa yang menjadi tanggung
jawab masing-masing personil telah tergambar dalam struktur organisasi
tersebut.
Divisi atau unit kerja dan posisi manajemen pada struktur
organisasi dibagi atas dua krikteria:
a. Functional Manager
Deskripsi dan tanggung jawab berdasarkan pembagian
fungsi kerja. Kelompok management ini secara umum
berkedudukan di kantor pusat dengan spesialisasi keterampilan
dalam hal-hal teknis berkaitan dengan fungsi jabatannya, untuk
memudahkana koordinasi antar divisi/unit kerja, pembuatan policy
dan pemecahan masalah terkait.
b. Geographical Manager
Deskripsi dan tanggung jawab berdasarkan pembagian area
geografis, misalnya area dan kota. Contoh kongkrit dari
Feographical manager adalah Area Manager dan pimpinan cabang.
Jenis manager ini bertanggung jawab atas semua fungsi kerja tapi
hanya yang berada diwilayah/area geografis yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Pelaksanaan Dual Control3
Sebagai aplikasi dari prinsip kehati-hatian dalam
manajemen resiko perusahaan, pada fungsi kerja yang dipandang
kursial, terdapat mekanisme koordinasi antara pejabat dan staf
dibawah geographical manager dengan function manager tertentu
dikantor pusat. Bentuk koordinasi tersebut antara lain:
3 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
43
a. Manager collection area dan jajaran dibawahnya, selain
bertanggung jawab langsung kepada area manager, wajib
berkoordinasi dengan GM collection dikantor pusat
b. Manager operation area dan jajaran dibawahnya, selain
bertanggung jawab langsung kepada area manager, wajib
berkoordinasi dengan GM operation dan direktur operation
dan risk dikantor pusat
c. Credit analyst selain bertanggung jawab langsung kepada
operation supervisor cabang, wajib berkoordinasi dengan
GM risk managemen dan direktur operation dan risk
dikantor pusat.
d. Divisi internal audit, bertanggung jawab langsung kepada
presiden direktur, wajib berkoordinasi dengan komite
audit.
4. Struktur Cabang Campuran (Mix Branch)4
Cabang campuran (mix branch) adalah kantor cabang
dimana terdapat aktifitas pembiayaan mobil dan motor sekaligus,
dasar implementasinya adalah apabila suatu wilayah pemasaran
dinilai potensial untuk motor, akan tetapi divisi marketing motor
memerlukan waktu untuk membukukan penjualan dan portofolio
yang substansial untuk berdiri sendiri.
Untuk efisiensi operasional, maka terdapat unit kerja
marketing dan collection motor didalam kantor cabang mobil.
Dimana supervisor marketing motor dibawah supervisi langsung
area manager dan supervisor collection motor dibawah supervisi
langsung manager collection area. Sementara untuk unit kerja
operation, digabung menjadi satu dibawah supervisor operation
cabang.
4 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
44
Kantor cabang campuran (mix branch) bukan merupakan
struktur permanent. Divisi marketing motor harus berupaya
semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis motor. Apabila
unit penjualan telah mencapai 300 unit/bulan atau AR outstanding
mencapai 5.000 unit, maka unit kerja motor dialam cabang
campuran harus dipisahkan menjadi cabang motor yang berdiri
sendiri.
5. Kewenangan Pejabat Perusahaan5
a. Penerimaan karyawan baru
b. Mutasi karyawan
c. Pemutusan hubungan kerja
d. Promosi dan kenaikan jabatan atau pangkat
Dapat diajukan oleh atasan langsung dari karyawan yang
bersangkutan dengan persetujuan dari atasan satu tingkat diatas.
Khusus untuk promosi dan kenaikan jabatan atau pangkat yang
sekaligus mencakup kenaikan gaji pokok dan jumlah maupun jenis
tunjangan diatur sebagai berikut:
a. Untuk promosi staf menjadi supervisor dicabang, diajukan oleh
Branch Manager
b. Setiap promosi dan kenaikan jabatan atau pangkat sampai
dengan level general manager harus dengan persetujuan dari
GM human resources sebagai bentuk control bahwa promosi
dan kenaikan tersebut sudah memenuhi kriteria kelayakan
jabatan dan sesuai dengan policy dan standar remunerassi
perusahaan.
Untuk divisi atau unit kerja yang terkoordinasi, pengajuan
tersebut harus dengan sepengetahuan (tanda-tangan mengetahui) oleh
manager atau GM functional dikantor pusat.
5 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
45
a. Promosi dan kenaikan pangkat collection supervisor menjadi
collection manager area dapat diusulkan oleh area manger,
dengan disetujui oleh marketing director dan dengan tanda
tangan mengetahui dari GM collection,dengan tetap berpegang
pasal HR policy yang berlaku; kemudian diteruskan ke GM
human resources untuk disetujui.
b. Mutasi dari kredit analyst dilakukan oleh operation supervisor
dengan persetujuan pimpinan cabang, dan tanda tangan
mengetahui dari GM atau manager risk management kantor
pusat.
Pengaturan kewenangan diatas hanya yang berhubungan
dengan manajemen sumber daya manusia, sementara kewenangan
untuk pengajuan kredit, persetujuan biaya, dan hal-hal teknis
operasional lainnya diatur melalui internal memo sesuai dengan
policy dan lingkup kerja masing-masing direktorat, divisi atau unit
kerja.
Atas setiap pengajuan dan perubahan pada status karyawan
yang telah disetujui pejabat berwenang sesuai pengaturan diatas,
baik promosi, mutasi maupun pemutusan hubungan kerja; divisi
human resources harus diinformasikan dan menyimpan copy dari
persetujuan tersebut.
6. Produk SMS Finance
a. Produk Reguler6
SMS Finance memberikan fasilitas pembiayaan untuk mobil baru
& bekas. Keuntungan dengan menggunakan produk reguler adalah
konsumen dapat memiliki kendaraan yang diinginkan dengan
persyaratan yang mudah, proses persetujuan yang cepat dan BPKB
yang dijaminkan aman. konsumen dapat membeli mobil baru dan
6 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
46
bekas dengan pembiayaan dari SMS Finance. Fisik mobil dapat Anda
lihat pada dealer/showroom yang bekerjasama dengan SMS Finance.
Yang mana memiliki ketentuan umum sebagai berikut:
1) Mobil baru yang dapat kami biayai berasal dari :
a) Dealer / Showroom yang bekerjasama dengan SMS Finance.
b) DP minimal 25%.
c) Tenor maksimal 48 bulan.
d) Menyertakan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
diuraikan dalam persyaratan pembiayaan.
e) Merk Jepang dan Non Jepang
2) Mobil bekas yang dapat kami biayai berasal dari :
a) Showroom yang bekerjasama dengan SMS Finance.
b) DP minimal 30%.
c) Tenor maksimal 36 bulan.
d) Merk Jepang dan Non Jepang.
e) Umur untuk kendaraan merk Jepang maksimal 21 tahun
sampai akhir tenor.
f) Umur untuk kendaraan merk Non Jepang maksimal 8 tahun
sampai akhir tenor.
g) Menyertakan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
diuraikan dalam persyaratan kredit.
b. Produk Multiguna7
SMS Finance mempunyai produk pembiayaan Multiguna. Debitur
dapat mengajukan pembiayaan untuk keperluan yang bersifat
mendesak seperti untuk biaya pendidikan, biaya Rumah Sakit,
renovasi rumah dan lain-lain dengan menjaminkan BPKB kendaraan
yang dimiliki oleh pemohon. Dana yang dicairkan oleh SMS Finance
7 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
47
akan ditransfer ke institusi/perusahaan dimana debitur akan
melakukan pembayaran.
Yang mana memiliki ketentuan umum sebagai berikut :
a) DP minimal 25%.
b) Tenor maksimal 36 bulan.
c) Merk Jepang dan Non Jepang.
d) Umur untuk kendaraan merk Jepang maksimal 21 tahun
sampai akhir kredit.
e) Umur untuk kendaraan merk Non Jepang maksimal 8 tahun
sampai akhir kredit.
f) Menyertakan dokumen-dokumen yang diperlukan seperti
diuraikan dalam persyaratan kredit.
7. Visi dan Misi Perusahaan8
Visi perusahaan
Menjadikan perusahaan pembiayaan pilihan masyarakat dengan
mengutamakan pelayanan yang berkualitas.
Misi Perusahaan
a. Menjadi Perusahaan Pembiayaan Pilihan Stakeholders
dengan Performance Yang Baik dan Profitabilitas Yang
Tinggi.
b. Menjadi Perusahaan Pembiayaan Pilihan Konsumen dengan
Pelayanan yang Cepat, Handal, dan Berbasis Teknologi.
c. Menjadi Perusahaan Pembiayaan Pilihan Perbankan dan
Investor Melalui Pertumbuhan yang Mengutamakan Asas
kehati-hatian dan Track Record yang Baik.
d. Menjadi Perusahaan Pembiayaan Pilihan Mitra Bisnis dengan
Menciptakan Hubungan yang Berdasarkan Mutual Benefit
Dan Mutual Respect.
8 Sekretariat PT Sinar Mitra Sepadan Finance, Senin, 16 Juli, 2018, pukul 09.10 BBWI
48
e. Menjadi Perusahaan Pembiayaan Pilihan Konsumen dengan
Image Positif Di Mata Pemerintah dan Masyarakat dengan
Konstribusi yang Optimal dan Menegakkan Asas Good
Corporate Govermance.
B. Duduk Perkara Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015
Putusan MA Nomor 2467 K/Pdt/2015 merupakan kasus antara PT.
Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance di Jakarta cq PT. Sinar Mitra
Sepadan (SMS) Finance di Padang selaku badan hukum, yang
berkedudukan di Jalan Dr. Sutomo Nomor 39 A, Simpang Haru,
Kelurahan Simpang Haru Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kota
Padang, dalam hal ini memberi kuasa kepada Eko Haryanto, dkk., bagian
Departemen legal Litigation, berlamat di Wisma Millenia Lantai 1 & 2,
jalan M.T Haryono Kav., Jakarta sebagai pemohon kasasi dahulu
Tergugat, melawan Fivta Meryati bertempat tinggal di Jalan YOS
Sudarso RT.09, Kelurahan/Desa Gedang, Kecamatan Sungai Penuh,
Kerinci, dalam hal ini memberi kuasa kepada Poniman A, S.Hi.,
Advokat, beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 49 RT.01, RW. IV,
Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang
sebagai Termohon Kasasi dahulu Penggugat.
Pemohon Kasasi mengajukan alasan-alasan kepada majelis hakim
Mahkamah Agung dalam memori kasasinya yang pada pokoknya antara
lain:
1. Bahwa judex facti dalam putusannya tidak mempertimbangkan isi
perjanjian pembiayaan konsumen karena pemohon kasasi
beranggapan bahwa tindakan pemohon kasasi melakukan
penjualan terhadap objek jaminan melalui pelelangan umum adalah
sesuai dengan isi perjanjian konsumen nomor
9018831155/PK/03/12 a.n Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012,
sehingga pemohon kasasi tidak merasa melakukan wanprestasi.
49
2. Bahwa judex facti juga tidak mempertimbangkan perbuatan
termohon kasasi yang terbukti melakukan perbuatan wanprestasi
yaitu tidak membayar angsuran sesuai dengan isi perjanjian
pembiayaan konsumen nomor 9018831155/PK/03/12 a.n Fivta
Meryati tanggal 13 Maret 2012.
Dengan demikian pemohon kasasi meminta untuk membatalkan
putusan judex facti karena pemohon kasasi menilai bahwa tindakan
tersebut benar dan sesuai perjanjian. Oleh karenanya pemohon belum
memperoleh pembenaran, pemohon mengajukan kasasi dengan alasan-
alasan tersebut.
Terjadinya kasus ini berawal dari adanya tindakan pengambil
paksaan kendaraan mobil dump truck yang dilakukan oleh pihak tergugat
karena penggugat dianggap tidak mampu melunasi hutang-hutangnya
kepada tergugat. Berdasarkan hal ini penggugat Fivta Meryati
mengajukan gugatan terhadap PT SMS Finance sebagai tergugat, karena
tergugat melakukan penarikan kendaraan dengan tidak adanya teguran,
peringatan, ataupun somasi terlebih dahulu kepada penggugat.
Berdasarkan perjanjian pembiayaan konsumen (PPK) Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012,
termohon kasasi dahulu penggugat berhak memanfaatkan mobil dump
truck setelah terpenuhi seluruh proses administrasi atas PPK dan fasilitas
pembiayaan karena telah terbayarkan down payment sebesar Rp.
51.260.000 (lima puluh satu juta serta angsuran kreditnya kepada
tergugat sebesar Rp. 5.500.0000 (lima juta lima ratus ribu rupiah) per
bulan. Angsuran kredit telah berjalan dan telah dibayar oleh penggugat
selama 15 (lima belas) bulan dengan pembayaran pertama di bulan April
2012 dan terakhir di bulan September 2013 yang dibayarkan baik secara
langsung ataupun ditransfer melalui rekening Tergugat. Pada tanggal 11
September 2013 penggugat telah melakukan pembayaran angsuran
sebesar Rp. 22.000.000 (dua puluh dua juta rupiah) kepada tergugat.
50
Pada tanggal 24 September 2013 penggugat dihubungi oleh tergugat dari
kantor Pusat Jakarta bahwa terdapat masalah pembayaran angsuran
kredit. Tidak lama dari hari itu penggugat dihubungi oleh orang
kepercayaan penggugat yang mengelola mobil dump truck bahwa ada 4
(empat) orang yang melakukan penarikan atas mobil dump truck.
Tergugat juga memaksa orang kepercayaan penggugat untuk
menandatangani Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK).
Namun orang kepercayaan penggugat tidak mau menandatanginya
karena ia merasa bukan pemilik kendaraan.
Pada tanggal 26 September 2013, penggugat mendatangi penggugat
dan saat itu hanya bisa bertemu dengan bapak Simanjuntak bahwa
kendaraan akan dilelang jika tidak sanggup melunasi pembayaran.
Berhubung belum mendapatkan titik temu, pada tanggal 27
September 2013, penggugat kembali mendatangi tergugat membawa
surat yang ditujukan kepada kepala cabang Padang perihal permohonan
permintaan pengembalian mobil dump truck, penggugat telah menunggu
lama tetapi kepala cabang tidak mau ditemui dan penggugat diberikan
surat perihal kewajiban pelunasan hutang dan ditandatangani oleh branch
manager. Ada pun isi surat tersebut tergugat menolak melakukan
perjanjian dan penggugat diminta melunasi seluruh kewajiban.
Penggugat hanya diberikan waktu 6 (enam) hari untuk melunasi
pembayaran.
Penggugat sebelumnya tidak pernah menerima teguran, peringatan,
dan somasi baik secara lisan maupun tertulis. Pada tanggal 30 Januari
2014, penggugat mendatangi tergugat dan mendapatkan infomasi bahwa
telah dilakukan pelelangan sepihak oleh tergugat, segala arsip-arsip dan
dokumen-dokumen lainnya telah berada di kantor pusat.
Penggugat melalui kuasa hukumnya telah mengirimkan surat
perihal permintaan dokumen tentang: turunan perjanjian kredit nomor
9018831155 antara Fivta Meryati dengan PT. Sinar Mitra Sepadan
Finance tanggal 10 Maret 2012; akta fidusia atas benda yang dijadikan
51
objek kredit dimaksud; dokumen dan surat-surat lainnya yang terkait.
Permintaan dokumen dimaksud dikarenakan penggugat tidak pernah
mendapatkan salinan dari PPK dimaksud dan dokumen lainnya. Akan
tetapi karyawati tergugat menyebutkan dokumen terkait tidak ada lagi di
kantor cabang melainkan sudah berada di kantor pusat Jakarta.
Penggugat melalui kuasa hukumnya mengirimkan surat perihal
mohon keterangan dan permintaan data yang ditujukan kepada kepala
kantor wilayah kementrian hukum dan HAM provinsi Sumatra Barat.
Surat tersebut mempertanyakan ada atau tidaknya akta fidusia atas
didaftarkan PPK antara penggugat dan tergugat. Alhasil, kemenkumham
mengatakan bahwa tidak ada daftar akta jaminan fidusia a.n
pemberi/penggugat dan penerima/tergugat.
Penggugat menuntut kerugian dengan tuntutan sebesar
Rp1.355.760.000 (satu miliar tiga ratus lima puluh lima juta tujuh ratus
enam puluh ribu rupiah). Penggugat juga meminta diletakkan sita
jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset dari tergugat baik
berupa benda tidak bergerak yang terletak di Jakarta maupun yang berada
di kantor cabang Padang milik tergugat. Penggugat meminta Pengadilan
Negeri kelas IA Padang melalui majelis hakim perkara a qou untuk
menghukum tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar
Rp1.000.000 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan sejak putusan ini
memiliki kekuatan hukum tetap (inkrah).
52
BAB IV
Eksekusi Objek Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan
Oleh PT Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance
A. Eksekusi Objek Jaminan Pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015
Pemohon kasasi pada putusan nomor 2467 K/Pdt/2015 bermaksud
untuk melakukan eksekusi karena termohon kasasi dianggap telah
wanprestasi yang mana dianggap tidak melakukan pembayaran.
Pemohon melakukan penarikan secara paksa tanpa ada somasi ataupun
surat peringatan lainnya kepada pihak termohon. Hal ini yang tidak
dilakukan oleh termohon kasasi sebelum melakukan penarikan
kendaraan. Berdasarkan ketentuan yang ada, haruslah ada somasi atau
surat teguran terlebih dahulu sebelum melakukan penarikan.
Pemohon menyatakan bahwa termohon kasasi telah berulangkali
meminta pembayaran kepada termohon namun termohon tidak
melakukan pembayaran, menurut pengakuan pemohon, ia telah
memberikan surat teguran II/terakhir tertanggal 27 Juni 2013 akan tetapi
setelah teguran tersebut, termohon telah melakukan pembayaran pada
tanggal 11 September 2013. Hal ini tercermin bahwa adanya iktikad baik
seorang debitur kepada kreditur dengan membayarakan sisa tunggakan
yang ada. Pada suatu perjanjian, khususnya perjanjian perdata wajib
memperhatikan asas iktikad baik. Asas iktikad baik menurut Arrest H.R
memberikan peranan tertinggi terhadap iktikad baik dalam tahap
praperjanjian bahkan kesesatan ditempatkan di bawah asas iktikad baik,
bukan lagi pada teori kehendak.1 Menurut Prof. R. Subekti, S.H. iktikad
baik itu dikatakan sebagai suatu sendi yang terpenting dalam hukum
perjanjian.2
1 Ahmadi Miru, Hukum kontrak & Perancangan kontrak, (Jakarta: PT RajaGrafindo),
2007, h. 5.
2 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa), 1979, h. 41.
53
Walaupun iktikad baik para pihak dalam perjanjian sangat
ditekankan pada tahap praperjanjian, secara umum iktikad baik harus
selalu ada pada setiap tahap perjanjian sehingga kepentingan pihak yang
satu selalu dapat diperhatikan oleh pihak yang lainnya.3
Pemohon kasasi dalam melakukan ekseskusi telah melakukan
penarikan paksa terhadap objek jaminan. Eksekusi dilakukan pada
tanggal 24 September 2013 yang mana sebelumnya pada tanggal yang
sama termohon telah dihubungi oleh pemohon dari kantor pusat Jakarta
dan terjadi pembicaraan mengenai kesepakatan pembayaran penggugat
pada bulan September. Menurut pemohon kasasi tindakan dalam
penarikan mobil dump truck itu sesuai dengan perjanjian yang ada pada
pembiayaan konsumen bahwa termohon kasasi telah memberikan kuasa
khusus kepada pemohon kasasi untuk melakukan penarikan secara
langsung kendaraan mobil truck milik termohon apabila pemohon lalai
dalam membayar.
Pada tanggal 26 September 2013, termohon kasasi mendatangi
pemohon kasasi dengan harapan hak/mobil akan kembali. Namun, saat
itu termohon menerima informasi bahwa harus melunasi semua
pembayaran mobil untuk mengambil mobil. Iktikad baik tidak terlihat
pada pemohon kasasi saat termohon datang kembali ke kantor pada
tanggal 27 September 2013, Pemohon kasasi tidak mau menemui
termohon padahal yang bersangkutan ada di tempat. Termohon hanya
menerima surat nomor 542PREP201300094 perihal kewajiban pelunasan
hutang yang ditandatangani oleh Horas P. Sinaga selaku Branch
Manager, adapun substansi surat tersebut ialah menolak melakukan
perjanjian Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12, meminta pelunasan
pembayaran yang ada paling lambat 3 Oktober 2013, dan pemberitahuan
bahwa akan dilakukan pelelangan jika tidak dilakukan pelunasan.
3 Ahmadi Miru, Hukum kontrak & Perancangan kontrak, ..., h. 7.
54
Tindakan pemohon tersebut tidak tercermin iktikad baik karena
telah melakukan pemutusan sepihak terhadap perjanjian pembiayaan
konsumen. Padahal dalam suatu perjanjian berlaku asas pacta sunt
servanda yang mana perjanjian itu merupakan Undang-Undang bagi para
pihak yang menyetujuinya dan harus dijalankan bersama. Hal tersebutlah
yang kemudian yang diperhatikan juga oleh Pasal 1338 KUH Perdata,
yang menyatakan bahwa:
(1) Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya.
(2) Perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain
dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk itu.
(3) Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa perjanjian haruslah didasari
dengan iktikad baik dan tidak boleh ada pemutusan sepihak, jika mana
tidak ditaati maka melanggar Pasal 1338 KUH Perdata.
Penarikan kendaraan terjadi di daerah Bangko Tahun 2013 yang
mana saat itu kendaraan dalam keadaan mogok dan waktu itu mobil
disergap oleh pihak Pemohon Kasasi sebanyak 4 (empat) orang, Dalam
melaksanakan eksekusi penarikan kendaraan, pemohon kasasi juga
memaksa orang kepercayaan termohon kasasi untuk menandatangani
Berita Acara Serah Terima Kendaraan (BASTK). Mobil diantar ke
tempat pemohon kasasi oleh keempat orang tersebut dan orang
kepercayaan termohon, namun, orang kepercayaan tersebut tidak
diperkenankan menaiki mobil truck karena mobil truck sudah disediakan
supir oleh pemohon kasasi. Pemaksaan penandatanganan BASTK juga
dilakukan hingga tiba di Padang.
B. Pertimbangan Hakim pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015
Hakim pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015 menolak
permohonan kasasi dari pemohon Kasasi dahulu Tergugat/pembanding,
55
hal ini berarti hakim menolak pelaksanaan eksekusi yang dilakukan oleh
pemohon kasasi, dan hakim menguatkan putusan hakim terdahulu, yang
mana putusan pada judex facti (pengadilan Negeri/pengadilan Tinggi)
dalam perkara tersebut tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
Undang-Undang. Pemohon kasasi dahulu Tergugat/Pembanding
dianggap telah wanprestasi kepada termohon kasasi dahulu
Penggugat/Terbanding. Adapun pertimbangan hakim pada Pengadilan
Negeri yaitu:
1. Bahwa perjanjian antara Penggugat dengan Tergugat merupakan
perjanjian timbal balik di mana masing-masing pihak mempunyai
prestasi yang harus dipenuhi yaitu pihak tergugat menyerahkan
mobil dump truck yang dijual kepada penggugat dan penggugat
membayar cicilan kepada Tergugat;
2. Menimbang bahwa bukti yang ada, penggugat telah membayar DP
sejumlah Rp. 51.260.000 ditambah cicilan sampai bulan September
2013 sejumlah Rp. 82.500.000 sehingga berjumlah Rp.
129.740.000 (seratus dua puluh juta tujuh ratus empat puluh ribu
rupiah). Meskipun penggugat telah lalai beberapa kali pembayaran,
seharusnya tergugat melakukan peringatan (somasi) secara tertulis,
bukan langsung melakukan penarikan tanpa setahu dan seizin dari
penggugat atas mobil dump truck.
3. Bahwa di samping penarikan mobil truck yang dilakukan, tergugat
juga telah menyatakan menolak untuk melanjutkan perjanjian
kredit dan juga membebankan penggugat untuk melunasi
hutangnya dengan perincian sebagai berikut:
Nilai pelunasan : Rp. 247.062.034
Biaya administrasi Penanganan : Rp. 30.000.000
Total Pelunasan : Rp. 277.062.034
(dua ratus tujuh puluh tujuh juta enam puluh dua ribu tiga puluh
empat rupiah)
56
4. Bahwa, perincian yang dilakukan oleh tergugat tanpa
menghiraukan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penggugat.
Selain itu tergugat juga tidak memberikan salinan perjanjian.
Tergugat juga tidak mendaftarkan fidusia sesuai ketentuan hukum
yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia.
5. Bahwa, dengan pertimbangan tersebut di atas penggugat berada
dalam posisi tidak seimbang dibandingkan dengan posisi tergugat,
oleh karena itu penggugat harus dilindungi oleh hukum.
6. Bahwa dari bukti perjanjian pembiayaan konsumen ditandatangani
tanggal 13 Maret 2012, sementara sesuai dengan bukti surat
Kemenkum HAM Kantor Wilayah Sumatera Barat Nomor
W.3.HM.01.02-LI perihal informasi pendaftaran jaminan fidusia di
mana menjelaskan bahwa Jaminan Fidusia atas nama penggugat
belum ditemukan, sedangkan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen
sudah lebih dari 2 (dua) tahun, sehingga hal tersebut sangat
merugikan hak-haknya penggugat;
7. Bahwa dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130/PMK.010/2012 menyebutkan “perusahaan pembiayaan
dilarang melakukan penarikan benda Jaminan Fidusia berupa
kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran fidusia belum
menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkan kepada
perusahaan pembiayaan”;
8. Bahwa dengan adanya wanprestasi Tergugat tersebut pihak
Penggugat telah melakukan Somasi dan Tergugat tidak ingin
memenuhi permintaan penggugat, sehingga telah memenuhi
ketentuan Hukum Acara Perdata sebagaimana telah
dipertimbangkan di atas;
57
9. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas penggugat telah
dapat membuktikan dalil gugatannya yaitu tergugat telah
wanprestasi;
10. Bahwa tergugat tidak dapat membuktikan sangkalannya terhadap
dalil gugatan penggugat;
11. Bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan oleh kedua belah
pihak sebagaimana telah dipertimbangkan di atas, Majelis Hakim
berpendapat bahwa penggugat dapat membuktikan dalil
gugatannya dan tergugat tidak dapat membuktikan dalil
sangkalannya.
Berdasarkan pertimbangan di atas, majelis Hakim
mempertimbangkan petitum penggugat sebagai berikut:
1. Mengenai petitum angka 2, Hakim Menyatakan sah perjanjian
pembiayaan Konsumen (PPK) nomor 9018831155/PK/03/12
beralasan hukum untuk dikabulkan;
2. Mengenai petitum angka 3 Menyatakan seluruh bukti-bukti yang
Penggugat ajukan dalam perkara a quo adalah sah dan memiliki
kekuatan pembuktian yang sah dan kuat dalam perkara a quo
menurut Majelis adalah sebagai alat bukti tidak perlu disebutkan
dalam amar putusan, maka menolak petitum tersebut;
3. bahwa mengenai petitum angka 4, 5 dan 6 dan 7 dapat dikabulkan
dengan perbaikan amar putusan dengan memberikan putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono);
4. Menimbang, bahwa terhadap petitum angka 8 tidak dapat
dikabulkan dan oleh karena itu harus ditolak;
5. Menimbang, bahwa terhadap petitum angka 9 Menyatakan
tindakan Tergugat yang melakukan penjualan atas mobil dump
truck secara lelang, merupakan tindakan yang melanggar ketentuan
Pasal 29 dan Pasal 32 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia. Sehingga tindakan Tergugat demikian
58
dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of contract)
sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata dapat
dikabulkan dengan perbaikan amar putusan;
6. Bahwa petitum angka 10. Menghukum Tergugat untuk membayar
ganti kerugian materil dan immateril kepada Penggugat sebesar Rp.
1.355.760.000,- (satu milyar tiga ratus lima puluh lima juta tujuh
ratus enam puluh ribu rupiah), menurut Majelis hanya dapat
dikabulkan sepanjang pembayaran DP mobil sebesar
Rp.51.250.000,00 + pembayaran angsuran Rp.82.500.000,00
berjumlah Rp.133.750.000,00 ditambah dengan bunga yang pantas
sebesar 6 % setahun terhitung sejak putusan ini mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dengan pertimbangan meskipun
Penggugat tidak memohonkan bunga akan tetapi sesuai dengan
ketentuan wanprestasi pihak yang menimbulkan ingkar janji wajib
memberikan gantirugi dan bunga (et aquo et Bono);
7. Menimbang, bahwa petitum angka 11 sampai 15 tidak dapat
dikabulkan;
Pada memori kasasi pemohon kasasi dahulu Tergugat/pembanding
membantah apa yang telah diputuskan pada Pengadilan Negeri ataupun
pengadilan tinggi, Dalam memori kasasinya tersebut memuat:
1. Judex Facti dalam putusannya tidak mempertimbangkan isi
perjanjian pembiayaan konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12
pada halaman 2 nomor (10) tentang Syarat-Syarat Perjanjian
Konsumen yang mana dalam perjanjian tersebut telah disepakati
bersama yaitu Pemohon Kasasi (PT SMS Finance) dapat
melakukan pelelangan atas benda jaminan apabila Termohon
Kasasi (Fivta Meryati) tidak melakukan pelunasan utang-utangnya.
Dengan demikian tindakan Pemohon Kasasi melakukan penjualan
terhadap objek jaminan melalui pelelangan umum adalah sesuai
59
dengan isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12.
2. Jika objek jaminan dikembalikan kepada Termohon Kasasi, maka
seharusnya Termohon Kasasi harus melunasi seluruh utang-
utangnya terlebih dahulu kepada Pemohon Kasasi. Namun
Termohon Kasasi tidak melakukan pembayaran sehingga
berdasarkan isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12 pada point (10) Pemohon Kasasi melakukan
pelelangan objek jaminan.
3. Judex Facti juga tidak mempertimbangkan perbuatan Termohon
Kasasi yang terbukti melakukan perbuatan wanprestasi yaitu tidak
membayar angsuran sesuai dengan isi Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 Hal ini tidak
dipertimbangkan oleh Judex Facti secara berimbang sehingga
melahirkan putusan yang keliru dan tidak mencerminkan nilai
keadilan. Dengan demikian hukum putusan Judex Facti sangat
wajar untuk dibatalkan;
Berdasarkan Alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat
bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena
setelah meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 22 Juli 2015
dihubungkan dengan jawaban memori kasasi tanggal 14 Agustus 2015
dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam hal ini putusan
Pengadilan Tinggi Padang yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri
Padang ternyata tidak salah menerapkan hukum, putusan dan
pertimbanganya telah tepat dan benar, dengan pertimbangan sebagai
berikut:
1. Jaminan fidusia tidak didaftarkan sesuai aturan hukum yang
berlaku sebagaimana ketentuan Undang Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia. Karena pendaftaran merupakan
syarat, sehingga fidusia bisa dilaksanakan;
60
2. Bahwa selain itu Tergugat terbukti melakukan wanprestasi, tidak
mematuhi tata laksana dalam perjanjian kredit, tanpa somasi
langsung menarik mobil/objek perjanjian jual beli dengan kredit;
Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, hakim menolak eksekusi
yang dilakukan oleh pemohon kasasi dahulu Tergugat/Pembanding, dan
menilai bahwa Judex Facti telah benar menerapkan hukum.
C. Analisis Penulis
Beberapa persoalan yang sudah terurai secara jelas dan rinci di atas
maka penulis mencoba merekonstruksikan dengan apa yang menjadi
kajian penulis sehingga melahirkan hasil penelitian yang
menggambarkan kompleksi hukum yang sesuai dengan norma dan
kaidah hukum yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat.
Syarat dan ketentuan dalam melakukan pejanjian hutang piutang
antara Al-Quran dan hadits tidaklah memiliki pertentangan dan
perbedaan yang begitu kompleks karena bila kita merujuk dari salah satu
firman Allah dalam surat Al-Baqarah Ayat 283 sebagai berikut:
سفز ولم تجدوا كاتبا فزهان مقبىضت فئن أمه وإن كىتم عل
ربه ول تكتمىا بعضكم بعضا فلؤد الذ اؤتمه أماوته ولتق للا
بما تعملىن علم الشهادة ومه كتمها فئو (٣٨٢) ه آثم قلبه وللا
Artinya:
Dan jika kamu dalam perjalanan sedang kamu tidak mendapatkan
seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang
dipegang, tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanat utangnya
dan hendaklah Ia bertaqwa kepada Allah tuhannya, dan janganlah
kamu menyembunyikan kesaksian karena barang siapa
menyembunyikannya sungguh hatinya kotor (berdosa) Allah maha
mengetahui yang kamu kerjakan.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
61
ه وسلم اشتزي عل صل للا عىها أن الىب للا عه عائشت رض
إل أجل فزهىه درعه طعاما مه هىد
Artinya:
Dari Aisyah diriwayatkan bahwa Rasul SAW membeli bahan
pangan dengan menghutang sampai waktu yang ditentukan dengan
jaminan baju besinya. (HR. Al-Bukhari)
Berdasarkan Ayat dan hadits di atas, menggambarkan bahwa utang
piutang menggunakan jaminan telah dianjurkan jika diantara kedua belah
pihak tidak menemukan seorang penulis/saksi hal ini dapat diartikan pula
apabila salah satu pihak khawatir tidak dapat dipenuhinya suatu prestasi
maka dapat digunakan agunan dalam utang piutang tersebut. Jika adanya
suatu agunan yang digunakan dalam suatu perjanjian maka berlakulah
Pasal 1320 KUH Perdata yaitu syarat sahnya perjanjian. Terpenuhinya
Pasal 1320 KUH Perdata membuat suatu perjanjian dapat dikatakan
perjanjian tersebut merupakan perjanjian yang sah, sehingga
menimbulkan akibat hukum bagi perjanjian tersebut yang mana menurut
Pasal 1338 KUH Perdata perjanjian tersebut berlaku sebagai Undang-
Undang bagi para pihak. Sehingga timbulah hak dan kewajiban bagi
keduanya. Apabila salah satu hak dan kewajiban dari salah satu pihak
dilanggar maka terjadi wanprestasi seperti kasus pada putusan nomor
2467 K/Pdt/2015.
Berdasarkan beberapa dasar yang sudah penulis uraikan di atas,
menghadirkan beberapa studi atau analisis yang dapat menjabarkan
beberapa hal yang menjadi pokok persoalan dalam penulisan ini
diantaranya:
Pertama, pelaksanaan itikad baik dalam melaksanakan perjanjian
yang sudah dilakukan oleh kreditur dan debitur tidaklah memperhatikan
beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan itikad baik sebagaimana
yang tertuang dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia, karena jika kita
analisis lebih lanjut dan kembali melihat kronologis perkara antara
62
debitur dan kreditur yang tertulis dalam Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015
di mana terjadi unsur pemaksaan untuk melakukan penarikan mobil truck
dari pihak kreditur, padahal dari pihak pemilik truck sudah berusaha
melakukan negosiasi dan menginginkan penyelasaian tanpa adanya unsur
pemaksaan karena pihak pemilik truck ingin membuktikan dan
menjelaskan terlebih dahulu. Namun dari pihak kreditur tidak
menginginkan hal terebut sehingga truck dilakukan penarikan secara
paksa. Selain itu juga tidak ada prosedur di awal yang harus dipenuhi
terlebih dahulu seperti pemberian surat somasi ataupun peringatan
mengenai penarikan kendaraan.
Padahal jika kita kembali mencermati tujuan utama asas itikad baik
ialah sebagai asas yang harus diperhatikan dalam suatu perjanjian agar
perjanjian tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
kedua belah pihak dan bahkan sebagai asas yang perlu diperhatikan agar
tidak terjadi Wanprestasi.
Iktikad baik juga tidak terlihat dari pihak kreditur yang mana saat
ditemui oleh debitur tidak ingin ditemui, padahal pihak kreditur ada di
tempat saat debitur datang, hal ini mencerminkan sudah ada iktikad baik
baik dari debitur untuk mencari titik terang dari permasalahan akan tetapi
tidak dari kreditur.
Berdasarkan beberapa poin penting di atas dapat kita lihat bahwa
pelaksanaan asas itikad baik dalam sutu perjanjian merupakan hal yang
urgen. Urgensi tersebutpun dapat kita lihat Dalam putusan nomor 2467
K/Pdt/2015 Mahkamah Agung dalam memutuskan perkara antara Fivta
Meryati dengan PT SMS menolak permohonan kasasi dari pemohon
kasasi PT SMS di Jakarta cq PT SMS di Padang yang mana dalam hal ini
berarti Hakim Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri
terdahulu yang Dalam Eksepsi menyebutkan bahwa:
1. Tergugat yang menyebutkan bahwa posita gugatan Penggugat
mendalilkan Tergugat melakukan perbuatan wanprestasi karena
menolak melanjutkan/ pemutusan sepihak perjanjian pembiayaan
63
No.9018831155/PK/03/12 sementara di satu sisi juga penggugat
mengkualifikasi Tergugat melakukan wanprestasi karena
melakukan pengamanan asset terhadap mobil dumptruck nomor
polisi BD 8023 NK dan pada posita lainnya penggugat menyatakan
Tergugat melakukan Wanprestasi karena tidak memberikan
dokumen kepada Penggugat serta pada posita lainnya meyatakan
tindakan Tergugat yang membebankan pelunasan seluruh
kewajiban kepada penggugat dikualifikasi perbuatan wanprestasi.
2. Bahwa setelah mempelajari gugatan penggugat khususnya tentang
posita-posita gugatan penggugat terdapat beberapa perbuatan
tergugat yang menjadikan tergugat melakukan beberapa
wanprestasi.
3. Bahwa dengan berdasarkan kepada pengertian eksepsi yang mana
merupakan bantahan yang menangkis gugatan penggugat
sedangkan pokok perkara tidak langsung disinggung, eksepsi
tergugat tidak termasuk dalam materi rumusan eksepsi yang telah
dikemukakan karena eksepsi tersebut telah menyinggung pokok
perkara yang memerlukan pembuktian terlebih dahulu.
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka eksepsi Tergugat
tidak dapat diterima.
Melihat uraian dan beberapa poin dalam putuan di atas maka
penerapan itikad baik dalam sutu perjanjian bukanlah hal yang dapat
dikesampingkan. Karena jika asas tersebut dilanggar maka perjanjian
yang dilakukan oleh kedua belah pihak akan menimbulkan beberapa
persolan yang berhujung pada penyelesaian perkara di pengadilan.
Kedua, hal penting selanjutnya ialah bagaimana kita melihat
pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan oleh kreditur dan debitur
dalam menjalankan suatu perjanjian. Hal ini pun menjadi hal penting
yang harus dijalankan oleh kedua belah pihak untuk menyelesiakan akad
perjanjian sampai pada akhir masa yang telah ditentukan.
64
Jika kita perhatikan bahwa hak dan kewajiban antara debitur dan
kreditur sudah dijalankan dengan baik oleh kedua belah pihak
berdasarkan apa yang dijanjikan. Hanya saja terdapat suatu
keterlambatan dari debitur dalam hal melakukan pembayaran angsuran
yang telah disepakati. Namun dari pihak kreditur sedikit
mempermasalahkan hal tersebut sehingga dianggap bahwa debitur telah
melakukan wanprestasi sehingga terjadilah penyitaan terhadap barang
yang telah dijanjikan. Masalah penyitaan ini pun menjadi masalah yang
muncul dalam persoalan ini, Hal tersebut digambarkan pada tuntutan
provisi, Penggugat tersebut telah mencampuradukkan antara lembaga
Provisi dengan lembaga penyitaan, maka sesuai dengan ketentuan
Hukum Acara Perdata dengan mencampuradukkan antara tuntutan
Provisi dengan Penyitaan, maka tuntutan tersebut menjadi kabur, maka
Tuntutan Provisi harus ditolak.
Masalah lain yang terjadi pada putusan nomor 2467 K/Pdt/2015
ialah adanya hak bagi pemberi fidusia yang dilanggar yaitu, pemberi
fidusia tidak mendapatkan salinan sertifikat fidusia, yang mana harusnya
kedua belah pihak memegang salinan sertifikat tersebut dan akta-akta
perjanjian lainnya.
Masalah selanjutnya yang timbul ialah masalah wanprestasi yang
dijadikan sebagai ajuan tuntutan ke pengadilan. Dimana beberapa
masalah wanprestasi tersebut di gambarkan dalam beberapa poin di
antaranya:
1. Bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada
pokoknya adalah mengenai gugatan Wanprestasi, sesuai dengan
dalil gugatan Penggugat, yang menjadi pokok gugatan Penggugat
adalah mengenai perbuatan Wanprestasi yang dilakukan oleh
Tergugat
65
2. Bahwa dalil gugatan Penggugat tersebut telah dibenarkan oleh
Tergugat sebagaimana dalil jawaban Tergugat yang terurai dalam
jawabannya, dan juga telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim.
3. Bahwa oleh karena dalil gugatan Para Penggugat telah diakui atau
tidak disangkal oleh Tergugat maka menurut hukum harus
dianggap terbukti hal-hal:
a. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat telah terjadi
Perjanjian Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor:
9018831155/PK/03/12 tanggal 13 Maret 2012 terhadap 1
(satu) unit mobil Truck Nomor Polisi BD 8023 NK warna
kuning dengan Nomor Rangka MHMFE74P47K008459 DAN
Nomor Mesin 4D34TXC3410, TAHUN 2007 dengan fasilitas
pembayaran sebesar 5.500.000,00 dalam jangka waktu 48
bulan yang berakhir pada tanggal 13 Pebruari 2016;
b. Bahwa Tergugat telah melakukan penarikan atas mobil Truck
tersebut;
c. Bahwa penarikan mobil tersebut dengan bukti tanda serah
terima kendaraan yang ditanda tangani oleh orang kepercayaan
Penggugat bukan oleh Penggugat
4. Berdasarkan Pasal 283 RBg/163 HIR, karena Penggugat yang
mendalilkan suatu hak, dan Tergugat juga membantah dalil gugatan
Penggugat dengan menjawab bahwa Penggugatlah yang melakukan
perbuatan Wanprestasi, maka beban Pembuktian dibebankan
kepada kedua belah pihak;
5. sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Perdata Penggugat
berkewajiban terlebih dahulu untuk membuktikan gugatanya.
Persidangan pun berjalan sampai pada sidang pembuktian di mana
Penggugat untuk menguatkan dalil gugatannya di persidangan telah
menyerahkan bukti surat yang mana bukti-bukti tersebut telah
dipertimbangkan oleh hakim. Bukti surat berupa Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 telah dibenarkan oleh kedua
66
belah pihak dan sesuai dengan ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata bahwa
setiap perikatan yang dibuat secara sah merupakan ketentuan Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya, sehingga perjanjian yang dibuat
antara Penggugat dengan Tergugat sah dan mengikat kedua belah pihak,
sehingga bukti tersebut mempunyai nilai pembuktian yang sempurna.
Bukti berupa Kwitansi dari Sutomo Motor yang ditanda tangani
dan cap Sotomo Motor yang telah sesuai dengan aslinya merupakan bukti
yang dipertimbangkan pula oleh hakim. Bukti ini berupa data Penggugat
yang telah membayar Down Payment (DP) pembelian kendaraan bukti
ini tidak dibantah oleh Tegugat, maka bukti ini juga telah mempunyai
bukti yang Sempurna. Selain itu bukti yang berupa pembayaran angsuran
mobil dump truck oleh Penggugat kepada Tergugat Bukti ini juga tidak
dibantah oleh Tergugat, maka bukti ini juga mempunyai nilai pembuktian
yang sempurna. Bukti berupa Asli tindasan Berita Acara Serah Terima
Kendaraan tanggal 24 September 2013 juga tidak dibantah oleh Tergugat
sehingga bukti ini mempunyai nilai pembuktian yang sempurna.
Majelis hakim juga telah mempertimbangkan bukti surat perihal
Permohonan Permintaan Pengembalian Mobil Dumtruck BD 8023 NK
yang ditandatangani oleh Penggugat ditujukan kepada Bapak Kepala
Cabang PT. Sinar Mitra Sepadan Finance (PT. SMS Finance) Padang.
Hakim juga mempertimbangkan bukti Surat Nomor 542PREP201300094
perihal Kewajiban Pelunasan Hutang yang dikeluarkan oleh Tergugat
bahwa surat tanpa ada perincian nilai pelunasan yang disebutkan oleh
Tergugat tanpa memperhitungkan jumlah uang yang telah dibayar oleh
Penggugat.
Disamping itu terdapat bukti berupa Surat dari Kuasa Hukum
Penggugat No.02/SK-E/KH-PA&A/I/2014 perihal: Permintaan Dokumen
yang telah dibenarkan oleh hakim, bukti berupa Surat dari Kuasa Hukum
Penggugat No. 03/SK-E/KH-PA&A/II/2014 perihal: SOMASI yang
ditujukan kepada Tergugat juga telah dipertimbangkan. Hal ini
67
membuktikan bahwa Tergugat telah dilakukan Peringatan. Untuk Surat
berupa Surat No.04/SK-E/KH-PA&A/II/2014 perihal: Mohon
Keterangan dan Permintaan Data yang diajukan oleh Kuasa Hukum
Penggugat, ditujukan kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Propinsi Sumatera Barat, Surat No. W3.HM.01.02-21 Perihal:
Informasi Pendaftaran Jaminan Fidusia, berupa Print out Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indoesia No.130/PMK.010/2012 Tentang
Pendaftaran Jaminan Fidusia pun telah dipertimbangkan oleh Hakim.
Berdasarkan beberapa poin di atas maka hasil dari putusan hakim
yang menangani perkara tersebut ialah:
1. Tindakan Tergugat dalam hal melakukan pemutusan sepihak pada
Perjanjian Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012.
2. Tindakan tergugat dalam hal melakukan penjualan atas mobil dump
truck tanpa adanya surat teguran, peringatan, dan Somasi terlebih
dahulu kepada Penggugat.
3. Tindakan Tergugat yang tidak memberikan dokumen-dokumen
karena hal ini dianggap sebagai tindakan yang tidak beriktikad baik
dalam mengadakan suatu hubungan hukum sehingga tindakan
tersebut dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi.
4. Tindakan Tergugat yang tidak mendaftarkan Jaminan Fidusia
terhadap kendaraan mobil dump truck, hal ini merupakan
pelanggaran terhadap Pasal 35 Undang-Undang Jaminan Fidusia.
5. Tindakan Tergugat yang melakukan penjualan atas mobil dump
truck secara lelang.
Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding, dalam memori
kasasinya menyampaikan bahwa Judex Facti dalam putusannya tidak
mempertimbangkan isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n Fivta Meryati tentang syarat-syarat Perjanjian
Konsumen yang mana perjanjian tersebut telah disepakati bersama yaitu
68
Pemohon Kasasi (PT SMS Finance) dapat melakukan pelelangan atas
benda jaminan apabila termohon kasasi (Fivta Meryati) tidak melakukan
pelunasan utang-utangnya. Sehingga pemohon kasasi beranggapan
bahwa dirinya tidak wanprestasi. Akan tetapi hal ini tidak dibenarkan
oleh majelis hakim, karena fidusia dianggap tidak ada karena tidak
didaftarkannya objek jaminan.
Mahkamah Agung juga telah meneliti secara saksama memori
kasasi dan dihubungkan dengan jawaban memori kasasi dihubungkan
dengan pertimbangan judex facti dalam hal ini menguatkan putusan
Pengadilan Negeri Padang ternyata tidak salah menerapkan hukum,
putusan, dan pertimbangannya telah tepat dan benar. Dengan
pertimbangan bahwa jaminan fidusia tidak didaftarkan sesuai aturan
hukum yang berlaku sesuai Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, yang mana pendaftaran merupakan syarat dari
fidusia bisa dilaksanakan. Selain itu, tergugat terbukti wanpresatasi atas
tindakannya yang tidak mematuhi tata laksana dalam perjanjian kredit,
tanpa somasi langsung menarik mobil/objek perjanjian jual beli dengan
kredit.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, ternyata putusan Judex Facti
(Pengadilan Negeri/ Pengadilan Tinggi) tidak bertentangan dengan
hukum dan/atau Undang-Undang, maka permohonan kasasi yang
diajukan oleh pemohon kasasi PT Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance
Jakarta cq PT Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance Padang tersebut
ditolak Mahkamah Agung. Beberapa hal yang dilakukan oleh pihak
tergugat di atas dinilai merugikan salah satu pihak di mana hak dan
kewajiban sudah dilakukan oleh debitur namun tidak diperhatikan oleh
kreditur.
Hal yang juga perlu di perhatikan adalah Hak perorangan tidak
memiliki karakter droit de suite, sebagaimana yang dikatakan
“persoonlijk recht heeft geens zaaksgevolg”.Selanjutnya, ditegaskan
69
bahwa “het zakelijk recht heeft zaaksgevolg (droit de suite), het
persoonlijk recht neit”. Dalam karakter droit de suite terdapat prinsip hak
yang tua didahulukan dari hak yang muda. Hal ini berarti apabila terdapat
beberapa hak kebendaan diletakkan atas sesuatu benda, kekuatan hak itu
ditentukan oleh urutan waktunya. Pengakuan asas bahwa hak jaminan
fidusia mengikuti bendanya dalam tangan siapapun benda itu berada
memberikan kepastian hukum bagi kreditur pemegang jaminan fidusia
untuk memperoleh pelunasan hutang dari hasil penjualan objek jaminan
fidusia apabila debitur pemberi jaminan fidusia wanprestasi.
Ketiga, Diantara permasasalahan di atas terdapat satu permasalahan
lagi yang kemudian menjadi titik terakhir dari penelitian yang diuraikan
dalam analisis penulis, yakni permasalahan pendaftaran jaminan fidusia.
Di mana kita ketahui dari beberapa penjabaran dan penjelasan
sebelumnya bahwa pendaftaran jaminan fidusia merupakan salah satu
unsur yang wajib diperhatikan dan dijalankan dalam melakukan suatu
perjanjian dengan tujuan:
a. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang
berkepentingan, terutama terhadap kreditur lain mengenai benda
yang telah dibebani dengan jaminan fidusia.
b. Melahirkan ikatan jaminan fidusia bagi kreditur (penerima fidusia)
c. Memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada kreditur
(penerima fidusia) terhadap kreditur lain, berhubung pemberi
fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia
berdasarkan kepercayaan.
d. Memenuhi asas publisitas.
Pada kenyataannya jaminan fidusia tidak didaftarkan dalam
perjanjian ini oleh kedua belah pihak. Hal tersebut pun juga digambarkan
pada duduk dan pokok perkara yang diuraikan dalam putuan Putusan
Nomor 2467 K/Pdt/2015, Ketika dilakukan pemeriksaan dan pengecekan
70
pada kantor pendaftaran fidusia berdasarkan tempat perjanjian terbukti
bahwa jamian jaminan fidusia pada perjanjian ini tidak didaftarkan.
Adapun prosedur yang hanya dilakukan oleh kreditur digambarkan
pada bagan di bawah ini:
Dari gambar di atas terlihat bahwa pemohon kasasi tidak
melakukan pendaftarann fidusia yang mana seharusnya dilaksanakan
setelah pembuatan akta jaminan. Setelah dilakukan pendaftaran nantinya
pemohon kasasi memperoleh sertifikat yang dapat digunakan untuk
melakukan eksekusi. Akan tetapi pemohon mengeluarkan surat
pelunasan hutang sebagai pemutusan sepihak dan langsung
mengeksekusi kendaraan secara paksa yang kemudian dilelang.
Jika jaminan fidusia tidak didaftarkan maka akan menimbulkan
Akibat Hukum bagi Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan dengan
Pembebanan Fidusia yang Tidak didaftarkan tersebut. Pada Pasal 11
Undang-Undang Jaminan Fidusia diatur tentang kewajiban
pendaftaran jaminan fidusia yang dalam pelakanaan pendaftarannya di
atur sebagaimana Peraturan Pemerintah nomor 21 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta
Jaminan Fidusia, sebagaimana ketentuan Pasal 4 yaitu kewajiban
melakukan pendaftaran akta jaminan fidusia dilakukan maksimal 30 hari
setelah tanggal akta dibuat, akan tetapi debitur tidak mendaftarkan akta
jaminan fidusia dan baru didaftarkan setelah perkara disidangkan.
Pendaftaran ini wajib dilakukan agar memberikan kepastian hukum
kepada para pihak yang berkepentingan dan pendaftaran jaminan fidusia
ini memberikan hak yang didahulukan (preferen) kepada penerima
fidusia terhadap kreditor lain. Sehubungan jaminan fidusia memberikan
hak kepada pihak pemberi fidusia untuk menguasai benda yang menjadi
Pembuatan akta
jaminan fidusia
Mengeluarkan
surat pelunasan
hutang
Eksekusi melalui
pelelangan umum
71
objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, dengan demikian sistem
pendaftaran yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut
memberikan jaminan kepada pihak Penerima Fidusia dan pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap benda tersebut.
Dengan hak preferensi, hak Kreditur tidak hilang apabila debitur
pailit atau dalam likuidasi serta apabila fidusia itu dilakukan pembebanan
lebih dari satu penerima fidusia maka yang didahulukan adalah hak
preferensi dari pemegang pendaftaran fidusia yang pertama kali. Karena
apabila sistem pendaftarannya dilakukan secara baik dan benar maka
hampir tidak ada pendaftaran yang kedua (hal ini terkait larangan fidusia
ulang Pasal 17 Undang-Undang Jaminan Fidusia).
Kewajiban atas pendaftaran jaminan fidusia termuat dalam Pasal 11
Ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia yaitu “benda yang dibebani
jaminan fidusia wajib didaftarkan” adapun penjelasan atas dalam Pasal
11 Ayat (1) Undang-Undang Jaminan Fidusia, ialah bahwa “Pendaftaran
Benda yang dibebani dengan jamian fidusia dilaksanakan di tempat
kedudukan pemberi fidusia dan pendaftarannya mencakup benda, baik
yang berada di dalam maupun di luar wilayah Negara Republik Indonesia
untuk memenuhi asas publisitas sekaligus merupakan jaminan kepastian
terhadap kreditor lainnya mengerani benda yang dibebani jaminan
fidusia” Dari ketentuan dalam Pasal tersebut di atas menyatakan “Benda
yang dibebani dengan jaminan-fidusia wajib didaftarkan” pengertian kata
“wajib” pada ketentuan di atas perlu dijelaskan.
Menurut J.Satrio karena tidak ada satupun ketentuan dalam
Undang-Undang Jaminan Fidusia yang mengatakan bahwa fidusia yang
tidak didaftarkan adalah tidak sah, maka ketentuan di atas kita tafsirkan,
bahwa untuk berlakunya ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang
Jaminan Fidusia, maka haruslah dipenuhi syarat bahwa benda jaminan
fidusia itu didaftarkan. Fidusia yang tidak didaftarkan tidak bisa
72
menikmati keuntungan-keuntungan yang ada dalam Undang-Undang
Jaminan Fidusia (Pasal 37 angka 3 Undang-Undang fidusia).4
Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang jaminan
fidusia yang dimaksud ialah bukan pendaftaran benda jaminan,
melainkan pendaftaran akta ikatan jaminannya yang dikenal dengan judul
akta jaminan fidusia. Hal itu membingungkan pelaku usaha yang
memanfaatkan lembaga fidusia karena dalam sistem pendaftaran yang
berlaku dalam “fiduciaire eigendomsoverdracht” yang dikenal adalah
pendaftaran benda dan pendaftaran ikatan jaminan jaminan fidusia atas
benda jaminan yang bukan berupa barang persediaan inventori,
memberikan perlindungan kepada kreditor terhadap pihak ketiga, kalau
benda jaminan benda terdaftar.5 Maksud pendaftaran di atas justru
menimbulkan ketidakjelasan dan ketidakpastian apa sebenarnya yang
harus didaftarkan karena di dalam pelaksanaan pendaftaran yang
didaftarkan hanyalah berupa akta jaminan fidusia yang dibuat secara
notariil. Sedangkan pendaftaran tidak pernah terjadi, apalagi terhadap
barang-barang dagangan walaupun dalam Pasal 11 Undang-Undang
Jaminan Fidusia tercantum pendaftaran benda.
Hal ini yang sering dimanfaat oleh penerima fidusia untuk
melakukan pendaftaran hanya sebatas pada pembuatan akta jaminan
fidusia secara notaril saja tanpa minta dibuatkan/didaftarkan untuk
diterbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia.
Sebagaimana Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 2 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang pendaftaran
jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan menyatakan “Perusahaan
pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada kantor pendaftaran
fidusia paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal
perjanjian pembiayaan konsumen”. Kemudian dalam Pasal 5 angka 1
4 J.Satrio,Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan , (Bandung: Citra Aditya Bakti),
2000, h. 234.
5 Andreas Albertus Andi Prajitno, Hukum Fidusia, (Surabaya: Selaras), 2010, h. 113.
73
menyatakan “Perusahaan Pembiayaan yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4
Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi administratif secara bertahap
berupa peringatan, pembekuan kegiatan usaha; atau pencabutan izin
usaha.
Ketentuan peraturan menteri keuangan yang baru juga tidak
terdapat ketentuan bahwa terhadap perjanjian pembiayaan yang
dilakukan secara fidusia yang tidak dilakukan pada tepat waktu akan
menjadi tidak sah, artinya walaupun perjanjian tersebut didaftarkan
melebihi ketentuan dari waktu yang ditetapkan akan tetap sah menurut
hukum, hanya saja sanksi yang terjadi adalah bagi perusahaan
pembiayaan yang melakukan kegiatan pembiayaan secara fidusia yang
tidak mendaftarkan objek jaminan fidusia yang dibiayai selama 30 hari
sejak dibiayai akan mendapatkan sanksi yang paling berat pembekuan
kegiatan usaha dan pencabutan usaha.6
Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan
Akta Jaminan Fidusia sebagaimana ketentuan Pasal 4 yaitu “Permohonan
pendaftaran Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
diajukan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia.
Pasal 3 kemenkeu no. 130/PMK.010/2012 juga disebutkan bahwa
perusahaan pembiayaan dilarang untuk melaksanakan penarikan jika
kantor pendaftaran fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia
dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan, hal tersebut
dipandang wajar karena penarikan objek fidusia sebagaimana diatur
dalam penjelasan Pasal 30 Undang-Undang Jaminan Fidusia terkait
dengan hak kebendaannya bukan terkait atas perjanjian jaminannya.
6 Yurizal, Aspek Pidana dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, (Jakarta: Media Nusa Creative), 2015, h.174.
74
Dengan tidak didaftarkan perjanjian pembiayaan konsumen dengan
pembebanan jaminan fidusia, kreditur yang seharusnya mempunyai
kewajiban untuk mendaftarkan barang yang menjadi objek jaminan
fidusia untuk mendapatkan sertifikat jaminan fidusia tetapi tidak diatur
tentang sanksi pidana bagi kreditor selaku penerima fidusia yang tidak
mendaftarkan perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Dengan tidak
didaftarkannya akan dapat menimbulkan potensi kerugian negara yang
cukup besar karena jutaan pembiayaan dengan jaminan yang tidak
didaftarkan dan mempunyai potensi merugikan keuangan dan pendapatan
negara yang seharusnya dibayarkan kepada negara dalam bentuk
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014
Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Sesuai dengan klausul cidera janji yang telah disepakati oleh para
pihak dan dituangkan dalam perjanjian pembiayaan. Klausul tersebut
tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang, kepatutan
dan ketertiban umum sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 1339 KUH
Perdata. Apabila debitur cidera janji atau melakukan wanprestasi, maka
ia tidak melakukan prestasi sesuai yang dijanjikan dengan pihak
perusahaan. Bentuk wanprestasi bisa berupa kelalaian pembayaran
angsuran baik pokok ataupun bunganya, keterlambatan macet, debitur
sulit diharapkan untuk dapat memenuhi kewajibannya secara sukarela
sebagaimana yang diperjanjikan, dan di lain pihak, perusahaan tidak
mempunyai upaya untuk dapat memaksa langsung mengambil benda
debitur guna melunasi piutangnya. Jika sampai terjadi tindakan
pemaksaan seperti mengambil harta benda debitur dan menjualnya, maka
tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum.
Dalam realisasinya, hak jaminan atau eksekusi dilakukan karena
terjadi wanprestasi baik disebabkan ketidakmampuan atau ketidakmauan
75
debitur dalam melakukan kewajibannya sebagai penyelesaian terakhir.
Dalam penyelesaian kredit macet yang dijamin dengan jaminan fidusia,
kredidur penerima fidusia dalam hal ini perusahaan pembiayaan tidak
harus mengerjakan gugatan melalui pengadilan tetapi dapat langsung
melakukan eksekusi atau penjualan objek jaminan fidusia melalui
pelelangan umum atau atas dasar kekuasaan sendiri berdasarkan sertifikat
fidusia yang bersifat eksekutorial. Ketentuan Pasal 29 Ayat (1) huruf b,
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 merupakan pelaksanaan dari
Pasal 15 Ayat (3), bahwa kreditur melaksanakan eksekusi berdasarkan
kekuasaan sendiri, menjual objek jaminan, maka hal itu dilaksanakan
berdasarkan parate eksekusi.
Pelaksanaan parate eksekusi tidak melibatkan pengadilan atau juru
sita, melainkan kreditur dapat langsung menghubungi juru lelang dan
minta agar benda jaminan dilelang. Pelaksanaan eksekusi benda yang
menjadi jaminan fidusia adalah dengan macam-macam cara
pengeksekusian seperti yang disebutkan dalam Pasal 29 Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999, namun dalam prakteknya pelaksanaan eksekusi
yang paling banyak dipakai adalah eksekusi dengan penjualan benda
jamian fidusia secara dibawah tangan, karena dengan eksekusi ini kedua
belah pihak baik kreditur maupun debitur dapat menghemat waktu dan
biaya, juga dapat mencapai harga yang tinggi atas penjualan objek
jaminan tersebut sehingga hal ini akan menguntungkan kreditur dan
debitur.
Dengan demikian dalam Undang-Undang tersebut telah mengatur
cara atau menciptakan beberapa model eksekusi benda yang menjadi
objek jaminan fidusia. Berdasarkan ketentuan Pasal 29 Undang-Undang
Jaminan Fidusia dapat diketahui bahwa apabila debitur cidera janji,
eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Eksekusi berdasarkan sertifikat jaminan fidusia atau titel
eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam sertifikat jaminan
76
fidusia, yang didapat dari pendaftaran jaminan fidusia. Fiat eksekusi
dilakukan karena didalam Sertifikat Jaminan Fidusia dicantumkan kata-
kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” irah-irah
inilah yang memberikan titel eksekutorial yakni titel yang mensejajarkan
kekuatan akta tersebut dengan putusan pengadilan.
1. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui
pelelangan umum oleh penerima fidusia
2. Eksekusi secara penjualan dibawah tangan oleh kreditor pemberi
fidusia sendiri.
3. Eksekusi dengan penjualan benda yang menjadi objek jaminan
fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan
umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
Dalam hal eksekusi objek jaminan fidusia, ada pihak yaitu alat
negara yang disiapkan untuk mengawal dalam pengamanan pelaksanaa
eksekusi jaminan fidusia yang dilakukan oleh pihak kepolisian
sebagaimana Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia.
Untuk permohonan pengamanan eksekusi, pemohon ekseskusi harus
melampirkan salinan akta jaminan fidusia, salinan sertifikat jaminan
fidusia, surat peringatan kepada debitur untuk memenuhi kewajibannya,
dalam hal ini telah diberikan pada debitor sebanyak 2 (dua) kali
dibuktikan dengan tanda terima, identitas pelaksanaan eksekusi, dan surat
tugas pelaksanaan ekseskusi.
Peraturan ini memberikan jaminan pengamanan setiap eksekusi
aset fidusia yang sering menjadi kendala bagi perusahaan pembiayaan
yang sudah memfidusiakan perjanjian pembayarannya dan ingin menyita
asetnya jika terjadi wanprestasi. Meskipun Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia tidak menyebutkan eksekusi lewat
gugatan ke pengadilan, tetapi tentunya pihak kreditor dapat menempuh
prosedur eksekusi biasa lewat gugatan ke pengadilan.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan bab-bab terdahulu dan untuk mengakhiri
pembahasan dalam skripsi ini, peneliti memberikan kesimpulan sebagai
berikut:
1. pelaksanaan eksekusi pada Putusan Nomor 2467 K/Pdt/2015 tidak
dapat dilakukan karena kreditur tidak mendaftarkan akta jaminan
fidusia, bahkan perjanjian utang tidak dilakukan dihadapan notaris.
Dengan tidak dapat dilakukan eksekusi seharusnya pemohon kasasi
mengembalikan objek jaminan akan tetapi pemohon telah menjual
objek jaminan tersebut maka pemohon diharuskan membayar ganti
rugi. Pendaftaran terhadap akta jaminan fidusia merupakan ketentuan
yang harus dilaksanakan sebagai syarat lahirnya jaminan fidusia, yang
mana nantinya akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia dan hal ini
berpengaruh apabila saat ingin dilakukan eksekusi pada objek jaminan
fidusia. Dengan adanya irah-irah pengadilan, maka dengan mudah
dilakukan eksekusi oleh kreditur terhadap objek yang menjadi jaminan
fidusia. Apabila tidak ada sertifikat jaminan fidusia maka eksekusi
harus dilaksanakan melalui jalur pengadilan dan harus melalui proses
yang panjang. Pada kasus yang terjadi pada Putusan Nomor 2467
K/Pdt/2015 eksekusi objek jaminan yang dilakukan dengan penarikan
paksa mobil dumptruck dinilai sebagai tindakan wanprestasi. Serta
tidak ada iktikad baik dalam pelaksanaan perjanjian yang dibuat antara
kreditur dan debitur pada kasus tersebut serta adanya hak debitur yang
dilanggar oleh kreditur yang mengakibatkan tidak dapat dilakukannya
eksekusi.
2. Berdasarkan pertimbangan hakim menurut Putusan Nomor 2467
K/Pdt/2015 hakim menolak permohonan pembatalan yang dimohonkan
oleh pemohon kasasi. Hal ini berarti bahwa hakim menolak untuk
78
dilakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, hakim menilai
bahwa apa yang telah diputuskan oleh hakim pengadilan negeri
ataupun pengadilan tinggi (judex facti) telah sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Maka Putusan yang tetap dijalankan adalah yang
Putusan sebelumnya yaitu pada tingkat Pengadilan Tinggi, yang mana
dalam hal ini juga menguatkan Putusan Pengadilan Negeri. Tindakan
pemohon kasasi dinilai wanprestasi karena telah melakukan pemutusan
sepihak pada perjanjian pembiayaan konsumen yang mana pada suatu
perjanjian kedua belah pihaklah yang dapat membatalkan suatu
perjanjian dan bukan sepihak, pemohon juga wanprestasi karena
melakukan penarikan mobil dump truck secara paksa tanpa adanya
teguran, surat peringatan dan somasi terlebih dahulu padahal hal
tersebut harus dipenuhi sebelum melakukan eksekusi, selain itu
memberikan dokumen-dokumen yang merupakan kewajiban yang
harus dipenuhinya sehingga tindakan pemohon yang tidak memberikan
salinan dinilai wanprestasi karena kedua belah pihak harus sama-sama
memiliki salinan perjanjian, dan pemohon telah melanggar Pasal 35
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
karena tidak mendaftarakan jaminan fidusia terhadap mobil dump truck
serta melakukan penjualan atas mobil dump truck secara lelang.
Sehingga tergugat tetap harus membayar ganti rugi sesuai Putusan
sebelumnya, yaitu sebesar Rp. 133.750.000 (seratus tiga puluh tiga
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah bunga 6% setahun sejak
Putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan
membayar biaya perkara sebagai pihak yang kalah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis dari bab-bab sebelumnya maka dapat
diambil rekomendasi sebagai berikut:
1. Aparat penegak hukum harus mengupayakan untuk melakukan revisi
terhadap aturan mengenai sanksi tidak didaftrakannya fidusia yang
79
belum memiliki sanksi yang tegas, dan belum memberikan efek jera
sehingga diperlukan aturan yang lebih tegas dan mengikat bagi para
kreditur yang melanggar kewajiban pendaftaran jaminan fidusia.
2. Aturan mengenai kewajiban pendaftaran fidusia haruslah lebih
diperjelas, karena beberapa kreditur masih tidak paham mengenai
pendaftaran yang dimaksud apakah objek jaminannya ataukah akta
perjanjian fidusianya. Mengingat Undang-Undang Fidusia sudah
terlalu lama maka peneliti mengharapkan adanya aturan yang baru
yang lebih luas dan terperinci guna memberikan kemudahan pada
hakim untuk semakin menegakkan hukum yang berkeadilan dan sesuai
dengan kehidupan masyarakat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Badrulzaman. Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Bandung:
Alumni. 1994
Bahsan. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan
Indonesia. (Jakarta: RajaGrafindo Persada). 2007
Fuady. Munir. Hukum Jaminan Utang. (Jakarta: Penerbit
Erlangga). 2013
___________. Jaminan Fidusia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2000
Harahap. Yahya. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang
perdata. (Jakarta: Sinar Grafika). 2013
HS. Salim. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di
Indonesia (buku kesatu). Sinar Grafika. Jakarta. 2014
Itok Dwi Kurniawan. “Perlindungan Hukum Bagi kreditur melaui
jaminan fidusia dalam pembiayaan kredit bermotor roda dua ditinjau dari
perspektif Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia dan peraturan bidang keuangan”. Jurnal Repertorium Volume IV
No. 1 Januari-Juni 2017
Miru. Ahmadi. Hukum kontrak & Perancangan kontrak. (Jakarta:
PT Raja Grafindo). 2007
Muliadi. Ahmad. Hukum Lembaga Pembiayaan. (Jakarta:
Akademia Permata). 2013
Prajitno. A.A. Andi. Hukum Fidusia: Problematika Yuridis
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999. (Malang:
Banyumedia). 2008
Prajitno. Andreas Albertus Andi. Hukum Fidusia. (Selaras.
Surabaya). 2010
Salim. Hukum Kontrak Teori & Teknik Penyusunan Kontrak.
(Jakarta: Sinar Grafika). 2013
Saliman. Abdul R.. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan: Teori dan
Contoh Kasus. (Jakarta: Kencana). 2011
Satrio. J.. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan . (Bandung.
Citra Aditya Bakti). 2000
81
______.. Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan. (Bandung: PT
Citra Aditya Bakti). 2007.
Silondae. Arus Akbar. Aspek Hukum Dalam Ekonomi & Bisnis.
(Jakarta: Mitra Wacana Media). 2010
Sobirin. Kajian Hukum Terhadap Pendaftaran Jaminan Fidusia Di
Kantor Pendaftaran Fidusia Daerah Khusus Ibukota Jakarta. thesis.
Universitas Diponegoro. Semarang. 2008
Sofwan. Sri Soedewi Masjchoen. Hukum Jaminan Di Indonesia
Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan. (Yogyakarta:
Liberty Offset Yogyakarta). 2001
Subekti. Hukum Acara Perdata. (Jakarta: BPHN). 1977
Subekti. Hukum Perjanjian. (Jakarta: Intermasa). 1979
Supramono. Gatot. Perjanjian Utang Piutang. (Jakarta: Kencana).
2003
Tutik. Titik Triwulan. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum
Nasional. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group). 2008
Usman. Rachmadi. Hukum Kebendaan. (Jakarta: Sinar Grafika).
2013.
Widjaja. Gunawan. Ahmad Yani. Jaminan Fidusia. (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada). 2003
______________. Jaminan Fidusia. (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada). 2003
______________. Memahami Prinisip Keterbukaan (aanvullend
recht) Dalam Hukum Perdata. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). 2006
Yurizal. Aspek Pidana dalam Undang-undang No. 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia. Media Nusa
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2015 tentang Tata Cara
Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 1 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
P U T U S A NNomor 2467 K/Pdt/2015
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut
dalam perkara:
PT SINAR MITRA SEPADAN (SMS) FINANCE DI JAKARTA cqPT SINAR MITRA SEPADAN (SMS) FINANCE DI PADANG,
diwakili oleh Direktur, Mahyudin, berkedudukan di Jalan Dr.
Sutomo Nomor 39 A, Simpang Haru, Kelurahan Simpang Haru
Selatan, Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Eko Haryanto, dkk., bagian Departemen
Legal Litigation, beralamat di Wisma Millenia Lantai 1 & 2, Jalan
M.T. Haryono Kav. 16, Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 7 Juli 2015;
Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding;
L a w a n
FIVTA MERYATI, bertempat tinggal di Jalan Yos Sudarso RT.
09, Kelurahan/Desa Gedang, Kecamatan Sungai Penuh, Kerinci,
dalam hal ini memberi kuasa kepada Poniman A, S.Hi., Advokat,
beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 49 RT. 01, RW. IV,
Kelurahan Flamboyan Baru, Kecamatan Padang Barat, Kota
Padang, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 Februari
2014;
Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Termohon Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding telah menggugat sekarang
Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding di muka persidangan
Pengadilan Negeri Padang pada pokoknya atas dalil-dalil:
1. Bahwa Penggugat adalah konsumen/debitur dari Tergugat selaku kreditur
berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n. Fifta Meryati tanggal 13 Maret 2012;
2. Bahwa atas PPK sebagaimana dimaksud posita angka 1 di atas, Tergugat
telah menyetujui untuk memberikan fasilitas pembiayaan kepada Penggugat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 2 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
berupa pembiayaan 1 (satu) unit kendaraan Mitsubishi dump truck dengan
spesifikasi:
Merek/tipe : Truk Kurang dari 5 Ton/M Nomor Polisi : BD8023NK;
Nomor Rangka : MHMFE74P47K008469 Warna : Kuning;
Nomor Mesin : 4D34TXC3410 Tahun : 2007;
3. Bahwa untuk kelancaran perolehan fasilitas pembiayaan dari Tergugat,
Penggugat telah membayar Down Payment (DP) pembelian mobil dump
truck tersebut sebesar Rp51.260.000,00 (lima puluh satu juta dua ratus
enam puluh ribu rupiah) kepada penjual yakni Sutomo Motor yang beralamat
di Jalan Dr. Sutomo Nomor 83, Padang;
4. Bahwa setelah terpenuhi seluruh proses administrasi atas PPK dan fasilitas
pembiayaan sebagaimana dimaksud posita angka 1, angka 2, dan angka 3
di atas, Penggugat telah memanfaatkan mobil dump truck tersebut dan juga
telah membayarkan kewajiban angsuran kreditnya kepada Tergugat sebesar
Rp5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah) per bulan. Angsuran kredit
mana telah berjalan dan telah dibayar oleh Penggugat selama 15 (lima
belas) bulan dengan pembayaran pertama di bulan April 2012 dan terakhir
di bulan September 2013 yang dibayarkan baik secara langsung ataupun
ditransfer melalui rekening Tergugat dengan Nomor 0058-01-001503-30-5;
5. Bahwa dengan tingginya iktikad baik dan rasa tanggung jawab Penggugat
terhadap Tergugat, maka pada tanggal 11 September 2013 Penggugat telah
melakukan pembayaran angsuran sebesar Rp22.000.000,00 (dua puluh dua
juta rupiah) kepada Tergugat;
6. Bahwa pada tanggal 24 September 2013 Penggugat dihubungi oleh
Tergugat dari Kantor Pusat Jakarta dan menyampaikan adanya persoalan
pembayaran angsuran kredit, setelah terjadi pembicaraan tercapai
kesepakatan Penggugat membayarnya pada bulan September 2013 dan
Tergugat pun menyetujuinya;
7. Bahwa pada tanggal 24 September 2013 tepat tidak lama setelah
Penggugat dihubungi oleh Tergugat dari Kantor Pusat Jakarta, Penggugat
dihubungi oleh orang kepercayaan Penggugat yang mengelola mobil dump
truck tersebut yang saat itu baru 2 (dua) hari berada di daerah Bangko. Di
mana orang kepercayaan Penggugat tersebut menyampaikan bahwa ada 4
(empat) orang yang mengaku dari Tergugat tanpa memperlihatkan
identitasnya bermaksud melakukan penarikan atas mobil dump truck
tersebut. Saat itu Penggugat juga berbicara dengan salah seorang dari 4
(empat) orang dari Tergugat tersebut dan menyampaikan bahwa Penggugat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 3 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
telah membayarkan angsuran sebesar Rp22.000.000,00 (dua puluh dua juta
rupiah) kepada Tergugat, tetapi orang Tergugat tersebut tetap tidak
menerima dan bersikeras dengan paksaan melakukan penarikan atas mobil
dump truck tersebut, sambil mengatakan: “Mobil ini akan dibawa ke Padang,
semua urusan selesaikan saja di Padang”;
8. Bahwa tidak hanya itu saja (posita angka 7 di atas), Tergugat juga memaksa
orang kepercayaan Penggugat untuk menandatangani Berita Acara Serah
Terima Kendaraan (BASTK), namun orang kepercayaan Penggugat tersebut
tidak mau menandatanganinya dikarenakan yang punya mobil bukan dia
tetapi Penggugat. Bahkan paksaan penandatanganan BASTK tersebut
berlanjut hingga sampai di Padang. Di samping itu merasa
bertanggungjawab atas mobil dump truck tersebut, maka orang
kepercayaan Penggugat ikut bersama keempat orang pihak Tergugat
tersebut ke Padang naik mobil Honda Jazz karena tidak diperbolehkan
menumpangi mobil dump truck oleh keempat orang pihak Tergugat tersebut;
9. Bahwa perlu diketahui, mobil dump truck tersebut saat dilakukan penarikan
dalam keadaan baik dan laik jalan untuk beroperasi. Mengingat sebelumnya
selama 15 (lima belas) hari Penggugat telah memperbaiki semua fisik mobil
dump truck tersebut di bengkel di Kota Sungai Penuh Kerinci. Perbaikan
mana diantaranya: mobil dicat secara menyeluruh, ban baru, service secara
menyeluruh, dan beberapa bagian fisik mobil telah tidak ada masalah
(kondisi stabil dan bagus);
10. Bahwa pada tanggal 26 September 2013 dengan berharap hak/mobil akan
kembali, maka Penggugat mendatangi Tergugat dan saat itu hanya bisa
bertemu dengan Bapak Simanjuntak, beliau mengatakan: “Untuk mengambil
mobil dump truck tersebut ibu (Penggugat) harus melunasi semua
pembayaran mobil tersebut, jika tidak sanggup mobil tersebut akan dilelang
oleh Tergugat”;
11. Bahwa pada tanggal 27 September 2013 dikarenakan tidak menerima
keterangan dari Tergugat sebagaimana dimaksud posita angka 10 di atas,
maka Penggugat kembali mendatangi Tergugat sambil membawa surat
yang ditujukan kepada Kepala Cabang Padang dari Tergugat tertanggal 27
September 2013 perihal Permohonan Permintaan Pengembalian Mobil
Dump Truck BD 8023 NK dan bermaksud ingin bertemu langsung dengan
Kepala Cabang dari Tergugat dengan harapan ada solusi yang diperoleh
Penggugat. Telah lama menunggu hingga pukul 11.30 WIB salah seorang
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 4 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
karyawan Tergugat mengatakan: “Bapak sudah ada di kantor bu, tetapi
bapak tidak mau ditemui”;
12. Bahwa dalam kondisi demikian, Penggugat malah diminta menunggu dan
sama sekali tidak dihargai hingga Penggugat pada hari dan tanggal itu juga
diberikan Surat Nomor 542PREP201300094 tanggal 27 September 2013
perihal Kewajiban Pelunasan Hutang yang ditandatangani oleh Horas P.
Sinaga selaku Branch Manager. Adapun maksud dan substansi surat
tersebut adalah:
a. Tergugat menolak melanjutkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Nomor 9018831155/PK/03/12 tanggal 13 Maret 2012 dengan
Penggugat;
b. Penggugat diminta untuk melunasi seluruh kewajiban yang ada pada
Tergugat paling lambat tanggal 3 Oktober 2013 sebesar
Rp277.062.034,00 (dua ratus tujuh puluh tujuh juta enam puluh dua ribu
tiga puluh empat rupiah) dengan rincian:
- Nilai Pelunasan : Rp247.062.034,00;
- Biaya Administrasi Penanganan: Rp 30.000.000,00;
Total Pelunasan : Rp277.062.034,00;
c. Apabila sampai pada tanggal 3 Oktober 2013 Penggugat tidak dapat
melunasi seluruh kewajiban tersebut, maka Tergugat akan melakukan
penjualan atas kendaraan sesuai dengan harga pasar yang berlaku saat
ini atau pada saat penjualan;
d. Jika hasil penjualan atas mobil dump truck dimaksud tidak mencukupi
seluruh nilai pelunasan yang ada, maka Tergugat akan meminta
kekurangannya kepada Penggugat, sebaliknya jika berlebih Tergugat
akan mengembalikan sisanya kepada Penggugat;
13. Bahwa terhadap posita angka 12 di atas, mustahil Penggugat dapat
memenuhi pelunasan kewajiban utang sebagaimana yang dikehendaki oleh
Tergugat tersebut di atas dikarenakan Penggugat sangat tidak memiliki
kemampuan untuk itu, terlebih lagi batas waktu yang diberikan hanya dalam
tenggat waktu 6 (enam) hari terhitung sejak tanggal 27 September 2013 s.d.
3 Oktober 2013. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa sesungguhnya Tergugat
telah tidak beriktikad baik untuk melanjutkan Perjanjian Pembiayaan
Konsumen dengan Penggugat dan memanfaatkan posisi lemah dan/atau
ketidakberdayaan Penggugat untuk menekannya demi mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dengan cara pengalihan ke pihak lain melalui
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 5 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
lelang dan bentuk atau cara lainnya yang dilakukan oleh Tergugat atas
mobil dump truck tersebut;
14. Bahwa sebelum dilakukannya penarikan mobil dump truck milik Penggugat
tersebut oleh Tergugat pada tanggal 24 September 2013 di daerah Bangko
melalui orang kepercayaan Penggugat yang mengelola mobil dimaksud,
sebelumnya Penggugat tidak pernah menerima teguran, peringatan, dan
somasi baik secara lisan apalagi secara tertulis dari Tergugat. Padahal
ketentuan adanya teguran, peringatan, dan somasi hingga Peringatan ke-3
adalah ketentuan umum yang wajib dijalankan oleh kreditur terhadap debitur
yang dinilai oleh kreditur lalai dalam menjalankan prestasinya/memenuhi
kewajiban utangnya;
15. Bahwa karena keterbatasan kemampuan dan kondisi Penggugat yang
berada di Sungai Penuh tentunya Penggugat tidak dapat mengawasi
tindakan Tergugat atas mobil dump truck milik Penggugat yang telah ditarik
oleh Tergugat tersebut, maka pada tanggal 30 Januari 2014 saat Penggugat
datang ke Kantor Tergugat, salah seorang karyawati Tergugat secara lisan
yang Penggugat konfirmasi secara langsung di Kantor Tergugat,
menyebutkan bahwa: “Mobil dump truck tersebut telah dilakukan pelelangan
oleh Tergugat dan arsip-arsip atas mobil serta dokumen-dokumen lainnya
terkait dengan proses administrasi Perjanjian Pembiayaan Konsumen,
semuanya telah berada di PT SMSF Pusat”. Keterangan dari karyawati
Tergugat memiliki kepastian, di mana terhadap mobil dump truck tersebut
telah dilakukan penjualan sepihak secara lelang oleh Tergugat;
16. Bahwa pada tanggal 30 Januari 2014 Penggugat melalui kuasa hukumnya
sesuai dengan Surat Kuasa Umum yang telah dilegalisasi dengan Nomor
3.153/L-2014 oleh Rismadona, S.H., Notaris di Padang telah mengirimkan
Surat Nomor 02/SK-E/KH-PA&A/I/2014 Perihal Permintaan Dokumen
Tentang: (1) Turunan Perjanjian Kredit Nomor 9018831155 antara Fivta
Meryati dengan PT Sinar Mitra Sepadan (SMS) Finance tanggal 10 Maret
2012; (2) Akta Fidusia atas benda yang dijadikan objek kredit dimaksud, dan
(3) Dokumen dan surat-surat lainnya dalam persoalan kredit antara klien
kami dengan PT SMS Finance yang ditujukan kepada Tergugat. Permintaan
dokumen dimaksud dikarenakan sejak ditandatanganinya Perjanjian
Pembiayaan Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta Meryati
tanggal 13 Maret 2012 hingga sekarang, Penggugat tidak pernah
mendapatkan salinan dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen dimaksud.
Begitu juga dengan dokumen-dokumen penting lainnya terkait dengan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 6 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
pengikatan hubungan hukum antara Penggugat dengan Tergugat dan/atau
dengan pihak lainnya dalam proses terpenuhinya pemberian fasilitas
pembiayaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen dimaksud, diantaranya
hingga saat ini Penggugat juga tidak pernah tahu dan mendapatkan premi
asuransi atas mobil dump truck dan/atau atas fasilitas pembiayaan
dimaksud. Alhasil meskipun diminta secara tertulis, Tergugat tetap tidak
menyerahkan sesuai dengan dokumen yang diminta. Bahkan dengan ringan
salah seorang karyawati Tergugat menyebutkan: “Dokumen terkait dengan
mobil dump truck tersebut sudah tidak ada lagi di Kantor Cabang, melainkan
semuanya telah berada di Kantor Pusat di Jakarta”;
17. Bahwa pada tanggal 13 Februari 2014 Penggugat melalui kuasa hukumnya
telah mengirimkan Surat Nomor 04/SK-E/KH-PA&A/II/2014 perihal Mohon
Keterangan dan Permintaan Data yang ditujukan kepada Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Sumatera Barat. Surat
mana intinya meminta dan mempertanyakan ada atau tidaknya Akta Fidusia
atas didaftarkan PPK antara Penggugat dengan Tergugat. Alhasil hingga
sekarang tidak ada jawaban dan melalui konfirmasi Kuasa Hukum
Penggugat kepada pihak Kemenkum HAM Sumatera Barat yang
membidangi permasalahan Akta Jaminan Fidusia mengatakan: “Sampai
sekarang tidak ada daftar adanya Akta Jaminan Fidusia a.n.
Pemberi/Penggugat dan Penerima/ Tergugat”. Tindakan Tergugat demikian
jelas melanggar ketentuan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya
Pembuatan Akta Jaminan Fidusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-02.KU.02.02 Tahun 2010
Tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan
Pajak atas Biaya Pelayanan Jasa Hukum di Bidang Notariat, Fidusia, dan
Kewarganegaraan pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan
Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan
Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia;
18. Bahwa Penggugat telah beriktikad baik dan berusaha agar permasalahan ini
diselesaikan secara musyawarah dengan Tergugat, baik secara langsung
dan lisan di mana Penggugat berusaha telah berkali-kali mendatangi pihak
Tergugat untuk mencari solusi yang baik sebagaimana dimaksud posita
angka 10 dan angka 11 di atas. Sehingga sangat nyata dan jelas
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 7 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
merupakan tindakan Penggugat yang telah beriktikad baik untuk menjaga
keberlangsungan hubungan Perjanjian Pembiayaan Konsumen dengan
Tergugat. Begitu juga Penggugat telah berusaha secara tertulis sesuai Surat
yang disampaikan melalui Kuasa Hukum Penggugat dengan Nomor 03/SK-
E/KH-PA&A/II/2014 Perihal Somasi (ingebrekestelling) tanggal 14 Februari
2014. Tetapi Tergugat tidak sedikitpun menanggapi dengan baik dan hanya
membiarkan saja;
19. Bahwa sebaliknya tindakan dari Tergugat yang tidak menghargai Penggugat
dengan pelayanan complain konsumen dan menelantarkan Penggugat
harus menunggu berjam-jam untuk berharap bertemu dengan Kepala
Cabang Tergugat agar ada solusi atas permasalahannya, alhasil pun tidak
juga dapat bertemu dengan Kepala Cabang Tergugat dengan alasan tidak
mau bertemu dengan Penggugat merupakan tindakan nyata atas
penelantaran konsumen yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 4 huruf
c, d, dan huruf g selanjutnya Pasal 7 huruf b dan huruf c Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
20. Bahwa tindakan Tergugat yang mengeluarkan Surat Nomor
542PREP201300094 tanggal 27 September 2013 perihal Kewajiban
Pelunasan Hutang yang ditandatangani oleh Horas P. Sinaga selaku Branch
Manager Tergugat sebagaimana dimaksud posita angka 12 di atas, telah
secara nyata dalam substansi suratnya yakni pada angka 1 surat dimaksud
menyebutkan: “Tergugat menolak melanjutkan Perjanjian Pembiayaan
Konsumen dimaksud di atas (Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12 tanggal 13 Maret 2012 antara Tergugat dengan
Penggugat)”. Dengan demikian, keberadaan kata “menolak” dalam kalimat
tersebut sangat jelas menganulir makna bahwa Tergugat telah melakukan
pemutusan sepihak atas PPK Nomor 9018831155/PK/03/12. Oleh
karenanya tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan
wanprestasi (breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
1239 KUHPerdata;
21. Bahwa tindakan Tergugat yang melakukan penarikan mobil dump truck
secara sepihak sebagaimana dimaksud posita angka 7 di atas, tanpa
adanya surat teguran, peringatan, dan somasi terlebih dahulu kepada
Penggugat, merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan perjanjian yang
dibuat antara Penggugat dengan Tergugat sebagaimana posita angka 1 di
atas dan ketentuan hukum perjanjian pada umumnya. Sehingga tindakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 8 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata;
22. Bahwa tindakan Tergugat yang tidak memberikan dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud posita angka 16 di atas, merupakan tindakan yang
tidak beriktikad baik dalam mengadakan suatu hubungan hukum. Padahal
dalam perjanjian jelas dicantumkan dimana perjanjian dan/atau dokumen
dimaksud dibuat rangkap dua yang memiliki kekuatan hukum yang sama,
satu rangkap dipegang untuk kreditur dan satu rangkap lainnya dipegang
debitur. Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan
wanprestasi (breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
1239 KUHPerdata;
23. Bahwa tindakan Tergugat yang tidak mendaftarkan Jaminan Fidusia
terhadap kendaraan mobil dump truck sebagaimana dimaksud posita angka
17 di atas, merupakan tindakan yang melanggar Pasal 35 Undang Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Sehingga tindakan
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata. Oleh
karenanya cukup beralasan bagi Penggugat mohon kepada Majelis Hakim
perkara a quo memberikan sanksi kepada Tergugat sebagaimana dimaksud
ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan
Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan
Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Khususnya sanksi tentang
Pencabutan Izin Usaha;
24. Bahwa tindakan Tergugat yang membebankan pelunasan seluruh kewajiban
sebesar Rp277.062.034,00 (dua ratus tujuh puluh tujuh juta enam puluh dua
ribu tiga puluh empat rupiah) sebagaimana dimaksud posita angka 12 di
atas, dan memberikan kesempatan 6 (enam) hari untuk melunasinya
sebagaimana dimaksud posita angka 13 di atas, merupakan tindakan
penekanan dan pemaksaan yang memanfaatkan kelemahan Penggugat di
posisi yang lemah. Tindakan mana sangat tidak berdasar hukum dan
bertentangan dengan PPK yang dibuat antara Penggugat dengan Tergugat.
Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan
wanprestasi (breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
1239 KUHPerdata;
25. Bahwa tindakan Tergugat yang melakukan penjualan atas mobil dump truck
secara lelang sebagaimana dimaksud posita angka 15 di atas, merupakan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 9 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
tindakan yang melanggar ketentuan Pasal 29 dan Pasal 32 Undang Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Sehingga tindakan
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata;
26. Bahwa atas tindakan Tergugat sebagaimana dimaksud atas perbuatannya
pada posita angka 20, angka 21, angka 22, angka 23, angka 24, dan angka
25 di atas telah menimbulkan kerugian baik materiil maupun imaterial
terhadap Penggugat yang sangat signifikan dan jika ditotal berjumlah
sebesar Rp1.355.760.000,00 (satu miliar tiga ratus lima puluh lima juta tujuh
ratus enam puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
1. Kerugian materiil berjumlah Rp355.760.000,00 (tiga ratus lima puluh
lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) dengan rincian sebagai
berikut:
- DP pembelian mobil dump truck : Rp 51.260.000,00;
- Pembayaran angsuran selama 15 kali x
Rp5.500.000,00/bulan : Rp 82.500.000,00;
- Biaya perbaikan mobil selama ± 18 bulan
(service + penggantian spare part +
pengecatan dll.) : Rp 57.000.000,00;
- Biaya pemanfaatan mobil 5 bulan x
Rp500.000,00/hari : Rp 90.000.000,00;
- Biaya pengurusan penyelesaian perkara : Rp 75.000.000,00:
Total : Rp355.760.000,00;
2. Kerugian imaterial pada dasarnya tidak dapat diukur dengan materiil, di
mana kerugian ini menyangkut dengan harga diri, pengorbanan (waktu,
tenaga, dan pikiran), dampak psikologis, dan perasaan serta nama baik
Penggugat. Meskipun demikian, jika dikehendaki untuk dinilai secara
materiil kerugian dimaksud kami taksir sebesar Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah);
27. Bahwa untuk menghindari timbulnya kerugian yang lebih besar lagi bagi
Penggugat, cukup beralasan Penggugat untuk meminta diletakkan sita
jaminan (conservatoir beslag) terhadap aset-aset dari Tergugat baik berupa
benda tidak bergerak yang berada pada Kantor Pusat Tergugat terletak di
Wisma Millenia Lantai 1 & 2, Jl. MT. Haryono Kav. 16, Jakarta 12810, Telp.
(021) 831 9828 Fax. (021) 831 9028 maupun yang berada pada Kantor
Cabang Padang milik Tergugat. Jika perlu terhadap asset bergerak milik
Tergugat dan tanpa terkecuali, Penggugat mohon kepada Majelis Hakim
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 10 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
perkara a quo melakukan blokir untuk sementara waktu atas dana yang
berada di rekening milik Tergugat dengan Rekening Nomor 0058-01-
001503-30-5 sebesar nilai ganti kerugian untuk Penggugat hingga perkara a
quo mempunyai kekuatan hukum mengikat. Tindakan mana bila
dimungkinkan dapat dilakukan secara paksa melalui aparat Kepolisian
Republik Indonesia jika Tergugat tidak bersedia menyerahkan aset yang
menjadi sitaan Majelis Hakim perkara a quo secara sukarela. Selanjutnya
mohon ditetapkan kepada Tergugat untuk tidak melakukan tindakan dalam
bentuk menyewakan, menjadikan hak tanggungan, mengalihkan kepada
pihak lain dalam bentuk apapun juga, dan menjual objek sitaan perkara a
quo saat dalam proses dan sampai adanya putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap atas perkara a quo dan mengosongkan serta
membebaskan objek sitaan perkara a quo kepada Penggugat dalam
keadaan bebas dari kepemilikan, penguasaan, dan aktivitas siapapun juga;
28. Bahwa untuk menghindari Tergugat berbuat ingkar atas putusan Pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, cukup beralasan bagi
Penggugat meminta Pengadilan Negeri Klas IA Padang melalui Majelis
Hakim perkara a quo untuk menghukum Tergugat membayar uang paksa
(dwangsom) sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari
keterlambatan terhitung sejak putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap;
29. Bahwa dikarenakan kondisi Penggugat saat ini sangat berkesusahan,
Penggugat sangat berharap akan hak Penggugat tersebut di atas. Oleh
karenanya Penggugat mohon kepada Majelis Hakim perkara a quo
memutus perkara ini dengan putusan yang dapat dilaksanakan terlebih
dahulu (uit voerbaar bij voorraad) meskipun ada perlawanan (verzet),
banding, dan kasasi;
Berdasarkan posita dan dalil-dalil gugatan Penggugat di atas, kiranya
telah cukup dasar hukum bagi Penggugat untuk memohon kepada Ketua
Pengadilan Negeri Klas IA Padang agar berkenan memanggil kami para pihak
yang berperkara, pada waktu yang akan ditentukan kemudian guna menghadiri
persidangan dalam perkara a quo untuk memeriksa dan mengadilinya serta
selanjutnya memberi putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut:
Dalam Provisi:
1. Menyatakan sah, kuat, dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas
aset-aset dari Tergugat baik berupa benda tidak bergerak yang berada pada
Kantor Pusat Tergugat terletak di Wisma Millenia Lantai 1 & 2, Jl. MT.
Haryono Kav. 16 Jakarta 12810, Telp. (021) 831 9828 Fax. (021) 831 9028
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 11 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
maupun yang berada pada Kantor Cabang Padang milik Tergugat. Jika
perlu terhadap aset bergerak milik Tergugat dan tanpa terkecuali,
Penggugat mohon kepada Majelis Hakim perkara a quo melakukan blokir
untuk sementara waktu atas dana yang berada di rekening milik Tergugat
dengan Rekening Nomor 0058-01-001503-30-5 maupun rekening di
lembaga perbankan lainnya sebesar nilai ganti kerugian untuk Penggugat
hingga perkara a quo mempunyai kekuatan hukum mengikat;
2. Menyatakan Penggugat berhak memanfaatkan objek sitaan perkara a quo
selama proses persidangan perkara a quo berlangsung dengan ketetapan
nilainya sesuai dengan kerugian Penggugat;
Primair:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan sah Perjanjian Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012;
3. Menyatakan seluruh bukti-bukti yang Penggugat ajukan dalam perkara a
quo adalah sah dan memiliki kekuatan pembuktian yang sah dan kuat dalam
perkara a quo;
4. Menyatakan Surat Nomor 542PREP201300094 tanggal 27 September 2013
perihal Kewajiban Pelunasan Hutang yang ditandatangani oleh Horas P.
Sinaga selaku Branch Manager Tergugat sebagaimana dimaksud posita
angka 12 di atas, telah secara nyata dalam substansi suratnya yakni pada
angka 1 surat dimaksud menyebutkan: “Tergugat menolak melanjutkan
Perjanjian Pembiayaan Konsumen dimaksud di atas (Perjanjian
Pembiayaan Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 tanggal 13 Maret
2012 antara Tergugat dengan Penggugat)”, adalah pemutusan sepihak atas
PPK Nomor 9018831155/PK/03/12 oleh Tergugat. Oleh karenanya tindakan
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata;
5. Menyatakan tindakan Tergugat yang melakukan penarikan mobil dump truck
secara sepihak sebagaimana dimaksud posita angka 7 di atas, tanpa
adanya surat teguran, peringatan, dan somasi terlebih dahulu kepada
Penggugat, merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan Perjanjian yang
dibuat antara Penggugat dengan Tergugat sebagaimana posita angka 1 di
atas dan ketentuan hukum perjanjian pada umumnya. Sehingga tindakan
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 12 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
6. Menyatakan tindakan Tergugat yang tidak memberikan dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud posita angka 16 di atas, merupakan tindakan yang
tidak beriktikad baik dalam mengadakan suatu hubungan hukum. Padahal
dalam perjanjian jelas dicantumkan dimana perjanjian dan/atau dokumen
dimaksud dibuat rangkap dua yang memiliki kekuatan hukum yang sama,
satu rangkap dipegang untuk kreditur dan satu rangkap lainnya dipegang
debitur. Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan
wanprestasi (breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal
1239 KUHPerdata;
7. Menyatakan tindakan Tergugat yang tidak mendaftarkan Jaminan Fidusia
terhadap kendaraan mobil dump truck sebagaimana dimaksud posita angka
17 di atas, merupakan tindakan yang melanggar Pasal 35 Undang Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Sehingga tindakan
Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi (breach of
contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239 KUHPerdata. Oleh
karenanya cukup beralasan bagi Penggugat mohon kepada Majelis Hakim
perkara a quo memberikan sanksi kepada Tergugat sebagaimana dimaksud
ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan
Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan
Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia. Khususnya sanksi tentang
Pencabutan Izin Usaha;
8. Menyatakan tindakan Tergugat yang membebankan pelunasan seluruh
kewajiban sebesar Rp277.062.034,00 (dua ratus tujuh puluh tujuh juta enam
puluh dua ribu tiga puluh empat rupiah) sebagaimana dimaksud posita
angka 12 di atas, dan memberikan kesempatan 6 (enam) hari untuk
melunasinya sebagaimana dimaksud posita angka 13 di atas, merupakan
tindakan penekanan dan pemaksaan yang memanfaatkan kelemahan
Penggugat di posisi yang lemah. Tindakan mana sangat tidak berdasar
hukum dan bertentangan dengan PPK yang dibuat antara Penggugat
dengan Tergugat. Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai
tindakan wanprestasi (breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan
Pasal 1239 KUHPerdata;
9. Menyatakan tindakan Tergugat yang melakukan penjualan atas mobil dump
truck secara lelang sebagaimana dimaksud posita angka 15 di atas,
merupakan tindakan yang melanggar ketentuan Pasal 29 dan Pasal 32
Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Sehingga
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 13 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai tindakan wanprestasi
(breach of contract) sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 1239
KUHPerdata;
10. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian materiil dan imaterial
kepada Penggugat sebesar Rp1.355.760.000,00 (satu miliar tiga ratus lima
puluh lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah);
11. Menyatakan sah, kuat, dan berharga sita jaminan (conservatoir beslag) atas
objek sitaan perkara a quo di bawah penguasaan Penggugat;
12. Menghukum Tergugat untuk tidak melakukan tindakan dalam bentuk
menyewakan, menjadikan hak tanggungan, mengalihkan kepada pihak lain
dalam bentuk apapun juga, dan menjual objek sitaan perkara a quo saat
dalam proses dan sampai adanya putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap atas perkara a quo;
13. Menghukum Tergugat mengosongkan dan membebaskan objek sitaan
perkara a quo kepada Penggugat dalam keadaan bebas dari kepemilikan,
penguasaan, dan aktivitas siapapun juga;
14. Menghukum Tergugat untuk membayar uang paksa (dwangsom) sebesar
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan terhitung sejak
putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap;
15. Menyatakan putusan ini dapat dijalankan terlebih dahulu (uit voerbaar bij
voorraad) meskipun ada perlawanan (verzet), banding, dan kasasi.
Subsidair:
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan
eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:
Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel);
Bahwa posita gugatan Penggugat mendalilkan Tergugat melakukan perbuatan
wanprestasi karena menolak melanjutkan/pemutusan sepihak perjanjian
pembiayaan Nomor 9018831155/PK/03/12 sementara di satu sisi juga
Penggugat mengkualifikasikan Tergugat melakukan wanprestasi karena
melakukan pengamanan aset terhadap mobil dump truck nomor polisi BD 8023
NK dan pada posita lainnya Penggugat menyatakan Tergugat melakukan
perbuatan wanprestasi karena tidak memberikan dokumen kepada Penggugat
serta pada posita lainnya menyatakan tindakan Tergugat yang membebankan
pelunasan seluruh kewajiban kepada Penggugat dikualifikasi perbuatan
wanprestasi;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 14 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
Bahwa dalil posita gugatan Penggugat tersebut adalah tidak konsisten dan
bersifat kabur. Sebab masing-masing perbuatan yang oleh Penggugat
dikualifikasikan sebagai perbuatan wanprestasi adalah perbuatan yang berdiri
sendiri sendiri dan berbeda dan tidak dapat dikualifikasikan perbuatan
wanprestasi. Dengan demikian gugatan Penggugat tidak jelas dan kabur
(obscuur libel);
Bahwa oleh karena gugatan Penggugat kabur (obscuur libel), maka demi hukum
gugatan yang diajukan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk verklaard);
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Padang telah
memberikan Putusan Nomor 32/Pdt.G/2014/PN Pdg., tanggal 29 Januari 2015
yang amarnya sebagai berikut:
Dalam Eksepsi:
- Menyatakan eksepsi Tergugat tidak dapat diterima;
Dalam Provisi:
- Menolak tuntutan provisi Penggugat;
Dalam Pokok Perkara:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;
2. Menyatakan sah Perjanjian Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012;
3. Menyatakan Tergugat melakukan pemutusan sepihak Perjanjian
Pembiayaan Konsumen (PPK) Nomor 9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta
Meryati tanggal 13 Maret 2012 telah melakukan perbuatan ingkar janji
(wanprestasi);
4. Menyatakan tindakan Tergugat yang melakukan penarikan mobil dump truck
tanpa adanya surat teguran, peringatan, dan somasi terlebih dahulu kepada
Penggugat, telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi);
5. Menyatakan tindakan Tergugat yang tidak memberikan dokumen-dokumen
merupakan tindakan yang tidak beriktikad baik dalam mengadakan suatu
hubungan hukum. Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai
tindakan wanprestasi;
6. Menyatakan tindakan Tergugat yang tidak mendaftarkan Jaminan Fidusia
terhadap kendaraan mobil dump truck, merupakan tindakan yang melanggar
Pasal 35 Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Sehingga tindakan Tergugat demikian dikualifisir sebagai telah melakukan
perbuatan ingkar janji (wanprestasi);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 15 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
7. Menyatakan tindakan Tergugat yang melakukan penjualan atas mobil dump
truck secara lelang merupakan tindakan wanprestasi;
8. Menghukum Tergugat untuk membayar ganti kerugian materiil dan imaterial
kepada Penggugat sejumlah Rp133.750.000,00 (seratus tiga puluh tiga juta
tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) ditambah bunga 6% (enam persen)
setahun sejak putusan Pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap;
9. Menolak gugatan Penggugat selebihnya;
10. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp716.000,00 (tujuh ratus enam belas ribu rupiah);
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan kuasa
hukum Tergugat Putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dikuatkan oleh
Pengadilan Tinggi Padang dengan Putusan Nomor 62/PDT/2015/PT PDG.,
tanggal 5 Juni 2015;
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
Tergugat/Pembanding pada tanggal 1 Juli 2015 kemudian terhadapnya oleh
Tergugat/Pembanding dengan perantaraan kuasanya berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 7 Juli 2015 diajukan permohonan kasasi pada tanggal 10 Juli
2015 sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor
32/Pdt.G/2014/PN Pdg., Jo. Akta Nomor 39/2015 yang dibuat oleh Panitera
Pengadilan Negeri Padang, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi
yang memuat alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
tersebut pada tanggal 22 Juli 2015;
Bahwa memori kasasi dari Pemohon Kasasi/Tergugat/Pembanding
tersebut telah diberitahukan kepada Penggugat/Terbanding pada tanggal 31 Juli
2015;
Kemudian Termohon Kasasi/Penggugat/Terbanding mengajukan kontra
memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Padang pada
tanggal 14 Agustus 2015;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang undang, oleh
karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
dahulu Tergugat/Pembanding dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya
sebagai berikut:
Bahwa Judex Facti dalam putusannya tidak mempertimbangkan isi
Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 16 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
Meryati tanggal 13 Maret 2012 pada halaman 2 nomor (10) tentang Syarat-
Syarat Perjanjian Konsumen yang mana dalam perjanjian tersebut telah
disepakati bersama yaitu Pemohon Kasasi (PT SMS Finance) dapat melakukan
pelelangan atas benda jaminan apabila Termohon Kasasi (Fivta Meryati) tidak
melakukan pelunasan utang-utangnya. Dengan demikian tindakan Pemohon
Kasasi melakukan penjualan terhadap objek jaminan melalui pelelangan umum
adalah sesuai dengan isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta Meryati tangal 13 Maret 2012. Sehingga
Pemohon Kasasi tidak melakukan perbuatan wanprestasi;
Bahwa jika objek jaminan dikembalikan kepada Termohon Kasasi, maka
seharusnya Termohon Kasasi harus melunasi seluruh utang-utangnya terlebih
dahulu kepada Pemohon Kasasi. Berdasarkan fakta yang terjadi, di mana
Termohon Kasasi sudah memberikan surat pelunasan hutang kepada
Termohon Kasasi dan juga surat teguran. Namun Termohon Kasasi tidak
melakukan pembayaran sehingga berdasarkan isi Perjanjian Pembiayaan
Konsumen Nomor 9018831155/PK/03/12 pada point (10) Pemohon Kasasi
melakukan pelelangan objek jaminan;
Bahwa Judex Facti juga tidak mempertimbangkan perbuatan Termohon
Kasasi yang terbukti melakukan perbuatan wanprestasi yaitu tidak membayar
angsuran sesuai dengan isi Perjanjian Pembiayaan Konsumen Nomor
9018831155/PK/03/12 a.n. Fivta Meryati tanggal 13 Maret 2012 pada halaman 2
poin dua yang mengatakan: “Konsumen harus membayar angsuran tepat
waktu”. Oleh karena Termohon Kasasi tidak membayar angsuran, maka objek
jaminan diamankan oleh Pemohon Kasasi. Hal ini tidak dipertimbangkan oleh
Judex Facti secara berimbang sehingga melahirkan putusan yang keliru dan
tidak mencerminkan nilai keadilan. Dengan demikian telah terbukti Judex Facti
melanggar Pasal 50 Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman karena salah dalam membuat sumber hukum dalam putusan
perkara a quo yang mana menurut hukum putusan Judex Facti sangat wajar
untuk dibatalkan;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi tersebut tidak dapat
dibenarkan, oleh karena setelah meneliti secara saksama memori kasasi
tanggal 22 Juli 2015 dihubungkan dengan jawaban memori kasasi tanggal 14
Agustus 2015 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti dalam hal ini
putusan Pengadilan Tinggi Padang yang menguatkan putusan Pengadilan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 17 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
Negeri Padang ternyata tidak salah menerapkan hukum, putusan dan
pertimbanganya telah tepat dan benar, dengan pertimbangan sebagai berikut:
Bahwa jaminan fidusia tidak didaftarkan sesuai aturan hukum yang
berlaku sebagaimana ketentuan Undang Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia. Karena pendaftaran merupakan syarat, sehingga
fidusia bisa dilaksanakan;
Bahwa selain itu Tergugat terbukti melakukan wanprestasi, tidak
mematuhi tata laksana dalam perjanjian kredit, tanpa somasi langsung menarik
mobil/objek perjanjian jual beli dengan kredit;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, ternyata putusan
Judex Facti (Pengadilan Negeri/Pengadilan Tinggi) dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang undang, maka permohonan
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi PT SINAR MITRA SEPADAN
(SMS) FINANCE JAKARTA cq PT SINAR MITRA SEPADAN (SMS) FINANCE
PADANG tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi ditolak dan Pemohon Kasasi ada di pihak yang kalah, maka Pemohon
Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini;
Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang
Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT SINAR MITRA
SEPADAN (SMS) FINANCE DI JAKARTA cq PT SINAR MITRA
SEPADAN (SMS) FINANCE DI PADANG tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi dahulu Tergugat/Pembanding untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sejumlah Rp500.000,00
(lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
pada hari Kamis, tanggal 25 Februari 2016 oleh Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H.,
LL.M., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai
Ketua Majelis, I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H., dan Dr. Nurul Elmiyah,
S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung sebagai anggota, dan diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri para
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 18 dari 18 hal. Put. Nomor 2467 K/Pdt/2015
anggota tersebut dan Edy Wibowo, S.H., M.H., Panitera Pengganti dan tidak
dihadiri oleh para pihak.
Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,
ttd./I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H.
ttd./Prof. Dr. Takdir Rahmadi, S.H., LL.M.
ttd./Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H.
Panitera Pengganti,
ttd./Edy Wibowo, S.H., M.H.
Biaya Kasasi:1. Meterai …………….... Rp 6.000,002. Redaksi ……………… Rp 5.000,003. Administrasi Kasasi … Rp489.000,00
J u m l a h … Rp500.000,00
UNTUK SALINANMAHKAMAH AGUNG RI.
a.n PaniteraPanitera Muda Perdata,
Dr. PRI PAMBUDI TEGUH, S.H., M.H.NIP. 19610313 198803 1 003
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
top related