eksistensi prinsip maqashid syariah pada kontrak …
Post on 19-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EKSISTENSI PRINSIP MAQASHID SYARIAH PADA
KONTRAK KERJA ALIH DAYA TENAGA KERJA
CLEANING SERVICE (Studi Pada Pekerja Cleaning Service di Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Brawijaya)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
DEVY KHAIRANI
115020500111002
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
EKSISTENSI PRINSIP MAQASHID SYARIAH PADA KONTRAK KERJA ALIH DAYA
TENAGA KERJA CLEANING SERVICE
(Studi Pada Pekerja Cleaning Service di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Brawijaya)
Devy Khairani, Nurul Badriyah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: devykhairani@gmail.com
ABSTRAK
Pekerja cleaning service di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya melakukan
perjanjian kerja melalui kontrak kerja outsourcing. Saat ini banyak hak pekerja outsourcing yang
tidak terpenuhi. Seperti upah yang dibawah UMR, tidak adanya jaminan kesehatan, jaminan hari
tua, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian. Maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pemenuhan hak pekerja cleaning service di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Brawijaya dalam perspektif Islam melalui prinsip maqashid syariah. Maqashid syariah
merupakan tujuan syariat yang digunakan untuk mengukur pencapaian maslahat. Lima poin
perspektif maqashid syariah diantaranya yaitu; pemeliharaan agama, pemeliharaan jiwa,
pemeliharaan keturunan, pemeliharaan harta dan pemeliharaan akal. Dari kelima poin tersebut
terdapat tingkatan prioritas yaitu dharuriyat, hajiyat dan tahsiniyat. Pada penelitian ini dilakukan
analisis sebatas pada tingkatan dharuriyat saja karena dharuriyat merupakan tingkatan yang
paling utama dalam pencapaian kemaslahatan.
Kata Kunci : Cleaning Service, Hak Pekerja, Maqashid Syariah, Dharuriyat
A. PENDAHULUAN
Kerja merupakan ibadah, dan ibadah pun terealisasi dengan wujud kerja. Hubungan
antara kerja dan ibadah tergambar dalam firman Allah surat Al-Jumuah ayat 10 yang artinya
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah dan ingatlah kepada Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”. Ayat tersebut
memberi inspirasi kepada umat Islam agar melakukan kerja keras untuk mencari rezeki Allah.
Metode Islam menunjukkan adanya perimbangan di antara perbuatan untuk memenuhi kebutuhan
hidup di bumi dan dalam mendidik jiwa, berhubungan dengan Allah Swt dan mencari keridhaan-
Nya (Qorashi, 2007).
Pekerjaan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi tiap warga negara Indonesia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang diatur dalam UUD 1945 pasal 27 ayat (2)
yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Di Indonesia, telah dirumuskan secara jelas mengenai landasan hukum serta hak
dan kewajiban tiap tenaga kerja dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
Persaingan yang makin ketat menuntut perusahaan untuk lebih fleksibel dalam merespon
permintan pasar. Strategi alih daya merupakan salah satu bentuk fleksibilitas yang perlu
dipertimbangkan (Soegianto dan Susanto, 2013)
Sejak Undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan diberlakukan, maka
saat itu pula praktek kerja alih daya (outsourcing) mulai tumbuh dan semakin meluas. Menurut
Wahyuni dkk (2008), alih daya (outsourcing) merupakan sebuah proses pemindahan kegiatan
usaha kepada pihak ketiga. Pada prakteknya, terdapat tiga pihak untuk menjalankan kegiatan
pemborongan ini, yaitu pihak pemborong (vendor), pihak perusahaan pengguna jasa (principal)
dan tenaga kerja/buruh.
Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini, maka
perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan
organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai
sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi
bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses
kegiatan ini dikenal dengan istilah outsourcing.
Penggunaan strategi outsourcing pada perusahaan-perusahaan dapat merujuk kepada hasil
survei yang dilakukan oleh Divisi Riset PPM Manajemen tahun 2008. Survei tersebut
menggunakan kuisioner dengan convienience sampling kepada 44 perusahaan. Hasil survei
memperlihatkan bahwa 73% perusahaan menggunakan tenaga outsourcing dalam kegiatan
operasionalnya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak menggunakan tenaga outsourcing.
Adapun komposisi jenis pekerjaan yang paling banyak menggunakan tenaga outsource
adalah cleaning service sebesar 56,82%, security sebesar 38,64%, lainnya sebesar 36,36%, driver
25%, sekretaris 22,73%, customer service 13,64%, dan SPG 9,09.
Outsourcing dikuatkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia No. Kep. 101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perizinan
Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. Dari ketentuan tersebut selanjutnya hanya perusahaan
yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan Koperasi yang boleh menjadi agen outsourcing. Dari
sisi perusahaan yang mengalihkan pekerjaan dan menerima tenaga kerja outsourcing (user),
Undang-Undang juga memberi pembatasan. Namun demikian, user tidak boleh sembarangan
melakukan outsourcing pekerjaan ke perusahaan lain. Hanya pekerjaan yang bukan kegiatan inti
(non-core bussiness) yang boleh dilakukan ke perusahan lain (Saefulloh, 2011).
Sistem outsourcing ini sangat menguntungkan bagi perusahaan karena terlepas dari
berbagai kewajiban yang harus dipenuhi jika dibandingkan dengan menggunakan tenaga buruh
tetap. Sementara bagi buruh, sistem ini senantiasa mengancam keamanan kerja (job security).
Dengan sistem ini, manajemen perusahaan dapat sewaktu-waktu mengganti pekerja yang lebih
kompeten yang tersedia di pasar tenaga kerja. Kondisi ini membuat posisi buruh outsourcing
semakin lemah. Pemutusan kontrak yang tanpa dibekali pesangon untuk buruh, tentu merupakan
hal yang sangat merugikan bagi buruh. Ditambah lagi, pemotongan upah buruh oleh pihak
penyalur tenaga kerja (vendor) dikarenakan perusahaan pengguna jasa (principal) tidak
menanggung biaya jasa pihak vendor.
Tidak adanya jaminan sosial yang layak bagi buruh outsourcing juga semakin
memperburuk kesejahteraan buruh. Banyaknya demo tenaga kerja yang menuntut penghapusan
alih daya menunjukkan bahwa masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran di dalam
pelaksanaan strategi ini (Soegianto dan Sutanto, 2013).
Perjanjian kontrak harus atas dasar kesepakatan kedua belah pihak. Apabila salah satu
pihak tidak menyetujui maka tidak sah. Mengenai isi perjanjian juga tidak boleh bertentangan
dengan hukum dan ketentuan syariah (Ridwan, 2007). Prinsip-prinsip syariah yang tersusun
dalam Maqashid syariah dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menganalisis pencapaian
kesejahteraan pada buruh outsourcing yang sekarang terjadi.
Inti dari adanya prinsip Maqashid syariah adalah untuk kemaslahatan umat demi
mencapai falah (bahagia dunia akhirat), karena tujuan penetapan hukum dalam Islam adalah untuk
menciptakan kemaslahatan umat dalam rangka memelihara tujuan-tujuan syara’. Adapun tujuan-
tujuan syara’ yang harus dipelihara adalah : 1) menjaga agama, 2) menjaga jiwa, 3) menjaga akal,
4) menjaga keturunan, 5) menjaga harta.
Merujuk pada data yang dilakukan oleh Divisi Riset PPM Manajemen pada tahun 2008,
jenis pekerjaan yang paling banyak menggunakan tenaga outsourcing adalah bagian cleaning
service, maka penelitian ini akan melakukan analisis terhadap karyawan outsourcing bagian
cleaning service di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Pendekatan maqashid
syariah ini dapat di implementasikan pada sistem outsourcing dengan maksud untuk menganalisis
kesesuaian pemenuhan hak-hak buruh yang berjalan sekarang berdasarkan prinsip maqashid
syariah demi memelihara lima tujuan syara’ tersebut.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Ketenagakerjaan dalam Pandangan Neoklasik dan Kelembagaan Pandangan neoklasik dan kelembagaan dipilih karena teori mengenai ketenagakerjaan
yang situasinya paling mendekati dengan jaman sekarang. Dalam pandangan neoklasik, mahzab
ini memberi kemungkinan bahwa tenaga kerja pada tingkat mikro tidak homogen. Karena tingkat
upah juga tidak sama untuk semua tenaga kerja. Setiap kualitas tenaga kerja terdapat satu tingkat
produk marginal dan satu tingkat upah.
Kualitas tenaga kerja merupakan dasar bagi pencapaian produktivitas. Kualitas ini
tergantung atas modal insani yang diisikan ke dalam diri tenaga kerja. Makin banyak modal yang
masuk, makin tinggi kualitasnya. Modal yang dimaksud terdiri atas pendidikan latihan,
pengalaman kerja, dan kesehatan. Pikiran dari mahzab neoklasik ini masih mendominasi jalan
pikiran sekarang (Arfida, 2003). Mahzab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi
baik dalam teori maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Ekonomi
neoklasik berfokus pada penentuan harga, output, dan pendapatan distribusi di pasar melalui
maksimalisasi hipotesis utilitas dengan pendapatan terbatas individu dan dari keuntungan dengan
baya terbatas perusahaan yang menggunakan informasi yang tersedia dan faktor-faktor produksi
sesuai dengan teori pilihan rasional (Adhy, 2012).
. Pada pendekatan yang kedua yaitu teori ketenagakerjaan yang berkaitan dengan upah
dalam pandangan kelembagaan. Era modern seperti sekarang muncul berbagai organisasi
masyarakat yang seringkali dapat melancarkan tekanan kelompok (group pressure) untuk
mencapai kepentingannya, misalnya serikat buruh dan ikatan para pengusaha. Adu kekuatan dalam
kaitannya dengan penentuan tingkat upah dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 : Kurva Tingkat Upah Menurut Kelembagaan
Sumber : Arfida (2013)
NPM dalam gambar tersebut sebagai DTK dan STK sebagai AIC (average input cost).
Pada posisi seperti dalam gambar diatas, titik ekuilibrium yang terjadi cenderung menuju ke A.
Namun, pengusaha mengambil keputusan tentang berapa banyak TK yang akan dipekerjakan tidak
dengan menyamakan NPM dengan AIC melainkan MIC-nya. Dengan struktur AIC seperti itu,
dimana lerenganya positif jelas bahwa MIC selalu berada di atas AIC. Tambahan biaya harus lebih
besar dari hanya rata-rata yang lalu agar biaya rata-rata naik.
Lereng yang menaik pada kurun AIC (STK) menunjukkan bahwa tingkat upah tingkat
upah yang lebih tinggi tidak hanya berlaku bagi tambahan tenaga kerja yang di angkat melainkan
berlaku juga bagi tenaga kerja yang sudah bekerja di unit usaha tersebut, oleh karena itu kenaikan
biayanya juga semakin besar.
Ditinjau dari segi lain, setiap pengangkatan pasti didahului oleh seleksi. Pada seleksi
pertama atau awal ini diharapkan diangkat orang-orang pilihan. Makin banyak tenaga kerja yang
dipakai, makin sedikit kemungkinan bahwa kita berhasil mendekati yang ideal. Dalam proses ini
terpaksa diangkat orang-orang yang semakin jauh dari kualitas ideal. Hal inilah yang juga
menyebabkan MIC naik dengan cepat.
Tambahan biaya yang naik dengan cepat tersebut merupakan rem bagi perluasan
penggunaan TK. Tidak seluas TKa melainkan hanya TKc. Bila TKc digunakan, maka ada dua
alternatif tingkat upah yang dapat diberlakukan, Ub atau Uc. Pihak buruh melalui serikat buruh
(misalnya SPSI) menghendaki tingkat upah yang lebih tinggi. Namun, mereka tidak dapat
memaksa perusahaan membayar tingkat upah yang lebih tinggi daripada Uc. Tingkat ini
merupakan batas maksimal sesuai keadaan produktivitas TK.
C
A
B
Uc
Ub
TKc TKa TK
DTK
NPM
STK = AIC
MIC
0
U
Sebaliknya, pihak perusahaan lebih senang jika harus membayar tingkat upah lebih
rendah. Namun pihak perusahaan tidak dapat menekan tingkat upah menjadi lebih rendah daripada
Uc, karena di bawah tingkat ini pihak buruh tidak bersedia lagi menawarkan tenaga kerjanya.
Jadi, dua kekuatan yang mempunyai preferensi tingkat upah yang berbeda. Karena upah
merupakan bagian dari kesempatan yang terangkum dalam hubungan kerja, maka pertanyaannya
adalah pada tingkat upah yang mana cenderung sepakat. Tingkat kesepakatan yang terjadi
tergantung pada kekuatan tawar menawar (bargaining power) masing-masing pihak. Bila pihak
buruh yang lebih kuat, tingkat upah yang terjadi mendekati Ub. Namun bila pihak perusahaan yang
mempunyai kedudukan tawar-menawar yang lebih kuat, tingkat upah cenderung berada pada
tingkat mendekati Uc.
Analisis Ketenagakerjaan dalam Pandangan Islam dan Maqashid Syariah
Kehidupan manusia akan berlangsung dengan baik dan bahagia bila terpenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidupnya. Untuk itu ia harus bekerja. Allah SWT sebenarnya juga telah menyediakan
segala sesuatunya di bumi berupa kekayaan alam yang dapat diolah oleh manusia sehingga dapat
dinikmati.
Bekerja dan tenaga kerja adalah berbicara masalah produksi, distribusi dan konsumsi.
Semuanya menyangkut masalah ekonomi dalam kehidupan manusia. Setiap individu untuk
memenuhi kebutuhan hidup jasmaninya akan selalu bekerja dan bebas memilih pekerjaan sesuai
profesinya dengan tujuan yang sama yaitu tujuan ekonomis (Qorashi, 2007).
Berdasarkan ketentuan umum undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan dalam pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa yang dimaksudkan ketenagakerjaan
adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah
masa kerja.
Sebelum memulai kegiatan produksi tentunya terjadi kesepakatan antara pekerja dan
pemberi pekerjaan. Seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 yang menyebutkan perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, serta hak dan kewajiban para
pihak. Selanjutnya pada angka 15 disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara
pekerja dengan pengusaha berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur adanya perintah,
penunaian kerja, dan upah.
Hukum Islam mengenal bentuk perjanjian yang disebut ijarah atau sewa-menyewa.
Ijarah ada dua macam; yaitu ijarah a’yan dan ijarah asykhash. Ijarah a’yan adalah perjanjian
sewa menyewa tenaga manusia untuk melakukan suatu pekerjaan atau perjanjian kerja (Basyir,
1994). Perikatan ijarah harus didahului dengan akad, yaitu bertemunya ijab dan qabul yang
menimbulkan akibat hukum pada obyeknya (Pasaribu dan Lubis, 2004).
Sistem Outsourcing dan Kesesuaiannya dengan Prinsip Maqashid Syariah
Outsourcing merupakan pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses
bisnis kepada pihak luar (perusahaan penyedia jasa outsourcing). Melalui pendelegasian itu, maka
pengelolaan tidak lagi dilakukan oleh perusahaan melainkan dilimpahkan kepada perusahaan jasa
outsourcing (Sehat Danamik, 2006:2, Chandra Suwondo, 2003:2).
Keempat, outsourcing yang pendekatannya menggunakan ekonomi politik. Berdasarkan
pendekatan ini, outsourcing merupakan turunan dari kapitalisme global. Asumsinya adalah sifat
dasar kapitalis yaitu eksploitatif dan ekspansif. Pendekatan ini dibangun atas adanya praktek
perusahaan-perusahaan transnasional dan multi-nasional yang semakin kuat mencengkram negar
yang sedang berkembang. Ekspansi dan eksploitasi besar-besaran dilakukan demi akumulasi
modal yang diiringi juga dengan model dan format kerja yang telah dipersiapkan (outsourcing)
untuk diterapkan di wilayah pengembangan perusahaan (Khor, 2001).
Praktek outsourcing yang semakin meluas di Indonesia telah menjadi kebutuhan bagi
pelaku usaha. Tetapi, di sisi lain regulasi yang ada belum terlalu memadai untuk mengatur
mengenai outsourcing. Dan jika dilihat dari pelaksanaannya masih dijumpai berbagai masalah.
Diantaranya yang paling menonjol ada masalah pemenuhan hak-hak para pekerja serta
perlindungan terhadap pekerja outsourcing.
Selain memberikan aturan yang jelas dalam hal transaksi kontrak kerja, syariat Islam pun
telah memberikan hukum-hukum yang harus diperhatikan bagi para majikan untuk memberikan
perlindungan bagi para pekerja. Hal-hal tersebut menyangkut hal-hal diantaranya, pertama,
perlindungan terhadap pekerja dan waktu istirahat yang layak. Dalam hal ini Rasulullah bersabda
“Sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas dirimu.” Sabda yang lain “Istirahatkanlah hati
barang sejenak, karena sesungguhnya jika hati sampai jenuh dia akan buta” (H.R. Baihaqi)
Kedua, adalah jaminan penghidupan bagi pekerja. Rasulullah bersabda, “Barang siapa
bekerja pada kami dan dia tidak memiliki rumah, maka hendaklah dia mau mengambil rumah, jika
dia tidak mempunyai istri, hendaklah dia dipermudah menikah atau jika dia tidak mempunyai
kendaraan maka hendaklah dia mengambil kendaraannya.” (H.R. An Nasa’ I)
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa Islam sangat menjunjung
tinggi derajat tiap kaumnya. Terlebih terhadap para pekerja. Pemenuhan hak-hak untuk
kesejahteraan pekerja tidak boleh diingkari. Demi mencapai kebahagiaan, kesejahteraan serta
kemaslahatan, maka pemenuhan hak-hak buruh dapat dilihat dari perspektif Maqashid syariah
yang merupakan prinsip utama untuk menciptakan kemaslahatan untuk mencapai falah.
Arti Maqashid syaari’ atau maqashid al-syariah atau al-maqashid al-syariyyah adalah
sama yang masih dalam satu pengertiian, yaitu tujuan-tujuan syariat. Pengertian maqashid syariah
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari sisi kata majemuk (Murakkab al-ldafi) dan dari sisi
keilmuan (‘ilm). Dari Murakkab al-ldafi terdiri dari kata maqsod dan syariah. Secara etimologi, al-
maqsad berasal dari kata qasad-yaqsidu-maqsidan yang berarti jalan yang lurus (thariqul
mustaqim), tengah-tengah (wasth) dan keadilan (‘adl) (Ismail, 2014).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian dengan pendekatan
kualitatif yakni penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Maleong, 2005).
Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya. Pertimbangan mengenai pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena kota Malang
termasuk kota besar di Jawa Timur yang memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah pemenuhan hak-hak karyawan outsourcing
apabila ditinjau dari perspektif maqashid syariah. Dalam unit analisis ini diharapkan informasi
yang akan digali adalah terpusat disekitarnya
Informan dalam penelitian adalah pertama, karyawan outsourcing tenaga cleaning
service yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang mampu untuk
menjelaskan serta memahami hak apa saja yang seharusnya mereka dapatkan ketika bekerja.
Kedua, pihak bagian Tata Usaha di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang
mengelola data administrasi karyawan outsourcing. Ketiga, adalah perusahaan penyalur tenaga
outsourcing. Sebagai pihak yang melakukan perjanjian kerja secara langsung dengan tenaga
outsourcing.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data
sekunder. Data yang diperoleh langsung dengan turun ke lapangan atau yang disebut dengan data
primer dan data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan atau yang disebut dengan data
sekunder. Kemudian sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data yang
meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah manusia, karena itu yang diperiksa adalah
keabsahan datanya (Putra dan Dwilestari, 2012). Untuk menguji kredibilitas data penelitian maka
digunakan teknik triangulasi data dalam penelitian ini.
D. PEMBAHASAN
CV. Dian Abadi Sebagai Perusahaan Penyedia Jasa Cleaning Service di Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Brawijaya
Penelitian mengenai sistem serta kontrak kerja alih daya dalam penelitian ini dilakukan
pada pekerja cleaning service di FEB UB. Pekerja cleaning service yang bekerja di fakultas ini
berada dibawah naungan CV. Dian Abadi yang bertindak sebagai perusahaan vendor. Perusahaan
vendor berkewajiban untuk menyediakan tenaga kerja untuk perusahaan pengguna. Maka
perusahaan pengguna dalam penelitian ini adalah FEB UB.
Perusahaan vendor CV. Dian Abadi adalah salah satu perusahaan jasa berbadan hukum
yang bergerak di bidang cleaning service, pertamanan, dan jasa pengadaan lainnya dengan di
dukung oleh tenaga profesional yang handal dan berpengalaman. Tenaga kerja di CV. Dian Abadi
merupakan tenaga kerja yang profesional dan dilengkapi dengan perlengkapan dan peralatan kerja
yang modern, serta tenaga ahli yang berpengalaman, terampil dan jujur. Dimana hal ini sesuai
dengan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan jasa yang profesional, jujur dan dapat dipercaya
dengan keutamaan kualitas dan pelayanan. Serta dalam misi perusahaan yang menyebutkan bahwa
CV. Dian Abadi menyediakan produk dan jasa yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan
kerja yang bermutu tinggi dengan pelayanan yang terbaik untuk para pengguna jasa. Lingkup
pekerjaan yang akan dikerjakan oleh pekerja cleaning service sudah diatur oleh CV. Dian Abadi
selaku perusahaan penyalur jasa. FEB UB mulai menggunakan jasa cleaning service sejak tahun
2001. Sebelum menggunakan jasa cleaning service, dahulu FEB UB merekrut sendiri karyawan
yang bertugas untuk membersihkan area fakultas. Namun, seiring dengan pembangunan gedung
yang dilakukan oleh pihak kampus, hal ini juga otomatis memperluas wilayah fakultas. Hal ini
mendorong Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk terus memelihara serta menjaga kebersihan
wilayahnya dengan menyerahkan sebagian pekerjaan kepada pihak lain yang mana hal ini
diserahkan kepada CV. Dian Abadi yang menyediakan jasa kebersihan. Hal lain yang mendorong
FEB UB untuk menggunakan jasa cleaning service adalah juga karena semakin banyaknya
mahasiswa yang dimilikinya. Setiap tahun terjadi penambahan mahasiswa yang menyebabkan
lingkungan di fakultas menjadi lebih cepat kotor akibat semakin banyaknya mahasiswa serta
berbagai kegiatan yang berlangsung. Maka dari itu, FEB UB merasa perlu untuk mengerahkan
tenaga khusus untuk menangani kebersihan di area Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan
mempercayakan menyerahkan pekerjaan tersebut kepada CV. Dian Abadi.
Proses Perekrutan Tidak Menyulitkan Pekerja Serta Kontrak Kerja Lebih Fleksible
Sebelum perjanjian untuk melaksanakan suatu pekerjaan disepakati, tentunya terdapat
serangkaian proses untuk memilih pekerja yang memenuhi kualifikasi untuk melaksanakan suatu
pekerjaan tersebut. Kemudian disepakati dalam suatu perjanjian kerja yang melibatkan dua pihak
yaitu pekerja dan perusahaan. Dalam sub bab ini akan diuraikan mengenai bagaimana proses
perekrutan yang dilakukan oleh CV. Dian Abadi serta kontrak yang disepakati antara pekerja
dengan CV. Dian Abadi. Pembahasan awal terkait masalah perekrutran pekerja yang dilakukan
oleh CV. Dian Abadi. Karyawan merupakan aset yang berharga bagi sebuah perusahaan dalam
mencapai tujuannya.
Dalam merekrut tenaga kerjanya, CV. Dian Abadi melakukan serangkaian proses seperti
yang disebutkan diatas yaitu dimulai dari mengidentifikasi jabatan yang lowong. Dalam hal ini
jabatan yang diperlukan oleh CV. Dian Abadi sudah jelas bahwa jabatan yang diperlukan adalah
untuk tenaga cleaning service yang siap di tempatkan di berbagai perusahaan atau instansi yang
menjadi pengguna jasa cleaning service dari CV. Dian Abadi.
Proses selanjutnya yang dilakukan CV. Dian Abadi adalah menentukan calon yang tepat
sesuai posisi yang diperlukan. Kemudian CV. Dian Abadi juga telah menentukan metode-metode
rekruitmen yang paling tepat untuk merekrut tenaga kerjanya. Setelah terdapat pelamar-pelamar
pekerjaan, kemudian CV. Dian Abadi memanggil calon pelamar yang telah mengirimkan surat
lamaran.
Setelah pemanggilan kandidat ke perusahaan, maka dilakukan proses seleksi kandidat.
Dalam hal ini CV. Dian Abadi melakukan proses seleksi dengan cara interview mendalam
terhadap calon tenaga kerja cleaning service. Interview dimulai dari perkenalan diri, pendidikan
yang pernah di kenyam, hingga kehidupan pribadi calon tenaga kerja. Selain itu, CV. Dian Abadi
juga menentukan kelayakan calon pekerja melalui tampilan fisiknya. Perusahaan memiliki standar
tertentu bagi pekerjanya. Dalam hal tampilan fisik, CV. Dian Abadi tidak menghendaki calon
pekerja yang bertatto dan tindik. Hal ini dikarenakan demi menjaga nilai kesopanan dan attitude.
Karena pekerja yang direkrut oleh CV. Dian Abadi akan bekerja di perusahaan mitra. Bukan di
area perusahaan CV. Dian Abadi. Penentuan standar tampilan fisik yang sopan tersebut juga demi
menjaga nama baik perusahaan CV. Dian Abadi di mata perusahaan mitra sebagai pengguna jasa.
Tahap selanjutnya setelah seleksi tersebut adalah penawaran kerja. Penawaran yang
dilakukan oleh CV. Dian Abadi meliputi penawaran mengenai kontrak kerja, serta upah yang akan
diterima oleh pekerja. Dalam kontrak kerja diantaranya mengatur mengenai kontrak kerja, jam
kerja yang akan dijalankan, upah yang akan diterima serta peraturan lain yang harus dipatuhi oleh
pekerja. Apabila calon pekerja telah memenuhi syarat serta mereka telah sepakat menerima
penawaran perusahaan maka selanjutnya pekerja menjalankan pekerjaan sesuai dengan yang telah
ditentukan.
Perusahaan menentukan lokasi kerja para pekerja. Menurut penuturan salah satu informan
Ibu Nini menyatakan bahwa kontrak awal dibuat selama satu tahun. Namun kontrak yang dibuat
sebenarnya tidak kaku. CV. Dian Abadi memberikan kesempatan kepada pekerja cleaning service
agar dapat bekerja lebih lama dengan menambah masa kerja. Perpanjangan kontrak dilakukan
apabila performa kerja para pekerja cleaning service dinilai cukup baik. Informasi mengenai
performa kerja para pekerja cleaning service diperoleh berdasarkan pengamatan dari pengawas
dan koordinator dari setiap wilayah kerja. CV. Dian Abadi juga menawarkan kesempatan kepada
pekerja untuk bekerja sesuai keinginan pekerja. Apabila pekerja merasa masih ingin untuk bekerja
sebagai cleaning service, maka CV. Dian Abadi memberikan kesempatan kepada pekerja untuk
melanjutkan pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya masih ada rasa kemanusiaan dari
perusahaan CV. Dian Abadi kepada tenaga kerjanya. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan sistem
kontrak yang dijalankan tidak saklek dan perusahaan masih membuka kesempatan pekerja agar
dapat bekerja lebih lama sampai pekerja sendiri lah yang memutuskan untuk mengakhiri kontrak
atau belum.
Jam Kerja Merupakan Variabel Penentu Besaran Upah
Pada penelitian ini telah diketahui bahwa penentuan upah oleh CV. Dian Abadi kepada
pekerjanya adalah berdasarkan harian. Upah harian diberlakukan karena status pekerja cleaning
service dibawah naungan CV. Dian Abadi adalah pekerja outsourcing.
Pada saat awal, perjanjian kerja yang dibuat antara CV. Dian Abadi dengan pekerja cleaning
service yang bertugas di FEB UB juga mengatur perihal jam kerja. Jam kerja yang wajib
dilaksanakan oleh para pekerja cleaning service di lingkungan FEB UB adalah enam hari kerja.
Sistem pengupahan yang berlaku di CV. Dian Abadi adalah sistem pengupahan harian.
Setiap harinya pekerja diberi upah sebesar Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah). Namun, pada
awal masa kerja tidak diberi upah penuh sebesar Rp.30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
dikarenakan pada tiga bulan pertama pekerja masih menempuh masa training. Pada masa training
pekerja diberi upah sebesar Rp 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) perharinya.. Setelah tiga
bulan masa training berakhir, perharinya pekerja cleaning service di perusahaan tersebut di
berikan upah penuh sebesar RP 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah). Dan diserahkan setiap satu
bulan sekali. Upah yang diberikan tersebut tidak termasuk uang makan dan transportasi.
Terdapat perbedaan antara upah koordinator dengan non koordinator. Hal ini telah sesuai
dengan prinsip Islam yang menghendaki keadilan pemberian upah kepada buruh. Keadilan yang
dimaksud yaitu pemberian upah yang sesuai dengan beban yang di tanggung. Dalam kasus ini,
koordinator berkewajiban untuk mengkoordinasi rekan-rekan nya yang berada dalam satu area.
Sehingga memiliki tanggung jawab yang lebih dibanding dengan non koordinator.
Prosedur penyerahan upah yaitu CV. Dian Abadi memiliki seorang karyawan yang
bertugas khusus sebagai penyalur gaji. Gaji diserahkan kepada setiap koordinator cleaning service
di berbagai area. Yang kemudian koordinator lah yang membagikan kepada rekan-rekan
anggotanya yang termasuk dalam satu area kerja.
Bukti penerimaan gaji sudah tertera pada slip gaji. Dan upah tersebut diberikan sesuai
dengan data absensi kehadiran cleaning service yang sebelumnya telah di catat oleh pengawas dan
koordinator dari masing-masing wilayah kerja. Dengan besar upah yang diterima pekerja cleaning
service sebesar kurang lebih Rp. 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) perbulannya, maka jelas upah
yang diterima dibawah UMR (Upah Minimum Regional) kota Malang yaitu sebesar Rp
1.882.250,00 (satu juta delapan ratus delapan puluh dua ribu dua ratus lima puluh rupiah).
Kompensasi Lain Berupa Jaminan Sosial dan Tunjangan Tidak Terpenuhi
Selain mendapatkan upah pokok sebagai buah dari pekerjaan yang telah dilakukan oleh
seorang pekerja, terdapat kompensasi lain yang berhak diterima oleh pekerja diantaranya jaminan
sosial serta tunjangan-tunjangan yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
pekerja disamping kebutuhan pokoknya. Bahasan ini akan mengemukakan mengenai jaminan
sosial dan tunjangan apa saja yang diterima oleh pekerja cleaning service yang bekerja di FEB UB
dibawah tanggung jawab CV. Dian Abadi.
Fakta yang terjadi pada wilayah penelitian tidak mendapat jaminan sosial apapun misal
kesehatan dan pensiun. Walaupun status pekerja cleaning service di FEB UB adalah pekerja
outsourcing, yang seharusnya berhak mendapatkan jaminan sosial, namun pada kenyataannya
mereka tidak mendapatkan jaminan sosial apapun.
Jaminan kecelakaan kerja seharusnya perlu diberikan kepada pekerja cleaning service.
Terkait dengan jenis pekerjaan mereka yang mengandalkan fisik, tentu resiko akan kecelakaan saat
bekerja juga besar. Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus
dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Jaminan atas keselamatan kerja
merupakan tanggung jawab pengusaha. Dalam hal ini berarti CV. Dian Abadi bertanggung jawab
atas keselamatan kerja cleaning service yang berada di FEB UB. Temuan yang di dapatkan
berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nini selaku Humas dari CV. Dian Abadi
mengungkapkan bahwa pekerja cleaning service disana tidak diikutsertakan dalam jaminan
kesehatan. Jika terjadi kecelakaan saat bekerja, CV. Dian Abadi bertanggung jawab atas biaya
pengobatan. Namun apabila kecelakaan terjadi diluar jam kerja dan tidak ada sangkut paut guna
menyelesaikan pekerjaan maka biaya pengobatan mereka tidak menjadi tanggung jawab CV. Dian
Abadi.
Selanjutnya mengenai jaminan kematian pada umumnya menyebabkan kerugian bagi
yang ditinggalkan. Apalagi jika seorang pekerja meninggal pada usia yang masih produktif serta
memiliki tanggungan keluarga anak dan istri. Seseorang yang menjadi tulang punggung keluarga
sudah tidak lagi bekerja sehingga sumber pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga pun
seketika akan hilang. Santunan tersebut diberikan kepada keluarga yang ditinggalkan bertujuan
sebagai pengganti atas biaya pemakaman atau biaya perawatan jika sebelum meninggal pekerja
tersebut mengeluarkan biaya perawatan medis. CV. Dian Abadi selaku perusahaan yang
bertanggung jawab atas perihal ini telah menyediakan porsi dana untuk jaminan kematian.
Walaupun selama perusahaan ini berdiri belum ada kejadian meninggal dunia pada pekerjanya
yang masih aktif.
Kemudian Jaminan Hari Tua juga sangat penting untuk pekerja. Yang terjadi pada
pekerja cleaning service di wilayah penelitian ini mereka tidak mendapatkan jaminan hari tua.
Memang tidak ada batasan usia maksimum untuk menjadi pekerja cleaning service di CV. Dian
Abadi. Namun ketika mereka telah mengakhiri kontrak atau mengundurkan diri sebagai cleaning
service, seharusnya mereka berhak mendapatkan pesangon yang sesuai. Menurut penuturan Ibu
Nini selaku humas CV. Dian Abadi, perusahaan tidak menyediakan dana untuk pesangon pekerja.
Hal tersebut biasanya tergantung keputusan atasan yang dimaksud dalam hal ini adalah pemilik
usaha CV. Dian Abadi.
Hal yang tidak kalah penting selanjutnya adalah jaminan pemeliharaan kesehatan.
Kesehatan merupakan aspek penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas
lahir dan batin. Aspek jasmani sangat berpengaruh pada produktifitas pekerja. Untuk pekerja
cleaning service tentunya peran kesehatan fisik sangat berpengaruh pada performa kerja mereka
karena pekerjaan yang dilakukan sangat mengandalkan kekuatan fisik dan menguras tenaga.
Kemungkinan untuk kelelahan hingga jatuh sakit juga tentunya sangat besar. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak CV. Dian Abadi, diperoleh informasi bahwa perusahaan tidak
menyediakan biaya untuk pengobatan jika ada pekerjanya yang sakit.
Hal yang berhak diterima oleh pekerja selanjutnya adalah kompensasi berupa tunjangan.
Tunjangan adalah setiap tambahan benefit yang ditawarkan pada pekerja atau karyawan. Pekerja
cleaning service yang berada di FEB UB tidak mendapatkan tunjangan seperti apa yang telah
disebutkan sebelumnya di atas. Pekerja hanya mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR) dari CV.
Dian Abadi selaku perusahaan yang melakukan perjanjian kerja dengan pekerja. Tunjangan Hari
Raya diperoleh pekerja apabila setelah melalui masa kerja selama satu tahun. Pada umumnya,
besarnya THR diterima pekerja adalah setara dengan satu kali gaji. Namun pada pekerja cleaning
service yang bekerja di FEB UB ini THR diterima tidak sebesar satu kali gaji mereka dalam satu
bulan.
Pemeliharaan Agama Terpelihara pada Tingkatan Dharuriyat
Memelihara unsur agama dalam kehidupan manusia sangat penting karena jika agama
tidak terpelihara dengan baik maka akan terancamlah eksistensi agama. Pada aspek dharuriyat
dalam pemeliharaan agama adalah termasuk mendirikan shalat lima waktu. Karena shalat
merupakan tiang agama sesuai dengan firman Allah surat An- Nisa ayat 103.
Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan, temuan yang dapat digolongkan dalam
pemeliharaan agama dalam temuan di lapangan adalah mengenai waktu yang diberikan untuk
beribadah. Sesuai dengan jam kerja yang berlaku bagi cleaning service, jam istirahat di mulai
pukul 12.00 WIB dimana jam ini merupakan jam untuk menunaikan ibadah sholat dhuhur. Serta
pada hari Jumat jam istirahat dimulai lebih awal yaitu pukul 11.00 WIB karena kewajiban kaum
laki-laki muslim untuk menunaikan ibadah sholat Jumat sesuai dengan yang diungkapan oleh
informan bernama Wawan. Dengan diberikannya keleluasaan waktu yang sesuai untuk beribadah,
maka tidak ada halangan bagi pekerja cleaning service untuk tetap melaksanakan ibadah.
Dalam aspek pemeliharaan agama lainnya, yang terjadi pada temuan-temuan di lapangan
menunjukkan bahwa pemeliharaan agama dalam kasus ini terwujud diantaranya pada saat awal
perekrutan calon pekerja cleaning service tidak diperkenankan memilki tatto dan tindik di
tubuhnya. Tatto adalah menusuk-nusukkan jarum atau yang sejenisnya kepada kulit sehingga
mengalirkan darah kemudian diberikan alkohol atau yang sejenisnya sehingga menjadi biru.
Melakukan tatto pada kulit adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dikarenakan
bahwasannya tatto termasuk perbuatan merubah ciptaan Allah serta menjadikan ditempat tatto itu
najis akibat membekunya darah dikarenakan warna bahan dari tatto tersebut.
Dengan berdasarkan temuan yang terjadi di lapangan, terpeliharanya agama jika ditinjau
dari keleluasaan pekerja cleaning service untuk melakukan sholat lima waktu dan sholat jumat,
maka pemeliharaan agama dalam konteks ini masuk dalam tingkatan dharuriyat. Karena
melaksanakan shalat merupakan kewajiban utama bagi seorang muslim. Shalat Jumat juga
merupakan kewajiban bagi seorang muslim laki-laki yang tidak boleh ditinggalkan. Terlepas dari
apakah seorang pekerja tersebut melaksanakan shalat atau tidak, pihak CV. Dian abadi telah
memberikan waktu dan keleluasaan untuk tetap menjalankan ibadah shalat lima waktu serta shalat
Jumat bagi pekerjanya.
Kemudian jika ditinjau dari adanya larangan untuk bertatto bagi pekerja cleaning service
di tempat ini, hal tersebut juga dapat digolongkan dalam pemeliharaan agama tingkatan dharuriyat
berdasarkan pemahaman akan larangan menggunakan tatto bagi umat muslim. Ketentuan yang
telah ditetapkan oleh Allah SWT wajib untuk dilaksanakan, serta apa saja yang menjadi larangan
pun wajib untuk dijauhi. Larangan untuk bertatto juga sudah merupakan ketetapan Allah SWT.
Disamping karena memang sudah larangan yang mutlak wajib dijauhi, yang dapat dianalisis
mengapa tatto dilarang bagi umat muslim diantaranya karena tatto dapat menghalangi air wudhu
untuk menembus kedalam kulit yang menyebabkan wudhu menjadi tidak sah ataupun tidak
sempurna. Maka berdasarkan analisis yang demikian, pelarangan akan tatto dapat digolongkan
kedalam peringkat dharuriyat dikarenakan tatto dapat menghalangi bahkan menyebabkan shalat
menjadi tidak sah.
Pemeliharaan Jiwa Pada Tingkatan Dharuriyat Tidak Tercapai Utuh
Pertama, dalam tingkatan dharuriyat, pemeliharaan terhadap jiwa dapat ditinjau melalui
pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja yang diterima oleh pekerja cleaning service.
Dengan terpeliharanya kesehatan fisik mereka maka akan menciptakan kesehatan jiwa pula. Dan
dengan terjaminnya keselamatan ketika mereka bekerja juga akan menciptakan rasa aman pada
saat mereka menjalankan pekerjaan. Pemeliharaan atas kesehatan dan keselamatan kerja mereka
dapat digolongkan menjadi hal yang pokok dikarenakan apabila tidak terpenuhi, dapat mengancam
eksistensi jiwa manusia.
Namun berdasarkan hasil penggalian informasi melalu beberapa informan didapati bahwa
pekerja cleaning service yang berada dibawah naungan CV. Dian Abadi tidak mendapatkan
jaminan kesehatan. Jika mereka jatuh sakit, mereka mau tidak mau harus membayar biaya
pengobatan dari uang mereka sendiri. Berdasarkan realita yang terjadi tersebut, dapat dikatakan
bahwa pemeliharaan jiwa terhadap pekerja cleaning service dalam penelitian ini tidak maksimal.
Pemeliharaan jiwa melalui sarana pemeliharaan kesehatan tidak di jamin sepenuhnya oleh
perusahaan.
Begitu pula dengan jaminan keselamatan kerja. Jaminan ini dapat berwujud jaminan
kecelakaan kerja. Sebagai pekerjaan yang mengandalkan fisik tentu saja resiko untuk mengalami
kecelakaan kerja juga semakin besar. Misalnya saja, cleaning service yang bertugas membersihkan
langit-langit ruangan memerlukan tangga agar dapat membersihkan bagian tersebut. Resiko jatuh
dari tangga juga sangat memungkinkan untuk terjadi. Maka dari itu sangat perlu jaminan
kecelakaan kerja bagi mereka. Karena kecelakaan kerja yang mereka alami terjadi demi mengabdi
pada perusahaan. Agama Islam sangat menganjurkan keselamatan umat manusia di dunia maupun
akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari ancaman-ancaman yang
membahayakan diri. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Taghabun ayat 11.
Realita yang terjadi pada cleaning service yang bekerja di wilayah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis dalam naungan CV. Dian Abadi tidak mendapatkan jaminan atas kecelakaan kerja yang
layak. Menurut penuturan salah satu narasumber bernama Anto, CV. Dian Abadi tidak
menanggung biaya yang besar apabila terjadi kecelakaan kerja. Biaya yang ditanggung hanya
setara taraf Puskesmas. Dan menurut penuturannya, biaya itupun tidak ditanggung penuh oleh
perusahaan.
Pemeliharaan Keturunan Tidak Terpenuhi Pada Tingkat Dharuriyat
Selanjutnya pemeliharaan terhadap keturunan juga tidak kalah pentingnya. Karena
keturunan juga merupakan penerus kehidupan yang harus terpelihara dengan baik. Pemeliharaan
atas keturunan dalam peringkat dharuriyat seperti di syariatkan menikah dan dilarang berzina.
Sesuai pada observasi lapang, mendapatkan informasi bahwa CV. Dian Abadi tidak membatasi
usia menikah bagi pekerjanya. Tidak ada larangan menikah pada masa kerja tertentu. Perusahaan
memberikan kebebasan dan tidak menghalangi pekerja untuk tetap menyempurnakan agama
dengan cara menikah. Pekerja cleaning service yang bekerja di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya adalah kesemuanya laki-laki. Beberapa dari mereka ada yang telah
berkeluarga, ada pula yang masih lajang. Bagi yang telah berkeluarga tentunya ada beberapa jiwa
yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai kepala keluarga. Anak dan istri mereka merupakan
tanggung jawab yang wajib untuk diberi nafkah untuk pangan, sandang, dan papan. Dan bagi
seorang anak, tentu saja mereka membutuhkan pendidikan formal untuk masa depannya.
Pendidikan juga merupakan tanggung jawab orang tua untuk membiayai pendidikan mereka
hingga jenjang yang layak.
Bagi pekerja cleaning service yang telah menjadi kepala keluarga tentu saja harus bisa
membiayai keturunan mereka baik dari segi pendidikan maupun pangan mereka. Dengan upah
sebesar kurang lebih Rp 700.000,00 (tujuh ratus ribu rupiah) mereka harus pandai mengelola
keuangan rumah tangga agar tercukupi untuk kebutuhan anak-anak mereka. Tidak adanya jaminan
pendidikan untuk anak memaksa mereka untuk lebih disiplin mengelola keuangan ruma tangga.
Pada salah satu informan pada penelitian ini yang bernama Yoga, ia telah berkeluarga dan
memiliki satu orang anak. Menurut penuturannya, dengan penghasilannya sebagai cleaning
service, tidak mencukupi untuk biaya sekolah anaknya. Sehingga Yoga mensiasati keuangan
dibantu oleh istrinya dengan bekerja sebagai guru les privat murid sekolah dasar.
Tidak adanya biaya pendidikan bagi anak serta tidak mendapat bantuan biaya persalinan
bagi istri dapat menimbulkan kesulitan bagi kehidupan pekerja. Kesulitan tersebut dapat
menghambat kelangsungan hidup mereka sehingga dapat digolongkan sebagai kebutuhan yang
dharuriyat. Dengan tidak terpenuhinya jaminan bagi keturunan mereka maka pemeliharaan
terhadap keturunan dapat dikatakan masih kurang sempurna. Pemeliharaan Akal Terpelihara Pada Tingkatan Dharuriyat
Pemeliharaan atas akal yang pokok atau tergolong dalam tingkatan dharuriyat dapat
berupa pelarangan untuk minum minuman keras dan sejenisnya. Karena minuman keras dapat
merusak eksistensi akal sehat manusia. Dampak yang lebih jauh, apabila mengkonsumsi minuman
keras atau obat-obatan terlarang juga berpengaruh kepada kesehatan seseorang. Khamr atau
minuman keras meyebabkan manusia terhalang dari jalan Allah dan bisa menghilangkan akal dan
kesadaran. Sedangkan akal sangat dibutuhkan manusia untuk memahami perintah Allah. Larangan
mengenai mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan merujuk pada firman Allah dalam Al-Quran
Surat Al-Baqarah ayat 219.
Sejalan dengan itu, CV. Dian Abadi juga melarang pekerjanya untuk mengkonsumsi
minuman keras atau semacamnya yang dapat memabukkan. Peraturan tersebut dibuat karena
pengaruh dari minuman yang memabukkan dapat mempengaruhi performa kerja cleaning service
yang membutuhkan kesehatan fisik untuk menyelesaikan pekerjaannya. CV. Dian Abadi
memberlakukan punishment jika memergoki pekerja yang mengkonsumsi minuman keras atau
obat-obatan terlarang. Menurut pengakuan Ibu Nini selaku pihak CV. Dian Abadi, informasi
mengenai pekerja yang mengkonsumsi obat terlarang tersebut biasanya diketahui dari rekan
kerjanya sendiri sesama cleaning service. Adapun dapat terlihat dari keseharian mereka yang
mengkonsumsi sesuatu yang memabukkan adalah mereka menjadi mudah mengantuk dan malas
bekerja. Langkah awal yang dilakukan oleh perusahaan jika mendapat informasi salah seorang
pekerjanya mengonsumsi obat terlarang adalah dengan cara menegurnya. Tindakan lebih lanjut
diberlakukan punishment berupa pemutusan kontrak kerja. Karena dengan jejak rekam yang buruk
dari pekerja selama di lapangan, akan membawa dampak pula bagi nama baik perusahaan CV.
Dian Abadi selaku perusahaan yang bertanggung jawwab atas pekerja. CV. Dian Abadi tidak ingin
mitra bisnisnya merasa kecewa telah mempercayakan CV. Dian Abadi sebagai mitra bisnis yang
membantu kegiatan perusahaan.
Meskipun maksud dan tujuan dari pelarangan minuman keras dan obat terlarang oleh CV.
Dian Abadi adalah demi menjaga nama baik perusahaan, tanpa disadari aturan yang mereka
terapkan sebenarnya telah mengikuti aturan dalam Islam yang termaktub dalam lima tujuan syariat
yaitu memelihara akal.
Pemeliharaan Terhadap Harta Tidak Terpenuhi Sehingga Kemaslahatan Tidak Tercapai
Utuh
Pemeliharaan harta memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia. Harta merupakan
sesuatu materi yang dimiliki oleh manusia dimana untuk mendapatkannya harus dengan cara
bekerja.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, pekerja cleaning service mengabdikan
jasanya kepada perusahaan CV. Dian Abadi dengan cara bekerja sebagai tenaga kebersihan.
Dengan melaksanakan pekerjaan tersebut, mereka memperoleh upah yang diberikan setiap
bulannya. Upah yang mereka terima memang dibawah UMR yang berlaku di Kota Malang.
Padahal UMR yang telah di tetapkan oleh pemerintah tentunya telah melalui serangkain proses
analisis dan perhitungan kebutuhan hidup yang layak sesuai dengan harga-harga bahan pokok
yang berlaku pada periode tersebut. Dengan upah dibawah UMR, mereka kerap merasa pas-pasan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemeliharaan terhadap harta dalam maqashid syariah salah satunya dapat berwujud
penerimaan upah yang adil. Adil yang dimaksud bukanlah sama rata terhadap semua jabatan
pekerjaan, melainkan adil yang dimaksud adalah upah yang diterima sesuai dengan pekerjaan yang
mereka lakukan, serta tenaga yang dicurahkan. Dengan upah cleaning service yang dibawah UMR,
tentu saja hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi pekerja cleaning service. Terlebih pada mereka
yang telah berkeluarga dan memiliki anak. Timbul rasa takut tidak akan bisa memenuhi kebutuhan
keluarganya. Padahal untuk UMR yang telah ditentukan perhitungannya adalah untuk seorang
yang lajang. Ironisnya, realita yang ditemukan di lapangan adalah upah dibawah UMR untuk
pekerja yang telah berkeluarga. Sehingga, jelas untuk memenuhi kebutuhan anak dan istrinya
masih sangat kurang.
Pemeliharaan terhadap harta yang selanjutnya dapat ditinjau dari program dana pensiun
atau pesangon. Ketika telah habis masa kontrak cleaning service, mereka juga tidak mendapatkan
uang pesangon. Untuk jeda waktu antara mengakhiri pekerjaan dengan mendapatkan pekerjaan
yang baru tentu saja tetap memerlukan biaya untuk memenuhi kebutuhannya. Namun pada
realitanya hal ini tidak terpenuhi.
Merujuk pada temuan di lapangan yang menunjukkan bahwa upah yang mereka terima
masih dibawah UMR, bisa dikatakan bahwa upah yang mereka dapatkan tidak mencukupi untuk
kebutuhan hidupnya. Jangankan upah dibawah UMR, upah yang sudah UMR pun terkadang masih
kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi sebagian orang. Padahal UMR di hitung oleh
pemerintah berdasarkan perhitungan kebutuhan apa saja yang diperlukan seseorang serta range
harga kebutuhan tersebut menurut wilayah masing-masing. Jadi, UMR merupakan standar
minimal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka dari itu, upah merupakan hal pokok yang wajib
untuk diterima setiap pekerja. dengan demikian upah termasuk dalam tingkatan dharuriyat karena
keberadaannya sangat penting bagi manusia. Dengan berdasarkan temuan tersebut, upah dibawah
minimum yang diterima oleh pekerja cleaning service dapat dikatakan pemeliharaan atas harta
mereka belum terpenuhi secara utuh.
Jika berbicara masalah kemaslahatan maka tidak dapat dipisahkan dari maqashid syariah.
Maqashid syariah adalah tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh syariah untuk memastikan
kemaslahatan manusia. Tiga tingkatan maslahat tersebut merupakan suatu skala prioritas bagi
manusia. Maqashid syariah merupakan serangkaian aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Tujuan dari adanya maqashid syariah tidak lain adalah untuk mendatangkan kemaslahatan dan
mencegah kenudharatan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpluan
Dari seluruh hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya maka hal
yang dapat disimpulkan dari penelitian ini dapat di deskripsikan sebagai berikut: Pertama, dalam
proses kontrak yang dijalankan oleh CV. Dian Abadi yang melalui beberapa proses dimulai dari
perekrutan, perjanjian kontrak kerja, penentuan upah, penerimaan jaminan sosial, hingga mengenai
tunjangan, terdapat beberapa aspek yang tidak di dapatkan oleh pekerja cleaning service. Di
antaranya seperti upah yang diterima di bawah Upah Minimum Regional yang telah ditetapkan
pemerintah. Kemudian tidak adanya jaminan sosial yang layak. Serta tunjangan yang diterima oleh
pekerja cleaning service hanya tunjangan hari raya yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
Kedua, melalui beberapa aspek yang telah dijelaskan tersebut, apabila ditinjau melalui
lima poin perspektif maqashid syariah yaitu; pemeliharaan agama, pemeliharaan jiwa,
pemeliharaan keturunan, pemeliharaan harta dan pemeliharaan akal, maka tidak semua aspek dapat
dikatakan memenuhi ukuran kemaslahatan menurut maqashid syariah. Dalam hal pemeliharaan
agama dapat dikatakan memenuhi, namun hanya pada tingkatan dharuriyat saja sesuai dengan
beberapa indikator yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. Kemudian dalam hal pemeliharaan
jiwa dapat dikatakan belum optimal berdasarkan beberapa pertimbangan bila ditinjau dari jaminan
kesehatan serta jaminan kecelakaan kerja yang mereka terima. Jaminan tersebut tidak diperoleh
pekerja sebagaimana mestinya. Padahal jaminan tersebut merupakan kebutuhan yang penting dan
jika tidak terpenuhi akan mengancam jiwa mereka. Maka pada tingkatan dharuriyat dalam
pemeliharaan jiwa juga belum terpenuhi. Ketiga, dalam aspek pemeliharaan keturunan juga dapat
dikatakan kurang maksimal karena tidak ada jaminan atas pendidikan anak serta bantuan biaya
persalinan bagi istri pekerja cleaning service. Walaupun memang tidak ada larangan menikah pada
masa kerja tertentu. Namun, yang termasuk dalam kebutuhan yang dharuriyat lainnya tidak
terpenuhi yaitu bantuan biaya persalinan untuk istri serta biaya pendidikan anak. Selanjutnya
apabila ditinjau dari aspek pemeliharaan harta juga kurang maksimal diakarenakan upah yang
diterima masih jauh dibawah UMR dan tidak adanya jaminan pesangon jika kontrak telah
berakhir. Padahal, upah merupakan kebutuhan mendasar yang berhak diterima pekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Yang terakhir dalam pemeliharaan akal, dirasa sudah cukup
memenuhi karena CV.Dian Abadi telah menetapkan larangan untuk mengkonsumsi minuman
keras dan obat terlarang sesuai aspek pemeliharaan akal yang dharuriyat.
Saran
Saran yang dapat diberikan terkait hal-hal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kontrak kerja yang berstatus outsourcing hendaknya ditinjau ulang dan dipertegas aturannya
oleh pemerintah terutama mengenai hak-hak yang diterima oleh pekerja. Karena walaupun
sebagai pekerja outsourcing seharusnya mereka tetap mendapatkan upah yang layak dan
jaminan sosial yang sesuai.
2. Perusahaan vendor hendaknya mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah tanpa
mengurangi hak-hak yang seharusnya diterima oleh pekerja. Meskipun perusahaan dan
kebijakan yang dibuat di negara ini tidak berdasarkan asas Islam, tidak ada salahnya perspektif
maqashid syariah dapat menjadi tinjauan bagi kesejahteraan pekerja atau buruh karena
perspektif dalam maqashid syariah juga tidak bertentangan dengan aturan pemerintah. Hal ini
dimaksudkan agar tercipta kemaslahatan bagi masyarakat dalam berbagai lapisan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Basyir, Ahmad Azhar. 1994. Refleksi Atas Persoalan Keislaman : Seputar Filsafat, Hukum,
Politik, dan Ekonom. Bandung: Mizan.
BR, Arfida. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Divisi Riset PPM Manajemen. 2008. Outsourcing. Jakarta: PPM Manajemen
Ismail, Nurizal. 2014. Maqashid Syariah Dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta: Smart WR.
Khor, Martin. 2001. Globalisasi Perangkap Negara-negara Selatan. Yogyakarta: Cindelaras
Pustaka Rakyat Cerdas.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosidakarya.
Pasaribu, Chairuman dan Suhrawardi K. Lubis. 2004. Hukum Perjanjian dalam Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Putra, Nusa dan Ninin Dwilestari. 2012. Penelitian Kualitatif : Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Qorashi, Baqir Sharief. 2007. Keringat Buruh Hak dan Peran Pekerja dalam Islam. Jakarta: Al-
Huda
Saefulloh, Asep Ahmad. 2011. Kebijakan Outsourcing di Indonesia: Perkembangan dan
Permasalahan. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik. Vol.2, (No.1) Juni 2011
Soegianto, Marsha Yuliana, Eddy M. Susanto. 2013. Penerapan Strategi Alih Daya (Outsourcing)
di UD. Puyuh Plastik Ditinjau dari Ketentuan Perundang-Undangan dan Etika Bisnis. Agora
Vol.1, (No.1)
Wahyuni, Salamah, M.S Idrus Djumilah Zain, dan Minarti Rahayu. 2008. Outsourcing
Sumberdaya Manusia: Tinjauan dari Perspektif Vendor dan Karyawan. Jurnal Aplikasi
Manajemen Vol.9, (No.1) Januari 2011
top related