ekskursi geologi umum unibsa 2010
Post on 11-Jul-2015
3.206 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagai mahasiswa Teknik Pertambangan, semua yang telah kita pelajari
selama di kampus, akan diterapkan pengaplikasiannya secara langsung di
lapangan. Kita dituntut untuk tidak hanya bisa dalam teorinya saja, tapi
diharapkan mengerti juga dalam pengaplikasiannya. Dalam kegiatan di lapangan
kita akan melihat langsung keadaan alam yang akan kita survey nantinya.
Kegiatan Ekskursi Lapangan ini merupakan serangkaian kegiatan dari semua
yang telah kita pelajari di laboratorium geologi. Dari mulai kami belajar alat (GPS
dan Kompas), menghitung debit sungai (sebelumnya pernah diperkenalkan pada
saat ospek), Infiltrasi (daya serap tanah), hingga akhirnya cara menentukan titik
koordinat. Di lapangan, tepatnya di Desa Baranangsiang kami akan melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut, melakukan observasi/survey, serta pengambilan
data-data di lapangan yang nantinya akan kami olah data tersebut di Bandung.
Maksud dan Tujuan
Kegiatan Ekskursi Lapangan yang telah kami lakukan ini dimaksudkan agar
seluruh praktikan dapat mengetahui dan merasakan bagaimana keadaan di
lapangan. Selain itu diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan
mengenai seluruh kegiatan di lapangan. Adapun beberapa tujuan dari ekskursi
lapangan ini diantaranya :
Dapat menentukan tittik koordinat suatu tempat
Dapat menghitung debit sungai, kedalaman sungai, dan sedimentasi sungai,
serta dapat membuat penampangnya.
Dapat menghitung sumber daya batuan yang terdapat di pinggiran sungai.
Dapat menghitung kecepatan meresapnya air
Dapat mengukur keterdapatan muka air tanah (sumur) hingga akhirnya akan
digambarkan kedalam peta isofreatis.
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 2
LOKASI DAN KESAMPAIAN DAERAH
Pada kegiatan eskursi lapangan geologi umum dilakukan di daerah desa
Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi
Jawa Barat dengan koordinat yang dilaksanakan pada hari Rabu sampai dengan
Jumat 22 – 24 Juni 2011. Untuk mencapai desa Baranangsiang, kecamatan
Cipongkor , provinsi Jawa Barat dari kota Bandung dapat ditempuh selama 2
sampai dengan 3 jam menggunakan kendaraan roda empat. Jalan yang
ditempuh pada dasarnya bagus menggunakan aspal tetapi pada daerah
mendekati desa Baranangsiang, kecamatan Cipongkor , provinsi Jawa Barat
masih terdapat jalan yang rusak dan tidak diaspal. Desa ini masih termsuk
kedalam Kabupaten Bandung dengan luas daerah sekitas 755,50 Ha.
Lokasi Daerah
Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung,
terletak disebelah Barat Kota Bandung. Batas wilayah daerah Desa
Baranangsiang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Saguling Kecamatan Batujajar
Sebelah Selatan : Sungai Cijambu Desa Cijambu
Sebelah Barat : Kabupaten Cianjur
Sebelah Timur : Desa Sarinagen
Secara geografis desa baranang siang, kecamatan cipongkor kabupaten
bandung terletak antara 759430-759750 mS 9234679-9234124 mE. Kondisi
geografis daerah Baranangsiang mempunyai ketinggian tanah sekitar 725 m –
800 m diatas permukaan laut dan suhu udara rata-rata 20 oC – 26 oC.
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 3
Gambar 1
Kesampaian Daerah
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 4
GEOLOGI DAERAH KEGIATAN
Secara Regional
ENDAPAN-ENDAPAN DANAU BERSIFAT TUFAAN (0-125m) –
Lempung tufaan, batu pasir tufaan, dan konglomerat tufaan.
Membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di dataran
Batujajar. Mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa-sisa
tanaman, moluska air tawar, dan tulang-tulang binatang bertulang
belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.
ALUVIUM (0-3m)- Lempung, lanau, pasir, kerikil, terutama
endapan sungai sekarang, termasuk rombakan lereng di utara dan
selatan Cianjur.
BUKIT-BUKIT KECIL, TERUATAMA BERUPA BONGKAH-
BONGKAH BASAL – Membentuk gugusan bukit-bukit kecil di
atas dataran Cianjur. Cara terjadinya menyerupai gugusan-
gugusan bukit dekat Tasikmalaya.
HASIL GUNUNGAPI TUA (0-150m) : BREKSI, LAHAR, LAVA –
Breksi gunungapi, breksi aliran, endapan lahar dan lava
menunjukkan kekar lempeng dan tiang, susunannya antara
andesit dan basal.
BREKSI DAN LAHAR DARI G GEDE (0-100m) – Batu pasir
tufaan, serpih tufaan, bresksi tufaan dan aglomerat tufaan
membentuk dataran Cianjur.
FORMASI RAJAMANDALA ANGGOTA BATU GAMPING (0-
650m) – Batu gamping dan pejal, batu gamping berlapis.
Kebanyakan berwarna muda dengan poraminifera besar
berlimpah.
FORMASI RAJAMANDALA ANGGOTA LEMPUNG, NAPAL,
BATU PASIR KUARAS (1150m) – Lempung abu-abu tua sampai
hitam , lempung napalan, napal globigerina, batupasir kuarsa, dan
konglomerat kerakal kuarsa mengandung lembar-lembar mika,
jalur-jalur batubara, dan ambar
Ql
Qa
Qob
Oml
Omc
Qyc
Qyg
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 5
FORMASI CILANANG ANGGOTA BATUPASIR (300+m) –
Batupasir glaukonit bersifat gampingan lempung napalan dengan
kongkresi-kongkresi sangat berfosil mengandung fauna moluska
sebanyak 189 spesies, 33% diantaranya kini masih hidup
mengandung ambar dan lignit.
LAVA ANDESIT – Sebagian dari Pb tapi dapat dipetakan terpisah
terdapat di tenggara Cibeber.
ANDESIT : andesit-andesit augit, hipersten dan hornblende
dengan matrik yang mengaca, berbentuk retas, sil, neck, plug, dan
lain-lain.
BREKSI TUFAAN, LAVA, BATUPASIR, KONGLOMERAT :
Breksi bersifat andesit dan basal, lava, batupasir tufaan dan
konglomerat. Membentuk punggung-punggung tak teratur,
puncak-puncaknya tersendiri kadang-kadang curam. Di utara
Rajamandala terdiri dari aliran basal berstruktrur amigdaloid,
breksi aliran, breksi gunungapi dan batu pasir tufaan keras,
berlapis dengan sisa-sisa tanaman dan moluska. Di beberapa
tempat, breksi gunungapi dengan hornblende yang melimpah.
TUFA BATUAPUNG, BATUPASIR TUFAAN : Breksi tufaan
berbatuapung, batupasir tufaan, napal tufaan, mengandung
foraminifera kecil, berlapis baik. Bila lapuk, formasi ini bercorak
khusus, lunak, putih atau abu-abu muda dan dapat dikenal mudah
dari kejauhan. Di beberapa tempat terdapat tufa terkersikkan
(akik) dan kayu terkersikkan.
FORMASI CITARUM : anggota batupasir dan batulanau (1200m).
batupasir berlapis sempurna berselingan dengan batulanau,
batulempung, graywacke dan breksi.
FORMASI CITARUM : anggota breksi dan batupasir ( 800 + M ) –
breksi polimik dengan komponen bersifat basal, andesit dan
batugamping.
Pl
Mtjs
Pb
Mt
Mts
Mtb
a
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 6
Gambar 2 Geologi Regional
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 7
Secara Lokal
Wilayah ini merupakan daerah perbukitan serta dataran yang
bergelombang lemah. Dilihat dari peta geologinya, di daerah ini terdapat 6 warna
yang berbeda, dimana setiap warna mempunyai arti yang berbeda pula.
ENDAPAN-ENDAPAN DANAU BERSIFAT TUFAAN (0-125m) –
Lempung tufaan, batu pasir tufaan, dan konglomerat tufaan.
Membentuk bidang-bidang perlapisan mendatar di dataran
Batujajar. Mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa-sisa
tanaman, moluska air tawar, dan tulang-tulang binatang bertulang
belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.
ANDESIT : andesit-andesit augit, hipersten dan hornblende
dengan matrik yang mengaca, berbentuk retas, sil, neck, plug, dan
lain-lain.
FORMASI CITARUM : anggota batupasir dan batulanau (1200m).
batupasir berlapis sempurna berselingan dengan batulanau,
batulempung, graywacke dan breksi.
FORMASI CITARUM : anggota breksi dan batupasir ( 800 + M ) –
breksi polimik dengan komponen bersifat basal, andesit dan
batugamping.
BREKSI TUFAAN, LAVA, BATUPASIR, KONGLOMERAT :
Breksi bersifat andesit dan basal, lava, batupasir tufaan dan
konglomerat. Membentuk punggung-punggung tak teratur,
puncak-puncaknya tersendiri kadang-kadang curam. Di utara
Rajamandala terdiri dari aliran basal berstruktrur amigdaloid,
breksi aliran, breksi gunungapi dan batu pasir tufaan keras,
berlapis dengan sisa-sisa tanaman dan moluska. Di beberapa
tempat, breksi gunungapi dengan hornblende yang melimpah.
TUFA BATUAPUNG, BATUPASIR TUFAAN : Breksi tufaan
berbatuapung, batupasir tufaan, napal tufaan, mengandung
foraminifera kecil, berlapis baik. Bila lapuk, formasi ini bercorak
khusus, lunak, putih atau abu-abu muda dan dapat dikenal mudah
dari kejauhan. Di beberapa tempat terdapat tufa terkersikkan
(akik) dan kayu terkersikkan
Ql
Pb
Mt
a
Mts
Mtb
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 8
Gambar 3 Geologi Lokal
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 9
TOPOGRAFI DAERAH KEGIATAN
Morfologi
Desa Baranangsiang, Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung
mempunyai keadaan topografi yang didominasi gelombang lemah tetapi dataran
serta perbukitan pun cukup banyak . terbukti dengan persen lereng yang kita
dapat rata- rata 2-8 %. Dan juga pada daerah ini mempunyai ketinggian tanah
sekitar 725 m – 800 m diatas permukaan laut. ( Peta Topografi Terlampir )
Foto 1
Gelombang Lemah
Vegetasi
Secara keseluruhan wilayah daerah Desa Baranangsiang, Kecamatan
Cipongkor Kabupaten Bandung adalah wilayah persawahan. Pada daerah ini
vegetasinya cukup beragam seperti pohon jambu, pohon papaya, pohon
mangga, pohon singkong, pohon nangka dan yang lainnya tetapi didominasi oleh
pohon kelapa, serta pohon pisang.
Foto 2
Vegetasi Daerah Setempat
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 10
HASIL KEGIATAN
Tracking
Kegiatan ini dilakukan pada hari rabu, pada tanggal 22 Juni 2011 jam
13.00 - 14.00 WIB dengan cuaca cerah panas. Pada kegiatan ini kita mencari
batas – batas wilayah yang akan diambil koordinatnya yang merupakan wilayah
pemetaan peta topografi serta peta isofreatis pada. Didalam pencariannya kita
terlebih dahulu menghitung data yang ada pada peta kemudian diolah dan dapat
diketahui koordinat batasan wilayah pemetaan kita.
Foto 3
Titik A1
Foto 4
Titik B1
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 11
Tabel 1 Pemetaan koordinat 4 titik
Koordinat Titik Vegetasi
Utara Selatan
0750569 9234710 A1 (002) Pohon pisang, pohon nangka,
0759979 9234716 BI (003) Padi, pohon kelapa, pohon nangka, talas
0759965 9234295 C1 (004) Pohon pepaya, pohon mangga, padi, pohon pisang
07596818 9234295 D1 (005) Semak – semak dan pohon pinus
Balai desa
Pengamatan dengan kondisi cerah dan panas pada jam 13:26 tanggal 22
juni 2011.
GPS 0759509 – 759000 : 509
9234530 – 9234000 : 530
Tabel 2 Pemetaan Balai Desa
Arah foto N 13˚ E
Morfologi gelombang lemah
Vegetasi pohon kelapa, pohon mangga.
Debit Air Sungai
Kegiatan ini dilakukan pada hari rabu, 22 Juni 2010 jam 14.30 - 17.00
WIB dengan cuaca cerah. Pengukuran Debit air sungai dilakukan di sungai
Cijambu, sungai ini mempunyai endapan sedimentasi berupa pasir halus, pasir
kasar, kerikil, kerakal serta berangkal. Pada bibir sungai di tumbuhi oleh berbagai
macam tumbuhan, seperti rumput, ilalang, dan putri malu.
X1 Y1
4,4 = 1000 4,4
X1 = 509 Y1 = 530
X1 = 2,2396 Y1 = 2,332
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 12
1 m 1 m 1 m
Section 15 Section 14 Section 13 Section 12
Gambar 4 Sketsa Aliran Sungai
Foto 5
Pengukuran Debit Air Sungai Cijambu
Tabel 3 Data Debit Air Sungai
Section Lebar Kedalaman Luas
1 10 meter 0,428 meter 1,75 m2
2 9,7 meter 0,437 meter 1,575 m2
3 9,9 meter 0,420 meter 2,4625 m2
4 9,4 meter 0,450 meter 1,7825 m2
Rata - rata 9,75 meter 0,434 meter
Contoh perhitungan Luas Section
Luas Section = Skala vertikal x Skala Horizontal x Skala Peta
Luas Section 1 = 0,1 x 0,5 x 70 x 0,5 = 1,75 m2
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 13
Perhitungan debit air ( Metoda Teoritis)
Kecepatan air =
Kecepatan Air = = 0,09 m/s
Waktu tempuh rata2 =
Debit (Q) = kecepatan air x lebar sungai x kedalaman
Debit (Q) = 0,09 m/s x 9,75 m x 0,434
= 0,380835
= 0,381
Perhitungan debit air ( Metode penampang)
Waktu tempuh rata2=
Waktu tempuh rata2=
Volume
V12 =
V12 =
V23 =
=
= 2,01875 m3
V34 =
=
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 14
Q (debit air) =
Q (debit air) =
=
= 0,18 m3/s
Sumber Daya Batuan
Kegiatan ini dilakukan pada hari rabu, 22 Juni 2010 jam 17.00 –
17.30 WIB dengan cuaca cerah. Pengamatan Sumber Daya Batuan dilakukan di
bibir sungai Cijambu, sungai ini mempunyai endapan sedimentasi berupa pasir
halus, pasir kasar, kerikil, kerakal serta berangkal. Pada bibir sungai di tumbuhi
oleh berbagai macam tumbuhan, seperti rumput, ilalang, dan putri malu.
15 m 1 m
15 m t = 10 cm 1 m t = 10 cm
Gambar 5 Daerah Sumber Daya Batuan
Foto 6
Pengamatan Sumber Daya Batuan
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 15
Tabel 4 Sumber Daya Batuan
Jenis Batuan Jumlah Total Sumber Daya
Batuan Bongkah 0 0
Berangkal 84 1890
Kerakal 438 9855
Kerikil 556 12510
Total Keseluruhan 1078 24255
Tabel 5 Persentase Batuan
Persentase Batuan Total
% Bongkah 0 %
% Berangkal 7,79 %
% Kerakal 40,63 %
% Kerikil 51,57 %
Volume 1 = 15 x 15 x 0,1
= 22,5 m3
Volume 2 =1 x 1 x 0,1
=0,1 m3
Contoh Perhitungan
Total Sumber Daya Batuan = Jumlah Batuan x Volume 1
Total Sumber Daya Batuan Berangkal = 84 x 22,5 m3
= 1890
Persentase Batuan =
Persentase Berangkal = %
= 7,79 %
Uji Infiltrasi
Kegiatan ini dilakukan pada hari rabu, pada tanggal 22 Juni 2011 jam
18.00 – 19.00 WIB dengan cuaca cerah. Kegiatan ini dilakukan dilapangan
dibawah sutet. Uji infiltrasi ini dilakukan untuk dapat mengetahui kecepatan
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 16
resapan air pada lapisan tanah yang mempunyai nilai permeabilitas. Uji infiltrasi
ini dilakukan dengan menggunakan 2 bentuk ruang yang berbeda. Pertama
menggunakan media yang berbentuk silinder dan yang kedua dengan
menggunakan media yang berbentuk kubus. ( Sketsa Terlampir )
Foto 7
Kegiatan Uji Infiltrasi
Silinder
Dengan Diameter 10,4 cm (Jari-jari 5,2 cm) dan Tinggi 21 cm
Volume = x t
= 3,14.(5,2)².21
= 178,92 cm3
= 1,78 liter
Waktu = 3,08 menit 184,8 Detik
Kecepatan Resap (D) =
Kecepatan Resap (D) =
= 5,411 x 10-5m/s
Permeabilitas tanah (K) =
=
= 18.480,87 m-1 x 5
Kubus
Dengan panjang rusuk 12 cm dan sisa air sebanyak 10 x 6 cm.
Volume = S³
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 17
Volume = 12³
= 1778 cm3
= 1,728 Liter
Waktu = 1 menit 47,81 detik 107,815 Detik
Kecepatan Resap (D) =
Kecepatan Resap (D) =
=
Permeabilitas Tanah (K) =
Permeabilitas Tanah (K) =
= 7704,16 m-1 x 5
Pemetaan Topografi
Kegiatan ini dilakukan pada hari kamis, 23 Juni 2010 jam 08.30 - 10.30
WIB dengan cuaca cerah. Pada kegiatan ini kita akan mencari dan mengetahui
titik koordinat serta titik elevasi atau titik ketinggian yang sebagai bahan data
mengolah peta topografi. Pada wilayah yang kami dapat lebih dari 35 titik yang
kita ambil.( Tabel dan Peta Terlampir )
Foto 8
Kegiatan Pemetaan Topografi
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 18
Pemetaan Isofreatis
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan Pemetaan Topografi.
Pemetaan Isofreatis ini bertujuan untuk mengetahui sebaran muka air tanah di
suatu wilayah (tepatnya di Desa Baranangsiang). Daerah survei kami masih
dekat dengan pemukiman warga, sehingga sumur – sumur yang kami temukan
cukup banyak dibandingkan dengan kelompok yang mendapat blok di daerah
pegunungan. Sumur yang kami temukan kebanyakan berada di dalam rumah
warga, selaain itu juga kami temukan di daerah persawahan. ( Tabel dan peta
Terlampir )
Foto 9
Pemetaan Isofreatis
Elevasi MAT = Elevasi Topografi - ∆ H ( H2-H1)
Contoh Perhitungan Elevasi MAT
H1 = 0,48 m ( ketinggian bibir sumur ke permukaan tanah)
H2 = 0,78 m ( ketinggian bibir sumur ke air )
Elevasi = 647 mdpl
MAT = 647 - ( 0,78 -0,48 )
= 646,7
Bendungan
Kegiatan ini dilakukan pada hari ketiga pada hari jumat pada tanggal 23
juni 2011 pada jam 09.00 – 10.30 WIB dengan kondisi sangat cerah. Bendungan
Saguling terletak pada PLTA Saguling sekitar 30 km sebelah barat dari kota
Bandung. Dalam Bendungan ini dialiri dari sungai Citarum kemudian setelah
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 19
dibendung dialirkan ke turbin pembangkit listrik dan airnya dialirkan kembali ke
sungai Citarum.
Kualitas air bendungan saguling sangat jelek karena pada
pembendungan dari sungai Citarum tidak dilakukan proses filtrasi tetapi langsung
material yang terbawa dari sungai tersebut ikut masuk dalam bendungan.
Didalam bendungan diatur sedemikian rupa dengan lapisan clay atau lempung
pada bagian dasar untuk mencegah air masuk kedalam tanah, clay ini
merupakan batuan inpermeable atau air tidak dapat menerobos kedalam batuan
tersebut. Dan pada bagain atas nya ditahan dengan batuan beku yang
mempunyai ketahanan yang lebih baik dan untuk menopang bendungan tersebut
akibat sifat – sifat dari batuan beku.
Di dalam bendungan ini pinggirannya tidak rata tetapi miring dibuat
seperti dataran yang mempunyai kemiringan ini dimaksudkan untuk menahan
beban dan gaya dari bendungan tersebut. Fungsi dari bendungan Saguling ini
merupakan sebagai PLTA dalam system kelistrikan se-Jawa dan Bali. Didalam
pelaksanaanya Bendungan Saguling ini mempunyai batas ketinggian bendungan
, jika volume bendungan dan akhirnya mengakibatkan ketinggian air meningkat
dan melebihi ambang batas maka air yang ada di dalam bendungan tersebut di
buang melalui pintu air yang telah disiapkan. Bendungan ini terletak di
ketinggian, bentukan bendungan dibuat tidak simetris tetapi berbentuk
nonsimetris dengan salah satunya oval meliuk – liuk ini dapat dimungkinkan
supaya menahan gaya yang berasal dari be ndungan tersebut yang sangat besar
sesuai dengan volumenya.
.
Foto 10 Bendungan Saguling
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 20
ANALISA
Debit Air Sungai
Pada pengukuran debit sungai kita dapat menggunakan dua metode yaitu
metode teoritis dan metode penampang. Kedua hasil perhitungan
tersebut sangat jauh berbeda, dikerenakan ketelitiannya pun berbeda.
Pada metode teoritis, hasilnya tidak terlalu akurat karena disini kita
menggunakan hasil rata-rata dalam menghitung lebar dan kedalaman
sungai nya. Dalam hal ini berarti bentuk sungai dianggap lurus (simetris),
namun pada kenyataan nyaa bentuk sungai itu berbelok (tidak rata).
Sedangkan pada metode penampang, hasil perhitungan yang didapat
lebih akurat. Dalam hal ini kita tidak mengambil hasil perhitungan rata-
rata, tetapi melihat pada kondisi yang sebenarnya.
Uji Infiltrasi
Pada kegiatan uji infiltrasi, kita menggunakan dua bentuk bangun ruang
yang berbeda, yang pertama silinder dan yang kedua bebentuk balok.
Pada infiltarasi yang menggunakan media berbentuk balok, air akan lebih
sepat meresap dibandingkan dengan uji infiltrasi pada media yang
berbentuk silinder. Hal ini dikarenakan pada media yang berbentuk balok
terdapat empat titik sudut di setiap ujung-ujungnya sehingga penyerapan
air akan lebih cepat. Lain halnya dengan penyerapan pada media yang
berbentuk silinder/tabung yang hanya mempunyai satu titik serap
(menyerap secara vertikal saja) sehingga air yang dimasukkan
kedalamnya akan lebih lambat terserapnya dibandingkan dengan yang
bentuk balok.
Pemetaan Topografi dan Isofretis
Pada kegiatan ini kita harus memplot terlebih dahulu titik mana yang
akan kita tentukan. Kemudian kita masukan ke dalam GPS, dari GPS lah
kita dapat melihat dan mencari titik – titik plot yang kita punya. Data yang
diamati antara lain adalah, elevasi, vegtasi, cuaca dan juga koordinat.
Pada Isofreatis data yang digunakan sama tetapi ditambah untuk
menghitung Muka Air Tanah dengan H1 = ketinggian muka bibir sumur
terhadap tanah dan H2 = ketinggian muka bibir sumur terhadap air
sumur.
Laporan Ekskursi Lapangan Geologi Umum 2011
Laboratorium Geologi 21
KESIMPULAN Berdasarkan hasil ekskursi lapangan yang kita lakukan selama tiga hari
dari mulai tanggal 22 juni 2011 sampai dengan tanggal 24 juni 2011, banyak
kegiatan yang kami lakukan disana, mulai dari tracking, menghitung debit air,
sumber daya batuan, Uji infiltrasi, Pemetaan Topografi, Pemetaan Isofreatis,
hingga akhirnya berkunjung melihat bendungan saguling.
Dari semua kegiatan tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
diantaranya :
Dalam menentukan titik koordinat didapat titik A1 ( 002 ) 0759569 9234710,
B1 ( 003 ) 0759979 9234716, C1 ( 004 ) 0759965 9234295 dan D1 (
7596818 9234295)
Dalam menghitung debit air sungai, menggunakan metode penampang
dihasilkan data 0,18 m3/s dan menggunakan metode teoritis 0,381
Dalam menentukan Sumber Daya Batuan didapat bongkah 0 %, berangkal
7,79 %, kerakal 40,63 % dan kerikil 51,57 %
Dalam uji infiltarsi, penyerapan pada media yang berbentuk balok akan lebih
cepat meresap dibandingkan dengan uji infiltrasi pada media yaang
berbentuk silinder.
Pada pemetaan isofreatis kita menggunakan banyaknya sumur sebagai data
dengan rumus : Elevasi MAT = Elevasi Topografi - ∆ H ( H2-H1)
top related