eliminasi urin
Post on 25-Oct-2015
206 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Laporan Pendahuluan
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
Oleh
Tisnawati
NIM : 09103084105455
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
TAHUN 2013/2014
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urin
A.
A. Definisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pmbuangan
dapat melalui urine dan bowel (tarwoto, wartonah, 2006).
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B. . Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :
1. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding
abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan
kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh –
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle
yang terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak
juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler
secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang
keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya
yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal
kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat
lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai
tubulus kontortus distal.
a. Bagian – Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga
ginjal (pelvis renalis).
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah
yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung
kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus.
Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara
glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan
simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam
simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh
yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum
ginjal.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid
renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau
papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah
tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan
duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut
dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang
merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini
terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi,
setelah mengalami berbagai proses.
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong
lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua
atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor,
urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam
kandung kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal:
1) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,
misalnya amonia.
2) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.
c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :
1) Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke
dalam urine.
2) Mengukur konsentrasi urenum darah.
Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas
kadar normal (20 – 40) mg%.
3) Tes konsentrasi
Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi
berat jenisnya naik.
Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal
d. Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria
renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris
kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus
dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal)
terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan
2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter
sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat
ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di
belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi.
kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung
kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing
tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior
berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri
umbilikalis.
4. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis
panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran
ekskresi.
5. Urine (Air Kemih)
1. Sifat – sifat air kemih
Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake)
cairan serta faktor lainnya.
Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Baerat jenis 1.015 – 1.020.
Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
Pigmen (bilirubin, urobilin)
Toksin
Hormon
C. Mekanisme Pembentukan Urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120
125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
D. Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat
dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal
bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila
diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada
pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke
ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang
merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah
penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
d. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung
kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam
kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh
pusat – pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh
kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.
E. Ciri – ciri Urine Normal
Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
a. Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine
(jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga
dapat meningkatkan pembentukan urine.
b. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan
jumlah urine.
c. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
d. Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.
e. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan
berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
f. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-
Ial tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan
untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol
buang airkecil
g. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
h. Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya
kultur pada masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat
tertentu9. Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih
dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
i. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah
otioti kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
j. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi
menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari
k. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau
penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan
jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urine.
l. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah
asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat
menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.
Kelainan- kelainan pada sistem perkemihan
Masalah-masalah dalam Eliminasi
Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola
urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression).
Penyebab umum masalah ini adalah :
- Obstruksi
- Pertumbuhan jaringan abnormal
- Batuk
- Infeksi
- Masalah-masalah lain.
Retensi :
a. Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan
kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Menyebabkan distensi kandung kemih
c. Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml
d. Urine ini merangsang refleks untuk berkemih.
e. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak
3000 – 4000 ml urine
Tanda-tanda klinis retensi
a) Ketidaknyamanan daerah pubis.
b) Distensi kandung kemih
c) Ketidak sanggupan unutk berkemih.
d) Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
e) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
f) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
5. Inkontinensi urine
a) Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk
mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih
b) Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensia sampai
inkontinensi komplit
c) Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia sampai
inkontinensi sebagian
Penyebab Inkontinensi
a) Proses ketuaan
b) Pembesaran kelenjar prostat
c) Spasme kandung kemih
d) Menurunnya kesadaran
e) Menggunakan obat narkotik sedative
I. Perubahan pola berkemih
d) Frekuensi
a. Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan
b. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena
cystitis
c. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil
d. Canture / nokturia – meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari,
tetapi ini tidak akibat meningkatnya intake cairan.
e. Urgency
Adalah perasaan seseorang untuk berkemih
Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi
jika tidak berkemih
Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol
sfingter eksternal.
f. Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma
pada kandung kemih dan urethra.
g. Polyuria
1. Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan
2. Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik
3. Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat
badan.
h. Urinari suppresi
1. Adalah berhenti mendadak produksi urine
2. Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada
kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa
3. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100
ml/hari disanuria
4. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut
oliguria misalnya 100 – 500 ml/hari
5. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka
bakar dan shock.
G. Masalah Eliminasi Urine
Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih. Penyebab distensi bladder adalah urine yang terdapat dalam bladder
melebihi 400 ml. Normalnya 250-400 ml.
Inkontinensia Urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol
ekskresi urine. Ada 2 jnis inkontinensia :
pertama, stress inkontinensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra-abdomen
meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa
kedua, urge inkontinensia yaitu inkontinensia yang terjadi saat klien terdesak ingin
berkemih, hal ini terjadi akibat infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme bladder.
Enurisis
Merupakan ketidaksanggupan menahan kemih (mengompol) yang diakibatkan karena
ketidakmampuan untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak
atau orang jompo.
H. Perubahan Pola Berkemih
1. Frekuensi : meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake cairan yang meningkat,
biasanya terjadi pada cystitis, stress dan wanita hamil.
2. Urgency : perasaan ingin segera berkemih dan biasanya terjadi pada anak-anak karena
kemampuan spinter untik mengontrol berkurang.
3. Dysuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih misalnya pada infeksi saluran
kemih, trauma dan struktur uretra.
4. Polyuria : produksi urine melebihi normal, tanpa peningkatan intake cairan misalnya
pada pasien DM.
5. Urinary supression : keadaan diman ginjal memproduksi urin secara tiba-tiba. Anuria
(urine kurang dari 100 ml/24 jam), olyguria (urine berkisar 100-500 ml/24 jam).
I. Pelaksanaan (tindakan Keperawatan)
Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan
Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga
dibeda-bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain :
pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam.
a) pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan
urine seperti biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau
kehamilan.
b) pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan
menggunakan alat steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan
keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui
adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.
c) pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan
dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan
mnegukur berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal.
Alat :
1. botol penampung beserta penutup
2. etiket khusus
Prosedur Kerja
1. mencuci tangan
2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK,
keluarkan urine setelah itu tampung dengan meggunakan botol
4. bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurka pasien untuk BAK dan anjurkan
untuk menampung urine ke dalam botol.
5. catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan
6. cuci tangan
Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal
Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan menggunakan
alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine
(warna dan jumlah)
Alat dan bahan :
1. urinal
2. pengalas
3. tisu
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. jelaskna prosedur pada pasine
3. pasang alas urinal di baah glutea
4. lepas pakaian bawah pasien
5. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha
6. anjurkan pasien untuk berkemih
7. setelah selesai, rapikan alat
J. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Urine meliputi Volime, warna, Berat Jenis, Ph, Protein,
Bikokarbonat, warna tambahan, dan osmolalitas.
pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, Natrium, pencitraan
radionuklida, dan Klorida, fosfat, dan magnesium meningkat.
pemeriksaan ultrasound ginjal
arteriogram ginjal
EKG
CT Scan
Endourologi, Urografi ekskretorius, sistouretrogram berkemih
BLADDER TRAINING
Definisi
Bladder training adalah suatu latihan yang dilakukan dalam rangka melatih otot otot
kandung kemih.
Tujuan
Untuk mengembalikan pola kebiasaan berkemih
Hal hal yang perlu disiapkan :
Tentukan pola waktu biasanya klien berkemih sendiri. Bila tidak dapat dibuat pola
berkemih, rencanakan waktu ke toilet, misal 1 – 2 jam sekali.
Usahakan agar intake cairan sekitar 2 – 3 liter/hari
Posisi berkemih yang normal dan nyaman
Prosedur :
Sesuai dengan pola waktu berkemih yang telah ditentukan, usahakan agar klien
mempertahankan saat klien merasa ingin berkemih baik urgen atau tidak. Kontraksi
dan relaksasi secara teratur akan meningkatkan tonus otot bladder dan meningkatkan
kontrol volunter.
Berikan cairan sekitar 30 menit sebelum waktu BAK sesuai pola tersebut sebanyak
600 – 800cc. Intake cairan ini untuk membantu proses produksi urine yang adekuat,
sehingga merangsang refleks miksi.
Lakukan program untuk meningkatkan tobus otot abdomen dan pelvis melalui
latihan kegel’s caranya :
a. Posisi klien duduk atau berdiri dengan kaki diregangkan.
b. Kontraksikan rektum, uretra dan vagina ke arah atas dalam lalu tahan selama 5
detik. Kontraksi seharusnya dirasakan pada panggul.
d. Ulangi latihan tersebut 5 – 6 kali pada tahap awal dengan interval waktu.
Setelah otot semakin kuat tingkatkan jumlah latihan sampai akhirnya dapat
melakukan sampai 200 kali tiap hari.
Cobakan klien untuk memulai dan menhentikan aliran urine.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
Pola berkemih
Gejala dari perubahan berkemih
Faktor yang memengaruhi berkemih
b) Pemeriksaan fisik
Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder, pembesaran ginjal,
nyeri tekan, tenderness, bising usus.
Genetalia wanita
Inflamasi, nodul, lesi, adanya sekret dari meatus, keadaan atropi jaringan vagina.
Genetalia laki-laki
c) Kebersihan, adanya lesi, terderness, adanya pembesaran skrotum. Intake dan output
cairan
Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
Kebiasaan minum di rumah.
Intake, cairan infus, oral, makanan, NGT.
Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
Output urine dari urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
Karakteristik urine : warna, kejernihan, bau, kepekatan.
d) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan urine (urinalisis):
Warna (N : jernih kekuningan)
Penampilan (N: jernih)
Bau (N: beraroma)
pH (N:4,5-8,0)
Berat jenis (N: 1,005-1,030)
Glukosa (N: negatif)
Keton (N:negatif)
Kultur urine (N: kuman patogen negatif).
2. Diagnosa keperawatan dan intervensi
Gangguan pola eliminasi urine: inkontinensia
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengendalikan pengeluaran urine.
Kemungkinan berhubungan dengan :
1. Gangguan neuromuskuler
2. Spasme bladder
3. Trauma pelvic
4. Infeksi saluran kemih
5. Trauma medulla spinalis
Kemungkinan data yang ditemukan :
1. Inkontinentia
2. Keinginan berkemih yang segera
3. Sering ke toilet
4. Menghidari minum
5. Spasme bladder
6. Setiap berkemih kuramg dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan :
1. Klien dapat mengontrol pengeluaran urine setiap 4 jam.
2. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urine.
3. Klien berkemih dalam keadaan rileks.
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi
dokter/fisioterapi
3. Kolaborasi dalam bladder training
4. Hindari faktor pencetus inkontinensia urine
seperti cemas
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pengobatan dan keteterisasi
6. Jelaskan tentang:
Pengobatan
Kateter
1. Membantu mencegah
distensi atau
komplikasi
2. Meningkatkan
kekuatan otot ginjal
dan fungsi bladder
3. Menguatkan otot
dasar pelvis
4. Mengurangi/
menghidari
inkontinensia
5. Mengatasi faktor
Penyebab
Tindakan lainnya.
penyebab
6. Meningkatkan
pengetahuan dan
diharapkan pasien
lebih kooperatif.
Retensi urine
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu mengosongkan bladder secara tuntas.
Kemungkinan berhubungan dengan :
- Obstruksi mekanis.
- Pembesaran prostat.
- Trauma.
- Pembedahan.
- Kehamilan.
Kemungkinan data yang ditemukan :
- Tidak tuntasnya pengeluaran urine
- Distensi bladder.
- Hipertropi prostat.
- Kanker.
- Infeksi saluran kemih.
- Pembedahan besar abdomen.
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan
bladder setiap 2
jam
2. Ukur intake dan
output cairan setiap
4 jam
3. Berikan cairan
2000 ml/hari
dengan kolaborasi
1. Menentukan masalah
2. Memonitor keseimbangan cairan
3. Menjaga defisit cairan
4. Mencegah nokturia
5. Membantu memonitor keseimbangan cairan
6. Meningkatkan fungsi ginjal dan bladder
7. Relaksasi pikiran dapat meningkatkan
kemampuaan berkemih
4. Kurangi minum
setelah jam 6
malam
5. Kaji dan monitor
analisis urine
elektrolit dan berat
badan
6. Lakukan latihan
pergerakan
7. Lakukan relaksasi
ketika duduk
berkemih
8. Ajarkan
tehniklatihan
dengan kolaborasi
dokter/fisioterapi
9. Kolaborasi dalam
pemasangan
kateter
8. Menguatkan otot pelvis
9. Mengeluarkan urine
Tujuan yang diharapkan :
a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran bladder setiap 4 jam.
b. Tanda dan gejala retensi urine tidak ada.
Daftar Pustaka
Kozier, B., Erb, G & Oliveri, R. (1996). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process Practice. (4th
Ed.) California: Addson-W
A.Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar manusia: Aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
A.Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Hidayat. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk
kebidanan. Salemba Medika. Jakarta
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan eplikasi kebutuhan dasar klien. Salemba
medika. Jakarta
Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar manusia dan proses keperawatan.ed3. salemba medika.
jakarta
top related