empat kebenaran mulia
Post on 17-Aug-2015
57 Views
Preview:
TRANSCRIPT
4 Kebenaran Mulia
1. PendahuluanA. Salah satu dari Hukum Kebenaran
Mutlak
MUTLAK??? Yaitu tidak mengenal
Ke : Keadaan Tu : Waktu Pat : Tempat
Hukum-hukum Kebenaran Mutlak 1. 4 Kebenaran Mulia 2. Kamma dan Tumimbal-lahir 3. 3 Corak Universal 4. Sebab-akibat yang Saling
Mengondisikan
4 Kebenaran Mulia
1) Kebenaran Mulia tentang Dukkha. (Dukkha Ariya sacca)2) Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha. (Dukkha Samudaya Ariya Sacca)
3) Kebenaran Mulia tentang Terhentinya Dukkha (Dukkha Nirodha Ariya Sacca). 4) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Terhentinya Dukkha.
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariya Sacca)
(Cattari Ariya Saccani)
Mana yang lebih tepat : 4 Kebenaran Mulia atau 4 Kesunyataan Mulia ?
Kesunyataan berasal berasal dari bahasa Jawa yang artinya Kebenaran.
Jadi, secara makna 4 Kesunyataan Mulia tidak salah. Hanya secara kosa kata kurang tepat karena menggunakan bahasa campuran.
Mana yang lebih tepat : asal mula dukkha atau sebab dukkha ?
Segala sesuatu timbul karena ada sebab-sebab yang mengondisikan , jadi ada sebab terdekat
Kalau asal mula tidak dibahas. Tidak dibahas sebab awal ( Causa Prima)
karena: segala sesuatu itu merupakan perpaduan. Jadi
banyak kondisi untuk terjadinya sesuatu. Kalau ada sebab awal, lalu apa yg menyebabkan adanya sebab awal tersebut?
Mana yang lebih tepat :terhentinya dukkha atau lenyapnya dukkha ?
Kalau lenyap, dari ada sesuatu lalu tiba tibahilang/musnah ditolak Sang
Buddha
Kalau terhenti karena bahan bakarnya habis (LDM nya habis) , sehingga tidak timbul lagi.
DUKKHA
Ketidak-puasan
Kondisi LDM
Dukkha karena kondisi tidak bisa dihindari
DUKKHA
Umat Buddha PESIMIS ???
Definisi “Pesimis”Menurut KBBI online :
orang yg bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir
kalah, rugi, celaka, dsb); orang yg mudah putus (tipis) harapan
Umat Buddha Bukan Pesimis
Lalu apakah umat Buddha Optimis???
Definisi “Optimis” menurut KBBI online :
orang yg selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam
menghadapi segala hal
Umat Buddha juga bukan Optimis
Lantas ???REALISTIS Bersifat wajar
AnalogiSakit dan Dokter
No. Empat Kebenaran Mulia Sakit dan Dokter
1. Tahu dan mengerti bahwa hidup adalah DUKKHA
Tahu dan mengerti jika kita sedang sakit dan pergi ke dokter
2. Tahu dan mengerti tentang sebab DUKKHA yang kita alami
Tahu dan mengerti penyebab dari sakit yang kita alami
3. Tahu dan mengerti bahwa ada terhentinya DUKKHA
Tahu dan mengerti ada obat yg menyembuhkan sakit tsb sehingga sembuh dari sakit
4. Tahu, mengerti dan melaksanakan jalan menuju terhentinya DUKKHA
Menebus resep obat dan meminum obat untuk menyembuhkan sakit.
.
B.Isi dari Empat Kebenaran Mulia
Dukkha
SebabDukkha
TerhentiDukkha
Jalan TerhentiDukkha
Ketidak-puasan
KeinginanRendah
NIBBANA
Jalan Mulia Berunsur 8
Hasil
Sebab
Hasil
Sebab
1 Bagian menjelaskan Dukkha
1 BagianMenjelaskan
Magga/jalan
Urutannya tidak boleh dibolak balik, karena sudah tepat
Dukkha ada sebabnya Terhentinya Dukkha ada Jalannya
Pendekatan Modern Penyelesaian MasalahVS
Empat Kebenaran Mulia
1. Memahami suatu masalah dan menganalisa masalah tersebut
2. Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah tersebut
3. Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan mencari cara penyelesaiannya
4. Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan menjalankan caranya
Hal tersebut menunjukkan kecerdasan SangBuddha dan cara berpikir yang sangat logis
C. Empat Kebenaran Mulia Merupakan Ajaran Pokok dalam Buddha Dhamma
D. Riwayat dibabarkan Empat Kebenaran Mulia- Di Benares, Taman Rusa Isipatana
- Kepada lima orang petapa
- Nama khotbahnya: Dhammacakkappavatana Sutta
(Khotbah Pemutaran Roda Dhamma)
- Khotbah pertama dan terpenting dalam proses terbentuknya Tiratana
II. Kebenaran Mulia tentang DukkhaA. Pengertian Dukkha adalah tidak memuaskan.B. Jenis-jenis Dukkha.
Umum:
1)Dukkha dukkha
Penderitaan biasa yang umum (batin dan jasmani)Seperti: lahir,tua, sakit,mati,berpisah dengan yang dicinta, berkumpul dengan yang dibenci, tidak tercapai yang diinginkan.
2)Viparinama dukkha
Dukkha akibat perubahanSeperti: senang menjadi tidak senang, kaya menjadi miskin, sehat menjadi sakit, untung menjadi rugi, dipuji menjadi dicela.
3)Sankhara dukkha
Sebagai akibat dari keadaan yang berkondisi yaitu pancakkandha yang mengalami proses yaitu: timbul, berlangsung, dan padam.
Menurut Dhammacakkappavatana Sutta1)Jati-dukkha Kelahiran
2)Jara-dukkha Menjadi tua
3)Byadi-dukkha Sakit
4)Marana-dukkha Mati
5)Soka-dukkha Sedih
6)Parideva-dukkha Ratap tangis
7)Dukkha-dukkha Penderitaan jasmani
8)Domanasa-dukkha Penderitaan batin
9)Upayasa Dukkha Penderitaan dari putus asa
10)Appiyehi sampayoga-dukkha
Berkumpul dengan yg tidak disenangi
11)Piyehi vippayoga-dukkha
Berpisah dengan yang dicintai
12) Yampiccham nalabhati-dukkha
Tidak tercapai yang dicita-citakan
Menurut Anguttara Nikaya Dukanipata 101a) Kayika-dukkha : Penderitaan jasmani.b) Cetasika-dukkha : Penderitaan batin.
Atauc) Samisa-dukkha : Penderitaan dengan
mata kail berumpan.d) Niramisa-dukkha : Penderitaan tanpa
mata kail berumpan.
Catatan:
Seseorang yang dapat memahami dukkha secara benar, akan penuh ketenangan dan kesabaran dalam menghadapi hidup ini. Ia tidak terpengaruh oleh perubahan atau penderitaan yang dialaminya karena ia telah dapat melihat sendiri segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya.
III. Kebenaran Mulia tentang Sebab Dukkha
A. Pengertian sebab dukkha yaitu Tanha (keinginan rendah)
a) Kehausan, nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya
b) Yang menghasilkan kelangsungan kembali dan tumimbal lahir (ponobbhavika)
c) Yang terikat oleh hawa nafsu (nandiraga sahagata)
d) Yang memperoleh kenikmatan baru di sana sini (tatra-tatra bhinandini)
B.Jenis-jenis Tanhaa) Berdasarkan arammana (obyek)
yaitu kesenangan terhadap 6 obyekb) Berdasarkan keadaan yang
berlangsung, yaitu:1) Kama-tanha : kesenangan indera2) Bhava-tanha : menjadi/berlangsung3) Vibhava-tanha : tidak menjadi atau tidak
berlangsung
c) Berdasarkan pembahasan terperinci ada 108 tanha
Munculnya keinginan dikarenakan Indera-Indera kontak dengan obyeknya masing-masing
6 INDERA OBYEK KESADARANMATA(K,B,V)
BENDA (K,B,V)
MELIHAT
TELINGA (K,B,V) SUARA (K,B,V)
MENDENGAR
HIDUNG(K,B,V)
BEBAUAN(K,B,V)
MEMBAUI
LIDAH(K,B,V)
RASA (K,B,V)
MENGECAP
JASMANI (K,B,V) SENTUHAN (K,B,V)
MERASAKAN SENTUHAN
PIKIRAN (K,B,V) IDE/GAGASAN(K,B,V)
BERPIKIR
Setiap indera dan obyek mengondisikan timbulnya tiga Tanha, yaitu:
- Kama-tanha
- Bhava-tanha
- Vibhava-tanha. Kemudian, ada 3 masa yang dialami ;
1) Masa lalu = 36 tanha2) Masa Sekarang = 36 tanha3) Masa yang akan datang = 36 tanha
Jadi, totalnya adalah 36 x3 = 108 tanha setiap masa.
C.Empat pembawaan atau sifat (Lakkhanadicatukka) dari Tanhaa) Menimbulkan derita sebagai sifatnya.b) Mempunyai kesenangan dan
kemelekatan terhadap arammana, bhumi dan bhava sebagai pekerjaannya.
c) Mempunyai ketidakpuasan terhadap segala obyek sebagai hasilnya.
d) Ada Vedana sebagai sebab terdekatnya.
D.Perbedaan Tanha dengan Upadana
Tanha Keinginan rendah yang punya tenaga kecil.Kepuasan hati terhadap obyek yang ditemukannya.Keinginan terhadap obyek yang belum didapati.
Upadana Yang punya tenaga besar.Kemelekatan terhadap obyek, selalu terkenang-kenang akan obyek, dan tak akan lenyap.Kemelekatan terhadap obyek , dan, tidak akan melepaskan obyek.
Jenis-Jenis Kemelekatan / Upadana
1)Kama- upadana
Kemelekatan terhadap nafsu indera
2)Ditthi- upadana
Kemelekatan terhadap pandangan
3)Silabbata- upadana
Kemelekatan terhadap upacara atau ritual
4)Atta- upadana
Kemelekatan terhadap ‘aku’ yang kekal
1)Pengertian terhentinya dukkhaa) Yaitu terbebas sama sekali dari Tanha,
terealisasinya Nibbana (Kebebasan).
b) Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi yang merupakan tujuan umat Buddha.
c) Nibbana bukan suatu tempat tetapi merupakan tujuan akhir dan tertinggi yang harus diselami oleh para bijaksana dalam diri masing-masing.
d) Nibbana di luar logika dan akal manusia biasa.
2)Penjelasan Nibbana dalam Tipitaka (Pali)
A. Menurut sutta secara umuma) “O,bhikkhu”, apakah Yang Tidak
Tercipta” (Asankhata) itu? Padamnya hawa nafsu (ragakhayo) , padamnya kebencian (dosakhayo) , padamnya kebodohan batin (mohakhayo) itulah bhikkhu yang disebut TidakTercipta.
b) ”O,Radha, padamnya Tanha adalah Nibbana.
c) ”O, bhikkhu di antara benda apapun juga yang tercipta maupun yang tidak tercipta, maka’viraga’ (sikap yang tidak terpengaruh) adalah yang paling tinggi”. “Itu berarti bebas dari kesombongan, menghancurkan kehausan, membasmi ikatan-ikatan , memutuskan kelangsungan, padamnya tanha, tidak terpengaruh. Itulah Nibbana”.
d) Jawaban Ayasma Sariputta siswa utama Buddha Gotama, atas pertanyaan dari Parivrajaka tentang “Apakah Nibbana?” adalah sama dengan definisi Asankhata yang diberikan oleh Buddha Gotama sendiri yaitu sbb:”Padamnya hawa nafsu, padamnya kebencian,padamnya kekotoran batin”.
3) Menurut Udana VIII:1-3
“O,para bhikkhu, ada yg ‘tak terlahirkan, (ajatam), yg tak menjelma (abhutam), yang tak terciptakan (akatam),yang tak bersyarat atau yang mutlak (asankhatam). Para bhikkhu, jika tdk ada yg tak terlahirkan, yang tak terjelma,yang tak terciptakan, yg tak bersyarat / yg mutlak, maka tdk ada jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan,keterciptaan, kemunculan, yang disadari disini. Tetapi para bhikkhu, karena ada yg tak terlahirkan,yang tak menjelma, yang tak terciptakan, yang tak bersyarat atau yang mutlak, maka ada pula jalan keluar untuk terbebas dari kelahiran, penjelmaan, keterciptaan,kemunculan yang disadari.”
“Di sini,benda padat, cair, panas dan gerak
(mahabhuta) tidak mempunyai tempat;
pengertian tentang panjang dan lebar,
tentang kecil dan besar, tentang baik dan
buruk, tentang nama dan rupa, semuanya
telah dihancurkan; dan tidak dapat
ditemukan lagi dunia ini atau dunia yang
lain, yang datang, berjalan atau berdiri,
kematian atau kelahiran dan semua obyek-
obyek indera”
Apakah Nibbana negatif? Nibbana bukan “penghancuran diri”
karena tidak ada “diri” yang harus dihancurkan. Yang harus dihancurkan adalah pandangan yang menyesatkan tentang adanya “diri” itu sendiri.
Apakah Nibbana positif?
Pemikiran negatif dan positif adalah relatif dan mengambarkan suatu keadaan yang dualistis. Kedua hal tsb tdk dapat dipakai untuk menerangkan Nibbana, suatu kebenaran mutlak yg berada diluar hal-hal dualistis dan relatif.
4) Dalam Abhidhammatthasangaha “Vana sankhataya tanhaya nikkhantatta Nibbanam” Artinya: Yang terbebas dari Tanha disebut Nibbana.
5) Dalam Paramatthadipanitika “Nathi vanam ethani Nibbanam” Artinya: Ketenangan yang timbul dengan terbebasnya dari Tanha disebut Nibbana.
6) Dalam Visudhimaggaa. ”Tayidam santi lakkhanan”. Nibbana adalah kebahagiaan yang
terbebas dari kilesa.
b. ”Nibbanam paramam sukham”. Nibbana adalah kebahagiaan
tertinggi.
6) Menurut Khuddakanikaya Itivuttaka 25/258 & Anguttaranikaya Navakanipata
a. Sa-upadisesa Nibbana Nibbana dengan adanya “sisa”.
b. An-upadisesa Nibbana Nibbana tanpa adanya “sisa”.
Kata ”upadi” (arti sebenarnya ”sisa-sisa”) dapat dipergunakan untuk menyatakan:
a) Sisa lima kelompok kehidupan.b) Perasaan-perasaan pengalaman
jasmaniah (rasa panas,dingin dll) serta perasaan menyenangkan dan menyakitkan.
c) Sisa belenggu-belenggu batin (samyojana) yang belum dihancurkan.
7)Menurut Dighanikaya atthakatha iii.899
a) Kilesa Parinibbana. padamnya atau habisnya kilesa.
b) Khandha Nibbana. padamnya pancakkhandha.
c) Dhatu Parinibbana. padamnya semua sisa peninggalan tubuh , relik Sang Buddha.
8) Menurut Khuddakanikaya Patikavagga 30/353 dijelaskan tentang Nibbana yang maknanya mengacu pada “kebebasan” (vimokkha), yaitu sebagai berikut:
a) Animitta Nibbana Nibbana yang terbebas dari obyek bayangan. Obyek anicca yg dominan.
b) Appanihita Nibbana Nibbana yang terbebas dari obyek keinginan.Obyek dukkha yang dominan.
c) Sunnata NibbanaNibbana yg terbebas dari kilesa dan panca khandha, habis dan kosong. Obyek anatta yang dominan.
V. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Terhentinya Dukkha
a) Disebut juga “Jalan Tengah” dan merupakan satu-satunya jalan menuju pembebasan.
b) Jalan Tengah yang tidak mengarah pada “kekekalan diri” (sassata) ataupun “kemusnahan diri” (uccheda).
c) Jalan Tengah juga disebut Jalan Mulia Berunsur Delapan yaitu;
1) Pandangan Benar Tentang 4 Kebenaran Mulia (masing-masing terdiri 3 tahap) : Saccanana , Kiccanana dan Katanana.
Pandangan Benar menurut kitab Uparipannasa;a) Kammassakata Sammaditthi
Pandangan Benar tentang kamma niyama.
b) Vipassana SammaditthiPandangan Benar yang timbul setelah penyadaran jeli terhadap Nama (batin) dan Rupa (jasmani).
c) Magga SammaditthiBerupa pengetahuan dalam perenungan terhadap obyek-obyek indera dan batin sebagaimana adanya (yaitu dicengkeram oleh anicca,dukkha dan anatta).
d) Phala Sammaditthi Pandangan Benar yang menyertai empat tingkat “buah” yang merupakan hasil dari empat tingkat “jalan”.
e)Paccavekkhana Sammaditthi Pandangan Benar berupa perenungan yang terjadi dengan sendirinya setelah pencapaian “jalan” dan “buah”.
2) Pikiran Benar Pikiran yang bersih dari kilesa atau pikiran yang tidak mengandung L,D,M.
3) Ucapan benar Adalah berusaha menahan diri dari :Berbohong (musavada) Menfitnah (pisunavaca) Berucap kasar/caci maki (pharusavaca) Percakapan yang tidak bermanfaat / pergunjingan
(samphapalapa). Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika memenuhi syarat
dibawah ini : - Ucapan itu benar - Ucapan itu beralasan - Ucapan itu berfaedah - Ucapan itu tepat pada waktunya
Sang Buddha bersabda :“ Kata-kata yang mempunyai empat nilai adalah
yang diucapkan baik, bukan pembicaraan jahat, tidak salah dan tidak dicela para bijaksana. Apa empat itu ? Mengenai ini,……….
seseorang berbicara dengan kata-kata yang indah, bukannya buruk;
seorang berbicara dengan kata-kata yang benar, bukannya salah;
seseorang berbicara dengan kata-kata yang halus, bukannya kasar ;
seorang berbicara dengan kata-kata penuh kebenaran, bukan
kepalsuan”.( Sutta Nipata : 449-450 )
4) Perbuatan benarPerbuatan yang tidak bertentangan dengan Pancasila Buddhis.
5) Penghidupan benar Bermata pencaharian yang sesuai dengan dhamma.
Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari (Anguttara Nikaya, III, 153), yaitu:
Makhluk hidup Senjata Daging atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan makhluk-makhluk
hidup Minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan Racun
Dan terdapat pula lima mata pencaharian salah yang harus dihindari (Majjima Nikaya. 117), yaitu:
Penipuan Ketidak-setiaan Penujuman Kecurangan Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
6) Daya upaya benaro Usaha untuk menghindari perbuatan
buruk yang belum muncul (-)o Menghilangkan perbuatan jahat yang
sudah ada (-) o Memunculkan perbuatan baik yang
belum ada (+)o Mengembangkan perbuatan baik yang
sudah ada (+)
1. Kayanupassana
adalah perenungan terhadap badan jasmani. Disini ada enam jenis perenungan, yaitu :
1) Pengamatan keluar-masuknya nafas (Anapanasati)
2) Pengamatan gerakan jasmani (Iriyapatha)3) Perhatian dan penyadaran (Sati-
Sampajanna)4) Menganalisis semua organ badan jasmani
(Pathikulamanasikara)5) Menganalisis keempat unsur badan jasmani
(Dhatumanasikara)6) Perenungan terhadap proses kerusakan
mayat (Navasivathika).
2. Vedananupassana adalah perenungan terhadap perasaan.
Disini ada tiga perenungan terhadap perasaan yaitu :
1) Perasaan yang menyenangkan (Sukhavedana)
2) Perasaan yang tidak menyenangkan (Dukkhavedana)
3) Perasaan yang netral (Adukkhasukhavedana)
3. Cittanupassana adalah perenungan terhadap pikiran.
yang berarti perhatian terhadap kesadaran dan bentuk-bentuk batin (cetasika).
4. Dhammanupassana adalah perenungan mengawasi ketiga renungan di atas.
4 perenungan tersebut dapat menghancurkan sukha, nicca, dan atta-vipallasa.
8) Konsentrasi benar yaitu pemusatan pikiran pada Upacara Samadhi dan Jhana
Yaitu bermeditasi mencapai Upacara Samadhi, karena pada tingkat ini 5 Rintangan Batin / Nivarana sudah ditekan oleh faktor-faktor Jhana.
5 Nivarana Faktor-faktor Jhana
Tina Midha Vitaka
Vicikiccha Vicara Byapada Piti Uddacca Kukkuccha Sukkha Kamachanda Ekaggata
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
Menekan
Jadi, pada tingkat Upacara Samadhi ini sudah muncul faktor-faktor Jhana, meski belum sampai menyerap obyek (Jhana)
Oleh karena itu, Konsentrasi Benar dimulai dari tahap Upacara Samadhi sampai Appanna Samadhi (Jhana)
5 macam rintangan batin (Nivarana)
1. Kamachanda yaitu nafsu keinginan yang timbul saat meditasi, hal ini muncul karena meditator pernah/ingin melihat keindahan-keindahan, yang merangsang pikiran meditator.
2. Byapada yaitu kemauan jahat, ingin menyakiti, iri, tidak suka dll. Hal ini timbul karena meditator pernah melihat, bertemu dengan obyek yang membuat tidak senang.
3. Tinamidha yaitu kemalasan dan kelelahan/kelambanan, lelah, ngantuk, capek, sakit kakinya dan lain-lain.
4. Uddaccakukkuccha yaitu kecemasan kekhawatiran. Cemas dan khawatir tentang apa yang dilakukannya menyimpang, dapat menyebabkan stress atau yang lainnya.
5. Vicikiccha yaitu keragu-raguan, misal ragu-ragu tentang pencapaian meditasi yang sedang dilakukan, termasuk ragu akan pencapaian kesucian, Jhana, dan Abhinna. Orang ini hendaknya banyak mendengar atau membaca Kitab-Kitab suci Ajaran Buddha yang mengacu pada Tipitaka.
5 FaktorJhana1. Vitaka
merupakan penopang pikiran dalam menimbulkan pemusatan atau mempertahankan obyek untuk menuju peningkatan jhana yang lebih tinggi.
2. Vicara muncul setelah vitaka dapat diselami dan tetap mempertahankan obyek. Vicara adalah gema dan vitaka di sini adalah pemusatannya/ konsentrasi terhadap obyek. Bila dianalogikan sebagai lonceng, vitaka merupakan saat dipukulnya lonceng kemudian vicara merupakan bunyi/gema dari pukulan tersebut. Jadi, pada praktiknya vitaka dan vicara merupakan proses yang bersambung/ berkelanjutan.
3. Piti adalah kegiuran dan kenikmatan. Dalam hal ini (piti) dianalogikan seperti halnya kita sedang jalan-jalan dan sangat haus lalu menemukan/ melihat sumber air.
Perasaan seperti itulah yang dinamakan sebagai piti atau kegiuran.
4. Sukha adalah perasaan gembira dalam batin. Perasaan/kondisi batin pada saat mencapai ini dianalogikan seperti halnya contoh di atas, kesenangan mendapat kebahagiaan karena sudah meminum air itulah yang disebut sebagai sukha.
5. Ekaggata setelah dapat mengatasi sukha/tetap berpegang pada obyek, maka ekaggata akan muncul. Ekaggata adalah kondisi pikiran/keadaan batin yang terpusat.
8 Unsur Jalan Mulia
JALAN MULIA BERUNSUR DELAPAN(ARIYO ATTHANGIKO MAGGO)
6 76 7 6 7
11 1
6 7
1
6 7
1
6 7
1
1 2
8
3 4 5
VI. Tambahan tentang Pengertian Benar
1) Lokiya Sammaditthi (bersifat duniawi)a) Kammassakata Sammaditthi Pandangan Benar atas dalil Kamma.
kammassaka (pandangan bahwa semua makhluk memiliki kammanya masing-masing)
kammadayada (mewarisi kammanya masing2)
kammayoni (terlahir dari kammanya masing2)
kammabandhu (berhubungan dengan kammanya masing2)
kammapatisarana ( terlindungi oleh kammanya masing2)
yam kamman karisanti; kalyanam va papakam va tassa dayada bhavisanti (apapun kamma yang diperbuatnya, baik atau buruk, itulah yang akan diwarisinya)
b. Dasavatthuka Sammaditthi Pandangan benar atas 10 hal yaitu :
1) atthi dinnam pandangan bahwa pemberian dana memberikan hasil / buah dan bermanfaat
2) atthi yittham pandangan bahwa penghormatan terhadap yang patut di puja memberikan hasil / buah
dan bermanfaat
3) atthi hutam pandangan bahwa penyambutan terhadap tamu memberikan hasil / buah dan bermanfaat
4) atthi sukatadukkhatanam kamanam phalam vipako pandangan bahwa perbuatan baik dan jahat memeberikan akibat yang setimpal, secara
langsung maupun tidak langsung
5) atthi ayam loko pandangan bahwa ada dunia sekarang
6) atthi paroloko pandangan bahwa ada dunia mendatang
7) atthi mata pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ibu niscaya memberikan akibat di
masa datang
8) atthi pita pandangan bahwa perlakuan baik / buruk terhadap ayah niscaya
memberikan akibat di masa datang
9) atthi satta opapatika pandangan bahwa ada makhluk yang terlahir secara spontan
misalnya mahkluk2 niraya, peta, asurakaya, dewa dan brahma
10) atthi loke samana brahmana samaggata sammapatipanna ye imanca lokam paranca lokam sayam abhinna saccikatva pavedenti
pandangan bahwa di dunia ini ada petapa atau brahmana yang telah menjalankan praktik yang benar, yang telah menempuh kehidupan yang baik; serta memiliki ketenangan batin, yang dengan kebijaksanaan sendiri telah menembus dunia sini maupun dunia sana dan selanjutnya mengamalkan pengetahuannya pada makhluk lain
2) Lokuttara Sammaditthi (mengatasi duniawi). Yaitu Catusacca Sammaditthi atau Pandangan Benar terhadap Empat Kebenaran Mulia
a) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang dukkha.
b) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang sebab dukkha.
c) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang terhentinya dukkha.
d) Pengetahuan atas kebenaran mulia tentang jalan menuju terhentinya dukkha.
Pandangan Benar ini muncul dalam batin para suciwan (ariya puggala), Merupakan salah satu faktor dari jalan mulia, yaitu sebagai :
* kebijaksanaan (panna), * indera kebijaksanaan (pannindriya), * kekuatan kebijaksanaan
(pannabala), * penelaahan Dhamma yang merupa-kan pencerahan (Dhammavicaya-sambojjhanga).
top related