epidemiologi ppok
Post on 13-Dec-2015
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
didefinsikan sebagai penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa ostruksi saluran pernapasan yang bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversible. Obstruksi ini berkaitan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel asing atau gas yang berbahaya
DEFINISI PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) adalah klasifikasi
luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.
DEFINISI PPOK
Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang
dikenal dengan COPD/PPOM adalah :
1. bronchitis kronis
2 emfisema paru-paru dan
3 asthma bronchiale.
PPOK merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan sesak saat aktivitas Dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru
Klasifikasi penyakit PPOK
Pada PPOK, bronkitis kronik dan emfisema
sering ditemukan bersama, meskipun keduanya memiliki proses yang berbeda
Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi.
Bronkitis kronik merupakan suatu gangguan
klinis yang ditandai oleh pembentukan mukus yang meningkat dan bermanifestasi sebagai batuk kronik.
Emfisema merupakan suatu perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai oleh pembesaran alveoulus dan duktus alveolaris serta destruksi dinding alveolar
Hambatan aliran udara merupakan perubahan
fisiologi utama pada PPOK yang diakibatkan oleh adanya : perubahan yang khas pada saluran nafas
bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi atau radang yang kronik dan perubahan struktural pada paru.
(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada animasi)
Patofisiologi
Menurut WHO, PPOK merupakan salah satu
penyebab kematian yang bersaing dengan HIV/AIDS untuk menempati tempat ke-4 atau ke-5 setelah Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan Infeksi Saluran Akut (COPD International, 2004).
Di level global, PPOK adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab penyakit dan kematian di dunia, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga sebagai penyebab kematian
Epidemiologi
WHO memperkirakan, pada tahun 2010 600
juta orang menderita PPOK di seluruh dunia. Dan ini diperkirakan akan terus meningkat.
Jumlah penderita PPOK tahun 2010 di Amerika Serikat 12,1 juta orang dan di Asia Pasifik sebanyak 56,7 juta orang
Epidemiologi
Di Indonesia, diperkirakan terdapat 4,8 juta
(5,6%) penderita PPOK. Kejadian ini akan terus meningkat yang salah
satunya disebabkan oleh banyaknya jumlah perokok karena 90% penderita PPOK disebabkan oleh current smoker atau ex-smoker
Epidemiologi
Selain gejala klinis, perlu ditanyakan riwayat
pasien dan keluarga untuk mengetahui apakah ada faktor resiko yang terlibat.
Merokok merupakan faktor resiko utama untuk PPOK.
Lebih dari 80% kematian pada penyakit ini berkaitan dnegan merokok dan orang yang merokok memiliki resiko yang lebih tinggi (12-13 kali) dari yang tidak merokok.
Resiko untuk perokok aktif sekitar 25%
Epidemiologi
Faktor risiko terjadinya PPOK yaitu usia, jenis
kelamin, merokok, hiperresponsif saluran pernapasan, pemaparan akibat kerja, polusi udara, dan faktor genetik.
Prevalensi lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan meningkat dengan bertambahnya usia.
PPOK lebih sering pada yang masih aktif merokok dan bekas perokok dan meningkat dengan banyak jumlah rokok yang dikonsumsi.
Semakin banyak jumlah batang rokok yang dihisap dan makin
lama masa waktu menjadi perokok, semakin besar risiko dapat mengalami PPOK.
Saat ini Indonesia menjadi salah satu produsen dan konsumen rokok tembakau serta menduduki urutan kelima setelah negara dengan konsumsi rokok terbanyak di dunia, setelah : China mengkonsumsi 1.643 miliar batang rokok per tahun Amerika Serikat 451 miliar batang per tahun Jepang 328 miliar per tahun Rusia 258 miliar per tahun Indonesia 215 batang per tahun.
Merokok merupakan faktor risiko terpenting penyebab PPOK di samping faktor risiko lainnya seperti polusi udara, faktor genetik dan lain-lainnya
Epidemiologi
Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3 bulan dalam 2 tahun terakhir yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan. Batuk dapat terjadi sepanjang hari atau intermiten. Batuk kadang terjadi pada malam hari.
Gejala
Berdahak kronik
Hal ini disebabkan karena peningkatan produksi sputum. Kadang kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus menerustanpa disertai batuk. Karakterisktik batuk dan dahak kronik ini terjadi pada pagi hari ketika bangun tidur.
Gejala
Sesak napas
Terutama pada saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak nafas yang bersifat progressif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan. Anamnesis harus dilakukan dengan teliti, gunakan ukuran sesak napas sesuai skala sesak
Gejala
Inspeksi
-Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)-Terdapat purse lips breathing (seperti orang meniup)
-Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
Pasien yang dicurigai PPOK harus ditegakkan
diagnosisnya menggunakan spirometri Berdasarkan Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease (GOLD) 2011, PPOK diklasifikasikan berdasarkan derajat berikut
1. Derajat 0 (berisiko)Gejala klinis : Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum, dan dispnea. Ada paparan terhadap faktor resiko.Spirometri : Normal
Diagnosis
Derajat I (PPOK ringan)
Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum.Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1Spirometri : FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80%
Derajat II (PPOK sedang)Gejala klinis : Dengan atau tanpa batuk. Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak napas derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri :FEV1/FVC < 70%; 50% < FEV1 < 80%
Derajat III (PPOK berat)
Gejala klinis : Sesak napas derajat sesak 3 dan 4.Eksaserbasi lebih sering terjadiSpirometri :FEV1/FVC < 70%; 30% < FEV1 < 50%
Derajat IV (PPOK sangat berat)Gejala klinis : Pasien derajat III dengan gagal napas kronik. Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri :FEV1/FVC < 70%; FEV1 < 30% atau < 50%
PPOK merupakan beban besar untuk pasien
dan system kesehatan. dibutuhkan alat yang mudah digunakan untuk
mengukur dampak PPOK terhadap kesehatan pasien dan meningkatkan pemahaman antara dokter dan pasien terhadap dampak penyakit untuk mengoptimalkan pengelolaan pasien dan mengurangi beban penyakit. COPD Asssessment Test (CAT) dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
CAT merupakan kuesioner yang sudah
tervalidasi dan terstandarisasi yang digunakan untuk menilai status kesehatan pasien PPOK. CAT terdiri dari 8 item pertanyaan yang mudah dimengerti dan dijawab oleh pasien. CAT memiliki skor dari 0-40. CAT harus diisi sendiri oleh pasien tanpa bantuan praktisi kesehatan.13 Dengan 8 item pertanyaan, CAT sudah dapat menunjukkan efek yang jelas terhadap status kesehatan dan kehidupan sehari-hari pasien.
Penatalaksanaan pada PPOK dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu terapi non-farmakologis dan terapi farmakologis.
Tujuan terapi tersebut adalah mengurangi gejala, mencegah progresivitas penyakit, mencegah dan mengatasi ekserbasasi dan komplikasi, menaikkan keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian
Tatalaksana dan Pencegahan
Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan cara
menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan toleransi paru dengan olahraga dan latihan pernapasan serta memperbaiki nutrisi.
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang pada PPOK stabil
. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan penyakit
Tata Laksana dan Pencegahan
top related