eru - papilitis fix

Post on 07-Jul-2016

264 Views

Category:

Documents

3 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

kkkk

TRANSCRIPT

PAPILITIS

Disusun Oleh:Schoollaus Daleru

(406151090)

Pembimbing:dr. Hayati, Sp. M

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit MataRumah Sakit Bhayangkara Semarang

Periode 6 Juni 2016 – 9 Juli 2016

PENDAHULUAN

• Mata mengandung reseptor penglihatan Retina

• Retina reseptor untuk informasi visual

• Retina & jaras-jaras penglihatan anterior memberi petunjuk diagnostik penting untuk berbagai gangguan sistem saraf pusat

•Neuritis optik adalahperadangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam penyakit

Sumber: •Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287. •Ilyas Sidharta, Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Edisi ke tiga, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006. Hal 179-188.

• Retina lembar jaringan saraf berlapis yang tipis dan semitransparan melapisi bagian dalam 2/3 posterior diding bola mata.

• Tebalnya 0,1mm pada ora serata & 0,56 mm pada kutub posterior

• Ditengah-tengah retina posterior terdapat macula (5,5 - 6 mm)

• Macula Lutea diameter 3 mm & ditengahnya terdapat Fovea diameter 1,5 mm

10 Lapisan Retina

• Membran limitans interna• Lapisan serat saraf

(mengandung akson-akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus opticus)

• Lapisan sel ganglion• Lapisan pleksiform dalam

(mengandung sambungan sel ganglion dengan sel bipolar)

• Lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar

• Lapisan pleksiform luar (mengandung sambungan sel bipolar dan horizontal dengan fotoreseptor)

• Lapisan inti luar sel fotoreseptor

• Membrane limitans eksterna• Lapisan fotoreseptor segmen

dalam dan luar batang dan kerucut

• Epitel pigmen retina

Sumber: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.

RETINA

DEFINISI

• Neuritis opticadalah radang nervus optikusterjadi akibat saraf optik yang membawa

impuls penglihatan ke otak mengalami peradangan

selubung mielin yang membungkus saraf tersebut mengalami kerusakan (Demielinisasi).

EPIDEMIOLOGI

• Studi epidemiologi menunjukan kejadian neuritis optikus berkisar 4- 5 per 100.000 populasi

• Umur dewasa muda 20-45 tahun, neuritis optikus biasanya bersifat unilateral dan lebih banyak pada wanita (3:1)

• Neuritis optik pada anak lebih jarang terjadi

• Sumber: A.K. Khurana. Comprehenship Opthalmology 4th Edition dalam Chapter 12-New Age International 2007. P 288-96.• Erhan Ergene, MD. Adult Optic Neuritis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/1217083 tanggal 20 September 2014•

KLASIFIKASI

Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.

ETIOLOGI

Sumber : Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Jakarta: Widya Medika,2000.Hal 268, 274-287.

PATOGENESIS

• penyebab neuritis optikus paling sering adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik.

• Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin

• Hingga saat ini reaksi autoimun merupakan teori yang masih dipegang dalam patofisiologi neuritis optik.

• Dalam reaksi ini myelin nervus optikus mengalami destruksi sehingga akson hanya dapat memberikan impuls listrik dalam jumlah yang sangat kecil.

• Bila keadaan ini terus menerus terjadi, maka sel ganglion retina aka mengalami kerusakan ireversibel

• Setelah destruksi myelin berlangsung, axon dari sel ganglion retina akan mulai berdegenerasi.

• Monosit melokalisir daerah tersebut diikuti oleh makrofag untuk memfagosit myelin.

• Antrosit kemudian berproliferasi dengan diikuti deposisi jaringan sel glia.

• Daerah gliotik (sklerotik) dapat bertambah jumlahnya dan meluas ke otak dan medulla spinalis (multipel sklerosis).

• Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak.

• Retina mengandung sel fotoreseptor (disebut sel ganglion) diaktivasi oleh cahaya menghubungkan ke sel-sel retina lain kemudian mengirimkan sinyal proyeksi ke dalam otak (disebut Akson).

• Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak.

• Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang dihantarkan ke otak menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.

GEJALA dan TANDA

• Pada Papilitis = Neuritis Retrobulbar

• Pada papilitis, saraf yang terkena terletak intraokular,

• pada neuritis retrobulbar yang terkena saraf ekstra okular

Gambaran akut

• Gejala neuritis optik biasanya monokular, namun dapat mengenai kedua mata terutama pada anak-anak.

• Hilangnya penglihatan tiba-tiba selama beberapa jam sampai beberapa hari

• Nyeri pada mata

• Defek pupil aferen (afferent pupillary defect)

• Defek lapang pandang: Pada neuritis optik, lapang penglihatan perifer menyempit secara konsentris, terdapat skotoma sentral

• Buta warna pada mata yang terkena, terjadi pada 88% pasien

Gambaran Kronik

• Kehilangan penglihatan secara persisten. Kebanyakan pasien neuritis optik mengalami perbaikan penglihatan dalam 1 tahun.

• Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun setelah gejala awal.

• Desaturasi warna, terutama warna merah. Pasien dengan desaturasi warna merah akan melihat warna merah sebagai pink, atau orange bila melihat dengan mata yang terkena

• Fenomena Uhthoff

• Diskus optik terlihat mengecil dan pucat, terutama didaerah temporal. Pucatnya diskus meluas sampai batas diskus ke serat retina peripapil .

DIAGNOSIS Anamnesis

•Penglihatan yang kabur (visus turun) mendadak •Adanya bintik buta •Perbedaan subjektif pada terangnya cahaya •Persepsi warna yang terganggu •Kekaburan penglihatan ketika beraktivitas, meningkatnya suhu (berkurang jika beristirahat. )•Rasa sakit pada mata yang mengganggu dan lebih sering pada tipe neuritis retrobulbar daripada tipe papilitis.

• Gejala berlangsung sementara pada salah satu mata (pada pasien dewasa).

• Sedangkan pada pasien anak, biasanya mengenai kedua mata.

• Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan mendukung diagnosis.

Pemeriksaan Fisik

•Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (20/30), sedang (20/60), maupun berat (20/70).

•Pemeriksaan lapang pandang, biasanya berupa skotoma sentral

•Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung yang menurun atau hilang.

•Penglihatan warna berkurang.

•Adaptasi gelap mungkin menurun.

Pemeriksaan penunjang

•Funduskopi

• Pada papilitis terlihat gambaran hiperemia dan edema diskus optic membuat batas diskus tidak jelas.

• Pada papil terlihat perdarahan, eksudat star figure menyebar dari papil ke makula, dengan perubahan pada pembuluh darah retina dan arteri menciut dengan vena yang melebar.

• MRI : diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri

• Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah(Dilakukan untuk melihat adanya proses infeksi atau inflamasi)

• Slit lamp (Adanya sel radang pada vitreous)

• Visually evoked response (VER) terganggu dan menunjukan penurunan amplitude dan perlambatan waktu transmisi

PENATALAKSANAAN

Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi tipikal :

Regimen selama 2 minggu :

•3 hari pertama diberikan Methylprednisolone 1kg/kg/hari i.v

•11 hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolone 1mg/kg/hari oral

•Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari pertama (hari ke 15 sejak pemberian obat) dan 10 mg prednisone oral pada hari ke-2 sampai ke-4

•Dapat diberikan Ranitidine 150 mg oral untuk profilaksis gastritis

Dari hasil MRI bila 2 atau lebih lesi demielinasi :

•Menggunakan regimen yang sama dengan yang di atas.

•Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi interferon intramuskular seminggu sekali selama 28 hari.

•Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari)

diikuti dengan prednison oral (1 mg/kg BB/hari selama 11 hari kemudian 4 hari tappering off).

Tidak menggunakan oral prednisolone sebagai terapi primer karena dapat meningkatkan resiko rekuren atau kekambuhan

Dengan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI :

•Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar 22% setelah 10 tahun kemudian

•Intravena steroid dapat digunakan untuk mempercepatkan pemulihan visual

•Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali muncul gangguan visual pada mata kontralateral

•MRI lagi dalam 1 tahun kemudian

KOMPLIKASI

• Kehilangan penglihatan pada neuritis optik dapat terjadi permanen.

• Neuritis retrobulbar mungkin terjadi walaupun merupakan suatu neuritis optik yang terjadi cukup jauh di belakang diskus optikus.

• Neurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki ciri khas kekambuhan dan remisi.

• Disabilitas yang menetap cenderung meningkat pada setiap kekambuhan.

• Peningkatan suhu tubuh dapat memperparah disabilitas (fenomena Uhthoff) khususnya gangguan penglihatan

PROGNOSIS

• Penyembuhan pada neuritis optik berjalan secara bertahap. Pada banyak pasien neuritis optik, fungsi visual mulai membaik 1 minggu sampai 3 minggu

• Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-kira 30% dalam 5 tahun.

• Tiap kekambuhan akan menyebabkan pemulihan yang tidak sempurna dan memperburuk penglihatan

TERIMA KASIH

top related