essay otoda
Post on 23-Oct-2015
17 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA ERA OTONOMI
DAERAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perencanaan Wilayah
Disusun oleh:
Sara Sorayya Ermuna (0810663054)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi Daerah
Abstrak:
Otonomi daerah merupakan pemberian hak dan wewenang pada masing-masing pemerintah daerah untuk mengembangkan wilayahnya sesuai dengan perundangan yang berlaku. Berbagai kebijakan diatur oleh pemerintah daerah dalam era otonomi daerah dan salah satu bidang yang diatur adalah bidang pendidikan. Tujuan dari diberlakukannya desentralisasi pendidikan ini agar seluruh wilayah dapat melakukan pemerataan pembangunan tetapi desentralisasi pendidikan ini seringkali terbentur kendala keterbatasan dana sehingga peningkatan kualitas pendidikan menjadi terhambat. Selain itu, kurangnya perhatian pemerintah daerah dan ketidaktegasan dalam pelaksanaannya mengakibatkan peningkatan kuaitas pendidikan hanya terjadi di beberapa propinsi yang menonojol. Oleh karena itu, jika dinilai secara keseluruhan, otonomi daerah belum dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Selain itu, pengembangan wilayah di era otonomi daerah ini belum berhasil meningkatkan kondisi wilayah secara terpadu. Keterpaduan yang dimaksud ialah kemampuan mengkombinasikan pemasukan yang didapatkan dari sektor lain untuk menyokong pembangunan di sektor lainnya, seperti pendapatan dari pengelolaan sumber daya alam diharapkan dapat dimanfaatkan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Hingga saat ini, tidak jarang pelaksanaan otonomi daerah diidentikkan dengan keberhasilan disektor ekonomi sehingga sektor lainnya seakan termarjinalkan. Disparitas pembangunan masyarakat dapat diminimalisir jika seluruh pihak turut berkontribusi dalam kemajuan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan komitmen tegas untuk mengevaluasi sistem pendidikan daerah yang disertai dengan penganggaran dana yang memadai serta pematangan rancangan kegiatan sehingga diharapkan mampu mendongkrak ketertinggalan wilayah-wilayah dibidang pendidikan.
1. Pendahuluan
Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, otonomi daerah
didefinisikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sementara itu, urusan
pemerintahan yang tidak termasuk dalam kewenangan desentralisasi adalah
mengenai politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal
nasional, serta agama. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi
daerah merupakan bentuk kewenangan yang diberikan pada masing-masing
daerah untuk mengembangkan daerahnya tanpa harus melibatkan kewenangan
pusat tetapi tetap menjadi satu kesatuan yang terintegrasi dan didasarkan pada
landasan hukum yang berlaku.
Perkembangan otonomi daerah yang ditetapkan di Indonesia sejak tahun
2001 ini diharapkan dapat menjadikan masing-masing propinsi mengalami
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 1Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
pertumbuhan pesat dan dapat berusaha mengoptimalkan sumber daya yang ada,
baik sumber daya manusia dan sumber daya alam. Kewenangan yang telah
diberikan semenjak otonomi daerah tersebut sekan membuat masing-masing
provinsi bersaing dalam upaya meningkatkan pendapatan asli daerah hingga pada
akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat di daerah tersebut.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menyatakan
bahwa tujuan diterapkannya otonomi daerah guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah sehingga dapat tercipta
pembangunan berkelanjutan. Namun, pada kenyataannya tidak seluruh daerah
dapat menggapai tujuan yang ditetapkan. Berbagai bidang yang diatur dalam
usaha mengoptimalkan kondisi daerah oleh pemerintah daerah tidak serta merta
dapat berjalan dengan lancar. Berbagai halangan untuk mengoptimalkan kondisi
daerah dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial terus terjadi, misalkan saja
dalam peningkatan ekonomi maka dilakukan eksplorasi sumber daya alam hingga
melebihi daya dukung lingkungan serta praktek KKN oleh sebagian oknum dalam
upaya pembangunan wilayah.
Harapan yang akan didapatkan dari otonomi daerah ini pada awalnya
berupa optimalisasi kondisi daerah dan peningkatan di seluruh aspek kehidupan
tetapi pemahaman yang berkembang adalah memaksimalkan sumber daya yang
terdapat di daerah tersebut, terutama sumber daya alam hingga melebihi daya
dukung lingkungan. Orientasi dasar yang keliru mengenai optimalisasi daerah
yang seakan-akan hanya dapat diukur dari segi ekonomi saja membuat aspek
lingkungan dan sosial menjadi hal yang terabaikan. Salah satu hal yang
merupakan momok utama permasalahan dapat dilihat dari bidang pendidikan.
Sebagaimana diketahui, pendidikan merupakan langkah awal masing-masing
individu agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. Selain itu, perkembangan
penduduk Indonesia yang semakin pesat akan memunculkan berbagai lapis
generasi yang tentunya harus didukung dengan perkembangan pendidikan. Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia di Indonesia, yang
pada tahun 2009 mengalami penurunan dari tahun 2001, yakni berada pada
peringkat 111 dari 177 negara (Departemen Komunikasi dan Informatika, 2010).
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 2Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
Oleh karena itu, guna meningkatkan taraf pendidikan masyarakat
Indonesia yang jika dikaitkan dengan otonomi daerah, maka masing-masing
daerah harus memiliki tujuan dan skenario pendidikan yang terintegrasi untuk
beberapa tahun mendatang. Jadi, seperti halnya perencanaan sektoral di bidang
lain, maka perencanaan pendidikan juga harus dilakukan dengan matang agar
terwujud pendidikan yang sesuai etika bangsa. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan identifikasi terhadap kondisi masyarakat dan wilayah tersebut,
terutama dalam pelayanan dan ketersediaan sarana pendidikan hingga pada
akhirnya dapat mengangkat derajat masyarakat daerah sehingga dapat
mempertahankan eksistensi di antara ketatnya persaingan dengan melalui otonomi
pendidikan yang bermutu dan produktif.
Bercermin dari pengalaman desentralisasi pendidikan di Indonesia, maka
menurut Saripati (Menuju Pembangunan Berbasis Masyarakat Dalam Otonomi
Daerah di Kalimantan Timur, 2007) terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan
pelaksanaan desentralisasi pendidikan belum dapat berjalan secara optimal, antara
lain:
1. Ketidakjelasan mengenai peran dan aturan pemerintah daerah dalam upaya
desentralisasi pendidikan.
2. Adanya perbedaan mengenai kondisi masing-masing wilayah terkait dengan
ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan yang kurang
memadai untuk mengelola dan meningkatkan sektor pendidikan.
3. Prosentase peruntukan dana bagi sektor pendidikan yang masih tergolong
rendah karena dan terbentur karena adanya keterbatasan dana pula.
4. Kurangnya koordinasi antara stakeholder yang terlibat, baik pemerintah
sebagai fasilitator dan pemegang dana dengan masyarakat yang merupakan
sasaran peningkatan kualitas pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Perkembangan Otonomi daerah tentunya memiliki pengaruh terhadap
bidang-bidang yang diatur di dalamnya. Oleh karena itu, akan dibahas mengenai
pengaruh desentralisasi di bidang pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia dengan mengacu pada studi kasus di Kalimantan Timur,
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 3Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
Sulawesi Utara dan Gorontalo sehingga didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apakah hal yang berpengaruh dalam keberhasilan pelaksanaan
desentralisasi pendidikan di era otonomi daerah ini?
2. Bagaimana pengaruh otonomi daerah pada peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia?
3. Pembahasan
Tahun 2003 silam, Kalimantan Timur termasuk salah satu propinsi yang
mengalami persoalan pendidikan, seperti lemahnya manajemen, tenaga pengajar
yang kurang profesional dan tidak jarang pula tenaga pengajar belum
menuntaskan jenjang sarjana, serta jauhnya perbedaan jumlah dan mutu tenaga
pengajar di kota dan desa (Pemprov. Kaltim, 2003). Selain itu, masalah lainnya
yang seringkali menjadi momok utama dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan adalah terbatasnya atau kurangnya dana yang dianggarkan. Hal ini
juga disebabkan karena bidang pendidikan tidak menjadi salah satu prioritas
utama pembangunan sehingga pada akhirnya peningkatan kualitas masyarakat
dalam bidang pendidikan menjadi termarjinalkan. Hingga pada tahun 2008, terjadi
pergantian gubernur yang tentu saja memiliki perbedaan visi dan misi terhadap
sistem pemerintahan sebelumnya. Pada pemerintahan yang masih berjalan hingga
saat ini terdapat 10 prioritas pembangunan utama, dan salah satunya adalah
pengalokasian biaya pendidikan sebesar 20 persen dan penggalakkan wajib
belajar 12 tahun serta pendidikan gratis. Walaupun pada tahun 2002, Kalimantan
Timur telah berhasil menduduki peringkat ke-3 dari seluruh propinsi di Indonesia
yang memiliki indeks pembangunan manusia (IPM) sebesar 64,17 tetapi upaya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan. Adapun ukuran indeks
pembangunan manusia suatu wilayah dilihat dari pertumbuhan ekonomi, derajat
kesehatan dan tingkat pendidikan. Bermula dari upaya untuk terus meningkatkan
indeks pembangunan manusia yang juga beriringan dengan diberlakukannya
otonomi daerah, maka Kalimantan Timur pada akhirnya mengambil langkah
untuk memprioritaskan peningkatan kualitas pendidikan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 4Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
Berbekal dari pengalaman yang minim mengenai penerapan otonomi
daerah, maka akhirnya Kalimantan Timur berhasil membangkitkan semangat
untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang membuat kabupaten dan kota yang
termasuk dalam propinsi ini berbondong-bondong memperbaiki sistem
pendidikan. Sebagai bukti keberhasilan Kalimantan Timur ini dapat dilihat pada
salah satu wilayahnya, yakni Kabupaten Kutai Timur yang hingga tahun 2009 lalu
telah mencapai salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan, yakni
menganggarkan sebesar 20% dari APBD dan telah mencapai sasaran di bidang
pendidikan sebesar 75,81% dan digolongkan berhasil serta berhasil mendapatkan
berbagai penghargaan baik di kancah nasional maupun internasional (KaltimPost,
2010).
Sementara itu, jika dibandingkan dengan upaya peningkatan kualitas
pendidikan di Sulawesi Utara dan Gorontalo, maka Kalimantan Timur masih
termasuk propinsi yang unggul dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hasil
pelaporan mengenai desentralisasi di kedua propinsi ini, terdapat beberapa pokok
masalah yang menjadi sorotan utama, yakni kurangnya kuantitas dan rendahnya
kualitas guru yang dipicu pula karena pengangkatan jumlah guru lebih sedikit
dibandingkan guru yang pensiun. Selain itu, partisipasi orang tua murid masih
belum optimal dan hal ini terlihat dari partisipasi untuk dana murid yang
seringkali tidak tepat waktu dibayar serta persepsi masyarakat yang menganggap
pendidikan tidak menjamin peningkatan kesejahteraan hidup (Usman, et al.,
2001).
Berdasarkan studi kasus yang terjadi pada kedua propinsi tersebut, maka
terlihat bahwa pengaruh kondisi suatu daerah sangat berperan dalam
pengembangan wilayahnya. Hal lain yang erat kaitannya adalah bagaimana upaya
stakeholder untuk mengelola wilayahnya. Hal ini dikarenakan desentralisasi
pendidikan ini memberikan wewenang terhadap daerah untuk mengembangkan
dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tersebut, maka diperlukan adanya
roda penggerak agar masing-masing daerah dapat membangkitkan semangat
penggalakkan bidang pendidikan. Seperti yang terjadi di Kalimantan Timur,
dimulai dengan penentuan visi dan misi propinsi yang salah satunya
mengkonsentrasikan pada pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 5Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
kemudian ditunjang dengan pendapatan daerah memadai yang merupakan input
dasar sebagai modal dalam pelaksanaan peningkatan kualitas pendidikan. Pada
tahap selanjutnya, komitmen ini diwujudkan dalam tindakan-tindakan agresif dan
berfokus pada upaya desentralisasi pendidikan yang tentunya telah dimatangkan
konsep rancangan dan prosedurnya. Berikut merupakan hal-hal yang memiliki
peranan penting dalam upaya desentralisasi pendidikan.
Gambar 1.Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Pelaksanaan Desentralisasi Pendidikan
Bagan tersebut menunjukkan bahwa desentralisasi pendidikan memiliki
pilar-pilar utama yang dapat mendukung keberlangsungan peningkatan kualitas
pendidikan. Integrasi antara pihak yang terlibat hingga penganggaran dana dan
rancangan aturan dan tindakan mutlak diperlukan. Bercermin pada kasus
mengenai desentralisasi pendidikan yang terjadi di Sulawesi Utara dan Gorontalo,
dimana kedua propinsi ini memliki perbedaan yang cukup signifikan. Tahun 2002,
Sulawesi Utara menduduki peringkat kedua IPM dari seluruh propinsi di
Indonesia, sedangkan Gorontalo yang pada saat itu baru saja memisahkan diri
menjadi sebuah propinsi baru hanya menduduki peringkat 24, nyatanya tidak
berpengaruh besar pada sektor pendidikan. Kedua propinsi ini masih mengalami
krisis dalam pengembangan pendidikan dan hal ini juga tidak dapat dilepaskan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 6Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
dari pengaruh sistem pemerintahan yang berjalan di kedua propinsi ini. Perlu
dipahami bahwa dalam era otonomi daerah ini, segala kebijakan dan keputusan
yang tercakup sebagai wewenang pemerintah daerah akan diserahkan kepada
pemerintahan di daerah tersebut. Oleh karena itu, usaha pengembangan kawasan
sangat bergantung pada kebijakan yang berlaku di daerah tersebut, dimana dalam
hal ini pendidikan juga termasuk salah satu hal yang diatur oleh pemerintah
daerah.
Jika pemerintah telah berkomitmen dan memprioritaskan peningkatan
kualitas pendidikan, maka tentunya harus didukung dengan dana yang memadai
sebagai modal dasar untuk memfasilitasi sarana dan prasarana pendidikan. Studi
kasus di Kalimantan Timur merupakan contoh bagaimana daerah tersebut berhasil
menghimpun dana anggaran pendidikan yang didapatkan dari pemasukan di
sektor lain, seperti sumber daya alam dan pariwisata. Kalimantan Timur yang
dikenal sebagai propinsi yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dengan
sistem pengelolaan yang cukup baik berhasil menjadikan pemasukan yang didapat
dari sektor lain sebagai modal untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Setelah
menetapkan kebijakan dalam hal memprioritaskan pengembangan di bidang
pendidikan dan penetapan rancangan penganggaran dana, maka diperlukan
adanya pematangan konsep dalam hal persiapan pelaksanaan kegiatan. Hal ini
sejalan dengan yang terjadi di Kalimantan Timur dimana setelah dicanangkan
sektor pendidikan sebagai salah satu prioritas program daerah, maka langkah yang
kemudian harus dilakukan penentuan titik awal kegiatan dan saat ini pemerintah
Kalimantan Timur telah bekerja sama dengan Universitas Mulawarman untuk
menyekolahkan seluruh guru. Selanjutnya, Kalimantan Timur akan
mengembangkan sistem pendidikan daerah dengan membuat perda mengenai
kebijakan pelaksanaan pendidikan Kalimatan Timur agar pengembangan
pendidikan di Kaltim memiliki acuan perundangan yang jelas dan memiliki arah
tujuan yang pasti.
Sementara itu, upaya perbaikan kualitas pendidikan di Sulawesi Utara dan
Gorontalo masih berbenturan dengan tingkat kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya pendidikan. Mengacu pada hal tersebut, himbauan kepada masyarakat
untuk juga diperlukan mengingat masyarakat merupakan sasaran kegiatan dari
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 7Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
upaya perbaikan kualitas pendidikan. Rendahnya kesadaran masyarakat ini
kemungkinan besar diakibatkan karena hal-hal yang diajarkan di sekolah tidak
dapat diterapkan dan membantu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam hal
memperlebar peluang kerja. Oleh karena itu, evaluasi penyesuaian kurikulum
terhadap tuntutan zaman juga merupakan salah satu tindakan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di era otonomi daerah.
Berdasarkan studi kasus yang terjadi di beberapa propinsi di Indonesia,
dapat diketahui, bahwa sejatinya otonomi daerah ini dimaksudkan agar masing-
masing daerah dapat lebih optimal untuk mengembangkan wilayahnya sehingga
pemerataan pembangunan dapat terjadi. Namun, akibat tidak didukung dengan
kesiapan dan komitmen tegas dari masing-masing daerah, pada akhirnya terdapat
daerah yang masih jauh tertinggal dan tentunya hal ini bertolak belakang dengan
kondisi wilayah yang telah berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Jika dilihat secara menyeluruh, tentunya Indonesia masih memerlukan
pembenahan dalam bidang pendidikan dimana hal ini dapat terlihat dari indeks
pembangunan manusia Indonesia yang tergolong rendah. Namun, jika dikaji
berdasarkan kemampuan masing-masing wilayah, terdapat beberapa wilayah yang
menonjol di bidang pendidikan, seperti DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, dan
beberapa propinsi lainnya. Hal ini menjadi sebuah perbandingan yang sangat
kontras ketika wilayah tersebut disandingkan dengan wilayah yang masih
tertinggal dalam pengembangan pendidikan, seperti wilayah Indonesia bagian
timur. Perbedaan sumber daya dan pemasukan masing-masing daerah ini pada
akhirnya menimbulkan disparitas dalam pengembangan pendidikan. Oleh karena
itu, untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia pada era otonomi daerah
ini, maka pembenahan sistem pemerintahan yang salah satunya memprioritaskan
program peningkatan pendidikan yang kemudian didukung dengan koordinasi
antara stakeholder dan masyarakat serta dana yang memadai sebagai modal dasar
pembangunan.
4. Penutup
Gambaran mengenai studi kasus di beberapa propinsi, seperti Kalimantan
Timur, Sulawesi Utara dan Gorontalo mengenai peningkatan kualitas pendidikan
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 8Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
di era otonomi daerah ini menyiratkan hasil bahwa peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia belum merata. Hal ini disebabkan karena kemampuan
wilayah dalam pengembangan daerah memiliki perbedaan. Daerah yang memiliki
daya tarik tinggi, salah satunya memiliki kekayaan alam yang melimpah, maka
jika didukung dengan pengelolaan yang baik akan menghasilkan pemasukan bagi
daerah yang dapat digunakan untuk pengembangan sektor lainnya. Oleh karena
itu, pengalaman keberhasilan dari penerapan desentralisasi pendidikan pada
wilayah yang sukses meningkatkan kualitas pendidikan, sejatinya dapat menjadi
contoh pembelajaran bagi wilayah lainnya. Selain itu, perhatian masing-masing
daerah yang ditunjang dengan komitmen tegas untuk terus memperbaiki kualitas
pendidikan juga merupakan aspek penting dalam keberhasilan desentralisasi
pendidikan ini. Komitmen ini dapat dimulai dengan memprioritaskan
pembangunan program ini sehingga penganggaran dana pendidikan menjadi lebih
besar dan didukung dengan evaluasi sistem pendidikan yang telah berkembang
hingga saat ini serta pematangan konsep rancangan tindakan dan kedisipilinan
pelaksanaan program tersebut. Walaupun dalam pelaksanaan desentralisasi
pendidikan ini mengalami banyak kendala tetapi diharapkan agar pemerataan
peningkatan kualitas pendidikan dapat terwujud agar disparitas dibidang
pendidikan dapat terminimalisir.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 9Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Komunikasi dan Informatika. 2010. Indeks Pembangunan Manusia
Indonesia Menurun. (Online),
(http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/indeks-pembangunan-
manusia-indonesia-menurun/, diakses 15 April 2011).
Kaltim Post. 2010. Keunggulan Daerah Jelang Otonomi Award JPIP Kaltim
Anggaran Pendidikan Kutim Sudah 20 Persen. (Online),
(http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=59246,
diakses 15 April 2011).
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2009. Kaltim Buat Perda Sistem
Pendidikan. Kalimantan Timur. (Online),
(http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=2639,
diakses 15 April 2011).
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 2003. Kaltim Menghadapi Berbagai
Persoalan Pendidikan. Kalimantan Timur. (Online),
(http://www.kaltimprov.go.id/kaltim.php?page=detailberita&id=252,
diakses 15 April 2011).
Saripati, Ita. 2007. Menuju Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Otonomi
Daerah di Kalimantan Timur. Jurnal Pendidikan Inovatif Volume 3.
(Online), (http://www.docstoc.com/docs/21469954/Menuju-Pendidikan-
Berbasis-Masyarakat-dalam-Otonomi-Daerah-di, diakses 15 April 2011).
Undang-Undang No. 32 Tentang Pemerintah Daerah. (Online),
(http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32_2004_Pemerintahan
%20Daerah.pdf ,diakses 15 April 2011)
Usman, Syaikhu, et al. 2001. Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah:
Kasus Tiga Kabupaten di Sulawesi Utara dan Gorontalo. (Online),
(
http://www.smeru.or.id/report/field/plaksnaanotdasulut/plaksnaanotdasulut
.pdf, diakses 5 April 2011).
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 10Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
KUTIPAN SUMBER
1. Departemen Komunikasi dan Informatika. Indeks Pembangunan Manusia
Indonesia Menurun.
“Indeks pembangunan manusia(IPM) Indonesia semakin menurun dalam
dua tahun terakhir. Jika pada 2007 berada di peringkat 107 dari 177
negara, pada 2009 menurunmenjadi peringkat ke 111. Angka ini jauh di
bawah negara-negara ASEAN.”
2. Kaltim Post. Keunggulan Daerah Jelang Otonomi Award JPIP Kaltim
Anggaran Pendidikan Kutim Sudah 20 Persen.
“Pemkab Kutim telah mencanangkan kebijakan Kutim Cemerlang sebagai
grand design di bidang pembangunan pendidikan. Secara umum,
pencapaian kinerja di bidang pendidikan tahun 2009 dapat mencapai
sasaran yang telah ditargetkan dengan capaian kinerja sasaran rata-rata
75,81 persen dengan interpretasi ”Berhasil”.”
3. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Kaltim Buat Perda Sistem Pendidikan
“Sistem pendidikan di Kaltim pada 2010 sudah akan memiliki payung
hukum yang kuat dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda)
tentang Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Pendidikan Provinsi
Kaltim agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan sesuai UUD 1945 dan
semangat otonomi daerah. Sebagai komitmen kuat dari Pemprov Kaltim
untuk menjalankan dan melaksanakan program peningkatan sumber daya
manusia dalam bidang pendidikan, maka akan diterbitkan Perda
mengenai pendidikan sebagai jaminan terhadap pelaksanaan pendidikan
di kabupaten dan kota se Kaltim sehingga berjalan baik dan memiliki
kepastian hukum.”
4. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Kaltim Menghadapi Berbagai
Persoalan Pendidikan.
“Berbagai persoalan pendidikan yang dihadapi Kaltim, yakni lemahnya
manajemen, tenaga pengajar yang belum atau kurang profesional,
ketimpangan jumlah dan mutu tenaga pengajar di perkotaan dan pedesaan.
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 11Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
Selain itu, Kaltim juga terbatas dalam hal dukungan dana dan belum
memadainya sarana serta prasarana pendidikan yang masih sangat terbatas
sehingga diperlukan kerja keras dari semua pihak untuk mengangkat mutu
pendidikan Kaltim sebagai salah satu upaya peningkatan sumber daya
manusia (SDM).”
5. Saripati, Ita. 2007. Menuju Pendidikan Berbasis Masyarakat dalam Otonomi
Daerah di Kalimantan Timur.
“Ada enam faktor yang menyebabkan pelaksanaan otonomi pendidikan
belum berjalan, yaitu: (1) belum jelas aturan permainan tentang pe-ran dan
tata kerja di tingkat kabupaten dan kota, (2) pengelolaan sektor publik
termasuk pengelolaan pendidikan yang belum siap untuk dilaksanakan se-
cara otonom karena SDM yang terbatas serta fasili-tas yang tidak
memadai, (3) dana pendidikan dan APBD belum memadai, (4) kurangnya
perhatian pemerintah maupun pemerintah daerah untuk lebih melibatkan
masyarakat dalam pengelolaan pendi-dikan, (5) otoritas pimpinan dalam
hal ini Bupati/ Walikota sebagai penguasa tunggal di daerah ku-rang
memperhatikan dengan sungguh-sungguh kondisi pendidikan di daerahnya
sehingga angga-ran pendidikan belum menjadi prioritas utama, dan (6)
kondisi dari setiap daerah tidak memiliki keku-atan yang sama dalam
penyelenggaraan pendidikan disebabkan perbedaan sarana, prasarana dan
dana yang dimiliki.”
“Kompetensi guru telah dilakukan di Kaltim dengan menyekolahkan
semua guru yang belum sarjana. Hal ini dilakukan dengan menggunakan
anggaran APBD dan bekerja sama dengan Univer-sitas Mulawarman
Samarinda sebagai perguruan tinggi negeri yang ada di Kaltim.”
6. Undang-Undang No. 32 Tentang Pemerintah Daerah.
“Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.”
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 12Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
Mutu Pendidikan di Indonesia Pada Era Otonomi DaerahMata Kuliah Perencanaan Wilayah
“Urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama”
7. Usman, Syaikhu, et al. 2001. Pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah:
Kasus Tiga Kabupaten di Sulawesi Utara dan Gorontalo.
“Berdasarkan hasil pemantauan Tim SMERU ke beberapa sekolah di tiga
kabupaten sampel di Sulut, dapat dikemukanan beberapa temuan
menyangkut perkembangan dan permasalahan pelayanan publik
khususnya di sektor pendidikan. Di satu sisi ada upaya inisiatif daerah
untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, namun di sisi
lain pelayanan di sektor ini masih dihadapkan pada permasalahan klasik
menyangkut minimnya dana, tidak lengkapnya fasilitas sekolah, dan
kekurangan guru. Adapun upaya peningkatan mutu pendidikan di
Sulawesi Utara dan Gorontalo terhambat beberapa kendala, sebagai
berikut.
a. Kuantitas dan kualitas guru yang tidak memadai
b. Partisipasi orang tua murid tidak optimal
c. Fasilitas pendidikan yang masih minim
d. Apresiasi masyarakat terhadap pendidikan dikhawatirkan turun.”
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota 13Fakultas Teknik-Universitas Brawijaya
top related