evaluasi anggaran kesehatan (pelaksanaan … · gedung pelayanan kesehatan 0,99 t 31,63 % alat...
Post on 06-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI ANGGARAN KESEHATAN (PELAKSANAAN PROGRAM DEKONSENTRASI DAN
DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN 2018)
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RITangerang, 11 Februari 2019
2
ANGGARAN KESEHATAN SEBAGAI MANDATORY BUDGETMENURUT UU 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjaminterselenggarannya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Pasal 170) .
95 %
Belanja APBNLainnya
≥2/3Pelay Publik
= (3,3% APBN )
≤ 1/3 Utk KegiatanLainnya (1,7%
APBN)
5 %
APBN Lainnya Pelayanan Publik Kegiatan lainnya
Minimal 2/3-nya untukpelayanan publikterutama utk (PendudukMiskin, Usila & AnakTerlantar) (Pasal 172)
Besaran alokasi anggaranKesehatan Pemerintahminimal 5% APBN & 10% APBD
diluar Gaji (Pasal 171).
TREN ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBN TH 2014 S.D 2019
3
Proporsi Anggaran Kesehatan naik 1,7% dari semula 3,3% pada tahun 2014 menjadi 5% pada tahun 2016 dan tetap dijaga proporsinya 5 % dari APBN hingga tahun 2019.
Proporsi Anggaran Kemenkes & DAK Kesehatan terhadap APBN naik 0,7% pada periode tahun 2014 s.d 2019.
Namun proporsi anggaran Kemenkes terhadap APBN menurun 0,3% pada periode 2014 s.d 2019.
* Pagu Harian Berdasarkan SMART DJA Per 29 Jan 2019 Pukul 20.00 WIB
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Anggaran Kemenkes* 50,35 54,3 65,7 59,1 61,9 58,7
Anggaran Kesehatan 61,2 74,4 104,1 104,0 111,0 123,2
APBN 1.842,50 1.984,1 2.082,9 2.080,5 2.220,7 2.461,1
% Anggaran Kesehatan 3,3% 3,7% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
% Anggaran Kemenkes 2,7% 2,7% 3,2% 2,8% 2,8% 2,4%
% Anggaran Kemenkes dan DAK Kesehatan 2,9% 3,1% 4,1% 4,0% 4,0% 3,6%
3,3% 3,7%
5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
2,7% 2,7%
3,2%2,8% 2,8%
2,4%
2,9%3,1%
4,1%4,0% 4,0%
3,6%
0,0%
1,0%
2,0%
3,0%
4,0%
5,0%
6,0%
0,00
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00(D
alam
Trili
un
Rp
)
Sumber : World Bank-Health Sector Public Expenditure Review Phase 3, 2018
Belanja kesehatan publik nasional terhadap GDP meningkat 0,3% dari semula 1,1% menjadi 1,4% dalam periode 2014 s.d 2016. Pada 5 tahun periode sebelumnya proporsi berkisar 1,1%, namun demikian masih relatif rendah dibandingkan negara-negara lain.
BENCHMARKING BELANJA KESEHATAN PUBLIK NASIONAL TERHADAP GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)
Sumber : World Bank-Health Sector Public Expenditure Review Phase 3, 2018
BENCHMARKING TOTAL HEALTH EXPENDITURE (THE) vs HEALTY LIFE EXPECTANCY AT BIRTHS (HALE)
Secara empirik, peningkatan Total Health Expenditure per Capita akan meningkatkan Umur Harapan Hidup Sehat (Healthy Life Expentancy at Births/HALE) .
Dibanding dengan negara-negara yang berpenghasilan relatif sama, Indonesia kurang dalam Belanja Kesehatan. Selain itu underperforms (kurang menghasilkan) jika dibanding Vietnam & Srilanka.
Indonesia berpeluang dapat meningkatkan outcome kesehatannya apabila kualitas belanjanya ditingkatkan.
OUTCOMES KESEHATAN vs GROSS NATIONAL INCOME (GNI)
Sumber : World Bank-Health Sector Public Expenditure Review Phase 3, 2018
• Gambaran empiris korelasi negatif AKI per 100.000 kelahiran hidup dengan Gross National Income (GNI) per capita. Semakin tinggi GNI per capita semakin turun AKI-nya.
• Posisi AKI per 100.000 kelahiran hidup terhadap GNI per Capita Indonesia masih on the track.
▪ Semakin tinggi GNI per Capita semakin rendah prevalensi stuntingnya.
▪ Kinerja Indonesia dalam hal pencegahan stunting lebih baik dari Laos dengan prevalensi stunting (44%) dan India (39%)
dan Filipina (33%)
36,8 35,737,2
33,630,8
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2007 2010 2013 2016 2018
Stu
nting P
revale
nce (
%)
year
Source : Riskesdas, 2007-2018, year 2016=Sirkesnas
OUTCOMES KESEHATAN vs GROSS NATIONAL INCOME (GNI)
Sumber : World Bank-Health Sector Public Expenditure Review Phase 3, 2018
PEM
BA
NG
UN
AN
8
AnggaranKementerian
KesehatanTAHUN 2018
Rp 59,09 T(Termasuk PBI
Rp. 25,50 T)
Pegawai 5,94 T 79,20 %
Operasional perkantoran 1.22 T 16,27 %
Pemeliharaan gedung dan sarpras kantor 0,34 T 4,53%
RUTIN:
Rp 7,50 T12,70%
PEMBANGUNAN
NON FISIK:Rp 48,46 T
82,01%
PEMBANGUNAN
FISIK:Rp 3,13 T
5,29%
Gedung Pelayanan Kesehatan 0,99 T 31,63 %
Alat Kesehatan 0.64 T 20,45 %
Mobil Ambulan, motor penyuluh dan Belanja Modal Lainnya1,50 T 47,92 %
PBI/Bansos 25,50 T 52,62 %
Makanan Tambahan Untuk Masyarakat 0,89 T 1,83 %
Obat/Vaksin 4,63 T 9,56 %
BMHP dan Oprs RS/balai kesehatan 10,07 T 20,78 %
Pendidikan & pelatihan 1.08 T 2,23 %
Pencegahan dan pengendalian penyakit 1,62 T 3,34 %
Sosialisasi/workshop/diseminasi/pertemuanteknis/sosialisasi/koordinasi/Akreditasi RS/Puskesmas danSPA/Telemedicine
1.00 T 2.06 %
Promkes (preventif-promotive) 0,37 T 0,77 %
Pembangunan Non Fisik Lainnya (Riskesnas,penelitian, Kes.Haji, dll) 3,30 T 6,81 %
PEMANFAATAN ANGGARAN KEMENKES TAHUN 2018
99
TREN SERAPAN ANGGARAN KEMENKES
TA 2016 s.d 2018
Sumber : SMART DJA, per 25 Des 2018
• Tren penyerapan anggaran kurang maksimal pada semua kewenangan
• Perlu optimalisasi kualitas pemanfaatan anggaran Kemenkes.
Kantor Pusat Kantor Daerah Dekonsentrasi
2016 PAGU 40.792.626.457.000 22.756.907.483.000 2.113.059.057.000
2017 PAGU 37.056.242.279.000 20.991.160.182.000 1.066.701.376.000
2018 PAGU 39.351.738.802.000 21.341.370.486.000 1.102.942.700.000
2016 % 89,6% 84,5% 58,7%
2017 % 95,0% 89,5% 88,1%
2018 % 87,3% 77,3% 81,6%
89,6%84,5%
58,7%
95,0%89,5% 88,1%87,3%
77,3%81,6%
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
90,0%
100,0%
0
5.000.000.000.000
10.000.000.000.000
15.000.000.000.000
20.000.000.000.000
25.000.000.000.000
30.000.000.000.000
35.000.000.000.000
40.000.000.000.000
45.000.000.000.000
(dalam Rupiah)(Persentase)
10
TREN REALISASI ANGGARAN DEKONSENTRASI PER PROVINSI TA 2016-2018
• Terdapat pola serapan konsisten rendah dibawah rata-rata nasional (Prov. Jabar, DIY, Jatim, Sumbar, Maluku dan Kaltara)• Kecenderungan memperbanyak jenis dan frekwensi kegiatan sehingga sasaran yang tercakup terbatas (26% s.d 55%) &
tidak mampu laksana ➔ Ekstensifikasi penerima manfaat untuk penyerapan & peningkatan capaian program.
0,0%
10,0%
20,0%
30,0%
40,0%
50,0%
60,0%
70,0%
80,0%
90,0%
100,0%
0
20.000.000.000
40.000.000.000
60.000.000.000
80.000.000.000
100.000.000.000
120.000.000.000
140.000.000.000D
KI
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
AC
EH
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
LAM
PU
NG
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
MA
LUK
U
BA
LI
NTB
NTT
PA
PU
A
BEN
GK
ULU
MA
LUT
BA
NTE
N
BA
BEL
GO
RO
NTA
LO
KEP
RI
PA
BA
R
SULB
AR
KA
LTA
RA
2016 PAGU
2017 PAGU
2018 PAGU
2016 %
2017 %
2018 %
(Dalam Rupiah) (Persentase)
Nasional 2018: 80,8%
Nasional 2017: 88,1%
Nasional 2016: 58,7%
Sumber : SMART DJA, per 25 Des. 2018
11
REALISASI ANGGARAN DEKONSENTRASI PER PROVINSI PER PROGRAM TA 2018
• Penyerapan sangat rendah untuk Program JKN di Maluku & Papua Barat & untuk program Kesmas di Aceh. • Penyerapan dibawah rata-rata Nasional di sebagai besar propinsi pada Program JKN dan Kesmas.
0,0%
20,0%
40,0%
60,0%
80,0%
100,0%
120,0%
DK
I
JA
BA
R
JA
TE
NG
DIY
JA
TIM
AC
EH
SU
MU
T
SU
MB
AR
RIA
U
JA
MB
I
SU
MS
EL
LA
MP
UN
G
KA
LB
AR
KA
LT
EN
G
KA
LS
EL
KA
LT
IM
SU
LU
T
SU
LT
EN
G
SU
LS
EL
SU
LT
RA
MA
LU
KU
BA
LI
NT
B
NT
T
PA
PU
A
BE
NG
KU
LU
MA
LU
T
BA
NT
EN
KE
P.
BA
BE
L
GO
RO
NT
ALO
KE
PR
I
PA
BA
R
SU
LB
AR
KA
LT
AR
A
DUKMAN JKN KESMAS YANKES P2P FARMALKES PPSDMKES
Rata-Rata
Nasional:
80,8%
Sumber : SMART DJA, per 25 Des. 2018
Tren Serapan Anggaran
SERAPAN DEKON versus CAPAIAN INDIKATOR PEMERIKSAAN KEHAMILAN (K4)
Terdapat beberapa pola serapan anggaran dekon versus capaian indikator (K4) :1. Serapan relatif rendah tetapi capaian indikator tinggi (DIY, DKI, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalsel)2. Serapan relatif rendah capaian indikator juga rendah (Papua, Maluku, Papua Barat, Sulbar, Kalbar, Aceh, Riau, Babel,
Kaltim, Sumbar)3. Serapan relatif tinggi capaian indikator juga tinggi (Bali, Jawa Tengah, NTB, Kep. Riau, Lampung, Banten)4. Serapan relatif tinggi tetapi capaian indikator relatif rendah (Gorontalo, Sultra, Malut, Sulteng, Kalteng, Sulut, Sulsel,
NTT, Sumsel, Sumut, Jambi, Kaltara, Bengkulu)
TREN ANGGARAN DAK BIDANG KESEHATAN vs INDEKS KESIAPAN LAYANAN KESEHATAN
Tren anggaran DAK meningkat terus dari
3,356 T pada tahun 2015 menjadi 26,007 T
pada tahun 2018 terdiri atas DAK Fisik & DAK
Non Fisik
Gambaran serapan DAK Kesehatan pada
SubBidang Fisik Reguler masih belum optimal
Sumber : World Bank-Health Sector Public Expenditure Review Phase 3, 2018
87.16%91.51%
85.52%
80.67%
87.89%
95.30%
76.54%
78.46%
88.48%
87.17%
78.12%
77.86%
88.35%
93.02%
85.10%
86.46%82.55%82.01%
69.36%
93.29%
89.52%
79.11%
77.58%
81.48%
78.75%
95.21%
85.34%
80.74%
79.78%
70.78%
77.23%
92.61%78.33%
Provinsi Aceh Provinsi Bali
Provinsi Bangka Belitung
Provinsi Banten
Provinsi Bengkulu
Provinsi DI Yogyakarta
Provinsi Gorontalo
Provinsi Jambi
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Timur
Provinsi Kalimantan Barat
Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Tengah
Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Kepulauan Riau Provinsi Lampung
Provinsi Maluku
Provinsi Maluku Utara
Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Papua
Provinsi Papua Barat
Provinsi Riau
Provinsi Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Sulawesi Tengah
Provinsi Sulawesi Tenggara
Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sumatera Barat
Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Utara
REGULER
TINDAK LANJUT
1. Dari analisis cakupan sasaran kegiatan Dekon seperti orientasi, pelatihan, sosialisasi baru berkisar 26% s.d 55% dari sasaran, maka untuk kegiatan Dekon perlu optimalisasi pemanfaatan anggaran yang diarahkan untuk perluasan cakupan sasaran.
2. Peningkatan kualitas belanja sehingga semakin efektif dan efisien untuk meningkatkan Value for Money melalui pembelajaran yang baik (best practices) antara lain melalui peningkatan sinkronisasi, kolaborasi dan integrasi lintas program, lintas sektor serta antara pusat dan daerah.
3. Peningkatan alokasi DAK perlu diiringi dengan optimalisasi pemanfaatan hasil sehingga semakin mendukung pembangunan kesehatan di daerah. Hambatan administratif dalam penyerapan anggaran DAK agar diantisipasi dan dicarikan solusinya dimasing-masing daerah.
top related