evaluasi program bantuan pangan non tunai (bpnt) … · 2020. 12. 5. · evaluasi program bantuan...
Post on 15-Feb-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
EVALUASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)
BERBASIS ELEKTRONIK MELAUI KARTU KOMBO
DI KABUPATEN BANTAENG
Disusun Oleh
EGGIE RIVALINA MAGHFIRA
NIM : 105641111716
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
1
EVALUASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT)
BERBASIS ELEKTRONIK MELAUI KARTU KOMBO
DI KABUPATEN BANTAENG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
EGGIE RIVALINA MAGHFIRA
NIM : 105641111716
Kepada :
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
-
2
-
3
-
4
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Eggie Rivalina Maghfira
Nomor Stambuk : 10564111716
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya tulis ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri
tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau
melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di
kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia merima sanksi
akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Februari 2020
Yang Menyatakan,
Eggie Rivalina Maghfira
-
5
ABSTRAK
Eggie Rivalina Maghfira. 2020. Evaluasi Program Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten
Bantaeng (Dibimbing oleh Hj. Ihyani Malik dan Ahmad Taufik )
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng, tepatnya di Desa Kampala, Kecamatan Eremersa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu gambaran secara objektif terkait keadaan suatu program, dan tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu meneliti suatu kasus pada satu kesatuan sebuah program. Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder dengan informan pokok 10 orang dan informan pendukung 5 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan metode pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan menujukkan beberapa indikator berupa Efektivitas dalam unit pelayanan memberikan bantuan BPNT cukup efektif karena tidak berdesak-desakan Efisien sebab dalam memperoleh bantuan pangan tidak dikenakan biaya. Kecukupan/ketepatgunaan pogram BPNT menggunakan kartu kombo sehingga memudahkan dalam pengambilan bantuan dan meminimalisir kecurangan. Perataan program BPNT belum merata, sebab tidak semua PKH mendapatkan BPNT, sedangkan berdasarkan keputusan Kementrian Sosial menguatamakan. Respon masyarakat antusias sebab kualitas beras yang bagus (premium) serta ditambah dengan bantuan telur, ayam, sayur dan bauh-buahan. Ketepatan dalam menyalurkan bantuan telah tersalurkan ke beberapa kelompok masyarakat yang membutuhkan hanya saja masih belum merata. Faktor yang mempengaruhi diberlakukannya program BPNT adalah Data yang jarang diperbaharui, Tidak termasuk dalam Indikator Penerima BPNT, Penyaluran Bantuan, Mekanisme pasar, Mengurangi beban pengeluaran BPNT, Pemenuhan Gizi Seimbang dan Pelayanan Sistem Perbankan.
Kata Kunci : Berbasis Elektronik, Evaluasi, Kebijakan, Program.
-
6
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya yang tak terhingga dan nikmat-nya yang tak
berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Berbasis Elektronik
Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng”.
Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi
syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan dari program studi Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas penyusunan skripsi
ini tidaklah mudah. Namun penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang
membantu saya dalam menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini dan skripsi ini
tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. Kepada kedua orang tua tercinta yang sangat berjasa dan senantiasa
membesarkan, merawat, memberikan pendidikan sampai pada jenjang
saat ini, mendoakan member semangat dan motivasi serta bantuan baik
dari moril ataupun materi dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya
beliau berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
-
7
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan 1 Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Ibu Dr Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Ahmad Harakan S.IP., M.HI selaku sekretaris Jurusan
Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Rudi Hardi, S.Sos., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik
Penulis ± 4 tahun menapaki jenjang Pendidikan di bangku kuliah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar.
6. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak
Ahmad Taufik, M. Si., M.AP selaku pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
7. Para dosen dan staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan bekal
pengetahuan bagi penulis selama menjalani proses perkuliahan.
8. Pihak Dinas Sosial Kabupaten Bantaeng yang telah membantu penulis
dalam memberikan informasi terkait penelitian ini.
-
8
9. Bapak Mustakim selaku Kordinator Kabupaten Penyalur Bantuan
Pangan Non Tunai yang telah meluangkan waktunya di tengah padatnya
aktivitas sehari-hari .
10. Bapak Nurdin selaku Pendamping Kecamatan Penyalur Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) yang telah memberikan informasi yang dibutuhkan
terkait penulisan skripsi ini.
11. Ibu Uli selaku pengelolah Elektronik Warung Gotong Royong (E-
Warong), pihak BRI dan masyarakat penerima BPNT di Kecamatan
Eremerasa yang telah memberikan banyak bantuan berupa informasi
terkait Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
12. Sahabat Geslek Squad (Hadija Nur, S. IP, A. Nawira, Lilis Nursaleha
Burhan, S. IP dan Eka Purwanti) yang selama sudah seperti saudara
yang memberikan banyak kebahagiaan dan persaudaraan selama
menjalani aktivitas perkuliahan di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Menjadi lulusan di tengan wabah Covid 19
sungguh tak mudah sebab telah menguras waktu, tenaga, pikiran dan
masalah terbesar adalah dalam hal biaya. Di tengah tuntutan wisuda dari
lingkungan sekitar dan keluarga, perekonomian melemah karena covid
bahkan ada beberapa diantara teman-teman yang menjual beberapa
barang demi meraih gelar sarjana. Eva Sulastriy Anwar dan Vinta Sri
Rahayu, S. Pd yang juga selalu menyemangati dan menjadi tempat
berbagi cerita
-
9
13. Kepada saudariku Muhammad Darwis yang memberikan semangat dan
dukungan dan Sepupuku Mita Aminarti yang selalu menjadi tempat
berkeluh kesah perihal peliknya menjadi sarjana.
14. Teman-teman kelas IP-C 2016 dan Angkatan MILITAN kalian luar
biasa, para pejuang sarjana di tengah wabah Covid 19.
Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan pengorbanan dan kebaikan
itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak. Akhir kata penulis
mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca untuk menambah Ilmu Pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
Ilmu Pemerintahan.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Makassar, Juli 2020
EGGIE RIVALINA MAGHFIRA
-
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN .............................................................................................. ii
PENERIMA TIM ............................................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... .v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
BAB II TINAJAUN TEORI
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 10
B. Konsep Evaluasi ................................................................................... 13
C. Konsep Evaluasi Program .................................................................... 13
D. Konsep Evaluasi Kebijakan ................................................................. 23
E. Konsep Kesejahteraan Sosial ............................................................... 28
F. Kerangka Fikir ..................................................................................... 32
G. Fokus Penelitian ................................................................................... 33
H. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
-
11
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................... 37
B. Tipe dan Jenis Penelitian ...................................................................... 37
C. Informan Penelitian .............................................................................. 38
D. Sumber Data ......................................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 39
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40
G. Pengabsahan Data ................................................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................... 45
B. Evaluasi Program BPNT Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di
Kabupaten Bantaeng ............................................................................ 45
1. Evaluasi Program ........................................................................... 58
a. Proses ....................................................................................... 58
b. Hasil ......................................................................................... 65
2. Evaluasi Kebijakan......................................................................... 69
a. Efektivitas ............................................................................... 69
b. Efisiensi ................................................................................... 77
c. Kecukupan/Ketepatgunaan ...................................................... 80
d. Perataan .................................................................................... 83
e. Responsivitas............................................................................ 85
f. Ketepatan.................................................................................. 88
C. Faktor Yang Mempengaruhi Program BPNT Berbasis Elektronik Melalui
Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng ................................................ 95
-
12
1. Data Yang Jarang Diperbaharui ..................................................... 95
2. Tidak Termasuk Dalam Indikator Penerima BPNT ....................... 98
3. Penyaluran Bantuan........................................................................ 99
4. Mekanisme Pasar............................................................................ 101
5. Mengurangi Beban Pengeluaran RT .............................................. 105
6. Pemenuhan Gizi Seimbang ............................................................ 106
7. Pelayanan Dengan Sistem Perbankan ............................................ 108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 112
B. Saran ..................................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 116
LAMPIRAN ..................................................................................................... 117
-
13
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Desil ................................................................................................ 5
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 10
Tabel 2.2. Kerangka Berpikir ........................................................................... 33
Tabel 3.1. Informan Penelitian ......................................................................... 39
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Bantaeng Berdasarkan Kecamatan .................... 47
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Eremerasa ......... 49
Tabel 4.3. Tabel Jumlah Dusun, RT dan RW Kecamatan Eremerasa ............. 50
Tabel 4.4. Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial ......................................... 57
Tabel 4.5. Daftar Penerima BPNT Desa Kampala ........................................... 85
-
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan dan ketimpangan pangan hingga kini di Indonesia adalah
suatu tantangan yang dihadapai pemerintah dari masa ke masa dan perlu untuk
segera dituntaskan. Ketimpangan pangan dapat memberikan dampak buruk bagi
kondisi kesejahteraan masyarakat, hal demikian dikarenakan ketersediaan pangan
yang tidak untuk dikonsumsi dan kurang berkualitas, sehingga dapat menurunkan
kondisi kesejahteraan masyarakat. Persoalan pangan adalah permasalahan yang
kompleks dan sangat memerlukan perhatian dari pemerintah sehingga dibutuhkan
penanganan program secara terpadu dan berkelanjutan (Rachman , 2018).
Oleh sebab itu, perlu diupayakan pengurangan taraf hidup masyarakat
miskin menuju sejahtera dengan cara pemerintah mengambil tindakan dengan
mengeluarkan beberapa program untuk memudahkan akses pangan serta
memenuhi nutrisi pangan dalam dalam memenuhi kehidupan yang lebih sehat dan
aktif (Surya Kharismawati & Rosdiana, 2018). Program solutif dari pemerintah
untuk hal ini yakni Beras Miskin (Raskin). Raskin jenis bantuan pangan, yang
mana jenis pangan yang disalurkan adalah beras dengan harga jual lebih murah
dari harga yang dipasarkan dan diselenggarakan oleh pemerintah diperuntukkan
untuk masyarakat miskin atau masyarakat dengan perekonomian lemah. Program
raskin merupakan program yang telah berjalan sejak tahun 2002 dan harga yang
perlu ditebus oleh masyarakat miskin adalah seharga Rp 1.600 per kg dengan
harapan dari pemerintah dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga
miskin (Arif, 2017).
-
15
Dan pada tahun 2015 Program Raskin diganti nama menjadi Program
Beras Sejahtera (Rastra) oleh Khofifah Indar Parwansa yang saat itu menjabat
sebagai Menteri Sosial, menurut Khofifah pemikiran untuk mengubah Program
Raskin menjadi Program Rastra adalah bermula ketika Ia mendatangi Gudang
Bulog Drivre Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut Khofifah, penggantian
nama program bantuan tersebut bertujuan untuk mengubah pemikiran masyarakat,
yang mana sebelumnya sebelumnya program bantuan tersebut bernama “Raskin”
dengan tujuan untuk membantu masyarakat miskin, diubah dengan nama “Rastra”
dengan harapan beras yang disalurkan oleh pemerintah dapat memperbaiki
kondisi rakyat dengan keadaan yang sejahtera (V. Arief, 2015). Bantuan Rastra ini
hanya diperuntukkan untuk masyarakat yang berekonomi lemah dengan
memperoleh sokongan sebesar Rp. 5.000 per kg (Kompas, 2015).
Melalui rapat terbatas Presiden Jokowi Widodo pada tahun 2016, yang
membahas tentang penyaluran bantuan Program Raskin akan digantikan dengan
menyalurkan bantuan melalui kartu elektronik, yang mana kartu elektronik akan
dibagikan untuk rumah tangga sasaran, kemudian bantuan pangan yang
menggantikan Program Raskin maka bantuannya akan disalurkan dengan sistem
penyaluran non tunai menggunakan sistem perbankan. Dari hasil rapat tertutup
presiden tersebut, maka keluarlah PePres No.63 Tahun 2017 terkait dnegan
saluran bantuan social non-tunai melalui Kementrian Sosial (I. S. Arief, 2017).
Dengan dikeluarkannya Program tersebut yang disalurkan lewat sistem
perbankan, sehingga pada Mei 2019 menjadi akhir penyaluran bantuan Program
-
16
Rastra, meskipun masih diperuntukkan untuk beberapa daerah terpencil dan sulit
dijangkau hingga September 2019 (V. Arief, 2015).
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) akan menggantikan penyaluran beras
secara langsung dan ditebus dengan sejumlah uang maka program BPNT akan
menyalurkan bantuan pangan dalam kartu elektronik yang berisi uang yang
diberikan oleh pemerintah, dengan uang tersebut masyarakat penerima BPNT
akan dibebaskan untuk membeli kebutuhan pokok yang diinginkan (Irwan
Susanto, 2019). Program BPNT awalnya disalurkan ke beberapa kota/daerah
terpilih di Indonesia yang dinilai memiliki kesiapan untuk menjalankan Program
BPNT ini, kesiapan yang dimaksudkan adalah dari segi akses dan fasilitas untuk
melaksanakan Program BPNT. Sebagaimana telah dituangkan dalam Peraturan
Presiden bahwa dalam penyaluran BPNT yang akan disalurkan secara non tunai
menggunakan sistem perbankan sehingga memerlukan akses jaringan yang
mendukung. Sebagai percontohan awal Kementrian Sosial menyalurkan BPNT
pada tahun 2017 yang didistribusikan kurang lebih 2.205 Keluarga Penerima
Manfaat di Surabaya dan Lamongan yang bekerjasama dengan pihak BNI
(Thomas, 2019).
Berdasarkann PERMENSOS no.11 Tahun 2018, Program Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) merupakan jenis bantuan langsung yang diberikan pada
masyarakat sebagai ganti dari Program Rastra dan menjadi Program BPNT yang
dibagikan non-tunai pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) perbulannya dan
hanya dapat dipergunakan untuk membeli sembako dan kebutuhan pokok rumah
tangga. Pencairan dana bantuan sosial dapat dilakukan di Elektronik Warung
-
17
Gotong Royong (E-Warong) atau agen yang telah bekerjasama dengan Himpunan
Bank Negeri (Himbara) dari pemerintah terkait pendistribusian bantuan pangan
secara non tunai (Rosaliana, Ana dan Hardjati, 2019).
Sebagaimana arahan dari pemerintah terksit proses pemberian bantuan
ersebut, maka Dinas Sosial selaku unit penyalur urusan pemerintah daerah dalam
bidang sosial mulai memberlakukan Program BPNT sejak Juni 2019. BPNT
merupakan saluran bantuan pada maysarakat yang termasuk pada KPM yang
penyalurannya tidak secara tunai dan dapat diterima perbulannya yang cara
pengambilannya telah ditentukan dnegan cara transaksi elektronik di E-Warong
yang telah ditunjuk ataupun mitra dengan bank terkait dengan kartu Kombo, yakni
suatu kartu yang dapat digunakan untuk transaksi secara elektronik bagii penerima
bantuan yang termasuk pada KPM dan KKS. (Maharani, 2017).
Tujuan dari Program BPNT yang diberikan oleh pemerintah adalah,
mengupayakan pengurangan keuangan pokok keluarga yang termasuk KPM
dengan cara memberikan bantuan sembako yang berguna untuk mereka dan dapat
tetap mengkonsumsi pangan yang layak atau tetap pada gizi yang baik, meratakan
ketepatsasaran untuk warga yang menerima bantuan ini, serta memberi opsi bagi
masyarakat yang termasuk KPM terkait jenis-jenis ap ayang mereka perlukan
untuk dibantu dalam hal pemenuhan keperlunan pokok untuk tetap membantu
masyarakat demi tercapainya pembangunan yang berlanjut.
Penerima Program BPNT adalah mereka yang harus memenuhi kriteria
yang ditetapkan yaitu mereka yang terdaftar dalam Basis Data Terpadu dan
tergolong dalam rumah tangga sasaran Kelompok Desil 1 dan Desil 2. Basis Data
-
18
Terpadu Penanganan Fakir Miskin (DT-PPFM) adalah sistem data elektronik
yang memuat informasi sosial, ekonomi dan demografi dan sekitar 25% rumah
tangga dengan status kesejahteraan terendah yang ditetapkan oleh Kementrian
Sosial (Maharani, 2017).
Rumah tangga dalam database terpadu dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok yang disebut desil. Desil adalah sepersepuluh bagian dari suatu
kelompok. sehingga seluruh rumah tangga tersebut dibagi dalam 10 bagian atau
10 desil, sesuai dengan ketentuan bahwa penerima bantuan adalah yang terdaftar
dalam kelompok desil 1 dan 2. desil 1 adalah kondisi kesejateraan masyarakat
setempat yang tergolong dalam kondisi kesejateraan 10% terendah sedangkan
untuk desil 2 adalah kelompok atau invidu masyarakat setempat yang memiliki
kondisi perekonomian atau tingkat kesejahteraan berada pada level 10%-20%
terendah dalam lingkungan masyarakat setempat (bdt.tnp2k.go.id, 2018).
Tabel 1.1.
Desil
No Keterangan
1. Desil 1 merupakan kelompok rumah tangga dalam kelompok atau per-
individu dengan taraf hidup dibawah 10%.
2. Desil 2 merupakan kelompok rumah dalam kelompok atau per-individu
dengan taraf hidup yaitu antara 10%-20%
Sumber : btd.tnp2k.go.id (Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepata
Penanggulangan Kemiskinan ).
-
19
Besaran BPNT pada awal dikeluarkannya program BPNT adalah Rp
110.000/KPM/bulan yang kemudian pada awal tahun 2020 besaran uang dalam
kartu elektronik ditambahkan uang sejumlah Rp 40.000/KPM sehingga total uang
elektronik dalam setiap kartu kombo yang akan diberikan kepada setiap KPM
sejumlah seratus lima puluh ribu rupiah pada tiap-tiap KPM yang disalurkan
secara non-tunai yang bisa untuk pertukaran dengan bahan0-bahan pokok ruumah
tangga. Selain itu bantuan yang diberikan pemerintah dalam Program BPNT tidak
dapat diakumulasikan, apabila penerima bantuan tidak dapat membelanjakan
bantuan pada e-warong maka bukan berikutnya bantuan dianggap hangus atau
tidak dapat diambil lagi. selain itu, dalam penyaluran bantuan pangan diharapkan
mewujudkan prinsip 6T dalam penyaluran bantuan pangan, prinsip 6T yang
dimaksud adalah Tepat Sasaran, Tepat Waktu, Tepat Jumlah, Tepat Kualitas,
Tepat Harga dan Tepat Administrasi (I. S. Arief, 2017).
Melalui BPNT adalah salah satu langlah yang ditempuh pemerintah dalam
meningkat kondisi kesejahteraan masyarakat serta membantu masyarakat yang
tergolong dalam perekonomian yang lemah, akan tetapi selama kurang lebih 2
tahun berjalannya BPNT dilingkungan masyarakat, penyaluran bantuan ini masih
dikatakakan kurang efisien, dikarenakan tidak tepat sasaran, dikarenakan beberapa
dari penerima BPNT sudah tidak termasuk dalam indikator penerima bantuan,
disebabkan pergantian data yang bergantung pada basis data terpadu, sedangkan
basis data terpadu hanya diperbaharui sekali dalam kurun waktu 6 bulan sehingga
diperlukan pengevaluasian, sebagai tolak ukur dari pencapaian keberhasilan
jalannya suatu program yang dilaksanakan. Purwanto dalam Zakky (2019)
-
20
mendefinisikan evaluasi merupakan bentuk penilaian yang diberikan untuk
melihat sejauh mana rogram yang berjalan dapat memberikan hasil yang
diharapkan atau belum. Evalusia juga dijadikan ukuran dalam perencaan,
penyedia informasi dan pengambilan putusan.
Untuk mengkaji lebih lanjut tentang berjalannya suatu program dan
penyebab permasalahn terkait yang dijelaskan di atas, maka penulis akan
membahas tentang “ Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng “.
B. Rumusan Masalah
Bantuan Pangan Non Tunai selama ini belum efisien, dikarenakan beberapa
bantuan pangan yang disalurkan tidak sesuai dengan prinsip dikarenakan beberapa
bantuan pangan yang disalurkan tidak sesuai dengan prinsip penyaluran BPNT
yang mana harus memenuhi tersalurkan kepada kelompok masyarakat yang
berbeda dan secara merata, permasalahan di lapangan berdasarkan hasil observasi
penyaluran bantuan tidak tepat sasaran dikarenakan beberapa penerima BPNT
sudah tidak termasuk dalam indikator penerima BPNT. Berdasarkan permasalahan
yang dijabarkan, maka berikut 2 rumusan masalah penelitian ini:
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten
Bantaeng ?
2. Faktor-faktor pengaruh Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng ?
C. Tujuan Penulisan
-
21
Tujuan dilakukannya penelitian yakni untuk:
1. Melihat Pelaksanaan Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten
Bantaeng.
2. Mengetahui Faktor-faktor pengaruh Program Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng.
D. Manfaat Penelitian
Ditinjau dari segi manfaat, maka penelitian ini didasarkan pada 2 jenis
kategori, yakni:
1. Secara teoritik
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber reverensi
dan pertimbangan untuk pihak-pihak tata laksana Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) dan perkembangan program
tersebut yang disesuaikan dnegan kebutuhan masyarakat.
b. Dapat dijadikan acuan dan bahan pendukung untuk penelitian
sejenis di masa mendatang.
2. Secara praktis
a. Untuk peneliti
Diharapkan hasil penelitian dapat memberikannya ilmu
pengeahuan terkait dengan tata laksana Program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) basis Elektronik Melalui Kartu
Kombo di Kabupaten Bantaeng.
-
22
b. Bagi Instansi
Penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran
terhadap Pelaksanaan Program Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) Berbasis Elektronik melalui Kartu Kombo di
Kabupaten Bantaeng agar dapat memperbaiki kekurangan
dalam penyaluran bantuan dan memenuhi prinsip penyaluran
BPNT sehingga bantuan tersalurkan kepada kelompok yang
berbeda.
-
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Untuk membandingkan penelitian ini dengan penelitian lainnya di masa
mendatang, maka peneliti mengambil beberapa contoh penelitian yang diteliti
oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Sehingga penulis dapat melihat kelebihan dan
keurangan dari penelitin-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta
membandingkannya dengan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu
yang terkait permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yakni:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Penulis
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Benny
Rachman,
Adang
Agustiawan
dan
Wahyudi
(2018)
Efektivitas Dan Perspektif
Pelaksanaan Program
Beras Sejahtera (Rastra)
Dan Bantuan Pangan Non-
Tunai (Kualitatif)
Penelitian ini untuk mengkaji
efektivitas pelaksanaan Rastra
dan BPNT (aspek 6T : Tepat
Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat
Waktu, Tepat Administrasi,
Tepat Harga dan Tepat Kulitas)
dan merumuskan sarana
kebijakan perbaikan
perlaksanaan Rastra dan BPNT.
Cakupan kajian dan data yang
-
24
digunakan adalah pada tingkat
nasional dengan keterwakilan
dari masing-masing kota
pelaksana program.
2. Yeen
Gustiance
(2019)
Evaluasi Pelaksanaan
Program Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) Dalam
Mendorong Pencapaian
Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Sustanaible
Developmnet
Goals/SDGS) Di Kota
Bandar Lampung
(Kualitatif)
Hasil pelaksanaan BPNT
berdasarkan tujuan program
belum optimal karena terjadi
peningkatan masalah saldo nol
dan permasalahan teknis
pelaksanaan tidak sesuai. Selain
itu aspek efektivitas tujuan
masih kurang baik, efisiensi
waktu penyaluran dan jumlah e-
warong yang belum baik,
responsivitas permasalahan
lambat, dan perataan penerima
yang masih kurang baik.
3. Ibnu
Sazime
Arief
(2017)
Evaluasi Pelaksanaan
Program Raskin Di
Kelurahan Maharatu Kota
Pekanbaru (Kualitatif)
Hasil penelitian terdapat
penyimpangan dalam
pelaksanaan program Raskin,
terlihat dari waktu penyaluran
Raskin yang tidak dilaksanakan
setiap bulannya, jumlah raskin
-
25
yang diterima RTM hanya 5-10
kg setiap periode penyaluran,
tidak tersedianya anggaran
dalam penyaluran raskin karena
tidak memiliki identitas sebagai
warga Kelurahan Maharatu dan
masih ada nepotisme yang
terjadi dalam pendataan RTM
sebagai penerima Raskin.
Dari penjelasan tabel di atas maka ditarik simpulan bahwasannya pada
penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan diantaranya pembahasan yang
sama-sama membahas tentang evaluasi pelaksanaan dari suatu program,
efektivitas BPNT dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam
menangani kemiskinan. Akan tetapi, sejauh ini belum ditemukannya penelitian
serupa mengenai pelaksanaan evaluasi Program BPNT khususnya di Kabupaten
Bantaeng. Karenanya, peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian
mengenai evaluasi pelaksanaan Program BPNT dapat teratasi guna mendukung
keberhasilan pelaksanaan Program BPNT dapat teratasi untk memberi dukungan
pada keberhasilan pelaksanaan pada tahun-tahun setelahnya secara berkelanjutan.
Harapannya yakni program ini dapat berjalan dan memberian manfaat kepada
masyarakat dengan memilih kualitas beras yang diinginkan, khususnya di
Kabupaten Bantaeng.
-
26
B. Konsep Evaluasi
Philips dan Homark mendefinisikan evaluasi adalah suatu istilah yang
kompleks dimana didalamnya memuat penarikan putusan tentang pencapaian
tujuan suatu program. Dasar kepitusan diambil dari data kuantitaif maupun data
kualitatif. Selanjutnya Lewhman (1990) berpendapat bahwa evaluasi dapat
diketahui berdasarkan pada tujuannya, terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi
sumatif dan formatif. Evaluasi formatif merupakan usaha untuk memperoleh
balasan atau timbal balik dari perbaikan program, sedangkan, evaluasi sumatif
yakni usaha dalam memberikan nilai dari manfaat suatu program dalam
pengambilan putusan. (Zakky, 2020).
Evaluasi berdasarkan KBBI yakni suatu bentuk nilai akhir dari adalah
proses penelitian yang positif dan negatif, dan merupakan kombinasi keduanya.
Disimpulkan lebih sederhana, yakni suatu langka atau cara dilakukan dalam
sebuah kegiatan guna memberikan sebuah penialain terhadap suatu hal yang akan
memperoleh manfaat dari program yang dievaluasi.
C. Konsep Evaluasi Program
Evaluasi merupakan rangkaian program atau kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan dan dilaksanakan dnegan sadar untuk mengetahui sejauh mana tingkat
suatu program mencapai keberhasilannya. Dalam kamus : 1. Program ialah
rancangan. 2. Program merupakan suatu aktifitas yang dapat dijalankan.
Melakukan evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat kesebrhasilan yang dicapai dalam hal
atau tujuan yang telah direncanakan (Arikunto, 2013).
-
27
Pandangan Tyler (1950), ia megatakan Evaluasi program merupakan
rangkaian proses untuk menentukan apakah tujuan program telah tercapai. Selain
itu, menurut Cronbach (1963) dan Stufflebeam (1971), evaluasi program adalah
upaya atau perilaku dalam memberikan informasi dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada pengambil keputusan. (Arikunto,
2004).
Jones mendefinisikan evaluasi program adalah kegiatan yang direncanakan
dengan mempertimbangkan fungsi serta kemanfaatannya dari segi jenis, teknik
dan model. Stufflebeam mendefinisikan“ The Process of delineating, obtaining,
and providing useful information for judging decision alternativies”. (Fatin,
2016).
Jadi berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, ditarik simpulan
bahwasannya evaluasi program merupakan salah satu aktifitas yang telah
direncanakan guna mengetahui sejauh mana suatu program telah berjalan dan
sejauh mana tingkat keberhasilan dari program tersebut, evaluasi bukanlah suatu
program yang dapat dikatakan berhasil atau berjalan sebagaimana mestinya.
1. Tujuan Evaluasi Program
Berikut di bawah ini diterangkan tujuan dari evaluasi program berdasarkan
pemikiran Muyatiningsih (2011) :
a. Menunjukkan kontribusi rencana terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Hasil evaluasi penting untuk mengembangkan program yang sama di
tempat lain.
-
28
b. Tentukan keberlanjutan prosedur, apakah perlu melanjutkan,
meningkatkan atau bahkan menghentikan prosedur.
Sedangkan Arikunto (2004) memaparrkan, ada dua dari tujuan sebuah
evaluasi yaitu terbagi dalam tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan umum
berarti program yang diarahkan secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus yang
dimkasud adalah dalam proses pengevaluasian yang difokuskan pada masing-
masing komponen.
Jadi, dari penjelasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwasannya tujuan
evaluasi program yakni guna melihat keadaan berkaitan dengan program yang
akan dievaluasi. Sebabnya, dalam evaluasi program, pelaksanaan program yaitu
melibatkan pikiran dan tindkan mengambill langkah untuk melaksanakan sebuah
penelitian (Arikunto, 2004).
2. Manfaat Evaluasi Program
Evaluasi program dapat pula diartikan sebagai suatu kegiatan supervise.
Secara singkat supervise adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengadakan
tinjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program merupakan suatu
tahap pertama dalam supervisi, yakni dengan mengupayakan data-data terkumpul
kemudian dilanjutkan dengan pembiinaan. Evaluasi program adalah suatu
langkah awal dalam sebuah proses akreditasi dan validasi sebuah lembaga
(Arikunto, 2004).
Kegiatan evaluasi sangat berguna dalam sebuah langkah pengambilan
keputusan untuk penentuan lanjutan pada program yang telah dijalankan. Wujud
dari hasil evaluasi adalah rekomendasi dari seorang evaluator dalam langkah
-
29
mengambil sebuah keputusan. Berikut empat hal yang mungkin diambil dalam
mengatur kebijakan dalam suatu program keputusan:
a. Mengehentikan sebuah program, karena dilihat bahwasannya program
tersebut tidak memberikan manfaat atau tidak terlaksana sesuai dengan
hasil yang diharapkan.
b. Merevisi sebuah program, dari hal-hal yang tertuang dalam sebuah
program ada beberapa bagian tidak sesuai keinginan sehingga dilakukan
revisi atau memperbaiki dari kesalahan yang ada meskipun hanya sedikit.
c. Melanjutkan program, setelah berjalannya suatu program maka hasil yang
diperoleh menujukkan segala sesuatu terkait proses berjalannya suatu
program dan apakah program tersebut telah berjalan serta memberi
manfaat yang dikehendaki.
d. Menyebarkan sebuah program dengan cara menjalankan suatu program di
wilayah tertentu dan pada waktu yang berbeda, karena program tersebut
berhasil dengan baik sehingga program tersebut sangat diharapkan dengan
baik untuk melakukan kembali program tersebut di waktu dan tempat yang
berbeda.
3. Sasaran Evaluasi Program
Guna mengetahui sasarannya, maka langkah pertama yang dilakukan oleh
seorang evaluator adalah dengan mengenali terlebih dulu tentang program yang
hendak dijalankan, terutama komponen. Karena hal itu adala hal yang utama dari
suatu program. Tujuan umum dari sebuah program harus dijabarkan menjadi
sebuah tulisan khusus maka sasaran dari evaluator akan diarahkan pada komponen
-
30
agar pengamatannya dapat lebih cermat dan data yang dikumpulkan lebih
lengkap. Untuk itulah seorng evaluator harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi komponen program yang akan dievaluasi.
4. Model Model Evaluasi Program
Model-model evaluasi program memang tampak memiliki banyak variasi,
akan tetapi maksud dan tujuan dari suatu program itu pada dasarnya sama yaitu
suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data dan informasi
yang berkaitan dengnan objeknya. Yang kemudian langkah selanjutnya dalam
pengevaluasian adalah setelah informasi terkumpul, hal selanjytnya yakni
memberikan informasi tersebut pada pihak pengambilan putusan yang sudah
dievaluasi dengan cara yang tepat (Muryadi, 2017).
Berdasarkan Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi program
dalam delapan model evaluasi (Arikunto, 2004) sebagai berikut :
a. Goal Oriental Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler
Model ini adalah bentuk dari model pertama dan yang menjadi objek atau
tujuan dari program yang telah ditetapkan jauh sebelum program ini diberlakukan
atau dilaksanakan. Berikut beberapa tahapan yang harus dijelankan:
1. Tentukan tujuan rencana yang akan dilaksanakan
2. Jelaskan setiap gol dalam bentuk gaya berpakaian, sikap, dan konten.
3. Tentukan target penggunaan.
4. Tentukan arah yang akan diambil oleh situasi representatif.
5. Tentukan arah untuk mendapatkan hasil evaluasi.
-
31
Tyler mendefenisikan evaluasi sebagai suatu alat banding antara hasil yang
diharapkan dan hasil yang didapattkan secara nyata. Menurut (1951) penilaian
dalam sebuah program harus dapat memberikan nilai pada behaviour murid, pada
suatu perubahan dari tingkah laku yang dikehendaki (Muryadi, 2017).
b. Model Free Evaluation Model (GFE), dikembangkan oleh Scriven
GFE pertama mula dikenalkan oleh Model evaluasi ini dikembangkan oleh
Michael Scriven tahun1972, model ini dapat dikatakan tidak sama dengan model
yang dijelaskan di atas yang dikembangkan oleh Tyler. Jika dalam model yang
dikembangkan oleh Tyler, evaluator harus memantau secara kontinu apakah
sesuai dengan hasil yang diinginkan, sejak awal berjalannya program hingga
proses berjalannya yang dilihat secara terus menerus. Sedangkan untuk model
GFE justru berlawanan dari tujuan program.
Model Goal Free Evaluation yang dimaksudkan disini adalah yang
bertindak sebagai evaluator atau penilai dari suatu program dengan cara
mengambil dan mengumpulkan laporan-laporan atau catatan-catatan dari adanaya
sesuatu yang mempengaruhi secara ril. Dalam model evaluasi ini terkhusus untuk
diberi perhatian secara tepat terhadap usulan-usulan tujuan dalam evaluasi, tetapi
tidak dalam bentuk proses atau produk. Keuntungan dari Program GFE adalah
dengan model GFE para evaluator atau yang bertindak sebagai pemberi nilai dapat
mengetahui antipasti yang perlu dilakukan dalam menghadapi adanya sesuatu
yang mempengaruhi tujuan pokok dari penilaian yang menyimpang (Muryadi,
2017).
-
32
c. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael
Scriven
Evaluasi Formatif adalah proses evaluasi yang dilakukan ketika program
atau kegiatan sedang berlangsung, evaluasi formatif bertujuan guna melihat
seberapa jauh program yang direncanakan dapat bertahan, dalam proses ini
evaluator juga dapa mengetahui dan mengidentifikasi hambatan dari program
yang berlangsung. Dengan diketauhinya hambatan dari suatu program dan hal-hal
yang menjadikan suatu program tidak berjalan dengan baik, pengambilan sebuah
keputusan yang bersifat terlalu cepat akan memicu adanya evaluasi program.
Evaluasi Sumatif adalah proses evaluasi program yang dilakukan ketika
kegiatan atau program telah berakhir, tujuan dari evaluasi ini yakni untuk
pengukuran npada level pencapaian suatu program. Fungsi dari evaluasi sumatif
ini adalah dengan dalam pelaksanaan evaluasi program adalah pembelajaran yang
dimkasudkan adalah sarana untuk mengetahui posisi dari sebuah individu atau
kelompok, mengingat bahwa yang menjadi sasaran objek dan waktu pelaksanaan
berbeda antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif, maka yang menjadi lingkup
sasaran yang akan dievaluasi juga berbeda (Mardilah, 2019).
d. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
Model evaluasi ini secara geris besar mengacu pada dua hal pokok dalam
proses evaluasinya yakni dengan penjelasan dan pertimbangan. Model ini pula
dapat menjadi pemeda antara tiga tahap dalam proses evaluasi sebuah program,
yaitu antaseden yang diartikan sebagai konteks, transaksi yang diartikan sebagai
proses dan keluaran yang diartikan sebagai hasil, yang kemudian untuk deskripsi
-
33
dan pertimbangan merupakan suatu langkah yang akan diambil dalam proses atau
selama berjalannya suatu proses pengevaluasian suatu program (Mardilah, 2019).
Dalam mendeskripsikan atau menggambarkan hal yang berkaitan atau
menyangkut dua hal yang menujukkan proses berjalannya suatu program, yaitu
dengan mengetahui tujuan yang diharapkan oleh program, dan sebab-akibat atau
hal-hal yang sungguh terjadi terjadi dalam proses evaluasi. Selanjutnya pada
langkah pertimbangan dalam proses pengevaluasian adalah harus berdasarkan dan
mengacu pada standard yang ditetapkan.
Berdasarkan Stake, evaluator dalam pertimbangannya dapat
mebandingkan hal-hal di bawah ini (Arikunto, 2004) :
1. Bandingkan kondisi evaluasi dan hasil program tertentu dengan objek
sasaran yang sama dengan kondisi dan hasil yang terjadi pada program
lain.
2. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, bandingkan kondisi dan hasil
pelaksanaan rencana dengan standar rencana yang relevan.
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka ditarik simpulan bahwasannya
Countanance Evaluation Model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh
Stake. Model evaluasi program ini mengacu pada 2 hal utama dalam
melaksanakan evaluasi program, yakni deskripsi dan pertimbangan yang
didalamnya ada 3 hal yang menjadi objek sasaran evaluasi suatu program yang
harus dievaluasi oleh evaluator 3 hal tersebut, yakni antaseden yang berarti
konteks atau masukan, transaksi berarti proses dan outcomes yang bermakna
hasil(Arikunto, 2004).
-
34
e. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake
Berdasarkan Stake (1967) berikut kriteria dalam model evaluasi yang
responsif (Kosim, 2016), antara lain :
1. Lebih mengarah pada kegiatan program (proses) daripada tujuan dari suatu
program.
2. Memiliki keterkaitan yang banyak dengan berbagai tingkatan atau
kelompok untuk memperoleh hasil evaluasi.
3. Perbedaan nilai perspektif dari banyaknya perorangan yang jadi tolak ukur
dalam mengungkapkan gagal dan berhasilnya suatu program.
Pendekatan ini merupakan system yang mengabaikan hal-hal yang
menajdi kebenenaran dalam proses evaluasi dengan keinginan dapat memberikan
peningkatan dalam hasil evaluasi kepada setiap orang atau program itu sendiri.
Model evaluasi ini dilakukan berdasarkan dasar pemikiran dari individu dalam
memberikan penilaian pada suatu perkara dan dipaksa bekerja secara lebih keras
untuk memastikan bahwa individu mampu memberikan nilai pada setiap perkara.
f. CSE-UCLA Evaluation Model dikembangkan Oleh Alkin
Ciri-ciri dari model ini yakni membagi evaluasi program dalam 5 langkah
yang perlu dilaksanakan dalam proses evaluasi diantaranya yakni
denganmerencanakan, mengembangkan, penerapan dan hasil serta akibat.
Fernandes (1984) menjelaskan suatu model CSE dalam 4 langkah (Kosim, 2016)
sebagai berikut :
1. Needs Assement, yaitu evaluator yang menempatkan perhatian pada pusat
pemilihan masalah.
-
35
2. Program Planing yaitu seorang evaluator merampungkan data secara
langsung tentang tentang suatu proses mengetahui dalam menentukan
pemenuhan keinginan yang telah diidentifikasi.
3. Summatif Evaluation adalah seorang evaluator agar kiranya dapat
memfokuskan perhatian dalam proses berjalannya suatu program.
4. Sumatif Evaluation, adalah seorang evaluator mampu mengumpulkan hal-
hal yang merupakan hasilnya dan dampaknya yang diberikan dari suatu
program.
g. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeamn
Model ini bertumpu pada pemikiran dengan tolak ukur pencapaian suatu
program yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : ciri dan kondisi
lingkungan sekitar obyek yang akan dievaluasi, keinginan yang hendak diraih oleh
program terencana, cara dan prosesnya. Berikut di bawah merupakan tujuan ari
diadakannya evalusiasi berdasarkan pikiran Stufflebeam:
1. Menentukan dan menyiapkan informasi yang berguba dalam memberikan
penilain untuk menetapkan sebuah keputusan.
2. Menolong audience dalam memberikan tanggapan dan nilai dalam
menyebarluaskan kegunaan dari suatu program.
3. Membantu mengembangkan dari suatu kebijakan dan program.
Stufflebeam (1967) mengemukakan bahwa CIPP diambil dari gabungan
kata dari Context evaluation (evaluasi konteks), input evaluation (evaluasi
masukan), process evaluation (evaluasi proses), product evaluation (evaluasi
terhadap evaluasi) (Kosim, 2016).
-
36
h. Dicrepancy Model, dikembangkan oleh Provus
Provus (1971) mendefenisikan evaluasi adalah sebagai alat yang
digunakan membantu dalam mempertimbangkan minus dan plus suatu objek
tertentu (Arikunto, 2004). Model ini diharapkan mampu melakukan pendekatan
formatif dengan berpatokan pada sistem yang telah dianalisis. Sementara hasil
yang diinginkan adalah mengarah kepada apakah sebenarnya tujuan yang
terlaksana. Dalam model evaluasi ini, kebanyakan sumber informasi yang
didapatkan tidak sama dari hasil dianalisis. Adapun cara dalam mengevaluasi
program menggunakan model Discreparansy Model (Kosim, 2016) adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan tingkat kesuksesan suatu program melalui perencvanaan
dengan bentuk penilaian.
2. Meringankan pihak pengurus dengan memastikan sumber yang
dibutuhkan telah terpenuhi melalui penilaian input.
3. Menilai, memastikan kegiatan yang direncanakan dapat dijalankan dengan
mulus dan bermutu dengan kualitas yang dimiliki suatu program sesuai
hasil yang diinginkan.
4. Dalam menilai hasil, ditentukan judgement pada tahaan pertama dari
tujuan yang terencana di awal.
Dari pemaparan beberapa teori di atas maka maka ditarik simpulan
bahwasannya evaluasi program merupakan tindakan guna memberikan penilaian
pada proses berjalannya suatu program dari sebuah kebijakan untuk menentukan
lengkah selanjutnya dari sebuah program. Dengan melakukan sebuah evaluasi
-
37
maka evaluator dapat mengambil sebuah tindakan apakah sebuah program yang
berjalan akan dihentikan, direvisi, dilanjutkan untuk mendapatkan manfaat atau
bahkan menyebarluaskan sebuah program apabila sebuah program memang telah
berjalan dengan baik, agar program yang terlaksana dengan baik juga dapat
memberikan manfaat yang sama pada orang berbeda di waktu yang tidak sama
pula. Dalam mengevaluasi sebuah program, yang menjadi sasaran dari program
yang akan dievaluasi bukan hanya program secara keseluruhan saja tapi juga
melibatkan komponen-komponen yang memiliki keterkaitan dengan program
yang dilaksanakan.
D. Konsep Evaluasi Kebijakan
Mustowadijaya (2002) mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu
kebijakan sebagai rangkaian dari suatu kegiatan dalam memberikan sebuah nilai
guna mengetahui tingkat keberhasilan atau sebaliknya pada suatu program. Selain
itu, menurut Nugroho, kebijakan publik merupakan salah satu bentuk manajemen,
dan mengedepankan kesadaran bahwa kebijakan publik harus terkendali.
(Nugroho, 2017).
Dari hasil yang dipaparkan tersebut, ditarik sebuah kesimpulan bahwa
sannya evaluasi kebijakan merupakan bentuk aktifitas dengan menentukan nilai
dari suatu kebijakan umum guna mengidentifikasi sampai manakah tingkat hasil
dan gagal tujuan kebijakan publik yang telah dijalankan.
Ada beberapa model evaluasi kebijakan yang digunakan sebagai suatu ciri
yang akan dipakai dalam memberikan penilaian. Ada beberapa model evaluasi
dalam pelaksanaan suatu kebijakan yang digunakan dari berbagai kalangan tokoh
-
38
antara lain adalah William Dunn, Lesterd dan Steward, Anderson dan Howlet dan
Ramesh (Gustiance, 2019).
1. Model Evaluasi William Dunn
Dunn mengemukakan bahwa suatu evaluasi dapat diartikan sebagai suatu
taksiran yang memberi angka dan nilai. Evaluasi memiliki kaitan dengan
pengumpulan informasi mengenai suatu nilai atau kegunaan dari perolehan
kebijakan dalam menyampaikan informasi yang terpercaya mengenai kerja atau
peraturan umum (Dunn, 2003). Berikut merupakan Ciri-ciri dalam mengevaluasi
kebijakan suatu program:
a. Efektivitas dari kata dasar efektif yang memili arti pencapaian akan
sebuah keberhasilan guna mencapai keinginan yang telah ditentukan.
Efektivitas mengandung hubungan saling terkait dengan hasil yang
sungguh-sungguh ingin diraih.
b. Efisiensi mengandung arti jumlah usaha yang dibutuhkan dalam mencapa
tingkatantentang seberapa efektif. Efisiensi juga memiliki ersamaan arti
dengan rasionalitas ekonomi, dua kata tersebut saling keterkaitan antara
efektivitas dan hal yang sunggug-sungguh dilakukan dan biasanya tolak
ukur dari sebuah efisiensi adalah ongkos atau tariff biaya yang perlu
dikeluarkan. Suatu kebijakan dikatakan memenuhi efektivitas yang tinggi
apabila dalam hal biaya menggunakan biaya terendah maka dapat
dikatakab telah efisien.
c. Perataan disini mengandung arti sebuah kegunaan dan tarif ongkos yang
dari suatu kegiatan yang berkaitan dengan program, dan apakah suatu hal
-
39
yang termuat dalam program telah dibagikan sesuai dengan porsi yang
sama untuk kalangan-kalangan yang terlibat di dalamnya.
d. Ketepatan mengandung arti seseorang yang dapat memberikan sebuah
petunjuk untuk melakukan sebuah tindakan pada program terkait sesuai
dengan tujuan awal yang diharapkan, atau ketetpatan juga dapat dikatakan
bahwa dari sebuah program yang terlaksana dari sebuah keputusan
pemerintah apakah hasil yang tercapai dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan baik.
e. Ketepatgunaan/Kecukupan adalah dengan terpenuhinya suatu kebutuhan
yang bisa memberi rasa puas tentang segala sesuatu yang diinginkan.
Ketepatgunaan juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk
mengetahui suatu tindakan yang berasal dari sebuah kebijaksanaan dalam
memenuhi tujuan atau kelebihan dari suatu kegunaan kepada target.
f. Responsivitas adalah suatu tindakan dari dalam pikiran kita untuk
memahami dan mengerti tindakan dari pemerintah guna melaksanakan
sebuah pelayanan. Tingkat kepekaan dapat dilihat dari pencapaian hasil
oleh pemerintah untuk menjalin sebuah hubungan dalam pelaksanaan
sebuah kebijakan. Responsivutas juga memberikan pengertian hasil dari
keputusan pemerintah apakah telah mencapat tujuan yang ditargetkan.
2. Model Evaluasi Lester dan Steward
Slester dan Steward (2000) memetakan pelaksanaan evaluasi kebijakan
menjadi sebuah evaluasi proses, yaitu evaluasi yang sesuai dengan proses
pelaksanaan; evaluasi impak, merupakan tindakan dalam sebauh evaluasi yang
-
40
mengarah pada sebuah tujuan atau pengaruh dari pelaksanaan keputusan; evaluasi
kebijakan mengandung arti apakah sebuah tujuan dari program telah memenuhi
keinginan yang diharapkan; dan evaluasi meta, evaluasi ini menujukkan evaluasi
dari sebuah pelaksanaan keputusan yang ada dan didapatkan sebuah persamaan-
persamaan tertentu (Gustiance, 2019).
3. Model Evaluasi Anderson
Anderson (2011) menujukkan sebuah pelaksanaan suatu keputusan secara
publik dalam tiga bagian. Satu, yakni evaluasi bijakan public mengandung arti
sebagai suatu aktifitas yang sifatnya terikat terhadap keputusan. Ke-dua, evaluasi
itu lebih menekankan kepada pelaksanaan sebuah kebijakan publik. Ke-tiga,
evaluasi yang simetris dapat menentukan sebuah atau mengukur tujuan yang
didapatkan apakah telah memenuhi hasil yang diharapakan (Gustiance, 2019).
Enam tahap dalam pelaksanaan sebuah evaluasi menurut Suchman dalam
(Gustiance, 2019) adalah:
a. Mendefenisikan hasil yang diharapkan dengan program yang dievaluasi.
b. Lebih mengkajo secara dalam tentang sebuah masalah.
c. Menggambarkan dan standard dari sebuah aktifitas.
d. Untuk mengukur level perubahan yang terjadi.
e. Penentuan sebuah perubahan yang bisa dilihat yakni diartikan sebagai
akibat dari suatu aktifitas yang dilakukan.
f. Lebih dari satu indikator untuk menentukan adanya suatu masalah yang
ditimbulkan.
4. Model Evaluasi Howlet dan Ramesh
-
41
Howlet dan Ramseh (1995) dalam (Gustiance, 2019) dalam
pengelompokkan sebauah evaluasi sebagai berikut :
a. Evaluasi administratif, menujukkan sebuah proses evaluasi dalam sisi
administrative yang mencakup uang anggaran, efisien, biaya proses
keputusan pemerintah yakni antara berikut:
1. Effort evaluation, penilaian yang dilihat dari input program.
2. Performance evaluation, merupakan sebuah tindakan penilaian
(output) dari sebuah program.
3. Adequacy of performance, atau effectiviense evaluation,
memberikan penilaian apakah sebuah program yang telah dilakukan
sebagaimana yang ditentukan.
4. Efficiency evaluation, yang menekankan pada ongkos moneter dari
pelaksanaan sebuah program yang berjalan sebagaimana dengan
tingkat efektif tarif ongkos yang dipakai.
5. Process evaluation, yaitu menekankan pada sebuah cara yang
dipakai oleh sebuah organisasi untuk mengimplementsikan sebuah
program.
b. Evaluasi Yudisial, sesuai dengan masalah dari kesahan hukum yang mana
sebuah keputusan dilaksanakan.
c. Evaluasi politik, yaitu memberi nilai seberapa jauh dalam menerima
konsekuensi dari politik pada kebijakan public yang diberlakukan.
Jadi, disimpulkan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu tindakan yang
dilakukan berdasarkan suatu keputusan yang direncanakan yang dibuat oleh
-
42
pemerintah guna mewujudkan sebuah hasil yang diingnkan dengan melakukan
penilaian terhadap proses pelaksanaan suatu kebijakan guna menilai seberapa jauh
level berhasil dari kebijakan yang dikelurakan pemerintah, apakah telah
memenuhi tujuan awal yang ditetapkan.
E. Konsep Kesejateraan Sosial Pangan
Kesejahteaan sosial (Kurniawan, 2020) merupakan sebagai berikut :
1. Kesejahteraan masyarakat.
2. Dalam dunia perekonomian, pemberdayaan masyarakat dinilai sebagai
suatu hubungan yang saling terkait dan tak dapat dipisahkan dengan yng
lainnya.
3. Menyediakan pelayanan dalam berbagai bidang sosial, dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat secara perseorangan.
4. Dalam mensejahterahkan bidang sosial, Indonesia menggunakan nama
disiplin akademik sebagai bagian dari ilmu sosiologi.
5. Kesejateraan sosial adalah suatu keadaan yang menggambarkan keadaan
dimana setiap individu merasa aman, tentram, tenang serta kebahagiaan
yang dapat memberikan yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Elizabeth mendefenisikan bahwa kesejateraan sosial adalah adalah suatu
sistem yang terstruktur dari sebuah lembaga dan pelaksanaan layanan sosial yang
dibuat khusus untuk meringkankan beban seseorang atau masyarakat untuk
memenuhi tingkatan hidup yang lebih sejahtera dan maju (Kurniawan, 2020).
Dari penjelasan tersebut, maka ditarik simpulan bahwasannya
kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan yang menggambarkan tentang kondisi
-
43
kehidupan individu dan masyarakat yang telah sejahtera dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan mengkonsumsi pangan yang bergizi melalui pangan
yang berkualitas yang dirancang oleh pemerintah melalui sebuah kebijakan atau
keputusan yang dapat berupa program yang menciptakan keadaan yang nyaman
dan bahagia dalam kehidupan sehari-hari.
Pangan yakni produk yang bersifat konsumtif yang dihasilkan dari
keberagaman hayati dan hewani. Seperti hasil dari alam berupa padi, kopi, jagung,
ikan, yang diberikan kepada masyarakat dalam bentuk makan dan minuman untuk
memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup setiap harinya. Pangan juga dimaknai
sebagai sumber bahan pangan yang dapat diolah untuk dikonsumsi
masyarakatdalam kesehariannya . (Kurniawan, 2020).
Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik simpulan bahwasannya
kesejahteraan sosial bantuan pangan adalah suatu keadaan yang menggambarkan
kondisi yang sejahtera dalam memenuhi kebutuhan pangan yang berkualitas untuk
keberlangsungan hidup keseharian dalam mendapatkan layanan sosial yang baik
dan dapat disalurkan melalui sebuah program yang telah dibuat berdasarkan
keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah guna menciptakan kondisi yang
sejatera bagi masyarakat, yaitu Program Bantuan Pangan Non Tunai Berbasis
Elektronik Melalui Kartu Kombo merupakan sebuah program bantuan pangan
dalam bantuk non tunai dengan mekanisme elektronik yang diberikan langsung
oleh pemerintah pada tiap bulan lewat akun elektronik yang digunakan hanya
membeli bahan-bahan pokok keluarga.
-
44
Untuk memperoleh BPNT, langkah pertama yang perlu dilakukan oleh
setiap KPM adalah mereka yang tergolong dalam kondisi kesejateraan sosial
ekonomi dalam taraf 25% terendah yang bersumber dari DT PPFM, daftar
penerima KPM BPNT ditentukan dan diseleksi oleh Kementrian Sosial setiap
bulan November, setelah itu daftar KPM akan diberikan kepada Bank Penyalur
dan Pemerintah Daerah oleh Kementrian Sosial, yang kemudian akan diverifikasi.
Setelah data KPM diverifikasi maka penerima bantuan akan dubuatkan buku
rekening di bank dan akan mendapatkan Kartu Keluarga Sejatera atau dalam
BPNT dikenal dengan nama Kartu Kombo, sebagai kartu non elektronik yang
akan digunakan untuk menebus pangan yang berupa beras dan telur sebagai
bantuan pokok dan sayuran, buah-buahan, nabati dan kacang-kacangan sebagai
bantuan tambahan(Hikmawati, 2019).
Kartu kombo sebagai instrumen pembayaran dengan saldo Rp
150.000/KPM dalam setiap bulannya, Kartu Kombo berfungsi sebagai e-wallet
atau dompet, dengan memounyai fitur e-wallet merupakan uang elektronik yang
bisa digunakan untuk membeli bahan pangan kepada pihak e-warong akan tetapi
tidak dapat ditunaikan atau dalam bentuk uang. Dengan penyaluran BPNT
diharapkan dapat memberikan kendali penuh pada setiap KPM untuk menentukan
sendiri mutu dari bahan pangan yang akan dibeli, dan dengan adanya program ini
mendorong usaha eceran rakyat dalam meningkatkan jumlah pelanggan
(Hikmawati, 2019).
-
45
F. Kerangka Fikir
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam memenuhi kesejahteraan
masyarakat yang lebih baik dengan mengurangi beban belanja bulanan dengan
menyalurkan bantuan pangan, berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2018 Tentang Penyaluran Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) yang telah dilaksanakan sejak Juni 2018 di Kabupaten Bantaeng.
Dengan tersalurnya BPNT ada beberapa kendala yang ditemukan di lapangan,
yaitu dalam penyaluran bantuan yang pangan yang tidak tepat sasaran dan para
KPM sudah tidak menjadi indikator penerima bantuan pangan.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan bantuan pangan guna
menciptakan kesejahteraan masyarakat melalui Program Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) Berbasis Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten
Bantaeng, maka penulis menggunakan teori Evaluasi Program oleh Stake dengan
indikator masukan, proses dan hasil. Kemudian penulis juga menggunakan teori
Evaluasi Kebijakan dengan indikator Efektivitas, Efisiensi, Kecukupan, Perataan,
Responsivitas dan Ketepatan karena kebijakan yang melahirkan sebuah program
itu masih dalam proses pelaksanaan.
Dengan teori tersebut, maka penulis akan meninjau Program Bantuan
Pangan Non Tunai yang kemudian akan digambarkan proses pelaksanaannya dari
program tersebut, apakah dengan dihadirkannya kartu kombo sebagai alat
transaksi elektronik dapat memberikan manfaat sebagaimana tujuan yang ingin
dicapai pemerintah, kemudian apakah dalam penerimaan bantuan pangan, para
-
46
KPM telah mendapatkan pangan yang memenuhi standar yang baik sehingga
mampu meningkatkan kondisi masyarakat menjadi lebih sejatera.
Dari penjelasan di atas, maka penulis akan menyederhanakan kerangka
berpikir melalui sebuah bagan yang digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Bagan Kerangka Berpikir
//
G. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini mengkaji tentang Evaluasi Program Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) Berbasis Elektronik menggunkan Kartu Kombo di Kabupaten
Bantaeng dengan teori Evluasi Program dengan indikator Proses dan Hasil dan
Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Berbasis
Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng
Indikator Evaluasi
Program menurut
Stake (1984) :
1. Proses
2. Hasil
Indikator Evaluasi Kebijakan
menurut William Dunn (2008) :
1. Efektivitas
2. Efisiensi
3. Kecukupan
4. Perataan
5. Responsivitas
6. Ketepatan
Faktor yang mempengaruhi :
1. Data Yang Jarang Diperbaharui
2. Tidak Termasuk Dalam
Indikator Penerima BPNT
3. Mekanisme Pasar
4. Mengurangi Beban Pengeluaran
RT
5. Pemenuhan Gizi Seimbang
6. Pelayanan Sistem Perbankan
Pangan Yang Berkualitas
-
47
teori dari Evaluasi Kebijakan William Dunn dengan indikator Efektivitas,
Efisiensi, Kecukupan, Perataan, Responsivitas dan Ketepatan.
H. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka penulis akan memfokuskan
penelitian dalam mengevaluasi sebuah Program BPNT melalui teori Evaluasi
Program dan Evaluasi Kebijakan yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Evaluasi Program
a. Proses, merupakan tahap pelaksanaan yang dilakukan seorang
evaluator dalam melakukan evaluasi pada sebuah program.
b. Hasil, yang dimkasudkan adalah setelah melakukan tahap-tahap
atau langkah-langkah dalam mengevaluasi, bagaimana hasil yang
didapatkan oleh seorang evaluator apakah sesuai dengan tujuan
awal yang ditetapkan atau tidak memenuhi tujuan yang ditergetkan.
2. Evaluasi Kebijakan
a. Efektivitas yang dimaksudkan penulis dalam penelitian ini adalah
menggapai sebuah keberhasilan dari suatu program sebagaimana
tujuan yang telah ditentukan, khususnya unit pelayan dalam
Program BPNT yang terbagi lagi dalam tiga jenis efektivitas yaitu
efektivitas waktu, efektivitas kualitas dan efektivitas kuantitas.
b. Efisiensi adalah bagaimana usaha yang dilakukan untuk mencapai
standard efektivitas yang baik. Dalam hal ini usaha yang dimaksud
adalah difokuskan dalam unit moneter atau biaya/uang yang
-
48
dikeluarkan para KPM dalam mendapatkan bantuan pangan dari
Program BPNT.
c. Ketepatgunaan/Kecukupan adalah sejauhmana cara yang ditempuh
dalam memenuhi kemauan untuk menyelesaiakan sebuah
permasalahan terkait suatu program. Sejauh ini dalam pembagian
Program Rastra yang masih menggunakan sistem manual sehingga
penerima bantuan berdesak-desakan dalam proses pengambilan
bantuan. Sehingga dialihkan ke kartu elektronik dengan harapan
dapat memberikan jalan yang lebih mudah pada masyarakat untuk
berbelanja bahan pangan melalui e-warong di Kabupaten
Bantaeng. Jadi kecukupan/ketepatgunaan yang dimaksudkan
penulis dalam penelitian ini adalah apakah kartu kombo sebagai
instrument pembayaran elektronik bantuan pangan dapat berguna
sebagaimana tujuan dari pemerintah.
d. Perataan yang dimaksudkan oleh penulis apakah bantuan telah
tersalurkan kepada kelompok masyarakat yang memiliki tingkat
kesejateraan 25% terendah di Kabupaten Bantaeng.
e. Responsivitas adalah bagaimana respon atau tanggapan dari
masyarakat yang turut serta dalam pelaksanaan Program BPNT
baik itu penerima BPNT, penyalur BPNT atau pihak lainnya.
f. Ketepatan adalah suatu kondisi dimana bantuan pangan ini apakah
telah tersalurkan kepada kelompok masyarakat yang menjadi
-
49
prioritas dalam keputusan pemerintah dengan indikator penluran
6T dalam Program BPNT di Kabupaten Bantaeng.
-
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu dan lokasi penelitian dilaksanakan sejak 16 Mei hingga 16 Juni
2020. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng, Kecamatan
Eremerasa, Desa Kampala. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini
adalah karena lokasi tersebut menjadi sasaran penyaluran Program BPNT. Selain
itu Kecamatan Eremerasa merupakan kecamatan yang yang terletak di pedesaan
dan memilih Desa Kampala karena Desa Kampala merupakan desa dengan
penduduk terbanyak dalam Kecamatan Eremerasa. Sehingga penulis tertarik
untuk. mengevaluasi pelaksanaan Program BPNT di desa tersebut.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif
merupakan jenis penelitian yang melakukan sebuah penggalian informasi secara
mendalam dan sitematis yang bersifat menggambarkan untuk menemukan sebuah
fakta dalam lapangan. Penelitian ini membahas tentang objek penelitian suatu
masalah yang dikaji lebih detail secara terus melalui informasi dari instrumen
kunci atau yang lebih mengetahui tentang hal terkait yang akan dibahas penulis
(Sugiyono, 2018). Proses penelitian yang dimaksudkan peneliti adalah dengan
melakukan pengamatan terhadap informan, melakukan interkasi dengan mereka
guna menggali sebuah informasi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi Program
BPNT Berbasis Elektronik di Kabupaten Bantaeng.
-
51
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus, studi kasus merupakan
tipe penelitian yang mengkaji tentang sebuah kasus atau gejala-gejala ternteu yang
terdapat dalam lingkungan penduduk sekitar, yang dalam proses pelaksanaannya
dilakukan lebih detail dan teliti untuk mengetahui suatu kondisi atau jalianan
yang terjadi dalam melakukan evaluasi. Studi kasus biasanya merupakan bagian
dari sebuah program, aktivitas, kejadian atau kelompok masyarakat yang berada
dalam suatu keadaan yang terjadi.
C. Informan Penelitian
Informan penelitian dalam penelitian kualitatif adalah invidu atau
kelompok masyarakat yang mengetahui tentang tujuan atau arah dari sebuah
penelitian, informan yang dipilih adalah mereka yang diyakini benar-benar
mampu dan mengetahui tentang tujuan dari sebuah program dan pelaksaan dari
sebuah program yang penulis akan kaji. Teknik dalam memperoleh informan
menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu suatu suatu metode atau cara
menentukan seorang informan dengan cara menentukan sendiri gambaran dan ciri
khas yang menujukkan tanda-tanda bahwa invidu tersebut mengetahui
permasalahan terkait program dan dapat menjawab segala pertanyaan terkait
masalah Program BPNT (Hidayat, 2017). Penulis menetukan informan pokok
sebanyak 10 orang dan orang sebagai informan pendukung yang dapat
memperkuat argumen tentang Program BPNT yang diberikan oleh informan
pokok.
-
52
Tabel 3.1.
Informan Penelitian
No Nama Inisial Jabatan Ket
1. Mustakim MS TKSK (Kor Kab
Penyalur BPNT)
1 Orang
2. Nurdin ND TKSK (Pendamping
Kec Penyalur BPNT)
1 orang
3. Nuri NR Penerima BPNT 1 Orang
4. Bohari BR Penerima BPNT 1 Orang
5. Sukma SM Penerima BPNT 1 Orang
6. Sitti ST Penerima BPNT 1 Orang
7. Erni ER Penerima BPNT 1 Orang
8. Hardiana HD Penerima BPNT 1 Orang
9. Muhammad
Darwis, SE
MD Pegawai Bank 1 Orang
10. Uli UL Pengelolah E-Warong 1 Orang
11. Mira MR Penerima Rastra 1 Orang
12. Sani SN Penerima Rastra 1 Orang
13. Dio DI Penerima Rastra 1 Orang
14. Marwa MA Penerima Rastra 1 Orang
15. Bia BA Penerima Rastra 1 Orang
Total Informan 15 Orang
D. Sumber Data
a. Data Primer, adalah data yang didapatkan secara langsung di lapangan
dengan baik melalui pengamatan langsung di lapangan dengan tahapan
wawancara dengan pihak informan. Cara mengumpulkan data primer
adalah dengan wawancara langsung pada pihak informan yang terkiat
dengan Program BPNT Di Kabupaten Bantaeng, salah satunya adalah
Kordinator Penyalur BPNT di instansi Dinas Sosial.
b. Data Sekunder, berupa catatan-catan penting di lapangan, data-data terkait
instansi dan Program BPNT, data yang bersumber dari Badan Pusat
-
53
Statistik (BPS), internet, artikel, jurnal dan sumber lainnya yang
mendukung keberlangsungan Program BPNT. Cara pengumpulan data
sekunder adalah dengan mengambil atau menggunakan sebagian atau
seluruhnya dari data yang telah dikumpulkan di lapangan yang selanjutnya
diolah menjadi sebuah laporan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan sebuah fakta di lapangan maka peneliti melakukan
beberapa tahap atau metode untuk mengumpulkan informasi yang valid dan jelas
terkait permasalahan yang diteliti maka peneliti menggunakan beberapa tahapan
dalam mengumpulkan data sebagai berikut :
1. Observasi (Pengamatan)
Observasi memiliki kegunaan untuk menelusuri sebuah topik dan tujuan
penelitian, sehingga diperlukan pemahaman tentang sebuah kondisi di
lingkungan. Dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah peneliti
melakukan sebuah pengawasan di lapangan yang berkaitan dengan
Program BPNT di Kabupaten Bantaeng yang kemudian informasi yang
didapatkan akan dikumpulkan untuk kegunaan penelitian yang akan
dilakukan.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mempertemukan dua
orang atau lebih untuk bertukar informasi dan pikiran dengan sesi tanya
jawab, baik dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dari hasil
wawancara akan dikumpulkan beberapa topic pembicaraan yang kemudian
-
54
akan diketahui hal-hal yang lebih mendalam tentang sebuah informasi dan
kondisi lingkungan sekitar. Dalam melakukan wawancara, peneliti
menyiaokan instrumen penelitian yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
tertulis yang dibuat oleh peneliti berkaitan dengan objek dan subjek
penelitian kemudian diajukan untuk informan guna mengumpulkan sebuah
informasi dalam bentuk catatan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tentang sebuah kejadian yang telah terlewat.
Dokumen bisa dituangkan dalam bentuk tulusan, foto, video atau rekaman
seseorang. Hasil dari penelitian wawancara akan lebih sah apabila
diperkuat oleh dokumen-dokumen yang terkait Program BPNT.
F. Teknik Analisis Data
Data telah dikumpulkan pada pelaksanaan penelitian menggunakan jenis
penelitian kualitatif, sehingga teknik menganalisis data yang digunakan adalah
adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman yaitu dilakukan
secara interaktif (Sugiyono, 2018), yang dijelaskan sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi memiliki pengertian sebuah teknik penguraian, penentuan,
pengindahan, proses memudahkan, pengabstarakan, dan perubahan data
kasar yang didapatkan dari catatan tertulis di lapangan. Laporan atau data
yang didapatkan di lapangan yang kemudian dideskripsikan secara
menyeluruh dan terurai. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-
hal pokok, memusatkan pada hal-hala yang mendasar, serta dicari topik
-
55
dan acuannya. Dari data yang telah direduksi akan memberikan penjelasan
yang lebih luas dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan sebuah
data yang kemudian data yang diperoleh akan dimasukkan dalam bentuk
laporan yang akan dideskripsikan secara detail.
2. Penyajian Data
Penyajian data akan dilaksanakan dengan tujuan untuk mempermudah
peneliti dalam melihat representasi secara utuh atau kapasitas tertentu dari
ulasan peneliti. Penguraian data dilaksanakan dengan cara
mendeskripsikan kesimpulan wawancara yang digambarkan dalam bentuk
catatan naratif, dan didukung oleh data-data, foto dan hal lainnya yang
digunakan untuk mengadakan kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan
Merupakan konfirmasi atau pembenaran secara terus menerus sepanjang
proses pelaksanaan penelitian berlangsung atau selama mengumpulkan
data. Peneliti akan melakukan analisis dan menelusuri pola, tema,
hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya
yang dituangkan dalam kesimpulan alternative. Dalam penelitian,
penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengembalian intisari dari
rangakaian kategoti hasil penelitian berdasarkan observasi dari
wawancara.
G. Pengabsahan Data
Selain penguraian data, pengkaji dapat menguji keabsahan data agar dapat
mendapatkan data yang sah. Untuk menentukan keabsahan data dari data tersebut
-
56
yang digunakan dengan cara menelaah. Dalam pembuktian keabsahan data
mencakup uji kredibiltas data terbagi sebagai berikut :
1. Ketekunan/Keajegan Pengamatan
Keajegan pengamatan berarti menelaah secara konstan dengan berbagai
langkah yang dilakukan dengan keterkaitan dalam pelaksanaan dengan
menguraiakan secara konsisten. Ketekunan pengamatan memiliki maksud
dalam penentuan ciri dan unsur dalam keadaan yang sangat signifikan
terkait suatu permasalahan terkait yang terjadi di lapangan, ketekunan
dalam pengamatan dilakukan secara terus menerus dengan lebih detail dan
teliti dan secara cermat agar diperoleh hasil yang akurat yang terhindar
dari hal yang tidak diinginkan.
2. Triangulasi
Merupakan sebuah metode dalam memeriksa keabsahan data dengan
menggunakan hal yang lain di luar data, dalam keperluan verifikasi atau
sebagai perbandingan antara data yang satu dengan yang lainnya. Jadi
triangulasi merupakan sebuah metode yang digunakan untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan kontraksi kenyataan yang ada dalam
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai
kejadian dan hubungan dari berabagai pandangan. Triangulasi pada
penelitian adalah triangulasi metode yang dilakukan dengan
membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh dari data
hasil wawancara dan data hasil observasi selama proses pembelajaran
berlangsung.
-
57
3. Pemeriksaan Sejawat
Metode ini diselenggarakan dengan teknik mengungkapkan hasil
sementara atau data yang didapatkan di akhir dalam bentuk diskusi atau
bertukar pikiran dengan rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat mengandung
pengertian atau penjelasan yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan
teman sebaya yang mempunyai pengatahuan tentang objek atau masalah
yang akan diteliti, sehingga bersama para rekan sejwat maka peneliti akan
meriview pandangan dan hasil analisis yang dilakukan. Dalam mereview
atau menganalisis sebuah informasi dalam pemeriksaan sejawat perlu
dilakukan secara berulang kali agar masukan atau saran yang didapatkan
dari hasil diskusi dan bertukar pikiran, data dan informasi yang diperoleh
dapat disimpulkan dan digunakan sebagai media untuk mengevaluasi
kembali hasil penelitian yang didapatkan di lapangan dalam
mengembangkan penelitian.
-
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Objek Penelitian
Pada sub bab ini menyajikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan
bagaimana Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Berbasis
Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng, serta menjelaskan
tentang proses Evaluasi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Berbasis
Elektronik Melalui Kartu Kombo Di Kabupaten Bantaeng.
Gambaran umum lokasi penelitian meliputi gambaran umum wilayah kota
Bantaeng dan gambaran umum objek penelitian yaitu Dinas Sosial Kabupaten
Bantaeng dan Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng. Gambaran umum
Kabupaten Bantaeng mencakup kondisi fisik dan wilayah kependudukan
Kabupaten Bantaeng. Gambaran umum Dinas Sosial Kabupaten Bantaeng terdiri
dari kedudukan, tugas dan fungsi dan kepegawaian dari dinas dan kecamatan
tersebut.
1. Gambaran umum Kabupaten Bantaeng
-
59
Kabupaten Bantaeng adalah sebuah kabupaten di Sulawesi selatan yang
memiliki luas wilayah 395,83 km2
dengan jumlah penduduk 182.283 jiwa (2016)
dengan rincian Laki-laki sebanyak 88. 012 jiwa dan perempuan 94.271 jiwa.
Terbagi atas 8 kecamatan serta 46 desa dan 21 kelurahan. Berikut jumlah
penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Bantaeng :
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan Warga Negara Indonesia
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Bisappu 15.691 16.619 32.310
2. Uluere 5.592 5 723 11.315
3. Sinoa 5.900 6.232 12.312
4. Bantaeng 18.539 19.450 37.989
5. Eremerasa 8.734 9.728 18.462
6. Tompobulu 10.801 12.102 22.903
7. Pajukukang 14.725 15.324 30.049
8. Gantarangkeke 8.030 9.093 17.123
Jumlah 88.012 94.271 182.283
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantaeng
Pada bagian utara Kabupaten Bantaeng terdapat dataran tinggi yang
meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan di bagian selatan membujur dari
barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir pantai dan
persawahan.Bantaeng Berjarak 125 Km kearah selatan dari Ibukota Propinsi
Sulawesi Selatan yang luasnya mencapai 0,63% dari luas Sulawesi Selatan.
Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada koordinat antara 5°
21ʹ 13ʺ
-
60
sampai 5° 35ʹ 26ʺ Lintang Selatan dan 119° 51ʹ 42ʺ sampai 120° 05ʹ 27ʺ Bujur
Timur.
Batas wilayahnya yakni :
Barat berbatasan dengan Kabupaten Jenneponto
Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba
Utara berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Bulukumba
Selatan berbatasan dengan Laut Flores
Kabupaten Bantaeng terletak di bagian selatan Sulawesi Selatan dengan
jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 123 km dengan waktu tempuh anatar 2,5
jam. Di Kabupaten Bantaeng mempunyai hutan produksi terbatas 1.262 Ha dan
hutan lindung 2.773 Ha. Secara keseluruhan luas kawasan hutan menurut
fungsinya di Kabupaten Bantaeng sebesar 6.222 Ha (2006).
Bantaeng awalnya bernama “ Bantayan”, Bantayan memiliki makan yakni
tempat pembanataian hewan dan sapi/kerbau dimasa lalu untuk menyambut dan
menjamu utusan Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit ketika memperluas
wilayahnya ke bagian timur Nusantara sekitar abad ke XII dan XIII. Kemudian
diganti dengan nama “Bhontain” dan terakhir diganti menjadi “Bantaeng”.
Penggantian nama Bantaeng dikarenakan saat itu Bantaeng telah merdeka
sedangkan nama “Bhontain” merupakan nama berbau ciptaan Hindia Belanda.
Bantaeng juga dikenal dengan nama “Butta Toa” karena memiliki latar
belakang sejarah yang terbentuk sejak tanggal 7 Desember 1.254 sesuai dengan
hasil keputusan Musyawarah Besar Kerukunan Keluarga Bantaeng (KKB) yang
diselenggarakan pada tanggal 24 Juli 1999, dimana sesuai pertimbangan, saran
-
61
dan alasan para narasumber, pakar dan ahli sejarah serta tokoh pemuka
masyarakat yang berasal dari Bantaeng maupun tokoh yang masih mempunyai
keterkaitan moral dengan Bantaeng. Juga berdasarkan penelusuran sejarah dan
budaya, baik pada awal masa pemerintahan Kerajaan masa pemerintahan Hindia
Belanda, masa pemerintahan awal kemerdekaan hingga terbentuknya Kabupaten
Daerah Tingkat II Bantaeng berdasarkan Undang-Undang No. 29 tahun 1959
sampai sekarang.
2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian
Secara khusus lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Eremerasa,
Kabupaten Bantaeng tepatnya di Desa Kampala, alasan peneliti memilih lokasi
tersebut karena Desa Kampala merupakan desa dengan penduduk terbanyak
dalam Kecamatan Eremerasa selain itu Desa Kampala merupakan desa yang
jaringan internet susah dijangkau, sedangkan untuk Program BPNT yang
menggunakan kartu elektronik dengan sistem bank memerlukan jaringan yang
-
62
memadai. Diantara 9 desa/kelurahan yang terletak di Kecamatan Eremerasa, Desa
Kampala merupakan desa yang terletak di dataran rendah sehingga jaringan sulit
dijangkau, fokus penelitian pada warga Kecamatan Eremerasa yang terdaftar
sebagai penerima BPNT dan pedagang yang menjadi tempat pembelian
masyarakat penerima BPNT atau lebih dikenal dengan istilah e-warong.
Secara geografi ibukota Kecamatan Eremerasa Kabupaten Bantaeng
terletak di Desa Ulugalung yang berbatasan dengan :
Utara berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu dan Kecamatan Uluere
Timur berbatasan dengan Kecamatan Tompobulu.
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pajukukang dan Kecamatan Bantaeng.
Barat berbatasan dengan Kecamatan Bantaeng dan Kecamatan Uluere.
Luas wilayah Eremerasa tercatat 45,01 km2
atau 11,37 persen dari luas
wilayah Kabupaten Bantaeng yang meliputi 9 desa/kelurahan. Kecamatan
Eremerasa terdiri dari 9 desa yaitu : Ulugalung, Mamampang, Lonrong,
Mappilawing, Barua, Pabentengang, Parangloe, Kampala dan Pabumbungan, desa
yang terluas adalah Desa Kampala dengan luas wilayah 7,21 km2
disusul Desa
Barua dengan luas 6,55 km2 dan yang memiliki wilayah terkecil adalah Desa
Mamampang dengan luas 3,75 km2. Berikut daftar Jumlah Penduduk dan Luas
Wilayah Kecamatan Eremerasa :
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Kecamatan Eremerasa
Desa/Kelurahan Luas
(KM2)
Rumah
Tangga
Penduduk Laki-
laki
Perempuan
1. Ulugalung 2,63 760 3.044 1.428 1.616
-
63
2. Mamampang 3,75 435 1.769 808 961
3. Mappilawing 4,75 438 1.747 814 933
4. Pa’bentengang 4,97 417 1.928 942 986
5. Lonrong 4,68 674 2.773 1.322 1.451
6. Barua 6,55 744 3.105 1.441 1.664
7. Parangloe 3,94 185 761 367 394
8. Kampala 7,21 661 2.803 1.347 1.456
9. Pabumbungan 6,53 338 1.621 809 812
JUMLAH 45,01 4.652 19.551 9.278 10.273
Sumber : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan data dari Bada
top related