evaluasi sifat kontrak lump sum fixed price
Post on 16-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EVALUASI SIFAT KONTRAK LUMP SUM FIXED PRICE
DAN ANALISIS BESARAN TARIF JALAN TOL
(Studi Kasus: Pembangunan Jalan Tol Batang Semarang)
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Teknik Sipil
Oleh:
NASRUL ARFIANTO
S 100 160 018
PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
HALAMAN PERSETUJUAN
EVALUASI SIFAT KONTRAK LUMP SUM FIXED PRICE
DAN ANALISIS BESARAN TARIF JALAN TOL
(Studi Kasus: Pembangunan Jalan Tol Batang Semarang)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
NASRUL ARFIANTO
S 100 160 018
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing I,
Ir. Sri Sunarjono, M.T., Ph.D.
Dosen Pembimbing II,
Ir. Agus Riyanto, M.T.
ii
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis
atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka saya akan pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, Juli 2020
Penulis,
1
EVALUASI SIFAT KONTRAK LUMP SUM FIXED PRICE
DAN ANALISIS BESARAN TARIF JALAN TOL
(Studi Kasus: Pembangunan Jalan Tol Batang - Semarang)
Abstrak
Pembangunan jalan tol Batang - Semarang sepanjang + 74,2 km menggunakan kontrak
lump sum dengan nilai fixed price dan sistem pembiayaan Contractor’s Pre Financing.
Tantangan muncul dari kontrak lump sum adalah gambar rancangan dasar yang dijadikan
pedoman dalam menetukan nilai kontrak lump sum secara aktual masih banyak perbedaan
data. Akibatnya pada saat pelaksanaan di lapangan ada beberapa rancangan yang
mengalami perubahan struktur maupun muncul bangunan tambah (lingkup baru), sehingga
perlu dikaji lebih mendalam penerapan kontrak ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui
hasil evaluasi sistem kontrak pembangunan jalan tol yang bersifat lump sum fixed price
berdasarkan sudut pandang owner pada proyek tersebut, serta menyampaikan analisis tarif
dan masa konsesi jalan tol berdasarkan isi PPJT. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif, artinya peneliti memperoleh data secara langsung mengenai penerapan kontrak
lump sum dan melakukan analisis dari sumber data yang telah diolah. Addendum terjadi
adanya penambahan ruang lingkup pekerjaan, akibat permintaan berbagai pihak untuk
menambah beberapa struktur di sepanjang trase guna kepentingan masyarakat sekitar.
Harga pasti kontrak lump sum sebenarnya tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah
maupun kurang, namun pada studi kasus ini ada celah yang dianggap merugikan pihak
owner dalam isi kontrak perjanjian pasal 11. Kontraktor memiliki peluang terhadap kontrak
lump sum, yaitu penambahan struktur bangunan baru. Penambahan lingkup di luar kontrak
dapat diakui dan dibayar oleh JSB atas persetujuan BPJT disertai persyaratan tertentu yang
dapat menjelaskan bahwa bangunan tersebut memang harus ada. Penetapan golongan jenis
kendaraan bermotor dan besaran tarif tol diatur pemerintah melalui lampiran SK Menteri
PUPR nomor: 54/KPTS/M/2019, mengenai tarif yang dikenakan Rp 1.010782 / km untuk
kendaraan golongan I. Selanjutnya masa konsesi dituangkan dalam dokumen rencana usaha
pengusahaan jalan tol Batang – Semarang diterbitkan oleh kementerian PUPR melalui
BPJT bulan April 2016 yang berisi ringkasan kelayakan jalan tol Batang – Semarang bahwa
masa konsesi (termasuk masa konstruksi) adalah 45 tahun.
Kata kunci: lump sum, owner, tarif, konsesi
2
Abstract
Construction of project Batang - Semarang toll road along + 74.2 km uses a lump sum
contract with a fixed price value and a Contractor's Pre Financing financing system. The
challenge that arises from a lump sum contract is the basic design drawing used as a
guideline in determining the actual lump sum contract value. As a result, at the time of
implementation in the field there were a number of designs that had experienced structural
changes or additional buildings (new scope), so it was necessary to study more deeply the
application of this contract. This study purpose to find out the results of the evaluation of
the toll road construction contract system that is lump sum fixed price based on the owner's
point of view on the project, as well as conveying an analysis of rate and concession period
of the toll road based on the contents of PPJT. This study uses quantitative methods,
meaning that researchers obtain data directly about the application of a lump sum contract
and conduct an analysis of the data source that has been processed. An addendum has been
added to the scope of work, due to requests from various parties to add several structures
along the path in the interests of the surrounding society. The exact price of a lump sum
contract is actually not allowed to add or lack of work, but in this case study there is a gap
that is considered detrimental to the owner in the contents of the contract agreement article
11. The contractor has the opportunity for a lump sum contract, that is addition of a new
building structure. The addition of scope outside the contract can be recognized and paid
by JSB with BPJT approval along with certain requirements that can explain that the
building must indeed exist. The determination of the type of motorized vehicle type and the
toll rate is regulated by the government through attachment to the Minister of PUPR
Decree number: 54 / KPTS / M / 2019, regarding the rates charged of Rp 1,010.782 / km
for class I vehicles. Furthermore, the concession period is outlined in the Batang -
Semarang toll road business plan business document issued by the Ministry of PUPR
through BPJT in April 2016 which contains a summary of the feasibility of the Batang -
Semarang toll road that the concession period (including the construction period) is 45
years.
Keywords: lump sum, owner, rates, concession
1. Pendahuluan
Pembangunan infrastuktur jalan raya merupakan salah satu prasarana darat
yang berperan penting dalam berbagai hal. Misalnya saja digunakan dalam
pendistribusian barang dan jasa, mobilitas masyarakat menuju suatu tempat, serta
memudahkan pada sektor perekonomian yang lain. Sehingga pembangunan jalan
raya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan peningkatan ekonomi di
suatu negara. Proyek pembangunan jalan tol Batang - Semarang dengan panjang +
74,2 kilometer dibagi menjadi lima seksi (Septiadi, 2016).
Pembangunan jalan tol Batang - Semarang ini menggunakan kontrak lump
sum dengan nilai fixed price dan sistem pembiayaannya adalah Contractor’s Pre
Financing (CPF). Sistem ini secara pelaksanaan akan meringankan bagi pemberi
3
jasa (owner) dari sisi biaya, mengingat pembiayaan dibebankan kepada kontraktor
100% dan dibayarkan 30 hari setelah berita acara PHO ditandatangani oleh kedua
belah pihak. Adapun sistem kontrak lump sum ini merupakan salah satu yang
diterapkan dalam proyek jalan tol.
Banyaknya permasalahan yang terjadi dalam penerapan kontrak lump sum
pada proyek jalan tol Batang - Semarang memerlukan evaluasi yang lebih detail.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kontrak lump sum yang telah
diterapkan di proyek jalan tol dengan mengetahui bagaimana penerapannya, cara
menyetujui adanya pekerjaan tambah sehingga dengan permasalahan yang terjadi
dapat memperoleh solusi yang tepat baik secara legal maupun pelaksanaannya di
lapangan.
Nantinya setelah pembangunan jalan tol selesai dan diresmikan oleh presiden,
kendaraan roda empat atau lebih berhak menggunakan jalan tol ini dengan tarif
sesuai golongan yang berlaku. Pemerintah juga memberikan jangka waktu masa
konsesi sesuai dengan PPJT yang telah diterbitkan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana evaluasi sistem kontrak pembangunan jalan tol yang bersifat
lump sum fixed price berdasarkan sudut pandang pemberi jasa (owner) pada
pembangunan jalan tol Batang - Semarang.
2. Bagaimana analisis tarif dan masa konsesi jalan tol Batang - Semarang
berdasarkan isi PPJT.
Kemudian mengenai tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hasil evaluasi sistem kontrak pembangunan jalan tol yang
bersifat lump sum fixed price berdasarkan sudut pandang pemberi jasa
(owner) pada pembangunan jalan tol Batang - Semarang.
2. Menyampaikan analisis besaran tarif dan masa konsesi jalan tol Batang -
Semarang berdasarkan isi PPJT.
2. Metode Penelitian
Suatu penelitian yang dilakukan harus disesuaikan dengan metodologi yang
tepat. Metodologi penelitian adalah seperangkat alat atau pedoman yang berisi
langkah-langkah (cara) sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan
4
dengan masalah-masalah tertentu. Terdapat dua jenis penelitian yaitu penelitian
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Jenis penelitian yang penulis lakukan dengan metode kuantitatif, artinya
peneliti akan memperoleh data secara langsung dari lapangan mengenai penerapan
kontrak lump sum untuk pekerjaan pembangunan jalan tol Batang - Semarang. Bisa
disimpulkan hasil penelitian ini merupakan hasil pembahasan yang diperoleh dari
data mengenai evaluasi sifat kontrak lump sum di lapangan berdasar sudut pandang
owner, nantinya akan menentukan bagaimana analisis tarif dan masa konsesi jalan
tol Batang - Semarang berdasarkan isi PPJT yang telah diterbitkan.
2.1 Diagram Alir
Berikut merupakan diagram alir dalam studi penilitian pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian
5
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena pada penelitian ini data kemudian diolah dan dibahas sangat
tergantung dari proses pengambilan data di lapangan.
1. Observasi
Pengamatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja dan sistematis
untuk memperoleh data, selanjutnya akan diproses untuk kebutuhan peneliti
dalam menyimpulkan suatu hasil penelitian. Apabila dilihat dari
kegiatannya maka observasi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Observasi Langsung
Jenis observasi ini adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh
pengamat (observer) pada objek yang diamati.
b. Observasi Partisipasif
Yaitu pengamatan yang langsung dan ikut berperan dalam perilaku
yang diamati.
c. Observasi Tidak Langsung
Pengamatan tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan melalui
media lain seperti melalui alat elektronik, televisi, foto dan video, media
cetak, gambar, grafik, atau melalui orang, kelompok dan perorangan.
Berdasarkan ketiga teknik observasi tersebut, maka pada penelitian ini akan
digunakan teknik observasi langsung. Hal tersebut bertujuan agar peneliti dapat
memperoleh data yang lebih banyak dan lebih akurat, lebih terperinci dan lebih
cermat dengan terjun langsung di lapangan.
2. Wawancara
Sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dengan memberikan
pertanyaan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh
informasi dari responden. Inti pokok wawancara pada penelitian ini secara
garis besar, berisi:
a. Mengetahui hasil evaluasi sistem kontrak pembangunan jalan tol yang
bersifat lump sum fixed price berdasarkan sudut pandang owner pada
pembangunan jalan tol Batang – Semarang.
b. Menyusun analisis tarif dan masa konsesi jalan tol Batang – Semarang
berdasarkan isi PPJT yang telah diterbitkan pemerintah.
6
3. Studi Literatur
Dilakukan dengan cara membaca penelitian sebelumnya yang ada kaitannya
dengan penelitian, referensi buku-buku terkait, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan studi penelitian.
2.3 Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembangunan jalan tol Batang – Semarang,
dimana proyek ini merupakan proyek strategis nasional dengan waktu kontruksi
tahun 2016 – 2018. Mengenai waktu penelitian yang digunakan oleh penulis pada
bulan april – oktober 2018.
2.4 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian merupakan serangkaian proses penelitian, dimana
penulis dari awal menetapkan pokok permasalahan hingga ke proses yang akan
diteliti. Penelitian ini melalui beberapa tahapan, seperti tahapan persiapan yang
matang demi terlaksananya penelitian dengan baik guna memperoleh data yang
akurat. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah:
a. Tahapan Pra Penelitian
b. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
c. Tahapan Pengumpulan Data
2.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan penelitian ke lapangan, peneliti telah melakukan
analisis data, yaitu berdasarkan pada studi pendahuluan atau data sekunder. Namun
fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
masuk dan selama berada di lapangan (Sugiyono, 2010).
Menurut (Sugiyono, 2010), teknik analisis data berupa: reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. Pada
penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data yang berupa informasi
melalui wawancara kepada responden dan informasi lain mengenai evaluasi
sistem kontrak pembangunan jalan tol yang bersifat lump sum fixed price
7
berdasarkan sudut pandang owner pada pembangunan jalan tol Batang -
Semarang agar dapat mengkaji penelitian secara detail.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kuantitatif bisa dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, flowchart, dan sejenisnya. Oleh karena itu dengan melakukan
penyajian data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang
terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami. Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus, maka penyajian data lebih banyak dituangkan ke dalam grafik dan
tabel.
3. Kesimpulan
Merupakan hasil dari penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk grafik dan
tabel, serta kalimat yang mudah dipahami. Selanjutnya dapat
menyimpulkan bagaimana evaluasi sifat kontrak lump sum fixed price dan
analisis besaran tarif jalan tol (studi kasus: pembangunan jalan tol Batang -
Semarang), sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
kelebihan dan kekurangan kontrak lump sum fixed price pada konstruksi
jalan tol.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Data Untuk Evaluasi Kontrak
Sifat kontrak yang diterapkan pada pembangunan Jalan Tol Batang -
Semarang seperti penjelasan sebelumnya adalah lump sum fixed price. Adapun
kontrak kerja dengan bentuk imbalan lump sum memiliki jumlah harga yang pasti
dan tetap, serta seluruh risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor sepanjang gambar dan spesifikasi
tidak berubah. Harga yang pasti pada kontrak lump sum tidak memperkenankan
adanya pekerjaan tambah maupun kurang sesuai dengan kontrak awal yang
disepakati.
Jangka waktu pelaksanaan konstruksi selama 851 hari, mulai terbit SPMK
tanggal 1 Agustus 2016 sampai 30 November 2018 sesuai dengan Addendum
Kontrak No. 3 tanggal 19 November 2018 tentang perpanjangan waktu pekerjaan
konstruksi. Mengacu pada batasan masalah yang ada di pendahuluan, maka
8
disimpulkan bahwa evaluasi kontrak ini dinilai dari sudut pandang owner PT.
Jasamarga Semarang Batang yang merupakan anak perusahaan PT. Jasa Marga
(Persero), Tbk sebagai pemilik proyek jalan tol Batang - Semarang.
3.1.1 Dasar Review Basic Design
Rencana pembangunan jalan tol Batang - Semarang dimulai dari Kabupaten
Batang, yang merupakan kelanjutan dari jalan tol Pemalang - Batang juga termasuk
dari rangkaian jalan tol trans jawa. Tiga pihak utama, yakni: konsultan perencana,
kontraktor, dan owner melakukan survei lapangan. Hasil dari kegiatan tersebut
menghasilkan berita acara pemeriksaan review basic desain dan ROW plan profile
Jalan Tol Batang - Semarang pada hari senin tanggal 10 Juli tahun 2017, sebagai
berikut:
1. Dasar Kontrak PPJT
Sesuai dengan PPJT nomor: 01/PPJT/BPJT/2016 tanggal 27 April 2016.
2. Koordinasi teknis dengan instansi
Koordinasi teknis dengan instansi terkait dengan pemerintah kabupaten,
pemerintah kotamadya, maupun instansi pemerintah provinsi. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Kabupaten Batang
b. Kabupaten Kendal
c. Kota Semarang
d. BBWS dan PSDA
3. Survey Teknik
Survey primer yang telah dilakukan untuk kebutuhan review basic design
dan ROW plan profile Jalan Tol Batang - Semarang, adalah sebagai berikut:
a. Survey Topografi
b. Survey Geoteknik
c. Survey Perlintasan (dengan instansi terkait)
3.1.2 Dasar Perkembangan Teknis Pekerjaan Tambah atau Lingkup Baru
Addendum adalah perubahan isi kontrak sesuai dengan persetujuan semua
pihak yang terlibat. Pada proyek ini addendum terjadi akibat adanya perubahan
ruang lingkup proyek. Sebagai pemilik proyek, JSB akan mengakomodir semua
permintaan dari berbagai pihak asalkan sesuai alur pengajuan pekerjaan tambah.
9
Secara garis besar ada tiga pihak yang memengaruhi perubahan maupun
penambahan jumlah struktur bangunan, antara lain sebagai berikut:
1. Perpektif Dinas Provinsi
a. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juwana
b. Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang
2. Perpektif Dinas Kabupaten
3. Permintaan Warga / Masyarakat
3.1.3 Penyusunan Dokumen Final RTA
Pekerjaan kontrak ditambah dengan pekerjaan lingkup baru menghasilkan
pekerjaan akhir, yang disebut dengan pekerjaan final RTA (rencana teknik akhir).
Perubahan dan juga penambahan volume pekerjaan baru ini menuntut kontraktor
untuk mempersiapkan kontrak baru dengan back up yang lengkap dan kuat, agar
semua perubahan ruang lingkup benar-benar dapat dibayar oleh JSB.
Kegiatan addendum yang terjadi di proyek Jalan Tol Batang - Semarang
adalah dengan penambahan ruang lingkup pekerjaan, akibat dari permintaan
pemerintah daerah yang menuntut untuk menambah beberapa struktur bangunan di
sepanjang trase jalan tol untuk kepentingan masyarakat sekitar. Oleh karena itu
owner meminta kepada kontraktor harus menyiapkan back up data yang
mendukung agar semua pekerjaan tambah dapat disetujui dan juga sebagai syarat
untuk mengajukan tambahan biaya addendum.
3.1.4 Pengambilan Data Kuisioner dan Wawancara Kepada Owner
Cara yang dilakukan adalah wawancara dengan narasumber yang secara
langsung terlibat dalam proses pembangunan Jalan Tol Batang - Semarang. Lebih
spesifik lagi, yakni objek yang dilakukan untuk menggali informasi adalah pemilik
jasa (owner) JSB karena memang tujuan penelitian ini, bagaimana penerapan sifat
kontrak lump sum fixed price dari sudut pandang owner. Peneliti melakukan
wawancara terhadap kurang lebih 11 responden dari staff hingga pimpinan proyek.
Penulis menyusun secara garis besar mengenai tantangan penerapan kontrak
lump sum fixed price di proyek jalan tol menjadi beberapa garis besar. Setiap
pertanyaan tentunya telah dikonsultasikan, dikoreksi, dan disetujui oleh dosen
pembimbing agar jawaban yang di dapat sesuai dengan tujuan penelitian. Berikut
point-point isi pertanyaan kuisioner.
10
1. Alasan menerapkan kebijakan kontrak lump sum fixed price.
2. Opsi tujuan utama diterapkan sifat kontrak lump sum fixed price.
3. Keuntungan (kelebihan) penerapan sistem kontrak lump sum fixed price.
4. Kelemahan (kekurangan) penerapan sistem kontrak lump sum fixed price.
5. Masukan kritik, saran untuk sifat kontrak yang lebih sesuai dan lebih cocok
dalam penerapan proyek pembangunan jalan tol ke depannya.
3.2 Data Untuk Analisis Tarif dan Masa Konsesi
3.2.1 Data Untuk Penentuan Tarif Jalan Tol
Pembiayaan dalam proses konstruksi proyek jalan tol Batang - Semarang
tentu membutuhkan anggaran / biaya yang tidak sedikit. Operator jalan tol selaku
pemegang hak dalam kegiatan operasional jalan satu ruas selama masa konsesi,
tentu sudah ada perhitungan detail dalam menentukan kebijakan penerapan tarif
jalan tol baru yang tepat sesuai keputusan dengan pemerintah dan BPJT sebagai
perwakilan kementerian PUPR. Penulis memperoleh data hasil jadi mengenai
rincian biaya investasi dari owner. Berikut di bawah ini Tabel 3.1 anggaran dari
owner JSB dalam pembiayaan ruas jalan tol Batang - Semarang sebagai objek
dalam studi penelitian ini.
Tabel 3.1 Rencana Sumber dan Penggunaan Dana Investasi
(Sumber Data: Rencana Usaha Pengusahaan Jalan Tol Batang – Semarang)
Persen
(%) Rincian Biaya Investasi Besaran 2016 2017 2018
I II III
30% 1. Equity (A) 2,395,584 67,059 1,145,602 1,182,924
2. Pinjaman
KI
- Pokok 4,826,484 147,857 2,465,886 2,212,741
- Bunga 763,211 8,613 207,184 547,414
70% Total Pinjaman (B) 5,589,695 156,470 2,673,070 2,760,155
Kebutuhan Dana (C) =
(A) + (B) 7,985,279 223,528 3,818,672 3,943,079
*): dalam jutaan rupiah
Dari Tabel 3.1 di atas bahwa total biaya untuk membangun ruas jalan tol
Batang – Semarang di bawah wewenang JSB yaitu Rp 7.985.279.000.000,00 (tujuh
trilyun sembilan ratus delapan puluh lima milyar dua ratus tujuh puluh sembilan
juta rupiah). Total biaya hampir mencapai delapan trilyun lebih ini, penulis
memperoleh data mengenai perhitungan besaran nilai biaya tersebut di dalam
subbab prakiraan biaya investasi kebutuhan capex.
11
Capex merupakan biaya-biaya yang digunakan oleh perusahaan untuk
memperoleh atau menambah aktiva tetap atau aset fisik seperti properti, bangunan
industri atau peralatan. Pengeluaran ini biasanya relatif lebih besar daripada biaya
operasional rata-rata. Capex biasanya dianggarkan dari keuntungan yang dihasilkan
oleh perusahaan. Setelah itu jika masih ada sisa dari keuntungan tersebut, baru
dibagikan kepada pemegang saham sebagai deviden. Berikut di bawah ini Tabel 3.2
rincian biaya investasi untuk jalan tol Batang - Semarang.
Tabel 3.2 Prakiraan Biaya Investasi
(Sumber Data: Rencana Usaha Pengusahaan Jalan Tol Batang - Semarang)
JALAN TOL BATANG – SEMARANG
No. Rincian Biaya Investasi s/d 2018
BIAYA PROYEK
1. - Desain (FED) 82,586
2. - Konstruksi 5,505,700
3. - Peralatan Tol 110,115
4. - Supervisi + PMI 110,115
5. - Eskalasi 550,286
6. - Overhead 55,057
7. - PPN 631,750
8. Upfront Free 8,500
sub total (1) 7,054,109
1. - IDC (interest during construction) 760,171
2. - Financial Fee* 139,186
sub total (2) 899,356
Total Biaya Investasi Proyek = (1) + (2) 7,953,465
Margin Konstruksi (3) 31,814
Total Biaya Inv. Proyek + Margin Kons.
= (1) + (2) +(3) 7,985,279
*): dalam jutaan rupiah
Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa total biaya investasi proyek ternyata
selain biaya konstruksi proyek ada juga biaya lainnya (interest during construction
dan financial fee).
3.2.2 Faktor Penentuan Umur Masa Konsesi Jalan Tol
Masa konsesi dalam penjabaran sederhana merupakan skema kerjasama
antara pemerintah di bawah kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) direktorat jenderal bina marga yang diwakili Badan Pengatur Jalan Tol
(BPJT) dengan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) dalam menyusun rancangan,
melaksanakan konstruksi, hingga mengoperasikan jalan tol.
12
Pada studi kasus ini, objek yang dijadikan sebagai perjanjian masa konsesi
adalah ruas jalan tol Batang - Semarang dengan panjang sekitar 74,2 km. Secara
singkat mengenai ketentuan jangka waktu masa konsesi dihitung pada saat
pelaksanaan dimulai sampai masa pemeliharaan jalan tol tersebut. Nantinya apabila
masa konsesi habis, jalan tol akan dimiliki hak penuh oleh pemerintah selaku
regulator. Akan tetapi pemerintah tidak bisa serta merta langsung mengambilnya,
masa konsesi dapat diperpanjang dengan pelbagai beberapa faktor-faktor yang
memengaruhi. Hal-hal yang menentukan umur masa konsesi diantaranya adalah:
a. Biaya Persiapan
b. Biaya Pembangunan
c. Biaya Pemeliharaan
d. Pemasukan dari Tarif Tol Terhitung Saat Mulai Diaktifkan
e. Faktor Tertentu Lainnya
3.3 Evaluasi Kontrak Lump Sum Fixed Price dari Sudut Pandang Pemberi
Jasa (Owner)
Kontrak pada proyek Jalan Tol Batang - Semarang seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya adalah bersifat lump sum. Kontrak kerja dengan bentuk
imbalan lump sum memiliki jumlah harga yang pasti dan tetap, serta seluruh risiko
yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Harga yang pasti
pada kontrak lump sum tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah maupun
kurang, pada studi kasus ini ada celah yang dianggap merugikan pihak owner pada
kontak perjanjian pasal 11. (Rato, 2018)
Jika dalam addendum kontrak tersebut terjadi perubahan nilai kontrak dan/
atau perubahan nilai kontrak dan/ atau jangka waktu kontrak, maka pihak kedua
wajib melakukan penyesuaian terhadap besarnya nilai jaminan pelaksanaan dan/
jangka waktu masa berlakunya jaminan pelaksanaan. Kemudian terkait item
pekerjaan yang sesuai kontrak awal, maka tidak dapat dilakukan addendum.
3.3.1 Hasil Evaluasi dan Pemeriksaan Gambar Basic Design
a. Konsultan perencana, kontraktor, dan PT. Jasamarga Semarang Batang
menyatakan bahwa dokumen telah memenuhi ketentuan serta bertanggung
jawab terhadap dokumen review basic design dan ROW plan, sesuai dengan
perundang-undangan.
13
b. Konsultan perencana Jalan Tol Batang - Semarang, terdiri dari:
1) Team Leader
2) Highway Engineer
3) Strcuture Engineer
4) Drainage Engineer
5) Geotechnic Engineer
c. Hasil analisis teknis, survei primer, berita acara hasil koordinasi dengan
instansi terkait disampaikan sebagai bagian dari kegiatan ini.
d. Dokumen review basic design dan ROW plan tersebut digunakan sebagai
dasar untuk pengadaan lahan dan penyusunan rencana teknik akhir (RTA).
e. PT. Jasamarga Semarang Batang dan kontraktor akan menyusun dan
menyampaikan dokumen Rencana Teknik Akhir (RTA) untuk disetujui oleh
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sebagai dasar pelaksanaan di lapangan.
f. Perubahan lingkup sebagaimana butir II.2 hasil evaluasi data teknis yang
menyebabkan tambahan biaya, diajukan sebagai nilai tambah investasi
dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Batang – Semarang nomor:
01/BPJT/BPJT/2016 tanggal 27 April 2016.
Data-data yang disepakati antara owner dengan kontraktor mengenai awal
survei lapangan bersama dalam proyek Jalan Tol Batang - Semarang khususnya di
seksi 3 sepanjang + 11 Km dengan jumlah bangunan sesuai kontrak adalah 38.
Terdiri dari 5 Under Bridge, 3 Under Pass, 3 Over Pass, 4 Box Pedestrian, 10
Reinforced Concrete Pipe, dan 13 Box Culvert.
Menurut owner, tidak ada perbedaan hasil dari review basic design antara
penerapan sifat kontrak unit price dengan lump sum fixed price asalkan tidak ada
struktur bangunan tambahan maupun perubahan dimensi yang berakibat naiknya
nilai kontrak pekerjaan. Sebagai contoh ada perubahan dimensi di satu bangunan
yang sudah tercantum di dalam kontrak awal. Dalam kontrak lump sum fixed price
tentu itu merupakan risiko yang harus ditanggung oleh kontraktor. Berikut contoh
data perubahan bangunan di STA 416+480, pada Gambar 3.1 adalah plan desain
awal sebelum dilakukan survei bersama.
14
Gambar 3.1 Plan Awal Struktur Bangunan Sungai Kalud STA. 416+480
Menurut konsultan perencana dari kontraktor, perhitungan awal struktur
bangunan di atas sungai Kalud adalah box culvet 3x3.0x3.0 sudah aman. Akan
tetapi setelah dilakukan survei bersama, terutama pihak yang berkaitan langsung
yaitu BBWS meminta adanya perubahan desain dengan maksud untuk jangka
waktu panjang ke depan (puluhan tahun) apabila ada proses normalisasi sungai
mudah dilakukan. Rancangan perubahan struktur itu dituangkan dalam Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Plan Perubahan Struktur Bangunan Sungai Kalud STA. 416+480
15
Kontraktor berusaha mengajukan addendum kontrak terkait dengan adanya
perubahan bangunan awal, tetapi owner tidak setuju karena itu merupakan risiko
dari kontraktor yang harus diambil. Tingginya ketidakpastian kontrak lump sum
pada proyek jalan tol mengakibatkan adanya biaya sendiri untuk menanggulangi
risiko tersebut.
3.3.2 Pekerjaan Lingkup Baru
Survei bersama tahap II di lakukan untuk memantapkan jumlah keseluruhan
struktur yang akan dibangun, dengan melibatkan lebih banyak pihak yang turun ke
lapangan. Ada perwakilan dari dinas BBWS, PSDA, DPUPR dan tentunya warga /
masyarakat yang wilayahnya terkena trase pekerjaan jalan tol. Penambahan lingkup
pekerjaan di proyek ini pun tidak bisa dihindari dan sebagian besar adalah
penambahan struktur terowongan jalan kabupaten maupun terowongan jalan desa
yang melewati crossing dengan jalan warga.
Penambahan bangunan di luar lingkup kontrak dapat diakui dan dibayar
oleh JSB dengan persetujuan BPJT apabila disertai persyaratan tertentu yang dapat
menjelaskan bahwa penambahan bangunan tersebut memang harus ada.
Persyaratan penambahan ruang lingkup secara detail dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut ini.
Tabel 3.3 Sketsa Ruang Lingkup Proyek Jalan Tol Batang - Semarang (Rato, 2018)
No. Sketsa Penjelasan
1.
Jika terjadi permintaan bangunan
dari masyarakat desa, dinas
pemerintahan pemkab / pemkot,
dinas provinsi, dan lain-lain.
Contoh: permintaan on off ramp
Ngaliyan, Semarang.
2.
Jika ada instruksi tambahan dari
pemilik jasa / owner, bukan dari
evaluasi tim engineering PT.
Waskita Karya.
3.
Kenaikan elevasi / finish grade
tanah yang diakibatkan oleh
penambahan struktur bangunan.
16
No. Sketsa Penjelasan
4.
Jika ada ketentuan atau peraturan
terbaru dari dinas untuk
perubahan dimensi mengacu
ketetapan pemkot / pemkab.
Contoh: RCP min. box 1,5 x 1,5.
5.
Jika terjadi kejadian tidak
terduga (force majeur).
Contoh: gempa bumi, banjir,
peristiwa huru-hara.
Hal tersebut menjadi tidak adil bagi owner meskipun sudah merupakan
risiko kontraktor karena menerapkan sifat kontrak lump sum yang mempunyai
harga pasti, tetapi berpeluang melakukan addendum kontrak dengan dasar
menggunakan pasal 11 ayat (1) dokumen kontrak. Risiko bagi kontraktor akan
semakin besar akibat perkerjaan tambah ruang lingkup dan penambahan volume,
sehingga dengan kondisi yang ada peluang kontraktor mengajukan penambahan
ruang lingkup untuk dijadikan kontrak baru atau kontrak addendum.
Daftar mengenai item struktur bangunan untuk lingkup baru pada
pembangunan Jalan Tol Batang - Semarang khususnya di trase seksi 3 sepanjang +
11 km sesuai dengan pengajuan dari berbagai pihak adalah 40 bangunan baru. Total
bangunan tersebut terdiri dari 8 Under Bridge, 1 Under Pass, 12 Box Pedestrian,
dan 19 Box Culvert. Akibatnya owner akan mengeluarkan biaya tambahan yang
lumayan besar untuk membayar pekerjaan tambah di luar pekerjaan kontrak awal.
Saran dari penulis agar owner selaku pemilik jasa (misal, pekerjaan jalan tol) harus
benar-benar cermat dan teliti dalam memahami sifat kontrak apa yang akan
diterapkan, agar tidak merugi di kemudian hari.
3.3.3 Pekerjaan Final RTA
Kegiatan dalam hal review basic design telah selesai dilakukan, pun halnya
dalam kegiatan pekerjaan tambah yang dilakukan oleh kontraktor, sudah
diakomodir dengan baik oleh owner. Pada prinsipnya baik kontrak unit price
ataupun lump sum fixed price, keduanya dapat dilakukan addendum namun dengan
syarat dan ketentuan masing-masing. Agar lebih jelas lagi mengenai perbedaan
17
addendum pada kontrak lump sum dan unit price dengan pendekatan analisis
SWOT dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini (Rato, 2018).
Tabel 3.4 Analisis SWOT Addendum Kontrak Lump Sum dan Kontrak Unit Price
No Uraian Addendum Lump Sum Addendum Unit Price
1 Kelebihan
(Strenght)
Nilai kontrak pasti / harga
tetap, nilai investasi.
Bisa dilakukan addendum sesuai
dengan kebutuhan lapangan.
2 Kelemahan
(Weakness)
Tidak bisa dilaksanakan
addendum / pekerjaan
tambah pada kontrak yang
sudah ada.
Nilai kontrak bisa naik dari
perhitungan awal, dikarenakan
terkait pekerjaan yang terlaksana
di lapangan.
3 Peluang
(Opportunities)
Tidak ada peluang karena
bersifat tetap (dikunci).
Pekerjaan di luar lingkup
diusulkan menjadi
addendum / kontrak baru.
Berpeluang meningkatkan nilai
kontrak berdasarkan pekerjaan
yang dilaksanakan di lapangan.
4 Ancaman
(Threats)
Pekerjaan lump sum sangat
berisiko dari sisi teknis dan
harus didetailkan
rancangan gambarnya.
Tidak adanya addendum
Proses pekerjaan yang
dilaksanakan di lapangan akan
terbayar, sehingga secara risiko
dapat lebih adil kepada
kontraktor.
Kesimpulan
Kontrak lump sum tidak
dapat dilakukan
addendum, selain di luar
lingkup kontrak awal.
Addendum pada kontrak unit
price dapat dilakukan sesuai
dengan kebutuhan yang ada di
lapangan.
Berdasarkan Tabel 3.4 dapat dilihat bagaimana analisis SWOT antara
addendum kontrak lump sum dengan addendum kontrak unit price. Addendum akan
lebih mudah atau fleksible dilakukan pada kontrak unit price daripada kontrak lump
sum. Namun apabila suatu kontrak sering diaddendum tentu akan membuat nilai
kontrak menjadi tak tentu, berbeda dengan kontrak lump sum yang harganya pasti
di seluruh lingkup kontraknya.
Dokumen final rencana teknik akhir (RTA) disusun oleh owner sebagai
dokumen penagihan yang fix (tidak berubah) kepada BPJT guna pendanaan proses
konstruksi jalan tol, saat beroperasi dan pemeliharaan setelah jalan tol dioperasikan.
18
Secara sederhana dokumen RTA terdiri dari dokumen kontrak awal ditambah
addendum kontrak dari kontraktor yang disetujui oleh owner.
Proyek jalan tol Batang - Semarang (untuk seksi 3) pada awal kontrak
disepakati antara owner dan kontraktor terdapat 38 struktur bangunan di sepanjang
trase. Namun dalam masa pelaksanaannya muncul permintaan dari warga atau
pemerintah daerah untuk menambahkan bangunan seperti saluran irigasi dan
crossing, kemudian pada jalan raya dengan box ataupun underpass / overpass.
Permintaan warga dan dinas pemerintah daerah terkait bangunan tambahan yang
kemudian disetujui oleh JSB dan BPJT. Untuk mempermudah pembagian
mengenai daftar bangunan kontrak awal, penambahan bangunan, dan struktur
bangunan final RTA, penulis membuat Tabel 3.5 di bawah ini.
Tabel 3.5 Daftar Struktur Bangunan Kontrak Awal, Lingkup Baru, dan Final RTA
Proyek Jalan Tol Batang – Semarang Seksi 3
No. Struktur Bangunan Kontrak Awal Lingkup Baru Final RTA
1. Under Bridge (UB) 5 8 17
2. Under Pass (UP) 3 1 4
3. Over Pass (OP) 3 - 1
4. Box Pedestrian / Traffic (BP) 4 12 20
5. Box Culvert (BC) 10 19 33
6. Reinforced Concrete Pipe (RCP) 13 - 3
Jumlah 38 40 78
Penjelasan tabel di atas struktur bangunan UB lima kontrak awal ditambah
delapan lingkup baru, bukan berjumlah 13 bisa mengacu jawaban pada subbab 3.3.1
di atas. Bahwa itu merupakan pekerjaan kontrak awal dan kontraktor menanggung
risiko dikarenakan perubahan struktur dari semula box culvert menjadi under pass.
Akhirnya pada tahapan konstruksi dibangun struktur dengan total 78 bangunan
pada proyek jalan tol Batang - Semarang (seksi 3) yang terdiri dari underbridge,
underpass, overpass, box pedestrian, reinforced concrete pipe, dan box culvert.
3.3.4 Hasil Kuisioner dan Wawancara dengan Pemilik Jasa (Owner)
Di dalam tahapan ini, persiapan sebelum melakukan wawancara harus
diperhatikan dengan sangat hati-hati. Satu sampai dua minggu sebelumnya, penulis
mendatangi responden untuk menentukan jadwal yang tepat guna melakukan
pengambilan data. Kira-kira butuh waktu dua minggu, sehingga penulis berhasil
mengumpulkan data dan menyelesaikan 11 responden secara lengkap dan baik.
19
Beberapa kejadian yang terjadi selama wawancara dan pengambilan
kuisioner yang tak terduga, antara lain:
a. Pada saat hari H, responden tidak berada di kantor.
b. Adanya tugas dadakan dari atasan penulis, sehingga penulis lebih
memprioritaskan menyelesaikan tugas itu.
c. Ada responden yang sangat antusias bertanya detail, sehingga dalam satu
hari hanya dapat menyelesaikan satu formulir kuisioner saja.
d. Hal-hal non teknis lainnya.
Setelah semua formulir kuisioner telah diisi oleh responden, langkah
selanjutnya adalah merangkum dan menyimpulkan hasil dari wawancara tersebut.
Ada lima point yang akan dibahas dalam hasil penelitian ini disajikan melalui
diagram lingkaran. Berikut merupakan rangkuman dari kuisioner yang telah diisi:
A. Alasan Menerapkan Kebijakan Kontrak Lump Sum Fixed Price
Gambar 3.3 Diagram Hasil dari Alasan Menerapkan Kebijakan Kontrak
Lump Sum Fix Price (Data Hasil Kuisioner)
20
B. Opsi Tujuan Utama Diterapkan Sifat Kontrak Lump Sum Fixed Price
Gambar 3.4 Diagram Hasil dari Opsi Tujuan Utama Diterapkan Sifat Kontrak
Lump Sum Fixed Price (Data Hasil Kuisioner)
C. Keuntungan (kelebihan) Penerapan Sistem Kontrak Lump Sum Fix
Price
Gambar 3.5 Diagram Hasil dari Keuntungan (kelebihan) Penerapan Kontrak
Lump Sum Fixed Price (Data Hasil Kuisioner)
21
D. Kelemahan (kekurangan) Penerapan Sistem Kontrak Lump Sum Fix
Price
Gambar 3.6 Diagram Hasil dari (kekurangan) Penerapan Kontrak
Lump Sum Fixed Price (Data Hasil Kuisioner)
E. Masukan Kritik, Saran untuk Sifat Kontrak yang Lebih Sesuai dan
Lebih Cocok dalam Penerapan Proyek Pembangunan Jalan Tol ke
Depannya
Dari semua responden yang telah penulis wawancarai, berikut mengenai
usulan pendapat tentang sifat kontrak apa yang tepat dalam membangun jalan tol
selanjutnya. Di bawah ini rangkumannya:
1. Kontrak lump sum harus lebih teliti / lengkap aturan dalam isi pasal-pasal
kontrak sedetail mungkin.
2. Data-data harus lengkap, jelas, harus update, data tidak terlalu lama.
3. Aanwijzing harus dilakukan dengan benar oleh kontraktor, owner,
konsultan agar tidak terjadi kesalahan perhitungan oleh kontraktor saat
mengajukan usulan tender.
4. Diterapkan kontrak unit price konvensional, jenis kontrak DBB (design,
bid, build).
5. Fixed unit price apabila desain yang digunakan masih menggunakan basic
design, karena kemungkinan perubahannya sangat besar.
6. Lump sum fixed price apabila desain yang digunakan sudah detail (RTA).
22
7. Lebih cocok jika kontrak dibuat fixed unit price, sehingga ketika terjadinya
tambah pekerjaan bisa diakomodir dan dapat dievaluasi sesuai kebutuhan
lapangan.
8. Adanya fixed unit price akan lebih menguntungkan, karena harga satuan
yang tetap tidak berubah-ubah.
9. Unit price karena lebih fair antara pemilik proyek dengan penyedia jasa.
10. Karena adanya kemungkinan perubahan desain konstruksi dan adanya
permintaan dari dinas lain, lebih cocok bila kontrak tetap pada unit price,
namun pembayaran tetap CPF.
3.4 Analisis Tarif dan Masa Konsesi Jalan Tol Batang - Semarang
3.4.1 Penerapan Tarif Tol Sesuai Dokumen Rencana Usaha
Pada pembahasan subbab 3.2.1 data perhitungan sebagai dasar dalam
penetapan tarif baru jalan tol adalah rencana sumber dan penggunaan dana
investasi, serta prakiraan biaya investasi. Selain itu di dalam penyusunan dokumen
rencana usaha ruas tol ini telah dihitung mengenai proyeksi volume lalu lintas dan
pendapatan tol dalam periode tertentu.
Penulis mendapatkan data perhitungan volume lalu lintas dan pendapatan
tol yang sudah komplit dari owner kepemilikan jalan tol, berupa data:
1. Jumlah volume kendaraan tiap hari
2. Daftar tarif berbayar sesuai golongan dari tahun masa konsesi
3. Total pendapatan setiap tahun sampasi masa konsesi berakhir
Acuan dalam melakukan analisis tarif terdiri dari tiga macam, yakni:
a. Survey Lapangan
b. Dokumen Rencana Usaha PPJT
c. Kepmen PUPR
Dalam menyusun tarif tol pada studi kasus ini, penulis mendapatkan data
resmi dari pemerintah melalui lampiran surat keputusan Menteri pekerjaan umum
dan perumahan rakyat, dengan nomor: 54/KPTS/M/2019 - Penetapan Golongan
Jenis Kendaraan Bermotor dan Besaran Tarif Tol pada jalan tol Batang – Semarang.
Berikut mengenai lampiran berupa golongan jenis kendaraan bermotor yang
diperbolehkan melintasi jalan tol Batang - Semarang melalui Tabel 3.6.
23
Tabel 3.6 Golongan Jenis Kendaraan Bermotor Jalan Tol Batang-Semarang
GOLONGAN JENIS KENDARAAN
Golongan I Sedan, Jip, Pick Up/Truk Kecil, dan Bus
Golongan II Truk dengan 2 (dua) gandar
Golongan III Truk dengan 3 (tiga) gandar
Golongan IV Truk dengan 4 (empat) gandar
Golongan V Truk dengan 5 (lima) gandar atau lebih
sumber: Keputusan Menteri PUPR No. 54/KPTS/M/2019
Kemudian mengenai tarif yang dikenakan masing-masing kendaraan
melintasi ruas jalan tol Batang - Semarang sepanjang 74,2 km sebesar Rp 75.000,00
untuk kendaraan golongan I tarif terjauh. Lebih detail mengenai tarif pada semua
jenis kendaraan (golongan I – golongan V) dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.
Tabel 3.7 Besaran Tarif Tol Jalan Tol Batang-Semarang pada Sistem Tertutup.
Asal
Perjalanan Tujuan Perjalanan
Besarnya Tarif Tol (Rp)
Gol I Gol II Gol III Gol IV Gol V
Batang/
Pasekaran
Kandeman
Weleri
Kendal
Kaliwungu
Semarang/
Kali Kangkung
3.000
39.500
50.500
64.000
75.000
5.000
59.000
75.500
95.500
112.500
5.000
59.000
75.500
95.500
112.500
6.500
78.500
100.500
127.500
150.000
6.500
78.500
100.500
127.500
150.000
Kandeman Weleri
Kendal
Kaliwungu
Semarang/
Kali Kangkung
Batang/ Pasekaran
36.000
47.000
60.500
71.500
3.000
54.000
70.500
91.000
107.500
5.000
54.000
70.500
91.000
107.500
5.000
72.000
94.000
121.000
143.500
6.500
72.000
94.000
121.000
143.500
6.500
Weleri Kendal
Kaliwungu
Semarang/
Kali Kangkung
Batang/ Pasekaran
Kandeman
11.000
24.500
35.500
39.500
36.000
16.500
37.000
53.500
59.000
54.000
16.500
37.000
53.500
59.000
54.000
22.000
49.000
71.000
78.500
72.000
22.000
49.000
71.000
78.500
72.000
Kendal Kaliwungu
Semarang/
Kali Kangkung
Batang/ Pasekaran
Kandeman
Weleri
13.500
24.500
50.500
47.000
11.000
20.500
37.000
75.500
70.500
16.500
20.500
37.000
75.500
70.500
16.500
27.000
49.000
100.500
94.000
22.000
27.000
49.000
100.500
94.000
22.000
Kaliwungu Semarang/
Kali Kangkung
Batang/ Pasekaran
Kandeman
Weleri
Kendal
11.000
64.000
60.500
24.500
13.500
16.500
95.500
91.000
37.000
20.500
16.500
95.500
91.000
37.000
20.500
22.000
127.500
121.000
49.000
27.000
22.000
127.500
121.000
49.000
27.000
Semarang/
Kali
Kangkung
Batang/ Pasekaran
Kandeman
Weleri
Kendal
Kaliwungu
75.000
71.500
35.500
24.500
11.000
112.500
107.500
53.500
37.000
16.500
112.500
107.500
53.500
37.000
16.500
150.000
143.500
71.000
49.000
22.000
150.000
143.500
71.000
49.000
22.000
sumber: Keputusan Menteri PUPR No. 54/KPTS/M/2019
24
Tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa jarak terjauh sepanjang 74,2 km untuk
kendaraan golongan I membayar sebesar Rp 75.000,00. Artinya tarif setiap satu km
ruas jalan tol Batang - Semarang, pengguna diwajibkan membayar dengan uang
sebesar Rp 1.010,782 untuk jenis kendaraan golongan I. Kemudian untuk tarif
dengan jenis kendaraan golongan II sampai golongan V dengan tarif lebih tinggi.
Berdasarkan usulan dari BUJT, maka BPJT akan melakukan evaluasi dan
Menteri PUPR akan menetapkan penyesuaian tarif tol dalam waktu setiap 2 (dua)
tahun setelah awal pengoperasian jalan tol, dengan mengeluarkan penetapan
penyesuaian tarif. Penetapan penyesuaian tarif tersebut harus dapat diberlakukan
segera, setelah diterbitkannya SK penetapan penyesuaian tarif. Hasil perhitungan
tarif tol dapat dibulatkan ke atas atau ke bawah dengan kelipatan Rp 500,00 (lima
ratus rupiah) terdekat. Untuk perhitungan penyesuaian tarif tol selanjutnya, hasil
perhitungan sebelum pembulatan akan digunakan.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perhitungan – perhitungan maupun data
yang sudah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, berupa antara lain:
a. Rencana Sumber Dana dan Penggunaan Dana Investasi
b. Prakiraan Biaya Investasi
c. Pendapatan dari Tarif Tol
d. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
e. Biaya Depresiasi dan Amortisasi
f. Proyeksi Laba / Rugi Bersih
25
Rumusnya adalah:
Total pendapatan selama 45 tahun =
Biaya Keseluruhan:
Biaya Investasi = 7,985,279 Juta
Operasi dan Pemeliharaan = 10,298,596 Juta
Depresiasi dan Amortisasi = 465,173 Juta
Jumlah biaya keseluruhan = 18,749,048 Juta
Keuntungan / Laba = 15,579,606 Juta
Total pendapatan = 18,749,048 + 15,579,606
= 34,328,654 Juta
Data maupun angka di atas bersumber dari dokumen rencana usaha PPJT.
(PT. Jasamarga Semarang Batang, 2016)
3.4.2 Masa Konsesi Berdasarkan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT)
Masa konsesi ditentukan dengan para stakeholder yang terlibat di dalamnya.
Sekali lagi dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis hanya mendapatkan
dokumen jadi berupa hasil scan dengan format pdf pada dokumen rencana usaha
pengusahaan jalan tol Batang - Semarang yang di terbitkan oleh kementerian
pekerjaan umum dan perumahan rakyat melalui badan pengatur jalan tol pada bulan
April 2016 oleh PT. Jasamarga Semarang Batang.
Pada penyusunan dokumen tersebut, di dalam perhitungan bab mengenai
traffic dan pendapatan tol dihitung mulai tahun 2017 – 2061 untuk mendapatkan
hasil yang tepat. Itu artinya bahwa masa konsesi untuk ruas jalan tol Batang -
Semarang yakni 45 tahun. Kemudian pada perhitungan selanjutnya mengenai biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya depresiasi dan amortisasi juga perhitungan
dilakukan sampai dengan tahun 2061 untuk mendapatkan hasil yang sesuai.
Lebih terperinci ke halaman 51 berisi ringkasan kelayakan jalan tol Batang
- Semarang bahwa masa konsesi (termasuk masa konstruksi) adalah 45 tahun. Lama
waktu tersebut tentu ada perhitungan secara terperinci, namun tidak dibahas pada
penelitian ini dikarenakan dokumen tersebut milik negara dan sangat rahasia.
Sehingga penulis hanya memperoleh hasil akhir pada Tabel 3.8 di bawah ini.
Total Pendapatan (Tarif Tol) = Biaya Keseluruhan + Keuntungan
26
Tabel 3.8 Ringkasan Kelayakan Jalan Tol Batang-Semarang
Sumber: Dokumen (PT. Jasamarga Semarang Batang, 2016)
Uraian
I. Aspek Teknik
1. Panjang Jalan (km) 75,00
2. Masa Konstruksi Nov 2016 – Okt 2018
II. Aspek Operasional
1. Volume Lalu Lintas (Kend/hari)
- Tahun 2018 18.772
- Tahun 2025 33.675
- Tahun 2035 63.802
- Tahun 2045 101.919
2. Pendapatan Tol (Rp. Juta)
- Tahun 2018 61.845
- Tahun 2025 1.762.438
- Tahun 2035 5.501.053
- Tahun 2045 14.477.045
3. Tarif Tol Awal Gol I (th 2018) / km Rp1.100
4. Penyesuaian Tarif Tol 10.5% / 2 tahun
5. Inflasi / tahun 5,25%
6. Eskalasi / tahun 7,0%
III. Aspek Keuangan
1. Biaya Investasi (Rp. Juta)
a. Biaya Proyek
- Biaya Konstruksi 7.663.880
- Peralatan Tol 110.114
- Design 114.968
- Supervisi + Pengendali Mutu Independen 153.278
- Eskalasi 809.699
- Overhead 55.057
- PPN 881.064
- Upfront Fee 8.500
Biaya Proyek 9.796.548
b. Financial Fee 193.397
c. Bunga Masa Konstruksi 1.055.703
Total Biaya Investasi 11.045.548
2. Bunga / tahun 14,0%
3. Dukungan Pemerintah
- Setara panjang km terbangun di jalan tol
Terbanggi Besar – Kayu Agung (km) 25
4. Bridging tanah (Rp Juta) 584.119
5. Kelayakan Investasi
a. Masa Konsesi (termasuk konstr.) 45 tahun
b. IRR : on Equity 14,34%
c. IRR on Project 13,70%
Tabel 3.8 menunjukkan lama waktu masa konsesi selama 45 tahun sesuai
dengan isi PPJT. Selanjutnya pihak BUJT yaitu PT. Jasamarga Semarang Batang
27
wajib menyerahkan kepada pemerintah melalui BPJT berbagai laporan sebagai
berikut:
1. Laporan bulanan status dan kemajuan pekerjaan perencaan teknik.
2. Laporan bulanan status dan kemajuan pelaksanaan konstruksi.
3. Laporan triwulanan (3 bulanan) yang berkaitan dengan pengoperasian jalan
tol, antara lain:
a. Pelaksanaan pengoperasian dan pemeliharaan sesuai perjanjian.
b. Volume lalu lintas setiap bulan pada masing-masing gerbang tol sesuai
dengan golongan kendaraan dan asal gerbang.
c. Penghasilan tol setiap bulan pada masing-masing gerbang tol.
d. Jumlah kecelakaan setiap bulan, termasuk karakteristik kecelakaan,
waktu dan tanggal, lokasi dan kejadian.
e. Pemenuhan terhadap standar pelayan minimal oleh badan usaha jalan tol.
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah disusun sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan mengenai “Evaluasi Sifat Kontrak Lump Sum Fixed Price dan Analisis
Besaran Tarif Jalan Tol (Studi Kasus: Pembangunan Jalan Tol Batang –
Semarang)” antara lain:
1. Penerapan sifat kontrak lump sum fixed price pada pembangunan Jalan Tol
Batang – Semarang dibandingkan sifat kontrak fixed unit price ditinjau dari
sudut pandang pemberi jasa (owner) memiliki garis besar, sebagai berikut:
a. Nilai kontrak lump sum fixed price untuk proyek jalan tol cenderung
lebih besar apabila dibandingkan dengan kontrak fixed unit price.
b. Kontraktor harus bisa memastikan pada saat masa konstruksi tidak ada
pekerjaan tambah (lingkup baru) agar nilai kontrak awal proyek tetap.
c. Mengenai perbandingan kontrak fix unit price margin harga pekerjaan
tidak sebesar pada kontrak lump sum fixed price, sehingga untuk
antisipasi risiko yang diperhitungkan akan lebih rendah. Maka kontrak
ini sangat cocok bila diterapkan pada proyek dengan nilai risiko yang
tinggi karena setiap penambahan volume pekerjaan nantinya dapat diakui
dan dibayar oleh owner.
28
d. Bahwa sampai dengan selesai konstruksi pembangunan jalan tol Batang
– Semarang pada akhir tahun 2018, ini merupakan penerapan pertama di
Indonesia untuk proyek jalan tol dengan menerapkan sifat kontrak lump
sum fixed price. Dan hasilnya kurang cocok atau kurang sesuai yang
diharapkan owner, karena total biaya yang harus dikeluarkan lebih tinggi
dari nilai kontrak awal sesuai isi PPJT dengan pemerintah.
2. Analisis untuk besaran tarif jalan tol (ruas jalan tol Batang – Semarang) dan
masa konsesi yang diberikan oleh pemerintah, sebagai berikut:
a. Pemerintah melalui lampiran surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat dengan nomor: 54/KPTS/M/2019 - Penetapan
Golongan Jenis Kendaraan Bermotor dan Besaran Tarif Tol pada jalan tol
Batang – Semarang, menetapkan rincian tarif tol dengan jarak terjauh
sepanjang 75 km untuk kendaraan golongan I membayar sebesar Rp
75.000,00. Itu artinya tarif setiap 1 km ruas jalan tol Batang – Semarang,
pengguna membayar dengan uang sebesar Rp 1.010,782. Evaluasi dan
penyesuaian tarif tol akan dilakukan setiap dua tahun sekali.
b. Di dalam dokumen rencana usaha pengusahaan jalan tol Batang –
Semarang yang di terbitkan oleh Kementerian PUPR melalui BPJT pada
bulan April 2016, berisi ringkasan kelayakan jalan tol Batang – Semarang
bahwa masa konsesi (termasuk masa konstruksi) adalah 45 tahun.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian “Evaluasi Sifat
Kontrak Lump Sum Fixed Price dan Analisis Besaran TarifJalan Tol (Studi Kasus:
Pembangunan Jalan Tol Batang – Semarang)” adalah sebagai berikut:
a. Pihak pemerintah selaku subjek tertinggi harus bisa memastikan bahwa
pembebasan tanah untuk proyek pembangunan konstruksi (misalnya:
proyek pembangunan jalan tol) harus tuntas terlebih dahulu agar waktu
proses tahapan konstruksi tidak molor dan biaya yang dikeluarkan tidak
over budget.
b. Pihak investor atau pemilik pekerjaan agar memberikan nilai kontrak yang
pasti, sehingga nantinya rancangan gambar awal tidak berubah sampai akhir
pekerjaan.
29
c. Aanwijzing harus dilakukan dengan benar oleh kontraktor, owner, konsultan
agar tidak terjadi kesalahan perhitungan oleh kontraktor saat mengajukan
usulan tender.
d. Penerapan kontrak lump sum fixed price pada proyek jalan tol masih belum
konsisten, dikarenakan berdasarkan hasil penelitian ini kontraktor masih
memiliki celah dengan kegiatan addendum kontrak (lingkup baru). Hal itu
bisa terjadi sebab dalam isi pasal kontrak belum sepenuhnya
menguntungkan kepada pihak owner (pemberi jasa), maka selanjutnya perlu
pengkajian lebih mendalam terkait sifat kontrak lump sum fixed price pada
proyek berisiko tinggi (terutama proyek pembangunan jalan tol).
DAFTAR PUSTAKA
Chan, E. H., & Yu, A. T. (2005). Contract Strategy for Design Management in The
Design and Bilt System. International Journal of Project Management.
Hansen, S. (2015). Manajemen Kontrak Konstruksi - Pedoman Praktis dalam Mengelola
Proyek Konstruksi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
PP no. 15. (2005). Jalan Tol. jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
PT. Jasamarga Semarang Batang. (2016). Rencana Usaha Pengusahaan Jalan Tol Batang
- Semarang. Jakarta: Badan Pengatur Jalan Tol.
Rato. (2018). Evaluasi Penerapan Kontrak Lump Sum Dari Sudut Pandang Kontraktor
Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Batang - Semarang. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Septiadi, R. B. (2016). Spesifikasi Umum Jalan Tol Semarang-Batang. Jakarta: PT.
Jasamarga Semarang Batang.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
UU no. 22. (2009). Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.
top related