fakultas dakwah dan komunikasi jurusan...
Post on 15-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN DAKWAH
DEWAN PENGURUS PUSAT
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (DPP PKS)
PERIODE 2007-2009
Oleh :
A. Syarif Hidayatullah NIM : 103053028687
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan
Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi persyaratan
meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
A. Syarif Hidayatullah
NIM : 103053028687
Di bawah Bimbingan
Pembimbing,
Dr. M. Idris Abd. Shomad, MA
NIP : 19610725 200003 1001
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai
Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009”. Telah di ujikan dalam sidang
Munaqashah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidatuyallah, Jakarta 15 September 2009 Skripsi ini telah di terima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S-1) pada
Jurusan Manajemen Dakwah(MD).
Jakarta, 15 September
2009
Sidang Munaqasyah
an. Dekan
/Ketua Merangkap Anggota
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 19700903 199603 1001
Sekretaris
Merangkap Anggota
Faza Amri, S. Th. l NIP. 19780703 200501 1006
Anggota :
Penguji I
Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP. 19670818 199803 1002
Penguji II
Lili Bariadi, MM NIP. 19740519 199803 1004
Pembimbing
Dr. M. Idris Abd. Shomad, MA NIP. 19610725 200003 1001
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar di Strata Satu (S-1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 01 September 2009
A. Syarif Hidayatullah
ABSTRAK
A. Syarif Hidayatullah
Manajemen Dakwah Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP
PKS) Periode 2007-2009
Falsafah dasar perjuangan PK Sejahtera merupakan pemikiran mendasar,
berupa kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, yang meliputi akidah dan solusi atas
seluruh problem kehidupan manusia.
Manajemen dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dirancang dalam setiap
lima tahun sekali dan dapat dilihat di buku “Rencana Strategis Partai Keadilan
Sejahtera tahun 2005-2010”. Buku tersebut sebagai penjabaran kebijakan dasar,
adalah rencana program yang berskala nasional, menjadi peta jalan yang akan
ditempuh partai, merupakan konsensus dan komitmen bersama mengenai pencapaian
visi dan misi partai.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Obyek penelitian ini adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Dewan Pengurus
Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS). Fokus penelitian ini pada Bidang
Manajemen Dakwah yang di tempatan pada Pembinaan Kader, Pembinaan Pemuda
dan Pembinaan Wilayah.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa manajemen dakwah Dewan
Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009 telah
menjalankan fungsinya sebagai kekuatan dakwah yang sangat memerlukan dukungan
dari masyarakat (Umat Islam). Mereka itu adalah Power Base bagi para aktivis dan
kader dakwah dalam rangka memapankan gerakan dakwah.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Manajemen Dakwah Dewan Pengurus
Pusat Partai Keadilan Sejahtera Periode 2007 – 2009”.
Salam dan shalawat atas junjungan kita, Nabi Besar Muhammad saw sebagai
suri tauladan umat, pembawa cahaya kebenaran dan penyempurnaan akhlak manusia
dari kebiadaban menjadi kekuatan nikmat.
Skripsi ini penulis ajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
menempuh Ujian Sarjana (Starata -1) di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi materi maupun tekhnik penulisan. Oleh
karena itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan saran dari para pembaca.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala dorongan, bantuan moril maupun materil serta segala
bimbingannya kepada :
1. Bapak Dr.Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA. Selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
4. Bapak DR. M. Idris Abd Somad, MA. selaku Dosen Pembimbing yang karena
ketelitiannya dalam mengkoreksi skripsi ini, penulis lebih berhati-hati dalam
menulis.
5. Para dosen/staf pengajar dan seluruh karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
6. Pimpinan Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera beserta seluruh staf,
terutama kepada bapak DR. Mardani dan bapak Ustdz. Qodar Slamet yang telah
membantu dalam mendapatkan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu kami tercinta, Bapak Drs. Ahmad Zarkasih dan Ibu Siti Sopiah
orang-orang yang pertama kali mengajarkan kepada kami –anak-anaknya—
bagaimana belajar membaca, menulis dan mengaji. Kepada mereka penulis
haturkan sembah sujud sedalam-dalamnya. Saudara-saudara penulis, yang penulis
tidak sebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan motivasi dalam segala
hal. Salam hormat dan saying selalu.
Dan terakhir salam hormat penulis haturkan kepada rekan-rekan angkatan
yang telah sama-sama menempuh pendidikkan di almamater tercinta umumnya pada
Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah khususnya para mahasiswa/i Jurusan Manajemen Dakwah. Semoga saat-
saat manis maupun yang pernah kita lalui senantiasa dapat kita kenang dan menjadi
pendorong bagi lahirnya sebuah kreatifitas. Kepada mereka-mereka yang belum
disebut di atas, di dalam lubuk hati penulis selalu melekat salam hormat kepadanya.
Penulis menyadari dengan kerendahan hati tidak sanggup membalas budi
baiknya selain hanya memohon kepada Allah SWT, semoga memberikan imbalan
pahala yang berlipat ganda, Insya Allah.
Akhirnya penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan lembaga lainnya pada khususnya dan segenap para pembaca skripsi ini pada
umumnya. Penulis mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kekeliruan dalam
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat-Nya dan bimbingan
kita untuk tetap berada di jalan yang lurus. Amin yarabbal’alamin.
Ramadhan 1430 H
01 September 2009 M
A. Syarif Hidayatullah
Jakarta
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah ……..……………... 6
C. Tujuan dan Penelitian ……………..…………………….. 6
D. Metodologi Penelitian ……………………………………... 7
E. Tinjauan Pustaka …………………………………………… 9
F. Sistematika Penulisan ………………………………………. 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian manajemen ……………………………… 12
2. Unsur-unsur Manajemen ……………………………. 16
3. Fungsi Manajemen …………………………………. 17
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah ………………………………… 21
2. Unsur-unsur Dakwah ………………………………. 25
3. Metode Dakwah ……………………………………. 29
C. Manajemen Dakwah
1. Pengertian Manajemen Dakwah …………………… 32
2. Fungsi Manajemen Dakwah ……………………….. 33
D. Partai Politik
1. Pengertian Partai Politik …………………………. 37
2. Politik dalam Islam …………..…………………… 41
3. Hubungan Politik dan Dakwah …………………… 44
BAB III : GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS)
A. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) …… 48
B. Visi dan Misi ………………………………………..….. 54
C. Prinsip Kebijakan Dasar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 58
D. Keorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (PKS) …… …. 64
BAB IV : ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PARTAI KEADILAN
SEJAHTERA (PKS)
A. Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera pada periode
2007-2009 ……………………………………………… 67
B. Aplikasi Manajemen Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan
Sejahtera pada periode 2007 – 2009 ……………… …... 75
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………… 86
B. Saran-Saran ……………………………………………… 89
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 91
LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………… ………………. 94
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya
untuk menyebarkan dan menyiarkan agama kepada seluruh umat manusia.1 Islam
sebagai agama sebenarnya dapat menjamin kesejahteraan dan keamanan umat
manusia, bila ajaran Islam yang mencakup semua aspek kehidupan dapat
dijadikan pegangan hidup dan diaplikasikan dalam kehidupan yang nyata.
Islam adalah agama yang selalu mendorong umatnya untuk senantiasa
aktif dalam, melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam,
sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang akan dilakukan.
Kata “dakwah” berasal dari kata bahasa arab yang artinya ajakan, seruan,
panggilan, undangan. Jadi definisi dakwah secara umum adalah suatu ilmu
pengetahuan yang berisi ajaran-ajaran dan tuntunan-tuntunan, bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui,
melaksanakan suatu idiologi pendapat pekerjaan yang tertentu.
Adapun definisi ilmu dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan diakhirat.2
Dakwah merupakan suatu kemestian dalam rangka pengembangan agama
(Islam). Aktivitas dakwah yang maju akan membawa pengaruh terhadap
kemajuan agama. Sebaliknya, aktivitas dakwah yang lesu akan berakibat pada
kemunduran agama. Selain itu dakwah juga suatu proses upaya merubah suatu
1 A. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3,
h. 1 2 Prof. Toha Jahja Omar M.A, Ilmu Dakwah, (Jakarta : Widjaya Djakarta, 1967), Cet. Ke-1,
h. 1
situasi keadaan. Situasi lain yang lebih baik sesuai ajaran agama Islam atau
manusia mengajak manusia kejalan Allah yaitu Islam.
Di era globalisasi, secara sosiologis akan terjadi berbagai pergeseran
dalam berbagai aspek kehidupan umat. Ada gejala perubahan pola pemahaman
dan perilaku keagamaan dari yang bersifat ritual ke arah orientasi yang lebih
bersifat sosial. Salah satu Dikursus yang menarik dewasa ini adalah Diskursus
seputar politik dakwah yang terus bergulir yang berawal sebenarnya dari sebuah
kekhawatiran akan terjadinya distorsi pemetaan antara dakwah dan politik di
Indonesia. Politik identik dengan kekuasaan yang berarti menghalalkan segala
cara, sementara dakwah adalah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat yang
jelas tujuan dan misi yang diembannya.
Paradigma ini terus berlangsung sekian lama sampai lahirnya transisi
politik menuju demokratisasi di Indonesia telah memberikan kesempatan besar
bagi Partai Keadilan Sejahtera untuk turut menentukan masa depan pemerintahan
Republik Indonesia.3
Manajemen dakwah ke depan harus mengantarkan terbinanya solidaritas
dan kerja sama dalam menyelesaikan persoalan umat. Untuk itu, koordinasi
menyeluruh antar-organisasi bidang dakwah harus terwujud. Secara praktis, dai
harus bisa bekerja sama dengan media massa. Jika kepercayaan bisa diwujudkan,
maka dakwah kolaboratif bisa terwujud.
Hal ini disampaikan Menteri Agama RI Bapak Prof. Dr. Maftuh Basyuni
bahwa pola dakwah yang dikembangkan jangan sekadar bicara tetapi juga melalui
tulisan. Dalam konteks dakwah, tulisan juga bisa efektif menyebarluaskan
informasi.
3 www republika.com (Jumat, 19 Desember 2008)
K.H. Dr. dr. Tarmizi Taher sebagai Dewan Redaksi Center for Moderate
Muslem (CMM) mengatakan, berdakwah itu harus bisa menjadi bagian hidup
seorang Muslim. Namun, berdakwah jangan sekadar diartikan sebagai
memberikan ceramah di masjid, tetapi juga dalam berperilaku sebagai seorang
Muslim.4
Oleh karena itu hakikat dakwah dalam Islam telah berlangsung sekian
lama yang pada intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti
menyampaikan kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan
yang penuh kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke
depan yang lebih baik.
Dalam bahasa fikih dakwah, membawa manusia dari jahiliyah menuju
ilmiah, dari keadaan terpuruk menjadi penuh kemaslahatan, dan keadaan yang
tidak mengindahkan aturan menuju keadaan yang memahami serta menaati
peraturan dan begitu seterusnya.
Allah SWT berfirman :
� ��������� ��������� �������
���� ����� ! �"#$%�&' (�� )*&+�,-
. /&'0� 123� 45)6#7% �)☺%:
;<#1��� =?�@%��)�- B C���0�
�"�☺DE�6�� F(�� H�HI��� J H/&'
3��� KL ���4�0� �M4�%'#���
�NO��7%J#��� P�QR
Artinya : Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti)
kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
kafir (QS. Al-Maidah : 5 : 67)
4 www harian kompas.com (Rabu, 06 Mei 2009)
Dalam menafsirkan ayat tersebut, al-Bukhari yaitu sebagai ahli perawi
hadits mengatakan dari Aisyah r.a : barang siapa yang menceritakan kepadamu
bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah
kepadanya, sungguh orang itu telah berdusta. Sebab Allah SWT berfirman :
. *&+�,-
)(���"#$%�&'���� !������������
����������������� “Hai rasul, sampaikan lah
apa yang diturunkan kepadamu dari rabbmu”.
Firmannya : . =?�@%��)�-1 4
;<#1��� �)☺%:5)6#7% 23�/&'0� “dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-nya. Yakni, jika engkau menyembunyikan satu ayat yang
diturunkan kepadamu dari rabbmu, berarti engkau tidak menyampaikan
risalahnya.
Firman Allah taala : B CF H�HI���
�(��"�☺DE�6�� ���0� “ Allah melindungi kamu dari
(gangguan) manusia. Maksudnya, sampaikanlah risalahku, niscaya aku akan
menjaga, menolong dan mendukungmu dalam menghadapi musuh-musuhmu,
serta memenangkan dirimu atas mereka. Maka janganlah engkau takut bersedih,
karena tidak akan ada seorangpun mendapat berlaku jahat terhadap dirimu dan
menyakitimu.
Firmannya : � �NO��7%J#��� HK
M4�%'#������4�0� L 3��� /&' “
sesungguhnya allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Maksudnya, sampaikanlah risalah rabbmu sebab allah-lah yang memberi petunjuk
kepada siapa yang dikehendakinya dan menyesatkan siapa yang dikehendakinya,
Ayat tersebut menegaskan bahwa tugas seorang muslim menyampaikan
totalitas ajaran Islam. Dengan kata lain dakwah adalah suatu kewajiban bagi setiap
muslim, kewajiban dakwah tersebut tidak terbatas pada metode tertentu dalam
penyampaiannya, tapi kini metode kelembagaan politikpun dapat dilakukan, yang
diprediksi mampu merealisasi prinsip-prinsip dakwah secara massif dan struktur.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Manajemen Dakwah pada Partai Keadilan
Sejahtera yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “MANAJEMEN
DAKWAH DEWAN PENGURUS PUSAT PARTAI KEADILAN
SEJAHTERA (DPP PKS) PERIODE 2007 - 2009”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah dalam proses pembuatan skripsi ini dimana
kajian ini difokuskan pada “Manajemen Dakwah pada Partai Keadilan
Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007 - 2009” maka pembahasan dibatasi pada
manajemen yang diterapkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan dakwah dan aplikasi manajemen dakwah.
2. Perumusan Masalah
Bertolak dari uraian-uraian di atas, dapatlah dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja kegiatan dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera pada periode
2007 – 2009?
2. Bagaimana aplikasi manajemen dakwah yang dilakukan Partai Keadilan
Sejahtera pada periode 2007 – 2009?
C. Tujuan dan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Melakukan analisis terhadap kegiatan dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera
berdasarkan kegiatan dakwah yang selama ini telah dilakukan.
b. Untuk mengetahui aplikasi manajemen dakwah terhadap Partai Keadilan
Sejahtera.
Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat
sebagai :
a. Bagi pihak Partai Keadilan Sejahtera hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan terutama dalam rangka mengambil kebijakan –
kebijakan organisasional.
b. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam masalah ini,
disamping sebagai pembanding antara teori yang didapatkan dari bangku
kuliah dengan praktek yang terjadi dilapangan, yaitu pada Partai Keadilan
Sejahtera.
c. Bagi jurusan manajemen dakwah, hasil penelitian ini merupakan informasi
berharga mengenai analisis fungsi manajemen dakwah pada Partai Keadilan
Sejahtera.
d. Bagi dunia pustaka hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan yang
bermanfaat dalam memperkaya dunia pustaka sendiri pada ruang lingkup
karya-karya penelitian lapangan.
Praktik :
Penelitian skripsi ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Srata (S1) dalam disiplin Manajemen Dakwah di Fakultas Dakwah dan
komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-
langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan
masalah-masalah tertentu untuk diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan
selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. Dalam pembahasan skripsi ini penulis
menggunakan metode penelitian diskriptif analitik, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mengumpulkan data-data, dan kemudian
data-data yang diperoleh disusun dan dikemukakan dengan subjektif mungkin
untuk kemudian dianalisis.5
1. Sumber Data
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian adalah Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) sebagai lembaga dakwah, dalam hal ini penulis
mengambil orang pengurus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
b. Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian adalah analisis fungsi
manajemen dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
2. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran yang dipandang ilmiah dalam suatu penelitian terhadap hasil yang
diperoleh secara keseluruhan. Data yang dipakai adalah data primer yaitu data
yang diambil secara langsung dari lapangan yang berupa dokumen, dan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung dengan nara
sumber
Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena
yang diselidiki. Observasi langsung ke objek penelitian dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran tentang manajemen dakwah pada Partai
Keadilan Sejahtera (PKS).
5 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (yogyakarta : Andi Offset, 2000), Cet. -25, H. 136
b) Wawancara
Dengan wawancara yakni penulis mendapatkan informasi atau keterangan
dengan cara bertanya langsung dan bertatap muka kepada pengurus
dengan menggunakan daftar pertanyaan.
c) Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data-data atau informasi
yang diperoleh dari dokumentasi yang ada pada Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).
d) Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah” (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center For Quality Development and Assuarance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2007.
3. Tehnik Analisis Data
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analis ini
dilakukan terhadap data berupa informasi dan uraian kemudian dikaitkan
dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran
atau sebaliknya.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi ini, telah dilakukan tinjauan pustaka oleh penulis
dan ternyata ada satu mahasiswa sebelumnya menulis masalah yang hampir sama
tetapi dalam hal pembahasan dan obyek sangatlah jauh berbeda. Oleh karena itu,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti “menjiplak” hasil karya
orang lain, maka penulis perlu mempertegas perbedaan antara masing-masing
judul dengan masalah yang sedang dibahas yaitu sebagai berikut :
1. Rahmawati, “ Manajemen Dakwah Pada Kelompok Usia Dini, Analisis pada
TKA Nurul Imah Bukit Nusa Indah Ciputat ”, skripsi ini disusun oleh
mahasiswa/i Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah,
NIM: 0053019895, Tahun 2008.
2. Muhammad Amin Muttaqin, “ Konsep Dakwah dan Politik Partai Keadilan
Sejahtera (PKS)”, skripsi ini disusun oleh Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, NIM: 103051028587,
Tahun 2007.
Sedangkan judul skripsi penulis adalah “Manajemen Dakwah Dewan
Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera Periode 2007-2009”. Dalam hal ini
dilihat dari segi judul jelas berbeda, baik itu dari segi pembahasan yang diteliti
sungguh jauh berbeda, yaitu materi yang penulis bahas adalah tentang bagaimana
aplikasi manajemen dakwah, serta analisis manajemen dakwah partai keadilan
sejahtera (PKS) direalisasikan sebagaimana mestinya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan yang
penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI, terdiri dari Pengertian Dakwah, Pengertian
Manajemen Dakwah, Fungsi dan Unsur-unsur Manajemen,
Pengerertian Partai Politik, Hubungan Partai Politik dan Islam,
Hubungan Partai dan Dakwah.
BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS), terdiri dari Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), Visi dan Misi, Prinsip Kebijakan Dasar Partai Keadilan
Sejahtera (PKS), dan Keorganisasian Partai Keadilan Sejahtera
(PKS).
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS),
Dalam bab ini dijelaskan tentang Kegiatan Dakwah pada Partai
Keadilan Sejahtera serta Aplikasi Manajemen Dakwah yang
dilakukan Partai Keadilan Sejahtera pada periode 2007 - 2009.
BAB V PENUTUP, merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang menyajikan
Kesimpulan dan Saran-Saran kepada semua kalangan tentang hal-hal
positif dan hikmah-hikmah yang terdapat dalam tulisan ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen ini sulit didefinisikan karena dalam kenyataannya
tidak ada definisi manajemen yang telah diterima secara universal dan
manajemen dapat didefinisikan dengan berbagai rumusan tergantung kepada
cara pandang si pembuat definisi.
Dalam literature manajemen maka akan nampak bahwa istilah
manajemen mengandung tiga pengertian, yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas
manajemen
c. Manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu.6
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu
proses “proses adalah suatu cara yang sistematis untuk menjalankan suatu
pekerjaan”.7 Memberi batasan manajemen sebagai suatu proses karena semua
manajer apapun keterampilan atau keahliannya, terlibat dalam kegiatan-
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan mereka. Aspek-aspek tersebut
dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut : “Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan proses penggunaan semua lain
6 Manulang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981), cet. Ke -7, h. 15
7 James AF. Stoner dan R. Edward Freeman terjemahan : Wilhelmus W. Bakowaan dan
Benyamin Molan, Manajemen, (Jakarta, Intermedia, 1994), cet, Ke -1, h. 10
lain sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah
ditetapkan”.
Dalam encyclopedia of the social science, dikatakan bahwa
manajemen adalah suatu proses dengan proses mana pelaksanaan suatu tujuan
tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Zaini Muhtarom mengutip pendapat Robert Kritner dari Arizona State
University yang menyatakan bahwa manajemen adalah proses bekerja dengan
melalui orang-orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan
yang berubah. Proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien
terhadap sumber daya yang terbatas.8
Dari berbagai macam definisi yang sebenarnya masih banyak, namun
yng lebih penting dan memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan
manajemen, dirumuskan oleh G.R. Terry yang dikutip oleh Zaini Muhtarom
bahwa “Manajemen adalah proses yang khas terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
tenaga manusia dan sumber daya lainnya.9
Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-
orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap
orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu
disebut manajemen. Dalam arti singular (tunggal) disebut manajer. Aktivitas
8 Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta, Al-Amin Press, 1996), edisi ke- 1,
cet. Ke-1, h. 34 9 Ibid, h. 37
manajemen adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh setiap manajer,
yaitu; perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen itu adalah suatu seni atau
suatu ilmu. Mary Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai “seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain”.10
Mengandung arti
bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan
orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin
diperlukan.
Menurut Gullick, manajemen telah memenuhi persyaratan untuk
disebut bidang ilmu ph, karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan
telah diorganisasikan menjadi suatu rangkaian teori. Teori manajemen selalu
diuji dalam praktek, sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus
berkembang.11
Manulang mengutip Chester I Bernard dalam bukunya yang berjudul
“The Function of the Executive” mengakui bahwa manajemen adalah “seni”
dan juga sebagai “ilmu”. Demikian pula Henry Fayol, Alfian Brown, Harold
Koontz, Cyril O’donnel dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen
itu adalah ilmu sekaligus adalah seni.
Manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata
mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan manajemen sebagai ilmu
berfungsi menerangkan fenomena-fenomena, gejala-gejala, kejadian-kejadian,
keadaan, jadi memberikan penjelasan-penjelasan.
Memperhatikan pengertian manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni
maka manajemen itu dapat diberi definisi sebagai, “manajemen adalah seni
10
T. Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1990), edisi ke- 2, cet, ke- 3, h. 8 11
Ibid, h. 11
dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengaruh dan
pengawasan dari pada sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan terlebih dahulu.12 Sedangkan arti dari manajemen menurut
Islamologi adalah ilmu manajemen yang dibentuk oleh sumber data implisit
atau ayat kauniah ditambah sumber data eksplisit atau ayat qauliyah.
Berbeda dengan ilmu manajemen Eropa, Amerika dan Jepang yang
hanya dibentuk oleh sumber data implisit atau ayat kauniah saja. Definisi
manajemen menurut data implisit yaitu; manajemen adalah pemimpin yang
menyusun dan menggerakan proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran, kemudian definisi Islamologi adalah ilmu yang
mempelajari Islam terutama mengenai kebenaran mutlak kemahaesaan,
kemahasucian, serta kemahaagungan Allah Maha Kasih lagi Maha Sayang
yang di dapat dari ayat kauniyah maupun ayat qauliyah dan berguna untuk
dikembangkan bagi kesenangan serta kebahagiaan hidup manusia berikut
kebaikan lingkungannya.
Jadi manajemen menurut Islamologi adalah pemimpin yang menyusun
dan menggerakkan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran, dengan niat ikhlas. Arti ikhlas adalah hanya mengharap
senyum ridho Allah SWT.13
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis mengambil kesimpulan,
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan dengan menggunakan segala sumber daya dalam mencapai tujuan
dengan didasari seni dan ilmu pengetahuan.
12
Ibid, h. 17 13
Ibid, h. 326
2. Unsur-unsur Manajemen
Unsur penting manajemen adalah money atau uang. Untuk melakukan
berbagai aktivitas diperlukan uang, seperti upah atau gaji orang-orang yang
membuat rencana, mengadakan pengawasan, bekerja dalam proses produksi.
Uang sebagai sarana manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan
yang ingin dicapai tersebut bernilai atau dipengaruhui oleh perhitungan atau
ketelitian dalam penggunaan uang.14
Dalam proses pelaksanaan kegiatan, manusia menggunakan material
atau bahan-bahan, karenannya dianggap pula sebagai alat atau sarana
manajemen untuk mencapai tujuan, demikian pula dalam proses pelaksanaan
kegiatan, khususnya pada era kemajuan teknologi dewasa ini manusia bukan
lagi sebagai pembantu bagi mesin, tetapi sebagai pembantu bagi manusia.
Untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara berdaya guna dan berhasil
guna maka manusia dihadapkan kepada berbagai alternative method atau cara
melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, method atau cara dianggap pula sebagai
sarana atau alat manajemen untuk mencapai tujuan.
Unsur manajemen dalam bentuk pasar juga menghendaki agar manajer
mempunyai orientasi pemasaran (pengguna jasa) dengan pendekatan ekonomi
mikro maupun makro serta memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan
baru yang akan menyangkut permintaan atau kebutuhan masyarakat yang
selalu berubah dan penawaran atau penyediaan yang selalu disesuaikan dan
dimudahkan.
14
Ibid, h. 19
Semua unsur-unsur manajemen tersebut di atas dikoordinir oleh
manajer, diatur secara berkembang dan digunakan secara efisien ke arah
tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu yang ditentukan melalui proses
manajemen.
3. Fungsi Manajemen
Selama kurang lebih tiga seperempat abad pandangan fungsional
melandasi pendekatan yang paling terkenal. Pada tahun 1916, Henry Fayol
industriawan Perancis sebagai pelopor pendekatan fungsional mengemukakan
lima fungsi manajemen sekaligus menandai urutan proses pelaksanaan
manajemen yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian),
Command (perintah), Coordination (koordinasi), dan Control (pengawasan).15
Dalam uraian tentang proses manajemen telah dikutip oleh Sarwoto
pendapat Terry tentang fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi
Planning, Organizing, Actuating dan Controlling, Terry memberikan
penjelesan umum atas fungsi-fungsi dasar tersebut sebagai berikut :
Planning (P) : Apa yang harus dilakukan? Kapan? Dimana dan
bagaimana?
Organizing (O) : Dengan kewenangan seberapa banyak? Dan dengan
sarana serta lingkungan kerja yang bagaimana?
Actuating (A) : Membuat para pekerja ingin melaksanakan tugas yang
telah ditetapkan dengan secara sukarela dan dengan kerja sama yang baik.
15
Zaini Muhtarom, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta Al-Amin Press, 1996), h. 38
Controlling (C) : Pengamatan agar tugas-tugas yang telah
direncanakan dilaksanakan dengan tepat sesuai rencana dan bila terdapat
penyimpangan diadakan tindakan-tindakan perbaikan.16
Adapun fungsi manajemen disini hanya dipaparkan satu pendapat saja
yang mana secara umum dipergunakan dalam berbagai instansi atau lembaga.
Fungsi manajemen yang dimaksud adalah yang biasa disebut dengan istilah
POAC, yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.
a. Planning (perencanaan)
Perencanaan atau Planning adalah (1) pemilihan atau penetapan
tujuan-tujuan organisasi dan (2) penentuan strategi, kebijaksanaan proyek,
program, prosedur, metode, system, anggaran, dan standar yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan.17
Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini, karena
perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan
yaitu:
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?
3. Dimanakah Tindakan itu harus dikerjakan?
4. Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?
6. bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan hal-hal
diatas, tetapi juga termasuk di dalamnya budget. Pada dasarnya
16
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), cet.
Ke-8, h. 65 17
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE), h. 23
perencanaan kreatif merupakan pekerjaan penentu faktor-faktor, kekuatan,
pengaruh dan hubungan-hubungan dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Semua fungsi lainnya sangat tergantung fungsi ini, dimana fungsi
lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang
tepat, cermat dan kontinyu. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik
tergantung pelaksanaan efektif fungsi lain.
b. Organizing (pengorganisasian)
Sarwoto memberikan pengertian pengorganisasian secara umum
yang diartikan adalah sebagai keseluruhan proses pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas tanggung jawab atau wewenang sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai kesatuan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.18
Sedangkan T. Hani Handoko mengemukakan pengertian bahwa
pengorganisasian adalah :
1. Penentu sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Pegangan dari pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja
yang akan dapat membawa hal-hal tersebut kea rah tujuan.
3. Penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian.
4. Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya. Fungsi ini menciptakan struktur formal
dimana ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.19
18
Sarwoto, dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), h. 77 19
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE), h. 77
Hasil dari pada proses pengorganisasian adalah suatu organisasi yang
dapat digerakan sebagai suatu kesatuan yang bulat.
c. Actuating (Penggerakkan)
Penggerakan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan suatu
organisasi menjadi “berjalan” George R. Terry memberikan definisi
pengertian penggerakkan (Actuating) ini sebagai “tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok suku berusaha untuk
mencapai sasaran-sasaran agar sesuai dengan perencanaan manajerial dari
usaha-usaha organisasi”.20
Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta
kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin
karena kegiatan ini langsung menyangkut dan berhubungan dengan orang-
orang dalam organisasi.
d. Controlling (pengawasan)
Controlling atau pengawasan sering juga disebut pengendalian.
Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil
yang dikehendaki. Rencana yang betapa pun baiknya akan gagal sama
sekali bilamana manajer tidak melakukan pengawasan.
Pada akhirnya, manajer harus memastikan bahwa tindakan para
anggota organisasi benar-benar membawa organisasi kearah tujuan yang
telah ditetapkan.
20
Sarwoto, dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991), h. 87
B. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Perkataan dakwah secara etimologis (kebahasaan) merupakan bentuk
mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan yang berarti memanggil,
mengundang, mengajak, menyeruh, mendorong dan menghimpun manusia
untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya.21
Allah SWT berfirman :
C���0� .�S� T��� BUVW&' -�)X
Y2V�ZZ��� ���4�0�0� (�� [\���]^_
BUVW&' `ab0cDd efgY'�h1Zi� Pj&R
Artinya : “Allah mengajak ke Dar As-Salam”. (QS. Yunus : 25)
Menurut terminologis (istilah), dakwah adalah mengajak dan
mengumpulkan manusia untuk kebaikan secara membimbing mereka kepada
petunjuk dengan cara beramal makruf nahi munkar. Allah SWT berfirman :
(\J�h#�0� 4k\Jl�+� m�H� !
�/� T��� UVW&' &c4�%�#`��
�/� � �:���0� D�� ��6��:n��&�
�/4�)o�I��0� P(� ��%Jl�☺#��� B
)*p%��� !0� k6q
�r��%&�#7�☺#��� PsYR
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang
mengajak kepada kebaikan, mengajak kepada yang makruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang yang beruntung”. (QS. Al-Imran :
104).22
21
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam (Solo : Era Intermedia
2000), Cet ke -3, h. 24 22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Lentera Hati : Tangerang 2005), Cet Ke -4, vol 6-2
Ayat ini secara jelas menunjukkan akan wajibnya berdakwah, karena
ada lam amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan kalimat “minkum”
menunjukan fardu kipayah, maka seluruh umat Islam diperintahkan agar
sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.23
Dalam pengertian integralistik, dakwah merupakan suatu proses
beresinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke ajaran Allah SWT, dan
secara bertahap menuju kehidupan yang islami. Suatu proses yang
berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan incidental atau kebetulan,
melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka merubah prilaku
sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang dirumuskan.
Dakwah Islam bukan hanya serangkai kata yang diulang-ulang atau
pidato yang memukau umat, juga bukan serentetan filsafat pemikiran yang
menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu realita pun dalam
kehidupan. Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang bersifat amaliyah yang
mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang menjanjikan satu jaminan
kepercayaan kepada umat manusia tentang apa yang didambakan jiwa dan apa
yang dipandang oleh akal dan rohani mereka sebagai ketentraman dan
ketenangan batin, petunjuk dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita
kehidupan. Dakwah islam penting membawa prinsip-prinsip dasar dan nilai-
nilai luhur yang telah diamalkan oleh para generasi muslim yang hidup dalam
naungan-Nya selama kurun waktu yang panjang. Mereka telah
23
Jum;ah Amin Abdul Aziz, Prinsip Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 33
memperlihatkan suatu keteladanan yang umat lain tidak memilikinya. Para
generasi musllim itu mampu membuktikan cita-cita yang menjadi dambaan
seluruh umat manusia, yaitu jaminan keamanan dan ketentraman jiwa,
kemakmuran dan ketenangan sebagai barang paling mahal dalam hidup.24
Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa dakwah pada hakikatnya
adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang untuk berubah dari
satu situasi yang mengandung nilai kehidupan yang bukan islam kepada nilai
kehidupan islami. Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dengan mengajak,
mendorong, menyeru, tanpa tekanan, paksaan dan propokasi, dan bukan pula
dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan sebagainya.25
Dakwah dari segi istilah Menurut Muhammad Natsir adalah “usaha-
usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan
seluruh umat konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di
dunia yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam media
dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam
perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga (usrah),
perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara.26
Pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah suatu usaha
mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar
mereka tetap beriman kepada Allah SWT dengan menjalankan syariat-Nya
sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia maupun di
akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah
24
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, h. 4 25
Hepai Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah, (Jakarta : Prenada
Media, 2003), Cet ke-1, h. 1 26
Zaini Muhtarom, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta : Al-Amin Press, 1996), Edisi ke-1, cet ke-1, h. 36
usaha mengajak manusia yang belum beriman kepada Allah SWT, agar
menaati syariat Islam (memeluk agama Islam).
Dari berbagai pendapat dapat dikaji dan disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan
sadar dan terencana.
b. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah
SWT, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan
dan pengembangan).
c. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni
bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.27
Dakwah tidak terlepas pada tujuan memperbaiki kondisi masyarakat
agar sesuai dengan ajaran Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. DR. M.
Quraish Shihab MA, sebagai direktur pusat study al-qur’an Jakarta, bahwa,
“Dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi
maupun masyarakat.28
Pengertian diatas terlihat betapa luasnya lingkup dakwah tersebut,
mencakup seluruh aspek kehidupan, tidak terbatas pada hubungan antara
manusia dengan penciptanya saja tetapi menyangkut hubungan antara sesama
manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannnya. Dari uraian di atas,
penulis menyimpulkan bahwa aktifitas dakwah dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu: yang pertama dakwah dalam arti mikro yakni : pelaksanaan
27
Ibid, h. 21 28
M. Quraish Shihab, Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyudalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung : Mizan, 1992), Cet ke 1, h. 194
dakwah yang dilakukan oleh kalangan tertentu yang jumlahnya sangat terbatas
karena harus memiliki persyaratan khusus, seperti memahami secara
mendalam akan kandungan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Yang kedua dalam arti
makro, yaitu berupa aktivitas yang merupakan tanggung jawab setiap muslim,
untuk melaksanakannya tidak memerlukan kemampuan khusus dan ia
mengandung konsekuensilogis setiap muslim sebagai kholifah Allah SWT.
Dakwah dalam bentuk kedua ini dapat dilakukan seseorang lewat profesinya,
pekerjaan dan kegiatan sehari-hari. Pelaksanaan dakwah bertujuan untuk :
a. Membangun masyarakat Islam. Hal ini seperti yang dilakukan oleh para
Rasul, yang memulai dakwahnya kepada masyarakat yang belum mengerti
Islam.
b. Dakwah melakukan perbaikan masyarakat Islam. Yaitu dalam membangun
kembali suatu masyarakat yang telah runtuh baik moril maupun materil.
c. Memelihara kontinuitas dakwah. Yaitu mengarahkan secara terus menerus
keberadaan dakwah.29
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan, bahwa
dakwah adalah mengajak manusia secara terbuka kepada Islam serta mengajak
kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar.
2. Unsur-unsur Dakwah
Terdapat beberapa unsur dalam dakwah yang saling berkaitan antara
yang satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan. Unsur-unsur tersebut
adalah :
a. Da’i (subjek)
29
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah : Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, (Solo, Citra Press, 1997), Cet ke -1, h. 27
Dalam dakwah tugas umat Islam juga sama dengan Rasul, ayat-
ayat yang memerintahkan Nabi agar berdakwah, maksudnya bukan saja
ditujukan kepada Nabi, melainkan juga umat islam. Adapun perintah Allah
SWT kepada umat Islam untuk berdakwah, firman Allah SWT :
4k@I\t 0c4�)F u�H� !
T<)v���F ! H�Hl��� �/�[w�x:�%
D�� ��6)☺#���&� �r4�)o�l%0�
P(� ��⌧zI�☺#��� �/� I���%60�
{���&� J 4�%�0� �|���0\ 5�q�!
Y��@Dz#��� �/}%J%� �Ic4�)F
k�o3� B k�o�I�+�
�r� l���%�☺#��� k6qc%l~��!0�
�/��'DZ⌧7#��� PssYR
Artinya : “Kami adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
mungkar, dan berfirman kepada Allah”. (QS. Ali Imran : 110).30
Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i. artinya
sebelum menjadi da’i ia perlu mengetahui apa tugas da’i, modal dan bekal
apa yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak yang harus dimiliki
seorang da’i. Tugas seorang da’i identik dengan tugas seorang Rasul,
semua Rasul adalah panutan para da’i.31
Jadi da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik
secara langsung atau tidak langsung, dengan kata-kata, perbuatan atau
tingkah laku kearah kondisi yang baikl dan menurut syari’at Al-Qur’an
dan Sunnah.
b. Mad’u (objek)
30
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Lentera Hati : Tangerang 2005), vol 2 31
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), Cet ke -1, h. 84-92
Seorang da’i menyadari bahwa yang diajak kedalam Islam bukan
saja sebagian manusia atau manusia tertentu, melainkan semua manusia.
Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang zaman hingga
datangnya kiamat. Selain itu berdakwah tidak membedakan jenis kelamin,
stratifikasi social, etnis, waktu dan tempat tertentu.
Seorang da’i harus mengetahui keberagamaan audiens. Dari sudut
idiologi, mereka ada yang ateis, musyrik, munafik. Ada juga yang muslim
tapi membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan
maksiat. Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, status social,
kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.32
Oleh karena itu mad’u adalah sekelompok orang yang menerima
pesan dari seorang da’i kepada jalan Allah sesuai dengan syari’at Islam.
c. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang memiliki
karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya, sirah
Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang menjadi
landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan Rasulullah SAW kepada
umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan aqidah salimah.
Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan program, status dan tugas
hidup manusia di dunia dan tujuan akhir yang harus dicapainya, dan
persamaan manusia dihadapan Allah SWT.33
Jadi materi dakwah adalah Al-Islam yang bersumber di Al-Qur’an
dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariah dan
akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya
32
Ibid, h. 100 33
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 17
d. Sarana dan Prasarana Dakwah
Sarana adalah hal-hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu,
sarana dakwah adalah sesuatu yang membantu da’i menyampaikan
dakwahnya. Dari sudut penyampaian, ada dua macam sarana dakwah
yaitu: sarana langsung dan tidak langsung.
1. Sarana Langsung
Maksud sarana langsung adalah menyangkut tekhnik penyampaian
(Tabligh) melalui perkataan, dan prilaku da’i yang dijadikan teladan
oleh orang lain sehingga mereka tertarik kepada Islam.
2. Sarana Tidak Langsung
Yang dimaksud sarana tidak langsung adalah hal-hal yng menyangkut
kesiapan diri seorang da’i sebelum menyampaikan dakwahnya. Tiga
hal berikut ini termasuk kelompok sarana tidak langsung yakni :
a) Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT
sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang da’i perlu memberi
peringatan kepada audiensnya.
b) Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta kepada
Allah SWT, seorang da’i perlu meminta bantuan kepada sesama
manusia demi kelancaran dakwahnya.
c) Disiplin, seorang da’i harus disiplin. Termasuk dalam masalah
waktu, jangan sekali-kali ia membuang kesempatan. Ia harus
memperhatikan kaidah-kaidah disiplin yang diperintahkan Islam.34
e. Metode
34
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h. 102
Metode adalah cara yang dipergunakan oleh seorang da’I untuk
menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam atau serentetan kegiatan
untuk mencapai tujuan dakwah.
f. Tujuan
Tujuan adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta
mendapat ridha Allah SWT.
g. Efek atau Pengaruh
Efek atau pengaruh merupakan akibat dari pelaksanaan proses
dakwah dalam objek dakwah positif atau negatif, efek dakwah ini
berkaitan dengan unsur-unsur dakwah.
3. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang
da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar
hikmah dan kasih sayang.35
Bentuk-bentuk dakwah secara umum dijelaskan
didalam Al-Qur’an dalam surat An-Nahl : 125
\��X�� BUVW&' R5$&z)� )*&V�0-
��)☺�J��#`��&�
��%�� 4�)☺#���0� ��0I;Z��#`��
. 2�o#���)v0� �Yf3���&� �-�q
�(;ZT?�! B H/&' )*��0- 0�6q
a2V�T �! ()☺&� H5;s (�
��!&�$&z)� . 0�6q0� a2V�T �!
�NO���@To�☺#���&� Psj&R
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”
35
Yusuf, Metode Dakwah, h. 7
Dari ayat diatas metode dakwah meliputi 3 cakupan yaitu : hikmah,
mau’izhah, dan mujadalah.
1. Hikmah
Kata “hikmah” merupakan asal kata dari “hukman” yang diartikan
secara makna artinya mencegah, jika diartikan dengan hukum berarti
mencegah dari kedzaliman, dan jika dikaitkan dengan dakwah berarti
menghindari hal-hal yang kurang relevan dengan tugas dakwah.36
Sedangkan hikmah menurut beberapa pendapat diantara Ahmad
Musthofa Al-Maraghi, hikmah adalah perkataan yang tegas yang disertai
dengan dalil-dalil yang memperjelas kebenaran dan menghilangkan
keraguan.37
Sedangkan Nazarudin Razak, hikmah adalah karunia Allah
SWT terhadap seorang hamba Allah SWT berupa kemampuan menangkap
sesuatu secara ilmiah dan falsafah.38
Dalam dunia dakwah hikmah adalah
penentu sukses tidaknya dakwah dalam menghadapi mad’u yang beragam
baik dari pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Oleh karena itu para
da’i memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang
hati para mad’u dengan tepat. Selain itu hikmah juga bekal da’i menuju
sukses. Sebagai metode dakwah, hikmah diartikan bijaksana, akal budi
yang mulia, dada yang lapang hati yang bersih, menarik perhatian orang
kepada agama / Tuhan.
36
Aziz, Ilmu Dakwah, h. 8 37
Imam Sayuti Farid dan Abd, Jaabar Adlan, Tafsir Dakwah (Surabaya, Fak. Dakwah IAIN
Sunan Ampel, 1989), h. 1 38
Nasaruddin Razak, Metodologi Dakwah, (Semarang, Toha Putra, 1976), h. 6-7
2. Mau’izhah Hasanah
Menurut bahasa mau’izhah hasanah terdiri dari dua kata yaitu
Mau’izhah dan Hasanah. Kata Mau’izhah berasal dari kata wa’azha –
ya’izhu – wa’zhan – izhatan yang artinya pengajaran, nasehat.39
Sedangkan Hasanah mufrad dari hasanatan yaitu kebaikan. Adapun
menurut istilah ada beberapa pendapat seperti, menurut Abdul Hamid Al
Bilah Mau’izhah hasanah adalah salah satu metode dalam dakwah untuk
mengajak kejalan Allah SWT dengan memberi nasehat atau membimbing
lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.40
Bentuk Mau’izhah Hasanah ini bisa berupa nasehat, kabar baik dan
peringatan, wasiat, menceritakan kisah-kisah orang shaleh yang dahulu
dan ceramah. Ceramah yang merupakan bentuk dari Mau’izhah Hasanah
merupakan metode yang banyak digunakan di masyarakat, karena metode
ini dianggap paling murah dan sederhana, namun dari segi
pemberdayagunaan masih cukup potensial dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan daya pikir dan usaha-usaha yang
menyangkut perubahan sikap dan tingkah laku manusia.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan
Menurut bahasa Mujadalah berasal dari kata jaadala –
mujaadalatan – jidaalan yang artinya berbantah, berdebat. Merupakan
tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak
melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat
yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.41
39
Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 502 40
Yusuf, Metode Dakwah, h. 16 41
Yunus, Kamus Arab-Indonesia, h. 89
Mujadalah yang lebih dikenal dengan istilah diskusi, karena
metode ini merupakan penyampaian pesan dakwah dengan jalan bertukar
pendapat atau informasi, tentang masalah agama antara beberapa orang
dalam beberapa orang dalam tempat tertentu. Menurut Syekh Muhammad
Abduh metode diskusi adalah metode yang dapat digunakan pada
golongan yang tingkat kecerdasannya dalam kategori tinggi.42
C. Manajemen Dakwah
1. Pengertian Manajemen Dakwah
Pengertian manajemen dakwah menurut Abd Rosyad Shaleh dalam
bukunya Manajemen Dakwah Islam adalah proses merencanakan tugas,
mengelompokan tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan kemudian
menggerakkannya kea rah pencapaian tujuan dakwah.
Menurut Zaini Muchtarom dalam bukunya dasar-dasar manajemen
adalah suatu proses kegiatan organisasi dakwah yang digerakkan dengan suatu
kegiatan dinamis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah
adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dakwah
dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dakwah
adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dakwah
42
Yusuf, Metode Dakwah, h. 329-341
dengan adanya perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan
guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Manajemen Dakwah
Dari sumber-sumber yang ada dapat dikatakan bahwa fungsi pada
manajemen dakwah ini pada dasarnya adalah sama dengan manajemen pada
umumnya, meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan
pengawasan, hanya saja dalam fungsi manajemen dakwah ini berlandaskan
pada syari’at Islam. Agar lebih jelas dapat dilihat dalam pengertian sebagai
berikut :
1) Perencanaan Dakwah
a. Perkiraan dan Perhitungan Masa Depan
Dalam hal ini adalah dengan mengadakan suatu tindakan
memperkirakan dan memperhitungkan segala kemungkinan dan
kejadian yang akan timbul dan dihadapi di masa depan berdasarkan
hasil analisa terhadap data dan keterangan yang konkret.
b. Penentuan dan Perumusan Sasaran dalam Rangka Pencapaian Tujuan
Dakwah yang Telah ditetapkan Sebelumnya.
Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah perlu adanya penentuan
sasaran dakwah untuk menentukan langkah-langkah dan tindakan-
tindakan yang akan dilaksanakan.
c. Penetapan Tindakan-tindakan Dakwah dan Prioritas Pelaksanaannya
Penetapan tindakan dakwah adalah merupakan penjabaran dari sasaran
dakwah yang ditentukan. Tindakan dakwah ini bersifat pemecahan
terhadap masalah-masalah pokok atau penting dalam rangka
pencapaian sasaran.
d. Penetapan Metode
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah
tersebut harus dilaksanakan.
e. Penetapan dan Penjadwalan Waktu
Penetapan waktu menyangkut urutan pelaksanaan dari masing-masing
tindakan atau kegiatan dakwah yang telah ditentukan serta waktu yang
dipergunakan untuk menyelenggarakan masing-masing tindakan atau
kegiatan.
f. Penetapan Lokasi
Lokasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah harus ditentukan,
lokasi pun harus disesuaikan dengan keadaan yang ada.
g. Penetapan Biaya, Fasilitas dan Faktor Lain yang Diperlukan.
Dalam hal ini setiap kegiatan akan berjalan dengan lancar jika adanya
penetapan biaya, fasilitas dan alat-alat perlengkapan yang dapat
disesuaikan dengan keperluan kegiatan-kegiatan yang ada.
2) Pengorganisasian Dakwah
Pengorganisasian dakwah yaitu mengelompokkan tindakan-tindakan
dakwah dalam kesatuan-kesatuan tersebut serta memberikan wewenang
dan jalinan hubungan di antara mereka.
3) Penggerakkan Dakwah
Penggerakkan Dakwah adalah menggerakan para pelaksana dakwah untuk
segera melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan. Terdapat
langkah-langkah dalam penggerakkan dakwah, yaitu :
a. Pemberian Motivasi
Pemberian motivasi adalah bagaimana para pelaku atau pelaksana
dakwah dengan secara tulus ikhlas dan senang hati bersedia
melaksanakan segala tugas dakwah.
b. Pembimbingan
Dalam penggerakkan ini perlu adanya pembimbingan dan dijuruskan
kea rah pencapaian sasaran dakwah yang telah ditentukan.
c. Perjalinan Hubungan
Adanya Perjalinan Hubungan guna mencegah terjadinya kekacauan,
kekembaran, kekosongan dan sebagainya diantara satu bagian dengan
bagian lainnya.
d. Penyelenggara Komunikasi
Komunikasi timbal balik antara pelaksana dakwah dengan pimpinan
dakwah merupakan hal terpenting bagi kelancaran proses dakwah.
e. Pengembangan atau Peningkatan Pelaksana
Dalam Pengembangan atau Peningkatan Pelaksana adalah dengan
adanya kesadaran, kemampuan, keahlian dan keterampilan para pelaku
dakwah selalu ditingkatkan hingga dakwah dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
4) Pengawasan Dakwah
Pengawasan Dakwah adalah mengusahakan agar tindakan yang dilakukan
dan hasilnya senantiasa sesuai dengan rencana, instruksi, petunjuk,
pedoman dan ketentuan- ketentuan lain yang telah diberikan sebelumnya.
Terdapat langkah- langkah dalam pengendalian dakwah ini, yaitu :
a. Menetapkan Standar (Alat Ukur)
Dengan alat ukur ini barulah dapat dikatakan apakah tugas dakwah
yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik, atau dapat berjalan
tetapi kurang berhasil atau sama sekali mengalami kegagalan total.
b. Mengadakan Pemeriksaan dan Penelitian terhadap Pelaksanaan Tugas
Dakwah yang telah Ditetapkan.
Dalam Pemeriksaan dan Penelitian ini untuk menilai bagaimana dan
sampai sejauh mana rencana telah ditetapkan itu berhasil dapat
dilaksanakan.
c. Membandingkan antara Pelaksanaan Tugas dengan Standard
Dalam membandingkan antara pelaksanaan tugas dengan standard ini
dapat menilai apakah hasil yang ada dengan hasil yang seharusnya
dicapai dalam proses dakwah berjalan dengan baik atau sebaliknya
telah terjadi penyimpangan- penyimpangan.
d. Mengadakan Tindakan- tindakan Perbaikan dan Pembetulan.
Dari langkah- langkah sebelumnya akan terlihat hasil penilaian yang
ada, pada tahap terakhir ini akan terlihat apakah perlu dilakukannya
perbaikan dan pembetulan.
D. Partai Politik
1. Pengertian Partai politik
Partai adalah kelompok yang berdiri atas dasar fikrah dan thariqah,
yaitu atas dasar deologi yang diimani oleh setiap anggotanya. Partai
mengontrol pemikiran dan perasaan masyarakat untuk digerakkan dalam
sebuah gerakan yang terus meningkat (kualitas dan kuantitasnya). Partai juga
berusaha menghalangi kemerosotan kembali pemikiran dan perasaan
masyarakat. Partailah yang mendidik umat, mengeluarkannya (dari), dan
mendorongnya untuk mengarungi medan kehidupan internasional.
Atas dasar ini, jelaslah bahwa partai adalah jaminan hakiki untuk dapat
mendirikan dan melestarikan Daulah Islam. Partai juga jaminan hakiki untuk
dapat menerapkan Islam, memperbaiki penerapannya, melestarikan
penerapannya itu, dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.
Sebab setelah Daulah Islam berdiri, partai akan mengawasi dan mengontrol
negara, serta akan memimpin umat untuk mendialogkan berbagai masalah
dengan negara. Pada saat yang sama, partai akan terus mengemban dakwah
Islam di negeri-negeri Islam dan di setiap jengkal penjuru dunia.43
Menurut bahasa kata politik berasal dari kata politic (inggris), yang
secara leksikal dapat diartikan sebagai acting or jatging wisely, well judged,
prudent.44 (Acting atau tindakan bijaksana, tindakan yang bagus, bijaksana).
Kata ini sebagaimana istilah lainnya, berasal dari kata latin Politicos yang
43
Hibut Tahrir, Pembentukan Partai Politik Islam, cet, ke-4, hal. 53, 78. 44
As. Horby. Oxford Advenced Learner’s Dictionary of Current English (Oxford : Oxford University Press, 1987), h. 646
berarti menyangkut warga Negara, polites seorang warga Negara, polis kota,
Negara dan politea kewargaan.45
Menurut istilah politik,46 merupakan satu ilmu pengetahuan mengenai
ketatanegaraan atau kenegaraan seperti tentang “theory of the state”, cara
pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya.47
Politik diserap dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan segala
urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai
pemerintahan suatu Negara atau terhadap lain, tipu muslihat, kelicikan dan
juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan yaitu ilmu
politik.48
Istilah politik ini pertama kali dikenal melalui buku Palto yang
berjudul Politia yang juga dikenal dengan Republik.49 Plato menulis teorinya
pada masyarakat Yunani mengalami perubahan mendalam. Athena, pusat
kebudayaan Yunani dan kota tempat tinggal Plato, yang semakin merosot
akibat kalah perang. Dalam situasi ini Plato memberikan orientasi tentang
Negara, menurutnya, Negara yang baik adalah sesuai cita-cita keadilan yang
tidak hanya pada individualistic tetapi juga tatanan seluruh masyarakat yang
selaras dan seimbang. Masyarakat adil adalah masyarakat yang dipersatukan
45
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta, Gramedia Pustaka, 2000), h. 857 46
Politik diambil dari kata “polis” yang artinya dalam bahasa Yunani Kuno “Kota/City”. Dan
“kota” dalam bahasa itu adalah Negara yang berkuasa, menurut istilah sekarang. Maka manusia sebagai
“hewan politik” memiliki kemungkinan hidup sama / coesinstency didalam satu kota atau di dalam satu
masyarakat atau satu Negara dengan mempunyai kewajiban- kewajiban yang harus dilaksanakan. 47
Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1988), h. 1 48
W.J.S Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1983), h.
763 49
Pada hakikatnya kata republic merupakan equivalent bahasa Inggris dari terjemahan latin
Cicero Poltea. Namun istilah ini tidak mempunyai arti yang tepat hanya saja arti yang paling mendekati
kebenaran. Untuk keterangan lebih lanjut lihat pada Allan Bloom, The Republic Of Plato, (New York : Basick Book Inc, 1968), h. 439-440
oleh tatanan yang harmonis, dimana masing-masing anggota memperoleh
kedudukan sesuai dengan kodrat dan tingkat pendidikkannya.50
Kemudian, menurut SP. Varma muncul karya Aristoteles yang
berjudul Politics dan Nichomacian Ethics, bagi Aristoteles politik merupakan
ilmu pengetahuan praktis. Politik merupakan etika yang berurusan dengan
manusia dalam kegiatan kelompok. Sebab menurutnya, manusia adalah
makhluk polis yang kecenderungannya membentuk kelompok, bertindak
dalam kelompok, bertindaksebagai kelompok. Sasaran politik adalah untuk
mencapai eudaimomania, kesejahteraan yang sangat penting vital bagi setiap
orang.51 Aristoteles yang meletakkan landasan ilmu politik, juga menggunakan
istilah politik dalam pengertian yang cukup luas yang mencakup struktur
keluarga, pengawasan budak-budak morfologi revolusi, tanggapan terhadap
demokrasi murni, dan konsep polis atau Negara. Politik menurut Aristoteles
meliputi pemerintahan- pemerintahandan negeri, kota praja dan internasional,
patriasi, struk dagangan dan serikat kerja.52
Kedua karya ini dipandang sebagai pangkal pemikiran politik yang
berkembang kemudian. Secara garis besar politik yang ada dalam kedua karya
tersebut adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengatur masyarakat
sehingga menjadi masyarakat yang baik dan tentram.
Sedangkan definisi menurut istilah, setiap pakar mempunyai definisi
yang berbeda-beda. Daliar Noer mendefinisikan politik dengan “segala
50
Franz MAgnis Suseno, Etika Politik, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 187-188 51
Untuk analisa lebih lanjut mengenai politik Aristoteles lihat pada Leo Strauss dan Yoseph
Cropsey (ed), History of Political Philoshofi, (Chichago : The University Of Chichago Press, 1987), h.
154-188 52
SP. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 144
aktivitas yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk
mengetahui, dengan jelas mengubah atau mempertahankan, suatu macam
bentuk susunan masyarakat.53
Jadi politik merupakan prilaku manusia, baik berupa aktivitas maupun
sikap, yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan sebuah
masyarakat yang menggunakan kekuasaan. Berbeda dengan Mariam Bodi
Harjo yang mendefinisikan politik dengan berbagai macam-macam kegiatan
dalam suatu sistem politik (Negara) yang menyangkut proses menentukan
tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan itu.54
Sedangkan politik Islam adalah politik yang dilandaskan pada kaidah-
kaidah syari’at, hukum, dan tuntunan-tuntunannya.55 Atau disebut juga dengan
kata siyasah syar’iyyah. Menurut Ahmad Fathi Bahatsi, siyasah syar’iyyah
adalah kepengurusan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan syari’at.56
Sedangkan menurut Ibnu Al-Qoyyim, siyasah syar’iyyah adalah syiyasah yang
mencakup keapad syara.57
Jadi politik Islam merupakan politik yang
menjadikan syari’at sebagai pangkal tolak, kendali, dan bersandar kepadanya.
Jadi kesimpulan partai politik adalah suatu organisasi yang berusaha
menghimpun kekuatan dan dukungan rakyat dan berusaha menempatkan
anggotanya yang berkualitas untuk menjadi wakil partainya dalam
mengendalikan kekuasaan atau pemerintah yang sedang berjalan melalui
lembaga legislatif atau lembaga perwakilan rakyat.
53 Daliar Noer, Pengantar Kepemikiran Politik, (Jakarta, Rajawali Press, 1983), h. 6 54
Mariam Budiharjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta : Gramedia, 1982), h. 8 55
Yusuf Al-Qardhowi, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam, (Jakarta : Buku Islam
Utama, 1999), h. 33 56
Ahmad Dzajuli, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syari’ah, (Jakarta : Prenada Media, 2003), h. 41-42 57
Ibid, h. 54
2. Politik dalam Islam
Politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan
kekuasaan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku (political behavior)
serta budaya politik (political culture) yang berorientasi pada nilai-nilai Islam.
Sikap perilaku serta budaya politik yang memakai kata sifat Islam, menurut
Dr. Taufik Abdullah, bermula dari suatu keprihatinan moral dan doktrinal
terhadap keutuhan komunitas spiritual Islam.
Dalam penghadapan dengan kekuasaan dan negara, politik Islam di
Indonesia sering berada pada posisi delematis. Dilema yang dihadapi
menyangkut tarik-menarik antara tuntutan untuk aktualisasi diri secara
deferminan sebagai kelompok mayoritas dan kenyataan kehidupan politik
yang tidak selalu kondusif bagi aktualisasi diri tersebut. Sebagai akibatnya,
politik Islam dihadapkan pada beberapa pilihan strategis yang masing-masing
mengandung konsekuensi dalam dirinya.
Adapun pilihan strategis tersebut adalah : Pertama, strategi akomodatif
justifikatif terhadap kekuasaan negara yang sering tidak mencerminkan
idealisme Islam dengan konsekuensi menerima penghujatan dari kalangan
"garis keras" umat Islam. Kedua, strategi isolatif-oposisional, yaitu menolak
dan memisahkan diri dari kekuasaan negara untuk membangun kekuatan
sendiri, dengan konsekuensi kehilangan faktor pendukungnya, yaitu kekuatan
negara itu sendiri, yang kemudian dikuasai dan dimanfaatkan oleh pihak lain.
Ketiga, strategi integratif-kritis, yaitu mengintegrasikan diri ke dalam
kekuasaan negara, tetapi tetap kritis terhadap penyelewengan kekuasaan dalam
suatu perjuangan dari dalam. 58
58
www.alislam.or.id
Adapun definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan
urusan-urusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri
berdasarkan hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun
kelompok atau individu rakyat.
Jadi, esensi politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-
urusan rakyat yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun
hubungan antara politik dan Islam secara tepat digambarkan oleh Imam al-
Ghazali: “Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah
pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu yang tidak
berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga
niscaya akan hilang dan lenyap”.
Berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan
kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik.
Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan
untuk mengurusi rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli
politik di barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat “politic is nicht anderes
als der kamps um die Macht” (politik tidak lain merupakan perjuangan
kekuasaan).
Berpolitik adalah kewajiban bagi setiap Muslim baik itu laki-laki
maupun perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain:
Pertama, dalil-dalil syara telah mewajibkan bagi kaum Muslim untuk
mengurus urusannya berdasarkan hukum-hukum Islam. Sebagai pelaksana
praktis hukum syara, Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah
kaum Muslim pemerintah Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan
hukum syara. Firman Allah SWT yang artinya:
�k�z�V��%: 2�o^l���� ��)☺&�
������! C��� . KL0� Tg&z��%
4k6q0\��0��q�! ��☺� ⌧e0\�})(
F(�� Rq�)%#��� PR
Artinya : “Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan
oleh Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu” (QS. Al-Maidah
[105]:48)
Kedua, syara telah mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap
urusan umat sehingga keberlangsungan hukum syara bisa terjamin. karenanya
dalam Islam ada kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-
hukkam). Kewajiban ini didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya:
(\J�h#�0� 4k\Jl�+� m�H� ! �/� T���
UVW&' &c4�%�#`�� �/� � �:���0�
D�� ��6��:n��&� �/4�)o�I��0� P(�
��%Jl�☺#��� B )*p%��� !0� k6q
�r��%&�#7�☺#��� PsYR
Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran [03]:
104).59
59
Website : ppa.brawijaya.ac.id, e-mail : ppa.ub@brawijaya.ac.id
Dengan demikian, hubungan Islam dan politik adalah jelas. Melalaikan
diri dari aktivitas politik Islam juga jelas bahayanya bagi kaum Muslim. Inilah
saatnya kaum Muslim bangkit dari tidurnya yang panjang, berjuang secara
politik untuk melawan penjajah yang selama ini telah menindas mereka. Dan
disinilah letak penting bagi kaum Muslim mempelajari lebih jauh politik
Islam. Dan tentu saja setelah itu, terjun langsung dalam masalah politik, tidak
hanya diam dan menunggu datangnya pertolongan Allah SWT.
3. Hubungan Politik dan Dakwah
Setelah matang dalam wacana dan ranah ajaran Islam yang syamil,
kaffah dan tawazun, muncullah pergulatan antara perlunya kegiatan tarbiyah
memasuki pentas politik atau tetap konsisten di jalur dakwah.
Dakwah, menurut konseptor sekaligus negarawan dunia, ibnu khaldun,
akan menambah kuat solidaritas sosial bagi para pelaku maupun objek
dakwah. Akumulasi gerakan dakwah yang profesional dan maksimum, sebagai
mana diterapkan Rasulullah, mengakibatkan out put yang baik.
Pandangan lain menyatakan, Rasulullah ketika menyampaikan amr
ma’ruf, adalah dalam rangka merealisasikan langkah dakwahnya. Pada saat itu
tidak hanya pengikutnya saja menyukai, bahkan kalangan kafir Quraisy
sekalipun menaruh simpati. Justru ketika Rasulullah menyampaikan amr
ma’ruf, pada saat itulah langkah politik Rasulullah dimulai. Karena dengan
serta merta para kafir Quraisy merasa terancam status politiknya dan langsung
melakukan penyerangan baik fisik maupun psikis terhadap Rasulullah
maupun pengikutnya.60
Hubungan fungsional antara politik dan dakwah sering tidak mengerti
dengan baik oleh sementara kaum Muslimin. Sehingga banyak yang
menganggap bahwa ketika kegiatan politik berdiri sendiri, terpisah sama sekali
dari kegiatan dakwah. Bahkan dalam masyarakat kita, ada kesan kurang positif
terhadap kegiatan politik, seolah-olah politik selalu mengandung kelicikan,
hipokrisi, ambisi buta, pengkhianatan, penipu, dan berbagai konotasi buruk
lainnya.61
Sedangkan menurut Prof. DR. M. Amien Rais, MA, sebagai
cendikiawan muslim mengatakan bahwa kegiatan; dakwah dalam Islam
sesungguhnya meliputi semua dimensi kehidupan manusia, karena amr ma’ruf
dan nahi munkar juga meliputi segala bidang kehidupan. Tetapi jangan
dilupakan bahwa semua pendukung amr ma’ruf dan nahi munkar juga
menggunakan segenap jalur kegiatan kehidupan. Secara demikian, kegiatan
budaya, politik, ekonomi, sosial, dan lain-lain, dapat dijadikan kegiatan
dakwah islamiyah (da’wah ila Allah) maupun dakwah jahiliyah, yakni dakwah
yang menjadikan neraka sebagai muara akhir (da’wah ila an-nar). Dari
pemahaman seperti ini mudah kita mengerti bahwa politik pada hakikatnya
merupakan bagian dari dakwah.
Politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara. Tetapi bagaimanapun
ia didefinisikan, satu hal sudah pasti, bahwa politik menyangkut kekuasaan.
60
Djony Edward, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sejatera (Bandung : PT. Syaamil Cipta
Media, 2006), h. 73-74 61
M. Amien Rais, Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta, (Bandung : Mizan, 1991), cet. Ke- III, h. 23
Disamping itu dalam pengertian sehari-hari, politik juga berhubungan dengan
cara dan proses pengelolahan pemerintahan suatu Negara.
Bagi seorang muslim, kegiatan politik harus menjadi kegiatan yang
integral dari kehidupannya yang utuh. Karena politik adalah alat dakwah,
maka aturan permainan yang harus ditaati juga harus pararel dengan aturan
permainan dakwh. Misalnya, tidak boleh menggunakn paksaan dan kekerasan,
tidak boelh menyesatkan, tidak boleh menjungkir balikan kebenaran, dan juga
tidak diizinkan menggunakan induksi-induksi psikotropik yang mengelabui
masyarakat. Selain itu, keterbukaan, kejujuran, rasa tanggung jawab, serta
keberanian menyatakan kebenaran sebagai benar dan yang batil sebagai batil,
harus menjadi cirri-ciri politik sebagai fungsi sebagai sarana dakwah.
Politik yang dijalankan oleh seorang muslim, sekaligus yang berfungsi
sebagai alat dakwah, sudah tentu bukanlah politik sekuler, melainkan politik
yang penuh komitmen kepada Allah SWT. Tujuan yang diletakkan politik
seperti ini bukanlah kekuasaan demi kekuasaan, atau pencapaian kepentingan
demi kepentingan itu sendiri. Semua itu merupakan sarana atau tujuan antara
untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu pengabdian kepada Allah
SWT.
Menurut tinjauan Islam ada dua jenis politik, yaitu politik kualitas
tinggi (high Politics) dan politik kualitas rendah (Low Politics). Tetapi paling
tidak, ada tiga ciri yang harus dimiliki politik kualitas-tinggi atau mereka yang
menginginkan terselenggaranya high Politics.
Pertama, setiap jabatan politik pada hakikatnya merupakan amanah
dari masyarakat, yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Kedua, setiap jabatan
politik mengandung pertanggung jawaban (mas’uliyyah, accountability).
Ketiga, kegiatan politik harus dikaitkan secara ketat dengan ukhuwwah
(brodtherhood), yakni persamaan diantara umat manusia.62
Jadi sudah cukup jelas bagaimana hubungan antara politik dan dakwah
dalam islam. Dimana politik bisa dijadikan sebagai bagian dari dakwah Islam
untuk menyebar luaskan ajaran Islam dan juga membentuk pemerintahan yang
berpihak pada rakyatnya.
62
M. Amien Rais, Cakrawa Islam, h. 31
BAB III
GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)
A. Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Gerakan tarbiyah merupakan prototype gerakan dakwah kampus yang
mengedepankan aspek pendidikan atau pembinaan jamaah dengan mengacuh pada
marhalah dakwah yang ditempuh Rasulullah; berupaya mengaplikasikan Islam
secara menyeluruh (Kaffah), komprehensif (Syamil), dan manusiawi (Insani).
Kalau sebelumnya di Indonesia gerakan Tarbiyah dianggap gerakan
underground bahkan dicap gerakan eksklusif, belakang telah terjadi gerakan “elit”
dan sesuai dengan karakternya yang inklusif. Kalau sebelumya dicurigai oleh
aparat, kini dakwah tarbiyah malah masuk kerumah-rumah jenderal, pengusaha,
wartawan, eksekutif muda sampai kepada para pedagang dan kuli bangunan.63
Berkembangnya gerakan ini membuat para aktifitasnya membentuk Partai
Keadilan.
Partai Keadilan (PK) adalah salah satu partai politik yang didirikan oleh
sejumlah aktifis muslim ditengah iklim demokrasi yang peluangnya dibuka oleh
reformasi Indonesia. Partai ini dideklarasikan pada tanggal 9 Agustus 1998
dilapangan Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan jumlah
masa yang hadir pada saat itu lebih dari 50 ribu orang.64
Seperti yang dikatakan oleh DR. Mardani yang merupakan salah satu
wakil sekretaris jenderal dari DPP Partai Keadilan Sejahtera bahwa :
“Berdirinya PKS berasal dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan pada tahun
1998 setelah 1999 terkena electoral tresholde (ketentuan batas minimum
63
Djony Edward, Efek Bola Salju, PArtai Keadilan Sehatera, (Bandung : Syaamil Cipta
Media), h. 3 64
Ibid, h. 9
perolehan suara), kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dan pada
2009 kita tidak akan tersangkut masalah electoral tresholde jadi kita tidak akan
ganti nama lagi”.65
Kehadiran Partai Keadilan (PK) dalam pentas berpolitikan Indonesia
paska jatuhnya soeharto menjadi sebuah fenomena yang sungguh menakjubkan
banyak pihak. Diawal kemunculannya mengikuti pemilu pertama pada tahun
1999, Partai Keadilan telah menempatkan tujuh kadernya sebagai anggota
DPR/MPR. Padahal Partai Keadilan (PK) tidak memiliki tokoh popular dan nota
benenya jauh dari hangar-bingar politik sebelumnya.66
Dari segi kelahirannya latar belakang sejarah Partai Keadilan (PK) tidak
lepas dari kondisi riil sejarah umat Islam pada umumnya, dan lahirnya gerakan
Tarbiyah di kampus-kampus pada khususnya. Refresitas Orde Baru tidak bisa
mematikan perkembangan Islam dikalangan muda Islam.
Berdirinya Partai Keadilan (PK) bisa dikatakan berbeda dengan partai
lainnya baik partai yang berbasis Idiologis maupun yang non Idiologis. Kelahiran
Partai Keadilan (PK) berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang
membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka kran
kebebasan untuk berekspresi diantaranya mendirikan partai politik. Persoalan
mendirikan partai adalah agenda yang hangat dibicarakan sebagian mengatakan
perlu mendirikan partai politik dan sebagian menyatakan tidak perlu.67
Tumbangnya Soeharto, membuka babak baru kehidupan politik di
Indonesia. Makin banyak yang meyakini, lengsernya Soeharto dari kekuasaan
orde baru, bukan berarti hilangnya pengaruh Rezim Diktator tersebut, melainkan
65
DR Mardani, Wawancara Pribadi (Jakarta : 24 Juni 2009) 66
DPP PKS, Sekilas Partai Keadilan, (Jakarta, 1998), cet. Ke- 1, h. 16 67
Nanang Burhanudin, Menegakkan Syari’at Islam Menurut PK, (Jakarta : Pustaka Al-Jannah, 2004), cet. Ke- 1, h. 24
para pendukung setia masih duduk di pusat-pusat strategis kekuasaan. Disisi lain
kehidupan masyarakat diliputi euphoria. Lebih dari seratus partai politik baru
berdiri untuk menyongsong pemilu yang akan diadakan oleh Presiden Habibie,
yang mengganti Soeharto. Berbagai kekuatan politik dengan berbagai Idiologi
bermunculan secara terang-terangan termasuk sejumlah organisasi yang dimasa
Soeharto merupakan kategori terlarang dan menjadi musuh Negara.68
Melalui survey yang disebarkan pada aktifis gerakan dakwah sebanyak
6000 orang / responden, sebanyak 5800 pertanyaan kembali. Dan 5800 responden
36% menginginkan untuk mendirikan partai politik. Dan 27% menginginkan
sisanya mendirikan organisasi masyarakat, dan sisanya menginginkan
mempertahankan habitat semula yaitu dalam bentuk Yayasan, LSM, Kampus,
Pesantren dan lembaga lainnya. Berangkat dari temuan ini maka berkumpullah
sejumlah 52 aktifis untuk membicarakan hasil poling tersebut. Dalam musyawarah
ini muncul berbagai macam interprestasi terhadap temuan di atas. Terjadi
dinamika yang cukup hangat, namun pada akhirnya musyawarah memutuskan
untuk membuat partai politik.69
Sehingga, tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1998,
gerakan dakwah ini melakukan langkah yang lebih berani untuk memunculkan
dirinya kehadapan publik, dengan mengumumkan secara legal formal sebagai
kekuatan politik yang bernama Partai Keadilan (PK).70
Dalam deklarasi Partai Keadilan (PK) 9 Agustus 1998, Hidayat
Nurwahid sebagai ketua pendiri membacakan pernyataan, yang dikenal piagam
deklarasi, bahwa : “Partai Keadilan (PK) didirikan bukan atas inisiatif seseorang
68
Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Idiologi dan Praksis Politik Kuam
Muda Muslim Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Teraju, 2004), h. 151 69
Suhud Alyudin, Lokomotif Reformasi Bernama Partai Keadilan, Saksi, V, 14 (April, 2003),
h. 14 70
Ali Said Danamik, Fenomena Partai Keadilan, Transpormasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta : Teraju, 2002), cet. Ke- 1, h. 19
atau beberapa orang aktifis-aktifisnya, namun merupakan perwujudan dari
kesepakatan yang diambil dari musyawarah yang aspiratif dan demokratis. Sebuah
suvey yang melingkupi cakupan luas dari para aktifis dakwah, terutama yang
tersebar di masjid-masjid kampus di Indonesia dilakukan beberapa bulan
sebelumya untuk melihat respon umum dari kondisi politik yang berkembang di
Indonesia. Survey ini menunjukan bahwa sebagian besar mereka menyatakan
bahwa saat inilah waktu yang tepat untuk meneguhkan aktifitas dakwah dalam
bentuk kepartaian dalam konteks formalitas politik yang ada sekarang. Survey ini
mencerminkan tumbuhnya kesamaan sikap dikalangan sebagian aktifis dakwah
yang dapat menjadi pola dinamis bagi pengendalian partai dikemudian hari.
Terbukti setelah Partai Keadilan (PK) mendirikan sebuah partai diputuskan, maka
kesatuan sikap secara menyeluruh menjadi kenyataan.”71
Semenjak itu, mulailah publik mengenal secara jelas siapa sebenarnya
gerakan, yang dalam kurun lebih dari satu darsa warsa itu membuat fenomena
tersendiri. Apalagi setelah partai ini tampil mengesankan sebagai partai yang
termasuk partai the big seven partai pemenang pemilu 1999, dan berhasil
menempatkan tujuh kadernya diperlemen serta membuat dercak kagum
masyarakat dengan aksi-aksi simpatik.namun, karena terganjal aturan electoral
threshold (ketentuan batas minimum perolehan suara) 2 %, sesuai ketentuan
undang-undang pemilu no. 12 tahun 2003, Partai Keadilan (PK) merubah nama
menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera). Seharusnya nama PK masih
bisa dipertahankan, asal PK bisa mengajak beberapa partai Islam kecil di DPR
bergabung di bawah benderannya. Namun cara ini tidak ditempuh pengurus PK,
mungkin karena khawatir kursi partai potensial bagi timbulnya konplik internal di
71
DPP PKS, Sekilas Partai Keadilan, h. 19
masa datang. PK lebih memilih jalan panjang dengan mengganti partai untuk
menembus persyaratan pemilu. Untuk itu PK Sejahtera harus mendaftarkan diri
kembali dan siap di perifikasi oleh departemen kehakiman maupun komisi
pemilihan umum sesuai undang-undang partai politik no. 31 tahun 2002 dan
undang-undang pemilu no. 12 tahun 2003, misalnya PK Sejahtera harus memiliki
pengurus lengkap sekurang-kurangnya di dua pertiga dari jumlah propinsi,
kabupaten dan kota. PK Sejahtera juga harus memiliki sekurang-kurangnya 1000
atau 1 / 1000 dari jumlah penduduk dari setiap kepengurusan, serta mempunyai
konsep tetap di kabupaten dan kota tersebut.
Adapun dengan berubah PK menjadi PK Sejahtera bukan berarti PK
sebagai partai telah tiada, karena platform partai, jiwa, raga, keanggotaan,
kepemimpinan, manajemen, dan bahkan prilaku warga partai tetap hidup dalam
PK Sejahtera. Hal ini terbukti bahwa partai yang dideklarasikan pada tanggal 20
April 2003 di kawasan silang Monas Jakarta Pusat tetap dapat mempertahankan
rengkingnya sebagai the big seven pada pemilu 2004 yang menempatkan 45
kadernya di departemen.
Bagi kalangan aktifis PK Sejahtera mendirikan partai politik sama dan
sebangun maknanya dengan upaya memasuki dimensi politik sebagai bagian dari
dakwah Islamiah. Tujuan lahir dari semua ini adalah aktualitas universalitas Islam
dalam rangka menunjukan keseimbangan hidup manusia dan masyarakat dalam
berbagi dimensinya. Partai politik dapat berperan sebagai kekuatan alternative
terhadap perjuangan politik kaum muslim dalam mengemban tugas dakwah. Inilah
yang dapat menjelaskan mengapa PK Sejahtera mendeklarasikan diri sebagai
partai dakwah.72
Partai (hizb) dakwah dalam pandangan PK Sejahtera adalah manifestasi
kejamaahan, dengan seluruh ciri-ciri khasnya, dan dalam solidaritasnya yang
bergerak pada orientasi tertentu. Solidaritas disini ditentukan oleh faktor-faktor
Ideologi. Oleh sebab itu, wajar jika sebuah partai terdiri dari berbagai orang-orang
dari lintas suku , ras, warna kulit, maupun bahasa, namun Ideologinya satu.73
Dalam konteks PK Sejahtera inilah, terdapat penegasan bahwa Islam
merupakan kacamata pandang untuk memahami realitas politik maupun untuk
membangun strategi-strategi perjuangan politik. PK Sejahtera hendak
membuktikan kebenaran sebuah aksioma dalam dunia politik bahwa Islam
merupakan agama universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan dengan
berbagai dimensinya yang kompleks.
Di prediksi kesadaran politik masyarakat akan terus menguat seiring
penguatan ideologis dalam tubuh partai-partai politik, maka PK Sejahtera
menetapkan sebuah dasar dalam mengantisipasi kemungkinan menguatnya
konflik-konflik Ideologis dikalangan aktifis partai ini, antara lain :
1. Memproyeksikan Islam sebagai sebuah Ideologi umat yang menjadi landasan
perjuangan politik menuju masyarakat sejahtera lahir dan batin.
2. Menjadikan Ideologi Islam sebagai ruh perjuangan kebebasan manusia dari
penghambaan antar sesama manusia menuju penghambatan hanya keapada
Allah SWT. Pembebasan manusia dari pemikiran Ideologi rekaan manusia
menuju keadilan Islam, dan mengantarkan manusia kepada kebahagian dan
kesenangan hidup.
72
Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Idiologi dan Praksis Politik Kaum Muda
Muslim Indonesia Kontemporer, h. 186 73
DPP PK Sejahtera, Sekilas Partai Keadilan, h. 24
3. Operasionalisasi Ideologi Islam cita-cita politiknya di atas tiga prinsip
a. Pertama : Kemenyeluruhan dan pinalitas sistem Islam
b. Kedua : Otoritas syari’ah yang bersumber dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan
ijtihad
c. Ketiga : Kesesuaian aplikasi sistem dan solusi Islam zaman dan tempat.74
Dalam pandangan PK Sejahtera, agama Islam menentukan perlakuan
terhadap manusia dan pengakuan terhadap keberadaan serta hal-hal politik dan
sosialnya berlandaskan keadilan dan persamaan, sebagai nilai moral yang
tercantum dalam syari’at dan mempunyai pengaruh yang nyata pada kedudukan
individu dan masyarakat. Islam juga dipandang sebagai sebuah agama penyatu
yang lengkap (a religion of complete intecration) dan sebagai jalan hidup (the way
of life) yang sempurna, memenuhi seluruh aspek dan institusi keberadaan
manusia.75
Dengan demikian Islam dalam konsepsi para aktifis PK Sejahtera adalah
“Islam sebagai sistem hidup yang universal, mencakup seluruh kehidupan. Islam
adalah Negara dan tanah air, pemerintah dan umat, moral dan kekuatan, rahmat
dan keadilan, kebudayaan dan perundang-undangan, ilmu dan peradilan, materi
dan sumberdaya alam, usaha dan kekayaan, jihad dan dakwah, tentara dan fitrah,
aqidah yang lurus dan ibadah yang benar.76
B. Visi dan Misi Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Sesuai dengan ideology PK Sejahtera yang mengedepankan islam sebagai
sistem hidup yang universal, PK Sejahtera memiliki cita-cita menjadikan
Indonesia sebagai masyarakat madani atau yang sering disebut sebagai baldatun
74
Website:http://www.PK-Sejahtera.org 75
Abu Ridho, Politik Dakwah Partai Keadilan, (Jakarta : DPP PK, 2002), h. 2 76
Ibid, h. 49
thayyibatun wa rabbun ghafur, sehingga untuk mewujudkan cita-cita tersebut, PK
Sejahtera memiliki visi dan misi yang mencerminkan keinginannya untuk tetap
eksis.
1. Visi PK Sejahtera
“Terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat”
Masyarakat Madani adalah masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang
berbasiskan pada nilai-nilai, norma, hukum, moral yang ditopang oleh
keimanan; menghormati pluralitas; bersikap terbuka dan demokratis; dan
bergotong royong menjaga kedaulatan Negara. Pengertian genuin dari
masyarakat madani itu perlu dipadukan dengan konteks masyarakat Indonesia
di masa kini yang Ukhuwwah Islamiyyah (ikatan keislaman), Ukhuwwah
Wathaniyyah 9ikatan kebangsaan), dan Ukhuwwah Basyariyyah (ikatan
kemanusiaan), dalam bingkai NKRI
Adil, adalah kondisi dimana entitas dan kualitas kehidupan-baik pembangunan
politik, ekonomi, hukum, dan sosial-kemasyarakatan-ditempatkan secara
proporsional dalam ukuran yang pas dan seimbang, tidak melawati batas.
Yakni sikap moderat, suatu keseimbangan yang terhindar dari jebakan dua
kutub ekstrem : mengurangi dan melebihi (tafrith dan ifrath)
Sejahtera, mengarahkan pembangunan pada pemenuhan kebutuhan lahir dan
batin manusia, agar manusia dapat memfungsikan dirinya sebagai hamba dan
khalifah Allah, yakni keseimbangan antara kebutuhan dan sumber
pemenuhannya. Kesejahteraan dalam artinya yang sejati adalah keseimbangan
(tawazun) hidup yang merupakan buah dari kemampuan seseorang memenuhi
tuntutan-tuntutan dasar seluruh dimensi dirinya (ruh, akal dan jasad)
Bermartabat, secara individual dan sosial menurut bangsa Indonesia untuk
menepatkan dirinya sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa yang
bermartabat adalah bangsa yang mampu menampilkan dirinya, baik dalam
aspek sosial, politik, maupun budaya secara elegan, sehingga memunculkan
penghormatan dan kekaguman dari bangsa lain. Martabat muncul dari akhlak
dan budi pekerti yang baik, mentalitas, etos kerja dan akhirnya bermuara pada
integritas kepribadian dan muncul dalam wujud produktivitas dan kreativitas.
2 Misi Partai Keadilan Sejahtera
a. Mempelopori reformasi sistem politik pemerintahan dan birokrasi,
peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi.
Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan
fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling
mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai
kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam
seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, yang memiliki
keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas. Melanjutkan reformasi
birokrasi dan lembaga peradilan dengan memperbaiki sistem rekrutmen
dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri
dan memfokuskan pada posisi fungsional, untuk membangun birokrasi
yang bersih, kredibel, dan efisien. Penegakan hukum yang diawali dengan
membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif.
Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industri pertahanan nasional.
Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada
semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam
lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat, propinsi dan daerah.
Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas
kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling
menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap
martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung
bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.
b. Mendorong penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya serta layak
bagi kemanusiaan untuk menghapuskan kemiskinan dan mendorong
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan melalui program pemberdayaan
masyarakat miskin dan sektor informal. Membangun industri nasional
yang tangguh dan berdaya saing tinggi, berbasis SDM berkualitas dan
kemampuan inovasi teknologi yang memadai dalam rangka mencapai
kemndirian bangsa. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah
tinggi untuk mewujudkan pembangunan lestari dengan melakukan
integrasi antar sektor serta pembangunan berbasis wilayah dan potensi
regional yang berbasis pada masyarakat luas. Membatasi tindakan
spekulasi, monopoli dan kriminal ekonomi yang dilakukan oleh penguasa
modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya
kesettaraan bagi seluruh pelaku usaha demi terwujudnya ekonomi
egaliterian
c. Menuju pendidikan berkeadilan dengan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun system
pendidikan nasional yang terpadu, komprehensif dan bermutu untuk
menumbuhkan SDM yang berdaya-saing tinggi serta guru yang
profesional dan sejahtera. Menuju sehat paripurna untuk semua, dengan
visi sehat badan, mental spiritual, dan sosial sehingga dapat beribadah
kepada Allah SWT untuk membangun bangsa dan negara; dengan
mengoptimalkan anggaran kesehatan dan seluruh potensi untuk
mendukung pelayanan kesehatan berkualitas. Mengembangkan seni dan
budaya yang bersifat etis dan religius sebagai faktor penentu dalam
membentuk karakter bangsa yang tangguh, berdisiplin kuat, beretos kerja
kokoh, serta berdaya inovasi dan berkreatifitas tinggi. Terciptanya
masyarakat sejahtera melalui pemberdayaan masyarakat yang dapat
mewadani dan membantu proses pembangunan yang kontinyu.77
C. Prinsip Dasar Perjuangan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Secara umum prinsip dasar yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera
terefleksi utuh dalam jati dirinya sebagai Partai Da'wah. Sedangkan da'wah yang
diyakini Partai Keadilan Sejahtera adalah da'wah rabbaniyah yang rahmatan
lil'alamin, yaitu da'wah yang membimbing manusia mengenal Tuhannya dan
da'wah yang ditujukan kepada seluruh ummat manusia yang membawa solusi bagi
permasalahan yang dihadapinya. Ia adalah da'wah yang menuju persaudaraan
yang adil di kalangan ummat manusia, jauh dari bentuk-bentuk rasialisme atau
fanatisme kesukuan, ras, atau etnisitas.
Atas dasar itu maka da'wah menjadi poros utama seluruh gerak partai. Ia
juga sekaligus menjadi karakteristik perilaku para aktivisnya dalam berpolitik.
Maka prinsip-prinsip yang mencerminkan watak da'wah berikut telah menjadi
dasar dan prinsip setiap politik dan langkah operasionalnya.
77
MPP PKS, Platfrom Kebijakan Pembangunan Partai Keadilan Sejahtera, (Jakarta, 2007), h. iii-vi
1. Al-Syumuliyah (Lengkap dan Integral)
Sesuai dengan karakteristik da'wah Islam yang syamil, maka setiap Partai
akan selalu dirumuskan dengan mempertimbangkan berbagai aspek, meman
dangnya dari berbagai perspektif, dan mensinkronkan antara satu aspek
dengan aspek lainnya.
2. Al-Ishlah (Reformatif)
Setiap , program, dan langkah yang ditempuh Partai selalu berorientasi pada
perbaikan (ishlah), baik yang berkaitan dengan perbaikan individu,
masyarakat, ataupun yang berkaitan dengan perbaikan pemerintahan dan
negara. dalam rangka meninggikan kalimat Allah, memenangkan syari'at-Nya,
dan menegakkan daulah-Nya.
3. Al-Syar'iyah (Konstitusional)
Syari'ah yang berisi hukum-hukum Allah SWT telah menetapkan hubungan
pokok antara manusia terhadap Allah (hablun min Allah) dan hubungan
terhadap diri sendiri dan orang lain (hablun min al-nas). Menjunjung tinggi
syari'ah, ketundukan, dan komitmen kepadanya dalam seluruh aspek
kehidupan merupakan kewajiban setiap muslim sebagai konsekuensi
keimanannya. Komitmen itu wujud dalam bentuk keteguhan (al-istimsak)
kepada al-haq, bulat hati dan percaya penuh kepada Islam sebagai ajaran yang
lurus dan konprehensif yang harus ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan
dengan tetap menjaga fleksibiltas sebagai ciri dari syari'at Islam serta
mempertimbangkan aspek legalitas formal yang tidak bertentangan dengan
syari'ah. Demi terwujudnya makna kemerdekaan sejati semua peraturan yang
ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah menjadi dasar konstitusi bagi seluruh ,
program dan perilaku politik. Sebab kemandirian refrensi syari'at pada
kekuasaan negara dan penegak hukum memberikan jaminan penting dalam
merealisir amanah dan melawan kedhaliman.
4. Al-Wasathiyah (Moderat)
Masyarakat muslim disebut sebagai masyarakat "tengah" (ummatan wasatha).
Simbol moralitas msyarakat Islam tersebut melahirkan prilaku, sikap, dan
watak moderat (wasathiyah) dalam sikap dan interaksi muslim dengan
berbagai persoalan. Al-wasathiyah yang telah menjadi ciri Islam baik dalam
aspek-aspek nazhariyah (teoritis) dan amaliyah (operasional) atau aspek
tarbiyah (pendidikan) dan tasyriiyah (perundang-undangan) harus merefleksi
pada aspek ideologi ataupun tashawwur (persepsi), ibadah yang bersifat ritual,
akhlak, adab (tatakrama), tasyri' dan dalam semua , program, dan perilaku
politik Partai Keadilan Sejahtera. Dalam tataran praktis sikap kemoderatan ini
dinyatakan pula dalam penolakannya terhadap segala bentuk ekstremitas dan
eksageritas kezhaliman dan kebathilan.
5. Al-Istiqamah (Komit dan Konsisten)
Oleh sebab berpegang teguh kepada ajaran dan aturan Islam merupakan ciri
seorang muslim maka komitmen dan konsistensi kepada gerakan Islam harus
menjadi inspirasi setiap geraknya. Konsekuensinya seluruh , program, dan
langkah-langkah operasional Partai harus istiqamah (taat asas) pada "hukum
transenden" yang ditemukan dalam keseluruhan tata alamiah dan dalam
keseluruhan proses sejarah (ayat-ayat kawniyat-Nya)
dalam Kitab-kitab-Nya (ayat-ayat qawliyat-Nya) dan dalam sunnah Rasulullah
SAW, dalam konsensus ummat, serta dalam elaborasi tertulis oleh para
mujtahid yang berkompeten mengeluarkan hukum-hukum terhadap masalah
yang benar-benar tidak ditemukan secara tekstual dalam Risalah orisinal (al-
Qur`an dan al-Sunnah). Konsistensi menuntut kontinyuitas (al-istimrar) dalam
gerakan dalam arti adanya kesinambungan antara dan program sebelumnya.
6. Al-Numuw wa al-Tathawwur (Tumbuh dan Berkembang)
Konsistensi yang menjadi watak Partai Keadilan Sejahtera tidak boleh
melahirkan stagnan bagi gerakan dan kehilangan kreatifitasnya yang orisinal.
Maka prinsip al-numuw wa al-tathawwur (pertum-buhan yang bersifat vertikal
dan perkembangan yang bersifat horizontal) harus menjadi prinsip gerakannya
dengan tetap mengacu kepada kaidah yang bersumber dari nilai-nilai Islam.
Oleh karena itu Partai dalam , program dan langkah-langkah operasionalnya
harus tetap konsern kepada pengembangan potensi SDM hingga mampu
melakukan eksalarasi mobilitas vertikal dan perluasan mobilitas horizontal.
7. Al-Tadarruj wa Al-Tawazun (Bertahap, Seimbang dan Proporsional)
Pertumbuhan dan perkembangan gerakan da'wah Partai mesti dilalui secara
bertahap dan proporsional, sesuai dengan sunnatullah yang berlaku di jagat
raya ini. Seluruh sistem Islam berdiri di atas landasan kebertahapan dan
keseimbangan. Kebertahapan dan keseimbangan merupakan tata alamiah yang
tidak akan mengalami perubahan. Manusia secara fithrah tercipta dalam
kebertahapan dan keseimbangan yang nyata. Maka semua tindakan manusia,
lebih-lebih tindakan politik, yang berupaya memisahkan diri dari
kebertahapan, keserasian dan keseimbangan akan berakibat pada kehancuran
yang karenanya dapat dikategorikaan sebagai kejahatan bagi kemanusiaan dan
lingkungan sejagat. Oleh sebab itu kebertahapan dan keseimbangan (tadarruj
dan tawazun) harus melekat dalam seluruh kiprah Partai, baik dalam kiprah
individu fungsionaris dan pendukung nya ataupun kiprah kolektifnya.
8. Al-Awlawiyat wa Al-Mashlahah (Skala Prioritas dan Prioritas
Kemanfaatan)
Efektivitas sebuah gerakan salah satunya ditentukan oleh kemampuan gerakan
tersebut dalam menentukan prioritas langkah dan nya. Sebab segala sesuatu
mempunyai saat dan gilirannya. Amal perbuatan memiliki keutamaan yang
bertingkat-tingkat pula, dari yang bersifat strategis, politis, sampai ke yang
bersifat taktis. Prinsip al-awlawiyat dalam gerakan pada hakikatnya refleksi
dari budaya berpikir strategis. Oleh sebab itu , program, dan langkah-langkah
operasionalnya didasarkan kepada visi dan misi partai. Prinsip al-awlawiyat
dapat melahirkan efisiensi dan efektifitas gerakan. Di samping itu, Partai
Keadilan Sejahtera yakin bahwa sebaik-baik muslim adalah yang paling
bermanfaat bagi kepentingan manusia. Maka pada hakikatnya mashlahah
ummah menjadi dasar dan prisip dalam , program, dan langkah-langkah
operasionalnya. Untuk itu ia akan tetap konsern terhadap semua persoalan
yang dihadapi ummat. Kepentingan ummat selalu menjadi pertimbangan dan
perioritas. Maka baik dalam ataupun dalam sikap dan operasional harus selalu
memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kepentingan ummat. Kepentingan
ummat harus diletakkan di atas kepentingan kelompok dan individu.
9. Al Hulul (Solusi)
Partai Keadilan Sejahtera sesuai dengan namanya, ia memperjuangkan aspek-
aspek yang yang tidak hanya berhenti pada janji, teori maupun kegiatan yang
tidak dirasakan manfaatnya oleh ummat. Keadilan dan kesejahteraan haruslah
diperjuangkan dengan ihsan dan itqon (profesional), itulah yang
mengharuskan partai dan aktivisnya mengarahkan aktivitas dan program partai
untuk menjadi solusi dan merealisirnya di setiap aktivitas yang mereka
tempuh.
10. Al-Mustaqbaliyah (Orientasi masa depan)
Pada kenyataannya tiga dimensi waktu (masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang) merupakan realitas yang saling berhubungan. Disadari, sasaran
da'wah yang akan diwujudkan merupakan sasaran besar, yaitu tegaknya agama
Allah di bumi yang menyebarluaskan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh
ummat manusia, yang bisa jadi yang akan menikmati keberhasilannya adalah
generasi mendatang. Maka seyogyanya setiap yang diambil dan program-
program yang dicanangkan mengaitkan ketiga dimensi waktu tersebut. Masa
lalu sebagai pelajaran, masa kini sebagai realitas, dan masa depan sebagai
harapan. Keadaan yang kita geluti sekarang merupakan refleksi masa lalu kita
dan sekaligus akan menentukan masa depan kita. Maka sangat bijak kalau ,
program, dan langkah-langkah yang ditempuh tidak mengenyamping kan
ketiga dimensi waktu tersebut dan selalu berorientasi pada masa depan, tidak
hanya memikirkan nasib kita sekarang ini.
11. Al-'Alamiyah (Bagian dari da'wah sedunia)
Pada hakikatnya gerakan da'wah Islamiyah, baik tujuan ataupun sasaran yang
akan dicapai, bersifat ?alamiyah (mendunia) sejalan dengan universalitas
Islam. Hal itu telah menjadi sunnatudda'wah. Ia merupakan aktivitas yang
tidak kenal batas etnisitas, negara, atau daerah tertentu. Kenyataan itu
menegaskan bahwa eksistensi da'wah kita merupakan bagian dari da'wah
?alamiyah. Oleh sebab itu prinsip da'wah kita tidak lepas dari dan gerakan
da'wah sedunia. Adalah suatu kemestian setiap yang diambil, program yang
dicanangkan, dan langkah-langkah yang ditempuh selaras dengan da'wah
yang bersifat ?alami dan tunduk pada sunnatudda'wah tersebut dengan tidak
melikuidasi persoalan khas yang dihadapi di masing-masing wilayah.78
D. Keorganisasian Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Adapun Keorganisasian/Kelembagaan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
yakni berupa Dewan Pengurus Pusat yang struktur organisasinya dapat dilihat di
bawah ini :
Struktur Organisasi Dewan Pengurus Pusat79
78
Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera Tahun 2005-2010, (Jakarta, September 2005),
h. 34-38 79
Ibid, h. 52
Presiden partai adalah pengemban amanah Majelis Syura Partai Keadilan
Sejahtera sebagai pelaksana dan penanggung jawab Dewan Pengurus Pusat,
bertanggung jawab kepada Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera, Presiden
partai bertugas menerjemahkan dan melaksanakan Putusan Majelis Syura,
Kebijakan Dasar Partai/dan Amanat Musyawarah Nasional dalam program-
program partai. Dalam melaksanakan tugasnya Presiden partai memiliki fungsi :
memimpin, mengkoordinasikan, monitoring dan mengendalikan Sekretaris
jenderal, Bendahara Umum, bidang badan, dan departemen.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas Presiden partai
mempunyai kewenangan :
1. Menetapkan kebijakan untuk keterpaduan seluruh kebijakan Sekretaris
jenderal, Bendahara Umum, bidang badan, dan departemen
2. Menetapkan program kerja Partai
3. Menetapkan agenda dan prioritas program Partai
4. Menetapkan panduan Dewan Pimpinan Pusat
5. Mewakili Partai untuk tugas-tugas resmi ke luar
6. Menandatangani perjanjian atau persetujuan dengan pihak lain
7. Bertindak untuk dan atas nama Partai
8. Pendelegasian tugas.80
80
Ibid, h. 51
BABV
ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
(PKS) PERIODE 2007-2009
A. Kegiatan Dakwah pada Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Sebagai partai dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) harus menjadikan
dakwah sebagai panglimanya. Motivasi dan nilai dakwah mengarahkan seluruh
kegiatan partai. Motivasi dan nilai dakwah selalu menyertai kegiatan lainnya.
Seluruh kegiatan memilki muatan dan untuk keberhasilan dakwah.
Muatan dakwah tersebut berupa :
1. Fikrah-fikrah umum untuk membentuk opini-opini umum
2. dasar-dasar keislaman untuk mendukung dakwah dan menyiapkan masyarakat
masuk ke dakwah khashah. Ruhiyah maknawiyah
3. muatan disampaikan dengan memperhatikan kondisi setempat.
Dakwah sebagai kegitan menyeru seluruh manusia kepada Allah memiliki
implikasi bahwa dakwah harus memungkinkan sampai kepada sebanyak-
banyaknya orang. Sehingga dakwah harus ada dan dilakukan diberbagai
kesempatan.
Kegiatan dakwah yang meluas tersebut, berinteraksi serta mengumpulkan
banyak orang dapat menjadi bahan untuk direkrut ke dalam tajnid nukhbawi.
Sehingga dakwah menjadi pintu bagi terekrutnya orang untuk menjadi kader
dakwah.81
Jadi kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa satuan kerja sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
81
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 10 Agustus 2009)
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang
berupa personil, teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau semua jenis
sumberdaya tersebut masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang, jasa atau bentuk keluaran lainnya.82
Menurut ustadz Qodar Slamet sebagai sekertaris departemen dakwah DPP
PKS bahwa kegiatan dakwah itu mempunyai tiga tahap yakni beruipa :
1. Tabligh, seperti momen-momennya maulid nabi, isra’ mi’raj, dan muharram
2. Ta’lim, seperti menupas kajian-kajian Tafsir Ibnu Katsir, shahih bukhari, dan
Riyadu Shalihin
3. Dialog Peduli Masyarakat (DPM), tapi Dialog Peduli Masyarakat (DPM) ini
agak menjurus kepada kepartaian83
Dan dapat dijelakan lagi pada data-data yang diberikan ustadz Qodar
Slamet bahwa kegiatan dakwah perlu diprogram agar berhasil guna dan dapat
dievaluasi keberhasilannya pada waktu dan periode tertentu. Kegiatan dakwah
tersebut berupa :
1. Dakwah Fardiyah, hubungan baik secara pribadi yang berdampak kepada
ketertarikan kepada Islam
2. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal nilai-nilai dasar
Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, makkah, dan sejenisnya
3. Ta’lim, usha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara rutin : ta’lim fil
masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh tani, ta’lim kaum perkantoran,
ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk kaum muallaf, yasinan, dan jenis ta’lim
lainnya.
82
Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010, (Jakarta, September 2005), h.
300 83
Ustadz Qodar Slamet, Wawancara Pribadi, (Jakarta, 10 Agustus 2009)
4. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat tentang dan
kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran, radio, web, televisi,
internet, dan sejenisnya
5. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai Islam kepada
sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang yang tidak langsung
berhubungan dengan dakwah Islam seperti seminar, training, karangtaruna,
klub olahraga, klub pencita alam, klub peminat fotografi, pertemuan keluarga
dan amal khairi lainnya.84
Kegunaan dari kegiatan dakwah tersebut dapat dilihat dari sifat kegiatan
dakwah dan fungsi kegiatan dakwah antara lain :
1. Sifat kegiatan dakwah merupakan :
a. Kegiatan terbuka diperuntukan bagi seluruh kalangan
b. Berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam
c. Dilakukan di berbagai kesempatan
2. Fungsi kegiatan dakwah merupakan :
a. Pembentukan opini umum Islami
b. Penyebaran fikrah Islam yang benar, menyeluruh dan jelas
c. Pintu rekrutmen ke dakwah khashah
d. Pembentukan lingkungan Islami
e. Pemunculan kader dakwah sebagai rijal al-ummah
f. Wahana mobilitas horizontal kader ke masyarakat.85
84
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, (Jakarta, 10 Agustus 2009)
85
Ibid
Adapun pola pelaksanaan kegiatan dakwah dapat dilakukan seperti :
1. Pengelola dan pelaksana melakukan hubungan dengan peserta dakwah secara
fardi maupun jama’i, sehingga mengenal satu sama lain. Peserta dalam
dakwah adalah setiap orang dari berbagai segmen untuk diseru kepada Islam,
peserta tidak dibatasi usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, agama,
dan keadaan lainnya.
2. Pengelola dan pelaksana melakukan pembentukan opini umum Islami dan
tashawur Islam di forum individual dan atau massal
3. pengelola dan pelaksana memantau perubahan peserta dakwah secara fardi
dan atau jama’i, dengan mengacu kepada karakteristik sebagai berikut :
a. Pribadi yang hanif
b. Siap mendengarkan dakwah
c. Memiliki kecenderungan untuk merubah diri dari orang lain
d. Memiliki potensi tertentu yang bermanfaat bagi dakwah
e. Melaksanakan ibadah wajib
f. Simpati terhadap Islam dan keislaman
4. pengelola dan pelaksana memutuskan untuk menindaklanjuti hasil
pemantauan dengan mengkondisikan peserta dakwah .
Oleh sebab itu pengelola dakwah merupakan struktur dakwah di setiap
level struktur (elemen pembinaan kader) penyelenggaraan dakwah dengan
membentuk atau menunjuk lembaga dakwah tersebut. Lembaga dakwah tersebut
yang bisa dilakukan adalah :
1. Lembaga Dakwah
2. Lembaga Kemasjidan
3. Organisasi Kemasyarakatan
4. Organisasi Kepemudaan
5. Organisasi Profesi
6. Paguyuban Kedaerahan/Kesukuan
7. Perkumpulan Minat dan Bakat
Adapun pelaksanaannya yakni berupa :
1. Pe laksana dakwah adalah : kader, muballigh dan mu’allim
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan efektivitas pelaksanaan dakwah
diperlukan i’dad dan taf’il bagi pelaksana
3. Kemampuan dasar muballigh/mu’allim : membaca ayat dan hadits dengan
benar, mampu berkomunikasi86
Berpijak dari kesadaran terhadap kenyataan-kenyataan tersebut, maka
proses pelaksanaan manajemen dakwah ke depan perlu diterapkan secara
proposional yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Perencanaan, pengorganisasian, dan pembiayaan kegiatan dakwah
2. pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian kegiatan dakwah
3. umpan balik terhadap hasil penilaian perencanaan dakwah 87
Untuk menentukan keberhasilan kegiatan dakwah hingga dapat disebut
efektif, fungsional, dan profesional diperlukan adanya standar dan kriteria sebagai
alat ukur dari keberhasilan tersebut baik kuantitatif maupun kualitatif. Berangkat
dari prinsip bahwa kegiatan dakwah adalah melaksanakan perintah Allah dalam
rangka menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, maka stndar dan kriteria yang
harus dipakai adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan As-sunnah.
86
Ibid 87
Manajemen Dakwah, Drs. RB. Khatib Pahlawan Kayo, (Jakarta, Amzah, 2007), Edisi -1, Cet -1 h. 71
1. Standar dan kriteria kuantitatif
Secara kuantitatif keberhasilan suatu kegiatan daklwah dapat diukur dengan
Standar dan kriteria sebagai berikut :
a. Kegiatan dakwah yang bertujuan untuk menggerakkan amar ma’ruf nahi
mungkar harus dilaksanakan bersama-sama secara terkoordinasi dalam
kesatuan organisasi yang kokoh, kuat, dan rapi.
b. Shalat sebagai pemegang fungsi terkuat yang membentengi diri agar
terhindar dari tindakan keji dan mungkar, akan lebih afdhal bila
dilaksanakan secara berjama’ah.
c. Jihad sebagai salah satu model dari kegiatan dakwah tidak hanya terfokus
pada pertempuran saja, melainkan banyak sekali kegiatan lain yang
digolongkan sama nilainya dengan jihad, seperti membela kebenaran dan
keadilan di hadapan raja yang dzalim, memelihara dan memuliakan kedua
ibu bapak lebih-lebih di masa tuanya, membela kepentingan fakir miskin
dan anak yatim.
Jadi dapat disimpulkan poin di atas bahwa ; pertama, kegiatan dakwah
telah didukung oleh banyak komponen organisasi dakwah, kedua, lapangan
lokasi gerak dakwah tidak hanya di masjid, melainkan meluas ke wilayah-
wilayah pemukiman penduduk, perkantoran dan komunitas masyarakat
lainnya, ketiga, sektor kegiatan dakwah tidak hanya terpaku pada dakwah lisan
atau tulisan saja, tapi telah berkembang secara luas ke sektor-sektor lain dalam
bentuk dakwah bil-hal dan dakwah bil-hikmah, seperti bidang pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial ekonomi, budaya dan politik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan dalam arti luas.
2. Standar dan kriteria kualitatif
Secara kualitatif keberhasilan suatu kegiatan daklwah dapat diukur dengan
Standar dan kriteria sebagai berikut :
a. Pelaksanaan kegiatan dakwah bertolak dari prinsip rasionalitas yang
realistik, untuk ini sangat diperlukan adanya musyawarah secara timbal
balik antara pelaku dakwah dengan objek dakwah
b. Penyampaian informasi haruslah didasarkan atas kemampuan dan tingkat
kecerdasan akal objek dakwah
c. Pelaksanaan kegiatan dakwah harus merujuk kepada contoh sifat dan
keteladanan Rasulullah SAW, baik sebagai seorang pemimpin, pembina
kader maupun sebagai pengarah khittah perjuangan masa depan
d. Dalam melaksanakan gerak dakwah harus terlihat kepastian hukum, yang
halal adalah halal yang haram adalah haram meskipun pahit dan sulit
e. Kejujuran dan keadilan harus ditegakkan dan tidak boleh berubah karena
kebebcian terhadap suatu kaum atau golongan
f. Tingkat tertinggi dan kualitas dakwah membasmi kemungkaran harus
diutamakan, yakni dengan kekuasaan atau power, berikutnya baru dengan
lisan dan hati
g. Kepribadian Rasulullah sebagai insan pemaaf dan lemah lembut dalam
berdakwah perlu mendapat perhatian untuk dicontoh
h. Amanah sebagai landasan moral dalam berdakwah harus ditempatkan pada
posisi tanggung jawab yang inheren
i. Kebiasaan meninggalkan perbuatan dosa dan ikhlas dalam berdakwah
telah menjadi kepribadian umat
Jadi dapat disimpulkan poin di atas bahwa ; pertama, pelaku dakwah
dalam bentuk lembaga atau organisasi sebagai subjek dakwah jumlahnya
semakin banyak yang profesional dan memiliki tenaga-tenaga potensial yang
berpendidikan, terampil dan punya wawasan pengalaman yang luas, kedua,
semakin banyak lapisan masyarakat yang tersentuh dan merasakan nikmat
keislaman dan keimanan melalui gerakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
dakwah bil-hal dan bil- hikmah, terutama dari kalangan dhu’afa’ dan keluarga
miskin, ketiga, penyampaian pesan dakwah telah dikemas secara sistematis,
ilmiah dan bermutu tinggi, sehingga menarik dan menjadi suatu kebutuhan
bagi masyarakat. Keempat, perilaku kehidupan umat semakin banyak yang
berubah ke arah positif, seperti akidah yang bersih dari syirik, khurafat dan
takhayul, ibadah semakin terhindar dari bid’ah, akhlak semakin memilih yang
terpuji dalam pergaulan yang semakin harmonis dan jauh dari tindakan
kekerasan, sadis dan diluar perikemanusiaan. Kelima, pelaksanaan kegiatan
dakwah telah dipersiapkan sedemikian rupa mulai dari proposalnya hingga
realisasinya dilapangan mencerminkan nuansa etika, estetika, dan ukhuwah
yang dikemas berdasarkan ilmu dan keterampilan yang telah teruji
keberhasilannya. Keenam, umat semakin peduli dengan kegiatan dakwah dan
semakin alergi melihat perbuatan-perbuatan dosa maksiat dan mungkar.88
Oleh karena itu jika dikaitkan dengan profesionalisme sebagai suatu
keahlian dan disiplin moral dalam berdakwah maka faktor-faktor
pendukungnya yang strategis adalah karena :
1. Memiliki jiwa tauhid yang kokoh dan kuat dengan senantiasa
membesarkan asma Allah dalam setiap ruang dan waktu
88
Ibid, h. 87-91
2. Kemampuan mensucikan pakaian lahir dan batin, artinya mempunyai
akhlak dan moral yang kuat dan terpuji.
3. Kesanggupan menjauhi praktik perbuatan maksiat, artinya sikap mental
yang tak mudah terpengaruh rayuan iblis dan hawa napsu.
4. Kemampuan menghindarkan diri dari prilaku tamak dan rakus, artinya
berkepribadian yang mulia dan terhormat dengan sifat qana’ahnya.
5. Selalu mempunyai kesabaran dalam menghadapi perjuangan jihad fi
sabililillah,meskipun dalam suasana yang pahit dan getir.89
B. Aplikasi Manajemen Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan sejahtera
(PKS)
Menurut ustadz Qodar Slamet sebagai Sekertaris Departemen Dakwah
DPP PKS bahwa aplikasi manajemen dakwah itu dirancang dalam setiap lima
tahun sekali dan dapat dilihat di buku Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera
tahun 2005-2010,90
Renstra sebagai penjabaran kebijakan dasar, adalah rencana program yang
berskala nasional. Menjadi peta jalan yang akan ditempuh partai, merupakan
konsensus dan komitmen bersama mengenai pencapaian visi dan misi partai.
Fungsi renstra adalah untuk menyatukan pandangan dan derap langkah seluruh
lapisan kader dalam melaksanakan prioritas program selama lima tahun ke depan.
renstra merupakan rencana program bagi seluruh komponen kader.91
Adapun aplikasi yang digunakan menurut Ustadz Qodar Slamet dapat
dijelaskan sebagai berikut :
89
Ibid, h. 93-94 90
Ustadz Qodar Slamet, Wawancara Pribadi, (Jakarta, 10 Agustus 2009) 91
Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010, Loc.Cit, h. 103
Pembinaan Kader
1. Terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang
a. Kebijakan
a.1 Pembentukan dan pengokohan lembaga dan jaringan dakwah.
- Terbentuknya lembaga-lembaga dakwah seperti, majlis ta’lim,
dewan pemakmuran masjid, dan terselenggaranya pelatihan
manajemen lembaga dakwah serta bekerjasama dengan ormas dalam
bidang dakwah minimal pada setiap DPD.
Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas
pengelolaan lembaga dakwah dengan menambah pengalaman
pengelolaan melalui pelatihan, studi banding, dan atau sejenisnya.
Termasuk ke dalamnya, memperluas jangkauan dakwah perlu
membuat jaringan dakwah dengan lembaga eksternal.
Sasaran dari program ini adalah terbentuknya lembaga dakwah,
forum majelis ta’lim, dewan kemakmuran masjid, dan
terselenggaranya pelatihan manajemen lembaga dakwah serta
bekerja sama dengan ormas dalam bidang dakwah minimal pada
setiap DPD.
Berbagai kegiatan yang termasuk program ini antara lain :
pembentukan lembaga-lembaga dakwah seperti majelis ta’lim,
dewan kemakmuran masjid di tingkat wilayah; dan pelatihan
manajemen pengelolaan di lembaga-lembaga dakwah tersebut.92
a.2 . Pembentukan pusat kajian Islam dan cabang-cabangnya.
- Terbentuknya 1 pusat kajian Islam yang memiliki cabang di tiap
92
Ibid, h. 112
Provinsi.
Program ini dirancang untuk membentuk pusat kajian Islam dan
cabang-cabangnya.
Dakwah terus berkembang di tengah problem social masyarakat
yang kian kompleks. Pada saat yang sama muncul pula pemikiran
dan pehaman yang bervariasi di masyarakat. Untuk mengatasi
permasalahan ini, serta untuk melakukan ta’shil syari, dibutuhkan
pusat kajian Islam yang komprehensif.
Sasaran yang diharapkan adalah terbentuknya pusat kajian Islam
percontohan (pilot project) dan memiliki cabang minimal 1 buah di
setiap DPW.
Program ini dapat bergulir melalui kegiatan sebagai berikut :
pembuatan standar kajian Islam; melakukan pertemuan berkala
antar pakar Islam di lingkungan internal dan eksternal; perbuatan
tulisan (majalah, buku, jurnal) atau mempublikasikan melalui
masa media.93
b. Pelayanan
a.1 Pengadaan modul siaran radio, televisi dan rumah produksi untuk
tatsqif kader dan dakwah.
- Tersusunnya modul siaran radio, televisi dan rumah produksi
untuk tatsqif kader dan dakwah.
Program ini meliputi pembuatan silabus ceramah melalui mass
media elektronika yang disesuaikan dengan muatan mahaj
tarbawi. Akan dilakukan penawaran program tasqif yang dikemas
93
Ibid, h. 115-116
dengan bahasa publik pada berbagai mass media elektronik,
dengan menggunakan muwajih dan muatan manhaj tarbawi.
Program ini dikelola oleh elemen tarbiyah dan elemen dakwah,
serta wajib di ikuti oleh seluruh kader sebagai pengganti tasqif.
Selama ini sudah banyak muwajih yang telah tampil di program
radio dan televisi, namum belum terkoordinasi dengan program
tatsqif. Ketika kesibukan muwajih sangat tinggi untuk melayani
eksternal, sementara pemberian taujih tidak sinergi dengan
program tasqif internal. Kondisi ini jika berlangsung terus, maka
program tasqif internal tidak berjalan dengan baik, serta nilai-
nilai manhaj tidak tersebar luas di lingkungan masyarakat.
Sasaran yang ingin dicapai adalah tersedianya modul standar
untuk siaran radio, televisi dan rumah produksi yang sesuai
dengan manhaj tarbiyah.
Berbagai kegiatan yang termasuk program ini adalah :
penyusunan modul-modul siaran dakwah; sosialisasi dan
distribusi modul siaran; pelatihan dan tasqif untuk para calon
muwajih; penawaran sejumlah proposal penawaran ceramah
agama Islam pada berbagai mass media elekttronika.94
2. Terbentuknya struktur DPC sekurang-kurangnya 95% dan DPRa sekurang-
kurangnya 75%.
a. Pembinaan
a.1 Pengokohan elemen struktur dakwah.
94
Ibid, h. 117
- Terwujudnya soliditas struktur dakwah di semua jenjang struktur
dakwah
Program ini dirancang untuk membentuk dan mengefektifkan
struktur dakwah sampai tingkat DPC dengan melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap struktur tersebut.
Efektifitas program dakwah sangat tergantung kepada pelaku
(personil) yang jelas dengan kemampuan yang cukup memadai
untuk melaksanakan program dan memutabaahnya. Pelaku
(personil) yang dimaksud harus berada pada level struktur yang
melaksanakan program dakwah.
Sasaran dari program ini adalah terbentuknya struktur dakwah
yang efektif pada setiap DPC.
Beberapa kegiatannya antara lain rakor dengan struktur dakwah;
pelatihan struktur dakwah; jaulah dakwah untuk melakukan
sosialisasi dan supervisi.95
3. Terbitnya 1 media partai berskala nasional dan 1 radio di setiap DPW.
a. Kebijakan
a.1 Optimalisasi program dakwah media
- Terkelolanya program dakwah media secara rutin pada minimal 1
media berskala nasional sampai wilayah
Program ini meliputi upaya mengoptimalkan kegiatan dakwah
melalui media masa yang sudah ada dan atau mengisi yang baru,
baik media cetak maupun broatchast.
95
Ibid, h. 136-137
Pengaruh media masa baik yang tercetak maupun broatchast
sangat kuat pengaruhnya terhadap pembaca, pendengar, dan atau
penontonnya dengan cakupan masa yang hamper tak terbatas.
Sementara ini, media masa sebagian besar acaranya diisi oleh
program/rubric yang tidak bertanggung jawab terhadap masa
depan Islam dan umatnya.
Sasaran dari program ini adalah terkelolanya program dakwah
media secara rutin pada minimal 1 media berskala nasional
sampai wilayah. Berbagai kegiatannya bisa masuk program ini
antara lain : mengisi program/rubrik dakwah : kerjasama dengan
media masa; pelatihan dakwah di media masa.96
4. Munculnya Partai Keadilan Sejahtera sebagai opinion leader yang terindikasi
melalui beberapa ide besar yang menjadi pembicaraan publik berskala luas.
a. Pelayanan
a.1 Pemunculan SDM unggulan dakwah berskala nasional dan daerah.
- Lahirnya mubaligh/ot internal tingkat kecamatan sampai tingkat
nasional dengan menyelenggarakan perekrutan dan pelatihan.
Program ini dirancang untuk mempromosikan kader untuk
menjadi khotib jamakhiri (Penceramah Publik) dan faqih sya’bi
(kaum ahli fiqh) pada skala nasional, wilayah, dan daerah, agar
menjadi rujukan dan teladan umat, dengan kekhasan sendiri-
sendiri yang memanfaat sarana-sarana yang di sengaja dan di
rancang untuk keperluan tersebut.
96
Ibid, h. 153
Peran khotib jamakhiri dan faqih sya’bi sangat dibutuhkan dalam
mempengaruhi dan membentuk opini umum, bahkan pada hal-hal
tertentu sering menjadi rujukan dan menjadi teladan. Bila yang
menjadi khotib jamakhiri dan faqih sya’bi itu kader, maka proses
penyadaran dan penyiapan kondisi masyrakat dalam menerima
dan menudukung nilai-nilai dakwah akan cepat terwujud. Untuk
itu perlu promosi secara sistematis agar lahir para khotib
jamakhiri dan faqih sya’bi dengan memiliki kekhasan sendiri-
sendiri.
Sasaran dari program ini adalah lahirnya da’i internal tingkat
kecamatan sampai tingkat nasional dengan menyelenggarakan
perekrutan dan pelatihan.
Berbagai kegiatan masuk program ini antara lain : membentuk
tim promosi muballigh; melakukan rekruiting muballigh melalui
musabaqah, daurah, multaqah, dll.; membangun, menghidupkan,
dan menjalin kerjasama dengan ma’had i’dadu du’at;
menyiapkan forum/even tabligh akbar; melakukan
bi’tsatuddu’ah; menyusun panduan pelatihan daurah muballigh;
menghubungkan dengan program yang relevan dengan program
institusi lain (MUI, PEMDA).97
Pembinaan Pemuda
1. Terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang.
a. Kebijakan
97
Ibid, h. 247
a.1 Penyusunan Manhaj Dakwah Pemuda
- Tersedianya manhaj dakwah pemuda, tersedianya modul yang
aplikatif dan ter up date setiap setahun, menjadi referensi dalam
program pelatihan pemerintah dan seperti karang taruna.
Program penyusunan manhaj dakwah pemuda ini terdiri dari dua
program besar yaitu yang terkait dengan penyusunan modul
pelatihan untuk peningkatan skill dan kualitas pemuda, dan yang
terkait dengan penyusunan manhaj dakwah pemuda yang menjadi
panduan bagi departemen dalam mengelola dakwah segmen
pemuda.
Program ini di latar belakangi oleh belum tersedianya modul-
modul pelatihan yang aplikatif untuk peningkatan potensi
pemuda dan juga belum tersedianya manhaj pemuda yang
komprehensif untuk dijadikan panduan dalam mengelola dakwah
segmen pemuda.
Sasaran dari program ini adalah untuk menyediakan manhaj
dakwah pemuda, modul-modul pelatihan yang aplikatif dan
terupdate setiap tahun serta menjadi referensi dalam program
pelatihan pemerintah.
Beberapa alternatif kegiatan dari program ini diantaranya adalah
penerbitan modul-modul pelatihan yang aplikatif dan penerbitan
manhaj/panduan dakwah pemuda.98
b. Pembinaan
a.1 Implementasi Manhaj Dakwah Pemuda
98
Ibid, h. 109
- Tersosialisasi dan terimplementasi manhaj dakwah pemuda,
terselenggaranya pelatihan sesuai dengan training need analisis
dan kebutuhan dunia kerja, tersedianya pilot project dakwah
pemuda di setiap DPD terutama di daerah kemenangan PKS pada
pilkada, terevaluasinya program kerja setiap 3 bulan.
Program implementasi manhaj dakwah pemuda ini terdiri dari
tiga program besar yaitu yang terkait dengan sosialisasi manhaj
dakwah pemuda dalam bentuk lokakarya, dan yang terkait
dengan program pelatihan peningkatan skill dan kualitas pemuda
serta yang terkait dengan monitoring, evaluasi dan supervisi dari
pelaksanaan manhaj dakwah pemuda di wilayah.
Program ini di latar belakangi tentunya oleh upaya memudahkan
dan mensuport wilayah untuk mengelolah dakwah segmen
pemuda dengan lebih sistematis dan lebih baik sehingga ahdaf
(mengajak) dakwah dapat terealisasi.
Sasaran yang dicapai dari program ini adalah tersosialisasi dan
terimplementasinya manhaj dakwah pemuda, meningkatnya soft-
skill dan hard-skill pemuda dan terevaluasinya program kerja
deputi keploporan pe,muda wilayah tiap tiga bulan.
Beberapa alternatif kegiatan dari program ini diantaranya adalah
lokakarya nasional dakwah pemuda, training for trainer nasional
dan jaulah DKP ke wilayah. 99
c. Pelayanan
a.1 Pemberdayaan dan optimalisasi peran kader dakwah dalam merekrut
99
Ibid, h. 110
dan mengelola segmen pemuda.
- Teraksesnya karang taruna di 75% desa dan kelurahan, kader
dakwah menjadi pengurus harian karang taruna di 50% pengurus
tingkat propinsi, terdapat rata-rata 1 di setiap kelurahan,
terdatanya pertumbuhan kepertumbuhan kader secara berkala dan
teridentifikasinya berbagai permasalahan dakwah pemuda,
terlaksananya rekruitmen kader baru pemuda sebesar 250.000 per
Agustus 2005-31 Mei 2009.
Ini program yang memfasilitasi kader dakwah untuk melakukan
mobilitas horizontal ke organisasi kepemudaan yang strategis
sehingga melahirkan kader-kader yang berpengaruh di tengah
masyarakat dan memperluas penguasaan dakwah pada segmen
pemuda.
Program ini di latar belakangi oleh keinginan untuk
mengembangkan dan memperluas basis massa di segmen pemuda
melalui kinerja para kader dakwah serta upaya untuk menyiapkan
calon-calon qiyadah yang teruji dan mampu berinteraksi dengan
masyarakat untuk mewujudkan perubahan dan kebangkitan
Islam. Beberapa alternatif kegiatan dari program ini diantaranya
adalah pendataan pertumbuhan kader pemuda, rekrutmen kader
dakwah melalui organisasi pemuda internal dan eksternal dan
pembekalan strategi penguasaan dakwah segmen pemuda.100
Pembinaan Wilayah
1. Terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang
100
Ibid, h. 111
a. Pembinaan
a.1 Bi’tsah Murabbi dan tautinud duat ke berbagai daerah
- Tersebarnya para murabbi dan da’i secara merata keseluruhan
Indonesia
Program ini dirancang dalam rangka meningkatkan intensitas,
perluasan dan penyebaran dakwah diseluruh Indonesia.
Dengan kemenangan PKS di pemilu 2009 ini, semakin besar
perkembangan dakwah dari sisi perkembangan struktur, jumlah
kader dan penyebarannya di seluruh Indonesia. Namun,
perkembangan ini tidak merata di semua tempat di seluruh
Indonesia. Karena tidak meratanya kader dakwah yang
berkualifikasi murabbi dan penceramah (tabliger) tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, ada sebagian wilayah melimpah
murabbi dan da’inya, namun ada daerah yang sangat minim
murabbi dan da’inya. Sementara, ketertarikan masyarakat
terhadap dakwah yang dikembangkan oleh PKS di seluruh
Indonesia begitu besar, maka program Bi’tsah Murabbi dan
tautinud duat ke berbagai daerah di gulirkan.
Sasaran yang ingin di capai dari program ini adalah agar
terdistribusi secara merata murabbi dan da’i diseluruh Indonesia.
Alternatif program adalah tau’iyah pentingnya penyebaran
murabbi dan da’i untuk di kirim ke berbagai wilayah di
Indonesia, pembekalan murabbi dan da’i, distribusi murabbi dan
da’i sesuai permintaan wilayah.101
101
Ibid, h. 107
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab terdahulu, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Bentuk Kegiatan Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
antara lain:
a. Dakwah Fardiyah, yaitu menjalin hubungan baik secara pribadi yang
berdampak kepada ketertarikan kepada Islam
b. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal nilai-nilai
dasar Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, dan ceramah-ceramah pada
momen-momen seperti maulid Nabi saw.
c. Ta’lim, yaitu usaha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara rutin,
seperti ta’lim fil masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh tani, ta’lim
kaum perkantoran, ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk kaum muallaf,
yasinan, dan jenis ta’lim lainnya.
d. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat tentang
dan kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran, radio, web,
televisi, internet, dan sejenisnya
e. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai Islam kepada
sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang yang tidak langsung
berhubungan dengan dakwah Islam seperti seminar, training, karangtaruna,
klub olahraga, klub pencita alam, klub peminat fotografi, pertemuan
keluarga dan amal khairi lainnya.
2. Bentuk Aplikasi/pelaksanaan manajemen dakwah yakni berupa :
Manajemen dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dirancang dalam
setiap lima tahun sekali dan dapat dilihat di buku Rencana Strategis Partai
Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010.
Renstra sebagai penjabaran kebijakan dasar, adalah rencana program
yang berskala nasional, menjadi peta jalan yang akan ditempuh partai,
merupakan konsensus dan komitmen bersama mengenai pencapaian visi dan
misi partai, dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Pembinaan Kader
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang
dengan dua cara :
1. Kebijakan
a. Pembentukan dan pengokohan lembaga dan jaringan dakwah
Terbentuknya lembaga dakwah, forum majlis ta’lim, dewan
pemakmuran masjid, dan terselenggaranya pelatihan manajemen
lembaga dakwah serta bekerjasama dengan ormas dalam bidang
dakwah minimal pada setiap DPD.
b. Pembentukan pusat kajian Islam dan cabang-cabangnya.
Terbentuknya 1 pusat kajian Islam yang memiliki cabang di tiap
provinsi
2. Pelayanan
a. Pengadaan modul siaran radio, televisi dan rumah produksi untuk
tatsqif kader dan dakwah, yaitu :
Tersusunnya modul siaran radio, televisi dan rumah produksi untuk
tatsqif kader dan dakwah.
b. Pembinaan Pemuda
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang,
dengan cara sebagai berikut :
1. Penyusunan Manhaj Dakwah Pemuda
Tersedianya manhaj dakwah pemuda, tersedianya modul yang
aplikatif dan ter up date setiap setahun, menjadi referensi dalam
program pelatihan pemerintah dan seperti karang taruna.
2. Tersosialisasi dan terimplementasi manhaj dakwah pemuda,
terselenggaranya pelatihan sesuai dengan training need analisis dan
kebutuhan dunia kerja, tersedianya pilot project dakwah pemuda di
setiap DPD terutama di daerah kemenangan PKS pada pilkada,
terevaluasinya program kerja setiap 3 bulan.
3. Pemberdayaan dan optimalisasi peran kader dakwah dalam merekrut
dan mengelola segmen pemuda.
c. Pembinaan Wilayah
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang,
yaitu melakukan program :
Bi’tsah Murabbi dan tautinud duat keberbagai daerah, agar tersebarnya
para murabbi dan da’i secara merata ke seluruhan Indonesia.
D. Saran-Saran
Pada akhir penelitian skripsi ini, penulis memberikan beberapa saran :
1. Saran untuk Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS)
a. Sebagai Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) di
manajemen dakwah yang memiliki visi, misi, dan tujuan Islam, dan
mempunyai program agenda dakwah hendaklah memperluas manajemen
dakwah melalui syiar baik itu dikota-kota ataupun di wilayah pelosok.
b. Perlu di pikirkan dan di tingkatkan terhadap sumber daya organisasi, yang
berada di Jakarta dan wilayah pelosok, baik dalam hal penambahan
kegiatan dakwah sarana komunikasi yang semakin akrab, dengan
masyarakat terutama penambahan kajian pada manajemen dakwah yang
bersifat motivasi dalam hidup dan kegiatan dakwah yang lebih terperinci
dan dapat benar-benar di serap oleh kalangan masyarakat.
c. Sebagai pusat penyebaran dakwah di seluruh tanah air Indonesia dan
bahkan dakwah dalam lingkup internasional harus lebih meningkatkan
peran dakwah secara terang-terangan dan lebih di kenal lagi oleh
masyarakat umum, yaitu dengan meningkatkan sumberdaya manusia, baik
itu dalam segi pendidikan dan pengajaran.
2. Saran untuk Fakultas dan Jurusan Manajemen Dakwah
a. sebagai lembaga transparansi keilmuan, terhadap objek dakwah berupa
masyarakat dan mahasiswa Fakultas ikut dalam partisipasi memberikan
kemudahan-kemudahan fasilitas pada mahasiswa
b. Lebih berdedikasi dan mengedapkan prinsip kebijakan filosofi pendidikan
dan dakwah
c. Harus banyak menjalin kerja sama dengan instansi/lembaga perusahaan,
agar mahasiswa lulusannya dapat bekerja dengan pasti dan sesuai skill
masing-masing.
3. Saran untuk pemerintah
Dalam hal ini pemerintah harus memperhatikan keberadaan lembaga sosial
keagamaan sebagai pemersatu umat Islam untuk kerukunan umat beragama,
dan pemerintah harus mampu mengamankan berbagai konflik yang ada di
masyarakat kota dan pedesaan dengan tidak menyebarluaskan oknum. Serta
pemerintah harus memberikan kontribusi dan perlindungan kepada lembaga
dakwah dan media dakwah.
DAFTAR PUSTAKA
Abd Aziz, Jum’ah Amin, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam Solo : Era
Intermedia 2000
_______., Fiqih Dakwah : Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, Solo,
Citra Press, 1997
Abd Somad, Muhammad Idris, DR, MA, Diktat FDK, Ilmu Dakwah Jakarta : 2005
Al-Qahthani, Wahif bin Sa’id bin Ali, Dakwah Islam Dakwah Bijak Jakarta : Gema
Insani Press, 1994
Alyudin, Suhud, Lokomotif Reformasi Bernama Partai Keadilan, Saksi, V, 14 April,
2003
Al-Qardhowi, Yusuf, Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Buku
Islam Utama, 1999
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta, Gramedia Pustaka, 2000
Budiharjo, Mariam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta : Gramedia, 1982
Burhanudin, Nanang, Menegakkan Syari’at Islam Menurut PK, Jakarta : Pustaka Al-
Jannah, 2004
Danamik, Ali Said, Fenomena Partai Keadilan, Transpormasi 20 Tahun Gerakan
Tarbiyah di Indonesia, Jakarta : Teraju, 2002
Dzajuli, Ahmad, Fiqh Siyasah Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-
rambu Syari’ah, Jakarta : Prenada Media, 2003
DPP PKS, Sekilas Partai Keadilan, Jakarta, 1998
Data Departemen Dakwah, DPP PKS, Jakarta, 10 Agustus 2009
DPP Partai Keadilan Sejahtera, Rencana Strategis Partai Keadilan Sejahtera Tahun
2005-2010, Jakarta, 2005
Edward, Djony, Efek Bola Salju, Partai Keadilan Sejatera Bandung : PT. Syaamil
Cipta Media, 2006
Furqon, Aay Muhammad, Partai Keadilan Sejahtera Idiologi dan Praksis Politik
Kuam Muda Muslim Indonesia Kontemporer, Jakarta : Teraju, 2004
Fachruddin, Fuad Mohd, Pemikiran Politik Islam, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya,
1988
Farid, Imam Sayuti, Tafsir Dakwah Surabaya, Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1989
Horby, As, Oxford Advenced Learner’s Dictionary of Current English Oxford :
Oxford University Press, 1987
Hamid, Tijani Abd Qadir, Pemikiran Politik dalam Al-Qur’an, Jakarta : Gema Insani
Press, 2001
Handoko, T, Hani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1990
Kayo, Khatib Pahlawan, Manajemen Dakwah, Jakarta, Amzah, 2007
Munzier, H. Suparta, Drs. MA, Metode Dakwah, Jakarta : Prenada Media, 2003
Manulang, Dasar-dasar Manajemen, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1981
Muhtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen, Yogyakarta, Al-Amin Press, 1996
Noer, Daliar, Pengantar Kepemikiran Politik, Jakarta, Rajawali Press, 1983
Omar, Toha Jahja, Ilmu Dakwah, Jakarta : Widjaya Djakarta, 1967
Poerwadarmita, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,
1983
Ridho, Abu, Politik Dakwah Partai Keadilan, Jakarta : DPP PK, 2002
Rais, M. Amien, Prof, DR, Cakrawala Islam, Antara Cinta dan Fakta, Bandung :
Mizan, 1991
Razak, Nasaruddin, Metodologi Dakwah, Semarang, Toha Putra, 1976
Shaleh, Abd Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1993
Syukri, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya, Al-Ikhlas, 1983
Suseno, Franz Magnis, Etika Politik, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003
Stoner, James AF. terjemahan : Wilhelmus W. Bakowaan dan Benyamin Molan,
Manajemen, Jakarta, Intermedia, 1994
Shihab, M. Quraish, Prof, DR, MA, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati : Tangerang 2005
Sarwoto, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1991
Varma, SP. Teori Politik Modern, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta : Yayasan Penterjemah al-Qur’an,
1997
Referensi Internet
website : ppa.brawijaya.ac.id, e-mail : ppa.ub@brawijaya.ac.id
website:http://www.PK-Sejahtera.org
www republika.com (Jumat, 19 Desember 2008)
www harian kompas.com (Rabu, 06 Mei 2009)
www.alislam.or.id
Format wawancara dengan Wakil Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Partai
Keadilan Sejahtera (DPP PKS) :
Wakil Sekjen DPP PKS : Bpk. Dr. Mardani
T : Bagaimana Sejarah Berdirinya DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS)?
J : “Berdirinya PKS berasal dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan pada tahun
1998 setelah 1999 terkena electoral tresholde (ketentuan batas minimum
perolehan suara), kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dan
pada 2009 kita tidak akan tersangkut masalah electoral tresholde jadi kita
tidak akan ganti nama lagi. Untuk lebih jelas bisa dilihat di web site :
wwwPK-Sejahtera.org
T : Bagaimana Prinsip Kebijakan Dasar Partai Keadilan Sejahtera (PKS)?
J : Secara umum prinsip dasar yang diambil oleh Partai Keadilan Sejahtera
terefleksi utuh dalam jati dirinya sebagai Partai Da'wah. Sedangkan da'wah
yang diyakini Partai Keadilan Sejahtera adalah da'wah rabbaniyah yang
rahmatan lil'alamin, yaitu da'wah yang membimbing manusia mengenal
Tuhannya dan da'wah yang ditujukan kepada seluruh ummat manusia yang
membawa solusi bagi permasalahan yang dihadapinya. Ia adalah da'wah
yang menuju persaudaraan yang adil di kalangan ummat manusia, jauh dari
bentuk-bentuk rasialisme atau fanatisme kesukuan, ras, atau etnisitas. Untuk
lebih jelas bisa dilihat di web site : wwwPK-Sejahtera.org
T : Bagaimana Keorganisasian DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS)?
J : DPP PKS secara umum mempunyai 3 cabang organisasi, yaitu pertama,
MPP, Kedua, DPP dan ketiga, DSP. Yang secara umum juga PKS
dikomandoi oleh satu orang presiden.
T : Apa Visi, Misi, dan Tujuan dari DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS)?
J : Visi PK Sejahtera
“Terwujudnya masyarakat madani yang adil, sejahtera, dan bermartabat”
Misi Partai Keadilan Sejahtera
d. Mempelopori reformasi sistem politik pemerintahan dan birokrasi,
peradilan, dan militer untuk berkomitmen terhadap penguatan demokrasi.
Mendorong penyelenggaraan sistem ketatanegaraan yang sesuai dengan
fungsi dan wewenang setiap lembaga agar terjadi proses saling
mengawasi. Menumbuhkan kepemimpinan yang kuat, yang mempunyai
kemampuan membangun solidaritas masyarakat untuk berpartisipasi dalam
seluruh dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, yang memiliki
keunggulan moral, kepribadian, dan intelektualitas. Melanjutkan reformasi
birokrasi dan lembaga peradilan dengan memperbaiki sistem rekrutmen
dan pemberian sanksi-penghargaan, serta penataan jumlah pegawai negeri
dan memfokuskan pada posisi fungsional, untuk membangun birokrasi
yang bersih, kredibel, dan efisien. Penegakan hukum yang diawali dengan
membersihkan aparat penegaknya dari perilaku bermasalah dan koruptif.
Mewujudkan kemandirian dan pemberdayaan industri pertahanan nasional.
Mengembangkan otonomi daerah yang terkendali serta berorientasi pada
semangat keadilan dan proporsionalitas melalui musyawarah dalam
lembaga-lembaga kenegaraan di tingkat pusat, propinsi dan daerah.
Menegaskan kembali sikap bebas dan aktif dalam mengupayakan stabilitas
kawasan dan perdamaian dunia berdasarkan prinsip kesetaraan, saling
menghormati, saling menguntungkan, dan penghormatan terhadap
martabat kemanusiaan. Menggalang solidaritas dunia demi mendukung
bangsa-bangsa yang tertindas dalam merebut kemerdekaannya.
e. Mendorong penciptaan lapangan kerja yang seluas-luasnya serta layak
bagi kemanusiaan untuk menghapuskan kemiskinan dan mendorong
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan melalui program pemberdayaan
masyarakat miskin dan sektor informal. Membangun industri nasional
yang tangguh dan berdaya saing tinggi, berbasis SDM berkualitas dan
kemampuan inovasi teknologi yang memadai dalam rangka mencapai
kemndirian bangsa. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah
tinggi untuk mewujudkan pembangunan lestari dengan melakukan
integrasi antar sektor serta pembangunan berbasis wilayah dan potensi
regional yang berbasis pada masyarakat luas. Membatasi tindakan
spekulasi, monopoli dan kriminal ekonomi yang dilakukan oleh penguasa
modal dan sumber-sumber ekonomi lain untuk menjamin terciptanya
kesettaraan bagi seluruh pelaku usaha demi terwujudnya ekonomi
egaliterian
T : Apa saja Kegiatan Dakwah pada DPP Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dari periode 2007 – 2009?
J : Bentuk Kegiatan Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
antara lain:
f. Dakwah Fardiyah, yaitu menjalin hubungan baik secara pribadi yang
berdampak kepada ketertarikan kepada Islam
g. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal nilai-nilai
dasar Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, dan ceramah-ceramah pada
momen-momen seperti maulid Nabi saw.
h. Ta’lim, yaitu usaha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara
rutin, seperti ta’lim fil masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh
tani, ta’lim kaum perkantoran, ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk kaum
muallaf, yasinan, dan jenis ta’lim lainnya.
i. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat
tentang dan kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran, radio,
web, televisi, internet, dan sejenisnya
j. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai Islam
kepada sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang yang tidak
langsung berhubungan dengan dakwah Islam seperti seminar, training,
karangtaruna, klub olahraga, klub pencita alam, klub peminat fotografi,
pertemuan keluarga dan amal khairi lainnya.
T : Bagaimana Aplikasi Manajemen Dakwah DPP Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dari Periode 2007 – 2009?
J : Manajemen dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dirancang dalam setiap
lima tahun sekali dan dapat dilihat di buku Rencana Strategis Partai
Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010.
T : Apa dan Bagaimana Rencana Strategi (Renstra) DPP Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) dari Periode 2007 – 2009?
J : Jawaban tersebut ada di buku “Rencana Strategi (Renstra) DPP Partai
Keadilan Sejahtera (PKS)”
Jakarta, 24 Juni 2009,
Wakil Sekjen DPP PKS
(A. Syarif Hidayatullah) (Dr. Mardani)
Format wawancara dengan Sekretais Departemen Dakwah Dewan Pimpinan
Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS)
Sekretais Departemen Dakwah DPP PKS : Ustadsz. Qodar Slamet
T : Apa saja Kegiatan Dakwah pada DPP Partai Keadilan Sejahtera
(PKS) dari periode 2007 – 2009?
J : Bentuk Kegiatan Dakwah yang dilakukan Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
antara lain:
k. Dakwah Fardiyah, yaitu menjalin hubungan baik secara pribadi yang
berdampak kepada ketertarikan kepada Islam
l. Tabligh, usaha mengajak sekelompok orang untuk mengenal nilai-nilai
dasar Islam, seperti khutbah, tabligh akbar, dan ceramah-ceramah pada
momen-momen seperti maulid Nabi saw.
m. Ta’lim, yaitu usaha untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar Islam secara
rutin, seperti ta’lim fil masajid, ta’lim rutin partai, ta’lim kaum buruh
tani, ta’lim kaum perkantoran, ta’lim remaja masjid, ta’lim untuk kaum
muallaf, yasinan, dan jenis ta’lim lainnya.
n. Dakwah media, usaha untuk membentuk opini umum masyarakat
tentang dan kepada Islam melalu berbagai media, seperti koran, radio,
web, televisi, internet, dan sejenisnya
o. Pertemuan dan aktivitas umum, usaha memasukan nilai-nilai Islam
kepada sekelompok orang yang berada pada bidang-bidang yang tidak
langsung berhubungan dengan dakwah Islam seperti seminar, training,
karangtaruna, klub olahraga, klub pencita alam, klub peminat fotografi,
pertemuan keluarga dan amal khairi lainnya.
T : Bagaimana Aplikasi Manajemen Dakwah pada Departemen Dakwah Dewan
Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Periode 2007-2009
secara spesifik dan seperti apa aspek-asperknya berikut berikan contohnya.
J : Manajemen dakwah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dirancang dalam setiap
lima tahun sekali dan dapat dilihat di buku Rencana Strategis Partai
Keadilan Sejahtera tahun 2005-2010.
Renstra sebagai penjabaran kebijakan dasar, adalah rencana program yang
berskala nasional, menjadi peta jalan yang akan ditempuh partai, merupakan
konsensus dan komitmen bersama mengenai pencapaian visi dan misi
partai, dengan penjelasan sebagai berikut :
d. Pembinaan Kader
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang
dengan dua cara :
3. Kebijakan
a. Pembentukan dan pengokohan lembaga dan jaringan dakwah
Terbentuknya lembaga dakwah, forum majlis ta’lim, dewan
pemakmuran masjid, dan terselenggaranya pelatihan manajemen
lembaga dakwah serta bekerjasama dengan ormas dalam bidang
dakwah minimal pada setiap DPD.
b. Pembentukan pusat kajian Islam dan cabang-cabangnya.
Terbentuknya 1 pusat kajian Islam yang memiliki cabang di tiap
provinsi
4. Pelayanan
a. Pengadaan modul siaran radio, televisi dan rumah produksi untuk
tatsqif kader dan dakwah, yaitu :
Tersusunnya modul siaran radio, televisi dan rumah produksi untuk
tatsqif kader dan dakwah.
e. Pembinaan Pemuda
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang,
dengan cara sebagai berikut :
4. Penyusunan Manhaj Dakwah Pemuda
Tersedianya manhaj dakwah pemuda, tersedianya modul yang
aplikatif dan ter up date setiap setahun, menjadi referensi dalam
program pelatihan pemerintah dan seperti karang taruna.
5. Tersosialisasi dan terimplementasi manhaj dakwah pemuda,
terselenggaranya pelatihan sesuai dengan training need analisis dan
kebutuhan dunia kerja, tersedianya pilot project dakwah pemuda di
setiap DPD terutama di daerah kemenangan PKS pada pilkada,
terevaluasinya program kerja setiap 3 bulan.
6. Pemberdayaan dan optimalisasi peran kader dakwah dalam merekrut
dan mengelola segmen pemuda.
f. Pembinaan Wilayah
Sasarannya adalah terekrutnya kader baru terbina sebanyak 1,6 juta orang,
yaitu melakukan program :
Bi’tsah Murabbi dan tautinud duat keberbagai daerah, agar tersebarnya
para murabbi dan da’i secara merata ke seluruhan Indonesia.
Jakarta, 10 Agustus 2009,
Sekretais Departemen Dakwah DPP PKS
(A. Syarif Hidayatullah) (Ustadz Qodar Slamet)
top related