fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas … · uraian tugas bidang kesiswaan (wks 2)...
Post on 29-Oct-2020
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ( MBS ) DALAM
UPAYA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SURAKARTA TH. 2008/2009
Diajukan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Program Pendidikan Teknik Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan
Oleh :
SARIYANTO
NIM: K 1504037
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH ( MBS ) DALAM
UPAYA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN (SMK) NEGERI 2 SURAKARTA TH. 2008/2009
Oleh:
SARIYANTO
NIM: K 1504037
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim
Penguji Skripsi Program Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta pada :
Hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Suradji, M. Pd.
NIP. 19511013 197803 1 002
Pembimbing II
Taufiq Lilo Adisucipto, S.T, M.T.
NIP. 19760618 200003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Agus Efendi, M.pd. ......................
Sekretaris : Ernawati Sri Sunarsi, S.T,M.Eng. ......................
Anggota I : Drs. Suradji, M. Pd. ......................
Anggota II : Taufiq Lilo Adisucipto, S.T, M.T. ......................
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
ABSTRAK
Sariyanto. IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU SEKOLAH DI SMKN 2 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Desember 2009
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di SMK N 2 Surakarta tahun ajaran 2008/2009, (2) Proses penyusunan program sekolah dalam konteks MBS di SMK N 2 Surakarta, (3) Seberapa besar implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan, tempat dan peristiwa, serta dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive sampling. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara dan analisis dokumen. Validitas data menggunakan trianggulasi data. Sedangkan data dianalisis dengan model interaktif yang terbagi dalam pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa : (1) Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK N 2 Surakarta tahun ajaran 2008/2009 mencakup komponen – komponen terhadap sekolah itu sendiri. Terdapat tujuh komponen sekolah yang dikelola dengan baik dalam rangka MBS yaitu (a) pengelolaan kurikulum dan program pengajaran, (b) pengelolaan tenaga kependidikan, (c) pengelolaan kesiswaan, (d) pengelolaan keuangan, (e) pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, (f) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat (g) pengelolaan pelayanan khusus lembaga pendidikan. (2) Proses penyusunan program sekolah dalam konteks MBS di SMK N 2 Surakarta mengedepankan adanya komunikasi terbuka dan pengambilan keputusan bersama dalam memutuskan suatu kebijakan sekolah. (3) Implementasi Manjemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta terbukti memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan, hal tersebut dapat dilihat dari input, proses, dan output pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
“Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang – orang yang khusuk, (yaitu) orang – orang
yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepadanNya.” ( Q.S. Al Baqarah : 45-46)
“Dan tuhanmu berfirman, berdo’a lah kepadaKu, niscaya akan Ku perkenankan
bagimu.” (Q.S. Al Mukmin : 60)
”Ilmu adalah Senjataku, Sabar adalah Pakaianku, Yakin adalah Kekuatanku,
Kejujuran adalah Kemenanganku, Taat adalah Kecintaanku, Sholat adalah
Kebahagiaanku.”
(Suri Tauladan Rasulullah Saw)
Sesungguhnya Allah Swt tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(Qs. Arro’ad : 11)
Sesunguhnya Sesudah Kesulitan itu ada Kemudahan.
(Qs. An Nashr)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap cinta penulis mempersembahkan
karya ini untuk:
1. Ayah Alm. dan Ibu tercinta.
2. Kakak dan Adikku tercinta
3. Saudara – saudaraku di Jogja, Klaten, Jakarta.
4. Teman Seperjuangan PTB angkatan 2004.
5. Teman – teman karawitan UPKD FKIP UNS
6. Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Kehadirat Allah Swt atas Segala Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis dalam rangka
meyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan
Teknik Sipil/ Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali meneriama bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin meyampaikan ucapan terima
kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Suwachid, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Teknik dan Kejuruan.
3. Bapak Drs. Ag. Thamrin, M.Pd, M.Si selaku Ketua Program
Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan.
4. Bapak Sukatiman, S.T. selaku Pembimbing Akademis penulis.
5. Bapak Drs. Suradji, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan, bimbingan serta Ilmu dalam penyusunan
skripsi.
6. Bapak Taufiq Lilo Adi Sucipto, ST. MT selaku Pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan, Ilmu dan masukan dalam penyusunan
skripsi.
7. Seluruh Dosen Pendidikan Teknik Sipil/ Bangunan atas ilmu dan
bimbingan yang telah diberikan.
8. Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Surakarta.
9. Bapak Sigit Susilo, S.Pd. MT atas waktu dan bantuannya di SMK N
2 Surakarta.
10. Keluarga Besar SMK Negeri 2 Surakarta.
11. Ibu yang telah memberikan Do’a dan Dukungan.
12. Seluruh saudara – saudara ku dan Keluarga ku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
13. Sahabat – sahabat ku dan teman – teman ku PTB, PTM, dan teman
teman UPKD.
Penulis menyadari akan ketidak sempurnaan skripsi ini, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritikan agar penulis dapat selalu memperbaiki
diri. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Amien.
Surakarta, 26 Juli 2010
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................... i
PENGAJUAN...................................................................................... ii
PERSETUJUAN .................................................................................. iii
PENGESAHAN................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................... v
MOTTO .............................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ............................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................ viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .............................. ..……...…………….. 1
A. Latar Belakang Masalah ........... ………………..……... 1
B. Identifikasi Masalah . ........................................................ 6
C. Pembatasan Masalah ....................................................... . 7
D. Perumusan Masalah ………………...………………… . 7
E. Tujuan Penelitian….. ……………………………… ....... 7
F. Manfaat Penelitian…….……………………………… ... 8
BAB II LANDASAN TEORI……...….…………………………… .. 9
A. Tinjauan Pustaka……...…………………………………. 9
1. Tinjauan Manajemen……......…………… ............... 9
2. Tinjauan Manajemen Pendidikan ………… ............. 12
3. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ......... 13
4. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah ………. 20
5. Penyusunan Program Sekolah dalam Konteks MBS.. 23
6. Tinjauan Mutu Pendidikan .......................... .............. 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
7. Tinjauan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) .......... 27
8. Deskripsi SMK Negeri 2 Surakarta............................ 30
B. Hasil Penelitian yang Relevan.......................................... . 31
C. Kerangka Berfikir.…………………………………... ...... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……...…………………… .. 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian..………...………………… 35
B. Bentuk dan Strategi Penelitian..………..……………… ... 36
C. Sumber Data...……....………….……………………… .. 37
D. Teknik Sampling…….......……………………………… . 38
E. Pengumpulan Data……..……………………………… ... 38
F. Validitas Data……...…………………………………… . 40
G. Analisis Data……..…………..………………………… .. .40
H. Prosedur Penelitian……..………….…………………… . 42
BAB IV HASIL PENELITIAN……..……………………………… .. 44
A. Deskripsi Lokasi Penelitian……...…………………… .... 44
1. SMK Negeri 2 Surakarta……………………………... 44
a. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Surakarta…… ... 44
b. Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta...…………… ....... 48
c. Kurikulum yang pernah di Berlakukan
di SMK N 2 Surakarta ………....…………… ........ 49
d. Visi dan Misi SMK N 2 Surakarta………… ........... 49
e. Fasilitas SMK N 2 Surakarta…………………… ... 50
B. Diskripsi Hasil Penelitian………...…..……………… ..... 50
C. Temuan Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori... . 71
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………… ..... 81
A. Kesimpulan .................................................................... 81
B. Implikasi ........................................................................ 83
C. Saran .............................................................................. 83
DAFTAR PUSTAKA…………………………….....………………… 85
LAMPIRAN……………….....………………………………………... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian .......................................... 36
Tabel 2. Kisi – kisi Pedoman Wawancara ........................................ 87
Tabel 3. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Surakarta ..................... 97
Tabel 4. Struktur Organisasi Bidang Kurikulum .............................. 98
Tabel 5. Uraian Tugas dan Wewenang (WKS1) .............................. 99
Tabel 6. Struktur Organisasi Bidang Kesiswaan (WKS 2) ............... 101
Tabel 7. Uraian Tugas Bidang Kesiswaan (WKS 2) ......................... 102
Tabel 8. Struktur Organisasi Bidang Sumber Suber Daya ................ 108
Tabel 9. Uraian Tugas dan Wewenang (WKS 3) ............................. 109
Tabel 10. Struktur Organisasi Bidang Hubungan Industri (WKS 4) ... 112
Tabel 11. Uraian Tugas Jabatan (WKS 4) ......................................... 113
Tabel 13. SMM ISO 9001 : 2000 ....................................................... 115
Tabel 14. Struktur Organisasi Tata Usaha SMK N 2 Surakarta .......... 117
Tabel 15. Uraian Tugas (Job Discription) Pegawai tata Usaha (PNS)
SMK N 2 Surakarta ........................................................... 116
Tabel 16. Daftar Pengguna Bengkel dan Ruang SMK N 2 Surakarta . 119
Tabel 17. Jadwal Pelajaran Siang SMK N 2 Surakarta ....................... 120
Tabel 18. Jadwal Pelajaran SMK N 2 Surakarta ................................ 121
Tabel 19. Daftar Guru SMK N 2 Surakarta ........................................ 123
Tabel 20. Daftar peserta seminar ....................................................... 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berfikir.............................................................. 34
Gambar 2. Proses Analisis Interaktif
(Sumber:H.B. Sutopo, 2002 : 96) ………… .................... 42
Gambar 3. Profil Sekolah .................................................................. 126
Gambar 4. Gambar Dokumentasi ...................................................... 132
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Kisi – kisi Pedoman Wawancara ............................... 87
Lampiran II Pedoman Wawancara ............................................... 89
Lampiran III Arsip dan Dokumen SMK Negeri 2 Surakarta. ......... 97
Lampiran IV Profil Sekolah ........................................................... 126
Lampiran V Daftar peserta seminar .............................................. 127
Lampiran VI Surat Permohonanan Ijin Menyusun Skripsi Kepada
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ...... 128
Lampiran VII Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan .............................................................. 129
Lampiran IX Surat Permohonan ijin Research Dari Dinas Dikpora
Kota Surakarta .......................................................... 130
Lampiran X Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan
Penelitian/Survey/Pengumpulan data di SMK
Negeri 2 Surakarta .................................................... 131
Lampiran XI Gambar Dokumentasi ............................................... 132
Lampiran XII Catatan Lapangan ..................................................... 133
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai
permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan
manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam
era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam
persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Permasalahan yang sedang
dihadapi di dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan
pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan
memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas mutu
pendidikan, namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan, bahkan masih banyak kegagalan dalam implementasinya di
lapangan. Kegagalan demi kegagalan antara lain disebabkan oleh masalah
manajemen yang kurang tepat, penempatan tenaga yang tidak sesuai dengan
bidang keahlian, dan penanganan masalah bukan oleh ahlinya, sehingga tujuan
pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan
mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat diwujudkan.
Selain itu sedikitnya ada tiga faktor yang dapat menjelaskan mengapa
upaya perbaikan mutu pendidikan selama ini tidak mengalami peningkatan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
merata. Faktor pertama, kebijakan dan penyelenggaraaan pendidikan nasional
menggunakan pendekatan education production fungtion atau input – output
analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen. Pendekatan ini melihat bahwa
lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi
semua input berupa masukan yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut,
maka lembaga ini akan menghasilkan ouput berupa keluaran yang dikehendaki.
Pendekatan ini menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan
guru, pengadaan buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana serta prasarana
pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan berupa keluaran (output)
secara otomatis akan terjadi. Dalam kenyataannya, mutu pendidikan yang
diharapkan tidak terjadi, di karenakan selama ini dalam menerapkan pendekatan
education product function terlalu memusatkan pada masukan pendidikan dan
kurang memperhatikan proses pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat
menentukan output pendidikan.
Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara
birokratik – sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara
pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur
yang sangat panjang dan kadang – kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak
sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan
kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan
lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan
pendidikan pendidikan nasional.
Faktor ketiga, peranserta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat
selama ini pada umumnya lebih banyak bersifat dukungan input yaitu berupa dana
pendidikan, bukan pada proses pendidikan (pengambilan putusan, monitoring,
evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan akuntabilitas, sekolah tidak
mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaaan
pendidikan kepada masyarakat, khususnya orangtua siswa, sebagai salah satu
unsur utama yang berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor masukan
pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan.
masukan pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas - batas
tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu
pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to
improve student achievement). Disamping itu mengingat sekolah sebagai unit
pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak
didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan
yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam
melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu
pendidikan. Hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai
keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya
sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.
Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan
mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara
Nasional (Benchmarking), untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan
peningkatan mutu pendidikan. Pemikiran ini telah mendorong munculnya
pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa
mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan
pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan Manajemen Peningkatan
Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah atau istilah yang dipakai sekarang adalah
Manejemen Berbasis Sekolah (School Based Management).
Melihat kondisi tersebut, maka untuk merealisasikan Undang – undang
Nomor 22 dan 25 tahun 2000 tentang otonomi daerah, yang secara langsung
berpengarung terhadap kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pendidikan, maka perlu dilakukan manajemen yang tepat dan pengembangan
sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan lapangan. Hal tersebut sejalan
dengan Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 (UU
Sisdiknas), yang menuntut penataan manajemen dalam berbagai jalur dan jenjang
pendidikan yang sebelumnya wewenang pusat, maka wewenangnya bergeser pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sekolah dibawah koordinasi dan pengawasan pemerintah daerah Kota dan
Kabupaten.
Perubahan manajemen pendidikan dari manajemen berbasis pusat
(sentralistik) menuju manajemen berbasis sekolah (desentralistik) pada dasarnya
akan memberikan otonomi lebih besar kepada kepala sekolah untuk
menyelenggarakan atau mengatur rumah tangganya sendiri serta diberi
kewenangan untuk membuat keputusan tingkat sekolah, sehingga
kemandiriannya, sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan program –
programnya yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimilikinya.
Pada konsep MBS, sekolah dituntut untuk ikut terlibat secara aktif dan
dinamis dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan yaitu secara mandiri,
menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas – prioritas, mengendalikan, dan
mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber – sumber, baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Sekolah diberi kebebasan dan kekuasaan yang
besar disertai seperangkat tanggung jawab, sehingga dalam pelaksanaan MBS,
pendekatan sentralistik masih diperlukan, terutama untuk menentukan kurikulum
pendidikan nasional dan menetapkan anggaran agar dapat dicapai kesamaan dan
pemerataan standar pendidikan di seluruh wilayah tanah air. Dalam konsep MBS,
sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan mikro
pendidikan serta memahami kondisi lingkungannya (kelebihan dan kekurangan)
untuk selanjutnya melalui proses perencanaan, sekolah harus
memformulasikannya kedalam kebijakan mikro dalam bentuk program – program
prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan
sesuai dengan visi dan misinya masing – masing. Dalam pengimplementasiannya,
sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan
permasalahan administrasi, keuangan, dan fungsi setiap personel sekolah di dalam
kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Dengan
demikian terdapat beberapa fungsi yang didesentralisasikan dimana terdapat
pergeseran atau pengalihan kewenangan dari Dinas Diknas ke tingkat sekolah.
Manajemen berbasis sekolah merupakan alternatif baru dalam
manajemen pendidikan yang lebih menekankan pada kemandirian dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
memenuhi segala kebutuhan serta kemandirian dalam mengambil keputusan
secara pertisipatif dengan melibatkan orang tua siswa. Model ini akan
menyerahkan fungsi kontrol yang berada pada pemerintah kepada masyarakat
melalui komite sekolah, serta fungsi monitor tetap pada pemerintah. Hal ini
memungkinkan adanya kejasama yang erat antara staf sekolah, kepala sekolah,
guru, personel lain dan masyarakat dalam upaya pemerataan, efisiensi, efektifitas,
dan peningkatan kualitas, serta produktifitas pendidikan. Proses pengambilan
keputusan melibatkan seluruh warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang –
undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Sekolah yang dikelola dengan MBS akan memerlukan dukungan dan
partisipasi dari orang tua siswa dan masyarakat. Dukungan yang diperlukan tidak
hanya dalam bentuk bantuan keuangan, akan tetapi melalui komite sekolah dan
dewan pendidikan ikut merumuskan program – program yang akan dilaksanakan
sekaligus mengontrol kegiatan tersebut guna meningkatkan mutu sekolah.
Bersama – sama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah harus berbuat
keputusan, mengatur segala prioritas ke dalam program – program sekolah.
Kepala sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang
mewakili berbagai kelompok yang berbeda dalam masyarakat sehingga tercipta
komunikasi terbuka dan pengambilan keputusan bersama dari masing – masing
pemegang peran dalam merumuskan suatu kebijakan.
SMK N 2 Surakarta merupakan salah satu SMK di Surakarta yang
menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS). SMK N 2 Surakarta
tergolong SMK favorit di Surakarta. Dengan MBS diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia serta meningkatkan
kepedulian warga dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
Implementasi MBS di SMK N 2 Surakarta nampaknya cenderung masih
mengalami beberapa kendala di lapangan. Persoalan yang muncul adalah kesiapan
personil - personil sekolah yang nampaknya belum sepenuhnya memiliki kesiapan
untuk melaksanakan inovasi pembaharuan yang akan mengubah pola dan sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
manajemen sekolah tersebut. Selain itu peran serta orang tua murid yang
cenderung belum sepenuhnya berperan aktif untuk ikut dalam perumusan program
sekolah. Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan
berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan dan program - program sekolah yang
seharusnya dirumuskan melalui komunikasi terbuka dan pengambilan keputusan
bersama nampaknya cenderung masih diwarnai oleh pola kebiasaan lama.
Berdasarkan permasalahan yang di paparkan di atas, disini peneliti tertarik
untuk mencoba meneliti tentang Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) Dalam Upaya Peningkatakan Mutu Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta
Tahun 2008/2009.
B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan uraian pada latar belakang diatas, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia nampaknya masih
banyak mengalami kegagalan dalam implementasinya.
2. Kebijakan dan program - program sekolah yang seharusnya dirumuskan
melalui komunikasi terbuka dan pengambilan keputusan bersama dalam
pelaksanaannya ada kecenderungan masih diwarnai oleh pola kebiasaan
lama.
3. Adanya keragaman potensi anak didik, kondisi lingkungan yang berbeda
satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam
melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan mutu pendidikan.
4. Kesiapan personil – personil sekolah di SMK N 2 Surakarta ada
kecenderungan belum sepenuhnya memiliki kesiapan untuk melaksanakan
inovasi pembaharuan yang akan mengubah pola dan sistem manajemen
sekolah tersebut.
5. Selain itu peran serta orang tua murid cenderung belum menampakkan peran
aktifnya untuk ikut dalam perumusan program sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan untuk mengarahkan jalanya
penelitian, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK Negeri 2
Surakarta. Meliputi manajemen kurikulum dan program pengajaran,
manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen
keuangan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen
hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus
lembaga pendidikan.
2. Proses penyusunan program sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta dalam
konteks MBS.
3. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam meningkatkan
mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
D. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK
Negeri 2 Surakarta ?
2. Bagaimanakah proses penyusunan program sekolah di SMK Negeri 2
Surakarta dalam konteks MBS ?
3. Seberapa besar Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat
meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak di capai dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di
SMK Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui proses penyusunan program sekolah di SMK Negeri 2
Surakarta dalam konteks MBS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Untuk mengetahui seberapa besar Implementasi Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2
Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Untuk memperkaya khasanah penelitian di bidang pendidikan khususnya yang
berhubungan dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam upaya
meningkatkan mutu Sekolah Menengah Kejuruan.
b. Sebagai bahan pembanding, pertimbangan dan pengembangan pada penelitian
sejenis untuk masa yang akan datang.
2. Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharap dapat dijadikan masukan untuk lebih mendorong
keberhasilan program Manajemen Berbasis Sekolah.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai studi pendalaman tentang Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
c. Bagi Departemen Pendidikan
Sebagai sumbangan pemikiran dalam pengimplementasian program
Manajemen Berbasis Sekolah ( MBS ) di masa mendatang .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Istilah manajemen berasal bahasa Inggris yaitu “ to manage” yang dalam
arti sempit yaitu mengatur dan mengelola, sedangkan dalam arti luas berarti suatu
proses mengendalikan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Jadi
istilah manajemen mengandung pengertian sebagai suatu proses kegiatan
(manajer) untuk mengendalikan suatu usaha guna mencapai tujaun yang telah
ditentukan sebelumnya. Menurut Koontz dan weihrich dalam Sudarwan Danim
(2006:32) mengemukakan definisi manajemen sebagai “The process of designing
maintaining an environment in Which individuals, working together in groups,
efficiently accomplish selected aims.” Lebih lanjut Scanlan dan Key dalam
Sudarwan Danim (2006:32) mendefinisiakn manajemen sebagai proses
pengkoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas,
maupun sumber daya tenikal lain untuk mencapai aneka tujuan khusus yang
ditetapkan. Menurut Bafadal Ibrahim (2005:1) yang mengutip dari George R.
Tery dan Lesis W. Rue bahwa manajemen adalah suatu proses atau langkah kerja
yang melibatkan bimbingan atau maksud – maksud yang nyata.
Sedangkan Bafadal Ibrahim (2005:39) mengutip dari Sergiovani,
Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) mendefinisikan bahwa manajemen
sebagai process of working with through others to accomplish organization goals
efficiencly, yaitu proses keja dengan melalui (mendayagunakan) orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi secara efisien. Lebih lanjut menurut Bafadal Ibrahim
(2005:39) yang mengutip dari Gorton (1976) mengemukakan bahwa manajemen
merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas – tugas
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dari pengertian di atas dapat diatarik kesimpulan bahwa manajemen
merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang didalamnya terdapat upaya untuk mengkoordinasi semua
sumberdaya untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Tujuan Manajemen
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai oleh setiap manusia,
begitu pula dengan manajemen, bahwa keberadaan manajemen memiliki tujuan
tertentu. Tujuan manajemen adalah terselenggaranya keseluruhan program kerja
secara efektif dan efisien. Adapun tujuan manajemen menurut Sulistyo dkk
(2003:3) adalah :
1. Untuk mencapai keteraturan, kelancaran dan kesinambungan usaha, dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Untuk mencapai efisiensi, yaitu suatu perbandingan terbaik antara usaha
dengan hasil antara input dengan output.
Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen mengambil dua bidang sasaran yaitu:
1. Sumber daya manusia (human resources), bentuk kegitannya berupa
memimpin, memotivasi, menjuruskan, menertipkan orang – orang agar
aktivitasnya dapat merupakan indikator dicapainya tujuan.
2. Fasilitas (non human resources), bentuk kegiatan berupa upaya untuk
menghimpun dan mengendalikan alat – alat, benda – benda, ruang waktu,
dan metode kerja yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.
c. Fungsi – fungsi Manajemen
Fungsi – fungsi manajemen adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan
manajer dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai pejabat manajemen, baik
pejabat manajeman tingkat atas, tingkat menengah ataupun tingkat bawah terlepas
dari organisasi besar atau kecil. Jadi fungsi ini merupakan kegiatan yang
dilakukan dalam keadaan apa saja, dan oleh siapa saja yang mempunyai predikat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
manajer. Hal ini kiranya tidak mengherankan, karena bagaimanapun sifat yang
hendak dicapai organiasasi, corak kegiatan manajemen itu pasti selalu ada.
Menurut G.R. Terry (2005:9) fungsi – fungsi manajemen terdiri dari :
1. Planing Yaitu menentukan tujaun – tujuan yang hendak dicapai selama satu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan – tujaun tersebut.
2. Organizing Adalah pengelompokan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan itu.
3. Staffing Yaitu menentukan keperluan keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4. Motifating Adalah pengarahan atau penyaluran perilaku manusia kearah tujuan –
tujuan. 5. Controlling Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan –tujuan, menentukan sebab
penyimpangan – penyimpangan dan mengambil tindakan – tindakan korektif. Menurut Bafadal Ibrahim (2005:40) yang mengutip dari Gorton (1976)
mengidentifikasi fungsi – fungsi manajemen sebagai berikut :
1. identifikasi masalah 2. diagnosis masalah 3. penetapan tujuan 4. pembuatan keputusan 5. perencanaan 6. pengorganisasian 7. pengkoorganisasian 8. pendelegasian 9. penginisasian 10. pengkomunikasian 11. kerja dengan kelompok – kelompok 12. penilaian
Lebih lanjut menurut Bafadal Ibrahim (2005:40) yang mengutip dari
sergiovanni dkk (1987) dalam mengemukakan fungsi – fungsi manajemen
meliputi perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pengerahan
(leading), dan pengawasan (controling).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sekilas apa yang dikemukakan oleh sergiovanni dkk tentang fungsi
menajemen berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Gorton. Namun bila
dikaji secara seksama, ternyata keduanya sama. Dengan demikian, kedua belas
langkah manjemen yang dikemukakan Gorton dapat disederhanakan menjadi
empat langkah manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengawasan.
2. Tinjauan Manajemen Pendidikan
Manajemen pendidikan menurut Redja Mudyahardjo (2002:105) adalah
studi tentang bagaimana cara-cara yang sebaiknya ditempuh untuk mengatur
penyelenggaraan peristiwa-peristiwa pendidikan disebuah satuan pendidikan
(pendidikan mikro) atau sebuah satuan agregat satuan-satauan pendidikan
(pendidikan makro).
Lebih lanjut Mulyasa (2005:19) yang mengutip dari Gaffar menegaskan
bahwa "Manajemen pendidikan merupakan suatu proses kerjasama yang
sistematis, sistemik, dan komprebensif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional".
Definisi lain mengenai manajemen yang dikemukakan oleh Campell dkk
yang dikutip oleh Willem Mantja (2000:92) menyebutkan bahwa "Manajemen
pendidikan adalah manajemen kelembagaan yang bertujuan untuk menunjang
perkembangan pengajaran dan pembelajaran".
Mulyasa (2004:19) yang mengutip dari Engkoswara (2001:2)
mengemukakan bahwa manajemen pendidikan dalam arti seluas – luasnya adalah
suatu ilmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan bagaimana menciptakan suasana
yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati
bersama.
Dari berbagai pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen pendidikan merupakan penerapan hasil berfikir rasional untuk
mengorganisasikan kegiatan yang menunjang belajar dan pembelajaran guna
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Manajemen pendidikan dalam sebuah satuan pendidikan disebut sebagai
manajemen sekolah (School Management), yang merujuk pada proses kerja
manajerial dalam rangka mengkoordinasikan dan mengintegrasikan semua
sumber daya yang ada. Baik manusia, material, fasilitas, atau teknikal dalam
rangka penyelenggaraan pendidikan. Subtansi manajemen sekolah meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pengendalian yang bermuara
pada satu kegiatan inti yaitu proses pendidikan anak didik.
Manajemen sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan
menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu
mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan
kualitas pendidikan harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah,
disamping peningkatan kualitas dan pengembangan sumber belajar.
3. Tinjauan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
a. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Secara umum, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dapat diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada kepala
sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan
secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan
orang tua siswa, dan masyarakat) untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional.
Suatu definisi MBS yang dikemukakan oleh Larry Kuehn dalam "ERIC
Clearinghouse on Educational Management” mengatakan bahwa nama untuk
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) sebagai terjemahan dari School Based
Mangement (SBM) dapat didefinisikan sebagai suatu proses kerja komunitas
sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas,
partisipasi, dan sustainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran secara bermutu. (Sudarwan Danim, 2006: 33).
Berdasarkan rumusan tersebut maka terkandung beberapa maksud
mengenai manajemen berbasis sekolah adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Manajemen lokal sekolah (local management of school) atau otonomi
sekolah secara lokal (locally-autonomous schools), dimana sekolah
memiliki otonomi pengelolaan pada tingkat kompleks (building level) atau
kompleks sekolah.
Program internal sekolah dirancang dan dimplementasikan sendiri sesuai
dengan potensi yang dimiliki dan yang mungkin diakses oleh lembaga.
2) Pembagian kewenangan dalam pembuatan keputusan (shared decision
making), dimana Dinas Diknas melimpahkan sebagian kewenangannya
selama ini ketingkat sekolah, baik secara langsung maupun melalui komite
Sekolah.
3) Pengelolaan sekolah secara mandiri (self-managing Schools). Sekolah
memiliki kewenangan mengelola diri dalam lingkup yang cukup luas
untuk menyusun perencanaan, program, penganggaran, dan implementasi.
4) Sekolah dengan penentuan pengelolaan secara mandiri (self-determining
school). Sekolah memiliki kewenangan untuk ”menentukan nasib sendiri”,
dimana sekolah memiliki kewenangan untuk mandiri atau menentukan
nasib sendiri misalnya mengenai standar prestasi, program unggulan,
muatan lokal, kalender belajar, program-program khusus, dan sebagainya.
5) Manajemen sekolah yang bersifat partisipatori (school participatory
management), tempat untuk dapat menciptakan kondisi sekolah yang
efektif diperlukan partisipasi semua komunitas sekolah.
6) Devolusi (devolution), berupa perubahan pengelolaan sekolah dari banyak
yang tergantung pada instansi di atasnya menjadi dikelola dengan
kemandirian tertentu sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan komunitas
sekolah dan masyarakat sekitarya.
7) Desentralisasi pengelolaan sekolah (school decentralization), yaitu meski
sekolah merupakan sub sistem dan sistem pendidikan nasional sebagian
program yang selama ini banyak dipandu dari instansi di atasnya dikelola
dengan cara didesentralisasikan atau dilaksanakan secara mandiri.
8) Restrukturisasi sekolah (restructured schools), yaitu perubahan struktur
sekolah dari tidak lebih sebagai perpanjangan tangan unit birokrasi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
atasnya ke lembaga akademik yang tidak terlalu diikat oleh kaidah-kaidah
kerja birokrasi pendidikan.
9) Sekolah berbasis swakelola atau penyelenggaraan sekolah secara mandiri
(self goverming), dimana sebagian program sekolah ini
direncanakan, didanai, dilaksanakan, dan dievaluasi sendiri
keberhasilannya.
Menurut Sudarwan Danim (2006: 34), ”MBS didefinisikan sebagai
desentralisasi kewenangan pembuatan keputusan pada tingkat sekolah”. Dimana,
pembuatan keputusan merupakan inti dan keseluruhan proses dan substansi tugas
dari manajemen sekolah. Lebih lanjut Lori Jo Oswald dalam Sudarwan Danim
(2006: 35) mengatakan ”School-based management can be defined as the
decentralization of decision-making authority to the school site”.
Sedangkan menurut Mulyasa (2005: 24), ”MBS merupakan paradigma
baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (perlibatan
masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional”.
Definisi lain mengenai MBS menurut Malik Fajar (2005: 77), ”MBS
merupakan bentuk altematif sekolah dalam melakukan program 'desentralisasi' di
bidang pendidikan, yang ditandai dengan otonomi luas di tingkat sekolah,
partisipasi masyarakat yang tinggi tanpa mengabaikan kebijakan pendidikan
nasional”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa MBS adalah desentralisasi
kewenangan pembuatan keputusan di tingkat sekolah yaitu dengan memberikan
otonomi luas di tingkat sekolah (perlibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan
pendidikan nasional. Sekolah diberikan kebebasan, kekuasaan, dan keleluasaan
yang disertai dengan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya dan sumber
dana sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mengakomodasi seluruh
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal ini dapat dijadikan
landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan
berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. MBS yang ditandai
dengan otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Model MBS yang diterapkan di
Indonesia adalah MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu. Berbasis Sekolah).
Berikut dikemukakan tujuan dari penerapan MBS menurut Depdiknas (2001:4)
adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah, kepala. sekolah, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Menurut Mulyasa (2005:25) Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.
adalah ”Agar sekolah dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja mutu
sekolah, dengan menyediakan layanan pendidikan yang komprehensif dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat”.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk memandirikan
atau memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, keluwesan, dan
sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah. (Eman Suparman, 2001:
http://www.depdiknas.go.id).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa MBS merupakan
model pengelolaan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu. Mutu yang
dimaksud bukan hanya mutu lulusan yang diwujudkan dalam bentuk prestasi
belajar, melainkan juga mutu pelayanan yang diberikan sekolah, mutu proses
pembelajaran, mutu masukan dan lain-lain sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kinerja sekolah dengan memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada para pengguna atau masyarakat yaitu penyediaan pelayanan pendidikan
secara komprehensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Alasan Diterapkannya MBS
Menurut Depdiknas (2001:5) “ MBS diterapkan karena beberapa alasan
berikut :
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi dirinya, sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3) Pengambilan keputusan yang dilakukan sekolah lebih cocok untuk
memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu apa
yang terbaik bagi sekolahnya.
4) Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat setempat.
5) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
6) Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing –
masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada
umumnya, sehingga dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk
melaksanakan dan sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan.
7) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah –
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya – upaya
inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan
pemerintah daerah setempat.
8) Sekolah dapat cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang
berubah dengan cepat.
d. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh sekolah yang akan
menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses dalam menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
MBS, maka beberapa karakteristik MBS perlu dimiliki. Berbicara mengenai
karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah efektif
(effective school). Jika MBS merupakan wadah / kerangkanya, maka sekolah
efektif merupakan isinya.
Maka tugas-tugas manajemen sekolah ditetapkan menurut karakteristik
dan kebutuhan sekolah itu sendiri. Karakteristik MBS bisa diketahui dari
bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses
belajar - mengajar, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan sumber
daya dan administrasi.
Menurut Depdiknas (2001:11-20) bahwa karakteristik MBS memuat
secara inklusif elemen – elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi
input, proses dan out put, berikut ini akan di uraikan mengenai karakteristik MBS.
1.) Output yang diharapkan Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen sekolah. Pada umumnya, output dapat menjadi dua, yaitu output berupa prestasi akademik. Output prestasi akademik misalnya, NEM, lomba karya ilmiah remaja, dll. Output non – akademik, misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, dll.
2.) Proses a.) Proses belajar mengajar yang efektifitasnya tinggi b.) Kepemimpinan sekolah yang kuat c.) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib d.) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif e.) Sekolah Memiliki Budaya Mutu. f.) Sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis.
g.) Sekolah memiliki kewenangan (Kemandirian). h.) Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan mayarakat i.) Sekolah memiliki keterbukaan (Transparansi) Manajemen j.) Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik) k.) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan.
l.) Sekolah responsif dan Antisipatif terhadap kebutuhan m.) Komunikasi yang baik n.) Sekolah memiliki Akuntabilitas
3.) Input Pendidikan a.) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas b.) Sumberdaya tersedia dan siap c.) Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi d.) Memiliki harapan dan Prestasi yang tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
e.) Fokus pada pelanggan (Khususnya Siswa) f.) Input manajemen
Sedangkan menurut (Nurkolis,2002:http://www.kompas.com/nurkolis.html)
mengemukakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki delapan
krakteristik dalam hal :
1) Misi Sekolah 2) Hakekat aktivitas-aktivitas sekolah 3) Startegi-strategi manajemen 4) Penggunaan sumber-sumber daya 5) Perbedaan-perbedaan peran warga sekolah 6) Hubungan antar manusia 7) Kualitas para administrator 8) Indikator-indikator efektivitas
Selanjutnya Menurut Mulyasa (2004:35-37) yang mengutip dari Sand
menyatakan bahwa karakteritik dasar MBS adalah sebagai berikut :
1) Pemberian Otonomi Luas Kepala Sekolah MBS memberikan otonomi atau kebebasan kepada sekolah
dalam mengelola rumah tangganya dengan disertai tanggung jawab. Sekolah dapat mengelola sumber daya, mengembangkan strategi dan berhak untuk membuat kebijakan-kebijakan sendiri yang sesuai dengan kondisi setempat dengan tetap berpedoman pada kebijakan nasional. Hal ini membutuhkan dukungan para stakeholder, yang meliputi: pemerintah daerah, komite sekolah (kepala sekolah, guru, orang tua siswa, tokoh masyarakat), serta siswa. Pemberian otonomi yang luas kepada sekolah mempunyai harapan agar sekolah dapat meningkatkan kinerjanya, terutama kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsional dan profesional.
2) Partisipasi Masyarakat dan orang Tua MBS tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya partisipasi aktif
dari masyarakat dan orang tua siswa. Dalam MBS terdapat komite sekolah dan dewan. pendidikan sebagai sarana bagi masyarakat dan orang tua siswa untuk ikut berpartisipasi dalam pendidikan yaitu dapat ikut serta merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah. 3) Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional.
Kepala sekolah merupakan pimpinan sekolah yang memiliki tugas untuk mengatur dan mengambil keputusan dalam setiap kebijakan. Dalam MBS, seorang kepala sekolah yang berperan sebagai pemimpin bagi warga sekolah dalam mengambil suatu keputusan menggunakan pola buttom-up secara demokratis, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang telah ditetapkan. Para guru yang ada pada suatu sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
juga merupakan tenaga profesioanal yang turut berperan dalam keberhasilan suatu pendidikan. 4) Team Work yang tinggi dan Profesional.
Program-program sekolah yang telah disusun akan berhasil manakala. dalam pelaksanaannya terdapat adanya kerjasama antar kelompok (team-work) yang baik. Team work yang ada dalam pelaksannan MBS merupakan tim yang bekerja secara profesioanal dimana dalam melaksanakan pekerjaan mereka tidak saling menunjukkan kekuasaan serta jasa mereka masing-masing, akan tetapi mereka berusaha memberikan konstribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh.
e. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
Menurut Mulyasa (2005: 39-53), hal-hal yang paling penting
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap
komponen-komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen
sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu: kurikulum
dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan
prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta
manajemen layanan khusus lembaga pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan
diuraikan sebagai berikut :
1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran Pengelolaan kurikulum mencangkup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan silabus (memperdalam, memperkaya, memodifikasi), namun telap dalam koridor isi kurikulum yang berlaku nasional. Daerah dan sekolah diberi kebebasan untuk mengembangkan silabus mata pelajaran katerampilan pilihan (muatan lokal).
2) Manajemen tenaga kependidikan Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personalia) mencakup perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan penilaian pegawai. Pengelolaan. Ketenagaanterdiri atas analisis kebutuhan, perencanaan, rekruitmen, pengembangan, hadiah (reward), dan sanksi (punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga kependidikan (guru dan non guru) dapat dilakukan oleh sekolah dan daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing, kecuali yang menyangkut imbal jasa (gaji), dan rekruitmen pegawai negeri masih ditangani oleh pusat.
3) Manajemen kesiswaan. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Manajemen kesiswaan memiliki tugas utama yang.perlu diperhatikan antara lain penerimaan murid baru, pengembangan peserta didik, kemajuan kegiatan belajar.
4) Manajemen keuangan Keuangan dan pembiayaan, merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Dalam implementasi MBS, menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana tersebut secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian, dan penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah di bawah pimpinan dan koordinasi kepala sekolah, karena sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya.
5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. Pengelolaan fasilitas yang mencangkup pengadaan, pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan merupakan kewenangan sekolah.
6) Manajemen pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat Sekolah diberi kebebasan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat. Kerjasama antar keduanya sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan operasional baik moral maupun finansial.
7) Manajemen layanan khusus lembaga pendidikan Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien.
f. Fungsi – Fungsi yang Didesentralisasikan ke Sekolah
Peningkatan mutu pendidikan di sekolah perlu didukung kemampuan
manajerial para kepala sekolah. Sekolah perlu berkembang maju dari tahun ke
tahun. Karena itu hubungan baik antar guru perlu di ciptakan agar tercipta iklim
dan suasana kerja yang kondusif dan menyenangkan. Demikinan halnya dengan
penampilan fisik dan manajemen sekolah perlu dibina agar sekolah menjadi
lingkungan pendidikan yang dapat menumbuhkan kreativitas, disiplin,dan
semangat belajar peserta didik. Dalam manajemen berbasis sekolah ini diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sekolah dapat bekerja dalam fungsi – fungsi yang sudah ditentukan. Menurut
Depdiknas (2001:21 - 24) ada beberapa fungsi yang didesentralisasikan kesekolah
yaitu :
1) Perencanaan dan evaluasi : sekolah diberi kewenangan untuk melakukan perencaan sesusai dengan kebutuhanya (school – based plan). Sekolah diberi wewenang untuk melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan secara internal. Evaluasi ini dilakukan oleh warga sekolah untuk memantau proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program – program yang telah dilaksanakan.
2) Pengelolaan Kurikulum : berdasarkan kurikulum standar yang telah ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum baik dari standar materi dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada mafaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan semua indera dan lapisan otak serta menciptakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu pengetahuan, terampil, memilliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. Untuk melihat proses pencapain kurikulum, siswa harus dinilai melalui proses test yang dibuat sesuai dengan standar nasional dan mencakup berbagai aspek kognitif, affektif dan psikomotor maupun aspek psikologi lainnya. Proses ini akan memberikan masukan ulang secara obyektif kepada orang tua mengenai anak mereka (siswa) dan kepada sekolah yang bersangkutan maupun sekolah lainnya mengenai performan sekolah sehubungan dengan proses peningkatan mutu pendidikan.
3) Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen, pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kerja tenaga sekolah (guru, tenaga administrasi. Laborat, dsb) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut pengupahan/imbal jasa rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini masih ditangani oleh birokrasi diatasnya.
4) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar : Sekolah diberi kebebasan dalam memilih strategi, metode, dan teknik – teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata sumberdaya yang ada di sekolah.
5) Pengelolaan Fasilitas : Pengelolaan fasilitas sekolah sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah. Karena sekolah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas sekolahnya.
6) Pengelolaan Keuangan : Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian/ penggunaan uang sepenuhnya dilakukan oleh sekolah. Dikarenakan sekolah yang lebih tau mengenai kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
7) Pelayanan Siswa : Dalam pelayanan siswa sudah sejak lama didesentralisasikan. Namun perlu adanya peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
8) Hubungan Sekolah dan Masyarakat : Esensi hubungan sekolah dengan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat. Dalam konteks ini hubungan sekolah dan masyarakat sudah didesentralisasikan, oleh karena itu perlu adanya peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
9) Pengelolaan Iklim sekolah (fisik dan Non fisik) yang kondusif – akademik merupakan prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang efektif. Iklim sekolah yang kondusif dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
g. Penyusunan Program Sekolah Dalam Konteks MBS
MBS dapat diimplementasikan secara efektis dan efisien apabila
didukung oleh beberapa sumber yang esensial, seperti : a) sumber daya yang
kompeten dan mempunyai wawasan luas serta dapat tepat waktu sesuai dengan
dinamika sosial masyarakat; b) tersedianya informasi yang akurat dan tepat waktu
untuk menunjang pembuatan keputusan; c) menggunakan manajemen dan
teknologi yang tepat dalam perencanaan; d) tersedianya dana yang memadai untuk
menunjang pelaksanaan. Melalui MBS sekolah memiliki otonomi dalam
penyelenggaraan pendidikan dan kewenangan dalam pengambilan keputusan di
tingkat sekolah yang terkait langsung dengan kebutuhan – kebutuhan sekolah. Hal
ini terkandung maksud bahwa unsur pokok sekolah (constituent) memegang
kontrol yang lebih besar pada setiap kejadian disekolah, maka sekolah lebih
leluasa dalam menetapkan sasaran peningkatan mutu dan menyusun program
sekolah.
Program sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam
pengelolaan MBS. Program sekolah merupakan alokasi sumber daya sekolah
kedalam jadwal waktu yang telah ditentukan sebelumnya, yang disusun oleh
sekolah dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah. Adapun yang terkandung
dalam program sekolah menyangkut visi dan misi sekolah, tujuan sekolah, dan
prioritas sekolah yang akan dicapai, serta strategi – strategi untuk mencapainya.
Dalam kaitanya dengan proses penyusunan program sekolah terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu terciptanya komunikasi yang terbuka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
diantara para pemegang peran dan pengambilan keputusan bersama dibawah
koordinsi kepala sekolah. Hal ini mengikuti pola buttum-up, yaitu kepala sekolah
memberikan wewenang kepada pejabat dibawahnya untuk menyusun program
sesuai dengn job description masing – masing, sehingga dalam menetapkan suatu
program, kepala sekolah tetap memperhatikan kebutuhan dan aspirasi seluruh
komunitas sekolah.
4. Tinjauan Mutu Pendidikan
a. Pengertian Mutu Pendidikan
Menurut (Umaedi, 1999 : http://www.ssep.net/director.html) Dalam
rangka umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu
produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa; baik yang tangible
maupun yang intangible. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal
ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses
pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif,
afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru),
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Sedangkan menurut (Diknas, 2001:25-26), Secara umum, mutu adalah
gambaran karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output
pendidikan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang di maksud berupa
sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan – harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia (kepala
sekolah, guru, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya (peralatan,
perlengkapan, uang, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi
sekolah, peraturan perundang – undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb.
Input harapan-harapan berupa visi,misi,tujuan, dan sasaran – sasaran yang ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat
berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi rendahnya mutu input dapat di
ukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan input, makin
tinggi pula mutu input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang
lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input,
sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan bersekala
mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan
keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses
belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan proses
belajar mengajar memiliki tingkat tertinggi dibandingkan dengan proses – proses
lainnya.
Proses dikatakan bermutu tingggi apabila pengkoordinasian dan
penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang,
peralatan, dsb.) dilakukan secara harmonis, sehingga menciptakan situasi
pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable larning), mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan benar – benar mampu memberdayakan peserta
didik.
Outoput pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah
adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Output
sekolah dapat dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah,
khususnya prestasi siswa, menunjukan prestasi yang tinggi.
Sedangkan dalam Sudarwan Danim, (2006 : 53), manajemen sekolah
dengan rancangan MBS dipandang berhasil jika mampu mengangkat derajat mutu
proses dan produk pendidikan dan pembelajaran. Dalam pengertian umum, mutu
mengandung makna derajat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa
barang atau jasa.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,
proses, luaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat pada dari beberapa
sisi. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia, seperti
kepala sekolah, guru, laboaran, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku – buku, kurikulum,
prasarana, sarana sekolah, dan lain – lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria
masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, struktur organisasi,
deskripsi kerja, dan struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat
harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan, dan cita – cita.
Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan
sumber daya sekolah mentransformasikan multi jenis masukan dan situasi untuk
mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hal – hal yang termasuk
dalam kerangka mutu proses pendidikan ini adalah derajat kesehatan, keamanan,
disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan, dan lain – lain dari subjek
selama memberikan dan menerima jasa layanan.
Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan
akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk
untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik.
Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis ketrampilan yang
diperoleh siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Diluar kerangkan itu,
mutu luaran juga dapat dilihat dari nilai – nilai hidup yang dianut, moralitas,
dorongan untuk maju, dan lain – lain yang diperoleh anak didik selama menjalani
pendidikan.
Mutu sekolah juga dapat dilihat dari tertib administrasinya. Salah satu
bentuk tertib administrasi adalah adanya mekanisme kerja yang efektif dan
efisien, baik secara vertikal maupun horisontal. Dilihat dari perspektif
operasional, manajemen sekolah berbasis MBS dikatakan bermutu jika sumber
daya manusia bekerja secara efektif dan efisien.
Menurut Sudarwan Danim (2006,55) yang mengutip dari pendapat
Edward Sallis (1993) sekolah yang bermutu bercirikan sebagai berikut :
1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dalam makna ada komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
3. Sekolah mempunyai investasi pada sumber daya manusianya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
4. Swakelola mempunyai strategi untuk mencapai kualitas, baik ditingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
5. Sekolah mengelola atau melakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada peistiwa atau kejadian berikutnya.
6. Sekolah mempunyai kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik perencanaan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.
8. Sekolah mendorong orang yang dipandang memiliki kreativitas, maupun menciptakan kualitas, dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertical dan horizontal.
10. Sekolah memilik strategi dan kriteria evaluasi yang jelas. 11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai
sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut. 12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya
kerja. 13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus – menerus
sebagai suatu keharusan.
5. Tinjauan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
a. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Dari berbagai jenis jalur pendidikan tersebut tentulah masing-masing
jalur mempunyai tujuan atau arahan tertentu, sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Begitu juga dengan pendidikan kejuruan, sebagaimana disebutkan dalam
UU “No. 2 Tahun 1989 Bab IV Pasal 11 Ayat 3 tentang Pendidikan Nasional
yang menjelaskan bahwa “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu”.
Menurut Soeharto yang mengutip dari (1988:2) Curtis H dan
Friedenberg, Joan E berpendapat bahwa “ Pendidikan kejuruan adalah pendidikan,
training atau retraining yang mengenai persiapan siswa dalam pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang diperlukan untuk benar - benar bekerja,
memperbaharui keahlian dan pengembangan lanjut dalam pekerjaan’’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Sedangkan Sukamto (1983:12) menyatakan bahwa:
Pendidikan Kejuruan adalah pendidikan yang menyediakan pengalaman, rangsangan, visual, kesadaran afektif, informasi kognitif dan ketrampilan psikomotrik sedemikian rupa sehingga menunjang proses perkembangan vokasional yang terdiri dari penjajahan, pementapan, dan pelestarian dalam meniti karirnya.
“Pendidikan kejuruan ialah pendidikan pada jenjang menengah yang
mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis
pekerjaan” (PP No 29 tahun 1990 Bah I pasal 1 ayal 3).
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2003:1) mempunyai pendapat sebagai
berikut:
Pendidikan Kejuruan” dapat diklasifikasikan ke dalam jenis pendidikan khusus, karena kelompok pelajaran atau program yang disediakan hanya dipilih oleh orang-orang yang memiliki minat khusus untuk mempersiapkan dirinya bagi lapangan pekerjaan di masa yang akan mendatang. Agar lapangan kerja khusus ini sukses, maka pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang di butuhkan di masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan adalah lembaga pendidikan pada jenjang menengah yang menyediakan
pengalaman, rangsangan, visual, kesadaran afektif, informasi kognitif dan
ketrampilan psikomotrik yang tujuan utamanya adalah untuk mempersiapkan
siswannya dalam memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan bidang
keahliannya di masa yang sistem dan menjadi tenaga terampil yang dibutuhkan
masyarakat.
Sekolah menengah kejuruan memiliki perbedaan yang sangat menonjol
dengan sekolah umum. Hal ini sesuai dengan pendapat Yenny Aryanti (2002 : 15)
yang mengutip dari Sukamto menyatakan, terdapat tujuh aspek yang menjadi ciri
khas bagi SMK yaitu:
1) Orientasi Pendidikan 2) Sejalan dengan tujuan SMK yakni menghasilkan lulusan siap kerja,
maka orientasi pendidikan bagi sekolah kejuruan adalah pada lulusan yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada penampilan lulusan pada saat mereka terjun di dunia kerja.
3) Justifikasi Untuk Eksistensi 4) Ini berarti bahwa pada pada dasarnya ketrampilan yang dibekalkan
sekolah kepada para siswanya harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5) Fokus Kurikulum 6) Kurikulum sekolah diarahkan untuk dapat mengembangkan segala
aspek kognisi (pengetahuan), aspek afeksi (tingkah laku), dan aspek psikomotrik (ketrampilan). Sehingga hal ini dapat melancarkan proses belajar dan membantu siswa untuk mengahadapi situasi keraja yang sebenarnya.
7) Kriteria Keberhasilan 8) Siswa SMK yang dapat dikatakan berhasil adalah bila mereka
memenuhi persyaratan kurikuler di sekolah dan juga memperoleh keberhasilan di dunia kerja sesungguhnya.
9) Kepekaan 10) Pendidikan kejuruan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
perkembangan yang terjadi di sekelilingnya. 11) Perbekalan dan Logistik 12) Karena lebih banyak bersifat praktik, maka pendidikan kejuruan
memerlukan banyak peralatan sarana dan prasarana untuk melancarkan program pendidikannya.
13) Hubungan Masyarakat 14) Mengingat mahalnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
menyelenggarakan pendidikan kejuruan maka sekolah harus membina hubungan baik dengan masyarakat, terutama institusi pasangannya.
Disamping mempunyai ciri - ciri tersebut diatas, SMK juga memiliki arti
penting bagi pembangunan bangsa Indonesia. Adapun arti penting pendidikan
kejuruan bagi bangsa Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Garis Besar
Haluan Negara yang dikutip oleh Yenny Aryanti (2002 : 17) adalah sebagai
berikut:
a. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan ketrampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktifitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja. Dalam hubungan ini berbagai tingkat dan jenis pendidikan serta latihan kejuruan dan politeknik, perlu lebih diperluas dan ditingkatkan mutunya dalam rangka mempercepat dipenuhinya kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi pembaharuan di segala bidang.
b. Perlu dilanjutkan dan semakin ditingkatkan usaha-usaha pembinaan secara fungsional dan terintegrasi bidang pendidikan umum dan kejuruan dalam rangka tercapainya suatu Sistem pembinaan pendidikan secara nasional, mantap dan terpadu.
Dari kedua hal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kejuruan merupakan suatu Sistem pendidikan yang dapat menghasilkan output
yang benar-benar telah mempunyai bekal ketrampilan kerja dan mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kesiapan dalam menghadapi segala pembaharuan yang terjadi dalam masyarakat
di sekitarnya.
b. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Berdasarkan keputusan Mendikbud Rl No. 080/U/I993 tentang
kurikulum SMK, tujuan SMK adalah:
1. Menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
2. Menyiapkan siswa agar mampu memiliki karier, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri.
3. Meyiapkan tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha atau industri pada saat ini maupun masa yang akan datang.
4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga yang produktif, adaptif dan kreatif.
6. Deskripsi SMK Negeri 2 Surakarta
a. Visi SMK Negeri 2 Surakarta
Mewujudkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai SMK yang unggul di Era Global.
b. Misi SMK Negeri 2 Surakarta
1) Unggul dalam kepribadian dan pengembangan diri,
2) Unggul dalam ketrampilan dan Teknologi,
3) Unggul dalam kewirausahaan,
4) Unggul dalam kemandirian
c. Fasilitas SMK Negeri 2 Surakarta
Sekolah terletak di dalam kota Surakarta di komplek persekolahan / di
lingkungan persekolahan, lokasi sangat strategis dan dekat dengan lapangan
olahraga Stadion Manahan, sehingga sangat menunjang suasana diklat dan
olahraga, luas sekolah 23.150m2. Guna menunjang Pendidikan dan Pelatihan,
sekolah mempunyai fasilitas antara lain :
1) Studio Teknik Gambar Bangunan
2) Bengkel Teknik Konstruksi Bangunan
3) Bengkel Teknik Perkayuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
4) Bengkel Teknik Listrik Pemakaian
5) Bengkel Teknik Audio Video
6) Bengkel Teknik Pemesinan
7) Bengkel Teknik Mekanik Otomotif
8) Bengkel dan Laboratorium Teknik Komputer dan Jaringan
9) MTU (Mobil Training Unit)
10) ICT (Information and Communication Technology)
11) Stasiun Relay TVE (Televisi Education)
12) Laboratorium Multimedia
13) Laboratorium Komputer
14) Perpustakaan
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dan digunakan oleh penulis sebagai
acuan adalah sebagai berikut:
1. Fatimah, Efektivitas Pengelolaan Dana Pendidikan Dalam Rangka Penerapan
Manajemen Berbasis Sekolah Tahun Ajaran 2006/2007 (Studi pada SMK
Cokroaminoto 1 Surakarta). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif , yaitu membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, (1)
pengelolaan dana pendidikan di SMK Cokroaminoto di bagi menjadi tiga tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (2) Pengelolaan dana pendidikan di
SMK Cokroaminoto belum sepenuhnya efektif. Hal ini ditinjau dari input, proses,
dan output. (3) Dalam pengelolaan dana pendidikan di SMK Cokroaminoto 1
surakarta ditemui kendala yaitu masalah pendapatan SPP yang tepat waktu. Untuk
menanggulangi hal tersebut antara lain dengan diadakan beasiswa dan Bantuan
khusus Murid (BKM), dimana dana tersebut diperoleh dari pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Wistriana Sumarah, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemandirian Sekolah Dalam Penyelenggaraan
Pendidikan Di SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2006/2007. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif , yang
menggambaran secara sistematis faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah purposive sampling yang berkembang menuju Snowball
Sampling Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Menyimpulkan:
1.) Implementasi Manjemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMA Negeri 1
Karanganyar tahun ajaran 2006/2007 meliputi : (a) pengelolaan kurikulum dan
program pengajaran, (b) pengelolaan tenaga kependidikan, (c) pengelolaan
kesiswaan, (d) pengelolaan keuangan, (e) pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan, (f) pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat (g) pengelolaan
pelayanan khusus lembaga pendidikan.
2.) Proses penyusunan program sekolah dalam konteks MBS di SMA Negeri 1
Karanganyar mengedepankan adanya komunikasi terbuka dan pengambilan
keputusan bersama dalam memutuskan suatu kebijakan sekolah.
3.) Implementasi konsep MBS di SMA Negeri 1 Karanganyar terbukti
memberikan pengaruh terhadap penigkatan kemandirian sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan yaitu melalui pemberian otonomi di tingkat sekolah.
Dari kedua penelitian tersebut persamaan dengan penelitian ini adalah
penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan teknik pengumpulan data
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan perbedaannya antara
lain lain pada pengambilan sampel penulis menggunakan purposive sampling,
sedangkan pada penelitian Wistriana Sumarah (2007) mengunakan purposive
sampling yang berkembang menuju snowball sampling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
C. Kerangka Berfikir
Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa
kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di suatu Negara adalah faktor pendidikan, karena pendidikan membawa
peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Namun jika kita sadari mutu pendidikan di Indonesia masih di rasa
kurang di bandingkan dengan Negara – Negara lain. Sedikitnya ada tiga faktor
yang menyebabkan mutu pendidikan di Negara kita tidak mengalami peningkatan
secara merata, faktor tersebut adalah (a). kebijakan dan penyelenggaraaan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production fungtion
atau input – output analysis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
(b). penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik –
sentralistik, (c). peranserta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam
penyelenggaraan pendidikan selama ini sangat minim. Berdasarkan kenyataan
tersebut, tentu saja perlu dilakukan upaya – upaya perbaikan, sehingga munculah
pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan yang berbasis
sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini,
kemudian dikenal dengan manejemen berbasis sekolah (School Based
Management).
Manajemen berbasis sekolah merupakan salah satu cara untuk
mengelola struktur penyelenggaraan pendidikan yang terdesentralisasi dengan
menempatkan sekolah sebagai unit utama peningkatan kualitas hasil pendidikan.
Sekolah diberi otonomi luas untuk membuat kebijkan – kebijakan sendiri yang
sesuai dengan kondisi setempat dengan berpedoman pada kebijakan nasional.
Dengan latar belakang diatas disini penulis ingin mengetahui lebih jauh
mengenai (a) Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di SMK Negeri
2 Surakarta, (b) Proses penyusunan program sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta
dalam konteks MBS, (c) Seberapa besar Implementasi Manajemen Berbasis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Sekolah (MBS) dapat meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2
Surakarta.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Out put • Peningkatan mutu
pendidikan
Alternatife langkah - langkah pemecahan
persoalan
Identifikasi fungsi –fungsi untuk mencapai
setiap sasaran
Sasaran1 Sasaran 2 Sasaran 3 ……………………
Analisi swot setiap fungsi dan faktor -faktor
Rencana,Program dan anggaran untuk masing – masing sasaran
Sekolah
- Tantangan masa depan/globalisasi - Nilai dan harapan Masyarakat
Landasan yuridis pendidikan (UUdan peraturan – peraturan)
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Tujuan sekolah
Tantangan nyata yang dihadapi
sekolah
Visi dan misi sekolah
Output sekolah saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum
melakukan kegiatan penelitian. Hal tersebut dikarenakan ketepatan dalam
menentukan metodologi dapat mengantarkan penelitian kearah tujuan yang
diinginkan, yaitu hasil yang dapat dipertangungjawabkan.
Istilah metodologi terdiri dari dua kata yaitu, “ metodos” berarti cara dan
“logos” berarti ilmu. Jadi metodologi adalah ilmu – ilmu yang membincangkan
cara – cara (metode) ilmiah”. (Sutrisno Hadi, 1983:4)
Sedangkan penelitian menurut Kartini Kartono (1990:28) “ penelitian
merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi
terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode –
metode ilmiah”.
Berdasarkan pengertian metodologi dan penelitian diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah
suatu ilmu yang membincangkan tentang cara – cara atau metode – metode dalam
penelitian untuk menemukan atau mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan secara ilmiah untuk mencapai tujuan tertentu.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Surakarta. JL. Adisucipto
33 Manahan Surakarta. Karena SMK N 2 Surakarta merupakan salah satu SMK di
Surakarta yang menerapkan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS), selain
itu SMK N 2 Surakarta tergolong SMK favorit di Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Waktu Penelitian
Nama Kegiatan Bulan
okt nov des jan. feb mart april mei juni jul
1. Seminar Proposal
2. Revisi Proposal
3. Perijinan Penelitian
4. Pelaksanaan Penelitian
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Digunakan penelitian
kualitatif karena dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
efektifitas pencapaian tujuan, hasil, atau dampak suatu kegiatan atau program dan
mengenai proses pelaksanaan suatu kebijakan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Bogdan dan Tylor dalam
Moleong (2005: 4) ”Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati”.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian diperlukan untuk mengkaji permasalahan dalam
penelitian secara mendetail dan lengkap. Menurut H.B Sutopo ( 2002: 110)
menjelaskan bahwa:
Di dalam penelitian kualitatif ada tiga macam strategi pendekatan, yaitu eksplanatif, eksploratif, dan deskriptif. Penelitian eksploratif bertujuan untuk menemukan hal-hal yang baru, sedangkan penelitian eksplanatif bertujuan menjelaskan suatu pegangan atau patokan untuk pembuktian suatu pendapat, dan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan data dengan kata atau uraian dan penjelasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka jenis
penelitian dengan strategi yang terbaik adalah penelitian kualitatif deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Penelitian deskriptif ada dua jenis penelitian. Menurut H.B Sutopo (2002:
112) ada dua jenis penelitian yaitu:
1. Studi kasus tunggal, yaitu suatu penelitian tersebut sebagai studi kasus tunggal, bilamana penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik. Artinya, penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran.
2. Studi kasus ganda, yaitu penelitian yang mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik. Yang menentukan bukanya jumlah lokasi atau sasaran tetapi adanya perbedaan karakteristik.
Adapun penelitian ini digunakan strategi penelitian deskriptif tunggal
terpancang. Untuk itu maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian
ini, mengandung pengertian sebagai berikut : tunggal yang artinya hanya ada satu
lokasi yaitu di SMK Negeri 2 Surakarta. Sedang terpancang artinya untuk
mengetahui Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Upaya
Peningkatan Mutu Sekolah Di SMK N 2 Surakarta.
C. Sumber Data
Menurut H.B Sutopo (2002: 50) ”Sumber data kualitatif dapat berupa
narasumber (informan), peristiwa atau aktifitas, tempat atau lokasi, benda,
beragam gambar, dan rekaman”. Sedangkan menurut Lofland dan Lofland dalam
Moleong (2005: 157) ”Sumber utama dalam penelitian ialah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Adapun Data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa data
kualitatif. Data-data tersebut didapat dari berbagai sumber, diantaranya:
1. Tempat dan Peristiwa
Tempat atau lokasi untuk penelitian adalah di SMK Negeri 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Arsip dan Dokumen
Arsip dan dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini
adalah arsip dan dokumen asli mengenai pelaksanaan program manajemen
berbasis sekolah yang dilakukan di tempat penelitian.
3. Informan
Informan adalah orang yang mengetahui permasalahan – permasalahan
yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas –
luasnya kepada peneliti. Informasi ini yang akan dikaji oleh peneliti yang akan
dijadikan sebagai sumber data. Orang yang bertindak sebagai informan adalah
seluruh warga sekolah yaitu kepala sekolah, guru, karyawan, murid dan semua
pihak yang bisa dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dan akurat.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Cuplikan dalam penelitian kualitatif sering juga dinyatakan sebagai
internal sampling. Menurut H.B Sutopo (2002 : 55),
”Dalam cuplikan bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar dari pada informasi yang diperoleh dari jumlah nara sumber yang lebih banyak , yang mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya”.
Teknik sampling (cuplikan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu peneliti memilih sampel sesuai dengan penelitian dan
dilakukan secara selektif karena peneliti tidak menggeneralisasikan temuannya.
Sumber data yang digunakan tidak mewakili populasinya tetapi lebih cenderung
mewakili informasinya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sutrisno Hadi (1979: 104) ”Baik buruknya suatu hasil penelitian
sebagian tergantung pada teknik pengumpulan datanya, akurat dan reliabel
pekerjaan penelitian mempergunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat
serta kegiatan yang dapat dihandalkan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang
objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi
instansi – instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang
menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi :
1. Wawancara
Wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara
lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian.
Dengan wawancara ini diharapkan akan dipeoleh data secara secara langsung dari
informan baik itu data yang bersifat informasi. Adapun pihak – pihak yang bisa
dijadikan sebagai informan adalah Kepala sekolah, guru, karyawan, murid dan
semua pihak yang bisa dijadikan sebagai sumber informasi yang tepat dan akurat.
2. Observasi
Observasi adalah pegumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan
secara langsung terhadap objek yang diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini
peneliti mencatatat atau menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang
berkaitan dengan penelitian ini. Adapun peristiwa tersebut meliputi proses belajar
mengajar, mengamati kondisi sekolah, sarana dan prasarana, dan lain – lain yang
sekiranya bisa di jadikan bahan untuk observasi
3. Menelaah Dokumen
Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mempelajari dokumen yang ada. Moleong (2005: 216) ”Dokumen adalah setiap
bahan tertulis ataupun film dengan demikian metode ini untuk mencari data
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan melihat
atau meneliti dokumen”. Teknik ini bisa berupa catatan lapangan dan penggunaan
dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan stabil sebagai cerminan
situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan tujuan penelitian.
Adapun Dokumen tersebut antara lain meliputi :
1. Hasil wawancara.
2. Dokumen dan arsip sekolah.
3. Kondisi sarana dan prasarana sekolah.
4. Dan dokumen – dokumen lain yang mendukung dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
hasil-hasil rapat, hasil belajar siswa, kondisi sarana prasarana, dan lain-lain. Data
ini dipergunakan untuk melengkapi hasil wawancara dan pengamatan terhadap
tempat dan peristiwa.
F. Validitas Data
Menurut Moleong (2005: 324)) ”Untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik
pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat macam kriteria
yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability)”.
Trianggulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi
peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Menurut H.B Sutopo (2002: 78)
”Triangulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomonologi yang
bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap
diperlukan tidak hanya satu cara pandang”. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Patton dalam H.B Sutopo ( 2002: 78) menyatakan bahwa:
”Ada empat macam triangulasi: (1) Data triangulation, dimana peneliti menggunakan beberapa sumber data yang sama, (2) investigator triangulation yaitu pengumpulan data yang sama dan dilakukan oleh beberapa peneliti, (3) metodological triangulation yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, dan (4) theoritical triangulation yaitu menggunakan penelitian tentang topik yang sama dan datanya dianalisis dengan menggunakan beberapa perspektif teoritis yang berbeda”. Penelitian ini Menggunakan data triangulation, dimana informasi dari
berbagai sumber diseleksi. Data-data yang tidak konsisten dikonfirmasikan
melalui wawancara ulang.
G. Analisa Data
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005: 248) ”Analisis data
kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensistesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
orang lain”.
Adapun analisa data yang dilakukan melalui cara:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan Data terdiri dari wawancara, observasi dan analisis dokumen.
Pengumpulan Data dilakukan selama data-data yang diperlukan belum
memadai dan dihentikan apabila data-data yang diperlukan telah memadai
dalam pengambilan kesimpulan.
2. Reduksi Data
Reduksi Data adalah proses pengolahan, perumusan perhatian dan
peyederhanaan, pengabsahan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan di lapangan. Reduksi Data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan dan mengarahkan, membuang yang tidak perlu
dan mengorganisir data sehingga dapat diambil kesimpulan akhir. Dalam hal
ini peneliti mengambil data-data dari beberapa nara sumber yang sama dan
membuang yang tidak perlu sehingga dapat dihasilkan data-data yang benar-
benar akurat.
3. Penyajian Data adalah suatu usaha untuk menyusun sekumpulan informasi
yang telah diperoleh di lapangan, kemudian data disajikan secara jelas dan
sistematis sehingga akan memudahkan peneliti dalam mengambil kesimpulan/
verifikasi. Penyajian Data akan membantu peneliti untuk memahami dan
menginterpretasikan apa yang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan
tersebut dengan teori-teori yang ada.
4. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi adalah analisis rangkaian pengolahan data
yang berupa gejala kasus yang didapat di lapangan. Apabila ternyata data yang
diperoleh belum valid, maka proses analisis dulang lagi dari awal sampai
diperoleh data yang benar-benar akurat, cocok dan kokoh, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Gambar 2. Proses Analisis Interaktif (Sumber: H.B Sutopo, 2002 : 96)
H. Prosedur Penelitian
Untuk mempermudah penulisan laporan penelitian ini, maka perlu disusun
prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga hasil yang dicapai akan sesuai
dengan yang diinginkan. Menurut H.B Sutopo (2005: 157) ”kegiatan penelitian
dapat terdiri dari persiapan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan
laporan penelitian”. Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dalam penelitian
ini digunakan prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan di lakukan mulai dari pembuatan rancangan penelitian,
memilih lokasi, mengurus perijinan dan persiapan pelaksanaan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan
Tahap ini meliputi berbagai aktifitas yang ada di lapangan untuk
mengumpulkan data menggali data yang relevan dengan tujuan penelitian
3. Tahap Analisis Data
Untuk analisis awal penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data di
lapangan, sedang analisis akhir dilakukan setelah penggalian data dianggap cukup
mendukung maksud dan tujuan penelitian. Tahap ini merupakan usaha untuk
menemukan tema-tema yang relevan dengan masalah penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4. Penyajian Simpulan/ Hasil
Penyajian kesimpulan/ hasil berupa laporan yang bersifat deskriptif
kualitatif mengenai Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Di SMK
Negeri 2 Surakarta Dalam Upaya Peningkatkan Mutu Sekolah Tahun 2008/2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. SMK Negeri 2 Surakarta
a. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 2 Surakarta
Sejalan dengan berkembangnya zaman, para pakar teknologi membuat
kesepakatan untuk mendirikan sekolah STM di Solo, adapun para pakar tersebut
antara lain:
1) Ir. Frederick Cornelius Louis Van Olden.
2) Prof.Ir. Soediro.
3) R.T. Djoyo Suparno (Sri Sampurno).
4) R. Soemardi Djati Sworo.
5) Letda Soejono,B.A.
Tanggal 1 Juli 1952 berdirilah sekolah yang diberi nama STM Solo yang
berlokasi di Gendengan. Tahun 1956 STM ini berstatus negeri dengan SK
Mendikbud RI No. 3095/ B dan tanggal 4 Juli 1952 berlokasi di sekolah Teknik
IV/ V Gendengan dengan alamat Jl. Dr Muwardi No. 56 Surakarta hingga tahun
1957/ 1958 dengan kepala sekolahnya adalah Ir. Frederick Cornelius Louis Van
Olden. Sejak tahun 1998 lokasi tersebut menjadi SMP Negeri 24 surakarta dan
SMP Negeri 25 Surakarta.
Tahun 1967 berdasarkan SK Mendikbud RI No. 99/ SBL DH. Direktorat
Pendidikan kejuruan N/ 67 tanggal 18 Juni 1967 dengan nama Sekolah Teknik
Menengah Kejuruan Negeri 1 Surakarta dengan 3 jurusan, yaitu Jurusan Mesin,
Jurusan Bangunan dan Jurusan Listrik.
Dengan adanya perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah
maka tahun 1977 SMK Negeri 2 Surakarta ditunjuk agar melaksanakan kurikulum
1967 berdasarkan Ditjemen Direktorat Pendidikan Kejuruan tanggal 6 Januari
1977 No. 5.1.012.77 membuka 5 Jurusan yaitu Mesin Produksi, Listrik, Bangunan
Gedung, Otomotif dan Elektronika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Karena kemajuan dan prestasi yang terus meningkat pada tahun 1979
SMK Negeri 2 Surakarta ditunjuk sebagai kelompok STM BD yang merupakan
kelompok yang mendapat bantuan pemerintah melalui Bank Dunia dikenal
dengan STM Progdi.
Dari STM BD diambil 27 STM yang disempurnakan karena pada saat itu
fasilitas SMK Negeri 2 Surakarta memnuhi syarat maka dijadikan SMK Model
atau SMK Perintis yang memakai kurikulum 1976 yang didasarkan pada Ditjemen
Direktorat Pendidikan Kejuruan No. 267/ CA/ K. 79 Tahun 1979 yang pada saat
itu jurusan tetap menjadi 5 rumpun.
Tahun 1985 berdasarkan SK. Depdikbud RI tanggal 17 Oktober 1985
No. 7621C/ K 12/ 85, SMK Negeri 2 Surakarta memakai kurikulum 1984 dengan
60% teori dan 40% praktikum yang berjalan sampai tahun 1992 dan hanya terbagi
menjadi 4 rumpun, yaitu Bangunan, Otomotif, Elektronika, dan Mesin/ Teknik
pengerjaan Logam.
Tahun 1986 dengan SK Dikmenjur tanggal 4 Desember 1986 No. 267/
C4/ Kep./ 1.86 menetapkan STM Negeri 1 Surakarta dibagi menjadi rumpun dan
Program Studi sebagai berikut:
1) Rumpun Bangunan, terdiri dari Program Studi Bangunan Gedung dan
Program Studi Gambar Bangunan.
2) Rumpun Elektronika, terdiri dari Program Studi Elektronika
Komunikasi.
3) Rumpun Pengerjaan Logam (TPL), terdiri dari Program Studi Mesin
Produksi dan Program Studi Mesin Otomotif.
4) Rumpun Otomotif, terdiri dari Program Studi Mekanik Otomotif.
Pada tahun 1992/ 1993 SMK Negeri 2 Surakarta membuka Rumpun
Listrik dengan berbagai pertimbangan antara lain:
1) SMK Negeri 2 Surakarta masih ada peralatan praktek listrik.
2) Masih tersedia guru dari rumpun listrik.
3) Mendapat rekomondasi dari Pemda Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kemudian atas pertimbangan tersebut, maka diadakan usulan kepada
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Menengah Kejuraun
dan sampai saat ini SMK Negeri 2 Surakarta tetap memiliki 5 Rumpun yaitu
Rumpun Bangunan, Rumpun Elektronika, Rumpun Mesin/ TPL, Rumpun
Otomotif, dan Rumpun Listrik.
Adapun Kepala Sekolah yang pernah menjabat di SMK Negeri 2
Surakarta yaitu:
1) Ir. Frederick Cornelius Van Olden (Tahun 1952 – 1956)
2) Soediman Sastro Atmojo (Tahun 1956 – 1957)
3) Soekamto (Tahun 1957 – 1966)
4) R.M. Soekarto Atmodipuro (Tahun 1966 – 1967)
5) Iskandar Isman Djoyo Hasmoro (Tahun 1967 – 1970)
6) Soekisno Hadi Wiroko (Tahun 1970 – 1972)
7) Soewito Hadi Pramono, B.A (Tahun 1972 – 1977)
8) Ridwan, B. Sc (Tahun 1977 – 1978)
9) Drs. Hadi Wiyono (Tahun 1978 – 1985)
10) Soeparno, B.E (Tahun 1985 – 1994)
11) Drs. Soewargi (Tahun 1997 – 2005)
12) Drs. Rakhmat Sutomo, M.Pd
13) Drs. Susanta, MM ( sekarang )
Tahun 1996 STM Negeri Solo berubah nama menjadi STM Negeri 1
Surakarta berdasarkan surat dari Dirjen Pendidikan Menengah Kejuraun Jakarta 6
januari 1997 No.5.1.012.77 ditunjuk melaksanakan kurikulum 1967 (STM 3
Tahun) dengan pengembangan jurusan, antara lain: Mesin, Elektronika,
Bangunan, Listrik dan Otomotif.
Dibawah Kepala Sekolah bapak Soeparno, B.E dengan kurikulum 1984
serta melaksanakan Program Pengembangan Sekolah Seutuhnya (PSS). Pada
tahun 1994 berlaku perubahan rumpun menjadi jurusan , maka SMK Negeri 2
Surakarta mempunyai 5 jurusan dengan 6 program studi, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1) Jurusan Bangunan, terdiri dari Program Studi Bangunan Gedung dan
Program Studi Gambar Bangunan.
2) Jurusan Elektronika, terdiri dari Program Studi Elektronika
Komunikasi.
3) Jurusan Listrik, terdiri dari Program Studi Mesin Produksi.
4) Teknologi Pengerjaan Logam, terdiri dari Program Studi Mekanik
Otomotif.
5) Jurusan Otomotif, terdiri dari Program Studi Mekanik Otomotif.
Dengan melaksanakan kurikulum 1994 dan beban spesifik pendidikan
sistem ganda menjadi SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 1997/ 1998.
Pada tahun 1999/ 2000 SMK Negeri 2 Surakarta diberlakukan kurikulum
1999 dengan perubahan rumpun menjadi bidang keahlian yang diberlakukan
dengan adanya Program Keahlian meliputi:
1) Bidang Keahlian Bangunan, terdiri dari Program Keahlian Teknik
Perkayuan (TP), Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) dan Teknik
Gambar Bangunan (TGB).
2) Bidang Keahlian Elektronika, terdiri dari Program Keahlian Teknik
Audio Video ( TAV) dan Teknik Listrik Pemakaian (TLP).
3) Bidang Keahlian Mesin, terdiri dari Program Keahlian Teknik Mesin
Perkakas.
4) Teknik Mesin Otomotif.
Adapun peralatan dan prasarana pendidikan yang ada di SMK Negeri 2
Surakarta antara lain:
1) Tahun 1971 – 1972 memperoleh dana bantuan (Pelita I) berupa
gedung praktek diatas tanah seluas 500 m2.
2) Tahun 1975 – 1976 memperoleh dana bantuan (Pelita II) berupa
peralatan praktek.
3) Tahun 1978 memperoleh dana beantuan (Pelita III) berupa
pengembangan gedung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tahun – tahun berikutnya memperoleh bantuan dari negara Belanda
berupa alat – alat dan mesin untuk praktek dan tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan di SMK Negeri 2 Surakarta. SMK Negeri 2 Surakarta merupakan SMK
perintis atau SMK percontohan, sedangkan sistem pendidikan yang dialami di
SMK Negeri 2 Surakarta sebagai berikut:
1) Tahun 1952 – 1958 berlaku sebagai STM 4 tahun.
2) Tahun 1958 - sekarang sebagai STM 3 tahun dan STM percontohan.
b. Lokasi SMK Negeri 2 Surakarta
Gedung SMK Negeri 2 Surakarta terletak di JL. Adi Sucipto No.33
Surakarta. Disekitar lokasi SMK Negeri 2 Surakarta terdapat lembaga pendidikan
lain sehingga pada jam- jam sekolah sangat ramai.
Lembaga pendidikan tersebut antara lain SMU Negeri 4 Surakakarta,
SMK Negeri 5 Surakarta, SMK Negeri 6 Surakarta, SMU Regina Pacis dan
sebagainya.
Hal lain yang mendukung keberadaan SMK Negeri 2 Surakarta adalah
sarana transportasi yang mudah dan lancar karena terletak pada jalan utama
menuju Terminal Tirtonadi Solo. sehingga dapat dijangkau dengan mudah dan
cepat.
c. Kurikulum Yang Pernah di Berlakukan di SMK Negeri 2 Surakarta.
SMK Negeri 2 Surakarta sebagai sekolah kejuruan banyak mengalami
perubahan baik gedung maupun pelajarannya karena adanya tuntutan memenuhi
kebutuhan dan keinginan masyarakat untuk kemajuan pembangunan bangsa.
Untuk memenuhi hal itu, dalam kurikulumnya disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Adapun kurikulum yang digunakan di SMK Negeri 2 Surakarta adalah
sebagai berikut:
1) Tahun 1952 – 1957 menggunakan kurikulum 1954.
2) Tahun 1958 – 1960 menggunakan kurikulum 1958.
3) Tahun 1960 – 1975 menggunakan kurikulum 1964.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4) Tahun 1976 – 1978 menggunakan kurikulum 1976.
5) Tahun 1978 – 1985 menggunakan kurikulum 1979.
6) Tahun 1985 – 1993 menggunakan kurikulum 1984.
7) Tahun 1994 – 1998 menggunakan kurikulum 1994.
8) Tahun 1999 menggunakan kurikulum 1999.
9) Tahun 2000 – 2005 menggunakan kurikulum 1999.
10) tahun 2006 menggunakan kurikulum KBK.
11) Tahun 2007 menggunakan kurikulum KTSP.
d. Visi dan Misi SMK Negeri 2 Surakarta.
1) Visi SMK Negeri 2 Surakarta.
Visi dari SMK Negeri 2 Surakarta yaitu Mewujudkan SMK Negeri 2
Surakarta sebagai SMK yang unggul di Era Global.
2) Misi SMK Negeri 2 Surakarta
Misi dari SMK Negeri 2 Surakarta yaitu:
a) Unggul dalam kepribadian dan pengembangan diri,
b) Unggul dalam ketrampilan dan Teknologi,
c) Unggul dalam kewirausahaan,
d) Unggul dalam kemandirian.
f. Fasilitas SMK Negeri 2 Surakarta.
Sekolah terletak di dalam kota Surakarta di komplek persekolahan / di
lingkungan persekolahan, lokasi sangat strategis dan dekat dengan lapangan
olahraga (stadion) Manahan, sehingga sangat menunjang suasana diklat dan
olahraga, luas sekolah 23.150 m2. Guna menunjang Pendidikan dan Pelatihan,
sekolah mempunyai fasilitas antara lain :
1) Studio Teknik Gambar Bangunan
2) Bengkel Teknik Konstruksi Bangunan
3) Bengkel Teknik Perkayuan
4) Bengkel Teknik Listrik Pemakaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
5) Bengkel Teknik Audio Video
6) Bengkel Teknik Pemesinan
7) Bengkel Teknik Mekanik Otomotif
8) Bengkel dan Laboratorium Teknik Komputer dan Jaringan
9) MTU (Mobil Training Unit)
10) ICT (Information and Communication Technology)
11) Stasiun Relay TVE (Televisi Education)
12) Laboratorium Multimedia
13) Laboratorium Komputer
14) Perpustakaan
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Berdasarkan data/informasi yang berhasil dikumpulkan, langkah
selanjutnya peneliti melakukan analisis terhadap data – data tersebut guna
menjawab permasalahan – permasalahan yang telah dirumuskan sejak awal
penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis interaktif yaitu dengan
mendiskripsikan data – data yang telah terkumpulkan kemudian disusun secara
sistematif sehingga mempermudah peneliti dalam menarik kesimpulan.
Penelitian ini akan mengkaji tentang implementasi manajemen berbasis
sekolah ( MBS ) di SMK N 2 Surakarta tahun ajaran 2008/ 2009, sesuai dengan
rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya, maka deskripsi masalah
yang dirumuskan mencakup implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK N
2 Surakarta, Proses penyusunan program sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta
dalam konteks MBS, dan Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta.
Penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta
dilaksanakan sejak tahun 2004. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh informan 1 yaitu Bapak Drs. Susanta, MM bahwa MBS itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
sendiri mempunyai pengertian kewenangan yang di berikan kepada kepala
sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan melibatkan seluruh warga
sekolah. Lebih lanjut Bapak Sigit Susilo selaku WKS 1 menyatakan bahwa MBS
merupakan bentuk otonomi yang diberikan kepada sekolah untuk mengatur rumah
tanganya sendiri, ya bisa dikatakan lebih lueslah tidak melulu menunggu
kebijakan dari pusat.
Berdasarkan manajemen berbasis sekolah tugas – tugas manajemen
sekolah ditetapkan menurut karakteristik dan kebutuhan sekolah itu sendiri. Oleh
karena itu sekolah diberi kewenangan untuk mengelola sekolahnya sendiri dengan
melibatkan semua warga sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh informan 1 bahwa, dengan adanya Manajemen Berbasis
Sekolah, dalam pelaksanaannya sekolah diberi kewenangan untuk mengelola
sekolahnya sendiri misalnya dalam membuat kebijakan – kebijakan sekolah dan
menyusun program – program sekolah baik itu program jangka pendek maupun
program jangka menengah, serta melakukan kerjasama dengan dunia industri.
Dalam hal ini sekolah diberi kebebasan untuk mengelola sekolahnya sendiri
namun tetap pada koridor – koridor yang sudah ditentukan oleh Dinas Diknas.
Kewenangan untuk mengelola sekolahnya sendiri tersebut didasari oleh
beberapa alasan yang mendasar yaitu Sekolah lebih mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya, sehingga pihak sekolah dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Pengambilan keputusan yang dilakukan sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya. Penggunaan sumberdaya pendidikan lebih efisien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat yaitu dengan dibentuknya komite
sekolah. Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. Sekolah
dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing – masing kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
pemerintah, orang tua peserta didik, dan masyarakat pada umumnya, sehingga dia
akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan. Sekolah dapat melakukan persaingan yang
sehat dengan sekolah – sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
upaya – upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan
pemerintah daerah setempat. Sekolah dapat cepat merespon aspirasi masyarakat
dan lingkungan yang berubah dengan cepat.
Namun demikian, pelaksanaan manajemen berbasis sekolah tetap harus
memperhatikan pedoman – pedoman yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar
prioritas – prioritas pemerintah dilaksanakan oleh sekolah dan semua aktivitas
sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh informan 1 bahwa Dinas
Diknas telah menetapkan pedoman, tata cara pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah yang sesuai dengan aturan – aturan yang berlaku.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh informan maka dapat
disimpulkan bahwa Manjemen Berbasis Sekolah merupakan manajemen yang
memberikan kewenangan kepada kepala sekolah untuk mengelola sekolahnya
sendiri dengan melibatkan seluruh warga sekolah, demi kemajuan dan kualitas
sekolah. Disamping itu, pemerintah juga telah merumuskan seperangkat pedoman
umum tentang pelaksanaan MBS sehingga peserta didik dapat belajar dengan
baik.
Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta yang
akan dibahas adalah mengenai pengelolaan kurikulum dan program pengajaran,
tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan,
pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus
lembaga pendidikan.
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tertentu. Kurikulum yang digunakan di SMK N 2 Surakarta sebagaimana
disampaikan informan 1 dan 2 untuk tahun ajaran 2008/2009 adalah kurikulum
tahun 2007 yaitu kurikulum KTSP. Dan menurut informan 2 untuk tahun ajaran
tahun 2010/2011 nanti akan ada pengembangan kurikulum baru yang dinamakan
kurikulum KTSP sepektrum baru, yang diharapkan dengan kurikulum baru
tersebut akan lebih meningkatkan mutu pendidikan untuk kedepannya.
Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, untuk itu level sekolah yang
paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum
tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu sekolah juga bertugas dan
berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Seperti yang diungkapkan oleh
informan 2 bahwa di SMK N 2 Surakarta untuk tahun ajaran 2008/2009
memasukkan kurikulum muatan lokal yaitu Bahasa Jawa dan Seni Budaya.
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum baik
kurikulum nasional maupun lokal, yang diwujudkan melalui proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institusional, kurikuler, dan
instruksional. Sebagaimana disampaikan oleh informan 2 manajemen program
pengajaran di SMK N 2 Surakarta antara lain meliputi kegiatan perencanaan KBM
selama satu tahun, kegiatan tersebut menurut informan 2 dilakukan setiap awal
tahun dan penetapan jadwal pembelajaran yang efektif dalam kalender pendidikan
serta membuat pembagian tugas selama satu tahun.
Proses belajar mengajar merupakan bagian penting yang juga
menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan prestasi siswa, untuk itu materi
yang disampaikan oleh guru harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Sebagaimana keterangan yang di peroleh dari informan 2 bahwa untuk materi
pembelajar, guru dituntut untuk tidak langsung comot dari internet, meskipun ada
tapi harus di sesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dalam proses belajar mengajar juga ditentukan oleh metode yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam
menyampaikan materi pelajaran, antara guru satu dengan yang lainnya
menggunakan metode yang berbeda, sesuai dengan materi yang diajarkan.
Sebagaimana yang disampaikan informan 2 ada berbagai cara yang digunakan
guru dalam mengajar, biasanya guru menyesuaikan materi apa yang akan
diajarkan, semisal dengan metode ceramah dikelas, penggunaan peralatan
mengajar seperti LCD yang digunakan agar siswa tidak jenuh, ada juga
penggunaan video pembelajaran yang diharapkan dalam penggunaannya lebih
memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajarannya. Dari keterangan
yang di sampaikan informan 2 bahwa guru – guru di SMK N 2 Surakarta sudah
menguasai proses pembelalajar yang berbasis TIK.
Proses belajar mengajar yang sedang berlangsung juga perlu dievaluasi
untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan tersebut berlangsung serta untuk
mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar,
dimana setiap guru memiliki cara sendiri di dalam memberikan penilaian terhadap
prestasi belajar siswa. Sebagaimana di sampaikan oleh informan 2 ada berbagai
cara penilaian yang digunakan oleh guru untuk mengevaluasi prestasi belajar
siswa yaitu dengan ulangan harian, tes akhir semester, itu semua tergantung
masing – masing guru. Lebih lanjut Informan 2 mengungkapkan bahwa untuk
penilaian terhadap siswa guru memberikan berbagi tugas baik itu melalui LKS
kemudian ada yang mencari bahannya dari internet, kemudian dikumpulkan
dalam bentuk seperti buku untuk tugas akhir semester. Jika waktunya mencukupi
di buat sendiri - sendiri namun jika waktunya tidak mencukupi dibuat kelompok.
Hal tersebut dimaksutkan agar siswa lebih aktif dan kreatif. Kegiatan tersebut
sebagai contohnya seperti merakit komputer, anak terlihat antusias sekali dalam
mengikuti pelatihan.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan informan diatas dapat
disimpulkan bahwa kurikulum yang digunakan untuk tahun ajaran 2008/2009
adalah kurikulum tahun 2007 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Setiap awal tahun sekolah membuat perencanaan kurikulum dan program
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pengajaran dengan penetapan kalender pendidikan dan jadwal pelaksanaan KBM
yang efektif. SMK N 2 Surakarta juga memasukkan kurikulum muatan lokal yaitu
Bahasa Jawa dan Seni Budaya. Proses belajar mengajar telah berjalan efektif
sesuai dengan kurikulum dan kalender pendidikan. Kegiatan evaluasi atau
penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran dilakukan
dengan mengadakan tes, ulangan, maupun pemberian tugas, hal tersebut untuk
mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
Kriteria penilaian ditentukan sendiri oleh masing – masing guru sehingga antara
guru yang satu berbeda dengan yang lain.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sebagaimana diungkapkan oleh informan 4 yaitu Bapak
Drs. Nursabidi selaku WKS 3 bagian Sumber Daya bahwa di SMK N 2 Surakarta
sudah menunjukkan hubungan yang harmonis dan efektif antara kepala sekolah,
guru – guru, siswa, dan segenap warga sekolah lain yang ditunjukkan dengan
kegiatan – kegiatan sekolah seperti pengkoordinasian untuk mengunjungi warga
SMK N 2 Surakarta yang menderita sakit dirumah sakit, di adakannya pengajian
setiap tanggal 1 yang dilaksanakan di ruang pertemuan/Masjid, mengadakan Halal
Bi Halal.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personalia) mencakup
perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan
pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan penilaian
pegawai. Semua hal tersebut perlu dilakukan sebaik mungkin agar apa yang
diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan
dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
Perencanaan pegawai adalah kegiatan untuk menentukan kebutuhan
pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
depan. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi
yang lengkap dan jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan dalam
organisasi. Karena itu, sebelum menyusun rencana, perlu dilakukan analisis
pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan. Informasi
ini sangat membantu dalam menentukan jumlah pegawai yang diperlukan, dan
juga untuk menghasilkan spesifikasi pekerjaan. Sebagaimana keterangan yang
diperoleh dari informan 4 bahwa SMK N 2 Surakarta, untuk segi kualitas
memiliki tenaga pendidikan yang sudah memenuhi standar kompetenssi sesuai
dengan bidangnya masing – masing. Lebih lanjut informan 4 menyampaikan
bahwa untuk meningkatkan kualitas/ profesionalisme guru yaitu dengan
mengirimkan guru untuk mengikuti tes sekolah S2, sekolah juga mengirimkan
guru – guru yang masih bergelar D3 untuk melanjutkan studinya ke S1. Dan untuk
biayanya ada subsidi dari pemerintah. Sedangkan untuk segi kuantitas pertama –
tama sekolah menentukan terlebih dahulu pegawai untuk bagian apa saja,
kemudian untuk menduduki jabatan apa saja. Dari informasi tersebut dapat
diketahui jumlah pegawai yang di butuhkan oleh sekolah.
Pengadaan pegawai merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
pegawai pada suatu lembaga, baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk
mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan
rekruitment, yaitu usaha mencari dan mendapatkan calon – calon pegawai yang
memenuhi syarat. Untuk hal tersebut ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh
pihak sekolah, diantaranya adalah sebagaimana keterangan yang diampaikan oleh
informan 4 bahwa untuk mendapatkan pegawai pihak sekolah mengadakan suatu
seleksi, baik itu berupa ujian tertulis, ujian lisan, dan praktek serta mengajukan
permohonan kedinas kepada Dinas P & K. Lebih lanjut informan 2
mengungkapkan dengan adanya sertifikasi, guru dari sekolah lain yang belum
mengajar dalam 24 jam dalam 1 minggunya mengisi jam pelajaran di SMK N 2
Surakarta sesuai bidang masing – masing.
Pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan fungsi pengelolaan
personil yang ditujukan untuk memperbaiki, menjaga, dan meningkatkan kinerja
pegawai. Dalam hal ini sekolah telah melakukan berbagai upaya, seperti halnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yang diungkapkan oleh informan 4 yaitu untuk pembinaan dan pengembangan
pegawai dilakukan dengan dikirim untuk ikut dalam penataran kompetensi,
lokarya, seminar, diklat - diklat dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
pegawai. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut
aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai. Namun dari
keterangan yang diperoleh dari informan 4 bahwa dengan adanya otonomi daerah
kegitan – kegiatan tersebut sudah agak berkurang, dikarenakan harus membayar.
Semisal jika sekolah tidak punya dana, sekolah mengusulkan dana ke dinas
namun jika dinas tidak ada dana hal tersebut tidak jadi.
Karier pegawai ini dipengaruhi oleh promosi, mutasi, atau karena
diberhentikan dari tugasnya. Promosi ditujukan kepada tenaga kependidikan untuk
menduduki jabatan tertentu atau mendapat gelar tertentu karena kinerjanya atau
prestasinya yang baik sehingga ada peningkatan karier. Mutasi merupakan
pemindahan tugasan tenaga kependidikan ke lingkungan kerja tertentu untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi atau jabatan yang sama karena sesuatu hal.
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan
terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga
tempat kerja dan pegawai. Sebab – sebab pemberhentian pegawai ini dapat
dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu pemberhentian atas permohonan sendiri,
pemberhentian oleh dinas atau pemerintah, dan pemberhentian sebab lain –lain.
Sebagaimana disampaikan oleh informan 4 bahwa di SMK N 2 Surakarta pernah
menegor salah satu pegawai yang berstatus sebagai penjaga sepeda, yang
tertangkap basah melakukan judi di lingkungan sekolah, dan untuk tindak
lanjutnya pegawai tersebut dikeluarkan dari jabatannya.
Untuk itu pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya dalam
menangani perihal promosi, mutasi, dan pemberhentian pegawai. Sebagaimana
disampaikan oleh informan 4 bahwa untuk promosi kenaikan pangkat pegawai
kejenjang yang lebih tinggi dilakukan jika memang memenuhi syarat – syarat
yang ditentukan, seperti prestasi kerja yang bagus dan dengan melihat daftar
konduite (daftar yang berisi penilaian terhadap pegawai yang dibuat oleh
pimpinan) dalam hal ini pimpinan yang dimaksud disini adalah WKS 3 bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
ketenagaan. Sedangkan untuk mutasi, maka harus memenuhi persyaratan yang
berlaku dan mendapat persetujuan dari dinas P & K.
Kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan pihak sekolah kepada
pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan
diberikan secara tetap. Sebagaimna disampaikan oleh informan 4 sebagaian besar
pegawai di SMK N 2 Surakarta sudah bersetatus PNS dan untuk imbalan jasanya
berupa gaji dari pemerintah. Sedangkan bentuk kompensasi untuk Guru seperti
yang dituturkan informan 4 sementara belum, kalau dari pemerintah ada, seperti
lencana – lencana, tapi guru – guru disisni tidak mau, sebenarnya dari pihak
sekolah sudah menyarankan untuk mengusulkan ke dinas tapi dari pihak guru
sendiri menolak untuk diberikan lencana.
Penilaian pegawai ini dilakukan untuk mengetahui tenaga yang memiliki
kinerja baik ataupun kurang baik, serta peran sertanya dalam kegiatan sekolah.
Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu
sendiri. Sebagaimana diungkapkan oleh informan 4 bahwa untuk penilaian
terhadap tenaga pendidikan yaitu dengan mengisi konduite pegawai (daftar yang
berisi penilaian terhadap pegawai). Daftar tersebut berisi tentang kinerja pegawai
yang menunjukkan apakah kinerjanya baik sekali, baik, cukup atau kurang. Yang
dapat dilihat dengan menggunakan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan)
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh informan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah telah melakukan pengelolaan ketenagaan
atau tenaga kependidikan yaitu meliputi kegiatan - kegiatan perencanaan pegawai
dengan menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan, kemudian pengadaan
pegawai beberapa diusahakan oleh sekolah sendiri dengan mengadakan seleksi,
ujian tertulis, ujian lisan, dan praktek. Kemudian sebagian lagi dikerahkan kepada
pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah dimana pihak sekolah mengajukan
permohonan pegawai kepada dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Pembinaan dan
pengembangan pegawai melalui pengiriman diklat – diklat, seminar, latihan –
latihan, pembinaan rutin, serta pengiriman guru untuk mengikuti tes seleksi S1
maupun S2. Pemberhentian pegawai dari jabatannya dilakukan apabila ada suatu
sebab yang menyebabkan pegawai tersebut berhenti dikarenakan pelanggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
yang dilakukan atau sebab lain seperti mencapai batas pensiun, dan lain – lain.
Promosi kenaikan pangkat pegawai kejenjang yang lebih tinggi dilakukan jika
memang memenuhi syarat – syarat yang ditentukan. Mutasi, dilakukan apabila
memenuhi persyaratan yang berlaku dan ada persetujuan dari pemerintah daerah.
Kompensasi diberikan sebagai imbalan jasa atas pelaksanaan tugas – tugas yang
telah dibebankan untuk imbalan jasanya berupa gaji dari pemerintah. Penilaian
dilakukan terhadap tenaga sekolah yang berdasarkan pada DP3.
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah
berjalan dengan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan
sekolah. Dari keterangan yang peroleh dari informan 3 yaitu Bapak Drs. Bambang
Dwi Astanto selaku WKS 2 bagian kesiswaan bahwa untuk penerimaan siswa
baru, sekolah sudah membuat panitiaan penerimaan siswa baru (PSB) pada awal
tahun ajaran baru, yang terdiri dari guru – guru yang sudah ditunjuk sebagai
kepanitiaan. Untuk penentuan calon yang diterima disamping memperhatikan
persyaratan pendaftaran dan daya tampung , biasanya juga diperhatikan juga hasil
tes masuknya.
Program pengembangan peserta didik salah satunya ditujukan untuk
keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar siswa. Hal ini sebagaimana
disampaikan oleh informan 3 bahwa untuk program pengembangan peserta didik
sekolah sudah membuat program – program untuk meningkatkan prestasi siswa
baik di bidang akademik maupun non akademik. Dengan mengadakan jam
tambahan khusus untuk klas tiga menghadapi ujian nasional. Begitu juga dengan
kegiatan ekstrakurikuler di SMK N 2 ada beberapa kegiatan ektrakurikuler, seperti
merpati putih, inkai, wira pakasa sakti (WPS), patroli keamanan sekolah (PKS),
pramuka. Selain itu ada program – program lain seperti klub sains dan seni, lomba
maple/ program keahlian, adanya English Day, dan masih banyak program lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
yang mendukung dalam pengembangan peserta didik. Disamaping itu informan 3
juga mengungkapkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan bahasa bagi siswa
di SMK N 2 Surakarta mengadakan kerjasama dengan lembaga bahasa Inggris
ILC, siswa tidak dipungut biaya dalam kegiatan tersebut. Namun dalam kegiatan
tersebut walaupun gratis tapi masih ada sebagian anak yang tidak mengikutinya,
karena kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Lebih lanjut Informan 3
menuturkan bahwa ada perbedaan karakter antara anak SMA dan SMK, kalau
untuk anak SMK pemikiranya setelah lulus langsung kerja.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan,
tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, disamping ketrampilan
– ketrampilan lain. Sekolah tidak hanya memberikan berbagai ilmu pengetahuan,
tetapi juga perlu memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak – anak yang
bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi masing – masing. Untuk hal tersebut
seperti yang disampaikan oleh informan 3 bahwa pihak sekolah telah
menyediakan BP/BK bila ada siswa yang membutuhkan bimbingan konseling.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar peserta didik serta segala
sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan perserta didik membutuhkan
data yang otentik, dapat dipercaya, dan memilki, keabsahan sehingga dapat
digunakan sebagai laporan mengenai keadaan siswa. Antara lain pihak sekolah
telah melakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku
induk, buku klaper, buku laporan keadaan siswa, buku prestasi siswa, buku rapor,
daftar kenaikan kelas, buku mutasi.
Berdasarkan informasi dari informan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pihak sekolah telah membuat perencanaan yang baik dalam hal penerimaan
dan pengembangan peserta didik. Ada panitia PSB yang bertanggung jawab
mengurusi masalah penerimaan siswa baru, kemudian ada program
pengembangan peserta didik berupa tambahan jam pelajaran bagi siswa klas tiga
,ekstrakurikuler, serta untuk pengembangan bahasa Inggris ada kerjasama dengan
lembaga Bahasa Inggris ILC. Pihak sekolah juga sudah melakukan pencacatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dan ketatalaksanaan kesiswaan yang dapat digunakan sebagai laporan mengenai
keadaaan siswanya.
d. Manajemen Keuangan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam implementasi MBS, menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan pengelolaan
dana tersebut secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.
Perencanaan dalam manajemen keuangan merupakan kegiatan
merencanakan sumber dana untuk menunjang proses belajar mengajar dan
kegiatan – kegiatan yang ada di sekolah. Proses perencanaan anggaran di sekolah
dilakukan dengan menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS) dengan memperhatikan kebutuhan seluruh warga sekolah. Sebagaimana
disampaikan oleh informan 6 yaitu Bapak Drs. Sri Raharjo, SH, MM bahwa setiap
tahunnya sekolah sudah membuat RAPBS dengan memperhatikan kebutuhan tiap
– tiap warga sekolah. Untuk pendanaan sekolah dari keterangan yang diperoleh
dari informan 6 berasal dari pemerintah, komite sekolah. Ada juga bantuan dari
sponsor namun tidak dalam bentuk dana tapi barang yaitu untuk program otomotif
mendapat bantuan mesin dari pihak Toyota.
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan untuk
kepentingan sekolah, khususnya kegiatan belajar mengajar secara efektif dan
efesien. Oleh sebab itu, setiap perolehan dana, pengeluarannya harus didasarkan
pada kebutuhan – kebutuhan yang telah disesuaikan dengan rencana anggaran
pembiayaan sekolah. Sebagaimana disampaikan oleh informan 6 dalam
penggunaan dana sekolah harus jelas penggunaannya misal dalam membuat
perencanaan ujian sekolah/ semesteran, dananya yang dibutuhkan berapa,
programnya apa saja, setelah jelas penggunaannya dana baru bisa diberikan.
Laporan pertanggungjawaban terhadap penggunaan keuangan sekolah
wajib dilaporkan sekolah kepada warga sekolah, komite sekolah, dan juga
pemerintah. Sebagaimana diungkapkan oleh informan 6, bahwa diakhir tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
sekolah selalu membuat laporan pertanggungjawaban. Selain itu pihak sekolah
juga melaporkan laporanya kepada Pemda melalui Dinas P&K.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh informan tersebut
diatas maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah telah membuat perencanaan
yang baik dalam pengelolaan kauangan sekolah dengan menyusun RAPBS setiap
awal tahun anggaran. Perihal penggunaan dana sekolah dengan memperhatikan
kebutuhan seluruh warga sekolah yang telah disesuaikan dengan rencana anggaran
biaya sekolah. Pertanggungjawaban terhadap penggunaan keuangan sekolah
diberikan kepada warga sekolah secara trasparan kepada masyarakat umum dan
juga dilaporkan kepada pemerintah secara rutin tiap tahunnya.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan
ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan
inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.
Perencanaan dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan
menyangkut kegiatan seperti analisis dan penyusunan kebutuhan, pembelian,
penerimaan perlengkapan sekolah yang pada dasarnya dilakukan oleh pengelola
perlengkapan pendidikan sebagai perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah.
Hal tersebut sesuai dengan pokja WKS 3 bagian sarana dan prasarana pendidikan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh informan 5 yaitu Bp. Suhono, S.pd, ST, MT
bahwa untuk tiap tahunnya pihak sekolah telah membuat perencanaan dalam hal
sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh sekolah, dengan menganalisa
kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah. Kepala sekolah bersama dengan stafnya
menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sekolah untuk
selanjutnya ditindak lanjuti dengan mempersiapkan perkiraan tahunan untuk di
usahakan penyediaannya.
Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya merupakan upaya
merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang telah di susun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sebagaimana yang disampaikan oleh informan 5 dengan adanya sertifikasi guru di
harapkan punya laptop guna mendukung proses belajar mengajar. Untuk
pengadaannya ada bantuan dari pusat berupa dua puluh empat LCD dan laptop,
namun untuk LCD sampai sekarang belum terealisasi dikarenakan dari pihak
pemerintah menganggarkannya terlalu rendah jadi belum ada yang menender.
Sekolah juga mengadakan kerjasama dengan dunia industri dalam hal perakitan
laptop. Untuk program otomotif ada bantuan dari pihak Toyota berupa bantuan
mesin untuk menunjang praktek. Sedangkan untuk sarana dan prasarana yang lain
yaitu berupa penambahan gedung baru yang pengadaanya dilakukan dengan
berkoordinasi dengan perwakilan wali murid yaitu komite sekolah serta ada
bantuan dari pemerintah.
Kepedulian sekolah dalam pemeliharaan sarana dan prasaran sekolah
sangat besar, hal tersebut bisa dilihat dari pokja WKS 3 bagian sarana dan
prasarana bahwa setiap tahunnya membuat rencana program untuk pemeliharaan
sarana dan prasarana sekolah, lebih lanjut seperti yang disampaikan oleh informan
5 bahwa pihak sekolah sangat peduli sekali mengenai pemeliharaan sarana dan
prasarana sekolah. Dan dari hasil observasi di lapanngan menunjukkan bahwa
lingkungan di SMKN 2 Surakarta menunjukkan lingkungan yang bersih, rapi dan
indah. Seperti penataan taman, kebersihan ruang kelas, ruang praktek,
pemeliharaan gedung sekolah. sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan
baik bagi guru maupun siswa untuk berada di sekolah.
Di SMK N 2 Surakarta mempunyai berbagai macam sarana dan
prasarana yang cukup memadai, serta mendukung untuk kegiatan PBM dan dalam
kondisi yang cukup baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang
disampaikan oleh informan 5 bahwa di SMK N 2 Surakarta untuk program
gambar bangunan disediakan Lab. Komputer untuk mendukung mata pelajaran
autocad, informan 5 juga menuturkan bahwa untuk komputernya semuanya sudah
menggunakan layar LCD semua. Dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa
penyediaan sarana dan prasarananya sudah cukup memadai seperti fasilitas, Lab.
Komputer, Lab. mesin, Lab. Elektronika, Lab. Kayu Mesin. Sedangkan untuk
menunjang teori disediakan perpustakaan yang menyediakan buku – buku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pelajaran, pengetahuan, umum, koran dan materi penunjang lain. Ada juga untuk
menunjang kesenian disediakan gamelan, kulintang, dan alat musik band.
Berdasarkan hasil observasi dan pendapat yang disampaikan oleh
informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, perencanaan sarana dan
prasarana sekolah dilakukan dengan analisis dan penyusunan kebutuhan,
pembelian, penerimaan perlengkapan sekolah. Untuk pengadaan sarana dan
prasarana sekolah didapat melalui bantuan wali murid, pemerintah dan dunia
industri. Dari program kerja bagian sarana dan prasarana dapat dilihat kepedulian
sekolah dalam pemeliharaan sarana dan prasarana. dari hasil observasi lingkungan
SMK N 2 Surakarta menunjukkan kebersihan, kerapian, dan keindahan.
Sedangkan untuk kondisi sarana dan prasarana di SMK N 2 Surakarta
menunjukkan cukup memadai serta mendukung untuk kegiatan PBM dan dalam
kondisi yang cukup baik.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Sekolah diberi kebebasan untuk menjalin hubungan yang harmonis
dengan masyarakat. Kerjasama antar keduanya sangat penting untuk
meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan operasional
baik moral maupun finansial. Untuk itu sekolah melakukan berbagai upaya dalam
menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat. Sebagaimana disampaikan oleh
informan 7 yaitu Bp. Sarmanto, S.pd selaku WKS 4 bentuk kerjasama antara
sekolah dengan masyarakat yaitu berupa kegiatan – kegiatan akademik maupun
non akademik seperti PSG, BKK, kerjasama dengan lembaga Bahasa Inggris ILC,
Pentas seni. informan 7 juga menyampaikan untuk program bangunan ada siswa
yang belum lulus namun sudah di tawari bekerja oleh pihak industri. Sedangkan
untuk hubungan dengan orang tua siswa ditunjukkan dari penuturan informan 7
bahwa “ada siswa yang sampai lulus masih meninggalkan ijasah karena orang
tuanya kurang mampu, jadi toleransi dari sekolah cukup tinggi.”
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa
tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga baik
dan tinggi. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara
sekolah dan masyarakat. Sebagaimana yang disampaikan oleh informan 7 yaitu
Salah satu cara yang di lakukan sekolah untuk menjalin hubungan dengan
masyarakat yaitu dengan pembuatan Website, yang dimaksudkan untuk
mempermudah bagi seluruh warga sekolah maupun masyarakat mengetahui
berbagai kegiatan - kegiatan sekolah, program – program sekolah, baik yang
sudah dilaksanakan, yang sedang dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan
sehingga masyarakat mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan.
Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan oleh informan tersebut
diatas maka dapat disimpulkan bahwa pihak sekolah telah menjalin hubungan
yang baik dengan dengan masyarakat antara lain melalui kerjasama dalam
berbagai kegiatan yang melibatkan instansi – instansi, maupun dunia industri.
Sedangkan bentuk kerjasama dengan wali murid salah satunya ditunjukkan
dengan pemberian toleransi kepada siswa yang tidak mampu dengan memberikan
keringanan kepada siswa dalam penangguhan biaya sekolah. Dengan adanya
hubungan yang baik, akan mendorong partisipasi dan kepedulian masyarakat
terhadap pentingnya pendidikan.
g. Manajemen Layanan Khusus Lembaga Pendidikan
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan
dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan
bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien. Sebagaimana disampaikan oleh
informan 3 yaitu Bapak Drs. Bambang Dwi Astanto selaku WKS 2 bahwa untuk
manajemen layanan khusus di SMK N 2 Surakarta meliputi layanan UKS, layanan
keamanan dan layanan BP. Dengan adanya layanan khusus yang diberikan oleh
pihak sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana yang tenang dan nyaman
dalam proses belajar dan mengajar. Serta untuk para pegawai agar mereka dapat
melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. Proses Penyusunan Program dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
di SMK N 2 Surakarta
Penyusunan program – program sekolah di SMK N 2 Surakarta di
lakukuan setiap awal tahun. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh informan
1 bahwa setiap awal tahun sekolah sudah menyusun program – program selama
satu tahun. Untuk penyusunan program – program sekolah dalam konteks
manajemen berbasis sekolah adalah adanya komunikasi terbuka dan pengambilan
keputusan bersama.
a. Komunikasi terbuka
Program sekolah disampaikan kepada seluruh warga sekolah termasuk
kepada orang tua siswa, masyarakat, dan komite sekolah. Hal tersebut seperti
yang telah disampaikan oleh informan 7 bahwa sekolah menyampaikan program –
programnya melalui pengumuman langsung kepada para siswa, ataupun melalui
website. Selain itu juga melalui pertemuan antara sekolah dengan komite sekolah
dan wali murid, berkumpul bersama untuk membicarakan mengenai program –
program sekolah. Dengan komunikasi terbuka siapa yang punya ide atau gagasan
diberi kesempatan untuk menyampaikannya di forum.
Komunikasi terbuka tersebut diwujudkan dalam bentuk kepemimpinan
kepala sekolah yang demokratis. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh
informan 2 bahwa kepemimpinan kepala sekolah sudah menunjukan
kepemimpinan yang demokratis, karena memperhatikan aspirasi dari bawah,
warga sekolah, dan juga guru – guru. Lebih lanjut informan 2 juga menyampaikan
saat terjadi kekosongan kepala sekolah karena ada pergantian kepala sekolah,
sekolah pun bisa berjalan dengan baik.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh informan, maka dapat
disimpulkan bahwa sekolah setiap awal tahun sudah membuat program –
program sekolah. Program sekolah telah disampaikan secara transparan kepada
seluruh warga sekolah termasuk didalamnya yaitu orang tua siswa, masyarakat,
dan komite sekolah melalui komunikasi terbuka. Komunikasi terbuka ditunjukkan
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis yaitu dengan memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
aspirasi dari bawah dengan mengadakan pertemuan dengan warga sekolah,
komite, dan wali murid untuk membicarakan program – program sekolah, siapa
yang punya ide atau gagasan diberi kesempatan untuk menyampaikannya di
forum.
b. Pengambilan keputusan bersama
Penyusunan program sekolah dilakukan melalui kelompok kerja dari
setiap masing – masing lini melalui rapat bersama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang disampaikan oleh informan 1, Bahwa proses penyusunan
program sekolah dimulai dari program jurusan mengadakan rapat untuk menyusun
program kerja, kemudian program kerja tersebut diteruskan ke kepala program
jurusan, untuk selanjutnya diteruskan ketingkat wakil. Dari wakil kemudian
dikumpulkan kemudian dibentuk menjadi bentuk program kerja.
Dalam proses penyusunan program sekolah, sekolah juga memberikan
kesempatan kepada seluruh komponen untuk ikut terlibat didalamnya sesuai
dengan proporsinya masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh informan 1 bahwa dalam
menyusun program sekolah ada beberapa pihak yang dilibatkan, yaitu dengan
dimintai pendapat, gagasan ataupun ide yang disampaikan melalui komite
sekolah. Lebih lanjut informan 1 menyampaikan bahwa setiap ada kebijakan yang
memerlukan kesepakatan bersama, maka kebijakan tersebut akan disampaikan
kepada komite sekolah. Sehingga melalui komite yang bertugas sebagai mediator
bertugas untuk menginformasikan kebijakan tersebut kepada orang tua murid
untuk memberikan pendapat melalui rapat pleno mengenai kebijakan yang telah
dibuat apakah disetujui atau tidak, sehingga dalam mengambil keputusan
berdasarkan atas keputusan bersama. Sebagai contoh dalam membuat program
kegiatan semesteran, dalam kegiatan tersebut dari pihak sekolah membuat
perencanaan meliputi dana yang akan digunakan dan kegiatan – kegiatan apa saja
yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan keterangan yang telah disampaikan oleh informan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan program sekolah dilakukan melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kelompok kerja dari setiap masing – masing lini melaui rapat bersama. Dalam
proses penyusunan program sekolah, sekolah juga memberikan kesempatan
kepada seluruh komponen untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sesuai
dengan proporsinya masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah.
3. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Upaya Peningkatkan
Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
Pengertian mutu dalam konteks pendidikan mencakup input, proses, dan
output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia
karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat
diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu
input dapat di ukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat kesiapan
input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh
informan 3 yaitu Bapak Drs. Bambang Dwi Astanto selaku WKS 2, bahwa dari segi
bibit anak SMK N 2 Surakarta lebih bagus dari pada sekolah lain, karena dalam
proses penerimaannya selain dilihat dari segi nilai UN yang tinggi, dari pihak
sekolah masih melakukan tes khusus guna memperoleh input yaitu berupa siswa
yang unggul. Sedangkan untuk tenaga pengajar di SMK N 2 Surakarta memiliki
kualitas guru yang berkompeten di bidangnya, hal tersebut dapat dilihat dari hasil
observasi bahwa untuk program Teknik Konstruksi Bangunan sendiri memiliki
tenaga pengajar yang berjumlah 8 guru. yaitu lulusan S1 sebanyak 6 orang dan D3
sebanyak 2 orang. Sedangkan untuk Teknik Gambar Bangunan memiliki tenaga
pengajar yang berjumlah 8 guru. yaitu lulusan S1 sebanyak 8 orang. Dan untuk
teknik perkayuan memiliki tenaga pengajar berjumlah 8 personil, yaitu lulusan S1
sebanyak 8 orang.
Untuk menunjang peningkatan mutu pendidikan juga diperlukan Sarana
dan Prasarana yang memadai, agar dalam proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan baik. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil observasi, untuk penyediaan
sarana dan prasarana belajar di SMK N 2 Surakarta mempunyai fasilitas yang
mendukung yaitu berupa tersedianya Bengkel Konstruksi Bangunan, Bengkel /
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Studio Gambar Bangunan, Bengkel Perkayuan, Bengkel Elektronika
(AudioVideo), Bengkel Listrik Pemakaian, Bengkel Mesin dan CNC, Bengkel
Otomotif, Bengkel / Lab. Teknik Informasi, Lab. Bahasa Inggris, CNAP (Cisco
Network Academy Program), WAN (Wide Area Network), ICT (Information
Communication And Technology), Perpustakaan, Digital Library.
Untuk Proses belajar mengajar di SMK N 2 Surakarta menunjukkan
adanya peningkatan mutu. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh informan
2 yaitu Bapak Sigit Susilo, untuk guru di SMK N 2 Surakarta diharapkan dapat
mengoperasikan komputer maupun LCD. Dengan adanya bantuan dana dari
pemerintah, direncanakan disetiap ruang kelas akan diberi LCD untuk mendukung
proses belajar mengajar siswa. Dari hasil observasipun juga menunjukkan bahwa
dalam proses belajar mengajar menunjukkan situasi yang menyenangkan, mampu
mendorong motivasi dan minat belajar siswa.
Salah satu tujuan MBS selain untuk meningkatkan mutu pendidikan
adalah untuk kemandirian atau pemberdayaan sekolah, melalui otonomi kepada
sekolah. Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh informan 2 bahwa sekolah
diberikan kebebasan untuk mengelola sekolahnya sendiri, hal tersebut antara lain
ditunjukkan dalam hal pengembangan kurikulum, dari kurikulum standar yang
diberikan oleh pemerintah, sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan
kurikulum tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah. Sebagai contoh,
untuk pelaksanaan ujian sekolah. Sekolah sudah bisa menyelenggarakannya
sendiri. Bahkan saat proses observasi ada dari sekolah lain yang ujiannya
menginduk kepada SMK N 2 Surakarta.
Output sekolah dapat dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi
sekolah, khususnya prestasi siswa, menunjukan prestasi yang tinggi. Peningkatan
mutu ditunjukkan dengan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Hal tersebut
sesuai dengan yang disampaikan oleh informan 3 bahwa untuk nilai EBTA siswa
ada peningkatan tiap tahunya. Selain itu lulusan SMK N 2 Surakarta juga banyak
yang diterima di perguruan tinggi negeri. Lebih lanjut informan 3 juga
menuturkan untuk program bangunan, ada siswa yang belum lulus namun sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
di tawari bekerja oleh pihak industri. Sedangkan untuk Perlombaan akademik ,
salah satunya adalah mendapat juara 2 dalam perlombaan CNC tingkat nasional.
Penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta
memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan mutu sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana disampaikan oleh informan 2 bahwa
dengan adanya MBS sekolah menunjukkan adanya peningkatan mutu, hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya standar ISO yang diberikan kepada SMK N 2
Surakarta menjadi sekolah berstandar Internasional (SBI). Dengan adanya standar
ISO sekolah dituntut untuk membangun sistem manajamen mutu pendidikan yang
profesional yang akan mengarahkan seluruh tujuan dan kegiatan pendidikan
kearah yang terus berkembang lebih baik. Dengan demikian mutu pendidikan di
SMK Negeri 2 Surakarta telah memperoleh pengakuan dari standar mutu
Internasional yang diharapkan kualitas pendidikan akan semakin meningkat.
Sedangkan untuk tingkat akreditas SMK N 2 Surakarta sendiri berakreditasi A.
Selain itu informan 2 juga menambahkan bahwa dengan adanya manajemen
berbasis sekolah, sekolah bisa lebih mandiri dalam penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh informan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2
Surakarta telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari segi input SMK N 2
Surakarta tergolong mempunyai bibit yang unggul, serta mempunyai kualitas
tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya. Dilihat dari kesiapannya SMK N
2 Surakarta memiliki fasilitas yang mendukung dan sudah memenuhi standar.
Penggunaan peralatan mengajar berupa laptop dan LCD di SMK N 2 Surakarta
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu
pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta juga berpengaruh
terhadap kemandirian sekolah. Kemandirian yang dimaksud adalah sekolah dapat
memberdayakan personil – personilnya dalam rangka mewujudkan tujuan
sekolah. Output sekolah juga menunjukkan peningkatan mutu hal tersebut dapat
dilihat dari peningkatan prestasi belajar siswa dari di tiap tahunnya. Selain itu
banyak siswa yang sudah di tawari kerja dari pihak industri, dan menjuarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
berbagai perlombaan akademik, selain itu SMK N 2 Surakarta juga suadah
mendapat standarisasi ISO.
B. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, temuan studi yang dapat
dihubungkan dengan kajian teori adalah mengenai.
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK N 2 Surakarta
Manajemen Berbasis Sekolah adalah desentralisasi kewenangan
pembuatan keputusan di tingkat sekolah yaitu dengan memberikan otonomi luas
di tingkat sekolah (perlibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan
nasional. Sekolah diberikan kebebasan, kekuasaan, dan keleluasaan yang disertai
dengan tanggung jawab dalam mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai
dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mengakomodasi seluruh kebutuhan
masyarakat setempat. sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mulyasa, hal
yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah
manajemen terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Terdapat tujuh
komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu
kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan,
sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat,
serta manajemen layanan khusus lembaga pendidikan.
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan
pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat, untuk itu level sekolah yang
paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum
tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu sekolah juga bertugas dan
berwenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. Pengembangan kurikulum di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
SMK N 2 Surakarta untuk tahun ajaran 2008/2009 memasukkan kurikulum
muatau lokal Bahasa Jawa dan Seni Budaya.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personalia) mencakup
perencanaan pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan
pegawai, promosi dan mutasi, pemberhentian pegawai, kompensasi, dan penilaian
pegawai. Semua hal tersebut perlu dilakukan sebaik mungkin agar apa yang
diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan
dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
Pengelolaan tenaga kependidikan di SMK N 2 Surakarta meliputi :
kegiatan perencanaan pegawai. Sebelum menyusun rencana, dilakukan analisis
pekerjaan dan analisis jabatan untuk memperoleh deskripsi pekerjaan dan jumlah
pegawai yang dibutuhkan. Kegiatan pengadaan pegawai dilakukan dengan cara
mengajukan permohonan ke dinas pendidikan dan kebudayaan. Pembinaan dan
pengembangan pegawai melalui penataran kompetensi, lokarya, seminar, dan
diklat – diklat. Promosi, mutasi, dan pemberhentian pegawai dilakukan apabila
ada persetujuan dari pemerintah daerah. Kompensasi diberikan sebagai imbal jasa
yang diberikan pihak sekolah kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang
dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Penilaian pegawai
dilakukan dengan menggunakan DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan).
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan
yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya
peserta didik dari suatu sekolah. Pada awal tahun ajaran baru SMK N 2 Surakarta
membuat kepanitiaan penerimaan siswa baru (PSB). Untuk kegiatan
pengembangan peserta didik pihak sekolah membuat program – program yang
ditujukan untuk mengembangkan prestasi siswa baik di bidang akademik maupun
non akademik berupa jam belajar tambahan khusus untuk kelas dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
ekstrakurikuler, serta untuk pengembangan bahasa Inggris ada kerjasama dengan
lembaga Bahasa Inggris ILC. Pihak sekolah juga sudah melakukan pencacatan
dan ketatalaksanaan kesiswaan yang dapat digunakan sebagai lapoaran mengenai
keadaaan siswanya.
d. Manajemen Keuangan
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang
secara langsung menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan.
Dalam implementasi MBS, menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi, serta mempertanggungjawabkan pengelolaan
dana tersebut secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. untuk
menunjang proses belajar mengajar dan kegiatan – kegiatan yang ada di sekolah.
SMK N 2 Surakarta setiap tahunnya sudah membuat RAPBS dengan
memperhatikan kebutuhan tiap – tiap warga sekolah. Perihal penggunaannya
harus didasarkan pada kebutuhan – kebutuhan yang telah disesuaikan dengan
rencana anggaran pembiayaan sekolah. Pertanggungjawaban terhadap penggunaan
keuangan sekolah diberikan kepada warga sekolah secara trasparan kepada
masyarakat umum dan juga kepada pemerintah secara rutin tiap tahunnya.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi
secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan
ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan
inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.
Pengelolaan sarana dan prasarana sekolah di SMK N 2 Surakarta
meliputi : kegiatan perencanaan sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan
menganalisa kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah. Kepala sekolah bersama
dengan stafnya menyusun daftar kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan
sekolah untuk selanjutnya ditindak lanjuti dengan mempersiapkan perkiraan
tahunan untuk di usahakan penyediaannya. Upaya pengadaan sarana dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
prasarana didapat melalui bantuan dari pemerintah pusat, kerjasama dengan dunia
industri, serta berkoordinasi dengan wali murid dan orang tua. Kepedulian sekolah
dalam pemeliharaan sarana dan prasaran sekolah sangat besar.
Di SMK N 2 Surakarta mempunyai berbagai macam sarana dan
prasarana yang cukup memadai, serta mendukung untuk kegiatan PBM dan dalam
kondisi yang cukup baik.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu
sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan
peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan
bagian integral dari sitem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Sekolah dan
masyarakat memiliki hubungan yan sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah
atau pendidikan secara efektif dan efisien.
Dalam menjalin hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat
SMK N 2 Surakarta mengadakan berbagai bentuk kerjasama dalam berbagai
kegiatan baik kegiatan akademik maupun kegiatan non akademik seperti PSG,
BKK, serta untuk pengembangan bahasa Inggris sekolah mengadakan kerjasama
dengan lembaga bahasa Inggris ILC. Sedangkan untuk kerjasama di bidang non
akademik yaitu berupa pentas seni. Kemudian bekerjasama dengan orang tua
siswa untuk memecahkan permasalahan anak. Hubungan yang harmonis antara
sekolah dengan masyarakat akan mendorong rasa tanggung jawab dan partisipasi
masyarakat untuk memajukan sekolah. Berbagai cara dilakukan oleh sekolah
untuk menarik simpati masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungnan
yang harmonis antara sekolah dengan masyarakat. Salah satunya yaitu dengan
pembuatan Website, yang dimaksudkan untuk mempermudah bagi seluruh warga
sekolah maupun masyarakat mengetahui berbagai kegiatan - kegiatan sekolah,
program – program sekolah, baik yang sudah dilaksanakan, yang sedang
dilaksanakan, maupun yang akan dilaksanakan sehingga masyarakat mendapat
gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
g. Manajemen Layanan Khusus Lembaga Pendidikan.
Manajemen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan
dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut merupakan
bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien. manajemen layanan khusus di
SMK N 2 Surakarta meliputi layanan UKS, layanan keamanan dan layanan BP.
Dengan adanya layanan khusus yang diberikan oleh pihak sekolah diharapkan
dapat menciptakan suasana yang tenang dan nyaman dalam proses belajar dan
mengajar. Serta untuk para pegawai agar mereka dapat melaksanakan tugas
dengan tenang dan nyaman.
2. Proses Penyusunan Program Sekolah dalam Konteks Manajemen Berbasis
Sekolah di SMK N 2 Surakarta
Program sekolah merupakan salah satu perangkat terpenting dalam
pengelolaan MBS. Program sekolah merupakan alokasi sumber daya sekolah
kedalam jadwal waktu yang telah ditentukan sebelumnya, yang disusun oleh
sekolah dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Mulyasa bahwa dalam kaitannya dengan proses penyusunan
program sekolah, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu terciptanya
komunikasi terbuka diantara para pemegang peran dan pengambilan keputusan
bersama dibawah koordinasi kepala sekolah. Hal ini mengikuti pola buttom – up,
yaitu kepala sekolah memberikan wewenang kepada pejabat dibawahnya untuk
menyusun program sesuai dengan job description masing – masing, sehingga
dalam menetapkan suatu program, kepala sekolah tetap memperhatikan kebutuhan
dan aspirasi seluruh komunitas sekolah.
Penyusunan program – program sekolah di SMK N 2 Surakarta di
lakukan setiap awal tahun. Dalam menyampaikan program sekolahnya dilakukan
secara transparan kepada seluruh warga sekolah termasuk didalamnya wali murid
dan orang tua siswa, masyarakat, dan komite sekolah melalui komuniksi terbuka.
Program sekolah juga disampaikan kepada siswa secara langsung, ataupun juga
melalui media website. Kepemimpinn kepala sekolah yang demokratis
diwujudkan dalam komunikasi terbuka, dengan memperhatikan aspirasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bawah. Proses penyusunan program sekolah dilakukan melalui kelompok kerja
dari setiap masing – masing lini melaui rapat bersama. Selain itu proses
penyusunan program sekolah, sekolah juga memberikan kesempatan kepada
seluruh komponen untuk ikut terlibat didalamnya sesuai dengan proporsinya
masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dan komite sekolah.
Setiap ada kebijakan yang memerlukan kesepakatan bersama, maka kebijakan
tersebut akan disampaikan kepada komite sekolah. Melalui komite sekolah yang
bertugas sebagai mediator bertugas untuk menginformasikan kebijakan tersebut
kepada orang tua murid untuk memberikan pendapat melalui rapat pleno
mengenai kebijakan yang telah dibuat apakah disetujui atau tidak.
3. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Upaya Peningkatkan
Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan
ilmu dan teknologi, yang dinyatakan dalam GBHN. Hal ini dapat dijadikan
landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan
berkelanjutan, baik secara makro, meso, maupun mikro. MBS yang ditandai
dengan otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. MBS merupakan model pengelolaan
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu. Mutu yang dimaksud bukan hanya
mutu lulusan yang diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar, melainkan juga
mutu pelayanan yang diberikan sekolah, mutu proses pembelajaran, mutu
masukan dan lain-lain sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja sekolah
dengan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pengguna atau
masyarakat yaitu penyediaan pelayanan pendidikan secara komprehensif.
Menurut teori yang dikemukakan (Diknas, 2001 : 25-26), Dalam konteks
pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik.
Tinggi rendahnya mutu input dapat di ukur dari tingkat kesiapan input. Makin
tinggi tingkat kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut. Hal tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dapat dilihat dari segi input SMK N 2 Surakarta tergolong mempunyai bibit yang
unggul, serta mempunyai kualitas tenaga pengajar yang berkompeten di
bidangnya. Dilihat dari kesiapannya SMK N 2 Surakarta memiliki fasilitas yang
mendukung dan sudah memenuhi standar. Penggunaan peralatan mengajar
berupa laptop dan LCD di SMK N 2 Surakarta merupakan suatu upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Selain itu pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah di SMK N 2 Surakarta juga berpengaruh terhadap kemandirian sekolah.
Kemandirian yang dimaksud adalah sekolah dapat memberdayakan personil –
personilnya dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah. Output sekolah juga
menunjukkan peningkatan mutu hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan
prestasi belajar siswa dari di tiap tahunnya. Selain itu banyak siswa yang sudah di
tawari kerja dari pihak industri, dan menjuarai berbagai perlombaan akademik,
selain itu SMK N 2 Surakarta juga suadah mendapat standarisasi ISO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tujuan pendidikan di sekolah menengah kejuruan adalah Menyiapkan
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
Salah satu faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan adalah
Implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS), dimana memberikan otonomi
lebih besar kepada kepala sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah ( guru, siswa,
kepala sekolah, karyawan orang tua siswa, dan masyarakat ) untuk meningkatkan
mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta.
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran
Kurikulum yang digunakan di SMK N 2 Surakarta untuk tahun ajaran
2008/2009 adalah kurikulum tahun 2007 yaitu kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP). Setiap awal tahun sekolah membuat perencanaan kurikulum
dan program pengajaran dengan penetapan kalender pendidikan dan jadwal
pelaksanaan KBM yang efektif. SMK N 2 Surakarta juga memasukkan kurikulum
muatan lokal yaitu Bahasa Jawa dan Seni Budaya. Proses belajar mengajar telah
berjalan efektif sesuai dengan kurikulum dan kalender pendidikan. Kegiatan
evaluasi atau penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dan program pengajaran
dilakukan dengan mengadakan tes, ulangan, maupun pemberian tugas, hal
tersebut untuk mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Kriteria penilaian ditentukan sendiri oleh masing – masing guru
sehingga antara guru yang satu berbeda dengan yang lain.
b. Manajemen Tenaga Kependidikan.
Di SMK N 2 Surakarta telah melakukan pengelolaan ketenagaan atau
tenaga kependidikan yaitu meliputi kegiatan kegiatan perencanaan pegawai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dengan menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan, kemudian pengadaan
pegawai beberapa diusahakan oleh sekolah sendiri dengan mengadakan seleksi,
ujian tertulis, ujian lisan, dan praktek. Kemudian sebagian lagi dikerahkan kepada
pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah dimana pihak sekolah mengajukan
permohonan pegawai kepada dinas pendidikan dan kebudayaan. Pembinaan dan
pengembangan pegawai melalui pengiriman diklat – diklat, sminar, latian – latian,
pembinaan rutin, serta pengiriman guru untuk mengikuti tes seleksi S1 maupun
S2. Pemberhentian pegawai dari jabatannya dilakukan apabila ada suatu sebab
yang menyebabkan pegawai tersebut berhenti dikarenakan pelanggaran yang
dilakukan atau sebab lain seperti mencapai batas pensiun, dan lain – lain. Promosi
kenaikan pangkat pegawai kejenjang yang lebih tinggi dilakukan jika memang
memenuhi syarat – syarat yang ditentukan. Mutasi, dilakukan apabila memenuhi
persyaratan yang berlaku dan ada persetujuan dari pemerintah daerah.
Kompensasi diberikan sebagai imbalan jasa atas pelaksanaan tugas – tugas yang
telah dibebankan untuk imbalan jasanya berupa gaji dari pemerintah. Penilaian
dilakukan terhadap tenaga sekolah yang berdasarkan pada DP3.
c. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan di SMK N 2 Surakarta meliputi kegiatan
perencanaan yang baik dalam hal penerimaan dan pengembangan peserta didik.
Ada panitia PSB yang bertanggung jawab mengurusi masalah penerimaan siswa
baru, kemudian ada program pengembangan peserta didik berupa tambahan jam
pelajaran bagi siswa klas tiga, ekstrakurikuler, serta untuk pengembangan bahasa
Inggris ada kerjasama dengan lembaga Bahasa Inggris ILC. Pihak sekolah juga
sudah melakukan pencacatan dan ketatalaksanaan kesiswaan yang dapat
digunakan sebagai lapoaran mengenai keadaaan siswanya.
d. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan di SMKN 2 Surakarta meliputi kegiatan
perencanaan dan pengelolaan keuangan sekolah dengan menyusun RAPBS setiap
awal tahun anggaaran. Perihal penggunaan dana sekolah didasarkan pada
kebutuhan – kebutuhan yang telah disesuaikan dengan rencana anggaran biaya
sekolah. Pertanggungjawaban terhadap penggunaan keuangan sekolah diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
kepada warga sekolah secara trasparan kepada masyarakat umum dan juga kepada
pemerintah secara rutin tiap tahunnya.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen Sarana dan Prasarana di SMK N 2 Surakarta mencakup
Kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan
penghapusan serta penataan. Perencanaan sarana dan prasarana di SMK N 2
Surakarta dilakukan dengan cara menganalisis dan penyusunan kebutuhan,
pembelian, penerimaan perlengkapan sekolah. Untuk pengadaan sarana dan
prasarana sekolah didapat melalui bantuan wali murid, pemerintah dan dunia
industri. Dari program kerja bagian sarana dan prasarana dapat dilihat kepedulian
sekolah dalam pemeliharaan sarana dan prasarana. Dari hasil observasi
lingkungan SMK N 2 Surakarta menunjukkan kebersihan, kerapian, dan
keindahan. Sedangkan untuk kondisi sarana dan prasarana di SMK N 2 Surakarta
menunjukkan cukup memadai serta mendukung untuk kegiatan PBM dan dalam
kondisi yang cukup baik.
f. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat
SMK N 2 Surakarta telah menjalin hubungan yang baik dengan dengan
masyarakat, antara lain melalui kerjasama dalam berbagai kegiatan yang
melibatkan instansi – instansi, maupun dunia industri. Sedangkan bentuk
kerjasama dengan wali murid salah satunya ditunjukkan dengan pemberian
toleransi kepada siswa yang tidak mampu dengan memberikan keringanan kepada
siswa dalam penangguhan biaya sekolah. Dengan adanya hubungan yang baik,
akan mendorong partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap pentingnya
pendidikan.
g. Manajemen Layanan Khusus Lembaga Pendidikan
Manajemen layanan khusus meliputi kegiatan manajemen perpustakaan,
kesehatan dan keamanan sekolah. Manajemen komponen-komponen tersebut
merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien. Manajemen layanan
khusus di SMK N 2 Surakarta meliputi layanan UKS, layanan keamanan dan
layanan BP. Dengan adanya layanan khusus yang diberikan oleh pihak sekolah
diharapkan dapat menciptakan suasana yang tenang dan nyaman dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
belajar dan mengajar. Serta untuk para pegawai agar mereka dapat melaksanakan
tugas dengan tenang dan nyaman.
2. Proses Penyusunan Program dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah
di SMK N 2 Surakarta
a. Komunikasi terbuka
Setiap awal tahun SMK N 2 Surakarta sudah membuat program –
program sekolah. Program sekolah disampaikan secara transparan kepada seluruh
warga sekolah termasuk didalamnya yaitu orang tua siswa, masyarakat, dan
komite sekolah melalui komunikasi terbuka. Komunikasi terbuka ditunjukkan
oleh kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis yaitu dengan memperhatikan
aspirasi dari bawah dengan mengadakan pertemuan dengan warga sekolah,
komite, dan wali murid untuk membicarakan program – program sekolah, siapa
yang punya ide atau gagasan diberi kesempatan untuk menyampaikannya di
forum.
b. Pengambilan Keputusan Bersama
Penyusunan program sekolah dilakukan melalui kelompok kerja dari
setiap masing – masing lini melalui rapat bersama. Dalam proses penyusunan
program sekolah, sekolah juga memberikan kesempatan kepada seluruh
komponen untuk ikut terlibat dalam pengambilan keputusan sesuai dengan
proporsinya masing – masing termasuk orang tua siswa, masyarakat, dam komite
sekolah.
3. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah Sebagai Upaya Peningkatkan
Mutu Pendidikan di SMK Negeri 2 Surakarta.
Pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta telah
memberikan pengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah dalam
penyelenggaraan pendidikan. Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh
informan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan manajemen berbasis
sekolah di SMK N 2 Surakarta telah memberikan pengaruh terhadap peningkatan
mutu sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
segi input SMK N 2 Surakarta tergolong mempunyai bibit yang unggul, serta
mempunyai kualitas tenaga pengajar yang berkompeten di bidangnya. Dilihat dari
kesiapannya SMK N 2 Surakarta memiliki fasilitas yang mendukung dan sudah
memenuhi standar. Penggunaan peralatan mengajar berupa laptop dan LCD di
SMK N 2 Surakarta merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Selain itu pelaksanaan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2
Surakarta juga berpengaruh terhadap kemandirian sekolah. Kemandirian yang
dimaksud adalah sekolah dapat memberdayakan personil – personilnya dalam
rangka mewujudkan tujuan sekolah. Output sekolah juga menunjukkan
peningkatan mutu hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan prestasi belajar
siswa dari di tiap tahunnya. Selain itu banyak siswa yang sudah di tawari kerja
dari pihak industri, dan menjuarai berbagai perlombaan akademik, selain itu SMK
N 2 Surakarta juga suadah mendapat standarisasi ISO.
.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan, maka dapat dikaji
implikasi teoritis dan implilaksi praktisnya sebagai berikut.
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan temuan studi, maka dapat dikaji secara teoritis bahwa
penerapan konsep manajemen berbasis sekolah memberikan pengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan di SMK N 2 Surakarta. Dengan pemberian
kewenangan kepada SMK N 2 Surakarta dalam pengelolaan dan pemberdayaan
sumber daya sekolah yang tersedia. Kewenangan yang diberikan ke sekolah
merupakan suatu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kemandirian
sekolah. Dalam hal ini sekolah diberi kebebasan dalam mengelola sekolahnya sendiri,
hal tersebut dikarenakan sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya, sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
yang tersedia untuk memajukan sekolahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
2. Implikasi Praktis
SMK N 2 Surakarta sudah melaksanakan manajemen berbasis sekolah
dengan baik. Namun demikian dalam suatu manajemen sekolah, terutama dalam
penerapan manajemen berbasis sekolah di SMK N 2 Surakarta masih terdapat hal
– hal yang perlu dibenahi dalam implementasinya . Hal tersebut mengenai Yaitu
mengenai pola pikir anak SMK bahwa setelah lulus orientasinya langsung kerja,
sehingga untuk segi kognitifnya kurang. Selain itu masih terdapat beberapa hal
mengenai kesiapan personil sekolah dalam menjalankan tugas – tugasnya. Dengan
mengetahui kendala – kendala tersebut, maka diharapkan pihak sekolah lebih
memotivasi peserta didiknya mengenai pentingnya ilmu pengetahuan, serta
memberi gambaran yang jelas mengenai kegunaan ilmu yang dipelajari dengan
kenyataan hidup yang ada. Kemudian untuk guru diharap lebih kreatif dalam
penggunaan media belajar, serta dalam pembuatan silabus adanya deadline dalam
pengumpulannya agar dalam proses pembuatan kurikulum baru dapat berjalan
lancar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka
peneliti mempunyai beberapa saran mengenai implementasi manajemen berbsi
sekolah sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Sekolah
a. Sekolah hendaknya secara kontinyu mengevaluasi terhadap pelayanan yang
diberikan terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada siswanya.
b. Kepala sekolah hendaknya lebih aktif untuk mengajak semua komponen
sekolah untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan sekolah.
c. Sekolah hendaknya lebih sering mendelegasikan guru dan karyawan untuk
mengikuti pelatihan/ diklat – diklat, lokakarya untuk meningkatkan kualitas
dan kemampuan personil sekolah.
d. Kepala sekolah hendaknya dapat membimbing dan mengarahkan
pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan
pengawasan dalam pelaksanaannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
e. Dalam proses pengembangan program sekolah, kepala sekolah hendaknya
tidak membatasi diri pada pendidikan dalam arti sempit, ia harus
menghubungkan program – program sekolah dengan seluruh kehidupan
peserta didik dan kebutuhan lingkungan.
2. Bagi Pihak Guru
a. Guru hendaknya lebih memaksimalkan penggunaan media dan sarana
belajar yang ada supaya proses belajar mengajar tidak terjadi kejenuhan.
b. Untuk meningkatkan kompetensinya guru hendaknya sering mengikuti
seminar, penataran kompetensi, lokakarya, dan lain sebagainya.
3. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah hendaknya melakukan sosialisasi sistem manajemen berbasis
sekolah ke sekolah – sekolah di daerah.
b. Pemerintah hendaknya aktif dalam melakukan pemantauan pelaksanaan
manajemen berbasis sekolah secara berkala agar pelaksanaan MBS berjalan
lancar.
c. Pemerintah hendaknya memberikan bantuan sarana dan prasarana
pendidikan sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah –
sekolah daerah.
4. Bagi Komite
a. Komite sekolah hendaknya lebih meningkatkan koordinasinya dengan pihak
sekolah.
b. Komite sekolah hendaknya lebih berperan aktif dalam mendukung proses
pelaksanaan MBS di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal Ibrahim. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Depdiknas.2001.manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (bukul). Jakarta: Proyek peningkatan Mutu SLTP Jakarta : Tahun 2001.
Departemen Pendidikan Nasional 2006. Undang – undang SISDIKNAS (UU RI No.20 Th.2003). Jakarta: Sinar Grafika.
Eman, Suparman. 2001. Manajemen Pendidikan Masa Depan. http://www.depdiknas.go.id/publikasi/Buletin/Pppg tertulis/08 2001/ manajemen pendidikan masa depan.htm.
Enco Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.
FKIP. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: UNS Press.
HB. Sutopo. 2002 . Metode Penelitian Kualitataf. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Http://www.acehforum.or.id/, 11 November 2007.
Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung : Mandar Maju.
Lexy, J. Moleong. 2007. Metode Pebelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Malik Fajar. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nurkolis. 2002. Penerapan Manajemen Berbasis sekolah (MBS) di SLTP Negeri 9 Jakarta. http:// www.kompas.com/nurkolis.html.
Redja Mudyahdjo. 2001. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdyakarya.
Slamet Widodo.2004. Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Soeharto.1988. Desain Instruksional: Sebuah Pendekatan Praktis Untuk Pendidikan Tehnologi dan kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Soekidjo notoadmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 1993. Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknik dan Kejuruan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86 Sulistyo, dkk. 2003. Pengantar Manajemen. Surakarta: Sebelas Maret University
Press.
Sukamto. 1983. Pengembangan Pendidikan kejuruan Menyongsong Pembangunan Jangka Panjang ke – 2. Yogyakarta: Pusat Pengembangan pada masyarakat IKIP.Yogyakarta.
Supriono, S., & Acdmad, S. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: SIC.
Sutrisno Hadi. 1983. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Terry, G.R & Leslei W. Rue.2005. Dasar – dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Umaedi, 1999 : http://www.ssep.net/director.html
Undang –Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
Undang – Undang RI No. 2 Tahun 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Willem, Mantja. 2000. “ Manajemen Pendidikan Dalam Era Reformasi “ Jurnal Pendidikan. 7(2), 87 – 96.
Yenny Aryanti.2002. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Pendidikan Sistem Ganda. Skripsi. FKIP.UNS.
top related