farmakologi saluran napas - dra. hanifah
Post on 26-Dec-2015
77 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
FARMAKOLOGI SALURAN NAFAS
OLEH
DRA. HANIFAH YUSUF, Apt, M.Kes131 671 752
BAGIAN FARMAKOLOGI DAN TERAPETIKFAKULTAS KEDOKTERAN UNSYIAH
2007
GANGGUAN PADA SALURAN NAFAS
Gangguan pd sal nafas antara lain:
1. Rhinitis allergica
2. Asthma bronchiale
3. Bronchitis chronic
4. Pneumonia Chronic Obstructive Pulmonary Disease
5. Emphysema (COPD)
6. Bronchitis acute
7. Tumour Pulmonary
8. Pleuritis exudativa/Pleuritis Fibrinosis
9. Silicosis
10. Tuberculosis
Penyakit Pada Saluran Nafas
1. Rhinitis Allergica
Inflamasi pd mukosa hidung akibat keterpaparan allergen shg timbul respon immunologi spesifik yg diperantarai oleh Ig E
Rhinitis allergica ada 2 tipe:a. Musiman (seasonal, hay fever)
Timbul akibat allergen yg spesifik (serbuk sari), wktnya dpt diprediksi (musim semi, musim bunga) dan biasanya bersifat akut
b. Tahunan = Perennial, intermittent (sering), persistent (menetap)
Timbul akibat allergen yg tdk spesifik, misalnya oleh tungau, serpihan kulit/bulu hewan, debu rumah, spora, jamur, asap, gas, bau2an, suhu, cuaca dll, biasanya gejalanya tidak begitu kelihatan dan bersifat kronis
Terapi (Pengobatan):
A. Terapi non farmakologi
1. Menghindari Allergen
• Jamur dpt dicegah dg desinfektan dan kelembapan udara dl rumah upayakan < 40%
• OS yg allergi terhdp bulu hewan sebaiknya tdk memelihara hewan atau mencegah kontak dg hewan.
• Ruang dan alas tidur hrs bebas debu, tilam dan bantal diberi alas yg tdk tembus debu dan tdk menggunakan karpet.
• Sebaiknya ruangan meggnkn penyaring udara, ruang tidur dlm keadaan tertutup
• OS dg rhinitis allergi musiman, hindari keluar rumah dan bila perlu gunakan masker .
2. Desensitisasi
Dg pemberian ekstrak allergen dl dosis bertingkat
B. Terapi dengan Obat (Pharmacotherapy)
a. Pemberian antihistamin
Pemberian AH1 cukup effektif, namun sifat anticholinergik berupa mulut kering, kdg2 susah miksi, konstipasi dan efek pd kardiovaskuler lainnya perlu dipertimbangkan dg hati2 bl diberikan scr kronik pd penderita retensi urine, glaukoma, hipertyroid dan gangguan jantung
AH1 lbh effektif bl digunakan 1-2 jam sebelum terpapar allergen
b. Pemberian penghambat degranulasi mast sel
Yaitu Kromolin glikat, Nedocromil yg bersifat sbgi stabilizer utk mencegah kekambuhan dan hanya bermanfaat pd keadaan tidak kambuh.
Secara umum kombinasi obat pd rhinitis allergica adalah: antihistamin, nasal decongestan, bila perlu ditambahkan ekspektoransia dan antitussif.
ISTILAH DALAM FARMAKOLOGI SALURAN NAFAS
1. Nasal decongestant:Obat2 yg mengurangi sumbatan/ pembengkakan pd mukosa hidung
2. Antihistamine:obat2 yg melawan histamine (mediator2 penyebab allergi)
3. Antitussive:Obat2 yg meredakan atau mencegah batuk
4. Expectorants:Obat2 yg mengencerkan & memicu pengeluaran dr mukus sal nafas
5. Bronchodilators:Obat2 yg meningkatkan kaliber (diameter) otot polos saluran nafas
6. Antiinflammatory:Obat2 yg memodulasi respon inflamasi
7. Antimuskarinik
Obat2 yg memodulasi kontraksi otot polos saluran nafas
8. Leucotrienes antagonist:
Obat2 yg menghambat degranulasi sel mast (menghambat pelepasan mediator) : Turunan Kromolin, Kortikosteroid
9. Lypooxygenase inhibitors:
Obat2 yg menghambat pembentukan Leucotriens
10.Antigen antibody Monoclonal Ig:
Obat2 yg memodulasi sistem Ig E dan Ig G dg cara mempengaruhi interaksi Ag-Ab
FARMAKOLOGI SALURAN NAFAS
Obat2 yg mempengaruhi saluran nafas dikelompokkan atas:
1.Obat2 yg merangsang pernafasan (Respiratory stimulants)
2.Obat2 yg menekan pernafasan (Respiratory depressions)
3.Obat2 yg digunakan pd keadaan demam, flu, pilek
4.Obat2 asthma bronchiale
5.Obat2 batuk
6.Obat2 yg digunakan pd penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
7. Antibiotika pd infeksi saluran nafas
8. Anti Tuberkulosis
OBAT2 PERANGSANG PERNAFASAN
Dignkn pd kead emergensi yaitu bl tdk ada cara yg tepat utk merangsang pernafasan misalnya: pd depressi pernafasan pasca operasi)
Dilakukan di RS dan dibawah pengawasan dokter spesialis paru
Tdk boleh digunakan pd asthma akut yg berat (status asthmaticus) atau pd keadaan depressi pernafasan akibat overdosis obat
Mekanisme kerja obat dg merangsang chemoreceptor carotid dan pusat pernafasan di Medulla oblongata
Yg tmsk obat perangsang pernafasan (analeptik): Nikethamide (Coramine), Ethamivan (Vandid), Doxapram (Dopram)
1. NIKETHAMIDE (CORAMINE)
Merupakan turunan piridin yg dibuat secara sintetik, mdh larut dl air dan sedikit larut dl minyak
Mekanisme kerja Obat:
Mergsg SSP dan tdk bkj pd dosis kecil krn hanya menyebabkan sedikit eksitasi scr sentral . Hal ini disebabkan oleh stimulasi pd carotid dan aortic khemoreseptor
Nikethamide akan meningkatkan sensitifitas thdp CO2 dan aktifitasnya lebih kuat menekan pusat pernafasan drpd pd keadaan normal
Farmakokinetik:
- Nikethamide diabsorpsi pd semua cara pemberian, tp lbh srg
diberikan scr intravena, aktifitas kerjanya lebih dari 2 menit
- Nikethamide dimetabolisme menjadi nikotinamide dan diekressi
sbgi n - metil nikotinamide
Toksisitas:
Pd dosis tinggi nikethamide dpt menyebabkan konvulsi klonik yg diikuti dg penekanan pd SSP dan pusat pernafasan
Efek Samping:
Pruritus, cemas dan gangguan pd saluran cerna
Penggunaan klinik:
-Gagal nafas akut
-Dosis initial:
2 ml dari larutan 25% . Pemberian obat ini dpt diulangi 4 – 6 jam
jika diperlukan.
2. Ethamivan (Vandid)
Mrpkn derivat asam vanillat, masa kerjanya singkat (10 menit).
Mekanisme kerja :Mekanisme kerja ethamivan dan efek toksis yg ditimbulkan sama spt nikethamide
Dosis:
150 – 400 mg scr injeksi intravena atau infus tetes intravena dg kecepatan tetesan 20 mg per menit
3. Doxapram (Dopram)
Mrpkn analeptik non spesifik yg digunakan utk menstimulasi pernafasan
Diberikan scr infus intravena dg kecepatan tetesan 5 mg/menit dan selanjutnya dpt diturunkan menjadi 2 mg/menit
Doxapram memiliki indeks terapetik lbh besar dr nikethamide atau ethamivan.
Efek samping: Hipertensi, tachycardia, dysrhytmia dan vomitus.
OBAT2 PENEKAN PERNAFASAN
Umumnya:
Narkotik analgetik, Barbiturat, Antihistamin, Etanol dan Benzodiazepin akan menekan sistem pernafasan baik pd kelebihan dosis maupun pd dosis terapi bl digunakan oleh penderita yg hiperreaktif
Obat2 tsb diatas mrpkn obat2 yg mempengaruhi SSP
Pengg obat2 ini hrs hati2 pd penderita asthma, ibu hamil/ibu menyusui
OBAT2 PADA FLU, PILEK/INFLUENZA
Mrpkn kombinasi dr Nasal decongestan, Antihistamin, Kortikosteroid, Antitussive dan Expectorants
OBAT2 PADA ASTHMA BRONCHIAL
Obat2 yg dgnkn pd asthma bronchial a.l : Bronchodilator, AH1, Antiinflamasi, Antagonist muscarinic, Leucotrien antagonist dan Lypooxygenase inhibitors dan Antigen antibody Monoclonal Ig
NASAL DECONGESTANT
Dekongestan topikal maupun sistemik mrpkn simpatomimetik yg aktif bkj pd adrenergik reseptor alfa-1 pd mukosa hidung dg efek vasokonstriksi shg mampu mengurangi pembengkakan dan memperbaiki ventilasi saluran nafas.
Effikasi semakin baik bl dikombinasikan dg Antihistamin (AH1).
Scr topikal digunakan lgsg baik dl bentuk sediaan tetes hidung maupun semprot yg bkj setempat tanpa efek sistemik.
Penggunaan dl wkt lama > 3-5 hari, biasanya dpt menimbulkan efek rebound (kekambuhan), keadaan ini dpt diatasi dg pemberian kortikosteroid dan perbaikan baru terlihat setelah bbrp hari - 1 mgg
Efek samping topikal nasal decongestan: burning (rasa spt terbakar), stinging (rasa spt tertusuk), sneezing (bersin2) dan keringnya mukosa hidung
Nasal decongestant sebaiknya digunakan bila sangat diperlukan, dlm dosis, frekwensi yg kecil dan dl wkt seminimal mungkin (3 – 5 hari)
Sistemik decongestant sebaiknya dihindari pd penderita hipertensi, apalagi bl dignkan bersama MAO Inhibitor
Lama Kerja Topical Nasal Decongestant
Nama Obat Lama KerjaShort ActingPhenyl Ephrin HCl > 4 jamIntermediate ActingNaphazoline HClTetrahydozoline HCl
4 – 6 jam
Long ActingOxymethazoline HCl
Xylomethazoline HCl> 12 jam
1. Nasal decongestants sistemikBekerja scr langsung: Ephedrin, Pseudo ephedrine dan Phenyl ephrine
a.Ephedrine HCl: Alkaloid dr herba Ephedra vulgaris (Ma-huang) atau yg dibuat scr sintetis
Mekanisme kerja: Menjebabkan pelepasan NA/A pd ujung serabut saraf simpatetik dan mengaktifkan reseptor alfa dan beta adrenergik di paru dan memicu timbulnya bronchodilatasi serta Vasokonstriksi pd mukosa hidung
Penggunaan klinik:Mengurangi nasal decongesti, midriasis, bronchitis, emphysema dan asthmabronchiale
Efek samping: Tergtg pd dosis: dosis kecil berupa irritasi pd mukosa hidung, sdgkan pd dosis besar berupa hypertensi, cardiac arrythmia (terutama stlh pemberian scr parenteral), retensi urin dan menyebabkan stimulasi pd SSP dg gejala2 sbb:
Gejala2 :
Berupa nausea, vomitus, sweating, vertigo, tremor, nervous dan insomnia.
Utk melawan efek pd SSP, sering dikombinasi dg barbiturat spt yg tdpt pd Franol
Farmakokinetik: Ephedrin sgt mdh larut dan diabsorpsi scr komplit baik pd pemberian scr oral maupun parenteral. Lebih dr 40% diekressi melalui urine dl btk tdk berubah.
Ephedrin dimetabolisme di hepar dg cara deaminasi dan konyugasi
Kontraindikasi:Pd BPH, Hyperthyroidsm, hipertensi, gangguan jtg, glaucoma dan penderita yg sdg menggunakan MAO-Inhibitor (Isocarboxazid, phenelzine dan tranylcypromine krn akan meningkatkan TD), dmk juga pd penggunaan guanetidine akan mengantagonis efek antihipertensi
Btk Sediaan Obat: Tablet 25 mg, ampul 50 mg/ ml, tetes hidung larutan 0,5 – 2%, tetes mata 3-4%Dosis: oral 3-4 kali sehari 25–50 mg, subkutan 2-3 kali sehari 25 mg atau 0,5 – 1 ml.
b. Pseudo ephedrin:
Tdpt dl sudafed, actifed, actigesic, allerfed, benadryl DMP, crofed, lapifed, librofed sirup Mrpkn alkaloid dr herba Ephedra vulgaris,atau dibuat scr sintetis
Termasuk nasal decongestan yg paling baik, secara oral mula kerjanya lebih lama dari topikal, tapi lama kerjanya lebih panjang
Mekanisme kerja: vasokonstriksi mucosa hidung
Penggunaan klinik:-Mengurangi bengkak pd mukosa hidung
Sediaan:
Dl btk kombinasi dg antihistamin, ekspektoran dan obat2 batuk
Efek samping dan kontraindikasi: Sedikit lebih ringan dp Ephedrin HCl, bl dosis > 210 mg dpt menimbulkan Hipertensi dan denyut jtg meningkat
Dosis: 30 -60 mg (oral), 15 – 30 mg/ 5 ml
Kontraindikasi: HT, MCI, Hyperthyroidsm
c. Phenylephrine HClTdpt dl Andonex, Donexan-DX, Ikadryl DMP dan mrpkn agonis alfa-1 adrenergik
Mekanisme kerja: Vasokonstriksi pd mukosa hidung shg mengurangi oedem dan mengurangi kekentalan cairan hidung (nasal stuffiness)
Penggunaan klinik: Nasal decongestant, midriasis
Bentuk Sediaan obat:Sering dl btk kombinasi dg AH1, ekspektoransia dan obat batuk
Efek samping:
Hypertensi, pd ibu hamil penggunaan yg srg dpt menimbulkan efek teratogenik, rebound nasal decongesti, pusing, tremor, nyeri kepala dan irregular heartbeat
Dosis: Oral 20 mg/kali dan 60 mg/hariSub kutan 5 mg/kali, 15 mg/hari, dosis maksimum 10 mg/kaliChewable tab 10 mg, 10 mg/ ml injeksi
Nasal 0,125 – 1%
d. Phenyl PropanolAmine (PPA)
Tdpt dl Allerin, Anadex, Astaflu, Bestocol, Bodrexin, Cosyr, Dexophan, Fludexin dll
Dosis: 7,5 – 15 mg, 25 – 50 mg, tiap 3-4 jam
Kontra indikasi:
Tdk diberikan pd penderita yg sensitif thdp agonis adrenergik dg gejala2 insomnia, pusing, kelelahan, tremor dan cardiac arrythmia .
Umumnya agonis adrenergik harus hati2 diberikan pd penderita DM, penyakit jtg, hyperthyroid, HT dan penderita yg sdg menggunakan antidepressan
2. Nasal decongestant topical:
Topikal nasal decongestant mrpkn obat2 agonis alfa -1 adrenergik yg bkj pd dosis rendah jika digunakan pd mukosa hidung
a. Oxymetazoline 0,05% = Afrin Lama kerja obat panjang (duration of action) > 8 jam
Tdk menekan SSP pd keadaan overdosis
Pd penggunaan kronik dpt menyebabkan efek rebound congesti
b. Naphazoline 0,05% (Privine)
c. Phenyl ephrine 0,125% - 1% Lama kerja obat singkat (2-4 jam), dignkan utk midriasis pd
observasi retina
d. Xylomethazoline 0,05-0,1% (Otrivine)
e. Tetrahydrozoline 0,05-0,1% (Visine)
f. Propylhexedrine
ANTIHISTAMINE
Mekanisme Kerja:
Menghambat pelepasan dan aktivasi histamine atau mediator lainnya
Penggunaan Klinik:
Utk mencegah dan mengobati reaksi allergi spt pd rhinitis allergica, dan urticaria
Penggolongan antihistamine:
Berdasarkan struktur kimiawi:
1.Golongan alkylamine (non selective, sedative)
-Chlorpheniramine maleat (CTM, alleron, chlortrimeton): 4mg/tab
-Dexchlorpheniramine maleat (Polaramine): 2 mg/tab, 2 mg/ 5 ml
-Brompheniramine maleat
-Prophenhydramine maleat 25 – 50 mg/kali
-Tripirolidine dan Acrivastine
2. Golongan Ethylendiamine
-Antazoline HCl
-Pyrilamine maleat
-Tripelenamine HCl 25 mg/ tab, 100 mg/ tab SR
-Mepyramine maleat dosis oral 25-50 mg/kali
3. Golongan Ethanolamine
-Carbinoxamine maleat
-Clemastine fumarat
-Diphenhidramine HCl (Benadryl); dosis oral 25 mg/kali,12,5
mg/ 5 ml
syr, 50 mg/ ml injeksi
-Diphenylpyraline
-Dimenhydrinate (Dramamine): 50 mg/tab, 12,5 mg/ 5 ml
4. Golongan Phenothiazine-Chlorpromethazine (Phenergan), dosis oral 12,5 – 50 mg/ kali
IV 25 mg/kali, 25 mg/ 5 ml syr
-Triethylperazine (Trimeprazine)
5. Golongan Piperazine-Cyclizine HCl; 50 mg/tab
-Hydroxyzine HCl 10 mg/ tab, 10 mg/5 ml susp
-Meclizine HCl 12,5 – 50 mg/tab
-Cetirizine HCl: 5 – 10 mg/tab, 5 mg/ 5 ml
-Buclizine : 50 mg/tab
6. Golongan Piperidine (selektive, non sedative)-Loratadine 10 mg/tab, 1 mg/ ml sir
-Desloratadine
-Terfenadine
-Asetamizole
-Fexofenadine 60 mikrogram/kapsul
- Levocabastine HCl (Livostin)
- Olopatadine (Patanol)
Keduanya merupakan AH1 yg digunakan pd allergi conjungtivitis yg berhubungan dg Rhinitis allergica
7. Golongan Pthalazinone (non sedative) -Azelastine (Astelin) Mrpkn AH1 intranasal yg bkj sgt cpt pd Rhinitis allergica musiman Efek samping : mulut kering, nyeri kepala dan effektifitasnya berkurang pd penggunaan yg terlalu sering
8. Golongan Piperidine (non selektive, sedative) -Cyproheptadin: periactin, cypron, pronicy (4 mg/tab, 2 mg/ 5 ml) -Phenidamine tartrat
9. Golongan lain -Azatadine, Medhidroline napadisilat Azatadine = optimune: dosis 1 mg/tab
Berdasarkan selektifitas kerjanya:1. Sedative antihistamine (generasi I, bkj sentral) AH ini tgtg pd kemampuannya melewati BBB dan kelarutannya dl lipid
2. Non sedative antihistamine (generasi II, bkj perifer) AH ini skr larut dl lipid dan tdk mempengaruhi SSP/SSO
Intensitas Berbagai Efek dari Antihistamine
Golongan Efek Antihistamin
e
Efek sedative
Efek anticholinergi
k
Antiemetik Efek samping pd GIT
Ethanolamine
+ s/d ++ + s/d +++ +++ ++ s/d +++ +
Etilendiamine
+ s/d ++ + s/d ++ - - +++
Alkilamine ++ s/d +++ + s/d ++ ++ - +
Piperazine ++ s/d +++ + s/d +++ + +++ +
Phenothiazine
+ s/d +++ +++ +++ ++++ -
Piperidine ++ s/d +++ - s/d + - s/d + - -
Farmakokinetik:
Diabsorpsi dg baik pd sal cerna, konsentrasi puncak dl plasma dicapai setelah 2-3 jam dan respon farmakologi antara 4-6 jam, tetapi ada bbrp obat yg kerjanya lebih lama
Mekanisme kerja Obat:
Menghambat aktifitas histamin
Penggunaan klinik: Pd common cold dan penyakit allergi
Efek samping: Pd dosis terapi menyebabkan sedasi (mengantuk), dizziness, mulut kering, takhicardia dan tremorEfek sedasi sgt bermanfaat pd penderita sukar tidur krn gangguan pdsaluran nafas
Interaksi Obat
-Mengurangi efek antikoagulan oral
-Bersifat additif dg alkohol, opiat, sedatif hipnotif
Dosis oral Antihistamin dan decongestant
Nama Obat Dewasa Anak-anak
Non selektive AH1
Chlorpheniramin maleat
4 mg/ tiap 6 jam 6-12 thn 2 mg/ tiap 6 jam
2-5 thn 1 mg/ tiap 6 jam
Chlorpheniramin maleat SR 8-12 mg/hari, malam 6-12 thn, 8 mg/hari, malam
< 6 thn tdk dianjurkan
Clemastine fumarate 1,34 mg/ tiap 8 jam 6-12 thn. 0,67 mg/ tiap 12 jam
Diphenhidramin HCl 25-50 mg/tiap 8 jam 5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
Selektifve AH1
Loratadine 10 mg, 1 x sehari
6-12 thn, 10 mg, 1 x sehari
2-5 thn, 5 mg, 1 x sehari
Fexofenadine 60 mg, 2 x sehari 6-12 thn, 30 mg, 2 x sehari
Cetirizine 5-10 mg, 1 x sehari 6 thn, 5 mg, 1 x sehari
6-11 bln, 0,25 mg/kg BB
Oral decongestant
Pseudoephedrine
60 mg/tiap 4-6 jam 6-12 thn, 30 mg tiap 4-6 jam
2-5 thn, 15 mg tiap 4-6 jam
Pseudoephedrin SR 120 mg/ tiap 12 jam Tidak dianjurkan
KORTIKOSTEROID
Berdasarkan cara penggunaannya dpt dibagi atas:
1.Nasal corticosteroid:
Kortikosteroid scr klinis effektif utk meredakan bersin2, hidung berair, gatal2 dan pembengkakan pd hidung.
Kortikosterioid dignkan pd rhinitis allergika musiman atau kronik utk menekan gejala yang timbul. Dianjurkan penggunaannya sbgi initial terapi bersamaan dg AH1, krn effikasi yg tinggi dicapai bl kombinasi ini digunakan untuk mencegah keterpaparan allergen
Mekanisme Kerja:
Mengurangi inflamsi dg memblok pelepasan mediator, menekan neutrofil khemotaksis, menyebabkan vasokonstriksi ringan dan menghambat kerja sel mast.
Efek samping:
Sneezing, stinging, headache, epistaxis dan infeksi oleh Candida albicans
DOSIS TOPICAL NASAL CORTICOSTEROIDNama Obat Dosis dan Interval PemberianBeclomethasone dipropionat > 12 thn, 1 x hirup 42 mcg/lubang hidung 2-4 x sehari, max 336 mcg/
hari
Beclomethasone dipropionat monohidrat
12 thn, 1-2 kali hirup, 1 x sehari6-12 thn 1 x hirup/lubang hidung (42 mcg) 2 x sehari
Budesonide > 6 thn, 2 x semprot (64 mcg/lubang hidung pd pagi dan sore hari atau 4 x semprot /lubang hidung pd pagi hari (max 256 mcg)
Flunisolide Dewasa: 2 x semprot (50 mcg)/lubang hidung, 2 x sehari (max 400 mcg)
Anak2: 1 x semprot/lubang hidung 3 x sehari
Fluticasone Dewasa; 2 x semprot (100 mcg)/lubang hidung, 1 x sehari, stlh bbrp hari 1 x /lubang hidung
Anak2; > 4 thn 1 x semprot/lubang hidung; 1 x sehari (max 200 mcg/hari)
Treiamcinolone acetonide 12 thn, 2 x semprot (110 mcg)/lubang hidung; 1 x sehari (max 440 mcg/hari
Momethasone furoate 12 thn, 2 x semprot (100 mcg)/lubang hidung; 1 x sehari
DOSIS SISTEMIK NASAL CORTICOSTEROID
Nama Obat Dosis dan Interval
Prednison
Metyl prednisolon
Dexamethasone
Hidrocortison
ANTITUSSIVE
Batuk:Mrpkn mekanisme fisiologis utk membersihkan dan melindungi saluran nafas dari sekret dan benda2 asing lainnya.
Pencetus batuk:
- Infeksi, inflamasi pd sal nafas
- Ada allergen
- Ada sekret
- Kompressi pd sal nafas akibat tumour
Jenis batuk:
- Batuk produktif : mengeluarkan dahak/sputum
- Batuk non produktif: tdk mengeluarkan dahak
Farmakoterapi batuk:
Batuk yg perlu diterapi adalah batuk yg tdk fisiologis lagi yg sgt melelahkan dan mengganggu tidur
Batuk ringan biasanya akan hilang oleh peningkatan mekanisme pertahanan tubuh baik dg penggunaan antiseptik kerongkongan dll
Sedangkan batuk sedang dan berat diperlukan pengobatan baik scr simptomatik maupun yg spesifik
a.Terapi simptomatik = terapi utk menghilangkan gejala
Dpt dilakukan dg pemberian antitussif, dan ekspektoransia
b.Terapi spesifik = Terapi utk menghilangkan penyebabnya
Dilakukan dg pemberian antimikroba pd keadaan infeksi paru/sal
nafas (bronkhitis, pneumonia, TBC). Tindakan operasi pd kanker
paru, polipektomi,
C. Terapi dg antihistamin atau antiallergi bila disebabkan oleh allergen atau benda asing
d. Penghentian merokok pd bronkhitis kronis
e. Tindakan operasi pd kanker paru, polipektomi dll
Mekanisme kerja : Menekan SSP dan mempengaruhi pusat batuk (area
postrema) di MO dg cara menurunkan sensitifitas pusat batuk dan peningkatan nilai ambang thdp brbgi rgsg shg kepekaan thdp reflex batuk berkurang. Dispg itu jg mengurangi sekresi sal nafas dgn mghambat kerja histamin
Bbrp antitussif menyebabkan addiksi dan konstipasi, kerongkongan kering dan bersifat analgetik
Penggolongan antitussif
A. Bekerja secara Central (opiat dan non opiat)
1. Kelompok Opiat
Mrpkn antitussif yg berpotensi menimbulkan addiksi dan disalah gunakan, misalnya turunan opiat: codein, dionin, dicodid, pantopon, meperidin, pholcodine dan levorfanol.
a. Codein (Metil morfin)
Mrpkn alkaloid fenantren yg diperoleh dari penorehan buah masak Papaver somniferum, dipasaran tersedia dl btk garam (codein sulfat, codein hidrokhlorida). Obat ini Jg sbgi obat standar dl penelitian obat2 batuk
Kodein memiliki efek analgetik, sedasi ringan shg bermanfaat utk batuk yg disertai nyeri dan ansietas
Mekanisme Kerja:
-Menghambat pelepasan neuropeptida eksitatori dg mengaktifasi µ
reseptor pd pusat batuk (area postrema di medulla oblongata)
-Mengurangi sensitifitas terhadap agen penyebab batuk
-Potensi timbulnya ketergtgan relatif rendah jk dibdgkn dg morfin
-Scr oral mengurangi sekresi bronkhus & menghambat aktifitas siliar
Penggunaan klinik: Menekan batuk dan bersifat analgesic
Farmakokinetik:Secara oral diabsorpsi dg baik, kadar tertinggi dl plasma dicapai 1-2 jam stlh pemberian dan lama kerjanya 4-6 jam. Diekressi mell urine scr komplit setelah 24 jam.
Efek samping: Nausea, vomiting, pusing, kerongkongan kering, sputum kental, sedasi dan anoreksia, sedangkan pd dosis tinggi menyebabkan gelisah, hipotensi ortostatik, vertigo, nyeri abdomen dan konstipasi. Pd dosis besar dapat menimbulkan depressi pd saluran nafas
Antagonis pd keracunan Opiat:
Dengan pemberian Nalokson
Sediaan: Codein Tablet 10, 15 dan 20 mg Codipront capsul
Dosis: Anak 1 – 1,5 mg/kg BB/ hari dibg dalam 3 – 4 dosisDewasa: 10 – 30 mg setiap 6 – 8 jam
b. Dionin HCLSediaan: Tablet 100 mg
c. Dicodid = Paracodin
2. Non-opiat/ Non Narkotik
a. Dextrometorfan HBr
Mrpkn antitussif yg tdk memiliki sifat addiksi, daya antitussifnya ekivalen dg codein
Mekanisme kerja:Meningkatkan kepekaan thdp reflex batukLama kerja obat 5 – 6 jam
Sediaan: Tablet 10 mg , sirup 10 – 20 mg/5 ml
Dosis: Dewasa 10 – 30 mg, 3 – 4 kali sehari, anak2 1 – 1,5 mg/kg BB/ hari utk 3 – 4 kali pemakaian
Efek samping: Pusing, sakit kepala, mual dan muntah
Interaksi Obat: Dg MAO Inhibitor (Fenelzin), Depressant SSP lainnya
b. Noscapin
Mrpkn alkaloid turunan benzil isoquinolin dr opium yg tdk menimbulkan addiksi dan analgesia. Potensi antitussif sama dg kodein
Sediaan: Tablet dan sirup
Dosis: Dewasa 15 – 30 mg 3 kali sehari
Efek samping: Gangg GIT, depressi Sal nafas (dosis > 90 mg)
c. Carbetapentand. Caramifene. Chlofendanolf. Pholcodineg. Clobutinolh. Isoaminili. Pentoksiverin
j. Propoksifen (btk levo dan dekstro) Mrpkn antitussif non analgesik, efikasi sama dg dektrometorfan Dosis: 50 – 100 mg secara oral
k. Butamirat
l. Okseladin
m. Oksolamin
n. Pipazetat
Antitussif diatas bersifat non analgesic, non addiktif dan tdk mendepressi saluran nafas.
B. Bekerja secara perifer
Kelompok anaestetik
1. Benzonatat
Mrpkn anestetik lokal yg digunakan scr oral
Mekanisme kerja dg menurunkan sensitifitas reseptor batuk
Dosis : 100mg, 3 kali sehari
Efek samping: Bingung, Convulsi, reaksi hipersensitivitas
2. Lidokain, Lignocain, Tetracain, Cocain
Bkj lgsg pd sal nafas bgn atas, dg efek anaetesi lokal, mengurangi irritasi lokal, mengurangi spasme otot polos saluran nafas
Obat2 ini effektif utk batuk akibat kanker paru-paru
EXPECTORANTS
Obat2 yg mengencerkan dan memicu ejeksi (pengeluaran) mukus dari saluran nafas
Tujuannya:- Utk mengurangi sumbatan oleh sekret bronkhus yg kental
Mekanisme Kerja:- Menurunkan viskositas sputum dg memecahkan rantai
mukoprotein, mukopolisacharida & ikatan sulfida pd sputum shg mdh dikeluarkan (mukolitik)
- Meningkatkan aktifitas siliar sal nafas shg sputum cepat dikeluarkan (mukokinetik)
Penggolongan Ekspektoransia:
1. Turunan garam:Natrium,Kalium&Ammonium(Sitrat, Khlorida, Iodida)
2. Sirup, Tingtur Ipecacuanhae3. Ekstrak: OBH (Succus Liquiritiae)4. Minyak atsiri: OBP, OBH5. Kreosot6. Gliseril guayakolat7. Ambroksol, Bromheksin8. Turunan Systein: asetyl systein, Carbosystein,
Erdosystein
1. Garam Natrium, Kalium, Ammonium (Sitrat, Khlorida, Iodida)
Bkj dg cara menurunkan viskositas dan meningkatkan aktifitas siliar saluran nafas utk mengeluarkan sputum. Biasanya digunakan dl btk kombinasi dg antitussif, antihistamin dll
Natrium sitrat
Natrium Iodida
Kalium sitrat
Kalium Iodida
Ammonium Khlorida
Efek samping: Gangguan GIT, anorexia, vomitus dan nyeri epigastric
2. Sirup, Tingtur IpecacuanhaeSering digunakan dl campuran antitussive pd batuk produktifDosis: Dewasa 1-3 ml, anak-anak 0,5- 2ml
3. Ekstrak Glycirrhizae: Succus LiquiritiaeTdpt pd OBH yg dikombinasi dg NH4Cl dan minyak permenSelain sbgi ekspektorans jg bersifat counterirritan dan melegakan
saluran nafas
4. Minyak atsiri: Tdpt dl OBP, OBH
OBP adalah campuran sirup gula dg oleum anisi, bkj dg mengencerkan sputum dan bersifat mukokinetik. Btk sediaan sirup (OBP dan Mercotin)
5. Kreosot
6. Gliseril guayakolatBkj dg meningkatkan aktifitas mukosiliar
7. Ambroksol, BromheksinMrpkn obat semi sintetis (Visicine) dari tumbuhan Adhatoda vasica ,
bkj sbgi mukolitik dan sering digunakan pd bronkhitis kronik
Dosis: 8 – 16 mg/ setiap 6-8 jamEfek samping: Gangguan GIT
8. Turunan Systein: Acetyl systein, Carbosystein, Erdosystein (Anti protease)
Bkj dg cara menurunkan viskositas sekret sal nafas dan memutuskan rantai sulfida pd mukoprotein sputum, jg bersifat sbgi antioksidan
Btk sediaan: Sirup, inhalasi srg digunakan pd cystic fibrosis
Efek samping: gangg GIT, reaksi allergi, stomatitis & bronkhospasmeAsetil sistein dan Karbosistein jg dpt digunakan utk terapi keracunan
asetaminofen/ panadol dg dosis 10 g/hari secara oral.
OBAT ASTHMA BRONCHIAL
Asthma bronchiale:
Mrpkn penyakit yg diperantarai oleh Ig E, dimana Ig E mengikat dan mensensitisasi mast sel, shg tjd pelepasan mediator yg dpt memicu spasme dan konstriksi serta hipersekresi saluran nafas
Tanda-tanda klinis:
Batuk berulangkali, spasme sal nafas, sesak nafas dan mengi
Mediator Asthma:
•Leucotriens
•Histamin
•Prostaglandin
•Neutrophyl Chemotactic Factors (NCF), Eosinophyl
•Platelet Activating Factors (PAF) dan Bradykinin Activators
Karakteristik Asthma Bronchial:-Adanya obstruksi krn inflamasi di sal nafas
-Bronchospasme
-Hypersekresi sal nafas
Perubahan Fisiologik
-Meningkatnya sensitifitas trakhea dan bronkhus thdp bbgi stimuli
-Kontraksi otot polos sal nafas
-Penebalan mukosa sal nafas
-Infiltrasi sel: Neutrofil, Eosinofil, Sel mast, basofil, limfosit dr ddg
bronkhus
-Meningkatnya sekret kental sal nafas dan Batuk episodik
Perubahan Immunologik
-Peningkatan produksi IgE dan IgG
-Pembentukan Antibodi IgE dan IgG yg spesifik dl darah
Perubahan Histopatologi
-Hipertrofi otot polos bronchus
-Oedem pd membran mukosa bronkhus
-Kerusakan sel epitel pd mukosa bronkhus
Penatalaksanaan Asthma bronchial
-Tegakkan diagnosis scr tepat (gejala, ciri, diagnosis banding)
-Tentukan tingkat keparahan penyakit
-Tentukan faktor2 pencetus
-Tentukan cara menghindari faktor pencetus
-Tentukan terapi yg tepat (tanpa obat atau dg obat)
-Evaluasi hsl pengobatan
-Pemantauan perkembangan penyakit
Tujuan Pengobatan:
• Menghindari faktor pencetus
• Mencegah dan mengobati
• Mengupayakan fungsi paru tetap normal
• Mengupayakan penderita dapat beraktifitas normal
Keberhasilan Terapi tgtg pd:
☻Kerjasama yg baik antara dokter, penderita dan keluarganya
☻Edukasi thdp penderita/keluarganya ttg faktor pencetus, sifat dan
perkembangan penyakit, perburukan penyakit, pengobatan, pencegahan
dan penanganan dini penyakit asthma
Diagnosis Asthma:
Diagnosis ditegakkan berdsrkan tanda2 penyakit, keluhan penderita, bl
perlu dg pemeriksaan faal paru dan bukan karena penyakit cardiovaskuler
Derajat Hiperaktifitas Saluran Nafas
- Dpt ditentukan dg uji provokasi menggunakan metakholin, histamine atau asetilkholin diberikan secara inhalasi yg diukur dg alat spirometri
- Diukur dari penurunan volume ekspirasi yg kuat dl 1 detik (FEV-1), yg disebabkan oleh pemberian histamin, asetilkholin atau metakolin dl dosis bertingkat
Tingkat Inflamasi- Dpt ditentukan berdasarkan infiltrasi sel mast, eusinofil,
neutrofil, basofil dan limfosit dl jml banyak di dl sputum
Tingkat Keparahan Penyakit dapat ditentukan berdasarkan :
• Lama serangan (selama berapa jam, hari atau minggu)• Terganggu tidaknya aktifitas kerja• Jumlah kunjungan ke UGD, RS rawat inap atau rawat
jalan• Jenis obat yang digunakan• Normal tidaknya fungsi paru
Tingkat keparahan penyakit asthma:
1. Asthma ringan (mild)
2. Asthma sedang (moderate)
3. Asthma berat (severe)
• Tugas mahasiswa membedakan tkt keparahan penyakit asthma
Management Asthma Bronchiale
a. Asthma ringan
Dg pemberian oral agonis b2-adrenergik (salbutamol, metaproterenol, terbutalin
Teofilin digunakan bila obat tsb diatas kurang menunjukkan respon
b. Asthma sedang
Pemberian oral agonis b2-adrenergik msg2 atau kombinasi dg methyl xanthin
Dpt ditambahkan dg kortikosteroid oral (prednison 50 mg/ hari selama 3-4 hari
Kmd turunkan dosis pd hari ke 5 -7.
c. Asthma berat
- Berikan oral agonis b2-adrenergik dan methyl xanthin
- Tmbh kortikosteroid 80 mg/hr slm 7-15 hari, lalu turunkan dosisnya
d. Asthma akut yg berat (Status asthmaticus)
- Berikan agonis b2 adrenergik Terbutalin SC 0,25 mg tiap 4 jam
- Atau adrenalin IM/SC 0,3 ml, ulang slm 20-30 menit, plg banyak 3 x
- Bila perlu bantu dg oksigen dan aminofilin/ teofilin
- Kombinasi dg corticosteroid IV 100-200 mg hidrokortison tiap 4-6
jam atau methyl prednison 20-40 mg tiap 4 – 6 jam
- Kmd turunkan dosisnya setelah ada perbaikan klinis
- Bl menggnkn methyl xanthin dl wkt yg lama hrs dilkkan pemantauan
kadar obat dl plasma, terutama pd penderita lansia
Pengobatan Penyakit Asthma Bronchiale1. Terapi Jangka Pendek (Short Term Therapy) dengan cara: Merelaksasi otot polos sal nafas dg menggunakan
bronchodilator agonis adrenergik, methyl xanthines dan antagonist
muscarinic
Mekanisme kerjaAgonis adrenergik
Methyl xanthin
Antagonis muskarik
2. Terapi Jangka Panjang (Long Term Therapy) dg cara:
- Memodulasi respon inflamasi dg antiinflamasi
- Menghambat degranulasi sel mast
- Menghambat pembentukan leucotriens
- Memodulasi respon Ig E dan IgG dg Ag-Ab Monoclonal IgE /IgG
- Mengencerkan dan mengeluarkan sputum kental
- Meredakan batuk dg antitussif
Interaksi Obat:
- Dengan beta blockers, Morphine dan turunan curare
BRONCHODILATOR
(Non-selective adrenergic)1. Adrenaline (Epinefrin) mengaktifasi reseptor alfa & beta adrenergik
Mekanisme kerja non selective dan selective adrenergic:
Menstimulasi enzim Adenilat siklase shg menyebabkan peningkatan kadar C-AMP pd otot polos dan memicu tjdnya bronchodilatasi/ bronchorelaxasi
Berperan pd penghambatan pelepasan mediator dan meningkatkan aktifitas siliar
Penggunaan Klinik:Asthma acute yg hebat, Shock anaphylaxis,
Dosis : Adrenalin 1% dl ampul 1ml (dibagi 2-3 dosis dg interval pemberian 15-30 menit) Dewasa 0,3-1 ml SC; 0,2 – 1 ml IM; anak2 0,1-0,2 ml SC atau 0,2-0,5 ml IM Inhalasi 1% dg dosis 320 mcg/semprotan dan mula kerja 15 menit kmd, lama kerja 1-1,5 jam
Btk Sediaan Obat: Inhalasi dan injeksi SC, IMEfek Samping non dan selective adrenergic:Hipertensi, Cardiac arrythmia dan tremor
2. Isoproterenol (Isuprel, Isoprenalin)Penggunaan klinik:Asthma
Bentuk Sediaan Obat:Inhalasi, IV dan 0,5-1% dl obat tetes hidung
Dosis:Inhalasi: 80-131 mg/1x hirup bronchodilatasi brlgsg 2 jamTablet sublingual 10-15 mg
3. Isoeutarine (Bronchosol)
Penggunaan klinik: Asthma bronchiale
Bentuk Sediaan ObatInhalasi, IV, Obat tetes hidung 1%, sublingual tablet 640 mg
4. Ephedrin HCl
Mrpkn agonis adrenergik yg menstimulasi SSP, shg dl terapi sering dikombinasi dg sedativ atau antihistamin
Mekanisme KerjaMenstimulasi ujung saraf simpatetik shg melepaskan adrenalin
Lama kerja: 6-8 jam
Dosis: Oral, tablet 3-4 kali sehari 25 mg, injeksi
5. Khlorprenalin Sublingual tablet 20-30 mg/ setiap 3-4 jam
B. Selective B-2 Adrenergik
Mekanisme kerja:• Mengaktifasi scr lgsg reseptor beta-2 adrenergik pd otot polos saluran nafas• Menghambat pelepasan mediator dari sel mast• Meningkatkan aktifitas mukosiliar utk pembuangan mukus sal nafas• Peningkatan pelepasan NO oleh endothellium
Lama Kerja Obat: 4 – 12 jam
Penggunaan KlinikAsthma bronchiale dan untuk menunda kelahiran premature
Kontra IndikasiPenderita hamil tua
Efek sampingHipertensi, Arrythmia dan Tremor
1. Salbutamol (Albuterol, Ventolin, Proventil)
Penggunaan klinik
Asthma bronchiale
Bentuk Sediaan Obat
Inhalasi (90 mg/hirup), IV, tablet (2-4 mg) dan syrup 1-2 mg/5 ml
Dosis
90 mg/hirup; dewasa 2-4mg/kali, anak-anak 0,5 – 1 mg/kali
2. Terbutaline (brenthine, Bricanyl)Penggunaan klinik:Asthma berat dan utk menunda kelahiran premature
Bentuk Sediaan ObatInhalasi, tablet, Injeksi SC, IVLama kerja 4 – 6 jam
Dosis200 mcg/hirupan (MDI); dewasa 2,5-5 mg/tablet, injeksi SC 0,25
mg 1-4 kali/hr
3. Metaproterenol (Alupent, Metaprel)Penggunaan KlinikAsthma
Bentuk Sediaan ObatInhalasi dan sirup
Dosis:0,65 mg/hirup; 0,5-5% tetes hidung; tablet 10-20 mg 3-4 kali sehari
4. Formoterol ()xis, Foradil)Penggunaan klinikAsthma bronchiale
Bentuk Sediaan ObatInhalasi
Dosis12 mg/hirup
5. Clenbuterol inhalasi
6. Bitorterol (Tornalate) Bentuk Sediaan Obat:Inhalasi MDI 370 mcg/hirup, semprot hidung 2 mg/ml
7. Pirbuterol inhalasi MDI 200 mcg/hirup
8. Salmeterol (Serevent)Lama Kerja > 12 jam
Dosis:MDI 21 mcg/hirup, 2-4 kali sehari
9. Tretoquinol (inolin)10. Fenoterol11. Karbuterol12. Ritodrin13. Kuinterenol14. Soterenol15. Prokaterol16. Indoramin17. Timoksamin18. Fentolamin
Agonis adrenergik bronchodilator
Nama Obat Lama Kerja
Penggunaan
Salbutamol 4 – 6 jam Short acting agonis adrenergik digunakan bila perlu
Terbutalin
Rimetrol
Clenbuterol
Pirbuterol
Reproterol
Bambuterol
Salmeterol 12 – 14 jam Long acting agonis adrenergik digunakan sbgi terapi tambahan bila asthma tdk dpt dikontrol secara adekuat oleh glucocorticosteroid, digunakan 2 x sehari
Tretoquinol
METHYL XANTHINES BRONCHODILATOR
Mekanisme Kerja
Menghambat aktifitas enzim Phosphodiesterase, shg konsentrasi C-AMP tetap tinggi dl sel bronchodilatasi
Penggunaan klinikAsthma
Efek samping
Stimulasi SSP (insomnia, waspada), stimulasi kerja jtg (kronotropik/inotropik +, arrythmia), diuresis dan gangguan sal cerna (anorexia, nausea dan vomitus)
Interaksi Obat
1. Theophylline
Efek utama adalah bronkhodilatasi otot polos perifer
Btk Sediaan obat: Tablet retard 200 dan 400 mg
Dosis: Dewasa : Oral tablet 200 – 600 mg/ hari, srg dikombinasi dg efedrin. Utk asthma akut yg berat diberikan bersama infus glukosa 5% scr IV 240 – 480 mg
Catatan
• Obat ini memiliki indeks terapetik yg sempit, shg pd kelebihan dosis baik krn pemakaian jangka pjg hrs dlkkn pemantauan kdr obat, bl tdk akan timbul gejala toksis berupa mual, muntah, kejang2, arrythmia dan kematian
• Half life theophylline meningkat pd penyakit hepar, gagal jtg dan infeksi virus
• Half life theophylline menurun pd perokok dan peminum alkohol
Interaksi ObatKonsentrasi plasma teofilin menurun oleh obat2 yg dpt meningkatkan jml enzim Cytochrom P-450, misalnya: rifampisin, fenobarbital, fenitoin dan carbamazepinKonsentrasi plasma teofilin meningkat oleh obat2 yg dpt menghambat kerja enzim Cytochrom P-450 seperti oral kontrasepsi, eritromisin, siprofloksasin, flukonazol, simetidin, Calsium channel blockers
2. Euphyllin
3. Aminophylline
Mrpkn garam kompleks teofilin dan etilen diamin yg lbh effektif
Bentuk Sediaan Obat
Tablet SR 225 mg, Injeksi 250 mg/10 ml; 250-500 mg/suppositoria
Dosis
Secara IV aminofilin hrs diencerkan dan disuntikkan secara pelan2, dosis 250-500 mg atau 5-6 mg/kg BB/tiap 6-8 jam. Biasanya diberikan pd asthma akut yg tdk menunjukkan perbaikan stlh pemberian adrenalin injeksi
4. Dyphylline
5. Pentoxiphylline
6. Eutaphylline
ANTAGONIS MUSKARINIK
Antagonis muskarinik effektif melawan bronkhokonstriksi dan bronkhospasme, baik yg disebabkan oleh asetilkholin, metakholin, betanakol, antikholinesterase, histamin, bradikinin, atau PG F2-
alfa.
1.Atropin Sulfas
Mekanisme Kerja• Mghmbt aktifitas enzim Guanil Siklase shg tdk tjd perubahan GTP mjd
C-GMP,
• Menghambat aktifasi reseptor M2 dan M3
• Mengaktifasi kerja mukosiliar dan menurunkan sekresi mukus sal nafas
Penggunaan klinikAsthma dan emfisema (utk meningkatkan effikasi agonis beta-2
adrenergik)
Bentuk Sediaan ObatTablet, injeksi
Mula dan Lama kerja obatMula kerja obat 30 menit setelah pemberian oral dan
lama kerjanya 3-5 jam
Efek sampingTakhikardia
2. Extract Belladon
3. Extract Hyosciami
4. Scopolamine HBr
5. Ipratropium Bromida (Atrovent)Penggunaan klinik:Asthma bronchial dan COPD
Dosis18-20 mcg/hirup MDI, 0,02% tetes hidung, 21-42 mcg/semprotan
hidung
6. Oxytropium Bromida
Mula kerja obat 3-5 menit stlh inhalasi, lama kerja obat 4-6 jam
Dosis: 0,1 mg/ inhalasi
Ipratropium/ oksitropium srg dikombinasi dg agonis beta2 adrenergik
shg effikasinya lbh baik
7. Thiotropium Bromida
8. Propanthelin Bromida (Probanthine)
ANTIINFLAMASI
Mekanisme kerja:Menghambat metabolisme AA shg tdk tbtk Leukotrien, PG, TH2 sitokin
lainnya
Mencegah migrasi/aktifasi sel2 inflamasi dan meningkatkan effikasi agonis
beta2 adrenergik
Penggunaan klinikMengurangi inflamasi sal nafas pd asthma berat, asthma kronik dan sebagai
life saving pd asthma akut yg berat (status asthmaticus) yg tdk menunjukkan respon dg bronkhodilator
Efek sampingPd inhalasi berupa Candidiasis oropharyngeal, dysphonia, batuk dpt dicegah dg menggunakan spacer atau cuci mulut dg larutan antiseptik
Pd oral mrpkn antagonis Kalsium shg pd penggunaan kronis dpt menyebabkan terganggunya pertumbuhan tulang, osteoporosis, katarak, intoleransi glukosa, cushing syndrome, memperburuk hipertensi
Bentuk SediaanInhalasi:
Beclomethasone = Beclovent (42 mcg/hirup)Budesonide = Pulmicort (200 mcg/hirup)Fluticasone = Flovent (110 mcg/hirup)Flunisolide = Aerobid (250 mcg/hirup 2-4 hrp utk 2-4 x Triamcinolone = Azmacort (100 mcg/ hirup) sehariMomethasone = Asmanex (200 mcg/hirup)
-Oral dan IV
- Prednison (20- 50 mg/hari atau 1 mg/kg BB/hari) pd asthma berat
- Metyl prednisolon (30 – 120 mg/ setiap 6 jam, IV)
- Hidrokortison
- Dexamethasone
PENGHAMBAT DEGRANULASI SEL MAST
(Inhibitor Mast Cell Degranulation)
1. Sodium Cromoglycat = CromolynMrpkn senyawa kimia yg diisolasi dr tumbuhan Ammi visnaga yg dulunya dignkan sebagai anti spasmolitik dan pd asthma hanya bermanfaat pd keadaan tdk kambuh
Mekanisme kerja
Menghambat pelepasan mediator inflamasi dr berbgi tipe sel
Penggunaan klinik
- Sbgi profilaksis pd asthma ringan dan sedang pd keadaan tdk
kambuh
- Effektif pd asthma yg dipicu oleh allergen, exercise berat dan irritan
- Obat ini tdk effektif pd keadaan bronkhokonstriksi
- Penggunaan secara teratur selama 2-3 bulan dpt mengurangi
kebutuhan bronhodilator dan mencegah kekambuhan
Bentuk Sediaan ObatInhalasi 800 mcg/hirupan MDI, Tetes atau semprot hidung
Efek sampingIrritasi pd sal nafas bgn atas, urticaria, batuk dan mulut kering
2. Nedocromyl
Lebih effektif dari Cromolyn
Dosis: 1,75 mg/ml
ANTAGONIS LEUCOTRIEN
(Anti LTC4, LTD4, LTB4)
1. Zafirlukast (Accolate)
Penggunaan klinik
Mencegah kekambuhan asthma yg dipicu oleh Aspirin, exercise dll
Memiliki efek additif dg agonis beta 2 adrenergik
Dosis Oral :20 mg/tablet
2. Pranlukast
3. Cinalukast
4. Montelukast
Dosis: Dewasa 10 mg/ tablet kunyah; umur 6-14 thn 5 mg; 2-5 thn 4 mg/hari
PENGHAMBAT LYPOOXYGENASE
1. Zieleuton (Zyflo)
Dosis : 600 mg/ tablet
COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Diseases)
COPD mrpkn peny yg dicirikan dg terbatasnya aliran udara pd saluran nafas yg bersifat non reversible atau reversible parsial.
Terbatasnya aliran udara pd sal nafas brlgsg scr bertahap, progresif kdg2 permanen dan sering dikaitkan dg adanya inflamasi yg abnormal pd paru. Perbaikan biasanya setelah beberapa bulan pengobatan ( > 3 bln).
Yg termasuk pd COPD adalah bronkhitis kronis dan emphysema
Bronkhitis kronis : Peny sal nafas dg ciri hipersekresi mukus, batuk kronis
minimal 3 bln/thn, umumnya tjd slm 2 thn berturut2.
Emphysema : Mrpkn kelainan anatomi paru yg ditandai dg pelebaran
rongga udara di bgn distal bronkhiolus terminal, yg
disertai kerusakan ddg alveoli paru yg bersifat permanen
Kelainan morfologi COPD tgtg pd lokasi misalnya:
• Pd bronkhus : perbesaran kelenjar mukus, hiperplasia otot polos dan
atrofi tlg rawan
• Bronkhiolus: penyempitan, bronkhilus berbelit-belit, metaplasia sel
goblet, inflamasi dan sumbatan mukus yg kental
Patofisiologi COPD:Akibat terpapar asap rokok, gas, allergen dan infeksi yg memicu aktifasi sel2 inflamasi, neutrofil, limfosit CD8+ dll, shg melepaskan mediator TNFα, IL-8, LTB4.
Baik sel inflamasi maupun mediator akan merusak struktur dan fungsi sal nafas secr luas termsk pembuluh darah paru dan parenkhim paru
Akibat stress oksidatif dan tdk adanya keseimbangan sistem pertahanan paru.
Adanya peningkatan jlh oksidan akan merusak protein/lipid, sel/ jar dspg itu jg dpt memicu inflamasi yg luas
-Adanya inflamasi dpt dilihat oleh adanya infiltrasi sel2 inflamasi, sel goblet dan mucus dl jlh besar dispjg sal nafas. Inflamasi kronik akan menyebabkan luka dan fibrosis pd paru.
- Perubahan parenkhim paru akan mempengaruhi pertukaran gas
pd alveoli dan kapiler paru
- Penebalan pembuluh darah paru menyebabkan endotheal arteri
pulmonary tdk berfungsi
- Perubahan struktural jaringan akan meningkatkan tekanan paru
terutama pd saat exercise.
- Kelainan genetik berupa defisiensi alfa-1 antitripsin (AAT)
Pd COPD berat adanya hipertensi pulmonary akan menimbulkan gagal jtg (Cor-pulmonale)
Tanda-tanda:
- Hiperaktifitas bronkhus dan obstruksi sal nafas
Pemahaman yg baik ttg mekanisme obstruksi sal nafas sgt membantu penilaian perkembangan penyakit dan memilih tindakan yg tepat dalam penatalaksanaan peny tsb.
Umumnya mekanisme obstruksi sal nafas akibat:1. Hipersekresi mukus dan penebalan kelenjar mukus sub mukosa (reversibel)1. Inflamsi pd sal nafas akibat infiltrasi dan akumulasi sel2 inflamasi, hipertrofi dan hiperplasia pd kelenjar mukus3. Adanya infeksi ditandai dg adanya mukus yg purulent (eksaserbasi akut)3. Adanya spasme sal nafas4. Dilatasi rongga paru
Tujuan Penatalaksanaan COPD:
1. Mengurangi gejala2
2. Mencegah eksaserbasi akur
3. Mencegah/memperbaiki penurunan fungsi paru
4. Meningkatkan kualitas hidup penderita
Penatalaksanaan COPD
1. Edukasi
2. Pemberian obat2an
3. Terapi oksigen
4. Pengaturan dg ventilasi mekanik
5. Pengaturan nutrisi
6. Rehabilitasi medik
Farmakoterapi COPD (PPOK)1. Bronkhodilator:• Diberikan scr tunggal/kombinasi tgtg pd derajat keparahan
penyakit• Btk sediaan parenteral drip (bolus) & inhalasi dignkn pd
keadaan akut berat• Btk nebulizer biasanya digunakan utk mengatasi eksaserbasi
akut• Pd derajat keparahan ringan dan utk efek stabilisasi dianjurkan
btk sediaan lepas lambat (Slow Realesaed) atau btk sediaan jangka panjang (Long acting)• Bronkhodilator yg sering digunakan adalah agonis adrenergik, agonis beta2 adrenergik dan turunan methyl xanthin baik secara tunggal maupun kombinasi• Turunan methyl xanthin srg dignkn utk terapi jgk panjang (btk
lepas lambat,SR)
Catatan1. Penggunaan turunan methyl xanthin jangka pjg diperlukan pemantauan kadar obat dl darah
2. Antimuskarinik
Sering digunakan pd tingkat keparahan sedang dan berat.Kombinasi dgn agonis beta2 adrenergik bersifat sinergis krn akan meningkatkan efek bronkhodilatasi dan jg dpt mengurangi sekresi mukus sal nafas
3. Antiinflamasi
• Pd eksaserbasi akut dignkn kortikosteroid IV (mis Prednison, methyl prednisolon)
• Btk inhalasi jangka pjg dignkn bl terbukti ada respon pengurangan inflamasi dan adanya perbaikan pd VEP1 (volume ekspirasi paksa detik pertama) stlh
pemberian bronkhodilator meningkat diatas 20%
4. Antibiotika
Bbrp bakteri dan virus yg plg srg menginfeksi sal nafas adalah:
- Pseudomonas sp, Staphylococcus sp, Pneumococcus sp, Haemophyllus influenza
- Antibiotika yg digunakan adalah: Amoksisilin, turunan makrolida, kombinasi
amoksisilin dg asam klavulanat, turunan sefalosforin, turunan kuinolon dan
turunan aminoglikosida
5. Expectorant/ mucolitic)• Diberikan utk mempercepat perbaikan klinis
6. Antitussif• Penggunaan antitussif hrs menjadi pertimbangan pd keadaan hipersekresi mukus
yg viscous dan purulent
7. Anti Protease• Dignkn utk mengurangi tjdnya eksaserbasi akut
• Dpt digunakan turunan sistein: Asetil sistein, Karbosistein dan Erdosistein
8. Antioksidan• Dignkn utk memperbaiki kualitas hidup dan mencegah tjdnya eksaserbasi akut
9. Vaksinasi• Hanya dianjurkan pd penyebab influenza dan pneumonia
• Utk mengurangi eksaserbasi akut
ANTIBIOTIKA PADA INFEKSI SALURAN PERNAFASAN BAWAH
1. Acute Bronchitis
Penyebab:
- Rhinovirus, coronavirus, influenza virus (Haemophilus influenzae),
adenovirus
- Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Streptococcus
pneumoniae, Bordetella pertussis
Pengobatan
-Symptomatic dan supportive
Utk meredakan letargi, malaise & demam: Acetaminofen, aspirin, ibuprofen
Pasien dianjurkan istirahat dan banyak minum utk mengurangi kekentalan
sputum dan mencegah dehidrasi
Utk meredakan batuk ringan dpt diberi Dextrometorphan, sdgkan pd batuk
berat digunakan Codein HCl yg dikombinasi dg Ekspektoransia lainnya
- Utk penanganan Mycoplasma pneumoniae dpt dignkn antibiotika
Turunan makrolida spt :Erythromicin, Clarithromycin, Azithromycin
Turunan Fluoroquinolone :Ciprofloxacin, Levofloxacin, Gatifloxacin
2. Bronchitis chronic
Penyebab:
- Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Streptococcus
pneumoniae, Morexella catarhalis, Klebsiella pneumoniae, Serratia
marcescens, Neisseria meningitidis dan Pseudomonas aeruginosa
Pengobatan:
- Ekspektoransia : utk mengencerkan &membuang sputum dr sal nafas
(Turunan sistein, Gliseril guayakolat, Natrium sitrat)
- Oral/ aerosol bronchodilator (beta2 adrenergik agonis)
Antibiotik:
- Utk menentukan Antibiotik yg tepat sasaran sebaiknya dikultur
sputum
- Biasanya dignkn Ampisilin, Amoksisilin, Amoksisilin-Asam
clavulanat (4 x sehari) pd eksaserbasi Bronchitis chronic
- Turunan makrolida : Azithromycin (Mycoplasma pneomoniae)
- Turunan Fluoroquinolone: Ciprpfloxacin dan Gatifloxacin
- Turunan Cephalosporin, Carbepenem (imipenem, cilastatin,
meropenem)
- Turunan Sulfonamida (Trimetoprim-Sulfamethoksazol)
- Turunan Tetracyclin
3. Pneumonia Penyebab:
Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, C pneumoniae, Legionella, Staphylococcus aureus
Antibiotik Dosis Lazim Dewasa
Interval Dosis / Hr
Ampisilin
Amoxicillin
Amoxicillin-Asam Clavulanat
0,25 – 0,5
0,5
4 x sehari
Idem
Cefuroxime
Cefrozil
Cefixime
Cephalexin
Cefachlor
0,5
0,5
0,4
0,5
0,25 – 0,5
2 x sehari
Idem
1 x sehari
4 x sehari
3 x sehari
Ciprofloxacin
Levofloxacin
Gatifloxacin
0,5 – 0,75
0,5 – 0,75
0,4
2 x sehari
1 x sehari
idem
Tetracyclin
Doxycyclin
Minocyclin
0,5
0,1
0,1
4 x sehari
2 x sehari
idem
Trimetophrim-Sulfametoxazol 160 mg TMP + 800 mg SMZ
2 x sehari
Antibiotik Oral Yg Digunakan Pd Eksaserbasi Bronchitis Chronis
Kondisi Klinis Penyebab Antibiotika
Pasien rawat jalan Pneumococcus, M pneumoniae
Erythromicin, Clarithromycin, Azithromycin
Geriatrik Pneumococcuc, K pneumoniae, Staphyloc aureus, H influenzae
Piperacillin, tazobactam,cefuroxime, ceftriaxone, cefotaxime, imipenem, cilastatin, meropenem
Brokhitis kronis Pneumococcus, H influenzae, M catarrhalis
Amoksisilin, Tetrasiklin, Doksisiklin, TMP-SMZ, cefuroxime, amoxicillin-clavulanat, erythromicin, clarithromycin, azithromycin, ciprofloxacin, levofloxacin, gatifloxacin
Alkoholism Pneumococcus, K pneumoniae, S aureus, H influenzae,
Ticarcillin-clavulanat, piperacillin-tazobactam + AB aminoglikosid, carbepenem, fluoroquinolon
Pasien rawat inap S aureus, PNC, clindamycin, ticarcillin-clavulanat, piperacillin-tazobactam + AB aminoglikosid
Nosocomial pneumonia
K pneumoniae, Enterobacter sp, Pseudomonas aeruginosa, S aureus
Piperacillin-tazobactam, carbapenem, cephalosforin broad spectrum + AB aminoglikosid, fluoroquinolon
Antibiotik Untuk Terapi Pneumonia Pada Penderita Dewasa
Antibiotik Utk Terapi Pneumonia Pada Anak-Anak
Umur Penyebab Antibiotika
1 bulan Streptococcus group B, H influenzae, Eschecia coli, Staphylococcus aureus, Listeria, CMV, RSV, Adenovirus
Ampisillin-sulbactam, cephalosforin, carbepenem, Ribavirin utk penyebab RSV (Respiratory Syncytial Virus)
1- 3 bulan
Chlamydia, Ureaplasma, CMV, Pneumocystis carinii (afebrile pneumonia syndrome)
Pneumococcus, S aureus
AB Makrolida, TMZ-SMZ, Ribavirin utk RSV
PNC semisintetik, cephalosforin
3 – 6 bulan
Pneumococcus, H influenzae, RSV, Adenovirus, H parainfluenzae
Amoxicillin, Cephalosforin, Ampisillin-sulbactam, amoxicillin-clavulanat, Ribavirin utk RSV
> 6 bulan Pneumococcus, Mycoplasma pneumoniae, Adenovirus
AB Makrolida, cephalosporin, Amoxicillin-clavulanat
Dosis Antibiotik Untuk Bakteri PneumoniaKel Antibiotik
Nama Obat Anak (mg/kg BB/hr Dewasa/dosis harian
Macrolide Clarithromycin
Erythromycin
Azithromycin
15
30 – 50
10 mg/ kg BB x 1 hari, kmd 5 mg/kg BB x 4 hari
0,5 – 1
1 – 2
500 mg x 1 hari, kmd 250 mg/hari selama 4 hari
Tetracyclin Tetracyclin HCl
Oxytetracyclin
25 – 50
15 - 25
1 – 2
0,25 – 0,3
PNC Ampicillin
Amoxicillin/Amoxicillin-clavulanat
Piperacillin-tazobactam
Ampicillin-sulbactam
100 – 200
40 -90
200-300
100 - 200
2 – 6
0,75 – 1
12
4 - 8
Cephalosphorin Broad spectrum
Ceftriaxone
Ceftazidime
Cefepime
50 – 75
150
100 - 150
1 – 2
2 – 6
2- 4
Fluoroquinolon Gatifloxacin (digunakan hanya pd keadaan emergensi krn dpt menyebabkan kerusakan tlg rawan)
Levofloxacin
Ciprofloxacin
10 – 20
10 – 15
20 - 30
0,4 g
0,5 – 0,75
0,5 – 1,5
Aminoglicosi Gentamycin, Tobramycin 7,5 3 – 6 mg/ kg BB
Antibiotika Pada Infeksi Saluran Pernafasan Atas
1. Otitis Media : Keadaan inflamasi pd telinga bagian tengah
Penyebab: - Streptococcus pneumoniae
- H influenzae
- Moxarella catarrhalis
Terapi:
- Terapi tunggal dg antibiotik pd sbhgn besar anak2 cukup effektif
Amoksisilin mrpkn drug of choice pd OTM dg dosis rendah 40-45 mg/kg BB/hr,
dosis tinggi 80-90 mg/kg BB / hr. Jk gagal dg obat ini dpt diganti btk kombinasi
dg asam clavulanat, atau diberi cefuroxime, ceftriaxone
- Acetaminofen atau NSAIDs spt Ibuprofen dpt dignkn utk mengurangi rasa
nyeri, malaise dan demam pd otitis media akut.
- Pemberian nasal decongestan, AH1, topical/sistemik kortikosteroid dan
ekspektoransia tdk terbukti bermanfaat pd otitis media
ANTIBIOTIKA PADA OTITIS MEDIA
Antibiotika tahap I Antibiotika tahap II Antibiotika tahap III
(Hari 10 – 28)
Amoksisilin 40-45 mg/kg BB/hr
Amoksisilin-clavulanat dosis tinggi (A 80-90 mg/kg BB/hr- C 6,4 mg/kgBB/hr)
Idem dg tahap II
Amoksisilin 80-90 mg/kgBB/hr
Cefuroxime suspensi 30 mg/kgBB/hr 2 x sehari (maks 1 g/hr)
Cefuroxime tablet 250 mg 2 x sehari
Ceftriaxone IM 50 mg/kg/hr selama 3 hari
Amoksisilin-clavulanat dosis tinggi
Cefuroxime suspensi
Cefuroxime tablet
Clindamycin utk penyebab S pneumoniae dan tdk effektif utk H influenzae dan M catarrhalis
Tymphanocentesis
Amoksisilin-clavulanat dosis tinggi
Cefuroxime suspensi
Cefuroxime tablet
Ceftriaxone IM
Tymphanocentesis
Catatan :
Umumnya lama penggunaan obat oral selama 7-10 hari
ANTIBIOTIKA PADA PHARYNGITIS
Pharyngitis: Infeksi pd oropharynx atau nasopharynx
Penyebab:
- Paling sering oleh virus (acute pharyngitis): rhinovirus, coronavirus,
adenovirus, H influenza/parainfluenza dan EBV
- Bakteri: Streptococcus Beta hemolytic group A, Streptococcus
pyogenes (srg menimbulkan komplikasi berupa demam rematik,
tonsillitis abcess, mastoiditis, cervical lymphadenitis)
Terapi:
-Dg antibiotika, khusus utk Streptococcus group A stlh test laboratorium.
-Biasanya digunakan turunan Penicillin
-Utk meredakan demam dan nyeri dpt digunakan Acetamionofen atau
Ibuprofen (NSAIDs)
-Jk OS allergi thdp PNC dpt dignkn makrolide antibiotic (Erythromycin),
cephalosforin generasi I (Cephalexin)
ANTIBIOTIKA PADA PHARYNGITIS
Antibiotika Dosis Dewasa Dosis anak-anak Lama Pengobatan
Penicillin V-K 250 mg 3 - 4x sehari atau 500 mg 2 x sehari
50 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis 10 hari
Penicillin Benzathine 1,2 juta IU scr IM 0,6 juta IU utk BB< 27 kg atau 50.000 IU/kg bb
Single dose
PNC-G Procaine and benzathine mixture
Tidak dianjurkan 1,2 juta IU (benzathine 0,9 juta IU, Procain 0,3 juta IU
Single dose
Amoxicillin 500 mg 3 x sehari 40 – 50 mg/kg/day dibagi dl 3 dosis
10 hari
Erythromycin estolate
20-40 mg/kg BB/hr dibagi 2-4 x sehari (maks 1 g/hr)
sama dg dosis dewasa 10 hari
Erythromycin stearat 1 g/hari sibagi 2-4 x sehari
- 10 hari
Erythromycin ethyl succinate
40 mg/kg BB/hari dibagi 2-4 x sehari (maks 1 g/hr)
Sama dg dosis dewasa 10 hari
Cephalexine 250 – 500 mg 4x sehari secara oral
25 – 50 mg/kg BB/hari dibagi dl 4 dosis
10 hari
ANTIBIOTIKA PADA PHARYNGITIS KAMBUHAN
Antibiotika Dosis Dewasa Dosis Anak-anak
Clindamycin 600 mg/hari dibg 2-4 dosis
20 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis (maks 1,8 g/hr)
Amoxicillin-clavulanat
500 mg 2 x sehari 40 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis
Penicillin benzathine 1,2 jutaIU, IM (single dose)
0,6 juta IU, IM utk BB < 27 kg atau 50.000 IU/kg
Penicillin benzathine dan rifampisin
Idem
20 mg/kg/hr dibagi dl 2 dosis, 4 hari kmd diberi PNC
Idem
Rifampisin sama dosisnya dg OS dewasa
SINUSITIS
Sinusitis: Keadaan infeksi dan inflamasi pd mukosa sinus paranasal
Penyebab:
- Virus: Haemophyllus influenzae
- Bakteri: Streptococcus pneumoniae
- Fungi
- Bakteri gram –
Terapi:
-Topical nasal decongestant : phenyl ephrin, Oxymethazoline (peng dibatasi, rebound)
-Oral nasal decongestant , ekspektoransia (guaifenesin)
-AH1 tdk boleh dignkn pd sinusitis bakterial akut krn efek antikholinergiknya
-Amoksisilin mrpkn the first line therapy utk sinusitis bacterial acute
-Lama pengobatan 7-14 hari
ANTIBIOTIK PADA SINUSITIS BACTERIAL ACUTEAntibiotika Dosis Dewasa Dosis Anak-anak
Amoksisilin Dosis rendah 500 mg, 3 x shri
Dosis tinggi 1 g, 3 x sehari
Dosis rendah 40-50 mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis
Dosis tinggi 80-100mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis
Amoksisillin-clavulanat
500 / 125 mg, 3x sehari 40-50 mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis
Cefuroxime 250-500 mg, 2 x sehari 15 mg/kg BB/hari dibagi dl 2 dosis
Cefachlor 250-500 mg,3 x sehari 20 mg/kg BB/hari dibagi dl 3 dosis
Cefixime 200-400 mg 2 x sehari 8 mg/kg BB/hari utk sekali atau dibagi 2 dosis
Cefdinir 600 mg/hr atau dibg dl 2 dosis 14 mg/kg BB/hr utk 1x atau dibagi 2 dosis
Cefpodoxime 200 mg 2 x sehari 10 mg/kg BB/hr dibagi dl 2 dosis (max 400 mg/hr
Cefprozil 250-500 mg, 2 x sehari 15-30 mg/kgBB/hr, dibagi dl 2 dosis
TMP-SMZ 160/800 mg 2 x sehari 6-8mg/kg BB/hr TMZ, 30-40 mg/kg BB/hr SMZ dibgi dl 2 dosis
Clindamycin 150-450 mg 3-4 kali sehari 30-40 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis
Clarithromycin
Azythromycin
250-500 mg, 2 x sehari
500 mg hr I, kmd 250 mg/hr selama 4 hari
15 mg/kg BB/hr dibagi dl 2 dosis
10 mg/kg BB hari I, kmd 5 mg/kg BB/hr selama 4 hr
top related