fisiologi stm
Post on 19-Dec-2015
30 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
DASAR TEORI
Sendi Temporo Mandibula adalah persendian antara rahang atas dan
rahang bawah. Persendiaan memiliki sistem dua persendiaan yaitu persendian
antara kondilus mandibula dengan fossa artikularisyang berada pada tulang
temporal (Ganong, 1985). Diskus Artikularis/meniskus sendi, yang merupakan
jaringan fibrosa padat,memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan
bawah. Diruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi
sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang
membatasi pergerakan sendi kedepan dan kebawah (Okeson, 1993).
TMJ dibentuk oleh kondilus yang terletak pada tulang mandibula dan fossa
pada tulang temporal. Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus artikularis. Sendi
kiri dan kanan pada mandibula dihubungkan oleh ligamen dan otot yang
menghasilkan hubungan bilateral antara satu bagian mandibula dengan kranium
yang disebut Craniomandibular Articulation.
Struktur sendi temporomandibula terdiri dari fossa glenoidales, processus
kondilodeus, eminentia artikularis, kapsula arikularis, diskus artikularis, dan
membran sinovial.
Gambar 1. Struktur Sendi Temporomandibula
1
Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada
ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit
terlihat datar pada permukaan bagian posterior, dan berbentuk seperti tombol lebih
lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk
lonjong dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang
artikular terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular.
Meniskus adalah suatu suatu jaringan fibrosa, berbentuk pelana yang merupakan
struktur yang memisahkan kondilus dan tulang temporal.
Gambar 2 . Tulang kranial dan Tulang Mandibula
Kapsula artikularis merupakan jaringan ikat fibrous tipis berada di sekeliling
sendi temporomandibula dan secara anatomi dan fungsi membatasi pergerakan
sendi temporomandibula. Kapsula melekat di posterior pada tulang temporal dan
di inferior pada leher kondilus. Membran sinovial menghasilkan cairan sinovial
yang masuk kedalam celah sendi melalui permukaan dalam kapsula. Fungsi lain
kapsula artikularis adalah membatasi cairan sinovial yang masuk kedalam
permukaan artikular. Kapsula diperkuat oleh ligamen temporomandibula pada saat
sendi bergerak ke arah lateral.
2
Diskus Artikularis disusun oleh jaringan ikat fibrous avaskuler dan di
sekeliling diskus terdapat sedikit persarafan. Bila diskus artikularis yang normal
dipotong secara sagital maka akan terlihat gambaran bikonkaf. Pada penampang
sagital, diskus artikularis dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan
ketebalannya. Daerah tengah merupakan daerah paling tipis dan disebut zona
intermediat, yang berfungsi sebagai tempat perlekatan permukaan artikularis dari
kondilus.
Gambar 3. Posisi Normal Diskus Artikularis Adalah Posisi jam 12, Posisi Diskus
Artikularis Berhimpit dengan Puncak Kondilus pd Satu Garis
Lurus.
Ketebalan diskus sesuai antara zona anterior dan posterior pada zona
intermediat. Zona posterior sedikit lebih tebal dibandingkan zona anterior. Diskus
artikularis terletak di antara kepala kondilus dan fossa artikularis. Pada keadaan
normal, permukaan artikular kondilus terletak pada zona intermediat diskus
artikularis, dan dibatasi oleh ketebalan bagian anterior dan posterior.
Perlekatan pada bagian posterior diskus artikularis terletak pada jaringan
ikat longgar yang memiliki lebih banyak pembuluh darah dan persarafan. Hal ini
dikenal dengan retrodiskal tissue atau perlekatan posterior. Bagian atas disebut
3
juga lamina superior, mengandung lebih banyak elastin. Lamina superior melekat
pada plat timpani. Bagian bawah perlekatan posterior ini juga disebut lamina
inferior. Bagian lateral dan medial dari diskus artikularis menempel pada sisi
kondilus untuk membantu menahan gerakan pasif yang mungkin terjadi pada
kondilus dan diskus artikularis.
4
BAB II
HASIL PERCOBAAN
DATA PERCOBAAN
2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi
Jenis kelamin orang
coba
Gerakan STM ( simetri/normal/terjadi
hambatan/… )
Perempuan Simetri, normal, tidak ada hambatan
Perempuan Simetri, normal, tidak ada hambatan
2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Jenis kelamin
orang coba
Gerakan STM
( sakit/krepitasi/kliking/poping/… )
Perempuan Krepitasi
Perempuan Normal
2.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Jenis kelamin
orang coba
(A) Jarak maksimal
(mm)
(B) Waktu maksimal
(menit)
Perempuan 50 1 menit 5 detik
Perempuan 55 1 menit 22 detik
5
Jenis kelamin
orang coba
Gerakan
Mandibula
Perubahan Kondil
Perempuan (C) Antero –
Posterior
Kondil bergerak ke depan dan ke
belakang lalu kembali seperti
keadaan semula
Perempuan (D) Lateral Kondil bergerak ke arah berlawanan.
Apabila pergerakan mandibula
dilakukan ke kanan, kondil akan
bergerak ke akan bergerak ke kiri
begitu juga sebaliknya
Perempuan (E) Koordinasi
gerakan
Pergerakan kondil tidak simetris.
(F) Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut
Jenis kelamin
orang coba
Lamanya membuka mulut
secara maksimal
Waktu sampai timbul
kelelahan (menit)
Perempuan
Waktu maksimal (ex. X menit) 1 menit 27 detik
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5 dari X
menit + pemijatan)2 menit 13 detik
Istirahat 10 menit
½ dari waktu maksimal (0.5 dari X
menit + pajanan sinar infra merah)2 menit 1 detik
6
2.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala
2.4.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula
(menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat)
Jenis kelamin
orang cobaPosisi kepala
Jarak kondil – tragus
(mm)
Yang dirasakan orang
coba
Perempuan Tegak lurus 45 mm Tidak ada
Perempuan Menunduk 25 mmSTM terasa sakit karena
tertekan
Perempuan Menengadah 30 mm Tidak ada
Perempuan Terlentang 32,5 mm Tidak ada
Perempuan Kesamping 40 mm STM terasa agak sakit
Perempuan Istirahat 37,5 mm Tidak ada
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi ?
Penyebab bunyi pada STM (Sendi Temporo Mandibula) dikarenakan
adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen STM tersebut.
Perubahan tersebut dapa disebabkan oleh kelaianan pada saat
pertumbuhan, trauma, penyakit dan kebiasaan buruk yang dilakukan oleh
pasien sehingga menimbulkan kelainan pada komponen STM.
2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping ?
Kliking merupakan bunyi tunggal dalam waktu singkat, yaitu berupa bunyi
berdebuk yang perlahan, samar smpai bunyi retak yang tajam dan keras,
durasi suara pendek. Sedangkan krepitus merupakan bunyi gemertak pada
7
sendi yang dihasilkan karena diskus artikularis melewati permukaan yang
kasar. Untuk popping sendiri merupakan bunyi seperti letupan yang
disebabkan karena kelainan pada STM.
3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup
mulut ?
Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus artikularis
akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan
berputar ke arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan angulus
mandibula bergerak ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut
terbuka. Sedangkan pada gerak menutup mulut, condyl yang tadinya
meluncur menuruni eminensia artikularis, akan bergerak naik ke atas
sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan
berputar ke arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat
awalnya yaitu di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.
4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula ?
Gerakan inkoordinasi mandibula terjadi dikarenakan adanya gangguan
pada STM. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti
kelainan pada saat pertumbuhan, trauma, penyakit infeksi, penyimpangan
lokasi dan fungsi gigi geligi, serta kebiasaan mengunyah pada satu sisi.
5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula ?
Jelaskan mekanismenya !
Posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula dikarenakan
kebiasaan sikap tubuh yang salah (bad postural habit) merupakan salah
satu faktor penyebab kelaianan pada STM. Misalnya posisi tidur yang
miring ke salah satu sisi dapat menyebabkan adanya tekanan yang
berlebihan pada sisi tersebut sehingga dapat mengakibatkan inkoordinasi
gerakan sendi. Selain itu posisi tidur dimana posisi kepala terlalu tinggi
juga dapat menyebabkan gangguan pada mandibula.
8
6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan
nyeri ? Jelaskan mekanismenya !
Kelelahan dan nyeri timbul pada saat membuka mulut maksimal karena
ketidakmampuan otot untuk berkontraksi dan memetabolisme bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pengeluaran kerja yang sama,
disebabkan akibat kontraksi otot yang kuat dan lama, walaupun impuls
saraf berjalan secara normal dan potensial aksi normal menyebar ke
serabut otot. Pada keadaan ini, kontraksi otot yang terjadi semakin lama
semakin lemah, karena dalam serabut otot kekurangan energi sehingga
terasa nyeri.
7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya !
Pemijatan pada kelelahan otot berfungsi untuk memperlambat waktu
kelelahan, dan mempercepat proses pemulihan otot dari kelelahan karena
pemijatan pada otot yang mengalami kelelahan dapat memperbaiki
sirkulasi darah sehingga oksigen dan nutrisi yang tersedia untuk jaringan
lebih banyak serta zat – zat toksin yang menyebabkan kelelahan juga dapat
dibawa aliran darah untuk dinetralkan sehingga proses pemuliah kelelahan
otot terjadi lebih cepat.
8. Apa fungsi infra red pada kelelahan ? Jelaskan mekanismenya !
Infra red berfungsi mempercepat proses pemulihan otot dari kelelahan
(hampir sama dengan pemijatan), hal ini dapat terjadi karena panas yang
dihasilkan sinar infra red dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah
sehingga sirkulasi darah lebih lancar dan dapat mempercepat proses
pemulihan kelelahan otot.
BAB III
PEMBAHASAN
9
3.1 Pemeriksaan gerakan STM secara palpasi
Pada percobaan ini orang coba didudukan pada posisi kepala sejajar
lantai, lalu dilakukan palpasi 0,5 – 1 cm di depan lubang telinga kiri dan kanan
pada posisi membuka dan menutup mulut. Kemudian diperiksa apakah gerakan
kondil simetris kanan dan kiri, dan apakah ada hambatan pada gerakan kondil.
Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil orang coba I (perempuan) dan
orang coba II (perempuan) , gerakan STM simetris, normal dan tidak terjadi
hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa STM kedua orang coba tidak
menunjukkan adanya kelainan.
3.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengarkan bunyi yang timbul saat orang coba membuka dan menutup
mandibula. Pada orang coba pertama ditemukan bunyi krepitasi yaitu bunyi
gemertak pada sendi. Krepitus merupakan gejala ketidakteraturan diskus
artikularis atau permukaan sendi. Krepitasi dihasilkan karena diskus artikularis
melewati permukaan yang kasar atau tidak rata sehingga menimbulkan bunyi
gemertak.. Krepitasi terjadi karena adanya perforasi perlekatan posterior diskus
artikularis. Pada orang coba II ditemukan tidak ditemukan adanya bunyi yang
timbul saat pemeriksaan. Artinya, STM pada orang coba II tidak menunjukkan
adanya kelainan.
3.3 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Pada percobaan permeriksaan gerakan mandibula pertama-tama
dilakukan percobaan pada orang 2 orang coba (perempuan) untuk mengukur jarak
maksimal dan waktu maksimal pada saat orang coba membuka mulut. Hasil
percobaan menunjukan bahwa jarak maksimal kedua orang coba tidak sama yaitu
pada orang coba I didapatkan jarak maksimal adalah 50 mm dengan waktu
maksimal 1 menit 5 detik, dan pada orang coba II jarak maksimal yang didapat
adalah 55 mm dengan waktu maksimal 1 menit 22 detik. Pada umumnya jarak
membuka mulut maksimal adalah 50 mm sampai 60 mm bergantung pada umur
10
dan ukuran mandibula masing-masing individu. Sedangkan untuk waktu/durasi
maksimal kedua orang coba terdapat perbedaan, hal ini terjadi karena tingkah
kelelahan dan daya tahan tubuh setiap orang berbeda-beda.
Selanjutnya pada percobaan menggerakan mandibula ke arah antero-
posterior, lateral, koordinasi lalu melihat perubahan pada gerakan kondil.
Percobaan ini menggunakan orang coba dengan jenis kelamin perempuan, saat
mandibula digerakan ke arah antero-posterior pada kondil terjadi sedikit gerakan
ke arah anterior. Ketika mandibula digerakan ke arah lateral, kondil bergerak ke
arah yang berlawanan, dalam artian apabila gerakan dilakukan ke arah kanan
maka kondil bergerak ke arah kiri dan sebaliknya. Sedangkan ketika dilakukan
koordinasi gerakan, kondil bergerak simetris. Hal ini menunjukan bahwa gerakan
mandibula merupakan gerakan yang bervariasi, Meskipun mandibula bergerak di
bawah kontrol sadar, gerakan ini biasanya merupakan hasil dari aktivitas reflex
yang dirangsang oleh reseptor sensoris dan proprioseptif dalam membran mukosa
rongga mulut, jaringan periodontal, sendi temporo mandibula, dan otot-otot
mastikasi serta ekspresi wajah.
Percobaan berikutnya yaitu mengukur kelelahan pada gerakan mandibula
membuka mulut secara maksimal. Orang coba pada percobaan ini berjenis
kelamin perempuan. Hasil yang diperoleh, waktu orang coba coba mampu
membuka mulut secara maksimal mencapai 1 menit 37 detik. Setelah orang coba
diistirahatkan kembali selama 10 menit. Percobaan dilakukan kembali dengan
dilakukan pemijatan pada setengah waktu timbul kelelahan pada percobaan awal
dan dihasilkan waktu 2 menit 15 detik. Waktu tersebut lebih lama dari pada waktu
percobaan tanpa pemijatan, karena pemijatan dapat memperlancar sirkulasi darah
sehingga meningkatkan suplai oksigen dan nutrisi dan mempercepat proses
pemulihan kelelahan. Kemudian orang coba diistirahatkan selama 10 menit dan
dilakukan percobaan kembali tetapi dengan pemajanan sinar infra red pada orang
coba. Hasil yang diperoleh, waktu membuka waktu maksimal yang dicapai orang
coba hanya 2 menit 1 detik. Waktu tersebut lebih singkat. Padahal secara teori,
pemajanan sinar infra red akan memperlambat terjadinya kelelahan karena rasa
11
hangat yang dipancarkan infra red akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah dan memperlancar aliran darah. Namun, pancaran panas dari infra red juga
akan meningkatkan produksi saliva orang coba sehingga orang coba tersebut
secara reflex menutup mulut karena menahan saliva agar tidak keluar, bukan
karena lelah membuka mulut.
3.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala
Percobaan kali ini dilakukan pada orang coba laki-laki, percobaan
dilakukan dengan mengukur jarak kondil – tragus dan mencatat apa yang
dirasakan orang coba. Pengukuran jarak antara kondil dan tragus dilakukan dalam
berbagai posisi kepala yaitu tegak lurus, menunduk, menengadah, terlentang,
kesamping, dan istirahat. Pada percobaan dengan posisi kepala tegak lurus,
menengadah, terlentang, dan istirahat orang coba tidak merasakan apa-apa. Pada
posisi kepala tegak lurus didapatkan jarak yang paling besar antara kondil dengan
tragus. Padahal seharusnya posisi kepala menunduk merupakan posisi dimana
terdapat jarak yang besar antara kondil dan tragus karena orang coba merasakan
tekanan dan terasa sakit pada bagian STM. Hal ini mungkin terjadi karena
ketidaktelitian peneliti dalam mengukur jarak kondil-tragus. Sedangkan pada
posisi kesamping orang coba hanya merasakan tekanan tetapi tidak disertai
dengan rasa sakit. Hal ini menunjukan bahwa posisi kepala dapat mempengaruhi
tekanan yang diberikan pada TMJ. Tekanan yang berlebihan pada beberapa posisi
kepala dapat menimbulkan rasa sakit pada daerah sendi temporomandibula. Jarak
antara kondil dan tragus mengalami perbedaan pada berbagai posisi kepala
tersebut. Hal ini dikarenakan perubahan kondil terhadap tragus karena gerakan
STM yang berbeda pada beberapa posisi kepala.
BAB IV
KESIMPULAN
12
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sendi temporomandibular (TMJ) merupakan sendi sinovial yang
menghubungkanmandibula dengan tulang temporal pada posisi yang tepat.
2. Bunyi yang terjadi pada sendi temporo-mandibula terjadi karena adanya
perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporo-
mandibula.
3. Membuka mulut secara maksimal dapat menimbulkan nyeri pada sendi
temporo-mandibula karena sendi tersebut mengalami dislokasi, sehingga
menimbulkan rasa sakit.
4. Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih
lama.
5. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena
sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh
kapiler darah membesar (vasodilatasi) namun juga akan merangsang
produksi saliva yang berlebihan.
6.
13
DAFTAR PUSTAKA
Parnaadji, R. Rahardyan, drg., M.Kes., Sp.Pros. dkk. 2013. Petunjuk
PraktikumFisiologi Blok Sistem Stomatognasi I. Jember: Laboratorium Fisiologi
FKG UNEJ
Dipoyono, Haryo Mustiko Prof., Dr., drg., M.S., Sp.Pros (K). 2008. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Gadjah Mada: “Gangguan Nyeri dan Bunyi Clicking pada Sendi
Temporomandibu;a”. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada.
Dipoyono, Haryo Mustiko. 2008. Gangguan nyeri dan bunyi clicking pada sendi
temporomandibula. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Quinn, Peter. D. 1998. Color Atlas of Temporomandibular joint. St. Louis:
Mosby, Inc.
Odaci,E, 2005,Face Embriology http:// www. Emedicine.com/ent/topic30.htm
Respiratory.usu.ac.id. Sendi Temporomandibula.
14
top related