fitria tugas
Post on 28-Nov-2015
70 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Sayuran adalah semua jenis tanaman atau bagian dari tanaman yang dapat diolah menjadi
makanan. Sebagian sayuran dapat dimakan mentah dan sebagian lagi hanya dapat dimakan
setelah dimasak. Sayuran banyak mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, garam dan
karbohidrat.
Sayuran dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis berdasarkan dari bagian tumbuhan
yang dipergunakan sebagai sayuran yaitu :
Sayuran bunga (flower vegetables)
1. Sayuran buah (fruit vegetables)
2. Sayuran polong (legume vegetables)
3. Sayuran daun (leaf vegetables)
4. Sayuran batang (stem vegetables)
5. Sayuran umbi (root vegetables)
6. Sayuran umbi lapis (bulb vegetables)
7. Sayuran jamur (mushroom)
2.2 Jenis-Jenis Kerusakan Pangan
Berdasarkan faktor penyebab, kerusakan pangan dapat dikelompokkan menjadi kerusakan
biologi, fisik dan mekanis, serta kerusakan kimia. (Baliwati,dkk : 2004)
a. Kerusakan Biologi
Kerusakan biologi meliputi kerusakan yang disebabkan oleh makhluk hidup seperti
serangga, binatang pengerat, burung, dan kerusakan fisiologi. Jenis kerusakan ini juga
disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivitas jasad renik seperti bakteri, kapang, dan ragi. Jasad
renik bersifat patogen (menyebabkan sakit)maupun memproduksi sennyawa beracun (toksin)
yang dapat membahayakan kesehatan. Kerusakan yang disebabkan oleh jasad renik terjadi pada
pangan mentah, pangan setengah jadi, dan pangan olahan.
b. Kerusakan Fisiologi
Kerusakan fisiologi yaitu kerusakan yang disebabkan oleh reaksi metabolisme dalam
pangan, atau enzim yang secara alami terdapat dalam pangan sehingga terjadi proses autolisis
yang berakhir dengan kerusakan dan pembusukan.
c. Kerusakan Fisik dan Mekanis
Kerusakan fisik disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, tekanan.
Sedangkan kerusakan mekanis disebabkan oleh benturan mekanis yang menyebabkan pangan
menjadi memar, retak, atau pecah sehingga rentan sekali terhadap kerusakan lainnya.
d. Kerusakan Kimia
Kerusakan kimia dapat terjadi karena reaksi browning (pencoklatan) yang terjadi secara
enzimatis atau nonenzimatis, ketengikan pada minyak akibat adanya reaksi oksidasi dari asam
lemak tidak jenuh, kerusakan protein (penggumpalan, denaturasi) akibat adanya perubahan PH
atau suhu.
e. Kerusakan Mikrobiologis
Pada umumnya kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi
juga pada bahan setengah jadi maupun pada bahan hasil olahan. Kerusakan ini sangat merugikan
dan kadang-kadang berbahaya bagi kesehatan karena racun yang diproduksi, penularan serta
penjalaran kerusakan yang cepat. Bahan yang telah rusak oleh mikroba juga dapat menjadi
sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahan lain yang masih sehat atau segar. Penyebab
kerusakan mikrobiologis adalah bermacam-macam mikroba seperti kapang, khamir dan bakteri.
Cara perusakannya dengan menghidrolisa atau mendegradasi makromolekul yang menyusun
bahan tersebut menjadi fraksi-fraksi yang lebih kecil. ( Muchtadi : 1989).
2.3 Faktor penyebab kerusakan pada tanaman sayur.
Kerusakan pangan disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivitasmikroba, terutama
bakteri, ragi dan kapang, aktivitas enzim, serangga, parasit, tikus, suhu, kadar air, oksigen, sinar,
dan jangka waktu penyimpanan. ( Baliwati,dkk : 2004)
1. Bakteri, ragi dan kapang
Mikroba penyebab kebusukan pangan dapat ditemukan di tanah, air, uadara, di atas kulit/
bulu, dan di dalam usus ternak. Beberapa mikroba juga seing ditemukan di atas permukaan kulit
buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
Beberapa mikroba dapat menghasilkan enzime yang aktif sehingga dapat menghidrolisi
pati, selulosa, atau dapat memfermentasi gula, menghidrolisis lmak yang mengakibatkan
ketengikan, atau merusak protein yang menghasilkan bau busuk. Mikroba tersebut dapat
membentuk lendir, gas, busa, warna yang menyimpang, asam, dan racun. Jika pangan mengalami
kontaminasi secara spontan dari udara maka di dalam pangan tersebut terdapat pertumbuhan dari
beberapa jenis mikroba.
Bakteri, ragi, dan kapang dapat tumbuh dengan baik pada keadaan yang hangat dan
lembab. Mnurut kisaran suhu pertumbuhan, bakteri dapat dikelompokkan ke dalam bakteri
termofilik (45-550C), bakteri mesofilik (20-450C). Spora dari kebanyakan bakteri dapat
mempertahankan diri pada suhu mendidih. Pada suhu yang lebih randah, spora akan membelah
diri dan berkembang biak.
Beberapa bakteri dan kapang yang membutuhkan oksigen untuktumbuh disebut bakteri
aeroik sebaliknya, bakteri lainnya tidak akan tumbuh/mati jika ada oksigen, yang demikian
disebut bakteri anaerobik.
2. Enzime
Enzim merupakan senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis biologis yang dapat
mengendalikan berbagai reaksi biokimia yang terdapat di dalam jaringan hidup. Enzim yang
berada dalam pangan dapat berasal dari mikroba atau sudah ada pada pangan tersebut secara
normal. Adanya enzim ini memungkinkan terjadinya reaksi biokimia serta dapat mengakibatkan
perubahan pada komposisi pangan. Dipandang dari segi teknologi pangan, tidak semua enzime
merugikan tetapi ada juga yang menguntungkan dan dikehendaki keberadaannya, misalnya
enzim papain untuk mengempukkan daging, enzim pektinase untuk menjernihkan sari buah apel.
Enzim yang terdapat secara alami di dalam bahan pangan misalnya enzim polifenol
oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu. Enzim dapat menimbulkan warna coklat jika buah
atau ubi dipotong. Enzim polifenol oksidase merupakan salah satu jenis enzim yang merusak
bahan pangan karena warna coklat yang ditimbulkannya. Enzim dapat pula menyebabkan
penyimpangan citarasa makanan seperti enzim lipoksidase yang menimbulkan bau langu pada
kedelai. Enzim juga dapat menyebabkan pelunakan pada buah, misalnya enzim pektinase yang
terdapat pada buah-buahan. Karena merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada bahan
pangan, maka enzim perlu diinaktifkan jika akan diawetkan.
3. Serangga
Serangga dapat merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian. Pangan
yang permukaannya telah dilukai serangga akan mengalami kontaminasi oleh bakteri, ragi dan
kapang sehingga semakin memperparah tingkat kerusakan. Fumigasi dan beberapa zat kimia
(metil bromida, etilena, dan propilena) dapat mencegah kerusaan oleh serangga pada biji-bijian
dan buah-buahan kering. Akan tetapi, etilena dan propilena tidak boleh digunakan pada pangan
yang berkadar air tinggi karena kemunginan dapat membentuk racun.
Telur serangga yang tertinggal dalam tepung dapat dihancuran dengan cara sentrifuse.
Mesipun pecahan telur mungin masih tertinggal dalam tepung, tetapi tidak dapat memperbanyak
diri lebih lanjut.
4. Suhu
Pemanasan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan protein (denaturasi), emulsi
vitamin dan lemak. Buah dan sayuran tropika sangat sensitif terhadap pendinginan. Penyimpanan
pada suhu rendah aan menyebabkan kerusakan yang disebut chiling injury, misalnya pisang
ambon yang menjadi lunak dan wanarnya berubah. Selain itu, juga menyebabkan denaturasi dan
penggumpalan pada protein susu.
5. Kadar air
Kadar air permukaan pangan dipengaruhi oleh kelembapan nisbi (RH) udara di sekitarnya.
Bila kadar air pangan rendah, sedangkan RH di sekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan
air dari udara sehingga pangan menjadi lembab. Sebaliknya, bila suhu pangan lebih rendah akan
terjadi kondensasi pada permukaan pangan dan dapat menjadi media bagi pertumbuhan kapang
atau bakteri.
6. Oksigen
Oksigen selain dapat merusak vitamin A dan vitamin C, warna pangan, cita rasa, juga
dapat menjadi sarana pertumbuhan kapang. Pada pangan yang mengandung lemak, adanya
oksigen akan menyebabkan ketengikan.
7. Sinar
Sinar atau cahaya dapat merusak beberapa vitamin, terutama riboflavin, vitamin A, vitamin
C dan merusak warna pangan.
8. Waktu penyimpanan
Pada saat sesudah penyembelihan, pemanenan, atau pengo;ahan, pangan mempunyai mutu
yang paling baik. Akan tetapi, hal tersebut hanya berlangsung sementara. Untuk
mempertahankan mutu pangan diperlukan penanganan khusus sesegera mungkin. Pada
umumnya, apabila waktu penyimpanan lebih lama maka dapat menyebabkan kerusakan pangan
yang lebih besar.
2.4 Teknologi penanganan pasca panen
Penanganan sayur dilakukan untuk tujuan penyimpanan, transportasi dan kemudian
pemasaran agar tidak terjadi kerusakan pada sayur. Langkah yang harus dilakukan dalam
penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan umuran
(sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan pengepakan (packing). Namun demikian,
untuk beberapa komoditi atau jenis sayur tertentu memerlukan tambahan penanganan seperti
pencucian, penggunaan bahan kimia, pelapisan (coating-waxing), dan pendinginan awal (pre-
cooling), serta pengikatan (bunching), pemotongan bagian-bagian yang tidak penting (trimming).
( Santoso: ----)
1. Pendinginan Awal (Pre-Cooling)
Usaha menghilangkan panas lapang pada sayur akibat pemanenan di siang hari disebut pre-
cooling atau pendinginan awal. Seperti diketahui suhu tinggi pada sayur yang diterima saat
pemanenan akan merusak sayur selama iinginkan. Dalam satu wadah dapat terdiri hanya satu
sayur atau terdiri dari banyak sayur. penyimpanan sehingga menurunkan kualitas. Makin cepat
membuang panas di lapang, makin baik kemungkinan menjaga kualitas komoditi selama
disimpan.
Pre-cooling dimaksudkan untuk memperlambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap
serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang melalui transpirasi, dan memudahkan
pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin bila sistim ini digunakan. Pendinginan awal
dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun umumnya dengan prinsip yang sama, yaitu
memindahkan dengan cepat panas dari komoditi ke suatu media pendingin, seperti udara, air atau
es. Waktu yang diperlukan sangat bervariasi, 30 menit atau kurang, tetapi mungkin pula lebih
dari 24 jam. Perbedaan suhu antara media pendingin (coolant) dengan komoditi sayur harus
segera dikurangi agar proses pre-cooling efektif. Penurunan atau pre cooling dapat dilakukan
dengan menggunakan udara dingin pada teknik Air Cooling, air yang diberikan es batu pada
teknik Water/Hydro Cooling, atau sistim vakum pada teknik Vacuum Cooling.
2. Pencucian (washing)
Pencucian dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan
kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat
mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Pencucian disarankan
menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan.
Selain itu pencucian dapat dilakukan dengan menggunaan air, sikat, maupun detergen (NaOH
0.35%) dan klorin urang dari 50 ppm (Baliwati,dkk : 2004). Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena
lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci.
3. Pemilihan (Sorting)
Setelah pencucian dengan menggunakan air yang diberikan clorin, maka proses selanjutnya
adalah pemilahan. Pemilahan terhadap sayur dilakukan untuk memisahkan sayur-sayur yang
berbeda tingkat kematangan, berbeda bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun
tanda-tanda lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi penyakit
maupun luka akibat hama.
4. Pemisahan Berdasarkan Umuran (Sizing)
Pengukuran sayur dimaksudkan untuk memilah-milah sayur berdasarkan ukuran, berat atau
dimensi terhadap sayur-sayur yang telah dipilih (proses di atas – sorting). Proses pengukuran
sayur dapat dilakukan secara manual maupun mekanik.
5. Pemilihan Berdasarkan Mutu (Grading)
Pada tahapan ini, sayur-sayur dipilah-pilah berdasarkan tingkatan kualitas pasar (grade).
Tingkatan kualitas dimaksud adalah kualitas yang telah ditetapkan sebagai patokan penilaian
ataupun ditetapkan sendiri oleh produsen. Pemilihan kualitas sayuran dapat berdasarkan ukuran,
bentuk, kondisi, dan tingkat kemasakan. Tahapan ini tentunya sangat penting bagi sayuran yang
ditujukan untuk pasar segar. Namun tahapan ini tidak perlu dilakukan bilamana sayuran
ditujukan untuk proses pengolahan.
6. Trimming, Waxing, Coating, dan Curing
Trimming diartikan sebagai pemotongan bagian-bagian sayur yang tidak dikehendaki karena
mengganggu penampilannya. Bagian yang dipotong tersebut biasanya perakaran maupun daun-
daun tua maupun mongering seperti pada lobak, wortel, bayam, seledri, dan selada. Sedangkan
curing merupakan tindakan penyembuhan luka pada komoditi panenan. Luka dapat disebabkan
karena pemotongan maupun luka goresan dan benturan saat panen. Curing sering diterapkan
pada sayuran seperti bawang-bawangan dan kentang, yaitu dengan cara membiarkan komoditi
terkena sinar matahari sejenak setelah panen atau dengan perlakuan pemanasan dengan
menggunakan uap secara terkendali.
Waxing atau coating merupakan pelapisan permukaan sayuran agar menambah baik
penampilannya. Pelapisan dimaksudkan untuk melapisi permukaan sayur dengan bahan yang
dapat menekan laju respirasi maupun menekan laju transpirasi sayur selama penyimpanan atau
pemasaran. Pelapisan juga bertujuan untuk menambah perlindungan bagi sayur terhadap
pengaruh luar. Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa
simpan dan menjaga produk segar dari kerusakan seperti pada tomat, timun, cabe besar, dan
terong. Pelilinan (waxing) merupakan salah satu pelapisan pada sayur untuk menambah lapisan
lilin alami yang biasanya hilang saat pencucian, dan juga untuk menambah kilap sayur.
Keuntungan lain pelilinan adalah menutup luka yang ada pada permukaan sayuran.
Pelilinan atau pelapisan digunakan untuk memperpanjang masa segar komoditi sayur atau
memperpanjang daya tahan simpan sayur bilamana fasilitas pendinginan (ruang simpan dingin)
tidak tersedia. Namun perlu diingat bahwa tidak semua komoditi sayur memiliki respon yang
baik terhadap pelilinan. Faktor kritis pelilinan sayur adalah tingkat ketebalan lapisan lilin.
Terlalu tipis lapisan lilin yang terbentuk di permukaan sayur membuat pelilinan tidak efektif,
namun bila pelapisan terlalu tebal akan menyebabkan kebusukan sayur. Beberapa macam lilin
yang digunakan dalam upaya memperpanjang masa simpan dan kesegaran sayur adalah lilin tebu
(sugarcane wax) lilin karnauba (carnauba wax), lilin lebah madu (bees wax) dan sebagainya.
Lilin komersial siap pakai yang dapat dan sering digunakan para produsen sayur adalah lilin
dengan nama dagang Brogdex-Britex Wax. Salah satu jenis pelapis lainnya yang dikembangkan
selain pelapis lilin adalah khitosan, yaitu polisakarida yang berasal dari limbah kulit udang-
udangan (Crustaceae), kepiting dan rajungan (Crab). Teknik aplikasi atau penggunaan lilin atau
pelapisan pada sayur dapat dengan menggunakan teknik pencelupan sayur dalam larutan
(dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan (spraying), dan pengolesan atau penyikatan
(brushing). Tentunya jenis sayur yang berbeda memerlukan teknik pelilinan yang berbeda.
7. Pengepakan (Packing)
Pengepakan sayur untuk konsumen sering dilakukan dengan membungkus sayur dengan
plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah (kontainer) yang lebih
besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp maupun kertas. Sayur-sayur dalam
wadah disesuaikan dengan kualitas yang di sayur-sayur tersebut diatur peletakannya secara rapi
sehingga kemungkinan berbenturan satu sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah
yang dapat digunakan dapat berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu,
ataupun plastik.
Pada sayur yang ditujukan untuk para konsumen, pengepakan sering dilakukan dengan
membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam
wadah (kontainer) yang lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan pulp,
polyethilen maupun kertas. Kemudian dimasukkan dalam suatu wadah. Dalam satu wadah dapat
terdiri hanya satu sayur atau terdiri dari banyak sayur. Bahan wadah yang digunakan dapat
berupa kertas kanton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu, ataupun plastik.
Faktor penting dalam pengepakan yang perlu diperhatikan adalah bahwa bahan
pembungkus setidaknya memiliki permeabilitas terhadap keluar masuknya oksigen dan
karbondioksida. Seringkali atmosfir dalam ruang pak yang menggunakan plastic tercapai
kestabilan udara yang cukup terkendali. Pada kondisi tersebut biasanya kandungan oksigen
rendah sedangkan karbondioksidanya lebih tinggi baik terhadap oksigen maupun udara di luar
pak (dos). Tekanan uap air relative stabil sehingga menguntungkan untuk mempertahankan
kualitas sayur dalam simpanan. Bahan pak (dos) luar yang akan menampung beberapa dos
berukuran kecil sering disebut sebakai MasterContainer. Bahan dos tersebut dapat berupa karton
maupun kayu, yang penting memiliki sifat tahan kerusakan akibat air, gesekan, tumpukan dan
tidak goyah, tidak berat.
2.5 Contoh Kasus
1. Penanganan pasca panen tanamansayur di pasar tradisional.
Di pasar tradisional pada umumnya penanganan pasca panen holtikultura masih
dilakukan sangat sederhana. Salah stunya di daerah Kopeng, Ngablak di Kabupaten Semarang,
andungan dan di pasar Ngablak, pasar Bandungan dan di pasar Salatiga, di tingkat petani, setelah
panen sayur hanya dikemas dengan menggunakan keranjang bambu maupun dengan karung
plastik. Di sini tidak dilakukan penanganan pasca panen apa-apa seperti pencucian, sortasi,
pendinginan awal dan sebagainya. Pengemasan dengan menggunakan keranjang bambu maupun
dengan mengunakan plastik hanya untuk memudahkan pengangkutan. Setelah sampai pada
pedagang, penanganan pasca panen seperti sortasi dan grading kadang-kadang dilakukan. Sortasi
dilakukan untuk memisahkan antara sayur yang mengalami kerusakan dengan yang masih baik,
sedangkan grading dilakukan agar diperoleh harga yang lebih bervariasi. Selain itu sayur supaya
diperoleh harga yang diletakkan di tempat terbuka. Dengan demikian umur simpan dari hasil
pertanian tersebut menjadi pendek, tingkat kerusakan tinggi, sehingga sampai ke tangan
konsumen kualitasnya menjadi rendah. Tidak dilakukannya penanganan pasca panen di tingkat
petani karena disebabkan harga sayuran di tingkat petani rendah sehingga penanganan pasca
panen dirasa mahal, keterbatasan pengetahuan mengenai penanganan pasca panen dan hasil
panen tersebut langsung di jual. Sedangkan di tingkat pedagang biaya penanganan pasca panen
yang lain dirasa mahal sehingga tidak sesuai dengan laba yang diperoleh karena daya beli
konsumen yang rendah.
2. Penanganan pasca panen tanamansayur di pasar modern
Sayuran yang dijual di pasar modern (Super Market) pada umumnya berasal dari petani
yang sudah mengkhususkan diri melayani permintaan super market tersebut. Umumnya petani
ini biasanya sudah maju dalam arti memiliki modal besar, pengetahuan yang baik, penggunaan
sarana produksi yang unggul sehingga produk yang dihasilkan lebih baik dibanding produk yang
dihasilkan petani tradisional. Beberapa super market yang ada di kota Semarang, hasil panen
tersebut setelah sampai di super market, kemudian dilakukan berbagai penanganan pasca panen
sebelum dijual kepada konsumen misalnya grading, pencucian/menghilangkan kotoran-kotoran
yang masih melekat pada sayur, pemotongan bagian-bagian sayur yang tidak diperlukan, sortasi
dari produk yang mengalami kerusakan kemudian dilakukan pengemasan Untuk pengemasan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, untuk yang pertama sayuran dikemas dalam plastik yang
memiliki daya lekat yang kuat, lentur dan tidak mudah sobek sehingga menjadikan sayuran tetap
segar tahan lama, tidak kering dan melindungi serta menjaga tetap bersih. Misalnya pada bunga
kol, kobis, brokoli, luttuce dan lain sebagainya. Cara yang kedua sayuran dimasukkan ke dalam
plastik polyetilen yang diberi lobang-lobang yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara.
Cara yang ketiga adalah tidak dilakukannya pengemasan, tetapi sayuran diletakkan pada lemari
pendingin yang terbuka yang kadang-kadang disemprot dengan butir-butir air yang halus untuk
mengurangi penguapan, seperti sayur-sayuran daun.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sayur merupakan semua jenis tanaman atau bagian dari tanaman yang dapat diolah menjadi
makanan.
2. Jenis-jenis kerusakan pangan antara lain kerusakan biologi, fisik dan mekanis, serta kerusakan
kimia.
3. Faktor penyebab kerusakan sayuran disebabkan oleh pertumbuhan dan aktivitasmikroba, terutama
bakteri, ragi dan kapang, aktivitas enzim, serangga, parasit, tikus, suhu, kadar air, oksigen, sinar,
dan jangka waktu penyimpanan
4. Langkah yang harus dilakukan dalam penanganan sayur setelah dipanen meliputi pemilihan
(sorting), pemisahan berdasarkan umuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu (grading), dan
pengepakan (packing) dan tambahan penanganan seperti pencucian, penggunaan bahan kimia,
pelapisan (coating-waxing), dan pendinginan awal (pre-cooling), serta pengikatan (bunching),
pemotongan bagian-bagian yang tidak penting.
5. Ada perbedaan penanganan pasca panen pada sayur antara di pasar tradisional dan pasar modern
(supermarket) yaitu terletak pada cara penanganannya dimana di pasar tradisional penanganan
pasca panen masih tergolong sederhana, sedangkan pada pasar moderrn jauh lebih kompleks.
3.2 Saran
Dalam penanganan pasca panen pada tanaman sayur harus dilakukan sesuai langkah
penanganan pasca panen dengan baik dan benar sehingga menghasilkan harga jual yang tinggi.
Selain itu penaganan pasca panen yag baik dan benar akan mempengaruhi daya beli konsumen
sehinnga perlu adanya penanganan pasca panen yang baik dan benar.
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
A.Pengertian
kerusakan makanan adalah Adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat
diterima secara normal oleh panca indera atau parameter lain.
B. Jenis-jenis kerusakan makanan
1) Kerusakan Fisiologis
kerusakan yang terjadi akibat adanya reaksi metabolisme atau enzim yang berlebihan
yang terdapat di dalam bahan makanan . Kerusakan yang ditimbulkan adalah terjadinya proses
pembusukan.
contoh: enzim pektinase yang terdapat pada buah-buahan yang menyebabkan buah-buahan
menjadi lunak.
2) Kerusakan Biologis
kerusakan bahan makanan yang diakibatkan oleh organisme perusak,
contoh : rodentia / serangga / unggas. Masuknya serangga ke dalam bahan makanan .
Serangga biasanya merusak buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan umbi-umbian
pada saat bahan pangan dipanen. Kerugian yang terjadi adalah :
a. Penyusutan berat Bahan dipanen
b. Berkurangnya nilai gizi Bahan dipanen
c. Bahan dipanen akan mudah terkontaminasi oleh MIKRO ORGANISME
Selain menyebabkan berat Bahan dipanen rodentia (binatang pengerat / tikus) juga merugikan
karena kotoran, rambut dan urine tikus akan menimbulkan bau yang kurang enak dan juga
pembawa bakteri.
3) Kerusakan Pathologis
kerusakan bahan makanan yang terjadi akibat adanya penyakit pada bahan makanan
4) Kerusakan Mekanis
kerusakan akibat adanya benturan antara Bahan dipanen dengan Bahan dipanen atau
antara Bahan dipanen dengan wadah.
5) Kerusakan Fisik
kerusakan yang terjadi akibat temperature / suhu yang tidak sesuai dengan keadaan bahan
makanan
Contoh :
a. Pada poses pengolahan dengan panas yang terlalu lama akan menimbulkan kegosongan.
b. Pada proses pendinginan terjadi kerusakan "chilling injuries" atau pada proses pembekuan
terjadi kerusakan "freezinginjuries" dan ""freezing-burn".
c. Pada proses pengeringan biji-bijian yang kurang baik akan menyebabkan "case-hardering"
yaitu suatu keadaan dimana bagian luar biji sudah kering tetapi bagian dalam masih basah.
Hal ini dapat terjadi bila penguapan pada Bahan dipanen tidak merata.
6) Kerusakan Khemis
kerusakan bahan makanan yang disebabkan adanya reaksi kimia dalam bahan makanan.
7) kerusakan Mikrobiologis
kerusakan bahan makanan akibat adanya aktifitas Mo, seperti bakteri, kapang dan
khamir. Kerusakan jenis ini sangat merugikan karena Dapat mengakibatkan keracunan
Tidak hanya terjadi pada bahan makanan mentah, tetapi juga pada bahan makanan setengah jadi,
misalnya sosis.
Pada awalnya semua jaringan hidup steril, tetapi setelah keluar dari lingkungannya, bias
saja menjadi tidak steril. Misalnya air susu sapi tetap steril pada saat berada di dalam kelenjar
susu sapi tapi setelah diperah dapat saja air susu tersebut tidak lagi steril. Hal ini disebabkan
adanya kontaminasi dari udara, pemerah ataupun peralatan yang digunakan.
8) Kerusakan dari luar bahan makanan , terbagi menjadi 2 :
a. Sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan
biasanya berupa bahan makanan tambahan (food additive). Jika food additive digunakan
tidak sesuai dengan ketentuan dapat mengakibatkan keracunan.
Contoh : bahan pewarna, pengental, pemanis buatan, dll.
b. Tidak sengaja terdapat dalam bahan makanan
Misalnya insektisida pada bahan makanan atau tembaga (Cu) yang terdapat pada perlatan
memasak.
C. Penggolongan kerusakan makanan berdasarkan Bahan makanan
Berdasarkan tingkat kerusakannya bahan makanan digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Cepat rusak (Highly perishable)
Kerusakan bahan makanan jenis ini dapat terjadi dalam waktu 1-6 jam.
Contoh : air susu, ikan, daging ayam, jeroan, dll.
2. Mudah rusak (Perishable)
Kerusakan dapat terjadi dalam waktu 1-2 hari, tergantung pada cara penanganannya.
Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan.
3. Agak mudah rusak (Semi perishable)
Bahan makanan yang dapat tahan hingga beberapa minggu
Contoh : bawang putih, biji melinjo, kentang, waluh
4. Tidak mudah rusak (Non perishable)
Bahan makanan yang dapat disimpan hingga beberapa bulan
Contoh : kacang-kacangan, biji-bijian.
D. akibat kerusakan makanan
Makanan yang rusak adalah makanan yang apabila dikonsumsi oleh mahluk hidup (manusia /
hewan) dapat mengancam kesehatan. Bahan makanan yang rusak dapat menjalar ke makanan
yang sehat / tidak rusak karena dapat terjadi pencemaran silang sehingga menimbulkan kerugian
bagi konsumen maupun produsen. Beberapa akibat kerusakan bahan makanan adalah :
1. Mutu
Kerusakan bahan makanan akan berpengaruh terhadap mutu dari bahan makanan yang
bersangkutan. Bila tingkat kerusakannya ringan akan menyebabkan penurunan kelas mutunya,
tetapi bila tingkat kerusakannya agak berat dapat menyebabkan lewat mutu (off-grade).
Bahan makanan yang sudah off-grade menyebabkan bahan makanan tersebut tidak layak
dikonsumsi lagi. Untuk menentukan suatu bahan makanan sudah mengalami off
grade atau belum, ditetapkan batas mutu. Batas mutu tergantung pada tingkat dan kondisi
ekonomi-sosial konsumen.
2. Nilai gizi
Kerusakan bahan makanan dapat mempengaruhi nilai gizi bahan makanan. Mikro organisme
yang terdapat pada bahan makanan akan menggunakan kandungan gizi untuk aktifitasnya.
Kerusakan fisik pada pemanasan / pembekuan akan menurunkan nilai gizi bahan makanan.
Namun tidak semua kerusakan fisik akan menurunkan nilai gizi, misalnya hilangnya sifat garing
pada kerupuk karena teknik penyimpanan yang salah / kurang baik.
3. Kesehatan
Kerusakan bahan makanan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan manusia, terutama
kerusakan yang disebabkan oleh mikro organisme yang bersifat pathogen. Penyakit yang
disebabkan oleh makanan disebut 'food borne diseases' atau 'food borne illnennen'. Beberapa
penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan / minuman adalah : kolera, disentri, hepatitis,
TBC dan thypus abdominalis.
Penyebab 'food borne diseases' :
a. Sumber biologi
mikro organisme dan / racun yang diproduksi oleh mikro organisme tersebut.
b. Sumber kimia
bahan kimia tertentu yang berbahaya bagi tubuh yang terdapat di dalam bahan makanan secara
sengaja / tidak sengaja.
c. Sumber fisika
sumber yang berkaitan dengan obyek fisik, misalnya tempat plastic tertentu yang mengandung
PVC (poly Vynil Chlorida) yang membahayakan tubuh.
E.mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
1. Perlakukan penurunan air (pengeringan)
Pengeringan merupakan pengawetan yang paling lama dan paling banyak dilakukan oleh
manusia.
Jenis jenis pengeringan :
a. Pengeringan alami / Sun Drying
Keuntungan :
a. Murah
b. Tidak memerlukan keahlian
Kerugian :
a. Waktu tidak tentu, tergantung cuaca
b. Tempat yang dibutuhkan harus luas
c. Suhu, rH, kecepatan aliran udara tidak dapat dikontrol
d. Terkontaminasi oleh debu
e. Terjadi kerusakan BAHAN DIPANEN
b. Pengeringan buatan / Artificial Drying
Keuntungan :
a. Suhu, rH, aliran udara dapat diatur
b. Sanitasi terjamin
c. Proses dapat dikontrol, sehingga mengurangi kerusakan
d. Tidak memerlukan tempat yang luas
Kerugian :
a. Perlu dana yang banyak
b. Diperlukan keahlian khusus
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan :
a. Luas permukaan BAHAN DIPANEN
Semakin kecil ukuran BAHAN DIPANEN, semakin capat proses 'drying' karena :
♦ Kadar air lebih cepat ke permukaan
♦ Kontak dengan medium pemanas lebih besar
b. Suhu
c. Kecepatan aliran udara
Contoh produk pengeringan :
a. Daging : dendeng sapi
b. Biji-bijian, kacang-kacangan : emping melinjo
c. Kopra
d. Buah dan sayuran : pisang sale, kismis
2. Perlakukan panas (pemanasan)
Pengertian : pemberian energi panas dal;am bentuk suhu lebih yang
dibiarkan merambat ke jaringan BAHAN DIPANEN.
Jenis perambatan panas :
a. Konduksi, biasanya pada BAHAN DIPANEN padat
b. Konveksi, biasanya pada bahan dipanen cair
c. Radiasi, pada bahan dipanen padat dan cair
Tujuan pemanasan :
a. Meningkatkan / memudahkan pencernaan, cita rasa
b. Mempertahankan nilai gizi sebanyak mungkin
c. Membunuh mikro organisme.
d. Mengawetkan bahan makanan
Jenis–jenis proses pemanasan :
a. Boiling
b. Steaming
c. Baking
d. Frying
e. Pasteurisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu 62,8° C (30') atau
73° C (15')
f. Sterilisasi, adalah proses pemanasan dengan suhu > 121° C.
3. Perlakukan dengan suhu rendah (pendinginan dan pembekuan)
Dilakukan sejak bangsa Eskimo kuno, yaitu : mengawetkan ikan dengan
bekuan air.
Jenis-jenisnya:
a. Pendinginan / Chilling
Digunakan untuk menyimpan BAHAN DIPANEN yang mudah rusak untuk jangka waktu
beberapa hari / minggu.
b. Pembekuan / Freezing
Untuk penyimpanan BAHAN DIPANEN selama beberapa bulan / tahun
Faktor-faktor yang mempengaruhi perlakuan suhu rendah :
a. Suhu
Suhu yang digunakan tergantung kadar air bahan makanan
b. Kualitas bahan pangan mentah
Berpengaruh pada saat thawing
c. Perlakuan pendahuluan
♦ Pencucian : karena hasil pertanian cenderung kotor. Sehingga pada
permukaan bahan mikroorganisme, dan dapat menyebabkan daya awet.
♦ Pemotongan :
a. Untuk membuang bagian yang tidak penting
b. Untuk memperoleh ukuran yang sesuai sehingga dapat mempercepat proses
penggunaan Bahan makanan dan pembekuan.
♦ Pengepakan :
a. Untuk mencegah perubahan warna, tekstur, cita rasa
b. Untuk menghindari kontaminasi udara
4. Perlakukan dengan bahan kimia (fermentasi dan pemberian 'food additive')
Cara yang dilakukan adalah :
a. Teknologi fermentasi
Pengertian : suatu perubahan kimia yang berlangsung pada bahan dipanen yang
dibantu dengan aktifitas mikro organisme.
Tujuan :
a. Meningkatkan daya cerna
b. Mengurangi racun
c. Memperoleh produk makanan yang bervariasi
d. Meningkatkan nilai harga
Jenis-jenis mikro organisme yang digunakan untuk fermentasi :
a. Kapang : Mucor, Aspergillus
b. Khamir : Sacharomyces
c. Bakteri : Bacillus, Streptococus
Contoh bahan dipanen hasil fermentasi :
a. Oncom, dari ampas kacang tanah
b. Tape, dari beras ketan / singkong
Perubahan : flavor, textur, rasa
c. Ikan peda, dari ikan kembung
Perubahan : flavour khas
d. Terasi, dari udang
Paerubahan : flavour khas
e. Yoghurt, dari susu
Perubahan : flavour khas, rasa
f. Pickle, dari sayuran, ketimun
Perubahan : flavour khas, rasa
b. Penggunaan food additive / bahan Tambahan makanan (BTM)
Pengertian : BAHAN MAKANAN yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk
maksud teknologi (orgaroleptik) untuk mempengaruhi sifat
khas makanan tersebut.
Permenkes tentang BTM :
Permenkes no. 722 / Menkes / Per / IX / 1988, pasal 1.
Penambahan food additive dilakukan pada proses : persiapan,
pengolahan, pengepakan, penyimpanan atau pengangkutan BAHAN MAKANAN.
Penggunaan BTM tidak membahayakan apabila digunakan dalam batasbatas
yang wajar.
Fungsi dan macam BTM :
a. Antioksidan
Adalah BTM yang dapat mencegah / menghambat oksidasi.
Contoh : asam askorbat dan garam kalium
b. Antikempal
Adalah BTM yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang
berupa serbuk.
Contoh : penggunaan alumunium silikat pada susu bubuk
c. Pengatur keasaman
Adalah BTM yang dapat memberi rasa asam, menetralkan dan
mempertahankan derajat keasaman makanan.
Contoh : alumunium amonium sulfat di dalam soda kue
d. Pemanis buatan
Adalah BTM yang dapat memberikan rasa manis pada makanan yang
tidak / hamper tidak bernilai gizi (energi)
Contoh : Sakarin dalam permen karet
e. Pengemulsi, pemantap, pengental
Adalam BTM yang dapat membantu terbentuknya system disperse
yang homogen pda makanan
Contoh : agar-agar dalam es krim
f. Pengawet
Adalah BTM yang mencegah / menghambat terjadinya fermentasi,
pengasaman atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikro organisme
Contoh : asam benzoat dalam kecap
g. Pengeras
Adalah BTM yang dapat memperkeras / mencegah melunaknya
makanan.
Contoh : alumunium ammonium sulfat pada acar kentimun
h. Sekuestran
Adalah BTM yang dapat mengikat ion logam yang ada pada
makanan.
Contoh : asam fosfat pda kepiting kalengan
Upaya pencegahan kerusakan BAHAN MAKANAN dengan bahan kimia yang umum
dilakukan untuk meningkatkan daya tahan simpan BAHAN MAKANAN adalah :
a. Garam
Penggaraman merupakan cara pengawetan makanan yang telah lama
dilakukan. NaCl terbukti efektif mencegah / menghambat
pertumbuhan bakteri pembusuk.
Contoh : ikan asin, telur asin
b. Asam
Penambahan asam pada makanan akan menurunkan pH BAHAN MAKANAN sehingga
menghambat pertumbuhan mikro organisme perusak yang tidak tahan pada PH .
Contoh :
♦ Penggunaan asam cuka pada acar, asinan
♦ Penggunaan asam laktat pada yoghurt
c. Gula
Penggunaan gula dengan konsentrasi akan menurunkan Aw sehingga air yang diperlukan oleh
mikro organisme juga akan turun , sehingga pertumbuhan mikro organisme juga akan terhambat.
Contoh : jam, jelly, manisan, sirup, dodol, sari buah, susu kental manis.
BAB IPENDAHULUAN
Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan mikroorganisme; (2) Aktivitas enzim dalam bahan pangan; (3) suhu baik suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara khususnya oksigen; (5) kadar air dankekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga, parasit serta pengerat. Pengawetanpangan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau menghilangakanfaktor-faktor perusak tersebut. Setelah dipanen produk hasil pertanian tetapmelakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalamiperubahan yang tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau pembusukan pada produk hewani. Susut ”losses” kualitas dan kuantitas produk hasil pertanian terjadi sejak pemanenan hingga dikonsumsi .Besarnya susut sangat tergantung pada jenis komoditi dan cara penanganannya selepas panen.
Untuk mengurangi susut ini petani atau pedagang harus mengetahui faktor biologis dan lingkungan yang berpengaruh terhadap terjadinya kerusakan, menguasai teknik penanganan pasca panen yang dapat menunda kelayuan atau kebusukan dan menjaga kualitas pada tingkatan tertentu yang mungkin dicapai. Untuk mengurangi susut yang terjadi setelah pemanenan, pada prinsipnya dapat dilakukan dengan cara memanipulasi faktor biologis atau faktor lingkungan dimana produk pertanian tersebut disimpan. Perbedaan faktor biologis komoditi nabati dengan komoditi hewani menyebabkan cara penanganan keduanya juga berbeda. Secara umum faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kedua komoditi pertanian adalah sama yaitu : suhu, kelembaban udara, komposisi udara(CO, CO2, O2), polutan dan cahaya. Faktor-faktor biologis terpenting yang dapat dihambat pada bahan nabati seperti buah-buahan dan sayuran adalah : respirasi,produksi etilen, transpirasi, dan faktor morfologis/anatomis, faktor lain yang jugapenting untuk diperhatikan adalah senantiasa menghindarkan komoditi terhadap suhu atau cahaya yang berlebihan, dan kerusakan patologis atau kerusakan fisik.
Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah dan sayuran sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya metabolisme, dan oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah dan sayuran. Laju respirasi yang tinggibiasanya disertai oleh umur simpan yang pendek. Hal itu juga merupakan petunjuk laju kemunduran mutu dan nilainya sebagai bahan makanan.
Salah satu sifat produk pertanian adalah mudah rusak perishable. Buah-buahan merupakan salah satu jenis komoditi pertanian yang mudah rusak. Mudah rusaknya buah-buahan disebabkan buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk berbagai mikroorganisme untuk tumbuh. Tumbuhnya mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan enzimatis, yaitu kerusakan yang disebabkan mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim hasil metabolisme yang dapat merusak buah. Ciri-ciri terjadinya kerusakan enzimatis adalah rasa buah menjadi terlalu asam. Selain itu warna buah biasanya berubah.
Selain kadar air, suhu juga berperan dalam ketahanan umur simpan buah- buahan. Pada suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih cepat berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah sehingga buah pun menjadi lebih awet. Karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang waktu proses kebusukan buah tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
B. TujuanPraktikum ini dilakukan agar mahasiswa dapat melihat perubahan dan kerusakan yang
terjadi pada bahan pangan segar selama penyimpanan serta lama penyimpanan bahan pangan segar.
BAB II
TINAUAN PUSTAKA
A. Ikan
Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang sangat dibutuhkan manusia karena banyak mengandung protein. Protein ikan sangat diperlukan oleh manusia selain karena lebih mudah dicerna juga mengandung asam amino dengan struktur yang hampir sama dengan asam amino dalam tubuh manusia. Dengan kandungan protein dan air yang cukup tinggi, ikan termasuk komoditi yang mudah rusak dan busuk. Setelah dipanen, setiap spesies ikan mengalami
penurunan mutu biologi, fisik, kesegaran dan nilai gizi dari ikan. Ikan mempunyai kandungan lemak yang rendah, sehingga ikan sering digunakan sebagai pengganti daging yang umumnya mengandung kolestterol dalam jumlah banyak.
Salah satu penyebab dari kerusakan ikan adalah tingginya pH akhir daging ikan yaitu pada pH 6,4–6,6, disebabkan karena rendahnya cadangan glikogen dalam daging ikan. Ikan sulit ditangkap dalam jumlah besar tanpa pergulatan yang selanjutnya menyebabkan turunnya cadangan glikogen. Namun, ikan tidak akan mengalami kerusakan karena bakteri, sampai ikan tersebut mati.
Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Selain harganya yang relatif terjangkau, ikan juga mengandung protein yang tinggi. Bermacammacamjenis ikan dapat ditemui seperti ikan air laut, ikan air tawar maupun ikan air payau.
Ikan adalah bahan pangan yang mengandung protein tinggi, yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena selain mudah dicerna, juga mengandung asam amino dengan pola yang hampir sama dengan asam amino yang terdapat dalam tubuh manusia (Suhartini dan Hidayat 2005).
Dibandingkan dengan bahan makanan lainnya, ikan mengandung asam amino esensial yang lengkap dan sangat diperlukan oleh tubuh manusia, oleh karena itu mutu protein ikan sebanding dengan mutu protein daging (Astawan 2003).
Kandungan lemaknya 1-20% dapat diserap dan digunakan langsung oleh jaringan tubuh. Sebagian besar lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Asam lemak ini diperlukan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah. Vitamin yang terkandung dalam ikan beraneka ragam, mulai dari vitamin A, D, thiamin, riboflavin, niacin, B6, B12, dan biotin. Minyak ikan kaya akan vitamin A dan D yang larut dalam minyak dan populer digunakan untuk anakanak (Akmal 1996).
Kerusakan pada ikan dapat disebabkan oleh faktor internal (isi perut) dan eksternal (lingkungan). Faktor internal tersebut dapat diakibatkan karena bakteri seperti Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus dan lainnya. Faktor eksternal penyebab kerusakan terkait pada perlakuan ikan segar baik dalam segi penangkapan, pengangkutan, penyimpanan, pengawetan bahkan saat pengolahan (Akmal 1996)
Upaya untuk memperpanjang daya tahan simpan ikan segar adalah melalui penyimpanan dalam lemari pendingin atau pembeku, yang mampu menghambat aktivitas mikroba atau enzim. Setiap penurunan suhu 8°C menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme berkurang menjadi kira-kira setengahnya. Oleh karena itu, ikan yang akan disimpan pada suhu rendah harus dibersihkan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah mikroorganisme awal yang ada pada bahan tersebut (Astawan 2003).
Untuk mengeliminasi bakteri yang terdapat dalam makanan dapat dilakukan dengan menggunakan iradiasi gamma (Rashid & Ishigaki 1992).
Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan, baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan serta membebaskan pangan dari bakteri patogen. Teknik ini dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan, efektif untuk memperpanjang masa simpan dan menjadikan bahan pangan tidak mengalami perubahan baik tekstur, aroma, rasa, warna serta nilai gizi (Muchtadi2010).
B. PisangPisang Mas (Musa acuminata Colla) merupakan sejenis pisang yang dituai dari pokok
Pisang. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Selama proses pemasakan buah pisang akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimiawi, antara lain adalah: perubahan tekstur, aroma dan rasa, kadar pati dan gula (Pantastico, 1989).
Tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pektin dan selulosa. Selama pemasakan buah menjadi lunak karena menurunnya jumlah senyawa tersebut. Selama itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang jumlah pektin yang larut menjadi bertambah. jumlah selulosa buah pisang yang baru dipanen adalah 2–3% dan selama pemasakan buah jumlahnya akan berkurang. (Palmer 1981)
Rasa manis setelah buah masak, ditentukan oleh adanya gula hasil degradasi pati yang menjadi gula yang lebih sederhana yaitu sukrosa, glukosa, dan fruktosa (Paul dan Palmer, 1981). Daging buah yang masih mentah memiliki rasa sepet yang disebabkan oleh senyawa tanin. Selama proses pemasakan buah rasa sepet berangsur-angsur kurang, hal ini disebabkan kandungan tanin aktif menurun pada buah yang masak (Stover, 1987). Timbulnya aroma yang khas pada buah pisang disebabkan terbentuknya senyawa kompleks dari senyawa yang mudah menguap dan beberapa minyak esensial yang ada. Di samping timbulnya aroma terbentuk juga gula selama pemasakan buah. Bertambahnya senyawa mudah menguap pada saat pemasakan buah pisang sangat erat hubungannya dengan pembentukan aroma buah pisang (Stover, 1987).
Sebagian besar zat padat dalam buah adalah karbohidrat. Karbohidrat utama jaringan tanaman yang tidak ada hubungannya dengan dinding sel adalah senyawa pati. Pati terdapat dalam plastida intraseluler atau granula yang mempunyai ukuran dan bentuk khusus. Metabolisme pati mempunyai peran yang penting pada proses pemasakan buah. Selama periode pasca panen, pati dapat diubah menjadi gula sederhana seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Dalam penyimpanan suhu rendah, terjadinya akumulasi gula adalah akibat dari aktivitas enzim.
Perubahan kadar pati dan penambahan kadar gula merupakan sifat yang menonjol dalam proses pemasakan buah pisang. Pada waktu dipanen, buah pisang mengandung pati sekitar 20–30% berat basah. Pada akhir pemasakan buah, hampir semua pati terhidrolisis menjadi gula sederhana hanya tinggal 1–2% saja. Kandungan gula pada buah pisang yang masih muda hanya sekitar 2% tetapi setelah masak meningkat menjadi 15–20% (Winarno, 1984).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1.1 Penyimpanan Ikan
A. Waktu dan Tempat
Waktu : Senin, 21-Mei-2012
Tempat : Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan Poltekkes Ternate
B. Alat dan Bahan
Alat :
1. Timbangan
2. Pisau
3. Talenan
4. Kantung plastik
5. Waskom
6. Jangka sorong
7. Kertas label
Bahan :
Bahan yang digunakan yaitu Ikan dasar.
C. Prosedur Kerja
Ikan segar
Dibagi menjadi 3 bagian
Penyimpanan
Suhu ruang Suhu rendah Suhu Beku
(di kemas & tdk di kemas) (di kemas & tdk di kemas) (di kemas & tdk di kemas)
Pengamatan
1.2 Penyimpanan Pisang
A. Waktu dan Tempat
Waktu : Senin, 21-Mei-2012
Tempat : Laboratorium Ilmu Teknologi Pangan
B. Alat dan Bahan
Alat :
8. Jangka sorong
9. Timbangan
10. Kantung kertas
11. Kantung plastik
12. Aluminium foil
13. Kertas label
14. Kulkas
Bahan :
Bahan yang digunakan yaitu Pisang mas.
C. Prosedur Kerja
PISANG
Bagi 6 bagian
PENYIMPANAN
kantung plastik kantung kertas Aluminium foil
Suhu ruang
Lemari es
PENGAMATAN
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
A.1 Hasil pengamatan Ikan
Tabel 1.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg di kemas dan disimpan pada suhu ruang
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas
ikan
Bau busuk - -
Berat 25 gr - - -
Warna Putih keabu-
abuan
Putih pucat - -
Tabel 2.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg tidak dikemas dan disimpan pada suhu ruang
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas Bau busuk - -
ikan
Berat 25 gr - - -
Warna Putih keabu-
abuan
Putih pucat - -
Tabel 3.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg dikemas dan disimpan pada suhu rendah
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar
khas ikan
Berat 50 gr 50 gr 41,77 gr 41,20 gr
Warna Putih keabu-
abun
Putih pucat Putih pucat Putih pucat
Tabel 4.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg tdk dikemas dan disimpan pada suhu rendah
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar
khas ikan
Berat 50 gr 50 gr 36,57 gr 35,76 gr
Warna Putih keabu-
abuan
Putih pucat Putih pucat Putih pucat
Tabel 5.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg dikemas dan disimpan pada suhu beku
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar
khas ikan
Berat 50 gr 65 gr 68,29 gr 67.84 gr
Warna Putih keabu- Putih keabu- Putih keabu- Putih keabu-
abuan abuan abuan abuan
Tabel 6.1 Hasil pengamatan Ikan segar yg tdk dikemas dan disimpan pada suhu beku
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Bau Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar khas
ikan
Bau segar
khas ikan
Berat 50 gr 60 gr 62,85 gr 64.27 gr
Warna Putih keabu-
abuan
Putih keabu-
abuan
Putih keabu-
abuan
Putih keabu-
abuan
A.2 Hasil pengamatan pada Pisang
Tabel 1.2 Hasil pengamatan Pisang pada suhu ruang di kemas pada Kantung kertas
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 50 gr 50 gr 32,89 gr 14,78 gr
Kenampakan Ada memar di
permukaan
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning
Ada memar
di
permukaan,
terjadi
browning &
tekstur
menjadi
lunak dan
lembek
Tabel 2.2. Hasil pengamatan Pisang pada suhu ruang di kemas pada kantung plastik
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 55 gr 50 gr 41,11 gr 35,84 gr
Kenampakkan Ada memar di
permukaan
Rusak dan
terdapat memar
Rusak dan
terdapat memar
Busuk dan
teksturnya
lunak dan
hancur
Tabel 2.3 Hasil pengamatan Pisang pada suhu ruang di kemas pada alumunium foil
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 55 gr 55 gr 45 gr 24,37 gr
Kenampakkan Ada memar di
permukaan
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning dan
rusak
Rusak dan
lunak
Tabel 2.4 Hasil pengamatan Pisang pada lemari es di kemas pada kantung kertas
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 55 gr 55 gr 45 gr 24,37 gr
Kenampakkan Ada memar di
permukaan
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning
Ada memar di
permukaan dan
terjadi
browning dan
rusak
Rusak dan
lunak
Tabel 2.5 Hasil pengamatan Pisang pada lemari es di kemas pada kantung plastik
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 55 gr 55 gr 41,43 gr 24,37 gr
Kenampakkan Lunak dan
terdapat memar
dipermukaan
Terjadi
browning pada
sampel
Terjadi
browning pada
sampel
Masih segar
tetapi terjadi
browning
Tabel 2.6 Hasil pengamatan Pisang pada lemari es di kemas pada alumunium foil
Parameter
Organoleptik
Hasil Pengamatan hari ke
0 3 7 14
Warna Kuning Kuning
kecoklatan
Coklat
kehitaman
Hitam
Berat 55 gr 55 gr 45 gr 24,37 gr
Kenampakkan Lunak dan Terjadi Terjadi Terjadi
terdapat memar
dipermukaan
browning pada
sampel
browning pada
sampel
brwoning
dan sampel
membusuk
B.1 Pembahasan penyimpanan Ikan
Ikan yang dikemas dan disimpan pada suhu ruangPada penyimpanan ikan segar yang dikemas dan disimpan pada suhu ruang pada hari
pertama bau ikan masih segar yaitu bau khas ikan, beratnya 25 gr dan warnanya putih keabu-abuan. Pada pengamatan hari ketiga yang disimpan pada suhu ruang baunya sudah tidak berbau khas ikan tetapi berbau busuk, warnanya putih pucat, sudah tidak segar dan terdapat lendir di permukaan dan terdapat ulat di ikan, mata menyusut dan tenggelam. Pada pengamatan selanjutnya sudah tidak dilanjutkan lagi pengamatan pada suhu ruang karena ikan yang disimpan pada suhu ruang pada hari ke tiga sudah membusuk.
Ikan yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu ruangPada penyimpanan ikan segar yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu ruang pada hari
pertama bau ikan masih segar yaitu bau khas ikan, beratnya 25 gr, warnanya putih keabu-abuan. Pada hari ketiga bau ikan sudah tidak berbau khas ikan lagi tetapi berbau busuk, terdapat lendir dipermukaan, warnanya putih pucat , mata menyusut dan tenggelam.
Ikan yang dikemas dan disimpan pada suhu rendahPada penyimpanan ikan segar yang dikemas dan disimpan pada suhu rendah yang kami
amati. Pada hari pertama ikan segar masih berbau segar khas ikan, beratnya 50 gr, warnanya putih keabu-abuan dan masih segar. Pada hari ketiga baunya masih berbau khas ikan tetapi warnanya sudah memudar dan pucat beratnya 50 gr. Pada hari ke 7 masi ikan masih segar dan berbau khas ikan, beratnya 41,77 gr warnanya memudar dan putih pucat. Pada hari ke 14 ikan masih juga berbau khas ikan beratnya 41,20 gr tetapi warnanya sudah memudar menjadi putih pucat.
Ikan yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu rendahPada penyimpanan ikan segar yang dikemas dan disimpan pada suhu rendah, pada hari pertama ikan berbau khas ikan, beratnya 50 gr, warnanya putih keabu-abuan dan masih segar. Pada hari ke 3,7 dan ke 14 ikan masih berbau segar khas ikan, beratnya masih 50 gr, warnanya sudah memudar menjadi putih pucat. Dan teksturnya menjadi keras karena disimpan disuhu rendah.
Ikan yang dikemas dan disimpan pada suhu bekuPada penyimpanan ikan yang dikemas dan disimpan pada suhu rendah pada hari pertama ikan berbau khas ikan, beratnya 50 gr, warnanya putih keabu-abuan dan pada hari pertama ikan masih segar. Pada hari ke 3 ikan juga masih berbau khas ikan, beratnya 65 gr. Pada hari ke 7 dan hari ke 14 sama seperti pada hari ke 3 yaitu baunya masih berbau khas ikan dan ikan masih terlihat segar tetapi beratnya mengalami penambahan karena disimpan disuhu beku maka mengalami penambahan kadar air sehingga beratnya bertambah.
Ikan yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu bekuPada penyimpanan ikan segar yang tidak dikemas dan disimpan pada suhu beku, di hari pertama diamati ikan berbau khas ikan, warnanya putih keabu-abuan, beratnya 50 gr. Pada hari ke 3 ikan masih berbau khas ikan, beratnya 60 gr, pada hari ke 7 juga sama yaitu berbau khas ikan tetapi beratnya bertambah yaitu 62,85 gr. Pada hari ke 14 juga sama ikan masih segar, barbau khas ikan dan beratnya bertambah taitu 64,27 gr.
Diantara semua perlakuan pada ikan yang paling lama penyimpanannya dan masih terlihat segar yaitu ikan yang disimpan pada suhu rendah , ikan yang disimpan pada suhu beku selama 14 hari masih segar dan tidak terjadi kerusakan tetapi hanya terjadi penambahan berat karena ikan yang disimpan pada suhu beku kadar airnya akan bertambah sehingga menyebabkan penambahan pada berat ikan. Sedangkan yang tidak dapat lama disimpan yaitu ikan yang disimpan pada suhu ruang dikemas maupun dikemas. Ikan yang disimpan pada suhu ruang di hari ketiga terjadi kerusakan dan ikan menjadi busuk, kerusakannya yaitu ikan berbau busuk, terdapat lendir di permukaan, matanya menyusut dan tenggelam, dan ikan juga terdapat ulat
Bahan makanan segar mudah sekali rusak baik oleh sinar maupun suhu. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan bahan makanan segar harus disimpan dalam tempat yang dingin yaitu lemari es atau pendingin. Kerusakan bahan pangan telah dimulai sejak bahan pangan tersebut dipanen. Penyebab utama kerusakan bahan pangan adalah (1) pertumbuhan mikroorganisme; (2) Aktivitas enzim dalam bahan pangan; (3) suhu baik suhu tinggi maupun suhu rendah; (4) udara khususnya oksigen; (5) kadar air dankekeringan; (6) cahaya; dan (7) serangga, parasit serta pengerat. Pengawetan pangan pada dasarnya adalah tindakan untuk memperkecil atau menghilangakan faktor-faktor perusak tersebut. Setelah dipanen produk hasil pertanian tetap melakukan fisiologis sehingga dapat disebut sebagai jaringan yang masih hidup. Adanya aktifitas fisiologis menyebabkan produk pertanian akan terus mengalami perubahan yang tidak dapat dihentikan, hanya dapat diperlambat sampai batas tertentu. Tahap akhir dari perubahan pasca panen adalah kelayuan untuk produk nabati atau pembusukan pada produk hewani. Susut ”losses” kualitas dan kuantitas produk hasil pertanian terjadi sejak pemanenan hingga dikonsumsi .Besarnya susut sangat tergantung pada jenis komoditi dan cara penanganannya selepas panen.
Ciri-ciri ikan segar yaitu :1. Warna
Warna ikan segar cerah, tidak suram karena perubahan biokimiawibelum terjadi, metabolisme dalam tubuh ikan masih normal. Makin lama men jad i su r am warnanya , be r l end i r s ebaga i ak iba t be r l angsungnya proses biokimiawi lebih lanjut dan berkembangnya mikrobia.
2. T e k s t u r Tekstur daging ikan segar cukup lentur, apabila dibengkokkan akankembali kebentuk semula. Kelenturan ini disebabkan belum terputusnyabenang -benang dag ing . Pada i kan yang t e l ah busuk , sudah banyak benang-benang daging yang putus dan dinding-dinding selnya banyakyang ru sak . I kan s ega r , dag ingnya kenya l , j i ka d i t ekan dengan j a r i telunjuk/ibu jari, maka bekasnya akan segera kembali. Daging ikan masihbanyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah, permukaan tubuhbelum terdapat lendir. Setelah beberapa jam daging ikan menjadi kaku.Kerusakan terjadi pada benang-benang daging, timbul tetes-tetes air akhirnya daging kehilangan tekstur kenyalnya. benang-benang daging yang putus dan dinding-dinding selnya banyakyang ru sak . I kan s ega r , dag ingnya kenya l , j i ka d i t ekan dengan j a r i telunjuk/ibu jari, maka bekasnya akan segera kembali. Daging ikan masihbanyak cairan, sehingga daging masih kelihatan basah, permukaan tubuhbelum terdapat lendir. Setelah beberapa jam daging ikan menjadi kaku.Kerusakan terjadi pada benang-benang daging, timbul tetes-tetes air akhirnya daging kehilangan tekstur kenyalnya
3. MataKesegaran ikan dapat dilihat dari keadaan matanya. Mata ikan segar biasanya menonjol keluar dan cerah. Bentuk mata bulat cembung dankornea mata kelihatan jernih dan bening. Sedangkan ikan yang tingkatkesegarannya mulai menurun, matanya mulai membenam, pupilnya abu-abu dan korneanya agak keruh ).
4. InsangInsang ikan segar berwarna merah cerah dan sisik melekat dengankuat. Pada Ikan tidak segar, insang menjadi coklat gelap, dan sisiknyamudah lepas dari tubuhnya. Insang merupakan pusat darah mengambil O2 dari dalam air. Kematian ikan dapat menyebabkan peranan darah(hemoglobin) berhenti, darah teroksidasi sehingga warnanya berubahmenjadi merah gelap.
B.2 Pembahasan penyimpanan pada PisangDiantara semua perlakuan yang paling baik pada pisang dan lama penyimpanannya yaitu
disimpan pada pada lemari es dan dikemas pada kantung plastik. Disimpan pada lemari es yang disimpan pada kantung plastik. sedangkan yang paling tidak lama penyimpanannya yaitu pisang disimpan pada suhu ruang yang dikemas pada kantung kertas. Pada penyimpanan pada suhu ruang yang dikemas pada kantung kertas pada hari ketiga pisang sudah mengalami kerusakan yaitu terjadi browning atau kecoklatan. Penyimpanan pada suhu ruang cepat mengalami kerusakan karena disimpan pada udara yang terbuka. Udara yang terbuka banyak terdapat bakteri dan mikroba sehingga bahan pangan segar yang disimpan pada suhu ruang cepat mengalami kerusakan.
Salah satu sifat produk pertanian adalah mudah rusak perishable. Buah-buahan merupakan salah satu jenis komoditi pertanian yang mudah rusak. Mudah rusaknya buah-buahan
disebabkan buah memiliki kandungan air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk berbagai mikroorganisme untuk tumbuh. Tumbuhnya mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan enzimatis, yaitu kerusakan yang disebabkan mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim hasil metabolisme yang dapat merusak buah. Ciri-ciri terjadinya kerusakan enzimatis adalah rasa buah menjadi terlalu asam. Selain itu warna buah biasanya berubah.
Selain kadar air, suhu juga berperan dalam ketahanan umur simpan buah- buahan. Pada suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih cepat berkembang sehingga buah-buahan menjadi cepat busuk. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan melemah sehingga buah pun menjadi lebih awet. Karena itu mutlak diperlukan suatu metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang waktu proses kebusukan buah tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan Dari praktikum yang kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyimpanan terhadap suhu rendah berpengaruh terhadap warna,tekstur dan bobot bahan pangan segar.
2. Pada penyimpanan pisang, Penyimpanan yang paling tahan lama yaitu dikemas pada kantung plastik yang disimpan pada suhu dingin. Sedangkan yang paling tidak tahan lama dan mudah rusak yaitu dikemas pada kantung kertas yang disimpan pada suhu ruang.
3. Pada penyimpanan ikan yang paling tahan lama yaitu disimpan pada suhu beku.
B. SaranBerdasarkan pengamatan yang kami lakukan, kami menyarankan bahwa untuk
mendapatkan bahan pangan segar yang tahan lama sebaiknya disimpan pada suhu dingin karena pada suhu dingin memperlambat pertumbuhan mikroba dan disaat melakukan penyimpanan sebaiknya jangan dsimpan bercampuran dengan bahan makanan hewani dengan bahan makanan nabati karena dapat menimbulkan kontaminasi dan jangan menyimpannya secara bertumpuk karena dapat meurunkan mutu dan kualitas bahan pangan.
LAPORAN PRATIKUM ILMU PANGAN LANJUT
Judul Pratikum : Pengamatan Berbagai Kerusakan Bahan Makanan Hewani
dan Nabati
Topik Pratikum : Bahan Makanan Hewani dan Nabati
Praktek ke/ Gol : 1/5
Hari/Tanggal : Rabu /27 Februari 2013
Tujuan Pratikum :Mampu membedakan berbagai kerusakan bahan makanan
hewani dan nababerdasarkan ciri-ciri yang ada
Tinjauan Pustaka :
a. Bahan Makanan Hewani
Bahan makanan hewani merupakan sumber zat pembangun.
Jenis-jenis bahan makanan hewani diantaranya, daging sapi, ikan,
unggas, telur dan lain-lain.
b. Bahan Makanan Nabati
Bahan makanan nabati adalah bahan-bahan makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Contoh :
1. Sayur-sayuran ( sawi,bayam,kol,kangkung,wortel )
2. Buah-buahan ( mangga,durian,pisang,nanas)
3. Kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang merah, kacang
tanah, tempe, tahu, dan lain-lain )
4. Umbi-umbian ( singkong,talas)
Masing-masing daerah memiliki sumber bahan makanan
yang berbeda-beda sebab ada tanaman yang cocok ditanam suatu
daerah ,ada yang tidak. Tidak cocok disini kemungkinan tidak dapat
berproduksi dengan baik, tidak dapat tumbuh normal atau tidak
dapat tumbuh normal atau tidak dapat tumbuh sama sekali.
Untuk daerah-daerah pegunungan yanh sejuk akan mudah
ditanam seperti wortel, buncis, seledri, dan tanaman buah-buahan
( apel, jeruk, rambutan, dan sebagainya).
Daerah-daerah dataran rendah akan lebih mudah ditanami
padi-padi , kacang-kacangan, dan berbagai umbi-umbian.
c. Tanda-tanda Kerusakan pada Bahan Pangan
Bahan pangan mentah dapat menjadi rusak atau busuk karena
beberapa penyebab, diantaranya adalah adanya aktifitas mikroba di
dalam bahan pangan dan secara fisik akibat dari proses produksi
bahan pangan itu sendiri (misalnya pemanenan, pengiriman ke
pasar atau ke konsumen, dll).
Dalam pemilihan bahan pangan yang merupakan hasil
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Penampilannya baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda
kerusakan atau kebusukan.
2. Waktunya tidak terlalu lama sejak dipanen / dipotong.
3. Kondisi fisiknya sudah cukup tua (matang) sesuai dengan umur
panen.
Berikut adalah diantara tanda-tanda kerusakan yang dapat
terjadi pada bahan pangan:
1. Daging dan produk olahannya
Daging mudah sekali mengalami kerusakan mikrobiologi
karena kandungan gizi dan kadar airnya yang tinggi, serta banyak
mengandung vitamin dan mineral. Kerusakan pada daging ditandai
dengan perubahan bau dan timbulnya lendir. Biasanya kerusakan ini
terjadi jika jumlah mikroba menjadi jutaan atau ratusan juta (106
– 108) sel atau lebih per 1 cm & sup2; luas permukaan
daging. Kerusakan mikrobiologi pada daging terutama disebabkan
oleh pertumbuhan bakteri pembusuk.
Kerusakan pada daging dapat dikenal karena tanda-tanda
sebagai berikut:
a ) adanya perubahan bau menjadi tengik atau bau busuk
b ) terbentuknya lendir,
c ) adanya perubahan warna,
d ) adanya perubahan rasa menjadi asam,
e ) tumbuhnya kapang pada bahan/dendeng kering.
Pada daging yang telah dikeringkan sehingga nilai aw-nya
rendah, misalnya daging asap atau dendeng, kerusakan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan kapang pada permukaan. Jika daging
telah rusak, sangat mungkin mengandung kuman-kuman
berbahaya.
Beberapa kuman yang dapat menyebabkan penyakit pada
konsumen yang dapat ditularkan oleh daging antara lain:
a) Antraks, merupakan penyakit hewan (terutama pada sapi,
kambing domba, kuda, babi, burung unta) yang dapat ditularkan ke
manusia, yang disebabkan oleh kuman (bakteri) Bacillus anthracis.
b) Salmonella, dapat menyebabkan tifus, paratifus atau gangguan
pencernaan (gastroenteritis).
c) Staphylococcus aureus, kuman ini menghasilkan racun
enterotoksin yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang
mendadak, yaitu gejala keracunan seperti kekejangan pada perut
dan muntah-muntah dan dapat pula terjadi diare.
d) Clostridium perfringens, dapat menyebabkan keracunan yang
ditandai dengan sakit perut, diare, pusing, tetapi jarang terjadi
muntah-muntah.
e) Clostridium botulinum, dapat menyebabkan keracunan fatal,
ditandai dengan lesu, sakit kepala, pusing, muntah dan diare, tetapi
akhirnya penderita mengalami kesulitan buang air besar
(konstipasi). Sistem syaraf pusat penderita akan terganggu.
2. Ikan dan produk olahannya
Kerusakan pada ikan dan produk-produk ikan terutama
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pembusuk.
Tanda-tanda kerusakan pada ikan karena mikroba adalah:
1) adanya bau busuk karena gas amonia, sulfida atau senyawa busuk
lainnya, perubahan bau busuk (anyir) ini lebih cepat terjadi pada
ikan laut dibandingkan dengan ikan air tawar.
2) terbentuknya lendir pada permukaan ikan,
3) adanya perubahan warna, yaitu kulit dan daging ikan menjadi
kusam atau pucat,
4) adanya perubahan daging ikan menjadi tidak kenyal lagi,
5) tumbuhnya kapang pada ikan kering.
6) Pada ikan asin yang telah diolah dengan pengeringan dan
penggaraman sehingga aw ikan menjadi rendah, kerusakan
disebabkan oleh pertumbuhan kapang. Pada ikan asin dan ikan
peda yang mengandung garam sangat tinggi (sekitar 20%),
kerusakan dapat disebabkan atau bakteri yang tahan garam yang
disebut bakteri halofilik.
3. Susu dan produk olahannya
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sangat mudah
rusak, karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri. Tanda-tanda kerusakan pada susu adalah:
1) adanya perubahan rasa susu menjadi asam, disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri pembentuk asam, terutama bakteri asam
laktat dan bakteri e. coli.
2) susu menggumpal, disebabkan oleh pemecahan protein susu oleh
bakteri pemecah protein. Pemecahan protein mungkin disertai oleh
terbentuknya asam atau tanpa asam.
3) terbentuknya gas, disebabkan oleh pertumbuhan dua kelompok
mikroba, yaitu bakteri yang membentuk gas H2 (Hidrogen) dan CO2
(karbon dioksida) seperti bakteri e. coli dan bakteri pembentuk
spora, dan bakteri yang hanya membentuk CO2 seperti bakteri
asam laktat tertentu dan kamir.
4) terbentuknya lendir,
5) adanya perubahan rasa menjadi tengik,
6) tumbuhnya kapang pada produk olahan susu.
7) bau busuk, disebabkan oleh pertumbuhan bakteri pemecah
protein menjadi senyawa-senyawa berbau busuk.
4. Telur dan produk olahannya
Telur meskipun masih utuh dapat mengalami kerusakan, baik
kerusakan fisik maupun kerusakan yang disebabkan oleh
pertumbuhan mikroba. Mikroba dari air, udara maupun kotoran
ayam dapat masuk ke dalam telur melalui pori-pori yang terdapat
pada kulit telur. Telur yang telah dipecah akan mengalami kontak
langsung dengan lingkungan, sehingga lebih mudah rusak
dibandingkan dengan telur yang masih utuh.
Tanda-tanda kerusakan yang sering terjadi pada telur adalah
sebagai berikut:
1) adanya perubahan fisik seperti penurunan berat karena airnya
menguap,
2) pembesaran kantung telur karena sebagian isi telur berkurang,
3) timbulnya bintik-bintik berwarna hijau, hitam atau merah karena
tumbuhnya bakteri,
4) bulukan, disebabkan oleh tumbuhnya kapang perusak telur,
5) keluarnya bau busuk karena pertumbuhan bakteri pembusuk.
5. Sayuran dan buah-buahan serta produk olahannya
Sayuran atau buah-buahan dapat menjadi rusak baik secara
fisik maupun oleh serangga atau karena pertumbuhan mikroba.
Tanda-tanda kerusakan sayuran dan buah-buahan serta
produk olahannya adalah:
1) menjadi memar karena benturan fisik,
2) menjadi layu karena penguapan air,
3) timbulnya noda-noda warna karena spora kapang yang tumbuh
pada permukaannya,
4) timbulnya bau alkohol atau rasa asam, disebabkan oleh
pertumbuhan kamir atau bakteri asam laktat,
5) menjadi lunak karena sayuran dan buah-buahan menjadi berair
6. Makanan Kaleng
Kerusakan makanan kaleng dapat dibedakan atas kerusakan
fisik, kimia dan mikrobiologi.
Kerusakan fisik pada umumnya tidak membahayakan
konsumen, misalnya terjadinya penyok-penyok karena benturan
yang keras.
Kerusakan kimia dapat berupa kerusakan zat-zat gizi, atau
penggunaan jenis wadah kaleng yang tidak sesuai untuk jenis
makanan tertentu sehingga terjadi reaksi kimia antara kaleng
dengan makanan didalarnnya. Beberapa kerusakan kimia yang
sering terjadi pada makanan kaleng misalnya kaleng menjadi
kembung karena terbentuknya gas hidrogen, terbentuknya warna
hitam, pemudaran warna, atau terjadi pengaratan kaleng.
Kerusakan mikrobiologi makanan kaleng dapat dibedakan atas
dua kelompok, yaitu:
1) Tidak terbentuk gas sehingga kaleng tetap terlihat normal yaitu
tidak kembung.
Beberapa contoh kerusakan semacam ini adalah: Busuk asam,
yang disebabkan oleh pembentukan asam oleh beberapa bakteri
pembentuk Spora yang tergolong Bacillus.
Busuk sulfida, yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri
pembentuk spora yang memecah protein dan menghasilkan
hidrogen sulfida (H2S) sehingga makanan kaleng menjadi busuk dan
berwarna hitam karena reaksi antara sulfida dengan besi.
2) Pembentukan gas, terutama hidrogen (H2) dan karbon dioksida
(CO2) sehingga kaleng menjadi kembung, yaitu disebabkan oleh
pertumbuhan berbagai spesies bakteri pembentuk spora yang
bersifat anaerobik yang tergolong Clostridium, termasuk C.
botulinum yang memproduksi racun yang sangat mematikan.
Penampakan kaleng yang kembung dapat dibedakan atas beberapa
jenis sebagai berikut:
Flipper, yaitu kaleng terlihat nonnal, tetapi bila salah satu
tutupnya ditekan dengan jari, tutup lainnya akan
menggembung.Kembung sebelah atau springer, yaitu salah satu
tutup kaleng terlihat normal, sedangkan tutup lainnya kembung.
Tetapi jika bagian yang kembung ditekan akan masuk ke dalam,
sedangkan tutup lainnya yang tadinya normal akan menjadi
kembung.Kembung lunak, yaitu kedua tutup kaleng kembung tetapi
tidak keras dan masih dapat ditekan dengan ibu jari.Kembung
keras, yaitu kedua tutup kaleng kembung dan keras sehingga tidak
dapat ditekan dengan ibu jari. Pada kerusakan yang sudah lanjut
dimana gas yang terbentuk sudah sangat banyak, kaleng dapat
meledak karena sambungan kaleng tidak dapat menahan tekanan
gas dari dalam.
Bahan :
1. Daging dan hasil olahannya, ikan dan hasil olahannya, yang sudah
mulai rusaak masing-masing 2 macam (1 bahan makanan segar dan
1 bahan makanan hasil olahan)
2. Biji-bijian, kacang-kacangan, tepung-tepungan, buah-buahan,
sayur, bumbu, dan bahan penyegar yang sudah mulai rusak masing-
masing minimal 2 macam(1 bahan makanan segar dan 1 bahan
makanan hasil olahan).
Alat : Wadah / Baskom
Pisau
Prosedur Pratikum :
1. Amati dan catat ciri-ciri yang menyimpang dari segi cita rasa
(warna, bau, tekstur dan rasa kalau masih memungkinkan)
2. Tentukan kemungkinan penyebab kerusakan
3. Tentukan jenis kerusakannya berdasar ciri yang ada
Hasil Pratikum :
1. Pengamatan Berbagai Kerusakan Bahan Makanan Hewani
No Nama Bahan
Gambar Bentuk
Tanda Kerusaka
n
Penyebab Kerusaka
n
Jenis Kerusakan
1 Daging Sapi
Warna, gelap, busuk, berlendir
Mikroba Mikrobiologis
2 Ikan Mata cekun, Berlendir, Insang pucat
Mikroba Mikrobiologis
3 Ikan Kering
Berlobang, Warna kelabu
Mikroba Mikrobiologis
Dan fisik
4 Ayam Berlendir, busuk, timbul kebiruan
Mikroba Mikrobiologis
5 Telur Busuk, Warna menghitam
Mikroba Mikrobiologis
6 Sosis Berjamur, Warna pekat, keras
Mikroba Mikrobiologis
Kimia dan biokimia
7 Susu Warna memudar, Tidak berderus, Bau susu kurang
Mikroba Mikrobiologis
8 Keju tekstur tidak utuh, berjamur, warna agak pekat
Mikroba Mikrobiologis
9 Rendang
bau tengik
Mikroba
tengik
Mikrobiologis
kimia
2. Pengamatan Berbagai Kerusakan Bahan Makanan Nabati
No Nama Bahan
Gambar Bentuk
Tanda Kerusakan
Penyebab Kerusakan
Jenis Kerusakan
1 Beras Berkutu, warna menguning
Serangga, Mikroba, dan penyimpanan yang lama
Biologis
Mikrobiologis
2 Jagung Pipilan
Berbubuk, berlobang, berkutu
Seranggga, penyimpanan yang lama
Biologis
Fisik
3 Kc. Tanah Keriput, lunak, sedikit berbubuk
Penyimpanan yang lama
Fisik
4 Kc. Kedele Berbubuk, pecah-pecah
Akibat benturan
Mekanik
5 Kc. Hijau Berbubuk, keriput, pecah-pecah
Penyimpanan yang lama
Benturan
Mekanik
Fisik
6 Tepung Maizena
warna pudar Penyimpanan yang lama
Fisik
7 Tepung Terigu
warna pudar penyimpanan yang lama
Fisik
8 Jeruk Kulit coklat, Lunak, busuk
Memar, benturan, reaksi
Mekanik, kimia
pencoklatan
9 Salak Lunak, coklat, busuk, berair
Memar, reaksi pencoklatan
Mekanik, kimia
10 Pisang Lunak, coklat
Memar, pencoklatan
Mekanik, kimia
11 Pepaya Berjamur, coklat, lunak, memar, busuk
Benturan, pencoklatan, mikroba
Mekanik, kimia, mikrobiologis
12 Tomat Lunak, berair
benturan mekanik
13 Buncis berulat
coklat
Pencoklatan, serangga
Kimia, biologis
14 Wortel Keriput, coklat, lunak
Pencoklatan, penyimpanan laama
Kimia, fisik
15 Bayam Berulat, layu, daunnya kuning
Serangga, penyimpanan lama,
Biologis, fisik
16 Kangkung Daunnya kuning, layu, berulat, berlendiar
Serangga, penyimpanan yang lama
Biologis, fisik
17 Kc. Panjang
Berulat, menguning, bercaak coklat
Serangga, penyim
Biologis,fisik, kimia
18 Sawi Layu, berulat
serangga biologis
19 Kunyit Keriput, lunak, Mnghitam
Penyimpanan lama, pencoklatan
Fisik, kimia
20 Jahe Keriput, lunak, Mnghitam
Penyimpanan lama, pencoklatan
Fisik, kimia
21 Lengkuas Keriput, lunak, Mnghitam
Penyimpanan lama, pencoklatan
Fisik, kimia
22 Tep. kedele
Lebih coklat, berkutu
Pencoklatan, serangga
Kimia, biologis
Kesimpulan :
Macam-macam kerusakan adalah :
1. Kerusakan biologis
yaitu kerusakan yang disebabkan oleh serangga dan binatang
pengerat
2. Kerusakan fisiologis
Yaitu kerusakan karena reaksi metabolisme dalam bahan atau
enzim yang terdapat didalamnya
3. Kerusakan mikrobiologis
Yaitu kerusakan akibat aktivitas mikroba
4. Kerusakan mekanis
Yaitu kerusakan akibat benturan , gesekan, jatuh, getaran
5. Kerusakan fisik
Yaitu kerusakan yang disebabkan oleh perlakuan fisik
6. Kerusakan kimia atau biokimia
Yaitu kerusakan yang disebabkan oleh pencoklatan enzimatis atau
non enzimatis, koagulasi dan denaturasi
Dalam bahan daging atu protein hewani banyak mengalami
kerusakan yang disebabkan oleh mikroba yang dinamakan dengan
kerusakan mikrobiologis
Dalam bahan yang nabati banyak mengalami kerusakan yang
disebabkan oleh penyimpanan yang terlalu lama, serangga dan
perubahan warna menjadi coklat serta disebabkan karena benturan
atau memar yang kerusakan nya dinamakan dengan kerusakan fisik,
biologi, kimia, mekanik.
top related