fl phbs kel 13
Post on 25-Oct-2015
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KELOMPOK FIELD LAB
ANALISIS DATA DAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PUSKESMAS KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO, JAWA
TENGAH
Disusun Oleh
Kelompok 15
Putri Ayu W G0010156 Shinta Andi S G0010176Ginanjar Tenri G0010086 Surya Adhi P G0010182Himmatul Fuad G0010094 Zhafran Veliawan G0010206Okti Rahmawati G0010146 Saleh Pousror G0010208Noviana R G0010140
Instruktur Lapangan: dr. Tri Isponingsih
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KEGIATAN
ANALISIS DATA DAN PENYULUHAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT PUSKESMAS KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO,
JAWA TENGAH
BIDANG KEGIATAN : FIELD LAB
PELAKSANA : KELOMPOK 15
Putri Ayu Winiasih G0010156
Ginanjar Tenri G0010086
Himmatul Fuad G0010094
Okti Rahmawati G0010146
Noviana Rahmawati G0010140
Shinta Andi Sarasati G0010176
Surya Adhi Prakoso G0010182
Zhafran Veliawan G0010206
Saleh Pousror G0010208
TEMPAT PELAKSANAAN :PUSKESMAS KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA
TENGGAH
WAKTU PELAKSANAAN:Rabu, 24 Oktober 2012Rabu. 31 Oktober 2012Sabtu, 3 November 2012Rabu, 6 November 2012
Sukoharjo, 6 November 2012 Mengetahui,
Instruktur Lapangan Kepala Puskesmas Kartosuro
dr. Tri Isponingsih dr. Sohari19751120 200801 2 007 19610101 198903 1 016
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................4
BAB II : KEGIATAN YANG DILAKUKAN...............................................7
BAB III : PEMBAHASAN............................................................................11
BAB IV : PENUTUP......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
LAMPIRAN..........................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan hal itu, Undang- Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dicapai melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Banyak hal di bidang kesehatan telah dicapai melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Namun demikian, bila digunakan sasaran strategis
Kementerian Kesehatan yang harus dicapai tahun 2014 dan target-target
Millennium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai tahun 2015 sebagai
acuan, berbagai hal yang telah dicapai tersebut kiranya masih memerlukan
peningkatan yang luar biasa. Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) telah
menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 228 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Sementara itu, sasaran
strategis Kementerian Kesehatan adalah 118 per 100.000 kelahiran hidup dan
target MDGs adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi
(AKB) menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004, menjadi 34
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (SDKI, 2007). Padahal sasaran
strategis Kementerian Kesehatan adalah 24 per 1.000 kelahiran hidup dan target
MDGs adalah 23 per 1.000 kelahiran hidup. Secara umum telah terjadi penurunan
angka kesakitan, namun beberapa penyakit menular terutama HIV dan AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup besar. Cakupan Universal Child Immunization (UCI) yang belum tercapai
akan dapat berdampak pada rawannya bayi terhadap serangan berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Sedangkan beberapa penyakit
menular lain seperti Filariasis, Kusta, dan Frambusia menunjukkan
kecenderungan meningkat kembali dan penyakit Pes masih terdapat di sejumlah
daerah. Sementara itu, prevalensi penyakit tidak menular seperti Penyakit
Kardiovaskular, Hipertensi, Diabetes mellitus dan Obesitas cenderung meningkat
serta menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian
(Riskesdas, 2007). Keadaan ini mengakibatkan adanya beban ganda dalam
penangguulangan penyakit di Indonesia. Beberapa hal juga telah dicapai dalam
rangka perbaikan gizi masyarakat, namun pemberian ASI eksklusif kepada bayi
usia 0-6 bulan justru mengalami penurunan. Status gizi ibu hamil, bayi dan anak
balita juga masih perlu ditingkatkan, karena masih tinnginya bayi yang lahir
dengan berat lahir rendah (11,1%) dan tingginya prevalensi anak balita kerdil
(35,7%) akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu lama (Riskesdas, 2010).
Derajat kesehatan masyarakat yang masih belum optimal tersebut di atas
pada hakikatnya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat,
pelayanan kesehatan dan genetika. Kalangan ilmuwan umumnya berpendapat
bahwa determinan utama dari derajat kesehatan masyarakat tersebut, selain
kondisi lingkungan, adalah perilaku masyarakat. Dari hasil Riskesdas 2007
memang diketahui bahwa rumah tangga yang telah mempraktikkan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) baru mencapai 38,7%. Oleh sebab itu, Rencana Strategis
(Renstra) Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 mencantumkan target 70%
rumah tangga sudah mempraktikkan PHBS pada tahun 2014. Persentase Rumah
Tangga Ber-PHBS memang merupakan salah satu Indikator Kinerja Utama (IKU)
dari Kementerian Kesehatan.
Meningkatkan cakupan rumah tangga yang mempraktikkan PHBS sebesar
lebih dari 30% dalam kurun waktu 2010-2014 merupakan upaya yang sangat
berat. Perilaku rumah tangga sangat dipengaruhi oleh proses yang terjadi di
tatanan-tatanan sosial lain, yaitu tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja,
tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2009 menyajikan data bahwa baru 64,41% sarana yang telah dibina
kesehatan lingkungannya, yang meliputi institusi pendidikan (67,52%), tempat
kerja (59,15%), tempat ibadah (58,84%), fasilitas kesehatan (77,02%) dan sarana
lain (62,26%). Hal ini menunjukkan bahwa pembinaan PHBS di tatanan-tatanan
selain rumah tangga, yaitu di tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja,
tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan, juga belum berjalan
sebagaimana mestinya. Agar target tahun 2014 PHBS di Rumah Tangga dapat
tercapai, tentu diperlukan upaya-upaya untuk juga membina PHBS di semua
tatanan lain. Dengan demikian diperlukan pendekatan yang paripurna
(komprehensif), lintas program dan lintas sektor, serta mobilisasi sumberdaya
yang luar biasa di semua tingkat administrasi pemerintahan. (Kemenkes RI, 2011)
B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan
KIE PHBS. Adapun learning outcome pembelajaran ini adalah diharapkan
mahasiswa :
1. Mampu menjelaskan tentang dasar pelaksanaan KIE PHBS di masing-
masing wilayah kerja Puskesmas masing-masing kelompok mahasiswa.
2. Mampu menjelaskan indikator penilaian PHBS dalam tatanan rumah
tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan, dan tempat umum.
3. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga
yang memiliki bayi dan balita.
4. Mampu merinci manajemen program dan prosedur KIE PHBS keluarga
yang tidak memiliki bayi dan balita di wilayah kerja masing-masing
Puskesmas.
BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Rabu, 2012
Pada hari pertama, semua anggota kelompok mengikuti pengarahan yang
diberikan oleh dokter Tri Isponingsih selaku instruktur dan Ibu ... selaku ... di
Puskesmas Kartasura, karena pada pagi hari itu dokter ... selaku Kepala
Puskesmas Kartasura sedang tidak berada di tempat jadi tidak ikut memberikan
pengarahan. Melalui berbagai penjelasan yang sudah dipaparkan dan standar
pelaksanaan PHBS yang ada kami seharusnya melakukan survei langsung terlebih
dahulu untuk mengetahui kebutuhan di tiap-tiap daerah yang ada. Tetapi karena
terbatasnya waktu disepakati untuk dilakukan pengolahan data sekunder tahun
2012 untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan daerah mana yang
membutuhkan dan point PHBS mana yang sekiranya perlu untuk dilakukan KIE
(hasil analisis data sekunder dibahas dalam bab III). Pada siang hari, kami
bertemu dengan dokter ... selaku Kepala Puskesmas Kartasura, beliau memberikan
pengarahan mengenai kegiatan penyuluhan yang akan kami laksanakan pada hari
ketiga.
Rabu,
Pada hari kedua, Kelompok 13 melakukan survei data PHBS tatanan
rumah tangga langsung di Desa ... Kami dibantu oleh bidan desa Ibu ... Untuk
survei, karena terbatasnya waktu, kami hanya melakukan survei di RT... dan
RT ... RW ... Kelompok kami dibagi menjadi 2, 5 orang ke RT ... dan 6 orang ke
RT ... Di masing-masing RT kami dibantu oleh kader yaitu Ibu ... dan Ibu ...
Survei di RT ... didapatkan data PHBS ... rumah tangga. Survei di RT ...
didapatkan data PHBS ... rumah tangga. Kemudian kami menganalisis data yang
telah didapatkan (hasil analisis data dibahas dalam bab III).
Untuk permasalahan kegiatan adalah terbatasnya waktu yang ada, sehingga
survei hanya bisa dilakukan di 2 RT, hal ini menyebabkan data yang telah
didapatkan belum bisa menggambarkan PHBS dalam 1 desa. Namun dari kegiatan
survei tersebut kami belajar cara mengumpulkan data PHBS pada tatanan rumah
tangga, menganalisis dan menentukan masalah PHBS, kemudian merencanakan
KIE berdasar masalah yang ada. Tetapi karena hari terakhir posyandu di Desa ...
pada tanggal ... yang bertepatan dengan minggu tenang ujian, jadi kami tidak bisa
melakukan penyuluhan di daerah tersebut. Sebagai gantinya kami akan melakukan
penyuluhan di posyandu daerah lain pada tanggal ...., yang rencananya akan
dilakukan di 3 tempat.
Pemaparan hasil kegiatan dan laporan di Puskesmas dilakukan pada
tanggal ... bertepatan dengan hari penyuluhan di posyandu.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang
dilakukan terhadap tiga sasaran, yakni ibu hamil, balita, serta lansia di Kecamatan
Kartasura berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa hambatan. Sasaran
penyuluhan sangat antusias terhadap materi yang diberikan, terbukti dengan
pertanyaan-pertanyaan yang diutarakan oleh sasaran. Berikut hasil analisis
mengenai derajat PHBS di tatanan rumah tangga tingkat Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011.
no Desa /
Kalurahan
Rumah Tangga Sehat
Sehat
Pratama
Sehat
Madya
Sehat
Utama
Sehat
Paripurna
1 Ngemplak - 27 851 98
2 Pucangan 21 430 2598 540
3 Kartasura - 59 1076 47
4 Ngabeyan 7 100 698 37
5 Wirogunan - - 1254 83
6 Kertonatan - - 683 120
7 Makamhaji - 65 3191 73
8 Gumpang - 81 1562 385
9 Ngadirejo - 72 1521 217
10 Pabelan - 49 1127 507
11 Gonilan - 63 958 549
12 Singopuran - - 1216 182
jumlah 28 946 16735 2838
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa
rata-rata rumah di Kecamatan Kartasura masih termasuk dalam kriteria sehat
utama.
Masalah utama dari enam belas program PHBS di Puskesmas Kartasura
adalah pemberian ASI eksklusif dengan prosentase terkecil yakni 44,5%.
Dilanjutkan posisi kedua yang ditempati oleh masalah perokok di lingkungan
tatanan rumah tangga, dengan prosentase sebesar 51,8%.
Pemasalahan pemberian ASI eksklusif yang muncul disini kemungkinan
disebabkan oleh beberapa hal, oleh karena itu masih perlu dilakukan penelusuran
lebih lanjut mengenai masalah ini, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
pemberian ASI eksklusif menjadi permasalahan yang utama di beberapa desa dan
mengapa faktor-faktor penyebab bisa muncul. Untuk mengetahui
permasalahannya mungkin langkah-langkah yang dapat kita ambil adalah melalui
cara tanya-jawab.
Jadi ketika ada seorang ibu menyusui datang ke puskesamas kita dapat
menanyakan masalah pemberian ASI-nya, bagaimana menyusuinya apakah
produksi ASI-nya lancar, apakah dicampur dengan pemberian susu formula,
apakah dapat menyusui bayinya setiap saat. Apabila tidak dipuskesmas, tanya-
jawab ini dapat dilakukan oleh kader ketika melakukan kegiatan kelas dengan ibu
hamil dan balita atau saat kegiatan posyandu seperti penimbangan balita. Setelah
tanya-jawab dilakukan kader, dokter,dan staff yang bersangkutan mencatat
permasalahan dari setiap ibu menyusui yang ditanya, kemudian setelah satu bulan
lamanya,dilihat permasalahan mana yang paling sering muncul.
Untuk solusinya yaitu dengan membangun kesadaran masyarakatnya
sendiri, antara lain dengan meningkatkan potensi para kader dari Puskesmas
Kartasura untuk memberikan penyuluhan mengenai materi pentingnya ASI
eksklusif lebih intesif. Beberapa hal yang perlu disampaikan kepada masyarakat
mengenai ASI diantaranya adalah inisiasi menyusui dini (IMD), kemudian
mengenai manfaat ASI baik untuk bayi maupun ibu, kelebihan ASI daripada susu
formula, cara menyimpan ASI yang benar, dan ajakan untuk ASI eksklusif.
Hal-hal ini perlu disampaikan oleh karena masih banyak masyarakat yang
berparadigma bahwa inisiasi menyusui dini atau pemberian kolustrum kolustrum
yang keluar pertama kali setelah ibu melahirkan dianggap sebagai air kotor
masyarakat membuang air tersebut, karena tidak tega memberikan air tersebut
kepada bayi, kemudian banyaknya aktivitas kerja orang tua mengakibatkan ASI
dicampur dengan susu formula sehingga ASI eksklusif tidak dapat berjalan lancar
oleh karena itu perlu siasat agar pemberian ASI tetap berjalan baik yaitu dengan
menyimpan ASI, agar dapat diminum bayi kapan pun. Solusi lain selain dengan
penyuluhan adalah pembagian pamflet atau leaflet yang berisi tentang ASI atau
seputar kesehatan yang lain.
Data Analisis PHBS di SD seluruh Kecamatan Kartasura :
No Nama SD Jumlah poin
PHBS
Status
1 SD I Ngemplak 10 Sehat Utama
2 SD II Ngemplak 12 Sehat Paripurna
3 SD IT ALANIS 9 Sehat Madya
4 SDN I PUCANGAN 12 Sehat Paripurna
5 SDN II PUCANGAN 9 Sehat Madya
6 SDN III PUCANGAN 9 Sehat madya
7 SDN IV PUCANGAN 8 Sehat Madya
8 SDN V PUCANGAN 12 Sehat Paripurna
9 SDN VI PUCANGAN 12 Sehat Paripurna
10 SD MI PUCANGAN 12 Sehat Paripurna
11 SD MI DARUSSALAM I 11 Sehat Utama
12 SD MI DARUSSSALAM II 11 Sehat Utama
13 SDN I NGABEYAN 11 Sehat Utama
14 SDN II NGABEYAN 11 Sehat Utama
15 SDN III NGABEYAN 8 Sehat Madya
16 SDN I WIROGUNAN 8 Sehat Madya
17 SDN II WIROGUNAN 11 Sehat Utama
18 SDN III WIROGUNAN 10 Sehat Utama
19 SDN I KERATONAN 10 Sehat Utama
20 SDN II KERATONAN 8 Sehat Madya
21 SD MI KERATONAN 10 Sehat Utama
22 SDN I KARTASURA 10 Sehat Utama
23 SDN II KARTASURA 12 Sehat Paripurna
24 SDN IV KARTASURA 12 Sehat Paripurna
25 SDN V KARTASURA 10 Sehat Utama
26 SDN VI KARTASURA 8 Sehat Madya
27 SDN VII KARTASURA 9 Sehat Madya
28 SD MI AL-ISLAM 11 Sehat Utama
29 SD AL-IHLAL KARTASURA 8 Sehat Madya
30 SD MI PK KARTASURA 11 Sehat Utama
31 SD KRISTEN KARTASURA 8 Sehat Madya
32 SD WIDYA WACANA KTS 11 Sehat Utama
Sehat pratama : 1-5
Sehat madya : 6-9
Sehat utama : 10-11
Sehat paripurna : 12
Data dengan presentasi paling sedikit adalah :
1. Rokok ,yaitu 15 dari 32 SD masih belum menerapkan hidup bersih dan
sehat dalam hal para petugas sekolah yang tidak merokok.
2. Sampah, yaitu 9 dari 32 SD masih belum membuang sampah pada
tempatnya.
3. Jamban, yaitu 7 dari 32 SD masih belum memiliki jamban di
sekolahnya.
4. Warung kantin, 6 dari 32 SD belum memiliki kantin yang layak di
sekolah.
5. UKS, 5 dari 32 SD belum memiliki UKS di sekolahnya
6. PSN, 4 dari 32 SD masih belum melakukan PSN.
7. Gotong royong dan air bersih, 3 dari 32 SD belum melaksanakannya.
Dari data yang telah ada, permasalahan utama adalah masalah rokok,
masih banyak petugas sekolah yang merokok. Asap rokok yang muncul
menyebabkan udara di sekolah tercemar dan membuat pencemaran udara yang
dapat menganggu kesehatan dalam jangka yang lama karena asap rokok akan
merusak sistem pernafasan perlahan,maupun jangka pendek yaitu bau tidak sedap
yang dihasilkan oleh asap rokok.
Langkah awal yang dapat dilakukan adalah memberikan penyuluhan
mengenai bahaya merokok baik untuk diri sendiri maupun orang lain. langkah lai
yang dapat diambil adalah memotivasi para petinggi sekolah untuk menciptakan
sekolah sehat dengan tujuan nantinya para petinggi sekolah membuat semacam
peraturan baru tentang larangan merokok di sekolah atau larangan merokok ketika
jam sekolah masih berlangsung.
BAB IV
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Permasalahan PHBS yang terjadi di wilayah puskesmas kartasura pada
tahun 2011 yang lalu adalah pemberian ASI eksklusif dan perokok di lingkungan
tatanan rumah tangga, dan permasalahan PHBS yang terjadi di sekolah dasar
sekitar wilayah kerja puskesmas kartasura adalah merokok.
B. Saran
1. Melakukan penyuluhan yang lebih intensif mengenai permasalahan yang
terjadi terkait PHBS.
2. mengajak masyarakat berperan aktif untuk saling menerapkan PHBS,
serta melatih kader untuk memberikan edukasi kepada warga sekitarnya.
3. mengajak para petinggi sekolah menciptakan PHBS di sekolahnya.
4. Perlu adanya KIE lebih lanjut mengenai perokok di lingkungan rumah
tangga.
DAFTAR PUSTKA
Tim FIELD LAB FK UNS. 2012. Modul FIELD LAB Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat. Surakarta : Field Lab Fakultas Kedokteran UNS.
top related