fotografi pementasan teater - web view1923 – doc . harold edgerton. menemukan . xenon flash...
Post on 30-Jan-2018
239 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Fotografi Pementasan Teater
Makalah
KATA PENGANTAR
Salam Teater ........ !
Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan tugas ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Tugas ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang teknik fotografi teater, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru Komputer Dasar yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun karya tulis.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Karya tulis ini ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................5
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................................5
1.2. Identifikasi Masalah..........................................................................................................8
1.3. Perumusan Masalah...........................................................................................................9
1.4. Pembatasan Masalah.........................................................................................................9
1.5. Tujuan Penelitian...............................................................................................................9
1.6. Manfaat Penelitian...........................................................................................................10
1.7. Metode Penelitian............................................................................................................10
1.8. Kerangka Berfikir............................................................................................................11
1.9. Teknik Pencarian Data....................................................................................................11
1.10. Sistematika Penulisan....................................................................................................11
BAB II TEKNIK FOTOGRAFI PEMENTASAN TEATER.....................................................12
2.1. Sejarah dan Perkembangan Fotografi..............................................................................12
2.2. Pengertian Fotografi........................................................................................................17
2.3. Teknik Dasar Fotografi....................................................................................................18
2.4. Metode EDFAT...............................................................................................................20
2.5. Bahasa Fotografi.............................................................................................................21
2.6. Teknik Foto Panggung....................................................................................................25
2.7. Teknik Pengambilan Foto................................................................................................31
2.8. Alat yang Digunakan.......................................................................................................32
BAB III PEMENTASAN TEATER SEBAGAI OBJEK FOTOGRAFI.....................................40
3.1. Pengertian Seni Pertunjukan Teater.................................................................................40
3.2.Unsur-Unsur Pementasan Sebagai Objek Foto.................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................44
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting
dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan
dalam hidup yang tidak mungkin kembali, akan diingat selalu dengan memandangi foto.
Dan kesan yang terdapat dalam kenangan tersebut akan terasa saat dikenang jika foto
yang dihasilkan baik, menarik dan berkesan. Selain untuk mengabadikan momen yang
penting, sebuah foto juga dapat mengandung nilai jual atau komersial, jurnalistik,
ataupun nilai seni yang tinggi tergantung pada kebutuhan seseorang untuk membuat
foto yang diinginkannya. Karena foto dibuat untuk menyampaikan sesuatu yang ingin
diingat dan memiliki pesan untuk disampaikan.
Foto yang baik dan berkualitas adalah foto yang memiliki pesan, layak secara teknis,
estetik dan artistik serta presentasinya.Dalam penyampaian pesan sebuah foto,
diperlukan keahlian dan teknik khusus dalam hal fotografi, sehingga pesan yang ingin
disampaikan dapat dikomunikasikan dan sampai pada penikmat fotonya. Tidak hanya
dalam hal teknis memotret dalam artian penggunaan alat fotografi seperti kamera
dengan pengaturannya, tripod, lighting dan lain-lain tetapi juga perlu diketahui bahasa
yang digunakan oleh foto sehingga foto tersebut dapat berbicara, berkomunikasi atau
menyampaikan pesan. Juga hal lain mulai dari ide awal, sampai pada foto tersebut jadi.
Perkembangan fotografi saat ini telah membuka pandangan baru dalam dunia fotografi.
Dengan adanya teknologi digital, bukan hanya kecepatan proses, tetapi juga
kemampuannya untuk memanipulasi hasil foto agar menjadi suatu hasil yang
samasekali berbeda dengan foto mentahnya.
Menurut Adi Kusrianto (2007 : 119) bahwa khususnya dalam dunia
desain komunikasi visual, foto banyak digunakan sebagai illustrasi
penguat komunikasi dalam sebuah media, contohnya dalam iklan media
cetak seperti poster dan billboard, kampanye sosial maupun politik, dan
sebagainya. Foto juga berperan dalam media komunikasi visual lain
seperti film, cd interaktif, dan games. Juga menjadi media komunikasi
visual tersendiri dalam penyampaian pesan. Sementara itu fotografi
dalam perkembangannya memiliki beberapa kategorikategori yang
beranekaragam. Hal ini terus berkembang hingga terdapat beberapa
anggapan mengenai kategori fotografi. Dalam sebuah komunitas
fotografi dunia maya, Fotografer.net atau lebih dikenal dengan FN,
terdapat 27 kategori fotografi, salah satunya yaitu foto panggung atau
stage fotografi yaitu foto-foto aksi pentas, konser musik oleh artis,
pemusik, teater, pertunjukan tari, pentas showbiz dan lain-lain. Foto
panggung menjadi kategori tersendiri dalam fotografi dan menjadi
menarik menantang, dan dibutuhkan teknik khusus dalam membuatnya.
Karena, menurut Herman Effendi (2009), pentas seni pertunjukan yang sarat peristiwa
dan susunan artistik, dimata pemotret dapat dijadikan sasaran pemotretan yang
menartik, dinamis , variatif, dan menantang. Tantangan pada proses perekaman realitas
pentas di tangan pemotret berpeluang terciptanya karya fotografi yang memiliki kaidah
estetika fotografi, baik seni gagasan maupun teknik.
Menurut Earl Theisen dalam Photographic Approach to People(1966 : 9),
“Snapping of pictures is taken for granted” foto merupakan gambar yang dibuat apa
adanya. Fotografi merupakan iconic atau perlambang dari kehidupan nyata karena foto
merupakan sebagian dari keseluruhan objek atau kejadian yang diambil, yang dapat
mewakili objek tersebut.
Fotografi termasuk ke dalam komunikasi visual, sarat dengan tanda-tanda yang mampu
menyampaikan pesan. Jika disebutkan fotografi merupakan iconic dari kehidupan nyata
maka bisa dikatakan fotografi teater merupakan iconic dari kehidupan sandiwara dalam
kehidupan sebenarnya. Fotografi teater menyampaikan pesan yang dibawa oleh teater
ke dalam foto atau bisa juga foto teater memiliki pesan tersendiri yang ingin
disampaikan dalam fotonya.
Teater sama halnya dengan fotografi sebagai media penyamapaian pesan dengan bentuk
yang berbeda. Dalam teater pesan disampaikan melalui cerita yang dibangun lewat
naskah yang tokoh-tokohnya dimainkan oleh aktor diatas panggung dengan dekorasi
tata panggung atau lebih dikenal dengan tata artistik yang merupakan gambaran dari
keadaan yang terdapat dalam naskah, diiringi musik pengiring dan pembangun suasana,
dengan disinari cahaya lampu yang memberikan cahaya penerang panggung sebagai
penunjuk waktu, penguat suasana, jiwa dan emosi dengan dalang seorang sutradara.
Pertunjukan teater biasa dilakukan di dalam gedung pertunjukan walaupun ada
pertunjukan teater yang dilakukan di luar ruangan. Gedung pertunjukan teater
memilikipencahayaan yang minim, hanya diterangi oleh lampu dari tata lampu teater
sajasaatpertunjukanberlangsung. Hal ini menyebabkan sangat sulit untuk mengatur
kamera agar dapat menangkap cahaya dengan baik, mengatur posisi agar didapatkan
komposisi yang baik, dan memilih sudut pandang atau angleyang menarik. Karena
fotografer tidak diperbolehkan untuk menggunakan cahaya tambahan dan atau blitz atau
flashlight karena dapat mengganggu aktor dalam memainkan perannya dan merusak
suasana yang telah dibangun oleh semua pendukung teater. Fotografer tidak
diperbolehkan berjalan-jalan didepan penonton karena dapat mengganggu kenyamanan
dalam menyaksikan pertunjukan. Selain itu tidak diperbolehkan naik keatas panggung
untuk memotret aktor dari dekat.
Momen atau kejadian yang ada mencakup emosi dan kejiwaan yang beragam dengan
suasana yang dibangun sesuai dengan penggambaran keadaan dalam naskah oleh
seluruh pendukung teater. Tokoh dengan perwatakan yang bermacam-macam dengan
gerakan-gerakan yang memiliki makna atau pesan, selain daripada kata-kata, dialog,
nyanyian, puisi, dan lain-lain yang diucapkan oleh aktor. Latar yang dibuat dan kadang
berubah baik dari segi bentuk maupun fungsi. Pencahayaan yang berubah menurut
suasana, waktu dan emosi. Kostum serta tatarias yang tegas dan menunjukkan karakter
setiap tokohnya. Musik pengiring yang juga menjadi unsure penting dalam pementasan
teater. Dalam teater memiliki banyak aspek pembentuk yang masing-masing memiliki
fungsi tersendiri yang dapat dijadikan sebagai objek foto teater sesuai dengan maksud
fotografer dalam menyampaikan pesan dan tujuannya. Dalam kehidupan di teater
sendiri, fotografi dijadikan sebagai alat dokumentasi bagi kelompok-kelompok teater
yang mementaskan sebuah cerita. Tidak banyak kelompok teater yang memberikan
perhatian lebih terhadap fotografi pementasan
Kelompok teater professional biasanya memiliki fotografer sendiri yang khusus
memotret setiap pementasan yang dipentaskan oleh kelompoknya. Bagi teater kampus
biasanya mereka bekerjasama dengan unit fotografi mahasiswa di kampusnya. Tetapi
tidak sedikit kelompok teater yang kurang memperhatikan dokumentasi
fotopementasannya. Lebih-lebih fotografi teater yang bukan hanya sekedar dokumentasi
tetapi foto yang berbicara dengan bahasa fotografi juga menyampaikan pesan yang
ingin disampaikan oleh si fotografer.
Kemampuan memotret saja tidak cukup untuk membuat sebuah foto pementasan teater,
tetapi dibutuhkan teknik-teknik khusus dalam membuatnya baik dari segi teknis alat
yang digunakan, teknik pemotretannya juga persiapan-persiapan yang dilakukan
sebelum memotret sebuah pementasan teater di dalam gedung pertunjukan. Walaupun
hanya sebagai pantograph atau penangkap gambar dan pendokumentasian namun
dengan teknik dan metode tertentu untuk menggunakan bahasa teater sebagai bahasa
foto, sehingga dapat digunakan sebagai media evaluasi yang tepat ataupun sebagai
sebuah karya desain sebagai illustrasi pada publikasi pementasan, atau juga sebagai
karya tunggal bagi seorang fotografer.
1.2. Identifikasi Masalah
• Perlunya Fotografi teater bagi kelompok teater adalah sebagai dokumentasi dan
evaluasi. Namun foto teater dapat digunakan sebagai sebuah karya desain sebagai
illustrasi pada publikasi pementasan, atau juga sebagai karya tunggal bagi seorang
fotografer.
• Gedung pertunjukan teater dengan pencahayaan yang minim, panggung hanya
diterangi pencahayaan teater dan gerakan-gerakan yang dinamis menyebabkan adanya
kesulitan dalam memotret pertunjukan teater, terutama membekukan objek / motion
(freeze motion).
• Peraturan di dalam gedung pertunjukan teater dan kesopanan atau etika penonton
pertunjukan teater menyebabkan fotografer tidak diperkenankan untuk :
a. Menggunakan blitz ataupun cahaya tambahan karena dapat mengganggu
aktor dalam memainkan perannya dan merusak suasana yang telah
dibangun oleh semua pendukung teater.
b. Berjalan-jalan didepan penonton karena dapat mengganggu kenyamanan
dalam menyaksikan pertunjukan.
c. Naik keatas panggung untuk mengambil gambar aktor dari dekat.
1.3. Perumusan Masalah
Bagaimana teknik freeze motion fotografi pementasan teater digunakan pada foto-foto
yang terpilih sehingga tercipta karya foto yang berkualitas (memiliki pesan, layak secara
teknis, estetik dan artistik serta presentasinya).
1.4. Pembatasan Masalah
Untuk mencegah pembiasan pembahasan yang akan dibahas pada penelitian , maka
dibuat batasan-batasan pembahasan materi. Pembahasan teknik fotografi pementasan
teater di dalam gedung pertunjukan ini dibatasi pada:
• Pembahasan fotografi pementasan teater dikhususkan pada fotografi sebagai
“pantograph” /penangkap gambar atau dokumentasi.
• Pembahasan foto dalam penelitian ini dibatasi pada foto-foto dari pementasan
produksi teater Lakon UPI Bandung. Kelompok teater ini dianggap memiliki
pementasan-pementasan yang berkualitas dilihatdari prestasi-prastasi yang diraihnya.
Karya pementasan yang dijadikan sample adalah pementasan dengan karakter tokoh dan
cerita yang realis atau apa adanya menyerupai kenyataan yang sebenarnya
• Pembahasan teknik dibatasi pada teknik “freeze motion” dimana objek terjebak dalam
suatu moment.
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
• Mengetahui teknik-teknik khusus yang dilakukan terutama teknik freeze motion, alat-
alat yang digunakan dan persiapan yang dilakukan oleh seorang fotografer untuk
memotret pementasan teater dalam keadaan dan situasi tertentu.
• Memberikan perhatian lebih dalam kepada kelompok-kelompok teater tentang
perlunya fotografi pementasan teater.
1.6. Manfaat Penelitian
• Penelitian ini bermanfaat bagi fotografer sebagai referensi teknik dalam memotret
pementasan teater juga pemotretan sejenis yang memiliki keadaan yang hampir sama.
• Bermanfaat bagi kelompok-kelompok teater untuk lebih dalam memperhatikan
masalah fotografi pementasannya.
• Bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin memperoleh informasi dan menambah
wawasan mengenai fotografi panggung, mengenai teater dan yang berhubungan dengan
penelitian ini.
1.7. Metode Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
dengan menginterpretasikan data-data yang diperoleh berdasarkan fakta-fakta yang ada,
sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti. Jenis data yang
diperoleh adalah data kualitatif. Data kualitatif, yaitu melalui telaah sumber-sumber
buku yang memiliki informasi terkait dengan penelitian ini, juga informasi yang berasal
dari orang-orang yang benar-benar memahami atau pakar dalam masalah yang ada
dalam penelitian ini. Foto-foto dikumpulkan dari hasil pemotretan yang dilakukan
sebagai dokumentasi penyelenggara pementasan hasil kerjasama dengan fotografer yang
dipilih. Dari foto-foto tersebut, dideskripsikan teknik-teknik yang digunakan yang
dipengaruhi oleh keadaan-keadaan tertentu. Keadaan yang mempengaruhi mencakup
jalan cerita, dan unsur-unsur pementasan seperti aktor, tata artistik, pencahayaan, rias
dan kostum sebagai objek fotografinya.
1.8. Kerangka Berfikir
1.9. Teknik Pencarian Data
Teknik pencarian data yang dipergunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Library Research (Studi kepustakaan), yaitu pengumpulan teori dan konsep juga
mempelajari literatur yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
2. Diskusi, yaitu tukar-menukar ilmu pengetahuan dengan orang yang lebih memahami
dan mengerti tentang bahasan penelitian.
3. Field Research (Penelitian Lapangan), yaitu studi lapangan untuk melihat dan
mengetahui teori dan konsep apa saja yang digunakan di lapangan.
1.10. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dimaksudkan agar proses pembuatan makalah dapat dibuat
secara terstruktur dan sistematis, sehingga dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh
pihak yang akan mempergunakannya. Sistematika penulisan makalah dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Stage Fotografi
Teknik FotografiPementasan Teater
Teknik Freeze Motion
Persiapan
Peralatan
Teknik Pengambilan Foto
Foto Pementasan Teater Yang Baik
Unsur Pendukung Teater
Fotografi
BAB II TEKNIK FOTOGRAFI PEMENTASAN TEATER
2.1. Sejarah dan Perkembangan Fotografi
Sejarah fotografi saat ini, berhutang banyak pada beberapa nama yang memberikan
kontribusi yang sangat berarti bagi perkembangan fotografi sampai era digital sekarang.
Kita mencatat nama Al Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab yang menulis
bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati sebuah lubang kecil pada tahun
1000 M. Kurang lebih 400 tahun kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai
fenomena yang sama.
Namun, Battista Delta Porta, juga menulis hal tersebut, sehingga dia yang
dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera melalui bukunya, Camera Obscura.
Awal abad 17, Ilmuwan Italia, Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat
dikenai cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu, dengan
komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar-gambar yang tak bertahan
lama. Hanya saja masalah yang dihadapinya adalah menyelesaikan proses kimia setelah
gambar-gambar itu terekam sehingga permanen. Pada 1727, Johann Heinrich Schuize,
profesor farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama pada
percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan bahwa komponen
perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan oleh panas. Sekitar tahun 1800,
Thomas Wedgwood, seorang Inggris, bereksperimen untuk merekam gambar positif
dari citra yang telah melalui lensa pada kamera obscura yang sekarang ini disebut
kamera, tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi sebagaimana
juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif, pada kulit atau kertas putih yang telah
disaputi komponen perak dan menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran. Tahun
1824, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang dengan
berbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. AkhirnyaJoseph
Nieephore Niepee, seorang lithograf berhasil membuat gambar permanen
pertama yang dapat disebut “FOTO” dengan tidak menggunakan kamera, melalui
proses yang disebutnyaH el i ogravu re atau proses kerjanya mirip lithograf dengan
menggunakan sejenis aspal yang disebutnya Bitumen of judea, sebagai bahan kimia
dasarnya. Kemudian dicobanya menggunakan kamera, namun ada sumber yang
menyebutkanNiep ee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera
obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang kecil, juga bahan
kimia lainnya, tapi hasilnya tidak memuaskan. Agustus 1827, Setelah saling menyurati
beberapa waktu sebelumnya, Niepee berjumpa dengan Louis Daguerre, pria Perancis
dengan beragam ketrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan
kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera. Tahun 1829, Niepee
secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi Niepee meninggal dunia pada tahun
1833. Dan tanggal 7 Januari 1839, dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan
secara ilmiah,Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini kepada
Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang berupa foto-foto yang
permanen itu disebutDAG UE RRE T YPE , yang tak dapat diperbanyak atau reprint
atau repro. Saat itu Daguerre telah memiliki foto studio komersil dan Daguerretype
tertua yang masih ada hingga kini diciptakannya tahun 1837. Tanggal 25 Januari 1839,
William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil penemuannya
berupa proses fotografi modern kepada Institut Kerajaan Inggris. Berbeda dengan
Daguerre, ia menemukan sistem negatif-positif (bahan dasar : perak nitrat, diatas
kertas). Walau telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa yang
sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat tanpa pembesaran atau
pengecilan). Juni 1840, Talbotm emperkenal k an Calotype, perbaikan dari sistem
sebelumnya, juga menghasilkan negatif diatas kertas. Dan pada Oktober 1847. Abel
Niepee de St Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai base
negatif menggantikan kertas. Pada Januari 1850. Seorang ahli kimia Inggris, Robert
Bingham, memperkenalkan penggunaanCollod ion sebagai emulsi foto, yang saat itu
cukup populer dengan sebutan WET-PLATE Fotografi. Setelah berbagai perkembangan
dan penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal. Juni 1888, George Eastman,
seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi dunia hasilpenelitiannya sejak1877. Ia
menjual produk baru dengan merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan
ringan, yang telah berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk 100
exposure.
Bila seluruh film digunakan, kamera ini yang diisi film dikirim ke
perusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera dikirimkan kembali dan telah
berisi roll film yang baru. Berbeda dengan kamera masa itu yang besar dan kurang
praktis, produk baru tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan leluasa.
Hingga kini perkembangan fotografi terus mengalami perkembangan dan berevolusi
menjadi film-film digital yang mutakhir tanpa menggunakan roll film. Selanjutnya,
secara bertahap fotografi berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan kualitas
gambarnya sampai pada akhir abad ke-19, fotografi telah mencapai kualitas hasil yang
mendekati seperti yang dikenal sekarang. Namun, sebenarnya perkembangan foto seni
di Indonesia sendiri telah berkembang di akhir abad ke- 18, ada orang Indonesia yang
telah membuat foto-foto indah menawan di dalam studio maupun di alam bebas, foto-
foto itu jelas sekali bernapaskan seni seperti yang dikenal sekarang. Objek, lighting, dan
komposisinya jelas sekali diperhitungkan dengan masak saat pemotretan. Pencetakan
fotonya pun sangat brilian, sehingga hasil fotonya menjadi indah menawan bagaikan
lukisan-foto piktorial. Perbedaan yang dapat dilihat dengan jelas adalah sebagian besar
foto terekam beku. Jika memotret manusia, maka si model diwajibkan diam beberapa
saat. Hal ini dapat dimaklumi karena teknologi fotografi saat itu masih sederhana, body
kamera berukuran besar, sedangkan filmnya masih dalam bentuk lembaran (bukan rol),
bahkan bahan dasarnya kaca atau seluloid, dengan kepekaan (ASA) yang masih rendah.
Mekanis pada lensa juga sangat sederhana, bahkan banyak lensa yang mempunyai satu
bukaan diafragma dan tidak disertai lembaran daun diafragma, sehingga pemotretan
dilakukan dengan cara membuka dan menutup lensa.
Kronologi perkembangan fotografi dimulai dengan:
1822 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek
Paus Pius VII, menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan hingga
sekarang dibuat pada tahun 1825.
1826 – Joseph Nicéphore Niépce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang
dibuat dengan pajanan selama 8 jam.
1835 – William Henry Fox Talbot menemukan proses fotografi yang baru.
1839 – Louis Daguerre mematenkan daguerreotype.
1839 – William Henry Fox Talbot menemukan proses positif/negatif yang disebut
Tabotype.
1839 – John Herschel menemukan film negatif dengan larutan Sodium
thiosulfate/hyposulfite of soda yang disebut hypo atau fixer.
1851 – Frederick Scott Archer memperkenalkan proses koloid.
1854 – André Adolphe Eugène Disdéri memperkenalkan rotating camera yang dapat
merekam 8 citra berbeda dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas
albumen, citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan pada
lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan (fr:carte de visite, bahasa
Inggris:visiting card)
1861 – Foto berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell.
1868 – Louis Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
1871 – Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
1876 – F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis pada kepekaan emulsi
fotografis yang kemudian dikenal dengan istilah sensitometri.
1878 – Eadweard Muybridge membuat sebuah foto high-speed photographic dari
seekor kuda yang berlari.
1887 – Film Seluloid yang pertama diperkenalkan.
1888 – Kodak memasarkan box camera n°1, kamera easy-to-use yang pertama.
1887 – Gabriel Lippmann menemukan reproduksi warna pada foto.
1891 – Thomas Alva Edison mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures).
1895 – Auguste and Louis Lumière menemukan cinématographe.
1898 – Kodak memperkenalkan produk kamera folding Pocket Kodak.
1900 – Kodak memperkenalkan produk kamera Brownie.
1901 – Kodak memperkenalkan 120 film.
1902 – Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra
menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos digunakan luas
di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi antarbenua dimulai sejak 1922.
1907 – Autochrome Lumière merupakan pemasaran proses fotografi berwarna yang
pertama.
1912 – Vest Pocket Kodak menggunakan 127 film.
1913 – Kinemacolor, sebuah sistem "natural color" untuk penayangan komersial,
ditemukan.
1914 – Kodak memperkenalkan sistem autographic film.
1920s – Yasujiro Niwa menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui
gelombang radio.
1923 – Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash lamp dan strobe photography.
1925 – Leica memperkenalkan format film 35mm pada still photography.
1932 – Tayangan berwarna pertama dari Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat
oleh Disney.
1934 – Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah digunakan.
1936 – IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR 35mm yang pertama.
1936 – Kodachrome mengembangkan multi-layered reversal color film yang pertama.
1937 – Agfacolor-Neu mengembangkan reversal color film.
1939 – Agfacolor membuat "print" film modern yang pertama dengan materi warna
positif/negatif.
1939 – View-Master memperkenalkan kamera stereo viewer.
1942 – Kodacolor memasarkan "print" film Kodak yang pertama.
1947 – Dennis Gabor menemukan holography.
1947 – Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera untuk pemerintah
Amerika Serikat.
1948 – Kamera Hasselblad mulai dipasarkan.
1948 – Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama dengan merk Polaroid.
1952 – Era 3-D film dimulai.
1954 – Leica M diperkenalkan.
1957 – Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang pertama.
1957 – Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer oleh Russell Kirsch di U.S.
National Bureau of Standards (sekarang bernama National Institute of Standards and
Technology, NIST).
1959 – Nikon F diperkenalkan.
1959 – AGFA memperkenalkan kamera otomatis yang pertama, Optima.
1963 – Kodak memperkenalkan Instamatic.
1964 – Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan.
1973 – Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang terdiri dari
100 baris dan 100 kolom.
1975 – Bryce Bayer dari Kodak mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD
color image sensor.
1986 – Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas megapiksel yang pertama.
2005 – AgfaPhoto menyatakan bangkrut. Produksi film konsumen bermerk Agfa
terhenti.
2006 – Dalsa membuat sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat
itu.
2008 – Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film instan
berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra digital.
2009 - Kodak mengumumkan penghentian film Kodachrome.
2.2. Pengertian Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani
yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis
dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau
metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat
paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada
foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga
mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan
ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya
yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar,
digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan
yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan
mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana
(speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).
2.3. Teknik Dasar Fotografi
Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat
menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi
setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto
yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.
a. fokus
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar
ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang
jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan
memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka
yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.
b. eksposure
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur
pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam
hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film.
Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya
bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut
menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal,
yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan
cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).
 Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau
banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan
dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ;
22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan
besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk
menentukan intensitas cahaya yang masuk.
Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk
semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya
sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."
Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup
kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana
seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release
tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan,
maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan
menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ;
125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan
1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B
(Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release
ditekan)
Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding
lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup,
maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin
lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"
Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga
makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya
semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya
yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak
membutuhkan cahaya daripada ASA 400.
2.4. Metode EDFAT
EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih optis melihat sesuatu dengan
detil yang tajam. Metode EDFAT dalam tindakan fotografi setiap calon foto jurnalis
maupun fotografer amatir , setidaknya membantu proses percepatan pengambilan
keputusan terhadap suatu event atau kondisi visual bercerita dan bernilai berita dengan
cepat dan lugas.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada setiap unsur dari metode itu adalah suatu proses
dalam mengincar suatu bentuk visual atas peristiwa yang bernilai berita.
Unsur pertama dalam metode tersebut adalah:
E berarti : Entire
( keseluruhan ) –
Berfikir
Dikenal juga sebagai ‘established shot’, suatu keseluruhan
pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa atau
bentuk penugasan lain. Untuk mengincar atau mengintai bagian-
bagian untuk dipilih sebagai obyek.
D berarti : Detail
(Ditail) – Berfikir
Suatu pilihan atas bagian tertentu dari keseluruhan pandangan
terdahulu (entire). Tahap ini adalah suatu pilihan pengambilan
keputusan atas sesuatu yang dinilai paling tepat sebagai ‘point of
interest’
F berarti : Frame
( Komposisi ) -
Berfikir
Suatu tahapan dimana kita mulai membingkai suatu detil yang
telah dipilih. Fase ini mengantar seorang calon foto jurnalis
mengenal arti suatu komposisi, pola, tekstur dan bentuk subyek
pemotretan dengan akurat. Rasa artistik semakin penting dalam
tahap ini.
Seperti : foto dalam bentuk Horizontal dan Vertikal
A berarti : Angle
( Sudut Pandang )
- Motret
Tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian,
kerendahan, level mata, kiri, kanan dan cara melihat. Fase ini
penting mengkonsepsikan visual apa yang diinginkan. Seperti eye
engle, low engle dan high engle.
T Berarti : Time
(T) – Motret
Tahap penentuan penyinaran dengan kombinasi yang tepat antara
diafragma dan kecepatan atas ke empat tingkat yang telah
disebutkan sebelumnya. Pengetahuan teknis atas keinginan
membekukan gerakan atau memilih ketajaman ruang adalah satu
prasyarat dasar yang sangat diperlukan.
2.5. Bahasa Fotografi
Bahasa fotografi (Language Photography) adalah bahasa yang digunakan fotografi
dalam menyampaikan pesan tertentu. Seorang fotografer haruslah mengerti dan
menguasai bahasa fotografi, dengan begitu para penikmat foto dapat dengan mudah
mendekripsikan sebuah hasil karya seorang fotografer. Banyak hasil karya yang seorang
fotografer yang seolah-olah berbicara kepada para pemirsanya mengenai objek yang ada
dalam foto tersebut tanpa menggunakan kata-kata/teks dalam foto tersebut.
Ada beberapa macam bahasa fotografi yang dikenal dalam dunia fotografi,
diantaranya :
1. Bahasa penampilan (Performance Language)
Bahasa tersebut diperlihatkan oleh seluruh aspek tubuh kita, meliputi :
a. Bahasa expresi muka (sfacial expression)
- Kegembiraan
- Kesedihan
- Terkejut,Dll
b. Bahasa Isyarat (Gestural Language)
yaitu gerakan tubuh/objek yang memperlihatkan makna misalnya victory, agreement,
dll.
c. Bahasa Penciuman (ol factory language)
Tindakan atau perbuatan objek yang memperlihatkan apakah sesuatu yang diciumnya
itu harum atau tidak.
d. Bahasa Pendengaran (Vocal language)
Tindakan objek yang sedang mendengarkan sesuatu.
e. Bahasa Tindakan (Action Language)
Memperlihatkan tindakan yang gilakukan objek, dibagi 2 :
Visible : Tindakan seseorang yang tidak terlihat mata tetapi ada kesan yang tersirat,
misalnya kasih sayang seorang kakak dengan adiknyaSeperti Gambar Berikut :
2. Bahasa Komposisi (Composition Language)
Bahasa Komposisi adalah perletakan unsur-unsur komposisi yang tepat sehingga
menimbulkan makna tertentu. Unsur-unsur itu terdiri dari :
- Bahasa warna
- Bahasa tekstur
- Bahasa garis
- Bahasa sinar
- Bahasa tata
- Bahasa Bentuk
3. Bahasa Objek
Suatu foto yang memperlihatkan suatu objek tertentu sehingga orang yasng
melihatnya akan mengetahui dimana lokasi objek tersebut berada.
4. Bahasa konteks (contextual language)
Bahasa ini berkaitan antara ruang dan waktu. Misalnya pada gambar
memperlihatkan hubungan antara layar televisi yang menampilkan gambar Pegunungan
dengan pemandangan pegunungan sebagai latar televisi tersebut,seolah-olah layar TV
tersebut seindah pegunungan aslinya.
Seperti Gambar Berikut :
5. Bahasa tanda (Sign language)
Foto yang menggunakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang khas
sehingga hanya dengan melihat gambar kita dapat mengerti maksud foto tadi.
6. Bahasa gereak (Motion language)
Bahasa gerak ditunjukan dalam sebuah karya foto yang menampilkan macam-macam
gerak dengan menggunakan macam-macam teknik tertentu.
Ada beberapa teknik pemotretan dalam bahasa gerak, yaitu :
a. Panning
b. Blurring
c. Freezing
d. Exposure time
e. Multiple exposure
f. Multiple printing
g. Zooming
2.6. Teknik Foto Panggung
Persiapan
Persiapan ini dalam artian, bukan hanya dari gears atau peralatan fotografi yang akan
kita bawa, namun meliputi juga hal hal pendukung, seperti ID pers atau kartu Identitas
lainnya yang membolehkan kita membawa kamera selama konser dan
mendokumentasikan pertunjukan tersebut. Jika kita mengantisipasi untuk mengganti
lensa selama pertunjukan, bawalah tas yang bisa mengakomodir hal tersebut, dan
usahakan se-sederhana dan seaman mungkin dan sering lah berlatih untuk cepat
mengganti lensa jika diperlukan. Namun bila anda memiliki body camera lebih dari
satu, ada baiknya memasang satu body camera dengan lensa wide dan lensa tele pada
body camera yang lain . Jangan lupa cek memory card bila menggunakan kamera digital
, atau cadangan film bila menggunakan kamera analog dan terakhir adalah cek batere
cadangan bila diperlukan. Ada baiknya untuk hal hal pendukung ini, disimpan di tempat
yang mudah terjangkau oleh tangan, bisa di saku celana atau bisa juga menggunakan
rompi fotografer, karena kita melakukan kegiatan foto panggung ini di posisi yang
berdesak desakan dan gelap, sehingga kita harus semudah dan seaman mungkin
nantinya dalam menyiapkan segala sesuatunya.
Kamera
Kini , hampir semua fotografer menggunakan
Digital SLR, Ada baiknya kita menggunakan
kamera yang bekerja baik di ISO tinggi untuk
mendapatkan hasil yang baik, nantinya kita banyak menggunakan ISO 800 keatas.
Karena saya menggunakan kamera Canon, saya menggunakan Canon EOS 400D
yangmasih masuk kategori entry level namun untuk ISO 800 masih cukup baik
menangani noise, namun bila terpaksa kadang saya menggunakan ISO 1600 yang
memang menghasilkan cukup banyak noise pada hasil foto. Ada baiknya bila dalam
tahapan merencanakan membeli / mengupgrade kamera , gunakanlah jenis jenis terbaru
dari kamera DSLR , karena selain ISO sensitivitas yang cukup tinggi ,fitur2x yang
dihasilkan juga jauh lebih canggih .
Lensa
Semuanya bergantung dengan venue, posisi pengambilan gambar dan juga tingkat
intensitas pencahayaan di panggung. Ada baiknya kita menggunakan lensa dengan
Aperture / Diafragma yang besar ( f2.8 kebawah ) . Namun kadang harga dari lensa
beraperture besar kurang bersahabat bagi fotografer pemula seperti saya. Hal ini bisa
diakali dengan menggunakan prime lensa 50mm f1.8 yang relative cukup terjangkau.
Saat ini saya menggunakan lensa Tamron 17-50mm f2.8 untuk lensa wide, Tokina 12-
24 f4.0 untuk ultrawide dan Canon EF 70-200 f4.0 L/USM untuk lensa tele.
Tetapi lensa terakhir ini jarang digunakan bila kita berada di bibir panggung , karena
kebanyakan jarak antara fotografer dan artis itu sangat dekat, bisa jadi hanya 1 M saja.
Jadi kalau memang nantinya kita berada tepat di bibir panggung, banyaklah gunakan
lensa Wide atau lensa fix / prime lens dengan Diafragma besar.. Seperti fotografi pada
umumnya, kuncinya adalah cahaya. Pencahayaan bagus, pose yang pas, posisi
pengambilan yang tepat , anda akan mendapatkan foto yang sempurna .
Rekomendasi Lensa dan Kamera
Berdasarkan pengalaman dan berdiskusi dengan sesama penggiat fotografi. Ada
beberapa jenis kamera dan Lensa yang bisa saya rekomendasikan untuk digunakan pada
foto konser . Kebanyakan gears dan peralatan fotografi memang cukup mahal, tapi
dengan pemilihan yang tepat, kita bisa mendapatkan peralatan yang sesuai dengan
budget dan kantong kita . Mohon maaf karena saya pengguna Canon, saya
rekomendasikan gears kebanyakan merk Canon (bukan promosi :D )
Fix Lens / Prime Lens
Fix Lens yang direkomendasikan adalah Canon EF 50mm f1.4 , karena diafragma yang
cukup besar ini bisa menangkap moment yang baik selama pertunjukan. Bila terasa
kurang pas dari sisi komposisi., nantinya pada saat post-processing bisa diproses lebih
lanjut. Jenis lensa fix yang digemari oleh fotografer lainnya adalah EF 50mm f1.8, lensa
yang terkenal dengan ketajamannya dan harganya relative terjangkau ini bisa mencover
kebutuhan kita akan bukaan/ aperture yang besar.
Wide Lens ( lensa wide )
Lensa utama yang sangat direkomendasikan oleh banyak fotografer di dunia adalah
Canon EF 24-70mm f2.8 L USM dan Canon 16-35mm f2.8 L USM dari Canon yang
bisa mengcover range dari sisi wide ke medium range, sangat baik performa nya untuk
low-light lens. Tapi lensa ini baik untuk full frame body, misalnya EOS 5D atau EOS
1D yang tentunya cukup mahal harganya. Bila kita masih menggunakan kamera dengan
crop factor APS-C, akan terasa kurang wide, maka alangkah baiknya kita menggunakan
lensa lain, saya rekomendasikan jenis lensa Canon EF-S 17-55mm f2.8 IS USM atau
Canon EF 17-40mm f4.0L USM. USM adalah teknologi ultrasonic motor yang terdapat
pada lensa untuk mempercepat proses autofokus yang sangat berguna untuk
mengcapture moment aktifitas di panggung Bila terasa kedua lensa itu tidak sesuai
dengan kantong, ada baiknya beralih ke lensa 3rd party yang memiliki kualitas dan
ketajaman relative seimbang dengan lensa tersebut adalah Tokina 16-50mm f2.8 dan
Tamron 17-50mm f2.8.
Lensa Tele
Lensa Canon EF 70-200mm f2.8L IS USM jelas merupakan pilihan utama, disamping
fitur telephoto yang prima, diafragma yang cukup besar dan lensa seri L yang
merupakan lensa dengan kualitas terbaik yang dikeluarkan oleh pihak Canon menjadi
jaminan ketajaman dari lensa ini. Thus, apakah fitur IS diperlukan ? Ya jelas diperlukan,
tapi fitur IS ini adalah image stabilizer yang menghindari camera shaking atau goyangan
pada kamera terutama pada kecepatan pengambilan dengan rana rendah, maka IS ini
akan sangat berguna. Pada concert photography yang diutamakan adalah kecepatan
Autofokus dari lensa yang membantu ‘freeze’ dari objek sehingga kualitas foto menjadi
tajam, sehingga fitur USM akan jauh lebih berguna dibanding fitur IS pada lensa.
Nantinya cukup menggunakan lensa Canon EF 70-200mm F2.8 L USM atau bisa
dengan menggunakan Canon EF 70-200mm f4.0 L USM yang paling murah diantara
seri lensa zoom dari Canon.
Body Kamera
High ISO adalah kuncinya, kita harus memperhatikan fitur dari lensa ini. Selain dari
fitur High ISO, bila kamera kita memiliki kemampuan Spot atau Partial Metering hal ini
adalah nilai tambah sendiri, karena kamera kita memiliki kemampuan untuk menyeleksi
area dengan intensitas cahaya lebih dibanding yang lain yang cocok untuk lowlight
photography. Body Kamera DSLR saat ini sudah banyak mengcover fitur fitur diatas,
diantaranya Canon EOS 40D atau yang terbaru EOS 50D, di sisi pemula bisa mulai
dengan Canon EOS 450D atau di sisi professional bisa dengan Canon EOS 5D mkII
sampai EOS -1Ds Mark III .
Tapi bila budget kita tidak sampai membeli kamera SLR, maka kamera prosumer
seperti Canon G10 , Panasonic Lumix Fz50 cukup baik untuk menutupi kebutuhan anda
akan body dan lensa yang cukup baik untuk pemotretan panggung.
Setting pada Kamera
ISO
ISO adalah nilai ukuran banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera akan direkam
oleh Sensor (misalnya CMOS atau CCD), sehingga akan menghasilkan gambar. ISO
adalah kepekaan dari Sensor terhadap cahaya. Semakin tinggi ISO nya, semakin peka
sensornya, sehingga gambarnya akan semakin terang. Yang sering terdapat di dalam
kamera digital saat ini adalah ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, IS00 1600, ISO
3200. Jadi misalnya ketika Anda menggunakan ISO 200, maka hasil foto tadi akan lebih
gelap dibanding saat menggunakan ISO 1600, semua diasumsikan settingan lain tidak
ada yang kita ubah sama sekali dan kondisi cahaya di sekitar objek sama.
Untuk setting foto panggung, biasanya menggunakan ISO tinggi, mulai dari ISO 800 ,
tapi bila pencahayaan kurang, kita bisa naikkan nilai ISO kita ke nilai yang lebih tinggi,
sesuai setting kamera kita, misalnya ke nilai 1600,3200 ,6400. Walaupun banyak noise
dan grainy yang dihasilkan, hal ini nanti kita bisa kita perbaiki pada proses post
processing.
Metering
Jika setting kamera kita terdapat setting untuk mengubah tipe metering pencahayaan,
ada baiknya kita ubah ke tipe spot metering. Bila tidak tersedia, tipe partial metering
bisa digunakan, hal ini untuk memberikan tingkat kesensitifitasan kamera pada area
yang terkena cahaya, sehingga lampu background tidak akan mempengaruhi tingkat
exposure dari objek foto. Biasanya partial metering dan spot metering berguna untuk
meningkatkan detail objek ketika artis terkena lampu sorot ( spotlight) dari sisi depan,
contoh konser Malevolent Creation dan As I Lay Dying.
Aperture / Diafragma
Didalam lensa terdapat istilah bukaan Diafragma atau disebut Aperture yang berguna
untuk mengatur jumlah cahaya yang bisa masuk ke dalam kamera. Bukaan-nya semakin
diperbesar, maka cahaya yang masuk akan semakin banyak dan hasil foto akan semakin
terang, dan tentunya bila bukaannya semakin diperkecil, maka cahaya yang masuk akan
semakin sedikit dan hasil foto akan semakin gelap. Untuk memberikan input cahaya
sebanyak mungkin pada kamera, maka bukaan aperture atau diafragma harus besar, atau
nilainya lebih kecil dari f2.8. Intinya dengan kondisi pencahayaan terbatas dan kita
harus mengambil moment gerakan dan aktifitas di panggung, kuncinya kembali pada
bukaan diafragma yang harus besar. Perlu diingat juga, bila kita menggunakan lens-kit
bawaan dari body camera, kita hanya memiliki f3.5- 5.6 yang sebenarnya kurang baik
bagi pemotretan panggung. Faktor post-processing yang berperan sekali bila kita
mengandalkan lens-kit untuk pemotretan ini
Shutter Speed / Kecepatan Rana
Dalam situasi low light , biasanya kita menggunakan tripod untuk mendapatkan foto
dengan exposure cukup baik. Namun dalam foto panggung tentunya hal ini tidak
dimungkinkan. Nilai Shutter Speed yang direkomendasikan oleh beberapa artikel di
internet khusus untuk foto panggung ini sama dengan action shot , yaitu minimal di
angka 1/50 – 1/60 detik, makin cepat nilai kecepatan rana ini maka moment yang
didapat akan makin baik dan tentunya lebih tajam. Tetapi biasanya kompensasi dari hal
itu semua tergantung nilai dari aperture / diafragma diatas. Di dalam situasi seperti ini,
tak jarang kita mendapatkan hasil foto yang ‘shaking’ atau kurang tajam . Hal ini
diakibatkan oleh nilai kecepatan rana yang tidak bisa mendapatkan ‘freeze’ moment
dari aktifitas yang ada di panggung.
Memang, pada akhirnya nantinya kita bisa naikkan kontras, level dan saturasi warna
bila mendapatkan gambar yang underexpose, namun ada baiknya kita mendapatkan foto
dengan kualitas terbaik, sehingga tidak sulit pada post processing
Setting kamera - Aperture Priority (AV) dan Shutter Priority (TV) ?
Jika kita masih belum terbiasa dengan setting full Manual di kamera kita, coba lihat di
kamera kita, adakah tulisan AV yang berarti Aperture Priority atau TV – Speed
Priority? Bila terdapat 2 setting tersebut, pertama coba mengambil gambar dengan AV,
ubah bukaan lensa ke nilai maximum, misalnya 2.8 atau 1.8 , apakah anda mendapatkan
foto yang baik ? AV atau aperture priority adalah setting semi otomatis dengan
menggunakan pengaturan nilai Diafragma secara manual, dengan setting Kecepatan
rana secara otomatis. Biasanya bila kita melakukan foto panggung di malam hari,
setting ini kurang dapat digunakan. GUnakanlah setting TV / Speed Priority yang
memberikan kita pengaturan Aperture secara otomatis namun kita bisa mengatur nilai
kecepatan rana / shutter speed nantinya.
Bila ternyata foto yang diambil masih ‘underexposure’ tambahkan nilai Exposure
Compensation . .Di dalam mode TV ini, anda memilih shutter speed secara manual dan
meter kamera anda akan memilih aperture secara otomatis. Sama dengan Aperture
Priority tetapi kali ini yang anda prioritaskan adalah kecepatan, dalam kata lain yang
anda bisa ngatur itu adalah kecepatan rana dan kamera anda akan mengatur Aperture
secara otomatis .
2.7. Teknik Pengambilan Foto
Konsep teknik pengambilan foto, didasarkan pada teknik action shots yang lebih dikenal
dengan konsep Panning. Pada dasarnya panning ada dua jenis :
a. FREEZE MOTION = Capture moment gerakan yang terekam dalam foto,sehingga
objek seakan ‘terjebak’ dalam suatu moment atau ‘freeze’
b. IMPLYING MOTION = Capture moment yang ada tapi menghasilkan flowing effect,
yang bersifat memberikan efek gerakan
Teknik pengambilan foto panggung dapat dimaksimalkan penggunaan Shutter Priority
ini dalam 2 teknik tadi. Freeze Motion biasanya diambil dalam kecepatan tinggi diatas
1/100 . SedangakN Implying Motion bisa didapatkan dengan kecepatan sedikit lebih
rendah dibandingkan Freeze Motion, biasanya 1/25 – 1/50 . Sering seringlah melihat
hasil dari foto dan moment yang diambil, sehingga kita bisa mendapatkan kualitas foto
yang terbaik dari moment yang ada. Ingat dalam foto panggung, tidak semua moment
bisa berulang di satu kesempatan. Kadang moment itu bisa lepas begitu saja ketika anda
mendapatkan kualitas hasil foto yang tidak maksimal. Semua foto digital akan memiliki
EXIF data yang tersimpan selama foto tersebut tidak diretouch secara drastis dan touch
up yang berlebihan. Ada baiknya juga kita mengambil semua foto dalam kondisi
colorful . Sehingga nantinya kalaupun setting warna tidak kita inginkan kita bisa ubah
ke setting warna sephia dan lainnya. Sehingga kadang ada yang merekomendasikan
untuk memotret dengan RAW format, atau JPEG maximum, sehingga tidak
menyulitkan dalam pengolahan foto nantinya.
2.8. Alat yang Digunakan
Pada dasarnya kamera adalah sebuah kotak yang rapat dan yang pada bagian
belakangnya terdapat body untuk menempatkan film dan bagian depannya terdapat
sebuah lubang yang tertutup rapat dengan sebuah lensa, dengan demikian sebuah lensa
kamera pada prinsipnya terdiri dari dua bagian utama yaitu “body kamera dan lensa”.
Jenis Dan Fungsi Peralatan Fotografi
1. Kamera
Kamera adalah sebuah alat yang mengarahkan bayangan yang difokuskan oleh
lensa/sistem optik lain keatas permukaan foto sensitif yang berada dalam tempat
tetutup/film. Dilihat dari jenisnya, kamera ada 2 macam yaitu:
a. Compact Camera,yaitu kamera yang pemakaiannya langsung melihat obyek yang
difoto tanpa melalui lensa pengatur.
b. Single Lens Reflex(SLR),yaitu kamera yang cara kerjanya dengan bayangan
benda yang dilihat lalu di pantulkan oleh cermin yang terdapat didalam
kamera, sehingga dengan jenis ini obyek tidak dapat dilihat jika lensa dalam
keadaan tetutup.
Kelebihan Dan Kelemahan Kamera “Compact Camera”
Kelebihan:
1.Gambar yang dihasilkan cukup terang meskipun cahayanya minim.
2.Bentuk kecil, ringan dan kompatibel
3.Otomatis penuh sehingga sesuai untuk pengambilan dimana saja.
4.Kamera tidak memakai cermin didalam dan suaranya tidak berisik.
5.Bisa dioperasikan dengan menggunakan flash (blith).
Kelemahan:
1.Flash yang built in pada body kamera bisa menyebabkan foto yang dihasilkan menjadi
red eyes reduction.
2.Karena obyek yang difoto di lihat melalui view vinder yang terpisah dari lensa
sehingga ada kemungkinan pengambilan gambar pada saat lensa tertutup.
3.Pengaruh pemakaian filter tidak tampak jika di lihat dari view vinder.
4.Karena lensa menjadi satu dengan body kamera maka lensa tidak dapat di ganti
dengan jenis yang lain.
5.Paralax Error, yaitu ketidaksesuaian gambar yang dihasilkan dengan yang dilihat
melalui view vinder.
6.Tidak bisa untuk pengambilan gambar Close up.
Kelebihan Kamera SLR
1.Komposisi dapat lebih tepat.
2.Pengaturan fokus dan jarak dapat lebih teliti karena cahaya diukur melalui lensa.
3.Karena banyaknya kepingan lensa yang dipakai, maka lebih mudah pengaturan fokus
dengan menggerkkan “focussing ring” kedepan dan kebelakang.
4.Lensa dapat dengan mudah di lepas dan di ganti dengan lensa yang lain sesuai dengan
kebutuhan.
Kelemahan Kamera SLR
1.Suara yang dikeluarkan pada saat di operasikan lebih berisik.
2.Karena komponennya kompleks maka sering mengakibatkan kegagalan dalam
pengambilan gambar.
3.Harga jauh lebih mahal.
4.Sinkronisasi flash di batasi hanya pada skala shutter speed.
Bagian Body Kamera dan Fungsinya
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa bagian kamera yang penting adalah
body kamera dan lensa. Pada body kamera jenis SLR dan TLR tedapat beberapa
komponen dan fungsinya sebagai berikut:
1.View Vinder (jendela pengintai) fungsinya untuk melihat obyek yang akan difoto.
2.Shutter speed (skala kecepatan), untuk mengatur kecepatan membuka dan
menutupnya rana.
3.Rana fungsinya membuka dan menutup untuk mengambil cahaya yang dibutuhkan dai
kamera ke obyek pada saat shutter release ditekan.
4.Diafragma fungsinya untuk mengontrol atau mengatur ruang tajam pencahayaan.
5.Skala penunjuk ASA film, fungsinya untuk menunjukkan ASA film yang dipakai.
6.Shutter Release (tombol penembak), fungsinya untuk menembak secara manual.
7.Self Timer (penunda waktu), fungsinya untuk menangguhkan waktu pengambilan
obyek yang akan difoto.
8.Pengokang (tuas untuk memajukan film), fungsinya untuk menggeser film yang telah
dicahayai.
9.Tuas untuk menggulung film.
10.Lubang untuk memasukkan kabel sinkronisasi, untuk menggabungkan kamera
dengan flash.
11.Tombol pelepas rana.
12.Hot Shoe (sepatu panas), fungsinya untuk menempatkan flash.
13.Film Counter (penunjuk film yang telah dipakai).
14.Tempat baterai untuk kamera.
15.Tombol atau pengait penggulung film, fungsinya untuk menggulung film.
16.Tombol pelepas film.
17.Cermin, fungsinya untuk membuka dan menutup pada saat shutter release ditekan.
18.Pengait film.
Pada jenis kamera kompak bagian-bagiannya tidak selengkap dan sekomplek
komponen-komponen pada kamera SLR dan RLT.
2. Lensa Kamera
Kamera yang dipakai untuk keperluan lebih serius akan lebih baik menggunakan
jenis kamera SLR. Dengan sistem ini akan lebih mudah untuk dapat mengganti lensa
sesuai dengan yang diinginkan. dan muncullah berbagai jenis lensa yang
dikelompokkan menurut luas sudut pengambilan gambar.
1. Lensa Sudut Lebar (Wide)
a. Ultra Wide (15,18,20mm)
Daya jangkau cukup dan ruang tajamnya cukup besar. Banyak digunakan
untuk foto pemandangan, jurnalistik, arsitektur. Kekurangannya bila belum
menguasai prospektif dan komposisi obyek akan tampak kecil sekali dalam
gambar.
b. Medium Wide (24,28,35mm)
Dipakai untuk interior juga arsitektur.
2. Lensa Datar
Lensa (50mm) kekuatan lensanya cukup tingi. Rancangan lensanya normal memang
dibuat seperti layaknya pandangan mata kita, maka banyak digunakan untuk foto
dokumentasi.
3. Lensa Tele
lensa dengan jangkauan jauh, agar benda di kejauhan tampak dekat.
-Medium Tele : 85,105,135,200mm
-Super Tele : 300,400,600,800,900,2000mm.
4. Lensa Vario (zoom)
Lensa yang mempunyai variasi panjang yang dapat diatur sesuai dengan keinginan
dan kebutuhan kita.
-Wide-Wide : 17-18,20-35mm.
-Wide-Normal : 35-70,28-70,24-70mm.
-Wide-Medium tele : 28-85,28-200mm.
-Medium-Super tele : 80-200,600-1200mm.
-Wide-Super tele : 35-350mm.
5. Lensa Konventer
Sebuah lensa yang dapat meningkatkan kekuatan dan panjang lensa menurut angka
pelipatnya. Sebagai contoh, lensa konventer 2x 200mm dapat menambah kekuatan
lensa 200mm menjadi 400mm.
Flash (Lampu Kilat)
Yang dimaksud dengan lampu kilat adalah cahaya buatan yang dihasilkan oleh
suatu alat yang bertujuan untuk memberikan penyinaran saat cahaya alami tidak mampu
melakukannya atau sebagai pelengkap/pendukung cahaya alami.
a.Flash bulb
Flash bulb terdiri dari lim kawat magnesium kawat besi dalam ruangan berisi oksigen
pekat. Lampu kilat jenis ini dinyalakan oleh suatu aliran atau getaran singkat pada
waktu bersamaan atau sesaat atau pengatur cahaya dibuka. Pada sebuah flash bulb
terdapat 4 bola lampu hanya dapat digunakan dalam satu kali pemakaian.
b. Elektronik Flash
Yaitu lampu kilat dimana terdapat baterai sebagai kapasitor/kondensator yang
menyimpan tenaga listrik, kemudian mengeluarkannya untuk memicu cahaya kilat. Dan
pada lampu kilat elektronik terdapat sebuah sensor yang mengukur cahaya dari lampu
kilat sesuai dengan kadar pencahayaan yang di butuhkan. Lampu jenis ini lebih efisien,
karena dapat dipakai berulang-ulang.
c. Multiple Flash
Yaitu suatu lampu kilat yang dapat menyala ratusan kali pada tiap detiknya. Lampu kilat
ini dapat digunakan untuk merekam pergerakan yang terjaddi pada obyek bergerak dan
menganalisa fenomena dengan kecepatan tinggi.
d. Stroboscope
Adalah sebuah alat yang menghasilkan atau menggunakan pulsa-pulsa cahaya yang
cemerlang untuk obyek yang bergetar, berputar dan untuk membuat obyek tersebut
seperti tidak bergarak/bergerak sangat lambat.
Accessories
Pada pemotretan yang baik ada kalanya di butuhkan beberapa perangkat tambahan
untuk lebih menyempurnakan hasil gambar yang diperoleh.
A.Filter
Filter merupakan lensa tambahan yang berfungsi sesuai dengan jenisnya masing-
masing diantaranya :
a. Filter Monocrome, berfungsi untuk menguatkan suatu nada warna pada obyek yang
sesuai dengan filternya. Contoh, filter Monocrome warna merah.
b. Filter Ultraviolet, berfungsi untuk menghilangkan efek dari sinar ultra violet.
c. Filter Skylight, yaitu berfungsi merubah warna ultra violet menjadi warna magenta.
d. Filter Konversi, berfungsi untuk menghilangkan warna dari obyek atau efek suatu
pencahayaan menjadi warna asaknya.
e. Filter Polarizing, berfungsi untuk menjernihkan pandangan (menghilangkan pantulan
cahaya, membirukan warna langit dan menjernihkan air).
f. Filter Gradual, berfungsi untuk membuat efek gradasi warna pada obyek.
g. Filter Diffuser, berfungsi untuk melembutkan pandangan.
h. Filter Close Up, berfungsi untuk memotret obyek yang kecil.
B.Penyangga
a. Tripod, penyangga kamera yang memiliki tiga kaki.
b. Monopot, penyangga kamera yang memiliki satu kaki.
c. Ligt Stand, penyangga lampu-lampu yang umumnya dipakai di studio.
d. Handkett, penyangga tubuh yang menempel pada kamera.
C.Kabel Release
Kabel bertombol yang berfungsi sebagai perpanjangan dari tombol shutter.
D.Back Ground
Latar belakang yang digunakan dalam pengambilan gambar/obyek.
1. Slave Unit
Sensor pemicu lampu-lampu kilat yang pulsa-pulsanya bekerja atas rangsangan
cahaya lampu kilat lain.
6. Light Meter
Alat pengukur kekuatan cahaya didalam kamera secara elektronik
7. Reflektor
Alat yang befungsi sebagai pemantul cahaya.
H.Flash meter
Fungsinya alat ini untuk mengukur kekuatan cahaya flash secara eklektronik.
Soft box
Fungsinya untuk melembutkan cahaya.
Slide Proyektor
Fungsinya untuk menampilkan film positif pada layar.
Hand Kad
Fungsinya sebagai pemegang kamera dan menempatkan flash.
Film
Adalah suatu plastik yang dilapisi emulsi, emulksi tersebut tersusun atas pelatin
dan partikel garam yang peka cahaya
a. Menurut ukurannya
· Film Mikro :28x24 mm, 26x24 mm
· Film Standart :35x24 mm
· Film Format Sedang :4,5x6,7, 6x9 mm
· Film Format Besar :24x18, 12x9 mm
b. menurut kepekaan (ISO) mempunyai satuan ASA (America Standart
Association) dan DIN (Deutsch Industrie Norm)
· ISO Rendah :3-5(ASA)-15-18(DIN)
· ISO Sedang :64-200(ASA)-21-24(DIN)
· ISO Tinggi :400-800(ASA)-27-30(DIN) dst
c. menurut warna dasarnya
tiap jenis dan kategori film mengacu pada warna dasar yang menyusun setiap warna
pada film itu sendiri
· Film hitam putih (B/W), memiliki warna dasar hitam
· Film warna (colour, memiliki tiga warna dasar yaitu film negatif warna
kuning, magenta, cyan
· Film slide (film positif), warna dasarnya biru, merah, hijau
d. film khusus
· Film instan, yang bisa disebut polaroid
· Film infra merah, dipakai untuk pemotretan dalam ruang gelap
· Film X-Ray, dipakai untuk keperluan kedokteran ex. Rongen atau
pemeriksaan logam
BAB III PEMENTASAN TEATER SEBAGAI OBJEK FOTOGRAFI
3.1. Pengertian Seni Pertunjukan Teater
Dalam bahasa Inggris seni pertunjukan berarti performance art. Menurut ensiklopedia
bahasa Indonesia, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau
kelompok di tempat dan waktu tertentu. Seni pertunjukan biasanya melibatkan empat
unsur utama yaitu waktu, ruang, tubuh seniman dan hubungan seniman dengan
penonton. Jenisnya bisa bermacam-macam misalnya, seni akrobat, komedi/lawak, tari,
pentas musik, opera, teater, dan lain-lain.
Teater atau dalam bahasa Inggris theater, dan dalam bahasa Perancis theatre, berasal
dari bahasa yunani yaitu theatron yang berarti tempat untuk menonton, merupakan
cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan
penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gesture (gerak tubuh), mimic,
boneka, musik, tari, dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di
Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan
teater sebagai “yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu
waktu atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain”.
Terdapat dua jenis panggung pementasan teater menurut sudut pandang penontonnya
yaitu, panggung pertunjukan arena dan proscenium. Panggung pertunjukan arena
merupakan pementasan teater dimana penonton mengelilingi pementasan. Jadi
pementasan dapat terlihat oleh penonton dari semua sudut. Biasanya teater ini dilakukan
di lapangan terbuka oleh teater rakyat, dan adapula gedung pertunjukan arena. Dekorasi
yang digunakan biasanya lebih sederhana dan berupa simbolis saja, karena agar
dimengerti oleh penonton dari segala sudut pandang. Suara atau vokal dan musik yang
terjadi pada pementasan teater arena ini memecah dan menyebar. Pergerakan aktor lebih
luas karena dapat berputar dan berbalik arah tanpa harus takut membelakangi
penontonnya.
3.2.Unsur-Unsur Pementasan Sebagai Objek Foto
Usur-Unsur Pementasan Sebagai Objek Foto Unsur-unsur teater merupakan bagian-
bagian yang mendukung seluruh pementasan diatas panggung. Dalam Pernak-prnik
teater (2006) Teater Garasi disebutkan beberapa unsur teater yaitu sutradara, aktor, tata
rias, tata busana, tata lampu, tata panggung, dan tata suara. Sebagai objek fotografi,
unsur-unsur teater memiliki peranan sebagai berikut.
1. Sutradara
Fotografi dapat berperan sebagai pantograph dalam pementasan teater, atau
memindahkan apa yang nampak dalam sebuah pementasan ke dalam sebuah foto.
Karena hal-hal mengenai posisi pemain, bakcground, dan unsur pementasan lainnya
telah diatur oleh sang sutradara, objek-objek telah tersaji dan fotografer tinggal memilih
bagian-bagian untuk difoto.
2. Aktor
Karya seni sang aktor diciptakan melalui tubuhnya sendiri, suaranya sendiri, dan
jiwanya sendiri. Hasilnya berupa peragaan cerita yang ditampilkan di depan penonton.
Saat aktor menjadi objek foto, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh fotografer adalah
saat dimana sang aktor memainkan gerak tubuhnya, mimik mukanya, dan dengan emosi
dan jiwanya memainkan peran yang dilakoninya.
3. Tata Rias
Yang dimaksud dengan tata rias adalah cara mendandani pemain. Orang yang
mengerjakan tata rias disebut penata rias. Tata rias teater dalam fotografi panggung
sangat membantu penguatan karakter dalam foto ketika mengambil objek-objek close-
up.
4. Tata Kostum
Tata busana adalah pengaturan pakaian pemain baik bahan, model, maupun cara
mengenakannya. Tata busana sebenarnya mempunyai hubungan yang erat sekali dengan
tata rias. Karena itu, tugas mengatur pakaian pemain sering dirangkap penata rias.
5. Tata Cahaya
Yang dimaksud tata lampu adalah pengaturan cahaya di panggung. Karena itu, tata
lampu erat hubungannya dengan tata panggung. Yang mengatur seluk-beluk
pencahayaan di panggung adalah penata lampu. Kalau
6. Tata Panggung dan Dekorasi
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk permainan drama.
Misainya, panggung harus menggambarkan keadaan ruang tamu. Supaya panggung
seperti ruang tamu, tentu panggung diisi peralatan seperti meja, kursi, hiasan dinding.
dan lain-lain. Semua peralatan itu diatur sedemikian rupa sehingga seperti ruang tamu.
Semuanya telah diatur, tinggal bagaimana fotografer memanfaatkannya bukan hanya
sebagai objek juga dapat digunakan sebagai bingkai maupun background objek.
7. Tata Suara
Yang dimaksud tata suara bukan hanya pengaturan pengeras suara (sound system),
melainkan juga musik pengiring. Musik pengiring diperlukan agar suasana yang
digambarkan terasa lebih meyakinkan dan lebih mantap bagi para penonton. Suara tentu
saja tidak dapat ditampilkan secara langsung dalam foto, namun dalam foto pementasan
teater tentu saja suara akan tampak jika sebuah foto dapat menggambarkan suasana
sampai pada musik ataupun suara-suara yang ada saat pementasan berlangsung.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Teknik Freeze motion pada foto-foto pementasan Maaf-Maaf-Maaf dan Sayang Ada
Orang Lain yang terpilih telah diterapkan sehingga menghasilkan foto yang berkualitas,
yaitu memiliki pesan, layak secara teknik, estetik dan artistik dan dalam persentasi.
Teknik freeze motion bisa didapatkan yaitu saat dimana objek dibekukan dalam satu
gambar. Hal ini membutuhkan kecepatan dalam menangkap gambar.
Terdapat perbedaan teknik dipengaruhi oleh pencahayaan, dan adegan pada kedua
pementasan. Pada pementasan Maaf-Maaf-Maaf didukung dengan pencahayaan yang
kuat di gedung Rumentang Siang, Freeze motion bisa didapatkan dengan speed hingga
1/125 detik. Hal ini juga dibutuhkan karena adegan-adegan yang dinamis dimana
pemain lebih banyak bergerak. Pada pementasan Sayang Ada Orang Lain yangdi
pentaskan di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa UPI, menggunakan pencahayaan yang
tidak terlalu kuat sehingga dibutuhkan speed tidak lebih dari 1/70 detik. Teknik freez
emotion tetap berhasil karena adegan yang statis dimana pemain diam di satu tempat.
Kecepatan dan ketepatan dalam menentukan exposure merupakan kunci keberhasilan
dari teknik freeze motion, didukung pula dengan persiapan yang matang. Dengan ini
foto dengan teknik freeze motion yang dihasilkan akan berkualitas dan dapat digunakan
untuk tujuan-tujuan tertentu baik bagi fotografer, kelompok teater maupun pihak-pihak
yang membutuhkannya.
Dalam menghasilkan foto yang berkualitas suatu kelompok teater disarankan bekerja
sama dengan fotografer yang telah ditunjuk sebelumnya dalam keproduksian
pementasan. Fotografer telah mengetahui dan mengikuti kegiatan pementasan dari
sebelum pentas, gladi bersih, persiapan, pementasan, sampai pada proses evaluasi
dimana foto-foto pementasan telah dihasilkan dan dipilih.
top related