frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan fix
Post on 14-Dec-2014
538 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FREKUENSI JENIS TUMBUHAN, KERAPATAN
DAN KERIMBUNAN
ELYA AGUSTINA (1210702021)
Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK
Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa kuantitatif yang merupakan
data penting dalam menentukan peranan atau spesies atau jenis dalam vegetasinya. Frekuensi
didefinisikan sebagai kesempatan mendapatkan suatu jenis tumbuhan atau spesies dalam suatu luas
tertentu pada percobaan tertentu. Kerapatan merupakan jumlah individu suatu spesies per satuan
luas area yang digunakan dalam suatu daerah vegetasi tertentu. Kerimbuanan dapat didefinisikan
sebagai tanah yang tertutup oleh proyeksi tegak lurus bagian aeril (diatas tanah) individu spesies
yang diamati. Adapun tujuan dari praktikum frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan dan kerimbunan
adalah untuk menentukan frekuensi dari berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah tertentu.
Praktikum ini dilakukan di areal terbuka lapangan Al-Jawami Fakiultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Daerah yang menjadi objek pengamatan
adalah ekosistem padang rumput sehingga metode yang digunakan yaitu metode line intercept.
Dari data hasil ditemukan 13 spesies dengan diantaranya 9 spesies yang sudah teridentifikasi dan 4
spesies lainnya yang belum teridentifikasi. Perolehan katagori kelas frekuensi, kerapatan dan
kerimbunan jenis tumbuhan tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet.
Kata Kunci : Frekuensi , kerapatan, kerimbunan, metode line intercep
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan menempati urutan kedua di dunia. Saat ini
keanekaragaman spesies, ekosistem, dan sumberdaya genetik semakin menurun
pada tingkat yang cukup membahayakan akibat kerusakan lingkungan. Pelestarian
komunitas hayati secara utuh sangat dibutuhkan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati di suatu ekosistem. Konservasi pada tingkat komunitas
merupakan salah satu cara yang efektif untuk melestarikan spesies. Begitupun
pada ekosistem padang rumput yang berpengaruh besar terhadap keseimbangan
alam. Rumput memegang peranan penting bagi individu tertentu, contohnya pada
komunitas hewan dalam memperoleh aliran energi yang berasal dari produsen
rumput hijau. Selain itu juga rumput yang tumbuh liar sebagai indikator
penentuan kesuburan tanah di daerah tertentu.
Frekuensi, kerapatan dan kerimbunan merupakan data hasil analisa
kuantitatif yang merupakan data penting dalam menentukan peranan atau spesies
atau jenis dalam vegetasinya. Selain data dalam analisa data hasil analisa
kuantitatif diperlukan juga data lain yaitu hasil analisa kuantitatif yang
memberikan sifat khusus dari spesies atau jenis terhadap vegetasi. Dari hasil
analisis kuantitatif ini terutama akan memberikan gambaran dari setiap jenis yang
ada pada waktu-waktu yang akan datang. Untuk mengetahui derajat kesuburan
dari suatu jenis tanaman dalam perkembangannya, dan sebagai reaksi tumbuhan
tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya maka dilakukan praktikum mengenai
frekuensi, kerapatan dan kerimbunan suatu jenis tumbuhan .
Menurut Rahardjanto (2001), frekuensi didefinisikan sebagai kesempatan
mendapatkan suatu jenis tumbuhan atau spesies dalam suatu luas tertentu pada
percobaan tertentu. Dengan demikian frekuensi menggambarkan distribusi atau
penyebaran tumbuhan di suatu daerah vegetasi tertentu.
Frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel
yang dibuat (N), biasanya dalam persen (%) (Rahardjanto, 2001). Frekuensi pada
dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis
tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor-sektor garis. Bila garisnya
majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat.
Sedangkan nilai penting prinsipnya sama dengan metode kuadrat. Sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Frekuensi = Total jumlah kuadrat segmen yangmengandung spesies tumbuhan
Total jumlah kuadrat segmen yangdiamati x
100%
Kerapatan (density) dapat didefinisikan sebagai jumlah individu suatu
spesies per satuan luas area yang digunakan dalam suatu daerah vegetasi tertentu.
Kerapatan ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis tumbuhan
di dalam area tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah
cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam
penentuan kerapatan dijabarkan dalam banyak kelas kerapatan, maka untuk
kerimbunannya lebih baik digunakan kelas kerimbunan (Rohman, 2001). Hal ini
sesuai pernyataan Rahardjanto (2001), bahwa kerapatan didasarkan pada
perhitungan jarak antara individdu-individu sejenis yang melewati garis. Adapun
rumus dari kerapatan adalah sebagai berikut:
Kerapatan = Total jumlah individu suatu spesiesTotal jumlah kuadrat yangmuncul
Analisis kuantitaif penting lain adalah kerimbuanan yang didefinisikan
sebagai tanah yang tertutup oleh proyeksi tegak lurus bagian aeril (diatas tanah)
individu spesies yang diamati (Greig-Smith, 1983). Kerimbunan ditentukan
berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan
kerapatan dijabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk
perimbunannyapun lebih baik digunakan kelas keribunan. Kerimbunan
berdasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila
dinyatakan dalam % dapat dilakukan berdasarkan perbandingan panjang
penutupan garis yang melewati individu tumbuhan terhadap panjang garis yang
dibuat.
Kerimbunan =Panjang total spesies
Panjang total garis yangdibuat x 100%
Adapun tujuan dari praktikum frekuensi jenis tumbuhan, kerapatan
(density) dan kerimbunan (cover) adalah untuk menentukan frekuensi dari
berbagai jenis tumbuhan dalam suatu daerah tertentu.
METODE
Praktikum ini dilakukan pada hari selasa, 21 Februari 2012. Bertempat di
areal terbuka lapangan Al-Jawami Fakiultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan ketika praktikum adalah pita pengukuran atau meteran,
penggaris, buku data atau catatan, dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu
kuadrat dengan ukuran yang sesuai, yang letaknya di areal terbuka (lapangan) Al-
Jawami
Tahapan praktikum
Adapun tahapan pratikum yaitu:
Frekuensi Jenis Tumbuhan: Menentukan kuadrat secara acak, kemudian
meletakan pada sejumlah tempat pengambilan contoh (p.c), kemudian melakukan
identifikasi spesies atau yang dibedakan sebagai ABC atau (123) secara
taksonomik, spesies dikumpulkan dan diletakan dengan menggunakan selotif pada
kertas hebarium dan digunakan cirri-ciri dengan identifikasi yang sama, kemudian
ditentukan ada atau tidaknya masing-masing jenis dalam setiap segmen (kuadrat)
tabulasi datanya, pencatatan dilakukan pada minimum 5 tempat pengmbilan
contoh, susun dalam daftar dan ditentukan jenis tumbuhan mana yang memiliki
harga frekuensinya paling tinggi, perhitungan frekuensi meggunakan rumus:
Frekuensi = Total jumlah kuadrat segmen yangmengandung spesies tumbuhan
Total jumlah kuadrat segmen yangdiamati x
100%
Setelah menghitung nilai frekuensinya, data dikelompokkan dan
dijumlahkan semua jenis tumbuhan setiap tempat pengambilan contoh, kemudian
data tersebut di buat grafiknya.
Kerapatan tumbuhan: Meletakan kuadrat dengan ukuran yang sesuai secara acak
pada sejumlah tempat dalam daerah yang dipelajari, kemudian melakukan
identifikasi spesiesnya atau dibedakan sebagai A, B, C, dan seterusnya, setelah itu
setiap individu-individu dihitung pada setiap kuadratnya, dan dicatat data
pengamatan dalam bentuk tabulasi tabel, apabila sulit mengidentifikasi spesies
secara taksonomi di lapangan, setiap tumbuhan dikumpulkan dan direkatkan
dengan selotif pada kertas herbarium,beri tanda yang sama yaitu A, B, C, dan
seterusnya. Adapun rumus dari kerapatan ini yaitu :
Kerapatan=¿ tal jumlah individu suatu spesies tumbu h antotal jumlahkuadrat yangdipelajari
×100 %
Kerimbunan: kerimbunan tumbuhan yang dilakukan dengan metode line intercept,
sehingga tahapan praktikumnya yaitu, membuat terlebih dahulu 5 line pada satu
kuadrat dengan jarak satu dengan yang lainnya yaitu 20 cm. Panjang garis 1 m
(100 cm2) sampai 5 m (500 cm2), kemudian diukur panjang jenis tumbuhan yang
ada sepanjang garis dengan menggunakan penggaris, rumus perhitungan
kerimbunan :
Kerimbunan =Panjang total spesies
Panjang total garis yangdibuat x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini pengamatan dilakukan di lapangan terbuka Aljawami
dimana daerah tersebut merupakan area padang rumput dan luas pemetaan yang
digunakan adalah 500 m2. Dalam kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui
frekuensi, kerapatan dan kerimbunan suatu vegetasi di daerah tersebut sehingga
sebelum menentukan area terlebih dahulu dipilih area yang banyak ditumbuhi
spesies tanaman. Metode yang digunakan pada praktikum ini menggunakan
metode line intercept, dimana metode ini biasa digunakan oleh ahli ekologi untuk
mempelajari komunitas padang rumput. Dalam cara ini terlebih dahulu ditentukan
dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek yang digunakan adalah
10 m. Pada garis transek itu kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 1
m kemudian pengamatan terhadap tumbuhan dilakukan pada segmen-segmen
tersebut. Selanjutnya mencatat, menghitung dan mengukur panjang penutupan
semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut. Cara mengukur panjang
penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal atau aerial coverage
yang terpotong garis transek ke tanah.
Pengamatan yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa kondisi di area
tersebut mempunyai potensi pertumbuhan vegetasi yang cepat, dilihat dari kondisi
area yang sangat strategis dengan kondisi tanah gembur, curah hujan yang cukup,
dan intensitas cahaya yang baik. Di area tersebut ditemukan pula hewan yang
mendominasi keanekaragaman vegetasi. Umumnya hewan yang ditemukan
merupakan sekelompok serangga yang hidup mencari nutrisi dari vegetasi
tumbuhan.
Dari data hasil jumlah vegetasi yang ditemukan pada seluruh kuadrat adalah
diperoleh 13 spesies, dengan diantaranya spesies yang telah teridentifiksasi dan
Gambar 1. Metode Line intercept
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
belum teridentifikasi. Vegetasi yang berhasil diidentifikasi adalah dari jenis
rumput-rumputan seperti rumput putri malu, rumput jarum, rumput teki, rumput
krokot, aantingan, rumput gajah, tapak liman, babadotan dan patikan kebo,
sehingga diasumsikan 4 spesies lainnya belum diketahui nama spesiesnya.
Perhitungan lebih kompleks dari vegetasi yang didapat dan diidentifikasi meliputi
frekuensi, kerapatan, dan kerimbunan kemudian disajikan pada tabel lampiran.
Berikut ini adalah data hasil pengamatan frekuensi jenis tumbuhan yang
ditemukan pada luas pemetaan.
Grafik 1. Frekuensi Jenis Tumbuhan
Putri m
alu
Rumput teki
Rumput kero
kot
Aantinga
n
Rumput gaja
hSp
. 1
Rumput jaru
m
Tapak
Liman
Badotan
Patika
n kebo
Sp.2
Sp.3
Sp.4
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
100% 100% 100% 100%
80%
100% 100%
20%
80%
20%
60%
20% 20%
Grafik Frekuensi Jenis Tumbuhan
Dari grafik diatas dapat dilihat persentase frekuensi suatu tananaman yang
mendominasi daerah pengamatan menunjukan bahwa kondisi lingkungan di
daerah tersebut mempunyai daya memampuan yang cocok untuk pertumbuhan
rumput. Frekuensi terbesar ditemukan pada vegetasi rumput putri malu, rumput
jarum, sp.1, rumput teki, rumput krokot dan aantingan sebesar 100% dari 5 plot
yang diamati. Frekuensi tertinggi juga terdapat pada jenis rumput gajah dan
babadotan dengan persentase frekuensi sebesar 80%. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa jenis tersebut mendominasi daerah kuadrat dan merupakan jenis rumput
yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Berdasarkan nilai persentase
frekuensi, maka dapat dilihat proporsi antara jumlah rumput dalam suatu jenis
dengan jumlah jenis lainnya di dalam komunitas dan juga dapat menggambarkan
penyebaran individu di dalam komunitas.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Frekuensi Spesies Tumbuhan Di Lapangan Areal
Terbuka Al-jawami
No.Nama spesies
tumbuhan
Jumlah kuadrat
Total jumlah spesies pada
kudrat
Frekuensi (%)
Kelas frekuensi
1 2 3 4 5
1 Putri malu √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
2 Rumput teki √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
3 Rumput kerokot √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
4 Aantingan √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
5 Rumput gajah √ - √ √ √ 4/5 80% 5
6 Sp. 1 √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
7 Rumput jarum √ √ √ √ √ 5/5 100% 5
8 Tapak Liman - √ - - - 1/5 20% 2
9 Badotan - √ √ √ √ 4/5 80% 5
10 Patikan kebo - - √ - - 1/5 20% 2
11 Sp.2 - - √ √ √ 3/5 60% 4
12 Sp.3 - - - √ 1/5 20% 2
13 Sp.4 - - - √ - 1/5 20% 2
Suatu jenis tumbuhan dapat dikatakan mempunyai kelas frekuensi yang
tinggi apabila pada area tersebut terlihat lebih dominan. Kelas frekuensi tertinggi
dicapai dengan intensitas 5 dengan nilai frekuensi 80-100%, jenis tumbuhan
tersebut terdapat pada semua kuadrat yang dipelajari diantaranya yaitu pada
rumput teki, rumput putri malu, rumput kerokot, aantingan, Sp.1, rumput gajah
dan rumput jarum. Sedangkan untuk keras frekuensi berikutnya adalah kelas 2
dengan persentase frekuensi 20%, jenis tumbuhan ini dapat dikatakan jarang
ditemukan dan hanya mewakili dari setiap kuadrat yang dipelajari. Perolehan
katagori kelas frekuensi tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet.
Penyebaran dan pertumbuhan rumput sangat dipengaruhi oleh daya
tumbuh biji, topografi, keadaan tanah, dan faktor lingkungan lainnya. Dalam
perkembangbiakannya rumput dapat dibantu dengan bantuan angin (antogami)
yang tersebar di daerah yang miskin akan bahan organik dan dengan intensitas
cahaya yang berlebih seperti yang terdapat di kawasan sekitar padang rumput
tersebut. Rendahnya kelas frekuensi suatu jenis tumbuhan di dalam plot
dikarenakan pada plot ini berada di dalam kawasan yang memiliki kondisi tanah
yang tidak cocok dengan pertumbuhan spesiesnya. Pasokan unsur hara yang
rendah, intensitas sinar matahari yang berlebih dan pasokan air yang sedikit
menyebabkan sulitnya jenis-jenis rumput untuk tumbuh.
Menurut Greig-Smith (1983) nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara
langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Nilai distribusi dapat memberikan
informasi tentang keberadaan tumbuhan tertentu dalam suatu plot dan belum
dapat memberikan gambaran tentang jumlah individu pada masing-masing plot.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kerapatan Spesies Tumbuhan Di Lapangan
Areal Terbuka Al-jawami
Nama spesies
Jumlah Individu per kuadrat
Total ∑ individu
∑ kuadrat
yang terdapat spesies
Total kuadrat
yang dipelajari
Kerapatan
(ind/cm2)
Kelas Kerap-
atan
1 2 3 4 5
Putri malu13 1 6 8 2 30 5 5
305
= 62
Rumput teki 9 9 7 13 6 44 5 5
445
= 8,82
Rumput kerokot 55 2 7 2 3 69 5 5
695
= 13,84
Aantingan17 3 6 22 2 50 5 5
505
= 104
Rumput gajah 26 - 20 16 3 65 4 5
655
= 134
Sp.18 33 9 3 4 57 5 5
575
= 10,24
Rumput runcing 5 38 27 28 54 152 5 5
1525
=
30,4
5
Suatu jenis tumbuhan di daerah pengamatan dapat dikatakan tinggi apabila
jumlah individu suatu spesies banyak ditemukan pada total kuadrat yang
dipelajari. Kelas kerapatan ini digunakan katagori dari Braun Blanquet. Intensitas
nilai kelas kerapatan di daerah pengamatan yaitu dari kelas kerapatan 2 sampai 5.
Pada kelas kerapatan 4 dan 5 dapat memberikan gambaran bahwa pada area
terrsebut cukup baik untuk pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tersebut.
Sedangkan pada kelas kerapatan 2 diperoleh dari jenis rumput teki dan rumput
putri malu. Jenis tumbuhan tersebut dapat dikatakan jarang dan hanya mewakili
setiap kuadrat pengamatan jika dibandingkan dengan jenis tumbuhan lainnya yang
jumlahnya lebih banyak dan dominan.
Grafik 2. Kerapatan Jenis Tumbuhan
Putri malu
Rumput teki
Rumput kerokot
Aantingan Rumput gajah
Sp.1 Rumput runcing
05
101520253035
68.8
13.810
1310.2
30.4
Grafik Kerapatan Jenis Tumbuhan
Dari data diatas memperlihatkan kerapatan setiap vegetasi yang berbeda-
beda. Terlihat dari data yang dihitung bahwa kerapatan vegetasi tertinggi adalah
pada Rumput runcing dengan nilai kerapatan sebesar 0,3 ind/cm2, kemudian
diikuti rumput kerokot dan rumput gajah dengan kerapatan masing-masing
sebesar 0,14 ind/cm2 dan 0,13 ind/cm2. Sedangkan untuk nilai kerapatan terendah
diperoleh nilai sebesar 0,06 ind/cm2 dan 0,09 ind/cm2 pada jenis tubuhan rumput
teki dan putri malu.
Spesies tumbuhan dengan kerapatan yang tinggi dapat dianggap sebagai
jenis yang rapat serta tersebar luas pada hampir seluruh lokasi pengamatan.
Kerapatan suatu spesies pada kuadrat plot menunjukkan jumlah individu spesies
dengan satuan luas tertentu, maka dapat diperoleh gambaran nilai mengenai
jumlah spesies tersebut pada lokasi pengamatan. Kedua nilai ini penting artinya
dalam analisis vegetasi karena saling terkait satu dengan yang lainnya.
Kerapatan spesies tumbuhan menunjukkan bahwa komposisi dan struktur
tumbuhan yang nilainya bervariasi pada setiap jenis karena adanya perbedaan
karakter masing-masing spesies. Menurut Arrijani (2006), nilai kerapatan belum
dapat memberikan gambaran tentang bagaimana distribusi dan pola
penyebarannya. Gambaran mengenai distribusi individu pada suatu jenis tertentu
dapat dilihat dari nilai frekwensinya sedangkan pola penyebaran dapat ditentukan
dengan membandingkan nilai tengah spesies tertentu dengan varians populasi
secara.
Pada pengamatan kerimbunan digunakan metode line intecep (transept),
setiap kuadran dibuat lima line, masing-masing line kemudian dilakukan
perhitungan kerimbunan. Harga kerimbunan dalam metode ini merupakan jumlah
pajang dari jenis tumbuhan yang melintasi line diprosentasikan terhadap panjang
garis yang dibuat melintasi suatu vegetasi. Berikut ini hasil pengamatan
kerimbunan jenis tumbuhan pada daerah pengamatan.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Panjang Jumlah Individu Spesies Tumbuhan
TPC
Jenis
tumbuhan
yang
ditemukan
Panjang jumlah individu tiap
line (cm)Jumlah
Total
panjang
individu
(cm)
1 2 3 4 5
Kuadrat 1 Rumput gajah 10,8 8 5 - - 23,8
Aantingan 1 1,2 2 - - 3,2
Rumput
krokot- 22 - - - 22
Kuadrat 2 Tidak terdapat panjang jenis tumbuhan pada setiap line
Kuadrat 3
Rumput gajah - 15 5,3 4,3 5 29,6
Aantingan - - 2,3 - - 2,3
Rumput
krokot0,3 0,2 0,2 - - 0,7
Kuadrat 4Rumput gajah 21,6 7,1 2,2 1,5 17 49,4
Aantingan - 10 4 - - 14
Kuadrat 5Rumput gajah - 1,2 - - - 1,2
Aantingan - - 4,4 - - 4,4
Tabel 3. Hasil pengamatan kerapatan spesies tumbuhan di areal terbuka Al-
jawami
Nama spesies
PanjangJumlah individu tiap
kuadrat (cm)Total (cm)
Kerimbunan (%)
Kelas Kerimbun
an1 2 3 4 5
Rumput gajah
23,8 - 29,6 49,4 1,2 104104500
x 100 %
= 20,82
Aantingan 3,2 - 2,3 14 4,4 23,923,9500
x 100 %
= 4,781
Rumput Krokot
22 - 0,7 - - 22,722,7500
x 100 %
= 4,541
Berdasarkan data diatas kerimbuanan yang paling tinggi adalah rumput
gajah dengan kelas kerapatan 2. Sedangkan untuk jenis tumbuhan aantingan dan
rumput kerokot mempunyai kelas kerimbunan sebesar 1. Jenis tumbuhan rumput
tersebut dapat dikatagorikan masih jarang. Kerimbunan ditentukan berdasarkan
penutupan oleh populasi jenis tumbuhan. Apabila dalam menentukan kerapatan
dijabarkan dalam bentuk kelas kerapatan, maka untuk perimbunannyapun lebih
baik digunakan kelas keribunan. Kerimbunan berdasarkan pada panjang garis
yang tertutup oleh individu tumbuhan atau bila dinyatakan dalam % dapat
dilakukan berdasarkan perbandingan panjang penutupan garis yang melewati
individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat.
Identifikasi Tumbahan
Rumput teki (Cyperus rotundus L.)
Bunga berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga
tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga
berbulir, mengelompok menjadi satu berupa payung. Buah berbentuk kerucut
besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk berwarna coklat. Bijinya
berbentuk kecil bulat, dan memiliki sayap seperti bulu yang digunakan untuk
proses penyerbukan. Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang
menjadi umbi berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan
baunya wangi. Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun. Batang
rumput teki ini memiliki ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Daun berbentuk
pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat pada pangkal batang
membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah (Dalimartha, 2008).
Berdasarkan klasifikasi tumbuhan menurut Van steenis, 1997, kacang
tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Famili : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies : Cyperus rotundus L.
Puti Malu (Mimosa pudica)
Daun berupa majemuk menyirip berganda dua yang sempurna. Jumlah
anak daun setiap sirip 5 - 26 pasang. Helaian anak daun berbentuk memanjang
sampai lanset, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, permukaan atas dan
bawah licin, panjang 6 – 16 mm, lebar 1 - 3 mm, bewarna hijau, umumnya tepi
daun berwarna ungu. Jika daun tersentuh akan melipatkan diri, menyirip rangkap.
Sirip terkumpul rapat dengan panjang 4 - 5.5 cm. Batang bulat, berambut dan
berduri temple. Batang dengan rambut sikat yang mengarah miring ke bawah
(Saiful, 2009).
Klasifikasi ilmiah tanaman putri malu menurut Linnaeus, 1758 adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Family : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica
Gambar 7. Rumput Teki
Sumber: dokumen pribadi
Babadotan (Ageratum conyzoides L.)
Babadotan dapat tumbuh di ladang tandus, padang rumput, pinggiran
jalan, dan kebun. Merupakan tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian
bawahnya berbaring. Batang bulat, berambut panjang, dan akan mengeluarkan
akar saat menyentuh tanah. Daun berbentuk daun bulat telur dengan pangkal
membulat, bertangkai, ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 mm. lebar 0,5-6
cm, dan tumbuh berhadapan atau bersilang. Kedua permukaan daun berambut
panjang, memiliki kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun dan berwarna
hijau. Bunga majemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata, keluar dari
ujung tangkai. Warna putih dan ungu, panjang bonggol bunga antara 6-8 mm, dan
tangkai berambut. Buah berwarna hitam dan berambut kecil (Utami, 2008).
Adapun klasifikasi dari tanaman bandotan (Ageratum conyzoides L.)
menurut Van steenis tahun 1997 :
Kingdom : Plantea
Divisi : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Campanulaceae (Asterales)
Familia : Compositae
Genus : Ageratum
Species : Ageratum conyzoides L.
Gambar 9. Putri Malu
Sumber: Dokumen Pribadi, 2012
Rumput Krokot (Portulaca oleracea)
Tanaman krokot merupakan terna banyak mengandung air, tumbuh tegak
atau sebagian/seluruh bagian tanaman merayap di permukaan tanah tanpa keluar
akar dari bagian tanaman yang merayap tersebut. Batangnya bulat dan warnanya
cokelat keunguan, panjangnya dapat mencapai 50 cm. Tanaman ini berdaun
tunggal, berdaging tebal, permukaannya datar, tata letaknya duduk tersebar atau
berhadapan, mempunyai tangkai pendek. Bentuk daunnya bulat telur sungsang,
ujung bulat melekuk ke dalam, pangkalnya membaji, tepi rata, panjang daun
antara 1 - 4 cm, lebarnya 5 - 14 mm, ketiak daun tidak berambut. Warna
permukaan atas daun hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya berwarna merah
tua. Bunga terletak di ujung percabangan, berkelompok terdiri dari 2 - 6 kuntum
bunga, daun mahkotanya berjumlah lima, kecil-kecil mempunyai warna kuning,
mulai mekar di waktu pagi hari antara pukul 08.00 - 11.00, dan bunga mulai layu
menjelang sore hari. Buahnya tergolong buah kotak, mempunyai biji yang
berjumlah berjumlah banyak warnanya hitam cokelat mengkilap, cara
perbanyakannya melalui biji (Maskromo, 2007).
Jumlah populasi rumput krokot hampir banyak dijumpai disekitaran area,
tekstur tanah yang gembur mampu seperti daerah survey sangat disukai oleh
pertumbuhan rumput krokot. Rumput krokot tidak perlu pemberian air yang
terlalu banyak dikarenakan tumbuhan rumput krokot memiliki cadangan air pada
Gambar 3. BabadotanSumber: Dokumen Pribadi, 2012
batang dan daun. Vegetasi rumput teki diduga sebagai makanan untuk serangga
seperti jangkrik.
Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)
Tumbuhan liar ini asli dari India dan Australia dan sekarang tersebar di
daerah tropis. Patikan kebo merupakan gulma dan terdapat di tempat terbuka di
sekitar pantai, padang rumput, pinggiran jalan, atau kebun. Ditemukan sampai
ketinggian 1.400 mdpl (Dalimartha, 2008).
Terna tegak atau sedikit berbaring dengan tinggi bisa mencapai 50 cm.
batang lunak, beruas. Berambut dengan percabangan yang keluar dari dekat
pangkalnya, warna merah kecoklatan, dan mengeluarkan getah putih jika
dipatahkan. Daun tunggal bertangkai pendek, dan letak berhadapan. Helaian daun
berbentuk jorong, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi bergerigi, berambut jarang,
warna hijau, kadang terdapat bercak berwarna ungu, permukaan daun lebih pucat,
panjang 5-50 mm, dan lebar 25 mm. Bunga majemuk berbentuk bola keluar dari
ketiak daun, berwarna hijau pucat atau merah kecoklatan, biji sangat kecil
berwarna cokelat dan berambut (Dalimartha, 2008).
Klasifikasi ilmiah tanaman putri malu menurut Linnaeus, 1847 adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Ordo : Magnoliophyta
Gambar 4. Rumput Krokot
Sumber: Dokumen Pribadi, 2012
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Spesies : Euphorbia hirta
Rumput Gajah (Pennisctum purpureum)
Rumput Gajah (Pennisctum purpureum) atau disebut juga rumput napier,
merupakan salah satu jenis hijauan pakan ternak yang berkualitas dan disukai
ternak. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0- 3000 dpl), tahan
lindungan, respon terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan
tanah yang tinggi. Rumput gajah tumbuh merumpun dengan perakaran serabut
yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur.
Pada lahan tumpang sari, rumput gajah dapat ditanam pada guludan-guludan
sebagai pencegah longsor akibat erosi. Morfologi rumput gajah yang rimbun,
dapat mencapai tinggi lebih dari 2 meter.
Klasifikasi rumput gajah menurut Linnaeus (1758), sebagai berikut,
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Pennisetum
Spesies : Pennisetum purpureum Schumacher
KESIMPULAN
Gambar 6. Patikan Kebo
Sumber: dokumen pribadi
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap frekuensi, kerapatan
dan kerimbunan jenis tumbuhan di areal terbuka lapangan Al-Jawami dengan luas
daerah vegetasi survey 500 m2. Perolehan katagori kelas frekuensi, kerapatan dan
kerimbunan jenis tumbuhan tersebut didasarkan dari Blaun Blanquet. Daerah yang
menjadi objek pengamatan adalah ekosistem padang rumput sehingga metode
yang digunakan yaitu metode line intercept. Frekuensi jenis tumbuhan tertinggi
adalah rumput putri malu, rumput jarum, sp.1, rumput teki, rumput, rumput gajah,
krokot dan aantingan. Kerapatan jenis tumbuhan yang paling tinggi adalah rumput
jarum dengan besar kerapatan 30,4 ind/cm2. Dan untuk kerimbunan jenis
tumbuhan sampel yang digunakan adalah rumput gajah, aantingan dan rumput
krokot dengan masing-masing nilai kerimbunan sebesar 20,8 %, 4,78% dan
4,54%.
DAFTAR PUSTAKA
Arrijani. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung
Gede-Pangrango. Cianjur, Jawa Barat.
Dalimartha, dr. Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Jilid 5. . Jakarta : Trubus
Agriwidya
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.
Oxford: Blackwell Scientific Publications
Maskromo, Ismail, Nuraini Mashud, dan Hengky Novarianto, Balittka. 2007.
Krokot (Portulaca oleracea) gulma berkhasiat obat mengandung omega
3. Warta Penelitian Dan Pengembangan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan. Vol. 13. No. 1. ISSN 0853 – 8204.
Rahardjanto, Abdul Kadir. 2001. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.
UMM Press. Malang
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Rohman, Fatchur. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syaiful Haq, Arif. 2009. Pengaruh ekstrak herba putri malu (Mimosa pudica
Linn.) terhadap efek sedasi pada mencit Balb/C. Laporan penelitian.
Fakultas Kedokteran UNDIP Semarang.
Utami, Prapti. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
top related