gambaran kesejahteraan psikologis narapidana …menemukan bahwa tidak jarang, narapidana juga...
Post on 10-Feb-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS
NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Elsa Yuninda Pasaribu
119114174
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
“Sejauh Mana Kaki Melangkah, Sejauh Itu pula
Kesempatan Menimba Ilmu”
-Bene, 2018-
Sudahi apa yang harus berakhir
Mulai yang harus dilakukan
Menoleh ke belakang untuk maju kedepan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kepada Tuhanku, Yesus Kristus
Untuk keluargaku Pak Elsa, Mak Elsa
Untuk adikku Oktavian Brasila Pasaribu
Untuk sahabat-sahabatku TYPOLICYUS yang
memberikan semangat hingga akhir
Untuk semua orang yang membantu dan
menyemangatiku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
GAMBARAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA
PECANDU NARKOTIKA
Elsa Yuninda Pasaribu
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu
narkotika, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh narapidana untuk
mencapai kesejahteraan psikologisnya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
metode analisis tematik dari data wawancara semi terstruktur. Penelitian ini melibatkan tiga orang
informan yang sedang menjalani masa pidana kasus penyalahgunaan narkotika atau sebagai pecandu
narotika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki pandangan yang kontradiktif
pada pengalamannya selama menjalani masa pidana. Ketiganya memandang secara positif masa pidana
sebagai masa pembelajaran dan memandang negatif pada diri dan memandang hidup sebagai beban.
Dukungan sosial dari keluarga dan spritualitas sebagai koping juga muncul pada hasil penelitian. Ada tiga
dimensi yang mampu dicapai ketiga informan, yaitu dimensi pertumbuhan pribadi, relasi positif dengan
orang lain dan penerimaan diri, sedangkan tiga dimensi lainnya tidak mampu dicapai ketiga informan
selama menjalani masa pidana.
Kata Kunci: Kesejahteraan Psikologis, Narapidana, Pecandu Narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING OF NARCOTICS OFFENDERS
Elsa Yuninda Pasaribu
Abstract
This research aims to view psychological well-being of narcotics offenders, the factors of the
psychological well-being of the narcotic offenders, and the efforts that has been being done by the
narcotics offenders in order to achieve their psychological well-being. This research is qualitative
research that uses thematic analysis method based on the data from semi-structured interview. Three
informants are narcotics offenders. Researcher found that all informants have contradictive perspective
about their experience in doing their penalty. They positively see penalty as a learning period, perceive
themselves negatively and life as a burden. Family support and spirituality are found in this research as
the informants coping. There are three dimensions of psychological well-being have been achieved by all
informants, which are personal growth, positive relationship with others, and self acceptance, whereas
the others three dimensions have not been achieved by all informants.
Key Words: Psychological Well-Being, Convict, Narcotics Offenders
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus atas anugerah dan
penyertaannya yang sangat luar biasa, sehingga penelitian yang berjudul GAMBARAN
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA ini
telah selesai. Penelitian ini merupakan syarat untuk mendapat gelar Strata Satu (S1)
Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
Penulisan penelitian ini banyak mengalami proses naik turun, dimana penulis
selalu mendapatkan semangat dan dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada:
1. Pak Elsa. Terima kasih pa, telah memberikan segalanya kepadaku, terutama
kepercayaan hingga aku bisa melewati proses ini dengan baik. Semoga dengan
gelar yang aku dapatkan, aku mampu untuk menjadi individu yang lebih baik
dengan memberikan senyuman diwajahmu yang sudah tidak muda lagi.
2. Mak Elsa. Terimakasih ma, atas segala dukungan dan semangat yang selalu kau
kobarkan untukku tanpa mengenal lelah. Walau aku sering mengeluh dan
membantah, semoga dengan gelar ini, aku dapat memenuhi harapanmu untuk
menjadi individu mapan dan mampu menopang hari tuamu.
3. Adekku Vian. Terimakasih de katas semangat yang kau berikan selama proses
aku menyelesaikan tulisan ini. Semoga dengan gelar yang aku dapatkan, aku
mampu menjadi sosok dan panutan yang cukup baik, sehingga kita dapat
berkembang bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Bu Monic. Terimakasih bu, sudah mau membimbing dan mengajariku dengan
sabar. Terimakasih ibu mau meluangkan waktu dan pikiran untuk terus
mendampingi aku, sehingga aku mampu melewati salah satu proses dalam
hidupku ini.
5. Cino-ku tersayang Agnes Wijaya, dimana dia selalu dapat meluangkan waktu
untuk menjawab pertanyaan atau menenangkanku selama proses pengerjaan
skripsi
6. Partner for Justice Olivia Indah Larasati, yang selalu menemani dengan
mengerjakan tanggung jawab ini bersama-sama. Saling melengkapi kesepian
dan saling menyemangati.
7. Mayang dan Ticrot. Trimakasih sudah memberi semangat dan bantuan selama
proses melewati masa-masa sulit penuh perjuangan ini wqwqwq
8. Anak-anakku Zico, Aiko, Tampan dan anak-anak mereka. Trimakasih selalu
menemani dan memberikan warna selama proses pengerjaan skripsi ini,
sehingga aku selalu merasa tidak kesepian dan terhibur dengan kenakalan kalian
9. Saudari-saudaraku TYPOLICIOUS. Terimakasih sudah mau menjadi bagian
dari hidupku, tidak pernah lelah mendampingi dan menyemangati aku.
Terimakasih sudah membantuku selama berproses diperkuliahan. Semoga gelar
ini mampu membuat kita secara matang bersama untuk berkembang menjadi
lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
10. Kenan, Epek, Yogi. Terimakasih telah menunjukkan kepedulian kalian
kepadaku dengan tetap mendukungku dan memberiku semangat dalam
menyelesaikan penelitian ini.
11. Valen dan Redha. Terimakasih sudah mau melengkapi kekuranganku dalam hal
teknis penulisan pada penelitian ini. Trimakasih sudah mau meluangkan waktu
untuk menemani dan memberikan semangat kepadaku selama proses penulisan
hingga akhir.
12. Pak Cahyo dan Bu Ari. Terimakasih untuk kedua dosen idolaku yang sudah mau
aku repotkan dan sudah mau meluangkan waktu untukku untuk beberapa saat.
Tanpa bimbingan dan ajaran dari kalian, aku tidak akan mampu melewati proses
awal penulisan sehingga tulisan ini menjadi lebih baik.
13. Kedua dosen penguji yang terkasih. Trimakasih telah menyediakan waktu dan
pikiran untuk mendengar hasil penelitian saya, sehingga saya mampu
memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi pada penelitian saya.
14. Kepada keluarga besar Dolan Ndeso. Trimakasih sudah memberi kesempatan
untukku belajar disana, namun tetap memberiku semangat untuk menyelesaikan
penelitian ini.
15. Informan dalam penelitian ini. Terimakasih atas cerita yang telah dibagikan
dalam penelitian ini. Semoga apa yang menjadi tujuan dan manfaat dari
penelitian ini dapat terpenuhi, sehingga individu lainnya dapat memiliki
kesempatan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
16. Kosan nugroho, kosan Palagan, dan tempat-tempat lain yang memberikan udara
segar saat proses menyelesaikan skripsi ini
17. Untuk keluarga PSIKOLOGI 2011, terimakasih banyak atas semuanya. Semoga
proses ini merupakan langkah awalku untuk kembali bersama dan menyusul
kalian untuk lebih berkembang di dunia.
Peneliti menyadari banyaknya kekurangan dalam penelitian itu. Oleh sebab itu,
peneliti menerima segala bentuk kritik maupun saran yang diberikan untuk
penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan para narapidana pecandu narkotika.
Yogyakarta,
(Elsa Yuninda Pasaribu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................................... viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xvii
DAFTAR SKEMA…………………………………………………………………...xviii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
1) Manfaat Teoritis ................................................................................................. 8
2) Manfaat Praktis .................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 9
A. NARAPIDANA PECANDU NARKOTIKA ........................................................ 9
1 Pengertian Narkotika, Ciri-ciri Ketergantungan dan Pecandu Narkotika .......... 9
2) Dampak Ketergantungan Narkotika ................................................................ 14
3) Narapidana Pecandu Narkotika ....................................................................... 16
B. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS ................................................................... 19
1) Pengertian Kesejahteraan Psikologis ............................................................... 19
2) Dimensi Kesejahteraan Psikologis ................................................................... 20
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis ......................... 24
C. DINAMIKA KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS NARAPIDANA PECANDU
NARKOTIKA ............................................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 34
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 34
B. Informan Penelitian ............................................................................................. 37
C. Metode Pengambilan Data................................................................................... 38
D. Analisis Data ....................................................................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
F. Kredibilitas Penelitian ......................................................................................... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 42
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 42
B. Gambaran Informan ............................................................................................. 43
1. Informan I……………………………………………………………….………..43
2. Informan II……..…………………………………………………………….…..46
3. Informan III……..……………………………………………………………….47
C. Hasil Penelitian: Informan I ................................................................................ 49
D. Hasil Penelitian: Informan II ............................................................................... 60
E. Hasil Penelitian: Informan III .............................................................................. 71
F. Pembahasan ......................................................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 89
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 89
B. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 90
C. Saran .................................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 96
LAMPIRAN ................................................................................................................. 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Ketergantungan .................................................................. 13
Tabel 4.1 Tabulasi Tema Informan I .............................................................................. 51
Tabel 4.2 Tabulasi Tema Informan II ............................................................................. 61
Tabel 4.3 Tabulasi Tema Informan III ........................................................................... 72
Tabel 4.4 Tabulasi Tema Ketiga Informan ..................................................................... 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 4.1 Tema Gabungan Ketiga Informan ............................................................... 82
Skema 4.2 Tema Gabungan Ketiga Informan ................................................................ 84
Skema 4.3 Tema Gabungan Ketiga Informan ............................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan I ................................................... 102
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan II .................................................. 104
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Informan III................................................. 106
Berita Acara Penelitian ................................................................................................. 107
Koding Data Hasil Wawancara Informan I .................................................................. 110
Pengelompokkan Tema Informan I .............................................................................. 131
Koding Data Hasil Wawancara Informan II ................................................................. 134
Pengelompokkan Tema Informan II ............................................................................. 146
Koding Data Hasil Wawancara Informan III ............................................................... 149
Pengelompokkan Tema Informan III ........................................................................... 159
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia secara lantang melakukan perang melawan narkotika, dengan
menjatuhkan hukuman mati para pengedar narkotika yang tertangkap. Hal
tersebut disertai dengan sosialisasi pemerintah mengenai pemberian rehabilitasi
kepada para pecandu narkotika. Saat ini, ada dua jenis penanganan bagi pecandu
narkotika, yaitu menjalani rehabilitasi dan menjalani hukuman pidana di dalam
lembaga pemasyarakatan (lapas). Penelitian ini akan berfokus pada individu
yang menjalani hukuman pidana di dalam lapas.
Penelitian ini akan dilakukan di sebuah lapas Klas II B Kaban Jahe.
Lapas ini merupakan lapas umum yang tidak hanya membina narapidana kasus
narkotika, tetapi membina narapidana dari berbagai macam kasus, walaupun
lebih banyak membina narapidana kasus narkotika. Berdasarkan hasil observasi,
lapas Kaban Jahe memiliki bangunan yang tidak terlalu luas sehingga terlihat
sesak dengan banyaknya narapidana yang ada di dalamnya. Ruangan di lapas
terdiri dari kamar tahanan, ruang kepala lapas, ruang kerja karyawan, kantin,
ruang kesehatan, gereja dan mushola. Kegiatan yang disediakan oleh lapas yaitu,
olahraga rutin, kegiatan pendalaman agama, pemeriksaan kesehatan dan
seminar-seminar pada waktu tertentu. Kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pihak lapas, tidak bersifat wajib, karena narapidana bisa memilih untuk
mengikuti kegiatan atau tidak.
Lembaga pemasyarakatan di dalam sistem pemasyarakatan, selain
berfungsi sebagai tempat pelaksanaan pidana, juga berfungsi sebagai lembaga
pendidikan dan lembaga pembangunan (Dwiatmodjo, 2013). Menurut Undang-
Undang Nomor 12 tahun 1995, lapas merupakan tempat melaksanakan
pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Individu yang
mendapatkan pembinaan di dalam lapas akan mendapatkan sebutan sebagai
seorang narapidana. Menurut Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan, narapidana merupakan terpidana yang menjalani hukuman di
dalam lembaga pemasyarakatan sehingga kehilangan kebebasan dalam bertindak
dan melakukan sesuatu. Sesuai dengan pengertian ini, maka individu yang
menjalani pidana akan kehilangan kemerdekaannya.
Banyak faktor yang menyebabkan individu menggunakan narkotika.
Afrinisna (2013) menemukan bahwa ketidakmampuan individu dalam
menyelesaikan masalah secara bertanggung jawab, membuat individu berusaha
memenuhi kebutuhan dengan jalan pintas, yaitu dengan menggunakan narkotika.
Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Indiyah (2005) yang
menemukan bahwa ada tujuh faktor utama penyebab seseorang menggunakan
narkotika, beberapa di antaranya merupakan ketakutan dan untuk menghindari
rasa sakit. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa individu
menggunakan narkotika sebagai kompensasi dari rasa sakit dan ketakutan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menghadapi sesuatu. Individu yang menggunakan narkotika sebelumnya telah
mendapatkan stigma negatif dari masyarakat, ketika menjadi narapidana maka
stigma tersebut semakin buruk. Hal ini menunjukkan bahwa sejak awal pecandu
narkotika telah memiliki kondisi psikologis yang tidak stabil, dimana pecandu
cenderung menggunakan narkotika sebagai koping dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang mereka alami.
Tantangan individu pecandu narkotika dalam mencapai sebuah
kesejahteraan psikologis semakin besar ketika pecandu kemudian menjalani
masa pidana di dalam lapas, dimana pada penelitian yang dilakukan oleh
Handayani (2010) menemukan bahwa narapidana memiliki kekhawatiran akan
stigma sosial ketika keluar dari lapas, di mana stigma tersebut memengaruhi
masa depan mereka. Penelitian lain yang dilakukan oleh Azani (2012)
menemukan bahwa tidak jarang, narapidana juga mengalami penolakan dari
keluarga mereka sendiri, dan hal tersebut memengaruhi narapidana dalam
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Kesempatan narapidana pecandu narkotika untuk sembuh dari
kecanduannya juga semakin kecil, karena menurut laporan dari BNN (2015)
ketika berada di dalam lapas, mereka tetap bisa mendapatkan akses narkotika.
Hal ini membuat narapidana pecandu narkotika semakin larut dalam kecanduan
dan tidak mampu untuk kembali dalam masyarakat.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa kesempatan yang diberikan
kepada narapidana, terutama narapidana pecandu narkotika untuk kembali ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dalam masyarakat masih sangat kecil, padahal narapidana sebagai individu yang
terenggut kebebasannya memerlukan penanganan dan rehabilitasi untuk
meningkatkan kesejahteraan psikologisnya agar kejahatan yang dilakukan tidak
terulang kembali (Pratiwi & Utami, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa
menjalani masa pidana dapat memengaruhi kualitas kesejahteraan psikologis
narapidana pecandu narkotika. Meski mengusung konsep rehabilitasi, pada
praktiknya lapas masih sering dijalankan dengan konsep punitive daripada
rehabilitative. Orientasi pembinaan lebih bersifat top down approach, yaitu
program sudah ditetapkan dan seluruh narapidana harus berpartisipasi. Hasil dari
pembinaan tersebut membuat narapidana hanya sebagai objek program,
sehingga kebutuhan narapidana dalam membangun diri dan kelompok tidak
diperhatikan (Yunardhani, 2009). Akibatnya, praktik-praktik yang bersifat
represif masih sering terjadi. Konsekuensinya kesejahteraan psikologis
narapidana menjadi cenderung kurang diperhatikan. Narapidana sebagai
manusia memiliki hak dan kebutuhan dasar untuk mencapai kesejahteraan
psikologisnya. Hal inilah yang melatarbelakagi ketertarikan peneliti untuk
mengangkat topik tentang kesejahteraan psikologis narapidana pecandu
narkotika.
Penelitian ini akan menggunakan tinjauan teori kesejahteraan psikologis
yang dikemukakan oleh Ryff. Hal ini didasari oleh penelitian-penelitian Ryff
yang masih terus berkembang dan berlangsung, sehingga mampu mewakili masa
sekarang. Selain itu, teori Ryff dirumuskan berdasarkan beberapa konsep,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
seperti konsep kematangan oleh Allport, konsep formulasi dan individuasi dari
Jung, konsep aktualisasi diri dari Maslow dan konsep berfungsi sepenuhnya dari
Rogers (Ryff, 1989).
Teori kesejahteraan psikologis dirumuskan berdasarkan pengalaman hidup
seseorang yang dihadapkan pada tantangan berbeda dalam berbagai siklus
kehidupan (Ryff & Singer, 1996). Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah
istilah yang digunakan dalam menggambarkan kualitas kebahagiaan individu
sehingga individu dapat berfungsi secara positif terhadap diri sendiri dan orang
lain (Ryff, 1989). Ryff (1995) memaparkan ada beberapa dimensi penting dalam
mencapai kesejahteraan psikologis, yaitu penerimaan diri (self acceptance),
hubungan yang hangat dengan orang lain (positif relations with others people),
otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan atau adaptif dengan lingkungan
(enviromental mastery), memiliki tujuan dalam hidup (purpose in life) dan
perkembangan pribadi (personal growth). Tantangan yang berbeda pada setiap
individu akan memunculkan proses yang berbeda pula bagi setiap individu
dalam mencapai kesejahteraan psikologis.
Ada beberapa penelitian yang telah mengkaji kondisi dan kesehatan
psikologis narapidana. Salah satu penelitian menemukan bahwa narapidana
dapat memiliki kesehatan mental yang cukup baik ketika berada di dalam
lembaga pemasyarakatan, walaupun aspek-aspek dari kesehatan mental
responden tidak sepenuhnya terpenuhi karena pengaruh lingkungan yang tidak
kondusif (Triaseptiana & Herdiana 2013). Penelitian lain dilaporkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
lembaga pemasyarakatan dapat membuat kesejahteraan narapidana secara
keseluruhan menjadi sangat rendah. Lebih lanjut penelitian tersebut juga
menjelaskan bahwa narapidana dalam masa percobaan dapat memiliki
kesejahteraan yang lebih rendah dibandingkan narapidana yang sudah menjalani
hukuman di dalam lembaga pemasyarakatan (Prakash, Sharma, Singh, &
Sanger, 2015). Penelitian lain yang dilakukan oleh Handayani (2010) mengenai
kesejahteraan narapidana remaja yang berada di dalam lembaga
pemasyarakatan, menemukan bahwa narapidana remaja memiliki kondisi yang
tidak sehat secara psikologis. Hal tersebut diakibatkan perbedaan kondisi di luar
dan di dalam lapas.
Hidup dalam lembaga pemasyarakatan dapat membuat narapidana sangat
menderita, setidaknya mereka akan menjalani pola hidup yang berbeda
dibandingkan ketika tinggal di lingkungan masyarakat. Di balik hukuman yang
dijalani, banyak tekanan yang dialami narapidana yang dapat membuat kondisi
psikologis narapidana menjadi sangat buruk. Tekanan- tekanan tersebut di
antaranya adalah tuntutan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang terbatas
dan kaku, serta mendapatkan stigma negatif dari lingkungan sosial. Hal-hal
tersebut dapat membuat narapidana mengalami stress (Haney, 2002).
Penelitian-penelitian yang telah dibahas sebelumnya telah menunjukkan
bagaimana kondisi psikologis pecandu narkotika yang sejak awal tidak stabil.
Kondisi tersebut ditambahkan dengan pengalaman menjalani masa pidana,
dimana masih sering ditemukan adanya peredaran narkotika di dalam lapas akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
berpengaruh pada kesejahteraan psikologis narapidana pecandu narkotika. Hal
ini membuat peneliti tertarik untuk melihat gambaran kesejahteraan psikologis
narapidana pecandu narkotika. Persoalan kesejahteraan psikologis memang telah
dikaji dalam sejumlah penelitian, tetapi masih jarang penelitian yang secara
khusus difokuskan pada narapidana pecandu narkotika. Penelitian ini secara
khusus ingin melihat bagaimana para narapidana pecandu narkotika
mendeskripsikan kesejahteraan psikologisnya. Penelitian ini juga ingin melihat
tantangan-tantangan psikologis maupun situasional yang dialami narapidana
dalam proses memenuhi kesejahteraan psikologisnya dan upaya-upaya yang
mereka lakukan untuk mengatasinya
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu
narkotika?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kesejahteraan
psikologis narapidana pecandu narkotika yang meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi dan upaya-upaya yang dilakukan oleh para narapidana tersebut
dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi pendukung
bagi lembaga-lembaga rehabilitasi dalam upaya mereka membantu
pecandu narkotika dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bidang
kajian psikologi sosial, terkait dengan keterkaitan antara karakteristik
lingkungan sosial dan kondisi psikologis individu, terutama tentang
narapidana pecandu narkotika.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terkait
gambaran peran dukungan sosial bagi narapidana pecandu narkotika untuk
mencapai kesejahteraan psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan memaparkan tinjauan teoritis dari kesejahteraan psikologis
narapidana pecandu narkotika. Pertama akan dipaparkan mengenai pengertian, golongan
dan ketergantungan narkotika. Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai pengertian dan
jenis pidana dari narapidana, serta pemaparan mengenai pengertian, dimensi, serta
faktor dari kesejahteraan psikologis. Pada akhir bab akan dipaparkan dinamika
psikologis dari narapidana pecandu narkotika.
A. Narapidana Pecandu Narkotika
1. Pengertian Narkotika, Ciri-Ciri Ketergantungan Narkotika dan
Pecandu Narkotika
Pengertian narkotika diuraikan pada Pasal 1 Nomor 1 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika. Narkotika adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun
semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.
Berdasarkan kegunaan dalam keperluan medis, narkotika dibagi menjadi
3 golongan, yaitu:
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
a) Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh dari narkotika golongan I adalah kokain mentah,
ganja, opium mentah, tanaman koka, heroina dan sebagainya.
b) Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh dari narkotika golongan II
adalah morfina-n-oksida, oksikodona, trimeperidina dan sebagainya.
c) Golongan III
Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh golongan narkotika golongan III adalah kodeina,
polkodina, etilmorfina dsb.
Individu yang menggunakan narkotika tanpa resep dokter berisiko untuk
mengalami ketergantungan pada narkotika. Menurut undang-undang nomor
35 tahun 2009 tentang narkotika, ketergantungan narkotika adalah kondisi
yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama
dan apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba,
menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas.
Berdasarkan DSM IVTR, ketergantungan narkotika masuk dalam
substance dependence atau ketergantungan zat adiktif. Ciri-ciri utama dari
ketergantungan zat adiktif ada kelompok simtom kognitif, perilaku dan fisik
yang ditandai dengan individu secara terus menerus menggunakan zat
adiktif terlepas dari masalah yang muncul dari zat adiktif tersebut.
Ketergantungan zat adiktif meliputi semua zat adiktif selain kafein.
Selanjutnya, simtom dari ketergantungan zat adiktif akan dijelaskan, seperti
di bawah ini:
a. Toleransi
a.1 Kebutuhan terhadap jumlah zat adiktif yang secara jelas terus
meningkat untuk mencapai efek yang diinginkan
a.2 Hilangnya efek meski dengan penggunaan jumlah zat adiktif
yang sama
b. Withdrawal (kondisi putus obat)
b.1 Perkembangan substance specific syndrome yang terjadi
karena penghentian penggunaan zat adiktif, bersifat berat dan
berkepanjangan. Substance specific syndrome menyebabkan
distress yang secara klinis signifikan atau menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
kerusakan pada fungsi sosial dan pekerjaan atau fungsi-fungsi
area penting lainnya.
b.2 Zat adiktif yang sama atau sejinis di konsumsi untuk
mengurangi withdrawal
c. Zat adiktif seringkali di konsumsi dalam jumlah yang besar atau
dalam periode yang lebih lama daripada yang diniatkan di awal
d. Adanya keinginan atau upaya yang gagal untuk menghentikan
penggunaan zat adiktif
e. Sebagian besar waktu dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan zat adiktif dan sembuh dari efek zat adiktif.
f. Berkurangnya atau berhentinya aktifitas-aktifitas penting
dikarenakan penggunaan zat adiktif
g. Penggunaan zat adiktif terus dilanjutkan terlepas dari pengetahuan
tentang adanya masalah-masalah fisik dan psikologis yang muncul
secara berulang. Terkadang bisa terjadi atau diperparah oleh zat
adiktif tersebut.
Secara spesifik, Kandel 1975 (dalam BNN, 2015) merangkum dari
berbagai sumber mengenai tingkat ketergantungan seseorang pada narkotika
berdasarkan dari frekuensi penggunaan narkotika, berikut tabel singkatnya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Tabel 2.1
Kriteria tingkat ketergantungan
Experimental Occasional casual Moderate
use
Regular Heavy
users
Habitual,
cronic
1-2 kali (Mizner,
1973)
3-9 kali
(Mizner)
1-20 kali
(Stanton)
10-29 kali
(Mizner)
Minimal
1 kali
per
minggu
21-199
kali
(Stanton)
>200 kali
(Stanton)
1-2 kali (Josepson,
1973)
3-59 kali
(Josepson,
1973)
Satu atau
lebih dari
satu bulan
(Johnson)
>30 kali
(Mizner)
3 kali
seminggu
dalam 3
tahun atau
lebih atau
pakai tiap
hari
selama 2
tahun
(Hochman
& Brill,
1973)
1-9 kali (Josepson,
1972)
10-59 kali
(Josepson,
1972)
>60 kali
(Josepson)
<1 kali 1 bulan,
Johnson )
10 kali
dalam 1
tahun
terakhir
(Hochman
& Brill,
1973)
30 kali
per-
minggu
atau >1
bulan
pakai
Robina
Minimal 1
kali/
Bulan
(Johnson)
Dapat dilihat dari tabel di atas bagaimana gambaran tingkat penggunaan
narkotika pada pecandu narkotika, semakin sering individu menggunakan
narkotika, maka akan masuk ke dalam kategori pengguna kronis.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian dari pecandu narkotika
adalah individu yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika
dengan dengan kondisi psikologis dan kognitif yang mengarahkan perilaku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
untuk mengkonsumsi narkotika dengan dosis yang selalu meningkat agar
mendapatkan efek kenikmatan yang sama, sehingga menimbulkan gejala
secara fisik dan psikis yang khas jika penggunaan dikurangi atau dihentikan.
2. Dampak Ketergantungan Narkotika
Ada beberapa penyebab individu menyalahgunakan narkotika, pada
penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk (2015) menemukan bahwa
ada tiga faktor dominan (internal maupun eksternal) yang mempengaruhi
seseorang untuk menggunakan narkotika, yaitu:
1. Adanya pengertian yang salah mengenai narkotika yang tidak
membuat ketergantungan, sehingga adanya keinginan untuk terus
mencoba.
2. Memiliki lingkup pergaulan dengan pecandu narkotika, sehingga
terpengaruh oleh lingkungan sosial.
3. Mengikuti tren atau gaya hidup.
Eleanora (2011) memaparkan mengenai bahaya menggunakan
narkotika, terlebih dampak pada fisik, seperti:
a. Otak dan syaraf dipaksa bekerja secara tidak wajar. Hal ini akan
menyebabkan menurunnya fungsi kognitif sehingga individu cenderung
kurang konsentrasi saat melakukan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Narkotika mengotori peredaran darah sehingga mempengaruhi kerja
jantung yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan individu menjadi
mudah cemas karena detak jantung yang cenderung berpacu cepat.
c. Fisik menjadi mudah lelah ketika berkegiatan karena pernafasan yang
terganggu oleh zat-zat dari narkotika.
d. Kelebihan dosis pemakaian akan menyebabkan kematian
Selain itu, ada beberapa dampak yang di paparkan oleh Anggreni (2015)
pada psikis individu yang menggunakan narkotika, yang berikutnya akan
dijabarkan di bawah ini:
Dampak psikis
a. Lamban dalam bekerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah. Hal ini
menyebabkan individu sering melakukan kesalahan dalam
melakukan sesuatu.
b. Hilangnya kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga,
sehingga cenderung menghindari kontak sosial dengan orang banyak.
c. Menjadi ganas dan memiliki tingkah laku brutal, hal ini merujuk
pada sikap cenderung lebih sensitive dan emosional.
d. Cenderung menyakiti diri dan merasa tidak aman, bahkan hingga
bunuh diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
3. Narapidana Pecandu Narkotika
Untuk menjelaskan pengertian narapidana, sebelumnya akan dijelaskan
terlebih dahulu pengertian dari terpidana. Berdasarkan undang-undang
nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan dalam pasal 1 angka 6,
terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Pengertian narapidana,
diuraikan dalam pasal 1 angka 7, narapidana adalah terpidana yang
menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa narapidana pecandu narkotika adalah
individu yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam
keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik dan psikis, sedang
menjalani masa pidana pembinaan di lapas.
Berdasarkan undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika
terkait ketentuan pidana, setiap individu yang menyalahgunakan narkotika
mendapat tindakan pidana tergantung dari bagaimana individu
mendapat/memiliki/menggunakan narkotika dan tergantung pada golongan
narkotika yang didapati ada pada individu tersebut. Pada pasal 127
dijabarkan tindak pidana yang diberikan pada penyalahguna narkotika
berdasarkan golongan dan penggunaan secara pribadi, sebagai berikut:
a) Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b) Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 2 tahun
c) Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 tahun
Menurut undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan,
sistem pembinaan untuk para narapidana dilaksanakan berdasarkan asas
pengayoman, persamaan perlakukan dan pelayanan, pendidikan,
pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan
kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan. Setiap narapidana tetap
terjamin haknya untuk berhubungan dengan keluarga dan orang-orang
tertentu. Selain itu, ada hak-hak yang diperoleh oleh narapidana selama
menjalani hukuman pidana di dalam lapas, seperti yang terurai pada
undang-undang nomor 12 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara
pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan. Di antara hak-hak tersebut
misalnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan dan bimbingan
keagamaan, berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani, serta berhak
mendapatkan pendidikan dan pengajaran lebih lanjut terkait kebutuhan.
Selain mendapatkan tindak pidana penjara, individu penyalahguna
narkotika juga dapat mengikuti program rehabilitasi yang diberikan oleh
pemerintah, yaitu program rehabilitasi medis dan sosial. Individu yang telah
ditetapkan pengadilan bersalah melakukan tindak pidana narkotika juga
berkewajiban untuk mengikuti rehabilitasi medis dan sosial sebagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yang tercantum dalam undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang
narkotika. Program rehabilitasi narkotika merupakan serangkaian upaya
yang terkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medis, bimbingan
mental, psikososial, keagamaan, pendidikan dan latihan vokasional untuk
meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong
diri sendiri, serta dapat mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan
potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, sosial dan ekonomi (Badri, 2016).
Pemaparan mengenai rehabilitasi di atas mampu menunjukkan bahwa upaya
rehabilitasi merupakan usaha agar individu penyalahguna narkotika dapat
kembali ke masyarakat.
Badri (2016) memaparkan ada 4 fase dalam proses rehabilitasi, yang
pertama mengenalkan dampak-dampak dari narkotika pada fisik dan psikis
korban atau dengan slogan “No drugs”. Fase kedua adalah membebaskan
korban dari keterikatannya dengan narkotika. Fase kedua ini dilakukan
dengan mengisolasi antar mantan pecandu dan pecandu narkotika sehingga
tidak dapat saling bertemu dan melakukan interaksi berupa transaksi atau
ajakan untuk kembali pada narkotika, fase ini juga dapat disebut sebagai
Crame free. Selanjutnya, mengupayakan korban untuk produktif melakukan
kegiatan-kegiatan positif agar mampu membangun harapan dan cita-cita
baru atau dapat disebut sebagai fase productivity dan yang terakhir adalah
fase untuk menanamkan pola hidup sehat dengan membangun kedisiplinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
melalui ibadah, olahraga dan menjalin hubungan sosial yang baik agar
terjadi perubahan perilaku pada diri korban, baik secara fisik dan psikis.
B. Kesejahteraan Psikologis
1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis
Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah istilah atau sebuah
konsep untuk menggambarkan kualitas kebahagiaan atau kesejahteraan
seseorang yang ditandai dengan beberapa dimensi (Ryff, 1989).
Kesejahteraan psikologis memiliki kemiripan dengan konsep aktualisasi diri
dari Maslow, orang yang berfungsi sepenuhnya dari Rogers, formulasi
individuasi dari Jung, dan teori kematangan individu dari Allport (Ryff &
Singer, 1996). Kesejahteraan psikologis diasosiasikan dengan fleksibilitas,
kemampuan berpikir secara kreatif, perilaku pro-sosial dan sehat secara
jasmani (Huppert, 2009). Secara keseluruhan teori kesejahteraan psikologis
mengatakan bahwa individu yang memiliki kesejahteraan yang baik adalah
individu yang tidak mengalami gangguan mental, seperti depresi atau
kecemasan (Ryff, Mage, Kling & Wing, 1999).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan psikologis merupakan suatu gambaran mengenai keadaan
psikologis individu, dimana individu yang dapat berfungsi secara positif dan
optimal, merupakan individu yang memiliki kesejahteraan psikologis yang
baik. Hal tersebut bisa tercapai ketika individu selalu melakukan evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
diri terhadap masa lalu sehingga dapat memenuhi dimensi-dimensi dari
kesejahteraan psikologis.
2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis
Pada sub-bab ini akan dijabarkan dimensi-dimensi yang mampu
memengaruhi kesejahteraan psikologis yang terdiri dari enam dimensi yang
dikemukakan oleh Ryff (1989), yaitu:
a. Penerimaan Diri
Penerimaan diri didefinisikan sebagai fitur utama kesehatan
mental yang merupakan karakteristik dari aktualisasi diri, dimana
individu dapat berfungsi secara optimal dan memiliki kematangan (Ryff,
1989). Individu yang menerima dirinya sendiri adalah individu yang
tidak meninggikan tembok pertahanan, kepura-puraan, atau rasa bersalah
yang menjelekkan diri sendiri, memiliki cita rasa yang baik terhadap
makanan, sex dan tidur, serta tidak terlalu kritis dengan kelemahan-
kelemahan diri dan tidak terbebani oleh kecemasan atau rasa malu (Feist
& feist, 2006).
b. Relasi Positif dengan Orang lain
Diri yang memiliki perasaan yang kuat, empati dan kasih sayang
kepada orang lain merupakan individu yang mampu memperbanyak dan
mempertahankan relasi. Memiliki hubungan hangat dengan orang lain
dianggap sebagai salah satu kriteria kedewasaan seseorang (Ryff, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Allport menyatakan ada dua macam kehangatan dalam hubungan dengan
orang lain, yang pertama adalah kapasitas untuk keintiman, yaitu mampu
memperlihatkan keintiman (cinta) pada orangtua, anak, partner, dan
teman akrab dan yang kedua adalah kapasitas untuk perasaan terharu,
yaitu pemahaman akan kondisi dasar akan manusia dan perasaan seperti
rasa sakit, penderitaan, ketakutan dan kegagalan (Schult, 1977).
c. Memiliki Tujuan Hidup
Allport menyatakan bahwa orang yang sehat adalah mereka yang
melihat kedepan, memiliki perasaan akan tujuan, memiliki tugas untuk
diselesaikan, dimana hal tersebut sebagai batu sendi kehidupan mereka
dan memberikan keberlangsungan pada keperibadian individu, sehingga
arah tersebut memberikan suatu alasan untuk hidup (Schultz, 1991).
Tujuan hidup yang dimaksud seperti memiliki tujuan yang lebih terarah
untuk mencapai sesuatu (Ryff, 1989). Teori perkembangan hidup
menggambarkan macam dari tujuan hidup antara lain menjadi individu
yang produktif, kreatif atau mampu mengintegrasi emosi pada masa
depan (Ryff, 1989).
d. Pertumbuhan Pribadi
Fungsi psikologis yang optimal tidak hanya bertujuan untuk
mencapai pembentukan karakteristik, tetapi juga mengharuskan individu
untuk mengembangkan potensi untuk dapat berkembang sebagai pribadi,
dimana aktualisasi diri dan menyadari potensi pada diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
merupakan hal utama dalam pertumbuhan pribadi (Ryff, 1989). Perls
memiliki pandangan, bahwa perkembangan keperibadian adalah
perubahan dari bantuan lingkungan menjadi dapat berdiri sendiri
(Schultz, 1991).
e. Kemampuan untuk Mengatur Kehidupan dalam Lingkungan
Salah satu karakteristik individu memiliki kesehatan mental yang
baik adalah individu yang mampu untuk memilih dan menciptakan
lingkungan sesuai dengan kondisi psikisnya. Teori ini menekankan pada
kemampuan individu untuk maju dan mengubah dunia secara kreatif
melalui aktifitas mental dan fisik (Ryff, 1989). Goldstein mengatakan
bahwa seorang individu penting untuk mendapatkan lingkungan yang
lain serasi agar dapat menyeimbangkan ketenangan batinnya. Hal
tersebut karena lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan
untuk dapat mencapai aktualisasi diri, sehingga penyesuaian dengan
lingkungan diwujudkan dengan mewujudkannya (Hall & Lindsley,
1993).
f. Otonomi
Individu yang berfungsi sepenuhnya dan telah
mengaktualisasikan diri merupakan individu yang tidak memerlukan
persetujuan orang lain dalam mengambil keputusan , tetapi memiliki
standar untuk mengevaluasi diri sehingga mampu untuk menentukan
nasib, kemerdekaan dan mampu mengatur perilaku dari dalam diri (Ryff,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1989). Individu yang sudah mengaktualisasikan diri merupakan individu
yang tidak bergantung dengan orang lain, dengan begitu individu tidak
terganggu dengan kritikan dan bujuk rayu. Kemandirian dapat membuat
individu merasa damai karena tidak perlu hidup dengan persetujuan
orang lain (Feist & Feist, 2006).
Pemaparan di atas telah menjabarkan bahwa individu yang
memiliki kesejahteraan psikologis baik adalah individu yang mampu
untuk mengaktualisasikan dirinya ditandai dengan memiliki pertahanan
terhadap diri sendiri, terhadap hal-hal di luar diri, sehingga tidak terlalu
kritis pada kekurangan dan kelemahan diri, dapat mengambil keputusan
tanpa perlu pertimbangan dari lingkungan atau luar diri individu,
sehingga individu dapat berdaptasi dan mengatur lingkungan secara
kreatif. Selain itu, individu diharapkan mampu menunjukkan rasa cinta,
kasih sayang dan empati terhadap orang-orang yang ada disekitar.
Pemenuhan dimensi kesejahteraan psikologis juga ditandai dengan
individu yang memiliki alasan dan tujuan hidup sehingga mampu
melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan dalam kehidupan sebagai
manusia, dengan demikian individu dapat terus berkembang sesuai
dengan lingkungan dan potensi diri untuk mencapai kondisi psikologis
yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis
Pada sub-bab sebelumnya telah dijabarkan beberapa dimensi
yang dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Selain
dimensi, kesejahteraan psikologis seseorang juga dapat dipengaruhi
beberapa faktor dari dalam atau luar diri individu. Pada sub-bab ini peneliti
akan menjabarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang.
a. Usia
Faktor usia merupakan salah satu faktor yang cukup banyak
mempengaruhi dimensi-dimensi dari kesejahteraan psikologis. Erikson
memiliki pandangan bahwa individu dewasa ke atas lebih dapat
menerima diri dibandingkan dengan individu pada usia muda. Peneltian-
penelitian yang dilakukan menemukan rendahnya dimensi tujuan hidup
dan pertumbuhan pribadi pada usia tua dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan ketertinggalan zaman, sehingga individu usia muda dan
usia paruh baya lebih dapat menghargai tujuan hidup dan pertumbuhan
pribadi (Ryff, 1995).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang
dianggap mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Beberapa
hasil temuan, dibandingan pria, dalam pemenuhan dimensi kesejahteraan
psikologis, wanita memiliki angka lebih tinggi, seperti pada dimensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hubungan hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Wanita
dianggap memiliki kekuatan psikologis yang lebih baik dibandingkan
pria, namun karena hal itu wanita juga lebih gampang mengalami depresi
(Ryff, 1995).
c. Status Sosial
Hasil dari penelitian sebelumnya mendapatkan bahwa tinggi
rendahnya status sosial mempengaruhi seseorang dalam mencukupi
kehidupan sehari-hari, sehingga keadaan tersebut dapat menjadi faktor
pelindung individu dalam menghadapi stress dan kesulitan dalam hidup.
Individu yang tidak mampu dan memiliki status sosial yang rendah
dalam masyarakat akan mengalami kesulitan dalam mencukupi
kehidupan sehari-hari. (Ryff & Singer, 1996).
d. Perbedaan Budaya
Perbedaan budaya merupakan salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Perbedaan budaya
yang dimaksud di sini adalah dua budaya besar, yaitu budaya
individualis (kebanyakan pada Negara eropa) dan budaya kolektifis
(kebanyakan negara asia). Perbedaan terdapat dalam pemenuhan dimensi
dari kesejahteraan psikologis, seperti dimensi otonomi akan memiliki
persentase yang lebih tinggi pada individu dengan budaya individualis
dibandingkan dengan budaya kolektivis, dan dimensi hubungan hangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dengan orang lain akan memiliki persentase tinggi pada budaya
kolektifis dibandingkan budaya individualis (Ryff, 1995).
e. Kepribadian
Kepribadian dianggap memiliki korelasi yang sangat signifikan
dengan kesejahteraan psikologis seseorang. Penelitian pertama kali
dilakukan dengan melihat kaitan “Big Five Theory” dengan
kesejahteraan psikologis, didapatkan bahwa kepribadian ekstaversi
memiliki kaitan atau kesesuaian dengan dimensi hubungan hangat
dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Keperibadian yang lain
adalah kepribadian neurotik memiliki kaitan langsung dengan dimensi
tujuan hidup, penerimaan diri dan penguasaan lingkungan (Ryff, 2013).
f. Spiritualitas
Spiritualitas dianggap sebagai salah satu faktor yang mampu
memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Spiritualitas
merupakan konsep yang tidak dapat dijelaskan melalui istilah-istilah
material, meskipun spiritualitas seseorang dapat dipengaruhi oleh dunia
materil, namun spiritualitas dapat dikatakan sebagai roh atau jiwa
(Schultz, 1991). Pollner (dalam Amawidyati & Utami, 2006)
menemukan bahwa agama dianggap mampu menyediakan sumber-
sumber untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, memiliki
perasaan berdaya dan mampu pada diri, serta agama dapat menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
landasan untuk memiliki makna, arah dalam hidup dan identitas
personal.
Dari pemaparan di atas dapat dijabarkan bahwa ada beberapa
faktor yang mampu memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang.
Usia, dimana pandangan dan kebutuhan setiap usia individu berbeda,
membuat perbedaan yang cukup signifikan pada dimensi-dimensi
kesejahteraan psikologis, seperti dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan
pribadi. Jenis kelamin, dimana wanita dianggap lebih mampu dalam
beradaptasi dan memiliki hubungan yang baik dengan orang lain
sehingga pemenuhan dimensi kesejahateraan psikologisnya akan berbeda
dengan pria. Kebutuhan pokok sehari-hari merupakan sebuah hal yang
penting untuk mencegah terjadi nya stress, karena jika individu merasa
stress maka individu akan semakin jauh dari kesejahteraan psikologis,
semakin kecil kemampuan individu memenuhi kebutuhan hidup, hal itu
akan memengaruhi pemenuhan dimensi kesejahteraan psikologisnya.
Perbedaan budaya pada individu membuat individu memiliki
perilaku yang berbeda atau memiliki pandangan yang berbeda dalam
suatu hal, seperti budaya kolektifis lebih memiliki memiliki presentase
lebih tinggi pada hubungan hangat dengan orang lain di bandingan
dengan budaya individualis. Kepribadian menjadi salah satu faktor yang
dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, bahwa individu
dengan kepribadian ekstraversi memiliki presentase lebih tinggi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dimensi hubungan hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi
dibandingkan dengan individu dengan kepribadian neurotik. Spiritualitas
dianggap mampu menjadi landasan atau pegangan seseorag dalam
menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga individu
merasa lebih sejahtera.
C. Dinamika Kesejahteraan Psikologis Narapida Pecandu Narkotika
Keberadaan individu di dalam lapas memberikan dampak fisik dan
psikis, seperti rasa rendah diri, hilangnya identitas, merasa terisolasi dan
mendapatkan stigma dari lingkungan sosial, sehingga kehilangan kepercayaan
diri (Pratiwi & Utami, 2012). Narapidana narkotika merupakan narapidana
dengan kondisi yang berbeda dibandingkan dengan narapidana lainnya, karena
terkena dampak dari penggunaan narkotika tersebut. Narapidana narkotika
merupakan individu yang sejak awal tidak stabil secara mental dan fisik, kurang
dapat memberikan respon yang sesuai dan cenderung memiliki sikap reaktif
serta over produktif, hal ini menyebabkan narapidana narkotika membutuhkan
penanganan khusus di bandingkan dengan narapidana lainnya (Kristianingsih,
2009). Pada kondisi tersebut, tak jarang bahwa narapidana mengalami sakaw
dan tetap menggunakan narkotika di dalam lapas. Hal ini diperkuat dengan
laporan dari BNN (2015) yang menyebutkan bahwa masih terdapat akses
narkotika yang beredar di dalam lapas. Kondisi ini membuat narapidana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
narkotika tetap menjadi seseorang yang dianggap “bersalah” dan tidak sembuh
dari kecanduannya.
Kehidupan yang dijalani oleh narapidana merupakan sebuah tantangan
yang sangat besar untuk dilalui, terutama untuk kembali mencapai sebuah
kesejahteraan psikologis. Menjadi seorang narapidana, seorang individu sudah
mengalami kehilangan kemerdekaannya karena harus berada di dalam tempat
yang sama setiap harinya dan hanya dapat melakukan aktifitas-aktifitas yang
telah disediakan oleh pihak lapas. Perasaan terkurung dan kegiatan yang
monoton tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi narapidana untuk sejahtera
secara psikologis. Kehidupan di dalam lapas mampu mempengaruhi respon
afektif dan kognitif pada narapidana, sehingga memunculkan rasa khawatir,
putus asa, resiko mengulangi kesalahan yang sama karena ketidakpuasan atas
berbagai hal di masa lalu, hal-hal ini dapat mempengaruhi individu di dalam
relasi sosial dan mengekspresikan emosi (Triaseptiana & Herdiana, 2013).
Kehidupan di lapas yang membuat narapidana hidup terpisah dengan
keluarga juga menimbulkan dampak psikologis seperti perasaan sedih, tertekan,
merasa terbatasi dan ingin pulang kerumah karena merindukan keluarga, serta
merasakan perasaan-perasaan tidak nyaman lainnya. Selain itu, kehidupan
menjadi narapidana yang tidak terlepas dari konflik di dalam keluarga, dimana
tidak sedikit narapidana diabaikan oleh keluarga bahkan mendapat gugatan cerai
dari pasangan (Hairina & Komalasari, 2017). Tantangan yang dihadapi oleh
narapidana tergolong cukup kompleks, karena tidak hanya datang dari diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sendiri, melainkan lingkungan sosial. Tantangan-tantangan tersebut kemudian
mempengaruhi keadaan psikologis narapidana dalam prosesnya mencapai
kesejahteraan psikologis, dimana kesempatan untuk menjadi sejahtera secara
psikologis cukup kecil.
Kesejahteraan psikologis merupakan sebuah istilah atau sebuah konsep
untuk menggambarkan kualitas kebahagiaan atau kesejahteraan seseorang yang
ditandai dengan beberapa dimensi (Ryff, 1989). Tantangan yang berbeda pada
setiap kehidupan individu dapat mempengaruhi bagaimana proses pemenuhan
dimensi dari kesejahteraan psikologis individu tersebut. Beberapa dimensi
kesejahteraan yang menandai seorang individu memiliki kualitas kesejahteraan
psikologis yang baik adalah penerimaan diri, otonomi, relasi positif dengan
orang lain, memiliki tujuan hidup, pertumbuhan pribadi dan kemampuan untuk
mengatur kehidupan dalam lingkungan (Ryff, 1989).
Individu yang memiliki kualitas kesejahteraan psikologis yang baik
adalah individu yang mampu menerima dirinya sendiri, seperti berfungsi secara
optimal dan memiliki kematangan. Individu juga mampu membangun dan
mempertahankan relasi sosial dengan orang lain, serta mampu beradaptasi
dengan lingkungan sehingga dapat terus maju dan melakukan perubahan secara
kreatif melalui aktifitas mental dan fisik. Individu selalu ingin mengalami
perkembangan dan peningkatan pada dirinya karena memiliki tujuan dalam
hidup yang ingin dicapai, individu juga mampu secara mandiri mengambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
langkah dan keputusan terkait dirinya tanpa perlu persetujuan dari orang lain
(Ryff, 1989).
Selain dimensi, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu
dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya. Faktor-faktor tersebut bisa dari
dalam diri maupun dari luar diri individu, seperti usia, jenis kelamin, status
sosial, perbedaan budaya, keperibadian dan spiritualitas. Usia dianggap sebagai
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang
karena sepanjang perkembangan usia seseorang, maka pandangan dan
pengalaman akan mempengaruhi individu dalam melihat dunia dan
kebutuhannya. Perbedaan kondisi psikologis antara pria dan wanita dianggap
mampu mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang karena wanita
dianggap lebih memiliki kekuatan psikologis dibandingkan pria.
Status sosial yang baik tentunya membuat kehidupan akan berjalan
dengan lebih baik karena tidak banyak hal yang menjadi kecemasan dalam
menjalani kehidupan, sebaliknya dengan status sosial rendah, seseorang
memiliki hal yang harus dikhawatirkan. Hal ini menunjukkan bagaimana status
sosial menjadi salah satu faktor yang mampu mempengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang.
Selain status sosial, faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis seseorang adalah faktor keperibadian. Perbedaan
keperibadian pada setiap orang mempengaruhi bagaimana individu tersebut
mencapai kesejahteraan psikologisnya, seperti keperibadian ektraversi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
cenderung lebih terbuka dan spontan akan lebih baik pada dimensi hubungan
hangat dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Kekuatan spiritualitas juga
menjadi faktor lain yang mampu mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Hal
ini karena individu cenderung membutuhkan sesuatu untuk dipercayai dan
dijadikan pedoman dalam menjalani hidup, sehingga individu cenderung
menjadikan spiritualitas sebagai coping dalam menghadapi berbagai hal yang
terjadi pada dirinya.
Berdasarkan gambaran di atas, dapat dilihat bagaimana kualitas
kesejahteraan psikologis yang baik pada individu dapat tercapai. Berbagai
tantangan yang dialami oleh narapidana pecandu narkotika dapat menunjukkan
bagaimana kualitas kesejahteraan psikologisnya selama menjalani masa pidana.
Tantangan yang didapatkan bukan hanya berasal dari dalam diri, melainkan dari
luar dirinya. Keberadaan di dalam lapas, dimana individu hanya dapat
melakukan aktifitas yang bersifat monoton dan harus hidup terpisah dengan
keluarga memberikan dampak pada individu tersebut dalam proses pemenuhan
kesejahteraan psikologis. Perasaan sedih, putus asa dan kecewa yang dirasakan
oleh individu akan mempengaruhi bagaimana dimensi-dimensi dari
kesejahteraan psikologis terpenuhi, seperti perasaan bersalah yang berlebih pada
diri sendiri yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana narapidana dapat
menerima dirinya selama menjalani masa pidana.
Lingkungan sosial yang tidak mendukung narapidana juga dapat
mempengaruhi bagaimana kesejahteraan psikologis narapidana tersebut, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
keberadaan keluarga yang memberikan dukungan lewat kunjungan ke lapas
yang mampu memberikan dampak pada pemenuhan dimensi hubungan hangat
dengan orang lain dan pertumbuhan pribadi. Tantangan lain yang mungkin di
alami oleh narapidana pecandu narkotika adalah saat dirinya tidak mampu
beradaptasi dengan lingkungan lapas karena kehidupan yang terlalu berbeda
dengan di luar lapas. Hal tersebut akan memengaruhi bagaimana dimensi dari
kemampuan mengatur lingkungan dalam hidup dan otonomi terpenuhi. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan berfokus pada
pengalaman-pengalaman yang dialami oleh narapidana pecandu narkotika
selama menjalani masa pidana. Pengalaman-pengalaman tersebut kemudian
dijadikan acuan untuk dapat melihat gambaran kesejahteraan psikologis
narapidana pecandu narkotika, faktor-faktor yang mempengaruhi dan upaya-
upaya yang dilakukan oleh para narapidana untuk mencapai kesejahteraan
psikologisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjabarkan mengenai jenis dan pendekatan yang akan digunakan
dalam penelitian. Di awal akan dijelaskan mengenai fokus penelitian dan karakteristik
informan pada penelitian. Pada bagian akhir akan dijelaskan mengenai metode
pengambilan data, teknik analisis data dan kredibilitas pada penelitian. Berikut adalah
penjelasan dari masing-masing sub-bab dalam bahasan ini:
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
bersifat ilmiah dan memiliki tujuan untuk memahami atau menggali makna-makna
yang dialami individu dalam kehidupan sosial (Cresswell, 2009). Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data secara deskriptif,
seperti wawancara, catatan lapangan, gambar, foto dan rekaman video
(Poerwandari, 2005). Proses dalam penelitian kualitatif melibatkan prosedur-
prosedur ilmiah, seperti proses pengambilan data yang akan diolah untuk
menemukan pola dan tema, maka secara umum dapat dikatakan bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang bersifat eksploratorik yang berarti lebih
mengandalkan data berupa ungkapan atau penurutan dari pada subjek penelitian
dalam mengeksplorasi fenomena atau konsep pokok penelitian (Supratiknya, 2015).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
merupakan penelitian yang dilakukan langsung dengan informan dalam bentuk
wawancara, observasi dan video/gambar untuk mendapatkan gambaran yang
kompleks mengenai informan, yang kemudian dapat menggambarkan makna atau
esensi dari fenomena yang diteliti.
Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005) memaparkan sejumlah ciri penelitian
kualitatif. Mengacu pada paparan Poerwandari, penelitian akan dilakukan dengan
mengikuti kriteria berikut:
1. Menggunakan pendekatan naratif
Aspek dalam penelitian kualitatif adalah mencoba menarasikan kembali
data yang diperoleh dengan baik agar pembaca dapat memahami kedalaman,
makna dan interpretasi terhadap suatu fenomena yang utuh. Proses
menarasikan dapat dibantu dengan tampilan visual seperti bagan, skema atau
gambar. Pada penelitian ini, penggunaan pendekatan naratif dilakukan dengan
memaparkan pengalaman dan pemaknaan setiap informan dalam alur makna
tertentu yang merepresentasikan cara informan melihat dan merefleksikan
pengalamannya.
2. Studi dalam situasi alamiah
Studi dalam situasi alamiah adalah studi yang bertumpu pada penemuan.
Penelitian dilakukan secara alamiah tanpa campur tangan peneliti dalam
memanipulasi setting. Peneliti berada dalam keadaan yang sebenarnya dan
dapat melihat apa yang muncul atau ditemukan dari fenomena tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3. Analisis induktif
Penelitian kualitatif dikatakan induktif karena peneliti tidak membatasi
diri dalam upaya menerima atau menolak dugaan-dugaan awal, tetapi mencoba
memahami situasi dan kesesuaian situasi yang muncul.
4. Kontak personal di lapangan
Penelitian kualitatif menekankan pentingnya kedekatan dengan orang-
orang dan situasi penelitian agar peneliti mampu memperoleh pemahaman
yang jelas mengenai realitas dan kondisi nyata sehari-hari. Pada penelitian ini,
pendekatan intensif hanya dilakukan dengan penjaga atau sipir lapas untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai kegiatan dan kehidupan di dalam
lapas. Pendekatan intensif tidak dapat dilakukan dengan informan penelitian
karena terbatasnya ruang gerak bertemu dengan informan di dalam lapas.
5. Bersifat netral-empatis
Penelitian kualitatif menganggap bahwa objektivitas murni tidak ada,
karena penelitian kualitatif mengungkap data berdasarkan perspektif subjek
penelitian. Peneliti berkomitmen untuk memahami fenomena dengan
mempertimbangkan kompleksifitas dan keragaman perspektif yang muncul dan
menyeimbangkan hasil penelitian berdasarkan bukti-bukti yang menguatkan
atau melemahkan. Peneliti juga wajib untuk bersikap empatis agar dapat
memperoleh data yang mampu merefleksikan pemikiran dan penghayatan dari
informan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
6. Fleksibelistas pada desain
Desain kualitatif bersifat luwes atau fleksibel sesuai dengan kepentingan
dalam perkembangan penelitian yang dilakukan.
7. Peneliti sebagai instrumen kunci
Pada penelitian kualitatif, kompetensi peneliti adalah hal yang paling
penting. Hal tersebut karena sejak awal peneliti yang memulai dan memilih
topik, mendekati atau memperdalam topik, mengumpulkan data hingga analisis
dan interpretasi.
B. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian dipilih dengan beberapa kriteria yang sudah
ditentukan oleh peneliti. Kriteria informan penelitian ini adalah informan yang
sedang menjalani sanksi pidana di dalam lembaga pemasyarakatan dan merupakan
terdakwa pengguna yang telah kecanduan narkotika. Berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan oleh peneliti, maka informan penelitian yang akan diambil
berjumlah 3 orang. Hal tersebut karena terbatasnya ruang gerak peneliti dalam
melakukan penelitian karena birokrasi di dalam lembaga pemasyarakatan dan
informan yang dapat berinteraksi dengan baik juga terbatas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
C. Metode Pengumpulan Data
1. Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan di dalam Lembaga Pemasyarakatan Kota
Kabanjahe, hal tersebut karena di dalam lapas tersebut sebagian besar narapidana
merupakan narapidana yang mendapatkan sanksi pidana karena penggunaan
narkotika, pengedaran dan bandar dari narkotika.
Peneliti melewati proses administrasi dengan surat pengantar penelitian dari
pihak kampus dan selanjutnya diterima oleh pihak dari lapas sebagai izin
melakukan penelitian. Informan penelitian didapatkan atas pilihan pihak lapas
karena alasan beberapa narapidana tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
2. Teknik Pengambilan Data
Pada penelitian ini, metode pengumpulan data atau penggalian data yang
dipilih oleh penulis, adalah wawancara. Wawancara merupakan komunikasi dua
arah dan memiliki tujuan tertentu yang akan dicapai dari proses wawancara
(Stewart & Cash dalam Herdiyansyah, 2015). Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini merupakan wawancara semiterstruktur, yaitu pertanyaan yang disusun
hanya beberapa pertanyaan penting saja, yang lain hanya menyesuaikan respon dari
informan dan probing dari penulis. Wawancara semi terstruktur dilakukan untuk
mendapatkan cerita lengkap secara personal. Tiga pertanyaan utama yang
ditanyakan kepada informan adalah proses dan latar belakang informan sebagai
pecandu, pengalaman hidup di dalam lapas, dan refleksi informan atas pengalaman
di dalam lapas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
D. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik.
Analisis tematik adalah proses mengkode informasi untuk menghasilkan daftar
tema, indikator dan kualifikasi yang berkaitan dengan tema-tema yang ditemukan.
Tema minimal mampu mendeskripsikan dan maksimal dapat diinterpretasikan
berdasarkan fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005). Tema dapat diperoleh
secara induktif dari informasi mentah, atau deduktif berdasarkan teori atau
penelitian-penelitian terdahulu (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari, 2005). Ada
beberapa langkah yang akan dilakukan dalam menganalisis data melalui analisis
tematik, yaitu:
1. Memadatkan fakta untuk menemukan kata kunci dan tema
Pada tahap ini peneliti mencoba menemukan kata kunci dan tema dari
data yang akan diolah dengan cara membaca transkrip berulang kali,
menyeleksi fakta-fakta yang relevan dengan penelitian yang kemudia fakta-
fakta lebih dipadatkan untuk mendapatkan tema atau kata kunci dari data yang
diperoleh.
2. Membuat analisis data dari teori-teori dasar
Pada tahap ini peneliti akan membuat koding dari hasil tema atau kata
kunci yang telah diperoleh sebelumnya. Koding yang akan dilakukan ada 4
jenis, yaitu kode inisial (initial code), kode interpretatif (interpretative code),
membuat sub-tema dan tema besar. Pada tahap kode inisial, kata kunci yang
diperoleh dipadatkan lagi sesuai kondisi yang kausal. Kemudian pada koding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
interpretatif, kondisi kausal tersebut dipadatkan sesuai dengan konteks atau
fenomena. Selanjutnya, peneliti akan mengumpulkan hasil dari koding
interpretatif mengembangkan hubungan antar koding menjadi kategori-kategori
yang sama menjadi satu sub-tema. Pada tahap akhir, sub-tema yang ditemukan
kemudian ditinjau kembali untuk menemukan hubungan dari sub-tema yang
mampu menggambarkan skema atau model hubungan yang lebih sederhana
dalam bentuk tema besar.
E. Kredibilitas Penelitian
Pada penelitian kualitatif, validitas penelitian disebut sebagai kredibilitas.
Kredibilitas penelitian kualitatif dimaknai dengan sejauh mana peneliti memeriksa
keakuratan temuan-temuannya dengan menerapkan sejumlah prosedur tertentu
(Supratiknya, 2015). Suatu hasil penelitian kualitatif dikatakan memiliki
kredibilitas tinggi jika penelitian tersebut telah mencapai tujuannya dalam
mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial
atau pola interaksi yang kompleks (Afiyanti, 2008). Beberapa penulis menjabarkan
beberapa kriteria yang menggambarkan sejauh mana penelitian kualitatif dapat
dianggap sebagai penelitian yang baik. Elliot et al (dalam Willig, 2013)
menjabarkan beberapa kriteria yang mampu menunjukkan penelitian kualitatif
dianggap baik, peneliti menggunakan 4 dari 6 kriteria yang dijabarkan untuk
menilai sejauh mana penelitiaan ini dianggap baik. Berikut kriteria penelitian
kualitatif yang dianggap baik:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Memiliki satu perspektif
Peneliti memiliki nilai atau asumsi pribadi agar pembaca mampu
menginterpretasikan hasil analisis dan mempertimbangkan dengan interpretasi
yang lain.
2. Menempatkan sampel
Peneliti mampu memberikan gambaran deskripsi mengenai informan dan
kehidupan latar belakang informan agar pembaca dapat menilai relevansi dan
penerapan pada hasil penelitian
3. Memperdalam contoh dari penelitian sebelumnya
Peneliti menggunakan contoh data dari penelitian sebelumnya untuk
menunjukkan hasil dari analisis data, agar pembaca dapat menilai kesesuaian
interpretasi data dan peneliti
4. Resonansi pada pembaca
Peneliti mampu menyajikan materi atau hasil penelitian dengan baik agar
pembaca dapat mengingat dan merasa hasil penelitian memperjelas atau
memperluas pemahaman, dan pembaca dapat mengapresiasi hasil penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan pengambilan data pada penelitian ini berlangsung selama 3
minggu yakni di bulan Juni hingga Juli 2015. Keterbatasan jarak dan waktu
membuat peneliti tidak dapat melakukan rapport yang cukup lama pada
informan penelitian. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah wawancara. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini
berjumlah tiga orang. Lokasi serta waktu pelaksanaan wawancara dilakukan
dalam sebuah ruangan lapas yang disediakan oleh petugas lapas, yaitu ruangan
pemeriksaan kesehatan narapidana. Peneliti mewawancarai Informan 1 untuk
pertama kalinya pada tanggal 15 Juni 2015. Kemudian wawancara untuk
informan 2 dilakukan tanggal 22 Juni 2015. Sedangkan wawancara untuk
informan 3 dilaksanakan tanggal 26 Juni 2015.
Proses wawancara dilakukan saat pagi hari, di saat semua narapidana
memiliki waktu bebas untuk melakukan kegiatan di dalam lapas, seperti
berolahraga, mencuci, mandi, bersih-bersih dan lain sebagainya. Wawancara
dilakukan di ruang kesehatan narapidana, dimana beberapa narapidana dan
petugas sesekali masuk untuk mengambil obat atau sekedar mencari perawat
lapas, sehingga proses wawancara sedikit terganggu dengan hadirnya orang lain.
Masing-masing orang memerlukan waktu hingga dua jam saat proses
42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
wawancara. Saat proses wawancara berlangsung, informan diberikan waktu
berdua dengan peneliti, sehingga dapat dianggap hasil wawancara tidak
mendapat tekanan dari pihak lapas.
B. Gambaran Informan
Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah tiga orang
informan. Pemilihan jumlah informan tersebut berdasarkan ketersediaan
informan yang ada di lapas. Dari banyaknya narapidana yang tersangkut kasus
narkotika, pihak lapas memilihkan lima orang yang dianggap masih mampu
untuk berkomunikasi dengan orang lain, tetapi dua di antaranya kurang mau
terbuka saat rapport dan wawancara. Oleh karena itu hanya tiga orang informan
yang dapat memberikan informasi terkait penelitian yang dilakukan. Berikut
adalah gambaran atau profil ketiga informan:
1. Informan I
Informan pertama adalah DN, seorang wanita berusia 29 tahun yang
berasal dari tanah karo di Sumatera Utara, yang sudah mengalami banyak
pengalaman tidak menyenangkan sejak usia anak. Informan mengalami
tekanan psikologis dari ibu tiri hingga mengalami perilaku abusive dari ayah
tirinya. Tidak begitu jelas kapan DN mulai tinggal dengan ibu kandung dan
ayah tirinya. Awalnya DN tinggal bersama ayah kandung dan ibu tirinya,
tetapi DN merasa kekurangan perhatian dari ibu tirinya karena ayahnya
tidak pernah berada di rumah untuk bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Setelah tinggal bersama ibu kandungnya, DN mengalami putus
sekolah, bukan karena ketidakmampuan orangtua secara ekonomi, tetapi
karena DN selalu menjadi biang masalah di sekolah, sering berkelahi
dengan teman-temannya. Setelah putus sekolah, kegiatan DN hanya sesekali
membantu orangtuanya di pasar, tetapi lebih sering pergi bermain dengan
teman-temannya yang memperkenalkan minum-minuman beralkohol.
Menjalin cinta dengan seorang pria memang lazim dilakukan oleh DN
saat remaja. Memilih seorang laki-laki dengan latar belakang pecandu
narkotika dan memiliki masa lalu buruk membuat DN merasa iba hingga
akhirnya mendapat seorang anak dari hubungan di luar pernikahan tersebut.
Pada kondisi hamil, DN harus menikah dengan adat batak karo dengan laki-
laki tersebut. DN mulai mengenal narkotika dari suaminya yang merupakan
pecandu narkotika. Hanya mengikuti dan mencoba dari pemberian suami.
Pernikahan DN tidak berlangsung lama, hanya bertahan selama 1 tahun
karena DN merasa suaminya tidak mampu bertanggung jawab pada dia dan
anaknya.
Sejak bercerai, DN kembali berkumpul dengan teman-temannya yang
membuat DN kembali menjadi pecandu alkohol dan narkotika. DN
memiliki pola hidup yang buruk, bahkan jarang pulang ke rumah sehingga
terkadang orangtua merasa khawatir dan selalu menduga DN mengalami
kejadian-kejadian yang buruk di luar. Kehidupan DN yang semakin
kecanduan pada alkohol dan narkotika mulai memberikan dampak pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
fisik, kognitif dan psikologisnya. DN mulai memiliki pemikiran bahwa
tanpa alkohol dirinya merasa sakit, mulai mengalami gangguan delusi dan
bahkan sampai melakukan tindak kriminal untuk memenuhi kecanduannya.
Sebelum akhirnya tertangkap dan masuk ke dalam lembaga
pemasyarakatan atau lapas, DN sempat mendapatkan rehabilitasi. DN
merasa bahwa gangguan delusi yang dialami membuat perasaan menderita
sehingga akhirnya DN berkeinginan untuk sembuh sehingga menerima
tawaran pertolongan dari kenalan ibunya untuk masuk ke dalam rehabilitasi.
Keinginan untuk sembuh kandas karena DN merasa tidak mampu
melanjutkan program-program yang diberikan saat rehabilitasi, DN merasa
bahwa program rehabilitasi hanya menguras kesabarannya. Akhirnya DN
memutuskan kabur dari rehabilitasi dan merasa mendapat dukungan dari
ibunya.
Berhasil kabur dari rehabilitasi, DN menemui kekasih barunya yang
ternyata merupakan seorang pengedar narkotika. DN merasa semakin
terjerumus pada narkotika karena pengaruh pasangannya tersebut hingga
akhirnya DN tertangkap dan masuk ke dalam lapas. Saat mendapat pilihan
untuk mendapat rehabilitasi atau mendapat hukuman di lapas, DN dengan
tegas lebih memilih berada di lapas walau dengan waktu hukuman lebih
lama.
DN mendapat hukuman kurungan di lapas selama enam tahun dan
telah menjalani tiga tahun dari masa tahanan. Sejauh ini DN merasa bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
lapas lebih baik dibandingkan rehabilitasi karena dapat melakukan aktivitas-
aktivitas yang disukai oleh DN ketika berada di dalam lapas.
2. Informan II
Informan kedua adalah YG yang merupakan seorang pria berusia 26
tahun. YG telah menjadi tahanan di sebuah lapas daerah Sumatera Utara
karena penggunaan narkotika. YG merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, dimana YG dan saudara tertuanya sama-sama menggunakan
narkotika dan ditangkap bersamaan karena kasus yang sama. Namun, saat
telah mendapat putusan dari pengadilan, YG dan saudaranya tidak berada di
lapas yang sama karena hukuman kurungan yang dijatuhkan pada
saudaranya jauh lebih lama dibandingkan YG.
YG dan keluarganya tinggal di sebuah desa kecil di wilayah
Kabanjahe, Sumatera Utara. YG merupakan seorang dengan suku batak
karo. Keluarga YG dapat dikatakan memiliki kemampuan ekonomi lebih
dari cukup. Hal tersebut dikarenakan kemampuan orangtua menyekolahkan
YG sampai ke jenjang perguruan tinggi walau beberapa kali harus pindah
sekolah dan putus kuliah saat di perguruan tinggi. Saat berada di lapas, YG
tetap menerima uang dari orangtuanya dengan jumlah yang tidak sedikit
untuk keperluannya membeli narkotika.
YG mulai mengenal narkotika saat berada di bangku sekolah dan
tinggal di Medan karena harus sekolah jauh dari orangtua. YG mengawali
dengan menggunakan ganja dan akhirnya sampai menggunakan sabu-sabu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dengan kadar candu yang lebih tinggi saat di perguruan tinggi. Saat berhenti
kuliah, YG mencoba membuat wirausaha bus, tetapi gagal karena kembali
menggunakan narkotika yang akhirnya membuat keadaan ekonomi keluarga
semakin buruk, hingga akhirnya YG bersama saudaranya tertangkap dan
berada di lapas dengan masa tahanan tiga tahun dan telah menjalani sepuluh
bulan masa tahanan.
Enam bulan pertama di lapas YG masih sering menerima kunjungan
dari orangtuanya, tetapi empat bulan terakhir orangtuanya sudah mulai tidak
datang karena YG masih tetap menggunakan narkotika saat di lapas. YG
yang mulai merasa bersalah kepada orangtuanya meniatkan diri untuk
bertobat dengan berhenti menggunakan narkotika dan hal tersebut dibantu
dengan kegiatan yang dijalani di gereja lapas. YG mulai sering melakukan
aktivitas di gereja dan mengambil bagian di dalam gereja, hingga
berkonsultasi dengan pendeta yang bertugas di sana. DN juga mencari uang
dengan menjual rokok pada para tahanan lain yang ada di lapas. YG yang
akhirnya mengaku mampu untuk tidak kembali menggunakan narkotika
ketika di lapas, merasa bisa kembali ke masyarakat tanpa takut untuk
terjerumus kembali menggunakan narkotika.
3. Informan III
Informan ketiga adalah EG. Pria yang dilahirkan dan dibesarkan di
tanah karo Sumatera Utara. Kemampuan ekonomi keluarga EG dapat
dikatakan sebagai golongan di bawah rata-rata yang menyebabkan EG harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
putus sekolah sejak SD karena tidak adanya biaya dari orangtuanya. EG
merasa tidak mendapatkan dukungan untuk sekolah dari orangtuanya dan
akhirnya harus merantau ke tempat keluarganya agar bisa tetap sekolah
seperti keinginan abangnya. EG merasa bahwa hanya abangnya yang
memberikan dukungan untuk terus sekolah agar dapat mencapai cita-
citanya. Namun, semenjak abang EG meninggal dunia, EG merasa hidupnya
menjadi tidak bergairah karena kehilangan orang yang paling mampu
memberi semangat dan dukungan padanya.
Keadaan keluarga yang hanya bekerja di ladang sebagai petani,
memaksa EG untuk tinggal dan bekerja dengan keluarganya yang lain agar
dapat sekolah. Hal tersebut dilakukan oleh EG karena abang EG
memintanya untuk menjadi aparat keamanan negara. Saat sebelum
meninggal, abang EG juga merupakan seorang narapidana, tetapi EG tidak
menceritakan secara detail mengenai kasus pidana yang dialami oleh
saudara kandungnya tersebut. Tidak lama setelah keluar dari lapas, abang
EG meninggal dunia, tentunya hal tersebut membuat rasa kehilangan yang
mendalam pada EG.
Semenjak kehilangan abangnya, EG mulai mengenal pergaulan yang
membawa pengaruh negatif pada dirinya . EG mengikuti kenakalan teman-
temannya dengan ikut balap liar hingga sempat putus sekolah saat sekolah
menengah pertama. Pada saat memasuki sekolah menengah atas EG mulai
mencoba mengkonsumsi narkotika hingga EG harus putus sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
mendekati ujian akhir. EG merasa bahwa narkotika dapat memberikan
ketenangan saat dirinya merasa tertekan dan putus asa, sehingga EG dengan
kesadaran penuh mau mengikuti teman-temannya yang mengkonsumsi
narotika.
Sebelum tertangkap EG mengaku hanya mengikuti teman-temannya
saja karena merasa tidak mengalami kecanduan pada narkotika. Saat
tertangkap EG tengah menggunakan narkotika bersama teman-temannya
dan akhirnya berada pada lapas yang sama. Namun, walaupun di lapas
masih dapat menggunakan narkotika, EG merasa tidak terganggu karena
merasa tidak mengalami kecanduan pada narkotika. EG merasa
menggunakan narkotika bukan karena kecanduan, tetapi hanya karena
terpengaruh dengan ajakan teman-temannya yang menggunakan narkotika.
Lapas membuat EG menyesali segala perbuatannya hingga memilih
untuk tidak kembali bergaul dengan teman-temannya yang masih
menggunakan narkotika. Hal tersebut karena perasaan bersalah yang begitu
besar kepada abang dan keluarganya, hingga EG merasa tidak pantas dan
tidak layak pada dirinya sendiri. EG masih harus menjalani selama 6 bulan
masa tahanan lagi dari satu tahun hukuman yang diterima oleh EG.
C. Hasil Penelitian : Informan I
Dari hasil analisa data, ditemukan empat tema yang menggambarkan
kesejahteraan psikologis informan. Keempat tema tersebut adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1). memandang masa pidana sebagai masa pengembangan diri; 2). memaknai
keluarga sebagai motivator; 3). memandang hidup sebagai beban; dan 4).
memandang relasi sosial sebagai sumber dukungan. Keempat tema tersebut
menggambarkan bagaimana perasaan dan pengalaman informan dalam
menjalani masa pidana sebagai narapidana di dalam lapas. Menjalani masa
pidana membuat informan memandang hidupnya sebagai beban yang harus
ditanggung, sehingga dirinya merasa memerlukan bantuan berupa motivasi dari
relasi sosial, seperti keluarga dan teman-teman dalam lingkup sosial. Proses
menjalani masa pidana membuat informan lambat laun merasa bahwa masa
pidana merupakan masa diri untuk berkembang dan meningkatkan kemampuan
agar dapat menjadi individu yang lebih baik. Keempat tema tersebut akan diulas
satu per satu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.1
Tabulasi tema informan I
No Sub-Tema Tema
1 Menjadikan masa lalu sebagai
pembelajaran
Memandang masa pidana
sebagai masa pengembangan
diri
2 Merasa mengalami perkembangan di
lapas
3 Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran
4 Ingin mengalami perkembangan diri
5 Religiusitas sebagai koping
1 Keinginan membahagiakan keluarga Memaknai keluarga sebagai
motivator 2 Perasaan bersalah pada keluarga
1 Merasa hidup penuh beban
Memandang hidup sebagai
beban
2 Memandang diri tidak mampu
3 Tidak mampu menghadapi tantangan
dalam proses berkembang
1 Membutuhkan dukungan sosial Relasi sosial sebagai sumber
dukungan 2 Memiliki relasi sosial yang baik
C.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan I
Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis
informan adalah “memandang masa pidana sebagai masa pengembangan
diri”. Tema ini menggambarkan ungkapan perasaan dan pengalaman
informan yang melihat hal-hal yang dialami dan dihadapi dalam tahanan
justru sebagai sarana untuk memperbaiki diri. ada sejumlah sub-tema
yang menggambarkan bagaimana informan memaknai masa tahanannya
sebagai sarana memperbaiki diri yang akan dijabarkan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
C.1.1 Menjadikan masa lalu sebagai pembelajaran
Sub-tema pertama adalah „menjadikan masa lalu sebagai
pembelajaran‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
informan berusaha memaknai masa lalu-nya yang bermasalah
justru sebagai sebagai pengingat tentang hal-hal dan perilaku
yang ingin dia perbaiki di masa datang. Sub-tema ini
menggambarkan sikap reflektif informan untuk belajar dari
situasi tidak menyenangkan di masa lalu dan mengambil langkah-
langkah perubahan supaya pengalaman tidak menyenangkan di
masa lalu tidak terulang. Pemaknaan ini misalnya tercermin
dalam ungkapan berikut:
“…ya kadang istilahnya, saya ambil hikmat dari trauma saya
dulu. Karna saya juga bisa dibilang korban perkosaan, mungkin
dari situ saya bisa menghindari...istilahnya laki-laki” (informan I,
95-98)
C.1.2 Merasa mengalami perkembangan di dalam lapas
Sub-tema kedua adalah „merasa mengalami perkembangan
di lapas‟. Sub-tema ini menggambarkan ungkapan perasaan dan
pengalaman informan yang menunjukkan bagaimana informan
melihat adanya perubahan-perubahan positif dalam dirinya
selama menjalani pidana. Pengalaman tidak menyenangkan
membuat informan merasa menjadi individu yang berkembang
kea rah yang lebih baik lagi. Hal ini tercermin dalam ungkapan
Informan I berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
“…Cuma selalu saya pikirkan istilahnya, apa yang saya dapat,
gitu. Itu yang bikin saya kuat sebetulnya. Cuman kalo
diluarpun saya lihat ya, emosi saya kayak mana, kalo misalnya
ada saya rasa ga pas, sama sama makan nasi kok. Kayak mana
rupanya, kan kalo udah bisa saya mandiri.” (informan I, 449-
455)
“…Tapi kan istilahnya, saya sakit hati, gitu. Disitu makanya
istilahnya, ya kayak gini rupanya, pikir ku gitu. Disinilah
istilahnya hal yang saya dapatkan paling besar kesabaran”
(Informan I, 396-399)
Informan merasa menjalani masa pidana membuat dirinya
menjadi orang yang lebih mandiri dibandingkan sebelum berada
di dalam lapas, selain itu dirinya menjadi lebih sabar menghadapi
tantangan yang dialami selama menjalani masa pidana
C.1.3 Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran
Sub-tema ketiga adalah „rehabilitasi sebagai ujian
kesabaran‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
memaknai pengalaman dan perasaan yang di alami oleh informan
di dalam lapas dengan membandingkan dirinya saat menjalani
rehabilitasi. Kehidupan didalam lapas dianggap lebih memberi
kebebasan pada informan dalam melakukan sesuatu
dibandingkan rehabilitasi, dimana program rehabilitasi membuat
informan merasa tidak mampu dan kehilangan kesabaran,
sehingga informan merasa bahwa rehabilitasi merupakan sebuah
ujian yang menguji kesabarannya. Hal ini tercermin dari
ungkapan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
“…Yang saya rasakan di rehab itu, kayak mana, saya ga nerima
gitu, karna disana kan bukan ee fisik kita yang di apakan,
mental kita disuruh apa, kesabaran di apakan, disanalah kita
rame gitu dibikinlah, ada istilahnya namanya single-nya. Itu
sebagai istilahnya penggoda gitukanlah. Kalo kita kayak mana,
ngetes kesabaran kita. Jadi, saya ga sabar gitu” (informan
I,168-175)
C.1.4 Ingin mengalami perkembangan diri
Sub-tema keempat adalah „ingin mengalami perkembangan
diri‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
memandang pengalamannya saat sebelum dan sesudah di lapas,
dimana informan merasa merasakan lebih banyak pengalaman
tidak menyenangkan. Pengalaman tersebut membuat dirinya
berkeinginan untuk menjadi individu yang lebih baik, mengalami
peningkatan dan perkembangan pada diri agar tidak kembali pada
kesalahannya di masa lalu. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…mau bantu orangtua lah, karena istilahnya-pun udah banyak
kali keluar uang mereka buat saya karna bandal dulu. Jadi apa
ya, gimana, mau jadi lebih baik aja-lah. Cukuplah hidup kayak
gini ini” (Informan I, 585-589)
“…Saya rasa istilahnya rasanya selama saya di penjara ini, ya
niat saya untuk berubah memang makin kuat” (Informan I,
344-346)
C.1.5 Religiusitas sebagai koping
Sub-tema terakhir adalah „religiusitas sebagai koping‟. Sub-
tema ini menggambarkan bagaimana informan memandang
religiusitas sebagai tempat untuk berkeluh kesah, meminta maaf
dan tempat untuk mendapatkan kekuatan dalam menjalani masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pidana di dalam lapas. Penyesalan dan rasa bersalah membuat
informan mencari tempat untuk membagikan keluh kesah dan
kecemasannya dalam menjalani hidup di dalam lapas, sehingga
informan merasa perlu meminta maaf dan meminta kesempatan
kepada Tuhan agar kehidupannya setelah keluar dari lapas
menjadi lebih baik. Gambaran ini tercermin dari kutipan berikut:
“…Tuhan tolong beri saya kekuatan, gitukan. Saya tau saya
lemah, sering jatuh. Udah kayak gini, keluar nanti, udah saya
konsep semuanya kayak mana nantinya gitu kan. Tapi kalo
kesilapan selalu ada ya Tuhan. Tolong bantu saya, gitu”
(Informan I, 572-577)
C.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan I
Tema kedua yang ditemukan dari hasil analisa data dari informan I
adalah “Memaknai keluarga sebagai motivator”. Tema ini
menggambarkan bagaimana perasaan dan harapan informan pada diri
dan keluarganya yang membuat informan mampu menjalani masa
pidananya dengan berkeinginan untuk mengalami perkembangan agar
dapat membahagiakan keluarganya. Keluarga dimaknai sebagai sumber
penyemangat atau motivasi dalam menyadari kesalahan dan keinginan
untuk berkembang menjadi lebih baik. Berikut merupakan beberapa sub-
tema yang menggambarkan bagaimana informan memaknai hubungan
dengan keluarganya selama dirinya menjalani masa pidana di lapas:
C.2.1 Perasaan bersalah pada keluarga
Sub-tema yang pertama adalah „perasaan bersalah pada
keluarga‟. Pada sub-tema ini menggambarkan bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
informan menyesali segala perbuatannya di masa lalu yang
menyebabkan dirinya mendapatkan sanksi pidana, sehingga
membebani keluarganya. Informan mengalami perasaan bersalah
karena telah membebankan tanggung jawab yang begitu besar
pada keluarganya, seperti masih membebani orangtua untuk
menjaga anaknya. Hal ini tercermin pada kutipan berikut:
“…udah semua bebanku, kukasikan sama dia. Jadikan ya
Tuhan, tolong aku, kasikan aku waktu buat mama-ku itu sehat
sampai aku keluar dan kasi aku waktu istilahnya untuk
memberi dia kebahagiaan” (Informan I, 506-511)
C.2.2 Keinginan membahagiakan orangtua
Sub-tema kedua adalah „keinginan membahagiakan
keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
merasa bersalah kepada keluarganya, sehingga dirinya merasa
harus mengalami perkembangan untuk dapat mengurangi beban
keluarga dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik
pada keluarga setelah selesai menjalani masa pidana di dalam
lapas.Perasaan ini muncul setelah perasaan bersalah yang dialami
informan kepada keluarganya terkait segala perbuatannya di masa
lalu. Hal ini digambarkan melalui kutipan berikut:
“aku jahat kali, aku bisa jadi kawanmu, keluarpun nanti aku
mak, kamu berhenti aja yang bekerja, aku yang gantikan kamu.
Ku bilang” (informan I, 489-492)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
C.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan I
Tema ketiga adalah “memandang hidup sebagai beban”. Tema ini
menggambarkan bagaimana informan memandang dan memaknai
kehidupannya dari awal hingga saat dirinya menjalani sanksi pidana di
lapas. Informan yang merasa bahwa dirinya menjalani kehidupan yang
berat, seperti mengalami banyak tantangan dalam proses berkembang
dimana dirinya terkadang merasa tidak mampu. Selama menjalani
kehidupan terkadang informan mempertanyakan makna hidup yang
sedang di jalani olehnya. Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan
bagaimana informan memandang kehidupannya sebagai beban berat
yang akan dijabarkan sebagai berikut:
C.3.1 Merasa hidup penuh beban
Sub-tema pertama adalah „merasa hidup penuh beban‟.
Pada sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
memandang kehidupannya, dimana dirinya merasa terkadang
mempertanyakan makna hidupnya sendiri karena pengalaman
hidupnya yang dirasa membebani dirinya. Hal tersebut tercermin
pada kutipan
“…ya, kalo beratnya, ga saya ambil apa-nya ya, berat memang.
Kadang ya, ngapain hidup-pun” (Informan I, 118-120)
Pernyataan di atas muncul setelah informan menceritakan
mengenai pengalamannya di masa lalu ketika kecanduan alkohol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dan narkotika, dimana informan mengalami banyak hal untuk
memenuhi rasa candunya
C.3.2 Memandang diri tidak mampu
Sub-tema kedua adalah „memandang diri tidak mampu‟.
Pada sub-tema ini, informan menggambarkan bagaimana
perasaan dan pandangan informan terkait dirinya sendiri yang
merasa tidak percaya pada kemampuannya, sehingga informan
berpasrah pada Tuhan dan keadaan selama dirinya berada di
dalam lapas. Hal tersebut, tercermin pada kutipan berikut:
“seandainya ga bisa-pun, berarti Tuhan masih sayang sama
saya. Kalau saya keluar-pun, mungkin saya belum bisa
berubah, gitu” (informan I, 418-421)
C.3.3 Tidak mampu menghadapi tantangan dalam proses berkembang
Sub-tema ketiga adalah „tidak mampu menghadapi
tantangan dalam proses berkembang‟. Sub-tema ini
menggambarkan pandangan informan pada dirinya sendiri dalam
proses perkembangan diri. Informan merasa tidak mampu
mengontrol diri, sehingga informan merasa terkadang dirinya
tetap melakukan kesalahan dan merasa butuh untuk dimaklumi
untuk kesalahan yang dilakukannya dalam menghadapi tantangan
untuk berkembang selama menjalani masa pidana. Hal ini
ditunjukkan melalui kutipan berikut:
“…kadang-kadang bisa dibilang, ya walaupun dalam seribu
sekali silapnya ya tetap ada, kan gitu. Karena saya ga bisa
mengontrol diri, gitu.” (informan I, 349-352)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
C.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan I
Tema keempat adalah “relasi sosial sebagai sumber dukungan”.
Tema ini menggambarkan bagaimana informan menjalani relasi
sosialnya di dalam lapas, dan bagaimana informan memandang relasi
sosial sebagai bagian dalam proses menjalani masa pidana di lapas.
Informan merasa bahwa dirinya merupakan individu yang mampu
memiliki relasi sosial yang baik, walau terkadang dirinya merasa bahwa
tidak mendapat timbal balik dari relasi sosial yang dibangun oleh dirinya.
Ada beberapa sub-tema yang menggambarkan bagaimana informan
memandang relasi sosial sebagai sumber dukungan, berikut
penjabarannya:
C.4.1 Membutuhkan dukungan sosial
Sub-tema pertama adalah „membutuhkan dukungan sosial‟.
Pada sub-tema ini, menggambarkan bagaimana informan merasa
bahwa dirinya kerap merasa ditinggalkan padahal informan
membutuhkan dukungan sosial untuk bertahan menjalani masa
pidana. Informan merasa tidak menerima dukungan dari relasi
sosial dalam bentuk apapun, sehingga dirinya menjadi meratapi
kehidupan. Hal ini tampak dari kutipan berikut:
“…disaat saya terpuruk itu, kenapa tidak ada orang yang
mengulurkan tangan buat saya? (Informan I, 394-395)
“…jangankan istilahnya mau ngasi apa gitu, mau ngomong
untuk ngasi kesabaran aja ga ada. Itu makanya, kayak gini
rupanya hidup ini bah” (Informan I, 403-405)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
C.4.2 Memiliki relasi sosial yang baik
Sub-tema kedua adalah „memiliki relasi sosial yang baik‟.
Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan menjalani
kehidupan sosialnya dengan membangun hubungan baik dengan
teman-teman di dalam lapas. Informan menggambarkan
bagaimana hubungan baik yang terjalin dari kegiatan yang sering
dilakukan bersama dengan teman-teman di dalam lapas. Hal ini
tercermin dari kutipan berikut:
“…baik. namanya juga kawan sependeritaan kan. Cuma ya,
istilahnya berantam-pun ga bisa diingkari kan. Kalo saya
orangnya ga di kacau (ganggu), ga akan saya kacau orang lain.
Jadi kalo ada misalnya ee istilahnya mengganggu urusan saya,
nah itu biasanya saya kelai-kan orangnya. Cuma ya kebanyakan
baiknya semua kalo bekawan disini” (Informan I, 438-446)
D. Hasil Penelitian: Informan II
Dari hasil analisa data, ditemukan empat tema yang menggambarkan
kesejahteraan psikologis pada informan. Keempat tema tersebut adalah 1).
Memaknai keluarga sebagai sumber dukungan dan motivasi; 2). Keinginan kuat
untuk terus mengalami peningkatan diri; 3). Memandang spiritualitas sebagai
coping; dan 4). Memandang lapas dan rehabilitasi sebagai tempat proses
pembelajaran. Keempat tema tersebut muncul sebagai perwujudan dari perasaan
dan pengalaman informan selama menjalani masa pidana. Informan kerap kali
memandang lapas dan rehabilitasi sebagai tempat untuk berproses menjadi lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
baik, sehingga selalu termotivasi untuk mengalami peningkatan dan
perkembangan pada diri. Proses mengalami peningkatan tidak terlepas dari
motivasi yang didapatkan berkat dukungan keluarga dan kemampuan
spiritualitas informan sebagai coping dalam menjalani masa pidana. Keempat
tema tersebut akan dibahas secara satu persatu, sebagai berikut:
Tabel 4.2
Tabulasi Tema Informan II
No Sub-Tema Tema
1 Perasaan bersalah pada keluarga
Memaknai keluarga
sebagai sumber
dukungan dan motivasi
2 Keluarga menjadi motivasi untuk terus
berkembang
3 Membutuhkan dukungan dari keluarga
4 Kehilangan dukungan keluarga membuat
perasaan rindu
1 Merasa diri mengalami perkembangan Keinginan kuat untuk
mengalami peningkatan
diri
2 Keinginan untuk mengalami peningkatan dan
perkembangan
3 Membatasi diri agar terhindar dari pengaruh
negatif yang berasal dari lingkungan sosial
4 Memandang diri tidak mampu
1 Religiusitas sebagai coping Memandang
spiritualitas sebagai
coping
2 Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
1 Lapas memberikan dampak positif Memandang lapas dan
rehabilitasi sebagai
tempat proses
pembelajaran
2 Memiliki relasi positif dengan orang lain
3 Lapas memberikan dampak negatif
4 Program rehabilitasi memunculkan rasa
tersiksa
D.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan II
Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis
informan adalah “Memaknai keluarga sebagai sumber dukungan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
motivasi”. Tema ini menggambarkan bagaimana informan memaknai
hubungan dengan keluarga selama berada di lapas, dimana dirinya
merasakan perasaan bersalah kepada keluarga karena kesalahan yang
dilakukannya, sehingga dirinya ingin memperbaiki diri agar mampu
membahagiakan keluarganya. Ada sejumlah sub-tema yang
menggambarkan bagaimana informan memaknai hubungannya dengan
keluarga sebagai sumber dukungan dan motivasi, yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
D.1.1 Perasaan bersalah pada keluarga
Sub-tema yang pertama adalah „perasaan bersalah pada
keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana keberadaan
di dalam lapas membuat informan merasa menyesal kepada
keluarga yang mengalami banyak kesulitan karena kesalahan
yang dilakukannya. Informan merasa penyesalan yang terlambat
membuat keluarga semakin mengalami kesulitan. Hal ini
tercermin dari kutipan berikut:
“…menyesal lah. Udah saya hancurkan yang nama nya
keluarga itu, kayak ga bisa lagi saya, apa saya bisa sampai kan
karna menyesal kali rasa nya. Itulah, udah kayak gini baru lah
saya sadar, bukan dari dulu saya tobat itu, udah habis semua
baru saya sekarang menyesal” (Informan II, 180-185)
D.1.2 Keluarga menjadi motivasi untuk terus berkembang
Sub-tema kedua adalah „keluarga menjadi motivasi untuk
terus berkembang dan membahagiakan keluarga. Sub-tema ini
menggambarkan bagaimana perasaan bersalah pada informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kepada keluarganya, membuat dirinya berkeinginan untuk
mengalami perubahan yang positif pada dirinya agar keluarga
bahagia ketika dirinya keluar dari lapas. Niatan informan
ditunjukkan dengan kesungguhannya untuk berhenti
mengkonsumsi narkotika sebagai bentuk dari perubahan positif
pada dirinya. Sub-tema ini dapat tercermin dari kutipan berikut:
“Tapi sekarang udah jadi kayak mana ya, udah gamau lagi
kayak gitu. Udah habis harta orangtua. Sampai terganggu
sekolah, sampe adek yang ga make pun ikut keganggu
kuliahnya karna abang nya. Ya, apa ya, aku pun udah bosan
hidup kayak gini. Menyesal lah udah. Mudah-mudahan keluar
pun nanti, ga ku ulangi lagi narkoba ini” (Informan II, 339-
345)
D.1.3 Membutuhkan dukungan dari keluarga
Sub-tema ketiga adalah „membutuhkan dukungan dari
keluarga‟. Sub-tema ini menunjukkan bagaimana kebutuhan
informan akan dukungan sosial dari keluarganya dalam menjalani
masa pidana di lapas. Dukungan sosial dari keluarga membuat
informan merasa lebih baik dan termotivasi untuk keluar dari
lapas menjadi individu yang lebih baik lagi. Kehilangan
dukungan keluarga membuat informan merasa sedih sehingga
menimbulkan motivasi pada dirinya. Hal ini tercermin pada
kutipan berikut:
“…Akhirnya mereka udah jarang kesini, mulai saya rasa kan
sakit nya. Disitu lah saya mulai mau mau itu bah, mau mau ikut
gereja” (Informan II, 366-368)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
D.1.4 Kehilangan dukungan keluarga membuat perasaan rindu
Sub-tema terakhir adalah „kehilangan dukungan keluarga
membuat perasaan rindu‟. Sub-tema ini menggambarkan
bagaimana perasaan informan kepada keluarganya yang berhenti
memberikan dukungan sosial, baik dalam bentuk finansial
maupun kunjungan ke lapas. Ketidakhadiran keluarga membuat
informan tersadar akan kesalahannya, sehingga dirinya ingin
kembali berkumpul dengan keluarganya. Perasaan ingin bertemu
keluarga semakin terasa ketika informan merasa jenuh di dalam
lapas. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…Pengen lah keluar sana, ketemu sama keluarga, kumpul
lagi. Kalo disini kan, apa apa susah. Gimana di bilang ya, jenuh
aja liat itu itu aja, cuma gitu gitu aja” (Informan II, 92-95)
D.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan II
Tema kedua adalah “keinginan kuat untuk terus mengalami
peningkatan pada diri”. Tema ini menggambarkan bagaimana tekad dan
keinginan informan untuk terlepas dari narkotika dan ingin mengalami
perubahan yang positif pada dirinya selama dirinya menjalani masa
pidana. Proses menuju keinginan untuk berkembang melalui beberapa
fase, seperti merasa diri tidak mampu dan merasa perlu membatasi diri
dengan lingkungan sosila karena perasaan takut kembali pada kesalahan
yang sama. Hal tersebut kemudian menjadi dasar informan untuk
berkeinginan mengalami perkembangan dan peningkatan pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
selama menjalani masa pidana. Ada sejumlah sub-tema yang
menggambarkan keinginan informan untuk mengalami perkembangan
dan peningkatan selama di dalam lapas. Berikut penjabaran dari beberapa
sub-tema tersebut:
D.2.1 Merasa diri mengalami perkembangan
Sub-tema pertama adalah „merasa diri mengalami
perkembangan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
pandangan dan perasaan positif informan pada dirinya sendiri
saat berada di dalam lapas. Informan membandingkan dirinya
dari sebelum dan awal masuk ke dalam lapas, hingga saat
pengambilan data dilakukan, dimana informan merasa bahwa
dirinya mengalami perkembangan yang lebih baik. Hal ini
tercermin dari kutipan berikut:
“…bisa meninggalkan narkoba, salah satunya. Sudah bisa
mulai menerima kenyataan. Dan masih banyaklah. Kalo dulu,
saya masih baik sama keluarga gitu, saya masih minta di kirimi
uang, kalo ga di kirim, saya bisa ngamuk besar disini. Orangtua
saya bentak bentak “emang kau udah ga sayang lagi”, tapi
sekarang udah ga gitu lagi, dan saya ga pernah lagi. Udah ga
pernah datang uang dari orangtua saya lagi. Saya
mengandalkan kesehatan aja ndak cukup, aku biarkanlah dia
sendiri aja lah yang mengerti” (Informan II, 125-135)
D.2.2 Keinginan untuk mengalami peningkatan dan perkembangan
Sub-tema kedua adalah „keinginan untuk mengalami
peningkatan dan perkembangan‟. Sub-tema ini menunjukkan
bagaimana tekad informan untuk memenuhi keinginannya
mencapai perkembangan dan peningkatan yang lebih baik pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dirinya selama dirinya berada di dalam lapas agar dirinya menjadi
individu yang lebih baik saat keluar dari lapas. Hal ini tercermin
dari kutipan berikut:
“…udah cukup lah disini terakhir. Jangan lah lagi masuk sini,
apalagi make narkoba itu. Cukup bantu orang tua aja lah. Udah
kasihan kali mereka, sengsara. Biar ku ganti semua yang udah
ku buat itu sama mereka” (Informan II, 306-310)
D.2.3 Membatasi diri agar terhindar dari pengaruh negatif yang berasal
dari lingkungan sosial
Sub-tema ketiga adalah „membatasi diri agar terhindar dari
pengaruh negatif yang berasal dari lingkungan sosial‟. Sub-tema
ini menggambarkan bagaimana pandangan informan pada
lingkungan sosialnya yang dianggap mampu mempengaruhi
dirinya. Informan merasa perlu membatasi diri dengan
lingkungan yang membawa pengaruh negatif, sehingga dirinya
tidak kembali mengulang kesalahan yang pernah dilakukannya di
masa lalu. Hal ini ditunjukkan dari kutipan berikut:
“…Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali pun,
jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja. Karna di kamar pun
rame kan, jadi ya banyak lah kenal” (Informan II, 316-319)
D.2.4 Memandang diri tidak mampu
Sub-tema keempat adalah „memandang diri tidak mampu‟.
Sub-tema ini menggambarkan bagaimana pandangan informan
pada dirinya dalam proses perkembangan. Informan kadang
merasa tidak mampu untuk menjadi individu yang lebih baik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
sehingga merasa rendah diri. Hal ini tercermin dari kutipan
berikut:
“…Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali pun,
jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja. Karna di kamar pun
rame kan, jadi ya banyak lah kenal” (Informan II, 316-319)
D.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan II
Tema ketiga adalah “memandang spiritualitas sebagai coping”.
Tema ini menggambarkan bagaimana informan menjadikan kegiatan
spiritualitas sebagai kegiatan utama di dalam lapas. Kegiatan spiritualitas
dianggap informan sebagai kegiatan yang membuat dirinya mampu
menjadi lebih baik, seperti berhenti menggunakan narkotika dan mulai
berkembang dari segi emosional. Ada sejumlah sub-tema yang
menggambarkan bagaimana spiritualitas informan menjadi coping
selama berada di dalam lapas yang akan dijabarkan sebagai berikut:
D.3.1 Religiusitas sebagai coping
Sub-tema pertama adalah „religiusitas sebagai coping‟. Sub-
tema ini menunjukkan bagaimana informan memandang
kekuatan spiritualitas selama dirinya berada di dalam lapas.
Informan merasa banyak mengalami dampak positif dari
pengalaman spiritualitasnya yang membuat ia semakin
berkembang menjadi individu yang lebih baik. Hal ini tercermin
dari kutipan berikut:
“…ya itu, kadang menyesal, kadang apa, kadang bersyukur
juga. Campur aduk, apalagi pas pertama-tama dulu. Kalo dulu
pertama masih banyak marahnya karna rasa nya ga terima aja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
saya ada disini, tapi lama kelamaan, akhirnya sadar lah saya.
Saya salah ya harus di hukum lah. Kalo sekarang banyak
bersyukur aja, berarti Tuhan masih kasi kesempatan untuk
berubah. Gitu lah” (Informan II, 282-289)
D.3.2 Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
Sub-tema kedua adalah „perasaan bersalah pada keluarga
dan Tuhan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana perasaan
informan kepada keluarga dan Tuhan, dirinya merasa bersalah
dan perlu meminta maaf sehingga bisa mendapat kesempatan
untuk mengalami perubahan yang baik pada dirinya selama
berada di dalam lapas, yang tercermin dalam kutipan berikut:
“…Saya berdoa, sering biasa nya ada kunjungan pendeta gitu,
disitu lah saya suka minta ampun. Saya disini mencoba lah
untuk mengusahakan orangtua ga susah lagi karna saya.
Mereka pun udah gamau datang lagi, jarang kali. Jadi mau
gimana pun, harus lah saya bertobat ini, ingin lah saya buat
orang tua saya ini bahagia, jangan lah sengsara nya terus saya
buat” (Informan II, 352-359)
D.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan II
Tema keempat adalah “memandang lapas dan rehabilitasi sebagai
tempat proses pembelajaran”. Tema ini menggambarkan bagaimana
informan memandang pengalamannya selama di lapas dan
membandingkan dengan pengalaman sebelumnya di rehabilitasi.
Pengalaman tersebut dianggap informan sebagai bagian dari proses
pembelajaran untuk dirinya. Pandangan informan terbentuk dari
pengalamannya terkait dampak yang ia rasakan selama pernah menjalani
rehabilitasi dan masa pidana di dalam lapas. Ada sejumlah sub-tema yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menggambarkan bagaimana informan memandang lapas dan rehabilitasi
sebagai tempat berproses untuk mencapai perkembangan yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
D.4.1 Lapas memberikan dampak positif
Sub-tema pertama adalah „lapas memberikan dampak
positif‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
melihat pengalamannya selama menjalani masa pidana di lapas.
Informan merasa bahwa lapas memberikan dampak positif bagi
individu yang ingin terlepas dari narkotika untuk melatih
ketahanan mental dari menggunakan narkotika. Hal ini akan
tercermin dari kutipan berikut:
“…ee disini ya di kurung, di hukum. Kalo di rehab itu kan kita
di ajari gimana caranya lepas dari narkoba itu, tapi kalo disini
ya lepas lepas aja gitu. Masih bisa make juga disini. Ya kalo ga
punya uang berhenti, kalo masih ada uang, masih bisa lanjut
make disini. Jadi gitu lah ibaratnya, makanya saya bilang disini
lebih menang prakteknya” (Informan II, 249-256)
D.4.2 Memiliki relasi positif dengan orang lain
Sub-tema kedua adalah memiliki „relasi positif dengan
orang lain‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana hubungan
sosial informan di dalam lapas, dimana informan menjalin
hubungan yang cukup baik dengan teman-teman di lapas, seperti
mengikuti kegiatan bersama teman di lapas dan mampu
menghindari konflik sosial di dalam lapas. Hal tersebut,
tercermin pada kutipan berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
“…ya kalau ada kumpul-kumpul, ikut, duduk sama-sama.
Ngobrol-ngobrol. Cuma ya ga semua akrab. Beberapa aja.
Karna apa ya, kan kayak tadi itu lah” (Informan II, 312-315)
“…Cuman memang kadang kadang, ya biasa lah, ada yang ga
di sukai, tapi diamin aja. Gamau lagi saya ambil pusing, hidup
saya aja udah kayak gini, jadi gamau lagi tambah tambah
masalah… Tapi ya karna saya juga disini cari duit jualan
rokok, jadi banyak lah juga kawan saya yang dekat dekatin,
biar bisa ngutang, bisa gratis lah kadang-kadang. Gitu lah”
(Informan II, 319-326)
D.4.3 Lapas memberikan dampak negatif
Sub-tema ketiga adalah „lapas memberikan dampak
negatif‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana informan
memandang masa pidana di dalam lapas juga dapat memberikan
dampak negatif bagi dirinya. Informan memandang bahwa lapas
dapat membuat individu lebih terjerumus jika tidak memiliki
kontrol diri yang baik selama di dalam lapas. Hal ini tercermin
dari kutipan berikut:
“…itu tadi saya bilang, makin disini, makin ga beres hidup
saya. Makin jadi, apalagi ketemu sama kawan kawan make satu
kamar, tiap hari pengen make. Jadi minta uang terus sama
orangtua, sampe kadang kadang ku bentaki mereka itu”
(Informan II, 361-366)
D.4.4 Program rehabilitasi memunculkan rasa tersiksa
Sub-tema keempat adalah „program rehabilitasi
memunculkan rasa tersiksa‟. Sub-tema ini menggambarkan
bagaimana perasaan informan terhadap pengalamannya selama di
dalam lapas dan membandingkan pengalaman tersebut dengan
masa pidananya di dalam lapas. Informan merasa bahwa program
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
selama rehabilitasi lebih membuat perasaan tersiksa
dibandingkan masa pidana di dalam lapas. Hal tersebut tercermin
dari kutipan berikut:
“…karna itu tadi, banyak kali pelatihannya itu yang kejam, ya
saya pun akhirnya tau lah karna itu pun biar kami bisa lepas
dari narkoba itu, tapi saya waktu itu namanya udah kecanduan
kali, ga kuat disana, pengen juga balik ke kampung. Akhirnya
nekat kabur lah, walau belum seharusnya keluar dari sana”
(Informan II, 205-211)
E. Hasil Penelitian: Informan III
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada empat tema yang mampu
menggambarkan kesejahteraan psikologis informan selama berada di lapas.
Keempat tema tersebut adalah 1). Memandang keluarga sebagai support system,
2). Masa pidana menjadikan pandangan pada diri buruk, 3). Kecemasan pada
relasi sosial, dan 4). Memandang masa tahanan sebagai masa pengembangan
diri. Keempat tema ini menggambarkan bagaimana informan memaknai masa
pidananya sebagai tempat untuk mengalami perkembangan pada diri, walau
merasakan tantangan berupa kecemasan dalam berhubungan sosial di dalam
lapas dan menjadikan pandangan terhadap dirinya buruk. Pada tema ini juga
menggambarkan bagaimana informan memandang dukungan keluarganya
sebagai support system dalam melewati masa masa pidana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 4.3
Tabulasi Tema Informan III
No Sub-tema Tema
1 Merasa mendapat dukungan dari significant
other
Memandang keluarga
sebagai support system
2 Merasa butuh dan takut kehilangan keluarga
3 Rasa kehilangan keluarga menyebabkan putus
asa
1 Memandang diri buruk
Masa pidana
menjadikan pandangan
diri buruk
2 Bayangan akan stigma negatif yang diterima
menyebabkan rasa rendah diri
3 Terkurung membuat perasaan enggan
beraktifitas
4 Ketidaknyamanan menghadapi tekanan
menyebabkan memilih jalan pintas
1 Relasi sosial baik
Kecemasan pada relasi
sosial
2 Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial dan
diri sendiri
3 Hubungan yang problematik di dalam keluarga
1 Keinginan untuk mengalami perkembangan Memandang masa
tahanan sebagai masa
pengembangan diri
E.1 Ulasan Tema Pertama pada Informan III
Tema pertama yang menggambarkan kesejahteraan psikologis
informan adalah “memandang keluarga sebagai support system”. Tema
ini menggambarkan bagaimana perasaan dan pandangan informan
terhadap keluarga dan hubungannya dengan keluarga, dirinya merasa
bahwa kehadiran dan dukungan dari keluarga sangat penting dalam
proses menjalani masa pidana. Informan merasa kehilangan dukungan
sosial dari keluarga membuat dirinya kehilangan motivasi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
mengalami perkembangan selama menjalani masa pidana. Ada sejumlah
sub-tema yang menggambarkan bagaimana perasaan informan dan
pandangan informan pada dukungan dari keluarga yang akan dijabarkan
seperti di bawah ini:
E.1.1 Merasa mendapat dukungan dari significant other
Sub-tema pertama adalah „merasa mendapat dukungan dari
significant others’. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
informan merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari orang
terdekatnya, yaitu saudara kandungnya. Dukungan yang diterima
oleh informan berupa dukungan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi untuk dapat mencapai cita-citanya.
Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…dukungannya sangat besar kak. Kayak gimana ya eee. Dia
apa ya, susah bilangnya. Dukungan dari dia aja, cuma dia pun
keluarga ini yang mendukung sekolah, “kamu harus jadi polisi,
kalo gajadi polisi jadi tentara” katanya gitu” (Informan III, 57-
62)
E.1.2 Merasa butuh dan takut kehilangan keluarga
Sub-tema kedua adalah „merasa butuh dan takut kehilangan
keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana perasaan
informan terhadap keluarganya. Informan merasa bahwa
kesalahan yang dilakukannya menyebabkan kekecewaan bagi
keluarganya, sehingga keluarga informan enggan memberikan
dukungan sosial seperti datang berkunjung ke lapas. Informan
menganggap bahwa keluarganya sudah tidak peduli pada dirinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sehingga dirinya merasa takut untuk bertemu dengan
keluarganya. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“gak, kek gimana bilangnya kak. Udah ga ku harapkan lagi
kak. Kemarin itu ke harapkan kali sebelum putus itu, tapi ga
ada yang datang, mungkin karna kasus ku ini ku pikir kan ,
narkoba pulak kasus, ga ada yang kesini” (Informan III, 216-
221)
E.1.3 Rasa kehilangan keluarga menyebabkan putus asa
Sub-tema ketiga adalah „rasa kehilangan keluarga
menyebabkan putus asa‟. Sub-tema ini menggambarkan
bagaimana perasaan informan pada keluarganya yang dianggap
tidak memberikan dukungan pada dirinya dalam menjalani masa
pidana di dalam lapas. Perasaan bahwa keluarga marah, membuat
informan merasa putus asa pada dirinya selama berada di dalam
lapas yang tercermin pada kutipan berikut:
“…ga kak. Udah ga berani lagi mau ku omongkan. …ya karna
itu tadi kak. Mereka pun udah bilang kalo aku salah, aku yang
bertanggung jawab. Apalagi karna narkoba ini ya kan kak.
Udah marah kali lah mereka itu” (Informan III, 228-233)
E.2 Ulasan Tema Kedua pada Informan III
Tema kedua adalah “masa pidana menjadikan pandangan diri
buruk”. Tema ini menggambarkan bagaimana pengalaman masa pidana
di lapas yang memberikan dampak bagi pandangan informan terhadap
dirinya sendiri. Informan merasa bahwa stigma yang didapatkan sebagai
seorang narapidana kasus narkotika membuat dirinya tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang di masyarakat ketika keluar dari lapas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana masa pidana
memengaruhi pandangan pada diri informan selama menjalani masa
pidana yang akan dijabarkan sebagai berikut:
E.2.1 Memandang diri buruk
Sub-tema pertama adalah „memandang diri buruk‟. Sub
tema ini menggambarkan bagaimana pandangan dan perasaan
informan pada dirinya sendiri berdasarkan pengalaman sebelum
masuk ke lapas dan saat berada di lapas. Menjalani masa pidana
menimbulkan rasa penyesalan pada informan, sehingga dirinya
cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan pandangan terhadap
diri rendah atau buruk. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…Cuman kayaknya memang aku kayak udah berdosa kali
kak. Disini pun aku cuma gitu gitu aja nya” (Informan III, 107-
109)
E.2.2 Bayangan akan stigma negatif yang diterima menyebabkan rasa
rendah diri
Sub-tema kedua adalah „bayangan akan stigma negatif yang
diterima, menyebabkan rasa rendah diri‟. Sub-tema ini
menggambarkan bagaimana perasaan informan akan masa depan
yang diharapkannya. Informan merasa bahwa stigma sosial yang
diterima olehnya sebagai seorang narapidana, membuat dirinya
merasa tidak dapat melakukan hal yang diinginkannya setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
keluar dari lapas dan hal tersebut menghambat informan untuk
memiliki cita-citanya, yang tercermin pada kutipan berikut:
“…tapi kalo orang pun udah ga percaya, mau kek mana lah kita
bilang, gitu nya terus kita di mata mereka. aku keluar nanti mau
bikin baik pun, tetap aja karna dulu aku udah bandal, mungkin
udah malas juga orang sama ku” (Informan III, 243-247)
“…apa mau di bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan
mau punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
istilahnya udah ga percaya lagi kan” (Informan III, 184-187)
E.2.3 Terkurung membuat perasaan enggan beraktivitas
Sub-tema ketiga adalah „terkurung membuat perasaan
enggan beraktivitas‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
informan memaknai keberadaannya di dalam lapas dalam
menjalani masa pidana. Perasaan terkurung dan kegiatan yang
monoton membuat informan enggan melakukan aktivitas-
aktivitas di dalam lapas, hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…ya gimana kak, namanya juga di kurung. Cuma gini gini aja
lah. Kalo ada pemeriksaan, ikut pemeriksaan. Kalo disuruh
olahraga, ya kalo pengen, ikut lah. Tapi banyaknya cuma tidur-
tidur aja nya… Sama ketawa-tawa sama kawan. Ga ada lagi
yang lainnya” (Informan III, 145-151)
E.2.4 Ketidaknyamanan menghadapi tekanan menyebabkan memilih
jalan pintas
Sub-tema keempat adalah „ketidaknyamanan menghadapi
tekanan menyebabkan memilih jalan pintas‟. Sub-tema ini
menggambarkan bagaimana kondisi psikologis informan saat
menghadapi tekanan dan bagaimana cara informan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
menghadapi tekanan tersebut. Rasa kehilangan yang dirasakan
oleh informan dirasakan sebagai sebuah stressor yang ingin
dihindari oleh informan, sehingga dirinya merasa membutuhkan
sesuatu yang dapat memberikan efek ketenangan, yaitu narkotika.
Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…ya tenang aja rasanya gitu kak. Karna udah frustasi itu kan,
jadi banyak pikiran. Mau nya yang enak enak aja kak. Kalo
make narkoba itu kan kak, bikin kita hilang pusingnya.
Makanya ku cari lah kalo lagi frustasi aku itu” (Informan III,
80-85)
E.3 Ulasan Tema Ketiga pada Informan III
Tema ketiga adalah “kecemasan pada relasi sosial”. Tema ini
menggambarkan bagaimana informan menyikapi relasi sosial di dalam
keluarga maupun di lingkungan sosial. Ketidakpercayaan informan pada
dirinya sendiri dan orang lain membuat dirinya memandang relasi sosial
menjadi hubungan yang dapat memberikan dampak bagi dirinya. Ada
sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana pandangan dan
sikap informan pada relasi sosialnya yang akan dijabarkan seperti
dibawah ini:
E.3.1 Relasi sosial baik
Sub-tema pertama adalah „relasi yang sosial baik‟. Sub-
tema ini menggambarkan bagaimana relasi sosial yang dibangun
informan selama berada di dalam lapas. Informan memiliki relasi
sosial yang cukup baik dengan masih memiliki teman untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
berbagi cerita mengenai pengalaman-pengalaman yang
dilaluinya. Hal ini tercermin dari kutipan berikut:
“…ya ga banyak juga sih kak. Cuma memang yang sebaya ada
lah yang berkawan sekedar untuk cerita-cerita aja nya. Ya
namanya juga hidup sini, saling kasi tau lah gimana gimana
dulu nya” (Informan III, 159-163)
E.3.2 Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial dan diri sendiri
Sub-tema kedua adalah „ketidakpercayaan pada lingkungan
sosial dan diri sendiri‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
sikap dan perasaan informan dalam menjalani relasi sosial selama
menjalani masa pidana. Informan merasa bahwa dirinya perlu
memberikan batas pada lingkungan atau relasi yang buruk agar
tidak terjerumus kembali pada narkotika. Hal tersebut karena
latar belakang informan yang menggunakan narkotika karena
pengaruh lingkungan sosial yang buruk pada pengalaman
sebelum dirinya masuk ke lapas. Hal ini tercermin melalui
kutipan berikut:
“…susah bilangnya. Gimana ya, karna disini pun sama sama
susah, sama sama menderita, mau gimana lah kak. Mau
berkawanpun sama orang yang rusak, keluar nanti pun rusak
lagi aku. Udah menyesal kali aku kak. Ga mau lagi aku kayak
gini bah” (Informan III, 165-170)
E.3.3 Hubungan yang problematik di dalam keluarga
Sub-tema ketiga adalah „hubungan yang problematik di
dalam keluarga‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
informan memaknai dan memandang hubungannya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
keluarganya yang dianggap sejak awal tidak memberikan
dukungan pada dirinya sebelum bahkan setelah berada di lapas.
Hal ini tercermin pada kutipan berikut:
“…apa mau di bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan
mau punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
istilahnya udah ga percaya lagi kan. Dari awal pun mereka
bukan dukung aku sekolah, apalagi makin kena narkoba ini
pulak, makin ga di percaya lah" (Informan III, 184-189)
E.4 Ulasan Tema Keempat pada Informan III
Tema keempat adalah “memandang masa tahanan sebagai masa
pengembangan diri. Tema ini menggambarkan bagaimana informan
memandang masa pidana yang dijalani sebagai proses pembelajaran
untuk menjadi individu yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.
Masa pidana yang dijalani membuat informan menyadari kesalahan dan
munculnya keinginan untuk berkembang dan mengalami peningkatan
diri. Ada sejumlah sub-tema yang menggambarkan bagaimana
pengalaman informan menjalani masa pidana dan menjadikan
pengalaman tersebut sebagai proses pengembangan diri, sub-tema
tersebut akan dijabarkan seperti dibawah ini:
E.4.1 Keinginan untuk mengalami perkembangan
Sub-tema untuk tema memandang masa pidana sebagai
masa pengembangan diri adalah „keinginan untuk mengalami
perkembangan‟. Sub-tema ini menggambarkan bagaimana
perasaan dan keinginan informan setelah menjalani masa pidana,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pengalaman menjalani masa pidana membuat informan ingin
menjadi individu yang lebih baik ketika keluar dari lapas. Hal ini
tercermin dari kutipan berikut:
“…ya kalo untuk diri sendiri sih, ya menyesal lah kak. Gamau
lagi kayak gini, jangan sampe masuk kesini lagi. mau hidup
betul betul aja aku kak, sakit bah menderita disini” (Informan
III, 279-283)
“…sudah terpikir juga di pikiran ini, kalo ga mengulangi nya
lagi kak” (Informan III, 198-199)
F. Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan temuan yang muncul pada ketiga informan
secara umum. Sebelum membahas mengenai temuan yang muncul pada ketiga
informan, perlu dijabarkan kembali mengenai tujuan dari penelitian ini, yaitu
mengetahui gambaran kesejahteraan psikologis narapidana pecandu narkotika,
faktor-faktor yang mempengaruhi, serta upaya-upaya yang dilakukan oleh para
narapidana tersebut dalam mencapai kesejahteraan psikologisnya.
Berdasarkan hasil analisa terhadap ketiga informan, ditemukan empat tema
utama yang memberikan gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan.
Gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan ditandai dengan adanya
pandangan yang kontradiktif atas diri dan pengalaman mereka. Di satu sisi,
ketiga informan menunjukkan cara pemaknaan yang positif atas pengalamannya
saat menjalani masa pidana. Di sisi lain, ketiga informan juga memiliki
pandangan yang negatif atas diri dan pengalamannya di lapas. Hal lain yang juga
ditemukan pada ketiga informan adalah adanya faktor dukungan sosial dari
orang lain, terutama keluarga yang dianggap penting dalam menjalani masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pidana, serta munculnya faktor lain seperti pemaknaan spiritualias selama proses
menjalani masa pidana. Berikut akan ditunjukan mengenai temuan tema dari
ketiga informan:
Tabel 4.4
Tabulasi Tema Ketiga Informan
Informan I Informan II Informan III
Memandang masa pidana
sebagai masa
pengembangan diri
Memaknai keluarga
sebagai sumber
dukungan dan motivasi
Memandang keluarga
sebagai support system
Memaknai keluarga
sebagai motivator
Keinginan kuat untuk
mengalami peningkatan
pada diri
Masa pidana
menjadikan pandangan
diri buruk
Memandang hidup
sebagai beban
Memandang spiritualitas
sebagai koping
Kecemasan pada relasi
sosial
Relasi sosial sebagai
sumber dukungan
Memandang lapas dan
rehabilitasi sebagai
tempat proses
pembelajaran
Memandang masa
pidana sebagai masa
pengembangan diri
Secara umum gambaran kesejahteraan psikologis ketiga informan ditandai
dengan adanya pandangan kontradiktif atas diri dan pengalamannya. Ketiga
informan menunjukkan pemaknaan yang positif atas pengalamannya selama
menjalani masa pidana. Selama menjalani masa pidana di lapas, ketiga informan
memandang menjalani masa pidana sebagai masa pengembangan diri. Informan
merasa bahwa pengalaman-pengalaman di masa lalu yang tidak menyenangkan
dan pengalaman saat menjalani masa pidana, memunculkan keinginan untuk
menjadi lebih baik agar tidak mengulang kesalahan yang sama. Pengalaman-
pengalaman yang dialami oleh ketiga informan menjadi dasar untuk memiliki
keinginan yang kuat agar mampu berkembang dan mengalami peningkatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
positif pada diri mereka masing-masing. Hal ini ditunjukkan dari pandangan
informan pada dirinya sendiri, dimana ketiga informan merasa sudah mampu
menerima kesalahan yang dilakukan, sehingga layak mendapatkan hukuman,
serta ketiga informan mampu menjadi individu yang lebih mandiri dibandingkan
saat sebelum menjalani masa pidana di lapas.
Skema 4.1
Tema Gabungan Ketiga Informan
Pengalaman selama menjalani masa pidana membuat informan
berkeinginan untuk mengalami perkembangan dan merasa mengalami
peningkatan yang positif pada diri. Hal ini mendasari bagaimana ketiga informan
mampu memiliki salah satu dimensi dari kesejahteraan psikologis, yaitu
pertumbuhan pribadi. Pertumbuhan pribadi ditandai dengan perasaan mengalami
perkembangan pada diri dan bersikap terbuka pada pengalaman baru, serta
keinginan kuat untuk mengalami peningkatan pada
diri
memandang lapas dan rehabilitasi sebagai tempat
proses pembelajaran
memandang masa pidana sebagai masa pengembangan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
merasa dapat mewujudkan minat dan bakatnya (Ryff, 1995). Ketiga informan
mampu menunjukkan bagaimana mereka merasakan perubahan yang positif
pada diri masing-masing, sehingga mampu menerima pengalaman baru di dalam
lapas sebagai masa hukuman yang harus dijalani akibat kesalahannya.
Selain memandang pengalaman masa pidana secara positif, di sisi lain
ketiga informan juga memiliki pandangan yang negatif atas diri dan
pengalamannya selama menjalani masa pidana di lapas. Keberadaan di dalam
lapas membuat ketiga informan merenungi pengalaman-pengalaman di masa
lalunya, dimana mereka merasa telah melakukan kesalahan dan harus dihukum.
Pengalaman-pengalaman di masa lalu membuat informan memandang
kehidupannya sebagai beban berat. Pada informan I yang merasa pengalaman di
masa lalu karena kecanduannya terhadap narkotika, membuat dirinya melakukan
tindak kriminal dan menjalani pola hidup yang buruk, sehingga dirinya merasa
bersalah dan memandang memiliki kehidupan yang berat. Pengalaman di masa
lalu dan pengalaman menjalani masa pidana juga mempengaruhi pandangan
informan atas dirinya. Perasaan bersalah pada diri sendiri dan keluarga, serta
membayangkan stigma negatif yang diberikan orang lain, membuat informan
memandang diri buruk. Hal ini menyebabkan informan menjadi tidak memiliki
kepercayaan diri untuk menjalani kehidupannya. Pada informan III, perasaan
bersalah akan perbuatannya di masa lalu, membuat informan menjadi rendah diri
untuk sekedar memiliki harapan dan cita-cita saat menyelesaikan masa pidana,
selain itu perasaan sedang dihukum atau perasaan terkurung, membuat informan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tidak ingin melakukan aktifitas-aktifitas yang ada di lapas. Temuan lainnya
adalah kecemasan ketiga informan pada relasi sosial saat menjalani masa pidana.
Hal ini muncul karena kesadaran informan akan pengalamannya di masa lalu,
dimana lingkungan sosial yang buruk mampu mempengaruhi dirinya, seperti
menggunakan narkotika. Pengalaman tersebut membuat ketiga informan
menjadi membatasi diri dan cenderung tidak ingin memiliki hubungan yang
cukup dekat dengan relasi sosialnya karena ketidakpercayaannya pada diri
sendiri dan lingkungannya.
Skema 4.2
Tema Gabungan Ketiga Informan
Ketidakmampuan informan melihat secara positif pada dirinya
menyebabkan ketidakpercayaan pada diri dalam menjalani masa pidana di dalam
lapas. Hal ini mendasari bagaimana dimensi penerimaan diri tidak di miliki oleh
informan III. Penerimaan diri ditandai dengan memiliki pandangan atau sikap
positif pada diri sendiri, mampu menerima baik dan buruk yang ada pada diri,
serta mampu melihat secara positif pada masa lalunya (Ryff, 1995).
memandang hidup sebagai
beban
kecemasan pada relasi
sosial
masa pidana menjadikan pandangan
pada diri buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Pada Informan I, ditemukan bahwa informan memiliki pandangan buruk
pada dirinya sendiri, yang disebabkan perasaan berdosa atas kesalahan yang
dilakukannya hingga harus menjalani masa pidana di lapas. Pandangan buruk
pada diri informan, muncul dalam bentuk merasa tidak layak dan tidak pantas
pada diri dan keluarganya. Selain itu, informan III merasa memiliki lingkungan
sosial yang buruk akan mempengaruhi dirinya untuk melakukan kesalahan yang
sama. Hal tersebut kemudian mempengaruhi bagaimana informan III bersikap
tidak percaya pada dirinya sendiri dan relasi sosial di lapas. Dengan demikian,
informan III juga tidak memiliki dimensi relasi positif dengan orang lain, yang
ditandai dengan memiliki hubungan baik dan saling percaya dengan orang lain
dan memiliki rasa empati dan kedekatan/keintiman dengan orang lain, serta
mampu memahami konsep memberi dan menerima dalam hubungan sosial
(Ryff, 1995).
Ketidakpercayaan pada diri sendiri dan relasi sosial pada informan III,
menyebabkan dirinya memberikan batas dan membentengi diri dari relasi sosial
yang ada di dalam lapas, dirinya merasa jika masih berhubungan dengan orang
yang memiliki latar belakang sama dengannya, maka kesempatannya untuk
menjadi individu yang baik menghilang.
Dukungan sosial bagi ketiga informan, merupakan salah satu faktor
penting bagi mereka dalam menjalani masa pidana. Dukungan sosial yang
diharapkan oleh informan adalah dari relasi sosial, terutama dari keluarga.
Secara umum ketiga informan menganggap bahwa keluarga merupakan sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dukungan utama bagi mereka selama menjalani masa pidana. Kehilangan
perhatian, seperti ketidakhadiran keluarga saat kunjungan ke dalam lapas, atau
sekedar menelpon membuat informan merasa ditinggalkan, bahkan
memunculkan perasaan sedih dan menderita. Perasaan takut kehilangan
keluarga, perasaan ingin bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga
membuat ketiga informan termotivasi untuk menjadi individu yang lebih baik,
sehingga mampu membahagiakan keluar dari lapas.
Skema 4.3
Tema Gabungan Ketiga Informan
Perasaan mendapat dan kehilangan dukungan sosial dari keluarga
mempengaruhi ketiga informan dalam menyikapi masa pidana di lapas.
Keinginan untuk selalu mendapat dukungan dari keluarga dan perasaan takut
kehilangan menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki relasi positif dengan
keluarganya, relasi positif dengan orang lain merupakan salah satu dimensi dari
sumber motivasi ke
arah perubahan diri
yang positif
keluarga sebagai support system
memaknai keluarga sebagai sumber dukungan
dan motivasi
keluarga sebagai motivator
relasi sosial sebagai sumber
dukungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
kesejahteraan psikologis. Memiliki relasi positif dengan orang lain ditandai
dengan memiliki hubungan baik dan saling percaya dengan orang lain dan
memiliki rasa empati dan kedekatan/keintiman dengan orang lain, serta mampu
memahami konsep memberi dan menerima dalam hubungan sosial (Ryff, 1995).
Pada ketiga informan, terlihat mampu melihat konsep memberi dan menerima
pada relasi sosial. Kehilangan dukungan sosial dari keluarga dianggap sebagai
suatu kewajaran, karena informan merasa telah melakukan kesalahan kepada
keluarga. Pada informan I dan II terlihat memiliki keintiman/kedekatan dengan
anggota keluarganya, kedua informan memiliki kerinduan untuk berkumpul
kembali dengan keluarganya, sehingga kerinduan tersebut memotivasi kedua
informan untuk menjadi orang yang lebih baik dan dapat membahagiakan
keluarga.
Hal lain yang muncul pada penelitian ini adalah pemaknaan spiritualitas
oleh informan sebagai koping selama menjalani masa pidana di lapas. Ketiga
informan merupakan individu yang memiliki spiritualitas terhadap kepercayaan
kepada Tuhan. Spiritualitas tersebut membuat mereka menjadikan Tuhan
sebagai tempat untuk bernaung, berkeluh kesah, marah dan memohon ampunan.
Pada informan II, spiritualitas merupakan sebuah koping dalam menjalani masa
pidana. Informan II secara rutin mengikuti kegiatan keagamaan dan
mempercayai kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya, serta merasa
mengalami banyak dampak positif setelah mengikuti kegiatan keagamaan di
lapas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis
seseorang adalah spiritualitas. Pollner (dalam Amawidyati & Utami, 2006)
menemukan bahwa agama dianggap mampu menyediakan sumber-sumber untuk
menjelaskan dan menyelesaikan masalah, mengikatkan perasaan berdaya dan
mampu pada diri, serta agama dapat menjadi landasan untuk memiliki makna,
arah dalam hidup dan identitas personal. Berdasarkan temuan tersebut, dapat
dilihat bahwa ketiga informan memiliki spiritualitas dalam beragama, karena
perasaan tidak berdaya dan merasa diri tidak mampu ketika menjalani masa
pidana di lapas. Pada informan II, mampu menjadikan spiritualitas dalam
beragama sebagai wujud penyelesaian masalah dan menemukan identitas diri
yang baru, sehingga merasa mampu menjalani masa pidana dengan baik dan
mengalami perkembangan yang positif pada diri, ditandai dengan berhenti
mengonsumsi narkotika dan berkembang secara emosional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa hal,
diantaranya adalah:
1. Berdasarkan hasil analisa, ditemukan bahwa ada empat tema utama yang
mampu menggambarkan bagaimana kesejahteraan psikologis narapidana
pecandu narkotika pada ketiga informan. Empat tema secara umum, antara
lain: Pandangan yang kontradiktif atas pengalaman selama menjalani masa
pidana di lapas; a). di satu sisi, secara umum ketiga informan memandang
pengalamannya di lapas secara positif, karena merasa menjalani masa pidana
merupakan sebuah masa pengembangan diri; b). di sisi lain informan juga
memiliki pandangan negatif selama di dalam lapas yang menyebabkan
pandangan atas diri buruk dan memandang kehidupan sebagai beban. Selain
itu, ada faktor lain yang menunjukkan bagaimana gambaran kesejahteraan
psikologis informan, yaitu c). Dukungan sosial, terutama yang berasal dari
keluarga merupakan dukungan yang penting bagi mereka, karena keluarga
merupakan sumber motivasi untuk menjadi individu yang lebih baik lagi.
Faktor lainnya yang muncul adalah d). Spiritualitas ketiga informan dalam
kepercayaannya beragama, ketiga informan menjadikan Tuhan sebagai
tempat bernaung selama menjalani masa pidana.
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
2. Temuan dari ketiga informan, secara umum muncul beberapa dimensi dari
kesejahteraan psikologis yang menjadi gambaran kesejahteraan psikologis
ketiga informan. Dimensi-dimensi tersebut adalah a). dimensi pertumbuhan
pribadi; b). relasi positif dengan orang lain dan; c). penerimaan diri.
3. Ketiga informan memiliki dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi relasi
positif dengan orang lain (relasi dengan keluarga) sebagai gambaran
kesejahteraan psikologis mereka, sedangkan dimensi penerimaan diri dan
dimensi relasi positif dengan orang lain (relasi sosial di lapas) muncul pada
informan III sebagai dimensi yang tidak dimiliki oleh informan.
4. Dukungan sosial dari keluarga merupakan sumber dukungan dan motivasi
utama bagi ketiga informan selama menjalani masa pidana di lapas.
5. Salah satu faktor kesejahteraan psikologis muncul pada hasil penelitian,
yaitu spiritualitas. Ketiga informan memiliki spiritualitas dalam menalani
masa pidana, namun spiritualitas sebagai coping muncul secara konsisten
pada informan II.
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki banyak kekurangan dan
keterbatasan, yaitu:
1. Data pada penelitian ini kurang mendalam karena panduan wawancara yang
kurang tajam dan proses pengambilan data yang relatif minimal. Data
penelitian hanya menunjukkan permukaan dari pengalaman ketiga informan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sehingga eksplorasi pengalaman selama menjalani masa pidana di dalam
lapas kurang tampak pada data penelitian ini.
2. Pengolahan data penelitian ini belum maksimal, karena keterbatasan
kemampuan peneliti melakukan abstraksi tema dan membangun dinamika
hubungan antar tema.
3. Pengambilan data dilakukan tiga tahun sebelum penelitian ini diterbitkan,
sehingga memungkinkan perubahan hasil data jika dilakukan pada tahun
yang sama saat penelitian diterbitkan.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa pengalaman tidak
menyenangkan di masa lalu dan selama menjalani masa pidana memberikan
dampak positif dan negatif selama menjalani masa pidana di dalam lapas.
Dukungan sosial, dari keluarga maupun masyarakat juga dapat mempengaruhi
bagaimana ketiga informan memandang dirinya sendiri, maka dari itu peneliti
membagikan beberapa saran, bagi:
1. Keluarga
Pada penelitian ini ditemukan bahwa dukungan dari keluarga merupakan
motivasi untuk informan menjadi lebih baik dan berkembang di lapas.
Penting bagi keluarga untuk mengetahui dukungan seperti apa yang dapat
diberikan kepada narapidana pecandu narkotika. Dukungan seperti
menyediakan waktu atau sekedar menanyakan kabar dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kesan kepada narapidana bahwa mereka masih memiliki orang-orang yang
peduli dan menerima keberadaan mereka sebagai seorang narapidana
pecandu narkotika. Keluarga di harapkan juga mampu memberi motivasi
lewat nasihat dan mengajak narapidana pecandu narkotika untuk terus
berkembang menjadi lebih baik. Dukungan yang diberikan keluarga akan
membantu narapidana pecandu narkotika untuk melewati masa pidana di
lapas dengan lebih baik, terutama selama proses mencapai kesejahteraan
psikologisnya.
2. Lembaga Pemasyarakatan
Lembaga pemasyarakatan merupakan tempat pembinaan bagi narapidana
dengan kasus yang beragam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga
informan merasa bahwa kegiatan di lapas hanya kegiatan yang monoton
tidak tampak pada data adanya program khusus bagi narapidana pecandu
narkotika. Peneliti menyarankan agar lapas dapat menyediakan program
maupun kegiatan yang lebih beragam bagi narapidana agar tujuan
pembinaan di dalam lapas dapat tercapai, seperti kegiatan untuk menambah
skill pada bidang-bidang tertentu sebagai modal narapidana setelah keluar
dari lapas. Kegiatan yang beragam juga mampu menciptakan suasana yang
lebih positif bagi narapidana karena perasaan terkurung dapat sedikit
berkurang.
Lapas juga diharapkan mampu menghadirkan program-program terkait
pengembangan diri narapidana pecandu narkotika, seperti seminar-seminar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
kegamaan, atau seminar-seminar psikologi terkait penerimaan diri, perasaan
bahagia dan lain sebagainya. Program-program tersebut diharapkan mampu
memberikan dampak positif.
3. Rehabilitasi
Dua informan dari tiga pernah menjalani masa rehabilitasi, namun
melarikan diri dari lembaga rehabilitasi karena merasa tertekan dan stress
dengan program-program yang menghukum pasien rehabilitasi jika
melakukan kesalahan. Hal tersebut membuat informan menganggap bahwa
kecanduannya dapat sembuh karena rasa takut, bukan karena efektifitas
program rehabilitasi. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menyarankan
lembaga rehabilitasi untuk mengevaluasi kembali program-program yang
akan diberikan kepada pasien agar lebih mampu berhenti menggunakan
narkotika dalam jangka panjang dan mampu memberikan dampak psikologis
yang positif. Pada penelitian ini ditemukan bahwa informan menjadikan
spiritualitas sebagai koping. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi
lembaga rehabilitasi untuk menyisipkan program-program keagamaan atau
yang berhubungan dengan spiritualitas bagi para pecandu narkotika.
4. Masyarakat
Kesadaran masyarakat akan kebutuhan seorang mantan narapidana atau
mantan pecandu narkotika untuk dapat setara dalam memperoleh
kesempatan di bidang pekerjaan dan kehidupan yang layak menjadi penting.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Pada penelitian ini ditemukan bahwa informan merasa cemas dengan
pandangan negatif yang diberikan orang lain kepadanya, sehingga dirinya
menjadi tidak percaya diri untuk memiliki harapan dan cita-cita. Maka,
kesempatan dan penilaian yang setara dari masyarakat bagi para mantan
narapidana maupun pecandu narkotika menjadi salah satu langkah yang
membantu narapidana pecandu narkotika bangkit dari kesalahannya dan
berkembang menjadi lebih baik. Diharapkan masyarakat mampu lebih
terbuka dan tidak melakukan diskriminasi pada mantan narapidana maupun
mantan pecandu narkotika dalam kehidupan sosial, pekerjaan dan
pendidikan.
5. Penelitian selanjutnya
Penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan keterbatasan, seperti yang
telah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya. Oleh sebab itu, peneliti ingin
memberikan saran kepada penelitian selanjutnya untuk dapat menemukan
pengalaman-pengalaman yang lebih eksploratif pada informan penelitian,
sehingga data akan lebih kaya dan mampu mewakili gambaran kesejahteraan
psikologis informan penelitian. Selain itu, peneliti menyarankan untuk lebih
banyak menyediakan waktu dalam proses pengambilan data untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai kehidupan di dalam
lapas secara umum dan program-program yang telah di terapkan selama
menjalani masa pidana. Penelitian ini juga menyadari bahwa lama nya data
mampu mempengaruhi hasil data, maka diharapkan pada penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
selanjutnya dapat menyesuaikan waktu pengambilan data sesuai dengan
kemampuan peneliti agar tidak terlalu jauh dari terbitnya peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
DAFTAR PUSTAKA
Afiyanti, Y. (2008). Validitas dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal
Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juni 2008, hal 137-141.
Afrinisna, R.Y. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus Narkoba
pada Remaja. E-Journal. Semarang, Universitas Ahmad Dahlan. Portalgaruda.org
American Psychiatric Association. (2000) Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders Fourth Edition Text Revision, DSM-IV-TR. Arlington, VA: American
Psychiatric Association.
Amawidyati, S. A. G & Utami, M. S. (2006). Religiusitas dan Psychological Well-
Being Pada Korban Gempa. Jurnal Psikologi; Vol.34, No.2: 164-176. Fakultas
Psikologi Universitas Gajah Mada
Anggreni, D. (2015). Dampak Bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
(NAPZA) di Kelurahan Gunung Kelua Samarinda Ulu. eJournal Sosiatri-
Sosiologi, Vol 3 (3): 37-51
Azani (2012). Gambaran Psychological Well-Being Mantan Narapidana. EMPATHY
Vol I No. 1
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2016). Press Release Akhir Tahun
2016.
96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Badri, M. (2016). Program Rehabilitasi Bagi Penyalahgunaan Narkotika dalam
Perspektif Undang-Undang No 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi; Vol.16, No 3: 12-18
Creswell, John W. (2010). Reseach design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed
(ed. Ke-3). (Fawaid, A., terj). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Karya asli terbit
2008).
Dwiatmodjo, H. (2013). Pelaksanaan Pidana dan Pembinaan Narapidana Tindak Pidana
Narkotika ( Studi terhadap Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan
Narkotika Klas IIA Yogyakarta). PERSPEKTIF, Vol. XVIII, No. 2: 64-73
Elanora, F. N. (2011). Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan dan
Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, Vol XXV, No 1.
Feist, J., & Gregory J. Feist. 2006. Theories of Personality Sixth Edition. United States:
McGraw-Hill Companies. Inc.
Hairina, Y & Komalasari, S. (2017). Kondisi Psikologis Narapidana Narkotika di
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas II Karang Intan Martapura,
Kalimantan Selatan. Jurnal Studia Insania; Vol 5, No 1: 94-104
Hall, C. S & Lindzey, G. (1993) Teori-Teori Psikodinamik: Klinis (Terj Supratiknya).
Yogyakarta: Kanisius.
92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Handayani, T. P. (2010). Kesejahteraan psikologis narapidana remaja di Lembaga
Pemasyarakatan Anak Kutoarjo. Skripsi Strata 1. Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Haney, C. (2002). The Psychological Impact of Incarceration: Implications for Post-
Prison Adjustment. Paper for Conference Funded by the U.S; Department of
Health and Human Services.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuuk ilmu-ilmu sosial.
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-Being: Evidence Regardings its Causes and
Consequences. Health and Well-Being 1 (2), 137-164
Indiyah. (2005). Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan napza: Sudi kasus pada
narapidana di LP Klas II/A Wirogunan Yogyakarta. Jurnal Kriminologi
Indonesia, 4 (1), 87-104
Kristianingsih, S. A. (2009). Pemaknaan Pemenjaraan Pada Narapidana Narkoba di
Rumah Tahanan (Rutan) Salatiga. Humanitas; Vol.6, No: 1
Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia
(edisi ketiga). Depok: LPSP3, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia
Prakash, O; Sharma, N; Singh, A. R; Sanger, K. S. (2015). Effect of Incarceration on
Well-Being of Prisoners: A Study among Convicted and Undertrials. The
International Journal of Indian Psychology; Vol. 3, Issue 1, No.5: 155-164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Pratiwi, MM. S. P & Utami, R. R. (2012). Berpikir Positif untuk Meningkatkan Kualitas
Hidup Pada Narapidana. Prosiding Psikologi Kesehatan; Universitas Katolik
Soegijapranata, Semarang.
Republik Indonesia (1995). Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan
Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Ryff, C. D & Keyes, C. L. M. (1995). The Structure of Psychological Well-Being
Revisited. Journal of Personality and Social Psychology; Vol 69, No. 4: 719-
727
Ryff, C. D. (1989). Hapiness is Everything, or Is It? Explorations on The Meaning of
Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57
(6), 1069-1081
Ryff, C. D. (2014). Psychological Well_being Revisited: Advanced in the Science and
Practice of Eudamonia. Psychoter Psychosom; 83: 10-28
Ryff, C. D; Magee, W. J; Kling, K. C; & Wing, E. H. (1999). Forging Macro-Micro
Linkages in the Study of Psychological Well-Being. The Self and Society in
Aging Processes (pp 247-278); Springer Publishing Company. New York
Ryff, C.D & Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and
Implications for Psychotheraphy Research. Psychoter Psychosom; 65: 14-23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ryff, C.D. (1995). Psychological Well-Being in Adult Life. Psychological Science, Vol
(4), No. 4: 99-104; Sage Publications, Inc on Behalf of Association for
Psychological Science
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan. (Yustinus, terj). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Sucahya, P., Setiawan,. A., Dadun Suparno, H. Siagian, F. P., Ismail, A.. Saputri.
(2015). Laporan Akhir Suvery Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba
Tahun Anggaran 2014. BNN-Republik Indonesia, Vol 4 (29): 100.
Supratiknya, A. (2015). Metodelogi penelitian kuantitatif dan kualitatif. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Triaseptiana, A. N. & Herdiana, I. (2013). Gambaran kesehatan mental narapidana
ditinjau dari konsep nrimo. Jurnal Psikologi Keperibadian dan Sosial, 2 (1).
Willig, C. (2013). Introducing Qualitative Research in Psychology Third Edition.
United States: McGraw-Hill Companies. Inc.
Wulandari, C. M, Retnowati, D. A, Handojo, K. J, Rosida. 2015. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyalahgunaan napza pada masyarakat di Kabupaten Jember.
Jurnal Farmasi Komunitas: Vol 2, No 1 (1-4)
Yunardhani, R. (2009). Efektifitas Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia. Jurnal
Sosiologi, Vol. 15, No.2 : 143-149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN I
NO Verbatim Initial Code Interpretative Code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
Bagaimana pengalaman hidup kakak, dari
dulu hingga saat ini. bisa di bilang ya kan ya,
karna kita bicara tentang narkoba, kita mulai dari
masalah mengenal itu lah kan ya. Pertama dulu
ya, tau lah sulit nya kayak gimana ya, mengenal
ya pacaran, pacaran, ya memang jadi suami saya
juga. Tapi yang pertama kali mengenalkan saya
narkoba, ya dia gitu. Emang jenisnya ekstasi.
Karna dia juga make gitu, awalnya ngeliat-
ngeliat, pertama-tama, dia pernah kasi saya
sekali, kan gitu// Ya dari situ nya awalnya. Itupun
ya sekali itu aja, tapi setelah kami bercerai,
setelah saya semakin mengenal narkoba ini, gitu.
Sama kawan. Minum, apa, lama-lama kan kenal
juga ke narkoba jadinya gitu // Kayak mana
bilangnya ya. Aku kalo menceritakan ini pun
agak apa juga (mulai terlihat sedikit gelisah).
Karna kayak gimana, kalo otak ini, kalo ingatan
udah lemah kali gitu. Jadi, kalo kamu tanya gitu,
bisa aku bilangkan gitu. Kalo ga ditanya agak
susah gitu, apa yang mau ku bilang, apa yang ku
ingat, yang mau aku ceritakan yang mana gitu.
kita beralih dari narkoba, pengalaman
sebelum menikah ada yang mau diceritakan?
Yang menyenangkan? //kalo yang diingat
1-11 Mengenal Narkotika dari suami
11-15 Semakin mengenal narkoba dari
teman
25-35 Figur ibu dianggap buruk
Orang terdekat dapat mengenalkan
narkotika
Salah satu faktor resiko mengenal
narkotika adalah dari lingkungan sosial
Memiliki relasi problematik dengan ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
kehidupan ini, ya menyedihkan semua yang
kurasa gitu. Karna kayak mana, karena memang
mungkin dari kecilpun istilahnya, kehidupan pun
udah agak agak, agak agak menyedihkan karena
termasuk keras gitu. Karena orangtua juga, dari
umur saya 4 tahun, udah bercerai, jadi tinggal
dengan ibu tiri gitu ya. Kalo kehidupan sama ibu
tiri di bilang, ya kayak mana di bilang di film
film itu, malahan lebih parah dari itu yang saya
alami gitu,// karena kalo bapak saya seringan ga
di rumah. Kadang kalo sebulan gitu, 2 hari karena
kerjaan memang. Babi gitu, dia liat-liat barang
antik, yang udah udah langka.// Jadi ya, mama tiri
saya itu dulu ya pas lagi lagi SMA, ya kayak
mana lah pas dia menikah dengan bapak saya,
udah dapat anak 3, jadi capek apa gitu. // Jadinya
kehidupan saya pribadi kalo dari kecil bisa di
bilang agak tertekan gitu. Jadinya kayak gitu,
dengan trauma trauma yang istilahnya yang bikin
saya jadi masa bodoh dengan kehidupan yang
seterusnya gitu.// trauma trauma seperti apa
yang dirasakan dan bisa di ceritakan kayak
mana kita bilang ya. (suara mulai samar samar).
Dari kecil apa, tinggal dengan ibu tiri, umur 6
tahun, saya pun jadi korban perkosaan.// Trus ya
kayak mana di bilang ya, jadi nya jadi apa gitu,
bandel. Sekolah pun gitu kerjanya berantam,
karna kan cuma tamatan SMP. Karna kerjaan
berantam aja terus.// Kalo mama pun bilang nya,
ya kalo untuk biaya sekolah sih ada, gitu lah kan,
35-38 Relasi dengan ayah buruk
41-46 Trauma menyebabkan sikap
ketidakpedulian pada diri
48-50 Menjadi korban pemerkosan pada
masa anak
50-54 Melakukan banyak kekerasan pada
masa sekolah
Mengalami banyak tekanan dari masa anak
Trauma menyebabkan sikap
ketidakpedulian pada diri
Mengalami pengalaman abusive pada masa
anak
Melakukan tindakan agresi pada masa
sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
cuma ya karna nakal tadi, orangtua pun, ya kalo
berantam aja, ya ngapain sekolah pun, gitu. Jadi
tamat SMP. menikah di umur? umur 19. setelah
tamat SMP, beberapa tahun itu, kegiatannya
apa? bantu bantu mama di pajak (pasar). mama
kan jualan di pajak (pasar), jadi bantu bantu dia.
Ya kawan kayak mana, kalo mama saya, saya
gimana gitu ya, kalo istilahnya rasa nya ga pas,
memang pelit dalam uang. Mau ngasi, walaupun
10 ribu rupiah, sama dia berat. Karna dia tau
kerjaan saya gak gak. //Saya apa, bisa di bilang
udah sempat candu minum. Kalo bangun pagi
gitu, ga minum minuman alkohol gitu, saya
minum gitu, paling ga setengah botol kecil gitu,
ya gemetar. Jadi saya minum dulu baru sadar,
agak normal gitu. //berarti sebelum ke narkoba,
memang sudah ke minuman alkohol ya? Atau
bersamaan? ku rasa bersamaan itu, yang mana
duluan, istilahnya gatau aku yang mana duluan,
yang kecanduan kali. Cuma kalo yang nama nya
ke narkoba, sebetulnya jarangnya aku make gitu.
Karna pribadi nya di bilang, itu kan harus pake
uang, kan apalagi kalo jaman sekarang, kalo ga
ada uang, kalo pasarnya dalam narkoba ini kan
ya, kalo ga ada uang kita, mereka mau kasi
narkoba istilahnya gitu, kita di manfaatkan gitu.
Kalo jenis shabu, shabu gitu ya, dia kasi shabu
sama kita, kita kasi tubuh kita sama dia, gitu kan.
Jadi karna istilahnya saya ga punya uang ( nada
suara menekankan argument), jadi candu saya ga
66-71 Kecanduan pada minuman beralkohol
yang berdampak pada fisik dan pola pikir
73-93 Keterbatasan ekonomi membuat
kecanduan dialihkan pada obat batuk
Mengalami dampak pada fungsi kognitif
dari alkohol
Harus memenuhi rasa candu dengan obat
batuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
ke narkoba gitu. Bukan ke shabu gitu, jadi
identiknya saya candu ke apa, obat batuk komix
sachet itu. Saya sebetulnya kesitu, kalo di luar.
Cuma itu kan istilahnya 1 kotak 30 sachet, kalo
dulu seingat saya pertama saya minum 9 ribu.
Kalo narkoba ya, kalo punya uang di atas 100
ribu kita baru bisa make, iya kan. Kalo comix itu
saya beli 9 ribu, bisa saya 2 hari saya, gitu.//
Karna, ya kadang istilahnya, saya ambil khikmat
dari trauma saya dulu. Karna saya juga bisa di
bilang korban perkosaan, mungkin dari situ saya
bisa menghindari, untuk istilahnya ee kayak
mana, asal ada istilah nya seorang laki-laki
menjurus ke sex gitu, saya ga terima, gitu. Jadi
saya ambil khikmat nya gitu, ee jadi korban
perkosaan, ada juga guna nya saya dibuat kayak
gitu ya. Kalo saya ini, kalo saya ga punya trauma
ke hal itu, mungkin ya udah juga saya jadi cewek
yang bisa di pake orang, gitu. //Kalo masalah ke
shabu di bilang, sebetulnya bukan pecandu berat,
gitu. Cuman kalo comix tadi, itu pun termasuk
juga iya kan. Itu ya tiap hari saya konsumsi.
Cuman bawaannya kalo saya liat, ya sekalipun
dia BD, bisa saya lebih saya, kalo dalam shabu
tadi kan, kita abis make, tinggi ya kan, karna kita
agak fly. Cuman kalo saya make comix itu ya,
saya juga fly gitu. Walaupun, istilahnya BD
sekalipun, tetap saya lebih fly. Dia kan istilahnya
kan pake dosis kalo narkoba itu, ditarik gitu lah
ya kan. Sekian jam nanti, udah agak menurun
94-104 Bersikap reflektif pada pengalaman
masa lalu
104-117 Merasa sangat kecanduan pada
obat batuk sebagai pengganti narkotika
Mampu melihat secara positif pada masa
lalu
Bersikap reflektif pada pengalaman tidak
menyenangkan
Harus memenuhi rasa candu dengan obat
batuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
gitu. Kalo comix tadi, seharian saya tinggi terus,
gitu. Seharian saya bisa fly. //Pasti berat ya
menghadapi hidup ini? ya kalo berat nya, ga
saya ambil apa nya ya, berat memang. Kadang
ya, ngapain hidup-pun. Cuman ya, karna saya
istilahnya juga udah punya anak. //Kalo di luar
dulu gitu kan ya, yang nama nya mati ya, ga
peduli saya, gitu. Mati ya mati gitu. //Kalo
sekarang, gini ya, selama saya di tangkap. Ada
pikiran saya kalo seandainya saya kenapa napa
gitu, Tuhan tolong jangan ambil nyawa ku
sekarang, gitu kan. Soalnya saya ingat anak saya,
kayak mana gitu ya. Saya pengen istilahnya
masih di beri kesempatan untuk membahagiakan
anak saya dan mamak saya, walaupun sebentar
gitu (nada suara menurun dan responden
menunduk). //Saya juga udah pernah masuk
rehab, BNN bogor, kabur. Pas 10 bulan dari sana,
pas saya udah di tingkat primary, yang kita udah
bisa keluar, gitu ya. Saya kabur, waktu itu saya
punya badi kan, badi saya itu koplit, jadi dia
pulang kerumah selama tiga hari kan. Jadi saya
yang ngawal gitu. Pas istilahnya udah saatnya
jadwal yang pulang ke BNN, yang saya kawal
tadi pulang, ya saya kabur gitu. Jadinya balek,
masa yang ngawal kabur kan. Sampe kesini,
padahal saya masuk BNN itu bukan karna kayak
candu tadi. Bukan karna ke shabu tadi gitu.
Memang pertama dulu saya masuk BNN itu,
udah agak agak kayak mana, udah agak agak lari
118- 121 Merasa hidup berat,
mempertanyakan makna hidup
121-123 Merasa tidak acuh pada hidup
124-132 Ingin mendapat kesempatan
menjadi lebih baik demi anak dan ibu
132- 155 Mengalami ilusi yang
menyebabkan ketakutan berlebih sebelum
dan saat di rehabilitasi membuat menderita
Hidup sebagai beban berat yang harus di
tanggung
Anak sebagai penyemangat hidup
Merasa hidup tidak bermakna
Ingin mendapat kesempatan untuk
mengalami peningkatan diri demi keluarga
Merasa menderita karena ketakutan
berlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
kurasa gitu mana, keseharian ku penuh dengan
ilusi, gitu. Kayaknya ke pajak (pasar) kemana
gitu, saya ketakutan. Gitu kan, jadi ya kadang
sadar gitu kan, kadang ketakutan. Kadang kalo
ketakutan itu kan menderita gitu kan. Jadi kan ya,
dulu kalo saya keluar itu pun udah ga berani,
sampe istilahnya dirumah pun udah ribut semua
gitu kan. Jadi kayak ada yang ngomong sama
saya, jadi dirumah pun udah terjadi
pertengkaran.// Saat saya sadar, kok saya kayak
gitu, saya pikir kan?, trus abis itu, saya bilang lah
sama mamak, tolong lah obati saya, gitu kan. Ada
pulak keluarga memang istilahnya, dia sekarang
jadi penginjil. Tapi dia suami istri mantan dari
BNN gitu. Orang itu juga mantan pemake dulu
kan. Trus, trus jadi penginjil, datang dia kerumah
gitu. Di lihatnya saya. Trus kalo memang kayak
gitu, ya karena saya juga sudah merasa menderita
ya, saya bilang sama mamak “yaudah mak, yok
obati biaya ku kesana” kubilang. “kamu pun
enaknya nanti rasanya udah disana” kata keluarga
itu yang udah berubah itu kan. //Sampai disana,
ya ternyata yang saya rasakan direhab itu, kayak
mana, saya ga nerima gitu, karena disana kan
bukan ee fisik kita yang di apakan kan, mental
kita disuruh apa, kesabaran diapakan, disana lah
kita rame gitu di bikinlah, ada istilahnya namanya
single nya. Itu sebagai istilahnya penggoda
gitulah kan. Kalo kita kayak mana, ngetes
kesabaran kita. Jadi saya ga sabar, gitu.// Tapi
155-167 Merasa membutuhkan pertolongan
untuk dapat sembuh
167- 175 tidak dapat menerima proses
rehabilitasi yang dirasa menguras kesabaran
175- 187 Merasa lapas lebih memberi
Membutuhkan bantuan orang lain untuk
sembuh
Memandang rehabilitasi sebagai ujian
kesabaran
Adanya perasaan ingin bebas melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
kan ya serasa disana, walaupun saya disana 10
bulan, disini 6 tahun, saya lebih milih disini.
Karena kalo saya mau tidur, saya bisa tidur. Saya
mau baca, saya bisa baca, gitu. Kalo disana, kalo
kita kecapean mata gini gini aja (mencontohkan
mata mengantuk) suatu kesalahan. Karena nanti
kalo istilahnya kita dapat hukuman, ini
menggosok lantai pake sikat gigi, sambil
bersingkut gitu kan, sampe lecet sini semua (
menunjukan sikut tangan). Saya ga terima, kabur
dari sana yah memang orangtua udah tau kabur
kan.// Udah tau dia kabur, ya di bilang, “ya kalo
memang ee kau betul-betul ga tahan disitu,
pulanglah, kaburpun kau ku bela nya, asal kau
berubah” kata mamak. “jangan nanti gara-gara
kau, aku bertengkar sama bapakmu”.// Tapi
ternyata pulang dari sana, saya bel lah istilahnya,
ada memang saya selingkuh dengan seorang
tentara kan, pulang dari sana, saya bel dia. Saya
bel, saya suruh jemput. Di jemput, sampe disini,
ternyata dia udah jadi pengedar disini, gitu. Udah
jadi pengedar disini ya otomatis, istilahnya ya
orang yang paling dekat dengan saya kerja nya
begitu, ya saya juga jadi begitu, gitu. Jadi saya
pun udah kayak gitu juga, selama 2 bulanan. 2
bulanan akhirnya ketangkap//. Gitulah istilahnya
makanya masuk sini, itulah istilahnya ke narkoba
tadi yang saya alami. Ga ada uang apa gitu, tapi
ya saya di luar, mau nyuri. Nyuri pun gitu ya,
kayak mana bilangnya, nanti kalo di ceritakan
kebebasan dalam melakukan sesuatu
187-192 Merasa mendapat dukungan dari
ibu untuk kabur dari rehab
192-201 Kembali menggunakan narkoba
karena orang terdekat
201-212 Melakukan tindak kriminal untuk
memperoleh narkoba
sesuatu
Mendapat dukungan sosial dalam bertindak
Orang terdekat dapat mengenalkan
narkotika
Melakukan tindak kriminal untuk
memenuhi rasa candu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
lucu. Yang dicuri bukannya barang, apa, anjing
orang saya curi, saya jual gitu kan. Karena uang
yang saya butuhkan itu, ya kayak tadi orang beli
comix aja nya ya kan, kalo minum, ya namanya
perempuan, kemana pun bisa kita, kalo kita pergi
ketempat ee orang minum, ya kalo kita pintar
ngomong kan, dapat gitu kan. Gitulah.// Kalo
selama disini, bagaimana perasaannya? tadi
membandingkan dengan rehab, kenapa
merasa lebih nyaman disini? karena disini saya
merasa ga terlalu terkekang. Gitu. Terkekang itu
dalam artian, karena kegiatannya? iya, disana
kegiatan terinci, istilahnya waktu kita break itu
sangat sedikit. Trus kita disuruh menghafal, ada
di sana dibilang jargon, apalah ntah apalah, gitu
kan. Apa, saya daya ingat saya lemah gitu kan,
jadi kan kalo makin dipaksa jadi pusing. Jadi kan
kayak nya apa gitu kan, tertekan gitu, bukan
tertekan perasaan lagi, udah yah gabisa saya
bilang gitulah. //Makanya istilahnya kemaren itu
kan ada juga istilahnya undang undang sekarang
kalau sekarang kita dalam narkoba, tangkapan
pertama kita bisa masukkan ke rehab kan.
Memang kalo istilahnya kita tau jalur jalurnya
bisa, memang kayak gitu apa nya. Kata keluarga,
mana kau pilih, sini apa masuk rehab, kalo masuk
rehab emang setahun cuman katanya. Ku bilang
sama keluarga, ya daripada saya masuk rehab,
mendingan masuk sini, berapapun hukuman saya,
saya terima, ku bilang. Gitu. Makanya ku bilang,
215- 225 Merasa tertekan dengan program
saat rehabilitasi
225- 238 Memilih hukuman di lapas, walau
jangka waktu lebih panjang dibandingkan
rehabilitasi
Program rehabilitasi sebagai pemicu stress
Merasa lapas lebih baik daripada
rehabilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
264
265
saya rasakan direhabilitasi 10 bulan, saya terima
hukuman 6 tahun disini, ya tetap saya jalani
disini, gitu.// Tapi secara perkembangan,
menurut kakak dengan diri kakak sendiri?
Terkait kecanduan kecanduan yang di alami.
Apakah disini merasa lebih baik? Kalo merasa
lebih baik, apa di bilang gitu ga juga bisa saya
bilang ya. Karna, kayak mana, kayak mana di
bilang ya. (jeda agak lama sebelum menjelaskan
kembali) ya niat berubah gitu ada nya ya kan.
Cuman kadang, cuman apa pun yang di bilang
kalau yang dirasakan hati nya semua nya.// Kalo
istilahnya apa nya tadi (jeda dan menunduk dan
suara mengecil) apa nya istilahnya kalo beda nya
dibilang, belum bisa saya dapat. Cuman kalo di
sini yah (terdiam). Merasa lebih nyaman? iya
(suara kecil samar-samar) tapi ya, kalo ingat lagi
keluar, keluarga apa gitu. Kadang sedih gitu,
gabisa sama.// Keluarga sering datang kesini?
Kalo keluarga pun, karna ngeliat saya kek mana
gitu, istilahnya udah di luar-pun sebetulnya udah
terlalu mengkhawatirkan, bisa di bilang
mengkhawatirkan nya bukannya mengganggu
keluarga bukannya apa, kadang kan ada juga
didikan orangtua ini atas dasar rasa sayangnya.
Dia mengasi penghukuman, walaupun di penjara
kayak gini, ya dibikin agak menderita sikit. Ya
kan gitu. Kalo istilahnya, kalo orangtua saya,
kalo istilah nya mama saya, lah ya kan, mama
saya melarang keluarga yang lain untuk
242-247 Kebingungan dalam menjelaskan
rasa candu saat di lapas
247-254 Merasa nyaman dengan lapas,
namun merindukan kehidupan di luar lapas
bersama keluarga.
255-267 Merasa selalu membuat orang tua
khawatir
Mendapat kasih sayang dengan cara yang
keras dari orangtua
Kebingungan dalam menjelaskan rasa
candu saat di lapas
Merindukan kebersamaan dengan keluarga
Perasaan bersalah pada orang tua
Mendapat pola asuh yang keras
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
293
294
295
menjenguk saya. Dia aja itu 4 atau 3 minggu
sekali, gitu. 4 atau 3 minggu sekali, tapi kalo saya
yang nyuruh gitu kan, dia datang. Dan saya kalo
masalah uang gitu, dalam tiga minggu itu, saya di
kasi 50 ribu, gitu kan. Tapi keperluan saya udah
dicukupi, gitu kan. Kita perempuan, kita butuh
lotion, shampoo, apa gitu kan, kita dikasi. Tapi
kalo ke uang dibilang, ya itu tadi gitu. //Anak
nya juga ikut menjenguk bersama neneknya? Ga, dia sebenarnya tertentu kali lah. Ya istilahnya
kalo dari bapak tiri saya, dia di larang kemari.
Karna ya, kalo kesana dia nanti ( suara agak
bergetar) ga bagus buat dia, tapi menurut saya
lain pulak, ngapain mesti ditutupi, gitu. Walau
istilahnya dibawa kemari, ya paling ga mentalnya
makin kuat. Sekarang tergantung didikan kita,
gitu. Gitu juga kadang, saya suruh kemari, gitu.//
Berarti sebelum masuk kesini, bekerja di
pasar membantu mamak? Itupun jarangnya.
Kalau istilahnya udah kayak mana kali ya,
makanya istilahnya mau bantu dia, gitu. jadi kalo
ga bantu mama, biasanya kegiatannya apa?
//ga ada. Bangun pagi apa ya bikinlah. Ya saya
memang dari rumah kan. Ee kalo dari pagi sampe
sore, rumah kosong. Karna yang kerja dirumah
pun ga ada. Paling anak saya lebih sering,
istilahnya sama bapak tiri saya. Karna bapak tiri
saya pun ga punya anak, gitu. Jadi anak saya pun
ga mengenal bapaknya, bapak tiri saya pun ga
punya anak, jadi mereka itupun kan agak klop,
267-273 Merasa kebutuhan selalu terpenuhi
karena bantuan keluarga
275- 282 Menganggap berkunjung ke lapas
membuat mental anak semakin kuat
Merasa anak harus mampu menerima
keadaan ibu
Mendapat dukungan berupa pemenuhan
kebutuhan oleh keluarga
Penerimaan dan pola asuh mampu
membentuk mental yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
gitu.// Ya itu tadi, kalo istilahnya udah jadi
kelelawar gitu lah. Kalo siang siang, saya tidur
dirumah. Kalo malam saya keluyuran, jam 7 udah
pasti saya keluar, gitu. Pulang ya hampir-hampir
pagi, tidur lagi. Sekarang ya kalo istilahnya
kayak mana kayak mana, toh juga sampe sebulan
ga pulang, gitu. Namanya juga kerjaan mabuk,
apa, kadang tabrakan, apa, gitukan.// Kalo saya
pulang, ya mamak itu kayak mana, semua udah
pasrah. Kayak mana bilangnya, udah di lihatnya
muka saya udah apa apa semua gitulah, semua
kena aspal itu lah, karna tabrakan apa gitu, bekas
jahit gitu apa. “masih hidupnya kau? Belum mati
nya?” katanya. “Kalo gitu gitu aja nya, maunya
patah kaki mu itu, biar istilahnya, biar malu
keluar” gitu. Karena keluarga tau, karna kawan
pun istilahnya preman preman yang apa tadi,
semua gitu kan. Mamak itu khawatir istilahnya,
“eh kau bandal kali kau nanti kalo seandainya
kau meninggal diluar sana, mayat mu bisa ga
ditemukan, pun ga ditanam pun” kata mamak itu.
Sampe keluarga juga, berapa kali istilahnya
ngeliat mayat tak beridentitas ke rumah sakit
umum sana, kan karena ada keluarga di pos metro
gitu kan, ditemukan, mayat gini gini kan, kalo
diliatnya istilahnya sepintas “eh, ciri cirinya
mana anakku tadi” kan gitu kan. Ada rasa
khawatir apa gitu kan diliat kesana gitu kan. Toh
kalo udah langsung gitu di liat, “ eh ngga” jadi
kan gitu, dia udah apa, sering gitu, udah batin itu
296-304 memiliki pola hidup yang buruk
304- 328 merasa bahwa orangtua khawatir
dengan pola hidup dan pergaulan responden
Memiliki pola hidup dan lingkungan sosial
yang buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
udah terlalu apa kalo dibilang, udah spot spot
jantung tiap hari. //Jadikan istilah nya kalau
keluarga di bilang, dia lebih tenang aku didalam
ini juga, gitu. Makanya, kalo ya pertama saya
tangkap juga ya wajarlah kalian tangkap dia, kata
mama langsung polisi kan, biasanya kalau
keluarga tertangkap kan pasti apa, masih agak
shock, kalau keluarga saya ga. “Baguslah, nama
nya dia salah, wajar kalian tangkap” katanya.
Trus waktu kalo di pengadilan pun, kalo
istilahnya, apalagi jaman sekarang kan, hukum
aja bisa dibeli. Trus di tanya ijasahlah. “ini si D
nya gimana masalah pengurusannya?” gitu kan,
kalo mamak saya langsung jawab “tinggi tinggi
aja bikin hukumannya pak”. Jadi kayak mana dia
mau istilahnya mau menguras keluarga saya, kan
gitu. Untuk pembayaran biar saya diringankan.//
Bagaimana perasaan kakak dalam menjalani
hidup kakak hingga hari ini? Saya rasa
istilahnya rasanya selama saya di penjara ini, ya
niat saya untuk berubah memang makin kuat.//
Tapi memang kadang kadang, kayak mana lah,
karena saya juga manusia. Kadang kadang bisa di
bilang, ya walaupun dalam seribu sekali silapnya
ya tetap ada kan gitu. Karena saya gabisa
mengontrol diri, gitu.// Kadang kadang
(terganggu oleh petugas yang datang dan
menyela pembicaraan) Petugas: ini, bentar lagi
kita suruh dia pulang. Bentar lagi kita usulkan
PB nya. Karena dia bilang dia sudah bertobat,
328-343 Merasa keluarga lebih tenang jika
responden di dalam lapas
345-347 Lapas membuat ingin berubah
menjadi lebih baik
348-352 Merasa kurangnya kontrol diri
Lapas menepis kekhawatiran keluarga
Ingin mengalami peningkatan pada diri
Kurang memiliki kontrol diri yang baik
Kurang mampu menghadapi tekanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
356
357
358
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
378
379
380
381
382
383
384
385
gamau lagi jahat. Anaknya pun sudah besar,
suami nya tidak ada lagi. Nanti kita carikan
yang baik baik. ya udah meninggal kena AIDS
bilang. Petugas: ga, jangan lah. memang iya.
Memang kena AIDS dia, tapi saya setelah saya
didalam baru tau saya suami saya kena AIDS.
Dia kan sempat married, saya istilahnya saya
yakin saya ga kena, waktu saya rehab, saya rehab
kan 4 tahun yang lalu. Jadi gimana tadi? //itulah
ku bilang, kalo sekarang gitu ya. Saya disinilah
istilahnya saya betul-betul dapat kekuatan,
istilahnya disini juga lah yang saya rasakan
istilahnya takut untuk mati. Karena ingat anak
tadi,// di sini juga istilahnya dendam saya sama
orang-orang yang dekat sama saya dulu ada. Tapi
bukan berarti dendam saya istilahnya saya
pengen melukai dia, apa gitu, ndak. Tapi dendam
saya,saya keluar dari sini, saya harus sukses.
Dengan suksesnya, bukan memegang hal yang ke
tidak halal lagi, ke narkoba lagi gitu ga. Karna ya
saya juga bisa lihat kedepannya kayak gimana
kalo saya, mamak saya juga udah tua, gitukan.
Kalo saya menggantikan posisi mamak saya, saya
juga bisa kok seperti dia, gitu. Dendam saya
istilahnya. Kalo saya sukses, apalagi jaman
sekarang ini, kalo kita punya uang, orang
merangkak-pun mau mendekati kita, iya kan?
Jadi ya saya, dendam saya untuk orang orang
yang, ya saya juga bantu dulu, setelah saya kayak
gini, dia sama sekali ndak peduli, gitu kan.
365-370 anak sebagai penyemangat hidup
370- 388 Memiliki gambaran dan harapan
untuk sukses di masa depan
Ingin menunjukkan bahwa diri bisa sukses
pada orang lain
Merasa di khianati oleh teman
Anak menjadi motivasi untuk hidup
Merasa hidup bermakna
Memiliki keinginan dan gambaran untuk
sukses di masa depan
Adanya keinginan unjuk diri
Merasa mampu menghadapi tekanan dari
lingkungan sosial
Perasaan ditinggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
386
387
388
389
390
391
392
393
394
395
396
397
398
399
400
401
402
403
404
405
406
407
408
409
410
411
412
413
414
415
Dendam saya itu tadi. Saya istilahnya harus
sukses. Gitu aja istilahnya, yang saya dapat
dalam ini, gitu.// Menurut kakak, kenapa
kakak bisa berpikiran seperti itu setelah
berada disini? Apa merenungkan sesuatu atau
bagaimana? kadang bukan merenungkan aja,
yang saya rasakanlah gitu. Ini bisa di bilang, saya
bisa terpuruk. Disaat saya terpuruk itu, kenapa
tidak ada orang yang mengulurkan tangan buat
saya? Selain mamak saya yang dari dulu saya
tipu, gitu. Tapi kan istilahnya, saya sakit hati,
gitu. Disitu makanya istilahnya, ya kayak gini
rupanya, pikir ku gitu. Disinilah istilahnya hal
yang saya dapatkan paling besar kesabaran.//
Berarti kakak merasakan orang-orang yang
dulu kakak bantu, pas kakak disini ga ada?
jangankan istilahnya mau ngasi apa gitu, mau
ngomong untuk ngasi kesabaran aja ga ada. Itu
makanya, kayak gini rupanya hidup ini bah.//
Jadi itulah yang memotivasi kakak untuk
sukses. Kakak udah berapa tahun disini? udah
3 tahun, 3 bulan udah lewat. berarti tinggal
berapa lama lagi? inilah kayak kata bapak ini
tadi, kalo sekakakinya bisa ngurus PB itu
pembebasan bersyarat itu kan, paling lama paling
kan setahun lagi, tapi kalo gabisa ya, 3 tahun lagi.
Kan gitu. Saya juga sebetulnya udah pasrah
sekakakinya gabisa. Karna kadang kalo saya
pikirkan saya berharap untuk bisa keluar setahun
lagi, ternyata gabisa toh kecewa. Kalo memang
392- 400 Merasa terpuruk dan ditinggalkan
sehingga menjadi lebih sabar
403-405 Merasa tidak mendapatkan support
dari teman
409-418 Merasa tidak berharap untuk keluar
dari lapas lebih awal
Mampu melihat secara positif pada masa
lalu
Membutuhkan dukungan sosial
Merasa tidak mendapat dukungan sosial
Tidak ingin kecewa karena harapan keluar
dari lapas lebih awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
416
417
418
419
420
421
423
424
425
426
427
428
429
430
431
432
433
434
435
436
437
438
439
440
441
442
443
444
445
446
bisa, ya syukur berarti Tuhan masih percaya sama
saya, kan gitu. //Seandainya gabisa pun, berarti
Tuhan masih sayang sama saya, kalau saya
keluarpun, mungkin saya belum bisa berubah,
gitu. //Berarti pada saat ini kakak sudah bisa
menerima? Udah. //Disini kegiatan kakak apa
aja? ya ga ngapa-ngapain, paling sering ya
membaca, itu pun Cuma suka suka gitu aja nya.
Sisa nya tidur-tidur. Cakap cakap sama kawan.
Istilahnya pun disini bukan bisa ngapa-ngapain
kan, jadi nya gitu lah. Tapi kadang ya rajin juga
saya masak-masak, apalagi kalo datang mamak
itu, di bawa nya bahan makanan, masak lah, saya
bagi lah sama kawan kawan di kamar kan.
Apalagi, paling olahraga olahraga, sama
pendampingan pendampingan itu nya. Lainnya,
tidur aja terus, istilahnya malas di dalam sini.//
Gitu gitu aja, cuman gimana lah istilahnya pun
udah jalannya kayak begini kan.// Kalo
hubungan kakak dengan teman-teman disini
gimana? baik. namanya juga kawan
sependeritaan kan. Cuma ya, ee istilahnya
berantam pun ga bisa di ingkari kan. Kalo saya
orang nya, ga dikacau (diganggu), ga akan saya
kacau (ganggu) orang lain, jadi kalo ada misalnya
ee, istilahnya mengganggu urusan saya, nah itu
biasa nya saya kelaikan (ajak berkelahi) orang
nya. Cuma ya kebanyakan baik nya semua kalo
bekawan disini itu. Gitu kan. //Apa yang paling
dominan yang kakak rasakan ketika berada
418-421 Merasa tidak yakin pada diri
sendiri dapat menjadi lebih baik
421 Merasa bisa menerima keberadaan di
lapas
424-434 Lebih sering melakukan aktifitas
bersama teman di lapas
435-436 Merasa masuk lapas adalah takdir
438- 446 memiliki hubungan baik dengan
teman di lapas
Kadang konflik terjadi karena privasi
terganggu
Tidak percaya pada diri
Merasa tidak mampu mengubah diri
Merasa mampu menerima keberadaan di
lapas
Memiliki hubungan baik dengan oranglain
Merasa mampu menerima keberadaan di
lapas
Memiliki hubungan baik dengan orang lain
Merasa marah dengan privasi yang
diganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
447
448
449
450
451
452
453
454
455
456
457
458
459
460
461
462
463
464
465
466
467
468
469
470
471
472
473
474
475
476
didalam lapas ini? kalo senang di bilang, ga.
Cuman selalu saya pikirkan istilahnya, apa yang
saya dapat gitu. Itu yang bikin saya kuat
sebetulnya. Cuman kalo diluarpun dulu saya liat
ya, emosi saya kayak mana, kalo misalnya ada
saya rasa ga pas, sama sama makan nasi kok.
Kayak mana rupanya. Kan kalo di dalam
sekarang ini, udah bisa saya mandiri.// Kayak
mana kayak mana gitu, bukan istilahnya udah
lah, diam aja gitu. Kadang saya renungkan
malam malam gitu, “kok bisa ya aku gitu ya”
gitu. Karna kadang saya pikirkan juga, saya juga
ga mengenal pribadi saya kadang-kadang.
Makanya pernah juga saya tanya bu Merry
(perawat lapas) kan, “Bu kalo dalam kedokteran
itu, dual (istilah responden untuk keperibadian
ganda) itu sebetulnya kayak mana sebenarnya?”
gitu. Karna kalo di rehab, di rehab itu kan, kita di
tes secara keseluruhan gitu kan. Otak, jantung,
apa, semua di tes. Waktu saya di tes itu, dua lah
istilahnya penyakit saya. Satu lemah jantung,
yang kedua, otak saya di nyatakan dual. Yang
dulu saya pikir, dual itu gila. Rupanya dual itu,
karena dual itu kata dua, istilahnya
berkeperibadian ganda katanya. Cuman, ya ga
saya apakan (hiraukan) kali, saya pun ga
ngertikan. Cuman ya mungkin kayak gitu.
Kadang saya pikirkan apa yang saya lakukan,
“kok bisa gitu ya?”.// Berarti kakak sudah
punya harapan dan cita-cita besok setelah
448- 455 Lapas membuat diri menjadi lebih
mandiri
455- 476 Merasa tidak mengenali diri
sendiri
Tidak menyadari motivasi saat melakukan
sesuatu
Merasa mengalami perkembangan pada
diri
Merasa bisa mengandalkan diri sendiri
Merasa tidak mampu mengenali diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
477
478
479
480
481
482
483
484
485
486
487
488
489
490
491
492
493
494
495
496
497
498
499
500
501
502
503
504
505
506
keluar dari sini mau ngapain? ya, kan kayak
aku bilang tadi, mamak juga udah tua. Anak
perempuan saya satu satunya. Trus ya mamak
juga ya berharap juga. Adek saya juga ya masih
jadi pikiran orangtua, karna kerjaannya juga
masih minum apa kan, trus datang kata mamak
itu “aku udah capek kali” katanya. “Kau Cuma
satu satunya anak perempuan, apa gabisa kah jadi
kawanku? Aku udah capek kali aku” kata mamak
kan. Ku bilang sama mamak “yaudah mak, yok
aku pun nya, bisa nya ku bikin kan nya kayak
gitu” ku bilang. “aku jahat kali, aku bisa jadi
kawanmu, keluarpun nanti aku mak, kamu
berhenti aja yang bekerja, aku yang gantikan
kamu” ku bilang. jadi nanti saya keluar, saya
menggantikan posisi mamak, untuk istilahnya
bantu bantu dia, bukan istilahnya saya
memonopoli semua gitu kan. Tapi ya, saya disitu
ya, ya saya kan anaknya, jadi kan ya, apa yang
ada sama dia, jadi milik saya. Jadi apa yang sama
saya, milik dia juga, gitu. Ya saya udah punya
gambaran, nanti keluar saya menggantikan
mamak, mamak saya, saya berikan kelapangan
untuk kerja. Itulah gitu, aku pengen rasanya
memberikan orangtua ku kelegaan gitu.// Apalagi
saat didalam sini kan, sedangkan aku yang
istilahnya orangtua, ibu dari anakku sendiripun,
selalu berantam sama anakku, pusing nya aku
menghadapi satu anak. //Kebetulan lagi pun,
mamakku gitu pun eh, udah semua bebanku, ku
478- 502 Ingin membantu dan meringankan
beban ibu
Merasa jahat pada ibu
502-506 Hubungan dengan anak buruk
506-511 Merasa membebankan seluruh
Memiliki harapan untuk membahagiakan
orang tua
Perasaan bersalah pada ibu
Kurangnya kedekatan dengan anak
Ingin membahagiakan ibu karena rasa
bersalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
507
508
509
510
511
512
513
514
516
517
518
519
520
521
522
523
524
525
526
527
528
529
530
531
532
533
534
535
536
537
kasi kan sama dia. Jadikan ya “Tuhan tolong aku,
kasikan aku waktu buat mamakku itu sehat
sampai aku keluar dan kasi aku waktu istilahnya
untuk memberi dia kebahagiaan. // Jadi kembali
ke cerita suami kakak, jadi suami kakak
sudah meninggal? sudah Kakak baru menikah
satu kali? Iya Kalo boleh tau kak, berapa lama
pernikahan kakak? pernikahan saya, saya bisa
di bilang menikahnyapun karna hamil duluan.
Dia, saya sama suami saya itu pun, krna dengar
dengar cerita dia aja, kasian. Gitu. Kan dia kan
kuliah di bogor juga, orangtua nya buka babi
panggang di terminal bogor sana. Trus, karna dia
gabung gabung sama orang situ, dia pake putaw.
Karna istilahnya dia 2 kali masuk rehab, sekali
masuk rejim tetap kabur. Di kirim orangtua nya
kesini, tempat kakak nya. Karna disana kawannya
orang orang berada gitu kan. Karna dia emang
orang berada, tapi istilahnya kawan tadi mau
ngasi terus akhirnya dia kecanduan, apapun bakal
di lakukan, gitu untuk mendapatkan apa yang di
harapkan, kan gitu. Trus dia, dia dikirim kesini,
pertama kenal, itu tadi, dia cerita, curhat, apa
gitu. Trus di bilangnya sama ku “kenapa ya, kalo
kita udah pernah kena narkoba, mau berubahpun
ga ada lagi yang percaya” gitu dibilangnya. Itulah
sampe sekarang omongannya yang saya ingat,
saya kasian gitu kan, jadi kasian gitu, sering
ketemu sama sama, trus dia minum. Ya namanya
dia minum, ya saya pun jadinya peminum juga.
tanggung jawab pada ibu
Ingin membahagiakan ibu
528-550 Pernikahan terjadi karena, diawal
hubungan memiliki perasaan simpati pada
pasangan
Memiliki rasa simpati yang besar pada
orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
538
539
540
541
542
543
544
545
546
547
548
549
550
551
552
553
554
555
556
557
558
559
560
561
562
563
564
565
566
567
Ya kayak gitu tadi. Tau lah kalo istilahnya udah
di barengi minuman. Kalo di barengi minuman,
udah melakukan hubungan intim, apa gitu, ya
itulah jadinya saya hamil. Saya hamil, saya minta
pertanggung jawaban dia, ya akhirnya kami di
nikahkan, kan gitu. Kalau dalam adat kami sini
ya, adat karo gitu, tapi ga sampai ke jamhur.
Istilahnya kalau, kayaknya mana bilang ya, kalau
di islam itu kan istilahnya di nikahkan aja gitu, ga
pake pesta apa itu. Kalau disini tangan raja di
bilang, adat karo aja. Itu, trus udah gitu, saya kan
udah hamil sebulan. //Hamil sebulan, melahirkan
saya, keluar dari rumah sakit, tinggal sama
mamak. Baru di jemput sama dia, paling
perkawinan kami itu cuma istilahnya setahunlah.
Sampai lahir anaknya? iya, memang setahun.
Trus abis itu pisah ranjang. Aku dirumah
mamakku, dia dirumah kakaknya. Kalo ga dia
dirumah kontrakan kami itu. Kami kan ngontrak
karna mamakku pun ga setuju, jadi ya ga ga di
apai gitu. Kayak mana, dia gamau kasi apa pun
gitu. Mau lepas tangan, gitu. Trus karna aku
dirumah mamak gitu, dia di rumah kontrakan itu
mungkin, hampir dua tahun kami pisah ranjang
itu. Karna dia laki-laki, kan istilahnya ya
berkawan juga sama yang lain, apa, berkawan
juga dia sama yang lain, cewek itu minta dinikahi
gitu. Jadi kan kalo disini laki-laki mau menikah
dengan wanita lain, ya paling ga harus bercerai
dulu sama istri pertama, kan gitu. Jadi kami
550-583 Hubungan dengan suami buruk
Relasi dengan suami tidak baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
568
569
570
571
572
573
574
575
576
577
578
579
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
570
571
572
573
374
375
576
bercerai, gitu. Bercerai kami, beberapa bulan
kemudian dia sakit. Aku dengar dengar aja, sakit.
Habis sakit bawa ke Medan, diruang ICU dia
selama 3 bulan. Habis itu ninggal. Ninggalnya
kena AIDS pun, pertama saya gatau, setelah saya
ditangkap juga, ada keluarga nya. Ceritalah dia
sama saya. “tau nya kamu dulu, suami mu dulu
mati kena apa?” katanya “overdosis” ku bilang,
karna ya berita mengatakan dia overdosis gitu.
“overdosis, kenapa” kubilang. “dia bukan
overdosis, sebetulnya dia kena AIDS makanya
meninggal” dia bilang. jadi pun saya kaget,
“masa?” saya bilang gitu kan, “iya, makanya
istilahnya karna dia AIDS itu, pas meninggalnya
di bungkus pake plastik” katanya. Maka
istilahnya, saya apa, gitu. //Cuman karna saya pas
masuk rehab pun di tes, jadi kan saya ga khawatir
dengan diri saya, gitu kan. Berarti dia kena nya
setelah sama saya, gitu. Kan kalo AIDS itu
istilahnya, kalo memang kata orang kan 10 tahun
kemudian baru apa, tapi kalo istilahnya kita
lemah, setahun pun bisa juga lewat, kan gitu.
Setelah berpisah tidak berhubungan dengan
mantan suami? Ga // Masih berjuang lagi ya
kak itulah yang saya harapkan. Tuhan tolong beri
saya kekuatan, gitukan. Saya tau saya lemah,
sering jatuh. Udah kayak gini, keluar nanti, ya
udah saya konsep semua nya kayak mana
nantinya gitu kan. Tapi kalo kesilapan selalu ada
Tuhan. Tolong bantu saya, gitu. // Masalah
583- 571 Merasa aman dari AIDS
572- 577 Berdoa pada Tuhan untuk
mendapatkan kekuatan dan maaf
Merasa diri aman dari penyakit berbahaya
Tuhan sebagai tempat berkeluh kesah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
577
578
579
580
581
582
583
584
585
586
587
588
589
590
591
592
593
kesehatan kakak gimana? baik, kalo kena panas
pasti langsung demam, dari dulu. Saya paling ga
tahan kalo kena panas, kalo kena hujan 7 hari 7
malam pun gapapa. Harapan kakak sendiri
untuk diri kakak, apa? //apa mau ku bilang.
saya cuma pengen keluar dari sini jadi orang
bagus-bagus. Mau mendidik anak supaya ga
kayak saya nanti kalo udah besar. //Mau bantu
orangtua lah, karna istilahnya pun udah banyak
kali keluar uang mereka buat saya karna bandal
dulu. Jadi apa ya, gimana, mau jadi lebih baik aja
lah. Cukup lah hidup kayak gini ini, tapi ya //
walau kadang kadang pun ee, apa, ee silap silap
dikit ada. Ya nama nya manusia. Tapi itu tadi lah,
mau nya menjadi anak dan ibu yang baik lah
setelah ini semua.
582-585 Ingin anak tidak mengikuti jejak
responden
585-589 Ingin menjadi lebih baik dengan
membantu orang tua di masa depan
590-593 Ingin dimaklumi dengan kesalahan
kecil selama proses perubahan
Harapan pada anak di masa depan
Berkeinginan untuk mengalami
peningkatan pada diri
Memiliki gambaran untuk membantu orang
tua
Acapkali merasa melakukan kesalahan
Merasa perlu di maafkan untuk kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN 1
KODE SUB TEMA TEMA
Mampu melihat secara positif pada masa lalu
Bersikap reflektif pada pengalaman tidak
menyenangkan
Mampu melihat secara positif pada masa lalu
Menjadikan masa lalu sebagai
pembelajaran
Memandang masa pidana sebagai
masa pengembangan diri
Merasa mampu menghadapi tekanan dari lingkungan
sosial
Merasa diri aman dari penyakit berbahaya
Merasa mampu menerima keberadaan di lapas
Merasa mengalami perkembangan pada diri
Merasa mengalami perkembangan di
lapas
Merasa lapas lebih baik daripada rehabilitasi
Memandang rehabilitasi sebagai ujian kesabaran
Program rehabilitasi sebagai pemicu stress
Adanya perasaan ingin bebas melakukan sesuatu
Kebingungan dalam menjelaskan rasa candu saat di
lapas
Lapas menepis kekhawatiran keluarga
Rehabilitasi sebagai ujian kesabaran
Ingin mengalami peningkatan pada diri
Memiliki keinginan dan gambaran untuk sukses di
masa depan
Adanya keinginan unjuk diri
Berkeinginan untuk mengalami peningkatan pada diri
Ingin mengalami perkembangan pada diri
Tuhan sebagai tempat berkeluh kesah Religiusitas sebagai coping
Merindukan kebersamaan dengan keluarga
Memiliki harapan untuk membahagiakan orang tua
Anak sebagai penyemangat hidup
Keinginan untuk membahagiakan
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Anak menjadi motivasi untuk hidup
Harapan pada anak di masa depan
Ingin membahagiakan ibu karena rasa bersalah
Memiliki gambaran untuk membantu orang tua
Ingin mendapat kesempatan untuk mengalami
peningkatan diri demi keluarga
Memaknai keluarga sebagai
motivator
Perasaan bersalah pada orang tua
Perasaan bersalah pada ibu
Perasaan bersalah pada keluarga
Hidup sebagai beban berat yang harus di tanggung
Merasa hidup tidak bermakna
Merasa hidup bermakna
Merasa hidup penuh beban
Memandang hidup sebagai beban Trauma menyebabkan sikap ketidakpedulian pada diri
Tidak percaya pada diri
Merasa tidak mampu mengubah diri
Merasa tidak mampu mengenali diri sendiri
Kurang memiliki kontrol diri yang baik
Kurang mampu menghadapi tekanan
Tidak ingin kecewa karena harapan keluar dari lapas
lebih awal
Memandang diri tidak mampu
Acapkali merasa melakukan kesalahan
Merasa perlu di maafkan untuk kesalahan
Tidak mampu menghadapi tantangan
dalam proses berkembang
Membutuhkan bantuan orang lain untuk sembuh
Membutuhkan dukungan sosial
Merasa tidak mendapat dukungan sosial
Merasa marah dengan privasi yang diganggu
Perasaan ditinggalkan
Kurangnya kedekatan dengan anak
Relasi dengan suami tidak baik
Membutuhkan dukungan sosial
Relasi sosial sebagai sumber
dukungan
Mendapat dukungan sosial dalam bertindak
Mendapat dukungan berupa pemenuhan kebutuhan oleh
Memiliki relasi sosial yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga
Memiliki rasa simpati yang besar pada orang lain
Memiliki hubungan baik dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN II
No Verbatim Initial code Interpretative code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Aku ingin mendengarkan perjalanan hidupmu
sampai pada saat ini, apapun yang ingin kamu
ceritakan, silakan ceritakan. Dari SMP saya
sekolah di sekolah Santa Maria Kaban Jahe. Saya
bandal dulu. Bandal lah. Saya di asrama dua tahun
setengah. Dua tahun setengah, saya pindah ke kosan,
di luar. Beberapa bulan kemudian, menjelang UN
gitu, saya di pecat. Dan saya harus pindah ke
kampung untuk mengambil ijasah. Dari kampung
saya kembali pindah ke medan. Disitu saya, saya
sudah mulai mengenal narkoba lah,// udah bisa dan
sudah mulai terganggu keuangan keluarga karena
narkoba.// Trus saya berhenti sekolah. Saya ambil,
tiga tahun kemudian saya ambil paket C untuk
mengambil ijasah. Trus saya melanjutkan kuliah
juga di tanah karo ini, tapi ga nyampe 2 semester
pun, trus berkembanglah apa, narkoba saya,
berkembanglah pengetahuan narkoba saya lah.//
Mulailah saya berhenti (kuliah), tapi orangtua
bertanya, mau bikin usaha. Saya minta belikan
minibus lah, BTN. Sudah berjalan, Cuma bertahan 3
tahun karna narkoba, judi. Saya minta terus uang ke
kampung. Pada akhirnya, udah jatuhlah, udah jatuh,
dan saya tetap memegang narkoba, memegang
narkoba. Dan akhirnya saya terjerumus disini lah.//
Sudah disini berapa lama? sudah 10 bulan. Masa
tahanan masih sampai kapan? 2 tahun lebih.
Kamu hanya menggunakan, atau? Menggunakan.
3-11 Mengenal narkotika saat putus sekolah
11-13 Narkotika mempengaruhi keadaan
ekonomi
19- 25 merasa narkotika membuat keadaan
ekonomi buruk
Mengalami dampak negative dari narkotika
Mengalami dampak negative dari narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Sejak kapan? Berarti sejak lulus SMP itu? iya,
tapi saat itu masih ganja, kalau ganja masih belum
candu. SMA lah saya shabu-shabu, mulai dari situ
saya jatuh terus. Berarti udah sampai kuliah putus
juga kuliah? iya, sampai semester 2. berarti, kamu
termasuk dalam keluarga mampu ya bisa
dikatakan? ya, dulunya sih. Bisa dibilang gitu. Kalo
sekarang udah hancurlah kan karna minta saya minta
uang itu. Ngeri lah perbulan, karna sudah mengenal
shabu-shabu itu.// Sekarang, ketika kamu disini,
bagaimana? ketika disini, pertama tama saya
memang masih pake juga. Tapi syukurlah sekarang,
hampir 4 bulan ga. Tahan lah.// boleh tau, gimana 4
bulan bisa bertahan? gini, selama 4 bulan ini saya
minta uang gitu sama keluarga, tapi dia ga open lagi.
Jadi saya mulai berpikir alangkah baiknya kalau,
tinggalin sudah ini. Ga baik itu ini. Kata orangtua
saya, jangan, kalo saya masih kurus, jangan datang.
Soalnya kalo masih kurus, dia anggap kalo masih
make gitu. Jadi kemarin bibi datang kesini untuk liat
aku, dia bilang udah makin gemuk lah. Jadi,
kemungkinan beberapa waktu ini, orangtua bisa
datang lah.// Selama 10 bulan ini, udah datang
berapa kali? kalo sampai 6 bulan, hampir tiap
minggu. Padahal jauh juga nya, pulau balang sana.//
Setelah 6 bulan? dia gamau tau lagi istilahnya,
karna dia udah ngerasa kelewat. Dalam 6 bulan
keluarga saya kesini, 4-5 juta tiap bulan. Karna
masih pegang. Mungkin sudah ga tahan lagi mereka
sama saya. tapi kamu mengharapkan mereka
datang? kayak mana mau di bilang, saya pun ngerti
lah kenapa mereka udah gamau lagi kesini. Udah
keterlaluan kali nya saya.// Sekarang, kamu udah
35-38 Merasa keadaan ekonomi buruk karena
narkotika
39-41 Masih menggunakan narkotika saat 6
bulan pertama di lapas
42- 51 Ketidakhadiran orangtua membuat
adanya keinginan untuk berhenti menggunakan
narkotika
52-54 mendapat dukungan dari keluarga selama
6 bulan pertama di lapas
54-60 Merasa bahwa ketidakhadiran keluarga
karena perilaku yang sudah keterlaluan
Mengalami dampak negative dari narkotika
Keluarga menjadi motivasi untuk lepas dari
narkotika
Merasa mendapat dukungan sosial dari
keluarga
Perasaan bersalah pada keluarga
Merasa kehilangan dukungan sosial dari
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
benar benar berhenti selama 4 bulan? benar benar
berhenti, ambil bagian di gereja lah, sebagai pemain
musik.// Setelah dari sini, rencana nya mau
gimana? Sudah punya bayangan? pernah mikir
juga, usaha lah. Usaha apa. Dulu kan orangtua punya
usaha, gede. Pupuk. Udah beberapa tahun ini ga buka
lagi, bukan cuma ga dapat untung karna ga untung.
Bukan cuma ga untung, bahkan sama modal udah
habis kami bikin gitu. Karna belum nyampe truk
kerumah, di tengah jalan kami, udah stop. Jadi mau
kenapa lagi diteruskan gitu. Jadi, disana nanti, keluar
dari sini, kembali buka lah. Kalo orangtua
memberi.// selama disini, kamu gimana
perasaannya? sudah 10 bulan, suka duka nya,
apa yang kamu rasakan. Sebenarnya disini,
nyampe 6 bulan gitu, masih ngerasa ga terima. Masih
ga terima gitu kalo saya kenyataannya sudah disini.
Makanya dulu saya sering make. 4 bulan terakhir ini,
udah mulai bisa menerimalah.// Mungkin berkat
gereja juga. Udah mulai bisa menerima kenyataan.
menerima kenyataan bahwa? sudah disini lah,
bahwa saya sudah melakukan kesalahan, jadi wajar
kalo di hukum seperti ini.// Tapi udah mulai jenuh
juga sih. Udah 10 bulan. bisa mengajukan bebas
bersyaratkan? bisa, bulan 12. Bisa nya bulan 12.
Kalau sesuai rencana, bulan 3 sudah bisa keluarlah.
tadi kamu sempat bilang jenuh, jenuh seperti apa
sih yang kamu rasakan? jenuh lah. Kegiatan cuma
itu itu aja, ngeliat juga orang orang tiap hari make,
walau sekarang udah ga make dan bisa tahan, ya
gimana di kamar pun gitu.// Pengen lah keluar sana,
ketemu sama keluarga, kumpul lagi. Kalo disini kan,
apa apa susah. Gimana di bilang ya, jenuh aja liat itu
62-63 berhenti dari narkotika dan mengambil
peran di kegiataan keagamaan
65- 73 Memiliki gambaran untuk melanjutkan
usaha orangtua setelah keluar dari lapas
76-80 saat 6 bulan pertama di lapas masih belum
dapat menerima keberadaan di lapas
80-81 Gereja berperan dalam proses menerima
keberadaan di lapas
84-92 Merasa jenuh dengan kegiatan yang
monoton di lapas
Merasa tidak terpengaruh dengan teman yang
menggunakan narkotika di lapas
92-95 Memiliki keinginan untuk berkumpul
kembali dengan keluarga
Mau mengikuti kegiataan keagamaan
Memiliki gambaran di masa depan untuk
membantu orangtua
Tidak mampu menerima diri saat awal di
lapas
Gereja membantu proses penerimaan diri
Jenuh dengan kegiatan yang monoton
Merasa mampu menolak pengaruh negatif
dari lingkungan sosial
Memiliki kerinduan pada keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
itu aja, cuma gitu gitu aja.// Disini juga padat kali
kan, jadi aku pun sesak liatnya.// kamu ga
melakukan kegiatan lain? malas. Paling ya gereja,
itu aja yang ku ikuti terus. Yang lainnya ga.
Kenapa? malas itu tadi. Apa nya di bilang, bukan
ada kegiatan lain yang enak. Gitu gitu aja nya terus.
Jadi saya pun jualan rokok aja lah.// Kamu selama
disini, kesehatan fisiknya gimana? kalo masalah
kesehatan, dari orangnya disini pun sarang sakit.
Tapi sekali sakit itu bisa parah, itupun karna kita
yang minta, istilahnya karna minum. Kalo minum,
udah pernah juga buta. Kira kira jadi gitu. cuma 4
hari buta nya. Udah pernah, yakin bisa liat lagi, tapi
buta cuma 4 hari. 3 bulan cuma saya keliatan gitu,
abis itu udah normal lah. Kalau ga karna kita yang
minta, aku jarang sakit. Kalo down down (kondisi
drop) gitu jarang. Selama disini, Cuma batuk batuk
aja, itupun karna sesak disini, karna rame kan.
Ngerokok semua kan. Batuk aja masalah kita.// Kalo
dari narkoba sendiri, ada dampak yang kamu
rasakan disini? kalo narkoba ya biasa nya. Kayak
kayak apa itu pengen, jadi keringat keringat dingin
dulu awal nya mau mau berhenti itu. Tapi saya tahan
tahan lah sampai sekarang bisa nya saya ga make
lagi.// Berarti yang aku lihat, gereja berperan
besar ya terhadap kamu? iya, kalo menurut saya
gitu lah. Karena tanpa, karena ke gereja tanpa
mengandalkan Tuhan, kayaknya ga mungkin bisa
lepas dari ini, jeratan narkoba itu.// Berarti yang
kamu dapatkan dari gereja itu sendiri adalah? bisa meninggalkan narkoba, salah satunya. Sudah
bisa mulai menerima kenyataan. Dan masih
banyaklah. Kalo dulu, saya masih baik sama
95-96 Merasa sesak dengan ramainya penghuni
lapas
97-101 Lebih sering mengikuti kegiatan
keagamaan, dibandingkan dengan kegiatan
lainnya
102-113 Selama di lapas tidak mengalami
masalah kesehatan yang berarti
Keadaan sesak di lapas dan asap rokok
menyebabkan masalah kesehatan ringan pada
napi
115-119 Narkotika memberikan dampak pada
fisik saat proses pemberentian penggunaan
120-123 Merasa bahwa gereja yang membantu
proses berhenti menggunakan narkotika
125-135 Gereja memberikan banyak dampak
positif secara mental dalam menghadapi sesuatu
dan melakukan sesuatu
Kegiatan keagamaan menjadi kegiatan utama
Tidak mengalami masalah kesehatan di lapas
Proses berhenti dari narkotika menyebabkan
sakaw
Gereja memberikan dampak positif secara
mental dalam menghadapi sesuatu terutama
pada narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
keluarga gitu, saya masih minta di kirimi uang, kalo
ga di kirim, saya bisa ngamuk besar disini. Orangtua
saya bentak bentak “emang kau udah ga sayang
lagi”, tapi sekarang udah ga gitu lagi, dan saya ga
pernah lagi. Udah ga pernah datang uang dari
orangtua saya lagi. Saya mengandalkan kesehatan aja
ndak cukup, aku biarkanlah dia sendiri aja lah yang
mengerti.// Untuk makan saya, jual rokok lah sini.
Hampir sebulan lah.// Sebenarnya saya malas
bertahan seperti ini, karna diluar pun saya ga pernah
bekerja seperti ini. Tapi biarlah melatih kesabaran
aku. Meskipun jual rokok gini, waktunya gereja, ku
tinggal juga. Kalo disinikan hampir sehari gitu,
gereja dua kali. Dua kali tiap hari. berarti keluar
dari sini? (menunjuk arah gereja) ga disitu
(menunjuk seberang lapangan depan ruangan
wawancara) itu bos nya itu (menunjuk satu orang
yang sedang melakukan aktifitas di lapangan).//
Kalau boleh tau, kamu berapa bersaudara? kami
3 bersaudara, saya yang kedua. Masih ada adek sama
abang, tiga tiga cowok. Yang paling ngeri nya, aku
dan abang ku itu, satu kasus. Abangku, di tanjung
kusta (daerah lapas saudaranya). lagi di tahanan
juga? iya, kami satu perkara gitu. Kami
ketangkapnya sama. Cuma beda tempat
ketangkapnya? sama tempat, dia sempat disini,
setelah 4 bulan dia di kirim. Karna hukumannya
lebih tinggi dari aku, dia minta kirim ke tanjung
kusta. Soalnya disini, kalo hukumannya lebih tinggi
itu, ga layak disini, terlalu sempit gitu. hukuman
lebih lama, jadinya pindah? iya. Disini kan udah
ramai kali. Jadi sesak apalagi dia hukumannya udah
lebih lama dari saya. Kalo disini dia, kayak, kayak ga
Merasa mengalami perkembangan pada diri
135-136 berusaha untuk mandiri
136-145 Merasa bahwa menghadapi kenyataan
membantu untuk lebih bersabar
146-163 Saudara kandung juga mengalami
kasus narkotika
Mengalami perkembangan pada diri
Mencoba untuk mandiri
Mencoba untuk dapat menerima diri
Menggunakan narkotika bersama saudara
kandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
tahan gitu karna saking rame nya. Akhirnya dia
minta lah di pindahkan lagi ke penjara yang lebih
besar. Walau lama, tapi ga sesak lah tempatnya.//
kalo kamu ga merasa sesak disini? iya juga, cuma
karna emang hukuman saya ga lama, saya tahan
tahan kan aja lah disini, masih bisa bertahan walau
memang disini udah rame kali, sempit pulak
tempatnya.// Kalo adek sejauh ini gimana? kalo
adek sih baik baik aja. Kalo adek masih kuliah dia.
Syukurlah dia ga kena narkoba. Cuma kami aja
berdua. berarti besok tugas kamu ya,
mendampingi adek ya? sekarang malah dia
mendampingi kami, soalnya malu juga aku liat
adekku ini. Makanya adek kali aku ini. Sering
menelpon? iya sering, sering. Kalo mamak telpon,
dia sering nanya.// Sejauh ini kalo kabar abang
yang disana? baik baik aja masih make juga? tapi,
yang saya dengar masih seperti itu, masih mau
make.// Kalo perasaan kamu terhadap
keluargamu saat ini bagaimana? menyesal lah.
Udah saya hancurkan yang nama nya keluarga itu,
kayak ga bisa lagi saya, apa saya bisa sampai kan
karna menyesal kali rasa nya. Itulah, udah kayak gini
baru lah saya sadar, bukan dari dulu saya tobat itu,
udah habis semua baru saya sekarang menyesal.//
jadi sekarang kamu sudah bisa menerima semua
nya ya? Iya. Kalo saya sudah terlalu jauh mengenal
yang namanya narkoba ini. Setahun sebelum saya di
tangkap, saya kan rehab di lido. udah pernah rehab
sebelumnya? iya, setahun sebelum saya ditangkap
saya sudah rehab di lido. Harusnya, saya rehab
disana 6 bulan, tapi 3 bulan, saya kabur. Meskipun
saya kabur, saya sudah bisa mulai menerima, sudah
164-168 Merasa bahwa pendeknya masa
hukuman lebih membuat mampu bertahan
dengan lapas yang penuh sesak
169-176 Merasa bahwa adik memberikan
dukungan
180-185 Perasaan menyesal dan bersalah karena
merasa menghancurkan keluarga
187-194 saat rehabilitasi, merasa sudah mampu
terlepas dari narkotika
Mulai mampu menerima diri dan keadaan
Merasa mendapat dukungan sosial dari adik
Perasaan bersalah pada keluarga
Salah satu faktor resiko menggunaan
narkotika adalah dari lingkungan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
bisa meninggalkan narkoba gitu.// Saya lari dari lido,
nyampe 4 bulan saya ga make, akhirnya make juga
di luar. Tapi karna lingkungan, gatau lah, saya
tinggal di kampung, teman teman saya kan make
narkoba juga. Jadi itu yang bikin saya kembali lagi.//
kalo boleh tau, kenapa kamu kabur? karna ga
tahan, ga kuat saya disana. Rasa nya kayak di siksa
untuk berhenti make narkoba itu. Jadi tiap hari di
kasi apa, kayak di goda, pokoknya gitu lah. Jadi buat
saya ga tahan disana, ada kesempatan keluar waktu
itu, akhirnya saya kabur lah. Ga kuat disana ga kuat
karena? karna itu tadi, banyak kali pelatihannya itu
yang kejam, ya saya pun akhirnya tau lah karna itu
pun biar kami bisa lepas dari narkoba itu, tapi saya
waktu itu namanya udah kecanduan kali, ga kuat
disana, pengen juga balik ke kampung. Akhirnya
nekat kabur lah, walau belum seharusnya keluar dari
sana.// menurut kamu, beda nya di rehab sama
disini itu gimana? sebenarnya, lebih bisa lepas itu,
direhab lah. Terapi nya, materi, semua di kasi. Tapi
disini, menangnya disini, prakteknya lah. Prakteknya
kita melihat orang make disini. Disitu kita langsung
di tes. Prakteknya disini lebih bagus, karna di
kamarkan kan kita liat kawan kita make. Kita udah
tahan apa ga. Kalo disini kita bisa lepas dari narkoba,
kemungkinan besar, di luarpun susah untuk jatuh
kembali. karna terbiasa? iya, karena terbiasa.
Ngeliat seperti itu, jadi diluarpun nanti kita udah
sanggup gitu. Karna, menurut saya, lebih parah disini
daripada diluar. karna disini mayoritas narkoba?
iya. Kalo diluar belum tentu kita ngeliat kawan kita
make itu, 4 atau 5 kali. Ini, udah keseringanlah. Kalo
disini udah sanggup, diluarpun nanti pasti sanggup.
194-198 kembali menggunakan narkotika
karena pengaruh dari lingkungan sosial
199-211 perasaan tersiksa karena program yang
diberikan saat rehabilitasi
212-228 Merasa bahwa terbiasa untuk mampu
melihat orang lain menggunakan narkotika,
membuat mental semakin baik saat keluar dari
lapas
Rehabilitasi membuat perasaan tersiksa
Merasa mampu untuk menolak pengaruh
negatif dari lingkungan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
Kalo udah masuk kesini, bukannya makin baik,
malah makin hancur.// sekarang, kamu sudah bisa
menerima yang terjadi? iya, sudah. kamu sendiri,
proses akhirnya bisa berhenti selama berada
disini itu gimana? karna gapunya duit. Awalnya
masih make, karna orangtua masih mau kasi uang.
Lepas 4 bulan makin jarang mereka kemari, itulah
sampe saya ngamuk disini kalo mereka ga kasi
uang.// Tapi saya coba tahan tahan lah dulu itu pas ga
punya uang. Diam diam aja liat orang make, mulai
lah saya coba coba untuk berhenti dikit dikit setelah
ketemu pendeta, bilang bisa nya saya melalui nya.
Ya saya coba lah, sampai akhirnya bisa berhenti.// ga
ada efek sampingnya setelah kamu coba berhenti
itu? ada lah pasti. Suka suka ngamuk, sama keringat
keringat dingin lah waktu itu. Ngamuk ngamuk nya
ga jelas kali,// karna ya nama nya mau cari enak kan,
karna kalo udah pake narkoba itu kan udah enak kali
rasanya, pas ga dapat ya gimana lah.// Ngamuk pun
bukan bisa saya dapat. Jadi saya akhirnya pelan
pelan bisa kurang kurangi, karna memang udah
gabisa lagi. harus di paksa memang.// jadi, menurut
kamu, berada sini itu gimana? ee disini ya di
kurung, di hukum. Kalo di rehab itu kan kita di ajari
gimana caranya lepas dari narkoba itu, tapi kalo
disini ya lepas lepas aja gitu. Masih bisa make juga
disini. Ya kalo ga punya uang berhenti, kalo masih
ada uang, masih bisa lanjut make disini. Jadi gitu lah
ibaratnya, makanya saya bilang disini lebih menang
prakteknya.// bisa kamu gambarkan perasaan
kamu yang lebih dominan ketika kamu berada
disini? perasaan saya disini, saya cuma kepingin
ketemu keluarga.// Kok bisa seperti ini. Jadi kasihan
231-235 Melakukan tindak agresi untuk
memenuhi rasa candu
235-239 Bertemu dengan pendeta membuat
keyakinan untuk meninggalkan narkotika
semakin besar
242-244 sering mengalami gangguan emosi saat
proses berhenti dari narkotika
246-249 Merasa harus memaksa diri untuk
terlepas dari narkotika
250-257 Merasa bahwa lapas dengan adanya
yang masih menggunakan narkotika lebih
unggul dengan praktek untuk bertahan dari
narkotika
259-260 adanya keinginan untuk berkumpul
kembali dengan keluarga
Melakukan tindak agresif saat kecanduan
Religiusitas membantu terlepas dari narkotika
Saat kecanduan menyebabkan mengalami
gangguan emosi
Memaksa diri untuk lepas dari narkotika
Merasa bahwa lapas memberi dampak baik
Perasaan rindu bersama keluarga
Perasaan bersalah pada keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
sama orang tua. Ulah saya sama abang saya,
orangtua saya juga ikut sengsara gitu. (nada suara
semakin pelan, nyaris tidak terdengar). Kan kuliah
adek saya pun ikut terganggu gitu, masalah
keuangan. Hancurlah karna narkoba ini. Yang sudah
saya jual bukan cuma mobil, banyak kali lah. Harta
orangtua pun yang belum seharusnya belum kami
bilang menjual, saya pun jual. Kayak gimana lah
orangtua, demi anakan dia seperti itu.// jadi
perasaan kamu yang dominan apa? sedih,
menyesal. Karna saya dan abang saya, jadi hancur
keluarga. Jadi kalo gereja itu suka berdoa lah saya
minta ampun sama Tuhan.// berjuanglah untuk
membahagiakan orangtua, masih ada
kesempatan mau nya sih gitu, keluar dari sini.
Intinya membangun usaha lah ini untuk
membahagiakan orangtua. Membahagiakanlah.//
kalau kamu berkegiatan disini selain gereja apa
aja? mana ada, cuma tidur. Itulah tadi jualan rokok
cari duit. Kalo lagi pengen pengen olahraga ya ikut
olahraga, cuman ya paling banyak itu gereja tadi.//
perasaan yang paling sering muncul kalo kamu
lagi gereja apa? ya itu, kadang menyesal, kadang
apa, kadang bersyukur juga. Campur aduk, apalagi
pas pertama-tama dulu. Kalo dulu pertama masih
banyak marahnya karna rasa nya ga terima aja saya
ada disini, tapi lama kelamaan, akhirnya sadar lah
saya. Saya salah ya harus di hukum lah. Kalo
sekarang banyak bersyukur aja, berarti Tuhan masih
kasi kesempatan untuk berubah. Gitu lah.// kamu
melihat diri kamu sendiri, setelah dan sebelum
masuk kesini gimana? disini udah mulai lagi tidak
mau merepotkan orangtua. Udah hancur kali bah
260-269 Perasaan bersalah pada orangtua
270-273 Merasa sedih dan menyesal
Tuhan sebagai tempat meminta pengampunan
275-277 Memiliki keinginan untuk
membahagiakan orang tua di masa depan
279-281 lebih sering melakukan kegiatan
keagamaan di lapas
283- 290 Merasa bahwa Tuhan mampu memberi
pengampunan dan penghukuman pada diri
292-294 Merasa tidak ingin kembali
menyusahkan orangtua
Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
Ingin orangtua bahagia
memperdalam agama di lapas
merasa Tuhan memberi pengampunan dan
kesempatan
Perasaan bersalah pada orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
304
305
306
307
308
309
310
311
312
313
314
315
316
317
318
319
320
321
322
323
324
325
karna narkoba ini.// Dulu, sikit sikit minta uang, ga
di kasi semua saya juali, yang seharusnya ga di jual
pun, saya jual, karna pengen kali itu make.// Cuma
disini, setelah 4 bulan, sadar lah saya. Kayak mana
mau di bilang, disini pun ya harus bertahan, kalo di
ikuti terus bisa habis orang tua itu, setiap kesini
mereka minta duit aja terus, lama lama apa, ya
mereka mungkin udah ga tahan lagi, ya kan.// kamu
memandang diri kamu sebagai orang yang
bersalah? iya. Memang gitupun kenyataannya.
Mana ada lagi benar kalo namanya udah pake
narkoba ini. Udah rusak, hancur di buatnya. Mau
kayak manapun di bilang, ga ada lagi harapan.// jadi
harapan kamu untuk diri sendiri, apa? udah
cukup lah disini terakhir. Jangan lah lagi masuk sini,
apalagi make narkoba itu. Cukup bantu orang tua aja
lah. Udah kasihan kali mereka, sengsara. Biar ku
ganti semua yang udah ku buat itu sama mereka.//
kalau disini, hubungan kamu dengan penghuni
lainnya bagaimana? baik. baik? seperti apa? ya
kalau ada kumpul-kumpul, ikut, duduk sama-sama.
Ngobrol-ngobrol. Cuma ya ga semua akrab.
Beberapa aja. Karna apa ya, kan kayak tadi itu lah.
Disini pun semua make, nanti kalau dekat dekat kali
pun, jadi ikut lagi make. Cukup lah liat-liat aja.
Karna di kamar pun rame kan, jadi ya banyak lah
kenal.// Cuman memang kadang kadang, ya biasa
lah, ada yang ga di sukai, tapi diamin aja. Gamau
lagi saya ambil pusing, hidup saya aja udah kayak
gini, jadi gamau lagi tambah tambah masalah.// Tapi
ya karna saya juga disini cari duit jualan rokok, jadi
banyak lah juga kawan saya yang dekat dekatin, biar
bisa ngutang, bisa gratis lah kadang-kadang. Gitu
297-301 Berkeinginan untuk bertahan untuk
tidak terus memenuhi rasa candu.
303-306 Merasa bahwa narkotika
menghancurkan seseorang
307-311 Tidak ingin kembali membuat orangtua
sengsara karena menggunakan narkotika
314-320 memiliki hubungan baik dengan teman
di lapas
Merasa perlu membatasi diri dengan teman yang
masih menggunakan narkotika di lapas
320-323 tidak ingin terlibat konflik dengan
teman di lapas
Memiliki keinginan kuat untuk terlepas dari
narkotika
Narkotika memberikan dampak negatif
Perasaan bersalah pada orangtua karena
narkotika
Memiliki relasi positif dengan oranglain
Keinginan untuk membatasi diri dengan
oranglain
Tidak percaya pada kemampuan untuk
mengontrol diri
Menghindar dari konflik sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
326
327
328
329
330
331
332
333
334
335
336
337
338
339
340
341
342
343
344
345
346
347
348
349
350
351
352
353
354
355
356
357
358
lah.// harapan dan bayangan kamu setelah keluar
dari sini apa? ya, pertama ingin mebahagiakan
orangtualah. Gimana pun ku lihat mereka udah susah
kali kami bikin.// Ya buka usaha itulah rencanaku.
Saya pengen membantu lah di keluarga, sudah cukup
dengan narkoba ini. Mau hidup yang benar aja
sudah. Kalo nanti memang saya bisa dapat duit
banyak, saya juga pengen melanjutkan kuliah dulu
itu. Mungkin juga saya ada baiknya tidak bergaul
dengan orang orang bandal lagi, biar ga kena lagi
sama narkoba ini.// Pelajaran apa yang kamu
dapatkan dari narkoba? narkoba. Ya awalnya
enak, sampe semua pun di lakukan demi narkoba.//
Tapi sekarang udah jadi kayak mana ya, udah gamau
lagi kayak gitu. Udah habis harta orangtua. Sampai
terganggu sekolah, sampe adek yang ga make pun
ikut keganggu kuliahnya karna abang nya. Ya, apa
ya, aku pun udah bosan hidup kayak gini. Menyesal
lah udah. Mudah-mudahan keluar pun nanti, ga ku
ulangi lagi narkoba ini.// kamu menyadari itu
setelah kamu masuk kesini atau bagaimana? bisa
di bilang begitu. Saya dulu masuk rehab, keluar pun
masih mau make juga.// Tapi disini, saya memang
merasa bahwa semakin rusak saya kalo masih mau
make narkoba, melihat orangtua datang itu
mengeluarkan duit terus, keuangan keluarga pun
udah terganggu kan, mau gimana lah.// Saya berdoa,
sering biasa nya ada kunjungan pendeta gitu, disitu
lah saya suka minta ampun.// Saya disini mencoba
lah untuk mengusahakan orangtua ga susah lagi
karna saya. Mereka pun udah gamau datang lagi,
jarang kali. Jadi mau gimana pun, harus lah saya
bertobat ini, ingin lah saya buat orang tua saya ini
328-330 Ingin membahagiakan orangtua
330-337 memiliki gambaran untuk
berpenghasilan banyak dan dapat melanjutkan
pendidikan
Tidak ingin terjerumus kembali pada narkotika
karena pergaulan
338-339 merasa bahwa kenikmatan narkotika
membuat rela untuk melakukan apapun
340-346 Merasa bahwa dampak pada keluarga
membuat keinginan untuk tidak kembali
menggunakan narkotika
349-353 merasa bahwa lapas membuat keadaan
semakin buruk jika masih menggunakan
narkotika
353-355 sering melakukan upaya berdoa untuk
meminta ampunan
355-360 ketidakhadiran orangtua membuat
keinginan kuat bertobat
Ingin membahagiakan orangtua
Adanya keinginan untuk mengalami
peningkatan pada diri
Merasa perlu unutuk menghindari pergaulan
yang negatif
merasa bahwa kenikmatan narkotika membuat
rela untuk melakukan apapun
Keluarga menjadi motivasi untuk terbebas
dari narkotika
Merasa bahwa narkotika di lapas membuat
diri semakin buruk
Tuhan dan keluarga memberi motivasi untuk
bertobat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
359
360
361
362
363
364
365
366
367
368
369
370
371
372
373
374
375
376
377
bahagia, jangan lah sengsara nya terus saya buat.//
jadi kamu menyadari semua nya setelah didalam
sini? Iya kira-kira kenapa? itu tadi saya bilang,
makin disini, makin ga beres hidup saya.// Makin
jadi, apalagi ketemu sama kawan kawan make satu
kamar, tiap hari pengen make.// Jadi minta uang
terus sama orangtua, sampe kadang kadang ku
bentaki mereka itu.// Akhirnya mereka udah jarang
kesini, mulai saya rasa kan sakit nya. Disitu lah saya
mulai mau mau itu bah, mau mau ikut gereja.// Jadi
mulai mau berdoa, liat kawan pun ada juga yang
gereja, jadi ikut lah saya. Lama kelamaan itu lah,
jadinya saya bisa ga make lagi.// mulai tahan lah kalo
liat liat kawan itu make. Karna bayangin lagi
orangtua, kasihan jadi nya.// berarti karna
orangtua ya yang utama? bisa di bilang seperti itu
lah. Ya namanya keluarga tetap lah, udah saya lihat
pengorbanan mereka itu, jadi cukup lah udah. Gamau
lagi lah gini gini, masuk sini lagi.
362-363 Merasa lapas membuat diri semakin
buruk
363-365 Keinginan untuk terus menggunakan
narkotika karena teman di lapas
367-369 Ketidakhadiran orangtua membuat
semakin merasa tersiksa
370-372 Memulai berdoa dan mengikuti teman
untuk ke gereja
372-374 Bayangan orangtua membuat keinginan
untuk bertobat
375-378 Merasa bahwa orangtua yang membuat
keinginan untuk berhenti dari narkotika
Lapas memberikan dampak negatif karena
adanya narkotika
Merasa membutuhkan dukungan dari keluarga
Lingkungan sosial memberikan dampak
positif
Orangtua sebagai motivasi utama untuk
berhenti dari narkotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN II
KODE SUB TEMA TEMA
Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada orangtua
Perasaan bersalah pada orangtua karena
narkotika
Perasaan bersalah pada keluarga
Perasaan bersalah pada keluarga
Memaknai keluarga sebagai sumber
dukungan dan motivasi
Ingin orangtua bahagia
Ingin membahagiakan orangtua
Memiliki gambaran di masa depan untuk
membantu orangtua
Keluarga menjadi motivasi untuk terbebas dari
narkotika
Orangtua sebagai motivasi utama untuk
berhenti dari narkotika
Keluarga menjadi motivasi untuk lepas dari
narkotika
Keluarga menjadi motivasi untuk terus
berkembang dan membahagiakan keluarga
Merasa mendapat dukungan sosial dari
keluarga
Merasa mendapat dukungan sosial dari adik
Merasa membutuhkan dukungan dari keluarga
Membutuhkan dukungan dari keluarga
Merasa kehilangan dukungan sosial dari
keluarga Memiliki kerinduan pada keluarga
Perasaan rindu bersama keluarga
Kehilangan dukungan keluarga membuat
perasaan rindu
Merasa mampu menolak pengaruh 37egative Merasa diri mengalami perkembangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari lingkungan sosial
Merasa mampu untuk menolak pengaruh
38egative dari lingkungan sosial
Mengalami perkembangan pada diri
Mulai mampu menerima diri dan keadaan
Keinginan kuat untuk terus
mengalami peningkatan dan
perkembangan pada diri
Mencoba untuk mandiri
Mencoba untuk dapat menerima diri
Memaksa diri untuk lepas dari narkotika
Memiliki keinginan kuat untuk terlepas dari
narkotika
Adanya keinginan untuk mengalami
peningkatan pada diri
Keinginan untuk mengalami peningkatan
dan perkembangan
Keinginan untuk membatasi diri dengan
oranglain
Menghindar dari konflik sosial
merasa perlu unutuk menghindari pergaulan
yang negative
Membatasi diri agar terhindar dari
pengaruh negative yang berasal dari
lingkungan sosial
Tidak mampu menerima diri saat awal di lapas
Tidak percaya pada kemampuan untuk
mengontrol diri
Memandang diri tidak mampu
Mau mengikuti kegiataan keagamaan
Gereja membantu proses penerimaan diri
Kegiatan keagamaan menjadi kegiatan utama
Gereja memberikan dampak positif secara
mental dalam menghadapi sesuatu terutama
pada narkotika
memperdalam agama di lapas
merasa Tuhan memberi pengampunan dan
kesempatan
Religiusitas membantu terlepas dari narkotika
Religiusitas sebagai coping
Memandang spiritualitas sebagai
coping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
Tuhan dan keluarga memberi motivasi untuk
bertobat
Perasaan bersalah pada keluarga dan Tuhan
Merasa bahwa narkotika di lapas membuat diri
semakin buruk
Lapas memberikan dampak negatif karena
adanya narkotika
Jenuh dengan kegiatan yang monoton
Lapas memberikan dampak positif
Memandang lapas dan rehabilitasi
sebagai tempat proses pembelajaran Memiliki hubungan positif dengan orang lain Memiliki relasi positif dengan orang lain
Lingkungan sosial di lapas memberikan
dampak positif
Merasa bahwa lapas memberi dampak baik
Tidak mengalami masalah kesehatan di lapas
Lapas memberikan dampak negatif
Program rehabilitasi membuat perasaan tersiksa Program rehabilitasi memunculkan rasa
tersiksa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KODING DATA HASIL WAWANCARA INFORMAN III
No Verbatim Initial Code Interpretative code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
Jadi gini, saya ingin mendengarkan cerita
tentang pengalaman hidupmu dari awal
sampai saat ini, cerita aja pengalaman yang
kamu ingat, semuanya yang udah kamu
jalanin. Maksud kakak mulai kenal narkoba, gitu?
terserah kamu, mulai dari kenal narkoba atau
pengalaman-pengalaman lainnya gapapa,
cerita tentang hidupmu aja. maksudnya, kek
gimana ga ngerti aku. pengalaman-pengalaman
dari dulu aja, misalnya aku dari kecil sekolah,
sama siapa, aku tu sukanya ngapain, apa aja
kegiatannya, setelah itu SMA, terserah kamu.
Sesuai apa yang ada di pikiran kamu aja. ohh,
mulai SD sudah merantau kak, ke Galang sama
Tulang, mulai tamat SD orang tua bilang “udah
berhenti aja kamu sekolah” datang Tulang “gabisa
dia berhenti sekolah, sama aku aja dia sekolah”.
Trus di jemputlah aku ke kampung, “disana aja
sekolah” kata Tulang. Ke Galang lah saya
sekolah, waktu itu saya di kasi kerjaan
memelihara ee babi. //Ee trus, tamat juga sekolah
saya, tapi pas kelas 3 SMP, abang saya
meninggal, atasan saya kak. Trus disitu saya udah
putus asa, udah frustasi. Di situlah mulanya, saya
mengenal narkoba ini.// Narkoba itu kak. Terkena
pergaulan bebas, trus, ee dah bandal lah, dah
balap liar, dah jarang pulang gitu. //Disitu saya
udah, yaudahlah saya udah berhenti sekolah saya
13-21 Sejak SD tinggal terpisah dengan orangtua
Tidak mendapat dukungan dari orang tua untuk
sekolah
Mendapat dukungan dari paman untuk sekolah
21-25 Tekanan hidup menyebabkan menggunakan
narkoba
25-27 Memiliki pola pergaulan yang buruk
27-33 Perbedaan pendapat yang mempengaruhi
Kurangnya sikap saling mendukung di dalam
keluarga
Berada pada lingkungan sosial yang buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
bilang sama bapak. Trus, “yaudahlah, berhentilah
kau sekolah, sama kita ke ladang”. Trus datang
pulang kakek di Pakam, dia kan polisi gitu.
“gaboleh kau berhenti sekolah” itu katanya gitu,
gajadi juga berhentinya gitu,// tapi sudah,
semenjak udah ga ada lagi abang itu, saya udah ga
semangat lagi sekolah itu kak, udah frustasi lah.
Disitulah saya udah kenal narkoba itu// dan mulai
bandal, bandal, bandal dan bandal dan akhirnya
masuk penjara ini kak. Jadi, gitu ceritanya kak.//
jadi, masuk sini sejak kapan? sejak tahun 2014
kemarin kak. berarti udah setahun? udah, bulan
ini setahun kak. jadi masih berapa lama lagi
masa tahanannya? kalo jalan kaki masih 6 bulan
lagi kak. semenjak abang meninggal ya?// iya
kak, disitu mulai putus asa lah, sekolah pun. //arti
abang mu, untukmu apa? Cuma dia yang
mendukung saya sekolah, keluarga semua, cuma
dialah yang mendukung saya sekolah. Bapak pun
sama mamak, seringnya berantam gitu, masalah
sekolah gitu. “udah berhentilah kau sekolah,” gitu
kata bapak sering samaku. Datang abang kemarin,
ga gitu dia. Dia dulu juga masuk penjara dulu kak,
sama si abang ini, sama kesperku ini, sama si
bang masdi. Penjara juga dia kemarin, trus keluar
dari penjara meninggal dia.// dukungan seperti
apa yang kamu rasakan dari abangmu,
sehingga kamu merasa sangat berat
kehilangan dia? dukungannya sangat besar kak.
Kayak gimana ya eee. Dia apa ya, susah
bilangnya. Dukungan dari dia aja, cuma dia pun
keluarga ini yang mendukung sekolah, “kamu
harus jadi polisi, kalo gajadi polisi jadi tentara”
dukungan sosial untuk sekolah
33-36 Rasa kehilangan menyebabkan hilangnya
semangat, frustasi dan akhirnya terjerumus pada
narkotika
36-38 Memandang diri buruk
43-44 Rasa kehilangan menyebabkan keputus
asaan
45-54 Memandang figur abang baik
Hubungan dengan orangtua buruk
Merasa hanya mendapat dukungan dari abang
57-64 Merasa abang memberi dukungan dan
motivasi untuk mencapai cita-cita
Merasa tidak mampu menghadapi tekanan
hidup
Merasa kehilangan significant other
Gambaran diri buruk
Merasa putus asa karena kehilangan
significant other
Hubungan yang poblematik di dalam keluarga
Mendapat dukungan untuk mencapai cita-cita
dari significant other
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
katanya gitu. “iya” aku bilang, tau tau nya,
meninggal dia (menjelaskan dengan kepala
menunduk). //Dari situlah mulai saya kenal sama
yang namanya narkoba itu kak, dari situ balap
balap liar, jarang pulang kerumah, minum minum
tuak gitu, itu dulu asal mulanya. Trus, ku tengok
orang make gitu, kek mana nya rasa nya, pikirku
kan, tau tau nya sempat apa juga, sempat apa ee
kek mana bilangnya, sempat ku cari juga narkoba
ini supaya tenang (agak terbata-bata dalam
menyampaikan). Tau-tau pulang kampung
kemarin itu dari rantau prapat, ketangkap. Aku
dulu sekolah dulu di Galang kan, trus itu Pakam,
trus dari Pakam ke Rantau Prapat gitu pindah, abis
itu dari Rantau Prapat ketangkap kemarin itu
2014. Pas make sama orang abang itu. Aku hanya
tau apa, ikut-ikutannya, akhirnya di tangkap.//
tenang yang seperti apa yang kamu rasakan
sampai kamu cari narkoba? ya tenang aja
rasanya gitu kak. Karna udah frustasi itu kan, jadi
banyak pikiran. Mau nya yang enak enak aja kak.
Kalo make narkoba itu kan kak, bikin kita hilang
pusingnya. Makanya ku cari lah kalo lagi frustasi
aku itu.// kamu berapa lama menggunakan
narkoba? ga lama kak, mulai kelas 3 SMP itu
lah, sampe kemaren itu ketangkap. jadi berapa
lama tu? kira-kira hampir hampir 3 tahun kak.
dampak buat kamu sendiri apa sih ketika
masuk sini dan menggunakan narkoba? //kalo
narkoba itu, ga kecanduan nya aku kak. Cuma ikut
ikut aja. Jadi ga terlalu ku rasakan, apa, ee
dampak nya. //Tapi kalo masuk sini tadi, itulah,
udah gabisa lagi ku wujudkan cita-cita yang di
64-78 Pergaulan yang tidak baik mempengaruhi
untuk menggunakan narkotika
80-85 Narkoba membuat perasaan lebih tenang
ketika sedang frustasi
90-93 Hanya mengikuti arus pergaulan ketika
menggunakan narkotika
93-95 Merasa label dari lapas menjadi hambatan
untuk mencapai cita-cita
Salah satu faktor resiko mengenal narkotika
adalah pengaruh dari lingkungan sosial
Narkotika sebagai jalan pintas untuk
memperoleh ketenangan
Salah satu faktor resiko mengenal narkotika
adalah pengaruh dari lingkungan sosial
Stigma negatif menghambat tercapainya cita-
cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
mau abang ku itu sama ku kak. cita-cita yang di
mau abang? Bukan cita-cita kamu? ya cita-cita
abang nya awalnya, tapi aku pun mau. Cuman kek
mana lah. Udah kayak gini posisinya, mau di
bilang kek manapun gabisa kak.// kalo sekarang
perasaannya gimana? Dengan semua yang
sudah terjadi? menyesal kak, capek bah bandal
ini kak. Sedih. Menderita. menderita gimana
maksudnya? semuanya lah kak. menderita
seperti apa? ya semua nya lah kak. Gimana ya,
kayak keluarga pun udah gamau lagi peduli sama
ku. Abangku pun udah ga ada lagi. Tau nya aku
kalo aku pun salah karna narkoba ini. //Cuman
kayaknya memang aku kayak udah berdosa kali
kak. Disini pun aku cuma gitu gitu aja nya.
//perasaan kamu yang paling dominan selama
di sini gimana? sedih lah kak. Menyesal.
Keluarga pun udah ga peduli lagi. Jadi kayak apa
kali hidup ku ini. Di sini udah menderita kali.
Kadang kadang pun sampe menangis aku kak,
sakit kali ku rasa kayak gini. Cuman gimana lah,
udah terjadi, mau ku apakan lagi. ku tunggu lah
sampai keluar nanti.// Kamu menyesal setelah
masuk kesini, atau menyesal memang sebelum
masuk kesini? Setelah masuk kak. //Ya akhirnya
ketangkap, ketauan. Keluarga pun jadi semua tau
kan. Kalo udah masuk sini pun udah susah kak,
kayak udah ada bekas nya kak. Apalagi, narkoba
pulak kan kak kalo di bilang. //Jadi setelah
masuk sini, kamu banyak belajar dari hal-hal
yang sebelumnya kamu lakukan? belajar kayak
mana kak maksudnya?// ya, kamu merasa
mendapat hikmahnya setelah masuk kesini,
101-107 Kehilangan dukungan dari keluarga
membuat perasaan menderita
107-109 Perasaan sangat berdosa pada diri
111-117 Sedih dengan kehidupan yang dijalani
119 Menyesal setelah masuk ke lapas
119-123 Merasa mendapatkan label setelah masuk
lapas
Perasaan menderita karena kehilangan simpati
keluarga
Perasaan bersalah yang mendalam pada diri
Merasa mendapat stigma negatif dari
lingkungan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
atau bagaimana? ya bisa di bilang kayak gitu lah
kak. Karna disini pun apa apa susah. Ya gimana
kak namanya di penjara, di kurung. Ketemu nya
pun orang orang gitu lagi, sampe ada yang parah
kali. Ya ku tahan tahan lah kak, sampe menyesal
akhirnya aku.// berarti menyesalnya karena? ya
kalo dulu ga ku pake narkoba itu, mungkin udah
bisa bagus bagus aku sekolah, lulus aku. Bisa ku
wujudkan cita-cita ku kak, jadi polisi. Kalau udah
gini, ya mau kayak mana di bilang. ya berharap
jadi anak baik lah sekarang kak. //kalo boleh tau,
selama kamu disini, kamu ketergantungan ga,
tadi kan kamu bilang cuma ikut-ikutan,
ngeliat, nah menurutmu kamu ketergantungan
ga dengan narkoba? ga kak, baik baik aja. Tidur
aja, tengok. Tidur-tidur aja didalam, namanya
penjara kak. Dikamar aja terus, tidur-tidur. Kalau
disini kamu ga ada kegiatan lain? ya gimana
kak, namanya juga di kurung. Cuma gini gini aja
lah. Kalo ada pemeriksaan, ikut pemeriksaan.
Kalo disuruh olahraga, ya kalo pengen, ikut lah.
Tapi banyaknya cuma tidur-tidur aja nya. // Sama
ketawa-tawa sama kawan. Ga ada lagi yang
lainnya.// kalo kegiatan lain, kamu ga mau
ikut? malas kak, apa nya kegiatan. Paling
olahraga, apa, kunjungan orang yang kasi kasi
motivasi gitu, pemeriksaan. Itu nya terus, apa
lagi.// kalo beribadah? jarang kak, paling doa
sendirian aja aku kalo malam gitu. Kadang suka
merenung, kenapa aku kayak gini ya. //tadi kamu
bilang, ketawa-tawa sama kawan. Disini kamu
mendapatkan banyak teman? ya ga banyak juga
sih kak. Cuma memang yang sebaya ada lah yang
128-133 Merasa terkurung dan terbatas secara
sosial
Perasaan menyesal karena menahan diri yang
terkurung
133-138 Merasa bahwa tanpa narkoba, cita-cita
bisa terwujud di masa lalu
142-149 Merasa terkurung dan tidak menyukai
kegiatan yang monoton
149-151 Memiliki hubungan sosial dengan teman
di lapas
152-155 Merasa malas dengan kegiatan di lapas
monoton dan terbatas
155-157 Terkadang merefleksikan diri
159-163 Memiliki hubungan sosial yang baik
dengan teman di lapas
Merasa tidak mampu beraktifitas dalam
keterbatasan
Terkurung menimbulkan rasa menyesal
Tidak dapat melihat secara positif pada masa
lalu
Narkotika menghambat pencapaian di masa
depan
Terkurung menyebabkan kegiatan yang
dilakukan monoton
Memiliki hubungan baik dengan orang lain
Tidak ada keinginan untuk beraktifitas dengan
kegiatan yang monoton
Bersikap evaluatif dan reflektif pada diri
Memiliki hubungan baik dengan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
berkawan sekedar untuk cerita-cerita aja nya. Ya
namanya juga hidup sini, saling kasi tau lah
gimana gimana dulu nya.// Gitu lah kak. Kalo
yang kawan kali, ga ada ku rasa kak. kenapa ga
ada? susah bilangnya. Gimana ya, karna disini
pun sama sama susah, sama sama menderita, mau
gimana lah kak. Mau berkawanpun sama orang
yang rusak, keluar nanti pun rusak lagi aku. Udah
menyesal kali aku kak. Ga mau lagi aku kayak
gini bah.// keluarga sering jenguk? jarang kak
kamu udah punya bayangan besok keluar dari
sini mau ngapain? ke ladang lah kak, cita-cita
udah ga ada lagi kak. Kemarin itu mau jadi apa
saya, polisi. Nanti sama opung yang di Rantau
Prapat. Gatau, sekolah itu. Jadi udah benci dia,
kalo udah gini masuk penjara, udah kasus narkoba
pulak. Ga lagi lah dia mendukung. Kemarin
sempat juga di bilang sama dia “kalo kau
tamatkan sekolah mu itu, masuk kau jadi polisi,
gitu”. Pergi aku dari Rantau Prapat ga bilang sama
dia. Jadi, kalo brani kau begitu, brani kau berbuat,
brani bertanggung jawab katanya, jadi makin
banyak penyesalan di hati awak gitu kak. // kamu
sudah yakin ga punya cita-cita lagi? apa mau di
bilang lah kak, udah ga ada lagi kesempatan mau
punya cita-cita lagi kalau udah gini. Orangtua pun
istilahnya udah ga percaya lagi kan. Dari awal pun
mereka bukan dukung aku sekolah, apalagi makin
kena narkoba ini pulak, makin ga di percaya lah.//
menurut kamu, kenapa orangtua kamu ga
mendukung kamu sekolah dari awal? ga punya
uang kak. Memang Cuma pas-pasan aja hidup
keluarga itu kak. Berladangnya cumaan. Mau
163-170 Tidak mau memiliki hubungan dekat
dengan teman di lapas
Ketakutan akan kembali terjerumus pada narkotika
karena pergaulan
172-183 Merasa memiliki harapan yang terbatas di
masa depan
184-189 Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
mencapai cita-cita
191-197 Keterbatasan ekonomi untuk bersekolah
Membatasi hubungan dengan orang lain
karena ketidakpercayaan pada diri dan orang
lain
Perasaan tidak berdaya untuk memiliki cita-
cita di masa depan
Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
mencapai cita-cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
sekolah pun gapunya biaya, jadi lebih baik gausah
sekolah bantu bapak di ladang. Tapi abang mau
nya aku sekolah, makanya disuruh lah aku
merantau itu tadi.// kamu keluar dari sini, mau
melakukan apa? sudah terpikir juga di pikiran
ini, kalo ga mengulangi nya lagi kak.
Maksudnya, mengulangi menggunakan
narkoba? iya kak. Sama gamau lagi aku bandal
kak. Udah ku rasakan gimana ga enaknya hidup
disini kak. Terlantar, ga ada pun yang mau peduli
sama ku. Udah cukup lah kak ku rasa. //kamu
putus sekolah? iya kak, sampe kelas 3 STM,
padahal tinggal 2 bulan lagi lulus. Itulah akibat
pergaulan tadi, ku curi uang, ga ada lagi uang ku
pegang, ke medan aku berkeliaran 6 bulan gitu
gitu aja. //kalo orang tua dalam setahun ini
udah berapa kali datang kesini? ga ada kak
yang nengok kesini kak, ga pernah jarang. Kalo
orang tua, pernah tapi jarang. Pas sidang sidang,
sebelum putus kemarin sering, tapi setelah putus
kemarin, udah tau hukumannya, ga pernah lagi.
Ga dikasi bapak datang kesini. tapi kamu
mengharapkan kehadiran mereka? gak, kek
gimana bilangnya kak. Udah ga ku harapkan lagi
kak. Kemarin itu ke harapkan kali sebelum putus
itu, tapi ga ada yang datang, mungkin karna kasus
ku ini ku pikir kan , narkoba pulak kasus, ga ada
yang kesini. //kalau mereka datang, gimana
perasaan kamu? pasti senang lah kak. Biar
gimana pun juga, rasa nya ada yang peduli gitu
sama ku. Walau memang udah ga ku harapkan
kali, karna mungkin mereka pun udah malas
pulaknya dengan ku.// kamu pernah mencoba
198-204 Berkeinginan untuk tidak kembali
terkurung di lapas
Perasaan akan di telantarkan
210- 221 merasa tidak berhak menerima dukungan
dari keluarga karena kasus narkoba
222-226 merasa senang jika dipedulikan oleh
keluarga
Perasaan ditinggalkan memotivasi diri untuk
berkembang
Merasa rendah diri karena narkotika
Membutuhkan dukungan dari keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
259
menghubungi atau mengatakan kalau kamu
pengen mereka datang jenguk kamu? ga kak.
Udah ga berani lagi mau ku omongkan. kenapa?
ya karna itu tadi kak. Mereka pun udah bilang
kalo aku salah, aku yang bertanggung jawab.
Apalagi karna narkoba ini ya kan kak. Udah
marah kali lah mereka itu.// setelah mengalami
“penderitaan” yang kamu katakan tadi, kamu
sekarang melihat dirimu jadi gimana? hina kak
hina gimana? ya, apa ya. Udah ngerasa ga pantas
aja kak. Rasa nya udah salah kali. Kayak apa
bilang nya ya. Ga layak lagi lah. ga layak?
Seperti apa? ya gitulah kak. //Rasanya berdosa
kali, gabisa lagi mau gimana pun kayak orang
udah ga percaya sama ku lagi kak karna narkoba
ini //kamu ga percaya sama diri kamu sendiri?
percaya kak, tapi kalo orang pun udah ga percaya,
mau kek mana lah kita bilang, gitu nya terus kita
di mata mereka. aku keluar nanti mau bikin baik
pun, tetap aja karna dulu aku udah bandal,
mungkin udah malas juga orang sama ku. //apa
yang akan kamu lakukan kalau orang terus
memandang kamu seperti itu? ya bisa apa aku
kak, pasrah aja lah. Mau kek mana pun ku bikin,
kalo orang mau kayak gitu, ya gimana. Memang
benar nya kalo dulu pun aku kek gitu, ya kan.
kamu bisa bertahan dengan itu? harus kak.
Kalo mau berubah ya gimana lah kak, udah resiko
lah itu. Mau gimana pun, emang gabisa lagi ku
buat semau ku. //jadi kamu sudah bisa
menerima semua yang terjadi? sudah kak, tapi
ya kadang kadang masih juga suka marah sama
Tuhan ini. Kenapa lah aku bisa kek gini. Ntah apa
229-233 merasa keluarga marah
merasa tidak berhak menerima dukungan dari
keluarga
235-239 perasaan tidak layak saat melihat diri
239-242 Perasaan berdosa dan merasa mendapat
label karena narkotika
243-247 Merasa rendah diri
Merasa mendapat label buruk dari lingkungan
sosial
249-252 Merasa pasrah
Perasaan tidak dapat melakukan sesuatu sesuai
dengan keinginan
257-261 Merasa tidak adil kepada Tuhan
Perasaan takut kehilangan keluarga
Perasaan tidak pantas pada diri
Merasa mendapat stigma negatif dari
lingkungan sosial
Merasa rendah diri karna stigma negative
sosial
Merasa rendah diri dalam melakukan sesuatu
Perasaan marah pada Tuhan
Perasaan tidak mampu menerima kesalahan di
masa lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
273
274
275
276
277
278
279
280
281
282
283
284
285
286
287
288
289
290
291
292
lah lagi yang baik dari aku ini. Kayak ga adil gitu
kak.// ga adil gimana? kayak liat liat kawan, ada
aja datang orangtuanya, ntah keluarga nya. Ntah
ada barang di kirim. Kalo aku pun, di tengok
jarang, kalo di tengok pun di marah marahi terus.
di marah marah seperti apa? ya kenapa sampe
bisa kek gini, bikin malu. Ya kayak gitu lah kak. //
apakah menurut kamu, orangtua seperti itu
karena kamu masuk ke dalam sini? semakin
jadi kak. Karna dulu pun udah tau pulaknya
mereka aku bandal. Aku pun kabur nya dari
sekolah sampai akhirnya bisa ketangkap, masuk
kesini. Jadi mungkin makin ga peduli lagi mereka
sama aku di tambah aku udah masuk sini kak.
(suara samar-samar, mengecil) oke, baiklah. Jadi
kamu punya harapan ga terhadap orang tua
kamu? apa lagi mau di harap kak. Kalo mereka
datang kesini pun udah syukur kali ku rasa. Apa
lagi lah yang mau ku apa kan kak.// kalo harapan
terhadap diri kamu sendiri? ya kalo untuk diri
sendiri sih, ya menyesal lah kak. Gamau lagi
kayak gini, jangan sampe masuk kesini lagi. mau
hidup betul betul aja aku kak, sakit bah menderita
disini. //kamu mewujudkannya dengan?
mungkin nanti keluar, gamau lagi bekawan sama
mereka yang make make itu, karna dari situ nya
awal nya aku make.// Bisa ku bantu bapak di
ladang, ku cari lah duit ku sendiri. Jera lah aku
kak pokoknya. Udah cukup lah ini. Abang ku pun
udah ga ada, harus ku buat bagus diriku, biar ga
menyesal dulu dia perjuang kan aku sekolah kak,
walau akhirnya ga tuntas. jadi kamu mau lanjut
sekolah? gatau kak. Kalo ada nanti duit ku, tapi
262-266 Ingin mendapat perhatian dari keluarga
268-278 Merasa bersyukur dengan kedatangan
keluarga
279-283 Perasaan menderita membuat adanya
keinginan untuk berubah
284-286 Merasa perlu membatasi diri pada
pergaulan yang negatif
286-293 memiliki harapan dan pandangan untuk
dapat membantu diri sendiri dan ayah di masa
depan
Membutuhkan dukungan dari keluarga
Adanya keinginan unuk mengalami
perkembangan karena pengalaman tidak
menyenangkan
Memiliki krisis kepercayaan pada lingkungan
sosial
Memiliki pandangan untuk masa depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293 ya yang penting aku kerja aja dulu di ladang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGELOMPOKKAN TEMA INFORMAN III
KODE SUB-TEMA TEMA
Mendapat dukungan untuk mencapai cita-
cita dari significant other
Perasaan menderita karena kehilangan
simpati keluarga
Kurangnya sikap saling mendukung di
dalam keluarga
Merasa mendapat dukungan dari
significant other
Memandang keluarga sebagai system
support
Membutuhkan dukungan dari keluarga
Perasaan takut kehilangan keluarga
Merasa butuh dan takut kehilangan
keluarga
Merasa kehilangan significant other
Merasa putus asa karena kehilangan
significant other
Rasa kehilangan keluarga menyebabkan
putus asa
Memiliki pandangan untuk masa depan
Perasaan tidak pantas pada diri
Merasa rendah diri dalam melakukan
sesuatu
Perasaan tidak berdaya untuk memiliki
cita-cita di masa depan
Merasa tidak memiliki kesempatan untuk
mencapai cita-cita
Merasa rendah diri karena narkotika
Gambaran diri buruk
Memandang diri buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perasaan bersalah yang mendalam pada
diri
Tidak dapat melihat secara positif pada
masa lalu
Tidak mampu menerima kesalahan di
masa lalu
Masa pidana menjadikan pandangan pada
diri buruk
Stigma negatif menghambat tercapainya
cita-cita
Merasa mendapat stigma negatif dari
lingkungan sosial
Narkotika menghambat pencapaian di
masa depan
Merasa rendah diri karna stigma negatif
sosial
Bayangan akan stigma negatif yang
diterima menyebabkan rasa rendah diri
Merasa tidak mampu beraktifitas dalam
keterbatasan
Terkurung menimbulkan rasa menyesal
Terkurung menyebabkan kegiatan yang
dilakukan monoton
Tidak ada keinginan untuk beraktifitas
dengan kegiatan yang monoton
Terkurung membuat perasaan enggan
beraktifitas
Merasa tidak mampu menghadapi tekanan
hidup
Narkotika sebagai jalan pintas untuk
memperoleh ketenangan
Ketidakmampuan menghadapi tekanan
menyebabkan memilih jalan pintas
Memiliki hubungan baik dengan orang
lain
Relasi sosial baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Membatasi hubungan dengan orang lain
karena ketidakpercayaan pada diri dan
orang lain
Memiliki krisis kepercayaan pada
lingkungan sosial
Ketidakpercayaan pada lingkungan sosial
dan diri sendiri
Kecemasan pada relasi sosial
Hubungan yang poblematik di dalam
keluarga
Hubungan yang problematik di dalam
keluarga
Adanya keinginan untuk mengalami
perkembangan karena pengalaman tidak
menyenangkan
Bersikap evaluatif dan reflektif pada diri
Keinginan untuk mengalami peningkatan
dan perkembangan
Memandang masa tahanan sebagai masa
pengembangan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related