geriatric opinion 2018erepo.unud.ac.id/id/eprint/23852/1/10b41d6e1ccfbb832b6f... · 2020. 7....
Post on 29-Jul-2021
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GERIATRIC OPINION 2018
EDITORS :
dr. IGP Suka Aryana, SpPD-KGer, FINASIM
dr. Nyoman Astika, SpPD-KGer, FINASIM
Dr. dr. R.A. Tuty Kuswardhani, SpPD-KGer, MKes, FINASIM
UDAYANA UNIVERSITY PRESS
i
KATA PENGANTAR
Peningkatan jumlah populasi lanjut usia akibat peningkatan usia harapan
hidup saling berkaitan sehingga diperlukan peningkatan pelayanan
kesehatan terhadap warga lanjut usia khususnya peningkatan pelayanan
kesehatan lanjut usia di rumah sakit yang berkualitas, merata dan
terjangkau serta dilakukan secara terpadu melalui pendekatan interdisiplin
oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri
mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79
Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
dan SNARS ed 1. Rumah Sakit perlu melakukan persiapan-persiapan untuk
meningkatan mutu pelayanan geriatri di Rumah Sakit dan mampu mencapai
target standar akreditasi rumah sakit secara tepat dan benar.
Buku Geriatric Opinion adalah buku yang disusun oleh Perhimpunan
Gerontologi Medik (PERGEMI) cabang Bali untuk dapat memberikan
informasi tambahan kepada para pemberi pelayanan kesehatan yang tertarik
dalam bidang geriatri agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
pada pasien geriatri.
Buku ini berisikan tentang berbagai penatalaksanaan terhadap berbagai
permasalahan penyakit, sindrom Geriatri, disabilitas dan handicap secara
interdisiplin, komprehensif, holistik, dan terpadu. Buku ini akan terus
diterbitkan setiap tahun dengan topik berbeda dan terbaru. Usulan topik
berikutnya dapat disampaikan melalui email pergemibali@gmail.com.
Semoga buku ini bermanfaat buat kita semua. Salam Sehat Lansia
Indonesia...
Denpasar, 23 November 2018
Ketua Panitia
dr. IGP Suka Aryana SpPD-KGer, FINASIM
ii
DAFTAR KONTRIBUTOR
dr. IGP Suka Aryana, SpPD-KGer, FINASIM
Staf Divisi Geriatri Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Nyoman Astika, SpPD-KGer, FINASIM Ketua Instalasi Geriatri Terpadu, Staf Divisi Geriatri Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
Dr. dr. R.A. Tuty Kuswardhani, SpPD-KGer, MKes, FINASIM Ketua Divisi Geriatri Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. IB Putu Putrawan, SpPD, FINASIM Staf Divisi Geriatri Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Ni Ketut Rai Purnami, SpPD
Staf Divisi Geriatri Departemen / KSM Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar
dr. Agustinus I Wayan Harimawan,MPH., SpGK
KSM Gizi Klinik RSUP Sanglah Denpasar
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
KONTRIBUTOR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
LAW AND DIGNITY IN ELDERLY
Tuty Kuswardhani
1
AGING AND PHYSIOLOGICAL MIXIE CHANGE
Tuty Kuswardhani
13
MANAGEMENT PROBLEM OF URINE INCONTINENCE IN
ELDERLY
IB Putu Putrawan
24
ANTICOAGULANT ADMINISTRATION FOR PREVENT VTE
IN ELDERLY
Ni Ketut Rai Purnami
40
CURRENT MANAGEMENT OUT PRESSURE ULCER IN
ELDERLY
I Nyoman Astika
51
COMPREHENSIVE MANAGEMENT SARCOPENIA IN
ELDERLY
Tuty Kuswardhani
59
PROTEIN DIET FOR SARCOPENIA IN ELDERLY
Agustinus I Wayan Harimawan
71
iv
GLUTAMIN SUPPLEMENTATION FOR SARCOPENIA IN
ELDERLY
IGP Suka Aryana
IMMUNOSENESCENCE AND RISK OF SEPTIC CONDITION
IN ELDERLY
Ni Ketut Rai Purnami
75
83
ANTI MICROBIAL CONSIDERATION FOR ELDERLY IN
SEPTIC CONDITION
IGP Suka Aryana
96
MANAGEMENT FALLS IN ELDERLY
I Nyoman Astika
103
SYNCOPE AND CONSEQUENCE PROBLEM IN ELDERLY
IB Putu Putrawan
113
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Antara Kandung Kemih pada Lansia
dan Dewasa
26
Table 2. Penyebab Inkontinensia Urin Sementara
(DIAPPERS).
27
Tabel 3. Inkontinensia Urin berdasar penyebab dari traktus
urinarius bawah dan neurologis
29
Tabel 4. Obat-Obatan yang Dapat Menyebabkan atau
Berkontribusi Terhadap Inkontinensia Urin
36
Tabel 5. Faktor Resiko Luka Tekan 52
Tabel 6. Skala Norton 54
Tabel 7. Identifikasi Kondisi Malnutrisi 56
Tabel. 8. Kategori skrining sarkopenia menurut AWGS 2014 62
Table 9. Kuisioner SARC-F 63
Table 10. Kategori Sarkopenia Berdasarkan Penyebab 64
Table 11. Stadium Sarkopenia 64
Tabel 12. Karakteristik Obat Yang Paling Banyak Dipelajari
Untuk Pengobatan Sarkopenia8
67
Tabel 13. SOFA 92
Tabel 14. qSOFA 93
Table 15. Perubahan fisiologi dan farmakokinetik yang
berhubungan dengan penuaan5
99
Tabel 16. Beberapa efek samping antimicrobial yang sering
terjadi lanjut usia
100
Tabel 17. Faktor-faktor Terkait Penuaan dalam Jatuh. 104
Tabel 18. Evaluasi Pada Pasien Lanjut Usia Yang Jatuh7 107
Tabel 19. Terapi Jatuh Pada Lanjut Usia di Komunitas 109-110
Table 20. Etiologi dan faktor-faktor presipitasi sinkop 116
Tabel 21. Historical Clues For Diagnosis 123
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Inkontinensia urin karena leher kandung kemih
dan uretra tidak menutup sempurna disertai dengan
kelemahan otot dasar pelvis9
1
Gambar 2. Ringkasan penatalaksanaan Inkontinensia Urin 31
Gambar 3. Target atau tempat kerja antikoagulan dalam
kaskade pembekuan darah
47
Gambar 4. Derajat Luka Tekan 55
Gambar 5. Algoritma Manajemen Luka Tekan 57
Gambar 6. Patogenesis Sarkopenia4 61
Gambar 7. Efek ACE-Inhibitor pada Muskuloskletal 69
Gambar 8. Mekanisme Sintesis Glutamin Terhadap Inflamasi 79
Gambar 9. Perubahan terkait penuaan pada sel efektor
imunitas innate
85
Gambar 10. Perubahan terkait penuaan pada sel efektor
sistem imun adaptif
87
Gambar 11. Penuaan pada sel somatic dan sel efektor
sistem imun, SAPS (senescence-associated secretory
phenotype)
89
Gambar 12. Interaksi antara faktor risiko dan etiologi jatuh. 105
Gambar 13. Alur Upaya Pencegahan Jatuh Pada Lanjut Usia 111
Gambar 14. Interaksi antara ssinkop, umur, frailty, dan
komorbiditas
122
Gambar 15. Pengkajian Komprehensif Pasien Geriatri
dengan Sinkop
126
Geriatric Opinion 2018
1
PERLINDUNGAN HUKUM DAN DIGINITY
DALAM PELAYANAN KESEHATAN GERIATRI
RA Tuty Kuswardhani
Divisi Geriatri, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar
Pendahuluan
Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia dan suatu hal yang
harus diperhatikan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Meningkatnya derajat
kesehatan maka tingkat harapan hidup juga akan semakin meningkat,
meningkatnya harapan hidup maka tingkat kesejahteraan masyarakat juga
meningkat. Pada pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen, mengatur
bahwa setiap orang atau masyarakat berhak hidup sejahtera, baik secara lahir
maupun batinnya, berhak mendapatkan tempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan tak terkecuali para lansia, lansia juga berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik sehingga dapat hidup sehat dan berhak atas
kehidupan yang lebih sejahtera.
Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia. Lansia dibagi menjadi dua:1
1. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu
melakukan aktivitas pekerjaan dalam kata lain masih mampu
menghasilkan barang dan jasa.
2. Lanjut Usia Non Potensial adalah lanjut usia yang tidak bisa mencari
nafkah sehingga hidupnya tergantung pada orang lain.
Lanjut usia menurut Permenkes No.79 Tahun 2014 yaitu seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.2
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia digolongkan
menjadi 4, yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun, Lansia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Geriatric Opinion 2018
2
Permasalahan Lanjut Usia
Permasalahan yang terjadi pada lansia sering ditimbulkan oleh faktor
kesehatan, ekonomi, sosial, psikis dan fisik. Penanganan masalah secara dini
akan membantu lansia dalam menangani masalahnya dan dapat beradaptasi
untuk kegiatan sehari-hari. Berikut permasalahan yang sering terjadi pada
lansia:
1. Masalah Ekonomi
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia yang lebih dari 60 tahun sudah
tidak lagi produktif. Kemampuan kerja semakin menurun, sehingga
jumlah pendapatan pun semakin menurun atau bahkan hilang sama
sekali. Kondisi ini menyebabkan lansia sering dianggap sebagai beban
dari pada sebagai sumber daya.3
2. Secara aspek psikologis, penduduk lanjut usia merupakan suatu
kelompok sosial sendiri yang mesti menerima perhatian lebih dan
spesifik dari kondisi psikologis yang dimilikinya. Berbagai hasil
penelitian menunjukkan bahwa lansia sering berada pada titik frustasi
karena merasa tidak mampu melakukan kegiatan yang dulu sering
dilakukannya, hal ini membutuhkan penanganan yang serius dan hati-
hati dari lingkungan sekitarnya agar tidak menimbulkan masalah yang
berkepanjangan. 3
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :4
a. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual
pada lansia
b. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta
diperkuat oleh tradisi dan budaya
c. Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam
kehidupannya
d. Pasangan hidup telah meninggal
3. Masalah Sosial
Lansia di Indonesia masih dipercayai sebagai sosok seseorang yang
memiliki pengetahuan tentang Agama dan norma-norma yang baik
yang terkadang menjadi sumber nasihat yang dibutuhkan oleh
masyatakat luas. Sehingga lansia perlu dihargai, dihormati, dan
dilibatkan dalam kegiatan kemasyarakatan, dan berinteraksi dengan
masyarakat lainnya. Pada titik ini seorang lansia bisa dijadikan acuan
Geriatric Opinion 2018
3
atau tempat untuk bertanya, karena kemampuan berpikirnya yang lebih
jernih dan pengalaman yang lebih banyak diharapkan memberikan
advis bagi berbagai masalah yang ada. Namun, sebagian pihak
menganggap lansia itu hanyalah beban, karena lansia dianggap
hanya mampu bergantung pada orang lain.
Masalah sosial lain yang terjadi pada lansia yaitu gangguan fungsional
atau kecacatan yang terjadi pada lansia menyebabkan para lansia
merasa terasing atau diasingkan. Keterasingan menyebabkan lansia
merasa depesi dan berperilaku regresi seperti mudah menangis,
mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta
merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga
perilakunya seperti anak kecil.5
4. Masalah Fisik
Sebagian besar lansia mengalami penurunan kemampuan fisik secara
signifikan. Lansia sering mengalami berbagai penyakit degeneratif
seperti Alzheimer, Parkinson, Atherosclerosis, Kanker, Diabetes, sakit
Jantung, Osteoarthritis, Osteoporosis, dan Reumatik. Selain itu
penyakit yang diderita lansia bersifat multipatologis yaitu jenis penyakit
yang diderita lebih dari satu jenis penyakit. 3
5. Masalah Psikis
Lansia mengalami berbagai disabilitas/kecacatan sehingga
memerlukan perawatan intensif jangka pendek maupun jangka panjang
(long term care). Bantuan orang lain/keluarga/care griver untuk
merawat lansia sangat dibutuhkan. Lansia juga memerlukan
perlindungan terutama untuk menjaga keamanan dari tindak kejahatan,
misalnya perampokan dan tindak kriminal lainnya. Selain itu sangat
diperlukan perlindungan lanjut usia dari bahaya bencana, termasuk
bencana alam yang cenderung terjadi. 3
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kehidupan lansia perlu
mendapatkan perhatian mengingat pertumbuhan penduduk lansia meningkat
setiap tahunnya. Pemberdayaan dan upaya apresiasi atau penghargaan sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki lansia merupakan salah satu langkah dalam
menangani lansia yang masih produktif. Sementara bagi lansia yang sudah
tidak berdaya dapat dilakukan upaya memberikan pelayanan kesehatan dan
perlindungan sosial agar mampu meningkatkan atau menjaga kesejahteraan
lansia.
Geriatric Opinion 2018
4
Melihat permasalahan pada lansia di Indonesia seperti yang telah
dikemukakan diatas maka :6
1. Penderita harus ikut berpartisipasi dalam prosea pengambilan keutusan
dan pembuatan keputusan. Pada akhirnya pengambilan keputusan
harus bersifat sukarela.
2. Keputusan harus telah mendapat penjelasan cukup tentang tindakan
atau keputusan yang akan diambil secara lengkap dan jelas.
3. Keputuan yang diambil hanya dianggap sah bial penderita secara
mental dianggap kapabel.
Pemberian Peralatan Perpanjangn Hidup
Salah satu aspek etika yang penting dan tetpa controversial dalam pelayanan
geriatri adalah penggunaan perpanjangan hidup, antara lain ventilator dan
upaya perpanjangan hidup yang lai (resusitasi kardio-pulmoner dll). Pada
penderita dewasa muda hal ini sering klai tidak menjadi masalah, karena sering
diharapkan hidup penderita masihj akan berlangsung lama bila jiwanya bisa
ditolong. Pada usia lanjut apalagi kalau penyakitnya sudah meluas (advanced)
pemberian peralatan tersebut seringkali diperdebatkan justru merupakan
tindakan yang futile treatment.
Walaupun sering menimbulakan tanggapan emosional dari keluarga,
penghentian peralatan penpanjangan hidup (ventilator dsb) harus diberi
pertimbangan yang sama dengan pertimbangan apakah alat tersebut perlu
dipasang atau tidak. Pemasangan alat ini tidak dengan sendirintya
menghalangi untuk suatu saat menghentikannya bila dianggap tidak ada
gunannya lagi.
Perlindungan Hukum Lansia
Undang-undang terkait dengan kebijakan lansia di Indonesia saat ini meliputi :
1) UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
2) UU No. 12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan
3) UU No 10 tahun 1992, tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera.
4) UU No.11 tahun 1992 tentang dana pensiun
5) UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
6) KepPres No. 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
7) KepPres Nomor 93/M Tahun 2005 Tentang Keanggotaan Komisi
Nasional Lanjut Usia
Geriatric Opinion 2018
5
8) PP No. 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia.
Sesuai dengan undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia
menyatakan bahwa :
Pasal 1
1) Hak Asasi Manusia adalah seprearangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tugas Yang Mha
Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2) Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila
tidak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak
asasi manusia.
Pasal 3
1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia
yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat
persaudaraan.
2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan
perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam
semangat di depan hukum.
3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan manusia, tanpa diskriminasi.
Perlindungan hukum sangat penting untuk diberikan kepada masayarakat
yang berada pada posisi yang lemah, baik secara ekonomis, maupun lemah
dari aspek yuridis.7 Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara
membatasi kepentingan di lain pihak.8
Berkenaan dengan itu, hukum
dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi,
politik untuk memperoleh keadilan sosial.
Lansia sebagai usia lanjut akan mulai mengalami kemunduran fisik,
psikologis, dan sosial. Pemberian fasilitas yang memudahkan aksesibilitas bagi
lansia khususnya di area publik merupakan langkah penting yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan dan menjaga kesejahteraan lansia. Penyediaan
Geriatric Opinion 2018
6
kemudahan akses harus diikuti dengan peraturan perundangan yang berlaku
sehingga akan memberikan perlindungan dan payung hukum yang jelas
terhadap kegiatan pemberdayaan dan perlindungan sosial bagi lansia.
Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lansia bertujuan untuk memberikan perlindungan sosial dan
mensejahterakan para lansia khusunya lansia yang terlantar. Undang-undang
tersebut mengatur mengenai asas - asas peningkatan kesejahteraan lanjut usia
antara lain : 1
1. Keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
2. Kekeluargaan,
3. Keseimbangan,
4. Keserasian, dan
5. Keselarasan dalam perikehidupan
Undang-undang tersebut bertujuan supaya lanjut usia tetap dapat
diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan
memperhatikan fungsi kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya, serta terselenggaranya pemeliharaan
taraf kesejahteraannya.
Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia,
mengatur upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lansia potensial dan
tidak potensial.
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Potensial
meliputi :
a Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b Pelayanan kesehatan;
c Pelayanan kesempatan kerja;
d Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
f Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g Bantuan sosial.
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Tidak Potensial
meliputi :
a Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
Geriatric Opinion 2018
7
b Pelayanan kesehatan;
c Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, sarana dan prasarana umum;
d Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
e Perlindungan sosial.
Sesuai undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan pada pasal 14
(1) mengatur tentang peranan pemerintah terhadap penyelenggaran tanggung
jawab pemerintah dalam merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat termasuk bagi para lansia.
Pada tahun 2009 pemerintah mengeluarkan Undang- Undang Nomor 11
Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan memasukkan lansia dalam
salah satu bagiannya. Di mana negara memberikan perlindungan sosial bagi
seluruh warganya, tidak terkecuali bagi lansia. Upaya Pemerintah dalam
penanganan masalah Lanjut Usia sebagaimana diisyaratkan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2009, dilakukan melalui beberapa pilar, antara lain:
pelayanan dan rehabilitasi sosial, pemberdayaan dan perlindungan sosial.9
Secara konseptual perlindungan hukum terhadap lansia meliputi pengakuan
terhadap hak-hak lansia, serta perlindungan atas kepentingan dan kehendak
mereka tidak terjabarkan secara rinci karena berbagai ketentuan Undang-
Undang.10
Pada kasus tertentu seorang lanisa yang lemah dapat menjadi
tersangka tindak pidana. Meskipun tindakan-tindakan pidana yang melibatkan
lansia sebagai tersangka tersebut tidak dapat dibenarkan, namun membawa
lansia ke hadapan persidangan, akan menjadi beban bagi lansia dan melihat
fakta-fakta di lapangan yang tidak jarang menunjukkan terjadinya pelanggaran
terhadap hak-hak para tersangka, maka akan sangat lebih memprihatinkan lagi
jika pelanggaran-pelanggaran hak tersebut sampai terjadi pada tersangka
lansia yang tentunya jauh lebih sulit memberi pembelaan atas dirinya dibanding
tersangka-tersangka usia muda. Disisi lain aparat penegak hukum haruslah
mempertimbangkan betapa perlunya lansia diberi perlindungan hukum yang
mungkin lebih dari tersangka usia muda, dengan kembali mengingat
kekurangan-kekurangan serta kelemahan-kelemahan pada diri mereka.11
Model Perlindungan Hukum pada Lansia menurut The Johns Hopkins
University School of Advanced International Studies
Berdasarkan studi dari The Johns Hopkins University School of Advanced
International Studies, undang-undang perlindungan hukum dibuat bertujuan
Geriatric Opinion 2018
8
untuk menggalakkan rasa hormat dan apresiasi bagi partisipasi dari para lansia
dalam komunitas. Undang-undang ini berusaha keras untuk memberdayakan,
mengikutsertakan, dan melindungi populasi yang disayangi ini pada setiap
komunitas. Lebih lanjut, mempertimbangkan status lansia yang seringkali
rentan, komunitas – secara perorangan maupun kolektif harus mengambil
tindakan untuk mendukung hak-hak dan kesejahteraan dari para lansia.
Undang-undang ini bertujuan untuk (1) melindungi hak-hak dan kepentingan
dari para lansia, dan (2) memberikan kepada para lansia dukungan yang
diperlukan untuk mempertahankan kualitas hidup dan martabat yang sesuai
dengan status mereka yang dihormati dalam komunitas. Komunitas harus
melindungi dan membantu kesehatan dan kondisi mental yang baik dari para
lansia, dan harus berkewajiban untuk mewakili dan memperluas hak-hak dan
kepentingan yang sah dari para lansia.
Berikut Bab dan pasal yang terdapat pada model perlindungan hukum pada
lansia menurut The Johns Hopkins University School of Advanced International
Studies12
yang dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan di Indonesia.
BAB 1. DEFINISI12
Pasal 1. Para Lansia
Para lansia akan mewakili mereka dengan usia yang ditentukan oleh hukum
lokal yang secara patut mengindikasikan tanta-ngan dan kebutuhan dari
mereka yang berusia dan berkondisi lanjut dan memberikan kepada mereka
hak-hak dan perlindungan yang terkandung dalam UU ini.
Pasal 2. Eksploitasi
Eksploitasi akan berarti perolehan finansial maupun keuntungan materi yang
lain yang tidak sah dari lansia untuk keuntungan individu itu sendiri.
Pasal 3. Pelecehan
Pelecehan akan berarti perlakuan yang tidak wajar baik fisik, mental maupun
materi terhadap lansia, termasuk tapi tidak terbatas pada pencabutan akan
makanan maupun obat-obatan, pemukulan, penyerangan secara lisan dan
isolasi.
Geriatric Opinion 2018
9
Pasal 4. Pengabaian
Pengabaian akan berarti kelalaian atas perhatian, pengawasan, atau
penyediaan kebutuhan yang layak bagi lansia, sampai pada batas timbulnya
atau kemungkinan akan timbul hal yang bersifat merugikan.
Pasal 5. Keluarga
Keluarga akan berarti sekelompok orang yang terkoneksi ke seorang lansia
melalui pertalian darah, keturunan, atau menurut hukum, terutama sampai dua
atau tiga generasi.
Pasal 6. Pengurus Pihak Ketiga
Pengurus Pihak Ketiga akan berarti institusi maupun individu yang diberikan
wewenang untuk memberikan dukungan atau pelayanan langsung kepada
lansia, termasuk tapi tidak terbatas pada semua institusi maupun individu baik
publik maupun swasta dengan kewenangan sah untuk melakukan kontrol
terhadap lansia.
BAB 2. HAK-HAK
Pasal 7. Hak untuk Hidup Bermartabat
Para lansia memiliki hak yang melekat untuk hidup, bermartabat, dan
berintegritas dengan pribadi mereka, yang akan dilindungi oleh UU.
Pasal 8. Hak untuk Bebas dari Pelecehan, Pengabaian, dan Eksploitasi
Para lansia berhak untuk bebas dari pelecehan, pengabaian, dan eksploitasi.
Pasal 9. Hak untuk Bebas dari Diskriminasi
Para lansia berhak untuk bebas dari diskriminasi. Mereka harus diperlakukan
dengan baik secara setara, terlepas dari status kesehatan maupun kecacatan,
seperti halnya kelompok usia lainnya. Hak ini harus diterapkan terhadap semua
aspek kehidupan, termasuk, tapi tidak terbatas pada, pekerjaan, akses
terhadap pendidikan, akomodasi, dan fasilitas lainnya.
Pasal 10. Hak untuk Perawatan Kesehatan yang Layak
Para lansia berhak untuk memiliki standar kehidupan yang layak bagi
kesehatan dan kenyamanan diri mereka, termasuk akses bagi perawatan
kesehatan yang terjangkau. Perawatan kesehatan yang layak dan terjangkau
termasuk pengobatan, imunisasi dan perawatan medis seperti misalnya terapi
Geriatric Opinion 2018
10
fisik, operasi, perawatan, check-up, dalam keadaan sakit, cacat, tanpa
pasangan, usia tua atau kurangnya mata pencaharian yang lain dalam situasi
yang diluar kontrol dari mereka.
Pasal 11. Hak atas Biaya Hidup
11.1. Para lansia berhak untuk mengakses kebutuhan dasar, termasuk tapi
tidak terbatas pada, nutrisi yang layak dan air minum yang diperlukan untuk
kesehatan dan kenyamanan mereka.
11.2. Para lansia berhak untuk mengakses fasilitas untuk hidup yang
mendasar, termasuk tapi tak terbatas pada, tempat tinggal, pakaian dan
sanitasi yang layak, sesuai dengan standar kemasyarakatan yang berlaku.
Pasal 12. Hak untuk Bantuan Materi
Para lansia berhak untuk memperoleh bantuan materi dari Negara. Bantuan
materi harus diberikan dalam bentuk dukungan yang berwujud yang diperlukan
untuk biaya hidup dari para lansia pada saat ketika seorang lansia tidak dapat
membantu dirinya sendiri atau bergantung pada dukungan dari keluarga
mereka, termasuk dana untuk mendukung biaya hidup dari seorang lansia,
makanan yang bernutrisi, pakaian, tempat tinggal, dan obat-obatan.
Pasal 13. Hak terhadap Properti
Para lansia berhak untuk memegang kendali atas, untuk terus membuat
keputusan mengenai, dan menjual properti, urusan keuangan maupun barang
pribadi sesuai dengan aturan hukum.
Pasal 14. Hak untuk Partisipasi dalam Masyarakat
14.1. Para lansia berhak untuk berpartisipasi dalam program pendidikan dan
pelatihan selain dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik.
14.2. Para lansia berhak atas akses khusus dalam kesehatan dan transportasi.
Pasal 15. Hak untuk Bekerja
15.1. Para lansia berhak untuk bekerja berdasarkan kemampuan mereka.
15.2. Para lansia berhak atas kompensasi dan kondisi pekerjaan yang adil yang
cocok dengan kebutuhan mereka.
Geriatric Opinion 2018
11
BAB 3. KEWAJIBAN
Pasal 16. Kewajiban dari Pengurus Pihak Ketiga
Pengurus pihak ketiga akan berkewajiban untuk membantu seorang lansia
ketika diberikan wewenang oleh keluarga, Negara atau pihak lain yang
bertanggung-jawab untuk membantu lansia. Individu atau organisasi jasa
pelayanan yang berwenang harus memenuhi komitmen mereka kepada pasien
mereka dan memenuhi semua kewajiban dalam undang-undang ini dan
dibawah hukum lokal dan memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan dari
para lansia setiap saat.
Pasal 17. Kewajiban dari Keluarga
17.1. Keluarga dari seorang lansia harus berkewajiban untuk menjaga
kesehatan dan kondisi mental yang baik dari lansia tersebut dan, secara umum,
untuk memberikan bantuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar
mereka.
17.2. Keluarga harus berkewajiban untuk memenuhi tanggung-jawabnya sesuai
pasal 17.1, kecuali keluarga kekurangan sarana untuk melakukannya.
Pasal 18. Kewajiban dari Negara
18.1. Negara harus berkewajiban untuk melindungi kesehatan dan kondisi
mental yang baik dari lansia ketika keluarga kekurangan sarana yang memadai
untuk me-lakukannya.
Dilihat dari beragam pasal untuk populasi lanjut usia pada negara tersebut
maka sebaiknya negara ini lebih memperhatikan dan mengupayakan adanya
undang-undang terkait kesehatan, kesejahteraan, kesehetan biologis,
psikologis dan sosial serta kesejahteraan populasi lansia di Indonesia.
KESIMPULAN
Secara konseptual perlindungan hukum terhadap lansia meliputi pengakuan
terhadap hak-hak lansia, serta perlindungan atas kepentingan dan kehendak
mereka yang belum terjabarkan secara rinci di dalam berbagai ketentuan
Undang-Undang. Melihat masih minimnya undang-undang dan perlindungan
hukum pada lansia pada berbagai aspek di Indonesia maka sebagai saran
sebaiknya dibuatkan undang-undang tentang lansia dan perlindungan
Geriatric Opinion 2018
12
hukumnya melalui wakil rakyat yang meliputi melindungi hak-hak dan
kepentingan dari para lansia, dan memberikan kepada para lansia dukungan
yang diperlukan untuk mempertahankan kualitas hidup dan martabat yang
sesuai dengan status mereka yang dihormati dalam komunitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia
2. Permenkes No.79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Geriatri di Rumah Sakit
3. Saputro, Sulistyo., Rustama, Ade., Sudarsana.,Kusnandar.,Istiqomah,
Nurul.,Khoiriyah, Siti.,Tantri, Diana., Arif Karyanta, Nugraha. 2015.
Analisis Kebjakan Pemberdayaan dan perlindungan Sosial Lanjut Usia.
Jakarta: Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan dan
Perlindungan Sosial
4. Kartinah & Sudaryanto, Agus. 2008. Masalah Psikososial pada Lanjut
Usia. Berita Ilmu Keperawata. Berita Ilmu Keperawatan. Vol. I. No.1.,
Juni 2008 93-96
5. Darmojo, Boedhi, dan Martono, Hadi. Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut), Edisi 2. 2000. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
6. SKM, Hardiwinoto, Stiabudi, Tony. Pandaun Gerontologi, Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. 2005. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
7. H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada
Penelitian Tesis dan Disertasi (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2013), 259.
8. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014),
54.
9. Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial
10. Gosal, Marcelia Oktavia dan Prianto, Yuwono. 2017. Perlindungan
Hukum Terhadap Lanjut Usia yang Mengalami Kekerasan Psikologis
dan Finansial. Era Hukum 2(2) pp. 294-314
11. Tibbiyani, Baiq. 2016. Perlindungan Hukum Terhadap Tersangka
Lansia Dalam Proses Penyidikan di Polres Bantul. Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
12. The Johns Hopkins University School of Advanced International
Studies. 2012. The Protection Of The Elderly Model Law.
top related