gross hematuri
Post on 19-Feb-2016
25 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
REFERATGROSS HEMATURIA
Disusun oleh : Ferdiand ( 0761050104 )
Pembimbing : dr. Ronald Tanggo, SpU.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Periode 5 Oktober – 12 Desember 2015
I. PENDAHULUAN
Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu
dibedakan dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluar darah
dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi; keadaan ini sering terjadi pada trauma
uretra atau tumor uretra. Harus diyakinkan pula, bahwa seorang pasien menderita hematuria
atau pseudo hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau
kecoklatan yang bukan disebabkan sel darah merah, melainkan oleh zat lain yang mewarnai
urine.1
Secara visual, terdapatnya sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 (dua)
keadaan, yaitu makroskopik dan mikroskopik. Hematuria makroskopik adalah hematuria
yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah dan hematuria
mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat dilihat sebagai urine yang
berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan lebih dari 2 (dua) sel darah
merah per lapangan pandang.2
Anamnesis dan pemeriksaan fisik memegang peranan begitu penting dalam menegakan
diagnosis pada hematuria. Bila ada demam, letargi, nyeri perut, sembab, atau gejala saluran kemih
seperti misalnya disuria, inkontinensia urin, dan sering kencing maka kemunginan besar berasal dari
saluran kemih. Kolik pada daerah pinggang sebelum timbulnya hematuria kemungkinannya adalah
batu ginjal atau batu ureter, yang kalau ditelusuri mungkin ada riwayat pernah keluar pasir sewaktu
kencing. Adanya nyeri tekan atau tenggorok 10-14 hari (atau infeksi kulit 4-6 minggu) sebelum
terjadinya hematuria kemungkinan besar adalah glomerulonefritis pasca streptococcus. Bila ada
riwayat ruam kulit terutama berbentuk kupu-kupu di daerah wajah , mungkin suatu lupus
eritematosus sistemik atau berbentuk purpura maka kemungkinannya adalah Henoch Schӧnlein.
Riwayat penyakit dahulu juga perlu dilacak seperti misalnya ada riwayat trauma ginjal ,
gangguan faal hemostasis, atau hematuria dalam keluarga. Adanya riwayat ketulian dengan gagal
ginjal dalam keluarga terutama keluarga laki-laki sangat mungkin satu sindrom alport. Demikian juga
adanya riwayat penyakit ginjal polikistik autosomal dominan dalam keluarga.
Meskipun pemeriksaan fisik tidak terlalu penting dalam menegakan diagnosis hematuria,
namun adanya pembesaran ginjal, kelainan pada genital, atau adanya ruam kulit atau yeri sendi dapat
berguna dalam menegakkan diagnosis pada pasien dengan hematuria.
II. TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat sebagai urine
yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah
posterior uretra atau leher kandung kemih. Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus
dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah
yang dapat menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi,
dan menimbulkan urosepsis.1,4
ETIOLOGI
Hematuria dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang berasal di dalam maupun
diluar sistem urogenitalia. Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara
lain adalah : kelainan pembekuan darah, SLE, dan kelainan sistem hematologi yang lain.
Yang berasal dari dalam sistem urogenitalia dapat disebabkan oleh berbagai kelainan pada
saluran kemih tetapi mulai dari infeksi hingga keganasan saluran kemih. Oleh karena itu,
dalam setiap menghadapi kasus hematuria seorang dokter harus lebih waspada terhadap
kemungkinan adanya penyakit yang paling berat, yaitu keganasan saluran kemih, terutama
hematuri yang tidak disertai dengan nyeri.1
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan uretritis
Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor grawitz, tumor
pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hiperplasia prostat jinak.
Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
Batu saluran kemih.
DIAGNOSIS 1
Harus diyakinkan dahulu, benarkah seorang pasien menderita hematuria, pseudo hematuria,
atau perdarahan per-uretra. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang berwarna merah atau
kecoklatan yang bukan disebabkan sel-sel darah merah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena
hemoglobinuria, mioglobinuria, konsentrasi asam urat yang meningkat, sehabis makan/minum bahan
yang mengandung pigmen tumbuh-tumbuhan yang berwarna merah, atau setelah mengkonsumsi
beberapa obat-obatan tertentu antara lain: fenotiazin, piridium, porfirin, rifampisin, dan fenolftalein.
Perdarahan per-uretra adalah keluarnya darah dari meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi,
hal ini sering terjadi pada trauma uretra atau tumor uretra. 1
Hemoglobinuria tanpa hematuria dapat disebabkan oleh adanya hemolisis. Mioglobinuria
tanpa hematuria terjadi pada sindrom rabdiomiolisis setelah cedera otot rangka dan disertai
peningkatan sebanyak lima kali pada kadar kreatin kinase plasma. Rabdomiolisis dapat terjadi secara
sekunder akibat miositis viral, luka remuk, abnormalitas elektrolit berat (hipernatremia,
hipofosfatemia), hipotensi, koagulasi intravaskulas terdisseminasi (DIC), toksin (obat, racun), dan
kejang berkepanjangan.
PENYEBAB POSITIF PALSU PADA TES HEMATURIA
HEME POSITIF
Hemoglobin
Mioglobin
HEME NEGATIF
Obat-Obatan
Chloroquine
Deferoxamine
Ibuprofen
Iron sorbitol
Metronidazole
Nitrofurantoin
Phenazopyridine
Phenolphthalein
Phenothiazines
Rifampin
Salisilat
Sulfasalazine
Bahan Pewarna Buah atau Sayuran
Bahan Pewarna Makanan Sintetik
Metabolit
Asam homogentisat
Melanin
Methemoglobin
Porfirin
Tirosinosis
Urat
Tabel 1. Penyebab Positif Palsu pada Tes Hematuria
Penyebab hematuria dapat dilihat pada tabel Sumber hematuria di dari saluran kemih bagian
atas berasal dari nefron (glomerulus, tubulus kontortus dan interstisium). Hematuria di saluran kemih
bagian bawah berasal dari sistem pelvokaliks, ureter, kandung kemih dan uretra. Hematuria yang
berasal dari nefron seringkali tampak sebagai urin berwarna coklat, coklat cola, atau merah keunguan,
disertai proteinuria (>100 mg/dL dengan dipstick), terdapat cast SDM dan akantosit atau kelaianan
bentuk SDM lain pada pemeriksaan mikroskopik urin. Hematuria yang berasal dari tubulus kontortus
dapat dilihat dari keberadaan cast leukosit atau sel epitel tubulus renal. Hematuria dari saluran kemih
bagian bawah umumnya dihubungkan dengan hematuria berat, hematuria terminal (hematuria terjadi
pada saat aliran urin akan berakhir), bekuan darah, morfologi urin SDM normal, dan proteinuria
minimal pada dipstick (<100 mg/dL).
Gambar 1. Approach to Hematuria
Anamnesa
Langkah awal pada evaluasi hematuria meliputi anamnesis yang detil dan
pemeriksaan fisik yang teliti. Diupayakan untuk menyingkirkan penyebab glomerulus dari
ekstra glomerulus.3 Dalam mencari penyebab hematuria perlu digali data yang terjadi pada
saat episode hematuria, antara lain :
Bagaimanakah warna urine yang keluar?
Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan darah?
Di bagian manakah pada saat miksi urine berwarna merah?
Apakah diikuti dengan perasaan sakit?
Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk memperkirakan lokasi
penyakit primernya.1
Tabel 2. Porsi Hematuria Pada Saat Miksi1,4
Inisial Total Terminal
Terjadi pada Awal miksi Seluruh proses miksi Akhir miksi
Tempat kelainan Urethra Buli-buli, ureter, atau ginjal Leher buli-buli
Pemeriksaan Fisik 1,4
Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hipertensi yang hadir bersamaan dengan sindrom
nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal, edema terkait dengan sindrom nefrotik, teraba massa
perut atau panggul perkirakan neoplasma ginjal, dan adanya nyeri ketok kostovertebral atau nyeri
tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Pemeriksaan rektal pada pria dapat
mengungkapkan nodularitas prostat atau pembesaran sebagai penyebab potensial.
Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia.
Periorbital, skrotum, dan edema perifer, mungkin menunjukkan hipoalbuminemia dari
glomerulus atau penyakit ginjal.
Cachexia mungkin menunjukkan keganasan.
Nyeri tekan dari sudut kostovertebral, dapat disebabkan oleh pielonefritis atau dengan
perbesaran massa seperti tumor ginjal.
Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat
sitotoksik.
Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200
mL urin percussible. Dalam retensi urin akut, biasanya terlihat dalam kasus-kasus
BPH atau obstruksi oleh bekuan, kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan
hingga tingkat umbilikus.
Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat
tumor, obstruksi, ataupun infeksi ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin
disebabkan karena retensi bekuan darah pada buli-buli.
Pada colok dubur, ukuran, bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya
pembesaran prostat benigna maupun karsinoma prostat. Setelah prostatektomi
enukleasi maupun endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur
memberikan kesan prostat masih membesar. Lobus medial prostat yang mungkin
menonjol ke kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari. Karsinoma
prostat menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat. Diagnosis
dipastikan melalui biopsy jarum transrektal.
Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dahulu dibuat dari karet dan
sekarang lateks, politen atau silicon. Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk
supaya tidak dapat tercabut; yang biasa ialah bentuk Foley yang pada ujungnya
berbentuk balon yang dapat dikembangkan. Untuk ukurannya digunakan skala
Charriere, berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya
dan bukan diameternya. Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan
tiga.
Pemeriksaaan Penunjang1,4
Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum dan
elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada
metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis
metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon paratiroid ditentukan
bila terdapat kemungkinan urolithiasis.
Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik, bakteriologik dan
sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat
menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi
antinuclear, leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan
oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan konsumsi
trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom hemolitik-uremik,
trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan
saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular, morfologi sel tidak
secara pasti berhubungan dengan lokasi hematuria.
Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi
organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang sangat
asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel
urotelial.
IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya, menghasilkan
gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal
ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih,
kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau
urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran
kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan
dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan
prostat dan buli-buli
Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman dan
informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd
atau punksi perkutan.
Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah obstruksi
dihilangkan
Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran jelas dan
kesempatan untuk mengadakan biopsy
Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan
tekanan di buli-buli
Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan penunjang
di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria.
Imaging Modalities for Evaluation of the Urinary Tract
Modality Advantages and disadvantages
Intravenous urography
Considered by many to be best initial study for evaluation of urinary tract
Widely available and most cost-efficient in most centers
Limited sensitivity in detecting small renal masses
Cannot distinguish solid from cystic masses; therefore, further lesion characterization by ultrasonography, computed
tomography or magnetic resonance imaging is necessary
Better than ultrasonography for detection of transitional cell carcinoma in kidney or ureter
Ultrasonography Excellent for detection and characterization of renal cysts
Limitations in detection of small solid lesions (< 3 cm)
Computed tomography
Preferred modality for detection and characterization of solid renal masses
Detection rate for renal masses comparable to that of magnetic resonance imaging, but more widely available and less expensive
Best modality for evaluation of urinary stones, renal and perirenal infections, and associated complications
Sensitivity of 94% to 98% for detection of renal stones, compared with 52% to 59% for intravenous urography and 19% for ultrasonography
Adapted with permission from Grossfeld GD, Wolf JS, Litwin MS, Hricak H, Shuler CL, Agerter DC, Carroll P. Evaluation of asymptomatic microscopic hematuria in adults: the American Urological Association best practice policy recommendations. Part II: patient evaluation, cytology, voided markers, imaging, cystoscopy, nephrology evaluation, and follow-up. Urology 2001;57(4) (In press).
DIAGNOSIS BANDING
Bagian Urologi :
Urinary tract infection
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
dysuria, meningatnya frekuensi berkemih, volume aurine sedikit saat berkemih, nocturia, nyeri suprapubic , pernah menderita isk sebelumnya dan mendapatkan pengobatan, riwayat pyelonephritis, riwayat gagal pengobatan
demam, nyerio tekan suprapubic, bladder distention pada retensio urine, cystocele pada pemeriksaan panggul
urinalysis: (+) leukocyte esterase, (+) nitrite, pyuria (>10 WBC per HPF), bacteriuria
urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine
Pyelonephritis
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
Nyeri pinggang, demam, menggigil, mual, muntah, sakit perut, nyeri suprapubik, hx dari nefrolitiasis, ISK dan diabetes, imunosupresi
Nyeri ketok kostovertebral, nyeri suprapubik, demam, penurunan bising usus
urinalysis: positive leukocyte esterase, positive nitrite, pyuria (>10 WBC/HPF), bacteriuria
urine culture and sensitivity: >10,000 colony forming unit/mL urine
renal ultrasound : pembesaran renal , hypo-echoic parenchyma with loss of corticomedullary differentiation
contrast CT abdomen: heterogeneous uptake of contrast (lobar nephronia), oedematous renal parenchyma, perinephric stranding, intraparenchymal gas in emphysematous pyelonephritis
Grawitz tumor
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
nyeri pinggang, hematuria dan massa pada pinggang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut, nyeri pada sisi ginjal yang terkena , penurunan berat badan , kelelahan , demam yang hilang-timbul, anemi , Varikokel akut , hipertensi
bisa diraba/dirasakan benjolan di perut
PIV biasanya dikerjakan atas indikasi adanya hematuria tetapi jika diduga ada massa pada ginjal, pemeriksaan dilanjutkan dengan CT scan atau MRI. Dalam hal ini USG hanya dapat menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik
Tumor Wilms
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
tumor abdomen, Hematuri (makroskopis) Hipertensi, anemia, penurunan berat badan, infeksi saluran kencing, demam, malaise dan anoreksia, nyeri perut yang bersifat kolik
Massa abdomen
IVP tampak distorsi sistem pielokalises dan berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.
pemeriksaan USG, tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.
kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal
Renal cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Nyeri pinggang, hx merokok, riwayat keluarga dengan kanker karsinoma sel ginjal, penyakit ginjal polikistik, paparan kimia karsinogen
HTN, panggul massa, adenopati, varikokel kiri, edemas ekstremitas bawah
renal ultrasound: solid or cystic renal mass
CT abdomen with and without IV contrast: contrast enhancing renal mass
Kanker Prostate
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
lanjut usia, riwayat keluarga dengan kanker, gejala obstruktif berkemih, penurunan berat badan
Pada rectal toucher ditemukan pembesaran prostat, dengan konsistensi keras dan permukaan yang berbenjol-benjol
PSA: meningkat, PSA> 0,75 mikrogram / L per tahun (0,75 ng / mL per tahun)
transrectal ultrasound-guided prostate biopsy : confirmed adenocarcinoma
Kanker Buli
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
hematuria tanpa rasa sakit, disuria, frekuensi, urgensi, usia> 50, hx iradiasi panggul, hx merokok, penurunan berat badan, paparan lingkungan / kimia karsinogen
massa panggul, nyeri tekan sudut kostovertebral dari obstruksi; sering tidak ada kelainan terdeteksi
urinalysis: RBCs
urine cytology: atypical or malignant cells, signified by increased clustering, increased cellularity, or altered nuclear morphology
CT abdomen/IVU : ureteral or renal collecting system mass or filling defect
cystoscopy: bladder tumour
BPH (benign hyperplasia prostate)
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
Kencing tidak lampias, aliran lemah, intermittency, frekuensi kencing meningkat, urgensi, nokturia, riwayat BPH ataupun kanker prostat , riwaat retensi urine sebelumnya
pembesaran prostat pada kandung kemih digital dubur, vesica urinary bulding (+)
PSA
• USG transrectal dari prostat: ukuran prostat meningkat, volume> 40 g, meningkatkan ukuran lobus median prostat
• uroflowmetry dengan ultrasonografi kandung kemih: puncak laju aliran rendah, volume residual tinggi postvoid
Trauma Ginjal
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
trauma tumpul pada pinggang, menembus panggul atau luka perut (tembakan atau tikaman), patah
hypotension, takikardia, nyeri panggul, memar panggul, nyeri perut, perut kembung
CT abdomen: laserasi pada parenkim ginjal, sistem pengumpulan, dan pembuluh ginjal; hematoma perinephric, perdarahan aktif, dan
BNO IVP: menegaskan fungsi ginjal kontralateral
tulang rusuk yang lebih rendah
ekstravasasi urin
Trauma buli
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
trauma tumpul panggul, menembus luka panggul atau perut (tembakan atau tikaman), fraktur panggul, ketidakmampuan berkemih
Nyeri tekan suprapubic, ekimosis pada lower abdominal
retrograde cystogram: extravasation of contrast revealing bladder injury
Trauma urethral
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
Trauma genitalia eksterna, straddle injury, bilateral pubic rami fracture and Malgaigne's fracture, perineal lacerations, tidak bisa berkemih, riwayat intervensi kolorektal atau ginekologi
Perdarahan OUE, hematom scrotum, floating prostat, eimosis pada batang penis, butterfly-ecchymosis pada perineum
retrograde urethrogram: contrast extravasation from the urethra
contrast CT abdomen: contrast extravasation from the urethra
cystoscopy: urethral disruption
Urethral cancer
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
lebih umum pada wanita putih dan pada mereka> 50 usia, frekuensi, keraguan, gejala kencing obstruktif
Teraba massa, stricture
IVU: filling defect, mass voiding
cystourethrogram: filling defect, mass
urethroscopy: visible urethral mass
Penile cancer
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
hx lesi penis, hx dari kondiloma
eritematosa patch, indurasi, massa teraba, limfadenopati inguinal
skin biopsy: squamous cell carcinoma MRI/CT pelvis
Bladder stone
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
suprapubik nyeri, hematuria, gejala saluran kandung kemih obstruktif, operasi sebelumnya
Nyeri tekan suprapubic
urinalysis: haematuria, leukocyte esterase, nitrites
non-contrast CT abdomen: bladder stone
BNO: radio-opaque bladder stone
Batu Ginjal
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke selangkangan, hematuria, mual, muntah, hx sebelumnya kalkuli, riwayat keluarga dengan kanker dari nefrolitiasis, hx gout, hx penyakit radang usus
Nyeri ketok costovertebral angle
urinalysis : haematuria, pyuria, crystalluria, cysteine crystals, acidic or alkaline pH
non-contrast CT abdomen: urolithiasis, hydronephrosis
BNO: radiodense stones
Diluar bagian Urologi :
Postinfectious glomerulonephritis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
tiba-tiba timbul edema, kelemahan, malaise, hematuria gross, sakit kepala, 1 sampai 2 minggu postpharyngitis, 2 sampai 4 minggu setelah dermatitis streptokokus, yang paling umum dari usia 2 sampai 10 tahun
periorbital and peripheral oedema, hipertensi, rash kulit
urinalysis:d ismorfik merah sel, gips sel merah, proteinuria, mikroalbuminuria
urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
serum antistreptolysin O titer : elevated
Systemic lupus erythematosus
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
arthralgias, demam ringan, kelelahan, malaise, anoreksia, mual, penurunan berat badan, kejang, fotosensitifitas
kupu-kupu atau ruam diskoid, borok mulut atau vagina, vaskulitis retina, murmur sistolik
urinalysis: pyuria, RBCs, granular casts, proteinuria
urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
renal bx : glomerulitis ringan deposisi imunoglobulin dan pembentukan bulan sabit
proliferatiflupus serologies: elevated
serum complement (C3, C4): low
Sickle cell anemia
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
Keturunan Afrika-Amerika, riwayat keluarga dengan kanker penyakit sel sabit, migrasi, nyeri intermiten
hepatosplenomegaly, nyeri tean abdomen , testicular atrophy, oedema of extremities
peripheral blood smear: sickle cells
Hb electrophoresis (whole blood): haemoglobin S
Membranoproliferative glomerulonephritis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
tiba-tiba timbul edema dependen atau periorbital, kelelahan, hematuria gross, sakit kepala, oliguria
periorbital and peripheral oedema, Hipertensi, konjungtiva pucat, drusen retina
urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria
urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
serum complement levels (C3, C4): low
renal biopsy: hypercellular glomeruli, mesangium diperluas, imunofluoresensi positif, deposito padat elektron
Rapidly progressive glomerulonephritis
Anamnesis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
prodromal gejala malaise, demam, arthralgias, anoreksia, dan mialgia, sakit perut, nodul kulit yang menyakitkan atau ulserasi
Hipertensi, nodules kulit yang nyeri, conjunctivitis, uveitis, oliguria
urinalysis: dysmorphic red cells, red cell casts, proteinuria, microalbuminuria
urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
renal bx: hypercellular, sklerotik glomeruli dengan inklusi bulan sabit
IgA nephropathy
Anamnesis Pemeriksaa
n fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
rulang makroskopik hematuria terkait dengan infeksi saluran pernapasan
Pada umumnya asimtomatik,hipertensi
urinalysis: RBC casts, mild proteinuria
urea and creatinine: creatinine >2.0, urea >20
24-hour urine collection for protein : >1 gram/24 hours
renal bx: adanya IgA pada mesangium, proliferative crescents pada kasus berat
Cytotoxic medications
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan lainnya
hx dari penggunaan hypotension, urinalysis: dismorfik merah
sel, gips sel merah, cystoscopy: amyloid
analgesik atau penyalahgunaan, aminoglikosida, cyclophosphamide, cyclosporine, penisilin, sulfonamid, non-steroid anti-inflamasi, hematuria berulang, nyeri pinggang, disuria
oedema, suprapubic pain
proteinuria, mikroalbuminuria
FBC: peripheral blood eosinophilia
serum creatinine: elevated
deposits, haemorrhagic inflammation
Coagulopathy
Anamnesis Pemeriksaan
fisik Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lainnya
mudah memar, kecenderungan untuk berdarah, epistaksis berulang, riwayat keluarga dengan kanker dari diastesis perdarahan, hx sirosis
ecchymoses, perdarahan memanjang
PT, PTT, INR: Normal atau ↑
FBC: thrombocytopenia
LFTs: hypoalbuminaemia
von Willebrand factor antigen (whole blood): reduced in von Willebrand's disease
ristocetin cofactor activity (whole blood): reduced in von Willebrand's disease
factor VIII, IX activity (whole blood): reduced in haemophilia, VIII reduced in von Willebrand's disease
PENATALAKSANAAN
Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan retensi urine, coba
dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika
tindakan ini tidak berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan darah
transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan. Jika terjadi eksanguinasi yang
menyebabkan anemia, harus dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi infeksi
harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010) . Setelah hematuria dapat ditanggulangi,
tindakan selanjutnya adalah mencari penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer
penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo BB. Dasar – dasar urologi. 3rd ed. Malang : Sagung Seto ; 2011. P 27-8.
2. Hematuria (blood in urine). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (NIDDK). 2012 March ( cited 2012 April 16 ). Available from :
http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/urologic-disease/
hematuria-blood-in-the-urine/Pages/facts.aspx
3. Gulati S. Hematuria. Medscape. In : Langman CB. Cited 2015 June 23. Available
from : http://emedicine.medscape.com/article/981898-overview
4. Jong W. Buku ajar ilmu bedah. 3rd ed. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ;
2010. P 852.
top related