guber.nur rta€j
Post on 01-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
GUBER.NUR RTA€J
PERATURAN GUBERNUR RIAUNOMOR TAHUN 2O2O
TENTANGTATA CARA PENETAPAN HARGA PEMBELIAN
TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUNDI PROVINSI RIAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang: a.
Mengingat:
2.
1.
b.
c.
d.
GUBERNUR RIAU,
bahwa dalam rangka memberikan perlindungan kepadapekebun mitra dalam memperoleh harga yang wajar dariTandan Buall Segar kelapa sawit serta menghindariadanya persaingan tidak sehat diantara pabrik kelapasawit;
bahwa untuk melaksanakan Peraturan MenteriPertanian Nomor 01/PERMENTAN/KB .l2O I I l2OI8tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian TandanBuah Segar Kelapa Sawit Produksi Pekebun memberikankewenangan kepada Gubernur untuk menetapkan hargapembelian tandan buah segar kelapa sawit;
bahwa Peraturan Gubernur Riau Nomor 43 Tahun 2OI4tentang Pelaksanaan Penetapan Harga PembelianTandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit ProduksiPekebun di Provinsi Riau tidak lagi sesuai denganperkembangan yang ada;
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimanadimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlumenetapkan Peraturan Gubernur tentang Tata CaraPenetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar KelapaSawit Produksi Pekebun di Provinsi Riau.
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentangPenetapan Undang-Undang Darurat Republik IndonesiaNomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi danRiau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957Nomor 75) sebagai Undang-undang (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 1958 Nomor ll2, TarnbahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor l6a6l;
3.
4.
Undang-undang Nomor 12 Tahun I9g2 tentang SistemBudidaya Tanaman (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan LembaranNegara Repubiik Indonesia Nomor 3+75);
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2OI3 tentangPerlindungan dan Pemberdayaan Petani (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomorsa33);
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2OI4 tentangPemerintah Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2OI4 Nomor 244, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5537) sebagaimanatelah diubah beberapa kali, terkahir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan KeduaAtas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2OI4 tentangPemerintah Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2075 Nomor 58, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5679);
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2OI4 tentangPerkebunan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5613);
7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor0 1 / PERMENTAN/ KB .72O / I / 20 18 tentang pedomanPenetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar KelapaSawit Produksi Pekebun (Berita Negara RepublikIndonesia Tahun 2OI8 Nomor 85);
8. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 6 Tahun 2OI8tentang Penyelen ggaraan Perkebunan (Lemb aran DaerahProvinsi Riau Tahun 2018 Nomor 6);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATACARA PENETAPANHARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWITPRODUKSI PEKEBUN DI PROVINSI RIAU.
5.
6.
Menetapkan
BAB IKETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Riau.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Riau.
3. Gubernur adalah Gubernur Riau.
4. KabupatenlKotaadalah KabupatenlKota se-Provinsi Riau.
5. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota se-Provinsi Riau.
3
6. Dinas adalah. Dinas yang menyelenggarakan urusan pemerintahanbidang perkebunan di provinsi rtiurr.""7 ' Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Provinsi yang menyelenggarakanurusan pemerintahan bidang perkebunan.8' Dinas Kabupatenf Kota adalah Dinas yang menyelenggarakan urusanpemerintahan bidang perkebunan di kabupat en I Ko{a.9. Pekebun adalah orang perseorangan warga Negara Indonesia yangmelakukan usaha perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skalatertentu.
10. Pekebun swadaya adalah pekebun yangusaha perkebunan secara mandiri.
memulai dan membangun sendiri
11' Pekebun mitra adalah pekebun yang telah bergabung dalam kelembagaanpekebun dan_ telah menj alin hubungan kerj a-sama/"kemitraan dalam halpengolahan TBS roduksi mitra plasma dan mitraswadaya dengan nan secara permanen minimal 10
f-1e-3fi1? tahun. oteh Kepala Oinas sesuai denganKewenangannya.
12' Kelembagaan pekebun adalah lembaga yang ditumbuh kembangkan daridan oleh pekebun untuk memperkrr.i al.t memperjuangkan kefentinganpekebun dan diketahui oreh Dinas sesuai dengan t.*.nirgannya.
13' Perusahaan perkebunan adalah badan usaha yang berbadan hukum,didirikan menurut hukum Indonesia dan Ueiteauaukan di wilayahIndonesia, YdnS mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu
74. Perusahaan perkebunan mitramelaksanakan kemitraan usahadan/atau pemasaran Tandan Bpekebun berdasarkan perjanjian k
15' Pabrik Kelapa Sawit yang selanjutnya disingkat pKS adalah usahaindustri yang mengolah rBS kelapa sawit irenjadi cpo, pK, sertamenghasilkan produk sampingan yang salah satunya berupa cangkang.
16. Kemitraan usaha perkebunan selanjutnya disebut kerja sama kemitraanadalah kerjasama yang saling menguntungkan, saling menghargai, salingbertanggung jawab, serta saling memperkuat dan
""Iing ketergintpg.r,
antara Perusahaan Perkebunan dengan pekebun.17. Tandan Buah Segar kelapa sawit yang selanjutnya disingkat TBS adalah
tandan buah segar kelapa sawit yang dihasilkan oleh pekebun mitrayang diterima Pabrik Kelapa Sawit.
18. Minyak sawit kasar (Crude Palm Oil) yang selanjutnya disingkat CpOadalah minyak daging buah yang dihasilkan oleh pKS.
79. Inti sawit (Palm Kernel) yang selanjutnya disingkat PK adalah inti bijisawit yang dihasilkan oleh pKS.
20. Rendemen CPO adalah berat CPO yang dihasilkan PKS, dibagi denganberat TBS yang diolah dan dikalikan dengan IOOo/o (seratus persJn).
2I. Rendemen PK adalah berat PK yang dihasilkan PKS, dibagi dengan beratTBS yang diolah dan dikalikan dengan roooh (seratus persen).
4
22' Cangkang dari inti sawit adalah hasil pengolahan biji kelapa sawit.Cangkang adalah produk sampingan yang dimanfaatkan sebagai bahanbakar boiler.
23' Sisa cangkang adalah canqkang yang tidak digunakan sebagai bahanbakar boiler dan memiliki nilai.;uaf .
24' Indeks "K" a!117h indeks proporsi yang dinyatakan dalam persentase (%)yang menunjukkan bagian yang diterima oleh rekebun.25' Tim Penetapan Harga Pembelian TBS di Provinsi Riau yang selanjutnya
disebut Tim Penetapan Harga Pembelian TBS adalah tim yang ditetapkanoleh Gubernur untuk menetapkan harga pembelian TBS dl provinsi Riau.
26' Asosiasi pekebun kelapa sawit adalah lembaga yang mewakili pekebun.27 ' Asosiasi petani kelapa sawit yang berbadan hukum di Indonesiaselanjutnya disebut APKASINDO merupakan perpanjangan tanganpekebun secara professional untuk menjembatani hal--haiyang berkaitan
dengan usaha tani pekebun dengar, p.-Lrintah.28' Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat selanjutnya disebut
ASPEKPIR merupak n perp-anJqngan tangan pekebun kelapa sawit polaPIR untuk menjembatani hal-hal yang -berkaitan dengan usaha tanipekebun dengan pemerintah.
29, Asosiasi pengusaha kelapa sawit adalah lembaga yang mewakiliperusahaan perkebunan.
30. Gabungan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia yangselanjutnya disebut GAPKI adalah lembaga yang mewakili p"ry".ir."iperkebunan.
31. Izin usaha perkebunan untuk budidaya yang selanjutnya disebut IUp-Badalah izin tertulis dari pejabat yang berwenlng dan wajib dimiliki olehperusahaan perkebunan yang melakukan usaha Ludidaya perkebunan
32. Izin usaha perkebunan untuk pengolahan selanjutnya disebut IUp-padalah izin tertulis dari pejabat yang berwenang 4an wajib dimiliki olehperusahaan perkebunan yang melakukan industri pengolahan hasilperkebunan
33. Izin perusahaan perkebunan selanjutnya disebut IUP adalah izin tertulisdari pejabat yang berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaanperkebunan yang melakukan usaha industri pengolahan hasilperkebunan
3+. PT' Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.KPBN) adalah anakperusahaan dari holding perkebunan PTPN III (Persero) berkedudukan diJakarta yang melakukan penjualan dan pemasaran komoditasperkebunan kelapa sawit, karet dan komoditas perkebunan lainnyamelalui proses lelang terbuka.
BAB IIPENETAPAN HARGA PEMBELIAN TBS
Bagian KesatuTim Penetapan Harga Pembelian TBS
Pasal 2
(1) Harga pembelian TBS ditetapkan oleh Gubernur melalui Kepala Dinas.
5
(2) Gubernur melalui Kepala Dinas dalam menetapkan harga pembelian TBSsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh Tim Penetapan HargaPembelian TBS.
(3) Tim Penetapan Harga Pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dengan keanggotaan berasal dari unsur :
a. Pemerintah Daerah dan pemerintah KabupatenlKota;b. Perwakilan perusahaan perkebunan dan/atau asosiasi pengusaha
kelapa sawit yang melakukan kemitraar dengan petceuuri yangmerupakan representasi dengan memperti-uangkan ""p"fkewilayahan dan aspek skala usaha perusahaan perkedrn"n dengan
menunjuk pejabat/pegawai yang mempunyai kewenangan aras namaperusahaan perkebunan yang bersangkutan.
c. Perwakilan pekebun meliputi kelembagaan pekebun dan/atau asosiasipekebun kelapa sawit.
(4) Tim Penetapan Harga Pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat(3) mempunyai tugas :
a. merumuskan dan mengusulkan besarnya indeks "K" kepada Gubernur;b. memastikan perhitungan besarnya indeks "K" serta komponen lainnya
yang terkait dalam rumus harga pembelian TBS;
c. memantau pelaksanaan ketentuan dan penetapan harga pembelianTBS;
d- melakukan mediasi penyelesaian permasalahan harga TBS antaraperusahaan perkebunan dan pekebun/kelembagaan pekebun; dan
e. menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Tim Penetapan HargaPembelian TBS kepada Gubernur paling kurang 1 (satu) bulan sekali.
(5) Susunan keanggotaan Tim Penetapan Harga Pembelian TBS sebagaimanadimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Gubernur.
Pasal 3
(1) untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, Tim penetapan HargaPembelian TBS dialokasikan biaya operasional untuk kegiatan penetapanharga pembelian TBS yang berasal dari Anggaran Pendapatan d.tBelanja Daerah Provinsi Riau dan/atau Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.
(2) Susunan keanggotaan dan biaya operasional tim penetapan hargapembelian TBS ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan usulan oleh Dinas.
Bagian KeduaPenetapan Harga Pembelian TBS
Pasal 4
(1) Data yang diperlukan sebagai dasar untuk penetapan harga pembelianTBS dan Invoice adalah harga dan volume penjualan CPO dan PK periodeminggu sebelumnya, serta Indeks "K" yang meliputi komponen:
a. biaya pemasaran;
b. biaya pengangkutan;
c. biaya pengolahan;
o
d. biaya penyusutan;
e. Biaya Opersasional Tidak Langsung, danf. Jumlah TBS yang diolah pada periode bulan sebelumnya.
(2) Pada PKS yang menjual cangkang mencantumkan harga dan volumepenjualan cangkang serta jumrah rBS sumber cangkang.
(3) Data bersumber dari perwakilan perusahaan perkebunan yangmelakukan pembelian TBS di Daerah yang bersifat terUut a dan tidak adaunsur yang bersifat rahasia.(41 Data harga cPo dan PK yang disampaikan perwakilan perusahaan
perkebunan merupakan harga FOB /Freb on Board) atau franco on miIICPo dan PK dari penjualan lokal dan ekspor pada p"iiod" ..b"lr*rry..
(5) Dalam hal tidak ada penjualan cPo dan/atau pK suatu perusahaanperkebunan periode seberumnya, data harga cpo dan/atau pKmenggunakan rata-rata penjualan CPO dan lat-au PK pada perusahaanperkebunan anggota Tim penetapan Harga pembelian TBS.
(6) Perwakilan perusahaan perkebunan yang tidak melakukan kontrakpenjualan cPo_, PK danlatau cangkang, *.!U melaporkan secara tertulisyang menyatakan bahwa perusahaannya tidak melakukan penjualanCPO, PK danlatau cangkang.
(7) Laporan secara tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6) disampaikankepada Tim Penetapan Harga Pembelian TBS dan perwakiian perusahaanperkebunan dan tetap wajib menghadiri rapat Tim Penetapan HargaPembelian TBS.
(8) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan kepada TimPenetapan Harga Pembelian TBS paling lambat 1 (satu) hari sebelumrapat penetapan harga pembelian TBS.
(9) Komponen biayalharga yang terdapat pada data yang disajikan, dapatdilakukan verifikasi oleh Tim Penetapan Harga pemuErun tes t<epaaapihak terkait dengan meminta data/bukti pendtkungnya.
(10) Perwakilan .perusahaan perkebunan yang tidak menyampaikan datadanf atau tidak menghadiri rapat tanpa pemberitahuan -3
(tiga) kaliberturut-turut, maka Tim penetapan Harga pembelian TBS dapatmelakukan peninjauan langsung ke perusahaan guna melakukanklarifikasi data.
Mekanism" p"r,B.A?il fr;lg; pemberian rBS
Pasal 5
Harga pembelian TBS ditetapkan pada rapat penetapan harga pembelianTBS yang dilaksanakan setiap minggu pada hari Selasa -d"n berlakuuntuk satu minggu kedepan.
Dalam keadaan yang membuat rapat penetapan harga pembelian TBStidak dapat dilaksanakan pada hari Sela.., rnu,k" rapat penetapan hargapembelian TBS dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan tim ienetapanHarga Pembelian TBS.
Harga pembelian TBS yang ditetapkan pada rapat penetapan hargapembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri d.arikomponen harga TBS dan komponen harga cangkang.
(1)
(2)
(3)
7
(4) Jika terjadi penjualan cangkang, maka nilai cangkang ditambahkan padaharga TBS pekebun.
(5) Komponen harga TBS didasarkan pada rumus :
HrBS(P) = K(P-1) {(HCPO(P) x RCPo(rab)) + (HPK(P) x RPK(rab))}
dengan penjelasan :
HrBS(P)
K(P- 1)
RCPo(Tab)
RPK(Tab)
(6) Komponen
HCPO(P)
HPK(P)
harga cangkang dihitung dengan rumus :
(af x (nlNC=
cdengan penjelasan :
NC : nilai cangkang (Rp./Kg TBS)A : jumlah sisa cangkang bulan sebelumnya (ton)B = harga cangkang bulan sebelumnya (Rp./Kg)C : jumlah TBS yang diolah dalam bulan sebelumnya (Kg)
Harga TBS Mitra = HTBS (timf + NC
(7) Harga pembelian TBS dihitung dari harga rata-rata tertimbang hargaCPO, PK, komponen biaya, dan indeks "K" perusahaan, dengan variasiharga mulai dari produksi TBS pada umur tanaman 3 (tiga) tahun sampaidengan 25 (dua puluh lima) tahun, dan umur tanaman 26-30 tahundisesuaikan dengan rendemen hasil uji khusus.
(8) Harga pembelian TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakanharga ditingkat PKS.
(9) Harga CPO dan latau PK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5),jika terjadi deviasi harga lebih dari 2,5o/o (dua koma lima persen) antarasesama anggota Tim Penetapan Harga Pembelian TBS, maka harga CPOdan/atau PK menggunakan data realisasi penjualan PT.KPBN padaperiode tersebut.
(10) Sisa cangkang diperhitungkan sebagai pertambahan nilai TBS.
(11) Nilai penjualan cangkang diperhitungkan sebagai tambahan pada hargaTBS.
Harga TBS yang diterima oleh pekebun di tingkat pabrik,dinyatakan dalam Rp/Kg, pada periode berjalan (P).
Indeks proporsi yang menunjukkan bagian yang diterimaoleh pekebun, dinyatakan dalam persentase f ) padaperiode bulan sebelumnya.
Harga rata-rata CPO tertimbang realisasi penjualanekspor (FOB) dan lokal masing-masing perusahaanperkebunan pada periode berjalan, dinyatakan dalamrupiah per kilogram (Rp/Kg).
Harga rata-rata PK tertimbang realisasi penjualan ekspor(FOB) dan lokal masing-masing perusahaan pada periodeberjalan, dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Rendemen CPO tabel dinyatakan dalam persentase (%).
Rendemen PK tabel dinyatakan dalam persentase (%).
Pasal 6
(1) Rendemen CPO dan PK yang ditetapkan berasal dari jenis Tenera sampaidengan umur 25 (dua puluh lima) tahun.
(2) Tanaman umur 26 (dua puluh enam) tahun keatas ditetapkan olehGubernur melalui Kepala Dinas, sesuai dengan hasil uji rendemen olehinstitusi independen yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi yangditunjuk oleh Gubernur.
(3) Rendemen CPO dan PK dari TBS pekebun mitra swadaya diterbitkan olehDinas yang merupakan hasil pengujian rendemen CPO dan PK pekebunmitra swadaya, yang dilakukan oleh institusi independen yangmempunyai kualifikasi dan sertifikasi yang ditunjuk oleh Gubernur.
(4) Untuk penyesuaian dengan pertambahan umur tanaman, penetapanrendemen dilakukan setiap tahun.
(5) Rendemen CPO dan PK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tercantumdalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Gubernur ini.
Pasal 7
(1) Rendemen CPO dan PK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3),dievaluasi secara periodik paling kurang 1 (satu) kali dalam S llima)tahun.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh institusiindependen yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi yang ditunjukoleh Gubernur.
(3) Hasil evaluasi rendemen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkanoleh Gubernur.
(4) Biaya pengujian rendemen sebagaimana dimaksud. pada ayat (1),dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)Provinsi Riau, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), BadanPengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), danlatau sumberpendanaan lain yang sah.
Bagian KeempatPenetapan Indeks "K'
Pasal 8
Besaran indeks "K" ditetapkan paling kurang 1 (satu) kali setiap bulanoleh Gubernur.
Komponen dan cara perhitungan indeks "K" sebagaimana dimaksud padaayat (1) berdasarkan pada data aktual.Penetapan indeks uKu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas,menggunakan rumus sebagai berikut :
HTBS (P- 1)
K(P- 1)=
(1)
(2)
(3)
(HCPO(P-1) x RCPo (Akt PKS))+ (HPK(P-1) x RPK (Akt PKS))xTOO%o
dengan penjelasan
HrBS(P- 1)
HCPO(P- 1)
HPK(P- 1)
RCPO(Akt PKS)
RPK(B- l)(Akt PKS)
Harga TBS di pabrik periode sebelumnya.
Nilai realisasi rata-rata tertimbang penjualanekspor dan lokal CPO (harga FOB bersih) padaperiode sebelumnya.
Nilai realisasi r ata-r ata tertimbang.
Rendemen CPO aktual di pabrik selama dalamperiode sebelumnya.
Rendemen PK aktual di PKS selama dalamperiode sebelumnya.
(41 Tata cara perhitungan Indeks "K' sebagaimana dimaksud pada ayat (1),tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Gubernur ini.
BAB IIIKEMITRAAN
Bagian KesatuKemitraan Plasma
Pasal 9
(1) Perusahaan perkebunan melakukan kemitraan plasma dengankelembagaan pekebun seperti kelompok tani, gabungan kelompok tani,atau koperasi, melalui perjanjian kerjasama mitra plasma secara tertulisyang diketahui Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(2) Perjanjian kerjasama mitra plasma sebagaimana dimaksud pada ayat(1),dilaksanakan paling singkat 1 (satu) siklus tanaman.
(3) Perjanjian kerjasama mitra plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (2),paling sedikit memuat :
a. Identitas para pihak
b. Hak dan kewajiban
c. Kondisi kebun, meliputi :
1) Tingkat pemeliharaan
2) Persentase Tenera
3) Persentase Dura; dan
4) Rendemen CPO dan PK (menggunakan rendemen Tabel)
d. Jangka waktu kerja sama; dan
e. Sanksi
(4) Perusahaan perkebunan mitra wajib membeli TBS produksi pekebunmitra plasma melalui kelembagaan pekebun, untuk diolah dandipasarkan sesuai dengan perjanjian kerjasama mitra plasma secaratertulis yang diketahui Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
10
Bagian KeduaKemitraan Swadava
Pasal 10
(1) Perusahaan perkebunan melakukan kemitraan swadaya dengankelembagaan pekebun seperti kelompok tani, gabungan kelompok tani,atau koperasi, melalui perjanjian kerjasama mitra swadaya secara tertulisyang diketahui Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
(2) Perjanjian kerjasama mitra swadaya sebagaimana dimaksud pada ayat(1), dilaksanakan paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
(3) fgrjanjian ebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan manfaat yang saling menguntungkan,saling me gungjawab, saling - memperkuai danberkelanjutan.
(4) Luas lahan hamparan kelompok pekebun kelapa sawit swadaya berkisar30- 100 Ha dan terdapat dalam satu wilayah kecamatan.
(5) Perjanjian kerjasama mitra swadaya sebagaimana dimaksud pada ayat(2), paling sedikit memuat :
a. Jenis dan umur tanaman pada setiap hamparan (perbandingan Teneradan Dura).
b. Rendemen CPO dan PK untuk setiap hamparan sebagaimana dimaksudpada huruf (a), berdasarkan hasil survei perusahaan perkebunanpemilik PKS dengan Dinas sesuai dengan kewenangannya, dan/atauinstitusi independen yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi yangditunjuk oleh Gubernur.
c. Sistem penetapan rendemen berdasarkan umur tanaman pada arealdengan tahun tanam yang sama atau menggunakan berat tandan padaareal dengan tahun tanam berbeda.
d. Persyaratan mutu TBS seperti buah mentah, persentase brondolan,gagang panjang, buah busuk, buah kotor dan sebagainya, yang harusdipenuhi oleh mitra swadaya
e. Mutu TBS yang tidak memenuhi syarat bahan baku pabriksebagaimana dimaksud pada huruf d, dikenakan penalti dan TBS yangmemenuhi seluruh persyaratan akan diberi insentif 4o/o (empat persen).
(6) Gubernur dalam melaksanakan perjanjian kerjasama sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mendelegasikan kewenangannya kepada KepalaDinas sesuai dengan kewenangannya.
(71 Kelembagaan pekebun mitra swadaya mempunyai kewajiban :
a. Mengajukan permohonan kemitraan pengolahan dan pemasaran TBSkepada perusahaan perkebunan calon mitra yang memiliki PKS, dantembusan permohonan disampaikan kepada Dinas sesuai dengankewenangannya.
b. Membina anggota kelompok untuk menghasilkan TBS yang memenuhipersyaratan yang diterima PKS.
c. Melaporkan setiap perubahan luas kebun kelembagaan pekebun danjumlah anggota kepada perusahaan perkebunan mitra untuk mendapatpersetujuan.
1.I
(8) Setiap kemitraan yang terbentuk antara perusahaan perkebunan mitradan pekebun mitra swadaya harus diketahui oleh Dinas sesuai dengankewenangannya dan menyampaikan kepada Tim penetapan HargaPembelian TBS.
(9) Kemitraan harus didasarkan pada keseimbangan produksi TBS dankapasitas PKS, sehingga tidak tedadi kelebihan kapasitas TBS.
(10) Kelompok tani, gabungan kelompok tani, atau koperasi yang melakukantindakan sebagai pedagang pengumpul rBS hasil pekebun lain yangbukan anggota kelompoknya, baik yang sudah bermilra maupun Uetumbermitra, dikenakan sanksi administratif.
(11) Pekebun mitra swadaya wajib menjual seluruh TBS kepad.a perusahaanmelalui kelembagaan pekebun untuk diolah dan dipasarkan sesuaidengan perjanjian kerjasama.
(12) Pekebun mitra swadaya dilarang menjual TBS miliknya kepada pedagangpengumpul atau PKS lain, PKS yang menerima TBS d.ari mitr-
"*"d"y"lain akan
(13) Perusahaan perkebunan yang meiakukan kemitraan melalui perjanjiankerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam p.-.rrnhrobahan baku dilarang mengakibatkan terganggunya kemitraanperusahaan perkebunan yang telah ada.
(14) Bentuk naskah perjanjian kerja sama kemitraan sebagaimana dimaksudpada ayat (3), tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagiantidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.
BAB IVPEMBELIAN DAN PEMBAYARAN TBS
Pasal 1 1
Semua PKS yang bermitra di Daerah wajib membeli TBS pekebun mitraplasma dan/atau mitra swadaya melalui kelembagaan pekebun kelapasawit sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh Gubernur.
Pembelian TBS mitra plasma danf atau mitra swadaya sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan secara langsung oleh perusahaanperkebunan mitra dan tidak boleh melalui pedagang perantara.
Setiap PKS yang sudah mencapai kapasitas maksimum yang berasa-l darikebun kelapa sawit perusahaan sendiri dan TBS pekebun kelapa sawitmitra, dilaporkan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas.
Perusahaan perkebunan mitra dilarang membeli TBS mitra plasmadan/atau mitra swadaya yang telah terikat kemitraan dengan perusahaanperkebunan lain, baik secara langsung maupun melalui perantarapedagang pengumpul.
Perusahaan perkebunan mitra sebagaimana dimaksud pada ayat (1),melakukan penetapan berat TBS di PKS disaksikan oleh petugas yangmewakili kelembagaan pekebun.
(1)
(2)
(s)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
T2
Petugas sebagaimana dimaksud pagr ayat (5), mencatat besarnyapenyetoran hasil TBS masing-m-asing Lnggota dan tembusannyadisampaikan kepada perusahaan perkebunan mitra.Dalam keadaan yang memaksa pKS mitra tidak dapat beroperasi, makaTBS dapat dialihkan ke PKS iain setelah berkoorr inasi dan diketahui olehKepala Dinas.
Perhitungan pembayaran TBS sebagaimana dimaksud pada ayat (2),tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagia" tialr. t.rpisahkandari Peraturan Gubernur ini.
Pasal 12
Hasil perhitungan pemberian TBS dibayarkan oleh perusahaanperkebunan mitra kepada pekebun melalui keiembagaan pekebun.Pembayaran sebagaimana dimaksud- pada ayat (1), dilakukan palingsedikit 1 (satu) kati sebulan atau berdasartan perjanjian kerjasamakemitraan antara kerembagaan pekeuun aeng"r, p.r,r"ahaan perkebunanmitra.
syARAr r"*"Rir",JN rBS Dr pKS
Bagian KesatuMitra Plasma
Pasal 13
(1) TBS yang diterima di PKS digrading/sortasi dan harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :
a' jumlah brondolan yang dikirim ke PKS paling sedikit r2,svo (dua belaskoma lima persen);
b' tandan terdiri atas buah mentah yaitu o%o (nol persen), buah matangpaling sedikit -gs% (sembilan puluh lima persen), dan buah lewatmatang paling banyak 5% (lima persen);
c. tandan tidak bergagang lebih dari 2,5 cm (duad. tandan danf atau brondolan segar dalam satu
sampah, tanah, pasir atau benda lainnya;e. berat TBS lebih dari S kg (tiga kilogram) perf. tidak terdapat tandan yang kosong.
IPS I?"g tidak memenuhi persyat*el sebagaimana dimaksud pada ayat(1), dikenakan pem-otongan beiat TBS ."rr".i dengan hasii-p"irtit,r.,g.r,fil? ayat (1), dan dituliJkan dalam Surat Penganta-r Barang f'Spet secararlncl.
TPs y-"trg tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),dikembalikan kepada pekebun mitra pla"sma dan tidak boleh dilakukan 2(dua) kali pemotongan.
TBS yang mememhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),diberikan insentif sebesar 4 o/o (ernpai persen) dari TBS y"ng diterimaPKS.
(1)
(2)
koma lima sentimeter);
karung harus bebas dari
tandan; dan
(2)
(3)
(4)
13
Bagian KeduaMitra Swadaya
Pasal 14
(1) TBS yang diterima di PKS digrading/sortasi dan harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :
a. TBS yang dipanen tidak melebihi dari 24 jam;
b. brondolan yang dikirim bersama-sama TBS minimal atau sekurang-kurangnya lOo/o (sepuluh persen);
c. memenuhi kriteria kematangan panen antara lain :
1. buah mentah maksimal3o/o (tiga persen).
2. buah busuk O% (nol) persen.3. buah matang 85% (delapan puluh lima persen).
4. buah lewat matang kurang dari t2o/o (dua belas persen).
d. brondolan bersih dari sampah dan brondolan kering;
e. tidak terdapat gagang panjang;
f. bebas tandan kosong.
(2) Kriteria atau persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam perjanjian kemitraan sesuai dengan kesepakatanantara perusahaan pemilik PKS dengan mitra swadaya'
(3) TBS yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatas, diberikan insentif sebesar 4 % (empat persen) dari TBS yangditerima PKS.
BAB VIKEWAJIBAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN
Pasal 15
(1) Perusahaan perkebunan yang bermitra, wajib menyampaikan laporanpertanggungj awaban Biaya Operasional Tidak Langsung.
(2) Laporan penerimaan dan pemanfaatan Biaya Operasional Tidak Langsungdisampaikan kepada Gubernur dan Tim Penetapan Harga Pembelian TBSmelalui Dinas paling singkat 1 (satu) bulan sekali.
(3) Tata cara dan ketentuan penyampaian laporan sebagaimana dimaksudpada ayat (2), diatur dalam Standar Operasional Prosedur yangditetapkan oleh Gubernur.
BAB VIIPEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian KesatuPembinaan dan Pengawasan terhadap Proses
Penetapan Harga Pembelian TBS
Pasal 16
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap proses penetapan harga pembelianTBS dilakukan oleh Gubernur melalui Dinas.
T4
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan secara berkala paling singkat 1 (satu) bulan sekali.
Bagian KeduaPembinaan dan Pengawasan terhadap Penerapan
Harga Pembelian TBS
Pasal 17
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan harga pembelian TBSdilakukan oleh Gubernur melalui Dinas.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan secara berkala paling singkat 1 (satu) bulan sekali.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilakukan kepada perusahaan perkebunan dalam hal ketaatan terhadappenerapan harga pembelian TBS yang telah ditetapkan.
(4) Hasil pembinaan dan pengawasan oleh Gubernur dilaporkan kepadaMenteri Pertanian Repubiik Indonesia melalui Direktur JenderalPerkebunan.
BAB VIIISANKSI
Pasal 18
(1) Perusahaan perkebunan yang tidak melaksanakan ketentuansebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (6), Pasal 4 ayat (7), Pasal 4ayat (8), Pasal 9 ayat (4), Pasal 10 ayat (10), Pasal 10 ayat (11) Pasal 10
ayat (12), Pasal 10 ayat (13), Pasal 11 ayat (1), Pasal 11 ayat (2), Pasal 11
ayat (4), dan Pasal 15 ayat (1), dikenakan sanksi administratif berupaperingatan tertulis.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan 2 (dua)
kali dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan.
(3) Apabila perusahaan perkebunan tidak melaksanakan peringatan tertulissebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Dinas mengusulkan kepadaGubernur untuk dilakukan pencabutan izin usaha.
BAB IXKETENTUAN PERALIHAN
Pasal 19
perjanjian kemitraan swadaya yang sudah dilaksanakan sebelum
diundangkannya Peraturan Gubernur ini, akan direview dan diperbaharuipedanjian kemitraannya oleh Dinas sesuai dengan kewenangan.
15
BAB XPENUTUP
Pasal 20
Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan Gubernur RiauNomor 43 Tahun 2OI4 tentang Pelaksanaan Penetapan Harga pembelianTandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Produksi Pekebun di Provinsi Riau(Berita Daerah Provinsi Riau Tahun 2OI4 Nomor 43), dicabut dan dinyatakantidak berlaku.
Pasal 21
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturanGubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Riau.
Ditetapkan di Pekanbarut3d. tanggal
eeRNUR RTA
Diundangkan diPada tanggal
Plh. SEKRET
BERITA DAERAH
Pekanbaru
PROVINSI RIAU.
MAS L KASMY
PROVINSI RIAU TAHUN 2020 NoMoR
1,6
LAMPIRAN I : PERATURAN GUBERNUR RIAUNOM.R :TANGGAL :
BESARAN RENDEMEN CPO DAN PK TBS PRODUKSI PEKEBUN MITRAPROVINSI RIAU
I 15,70 4,63 3
2 17,22 4,65 4
3 19,05 4,69 5
4 19,54 4,75 6
5 20,3r 4,93 7
6 20,9O 5,O2 8
7 2r,46 5,O2 9
8 22,O2 5,04 to-20
9 20,96 5,O4 27
10 20,84 5,04 22
11 20,74 5,04 23
t2 19,74 5,O4 24
13 19,I9 5,04 25
t7
1.
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR RIAUNoMoR :TANGGAL :
TATA CARA PERHITUNGAN INDEKS "K''
Penetapan indeks "K"Penetapan indeks "K' dilakukan berdasarkan perhitungan biayapengolahan dan biaya pemasaran minyak sawit kasar (cpo) dan intisawit (PK),biaya pengangkutan, biaya penyusutan, dan Biaya operasionalTidak Langsung (BOTL).
Komponen biaya pengolahan dan biaya pemasaran minyak sawit kasar(cPo) dan inti sawit (PK),biaya pengangkutan, biaya penSrusutan danBiaya operasional Tidak Langsung (BorL), adalah sebagai berikut :
I PENGOLAHAN Jumlah seluruhbiaya pengolahan(A+B+C+D+E) yangdikeluarkanperusahaanperkebunan.
A Biaya Umum danLingkungan
1. Umum pabrik2. Pengolahan limbah
B Gaji dan T\rnjangan1. Gaji dan tunjangan
pegawai staf di pabrik2. Gaji dan upah pegawai
non staf di pabrikC Biaya Langsung
1. Alat-alat dan perkakas
kecil2. Bahan kimia dan
perlengkapan untukpengolahan
3. Bahan dan alat analisa4. Bahan bakar dan
minyak pelumas5. Penerangan dan air6. Pengangkutan dalam
pabrik (forklift)D Pemeliharaan
1. Pemeliharaanbangunan pabrik
2. Pemeliharaan mesin,instalasi, danperlengkapan lainnya
E Biaya Pengepakan /Kemasan
2.
18
II PEMASARAN Jumlahpengeluaranseluruh biayapemasaran sesuaidenganpengeluaran rillmasing-masingperusahaanperkebunan
A Sewa tangki timbunB Instalasi / pemompaan
minyak sawit kasarC Asuransi barang I produksiD Ongkos pemuatan pelabuhanE Provisi bankF Anaiisa dan sertifikasi
III I PENGANGKUTAN
I ppLeeuHANKE
Pengiriman dari pabrik kepelabuhan
IV PENYUSUTAN PABRIK Dihitung menurutharga perolehanpabrik secaraproporsionaldikurangi nilai sisa,dibagi denganperkiraan jumlahproduksiberdasarkankapasitas pabrik
Penyusutan mesin, instalasi danbangunan pabrik
V BIAYA OPERASIONAL TIDAKLANGSUNG
Total nilai ke 3(tiga) komponenbiaya tidaklangsungmaksimum sebesar2,630/o.
A Cost of money (bunga danbiaya bank, asuransikeamanan pengiriman uang)
B Penyusutan timbanganCPO/PK dalam transportasi
C Overhead kebun plasma(kegiatan penetapan hargaTBS, pembinaan pekebundan kelembagaan pekebun)
catatan : Biaya pengangkutan TBS ke pabrik merupakan bebanpekebun, karena itu tidak dimasukkan kedalam perhitunganbiaya tersebut diatas.
3. Biaya Pen5rusutanBesarnya biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metodepenyusutan satuan hasil produksi (seruice output). Berdasarkan metodepenyusutan, besarnya biaya penJrusutan diperoleh dengan cara membagiharga perolehan (aktiva) pabrik secara proporsional (dari nilai investasi)dikurangi nilai sisa dengan perkiraan jumlah produksi selama umurekonomis.
Harga perolehan pabrik - Nilai sisaBiaya Penyusutan =
Perkiraan jumlah produksi
19
Dengan pengertian :
a' Harga perolehan pabrik dihitung berdasarkan seluruh biava1,J
pembangunan pabrik mulai dari harga beli mesin dan peralatan, biayapemasangan dan biaya uji coba serta biaya bangunan.
b. Nilai sisa dihitung berdasarkan harga pabrik setelah melewati umurekonomisnya dan besarnya sangat tergantung kepada kondisi masing-masing pabrik, tetapi nilai sisa ditetapkan 5o/o (lima persen) dari hargaperolehan pabrik.
c. Perkiraan jumlah produksi dihitung berdasarkan kapasitas pabrikselama umur ekonomis dimana untuk mesin dan peralatan sertabangunan, dihitung selama umur ekonomis sesuai dengan ketentuanyang berlaku.
d. Realisasi tambahan investasi baru dihitung dalam total biayapenSrusutan.
4. Perhitungan besarnya Indeks (.K,,
HTBS (B-1)K(B.U LOOo/o(HcPo(B-lfxRCPo(B-tXAkt pKs)l + (HpK(B-t) x RPK(B-U(Akt pKsll
HPK(B- 1)
RCPO(B-1)(Akt PKS)
RPK(B- 1)(Akt PKS)
periode sebelumnya.5. Cara perhitungan besarnya Indeks "K"
Harga TBS di PKS periode sebelumnya.Nilai realisasi rata-rata tertimbang penjualanekspor dan lokal CPO (harga FOB bersih) padaperiode sebelumnya.Nilai realisasi rata-rata tertimbang penjualanekspor dan loka-l PK pada periode sebelumnya.Rendemen CPO aktual di pKS selama dalamperiode sebelumnya.Rendemen PK aktual di PKS selama dalam
dengan penjelasan :
HrBS(B-1)HCPO(B- 1)
:i.ri;--!l
1. Harga CPO
dan PK(FoB)
X x x X Harga penjualanCPO dan PK padaperiode sebelumnya
2. Pajak danpungutanekspor
x x x x Seluruh pajakdan/atau pungutanyang dikenakansehubungan denganpelaksanaanpenjualan CPO danPK
3. Biayapemasaran
x x x x Sesuai denganpengeluaran riil
4. Harga CPO
dan PK
X x X X No. 1 dikurangi No.2
dan No.3
20
(FOB
bersih)
x Dihitung menurutpengeluaran riil
5. Pengangkutan kepelabuhan
x x x
6. Hargabersih CPOdan PK dipabrik
X x X X No.4 dikurangi No.5
Rendemen realisasisesuai umurtanaman sepertipada tabel besaranrendemen
7. Rendemen .% .% .%%
8. Harga TBS x x x x No.6 dikali No.79. Persentase
volumepenjualan
.% ,% . o/o
%Rata-ratapersentase volumepenjualan padaperiode sebelumnya
10. Harga TBSrata-rataeks pabrik
x Harga rata-rata TBStertimbang untukekspor dan lokal(penjualan adalahhasil perkalian No.8dikali No.9)
11. Biayapengolahan
x Jumlah seluruhbiaya pengolahanyang dikeluarkanpada periodesebelumnva.
t2. Penyusutan x Dihitung menurutharga perolehanpabrik secaraproporsionaldikurangi nilai sisadibagi denganperkiraan jumlahproduksiberdasarkankapasitas pabrik,umur ekonomispabrik selama 15
tahun.13. Nilai TBS di
timbanganpabrik
x No.10 dikurangiNo.1 1 dan No.12
14. BiayaOperasional
x Biaya terdiri daricost of moneA
2t
TidakLangsung(Borl)
(bunga dan biayabank, asuransikeamananpengiriman uang),Pen5rusutantimbangan CPO/PKdalam transportasi,dan ouerheadkebunplasmaNilai BiayaOperasional TidakLangsung sebesar2,63Vo dari No.13
15. Nilai TBS dipabrik
x No.13 dikurangiNo.14
Keterangan :
Indeks '(Kn -g x7)
Minyak sawit Inti sawit
15
IOOo/o
$ x7l
22
LAMPIRAN III : PERATURAN GUBERNUR RIAUNOMOR :TANGGAL :
PERJANJIAN KEMITRAANPENGOLAHAN DAN PEMBELIAN BERKELANJUTAN INDUSTRIPENGOLAHAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT
KELOMPOK PEKEBUN MITRA SWADAYADENGAN PABRIK KELAPA SAWIT
Pada hari ini . tanggal tahun ...... bertempat ditangan dibawah ini :kami yarrg bertanda
NamaJabatanAlamat :
Bertindak untuk dan atas nama PT.
..... yang selanjutnya disebut PIHAKKESATU.NamaJabatanAlamatBertindak untuk dan atas nama
/ kelompokdisebut PIHAK
(kelembagaan pekebuntanr I gabungan kelompok tani I koperasi) yang selanjutnyaKEDUA.
Bahwa kedua pihak sepakat untuk membuat Perjanjian Pengolahan dan
Pembelian Tandan Buah Segar (TBS) dengan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
HAK
PIHAK KESATU mempunyai hak :
a. Menolak bahan baku / TBS yang dikirimkan PIHAK KEDUA apabila
tidak sesuai dengan mutu yang telah disepakati, atau melakukanpenalti sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur pada Lampiran III
Peraturan Gubernur Riau Nomor .... Tahun ....
b. Mendapatkan mutu bahan baku / TBS sesuai dengan ketentuan yang
telah disepakati sebagaimana diatur pada pada Lampiran III Peraturan
Gubernur Riau Nomor .. . . Tahun ... .
PIHAK KEDUA mempunyai hak :
a. Menerima pembayaran dari PIHAK KESATU sesuai dengan harga,
volume, mutu, frekuensi dan waktu, sebagaimana yang telah disepakati
bersama.b. Mendapatkan bimbingan dari PIHAK KESATU tentang teknik budidaya,
teknik dan penetapan waktu pemanenan, pengenalan kualitas, dan
penanganan pasca panen'
(1)
(2)
(1)
23
Pasal 2KEWAJIBAN
PIHAK KESATU mempunyai kewajiban :
a. Menerima bahan baku TBS dari PIHAK KEDUA dengan volume, muru,frekuensi dan waktu, sebagaimana yang telah disepakati bersama.
b. Melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan harga,volume, mutu, frekuensi dan waktu, sebagaimana yang telah disepakatibersama.
c. Bersama-sama dengan Dinas sesuai dengan kewenangaranya,memberikan pembinaan teknis budidaya, teknis dan penetapan waktupemanenan, pengenalan kualitas, dan penanganan pasca panen.
PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban :
a. Memberikan bahan baku / TBS kepada PIHAK KESATU yang volume,mutu, frekuensi dan waktu, sesuai dengan kesepakatan berdasarkanketentuan sebagaimana diatur pada Lampiran III Peraturan GubernurRiau Nomor .... Tahun ......
b. Melakukan teknik budidaya yang sesuai dengan standar mutu teknissehingga memperoleh kualitas bahan baku yang baik.
c. Melakukan panen pada waktu yang tepat dan sesuai dengan teknikpemanenan yang benar.
Pasal 3SYARAT MUTU TBS
TBS yang diterima di pabrik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:a. Brondolan harus dikirim ke pabrik dan jumlah brondolan minimal I2,5Vo
(dua belas koma lima persen) dari berat TBS.Tandan terdiri dari bualt Oo/o (nol persen), buah matang minimal 95%(sembilan puluh lima persen) dan buah lewat matang maksimal 5o/o (limapersen).Tandan tidak boleh bergagang panjang.Tidak terdapat tandan yang kosong.Tandan maupun brondolan segar dimasukkan ke dalam karung, harusbebas dari sampah, tanah, pasir atau benda lainnya.Tidak terdapat TBS yang dikirim ke pabrik beratnya kurang dari 3 kg (tigakilogram) per tandan.
Pasal 4
RENDEMEN CPO dan PK
Rendemen CPO dan PK dari tanaman dengan umur beraneka ragammenggunakan berat rata-rata TBS yang dikonversi dengan umtlr tanamanseperti tabel di bawah ini (Tabel 1).
Tabel kesetaraan umur tanaman dengan berat tandan dan rendemen CPO
dan PK (sebelum ada ketetapan rendemen aktual hamparan kelembagaanpekebun) disajikan pada Tabel 1 berikut :
(21
b.
c.
d.
e.
f.
(1)
(2)
24
Tabel 1. Kesetaraan umur tanaman dengan berat tandan dan rendemenCPO dan PK.
r l:i ,'
'No*;r1CPO'l
''.'9/o ,'
:PKroh, '.,cP,,,*o;._
., ,'o6| 1;:::,,
I 3,0 s/d 4,9 17.50 3.67 15.66 4.03 32 5,0 s/d 5,9 19.O7 4.13 17.06 4.54 43 6,0 s/ d 7,4 19.93 4.70 17.83 5.r7 54 7,5 sld8,9 20.48 4.85 18.32 5.33 65 9,0 s/d 10,9 20.7 5 4.79 18.57 5.26 76 11,0 s/d 13,5 2r.22 5.02 18.99 5.52 87 13,6 s/d 15,3 98 >15,4 ro-209 2710 2211 2312 2413 25
(3) Penetapan rendemen pada ayat (2) hanya merupakan simulasi bagi mitraswadaya dalam penetapan harga pembelian TBS. Pelaksanaannya tetapmengacu pada hasil uji rendemen rata-rata CPO dan PK realisasi yangdimuat dalam perjanjian kemitraan.
Pasal 5PENALTI
(1) Sanksi diberlakukan bagi seluruh TBS yang diolah di pabrik denganketentuan sebagai berikut :
a. Buah Mentah/BM (gabungan fraksi O0 dengan fraksi 0) didendasebesar 50% x berat BM x berat TBS yang diterima, denganpengertian :
- Angka 5O%o : efisiensi yang dicapai pabrik bila mengolahbuah mentah- BM : persentase jumlah Buah Mentah
b. Buah Lewat Matang/BLM didenda sebesar 25o/o x (BLM-S%) x beratTBS yang diterima, dengan pengertian :
- Angka 25oh : banyaknya brondolan yang tidak terkutipkarena lewat matang- BLM : persentase jumlah Buah Lewat Matang- Angka 5o/o : batasan BLM yang diperbolehkan
c. Tandan Kosong/TK didenda sebesar IOOo/o x TK x berat TBS yangditerima, dengan pengertian :
- TK : persentase jumlah Tandan Kosongd. Buah Gagang PanjanglBcP didenda sebesar lo/o x BGP x berat TBS
yang diterima, dengan pengertian :
- Angka 7o/o : perkiraan berat gagarrg panjang dan berat TBS
(1)
25
- BGP : persentase jumlah tandan bergagang panjange' Brondolan yang diterima lebih kecil dari l2,5o/o didenda sebesar
3oo/o x (r2,5% - X) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian :
- Angka 3Oo/o : kadar minyak dan inti sawit dalam brondolan- X : persentase jumlah brondolan yang dikirim
f. Brondolan yang diterima harus bersih, jika diterima kotor didendasebesar 2 xberat kotor.
g. TBS yang dikirim ke pabrik beratnya minimal 3 kg per tandan, jikakurang dari 3 kg per tandan, didenda sebesar 70 o/o x berat TBSyang diterima.
(21 TBS yang diterima di pabrik perusahaan perkebunan mitra tidak lebihdari 24 (dua puluh empat) jam setelah panen, jika lebih maka dikenakandenda berupa potongan tonase.
Pasal 6SANKSI
Apabila PIHAK KESATU tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud pada Pasal 1 ayat (1), maka PIHAK KEDUA membuat suratteguran pada PIHAK KESATU. Jika keadaan tidak ada perubahan, makaPIHAK KESATU memberitahukan kepada Dinas sesuai dengankewenangannya untuk penyelesaian masalah.Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban sebagaimanadimaksud pada Pasal 2 ayat (2), rnaka PIHAK KESATU membuat suratteguran kepada PIHAK KEDUA. Jika keadaan tidak ada perubahan, makaPIHAK KESATU memberitahukan kepada Dinas sesuai dengankewenangannya untuk penyelesaian masalah.
Pasai 7MASA BERLAKU
Perjanjian ini berlaku sekurang-kurangnya selama 10 (sepuluh) tahun dandapat ditinjau kembali sesingkat-singkatnya setiap 2 (dua) tahun sesuaidengan kesepakatan.
Pasal 8EVALUASI
Evaluasi terhadap proses pembayaran oleh perusahaan perkebunan mitrakepada kelembagaan pekebun mitra, dilakukan secara berkala setiap bulan.
Pasal 9PENYELESAIAN SENGKETA
(1) Penyelesaian sengketa yang timbul antara PIHAK KESATU dan PIHAKKEDUA dilakukan secara musvawarah.
(2)
26
(2) Apabila penyelesaian secara musyawarah antara PIHAK KESATU danPIHAK KEDUA tidak berhasil dilakukan, maka dilakukan penyelesaiandengan melibatkan Dinas sesuai dengan kewenangannya sebagaimediator.
(3) Apabila penyelesaian dengan mediasi oleh Dinas sesuai dengankewenangannya tidak mencapai mufakat, maka dilakukan penyelesaianmelalui Pengadilan Negeri di Provinsi Riau sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 10
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 1 1
PENUTUP
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam kesepakatankemudian sesuai dengan kesepakatan para pihak.
akan diatur
Demikianlah perjanjian ini dibuat dalam rangkap tiga bermaterai cukup,masing-masing pihak mendapat satu rangkap yang semuanya memilikikekuatan hukum yang sama dan ditandatangani oleh para pihak dengandiketahui oleh Bupati/Walikota atau Gubernur sesuai dengankewenangannya.
PIHAK KEDUA PIHAK KESATU
Mengetahui,Kepala Dinas PerkebunanKabupate n I Kota I Provinsi
(
27
LAMPIRAN IV : PERATURAN GUBERNUR RIAUNoMoR : TANGGAL :
TATA CARA PANEN' MUTU PANEN, SORTASI, PENGANGKUTAN,PENETAPAN BERAT BUAH, PENETAPAN RENDEMEN, PEMBELIAN,
PEMBAYARAN, INSENTIF DAN SANKSI
A. TATA CARA PANEN1. TBS yang dapat diterima pabrik minimal 3 kg (tiga kilogram) per
tandan.2. Rotasi panen dilakukan sekali dalam tujuh hari dan pad.a keadaan
tertentu disesuaikan dengan kenyataan potensi produksi.3. Brondolan yang dikirim ke pabrik harus bersih, tidak bercampur
tanah, pasir dan sampah lainnya.4. Brondolan yang dikumpulkan dari piringan dimasukkan ke dalam
karung dan dikirim ke PKS bersama-sama dengan tandannya.5. TBS yang dipanen harus dapat diterima di pabrik pada hari yang
sama atau tidak lebih dari 24 (dua puluh empat)jam sejak dipanen.
B. MUTU PANEN1. Mutu panen TBS adalah hasil penilaian terhadap kematangan panen,
buah menginap atau tidak, gagang panjang dan pendek serta jumlahpersentase dan mutu brondolan yang diserahkan.
2. Matang panen untuk tandan yang boleh dipotong adalah apabila dijumpaibrondolan di piringan sebanyak 1 (satu) butir lepas per kg TBS.
3. Buah menginap adalah buah yang diserahkan ke pabrik setelah lebih dari24 (dua puluh empat)jam sejak dipanen.
4. Gagang panjang adalah gagang TBS yang panjangnya lebih dari 2,5 cm(dua koma lima sentimeter) diukur dari pangkal tandan dan potonganbentuk huruf V.
5. Penilaian mutu panen TBS yang diterima di pabrik diberlakukan bagiseluruh TBS, baik yang berasal dari perusahaan perkebunan,pekebun / kelembag aaan pekebun dan kebun lainnya.
C. SORTASI TBS1. Sortasi TBS di pabrik dilakukan oleh karyawan pabrik bersama wakil
pekebun/ kelembagaan pekebun.2. Sortasi TBS dilakukan di loading ramp melalui bongkar lantai untuk
pemeriksaan total, dilakukan pada setiap truk yang masuk dengancara dibongkar dan dituang serta disortasi oleh petugas pabrik yangdiawasi oleh wakil pekebun/kelembagaan pekebun.
3. Hasil sortasi TBS di pabrik disampaikan secara resmi olehperusahaan perkebunan pemilik PKS kepada pekebun melaluikelembagaan pekebun.
4. Buah yang diterima di pabrik harus memenuhi persyaratan sebagaiberikut :
28
a. Brondolan harus dikirim ke pabrik dan jumlah brondolan minimal
12,50lo (dua belas koma lima persen) dari berat TBS;b. Tandan terdiri dari buah mentah O% (nol persen), buah matang
minimal 95% (sembilan puluh lima persen) dan buah lewat matangmaksimal 5% (lima persen);
c. Tandan tidak boleh bergagang panjang;d. Tidak terdapat tandan kosong;e. Tandan maupun brondolan segar dimasukkan ke dalam karung,
harus bebas dari sampah, tanah, pasir atau benda lainnya;f. TBS yang dikirim ke pabrik beratnya tidak kurang dari 3 kg (tiga
kilogram) per tandan.
D. PENGANGKUTAN BUAH1. Kelompok pekebun atau kelembagaan pekebun bertanggung jawab
dalam pengangkutan buah dari Tempat Pemungutan Hasil (TPH)sampai ke pabrik dan buah tidak diperkenankan tertinggal dalamalat angkutan.
2. Truk angkutan buah yang dipersiapkan hendaknya sebandingdengan produksi buah yang dipanen.
3. Truk angkutan buah diwajibkan menggunakan jaring penutup untukmenghindari jatuhnya buah.
E. PENETAPAN BERAT BUAHPenetapan berat buah dilakukan di pabrik perusahaan perkebunan mitradengan timbangan yang telah ditera secara periodik oleh instansiberwenang yaitu Badan Metrologi.
F. PENETAPAN RENDEMEN CPO DAN PK TBS MITRA PLASMA1. Penetapan rendemen CPO dan PK dilakukan setiap 5 tahun.2. Lembaga yang melakukan penetapan rendemen CPO dan PK adalah
instansi independen yang mempunyai kualifikasi dan sertifikasi yangditunjuk oleh pemerintah, yang berkompeten dalam budidaya kelapasawit dengan laboratorium yang terakreditasi.
3. Sampel harus mewakili area setiap afdeling atau satuan pemukimandan mewakili setiap tahun tanam pada afdeling tersebut.
4. Pelaksanaan pengambilan sampel dihadiri oleh lembaga pekebun,Dinas Perkebunan Provinsi Riau dan perusahaan pemilik PKS.
5. Lembaga yang melaksanakan tugas dalam penetapan rendemen CPO
dan PK harus menyerahkan data primer hasil analisa laboratoriumke Dinas Perkebunan Provinsi Riau.
6. Rendemen untuk mitra plasma Provinsi Riau diterbitkan dalambentuk Keputusan Gubernur.
G. PENETAPAN RENDEMEN CPO DAN PK TBS MITRA SWADAYA1. Pekebun swadaya yang akan bermitra dengan perusahaan pemilik
PKS harus membentuk kelembagaan pekebun seperti kelompok tani,gabungankelompoktani, ataukoperasiberbentuk badan hukum.
3.
4.
29
2. Kelembagaan pekebun swadaya yang terbentuk harus melakukaninventarisasi terhadap kebun kelapa sawit yang bersangkutanmeliputi :
a. Luas areal tanaman kelapa sawit setiap anggotab. Tahun tanam setiap anggotac. Jenis tanaman yang dibudidayakan dan rasio masing-masing jenis
tanaman (Tenera dan Dura)d. Produksi TBS/ha per hari, per bulan dan per tahune. Jarak antara areai tanaman dengan PKSf. Kualitas jalanKelembagaan pekebun swadaya tersebut membuat permohonan padaPKS terdekat yang berpeluang untuk bekerjasama dalam bentukmitra swadaya, karena masih memerlukan bahan baku TBS daripihak luar. Permohonan tersebut ditembuskan ke Dinas sesuaidengan kewenangannya.untuk menentukan sistem pembelian TBS apakah mitra plasmasama dengan mitra swadaya, maka Dinas sesuai dengankewenangannya membentuk Tim Assesment TBS Mitra Swadaya,yang bertujuan untuk menentukan rendemen CPO dan PK padasetiap umur tanaman dan atau rendemen rata-rata dari 1 (satu)hamparan yang terdiri dari jenis Tenera dan Dura.Berdasarkan hasil analisa rendemen, maka dapat ditetapkanrendemen TBS pada areal mitra swadaya (y.ng merupakankombinasi Tenera dan Dura pada rasio tertentu), yang dituangkandalam surat perjanjian.Oleh karena penetapan rendemen mitra swadaya membutuhkanwaktu yang lama, maka dapat dilakukan pendekatan berdasarkanperhitungan rasio rendemen antara Dura dan Tenera yaitu 2O.OO %o :
22.34 %o. Jika dikonversi ke berat tandan maka berat TBS Dura x89.5% + berat Tenera x 100 : tota-l berat TBS.Tabel rendemen berdasarkan jenis, umur tanaman dan berat tandan(sebelum ada ketetapan rendemen aktual hamparan kelembagaarrpekebun) disajikan pada tabel berikut :
TABEL RENDEMEN BERDASARKAN JENIS, UMUR TANAMANDAN BERAT TANDAN
lNo;
iil].1 ...:,- a,rr
:."..:',.::'1 j
1 3,0 s/d4qt rr
17,50 3,67 15,66 4,O3 3
2 5,0 s/d5,9
19,o7 4,r3 17,06 4,54 4
3 6,0 s/d7,4
79,93 4,70 17,83 5,r7 5
5.
6.
7.
30
4 7,5 s/d8,9
20,49 4,85 r9,32 5,33 6
5 9,0 s/d1.o,9
20,75 4,79 18,57 5,26 7
6 11,0 s/d13,5
2r,22 5,O2 18,99 5,52 8
7 13,6 s/d13,5
9
B > 15,4 ro-209 2110 2211 23T2 2413 25
Penetapan rendemen pada ayat (7) hanya merupakan simulasi bagimitra swadaya dalam penetapan harga pembelian TBS.Peiaksanaannya tetap mengacu pada hasil uji rendemen rata-rataCPO dan PK realisasi yang dimuat da-lam perjanjian kemitraan.
H. TATA CARA PEMBELIAN DAN PEMBAYARAN1. Kelembagaan pekebun (atas nama semua pekebun) menyerahkan
TBS kepada perusahaan perkebunan mitra sesuai dengan perjanjian.2. Penetapan berat TBS di pabrik dilakukan oleh perusahaan
perkebunan mitra dan disaksikan oleh petugas yang mewakilikelembagaan pekebun.
3. Petugas yang mewakili kelembagaan pekebun mencatat tonase TBSmasing-masing anggota dan tembusannya disampaikan kepadaperusahaan perkebunan mitra.
4. Biaya angkut TBS dari kebun sampai ke pabrik menjadi bebanpekebun.
5. TBS pekebun dibayarkan oleh perusahaan perkebunan mitra setelahdikurangi kewajiban-kewajiban pekebun sesuai dengan ketentuan.Pembayaran dilakukan minimal 1 (satu) kali sebulan atauberdasarkan kesepakatan bersama antara kelembagaan pekebundengan perusahaan perkebunan mitra,
INSENTII'Jika buah yang dikirim memenuhi seluruh persyaratan sebagaimanatercantum dalam huruf C angka 4, maka kepada yang bersangkutandiberi insentif sebesar 4%o (empat persen) dari TBS yang diterima pabrik.Jika salah satu faktor mutu tidak dipenuhi dan menyebabkan penalti,maka pemasok buah tidak berhak atas insentif.
I. SANKSI1. Sanksi diberlakukan bagi seluruh TBS yang diolah di pabrik yaitu :
a. Buah Mentah/BM (gabungan fraksi 00 dengan fraksi O) didendasebesar 50% x berat BM x berat TBS yang diterima, denganpengertian :
8.
I.
b. Buahberat
31
Angka 5Oo/o : efisiensi yang dicapaibuah mentahBM : persentase jumlah BuahLewat Matang/BLM didenda sebesar
TBS yang diterima, dengan pengertianAngka 25%o :banyaknya brondolan
- BLM
pabrik bila mengolah
Mentah25o/o x (BLM - 5%) x
:
yang tidak terkutipkarena lewat matang
: persentase jumlah Buah Lewat Matang
2.
3.
- Angka 5%o : batasan BLM yang diperbolehkanc. Tandan Kosong/TK didenda sebesar 100% x TK x berat TBS yang
diterima, dengan pengertian :
- TK : persentase jumiah Tandan Kosongd. Buah Gagang PanjanglBcp didenda sebesar l%o x BGp x berat
TBS yang diterima, dengan pengertian :
- Angka 7o/o : perkiraan berat gagang panjang dan berat TBS- BGP : persentase jumlah tandan bergagang panjang
e. Brondolan yang diterima lebih kecil dari L2,S% didenda sebesar3ooh x (r2,5o/o - X) x berat TBS yang diterima, dengan pengertian :
- Angka 3ooh : kadar minyak dan inti sawit dalam brondolan.- X : persentase jumlah brondolan yang dikirim
f. Brondolan yang diterima harus bersih, jika diterima kotor didendasebesar 2 xberat kotor.
g. TBS yang dikirim ke pabrik beratnya minimal 3 kg per tandan, jikakurang dari 3 kg per tandan didenda sebesar 70 % x berat TBSyang diterima.
TBS yang diterima di pabrik perusahaan perkebunan mitra lebih dari24 (dua puluh empat)jam setelah panen, dikenakan denda.Pengaturan lebih lanjut dari pelaksanaan sanksi danf atau insentiftersebut, diserahkan kepada perusahaan perkebunan mitra danpekebun / kelembagaan pekebun.
top related