halaman 19
Post on 20-Jan-2016
201 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH MODUL IV
RESTORASI JAKET BERUBAH WARNA DAN GIGI TIRUAN LEPASAN YANG
TIDAK NYAMAN
OLEH :
KELOMPOK 1
ARDIYANSYAH RAHMAN ( J111 09 001) RUKIA
MEUTIA AGSA (J111 09 003) PATRI SILA
MUTHI’AH ASGAR (J111 09 007) MUSKAB
SITI ASNINA IDUL (J111 09 010) RESKIH AYU FITRI
RIZKY FATHHIYAH (J111 09 101) RITNAWATI
RESKIH PRATAMA (J111 09103) ASMAN
NURSAMSI. S ( J111 09 105) DINAR MAYASARI
A.FIKA M. JOENES
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat berupa kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Modul 4 “ RESTORASI JAKET BERUBAH WARNA
DAN GIGI TIRUAN LEPASAN YANG TIDAK NYAMAN ” ini dengan baik
dan dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Terima kasih tak lupa kami haturkan kepada para dosen dan tutor
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan penjelasan serta teman-
teman dan orang-orang terdekat kami yang telah membantu dan memotivasi
dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.
Manusia tidaklah sempurna, karena sesungguhnya kesempurnaan itu
hanyalah milik Allah SWT semata. Sebagai penulis, kami menyadari bahwa
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka, demi menghampiri
kesempurnaan itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun agar
dapat menghampiri kesempurnaan itu dimasa yang akan datang.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Makassar, 29 September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................
1.2. Batasan Materi ......................................................................................
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Gigi Tiruan Cekat
a. Definisi Gigi Tiruan Cekat ...........................................................
b. Jenis-jenis Gigi Tiruan Cekat .......................................................
c. Bahan-Bahan Gigi Tiruan Cekat ..................................................
d. Komponen-Komponen Gigi Tiruan Cekat....................................
2.2. Keuntungan Mahkota jaket dan Jembatan …………….....................
2.3. Cara Menegakkan Diagnosis ………………………………..............
2.4.Diagnosis,Rencana Perawatan,dan prosedur perawatan.....................
2.5. Faktor Penyebab Tidak nyaman Pada GTL ………………...............
2.6. Faktor Penyebab Perubahan Warna Pada Mahkota Jaket …..............
2.7. Inform Concent…………………………………………...................
2.8. Syarat-Syarat Gigi Penyangga ……………………...........................
2.9. Work Authorization ………………………………………...............
2.10. Dampak Tidak Dilakukan Perawatan..............................................
BAB III : PENUTUP ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ilmu gigi tiruan cekat merupakan cabang ilmu gigi tiruan yang mempelajari
perawatan untuk merestorasi gigi yang mengalami kelainan atau kerusakan
dan menggantikan kelainan gigi dengaan suatu restorasi yang direkatkan
secara permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan. Gigi tiruan cekat
terdiri dari mahkota tiruan (MT) dan gigi tiruan jembatan (GTJ). Kerusakan
atau kelainan permukaan mahkota gigi yang diakibatkan oleh berbagai sebab
dapat diperbaiki dengan mahkota tiruan. Sedangkan kehilangan satu atau
beberapa gigi dapat diperbaiki dengan gigi tiruan jembatan (GTJ). Mahkota
tiruan merupakan suatu restorasi ekstrakoronal, yang dipilih apabila restorasi
lain tidak dapat memperbaiki permukaan mahkota gigi yang mengalami
kerusakan atau kelainan.
Tujuan perawatan dengan GTC adalah untuk meningkatkan fungsi
pengunyahan, bicara, estetik, kenyamanan, dan percaya diri pasien. Agar
mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan dapat berfungsi dengan baik retensi
dan resistensi merupakan faktor biomekanis yang harus diperhatikan.
1.2. Batasan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gigi tiruan cekat ?
2. Jelaskan jenis-jenis gigi tiruan cekat serta indikasi dan kontraindikasinya ?
3. Jelaskan bahan-bahan yang digunakan pada gigi tiruan cekat?
4. Sebutkan komponen-komponen pada gigi tiruan cekat ?
5. Apa keuntungan dari mahkota jaket dan jembatan ?
6. Bagaimana cara menegakkan diagnosis pada kasus ?
7. Apa diagnosis pada kasus ?
8. Apa penyebab pasien merasa tidak nyaman pada gigi tiruan lepasannya ?
9. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya perubahan warna pada
mahkota jaket ?
10. Jelaskan inform concent pada gigi tiruan cekat ?
11. Jelaskan rencana perawatan dan prosedur perawatan pada kasus ?
12. Apa syarat-syarat gigi penyangga ?
13. Jelaskan cara membuat work authorization ?
14. Apa dampak jika tidak dilakukan perawatan pada kasus ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Gigi Tiruan Cekat
a. Definisi Gigi Tiruan Cekat
Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan
satu gigi atau lebih dan dipasang secara cekat dengan sementasi pada gigi
yang dipreparasi, dapat berupa Mahkota Tiruan (MT) dan Gigi Tiruan
Jembatan (GTJ).
GTC adalah suatu restorasi yang dilekatkan dengan semen secara
permanen pada gigi asli yang telah dipersiapkan (mahkota) untuk
memperbaiki permukaan mahkota gigi yang mengalami kerusakan dan
menggantikan kehilangan 1 atau beberapa gigi (GTJ).
b. Jenis-jenis Gigi Tiruan Cekat
1) MAHKOTA
Mahkota penuh adalah restorasi yang menutupi seluruh permukaan
mahkota gigi baik mesial,distal,bukal,lingual,dan oklusal.
Mahkota sebagian adalah restorasi yang menutupi sebagian permukaan
mahkota gigi dimana seluruh restorasinya terbuat dari logam.
Mahkota penuh terbagi atas :
1. Full casted crown (FCC)
- Mahkota tuang penuh
- Terbuat dari metal/aloi
- Estetik kurang bagus
2. Full veneer crown (FVC)
- Mahkota lapis penuh
- Terbuat dari logam tuang
- Lebih unggul dalam hal retensi dan resistensi.
3. Porcelen fused to metal
- Coping logam diselubungi porselen
- Coping logam merupakan pendukung dan penguat
- Estetik memuaskan
- Preparasi di labial dan aksial 1,5-2 mm.
4. Metal ceramic crown
- Facing pada bagian buccal/labial
- Terbuat dari metal dan porcelen
- Estetik bagus
- Pada gigi posterior dan anterior
- Preparasi pada bagian buccal/labial lebih banyak.
5. All porcelain crown
- Seluruh restorasi terbuat dari porcelen
- Preparasi sama dengan fused to metal.
- Estetik sangat bagus
- Preparasi akhiran servikal.
Mahkota sebagian terbagi atas :
1. Mahkota 3/4 untuk regio anterior dan mahkota 4/5 untuk posterior
2. Mahkota setengah mesial (mesial half crown)
3. Modifikasi mahkota 3/4 seperti selberg, pin-lay, pin-ledge.
2) Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
adalah suatu gigi tiruan sebagian yang menggantikan satu atau lebih gigi
asli yang hilang, dan disemen pada gigi asli yang masih ada, dimana daya
kunyah yang diterima sebagian besar diteruskan pada gigi penyangga serta
jaringan periodontiumnya.
Jenis-jenis gigi tiruan jembatan :
1. Fixed-fixed bridge
Jenis jembatan ini dibuat dimana semua komponen dari gigi tiruan
jembatan disatukan secara kaku (rigid/fixed), baik secara solder maupun
dengan sekali penuangan. Jadi hubungan antara retainer dan pontik
melalui konektor yang kaku.
2. Semi fixed bridge
Bentuk konstruksi jembatan ini dibuat dimana salah satu retainernya
berhubungan dengan pontik secara kaku dan pada sisi yang lainnya
melalui konektor yang dapat bergerak terhadap retainer. (non rigid
conector).
3. Cantilever bridge
Pada jembatan ini pontik berhubungan dengan retainer pada satu sisi saja
dimana pada sisi yang lainnya hanya berupa perpanjangan span.
Dibandingkan dengan konstruksi jembatan lainnya,konstruksi jembatan ini
paling mudah terutama pada gigi anterior namun kurang begitu kuat.
4. Spring cantilever bridge
Jembatan ini dikonstruksikan dengan sebuah konektor yang
panjang,dimana konektor selalu berada disamping dari retainer dan pontik,
maka pada spring cantilever bridge retainer terletak berjauhan dengan
pontik dan dihubungkan dengan konektor yang panjang serta melintasi
permukaan mukosa palatum atau lingual.
5. Compound bridge.
Konstruksi jembatan ini merupakan kombinasi dari dua macam jembatan
dan bersatu menjadi satu kesatuan. Kombinasi dari dua jembatan ini
dimaksudkan untuk memecahkan masalah kehilangan gigi dimana daerah
anadonsia lebih dari satu.
Keempat jenis jembatan diatas bisa dikombinasikan dalam satu desain
jembatan gabungan, namun yang paling sering dilakukan penggabungan
adalah fixed-fixed bridge dan cantilever bridge.
Indikasi dan kontraindikasi pada mahkota dan jembatan
Mahkota
Indikasi : - korona yang cukup tebal,besar dan bentuk square
- Karies atau restorasi yang terdapat pada struktur mahkota dangkal
atau minimal
- Panjang gigi harus cukup (minimal 4 mm)
- Pasien yang mempunyai hygiene mulut yang baik.
- Bebas karies atau frekuensi karies rendah.
Kontraindikasi : - Korona yang tipis,bentuk gigi konus
-Frekuensi karies tinggi
- Oral hygiene jelek.
- Gigi pendek (kurang dari 4 mm)
- Gigi penyangga yang mempunyai karies atau tambalan besar di
bukal.
Gigi Tiruan Jembatan (GTJ)
Indikasi umum :
- Pengaruh psikis
- Adanya penyakit tertentu
- Alasan periodontal
- Gangguan bicara
Indikasi lokal :
- Gigi yang membutuhkan restorasi
- Ruang edentulous sempit
- Gigi penyangga miring
- Gigi penyangga mengalami perubahan warna.
Kontraindikasi umum :
- Faktor usia pasien
- Pasien tidak kooperatif
- Kelainan periodontal
Kontraindikasi lokal :
- Prognosis gigi penyangga jelek
- Daerah edentulous yang luas
- Kemungkinan kehilangan gigi pada sisi yang sama.
- Resorbsi tulang yang berlebihan.
c. Bahan-Bahan Gigi Tiruan Cekat
Akrilik
Bahan ini dipakai pada gigi tiruan cekat khususnya pada gigi tiruan jembatan
sementara,tetapi oleh karena banyak kekurangan yang tidak memenuhi
persyaratan pontik dimana kekurangannya mudah pecah dan tidak tahan terhadap
tekanan yang kuat, koefisien panasnya cukup besar, mudah abrasi, mudah
menyerap air, dan mengiritasi gusi dan memberi reaksi alergi.
Porcelen
Porselen paling banyak digunakan untuk bahan pontik oleh karena memenuhi
semua persyaratan pontik,sehingga selalu memberi hasil yang sangat memuaskan.
Logam
Bahan logam seluruhnya digunakan pada kasus tertentu, misalnya pada sanitary
pontic, hanya tidak memenuhi persyaratan estetik, namun tidak mengiritasi
jaringan gusi. Pontik yang terbuat dari bahan logam hanya dibuat pada gigi molar
rahang bawah, dengan alasan estetik.
Kombinasi logam dan akrilik atau porselen.
Kombinasi antara logam dan non logam paling sering digunakan oleh karena
memberi keuntungan dari segi kekuatan dan penampilan. Kombinasi logam dan
porselen yang paling populer penggunaannya karena tidak ada masalah dengan
logam yang membayang. Kombinasi logam dan akrilik sudah berkurang
pemakaiannya karena warna logam sering membayang sehingga warna pontik
agak keabu-abuan dan akrilik cepat berubah warna yang dipengaruhi oleh warna
logam menjadi kehitam-hitaman.
d. Komponen-Komponen Gigi Tiruan Cekat
Pada gigi tiruan cekat ada beberapa komponen :
1. Gigi penyangga
Adalah gigi atau akar gigi asli yang menyangga gigi tiruan jembatan.
Setiap restorasi yang akan berperan sebagai retainer harus dapat menahan
tekanan kunyah yang secara konstan mengenai permukaan oklusalnya.
Tekanan yang mengenai GTJ melalui pontik,konektor,dan retainer
kemudian akan diteruskan ke gigi penyangga,oleh karena gigi penyangga
memegang peranan yang tepat untuk pembuatan GTJ.
2. Retainer
Berdasarkan Hubungan dengan pontik ada Retainer mayor dan Retainer
minor.
Retainer mayor adalah suatu retainer yang dihubungkan dengan pontik melalui
konektor rigid.Sedangkan retainer minor adalah suatu retainer yang dihubungkan
dengan pontik melalui konektor non rigid.
Sesuai retensi :
Retainer ekstra koronal
Bentuk preparasi dan restorasi dari retainer ekstra koronal sebagian atau
seluruhnya terletak di luar mahkota gigi penyangga.
Retainer intra koronal
Bentuk retainer yang termasuk dalam retainer intra koronal dibuat sesuai dengan
preparasi yang terdapat dalam dentin gigi penyangga. Retensi dan resistensi dari
retainer sebagian besar berada di dalam dentin.
Retainer intra radikular
Bentuk preparasi dan restorasi terletak di dalam saluran akar dari gigi penyangga.
3. Pontik Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi
asli yang hilang.
4. Konektor adalah Bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan
pontik dan retainer atau retainer dan retainer.
Macam-macam konektor :
Rigid konektor adalah konektor kaku oleh karena
menghubungkan kedua komponen GTJ secara kaku, tidak ada
pergerakan individual dari tiap unit.
Non rigid konektor adalah konektor yang memungkinkan adanya
pergerakan individual pada komponen yang dipersatukan dengan
kata lain bahwa komponen yang dihubungkan melalui konektor
non rigid dapat bergerak leluasa tidak terikat dengan pergerakan
dari komponen yang lainnya.
Palatal/lingual bar konektor adalah konektor yang langsung
berkontak pada retainer dan pontik sehingga konstruksi
palatal/lingual konektor ini menghubungkan kedua komponen GTJ
tersebut dengan jarak yang agak jauh.
5. Span / saddle Adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menutupi
daerah anadonsia dan berkontak dengan retainer pada kedua sisi.
6. Pier Adalah gigi penyangga yang terdapat di antara dua pontik dan dua
retainer/gigi penyangga.
2.2. Keuntungan Mahkota jaket dan Jembatan
Keuntungan mahkota jaket :
1. Lebih konservatif
2. Reaksi jaringan periodontal lebih baik
3. Lebih estetik karena jaringan labial/bukal tidak di preparasi
4. Dapat dilakukan electric pulp-test karena ada bagian yang tidak tertutup
restorasi.
5. Mudah dibersihkan oleh pasien
6. Lebih mudah didudukan pada gigi penyangga saat sementasi.
Keuntungan gigi tiruan jembatan :
1. Tidak mudah terlepas atau tertelan karena dilekatkan pada gigi asli.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh penderita.
3. Tidak mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada
permukaan enamel gigi.
4. Dapat mempunyai efek splint yang dapat melindungi gigi terhadap stress.
5. Menyebarkan stress (tegangan) fungsi ke seluruh gigi sehingga
menguntungkan jaringan pendukungnya.
2.3. Cara Menegakkan Diagnosis.
Ada 4 tahap yang perlu dilakukan oleh seorang dokter gigi dalam
menegakkan diagnosis yaitu :
1. Anamnesa
Adalah penting untuk mengetahui masalah, keluhan serta harapan dari
pasien yang datang ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan, terutama
yang berhubungan dengan rehabilitasi kehilangan gigi nya. Dari hasil
anamnesa dapat diketahui kondisi kesehatan pasien sebelumnya, baik fisik
maupun mentalnya. Kita perlu pula memberi kesempatan kepada pasien
untuk menceritakan keluhan serta keinginannya yang membuat mereka
datang ke dokter gigi.
2. Pemeriksaan intra oral
Dalam pemeriksaan intra oral ada banyak hal yang harus diobservasi.
Dalam pemeriksaa intra oral dilakukan pemeriksaan secara umum dan
lokal tentang keadaan mulut pasien.
Dimana dalam pemeriksaan secara umum dilakukan pemeriksaan keadaan
OH (kebersihan mulut), keadaan jaringan periodontium dan mukosa,
keadaan gigi geligi pada umumnya, keadaan oklusi, dan perawatan
sebelumnya.
Sedangkan pemeriksaan secara lokal dapat dilakukan pemeriksaan
keadaan gigi penyangga, keadaan ridge pada daerah anadonsia, relasi
dengan gigi antagonis/tetangga, kesejajaran gigi penyangga satu sama
lainnya.
3. Pemeriksaan model diagnostik
Model diagnostik atau model studi adalah model positif yang diperoleh
dari hasil pencetakan pendahuluan dengan bahan cetak alginat, sebelum
dilakukan preparasi gigi penyangga.
Pemeriksaan dengan model diagnostik dapat diperoleh beberapa informasi
seperti panjang gigi penyangga, kesejajaran gigi penyangga satu sama lain,
adanya penyusutan lengkung posterior, adanya supererupsi pada daerah
anadonsia, pergerakan/pergeseran dari gigi geligi,dan evaluasi arah insersi
dari gigi tiruan jembatan.
4. Pemeriksaan radiologi (ro-foto)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk dapat menegakkan diagnosis yang tepat
dan benar.
Dalam pemeriksaan ro-foto dapat diketahui perbandingan mahkota dan
akar, adanya sisa akar, bentuk,ukuran dan posisi akar, kondisi jaringan
periodontal, kelainan periapikal, kondisi tulang alveolus, kesejajaran gigi
penyangga satu sama lain, dan adanya karies dan kondisi tambalan di
daerah servikal.
2.4.Diagnosis,Rencana Perawatan,dan prosedur perawatan
DIAGNOSIS
Keseluruhan diagnosis harus dibuat terutama sesuai dengan kondisi gigi
geligi pasien pada umumnya, pertimbangan kondisi jaringan lunak dan
keras di dalam mulut. Semuanya ini harus ada korelasinya dengan
kesehatan umum dan juga kebutuhan psikologis nya.
RENCANA PERAWATAN
Faktor yang berperan dalam rencana perawatan :
Setelah menempuh prosedur diagnostik, kita sudah dapat menyusun
rencana perawatan sesuai dengan hasil yang diperoleh dari ketiga
pemeriksaan di atas.
Dalam melakukan perawatan gigi tiruan jembatan kita dihadapkan
pada pilihan tiap-tiap komponen dari gigi tiruan jembatan, sehingga hal ini
perlu mendapat perhatian sehubungan dengan desain yang kita pilih sesuai
dengan kondisi gigi geligi masing-masing pasien.
Penggunaan logam tuang, porselen/akrilik maupun kombinasi
keduanya, besarnya anadonsia, estetik,dan lain-lain semuanya dimasukkan
dalam prosedur penyusunan rencana perawatan.
Suksesnya pembuatan gigi tiruan jembatan bagi tiap-tiap pasien
tergantung dari penyusunan rencana perawatan yang meliputi antara lain :
pemilihan jenis restorasi dan materialnya sebagai retainer, bentuk pontik,
jenis gigi tiruan jembatan yang semuanya disesuaikan dengan kondisi
kesehatan gigi pasien tersebut.
Faktor yang berperan dalam penyusunan rencana perawatan (pemilihan
desain,jenis dan bahan untuk retainer suatu gigi tiruan jembatan
didasarkan pada kerusakan gigi, estetik, dan kontrol plak.
Penyusunan rencana perawatan
Rencana perawatan harus disusun sesuai dengan kondisi dan kasus dari
tiap-tiap pasien berdasarkan diagnosis yang ditemukan dari hasil
pemeriksaan intra oral,model studi, dan ro-foto.
Oleh karena masing-masing pasien mempunyai kondisi dan masalah
yang berbeda-beda, maka penyusunan rencana perawatan juga berbeda-
beda.
Perawatan gigi tiruan jembatan merupakan perawatan yang
membutuhkan waktu yang cukup lama serta biaya yang tidak sedikit, oleh
karena itu sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan perawatan gigi
tiruan jembatan bagi seorang pasien, sebaiknya pada pasien tersebut
diberitahukan beberapa informasi yang perlu diketahui agar supaya semua
rencana perawatan dapat dilaksanakan dengan lancar dan baik.
Beberapa hal yang harus diinformasikan pada pasien yaitu :
1. Prosedur preparasi gigi penyangga
2. Waktu perawatan
3. Kerjasama dengan pasien
4. Biaya perawatan
Berdasarkan penjelasan di atas maka Diagnosis pada kasus yaitu klas III
kennedy.
Kelas III kennedy menyatakan bahwa daerah tak bergigi terletak di antara gigi-
gigi yang masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.
Sedangkan rencana perawatannya yaitu :
1. untuk gigi anterior yang telah mengalami perubahan warna dilakukan
penggantian mahkota dengan bahan porselen.
2. Untuk GTL diganti dengan GTJ 5 unit (13,14,15,16,17)
3. Untuk gigi 15 yang terdapat tambalan komposit ,jika tambalan pecah maka
dibuatkan tambalan ulang dengan bahan amalgam. Tetapi jika
tambalannya masih baik maka tambalan tidak usah diganti dan dapat
dijadikan sebagai gigi penyangga.
4. Untuk desain GTJ yaitu dengan compound bridge (GTJ gabungan) antara
fixed-fixed bridge dan semi fixed bridge.
5. Fixed-fixed Bridge pada 15,16,17, dan semi fixed bridge pada 13,14.
6. Pada desain fixed-fixed bridge maka konektor dari gigi tiruan jembatan
disatukan secara kaku ( rigid/fixed) dengan menggunakan retainer mayor.
Jadi retainer dan pontik melalui konektor yang kaku (rigid). Sedangkan
pada semi fixed bridge retainer dan pontik berhubungan melalui konektor
yang dapat bergerak terhadap retainer yaitu konektor non rigid dengan
menggunakan retainer minor.
PROSEDUR PERAWATAN
Setelah pasien setuju untuk dibuatkan GTJ maka langkah berikutnya adalah mulai
memasuki ke dalam tahap atau prosedur perawatan. Adapun prosedur perawatan
sesuai dengan kondisi di dalam mulut pasien yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Perawatan pra-prostetik (kebersihan mulut)
Memeriksa adanya plak (dengan disclossing solution) dan kalkulus.
Menghilangkan plak dan kalkulus.
Mengobati stomatitis, gingivitis dan periodontitis (jika ada).
Perawatan GTJ
Perawatan GTJ merupakan tahap akhir dari urutan prosedur perawatan, setelah
semua perawatan selesai dilakukan. Dengan kata lain preparasi gigi penyangga
belum dapat dimulai apabila tindakan perawatan bagi kondisi gigi yang
mengalami kerusakan/kelainan, belum dilakukan.
Sebelum seluruh prosedur perawatan GTJ dilanjutkan maka ada beberapa hal
yang perlu disusun yaitu :
1. Pemeriksaan pada gigi penyangga.
2. Menentukan jenis GTJ yang akan dibuat
Pada kasus jenis GTJ yang digunakan yaitu compound bridge yaitu
gabungan dari jenis GTJ fixed-fixed bridge dan semi fixed bridge.
3. Memilih jenis retainer
Pada kasus retainer yang digunakan pada fixd-fixed bridge yaitu retainer
mayor. Sedangkan pada semi fixed bridge retainer yang digunakan yaitu
retainer minor.
4. Memilih jenis konektor
Pada kasus konektor yang digunakan pada fixed-fixed bridge yaitu
konektor rigid dan pada semi fixed bridge yaitu konektor non rigid.
5. Menentukan desain pontik
6. Menyusun prosedur pembuatan GTJ.
Secara umum Prosedur pembuatan GTJ :
Prosedur klinik tahap pertama
Pengambilan cetakan pendahuluan untuk pembuatan model studi
sekaligus untuk pembuatan GTJ sementara. (bila digunakan teknik tak
langsung : indirect technique)
Preparasi gigi penyangga (bila perlu dilakukan anastesi terlebih dahulu).
Pembuatan GTJ sementara (bila digunakan teknik langsung : direct
technique).
Pencetakan gigi rahang atas dan rahang bawah setelah preparasi gigi
penyangga selesai untuk pembuatan model kerja.
Prosedur laborat tahap pertama
Pembuatan die dan model kerja
Pengukiran pola malam kerangka logam
Proses penuangan logam (dari menanam sampai kerangka logam)
Penghalusan hasil tuangan logam
Prosedur klinik tahap kedua
Mencobakan kerangka logam
Pencatatan warna/penyesuaian warna.
Prosedur laborat tahap kedua
Mengukir pola malam untuk facing
Prosesing akrilik untuk facing (mulai dari menanam di cuvet)
Penghalusan dan pengkilapan facing akrilik.
Prosedur klinik tahap terakhir
Mencobakan GTJ selama 1 minggu
Setelah 1 minggu,insersi tetap dengan semen dental .
Kontrol :
dilakukan 1 minggu setelah insersi tetap.
kontrol kedua 1 bulan setelah insersi tetap.
rutin selama 3 bulan sekali.
Instruksikan pada pasien bagaimana menjaga dan memelihara GTJ dengan
menggunakan dental floss dan selalu menjaga kebersihan dan kesehatan mulut
sebab suatu restorasi bisa awet selama mungkin bilamana selalu terpelihara
dengan baik.
Namun pada kasus tahap-tahap preparasi Gigi Tiruan Jembatannya yaitu :
1. Pemasangan cotton roll pada daerah lipatan mukosa dan gusi pada sekitar
daerah gigi yang akan di preparasi.
2. Menentukan batas-batas preparasi yang akan dikerjakan.
3. Preparasi pada bagian proksimal baik pada palatal maupun pada bukal.
4. Pada bagian proksimal di preparasi dengan batas tepi dari permukaan
facial minimal 1,5 mm dengan menggunakan fissure bur.
5. Sempurnakan akhiran servikal.
6. Bulatkan dan haluskan bagian preparasi.
2.5. Faktor Penyebab Tidak nyaman Pada GTL
Pasien merasa adanya benda asing dalam rongga mulut
Pasien merasa kurang nyaman apabila gigi tiruannya selalu dilepas atau
dipasang kembali dalam rongga mulut.
Pasien merasa burning mouth (rasa terbakar).
Pasien mungkin merasakan rasa nyeri akibat adanya trauma pada gigi
tiruannya.
2.6. Faktor Penyebab Perubahan Warna Pada Mahkota Jaket
Ada 3 faktor penyebab perubahan warna pada mahkota jaket yaitu :
1. Faktor operator/ dokter gigi
Kesalahan operator ketika merestorasi mahkota pada gigi sehingga
terdapat celah pada restorasi sehingga mudah menyerap cairan
mulut.
2. Faktor restorasi
Preparasi yang kurang bagus
Bahan yang digunakan yaitu Akrilik yang mudah menyerap warna
sehingga perubahan warna ini juga disebabkan oleh makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh pasien.
Pemakaian yang sudah terlalu lama.
3. Faktor laboratorium
Kesalahan pada saat teknik pembuatan kerapatan tepi.
2.7. Inform Concent
Informed concent adalah surat persetujuan resmi yang ditandatangani oleh pasien
atau wali setelah pasien mendapatkan informasi dari dokter gigi.
Tujuan inform concent :
1. Melindungi pasien secara hukum
2. Melindungi pasien dari tindakan malpraktek
3. Perlindungan hukum terhadap tindakan medis.
4. Melindungi pasien dari alat canggih.
Informed concent untuk gigi tiruan cekat:
Informasi bagi pasien
1. Perlu pemeriksaan ro-foto
2. Perlu melakukan preparasi gigi
3. Kemungkinan dapat mencederai jaringan lunak/keras
4. Ada kemungkinan terjadi perubahan warna
5. Ada rasa aneh/asing dalam mulut
6. Tidak menjamin daya tahan restorasi
7. Masalah biaya
Persetujuan tindakan medik
Format yang telah diisi dan di tanda tangani adalah suatu dokumen sah yang
mengizinkan dokter untuk malanjutkan perawatan yang telah direncanakan.
2.8. Syarat-Syarat Gigi Penyangga
Pemilihan gigi penyangga
Gigi penyangga yang baik adalah bilamana masih memiliki pulpa yang sehat dan
vital. gigi penyangga berfungsi sebagai retainer jadi gigi penyangga harus dapat
menahan tekanan kunyah yang secara konstan mengenai permukaan
oklusalnya.dalam memilih gigi penyangga yang tepat untuk pembuatan GTJ ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Kondisi akar gigi penyangga meliputi:
panjang akar
semakin panjang akar gigi penyangga semakin baik efek dukungan
terhadap GTJ.
Jumlah akar
Gigi berakar jamak/ lebih dari satu biasanya lebih stabil
dibandingkan gigi penyangga berakar tunggal/satu. Dengan kata lain,
kekuatan dukungan gigi posterior lebih besar dibandingkan pada gigi
anterior.
Konfigurasi akar
Gigi dengan bentuk akar yang pipih seperti pada gigi-gigi premolar dan
caninus biasanya mempunyai daya dukungan yang lebih baik
dibandingkan dari gigi-gigi dengan bentuk akar yang bulat seperti pada
gigi insisivus pertama dan kedua.
2. Dukungan periodontal
Jaringan pendukung sekitar gigi penyangga harus benar sehat. Tidak
goyah dan akar gigi penyangga harus cukup panjang tertanam didalam
tulang alveolus. Akar dan jaringan pendukung disekitar gigi penyangga
harus kukuh dan kuat. Oleh karena gigi penyangga dan pendukungnyalah
yang akan menerima tekanan oklusal.
Ada 3 faktor yang harus di evaluasi sehubungan dengan dukungan
periodontal dari gigi penyangga antara lain:
a. Rasio mahkota dan akar (crown-root rasio)
Rasio mahkota akar merupakan suatu ukuran perbandingan, panjang gigi
penyangga yang diukur mulai dari oklusal gigi sampai ke puncak alveolar
crest dan panjang akar yang tertanam dalam tulang alveolus. Mulai dari
puncak alveolar crest sampai ujung akar.
Rasio mahkota-akar yang ideal adalah 1 : 2, namun hal ini biasanya sukar
dicapai. Sehingga rasio 2 : 3 sudah dianggap merupakan suatu ukuran
yang lebih optimal. Biasanya sudahcukup memberikan dukungan
periodontal yang baik.
b. Konfigurasi akar
Konfigurasi atau bentuk anatomi akar gigi penyangga juga nerupakan
salah satu faktor penentu yang cukup penting dalam menentukan pilihan
gigi penyangga untuk mendapatkan dukungan periodontal yang optimum.
c. Luas permukaan daerah akar
Masing-masing gigi mempunyai luas permukaan yang berbeda-beda
sesuai dengan bentuk anatominya, makin besar luas permukaan akar.
Apalagi bila didukung dengan jaringan periodontal yang sehat. Maka
makin kuat peranannya sebagai gigi penyangga.
3. Posisi gigi dalam lengkung rahang
Posisi gigi dalam lengkung rahang menentukan besarnya tekanan yang
diterima selama berfungsi.
4. Kemiringan gigi
Suatu problema yang umum ditemukan sehubungan dengan pemilihan gigi
penyangga. Adalah masalah kemiringan gigi yang sering terjadi pada gigi
molar rahang bawah.kehilangan gigi dalam jangka waktu yang cukup lama
tanpa pembuatan gigi tiruan, akan menyebabkan gigi cenderung untuk
condong ke arah daerah yang kosong.
Kesulitan yang dialami juga adalah pada waktu melakukan insersi. Arah
insersi gigi dipengaruhi oleh 2 keadaan posisi gigi penyangga, yaitu:
a. Posisi sumbu panjang gigi penyangga satu sama lain
b. Posisi gigi tetangga terhadap gigi penyangga sendiri.
5. Keadaan mahkota gigi penyangga
a. Besar dan panjang gigi
Untuk mendapatkan retensi yang baik bagi suatu GTJ, maka gigi
penyangga harus mempunyai mahkota klinis yang cukup panjang,
minimal panjang interproksimal adalah 4mm, dihitung dari marginal-
ridge sampai ke gingival attachment.
b. Kekuatan gigi penyangga
Adanya karies (superfisial, media dan profunda), tambalan, perawatan
endodontik. Semua ini mempengaruhi kekuatan gigi penyangga,
sehingga untuk memilih sebagai gigi penyangga, semua keadaan yang
melemahkan, seperti karies, tambalan besar, perlu dilakukan perawatan
dan perlu dipertimbangkan untuk membuat retainer yang dapat
melindungi jaringan gigi agar tidak terjadi kerusakan yang lebih lanjut.
Gigi penyangga yang ideal
1. Vital
Salah satu gigi penyangga ideal adalah mempunyai pulpa yang vital. Gigi vital
merupakan pilihan yang terbaik untuk dijadikan gigi penyangga. Namun bukan
berarti bahwa gigi yang non vital tidak dapat digunakan sebagai gigi penyangga,
gigi non vital dapat dijadikan penyangga bilamana sudah mendapatkan perawatan
endodontik dengan baik dan pengisian sempurna.
2. Dukungan periodontal yang sehat
Gigi penyangga yang ideal harus mempunyai dukungan periodontal yang sehat,
diamana gambaran radiologinya kita dapati keadaan sebagai berikut:
a. Panjang akar yang tertanam didalam tulang alveolaris adalah 2x panjang
mahkota (rasio mahkota-akar 2:3)
b. Tulang alveolus sekitar daerah anodontia padat dan kompak
c. Selaput periodontal merata, lapisan kortikalis tidak terputus
d. Tidak ada kelainan periapikal
e. Tidak ada resorbsi pada bifurkasi dan trifurkasi
f. Bentuk akar yang lurus tidak bengkok
g. Pengisian saluran akar yang sempurna pada gigi yang mengalami
perawatan endodontik
3. Posisi optimal dalam lengkung
Posisi optimal dalam lengkung ini memberi dukungan yang cukup kuat
untuk menyangga sebuah GTJ agar dapat tahan terhadap tekanan oklusal.
Posisi dalam lengkung yang ideal adalah tegak terhadap sumbu
memanjang gigi yang normal,sehingga pada waktu melakukan preparasi
gigi penyangga akan dicapai bentuk yang sejajar satu sama lain tanpa
banyak membuang jaringan gigi yang sehat, dengan retensi cukup baik.
4. Kuat dan kukuh
Hal ini berhubungan dengan 3 faktor penentu dalam mengevaluasi
dukungan periodontal yaitu :
Rasio mahkota-akar
Konfigurasi akar
Luas permukaan daerah akar
Jadi pada prinsipnya gigi penyangga yang kuat dan kukuh adalah yang
mempunyai periodontal sehat,akar panjang,pipih,dan lebar serta luas permukaan
daerah akar yang cukup besar untuk menahan terhadap tekanan yang konstan pada
watu berfungsi.
5. Splinting
Semua jenis GTJ baik yang span pendek maupun span panjang
mempunyai kecenderungan untuk menjadi lengkung beberapa derajat.
Splinting adalah merupakan proses penyatuan dua gigi penyangga atau
retainer yang bertetangga melalui konektor kaku (rigid konektor) menjadi
satu kesatuan dalam satu GTJ.
2.9. Work Authorization
Surat perintah kerja seharusnya merupakan surat yang ditulis dengan
singkat, sederhana, jelas dan berisi informasi yang lengkap mengenai apa yang
diinginkan.
Sebuah surat perintah kerja hendaknya memuat :
1. Nama dan alamat laboratorium teknik gigi.
2. Nama dan alamat dokter gigi pemesanan.
3. Tanggal pengiriman.
4. Tanggal selesai pekertjaan yang diinginkan.
5. Kolom untuk cirri-ciri pasien.
6. Kolom untuk instruksi khusus.
7. Gambar gigi serta lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah.
8. Tanda tangan dokter gigi.
Surat perintah kerja ini bias berupa formulir yang dibuat sendiri oleh dokter
gigi, tetapi pada umumnya disediakan oleh Laboratorium Teknik Gigi yang
kemudian dibagikan pada para dokter. Beberapa ahli menagjurkan surat ini dibuat
dalam rangkap dua, satu diserahkan kepada laboratorium dan satu lagi untuk arsip
dokter pengirim pekerjaan. Mengingat pekerjaan restorasi dan dental sering kali
tidak dapat selesai dalam satu kali pemgiriman, maka dianjurkan untuk setiap kali
pengiriman dibuat surat perintah kerja baru.
2.10. Dampak Tidak Dilakukan Perawatan
a. gangguan mastikasi / pengunyahan
kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya proses pengunyahan
karena adanya kontak oklusi yang kurang baik
b. estetik kurang
kehilangan gigi dapat menyebabkan pasien kehilangan rasa percaya diri dan
merasa minder apalagi kehilangan pada gigi anterior
c. gangguan fungsi bicara
kahilangan gigi terutama pada regio anterior atas dan bawah dapat
menyebabkan gangguan pada waktu pasien bicara. Hal ini sangat
berpengaruh pada pasien yang mempunyai profesi yang berhubungan dengan
fungsi bicara seperti penyiar, penyanyi dan sebagainya.
d. kesehatan gigi terganggu
kehilangan gigi pada jangka waktu yang lama tanpa pergantian gigi tiruan
dapat menyebabkan gigi migrasi, supraposisi, karies interdental, periodontitis
dan kontak prematur. Terutama pada gigi yang menjadi antagonis dari gigi
yang hilang oleh karena kontak dari gigi penyangga berubah akibat
supraposisi sehingga sering ditemukan karies interdental. Hal ini akan
berlanjut ke gigi-gigi yang menjadi tetangganya.
e. gangguan TMJ
akibat dari kehilangan gigi yang lama tanpa pembuatan gigi tiruan dapat
mengakibatkan berpindahnya condilus dari tempatnya sehingga terjadi
perubahan gigitan sehingga oklusi tidak normal.keadaan ini ditandai dengan
perasaan sakit sekitar rahang dan otot pengunyahan pada waktu membuka
mulut.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan
satu gigi atau lebih dan dipasang secara cekat dengan sementasi pada gigi
yang dipreparasi, dapat berupa Mahkota Tiruan (MT) dan Gigi Tiruan
Jembatan (GTJ).
Tujuan perawatan dengan GTC adalah untuk meningkatkan fungsi
pengunyahan, bicara, estetik, kenyamanan, dan percaya diri pasien. Agar
mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan dapat berfungsi dengan baik
retensi dan resistensi merupakan faktor biomekanis yang harus
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Freddy, Suryatenggara. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan.
Jakarta: Hipokrates.
Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Jakarta: EGC penerbit
Buku Kedokteran.
Aprilia, Linda Rochyani. 2006. Perawatan Veneer Indirect. Surabaya:
Jurnal kedokteran gigi FKG-UHT.
Lesmana, R.A. 1999. Jurnal Kedokteran Gigi. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Dewi, Ratnasari. 2003. Pengaruh Kemiringan Preparasi Bidang Aksial
Pada Resistensi Cantilever Bridge Terhadap Gaya Ungkit. Jakarta: PDGI
top related