heroisme dalam , farah khadija, fib ui, 2014lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369067-mk-farah...
Post on 10-Apr-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
2
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
3
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
4
HEROISME DALAM NOVEL COURRIER SUD KARYA ANTOINE DE
SAINT-EXUPÉRY
Farah Khadija, Apsanti Djoko suyatno
Sastra Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok,
Indonesia
E- mail : farah.khadijaa@gmail.com
Abstrak
Artikel ini mengungkapkan nilai-nilai kepahlawanan dalam novel Courrier Sud karya Antoine de Saint-Exupéry. Courrier Sud merupakan novel pertama Saint-Exupéry yang terinspirasi dari pengalaman pribadinya sebagai
pilot pos udara. Novel ini menceritakan seorang pilot pos udara bernama Jacques Bernis yang mengabdikan
dirinya untuk pekerjaan demi kepentingan orang banyak. Heroisme dalam cerita terlihat melalui berbagai
tindakan heroik yang dilakukan para tokoh, seperti pengorbanan, perjuangan, dedikasi dan profesionalisme.
Unsur-unsur latar dalam cerita yang terdiri dari peristiwa-peristiwa penting yang diterangkan dalam waktu cerita
dan lokasi geografis dimana cerita berlangsung, juga berperan dalam menghadirkan nilai-nilai kepahlawanan.
Kata kunci: Courrier Sud, Antoine de Saint-Exupéry, heroisme.
HEROISM IN THE ANTOINE DE SAINT-EXUPÉRY’S NOVEL
COURRIER SUD
Abstract
This article revealed heroism in Saint Exupéry’s novel Courrier Sud. His first book Courrier Sud inspired by his
career as an aviator of Aeropostale. This novel is about an aviator named Jacques Bernis who devoted himself
to work for helping others. The values of heroism in the story can be seen through the heroic acts such as
sacrifice, dedication and professionalism. The setting elements includes important moments in time and
geographic location in which story takes place, also play a role in presenting their heroism.
Keywords: Courrier Sud, Antoine de Saint-Exupéry, heroism
Pendahuluan
Antoine Marie Roger de Saint Exupéry atau yang
lebih dikenal dengan nama Saint Exupéry,
merupakan seorang penulis dan pilot
berkebangsaan Prancis yang lahir pada 29 Juni
1900, di Lyon, Prancis. Ia adalah anak ketiga dari
lima bersaudara dari pasangan bangsawan Jean de
Saint Exupéry dan Marie Boyer de Fonscolombe.
Saint-Exupéry pernah mengenyam pendidikan arsitektur di École des Beaux-Arts, namun jiwa
petualang yang dimilikinya membuat ia lebih
memilih meninggalkan sekolahnya, kemudian
bergabung dengan militer untuk menjadi pilot
dalam resimen angkatan udara Prancis. Akan tetapi,
profesinya sebagai pilot tidak berlangsung lama, ia
memutuskan untuk menetap di Paris dan bekerja
sebagai pegawai kantor karena keluarga
tunangannya tidak menyetujui pilihannya menjadi
pilot. Namun pada tahun 1926, Saint-Exupéry
memutuskan pertunangannya dan bergabung
dengan Aeropostale sebagai salah satu pilot yang
bertugas mengantarkan surat ke wilayah Afrika dan
Amerika Selatan. Ia merupakan seorang pilot pos
pionir di wilayah tersebut. Pengalamannya sebagai
pilot pos udara menginspirasi sebuah cerita fiksi
yang berjudul Courrier Sud, novelnya yang
pertama yang terbit pada tahun 1929. Novel-novel karya Saint Exupéry hampir selalu berkaitan
dengan perjalanan hidupnya sebagai pilot bahkan
dengan kehidupan pribadinya sebagai manusia
biasa (Djokosujatno, 7). Beberapa karya Saint-
Exupéry terkenal sebagai novel eksistensialis,
namun karena novel ini bercerita mengenai
kehidupan pilot pos udara yang sangat berdedikasi
dan mencintai pekerjaannya, maka nilai heroisme
yang ada dalam cerita lebih menarik untuk
diperlihatkan. Selain itu, heroisme juga merupakan
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
5
tema yang sedang populer di Eropa pada awal abad
ke 19.
Novel ini terdiri dari tiga bagian cerita berstruktur
rapi, menggunakan kalimat-kalimat puitis,
penggambaran alam yang indah serta pemikiran
filosofis yang mendalam dan kritis yang menjadi
ciri khas tulisan Saint-Exupéry.
Heroisme
Sebelum memulai pembahasan mengenai heroisme dalam cerita, perlu diketahui terlebih dahulu
definisi dari kata heroisme. Dalam kamus filsafat
Larousse, definisi dari kata dasar heroisme, yaitu
héro atau pahlawan adalah sebagai berikut,
« Héros : Au sens classique, le héros se definit par
le goût du risque, et le type en est le guerrier
auréolé de succès militaires. Le héros est celui qui
incarne une cause nationale ou révolutionnaire.
Enfin, le héros peut être le créateur de valeurs
culturelles importantes. D’une façon generale, le héros représente un style de vie (au même titre que
le « saint » et le « sage »), qui s’oppose à la vie «
prosaïque » et se caractérise par une activité
créatrice d’une fécondité particulière. »
“Pahlawan: Dalam arti klasik, pahlawan diartikan
sebagai seorang yang tertarik melakukan tindakan
berisiko, dan orang-orang yang berhasil dalam
menjalankan tugas militer. Pahlawan adalah orang
yang mewujudkan kepentingan nasional atau
revolusioner. Dan yang terakhir, pahlawan mungkin
adalah seorang pencipta dari banyak nilai budaya.
Secara umum, seorang pahlawan merepresentasikan gaya hidup (dengan cara suci dan bijaksana) yang
menentang kehidupan yang membosankan dan
memiliki karakteristik sebagai seorang yang kreatif
dan produktif.”
Dari definisi di atas, terlihat bahwa seorang
pahlawan memilih untuk melakukan tindakan
berisiko dalam hidupnya untuk keluar dari rutinitas
hidup yang membosankan, namun tindakan tersebut
bertujuan untuk memberikan manfaat bagi orang
banyak. Definisi ini akan menjadi acuan untuk melakukan analisis tokoh-tokoh dalam Courrier
Sud.
Pengorbanan seorang pilot pos udara
Heroisme dalam Courrier Sud akan dilihat melalui
alur, tokoh-tokoh, dan setting, namun pertama-tama
terlihat dalam cerita bahwa heroisme ditunjukkan
melalui pengorbanan seorang pilot pos udara.
Novel ini mengisahkan kehidupan seorang pilot pos
udara bernama Jacques Bernis yang juga
merupakan pionir dalam mengantarkan surat ke wilayah Amerika Selatan dan Afrika. Selama
bekerja sebagai pilot pos udara, Bernis harus
tinggal secara berpindah dari suatu tempat ke
tempat lain, ia tidak pernah menentap di suatu
tempat dalam waktu yang lama. Pilot pos udara
merupakan pekerjaan yang sangat berisiko. Bernis
harus mengendalikan sebuah pesawat dengan
model yang sangat sederhana dan rapuh, dari
kencangnya angin gurun dan juga badai. Pada
akhirnya, ia tewas karena kecelakaan ketika sedang
bertugas mengantarkan surat di wilayah Timur
Timeris. Akan tetapi selain Bernis, ada tokoh lain
yang melengkapi cerita tentang tokoh Bernis.
Tokoh-tokoh heroik dalam Courrier Sud
a) Aku (penutur)
“Aku” merupakan tokoh tanpa nama dalam cerita
Courrier Sud yang bertindak sebagai penutur yang
tak tampil. Tokoh “aku” merupakan tokoh yang
penting, ia memperlihatkan sisi heroisme tokoh-
tokoh lain dalam cerita. Ia tahu betul mengenai
kehidupan pilot pos udara. “Aku” memiliki nilai
serta prinsip kepahlawanan dalam dirinya, oleh karena itu, ia dapat melihat tindakan heroik teman
sejawatnya. “Aku” merupakan sahabat Jacques
Bernis sejak kecil. Ia sangat bijaksana dan selalu
memberikan nasihat mengenai hidup kepada
Bernis. Ia bekerja di tempat yang sama dengan
Bernis sebagai pilot pos udara di gurun Sahara,
sebuah padang pasir sunyi, terpencil dan tidak
menyenangkan yang dihuni oleh orang-orang Arab,
terletak jauh dari daerah asal mereka. “Aku” merasa
terpenjara selama tinggal di gurun Sahara, karena ia
hanya bersosialisasi dan menghabiskan waktu
dengan orang yang sama setiap harinya. Akan tetapi keputusannya untuk besedia tinggal di gurun Sahara
merupakan salah satu tindakan heroik.
Pengabdiannya untuk bekerja demi kepentingan
orang banyak membuat ia harus rela meninggalkan
kenyamanan hidup, seperti yang diungkapkan pada
kutipan di bawah ini.
« Nous n’allions guère qu’à cinq cents mètres où
commençait la dissidence, captifs des Maures et de
nous-mêmes. Nos plus proches voisins, ceux de
Cisneros, de Port-Étienne, étaient, à sept cents, mille kilomètres, pris aussi dans le Sahara comme
dans une gangue. Ils gravitaient autour du même
fort. Nous les connaissions par leurs surnoms, par
leurs manies, mais il y avait entre nous la même
épaisseur de silence qu’entre les planètes
habitées. »
“Kami nyaris hanya berani bergerak sejauh lima
ratus meter sampai ke awal perbatasan: kami
terpenjara oleh orang-orang Arab dan oleh diri
kami sendiri. Tetangga-tetangga kami yang paling
dekat, yang ada di Cisneros dan Port-Etienne, yang
berjarak tujuh ratus dan seribu kilometer, juga terperangkap di Sahara seperti ikan dalam jaringan
ganggang. Mereka berjalan kian kemari di sekitar
benteng yang sama. Kami mengenal mereka dari
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
6
sebutan mereka, dari kebiasaan-kebiasaan kecil
mereka, tetapi di antara kami dan mereka
membentang kebisuan pekat yang sama seperti
kebisuan antara planet-planet yang dihuni.”
“Aku” juga merupakan pria yang penuh rasa
percaya diri. Ia mendeskripsikan dirinya dan Bernis
sebagai pilot gagah perkasa yang berpengalaman.
Mereka telah berjuang melawan bahaya, merasakan
derita, dan menjelajahi berbagai tempat di dunia
tanpa batas. Hal tersebut membuatnya tidak lagi merasa takut untuk menghadapi apapun setelah
melalui proses hidup yang cukup berat.
« Nous revenions solides, appuyés sur des muscles
d’homme. Nous avions lutté, nous avions souffert,
nous avions traversé des terres sans limites... »
“Kami kembali dalam keadaan utuh, bangga pada
otot-otot pria dewasa yang kami miliki. Kami telah
berjuang, kami telah menderita, kami telah
melintasi wilayah tanpa batas...”
“Aku” memiliki sikap yang jantan. Ia tidak ingin
menujukkan dan memberitahu orang-orang secara
gamblang bahwa dirinya pemuda yang telah bekerja
keras demi kepentingan orang banyak, walaupun
sebenarnya orang lain dapat mengetahuinya dari
penampilannya sebagai pilot. Hal tersebut
menunjukkan bahwa “aku” memiliki prinsip
seorang pahlawan yang bekerja untuk kepentingan
orang banyak tanpa pamrih dan rela mengorbankan
kenikmatan hidup.
« Car ils ne s’étonnaient pas de ma poignée de main robuste, ni du regard droit de Jacques Bernis,
car ils nous traitèrent sans transition comme des
hommes... »
“Karena mereka tidak merasa heran pada kepalan
tanganku yang perkasa maupun pandangan mata
Bernis yang lurus, karena mereka memperlakukan
kami tanpa basa-basi, seperti pria...”
“Aku” adalah pilot yang bertanggung jawab dengan
tugasnya. Ketika Bernis menghilang di tengah
gurun, sebelum pergi mencarinya, ia meninggalkan sebuah catatan agar orang lain dapat menggantikan
pekerjaannya di markas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa dalam keadaan panik sekalipun, baginya
pekerjaan tetap merupakan yang utama. Ia juga siap
untuk mati, jadi ketika ia tidak dapat kembali lagi
ke markas, sudah ada orang lain yang menangani
pekerjaannya.
« En mon absence rédiger les comptes rendus
journaliers. Payer les Maures lundi. Embarquer sur
le voilier les bidons vides. »
“Selama saya pergi susunlah laporan-laporan harian. Bayar orang-orang Arab iu pada hari Senin.
Muatkan jirigen-jirigen kosong ke atas kapal layar.”
Perusahaan Aeropostale tempat “aku” bekerja,
menerapkan prinsip ketat kepada para pilotnya
bahwa surat lebih berharga dari pada nyawa
mereka. Prinsip tersebut diterapkan para pilot
dalam menjalani pekerjaannya sehari-hari, mereka
rela mengorbankan jiwanya demi kepentingan
orang banyak. Prinsip heroisme tersebut
diungkapkan dalam kutipan di bawah ini.
« La Compagnie prêchait : courrier précieux,
courrier plus précieux que la vie. Oui. De quoi faire vivre trente mille amants… Patience, amants !
Dans les feux du soir on vous arrive. »
“Perusahaan berkhotbah: surat-surat berharga, lebih
berharga daripada hidup kami. Ya, untuk
menghidupi tiga puluh ribu kekasih... Sabarlah,
para kekasih! Kami datang padamu dalam temaram
lampu-lampu senja.”
b) Jacques Bernis
Jacques Bernis merupakan seorang laki-laki pendiam dan kaku. Ia tidak banyak mengeluh dan
menikmati pekerjaannya sebagai pilot pos udara.
Bernis menyadari bahwa profesinya sebagai pilot
bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Setiap
hari ia harus menerbangkan pesawat dengan sistem
dan model sangat sederhana yang rapuh dan penuh
dengan risiko. Ia juga harus menghadapi perubahan
cuaca yang datang dengan tiba-tiba, seperti badai
dan angin gurun. Perjuangan Bernis melawan badai
merupakan salah satu tindakan heroik, ia berusaha
mengatasi bahaya agar surat-surat yang diantarnya
bisa sampai ke tujuan.
« Bernis entre dans la tempête. Elle s’acharne sur
l’avion comme les coups de pioche du démolisseur :
on en a vu d’autres, on passera. Bernis n’a plus que
des pensées rudimentaires, les pensées qui dirigent
l’action : sortir de ce cirque de montagnes où la
tornade descendante le plonge, où la pluie en
rafales est si drue qu’il fait nuit, sauter ce mur,
gagner la mer. »
“Bernis masuk ke dalam badai. Badai dengan gigih
menghempas-hempas pesawat seperti pukulan-pukulan cangkul alat penghancur. Kami sudah
melihat badai seram yang lain, kami akan atasi.
Bernis hanya mempunyai pikiran-pikiran dasar,
pikiran-pikiran yang menjuruskan tindakan: keluar
dari lembah yang terkepung gunung-gunung ini, di
mana angin puting beliung yang turun
menghunjamkannya; atau ketika hujan badai begitu
lebat sehingga cuaca menjadi gelap, melompati
tebing terjal itu, mencapai laut.”
Saat bekerja, Bernis menempuh jarak yang jauh
dari satu tempat ke tempat lain. Dia harus melalui beberapa pos persinggahan untuk mencapai tempat
tujuan utama. Hal ini juga menunjukkan bahwa
pekerjaan Bernis sangat berisiko. Berada di pesawat
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
7
dalam waktu yang lama membuatnya merasa sangat
lelah. Kelelahan yang dirasakan Bernis sangat
membahayakan bagi dirinya, karena konsentrasinya
akan terganggu ketika menerbangkan pesawat.
Akan tetapi, Bernis tidak pernah meninggalkan
pekerjaannya, prinsipnya ialah berusaha untuk
mengantarkan surat-surat sampai ke tempat tujuan
dalam keadaan apapun.
« En dix minutes, la nouvelle nous parvenait par
Barcelone, par Casablanca, par Agadir, puis se propageait vers Dakar. Sur cinq mille kilomètres de
ligne, les aéroports étaient alertés. »
“Sepuluh menit lagi, beritanya akan sampai pada
kami melalui Casablanca, melalui Agadir, lalu
mengalir ke arah Dakar. Sepanjang lima ribu
kilometer rute perjalanan, semua lapangan terbang
telah diberi tahu.
Bernis mendedikasikan diri sepenuhnya sebagai
pilot pos udara demi kepentingan orang banyak. Ia
bekerja tidak kenal lelah, Bernis tetap menjalankan tugasnya mengantar surat walaupun dalam keadaan
sakit, mengantuk, dan sangat lelah. Sikap heroiknya
itu terlihat dalam kutipan di bawah ini.
« Bernis descend de la carlingue, les jambes
lourdes. Une seconde, il ferme les yeux ; la tête
pleine encore du bruit de son moteur et d’images
vives, les membres encore comme chargés par les
vibrations de l’appareil. Puis il entre dans le
bureau où il s’assied avec lenteur... Il s’interrompt,
se laisse dominer par la fatigue et par le rêve. »
“Bernis turun dari kokpit, kakinya berat. Sesaat ia menutupkan mata, kepalanya masih dipenuhi
dengung mesin dan gambaran-gambaran yang
hidup; seluruh anggota badannya masih terasa bagai
dipenuhi getaran pesawat. Lalu ia masuk ke kantor,
duduk dengan lamban... Ia berhenti, membiarkan
dirinya dikuasai kelelahan dan mimpi.”
Bernis merupakan pilot berpengalaman dan
memiliki jiwa petualangan. Ia adalah pemuda
pemberani. Bagi Bernis menghadapi bahaya telah
menjadi rutinitasnya sehari-hari. Ia tidak pernah takut akan bahaya-bahaya yang dihadapinya di
angkasa. Bernis menganggap berbagai macam
bahaya yang menghadangnya saat bekerja, sebagai
suatu petualangan dan pengalaman menegangkan,
seperti saat ia harus mengendalikan pesawat dari
kencangnya angin badai.
« Un coup de talon libère un câble. Commande
coincée. Quoi ? Sabotage ? Non. Trois fois rien :
un coup de talon rétablit le monde. Quelle aventure
! »
“Satu injakan tumit membebaskan sebuah kabel. Kemudi terjepit. Apa? Sabotase? Bukan. Sungguh
bukan apa-apa: satu injakan tumit mengembalikan
dunia pada keadaan semula. Pengalaman yang
mengerikan!”
Bernis termasuk dalam kelompok nomad, yaitu
orang-orang yang hidupnya berkelana, tidak
menetap di satu tempat untuk selamanya. Cara
hidupnya itu sangat berat, namun menumbuhkan
jiwa petualang dalam dirinya. Berbagai nasihat
yang telah diberikan sahabatnya melalui surat yang
dikirimkan kepadanya, ia jadikan sebagai salah satu
strategi untuk beradaptasi di lingkungan baru dan menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti
kecelakaan ketika melakukan perjalanan dengan
pesawatnya. Hal tersebut menunjukkan jiwa
petualangan yang dimiliki oleh Bernis
membantunya menjadi seorang pilot profesional. Ia
selalu mempersiapkan diri dengan baik demi
kelancaran pekerjaannya.
« Chambre de pilote, auberge incertaine, il fallait
souvent te rebâtir. La compagnie nous avisait la
veille au soir : « Le pilote X est affecté au Sénégal… à l’Amérique… » Il fallait, la nuit même,
dénouer ses liens, clouer ses caisses, déshabiller sa
chambre de soi-même, de ses photos, de ses
bouquins et la laisser derrière soi, moins marquee
que par un fantôme. »
“Kamar pilot, penginapan yang tak menentu, kami
harus sering membangunnya kembali. Perusahaan
telah mengingatkan pada malam sebelumnya, “Pilot
X ditunjuk ke Senegal… ke Amerika…”. Malam
itu juga ia harus melepaskan hubungan-
hubungannya, memaku petinya, mengosongkan
kamar dari dirinya sendiri, dari foto-fotonya, dari buku-bukunya, meninggalkannya, dan
melupakannya, bahkan lebih tak terlihat daripada
hantu.”
Bernis merupakan pemuda yang sigap, cepat
tanggap dan penuh keberanian dalam memberikan
bantuan kepada orang lain, khususnya kepada
orang-orang yang dicintainya. Pada saat mendapati
pujaan hatinya jatuh sakit, tanpa pikir panjang, ia
berusaha menolongnya dengan segala cara agar
mereka bisa mendapatkan tempat berlindung.
« Il frappa longuement la porte jusqu’à secouer un
pas traînard... Je vous en prie, ma femme est
malade ! insista Bernis. La porte s’était refermée.
Le pas s’enfonçait dans le corridor. »
“Lama dia mengetuk pintu sampai terdengar
langkah yang diseret... Tolong, isteriku sakit!
Bernis mendesak. Pintu ditutup kembali. Langkah
itu menjauh dalam gang.”
Bernis adalah seorang yang mampu menerima dan
mengakui kekalahan serta tidak memaksakan kehendaknya. Setelah berusaha untuk menjaga
hubungannya dengan Geneviève, ia pun menyerah
karena ia merasa telah membuat pujaan hatinya
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
8
hidup dalam keadaan sulit. Bernis menyadari
bahwa dirinya tidak mampu membahagiakan
Geneviève. Hal tersebut diungkapkan dalam
kutipan di bawah ini.
« Bernis est las. Deux mois plus tôt, il montait vers
Paris à la conquête de Geneviève. Il rentrait hier à
la Compagnie, ayant mis de l’ordre dans sa défaite.
Ces plaines, ces villes, ces lumières qui s’en vont,
c’est bien lui qui les abandonne. Qui s’en dévêt.
Dans une heure le phare de Tanger luira : Jacques Bernis, jusqu’au phare de Tanger, va se souvenir. »
“Bernis lelah. Dua bulan yang lalu, ia naik ke Paris
untuk menaklukan Geneviève. Kemarin ia pulang
ke perusahaan, setelah menata semuanya dalam
keklahannya. Padang-padang, kota-kota, cahaya-
cahaya yang pergi itu. Memang benardia yang
meinggalkan mereka. Yang melepaskan diri dari
semua itu. Satu jam lagi lampu mercu suar Tangir
akan bersinar: Jacques Bernis sampai ke mercu suar
Tangir akan selalu mengenang-ngenang.”
c) Geneviève
Geneviève merupakan teman kecil Bernis yang ia
temui kembali setelah sekian lama. Ia lebih tua dua
tahun dari Bernis, seorang perempuan yang
mempesona banyak pria karena kelembutannya,
ketenangannya dan kerapuhannya. Geneviève
sangat percaya dan hanya terbuka kepada Bernis
walaupun ia telah memiliki suami. Ia tidak pernah
tulus mencintai suaminya, namun ia sangat
mencintai anaknya dari hasil perkawinannya
dengan Herlin. Geneviève selalu menjaga dan merawat anaknya yang sakit-sakitan sendiri tanpa
Herlin. Ia tidak pernah meminta Herlin untuk
membantunya, ia lebih memilih agar suaminya
menyibukan diri dengan pekerjaannya. Ia tidak
memikirkan rasa lelah dan kantuknya saat berjaga
demi anaknya sampai ia pingsan. Dokter bahkan
menyuruhnya untuk istirahat karena Geneviève
telah membuat dirinya lelah sendiri. Tindakan-
tindakan yang dilakukan Geneviève saat merawat
anaknya merupakan tindakan heroik yang
dilakukan seorang ibu demi anaknya. Baginya, berbagai pengorbanan yang telah ia lakukan tidak
ada artinya. Ia akan melakukan segalanya demi
kesembuhan anaknya.
« Vous devriez dormir un peu », disait la garde...
Un matin, devant le médecin, elle glissa doucement
le long d’un fauteuil, évanouie. Quand elle revint à
elle, il ne lui parla ni de courage ni d’espoir, ni
n’exprima aucune pitié. Il la regarda gravement et
lui dit : « Vous vous fatiguez trop. Ce n’est pas
sérieux. Je vous donne l’ordre de sortir cet après-
midi. » “Nyonya harus tidur sebentar”, kata perawat jaga...
Pada suatu pagi di depan dokter, pelan dia
meluncur jatuh ke atas kursi, pingsan. Ketika ia
sadar kembali, sang dokter tidak berbicara
mengenai ketabahan atau pun harapan, dia sama
sekali tidak memperlihatkan rasa belas kasihan. Dia
memandangnyadengan sungguh-sungguh dan
berkata, “Anda terlalu membuat lelah diri sendiri.
Ini tidak parah. Saya perintahkan Anda untuk
keluar rumah tengah hari ini.”
d) Pendeta
Saat berada di Paris, Bernis bertemu dengan seorang pendeta yang sedang berkhotbah di Gereja
Notre-Dame. Pendeta itu berusaha unuk merangkul
dan menawarkan bantuan kepada orang-orang yang
sedang dalam kesusahan. Sisi heroisme kristiani
dari pendeta hanya dapat dilihat dari khotbah yang
disampaikannya, bahwa ia bersedia menolong
dengan memikul segala dosa-dosa yang dimiliki
umatnya, agar umatnya mendapatkan pengampunan
dan terhindar dari kesengsaraan. Pendeta itu
menyamakan dirinya seperti kristus yang heroik.
« Car je suis celui qui accueille. Je portais les
péchés du monde. J’ai porté son mal. J’ai porté vos
détresses de bêtes qui perdent leurs petits et vos
maladies incurables, et vous en étiez soulagés.
Mais ton mal, mon peuple d’aujourd’hui, est une
misère plus haute et plus irréparable et pourtant je
le porterai comme les autres. Je porterai les
chaînes plus lourdes de l’esprit. »
“Karena aku adalah dia yang menyambut. Aku
memikul dosa dunia. Aku menanggung deritanya.
Aku memikul keputusasaan kalian yang bagai
binatang kehilangan anak, dan penyakit-penyakit kalian yang tidak tersembuhkan, dan kalian merasa
lega karenanya. Penyakit kalian, wahai Umatku hari
ini, adalah kesengsaraan yang lebih tinggi dan lebih
tidak dapat diperbaiki, dan meskipun demikian, aku
akan memikulnya seperti dosa-dosamu yang lain.
Aku akan memikul rantai-rantai pikiran yang paing
berat.”
e) Kepala Hangar
Kepala Hangar merupakan orang yang tegas, disiplin dan teliti. Ia tegas dalam menerapkan
peraturan kepada para pilot, karena baginya
peraturan merupakan hal mutlak yang harus
dipatuhi demi kelancaran dalam bekerja dan
menghindari hal yang tidak diinginkan. Kepala
hangar selalu memeriksa pesawat sebelum lepas
landas, ia memeriksa dari bagian kecil sampai
bagian besar pada pesawat. Ia juga memastikan
semua hal yang diperlukan oleh pilot pada
tempatnya. Kepala hangar tidak segan untuk
mendenda anak buahnya yang melakukan
kesalahan dan bertindak sembrono sebagai hukuman agar memberikan efek jera. Tindakan-
tindakan yang dilakukan kepala hangar tesebut
termasuk dalam suatu tindakan heroik, karena
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
9
kepala hangar tegas menerapkan peraturan demi
keselamatan para awaknya dan memberikan
hukuman demi menegakkan peraturan yang ada.
« Le chef de piste fait demi-tour vers les
manoeuvres : – Qui a goupillé ce capot ? – Moi. –
Vingt francs d’amende... Le chef de piste jette un
dernier coup d’oeil : ordre absolu des choses ;
gestes réglés comme pour un ballet. Cet avion a sa
place exacte dans ce hangar, comme dans cinq
minutes dans ce ciel. Ce vol aussi bien calculé que le lancement d’un navire. Cette goupille qui
manque : erreur éclatante. Ces ampoules de cinq
cents bougies, ces regards précis, cette dureté pour
que ce vol relancé d’escale en escale jusqu’à
Buenos-Ayres ou Santiago du Chili soit un effet de
balistique et non une oeuvre de hasard. Pour que,
malgré les tempêtes, les brumes, les tornades,
malgré les mille pièges du ressort de soupape, du
culbuteur, de la matière, soient rejoints, distancés,
effacés : express, rapides, cargos, vapeurs ! Et
touchés dans un temps record Buenos Ayres ou Santiago du Chili. »
“Kepala hangar membalikkan badan ke arah
pesawat: –Siapa memasang tutup metal ini? –Saya.
–Dnda dua puluh franc.... Kepala hangar memeriksa
sebentar untuk kali terakhir: kerapihan mutlak
semua hal; semua pada tempatnya seperti tarian
balet. Pesawat ini mempunyai tempat tertentu di
dalam hangar ini, sebagaimana lima menit lagi di
udara. Penerbangan ini diperhitungkan secermat
peluncuran sebuah kapal. Sekrup metal yang hilang
adalah kesalahan yang mencolok. Bola-bola lampu
berkekuatan lima ratus lilin itu, pandangan-pandangan yang cermat itu, kedisiplinan yang ketat
agar penerbangan yang dilakukan antara pos
persinggahan yang satu ke pos yang lain sampai ke
Buenos Aires atau Santiago di Chili ini menjadi
suatu penerbangan luar biasa teliti dan bukan hasil
pekerjaan yang asal saja. Agar supaya, meskipun
dihadang badai, kabut, angin puting beliung,
meskipun dihadang ribuan jebakan alat-alat
pengatur aliran inyak, pengatu keseimbangan
pesawat, pesawat ini bisa menyamai, melebihi,
mengungguli kecepatan kereta ekspres, kereta api kilat, kapal barang, kapal uap! Dan tiba di Buenos
Aires, di Santiago, atau di Chili, dalam waktu yang
sesingkat mungkin.”
f) Kepala Lapangan Terbang di Casablanca
Dalam cerita, kemunculan kepala lapangan terbang
yaitu pada saat ia berusaha menahan Bernis untuk
melanjutkan perjalanan mengantar surat saat berada
di pos persinggahan Casablanca ketika badai
datang. Dia merupakan seorang yang disiplin dan
penuh perhitungan. Sebagai seorang kepala lapangan terbang, ia memikul beban tugas yang
berat. Ia yang bertanggung jawab atas keselamatan
para pilot. Jika cuaca buruk atau berkabut ia akan
mepertimbangkan kembali secara matang untuk
memberangkatkan pilot pengantar surat. Salah satu
tindakan heroik dari kepala lapangan terbang
terlihat ketika ia memutuskan untuk menunda
pengiriminan surat di kala cuaca buruk demi
keselamatan pilot pengantar surat. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ia siap dan berani
menanggung risiko atas keterlambatan surat yang
terjadi demi menyelamatkan satu nyawa.
« Le chef d’aéroplace était perplexe. Donnerait-il à son tour le départ ? Il craignait de la brume au Sud
peut-être bien jusqu’à l’oued Noun, peut-être même
jusqu’à Juby et Juby demeurait muet malgré les
appels de la T.S.F. On ne pouvait lancer le «
France-Amérique » la nuit, dans du coton ! Et ce
poste du Sahara gardait son mystère pour lui. »
“Kepala lapangan terbang bingung. Apakah pada
gilirannya ia akan memberangkatkan pesawat? Ia
khawatir kabut di Selatan mungkin sekali sampai ke
Oued-Noun, bahkan mungkin sampai ke Juby, dan
Juby tetap membisu meskipun radio telegrafis memanggil-manggil. Pesawat “Prancis-Amerika”
tak dapat dikirimkan dalam kabut tebal! Dan pos di
Sahara itu tetap menyembunyikan rahasia
padanya.”
g) Sersan Bintang-bintang
Kemunculan sersan bintang-bintang dalam cerita
yaitu pada saat Bernis singgah di benteng kecil
yang dijaga seorang sersan beserta 20 orang
Senegal bersenjata, ketika pesawatnya mengalami
kerusakan. Sersan bintang-bintang adalah seorang sersan tua yang bertugas di sebuah benteng kecil
Prancis di tengah gurun Sahara. Ia dipanggil sersan
bintang-bintang karena ia senang mengamati
bintang-bintang dan cahaya bulan di langit Sahara.
Sersan bintang-bintang berasal dari Tunisia, ia
sangat mencintai dan selalu mengingat tanah
airnya. Sersan bintang-bintang merupakan tokoh
heroik dalam cerita, ia rela meninggalkan tanah air
yang sangat dicintainya di Tunisia demi mengabdi
pada negara untuk bertugas sebagai sersan tua yang
terlupakan di sebuah benteng kecil di tengah padang pasir yang terpencil, berbahaya, dan tidak
menyenangkan karena hidup dalam kesendirian di
tengah hamparan gurun pasir.
« Et maintenant, il les expliquait à son tour. Et le
sergent, apprenant les distances, pensait à Tunis
aussi qui est loin. Apprenant l’étoile polaire, il
jurait de la reconnaître à son visage, il n’aurait
qu’à la maintenir un peu à gauche. Il pensait à
Tunis qui est si proche. »
“Dan sekarang, pada gilirannya dia menjelaskan.
Dan si sersan, setelah mengetahui jarak, juga memikirkan Tunisia yang jauh. Setelah mengetahui
bintang Kutub, dia bersumpah bisa mengenalinya
begitu melihatnya, dia hanya harus memastikan
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
10
bahwa bintang itu berada agak di kiri. Dia
memikirkan Tunisia yang begitu dekat.”
Sisi heroisme dari sersan bintang-bintang juga
diungkapkan oleh tokoh “aku” yang berpendapat
bahwa sersan tua itu memiliki kesabaran yang luar
biasa, hidup dalam kebisuan dan keterasingan total
di tengah padang pasir.
Ruang-ruang dalam Courrier Sud yang
berbahaya
Dalam novel Courrier Sud banyak sekali latar
ruang yang ditampilkan. Novel ini menceritakan
perjalanan pilot pesawat terbang, oleh karena itu
latar ruang yang diceritakan berpindah-pindah.
Latar ruang yang paling menonjol dalam cerita
adalah angkasa, pesawat terbang, gurun Sahara dan
benteng kecil Prancis, karena ruang-ruang tersebut
merupakan latar tempat ketika tokoh-tokoh dalam
cerita memperlihatkan sisi heroisme mereka.
Deskripsi ruang secara mendetil terdapat dalam uraian cerita berupa gambaran situasi dalam
kalimat-kalimat puitis. Ruang dominan dalam cerita
adalah angkasa. Tokoh pilot pos udara
menghabiskan hampir seluruh waktunya di
angkasa. Angkasa merupakan tempat yang sangat
berbahaya. Cuaca yang berubah secara tiba-tiba
sering kali menyulitkan para pilot pos udara ketika
berada di angkasa. Awan-awan tebal dan
kencangnya angin juga kerap kali menghalangi
pandangan para pilot. Angkasa digambarkan
sebagai tempat yang penuh tantangan bagi para
pilot, mereka berusaha menyatu dengan situasi di angkasa ketika menerbangkan pesawat.
« Derrière Bernis les nuages épais, brassés dans
une cuve par la tornade. Devant lui une terre vêtue
de soleil, l’étoffe claire des prés, la laine des bois,
le voile froncé de la mer. »
“Di belakang Bernis awan-awan tebal teraduk
dalam sebuah tong akibat hembusan angin putting
beliung. Di depannya sebuah bumi yang diselimuti
matahari, kain terang padang-padang rumput,
selimut wol-wol hutan, layar laut yang berkerut-kerut.”
Ruang lainnya yang memiliki keterangan paling
mendetil dalam cerita yaitu gurun Sahara. Gurun
Sahara digambarkan sebagai padang pasir terpencil
dan sunyi yang dihuni oleh orang-orang Arab.
Orang-orang asing yang tinggal di tempat tersebut
akan merasa terpenjara karena jauh dari mana-
mana. Gurun Sahara merupakan tempat yang
menantang dan berbahaya bagi pilot, angin kencang
yang membawa pasir, cuaca yang ekstrim dan
berubah-ubah membuat gurun Sahara sulit ditaklukan oleh para pilot.
« Les vents alizés glissaient sans repos vers le Sud.
Ils essuyaient la plage avec un bruit de soie. Ce
n’étaient plus ces vents d’Europe qui tournent,
cèdent ; ils étaient établis sur nous comme sur le
rapide en marche. Parfois la nuit, ils nous
touchaient, si durs, que l’on s’appuyait contre eux,
face au Nord, avec le sentiment d’être emporté, de
les remonter vers un but obscur. Quelle hâte, quelle
inquiétude ! »
“Angin yang gelisah bertiup tanpa henti ke arah
selatan membasuh pantai pasir dengan suara seperti gemerisik sutera. Ini bukan angin benua Eropa yang
berputar dan melemah: angin ini menghempas kami
seperti sebuah kereta api yang sedang melaju.
Kadang-kadang pada malam hari, angin ini
menerpa kami dengan begitu keras sehingga kami
bersandar padanya, dengan perasaan seakan
terbawa, saat wajah kami menghadap ke utara,
dengan perasaan seakan terbawa balik ke suatu
tujuan yang tak jelas. Betapa kencang, betapa
gelisah!.” Selanjutnya, pesawat merupakan ruangan yang
sering menjadi latar dari tindakan heroik para
tokoh. Perjalanan pilot pengantar surat menuju
tempat yang berbeda-beda, membuat pesawat
menjadi ruang yang sering ditampilkan dalam
cerita. Pada masa itu, pesawat merupakan sebuah
penemuan yang cukup baru. Para pilot pengantar
surat menerbangkan sebuah pesawat rapuh dengan
sistem dan model yang masih sangat sederhana.
Bagian atas pesawat terbuka, hal ini berisiko bagi
para pilot karena tidak adanya pelindung di atas
kepala mereka ketika harus terbang di angkasa. Pesawat yang diciptakan kala itu juga masih
menggunakan baling-baling kincir. Baling-baling
ini sangat bergantung dengan kekuatan angin
sehingga diperlukan strategi untuk mengendalikan
pesawat. Selain itu, ketika menerbangkan pesawat
di cuaca buruk, para pilot harus memiliki keahlian
khusus dan berpengalaman untuk menjaga
keseimbangan pesawat yang besar dan berat.
Sistem pengamanan yang tersedia pada pesawat
juga terbatas.
« Tôles luisantes, moteur sans cambouis. L’avion
semble neuf. Horlogerie délicate à quoi touchaient
les mécaniciens avec des doigts d’inventeurs.
Maintenant ils s’écartent de l’oeuvre au point...
Les roues puissantes écrasent les cales. Battue par
le vent de l’hélice, l’herbe jusqu’à vingt mètres en
arrière semble couler. Bernis, d’un mouvement de
son poignet, déchaîne ou retient l’orage... Ayant
roulé, lentement, vent debout, il tire à lui la manette
des gaz. L’avion, happé par l’hélice, fonce. Les
premiers bonds sur l’air élastique s’amortissent et
le sol enfin paraît se tendre... Il libère d’un mouvement de son poignet chaque vague qui le
soulève et qui se propage
en lui comme une onde. »
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
11
“Keseluruhan lempengan baja mengkilat, mesin
tanpa ceceran pelumas. Pesawat itu tampak baru.
Piranti halus yang disentuh oleh para hali mesin
dengan jari-jari peka seorang penemu. Sekarang
mereka menyingkir dari karya yang telah siap itu...
Roda-roda perkasa menggilas landasan.
Rerumputan seakan mengalir ke belakang sampai
sejauh dua puluh meter tertiup angin baling-baling.
Bernis, dengan satu gerakan tangan memicu atau
meredakan badai... Setelah meluncur pelan-pelan,
angin lurus dari depan, ia menarik ke belakang tuas gas. Pesawat yang dihentak beling-baling,
meluncur. Lompatan-lompatan pertama yang
kenyal ke udara menjadi lunak, dan akhirnya bumi
menjadi tampak meluas... Dengan satu gerakan
tangan ia mengatasi setiap gelombang udara yang
mengangkatnya dan yang bergerak ke arahnya
seperti ombak.”
Latar ruang yang terakhir, yaitu benteng kecil
Prancis. Benteng ini terletak di tengah gurun Sahara
dan dijaga oleh seorang sersan tua dari Tunisia beserta 20 orang Senegal bersenjata. Benteng itu
sangat terpencil, tidak terdapat bangunan lain di
sekitarnya, yang ada hanyalah hamparan pasir yang
kosong dan sunyi. Dari benteng tersebut hanya
terlihat bintang-bintang di langit Sahara yang
jernih. Benteng kecil itu adalah milik Prancis,
orang-orang yang bersedia untuk bertugas di sana
merupakan orang yang berdedikasi tinggi terhadap
negara. Tidak mudah untuk menetap di benteng
kecil itu, selain keamanan yang tidak terjamin,
orang-orang yang tinggal di sana akan merasa
bosan dan rindu kampung halaman. Para penghuni benteng hanya dapat bersosialisasi dengan sesama
penghuni, oleh karena itu mereka merasa senang
jika ada orang asing berkunjung, seperti saat sersan
tua bertemu dengan Bernis dan orang-orang
lainnya.
« Un fortin français dans le Sahara. Un vieux
sergent reçut Bernis et riait de joie à la vue d’un
frère. Vingt Sénégalais présentaient les armes : un
blanc, c’est au moins un sergent ; c’est un
lieutenant s’il est jeune. » “Sebuah benteng kecil Prancis di Sahara. Seorang
sersan tua menyambut Bernis dan tertawa riang
melihat seorang saudara. Dua puluh orang Senegal
menodongkan senjata: seorang kulit putih, paling
tidak dia seorang sersan; seorang letnan juka lebih
muda.”
Jadi ruang yang berbahaya dalam cerita Courrier
Sud mendukung dan mempertegas tindakan heroik
yang dilakukan oleh para tokoh. Melalui berbagai
keterangan dari ketiga ruang berbahaya di atas,
tercermin penggambaran tradisi masyarakat, tata nilai, tingkah laku dan suasana yang berpengaruh
pada tokoh saat melakukan suatu tindakan heroik.
Waktu dalam Courrier Sud yang
memperlihatkan pengorbanan tokoh
Waktu dalam Courrier Sud hanya ditunjukkan
melalui keterangan jam, tidak terdapat keterangan
lain yang menjelaskan masa tertentu yang
melatarbelakangi berbagai peristiwa dalam cerita.
Waktu yang terdapat dalam cerita berfungsi untuk
menunjukkan bahwa para pilot pos udara bekerja
secara terus-menerus. Mereka bekerja tak kenal
waktu, dari pagi hingga malam hari. Ketika semua orang terlelap dalam tidurnya, mereka melintasi
angkasa untuk mengantar surat ke tempat tujuan.
Melalui keterangan waktu tersebut terlihat tindakan
heroik tokoh pilot pos udara yang rela
mengorbankan waktu pribadinya demi pekerjaan
yang ditujukan untuk kepentingan orang banyak.
Sebagai pilot pos udara, Bernis harus melakukan
perjalanan dengan waktu tempuh yang lama.
Penerbangan yang dilakukan Bernis selama 5 jam
15 menit dari Toulouse ke pos persinggahan pertama di Alicante, membuat ia mengalami
kelelahan dan merasakan rasa kantuk luar biasa.
Hal tersebut memperlihatkan bahwa Bernis bekerja
tak kenal waktu, rasa tanggung jawab dan
profesionalisme Bernis dalam pekerjaan, membuat
ia lebih memilih untuk menahan rasa lelahnya dan
kembali melakukan perjalanan mengantar surat.
«Toulouse-Alicante : 5 h. 15 de vol. Il s’interrompt,
se laisse dominer par la fatigue et par le rêve. Il lui
parvient un bruit confus. Une commère crie
quelque part. Le chauffeur de la Ford ouvre la porte, s’excuse, sourit. Bernis considère gravement
ces murs, cette porte et ce chauffeur grandeur
nature. Il est mêlé pour dix minutes à une
discussion qu’il ne comprend pas, à des gestes que
l’on achève, que l’on commence. Cette vision est
irréelle. Un arbre planté devant la porte dure
pourtant depuis trente ans. Depuis trente ans
repère l’image.»
“Toulouse-Alicante. Terbang selama 5 jam 15
menit. Ia berhenti, membiarkan dirinya dikuasai
kelelahan dan mimpi. Suatu suara yang kacau terdengar olehnya. Seorang iu berteriak di suatu
tempat. Sopir mobil Ford membuka pintu, meminta
maaf, tersenyum. Bernis memandang dengan
sungguh-sungguh dinding itu, pintu itu, dan sopir
itu, yang semuanya dalam ukuran wajar. Ia terlibat
dalam suatu percakapan yang tidak dipahaminya
selama sepuluh menit, pada gerakan-gerakan yang
dihentikan, yang dimulai. Pemandangan itu tidak
nyata meskipun demikian, sebuah pohon yang
ditanam di depan pintu telah ada di situ semenjak
tiga puluh tahun. Semenjak tiga puluh tahun mejadi
patokan pemandangan.”
Deskripsi waktu lainnya yang menunjukkan
pengorbanan Bernis yaitu ketika ia tiba di pos
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
12
persinggahan di Port-Etienne pada pukul 16.30, dan
kemudian harus lepas landas lagi pukul 16.45
karena diperintahkan untuk melanjutkan terbang
malam. Keterangan waktu di atas menunjukkan
bahwa Bernis tidak memiliki banyak waktu untuk
beristirahat, ia hanya memiliki 15 menit waktu
untuk dirinya sendiri sebelum melanjutkan
perjalanan di malam hari.
«De Port-Étienne pour Cap Juby : courrier bien
arrivé 16 h 30. De Port-Étienne pour Saint-Louis : courrier reparti 16 h.45. De Saint-Louis pour
Dakar : courrier quitte Port-Étienne 16 h. 45,
ferons continuer de nuit.»
“Dari Port-Etienne untuk cap Juby: pesawat pos
tiba dengan selamat pukul 16.30. Dari Port-Etienne
untuk Saint-Louis: pesawat pos berangkat lagi
pukul 16.45. Dari Saint-Louis untu Dakar: pesawat
pos meninggalkan Port-Etienne pukul 16.45, kita
perintahkan melanjutkan terbang malam.”
Jadi, analisis latar waktu memperlihatkan bahwa para tokoh bekerja secara terus-menerus dan tak
kenal waktu. Mereka banyak mengorbankan waktu
pribadi untuk kepentingan pekerjaan. Mereka tidak
sempat untuk bersosialisasi dengan orang banyak
atau menikmati waktu luang. Para pilot pos udara
mendedikasikan hidup mereka sepenuhnya untuk
pekerjaan. Keterangan waktu dalam cerita
membentuk latar waktu yang bersifat spiritual,
karena keterangan waktu yang ada tidak hanya
memberikan informasi yang bersifat fisik tetapi
juga menunjukkan bagaimana nilai heroisme itu
berlangsung.
Kesimpulan
Dalam novel Courrier Sud, nilai kepahlawanan
terlihat dari sikap para tokoh yang memilih untuk
melakukan tindakan berisiko dalam hidupnya
dengan ketetapan hati. Tindakan heroik yang
mereka lakukan bertujuan memberikan manfaat
bagi orang banyak. Pada bagian akhir cerita, yaitu
penemuan Bernis yang hilang di padang pasir
merupakan bagian yang paling menunjukkan tindakan heroik dari seorang pilot pos udara, karena
mereka rela mengorbankan nyawa demi sampainya
surat-surat ke tempat tujuan. Hal ini ditunjukkan
melalui kutipan berikut, « De Dakar pour Toulouse
: courrier bien arrivé Dakar. Stop. ». “Dakar untuk
Toulouse: Surat-surat selamat tiba di Dakar. Stop.”.
Cerita ini juga memperlihatkan bahwa heroisme
dapat dimiliki oleh semua orang. Tokoh laki-laki
dan perempuan dengan berbagai macam profesi
sama-sama memiliki nilai kepahlawanan dalam diri
mereka, namun diperlihatkan dengan cara yang
berbeda-beda. Selain itu, ruang dan waktu dalam
cerita juga mendukung adanya kesan heroisme
dalam tindakan yang dilakukan para tokoh.
Heroisme dalam Courrier Sud merupakan
gambaran fiksi dari perjalanan karir Saint-Exupéry
dalam melakukan tindakan heroik saat mengemban
tugasnya sebagai pilot pengantar surat. Setiap hari
ia menghadapi bahaya ketika menerbangkan sebuah
pesawat rapuh dan menghadapi cuaca yang
berubah-ubah secara tiba-tiba. Saint-Exupéry
pernah mendapatkan penghargaan Légion
d'Honneur untuk tindakan heroiknya saat menyelesaikan pekerjaan di Cap Juby selama lima
belas bulan. Selain itu, ia mendedikasikan dirinya
dalam Perang Dunia II sebagai pilot mata-mata.
Saint-Exupéry telah membuktikan bahwa dirinya
adalah seorang pahlawan, sisi heroisme dalam
dirinya dapat dirasakan dalam beberapa tulisannya.
Daftar Referensi
Barthes, Roland. “Introduction à l’analyse
structurale des récits”. Communication no 8
(1966). 13 Februari 2013.
<http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/comm_0588-8018_1966_num_8_1_1113>
Creswell, John W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Terj. Achmad
Fawaid dari Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches,
2009.
Didier, Julia. Dictionnaire de la Philosophie. Paris:
Librairie Larousse, 1964.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Sastra.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009.
Reuter, Yves. Introduction à l’Analyse du Roman. Paris: Bordas, 1991.
Saint-Exupéry, Antoine de. Courrier Sud. Paris: Gallimard, 1929.
Saint-Exupéry, Antoine de. Pesawat Pos Selatan. Depok: Komodo Books, 2010. Terj. Apsanti
Djokosujatno dari Courrier Sud, 1929.
Warren, Austin and Renee Wellek. Theory of
Literature. Florida : Harcourt Brace & Company,
1995.
Zaimar, Okke K. S. Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. Depok: Komodo Books, 2014
.
Heroisme dalam ..., Farah Khadija, FIB UI, 2014
top related