hikayat nabi lot: sebuah kajian intertekstual dan
Post on 21-Oct-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
15
TOTOBUANG
Volume 8 Nomor 1, Juni 2020 Halaman 15—27
HIKAYAT NABI LOT: SEBUAH KAJIAN INTERTEKSTUAL DAN KAITANNYA
DENGAN FENOMENA LGBT DI INDONESIA
(The Saga of Prophet Lot: An Intertextual Study and Correlations to LGBT Phenomenon
in Indonesia)
Siti Aisyah Hasanudina & Asep Yudha Wirajayab
a,b Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl.Ir. Sutami No. 36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57126
Pos-el: sitiaisyahhasanudin@gmail.com
Diterima: 1 Desember 2019; Direvisi: 8 April 2020; Disetujui: 26 Mei 2020
doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i1.173
Abstract
This article aims to describe the correlations among intertextuality, hypogram, and transformation in the
existing Saga of the Prophet Lot (hereinafter abbreviated as HNL) with the Story of the Prophet Lot (hereinafter
abbreviated KNL) in the Holy Quran and also its correlations to the LGBT phenomenon in Indonesia. The
problems in this article, that is (1) What is the intertextual relationship between HNL and KNL in the Holy
Quran?, (2) How are the similarities and differences of HNL and KNL in the Holy Quran?, (3) What are the
background creation of HNL? This article wants to prove that the ancient manuscript entitled HNL is a
hypogram and transformation of the KNL contained in the Holy Quran. The method used in this article is
content analysis because the authors intend to interpret the events contained in the HNL and then trace the
Intertekstualnya relationship with the KNL found in the Holy Quran. In this article the similarities and
differences in the two objects that will be examined are explained properly. This HNL script has similarities with
KNL in the Holy Quran such as Prophet Lot was instructed by Allah SWT to preach his people such as about
leaving their indecent behaviors; the arrival of the Angels at Prophet Lot’s home, Prophet Lot was expelled by
his people, and punishment for the Sodomites. The differences only lie in the beginning of the story and at the
end of the story of Prophet Lot.
Keywords: The Story of Prophet Lot, The Saga of Propeth Lot, Holy Quran, intertextual, hypogram, and LGBT
Abstrak Artikel ini bertujuan memaparkan hubungan intertekstual, hipogram, dan transformasi pada naskah
Hikayat Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat HNL) dengan Kisah Nabi Lot (yang selanjutnya disingkat KNL)
dalam Alquran dan juga kaitannya dengan fenomena LGBT di Indonesia. Permasalahan dalam artikel ini, yaitu
(1) Bagaimana hubungan intertekstual antara HNL dengan KNL dalam Alquran?, (2) Bagaimana persamaan
dan perbedaan HNL dan KNL dalam Alquran?, (3) Apa yang menjadi latar belakang penciptaan HNL? Artikel
ini membuktikan bahwa naskah kuno yang berjudul HNL merupakan hipogram dan transformasi dari KNL yang
terdapat dalam Alquran. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis konten karena penulis
bermaksud menafsirkan peristiwa yang terdapat dalam HNL dan kemudian menelusuri hubungan
intertekstualnya dengan KNL yang terdapat dalam Alquran. Artikel ini menjelaskan tentang persamaan dan
perbedaan pada kedua objek yang akan di kaji. Naskah HNL memiliki persamaan dengan KNL dalam Alquran.
Nabi Lot diperintahkan Allah SWT untuk berdakwah kepada kaumnya agar mau meninggalkan perilaku
menyimpang, kedatangan para Malaikat ke rumah Nabi Lot, Nabi Lot diusir oleh kaumnya, dan hukuman bagi
kaum Sodom. Adapun perbedaannya hanya terletak pada awal kisah dan akhir cerita Nabi Lot as.
Kata-kata Kunci : Kisah Nabi Lot, Hikayat Nabi Lot, Alquran, intertekstual, hipogram, dan LGBT
PENDAHULUAN
Naskah merupakan salah satu warisan
budaya Indonesia yang melimpah dan berisi
pengetahuan dan berbagai informasi.
Berbeda dengan peninggalan sejarah lain
yang ditemukan di Indonesia, naskah
disajikan dalam bentuk teks dari tulisan
tangan. Oleh sebab itu, naskah mengandung
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
16
berbagai informasi sejarah, kebudayaan
maupun sebuah kisah tokoh yang
berpengaruh di suatu daerah, serta di dunia
(Baried, dkk, 1994), (Fathurahman, 2015),
(Wirajaya, 2019).
Salah satu contohnya adalah naskah
Hikayat Nabi Luth atau yang selanjutnya
disebut HNL. HNL merupakan salah satu
naskah koleksi Perpustakaan Nasional
Prancis yang terdokumentasikan, baik dalam
bentuk mikrofilm maupun digital. Naskah
ini menceritakan seorang nabi yang diutus
oleh Allah Swt., yaitu Nabi Luth a.s. Nabi
Luth a.s. diutus untuk berdakwah mengajak
kaumnya untuk bertauhid, yaitu hanya
menyembah kepada Allah Swt., Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu, Nabi Luth a.s. juga
diutus untuk mengajak kaumnya agar
menjauhi atau meninggalkan perbuatan keji,
yaitu homoseksual. Bahkan, Kisah Nabi
Luth a.s., termasuk kisah yang banyak
disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Kata “Luth” sendiri dalam Al-Qur’an
disebutkan sebanyak 27 kali. Adapun
kisahnya dijelaskan dalam 14 surat dan 27
ayat, yang umumnya termasuk dalam
kategori surah makiyah, yaitu dalam surah
Al-An’am/6: 86, Al-A’raf/7: 80, Hud/11: 70,
74, 81, 89, Al-Hijr/15: 59, Al-Anbiya/21:
71, Al-Hajj/15: 59, 61, Asy-Syu’ara/26: 160,
161, 167, An-Naml/27: 54, 56, Al-
Ankabut/29: 26, 28, 31-33, As-Shaffat/37:
133, Shaad/38: 13, Qaaf/50: 13, Al-
Qamar/27: 33-34, dan At-Tahrim/66: 10
(Penerjemah, 1971).
Dalam kisahnya disebutkan bahwa
Nabi Luth a.s. merupakan keponakan dari
Nabi Ibrahim a.s. Nabi Luth a.s. sering ikut
berdakwah bersama Nabi Ibrahim a.s.
sehingga ia mendapatkan banyak
pembelajaran dari pamannya (Katsir, 2007).
Kemudian, Allah mengutus Nabi Luth untuk
menyampaikan risalah pada kaumnya, yaitu
kaum Sodom dengan tujuan agar mereka
mau meninggalkan perilaku
menyimpangnya, dalam hal ini
homoseksual. Akan tetapi, mereka menolak
risalah yang disampaikan oleh Nabi Luth a.s.
sehingga Allah Swt. menurunkan azab pada
mereka dengan hujan batu, dan bumi tempat
mereka berpijak dibalik, kemudian Allah
Swt. membinasakan mereka semua
menjelang subuh.
Homoseksual adalah perilaku seks
yang menyimpang, menyalahi kodrat
penciptaan manusia, dan dalam pandangan
agama Islam homoseksual merupakan
perilaku keji yang dilarang keras oleh Tuhan
Yang Maha Esa.1 Oleh karena itu,
pembinasaan kaum Sodom merupakan
pembelajaran yang sangat penting untuk
dikaji dalam perspektif keilmuan yang lebih
luas, komprehensif, dan integral.
Saat ini, masalah penyimpangan
perilaku seksual dianggap oleh sebagian
manusia modern sebagai persoalan pribadi.
Artinya, negara, agama, dan masyarakat
dianggap tidak berhak untuk ikut campur
dalam segala hal yang termasuk ke dalam
urusan ranah pribadi. Jadi, dengan alasan
apa pun, termasuk hak asasi manusia dan
lain sebagainya sekali lagi tidak dapat
dijadikan sebagai alasan pembenaran dari
praktik perilaku seks yang menyimpang.
Tatkala manusia membiarkan dirinya
menjadi budak nafsu syahwat, maka
selamanya dia akan terjerat dalam perangkap
setan tersebut dan sulit untuk dapat keluar,
kecuali ia benar-benar niat bertobat dengan
taubatan nasukha (Wirajaya, 2014).
Ironisnya, di tengah gemerlap dan gegap
gempita sosial media, justru telah menjadi
sarana untuk membuat semacam
perkumpulan atau grup yang memiliki
kecenderungan yang sama.
Sementara, di sisi lain, pemerintah
sendiri “belum mampu” mengontrol
aktivitas semua grup yang tersebar di
berbagai sosial media. Akibatnya,
1 https://medium.com/@cindyfbrn00/pandangan-
agama-mengenai-lgbt-1ab1bcf239a8
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
17
kelompok homo, lesbian, gigolo, dan
sejenisnya kini tumbuh subur dalam format
kelompok atau grup digital.2 Oleh karena itu,
keberadaan HNL menjadi aktual dan
menarik untuk dikaji agar dapat dijadikan
alternatif solusi atas permasalahan yang
terjadi saat ini. Dengan mengingat masalah
perilaku seks yang menyimpang merupakan
fenomena “gunung es” yang terjadi di
Indonesia.
LANDASAN TEORI
Artikel ini dikaji menggunakan teori
intertekstual. Secara etimologi, interteks
berasal dari kata “inter” dan “teks”. “Inter”
berarti jaringan atau hubungan, sedangkan
“teks” dalam bahasa latin yaitu “textus”
yang berarti “tenunan”, “anyaman”,
“penggabungan”, “susunan”, dan “jalinan”.
Jadi, interteks berarti jalinan antara satu teks
dan teks yang lain, yang saling berhubungan.
Prinsip intertekstual dikenal dalam kalangan
para peneliti Prancis yang berasal dari
aliran-aliran strukturalisme Prancis yang
dipengaruhi oleh pemikiran filsuf Jaques
Derrida. Kemudian, Julia Kristeva
mengembangkan pemikiran intertekstualitas
ini (Teeuw, 1984).
Prinsip intertekstual Kristeva dalam
membaca sebuah teks sastra harus melihat
latar belakang dari teks-teks yang lain,
karena tidak ada teks yang berdiri sendiri
tanpa melihat teks lain. Artinya, penciptaan
dan pembacaannya tidak dapat dilakukan
tanpa adanya teks-teks lain sebagai contoh
dan kerangka, juga memungkinkan
terjadinya peresapan dan transformasi dari
teks yang sudah lebih dahulu ada. Dengan
demikian, prinsip Kristeva mengibaratkan
teks lain sebagai salah satu bahan yang
bagus dan kemudian dimanfaatkan lalu
dikombinasikan ke dalam sebuah ciptaan
baru atau ditransformasikan berdasarkan
rasa keindahan sang pencipta (Pradopo,
1987: 227-228). Oleh karena itu, sebuah
2 https://magdalene.co/story/apakah-kelompok-lgbt-
memang-melunjak
kajian yang menggunakan teori ini harus
menemukan dan mengemukakan adanya
hubungan-hubungan bermakna di antara dua
teks atau lebih. Dalam artian, hubungan di
sini tidak hanya persamaan antara satu teks
dengan teks lainnya, tetapi juga mengenai
ketidaksamaan antara satu teks dan teks
yang lain. Maka ketika suatu ketidaksamaan
ditemukan di dalam kedua teks, perlu sebuah
alasan atau latar belakang apa yang
menyebabkan karya sastra tersebut berbeda
(Zailani, 2016)
Fenomena intertekstual hanya dapat
dikenali dengan membandingkan teks
dengan sumbernya, yaitu hipogram
(Riffaterre, 1978: 42). Teks khusus yang
menjadi latar belakang penciptaan sebuah
karya sastra disebut hipogram, sedangkan
teks yang mengadopsi dan mentransformasi
hipogram disebut teks transformasi. Adapun
hipogram terbagi atas dua bagian, yaitu
hipogram potensial dan hipogram aktual.
Hipogram potensial adalah hipogram yang
terdapat pada bahasa yang dipakai dalam
karya sastra yang makna kebahasaannya
telah kita pahami, sedangkan hipogram
aktual adalah kata-kata atau susunan kalimat
yang telah ada sebelumnya.
Menurut Syam (2017: 58), tahapan
dalam penerapan intertekstual ada tiga yaitu
perbandingan, hipogram, dan penafsiran.
Perbandingan dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar persamaan dan perbedaan
kedua teks. Hasil dari perbandingan tersebut
digunakan sebagai acuan untuk mengetahui
seberapa jauh kedua teks tersebut saling
berhubungan.
METODE PENELITIAN
Dalam artikel ini, metode yang
digunakan adalah analisis konten. Analisis
konten adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara menganalisis teks yang
bertujuan untuk mengetahui isi dan makna
yang terkandung di dalam teks tersebut
(Wuradji dalam Jabrohim, 2001: 6). Analisis
konten terdapat dua jenis analisis, yaitu
analisis isi maksud yang tersembunyi dan
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
18
analisis isi komunikasi (Ratna, 2008: 48-49).
Dengan menganalisis isi, maksud yang
tersembunyi akan menghasilkan arti,
sedangkan dalam menganalisis isi
komunikasi akan menghasilkan makna.
Seperti halnya metode kualitatif, dasar
metode dari analisis konten adalah
penafsiran atau interpretasi teks.
Data dan objek yang digunakan dalam
artikel ini adalah naskah kuno berbentuk
mikrofilm atau digital dengan bertuliskan
aksara Arab-Melayu atau Jawi dan
berbahasa Melayu yang didapat dari website
Perpustakaan Nasional Prancis
https://gallica.bnf.fr. Kemudian, naskah
tersebut ditransliterasikan, lalu dijadikan
objek kajian. Naskah ini anonim (tidak
memiliki nama pengarang) dan tidak
terdapat tempat atau tahun penyalinan
naskah.
Dalam artikel ini, penulis akan
menelusuri hubungan intertekstual naskah
yang berisi tentang Kisah Nabi Luth dengan
ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an
dengan menggunakan teori intertekstualitas
dan mengemukakan hubungan antarteks
dengan fenomena yang terjadi di luar teks.
Kajian ini dilakukan dengan cara
menemukan hubungan-hubungan bermakna
di antara teks. Hubungan yang dimaksud
tidak hanya sebagai persamaan, melainkan
juga sebagai pertentangan. Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa kajian
intertekstualitas adalah sebuah kajian
terhadap sejumlah teks sastra, yang diduga
mempunyai hubungan-hubungan tertentu
dengan teks lain.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam artikel ini, yaitu dengan
cara studi pustaka. Teknik pengambilan
sampel dilakukan berdasar pada tujuan
penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam artikel ini adalah teknik
analisis isi teks, dengan cara memadukan
teks, membandingkan teks, membedakan
teks, dan menarik simpulan.
PEMBAHASAN
Intertekstualitas naskah HNL dan Al-
Qur’an dikaji dengan konsep hipogram
dalam teori intertekstualitas. Menilik dari
judul naskah ini secara jelas menunjukkan
adanya intertekstual, hubungan teks, ataupun
kaitan teks antara naskah tersebut dan KNL
yang terdapat dalam Al-Qur’an. Intertekstual
adalah adanya persamaan dan perbedaan
yang ada dalam naskah HNL dan ada
kaitannya dengan Al-Qur’an yang secara
harfiah telah ada terlebih dahulu.
Hubungan Intertekstual HNL dengan
KNL dalam Al-Qur’an
Alkitab merupakan sumber penulisan
sejarah atau cerita para nabi. Kisah-kisah
yang terdapat dalam Al-Qur’an ditulis
kembali dan disadur dalam bentuk puisi atau
prosa, seperti yang dapat ditemukan pada
HNL ini. Melihat dari judul naskah HNL
jelas menunjukkan adanya hubungan
intertekstual atau kaitannya dengan Kisah
Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam kitab Al-
Qur’an. Berdasarkan Al-Qur’an surah Al-
A’raaf ayat 80--81 menjelaskan bahwa Nabi
Luth a.s. merupakan seorang rasul yang
diutus oleh Allah Swt. kepada suatu kaum
yang melakukan perbuatan keji yang belum
pernah dilakukan oleh kaum sebelumnya
yakni homoseksual, seperti pada kutipan
ayat berikut.
حشة ما سبقكم بها من ف ل ٱتون أتأ ۦ مه قال لقو ولوطا إذ
ن أحد جال شه ٱتون لتأ إنكم 80لمين ع ل ٱم ن دون وة لر م
س م قو أنتم بل ء لن سا ٱ 81رفون م
“wa luuthon iz qoola liqoumihiii a
ta`tuunal-faahisyata maa sabaqokum
bihaa min ahadim minal-'aalamiin (80)
innakum lata`tuunar-rijaala syahwatam
min duunin-nisaaa`, bal antum qoumum
musrifuun (81)”
Terjemahan :
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth
(kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia
berkata kepada kaumnya: “Mengapa kamu
mengerjakan perbuatan fahisyah itu
(perbuatan homoseksual) yang belum
pernah dikerjakan oleh seorang pun (di
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
19
dunia ini) sebelummu; Sesungguhnya
kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada
wanita, kamu ini adalah kaum yang
melampaui batas. (Penerjemah, 1971:
234)
Berdasarkan kutipan ayat Al-Qur’an di
atas diketahui bahwa perilaku kaum Nabi
Luth a.s. yang tidak masuk akal dan belum
pernah dikerjakan oleh kaum sebelumnya.
Mereka menyukai sesama jenis, laki-laki
suka dengan laki-laki, begitu juga
perempuan yang menyukai dengan sesama
perempuan. Tidak sampai di situ saja,
mereka juga melakukan hubungan layaknya
suami istri tetapi dengan sesama jenisnya
dan mereka merupakan kaum yang
melampaui batas.
Awal mula Kisah Nabi Luth a.s. pada
kaumnya terdapat dalam teks HNL (Hal. 4-
5). Pada teks HNL tersebut dikisahkan
bahwa ketika akan kedatangan dua belas
malaikat, Nabi Luth a.s. merasa susah dan
berkata, “Pada hari ini, susah aku oleh
kedatangan tamu, karena segala kaumku ini
jahat pekertinya.” Karena takut jika
kaumnya akan berbuat kerusakan pada tamu
tersebut. Peristiwa ini juga tertulis dalam Al-
Qur’an surah Hud ayat 77 yang berbunyi :
ا جا ا ع ذر وضاق بهم ء بهم رسلنا لوطا سي ءت ولم
77 م عصيب ذا يو وقال ه
“wa lammaa jaaa`at rusulunaa luuthon
siii`a bihim wa dhooqo bihim zar'aw wa
qoola haazaa yaumun 'ashiib (77)”
Terjemahan :
Dan tatkala datang utusan-utusan Kami
(para malaikat) itu kepada Luth, dia
merasa susah dan merasa sempit karena
kedatangan mereka, dan dia berkata, “ini
adalah hari yang amat sulit.” (QS. Hud:
77)
Kemudian ketika kaum mereka
mengetahui bahwa ada laki-laki yang
tampan parasnya, mereka bergegas datang
ke rumah Nabi Luth. a.s. Mereka pun
berkata, “Hai Luth, suruh keluar tamu itu!.”
Lalu, oleh Nabi Luth pintu rumahnya diikat
dan Luth berkata dari dalam rumahnya
“Bahwa kamu segala orang muda-muda, ada
anakku dua orang perempuan ambilah akan
istri. Kamu kawinkan dengan kamu,
kuserahkan ke tanganmu dengan halal
mengambil anakku terbaik daripada dengan
haram.” (Anonim, n.d.-b, pp. 5–6).
Kisah tersebut juga terdapat dalam QS.
Hud ayat 78.
ملون ل كانوا يع ه ومن قب رعون إلي يه ۥمه قو ۥءه وجا
ٱ ات لسي تقوا ٱف هر لكم ء بناتي هن أط ؤل م ه قو قال ي
ول تخ ٱ شيد رجل س منكم ألي في زون في ضي لل 78 ر
“wa jaaa`ahuu qoumuhuu yuhro'uuna
ilaiih, wa ming qoblu kaanuu
ya'maluunas-sayyi`aat, qoola yaa qoumi
haaa`ulaaa`i banatii hunna ath-haru
lakum fattaqulloha wa laa tukhzuuni fii
dhoifii, a laisa mingkum rojulur rosyiid
(78)”
Terjemahan :
Dan datanglah kepadanya kaumnya
dengan bergegas. Dan sejak dahulu
mereka selalu melakukan perbuatan-
perbuatan yang keji. Luth berkata : “Hai
kaumku, inilah putri-putriku mereka lebih
suci bagimu, maka kalian bertakwalah
pada Allah dan kalian janganlah
mempermalukanku terhadap tamu-tamuku
ini. Tidak adakah di antara kalian orang
yang berakal?” (QS. Hud: 78)
Berdasar kutipan tersebut diketahui
bahwa teks HNL hal. 5-6 dan QS. Hud ayat
78 secara eksplisit terdapat perbedaan, tetapi
juga memiliki kesamaan makna atau
maksud, yakni Nabi Luth a.s. memberi
petunjuk kepada mereka agar mengawini
wanita-wanita mereka, karena Allah Swt.
telah menghalalkan kaum wanita sebagai
pasangan bagi kalian. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan intertekstual antara
HNL dan KNL dalam Al-Qur’an.
Pada kutipan teks HNL halaman 6
dengan Al-Qur’an surah Al-Hijr ayat 68-69
juga memiliki keterkaitan antara keduanya.
Maka kata Luth pada segala perempuan di
luar pintu itu, bahwa “kamu jangan
berbinasa segala tamuku ini”. Maka segala
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
20
kaum itu mengatai Luth, maka kata Luth
akan tamu itu adalah kamu daripada orang
yang budiman mendengar kataku ini.
(Anonim, n.d. Hal. 6)
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
ول ٱتقوا ٱو 68ضحون في فل تف ء ضي ؤل قال إن ه لل
69زون تخ
“qoola inna haaa`ulaaa`i dhoifii fa laa
tafdhohuun 68 wattaqulloha wa laa
tukhzuun (69)”
Terjemahan :
Luth berkata, “Sesungguhnya mereka
adalah tamuku; maka kalian janganlah
mempermalukanku, dan kalian
bertakwalah kepada Allah dan janganlah
kalian menghinakanku.” (QS. Al-Hijr: 68–
69)
Kedua teks di atas, sama-sama berisi
tentang perkataan Nabi Luth a.s. kepada
kaumnya. Apabila dilihat secara saksama,
kedua teks tersebut juga memiliki susunan
kalimat dan kata-kata yang sama. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
intertekstual dari keduanya.
Setelah Nabi Luth a.s. berkata seperti
itu pada kaumnya, mereka malah berkata
seperti pada kutipan berikut.
Maka kata mereka itu,“Bahwa telah
engkau ketahuilah tiada kami berkehendak
akan anakmu itu daripada sinarnya, bahwa
engkau pun tahu apa yang berkehendak
kami.” (Anonim, n.d. Hal. 6)
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan:
لم ما وإنك لتع حق ت ما لنا في بناتك من علم قالوا لقد
79ريد ن
“qooluu laqod 'alimta maa lanaa fii
banaatika min haqq, wa innaka lata'lamu
maa nuriid (79)”
Terjemahan :
Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu
telah mengetahui bahwa kami tidak
mempunyai keinginan terhadap putri-
putrimu itu, dan sesungguhnya kamu telah
mengetahui apa yang sebenarnya kami
kehendaki.” (QS. Hud: 79)
Dalam teks HNL halaman 6-7
diceritakan tentang keadaan Nabi Luth a.s.
yang susah dengan keadaan mereka. Hal ini
memiliki persamaan dengan Al-Qur’an
surah Hud ayat 80.
Syahdan, maka kata Luth “Ada bagiku
gagahku sertalah dengan kamu
kutunjukkanlah lagi berperang dengan
mereka itu, atau jika kamu tolong aku
serta berperang melawan segala kafir itu
tetap apa dayaku oleh tiada ada orang
menolong aku.” (Anonim, n.d. Hal. 7)
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
ة أو أن لي بكم قال لو 80 شديد ن رك إلى ءاوي قو
“qoola lau anna lii bikum quwwatan au
aawiii ilaa ruknin syadiid (80)”
Terjemahan:
Luth berkata; “Seandainya aku
mempunyai kemampuan untuk menolak
keinginan kalian atau aku dapat
berlindung kepada keluarga yang kuat,
tentu akan aku lakukan” (QS. Hud: 80)
Kutipan di atas menunjukkan bila
seandainya Nabi Luth a.s. memiliki
kekuatan untuk melawan kaumnya, niscaya
ia pasti akan Nabi Luth a.s. lakukan. Setelah
Nabi Luth berkata seperti itu, malaikat
mengetahui bahwa Nabi Luth a.s. tidak
kuasa melawan kemaksiatan yang terjadi di
wilayah Sodom. Bahkan, jumlah mereka
malah bertambah banyak dan berani secara
terang-terangan melawan Nabi Luth. Dalam
teks HNL diceritakan pula akhirnya Nabi
Luth a.s. keluar rumahnya melawan mereka.
Lalu, Nabi Luth a.s. dipukul wajahnya
hingga berlumuran darah. Kemudian, Nabi
Luth a.s. menyerah kembali masuk ke dalam
rumahnya dan menemui para malaikat itu.
Setelah kejadian tersebut, Nabi Luth
a.s. berdoa pada Allah Swt. dan Allah Swt.
pun mengabulkan doanya dengan
menurunkan firman-Nya sebagaimana
termaktub pada QS. Al-Ankabut ayat 33
yang berbunyi,
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
21
ا ءت جا ان ولم ء سي لوطا رسلـنا ذرعا بهم ق وضا بهم
قا تحزن ول تخف ل لوا و وك انا امرا ال هلك وا منج
برين الغ من نت كا تك 33
“wa lammaaa an jaaa`at rusulunaa
luuthon siii`a bihim wa dhooqo bihim
zar'aw wa qooluu laa takhof wa laa
tahzan, innaa munajjuuka wa ahlaka
illamro`ataka kaanat minal-ghoobiriin
(33)”
Terjemahan :
“Dan engkau janganlah takut.
Sesungguhnya kami akan
menyekamatkanmu dan pengikut-
pengikutmu, kecuali istri dan kaummu
yang kafir. Mereka orang-orang yang akan
dibinasakan” (QS. Al-Ankabut: 33)
Di akhir cerita, dalam teks HNL,
akhirnya Allah Swt. membinasakan
kaumnya Nabi Luth a.s. dengan buminya
diterbangkan ke udara kemudian dijatuhkan
kembali, maka binasalah kaum Nabi Luth.
Siksaan ini juga diabadikan dengan jelas
dalam QS. Hud ayat 82-83.
Allah Swt. berfirman:
ا ء جا فلم ناجعل امرنا عليها مطرنا وا فلها سا ليها عا
ن رة حجا يل م سج نضود مة 82 م سو رب ك عند م و
لمين الظ من هي ما 83 ببعيد
“fa lammaa jaaa`a amrunaa ja'alnaa
'aaliyahaa saafilahaa wa amthornaa
'alaihaa hijaarotam min sijjiilim
mandhuud (82) musawwamatan 'inda
robbik, wa maa hiya minazh-zhoolimiina
biba'iid (83)”
Terjemahan:
"Maka ketika keputusan kami datang,
kami menjungkirbalikkan negeri kaum
Luth, dan kami hujani mereka bertubi-tubi
dengan batu dari tanah yang terbakar,
yang diberi tanda oleh Tuhanmu. Dan
siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang
zalim."
Persamaan dan Perbedaan HNL dan
Kisah Nabi Luth dalam Al-Qur’an
Persamaan merupakan perbandingan
kejadian yang sama atau serupa dalam teks
dengan kejadian yang terdapat dalam teks
lain. Teks HNL terdapat beberapa kisah yang
memiliki banyak kesamaan dan perbedaan
dengan kisah yang terdapat dalam Al-
Qur’an. Kedua naskah tersebut sama-sama
menceritakan tentang kisah kaumnya Nabi
Luth a.s. yang melakukan perbuatan di luar
perilaku orang biasa, yakni homoseksual.
Persamaan tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
Persamaan pertama, yaitu kedua
naskah tersebut sama-sama menceritakan
tentang Nabi Luth a.s. yang diutus oleh
Allah Swt. untuk mengajak kaumnya agar
mau menyembah pada Allah dan
meninggalkan perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh kaumnya. Dalam perjalanan
dakwahnya, Nabi Luth a.s. mendapatkan
banyak cobaan yang diawali dengan sulitnya
Nabi Luth a.s. akibat kedatangan para
malaikat ke rumahnya, istrinya yang tidak
mau beriman, hingga Nabi Luth a.s. dan
keluarganya diancam akan diusir oleh
kaumnya sendiri.
Persamaan lainnya ketika para
malaikat datang ke rumah Nabi Luth a.s.,
tidak ada yang mengetahui selain istri Nabi
Luth a.s., kemudian ia memberitahukan
kepada kaumnya. Mendengar berita tersebut,
mereka bergegas datang ke rumah Nabi Luth
a.s. dengan maksud untuk memuaskan nafsu
mereka. Selain peristiwa tersebut, terdapat
beberapa kesamaan cerita lain yakni
penolakan kaum Nabi Luth a.s. untuk
meninggalkan perbuatan kejinya hingga
siksaan yang diturunkan oleh Allah Swt.
kepada kaum Sodom, yaitu buminya di
balik, dan semua kaumnya dibinasakan.
Masih banyak persamaan-persamaan
yang terdapat pada teks HNL dan Kisah
Nabi Luth a.s. yang tercantum dalam Al-
Qur’an. Persamaan tersebut tidak menjadi
hal yang aneh karena pada dasarnya teks
HNL merupakan transformasi dari Al-
Qur’an. Untuk itu, penulis tidak rinci
membahas persamaan dari kedua teks
tersebut.
Teks HNL dan Kisah Nabi Luth a.s.
dalam Al-Qur’an sama-sama menceritakan
tentang Nabi Luth a.s., tetapi terdapat
perbedaan yang terdapat pada teks tersebut.
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
22
Perbedaan HNL dengan Kisah Nabi Luth a.s.
yang tercantum dalam Al-Qur’an terletak
pada ciri teksnya. Teks HNL lebih bebas dan
banyak perbedaan dengan KNL. Penulis
berpendapat bahwa hal seperti ini terjadi
karena teks HNL merupakan karya sastra
yang memiliki kebebasan dan biasanya
disesuaikan dengan latar belakang budaya
penulis dan pembacanya. Adapun Kisah
Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam Al-
Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan
Allah Swt. sebagai proses pembelajaran bagi
umat setelahnya. Adapun teks yang
terkandung dalam Al-Qur’an cenderung
lebih sakral dan kaku, dalam penafsirannya
pun tetap searah dengan ayat tersebut dan
tidak jauh berbeda.
Selain ciri teks yang membedakan teks
HNL dan KNL dalam Al-Qur’an, ada satu
perbedaan dalam peristiwa yang diceritakan
dalam HNL dan tidak
dijelaskan dalam Al-Qur’an. Peristiwa
tersebut yaitu perlawanan dan peperangan
yang dilakukan oleh kaum Luth a.s. dan
Nabi Luth a.s. dipukul sehingga mukanya
penuh dengan darah. Seperti pada kutipan
berikut.
Maka segala kaum mereka itu sangat akan
bertambah-tambah banyak datang akan
melawan Nabi Luth berperang. Maka Nabi
Luth pun keluar menghadap mereka itu,
maka dipalunya oleh kaum itu akan Nabi
Luth. Maka penuhlah darah pada kepala dan
muka Nabi Luth berlumur dengan darah.
Maka kembalilah Nabi Luth ke hadapan
malaikat itu. (Anonim, n.d)
Tokoh yang terdapat pada HNL dan
KNL juga terdapat perbedaan. Pada teks
HNL halaman 3 tertulis:
“Maka malaikat yang dua belas orang itu
datang pada waktu asar ke dalam negeri itu”
(Anonim, n.d.-a, p. 3)
Pada kutipan tersebut dijelaskan bahwa
jumlah malaikat yang datang ke rumah Nabi
Luth a.s. berjumlah dua belas malaikat.
Sementara dalam tafsir QS. Hud ayat 69-72
oleh Ibnu Katsir yang diriwayatkan dari Ibnu
Abu Hatim menyebutkan bahwa malaikat
yang datang ke rumah Nabi Ibrahim lalu
mengunjungi rumah Nabi Luth itu berjumlah
empat malaikat.
Hipogram Kisah Nabi Luth
Hipogram adalah teks khusus yang
menjadi latar belakang penciptaan sebuah
karya sastra lainnya (Riffaterre, 1978).
Menurut Kristeva, teks merupakan mosaik-
mosaik dari teks lain. Mosaik diibaratkan
sebagai pecahan-pecahan benda yang
terpencar sehingga pengarang selanjutnya
harus menyusun dan menata ulang ke dalam
karyanya. Dari hal itulah nantinya akan
tercipta sebuah karya baru yang merupakan
transformasi karya lain. Dengan demikian,
penyerapan sebuah teks dari teks lain akan
menjadi transformasi untuk sebuah teks
baru. Tema, kata, bentuk, model, atau
lainnya merupakan unsur yang diserap
dalam hipogram. Hal ini dapat menjadikan
dua teks memiliki tema yang sama, tetapi
penyajian ceritanya dilakukan dengan cara
yang berbeda.
Berdasarkan umur naskah HNL dapat
dipastikan jauh lebih muda umurnya
daripada Al-Qur’an. Hal ini disebabkan Al-
Qur’an merupakan firman Allah Swt. yang
diturunkan oleh malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad SAW. sebagai pedoman hidup
dan petunjuk bagi umat Islam (KBBI V,
2016). Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa Al-Qur’an merupakan teks hipogram
dari teks HNL. Upaya yang dilakukan untuk
mencari sumber dari teks yang dibandingkan
disebut hipogram. Hipogram meliputi
beberapa hal yaitu, ekspansi, konversi, dan
modifikasi. Namun dalam artikel ini, hanya
ditemukan hipogram ekspansi dan
modifikasi saja.
Ekspansi
Menurut Riffaterre, ekspansi adalah
perluasan atau pengembangan karya. Dalam
kebanyakan kasus, ekspansi bukan hanya
sekadar repetisi, melainkan juga mencakup
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
23
perubahan gramatikal, misalnya perubahan
jenis kata (Riffaterre, 1978). Ekspansi dapat
terjadi karena kesengajaan atau bahkan
berniat untuk mengembangkan teks
sebelumnya (Endraswara, 2002). Ekspansi
mengubah unsur-unsur pokok matrik
menjadi bentuk yang lebih kompleks.
Perluasan atau pengembangan dalam
ekspansi tidak hanya berupa perluasan
repetisi, perubahan gramatikal, tetapi juga
bisa penambahan tokoh. Melalui proses ini,
akan terlihat hubungan intertekstualnya
dengan memadankan teks transformasi
dengan teks hipogramnya. Bentuk ekspansi
atau pengembangan yang terdapat dalam
HNL dan Al-Qur’an, yaitu penambahan
jumlah tokoh. Dalam teks HNL terdapat
penambahan tokoh yang di dalam Al-Qur’an
tokoh-tokoh tersebut tidak disebutkan.
Tokoh tersebut di antaranya adalah Jibril,
seperti pada kutipan berikut.
Adapun maka tatkala Jibril hendak pergi
ke Negeri S.h.r.s.t.a.n menolong nabi
Allah, maka kata Ibrahim “Ya Jibril, aku
pun serta pergi dengan tuan hamba
sekalian”. Maka kata mereka itu “Ya
Ibrahim, bahwa kami pergi ini akan siksa
kaum Luth itu, tiada akan kuasa diri
melihat siksa azab Allah itu.” (Anonim,
n.d.: 1)
Sementara pada Al-Qur’an disebutkan:
م قال سل ا م قالوا سل رى بش ل ٱهيم ب ر إب رسلنا ءت جا ولقد
ا رءا 69 ل حنيذ عج ء ب فما لبث أن جا ل تصل ديهم أي فلم
هم جس من وأو ه نكرهم إلي نا سل أر إنا قالوا ل تخف خيفة
ها ن فبشر فضحكت ئمة قا ۥرأته م ٱو 70 م لوط قو إلى
ءألد لتى وي ي قالت 71قوب ق يع ح ء إس ق ومن ورا ح بإس
72 ء عجيب ذا لشي إن ه خا لي شي ذا بع وه عجوز وأنا ٱر أم جبين من ا أتع قالو وبرك ٱمت رح لل ل أه كم علي ۥته لل
جيد حميد ۥإنه ت بي ل ٱ 73 م
"wa laqod jaaa`at rusulunaaa ibroohiima
bil-busyroo qooluu salaamaa, qoola
salaamun fa maa labisa an jaaa`a bi'ijlin
haniiz (69) fa lammaa ro`aaa aidiyahum
laa tashilu ilaihi nakirohum wa aujasa
min-hum khiifah, qooluu laa takhof
innaaa ursilnaaa ilaa qoumi luuth (70)
wamro`atuhuu qooo`imatun fa dhohikat fa
basysyarnaahaa bi`is-haaqo wa miw
warooo`i is-haaqo ya'quub (71) qoolat
yaa wailataaa a alidu wa ana 'ajuuzuw
wa haazaa ba'lii syaikhoo, inna haazaa
lasyai`un 'ajiib (72) qooluuu a ta'jabiina
min amrillaahi rohmatullohi wa
barokaatuhuu 'alaikum ahlal-baiit,
innahuu hamiidum majiid (73)"
Terjemahan :
Dan sesungguhnya utusan-utusan kami
(malaikat-malaikat) telah datang kepada
Ibrahim dengan membawa kabar gembira.
Kemudian Ibrahim menyuguhkan daging,
dan Ibrahim memandang aneh dan takut
kepada mereka. Malaikat itu berkata,
“Janganlah kamu takut, sesungguhnya
kami adalah malaikat-malaikat yang
diutus kepada kaum Luth.” (QS. Hud: 69–
73)
Berdasarkan kutipan tersebut diketahui
bahwa pada teks HNL disebutkan nama dari
salah satu malaikat yang datang ke rumah
Nabi Ibrahim a.s. adalah Jibril, sedangkan
dalam ayat yang tercantum dalam QS. Hud:
69-73 tidak menyebutkan nama malaikatnya.
Selain itu, di dalam teks HNL terdapat tokoh
bernama Ro’auro yang merupakan satu dari
lima orang yang tidak mati saat berperang
melawan Nabi Luth a.s.
Maka malaikat dua belas itu pergi ke
Benua S.h.r.s.t.a.n, maka ada orang
S.h.r.s.t.a.n itu lima orang berperang
dengan Nabi Luth, empat orang telah mati
tinggal lagi seorang yang bernama
Ro’auro hendak dibinasakan. Nabi Luth
tiada diberi Allah memelihara akan
Ro’auro itu daripada kejahatan. Adapun
orang S.h.r.s.t.a.n itu ada sepuluh laksa
laki-laki yang perang itu. (Anonim, n.d.-b)
Tokoh seorang laki-laki bernama
Ro’auro, merupakan orang yang memerangi
Nabi Luth a.s. yang ada pada cerita HNL
tidak terlalu berperan penting dan hanya
sebagai tokoh pembantu. Tidak adanya tokoh Ro’auro juga tidak terlalu
berpengaruh dengan jalannya cerita. Seperti
dalam Al-Qur’an tidak menyebutkan tokoh
tersebut, tetapi alur cerita Nabi Luth a.s.
tetap memiliki konflik yang sama, yaitu
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
24
kedatangan para malaikat ke rumah Nabi
Luth a.s.
Modifikasi
Perubahan unsur-unsur berupa kata,
kalimat, alur cerita, ataupun nama tokoh
yang terdapat dalam cerita yang memiliki
tema serupa disebut modifikasi (Wulandari,
2018). Dalam menciptakan karya sastra,
seorang pengarang seringkali memodifikasi
teks hipogram sesuai keinginannya, dengan
tujuan memberikan ciri khusus untuk teks
transformasinya. Sebagai wujud
penghipograman, seorang pengarang akan
memodifikasi ceritanya.
Pengarang memodifikasi peristiwa
ketika malaikat datang kepada Nabi Ibrahim
a.s. untuk menyampaikan kabar siksaan
yang akan diberikan pada kaum Nabi Luth
a.s. Berikut ini bentuk pemodifikasian yang
dilakukan pengarang terhadap teks HNL.
AlKisah Nabi Luth alaihi salam. Adapun
maka tatkala Jibril hendak pergi ke Negeri
S.h.r.s.t.a.n menolong nabi Allah, maka
kata Ibrahim “ya Jibril, aku pun serta
pergi dengan tuan hamba sekalian”. Maka
kata mereka itu “ya Ibrahim, bahwa kami
pergi ini akan siksa kaum Luth itu, tiada
akan kuasa diri melihat siksa azab Allah
itu”. Maka kata Ibrahim kami mohonkan
berani daripada tuhan kami. Maka kata
Jibril “baiklah tuan hamba naik keatas
unta tuan hamba”. (Anonim, n.d.-b)
Di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan
secara detail tentang peistiwa malaikat turun
untuk menemui Nabi Ibrahim a.s. Sementara
dalam teks HNL, pengarang menambahkan
atau memodifikasi peristiwa tersebut agar
terlihat lebih menarik. Selain peristiwa
tersebut, pengarang juga memodifikasi cerita
dengan menambahkan kejadian peperangan
dalam ceritanya. Seperti pada kutipan
berikut.
Maka segala kaum mereka itu sangat akan
bertambah-tambah banyak datang akan
melawan Nabi Luth berperang. Maka nabi
Luth pun keluar mengadap mereka itu,
maka dipalunya oleh kaum itu akan Nabi
Luth. Maka penuhlah darah pada kepala
dan muka Nabi Luth berlumur dengan
darah. Maka kembalilah Nabi Luth ke
hadapan malaikat itu. (Anonim, n.d.-b)
Peperangan yang ditimbulkan dalam
teks ini dilakukan agar terkesan bahwa teks
HNL terlihat lebih menarik dan
menunjukkan betapa kejinya kaum Luth
sampai berani menyiksa pemimpinnya
sendiri. Gaya modifikasi yang dilakukan
pengarang terhadap teks transformasinya,
berupa perubahan nilai rasa. Dengan
demikian, ketika membaca teks HNL,
pembaca memiliki rasa yang berbeda
dibandingkan membaca teks KNL dalam Al-
Qur’an.
Fenomena LGBT yang Terjadi di
Indonesia Maraknya fenomena LGBT yang
terjadi di Indonesia belakangan ini telah
membuat semua lapisan dan kalangan
masyarakat resah. Pasalnya angka kaum
LGBT di Indonesia sudah mencapai 1% dari
seluruh jumlah penduduk yang ada. Jumlah
ini masih di bawah Amerika yang sudah
mencapai 5% dari total jumlah penduduknya
yang merupakan kaum LGBT.3 Meskipun
jumlahnya terbilang masih kecil, namun ini
merupakan masalah yang cukup darurat.
Karena kasus LGBT ini nantinya akan
menyangkut tentang keberlangsungan umat
manusia dengan fitrahnya dan akan
mempengaruhi perkembangan suatu bangsa.
Perilaku menyimpang ini memang
sudah ada sejak zaman Nabi Luth a.s, yaitu
kaumnya yang bernama kaum Sodom ini
telah melakukan perbuatan yang belum
pernah dilakukan oleh kaum-kaum
sebelumnya. Perilaku menyimpang tersebut
adalah menyukai sesama jenis atau sekarang
sering disebut dengan homoseksual atau
3 https://solo.tribunnews.com/2019/09/05/lgbt-sudah-
capai-1-persen-di-indonesia-icmi-nilai-hal-itu-
sebagai-kondisi-darurat
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
25
LGBT. Laki-laki suka dengan laki-laki,
begitu juga perempuan yang menyukai
dengan sesama perempuan. Tidak sampai di
situ saja, mereka juga melakukan hubungan
layaknya suami istri namun dengan sesama
jenisnya.
Perbuatan ini sudah dianggap biasa
atau normal bagi masyarakat di negara-
negara lain. Hal ini karena adanya sebagian
kelompok manusia dengan logikanya yang
terbalik mulai mencari-cari keabsahan dan
kefitrahan bahwasanya Allah itu
menciptakan manusia dengan orientasi
seksual yang berbeda-beda, maka hal
penganut LGBT tersebut adalah sama di
mata Allah dan manusia.4
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pew Research Center, terdapat 30 negara
yang melegalkan pernikahan sesama jenis,
baik secara nasional maupun di sejumlah
daerah. Negara tersebut di antaranya yaitu,
Argentina, Australia, Austria, Belgia, Brasil,
Kanada, Jerman, Amerika Serikat, dsb.
Sedangkan pergerakan LGBT di Indonesia
sendiri sudah ada sejak 1982. Pada tahun ini
didirikan kelompok hak asasi gay didirikan.
Lambda Indonesia dan organisasi sejenis
lainnya bermunculan pada akhir tahun 1980-
an dan 1990-an.5 Sampai sekarang semakin
banyak organisasi-organisasi seperti itu yang
bermunculan.
Jika hal ini dibiarkan seperti itu akan
membawa dampak yang luas dan kompleks.
Karena mereka yang telah menjadi korban
dari aktivitas perilaku homoseksual, pada
giliran berikutnya akan tampil sebagai
pelaku yang secara sadar untuk aktif mencari
korban-korban berikutnya, dan selalu begitu
seterusnya. Selain dampak tersebut, muncul
dampak negatif dari segi kesehatan yang
mengancam para penganut LGBT, seperti
merebaknya penyakit HIV-AIDS, yang
4 https://covesia.com/lifestyle/baca/52640/faktor-
penyebab-seseorang-bisa-menjadi-lgbt
5 https://magdalene.co/story/sejarah-gerakan-dan-
perjuangan-hak-hak-lgbt-di-indonesia
merupakan penyakit yang mematikan, dan
kenyataannya data di Indonesia dan dunia
menunjukkan bahwa lebih dari setengah
penderita HIV berasal dari kelompok
penyuka sesama jenis.
Selain itu, penyakit sifilis juga akan
menjangkit kaum LGBT. Berdasarkan data
di tahun 2011 terdapat 9% yang terkena
penyakit ini dan pada tahun 2011 bertambah
menjadi 11,3%.6 Penyakit ini mudah
menular pada penyuka sesama jenis. Karena,
pada seks anal yang sering dilakukan pada
pasangan sesama jenis ini menyebabkan
luka yang menjadi pintu masuk kuman dan
bakteri, termasuk treponema dan pallidum
yang merupakan bakteri jahat sifilis. Hal ini
disebabkan karena pergesekan yang terjadi.
Penyakit hepatitis B dan gangguan psikiatri
dan depresi juga akan mengancam para
pelaku LGBT.
Dampak negatif dari LGBT juga
berpengaruh pada merosotnya moral dan
akhlak generasi penerus bangsa, dan
keengganan untuk menikah dengan
pasangan lawan jenis. Hal ini akan
membawa efek domino terhadap struktur
penduduk sebuah bangsa. Apabila generasi
mudanya enggan menikah maka akan terjadi
penumpukan jumlah penduduk lansia dan
berkurangnya penduduk yang berusia balita.
Tentu saja hal ini tidak baik bagi
perkembangan sebuah bangsa. Jadi, dengan
alasan apa pun, termasuk hak asasi manusia,
dan lain sebagainya sekali lagi ini tidak
dapat dijadikan sebagai alasan pembenaran
dari praktik perilaku seks yang menyimpang.
Dengan demikian, perlu adanya
pembinaan agar mereka mau kembali
kepada fitrahnya. Karena LGBT ini
melanggar fitrah sebagai manusia dan tidak
mengindahkan ajaran agama. Indonesia
adalah bangsa yang bermartabat, memiliki
norma hidup dan agama. Jangan sampai
norma itu diinjak-injak atas nama kebenaran,
dan jangan sampai karena alasan hak asasi
6 https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/2961669/5-ancaman-kesehatan-di-balik-
hubungan-sesama-jenis
Totobuang, Vol. 8, No. 1, Juni 2020: 15—27
26
manusia (HAM) membolehkan LGBT yang
justru melanggar HAM orang lain yang tidak
setuju dengan adanya pelegalan dan
penyebaran paham LGBT.
Oleh karena itu, dengan adanya
tindakan tegas dari pemerintah dan DPR
untuk segera membentuk dan mengesahkan
peraturan perundang-undangan yang
melarang segala bentuk aktivitas LGBT di
Negara Indonesia dipandang dapat
menyelesaikan masalah LGBT.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan
sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa
teks HNL dan Kisah Nabi Luth a.s. yang
terdapat dalam Al-Qur’an memiliki cerita
yang sama. Kedua teks tersebut
menceritakan tentang kaumnya Nabi Luth
a.s. yang melakukan perbuatan fahisyah,
yaitu menyukai sesama jenis atau disebut
homoseksual. Akibat nafsu syahwat kaum
Nabi Luth a.s. yang tidak dapat terkendali
membuat Allah Swt. murka dan mengazab
mereka dengan buminya dibalik dan mereka
dibinasakan.
Berdasarkan prinsip intertekstual, teks
HNL dan KNL dikaji dengan cara
membandingkan dan menyejajarkan hasil
teks transformasi dengan teks hipogramnya.
Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa
teks HNL merupakan mosaik, kutipan-
kutipan, penyerapan, dan transformasi teks
Kisah Nabi Luth a.s. yang terdapat dalam
Al-Qur’an.
Selain itu, perilaku LGBT
merupakan perilaku seks yang menyimpang,
menyalahi fitrah manusia, dan dapat
menular. Tidak hanya itu, banyak dampak
negatif yang timbul akibat perbuatan seks
sesama jenis berupa penyakit HIV, silifis,
rusaknya moral, enggan untuk menikah,
hingga berpengaruh pada perkembangan
sebuah bangsa. Oleh karena itu, keberadaan
HNL menjadi aktual dan menarik untuk
dikaji agar dapat dijadikan alternatif solusi
atas permasalahan yang terjadi saat ini.
Perlu tindakan tegas dari pemerintah untuk
segera membentuk dan mengesahkan
undang-undang yang melarang segala
bentuk aktivitas LGBT.
DAFTAR PUSTAKA
A.Teeuw. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra:
Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Anonim. (n.d.-b). Malayo-polynesien 66.
Prancis: Bibliotheque National of
France.
Baried, Siti Baroroh, dkk. (1994).
Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta:
BPPF Seksi Filologi, Fakultas Sastra,
Universitas Gadjah Mada.
Endraswara, S. (2002). Metodologi
Penelitian Folklor: Konsep, Teori, dan
Aplikasi. Yogyakarta: Med Press.
Fathurahman, O. (2015). Filologi Indonesia:
Teori dan Metode. Prenadamedia
Group.
Katsir, I. (2007). Qishashul Anbiya (Kisah
Para Nabi). Jakarta: Pustaka as-
Sunnah.
KBBI V. (2016). Jakarta: Kementerian dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Penerjemah, D. (1971). Al-Quran dan
Terjemahanya. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Pentafsir Al-Quran.
Pradopo, R. D. (1987). Pengkajian Puisi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ratna, N. K. (2008). Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riffaterre, M. (1978). Semiotics of Poetry.
London: Indiana University Press.
Syam, E. (2017). Kerendahan Hati Karya
Taufik Ismail dan Be The Best of
Whatever You Are Karya Douglas
Malloch: Kajian Intertekstual. Ilmu
Bahasa, 13, 56–66.
Wirajaya, A. Y. (2014). Mitos dalam
Perspektif Sastra Bandingan.
Surakarta: Assalam Publishing.
Wirajaya, A. Y. (2019). Estetika Puitik
Kesusastraan Melayu Klasik.
Surakarta: Oase Pustaka.
Hikayat Nabi Lot …. (Siti Aisyah Hasanudin & Asep Yudha W.)
27
Wulandari, R. (2018). Intertekstual antara
Syair Nabi Allah Ayub dengan Hikayat
Nabi Ayub Dimurkai Allah.
Manuskripta, 8 No. 2, 109–122.
Wuradji dalam Jabrohim. (2001). Metode
Penelitian Sastra. Yogyakarta:
Hanindita.
Zailani. (2016). Metode Intertekstual Dalam
Memahami Hadis Nabi. Ilmiah
Keislaman 15.
top related