hipertensi terapi musik
Post on 13-Aug-2015
416 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Konsep Hipertensi
1) Pengertian
Hipertensi adalah peningkatan menetap tekanan arteri sistemik
( Ganong, 2001 ).
Hipertensi adalah suatau gangguan pada sistem peredaran darah
yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya
terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari
40 tahun). Namun banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada
stadium awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada
kesehatannya.
2) Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan darah adalah proses yang kompleks
menyangkut pengendalian ginjal terhadap natrium dan retensi air, serta
pengendalian sistem saraf terhadap tonus pembuluh darah. Ada dua
faktor utama yang mengatur tekanan darah, yaitu darah yang mengalir
dan tahanan pembuluh darah perifer.
Darah yang mengalir ditentukan oleh volume darah yang
dipompakan oleh ventrikel kiri setiap kontraksi dan kecepatan denyut
jantung. Tahanan vaskular perifer berkaitan dengan besarnya lumen
6
pembuluh darah perifer. Makin sempit pembuluh darah, makin tinggi
tahanan terhadap aliran darah, makin besar dilatasinya, makin kurang
tahanan terhadap aliran darah. Jadi, makin menyempit pembuluh darah,
makin meningkat pula tekanan darah.
Dilatasi dan konstriksi pembuluh - pembuluh darah dikendalikan
oleh sistem saraf simpatis dan sistem renin – angiotensin. Apabila sistem
saraf simpatis dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan
norepinefrin akan dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan
konstriksi pembuluh darah, meningkatnya curah jantung, dan kekuatan
kontraksi ventrikel. Sama halnya pada sistem renin – angiotensin, yang
apabila distimulasi juga menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh –
pembuluh darah. Vasokonstriksi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya
kegagalan ginjal. Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami
kerusakan yang permanen ( Baradero, 2008 ).
3) Jenis Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2
golongan, yaitu :
1) Hipertensi Primer (essensial hipertensi), yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas
susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam
ekskresi Na, peningkatan Na da Ca intraselular, dan faktor-faktor
7
yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta
polisitemia.
2) Hipertensi Sekunder, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, hipertensi yang
berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain ( Mansjoer, 2002 ).
4) Epidemiologi
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium
awal belum menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Di
Amerika, data statistik pada tahun 1980 menunjukkan bahwa sekitar
20% penduduk menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada penelitian
nasional yang menyeluruh, namun diperkirakan angka statistik di
Indonesia tidak jauh berbeda dengan Amerika.
Boedi Darmoyo dalam penelitiannya, menemukan bahwa antara
1,8%-28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi. Angka 1,8%
berasal dari penelitian di Desa Kalirejo, Jawa Tengah, sedangkan nilai
28,6% dilaporkan dari hasil penelitian di Sukabumi, Jawa Barat
( Gunawan, 2001 ).
8
5) Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO/ISH yaitu :
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normotensi
Hipertensi Ringan
Hipertensi Perbatasan
Hipertensi Sedang dan Berat
Hipertensi sistolik terisolasi
Hipertensi sistolik perbatasan
< 140
140 – 180
140 – 160
> 180
> 140
140 – 160
< 90
90 – 105
90 – 95
> 105
< 90
< 90
Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi menurut The Sixth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997.
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal
Perbatasan
Hipertensi tingkat 1
Hipertensi tingkat 2
Hipertensi tingkat 3
< 130
130 – 139
140 – 159
160 – 179
> 180
< 85
85 – 89
90 – 99
100 – 109
> 110
9
6) Gejala Klinis
Gejala klinis hipertensi yaitu berupa peninggian tekanan darah
yang kadang – kadang merupakan satu – satunya gejala. Bila terjadi
demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,
mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk,
sukar tidur, mata berkunang – kunang, dan pusing. ( Mansjoer, 2002 )
7) Penyebab Hipertensi
Menurut Gunawan, 2001, meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data–data penelitian telah
menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor–faktor tersebut antara lain adalah :
(1) Faktor Keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.
(2) Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Menurut Potter
& Perry (2005) tekanan darah pada orang dewasa cenderung
meningkat seiring pertambahan usia dan pada lansia bisa
dihubungkan dengan penurunan elastisitas pembuluh darah
1
Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita.
Menurut Potter & Perry (2005) bahwa setelah pubertas pada pria
cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi.
Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Anindya, 2009). Juga,
statistik di Amerika menunjukkan prevalensi hipertensi pada
orang kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan orang kulit putih.
(3) Kebiasaan Hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan
berlebihan, stres, dan pengaruh lain. Faktor – faktor tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Konsumsi garam yang tinggi
Dari data statistik ternyata diketahui bahwa hipertensi
jarang diderita oleh suku bangsa atau penduduk dengan
konsumsi garam yang rendah. Dunia kedokteran juga telah
membuktikan bahwa pembatasan konsumsi garam dapat
menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam
(natrium) oleh obat diuretik (pelancar kencing) akan
menurunkan tekanan darah lebih lanjut.
b) Kegemukan atau makan berlebihan
1
Dari penelitian kesehatan yang banyak dilaksanakan
terbukti bahwa ada hubungan antara kegemukan
(obesitas) dan hipertensi. Meskipun mekanisme
bagaimana kegemukan menimbulkan hipertensi belum
jelas, tetapi sudah terbukti penurunan berat badan dapat
menurunkan tekanan darah.
c) Stres atau ketegangan jiwa
Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal
melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan
darah akan meningkat. Jika stres berlangsung cukup lama,
tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis
(Dr.Hans Selye: General Adaptation Syndrome, 1957).
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit
maag. Diperkirakan prevalensi atau kejadian hipertensi
pada orang kulit hitam di Amerika Serikat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
stres atau dan rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib
mereka.
1
Stres emosi dapat menstimulasi sistem saraf simpatis dan
menyebabkan vasokonstriksi perifer, sehingga dapan
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
d) Pengaruh lain
Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah adalah sebagai berikut.
(1) Merokok, nikotin dapat menyebabkan
vasokonstriksi.
(2). Minum alkohol, alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah dan mempunyai efek toksik pada
hepar.
(3) Minum obat-obatan, misal Ephedrin, Prednison,
Epinefrin.
8) Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan dengan 2 cara, yaitu
dengan cara farmakologis dan non farmakologis.
(1) Cara Farmakologis
Cara farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat-
obat antihipertensi. Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi
terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu diuretik, beta blocker,
penghambat ACE, antagonis kalsium, dan sebagainya. Mayoritas
pasien dengan tekanan darah tinggi akan memerlukan obat-
obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan darah
1
mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat
diberikan.
Penjelasan untuk masing-masing obat antihipertensi ini adalah
sebagai berikut :
a) Penghambat saraf simpatis. Golongan ini bekerja dengan
menghambat aktivitas saraf simpatis sehingga mencegah
naiknya tekanan darah, contohnya : Metildopa 250 mg
(Medopa, Dopamet), Klonidin 0,075 & 0,15 mg (Catapres)
dan Reserpin 0,1 & 0,25 mg (Serpasil, Resapin).
b) Beta Blocker. Bekerja dengan menurunkan daya pompa
jantung sehingga pada akhirnya akan menurunkan tekanan
darah. Contoh : Propanolol 10 mg (Inderal, Farmadral),
Atenolol 50, 100 mg (Tenormin, Farnormin), atau
Bisoprolol 2,5 & 5 mg (Concor).
c) Vasodilator. Bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan merelaksasi otot pembuluh darah.
d) Angiotensin Convering Enzyme (ACE) Inhibitor. Bekerja
dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh : Kaptopril 12,5, 25, 50 mg (Capoten, Captensin,
Tensicap), Enalapril 5 & 10 mg (Tenase).
e) Calsium Antagonis. Golongan obat ini menurunkan daya
pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
1
(kontraktilitas). Contoh : Nifedipin 5 & 10 mg (Adalat,
Cordalat, Farmalat, Nifedin), Diltiazem 30, 60, 90 mg
(Herbesser, Farmabes).
f) Antagonis Reseptor Angiotensin II. Cara kerjanya dengan
menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contohnya : Valsartan (Diovan).
g) Diuretik. Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan
tubuh (lewat urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang,
sehingga mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan. Contohnya : Hidroklorotiazid/HCT .
(2) Cara Non Farmakologis
Tidak hanya metode farmakologis yang dapat digunakan
untuk menurunkan tekanan darah, metode non farmakologis juga
berperan penting dalam penurunan tekanan darah. Beberapa cara
yang dapat dilakukan antara lain :
a) Menurunkan kelebihan berat badan. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang
mengalami obesitas cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan penderita hipertensi yang tidak mengalami obesitas.
b) Diet Rendah Garam. Yang dimaksud disini adalah
garam natrium dan juga semua bahan makanan sumber
natrium. Natrium bersifat mengikat air. Pada saat garam
1
dikonsumsi, maka garam tersebut akan mengikat air
sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler
yang menyebabkan meningkatnya volume darah sehingga
kerja jantung juga akan meningkat dan tekanan darah
akhirnya juga meningkat.
c) Diet Rendah Kolesterol. Bila terjadi kelebihan kolesterol
dalam tubuh akan terjadi pengendapan kolesterol dalam
arteri, yang akan membuat pembuluh darah menyempit dan
menghalangi aliran darah sehingga terjadi peningkatan
aliran darah.
d) Diet tinggi serat. Serat dibutuhkan untuk memperlancar
proses metabolisme dalam tubuh. Tujuan diet tinggi serat
ini adalah untuk menghindari kelebihan lemak, lemak
jenuh dan kolesterol, menghindari kelebihan gula dan
natrium, serta membantu mengontrol berat badan.
e) Manajemen stres. Mencegah stres dan melakukan relaksasi
sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi. Stres
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Cara yang
dapat dilakukan untuk mencegah stres antara lain dengan
relaksasi, meditasi, yoga, peregangan otot (stretching), pijat
(massage), membicarakan masalah dengan teman dekat,
atau bahkan meminta bantuan profesional untuk mengatasi
masalah penyebab stres jika diperlukan ( Indriyani, 2008 ).
1
2.2 Konsep Terapi Musik
1) Pengertian
Terapi musik didefinisikan sebagai sebuah aktivitas terapeutik
yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki,
memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Pada
tahap selanjutnya, terapi musik difungsikan untuk memperbaiki
kesehatan fisik, interaksi sosial, hubungan interpersonal, ekspresi emosi,
dan meningkatkan kesadaran diri. Potter mendefinisikan terapi musik
sebagai teknik yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit
dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang
digunakan dalam terapi musik dapat disesuaikan dengan keinginan,
seperti musik klasik, instrumentalia, slow music, orkestra, dan musik
modern lainnya ( Potter&Perry, 2005 ).
Tetapi beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis
musik tertentu seperti pop, disco, rock and roll, dan musik berirama
keras (anaseptic beat) lainnya, karena jenis musik dengan anaseptic beat
(2 beat pendek, 1 beat panjang, dan kemudian pause) merupakan irama
yang berlawanan dengan irama jantung. Musik lembut dan teratur seperti
instrumentalia dan musik klasik merupakan musik yang sering
digunakan untuk terapi musik ( Potter&Perry, 2005 ).
Dahulu kala di Yunani dan Mesir musik di pakai untuk
penyembuhan, dan penduduk primitif di India dan Cina juga lebih
memanfaatkan terapi musik daripada pergi ke rumah sakit. Musik adalah
1
bentuk seni yang paling lembut namun berpengaruh besar terhadap pusat
fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi sistem saraf
parasimpatis atau sistem saraf simpatis, baik secara langsung maupun
tidak langsung .
2) Manfaat Musik
Menurut Spawne Anthony (2003), musik mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1) Efek Mozart, adalah salah satu istilah untuk efek yang bisa
dihasilkan sebuah musik yang dapat meningkatkan intelegensia
seseorang.
2) Refreshing, pada saat pikiran seseorang sedang kacau atau jenuh,
dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat
menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali.
3) Motivasi, adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan ”feeling”
tertentu. Apabila ada motivasi, semangatpun akan muncul dan
segala kegiatan bisa dilakukan.
4) Perkembangan kepribadian. Kepribadian seseorang diketahui
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh jenis musik yang
didengarnya selama masa perkembangan.
5) Terapi, berbagai penelitian dan literatur menerangkan tentang
manfaat musik untuk kesehatan fisik maupun mental. Beberapa
gangguan atau penyakit yang dapat ditangani dengan musik
antara lain : kanker, stroke, demensia, dan bentuk gangguan
1
intelegensia lain, penyakit jantung dan hipertensi, nyeri,
gangguan kemampuan belajar, dan bayi prematur.
6) Komunikasi, musik mampu menyampaikan berbagai pesan
keseluruh bangsa tanpa harus memahami bahasanya. Pada
kesehatan mental, terapi musik diketahui dapat memberi
kekuatan komunikasi dan ketrampilan fisik pada penggunanya. (
puskesmas-oke.com, 2009 ).
3) Metode Aktivitas Musik
Berikut ini beberapa contoh umum teknik yang digunakan terapis
musik untuk melengkapi praktek di lapangan adalah melalui :
1) Bernyanyi, untuk membantu klien yang mengalami gangguan
perkembangan artikulasi pada keterampilan bahasa, irama, dan
kontrol pernafasan. Banyak lagu yang membantu kaum manula
untuk mengingat peristiwa atau kenangan dalam kehidupan mereka.
Lirik lagu juga digunakan untuk membantu klien gangguan mental
dalam melakukan rangkaian tugas bahasa.
2) Bermain musik, membantu pengembangan dan koordinasi
kemampuan motorik. Bermain alat musik secara ansambel
membantu klien gangguan belajar untuk mengontrol impuls saraf
yang kacau melalui latihan secara terstruktur dalam kelompok.
3) Gerak ritmis, digunakan untuk mengembangkan jangkauan
fisiologis, menggabungkan mobilitas/ketangkasan/kekuatan,
1
keseimbangan, koordinasi, konsistensi, pola – pola pernafasan, dan
relaksasi otot.
4) Mendengarkan musik, dapat mengembangkan keterampilan kognisi,
seperti memori dan konsentrasi. Musik dapat menstimuli respons
relaksasi, motivasi atau pikiran, imajinasi, dan memori .
4) Strategi Terapi Musik
Delapan alasan penggunaan musik dalam kegiatan terapeutik adalah :
(1) Sebagai audioanalgesik atau penenang yang dapat menimbulkan
pengaruh biomedis positif. Contoh : klien penyakit kronis diajak
menggunakan musik untuk menurunkan gangguan fisiologis dan kadar
distress, mengalihkan perhatian dari rasa sakit, mengubah dan
menurunkan tingkat persepsi dari rasa sakit.
(2) Sebagai aktivitas memfokuskan perhatian. Contoh : seorang wanita
hamil mendengarkan musik dalam proses persalinan sesuai dengan
pilihan musik dan mengikuti teknik melahirkan.
(3) Meningkatkan relasi terapis/pasien/keluarga. Contoh : seorang terapis
mengembangkan relasi yang terbuka dengan seorang klien remaja
dengan musik kesenangannya.
(4) Memberdayakan proses belajar. Contoh : anak diajarkan mengatur
diri dan belajar disiplin dengan mengajarkan tahapannya melalui sebuah
lagu.
(5) Sebagai stimulator auditori atau menghilangkan kebisingan.
Contoh : seorang klien belajar mengendalikan otot (atau indikasi stres
2
fisiologis lainnya) melalui biofeedback dengan menggunakan musik
sebagai medikasi auditori. Atau musik yang dimainkan dalam ruang unit
gawat darurat untuk mereduksi kebisingan suara – suara mesin dan
elektronis lainnya.
(6) Menata kegembiraan dan interaksi personal. Contoh : anggota
keluarga klien sebagai kelompok penunjang melakukan diskusi tentang
lirik sebuah lagu, penulisan lagu, bernyanyi dan berimprovisasi untuk
meningkatkan rasa saling percaya dan kooperatif satu sama lain dengan
panduan seorang fasilitator.
(7) Sebagai penguat untuk keterampilan fisiologis, emosi dan gaya hidup.
Contoh : seorang klien belajar bermain alat musik sebagai alternatif
penyaluran ekspresi dari aktivitas pasif lainnya.
(8) Mengurangi distres pada pikiran. Contoh : staf unit gawat darurat
sebaiknya menggunakan musik untuk mereduksi stres dan mendengarkan
musik selama 15 menit sebelum setiap pergantian jam jaga.
5) Jenis Musik Penyembuhan
Kita masing-masing dapat memperkirakan musik jenis apa yang
dapat dipakai dalam rangka penyembuhan, misalnya :
(1)Musik yang dirasa dapat meningkatkan energi kita.
(2)Musik yang menstimuli otak kita.
(3)Musik yang membangkitkan semangat kita.
(4)Musik yang memberi rasa rileks pada tubuh kita.
(5)Musik yang menenangkan pikiran kita.
2
(6)Musik yang melepaskan emosi kita.
(7)Musik yang memulihkan semangat kita.
(8)Musik yang memotivasi perilaku kita.
(9)Musik yang membantu kita istirahat.
(10)Musik yang membangunkan kita.
(11)Musik yang mengembangkan pikiran kita.
(12)Musik yang membantu kita untuk tidak berpikir .
6) Prosedur Terapi Musik
Terapi musik tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi,
walau mungkin membutuhkan bantuannya saat mengawali terapi musik.
Untuk mendorong peneliti menciptakan sesi terapi musik sendiri, berikut
ini beberapa dasar terapi musik yang dapat anda gunakan untuk
melakukannya.
1) Pilih musik yang sesuai dengan selera klien, pertimbangkan usia
dan latar belakang.
2) Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang
lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.
3) Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape mudah
ditekan, dimanipulasi, dan dibedakan.
4) Apabila tersedia musik latar, pilih jenis musik umum yang sesuai
dengan keinginan klien.
5) Minta klien berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama
dengan mengetuk-ngetukkan jari atau menepuk-nepuk paha.
2
6) Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang
dan hindari menutup gorden atau pintu.
7) Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik : “ Nikmati
musik ke manapun musik membawa anda “.
8) Tinggalkan klien sendirian ketika mereka mendengarkan musik.
9) Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat
memberikan efek terapeutik ( Potter&Perry, 2005 )
2.3 Konsep Lanjut Usia
1) Pengertian Lanjut Usia
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan ( Pudjiastuti, 2003 ).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang
hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua (Nugroho, 2008 ).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangkan secara
perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /
mengganti dan mempertahakan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
2
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
( Nugroho, 2000 ).
Menurut Potter & Perry (2005) lansia merupakan tahap kehidupan
yang dicirikan oleh adanya transisi dan perubahan peran, yang dapat
menyebabkan stres psikososial. Stres ini dapat meliputi perubahan peran
pada pasangan atau keluarga dan masalah isolasi sosial. Tipe-tipe isolasi
sosial yang sering dialami oleh lansia antara lain adalah isolasi sikap,
isolasi penampilan, isolasi perilaku, dan isolasi geografis.
2) Batasan – Batasan Lanjut Usia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia ( Mubarok, 2006 )
:
(1)Menurut Departemen Kesehatan RI, membagi lansia sebagai berikut :
a) Kelompok menjelang usia lanjut ( 45 – 54 tahun ) sebagai
masa vibrilitas.
b) Kelompok usia lanjut ( 55 – 64 tahun ) sebagai masa
presenium.
c) Kelompok usia lanjut ( 65 tahun > ) sebagai masa senium.
(2)Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia meliputi :
a) Usia pertengahan ( middle age ) ialah kelompok usia 45 – 59
tahun.
b) Usia lanjut ( elderly ) antara usia 60 – 74 tahun
c) Usia tua ( old ) antara 75 – 90 tahun
d) Usia Sangat tua ( very old ) diatas 90 tahun
2
(3) Menurut Undang – undang No. 4 Tahun 1965 pasal 1
“ Seorang dinyatakan sebagai jompo atau lanjut usia setelah yang
bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari –
hari dan menerima nafkah dari orang lain “.
3) Teori Penuaan
Ada empat asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari
Lanjut Usia ( Pudjiastuti, 2003 ), yakni :
1) Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak
secara tiba – tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak –
anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Seorang dengan usia
kronologis 70 tahun mungkin dapat memiliki usia fisiologis 50
tahun, atau sebaliknya seseorang dengan usia 50 tahun mungkin
memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya 90
tahun.
2) Peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu
dan teknologi abad ke – 20. Menurut ahli gerontology, James Birren,
bertambahnya umur harapan hidup sesorang merupakan hasil dari
perkembangan di bidang kedokteran dan teknologi modern, yaitu
dengan penuaan teknik pengobatan terhadap penyakit ganas, teknik
dan alat bedah / operasi modern, serta teknik dan alat diagnosis.
3) Penuaan alamiah / fisiologis harus dibedakan dari penuaan patologis.
Penurunan fungsi tidak hanya disebabkan faktor penuaan, tetapi
2
dapat juga disebabkan oleh faktor patologis. Penurunan fungsi
karena faktor patologis bukan penuaan yang normal.
4) Tidak satu teori pun mampu menjelaskan penuaan secara universal.
Meskipun penuaan merupakan prose yang universal, tidak seorang
pun mengetahui penyebabnya atau mengapa manusia menjadi tua
pada usia yang berbeda – beda.
Secara umum, teori penuaan dibagi menjadi dua kelompok besar
yaitu teori genetik dan teori non genetik .
1) Teori Genetik
Teori ini memfokuskan mekanisme penuaan yang terjadi pada
nukleus sel. Penjelasan teori ini berdasarkan genetik diantaranya
yang berikut :
a) Teori Genetik
Penuaan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perubahan
fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya sel, dan
kemunduran sel dalam organ dan jaringan.
b) Teori Kesalahan
Dalam teori ini dinyatakan kesalahan dalam proses atau
mekanisme pembuatan protein akan mengakibatkan beberapa
efek. Penurunan ketepatan sintesis protein secara spesifik telah
dihipotesiskan penyebabnya, yaitu ketidaktepatan dalam
penyimpan pasangan kodon mRNA dan antikodon tRNA.
2
Namun, penelitian terakhir ternyata bertentangan dengan teori
kesalahan, yang menerangkan bahwa tidak semua penuaan sel
menghimpun molekul non–spesifik dan penuaan itu tidak
selamanya dipercepat ketika molekul non – spesifik ditemukan.
c) Teori DNA Lewah ( Kelebihan DNA )
Mengemukakan teori yang berhubungan dengan teori kesalahan.
Ia percaya bahwa perubahan usia biologis merupakan hasil
akumulasi kesalahan dalam memfungsikan gen ( plasma
pembawa sifat ). Perbedaan usia makhluk hidup mungkin
merupakan suatu fungsi dari tingkat urutan genetik berulang (
repeated genetic sequences ). Jika kesalahan muncul dalam
urutan genetik tidak berulang ( non repeated genetic sequences ),
kesempatan untuk menjaga hasil akhir produksi gen selama
evolusi atau selama hidup akan berkurang.
d) Teori Rekaman
Rekaman ( transcription )adalah tahap awal dalam pemindahan
informasi dari DNA ke sintesis protein. Teori yang mengacu
pada teori Hayflick itu menyatakan empat kondisi berikut :
(1). Dengan peningkatan usia terjadi perubahan yang bersifat
merusak metabolisme posmitotik cells yang berbeda.
(2). Perubahan merupakan hasil dari kejadian primer yang terjadi
pada inti kromatin.
2
(3). Perubahan itu terjadi dalam inti kromatin kompleks,
merupakan suatu mekanisme kontrol yang bertanggung
jawab terhadap penampilan dan urutan penuaan primer.
(4). Mekanisme kontrol itu meliputi regulasi transkripsi
meskipun regulasi lain dapat terjadi.
2) Teori Non Genetik
Teori non genetik memfokuskan lokasi di luar nukleus sel, seperti
organ, jaringan dan sistem teori yang berdasarkan non genetik antara
lain sebagai berikut :
a) Teori Radikal Bebas
Pada dasarnya radikal bebas adalah ion bermuatan listrik yang
berada di luar orbit dan berisi ion tak berpasangan. Radikal bebas
mampu merusak membrane sel lisosom, motokondria dan inti
membran melalui reaksi kimia yang disebut peroksidasi lemak.
Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh hormone,
perubahan hormon pada penuaan menunjang reaksi radikal dan
akan menimbulkan efek patologis, seperti kanker dan
aterosklerosis. Penelitian telah dikembangkan untuk melihat
fungsi antioksidan pada radikal bebas. Vitamin E, vitamin C.
selenium, glutation perioksidase dan superioksidase dismutase
telah digunakan untuk menghambat radikal bebas dan
peroksidase lemah. Pengaruh dari penghambat radikal bebas
2
mencegah degenerasi sel, seperti penurunan pengumpulan
lipofusin.
b) Teori Autoimun
Menurut teori ini, penuaan diakibatkan oleh antibody yang
berekasi terhadap sel normal dan merusaknya. Reaksi ini terjadi
karena tubuh gagal mengenai sel normal dan mereduksi antibodi
yang salah. Akibatnya, antibodi itu bereaksi terhadap sel normal,
disamping sel abnormal yang mestimulasi pembentukannya.
Teori ini mendapat dukungan dari kenyataan bahwa jumlah
antibodi autoimun meningkat pada lansia dan terdapat persamaan
antara penyakit imun ( missal arthritis rheumatoid, diabetes,
tiroiditis dan amiloidosis ) dan fenomena menua.
c) Teori Hormonal
Donner Denckle percaya bahwa pusat penuaan terletak pada
otak. Pernyataan ini didasarkan pada studi hipotiroidsme.
Hipotiroidisme dapat terjadi menjadi fatal apabila tidak diobati
dengan tiroksin, sebab seluruh manifestasi dari penuaan akan
nampak, seperti penurunan proses metabolisme secara perlahan.
d) Teori Pembatasan energi
Diet yang didasarkan pada pembatasan kalori, yang dikenal
sebagai pembatasan energi. Diet nutrisi tinggi yang rendah kalori
berguna untuk meningkatkan fungsi tubuh agar tidak cepat tua.
2
Program pembatasan energi bertujuan untuk mengurangi berat
badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai efisiensi
metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang usia. Tinggi
rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur dan adanya
penyakit. Termasuk dalam program diet adalah pantangan
merokok, minum alkohol dan mengendalikan penyebab pstress
seperti kecemasan, frustasi atau stress yang disebabkan oleh kerja
berat.
4) Perubahan – Perubahan yang Terjadi Pada lanjut Usia
1) Perubahan – Perubahan Fisik (Nugroho, 2000)
a) Sel
(1) Lebih sedikit jumlahnya
(2) Lebih besar ukurannya
(3) Berkurang jumlah cairan tubuh dan berkurang cairan
intraseluler.
(4) Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah
dan hati.
(5) Jumlah sel otak menurun.
(6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
(7) Otak menjadi atrofis, beratnya berkurang 5-10%
b) Sistem Pernafasan
3
(1) Berat otak menurun 10-20%. ( Setiap orang berkurang
saraf otaknya dalam setiap harinya).
(2) Cepatnya menurun hubungan pernafasan.
(3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dalam stress.
(4) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya
penglihatan, hilangnya pendengara, mengecilnya saraf
pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan
suhu dengan rendahnya ketahanan dingin.
(5) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
c) Sistem Pendengaran
(1) Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada – nada yang tinggi, suara
yang tidak jelas, sulit mengerti kata – kata, 50 % terjadi
pada usia di atas umur 65 tahun.
(2) Otosklerosis akibat atrofi membrane tympani.
(3) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
(4) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa / stress.
d) Sistem Penglihatan
(1) Timbul selerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
3
(2) Kornea lebih membentuk sferis ( bola ).
(3) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
(4) Meningkatkan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
(5) Hilangnya daya akomodasi.
(6) Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas
pandangannya.
(7) Menurunnya daya membedakan warna biru dan hijau.
e) Sistem Kardiovaskuler
(1) Elastisitas dinding aorta menurun.
(2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
(3) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
(4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya
efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi.
Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menuru,
mengakibatkan pusing mendadak.
(5) Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
f) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
3
(1) Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara
fisiologis akibat metabolisme yang menurun.
(2) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas akibat aktivitas otot menurun.
g) Sistem Respirasi
(1) Otot. – otot pernafasan kehilangan dan menjadi kaku.
(2) Menurunnya aktivitas dari silia.
(3) Paru – paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.
(4) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
berkurang.
(5) Kemampuan untuk batuk berkurang.
(6) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun
seiring dengan pertambahan usia.
h) Sistem Gastrointestinal
(1) Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk.
(2) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
(3) Esophagus melebar.
(4) Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
3
(5) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
(6) Daya absorbsi melemah.
i) Sistem Reproduksi
(1) Menciutnya ovari dan uterus.
(2) Atrofi payudara.
(3) Pada laki – laki testis masih memprodulsi spermatozoa
meskipun adanya penurunan secara berangsur – angsur.
(4) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai lanjut
usiaasal kondisi baik.
(5) Selaput lendir vagina menurun
j) Sistem Perkemihan
(1) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa
metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke
ginjal di saring di glomerulus ( nefron ). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %.
(2) Otot – otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi
buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan
retensi urin pada pria.
(3) Pembesaran prostat ± 75% dialami oleh pria usia diatas
65 tahun.
k) Sistem Endokrin
(1) Produksi semua hormone menurun.
3
(2) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR ( Basal
Metabolic Rate ) dan menutunnya daya pertukaran zat.
(3) Menurunnya produksi aldosteron.
(4) Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya,
profesteron, estrogen dan testosteron.
l) Sistem Kulit ( Sistem Integumen )
(1) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
(2) Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan
proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk –
bentuk sel epidermis.
(3) Kulit kepala dan rambut menipis berwana kelabu.
(4) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
(5) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan
dan vaskularisasi.
(6) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
(7) Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang
bercahaya.
(8) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
m) Sistem Muskuloskletal
(1) Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
(2) Kifosis.
(3) Pergerakan pinggang, lutut dan jari – jari terbatas.
3
(4) Persendian membesar dan menjadi kaku.
(5) Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
(6) Atrofi serabut otot ( otot – otot serabut mengecil ). Otot –
otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak
menjadi lamban, otot – otot kram dan menjadi tramor.
(7) Otot – otot polos tidak begitu berpengaruh.
(8)
2) Perubahan – Perubahan Mental ( Psikologis )
Perubahan – perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan
perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan, atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara
umum makin mundur terutama faktor menolakan abstrak mulai lupa
terhadap kejadian lalu, masih terekam baik masa lalu. Dari segi
emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak
aman dan cemas, cenderung introvert ( Mubarok, 2006 ).Sedangkan
menurut Nugroho (2000), faktor kemiskinan, depresi, kekhawatiran,
paranoid, dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit
sering menyebabkan stres pada lansia.
3) Perubahan Psikososial (Nugroho, 2000)
a) Pensiunan : nilai seseorang diukur oleh produktivitasnya dan
identitas dikaitkan dengan perasaan dalam pekerjaan. Bila
3
seseorang pensiun ( purna tugas ) ia akan mengalami kehilangan
– kehilangan, antara lain :
(1) Kehilangan financial ( income berkurang ).
(2) Kehilangan satus ( dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala fasilitasnya ).
(3) Kehilangan teman / kenalan atau relasi.
(4) Kehilangan pekerjaan / kegiatan.
b) Merasakan atau sadar akan kematian ( sense of awareness of
mortality ).
c) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.
d) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan ( economic
deprivation).
e) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan.
f) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g) Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
h) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman – teman dan family.
j) Kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan
terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
3
5) Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
Menurut Nugroho, 2000, ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penuaan, antara lain yaitu meliputi :
1) Hereditas atau keturunan
2) Nutrisi (makanan)
3) Status Kesehatan
4) Pengalaman hidup
5) Lingkungan
6) Stres
2.4 Konsep Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Tekanan
Darah
Salah satu yang mengendalikan dilatasi dan konstriksi pembuluh-
pembuluh darah adalah sistem saraf simpatis. Apabila sistem saraf simpatis
dirangsang, katekolamin, seperti epinefrin dan norepinefrin akan
dikeluarkan. Kedua zat kimia ini menyebabkan konstriksi pembuluh darah,
meningkatnya curah jantung, dan kekuatan kontraksi ventrikel .
Musik adalah bentuk seni yang paling lembut namun berpengaruh
besar terhadap pusat fisik dan jaringan saraf. Musik juga mempengaruhi
sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf simpatis, baik secara langsung
maupun tidak langsung .
Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan kecemasan dengan
mengalihkan perhatian seseorang, dan musik terbukti menunjukkan efek
3
yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan
depresi, menghilangkan nyeri,dan menurunkan tekanan darah ( Potter &
Perry, 2005 ).
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa musik dapat
menurunkan tekanan darah, metabolisme dasar, dan pernafasan sehingga
mengurangi tekanan terhadap respon fisiologis. Penelitian lain membuktikan
pula bahwa musik dapat meningkatkan produksi zat endhorpins (penghilang
rasa sakit) dan S-IgA (salivary immunoglobulin A). S-IgA ini bermanfaat
untuk mempercepat penyembuhan, mengurangi resiko infeksi, serta
mengontrol tekanan jantung.
Penelitian yang dilakukan oleh Samuel Hakim seorang mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia untuk mengetahui dampak terapi
musik terhadap ansietas, detak jantung, dan tekanan darah arteri 101 subyek
yang menunggu untuk kateterisasi jantung. Ketiga variabel ini diukur setelah
pasien diterapi dengan musik dan tepat sebelum pasien dipindahkan ke
laboratorium. Terjadi penurunan ansietas yang berarti pada kelompok subjek
dibandingkan kelompok kontrol dan detak jantung serta tekanan darah arteri
kelompok ini turun, sementara pada kelompok kontrol naik. Hal yang sama
terjadi pada sekelompok mahasiswa yang menghadapi stres kognisi karena
diharuskan presentasi oral. Tingkat ansietas, denyut jantung, dan tekanan
darah sistolik meningkat tajam akibat stressor tersebut. Para mahasiswa ini
diterapi dengan musik Pachebel’s Canon in D Major dan didapatkan
3
penuruan variabel diatas, disertai peningkatan kadar IgA saliva dibanding
kondisi basal. (Nison23rd.multiply.com/journal/item/6, 2010)
Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus pendidik,
bersama Dr. Alfred Tomatis yang psikolog, mengadakan penelitian untuk
melihat efek positif dari beberapa jenis musik, menemukan bahwa musik
klasik bisa membantu penyembuhan penyakit-penyakit, seperti stress,
kanker, dyslexia, dan tekanan darah tinggi, dan hasilnya dituangkan dalam
buku mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan judul Efek Mozart,
Memanfaatkan Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran,
Meningkatkan Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh. Banyak fakta menarik
yang diungkap Campbell dan Tomatis. Diantaranya, adanya hubungan yang
menarik antara musik dan kecerdasan manusia.
Berbagai penelitian yang dilakukan di India maupun Italia
menunjukkan efektivitas terapi musik untuk mengurangi nyeri, kecemasan
maupun hipertensi. Pada penelitian di Italia menunjukkan kelompok
penderita hipertensi yang sedang minum obat antihipertensi bila diikuti
dengan mendengarkan musik klasik 30 menit / hari disertai dengan latihan
nafas perut selama satu bulan menunjukkan penurunan tekanan darah yang
bermakna dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya mengandalkan
obat antihipertensi. Selain itu pula penelitian lain pada pasien yang akan
menjalani tindakan endoskopi atau peneropongan organ pencernaan, terbukti
dengan terapi musik dapat mengurangi kecemasan dan terapi musik dapat
4
membuat pasien lebih rileks dengan hasil akhir memberikan efek positif
terhadap detak jantung maupun laju nafas.
Berdasar hasil penelitian yang didiskusikan para pakar kesehatan di
New Orleans baru-baru ini, terapi musik selama 30 menit sehari terbukti
mampu menggantikan terapi obat-obatan hipertensi. Penelitian dilakukan
terhadap 48 penderita hipertensi berusia 45-70 tahun. Sebanyak 28 orang di
antaranya diminta mendengarkan musik klasik atau musik tradisional India
selama 30 menit sehari. Sedangkan 20 orang lainnya dibiarkan melakukan
aktivitasnya seperti biasa. Hasilnya, setelah melakukan terapi musik selama
sebulan, tekanan darah 28 penderita hipertensi itu menjadi normal.
Sedangkan tekanan darah 20 penderita hipertensi yang tak melakukan terapi
musik masih terukur tinggi.
Berdasarkan penelitian tentang terapi musik dan tekanan darah yang
dilakukan oleh Endang Triyanto di daerah Banyumas, lama hari perlakuan
untuk mencapai nilai batas normal khususnya penurunan tekanan darah
ternyata cenderung dicapai dalam waktu cukup singkat yaitu sebagian besar
hanya dalam waktu 1 hari (56%) dan maksimum dicapai dalam waktu 5 hari
(6,6%). (Alumni.ugm.ac.id, 2009).
4
top related