hiv aids direktur_p2ml.ppt
Post on 21-Oct-2015
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Dr. Slamet, MHPDirektur PPML
DITJEN PP & PL, KEMENKES
2
• MDG 5 : Menurunkan angka kematian ibu melahirkan• MDG 6 : Mengendalikan dan mulai menurunkan jumlah
infeksi baru HIV
• MDG 5 : Menurunkan angka kematian ibu melahirkan• MDG 6 : Mengendalikan dan mulai menurunkan jumlah
infeksi baru HIV
• MDG 1: Menurunkan prevalensi balita dengan berat badan
rendah / kekurangan gizi • MDG 4: Menurunkan Angka kematian bayi & balita • MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai
menurunkan kasus baru malaria
• MDG 1: Menurunkan prevalensi balita dengan berat badan
rendah / kekurangan gizi • MDG 4: Menurunkan Angka kematian bayi & balita • MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai
menurunkan kasus baru malaria
• MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan kasus baru Tuberkulosis
• MDG 6: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan kasus baru Tuberkulosis
Target yang telah
tercapai
Target yang menjadi
perhatian khusus
Target yang diperkirakan akan dicapai
3
Laporan dari Dinkes provinsi
859
7.195 6.048
10.362 9.793
21.591 21.031 21.511
10.210
4.987
3.514 4.425 4.943 5.483
6.845 7.004 5.686
780
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
s.d. 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013*
Ju
mla
h K
as
us
Tahun Jumlah Kasus HIVJumlah Kasus AIDS
AIDS lebih besar, kasus
ditemukan sudah
sakit
1. Prevalensi HIV usia 15-49 tahun <0,5%2. Pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS (pddk 15-
24 tahun) dari 65% menjadi 95%
3. Meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan tes HIV dari 300.000 Menjadi 700.000
4. Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman dari 50% menjadi 100%
5. Meningkatnya penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi dari 25% (P) dan 20% (L) menjadi 65% (P) dan 50% (L)
6. Meningkatnya persentase ODHA yang mendapatkan ART dari 60% menjadi 90%.
7. Meningkatnya persentase Rumah Sakit Pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan rujukan bagi ODHA menjadi 100%.
No INDIKATOR TARGET 2014
Target 2012
Capaian2012
CAPAIAN(%)
1 Prevalensi HIV <0,5% <0,5% 0,3% >100%
2
Persentase penduduk 15 tahun ke atas menurut pengetahuan tentang HIV dan AIDS
95% 85% 79,5% 93%
3. Persentase odha yang mendapatkan ART 50% 40% 44,2% 110,5%
1. Permenkes 21/2013» Tugas dan tanggungjawab Pemerintah Provinsi (Pasal 7)» Tugas dan tanggungjawan Pemerintah Kabupaten/Kota (Pasal
8)» Pemeriksaan diagnosis HIV : KTS dan TIPK (Pasal 22, 23, 24)» Fasilitas Pelayanan Kesehatan, termasuk Rumah sakit (41 dan
42)2. SE Menkes Pelaksanaan Pengendalian HIV-AIDS dan IMS no
129/20133. SE Menkes No.1/2013 ttg PPIA4. SE Dirjen P2PL ttg Alokasi Pembiayaan Logistik P2 HIV-AIDS 27
Maret 2013
Estimasi dan Proyeksi Prevalensi HIV pada Populasi Usia 15-49 Tahun di Indonesia
Tahun 2011-2016
8
» Telah diadakan pertemuan dengan 33 propinsi terkait revitalisasi program IMS di fasyankes primer agar Dinkes propinsi dan kab/kota memperluas/mengaktifkan kembali layanan IMS di fasyankes primer
» Melalui dukungan BUKD telah diintegrasikan materi LKB dalam TOT Managemen Puskesmas
» Telah tersusun modul pelatihan LKB dalam kurikulum pelatihan manajemen di Puskesmas
» Dokumentasi good practice layanan IMS di 5 kab/kota (Tj Pinang, Kota Malang, Surabaya, Denpasar, Kota Jayapura
9
» Revisi pedoman Tes dan Konseling HIV» ToT konselor (33 provinsi) saat ini sedang berlangsung» Integrasi pemeriksaan HIV pada pilot project penapisan
Hepatitis B pada bumil di DKI Jakarta» Penyediaan media KIE untuk peningkatan pengetahuan
Komprehensif» Pelatihan SIHA di 33 propinsi » Pelatihan petugas monev dan pelatihan integrasi sero
sentinel + SCP
» Melakukan kegiatan review PMTS bersama KPAN» Revisi modul pelatihan IMS, dengan memasukkan
materi terkait LSL» Penyusunan pedoman manajemen program IMS » Update pedoman klinis IMS» Kondom sebagai dual protection : alat
kontrasepsi dan pencegahan HIV dan IMS» Penguatan PPIA dan Eliminasi sifilis kongenital di
kab/kota pada 5 propinsi sebagai fokus awal » Integrasi pemeriksaan IVA dengan pemeriksaan
IMS (kolaborasi dengan Subdit Kanker)
» Pengembangan LKB» Peningkatan cakupan tes HIV dan cakupan pengobatan
ARV melalui Penggunaan strategi ARV sebagai Pengobatan dan Pencegahan
» Pelaksanaan Demonstration site PPIA (semua ibu hamil ke layananan KIA dilakukan tes HIV dan Sifilis)
» Penguatan sistim informasi melalui SIHA dan survey lainnya
12
KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA)
KELUARGA
13
» Layanan Komprehensif HIV dan IMS berkesinambungan (LKB)Komprehensif˃ Layanan terintegrasi dengan layanan yang ada˃ Promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif˃ Melibatkan seluruh sektor terkait, masyarakat termasuk swasta,
LSM, TOMA, TOGA dsb.Berkesinambungan˃ Layanan sejak dari rumah atau komunitas, hingga ke fasyankes
dan kembali ke rumah/masyarakatSehingga:˃ Retensi pada perawatan dan pengobatan meningkat˃ Kualitas hidup meningkat˃ Penularan menurun
14
» Meningkatkan peran rumah sakit dalam pengendalian HIV dan IMS baik di dalam maupun di luar RS
Hospital without wall» Meningkatkan partisipasi masyarakat/komunitas dalam
pemanfaatan layanan melalui
LKB» Mengembangkan jejaring mentoring klinis horizontal
maupun vertikal
RS Rujukan Tersier (RS Provinsi)
Mentoring eksternal berpasangan dengan mentor lokal pada awal kunjungan bila perlu
Kunjungan mentoring berkala oleh dokter/ mentor berpengalaman
Kunjungan supervisi berkala oleh tim Dinkes Kab/Kota
RS Kab/Kota Tingkat Kabupaten/Kota
Puskesmas
PuskesmasPuskesmas
PENDEKATAN • Kunjungan mentor ke lokasi• Mentoring jarak jauh
– Konsultasi melalui telefon– Hot line service– Internet based mentoring
1. Kota Denpasar2. Kab Badung3. Kota Jakarta Barat4. Kota Surabaya5. Kota Makassar6. Kota Bandung7. Kota Manado8. Kota Medan9. Kab Sorong10.Kab Jayapura11.Kota Tanjung Pinang12.Kota Pekanbaru13.Kota Padang14.Kota Jambi15.Kota Palembang
21. Jaktim22. Jaksel23. Kota Bogor24. Kota Semarang25. Kota Surakarta
41. Kab Indramayu42. Kab Semarang43. Kab Buleleng44. Kab Jayawijaya45. Kab Fak-fak
61. Kab Garut62. Kab Tasikmalaya63. Kab Ciamis64. Kab Kuningan65. Kab Kendal66. Kab Tegal67. Kota Tegal68. Kab Kediri69. Kab Paniai70. Kab Nabire71. Kota Banjarmasin72. Kab Pare-Pare73. Kab Jember74. Kab Majalengka75. Kab. Jombang
16. Bandar Lampung17. Kab Tangerang18. Kota Cilegon19. Jakarta Pusat20. Jakarta Utara
41. Kota Bekasi42. Kab Bekasi43. Kab Cirebon44. Kab Bandung45. Kota Depok46. Kab Bogor47. Kota Tasikmalaya48. Kab Subang49. Kab Sumedang50. Kab Banyumas51. Kab. Batang52. Kab Cilacap53. Kab Banyuwangi54. Kab Sidoarjo55. Kota Kediri
26. Kota Yogyakarta27. Kota Malang28. Kab Malang29. Kota Mataram30. Kota Pontianak31. Kota Singkawang32. Kota Jayapura33. Merauke34. Kota Sorong35. Manokwari36. Kota Timika37. Kab Deliserdang38. Kota Batam39. Kab Karawang40. Kota Cirebon
Sep - Des 2012Jan - Jun 2013Juli - Sep 2013
Sep - Des 2013
No Kegiatan Waktu Pelaksana
1. Rekrutment Koordinator core facilitator dan fasilitator kab/kota
Oktober UNAIDS, WHO, KPAN, Kemkes
Pertemuan nasional stakeholder November
2. Gap analisis di 10 kab/kota Nov-Des Fasilitator
3. Intensifikasi LKB untuk akselerasi tes dan inisiasi ARV di 10 kab/kota
Desember - Maret 10 fasilitator
4. Monitoring dan Evaluasi Tr 1 2014 KPAN dan Kemkes
5. Finalisasi Dokumen Roadmap Oktober KPAN dan Kemkes
6. Dokumentasi lesson learnt Tr 1 2013 KPAN dan Kemkes
7. Pengembangan di 65 kabupaten/kota lainnya
Tr 2 2014 KPAN, Kemkes, WHO
» Penawaran tes HIV secara sistematis pada:˃ ibu hamil di daerah dengan prevalensi HIV tinggi, pasien IMS, pasangan ODHA,
pasien TB, pasien Hepatitis, LSL, WPS dan WBP
» Konseling pasca tes untuk akses layanan LKB » Tes ulang bagi populasi kunci (retesting) setiap 6
bulan jika hasil negatif» Pemberian konseling keluarga (family counseling) dan
konseling pasangan (couple counseling) bagi ODHA
Pengadaan reagen dengan dana GF sebanyak 37.566 tes (2013) dan 95.171 tes (2014)
Tes dan Konseling HIV
21
» Pemeriksaan Diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi HIV.
» Pemeriksaan Diagnosis HIV sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan berdasarkan prinsip konfidensialitas, persetujuan, konseling, pencatatan, pelaporan dan rujukan.
»Prinsip konfidensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berarti hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dan hanya dapat dibuka kepada :˃ yang bersangkutan;˃ tenaga kesehatan yang menangani; ˃ keluarga terdekat dalam hal yang bersangkutan tidak
cakap;˃ pasangan seksual; dan˃ pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
»Pemeriksaan Diagnosis HIV harus dilakukan dengan persetujuan pasien.»Pengecualian pada ketentuan ayat (1)
dapat dilakukan:˃ pada penugasan tertentu dalam kedinasan
Tentara/Polisi; ˃ dalam keadaan gawat darurat medis untuk tujuan
pengobatan pada pasien yang secara klinis telah menunjukan gejala yang mengarah kepada AIDS; dan
˃ atas permintaan pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
» Konseling˃ Proses interaksi antara dua orang dalam
pembelajaran mematangkan pilihan untuk mengambil keputusan
» Test HIV˃ Pemeriksaan status HIV
» Sukarela˃ Tanpa paksaan atas keputusan matang sesudah
mendapat informasi faktual dengan menimbang risiko & konsekuensi
»KTS dilakukan dengan langkah-langkah meliputi:˃ konseling pra tes;˃ tes HIV; dan˃ konseling pasca tes.
»KTS hanya dilakukan dalam hal pasien memberikan persetujuan secara tertulis.
» Konseling pra tes sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan tatap muka atau tidak tatap muka dan dapat dilaksanakan bersama pasangan (couple counseling) atau dalam kelompok (group counseling).
» Konseling pasca tes sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus dilakukan tatap muka dengan tenaga kesehatan atau konselor terlatih.
» Dicari oleh klien secara aktif dan individual
»menekankan pengkajian dan penanganan faktor risiko
» Strategi untuk mengurangi faktor risiko
» TIPK dilakukan dengan langkah-langkah meliputi:˃ pemberian informasi tentang HIV-AIDS sebelum tes;˃ pengambilan darah untuk tes;˃ penyampaian hasil tes; dan ˃ konseling.
» Tes HIV pada TIPK tidak dilakukan dalam hal pasien menolak secara tertulis.
» TIPK harus dianjurkan sebagai bagian dari standar pelayanan bagi:˃ setiap orang dewasa, remaja dan anak-anak yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan dengan tanda, gejala, atau kondisi medis yang mengindikasikan atau patut diduga telah terjadi infeksi HIV terutama pasien dengan riwayat penyakit tuberculosis dan IMS;
˃ asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin;˃ bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi HIV;˃ anak-anak dengan pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi di wilayah
epidemi luas, atau anak dengan malnutrisi yang tidak menunjukan respon yang baik dengan pengobatan nutrisi yang adekuat; dan
˃ laki-laki dewasa yang meminta sirkumsisi sebagai tindakan pencegahan HIV.
» Pada wilayah epidemi meluas, TIPK harus dianjurkan pada semua orang yang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan.
» Pada wilayah epidemi terkonsentrasi dan epidemi rendah, TIPK dilakukan pada semua orang dewasa, remaja dan anak yang memperlihatkan tanda dan gejala yang mengindikasikan infeksi HIV, termasuk tuberkulosis, serta anak dengan riwayat terpapar HIV pada masa perinatal, pada pemerkosaan dan kekerasan seksual lain.
» TIPK sebagaimana dimaksud pada ayat (7) terutama diselenggarakan pada:˃ pelayanan IMS;˃ pelayanan kesehatan bagi populasi kunci/orang2 yang
berperilaku resiko tinggi;˃ fasiltas pelayanan yang menyelenggarakan pelayanan
pemeriksaan ibu hamil, persalinan dan nifas; dan˃ pelayanan tuberculosis
31
32
» Harus merupakan bagian dari layanan HIV-AIDS» Bertujuan :˃ Untuk meningkatkan utilisasi fasilitas layanan˃ Dukungan sebaya˃ Dukungan kepatuhan berobat
» Mengembangkan layanan nyaman bagi klien» Memfasilitasi rujukan vertikal maupun horizontal
kesinambungan layanan
Laporan Bulanan Perawatan HIV, 2005-2013. Kemenkes
Cascade of Treatmentdi Indonesia, 2005 - Agustus 2013
Estimasi ODHA 2012 : 591.823
34
» Estimasi dan pemodelan 2012 akan dipublikasi pada Desember 2013
» Telah dilakukan Pilot project estimasi dan modeling pada tingkat di 3 propinsi ( DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan)
» Pelaksanaan sero sentinel + SCP pada bulan November 2013
» Draft awal STBP populasi risti 2012 dan STBP tanah Papua pada bulan Tr I 2014
» Pelatihan SIHA pada tingkat propinsi dan Kab/Kota
35
» Desentralisasi ARV di 9 provinsi dan akan dikembangkan ke 33 propinsi
» Untuk obat IMS dan IO serta reagen sudah desentralisasi melalui pengiriman ke 33 propinsi
» Masih lemahnya sistim pelaporan bulanan ARV (petugas sering hy copy paste stok bulan sebelumnya)
» Masing seringnya penggunaan rapid tes HIV sebagai survey di LBT belum fokus pada peningkatan cakupan di populasi kunci
LAYANAN JUMLAH
Konseling dan Tes HIV752 (RS, PKM, LSM, Rutan/Lapas)
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan
394 (RS Pengampu dan RS Satelit)
Program Terapi Rumatan Metadon
77 (RS, PKM, Rutan/Lapas)
Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril
194 PKM
IMS 631 (RS dan PKM)PPIA 114 (RS dan PKM)
37
No Propinsi Tr1 2013 Tr2 2013 Tr 3 2013
1 Babel V V V
2 Bali V V V
3 Banten V V
4 Bengkulu V V V
5 DIY6 DKI V V V
7 Gorontalo V V
8 Jabar V V V
9 Jambi V V V
10 Jateng11 Jatim V V
38
No Propinsi Tr1 2013 Tr2 2013 Tr 3 2013
12 Kalbar V
13 Kalsel V V
14 Kalteng15 Kaltim V V
16 Kepri V
17 Lampung V V V
18 Maluku V V V
19 Malut V
20 NAD V V
21 NTB V
22 NTT V
39
No Propinsi Tr1 2013 Tr2 2013 Tr 3 2013
23 Papua Barat24 Papua V V25 Riau V V V26 Sulsel27 Sulteng V V V28 Sultra29 Sulut V V V30 Sumbar V31 Sumsel V V32 Sumut V V
NO PROVINSI APBN 2013 APBN-P 2013 Total 20131 Dinkes Prop. NAD 2,800 6,600 9,4002 Dinkes Prop. Sumut 22,000 51,800 73,8003 Dinkes Prop. Sumbar 2,800 6,600 9,4004 Dinkes Prop. Riau 13,700 32,200 45,9005 Dinkes Prop. Jambi 4,200 10,000 14,2006 Dinkes Prop. Sumsel 9,400 22,100 31,5007 Dinkes Prop. Bengkulu 1,800 4,200 6,0008 Dinkes Prop. Lampung 6,600 15,500 22,1009 Dinkes Prop. Bangka Belitung 2,100 4,900 7,00010 Dinkes Prop. Kep. Riau 13,300 31,300 44,60011 Dinkes Prop. DKI Jakarta 50,000 117,600 167,60012 Dinkes Prop. Jawa Barat 47,300 111,300 158,60013 Dinkes Prop. Jawa Tengah 22,000 51,800 73,80014 Dinkes Prop. DI Yogyakarta 4,500 10,600 15,100
NO PROVINSIAPBN 2013
APBN-P 2013 JUMLAH
15 Dinkes Prop. Jawa Timur 60,100 141,400 201,50016 Dinkes Prop. Banten 8,900 21,000 29,90017 Dinkes Prop. Bali 17,200 40,500 57,70018 Dinkes Prop. NTB 5,000 11,800 16,80019 Dinkes Prop. NTT 3,000 7,100 10,10020 Dinkes Prop. Kalbar 7,800 18,400 26,20021 Dinkes Prop. Kalteng 2,300 5,400 7,70022 Dinkes Prop. Kalsel 2,300 5,400 7,70023 Dinkes Prop. Kaltim 11,600 27,300 38,90024 Dinkes Prop. Sulut 5,100 12,000 17,10025 Dinkes Prop. Sulteng 1,800 4,200 6,00026 Dinkes Prop. Sulsel 11,600 27,300 38,90027 Dinkes Prop. Sultra 2,900 6,800 9,70028 Dinkes Prop. Gorontalo 1,000 2,400 3,400
NO PROVINSIAPBN 2013
APBN-P 2013 JUMLAH
29 Dinkes Prop. Sulbar 1,000 2,400 3,400
30 Dinkes Prop. Maluku 6,100 14,400 20,50031 Dinkes Prop. Maluku Utara 1,300 3,100 4,400
32 Dinkes Prop. Papua Barat 6,000 14,100 20,100
33 Dinkes Prop. Papua 60,000 141,200 201,200
34 Stok PUSAT 92,500 217,300 309,800
SELAMAT BERTUGAS
43
top related