hubungan kadar hemoglobin trimester ketiga, …fk.unmul.ac.id/public/penelitian... · c...
Post on 28-Jun-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN TRIMESTER KETIGA, USIA, PARITAS, JARAK KELAHIRAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP ANTROPOMETRI BAYI
BARU LAHIR DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
Grasia Angger Ayu Wilujenga , Sukartinib, Danialc,
a Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman b Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman c Laboratorium Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman Korespondensi: grasiaanggerayuw@gmail.com
Abstrak Pertumbuhan bayi baru lahir dapat diukur dengan antropometrinya. Pertumbuhan bayi diakui secara internasional sebagai indikator penting status gizi dan kesehatan dalam populasi. Angka kejadian berat bayi lahir rendah dan stunting di Indonesia sendiri cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin trimester ketiga, usia, paritas, jarak kelahiran dan pendidikan ibu terhadap antropometri bayi baru lahir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional dengan pengambilan sampel penelitian dipilih secara consecutive sampling. Besar sampel dari penelitian ini adalah 78 responden. Data dari penelitian ini didapatkan dari data rekam medik RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Hasil uji statistik menunjukkan faktor yang berhubungan dengan berat lahir bayi adalah kadar hemoglobin trimester ketiga (p = 0,008) dan paritas (p = 0,020). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan berat lahir bayi adalah usia ibu (p = 0,453), jarak kelahiran (p = 1,000) dan pendidikan ibu (p = 0,751). Faktor yang tidak berhubungan dengan panjang bayi adalah kadar hemoglobin trimester ketiga (p = 0,577), usia ibu (p = 1,00), paritas (p= 0,100), jarak kelahiran (0,752) dan pendidikan ibu (0,900). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan lingkar kepala adalah kadar hemoglobin trimester ketiga (p= 0,713), usia (p= 0,884), paritas (p= 0,646), jarak kelahiran (p = 0,171 dan pendidikan ibu (p= 0,788). Kata Kunci : Antropometri bayi, Kadar hemoglobin, Usia ibu, Paritas, Jarak kelahiran, Pendidikan ibu
Abstract
Newborn baby growth can be measured by their anthropometry. Baby growth is internationally accepted as an important indicator of nutrition and health status of a population. The number of low birth weight and stunting baby cases in Indonesia is quite high. The purpose of this study was to determine the association between third trimester hemoglobin levels, age, parity, birth spacing, and education level of pregnant women with newborn baby anthropometry. This study was an observational analytic with cross sectional method and the sampling was chosen by consecutive sampling. The sample size was 78 respondents. Data research variable were taken from medical records at Abdul Wahab Sjahranie hospital Samarinda. The statistical analysis result showed that factors associated with newborn baby weight were third trimester hemoglobin levels (p = 0,008) and parity of pregnant women (p = 0,020). While the factors not associated to the newborn baby weight were maternal age (p = 0,453), birth spacing (p = 1,000), and maternal education level (p = 0,751). The factors not associated to the newborn baby length were third trimester hemoglobin levels (p = 0,577), age (p = 1,000), parity (p = 0,100), birth spacing (p = 0,752), and education level of pregnant women (p = 0,900). The factors not associated with newborn baby head circumference were maternal third trimester hemoglobin levels (p = 0,713), age (p = 0,884), parity (p = 0,646), birth spacing (p = 0,171), and education level (p = 0,788). Keyword: Baby anthropometry, hemoglobin levels, maternal age, parity, birth spacing, education level
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 3
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan proses yang sangat
penting dalam kehidupan wanita. Kehamilan yang
normal akan terjadi selama 40 minggu diukur dari
proses terjadinya fertilisasi hingga lahirnya bayi.1
Selama 40 minggu masa kehamilan terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
janin di dalam uterus. Faktor-faktor tersebut dapat
berasal dari ibu, plasenta maupun janin.2 Beberapa
faktor dari ibu yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin adalah kadar hemoglobin,
paritas, usia ibu hamil, jarak kelahiran serta status
sosial dan ekonomi seperti pendidikan.3 Faktor-
faktor dalam kehamilan tersebut dapat
mempengaruhi antropometri bayi baru lahir.
Antropometri adalah pengukuran tubuh non invasif
dan kuantitatif yang digunakan untuk menilai
parameter pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan. Pengukuran antropometri yaitu panjang
badan, berat badan dan lingkar kepala dapat
digunakan untuk menentukan pertumbuhan,
kesehatan dan kesejahteraan anak.4 Antropometri
bayi yang buruk akan meningkatkan risiko
menderita penyakit bahkan kematian.5
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
antropometri selama kehamilan adalah kadar
hemoglobin. Secara global anemia di dunia
didominasi oleh anak-anak dan ibu hamil.
Sebanyak 38,2% ibu hamil di seluruh dunia
mengalami anemia. Asia Tenggara merupakan
salah satu dari 3 regio utama yang menyumbang
angka anemia. Sebanyak 38,9% sampai 48,7% ibu
hamil di regio tersebut mengalami anemia.6
Indonesia memiliki angka anemia pada ibu hamil
cukup tinggi yaitu sebesar 37,1%.7 Permasalahan
kadar hemoglobin tidak hanya sebatas pada
anemia saja, menurut Ziaei dalam Wang et.al kadar
hemoglobin selama kehamilan yang sangat tinggi
yaitu lebih dari 13,2 g/dL dapat meningkatkan
risiko berat bayi lahir rendah.8 Nilai hemoglobin
yang bermakna adalah pada trimester ketiga sebab
anemia pada trimester ini dapat mempengaruhi
antropometri bayi baru lahir.9 Selain itu nilai
hemoglobin trimester ketiga adalah nilai yang
paling sering diukur di Indonesia.10
Antropometri bayi tidak hanya dipengaruhi
oleh kadar hemoglobin saja, namun juga
dipengaruhi oleh usia ibu hamil, paritas, dan jarak
kelahiran.11 Usia ibu hamil adalah salah satu faktor
yang tidak dapat diabaikan. Usia ibu kurang dari 20
tahun ataupun lebih dari 35 tahun dapat
menyebabkan penurunan nilai antropometri bayi
baru lahir. Ibu yang baru pertama kali melahirkan
atau lebih dari empat kali melahirkan juga memiliki
risiko melahirkan BBLR.12 Ibu primipara atau
grandemultipara akan menyebabkan gangguan
asupan nutrisi dari ibu ke janin sehingga akan
mempengaruhi antropometri bayinya.13 Pengaruh
jarak kelahiran yang pendek menurut Dewey &
Cohen dalam Wendt, Gibbs, Peters, & Hogue
adalah jarak kehamilan yang pendek akan
menyebabkan ibu tidak memiliki waktu yang cukup
untuk mengembalikan cadangan nutrisi yang
diperlukan selama kehamilan.14 Hal ini akan
menyebabkan ibu dan anaknya rentan mengalami
gizi kurang selama kehamilan yang kemudian
berdampak pada antropometri bayinya.
Calon ibu yang memiliki pendidikan formal
yang tinggi lebih siap untuk menghadapi
kehamilan. Masyarakat dengan pendidikan formal
yang tinggi lebih mudah untuk memahami dampak
negatif dari kurang gizi bagi dirinya dan calon bayi,
mengatur jarak kelahiran dengan baik, serta
mencari perawatan kehamilan dan persalinan.15,16
Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik
untuk meneliti hubungan kadar Hb trimester
4 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
ketiga, usia, paritas, jarak kelahiran, dan
pendidikan ibu terhadap antropometri bayi baru
lahir.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
observasional analitik dengan metode cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan kadar hemoglobin trimester ketiga, usia,
paritas, jarak kelahiran dan pendidikan ibu
terhadap antropometri bayi baru lahir di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Dalam
penelitian ini cara pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan tehnik consecutive sampling
dengan jumlah responden sebanyak 78 responden.
Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi.
Kriteria Inklusi
1. Melahirkan bayi aterm (minggu ke 37 sampai ke
42 kehamilan).
2. Memiliki data pemeriksaan hemoglobin pada
trimester ketiga.
3. Ibu hamil yang usia, jumlah paritas, jarak
kelahiran, dan pendidikan formalnya tercantum
dalam rekam medis.
4. Terdapat data pengukuran dari antropometri
bayi baru lahir yaitu berat badan, panjang badan,
dan lingkar kepala.
Kriteria Eksklusi
1. Ibu yang mengandung janin multipel.
2. Ibu hamil dengan komplikasi dan penyakit
hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TORCH
(Toxoplasma gondii, virus rubella, sitomegalovirus,
dan virus herpes simplex).
3. Bayi yang mengalami hidrosefalus
Cara pengambilan data dengan menggunakan
data sekunder berupa rekam medik ibu bersalin di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Analisis
data mengunakan analisis univariat dan analisis
bivariat. Data dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu
membuat struktur data (data structure),
memasukan data (entry data), penyuntingan
(editing), dan koreksi (cleaning). Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan software
Microsoft Excel , IBM SPSS 23. Penyajian data
dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 78 ibu hamil yang melahirkan dan
bayinya di RSUD Abdul Wahab Sjahranie menjadi
sampel dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
sebanyak 15 bayi (19,23%) lahir dengan berat
<2500 gram, sebanyak 31 bayi (39,74%) lahir
dengan panjang <48 cm, dan sebanyak 32 bayi
(41,03%) lahir dengan lingkar kepala <33 cm.
Antropometri bayi yang dibagi menjadi berat lahir
bayi, panjang bayi, dan lingkar kepala bayi
berdasarkan kadar Hemoglobin trimester ketiga,
usia, paritas, jarak kelahiran dan pendidikan ibu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Faktor - faktor yang berasal dari ibu
mempengaruhi antropometri bayi sebab selama
didalam kandungan janin menerima suplai nutrisi
dari ibu seperti usia, paritas, jarak kelahiran,
pendidikan, aktivitas, dan riwayat penyakit ibu
seperti anemia. Usia ibu mempengaruhi kelancaran
suplai nutrisi bagi janin. Usia ibu yang terlalu muda
yaitu dibawah 20 tahun akan menyebabkan rahim
kurang mendapatkan suplai darah yang cukup
sebab organ reproduksi belum terbentuk secara
sempurna. Pada usia muda juga terjadi kompetisi
antara ibu dan janin dalam mendapatkan nutrisi
sebab ibu juga sedang dalam proses pertumbuhan.
Usia lebih dari 35 tahun meningkatkan resiko
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 5
terjadinya Intrauterine Growth Restriction (IUGR).
IUGR akan menyebabkan bayi yang dilahirkan
memiliki antropometri yang buruk seperti lingkar
kepala, berat badan dan panjang badan yang
buruk. 29 Ibu yang sering hamil memiliki resiko
rahim sudah tidak sekokoh kehamilan sebelumnya
dalam menyuplai nutrisi sehingga nutrisi yang
masuk untuk bayi tidak adekuat sehingga nutrisi
yang disalurkan dari ibu ke bayipun menjadi tidak
maksimal selain itu pada kasus ini dapat terjadi
letak sungsang pada bayi.12
Tabel 1. Hubungan Kadar Hb Trimester Ketiga, Usia, Paritas, Jarak Kelahiran, dan Pendidikan Ibu terhadap Berat Lahir Bayi
Variabel Berat Lahir Bayi
Total Nilai P Ya (<2500gr)
Tidak (≥2500gr)
Kadar Hb Trimester Ketiga
0,008 Berisiko (<11gr/dL atau >13,2gr/dL)
11 (35,5%) 20 (64,5%) 31 (100%)
Tidak Berisiko (11 gr/dL-13,2gr/dL)
4 (8,5%) 43 (91,5%) 47 (100%)
Usia Ibu 0,453 Berisiko (<20 atau >35 tahun) 4 (28,6%) 10 (71,4%) 14 (100%)
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 11 (17,2%) 53 (82,8%) 64 (100%) Paritas
0,020 Berisiko (Primipara dan Grandemultipara)
8 (38,1%) 13 (61,9%) 21 (100%)
Tidak Berisiko (Multipara)
7 (12,3%) 50 (87,7%) 57(100%)
Jarak Kelahiran 1,000 Berisiko (<2 tahun) 3 (20,0%) 12 (80,0%) 15 (100%)
Tidak Berisiko (≥2 tahun) 12 (19,0%) 51 (81,0%) 63 (100%) Pendidikan Ibu
0,751 SD-SMP 5 (22,7%) 17 (77,3%) 22 (100%) SMA-PT 10 (17,9%) 46 (82,1%) 56 (100%)
Dari tabel di atas didapatkan bahwa variabel yang
berhubungan dengan berat lahir bayi adalah kadar
hemoglobin dengan nilai p= 0,008 dan jumlah
paritas dengan nilai p= 0,020. Jarak kelahiran
adalah jarak antara kelahiran terakhir dengan
kelahiran sebelumnya. Jarak kelahiran yang terlalu
singkat akan lebih beresiko bagi ibu dan bayi. Ibu
dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun tidak
memiliki cukup waktu untuk mengembalikan
cadangan nutrisi dan mempersiapkan kehamilan. 12
Anemia selama kehamilan akan menyebabkan
terganggunya suplai nutrisi dan oksigen dari ibu ke
janin sehingga akan menyebabkan hambatan
pertumbuhan dan perkembangan pada janin pada
rahim. Hal tersebut dapat menyebabkan bayi lahir
dengan antropometri buruk termasuk berat badan
yang rendah.
Konsentrasi hemoglobin yang berlebihan
selama masa kehamilan juga akan mengganggu
hasil kehamilan. Pada kasus ini hemoglobin yang
terlalu tinggi akan menyebabkan penyebaran atau
distribusi hemoglobin menjadi terganggu karena
peningkatan kekentalan darah. Hal tersebut akan
menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen menjadi
tidak adekuat. Bayi yang tidak mendapat suplai
nutrisi secara optimal akan mengalami gangguan
pertumbuhan sehingga bayi akan lahir dengan
berat yang rendah.1,8
6 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
Tabel 2. Hubungan Kadar Hb Trimester Ketiga, Usia, Paritas, Jarak Kelahiran, dan Pendidikan Ibu terhadap Panjang Bayi
Variabel Panjang Bayi
Total Nilai P Ya (<48cm) Tidak (≥48cm)
Kadar Hb Trimester Ketiga
0,577 Berisiko (<11gr/dL atau >13,2gr/dL)
14 (45,2%) 17 (54,8%) 31 (100%)
Tidak Berisiko (11 gr/dL-13,2gr/dL)
17 (36,2%) 30 (63,8%) 47 (100%)
Usia Ibu
1,000 Berisiko (<20 atau >35
tahun) 6 (42,9%) 8 (57,1%) 14 (100%)
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 25 (39,1%) 39 (60,9%) 64 (100%) Paritas
0,100 Berisiko (Primipara dan Grandemultipara)
12 (57,1%) 9 (42,9%) 21 (100%)
Tidak Berisiko (Multipara) 19 (33,3%) 38 (66,7%) 57 (100%) Jarak Kelahiran
0,752 Berisiko (<2 tahun) 7 (46,7%) 8 (53,3%) 15 (100%) Tidak Berisiko (≥2 tahun) 24 (38,1%) 39 (61,9%) 63 (100%)
Pendidikan Ibu 0,900 SD-SMP 8 (36,4%) 14 (63,6%) 22 (100%)
SMA-PT 23 (41,1%) 33 (58,9%) 56 (100%)
Berdasarkan tabel 2 di atas pada penelitian ini
tidak didapatkan adanya hubungan antara kadar
hemoglobin trimester ketiga, usia, jumlah paritas,
jarak kelahiran dan pendidikan ibu dengan panjang
bayi baru lahir.
Tabel 3. Hubungan Kadar Hb Trimester Ketiga, Usia, Paritas, Jarak Kelahiran, dan Pendidikan Ibu terhadap
Lingkar Kepala Bayi
Variabel Lingkar Kepala Bayi
Total Nilai P Ya (<33cm) Tidak (≥33cm)
Kadar Hb Trimester Ketiga
0,713 Berisiko (<11gr/dL atau >13,2gr/dL)
14 (45,2%) 17 (54,8%) 31 (100%)
Tidak Berisiko (11 gr/dL-13,2gr/dL)
18 (38,3%) 29 (61,7%) 47 (100%)
Usia Ibu 0,884 Berisiko (<20 atau >35 tahun) 5 (35,7%) 9 (64,3%) 14 (100%)
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 27 (42,2%) 37 (57,8%) 64 (100%) Paritas
0,646 Berisiko (Primipara dan Grandemultipara)
10 (47,6%) 11 (52,4%) 21 (100%)
Tidak Berisiko (Multipara) 22 (38,6%) 35 (61,4%) 57 (100%) Jarak Kelahiran
0,171 Berisiko (<2 tahun) 9 (60,0%) 6 (40,0%) 15 (100%) Tidak Berisiko (≥2 tahun) 23 (36,5%) 40 (63,5%) 63 (100%)
Pendidikan Ibu 0,788 SD-SMP 8 (36,4%) 14 (63,6%) 22 (100%)
SMA-PT 24 (42,9%) 32 (57,1%) 56 (100%)
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 7
Ibu yang memiliki pendidikan formal yang
tinggi cenderung lebih siap dalam menghadapi
kehamilan dan kelahiran. Pendidikan ibu biasa
mempengaruhi cara ibu mempersiapkan kehamilan
dan melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin, mengatur jarak kelahiran serta mencari
pertolongan untuk persalinan secara lebih baik.
Sebanyak 2 per 100 kematian ibu dan bayi dapat
dicegah setiap tahunnya dengan peningkatan
kehadiran disekolah formal. Sosial ekonomi yang
rendah,yang diukur melalui tingkat pendidikan
berhubungan dengan kejadian SGA. Small for
Gestational Age akan menyebabkan bayi dengan
gangguan simetri sehingga berat badan, panjang
badan dan lingkar kepala bayi yang dilahirkan
menjadi buruk.45
Berdasarkan tabel 3, tidak didapatkan
hubungan antara kadar hemoglobin, usia, jumlah
paritas, jarak kelahiran dan pendidikan ibu dengan
lingkar kepala bayi baru lahir.
Hubungan Kadar Hemoglobin Trimester Ketiga
dan Berat Lahir Bayi
Hasil uji Chi-square yang dilakukan untuk
menilai hubungan kadar Hemoglobin trimester
ketiga dengan berat lahir bayi, diperoleh nilai
p=0,014 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kadar
Hemoglobin trimester ketiga dengan berat lahir
bayi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri di RSPAD Gatot Soebroto
Ditkesad dengan nilai p=0,025.10 Hubungan antara
kadar Hemoglobin trimester ketiga dan berat bayi
lahir juga didapatkan oleh Tabrizi & Barjasteh
dengan nilai p=0,042 (p<0,05).17
Secara teori anemia ataupun kadar
hemoglobin yang berlebih selama kehamilan akan
menyebabkan terganggunya suplai nutrisi dan
oksigen dari ibu ke janin sehingga akan
menyebabkan hambatan pertumbuhan dan
perkembangan pada janin.18 Penelitian dengan
hasil yang berbeda didapatkan oleh Setiawan,
Lipoeto & Izzah yang dilakukan di Kota Pariaman.
Penelitian ini mendapatkan nilai p=0,856
(p>0,05).19 Perbedaan hasil penelitian ini
dikarenakan pada penelitian yang dilakukan di
Pariaman jumlah bayi yang mengalami Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) hanya 1 orang (3,1%) sehingga
hasil yang didapatkan menjadi kurang bervariasi.
Hal ini dapat menyebabkan perbedaan hasil
penelitian.
Hubungan Kadar Hemoglobin trimester ketiga
dengan Panjang Bayi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie
Hasil uji Chi-square yang dilakukan untuk
menilai hubungan antara kadar Hemoglobin
trimester ketiga dengan panjang bayi, diperoleh
nilai p=0,858 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak terdapat adanya hubungan antara
kadar Hemoglobin trimester ketiga dengan panjang
bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Putri dengan nilai p=0,248
(p>0,05) dan Laflamme yang memperoleh nilai
p=0,431 (p>0,431).10,20 Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruchayati
yang menyatakan terdapat hubungan antara kadar
Hemoglobin trimester ketiga dan panjang bayi
dengan nilai p=0,0033 (p<0,05).21 Berbeda dengan
berat badan yang dapat menunjukkan gangguan
nutrisi akut beberapa referensi menyebutkan
bahwa gangguan yang terjadi pada tulang rangka
(panjang bayi) merupakan gangguan nutrisi yang
terjadi dalam jangka waktu yang lama. Jika
gangguan nutrisi hanya terjadi pada trimester
ketiga maka hanya sedikit kemungkinan tulang
8 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
rangka dapat terpengaruh.22, 23 . Hal ini dapat
terjadi disebabkan oleh perbedaan metode
penelitian yang digunakan Ruchayati menggunakan
metode penelitian cohort dan mengikuti
perjalanan ibu hamil trimester 3 hingga
melahirkan, hal ini akan memudahkan peneliti
untuk mengontrol variabel perancu dan
meminimalisir bias.
Hubungan Kadar Hemoglobin trimester ketiga
dengan Lingkar Kepala Bayi di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie
Hasil uji Chi-square yang dilakukan untuk
menilai hubungan kadar Hemoglobin trimester
ketiga dan lingkar kepala, diperoleh nilai p=1,000
(p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kadar Hemoglobin
trimester ketiga dengan lingkar kepala bayi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri dengan nilai p=0,123 (p>0,05)
dan Hutabarat dengan nilai p=1,000 (p>0,05).10, 24
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hassan, Shalaan & El-Masry
yang dilakukan di Mesir. Penelitian ini dilakukan
pada 782 responden dan didapatkan p=0,02
(p<0,05).25 Faktor yang mempengaruhi lingkar
kepala bayi bukan hanya kadar hemoglobin saja
namun juga dipengaruhi oleh asupan mikronutrien
lainnya. Mikronutrien selain tablet Fe yaitu asam
folat juga berkontribusi terhadap lingkar kepala
bayi, walaupun memiliki nilai hemoglobin yang
normal kekurangan asam folat dapat menyebabkan
bayi lahir dengan lingkar kepala yang kecil.
Darwanty & Antini mengatakan bahwa asam folat
memiliki korelasi yang signifikan dengan lingkar
kepala bayi dengan nilai p= 0,022.26 Perbedaan
hasil penelitian dipengaruhi oleh perbedaan jumlah
sampel dan karakteristik dari sampel yang diteliti.
Hubungan Usia dengan Berat Lahir Bayi di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie
Pada penelitian ini didapatkan satu sel dengan
nilai expected count kurang dari 5, sehingga
pembacaan nilai p dilakukan pada fisher's exact
test dan diperoleh nilai p = 0,453. Hasil ini
menandakan secara statistik tidak terdapat
hubungan antara usia ibu dengan berat lahir bayi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahayana, Chundrayetty, &
Yulistini di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan nilai
p=0,713 (p>0,05).27 Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sholiha &
Sumarmi yang dilakukan di Kabupaten Probolinggo,
diperoleh nilai p=0,03.28 Pada usia < 20 tahun
organ reproduksi belum siap untuk menerima janin
sehingga komplikasi selama kehamilan dan
persalinan memiliki kemungkinan besar untuk
terjadi. Pada usia > 35 tahun akan terjadi
ganggìuan elastisitas pembuluh darah yang akan
menyebabkan pasokan darah menuju ke plasenta
menjadi terganggu.29, 12
Perbedaan hasil penelitian ini terjadi sebab
berat badan bayi merupakan hasil interaksi
berbagai faktor. Selain itu terdapat perbedaan
metode penelitian yang digunakan yaitu Sholiha &
Sumarmi menggunakan metode case-control
sedangkan peneliti menggunakan metode cross-
sectional.28
Hubungan Usia Ibu dengan Panjang Bayi di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie
Hasil analisis Chi-square didapatkan nilai
p=1,000 (p>0,05) yang menunjukan bahwa tidak
terdapat hubungan antara usia ibu dengan panjang
bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sukmani di Kecamatan Genteng-
Kabupaten Banyuwangi dan diperoleh nilai
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 9
p>0,05.30 Penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Veghari yang
dilakukan pada 2459 sampel dengan nilai p=0,001
(p<0,05).31 Secara teori usia ibu kurang dari 20
tahun akan menyebabkan kompetisi dalam
mendapat nutrisi. Usia ibu lebih dari 35 tahun
dapat meningkatkan kejadian Intra Uterine Growth
Reterdation (IUGR).29 Perbedaan hasil penelitian ini
disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel dan
karakteristik lainnya dari responden.
Hubungan Usia Ibu dengan Lingkar Kepala Bayi di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hasil analisis Chi-Square dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara usia dan lingkar
kepala bayi, diperoleh nilai p=0,884. Hal ini
menunjukkan secara statistik tidak didapatkan
hubungan yang bermakna antara usia ibu dengan
lingkar kepala bayi. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Feleke dkk yang
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara usia ibu dengan lingkar kepala bayi.32
Shajari, Marsoosy, Aslani, Mohammady, &
Heshmaty mendapatkan hasil yang berbeda yaitu
didapatkan adanya hubungan antara usia ibu
dengan lingkar kepala bayi. Penelitian ini dilakukan
pada 459 sampel di Rumah Sakit Tehran, Iran.33
Gangguan pertumbuhan janin di dalam kandungan
tidak hanya disebabkan oleh faktor usia ibu saja
namun disebabkan oleh interaksi dari banyak
faktor seperti usia kehamilan, konsumsi asam folat
dan jenis kelamin neonatus, selain itu perbedaan
hasil penelitian juga dapat terjadi akibat perbedaan
jumlah sampel dan karakteristik sampel yang
lainnya.
Hubungan Paritas dengan Berat Lahir Bayi di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Pada penelitian ini didapatkan satu sel dengan
nilai expected count kurang dari 5, sehingga
pembacaan nilai p dilakukan pada fisher's exact
test dan diperoleh nilai p = 0,020 (p < 0,05). Secara
statistik dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
antara paritas dengan berat lahir bayi. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum daerah Dr. Wahidin Sudiro
Husodo Mojokerto yang dilakukan oleh
Wahyuningrum, Saudah, & Novitasari. Hasil dari
penelitian ini diperoleh p=0,000 (p<0,05).34
Penelitian lain yang dilakukan oleh Bora & Das di
India dengan jumlah sampel sebanyak 378
didapatkan hasil p=0,790 atau secara statistik
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat adanya
hubungan antara paritas dengan berat lahir bayi.35
Ibu yang pertama kali atau lebih dari 4 kali
melahirkan memiliki risiko lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan berat <2500 gram.12
Kehamilan yang berulang-ulang akan menyebabkan
uterus sudah tidak sekokoh dulu lagi sehingga akan
mempengaruhi penyimpanan nutrisi dan suplai
nutrisi di kehamilan selanjutnya.36
Hubungan Paritas dengan Panjang Bayi di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie
Hasil uji Chi-square yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara paritas dengan
panjang bayi diperoleh nilai p=0,100 (p>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara paritas dengan panjang bayi. Miletic, Stoini,
Mikulandra, Tadin, Roje, & Milic menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara paritas dan panjang bayi.37 Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Feleke & Enquosalassie dalam Vaarno yang
menyatakan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara paritas dan panjang bayi. Feleke &
Enquosalassie menyatakan bahwa panjang badan
10 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
bayi secara signifikan lebih dipengaruhi oleh usia
kehamilan dan jenis kelamin dari neonatus.38
Pada penelitian lain Shajari, Marsoosy, Aslani,
Mohammady, & Heshmaty menyatakan bahwa
didapatkan adanya hubungan yang signifikan
antara paritas dengan panjang bayi.33 Perbedaan
hasil penelitian ini dapat dipengaruhi oleh jumlah
sampel dan karakteristik dari tiap subjek penelitian
yang berbeda-beda.
Hubungan Paritas dengan Lingkar Kepala Bayi di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hasil uji Chi-Square digunakan untuk
menentukan hubungan antara paritas dan lingkar
kepala bayi. Pada penelitian ini didapatkan nilai
p=0,646. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Feleke & Enquosalassie dalam
Vaarno yang menyatakan tidak perdapat hubungan
yang bermakna antara paritas dan lingkar kepala
bayi.38 Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Shajari, Marsoosy, Aslani,
Mohammady, & Heshmaty dengan nilai p=<0,05.33
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
lingkar kepala seperti usia kehamilan, jenis kelamin
neonatus, konsumsi asam folat dan infeksi selama
kehamilan sehingga menyebabkan perbedaan hasil
penelitian, selain itu perbedaan hasil penelitian
dapat terjadi akibat perbedaan karakteristik
responden dan jumlah sampel penelitian.
Hubungan Jarak Kelahiran dengan Berat Lahir Bayi
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara jarak kelahiran dan berat lahir
bayi. Nilai p yang diperoleh adalah p=1,000. Secara
statistik dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara jarak kelahiran dengan berat lahir
bayi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di RSD Panembahan Senopati oleh Yanti
& Sulistyaningsih. Pada penelitian tersebut
didapatkan nilai p=0,407 (p>0,05).39 Penelitian
dengan hasil berbeda diperoleh Malvika, Rout,
Saha, Chakraboty, dan Biswas di Rumah Sakit
Kishanganj Bihar. Penelitian in mendapatkan nilai
p=0,0001 (p>0,05).40 Pengaruh jarak kelahiran yang
pendek menurut Dewey & Cohen dalam Wendt,
Gibbs, Peters, & Hogue adalah jarak kehamilan
yang pendek akan menyebabkan ibu tidak memiliki
waktu yang cukup untuk mengembalikan cadangan
nutrisi yang diperlukan selama kehamilan.14 Berat
lahir bayi tidak hanya dipengaruhi jarak kehamilan.
Karima & Achadi menyatakan bahwa berat badan
ibu sebelum hamil memiliki korelasi yang paling
kuat dengan berat lahir bayi (OR = 6,64). Ibu
dengan berat sebelum kehamilan yang rendah
berisiko 6,64 kali lebih besar untuk melahirkan bayi
dengan berat <2500 gram. Hal tersebut terjadi
karena berat badan ibu sebelum hamil dapat
mencerminkan cadangan energi ibu yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan janin.41
Antropometri bayi termasuk berat badan
dipengaruhi oleh barbagai faktor yang saling
berinteraksi sehingga memungkinkan terjadinya
perbedaan hasil penelitian.
Hubungan Jarak Kelahiran dengan Panjang Bayi di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Uji statistik Chi-square dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dan
panjang bayi. Nilai p yang diperoleh adalah p=0,752
(p>0,05). Hal ini secara statistik dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak
kelahiran dan panjang bayi. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Ragab, hamid, Heiba, Elalem
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
jarak kelahiran dengan panjang bayi di Rumah sakit
Belqas. Penelitian ini dilakukan pada 200
perempuan hamil.42 Panjang bayi dapat
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 11
dipengaruhi oleh berbagai hal atau multifaktorial
sehingga perbedaan hasil penelitian mungkin saja
untuk terjadi. Perbedaan jumlah sampel dan
pembagian kelompok untuk analisis yang
digunakan dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan ini.
Hubungan Jarak Kelahiran dengan Lingkar Kepala
Bayi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Uji statistik Chi-square dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara jarak kelahiran dan
lingkar kepala bayi. Nilai p yang diperoleh adalah
p=0,752 (p>0,05). Secara statistik dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara jarak kelahiran dan lingkar kepala bayi.
Penelitian lain yang dilakukan pada 200 perempuan
hamil oleh Ragab, Hamid, Heiba & Elalem
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
jarak kelahiran dengan panjang bayi di Rumah sakit
Belqas.42 Perbedaan jumlah sampel dan pembagian
kelompok untuk analisis yang digunakan dapat
menyebabkan terjadinya perbedaan ini.
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Berat Lahir Bayi
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hasil uji Chi-square digunakan untuk
mengetahui hubungan antara pendidikan ibu
dengan berat lahir bayi. Dari penelitian ini
didapatkan nilai p=0,751 (p>0,05). Secara statistik
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pendidikan ibu dengan berat lahir bayi. Hasil
ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapatkan
oleh Mahayana, Chundrayetty, & Yulistini di RSUP
Dr. M. Djamil Padang. Penelitian tersebut
mendapatkan hasil nilai p=1,000.43 Silva dkk
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
pendidikan ibu dan berat lahir bayi (p=0,0001).44
Secara teori wanita dengan pendidikan yang tinggi
lebih memahami dampak buruk dari kurang gizi
terhadap dirinya dan bayinya, dapat mengatur
jarak kelahiran, paritas dan mencari penanganan
dan pertolongan yang tepat selama persalinan dan
kehamilan. Perempuan yang memiliki pendidikan
yang rendah memiliki risiko lebih besar untuk
melahirkan bayi dengan lingkar kepala yang kecil
untuk usia kehamilan.45
Berat badan bayi dipengaruhi oleh banyak
faktor lain seperti kadar hemoglobin, berat badan
ibu sebelum hamil dan paritas. Berbeda dengan
pendidikan yang memberi pengaruh secara tidak
langsung, faktor-faktor tersebut dapat secara
langsung mempengaruhi suplai nutrisi yang
diberikan dari ibu menuju ke bayi, sehingga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat yang rendah.
Perbedaan hasil penelitian juga dapat terjadi
karena perbedaan jumlah sampel penelitian yang
digunakan.
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Panjang Bayi di
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hasil uji Chi-square dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara pendidikan ibu
dengan panjang bayi. Dalam penelitian ini
didapatkan nilai p=0,900 (p>0,05). Secara statistik
dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan
antara pendidikan ibu dengan panjang bayi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elshibly & Schmalisch dengan nilai
p=0,407 (p>0,05).46 Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Kabir dkk di
Bangladesh dengan nilai p=<0,001.47 Perbedaan
hasil penelitian ini dapat terjadi akibat jumlah
sampel dan karakteristik sampel yang digunakan
dalam tiap penelitian
Hubungan Pendidikan Ibu dengan Lingkar Kepala
Bayi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Hasil uji Chi-Square digunakan untuk
mengetahui hubungan antar pendidikan ibu
12 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
dengan lingkar kepala. Dalam penelitian ini
didapatkan nilai p=0,788. Penelitian ini tidak
sejalan dengan Elshibly & Schmalisch. Penelitian
tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara pendidikan ibu dan lingkar kepala bayi
dengan nilai p<0,005.46 Dalam penelitian tersebut
peneliti memaparkan bahwa pendidikan ibu
mempengaruhi lingkar kepala bayi, namun kelas
sosial tidak mempengaruhi antropometri bayi
termasuk berat lahir bayi, panjang lahir dan lingkar
kepala.
SIMPULAN
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara kadar hemoglobin
trimester ketiga dan paritas terhadap berat lahir
bayi, sedangkan tidak didapatkan hubungan antara
jarak kelahiran, usia dan pendidikan ibu dengan
berat lahir bayi. Kadar hemoglobin trimester
ketiga, usia, paritas, jarak kelahiran dan pendidikan
ibu tidak berhubungan dengan panjang bayi dan
lingkar kepala bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rachimhadhi T. Pembuahan, Nidasi, Dan Plasentasi. In Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
2. IDAI. Pedoman Pelayanan Medis. 2009;: p. 23-29.
3. Sharma M, Mishra S. Maternal Risk Factors and Consequences of Low Birth Weight in Infants. IOSR Journal of Humanities And Social Science. 2013;: p. PP39-45.
4. California Departement of Health Care Service. Anthropometric Measurements. Health Assesment Guidelines. 2016;: p. 1-7
5. WHO. Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profil Indicator Geneva: WHO; 2010.
6. WHO. The global prevalance of anemia in 2011. 2015;: p. 4
7. Kementerian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia 2016 Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017
8. Wang L, Mei Z, Li H, Zhang Y, Liu J. Modifying Effect of Maternal Hb Concentration on Infant Birth Weight in Women Receiving Prenatal Iron-Containing Supplement. The British Journal of Nutrition. 2016;: p. 644-649.
9. Bhardwaj AK, Narang S, Sharma P, Madaan G. Effect of Third Trimester Maternal Hemoglobin Upon Newborn Anthropometry. Jurnal of Nepal Paediatric Society. 2013; 33(3): p. 186-189.
10. Putri UR. Hubungan antara Kadar Hemoglobin Trimester Ketiga dengan Antropometri Bayi Baru Lahir di RSPAD Gatot Soebroto Didkesad. Skripsi. 2014
11. Sukarni I, Sudarti. PATOLOGI : Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi Yogyakarta: Nuha Medika; 2014
12. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak Jakarta: EGC; 2012
13. Rudolph AM, Hoffman J, Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri Jakarta: EGC; 2006.
14. Wendt A, Gibbs CM, Peters S, Hogue CJ. Impact of Increasing Inter-Pregnancy Interval on Maternal and Infant Health. Pediatric and Perinatal Epidemiologi. 2015;: p. 239-258.
15. Victor R. Handbook of Anthropometry Physical Measures of Human from Health and Disease New York: Springer; 2012
16. RISKESDAS. depkes website. [Online].; 2013 [cited 2017 Oktober 07. Available from: HYPERLINK "http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%2520riskesdas%25202013.pdf"http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%2520riskesdas%25202013.pdf .
17. Tabrizi FM, Barjasteh S. Maternal Hemoglobin Levels During Pregnancy and Their Association with Birth Weight of Neonatus. Iranian Journal of Pediatric Hematology and Oncology. 2015;: p. 211-217.
18. Gant NF, Cunningham FG. Basic Ginecology and Obstetrics Jakarta: EGC; 2010.
19. Setiawan , Lipoeto NI, Izzah AZ. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) | 13
dengan Berat Bayi Lahir di Kota Pariaman. Journal FK Unad. 2013;: p. 34-37.
20. Laflamme EM. Maternal Hemoglobin Concentration and Pregnancy Outcomes: a Study of The Effect of Elevation in El Alto. MJM. 2010;: p. 47-55.
21. Ruchayati. Hubungan Kadar Hemoglobin dan Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil Trimester Ketiga dengan Panjang Bayi Lahir di Puskesmas Halmahera Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2010;: p. 1-8.
22. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2014
23. IDAI. Rekomendasi Praktik Pemberian Makanan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik IDAI; 2015.
24. Hutabarat M. Hubungan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil dengan Lingkar Kepala Bayi Baru Lahir di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2010.
25. Hassan , Shalaan , El-Masry. Relationship Between Maternal Characteristic and Neonatal Birth Size in Egypt. Eastern Mediteranean Health Journal. 2011;: p. 281-289
26. Darwanty J, Antini A. Kontribusi Asam Folat dan Kadar Haemoglobin pada Ibu Hamil terhadap Pertumbuhan Otak Janin di Kabupaten Karawang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Reproduksi. 2012; 3: p. 82-90.
27. Mahayana SAS, Chundrayetty E, Yulistini. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal FK Unand. 2015;: p. 664-673.
28. Sholiha H, Sumarmi S. Analisis Kejadian BBLR pada Primigravida. Media Gizi Indonesia. 2015;: p. 57-63.
29. Berkowitz CD. Pediatric a Primary Care Approach. 4th ed.: American Academy of Pediatrics; 2012.
30. Sukmani KN. Korelasi Umur Ibu Melahirkan dengan Panjang Lahir dan Berat Badan Lahir Bayi Umur 0 Hari di Kecamatan Genteng-Kabupaten Banyuwangi. Antro Unair. 2016;: p. 288-298.
31. Veghari G. Maternal Age and BMI Corellation to Infant Birth Size. International Journal of Medical Research. 2016;: p. 151-155
32. Feleke d. Maternal Age, Parity, and Gestational Age on The Size of The Newborn. Pubmed. 1999.
33. Shajari H, Marsoosy V, Aslani M, Mohammady , Heshmaty P. The Effect of Maternal Age, Gestational Age and Parity on The Size of Newborn. Acta Medica Irania. 2006;: p. 400-404.
34. Wahyuningrum T, Saudah N, Novita S, Widia W. Hubungan Paritas dengan Berat Bayi Lahir di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Midwiferia. 2015;: p. 87-92.
35. Bora B, Das U. The Effect of Maternal Age, Parity, and Hemoglobin Levels on Neonatal Birth Weight. Indian J Physiol Pharmacol. 2015;: p. 285-289.
36. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
37. Miletic T, Stoini E, Mikulandra F, Tadin I, Roje D, Milic N. Effect of Parenteral Anthropometric Parameters on Neonatal Birth Weight and Birth Lenght. Coll Anthropol. 2007;: p. 993-997.
38. Vaarno J. Lenght and Head Circumference at Birth: Association with Birth Outcome and Morbidity in Macrosomic Finish Infant. Master's Thesis. 2014;: p. 1-65.
39. Yanti EM, Sukri S. Hubungan Usia dan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Skripsi STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta. 2014;: p. 1-15.
40. Malvika D, Rout AJ, Ram R, Saha JB, Chakraborty M, Bisnas N. Relationship Between Low Birth Weight of Babys and Antenatal Care of Mother: a Cross Sectional Study at a Tertiary Care Hospital of Kishanganj Bihar. Global Journal of Medicine an Public Health. 2015;: p. 1-9.
41. Karima K, Achadi E. Status Gizi Ibu dan Berat Lahir Bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakan Nasional. 2012;: p. 112-119.
42. Ragab S, Hamid A, Heiba M, Elalen O. Effect of Interpregnancy Interval on Pregnancy Outcome Among Pregnant Woman Attending
14 | Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 6(3) ISSN 2443-0439
Delivery at Belqas Hospital. Journal of Nursing and Health Science. 2015;: p. 05-13.
43. Mahayana SA, Chundrayetty E, Yulistini. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Berat Lahir Rendah di RSUP dr. M. Djamil Padang. Jurnal FK Unand. 2015;: p. 664-673
44. Silva L, Jansen P, Steegers E, Jaddoe V, Arends L, Tiemeier H, et al. Mother's Educational Level and Fetal Growth: The Genesis of Health Inequalities. International Journal of Epidemiology. 2010;: p. 1250-1261.
45. McCowan L, Horgan RP. Risk Factors for small for gestational age infants. Best Practice & Research Clinical Obstetric and Gynaecology. 2009;: p. 779-793.
46. Elshibly E, Schmalisch. Relationship Between Maternal and Newborn Anthropometric Measurement in Sudan. Pediatric International. 2009;: p. 326-331.
47. Kabir A, Rahman J, Shamim A, Klemm R, Labrique A, Rashid M, et al. Identifying Maternal and Infant Factor Associated with Newborn Size in Rural Bangladesh. PLOS. 2017.
top related