hubungan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas
Post on 04-Jul-2015
719 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerapan proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah
umum yang telah diprogramkan dalam GBPP (Garis-Garis Besar Program
Pengajaran), ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, juga untuk
menanamkan gerak- gerak dasar yang baik dan benar. Oleh sebab itu, seyogyanya
tes hasil belajar harus sejalan dengan tujuan pendidikan jasmani yang digariskan
oleh kurikulum pendidikan jasmani di SD.
Tes hasil belajar pendidikan jasmani selalu dilakukan dengan tes
keterampilan cabang olahraga, tes tidak sejalan dengan tujuan kurikulum, guru
kurang/tidak memodifikasi fasilitas dan sarana serta peraturan yang ada untuk
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Kemampuan gerak siswa yang beragam,
terdapat sikap yang acuh terhadap kegiatan pembelajaran, dan kurangnya motivasi
yang dimiliki siswa akan mengakibatkan proses pembelajaran tidak akan
terlaksana dengan baik.
Untuk mencapai hasil belajar pendidikan jasmani yang baik, dituntut
berbagai kemampuan dan kesiapan belajar baik secara fisiologis dan psikologis
dari individu yang belajar antara lain; kondisi fisik umum yang dapat
meningkatkan kemampuan geraknya. Kondisi psikologis yang meliputi sikap
yang positif dan motivasi yang khusus agar dapat membantu anak dalam
mengikuti proses pembelajaran.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis ingin mengangkat
permasalahan sebagai berikut :
Apakah ada hubungan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar pendidikan
jasmani?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui hubungan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar
penjas. siswa kelas IV, V, dan IV dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
di SD Inpres Batua I Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Setiap hasil penelitian diharapkan bisa memberi manfaat bagi
pengembangan ilmu dan teknologi, khususnya disiplin ilmu yang dijadikan obyek
penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti dapat mengetahui dan memahami tinggi rendah motivasi
siswa kelas IV, V, dan VI dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani
di SD Inpres Batua I Makassar. Supaya kelak menjadi guru dapat memberi
motivasi siswanya saat melakukan aktivitas olahraga.
2. Sebagai masukan pada SD Inpres Batua I Makassar dalam pelaksanaan
proses pembelajaran pendidikan jasmani untuk mengadakan perubahan
memperbaiki dan mempertahankan strategi penyelenggaraan pendidikan
jas.
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka merupakan dasar dan landasan untuk mencari teori yang
digunakan dalam mencapai pemecahan masalah terhadap problema dalam
penelitian ini. Oleh sebab itu, pada bab ini akan diuraikan beberapa teori atau
pendapat para ahli yang berhubungan dengan penelitian. Dengan teori yang
dikemukakan, diharapkan dapat memecahkan dengan sebaik-baiknya
permasalahan yang diungkap pada bab sebelumnya.
1. Pengertian Motivasi
Menurut Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah
umum dari tingkah laku manusia.
Menurut Bimo Walgito (2003:220) menyatakan bahwa motivasi adalah
keadaan dalam individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
Menurut Dimiyati dan Mudjiono (2002:80) motivasi adalah dorongan
mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk
perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan,
kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
belajar.
3
4
Menurut Oemar Hamalik (2005:106), motivasi adalah suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Sardiman A. M. (2006:73), motivasi adalah suatu perubahan
energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Istilah motivasi mengacu
kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam
berbagai situasi.
Sedangkan menurut Rochman Natawidjaya (1979:78) menyatakan
motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjad perbuatan
atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan
kebutuhan atau menjadi tujuan.
2. Jenis Motivasi
Motivasi yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat
digolongkan berdasarkan latar belakang perkembangannya, motivasi dapat dibagi
menjadi dua yaitu motivasi primer dan sekunder. 1.) Motivasi primer adalah
motivasi bawaan, tidak dipelajari. Motivasi ini timbul akibat proses kimiawi
fisiologik yang terdapat pada setiap orang. 2.) Motivasi sekunder adalah motivasi
yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman. Motivasi sekunder ini, oleh
beberapa ahli disebut juga motivasi sosial. Lidgren menyatakan bahwa motivasi
sosial adalah motivasi yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang
peranan yang penting (Darsono, 2000:62).
5
Menurut Bimo Walgito (2003:224) menyatakan bahwa motivasi dibagi
menjadi dua yaitu motivasi fisiologis dan motivasi sosial. 1.) Motivasi fisiologis
adalah dorongan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk
melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Seperti ketika lapar ada
dorongan untuk makan, haus ada dorongan untuk minum. Karena itu motivasi ini
sering disebut sebagai motivasi dasar (basic motives) atau motivasi primer
(primery motives). 2.) Motivasi sosial adalah motivasi yang mempelajari dalam
kelompok sosial (social group). McClelland (lin. Morgan, dkk., 1984)
berpendapat bahwa motivasi sosial itu dapat dibedakan dalam (1) motivasi
berprestasi (achievement motivation), (2) motivasi kebutuhan afiliasi (need for
affiliation), (3) motivasi kebutuhan berkuasa (need for power).
3. Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar
yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini
sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari
dalam diri peserta didik misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil,
menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok,
keinginan untuk diterima oleh orang lain.
4. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor
dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan
6
hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di
sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta
didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan
pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik
bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan
motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri
(Oemar Hamalik, 2005:112).
a. Teori-teori Motivasi
Menurut Catharina (2004:120-137) menyatakan bahwa teori-teori motivasi
dibagi menjadi 6 antara lain sebagai berikut :
1. Teori Belajar Behavioral
Para pakar Behaviorisme menyatakan bahwa tidak perlu memisahkan teori
belajar dengan motivasi, karena motivasi merupakan produk dari sejarah
penguatan. Siswa yang diperkuat untuk belajar akan termotivasi untuk belajar,
namun bagi siswa yang tidak mendapatkan penguatan dalam belajar maka anak
itu tidak termotivasi untuk belajar.
2. Teori Kebutuhan Manusia
Abraham Maslow merupakan pakar teori kebutuhan manusia yang menjelaskan
konsep motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Banyak kebutuhan
dasar yang semuanya harus dipenuhi, seperti makan, rasa aman, cinta dan
perawatan harga diri yang positif.
7
3. Teori Disonansi
Teori disonansi menyatakan bahwa kebutuhan untuk mempertahankan citra diri
yang positif merupakan motivator yang sangat kuat. Kebanyakan perilaku anak
diarahkan pada upaya pemenuhan standar personalnya. Misalnya jika anak
memiliki keyakinan bahwa dirinya adalah anak yang baik dan jujur, maka anak
itu akan berperilaku baik dan jujur walaupun tidak ada anak lain yang
melihatnya.
4. Teori Kepribadian
Istilah motivasi umumnya digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan
kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Anak pergi ke
perpustakaan karena ingin mencari buku yang dibutuhkan; atau ingin
memperoleh nilai yang baik pada semua mata pelajaran agar memperoleh
rangking satu. Itulah sebabnya istilah motivasi dapat diterapkan pada perilaku
di berbagai situasi.
5. Teori Atribusi
Teori ini berupaya memahami penjelasan dan alasan-alasan perilaku, terutama
apabila diterapkan pada keberhasilan atau kegagalan anak. Weiner menyatakan
ada tiga karakteristik dalam menjelaskan kegagalan atau keberhasilan anak,
yaitu: penyebab keberhasilan atau kegagalan itu dipandang dari dalam (dalam
diri anak) atau dari luar; dipandang sebagai sesuatu yang bersifat stabil atau
tidak stabil, dipandang dari sesuatu yang dapat dikendalikan atau tidak dapat
dikendalikan.
8
6. Teori Motivasi Berprestasi
Salah satu teori motivasi paling penting dalam psikologi adalah motivasi
berprestasi, yakni kecenderungan untuk mencapai keberhasilan atau tujuan
dan melakukan kegiatan yang mengarah pada kesuksesan/kegagalan. Siswa
yang meempunyai motivasi berprestasi, mereka cenderung memiliki patner
belajar yang cakap dalam mengerjakan tugas (Catharina, 2004:120-137).
5. Motivasi Belajar
Menurut pendapat aliran Skolastik belajar adalah mengulang-ulang bahan
yang harus dipelajari (Sumadi Suryabrata,1984:244). Sedangkan menurut
Oemar Hamalik (2005:36) menyatakan bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar adalah suatu tingkah
laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek
kognitif, psikomotor, maupun sikap. Agar kegiataan ini terwujud, harus ada
motivasi, yang disebut motivasi belajar (Max Darsono, 2000:64). Didalam
kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari,
termasuk dalam motivasi belajar. Oleh karena itu motivasi dapat timbul
tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi.
Faktor-faktor ini perlu diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara
dan memperkuat faktor yang meningkatkan motivasi, dan menghindari faktor
yang melemahkan motivasi.
Menurut Slameto menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor Interen
9
2. kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/ bebas
dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain
itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-
kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar
dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan
cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat,
tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
Menurut Max Darsono (2000) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Cita-cita atau Aspirasi
Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.
Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai
tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
seseorang. Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan
yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
seseorang (W.S. Winkel, 1989: 96). Aspirasi ini dapat bersifat positif, dapat
pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa
yang menunjukkan hasratnya
untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi
negatif adalah siswa yang menunjukkan keinginan atau hasrat menghindari
10
kegagalan. Dalam beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf
aspirasi, yaitu taraf keberhasilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia
mengharapkan dapat mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini
dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai
sukses atau tidak.
2. Kemampuan Belajar
Dalam belajar dibutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi
beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan,
ingatan, daya pikir, fantasi. Orang belajar dimulai dengan mengamati bahan
yang dipelajari. Pengamatan dilakukan dengan menfungsikan panca indera.
Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam
dalam dirinya, dan makin mudah mereproduksi atau mengingat apa yang
mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh sesuatu yang baru. Daya
fantasi juga sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar
tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu
lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat
motivasinya.
3. Kondisi Siswa
Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi
kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan
kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat
kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi
11
psikologisnya. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk akibat
begadang atau siswa yang dimarahi orang tuanya dan terbawa ke sekolah
akan mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa.
4. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa.
Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya,
ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus
berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan,
menampilkan diri secara menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi
dalam balajar. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata
dan dikelola, supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar.
Kecuali kebutuhan siswa terhadap sarana dan prasarana, kebutuhan emosional
psikologis juga perlu mendapat perhatian. Kebutuhan rasa aman misalnya,
sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kebutuhan berprestasi,
dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh kebutuhan psikologis yang harus
terpenuhi, agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.
5. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah
dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya
kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar, situasi dalam
keluarga.
12
6. Upaya Guru Membelajarkan Siswa
Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri
dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa.
Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan
siswa, maka diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar
siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru
yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk
belajar. Dengan kata lain motivasi belajar siswa melemah atau hilang.
6. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar
a. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar sebagai berikut :
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, bila dibandingkan
dengan teman sebaya.
3. Mengarahkan kegiatan belajar.
4. Membesarkan semangat belajar.
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar.
b. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru
sebagai berikut:
1. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara, semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil.
13
2. Motivasi siswa yang bermacam-macam, sehingga guru dapat
menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara peran
seperti: sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi,
penyemangat, pemberi hadiah, atau guru pendidik.
4. Memberi peluang guru untuk kerja keras rekayasa pedagogis.
7. Motivasi Berolahraga
Kita menyadari bahwa prestasi olahraga yang tinggi tidak hanya
tergantung pada penguasaan teknik dan taktik saja, tetapi peranan kemantapan
jiwa dalamn latihan dan pertandingan ternyata juga ikut menentukan. Menurut
Harsono dan Herman Subardjah (2000:22) mengemukakan bahwa, ”...olahraga
bukan hanya merupakan masalah fisik saja, yaitu yang berhubungan dengan
gerakan-gerakan anggota tubuh, otot tulang dan sebagainya.” Motivasi berprestasi
merupakan suatu dorongan yang terjadi dalam diri individu untuk senantiasa
meningkatkan kualitas tertentu dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa
dilakukan. Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk
berbuat baik berdasarkan standar yang paling baik.
9. Strategi Meningkatkan Motivasi dalam Olahraga
Ada beberapa bentuk dan strategi untuk meningkatkan motivasi atlet
dicobakan oleh para ahli psikologi olahraga. Walaupun demikian berbagai strategi
tersebut tidak dapat diberikan secara umum kepada setiap atlet, karena
karakteristik individu berbeda dan mempunyai kekhasan tersendiri sehingga
14
penanganannya berbeda pula. Teknik meningkatkan motivasi diantaranya sebagai
berikut:
1.Motivasi Verbal
Motivasi verbal dapat dilakukan dengan penyampaian secara diskusi dan
individual. Secara umum ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
melakukan motivasi verbal ini:
a. Berilah pujian mengenai apa-apa yang telah dilakukan siswa. Hal ini
mendorong siswa agar merasa mampu melaksanakan tugasnya.
b. Berilah koreksi dan sugesti. Koreksi yang diberikan sebaiknya yang bersifat
membangun, termasuk evaluasi secara obyektif terhadap kekurangan-
kekurangannya dan bagaimana suatu keterampilan seharusnya dilakukan.
c. Berilah semacam petunjuk. Misalnya, dikatakan bahwa latihan yang lebih tekun
lagi akan dapat mengatasi kelemahan dan meningkatkan prestasinya.
2.Motivasi Behavioral
Untuk mencapai sukses atlet harus dibina dan dikendalikan behavioralnya
menjadi perilaku yang mencerminkan sportivitas yang terpuji dan dedikasi yang
tinggi terhadap tugas-tugas dan latihan. Dalam hal ini guru penjas dan pelatih
memegang peranan penting dalam memberikan contoh perilaku yang positif.
Dengan contoh behavioral yang baik diharapkan para siswa dapat termotivasi
untuk bersikap dan berperilaku dalam usahanya mencapai keberhasilan baik
dalam aktivitas olahraga maupun aktivitas lainnya di masyarakat.
3.Motivasi Intensif
15
Motivasi intensif adalah dorongan dengan memberikan intensif atau
hadiah-hadiah. Tujuannya adalah:
1) Menambah semangat berlatih atau bertanding.
2) Menambah gairah atau ambisi untuk berprestasi.
3) Memperpendek proses belajar.
Disatu pihak cara pemberian motivasi ini dapat memberikan dorongan
kuat untuk berlatih keras dan berprestasi. Tetapi dipihak lain apabila terus
menerus dipakai cara ini akan dapat menyebabkan siswa bersikap kurang wajar.
Sebab jika suatu saat tidak diberikan intensif, maka kemungkinan menjadi kurang
bergairah, tak acuh, demikian pula jika hadiahnya kurang besar, maka siswa
kurang berambisi atau menurut hadiah yang lebih besar lagi. Jadi motivasi intensif
hendaknya diberikan dalam situasi yang tepat dan jangan berlebihan. Motivasi
intensif kurang baik jika merupakan satu- satunya cara untuk memotivasi siswa.
4.Supertisi
Supertisi merupakan bentuk kepercayaan kepada sesuatu yang merupakan
simbol yang dianggap mempunyai daya kekuatan atau dorong mental. Hal ini
biasanya pada siswa yang memiliki kedekatan kepada guru atau pelatihnya
dengan menggunakan cara supertisi ini akan membuat siswa lebih bersemangat,
lebih ambisius dan kepercayaan dirinya lebih kuat.
5.Citra Mental
Citra mental dewasa ini banyak dipraktikkan oleh pelatih dan dan
merupakan bagian penting untuk mempercepat proses berlatih dan menumbuhkan
semangat dalam latihan. Siswa dilatih untuk mampu membentuk citra mental
16
mengenal suatu gerakan atau keterampilan atau apa yang harus dilakukan dalam
suatu situasi tertentu. Caranya antara lain dengan menyuruh siswa melihat,
mengamati, memperhatikan, dan membayangkan dengan seksama suatu pola
gerak tertentu, kemudian mengingat-ingat gerakan tersebut.
10. Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu
maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui
berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan
jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Pendidikan jasmani
pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Tujuan Pendidikan Jasmani adalah:
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
17
5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama,
percaya diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang
lain dan lingkungan
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih
sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
A. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif,
atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis
meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya
2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen
kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya
3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,
ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya
4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic
serta aktivitas lainnya
18
5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya
6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung
11. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan
mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian
yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih
khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah
pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan
jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang
menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani
yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia. Dengan meminjam
ungkapan Robert Gensmer, Penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan
“tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa. Artinya, dalam tubuh yang baik
diharapkan pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno:
“men sana in corporesano”.
19
a. Kesatuan Jiwa raga
Salah stu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa
dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum mengatakan bahwa jiwa dan raga
terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dua-
lisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan
kegiatan fisik secara lebih inferior.
b. Hubungan Penjas dengan Bemain Olahraga
Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita juga harus
mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport),
sebagai istilah yang lebih dahulu popular dan lebih sering digunakan dalam
konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru
atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani
secara lebih konseptual.
B. Kerangka Berpikir
Siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dipengaruhi oleh
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi
yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-
tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi
yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya keinginan
untuk mendapat keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman,
mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar
memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang
lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari
20
luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan
dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman.
Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah
tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada
kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu
dimotivasi agar belajar. Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta
didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri (Oemar Hamalik, 2005:112).
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal (Oemar
Hamalik, 2005:108). Oleh karena itu motivasi begitu berarti, dengan motivasi
belajar siswa akan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Sehingga siswa
kelas IV, V, termotivasi dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani di SD
Inpres Batu I MAKASSAR
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Ada hubungan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas.
21
BABA IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Desain Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:94) mengatakan bahwa variabel
adalah
obyek penelitian. Sedangkan menurut Sudjana (2000:11) variabel adalah ciri-ciri
atau karaktereistik dari individu, objek, peristiwa yang nilainya bisa berubahubah.
Ciri-ciri tersebut memungkinkan untuk dilakukan pengukuran baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan pada pengertian variabel diatas maka
variabel dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa, kemudian dijabarkan dalam indikator-
indikator sehingga memudahkan dalam pembuatan skala psikologi motivasi belaja
a. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:99). Penelitian ini terdiri dari
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah objek atau gejala-
gejala dalam penelitian yang bebas dan tidak tergantung dengan hal-hal lain
dilambangkan dengan (X) dan variabel terikat adalah objek atau gejala-gejala
yang keberadaannya tergantung atau terikat dengan hal-hal lain yang
mempengaruhi dilambangkan dengan (Y). berdasarkan judul penelitian, maka
terdapat dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas (X) yakni : motivasi berolahraga siswa pada pelajaran penjas.
2. Variabel terikat (Y) yakni : hasil belajar siswa pada pelajaran penjas.
22
B. Defenisi Operasional Variabe
Agar lebih terarah pelaksanaan pengumpulan data penelitian, maka perlu
diberi batasan atau defenisi operasional tiap variable yang terlibat.
1. Motivasi belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka
mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotor, maupun sikap.
2. Motivasi berolahraga. Menurut Harsono dan Herman Subardjah (2000:22)
mengemukakan bahwa, ”...olahraga bukan hanya merupakan masalah fisik
saja, yaitu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan anggota tubuh, otot
tulang dan sebagainya.” Motivasi berprestasi merupakan suatu dorongan yang
terjadi dalam diri individu untuk senantiasa meningkatkan kualitas tertentu
dengan sebaik-baiknya atau lebih dari biasa dilakukan. Motivasi berprestasi
dapat didefinisikan sebagai dorongan untuk berbuat baik berdasarkan standar
yang paling baik.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan peneliti populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi
atau studi sensus. (Suharsimi Arikunto, 2002 : 108). Dalam penelitian ini penulis
mengambil populasi semua siswa kelas IV,V,VI yang berjumlah 40 siswa.
Adapun peneliti mengambil populasi tersebut adalah karena mereka adalah siswa-
siswi SD Inpres Batua I Makassar dan mereka sama-sama mendapat mata
pelajaran pendidikan jasmani di sekolahnya.
21
23
D. Teknik Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dari penelitian in adalah
1. Metode Angket (Kuesioner)
Kuesioner yaitu : sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140).
Metode angket ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
motivasi berolahraga siswa terhadap hasil belajar pada pelajaran Penjas.
Metode angket yang digunakan adalah angket langsung, yaitu daftar pertanyaan
diberikan langsung pada siswa untuk diminta pendapat tentang keadaannya
sendiri. Dalam hal ini angket yang digunakan adalah tipe angket pilihan.
Kriteria pemberian skor pada alternatif jawaban untuk setiap item angket
adalah sebagai berikut:
Untuk tiap item angket dengan 5 alternatif jawaban yaitu :
1. Skor 5 untuk jawaban a
2. Skor 4 untuk jawaban b
3. Skor 3 untuk jawaban c
4. Skor 2 untuk jawaban d
5. Skor 1 untuk jawawban e
2. Metode Penyusunan Instrumen
a. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu dalam pengumpulan data. Instrumen
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu instrumen motivasi berolahraga
24
siswa terhadap mata pelajaran penjas yang berupa angket. Sedangkan untuk
instrumen hasil belajar siswa diperoleh dari nilai raport.
b. Analisis Uji Coba Instrumen
1. Validitas Item
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kualitas
atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998) untuk
mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment yaitu :
Γxy = N∑XY – (∑X) (∑Y)
√ ¿N∑X)2 - (∑X)2 (N∑Y2 - (∑Y)2 ]
Dimana :
Γxy = Koefisien korelasi tiap item
Ν = Jumlah subyek
ΣΧ = Jumlah skor item
ΣΥ = Jumlah skor total
(Suharsimi Arikunto, 1998:256)
2 Reliabilitas angket
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data karena
instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 1998). Didalam
penelitian ini untuk mencari reliabilitas alat ukur digunakan teknik dengan
menggunakan rumus Alpha :
Γx = K
1- ∑σbσ
k-I σt2
Dimana :
25
rx = Reliabilitas
Κ = Banyak butir pertanyaan / Banyak soal
Σσ bσ = Jumlah varians butir
σt2 = Varians total
(Suharsimi Arikunto, 1998)
Sedang untuk mencari varians butir dengan rumus :
∑(X)2
- ∑(X)2
σ
2 =
N
N
keterangan =
σ = Varians tiap butir
x = Jumlah skor butir
N = Jumlah responde
E. Tekni Analisa Data
Untuk memperoleh suatu kesimpulan tentang masalah yan akan diteliti,
untuk itu apabila semua data sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
mengolah data dari hasil tersebut untuk memperoleh suatu kesimpulan dari hasil
penelitian yang dilakukan.
Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan analisis deskriptif dan analisis regresi korelasi sederhana dan ganda
dengan menggunakan program kumputer SPSS 17.
26
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan di kemukakan penyajian hasil analisis data dan
pembahasan. Penyajian hasil analisis data meliputi analisis statistik deskriptif
dan infrensial. Kemudian di lakukan pembahasan hasil analisis dalam
kaitannya dengan teori yang mendasari penelitian ini untuk memberikan
interprentasi dari hasil analisis data.
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Data emperis yang diperoleh dilapangan melalui hasil tes dan pengukuran
yang terdiri atas: motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas pada
27
murid SDN MARADEKAYA I MAKASSAR, selanjutnya dianalisis dengan
teknik analisis deskriptif dan infrensial. Analisis data secara deskriptif
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum data penelitian tentang
motivasi berolahraga dan hasil belajar penjas. Sedangkan analisis data secara
infrensial dimaksudkan untuk mendapatkan hasil pengujian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk data tes motivasi berolah raga terhadap
hasil belajar penjas pada murid SDN MARADEKAYA I MAKASSAR.
Tabel hasil analisis tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Tabel hasil analisis deskriptif data tiap variabel.
Nilai
Statistik
N Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Varians Standar
Deviasi
X 40 70 43 47,379 6,88
Y 40 85 65 266,503 5,14
a. Variabel X ( Motivasi Berolahraga Siswa)
Berdasarkan pada hasil angket yang di sampaikan kepada 40 orang
responden (sampel penelitian) dengan melakukan tabulasi data maka di
28
28
peroleh skor tertinggi = 70, skor terendah = 43, varians = 47,379, dan
standar deviasi = 6,88.
b. Variabel Y ( Hasil Belajar Penjas Siswa)
Untuk variable Y di peroleh skro tertinggi = 85, skor terendah = 65,
varians = 266,503, dan standar deviasi = 5,14.
2. Pengujian persyaratan Statistik
Tabel 2. Tabel hasil analisis regresi motivasi berolahraga dan hasil
belajar penjas.
Ro Fo P Ket
Motivasi
Olahraga (X)
Hasil Belajar
Penjas (Y)
0,999 3579,4 000 Signifikan
Berdasarkan perhitungan regresi ganda diperoleh nilai R hitung (Ro) =
0,999, setelah dilakukan uji signifikan menggunakan uji F Diperoleh F
hitung = 3579,4 (P < 0,05), berarti ada kontribusi yang signifikan
motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas.
3. Pengujian Hipotesis
Ada kontribusi yang signifikan motivasi berolahraga terhadap hasil
belajar penjas.
1. Hipotesis sataistik yang akan di uji
Ho : βxy = 0
29
Ha : βxy ≠ 0
Hasil pengujian
Dari hasil analisis regresi ganda diperoleh nilai R hitung = 0,999,
setelah di lakukan uju signifikan menggunakan uji F diperoleh nilai F
hitung = 3579,4 (P < 0,05), maka Ho di tolak dan Ha diterima, berarti ada
kontribusi yang signifikan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar
penjas pada murid SDN Maradekaya I Makassar . Nilai R kuadrat
diperoleh = 0,998 bererti bahwa 99, 8% hasil belajar penjas dipengaruhi
oleh adanya motivasi olahraga dan sisasnya dipengaruhi oleh faktor lain.
B. PEMBAHASAN
Hasil-hasil analisis kontribusi anata dua variable dengan satu variable bebas
dan satu variable terikat dalam pengujian hipotesis seperti yang telah di
kemukakan diatas, masi perlu dikaji lebih lanjut untuk memberikan
interpretasi keterkaitan antara hasil analisis yang dicapai dengan teori-teori
yang mendasari penelitian ini. Penjelasan ini diperlukan agar dapat diketahui
kesesuaian teori-teori yang dikemukanakn dengan hasil penelitian yang
diperoleh.
1. Dari hasi uji hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima ada kontribusi yang
signifikan motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas pada murid
SDN Maradekaya I Makassar. Hasil analisis data yang diperoleh
menunjukkan bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidikan, karena motivasi merupakan salah satu faktor yang
memungkinkan siswa lebih konsentrasi, lebih semangat dan menimbulkan
30
perasaan gembira sehingga siswa tidak mudah bosan, tidak mudah lupa
dalam usahanya untuk belajar. Bagi siswa motivasi ini sangat penting
karena dapat menggerakkan perilakunya kearah yang positif sehingga
mampu menghadapi segala tuntutan, kesulitan serta menanggung resiko
dalam studinya. Menurut Catharina (2004:112) mengatakan bahwa motivasi
mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapainya. Disini motivasi adalah sangat penting, motivasi merupakan
konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa motivasi merupakan faktor batin
yang memiliki fungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan
seseorang dalam belajar. Seorang yang besar motivasinya akan giat
berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah untuk meningkatkan prestasi
serta memecahkan masalah yang dihadapinya. Sebaliknya siswa yang
motivasinya rendah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya
tidak tertuju pada pelajaran yang akibatnya siswa akan mengalami kesulitan
belajar. Motivasi juga dapat menggerakkan siswa mengarahkan tindakan
serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupannya.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasi belajar seorang siswa akan semakin besar
kesuksesannya dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Menurut
Slameto (2003:170) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang
menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari
tingkah laku manusia. Perilaku yang termotivasi dan diperhatikan terus-
31
menerus yang disertai dengan rasa senang, dan pada akhirnya akan
memperoleh hasil yang memuaskan dari kegiatan tersebut.
Sedangkan dari hasil belajar penjas siswa selama 1 semester menunjukkan
hasil yang sangat signifikan hal ini diperoleh dari hasil nilai rapor siswa
yang menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh oleh setiap siswa yaitu
rata-arata 7,5, hal ini menunjukkan bahwa motivasi berolahraga sangat
berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar penjas pada murid SDN
Maradekaya I Makassar.
BABA VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian di maksudkan untuk mengetahui bagai mana KONTRIBUSI
MOTIVASI BEROLAHRAGA TERHADAP HASIL BELAJAR PENJAS
pada murid SDN Maradekaya I Makassar, di mana berdasarkan pada analisis
data yang di peroleh di tarik kesimpulan sebagai berikut: Dari hasil analisis
regresi ganda diperoleh nilai R hitung = 0,999, setelah di lakukan uji
signifikan menggunakan uji F diperoleh nilai F hitung = 3579,4 (P < 0,05),
32
maka Ho di tolak dan Ha diterima, berarti ada kontribusi yang signifikan
motivasi berolahraga terhadap hasil belajar penjas pada murid SDN
Maradekaya I Makassar . Nilai R kuadrat diperoleh = 0,998 bererti bahwa
99, 8% hasil belajar penjas dipengaruhi oleh adanya motivasi olahraga dan
sisasnya dipengaruhi oleh faktor lain.
B. Saran
Dengan memperhatikan pada kesimpulan tersebut diatas maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut :
OLeh karena motivasi berolahraga berperan signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, maka pihak sekolah hendaknya
menanamkan motivasi berolahraga kepada siswa. Dan khusus untuk guru
hendaknya juga memnerikan motivasi berolahraga terhadap siswa yang di
ajarnya. Dengan demikian juga halnya dengan para siswa akan menjadi
generasi muda yang tangguh dan mampu bersaing dalam menjalani hidupnya
kelak di kemudian hari.
34
33
33
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Ateng Abdul kadir, 1992. Asas-asas dan landasan pendidikan
Jasmani. Jakarta : Dirjen Dikti
Darsono. Max dkk. 2000. Belajar Dan Pembelajaran. Semarang: IKIP
Dimiyati & Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Perguruan
Tinggi dan Depdikbud
Hadi, Sutrisno. 1990. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset .
2001. Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta: Andi Offset
34
Hamalik, Oemar. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Antariks
Natawidjaya, Rochman. 1979. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV Mutiara
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers
Singarimbun, Masri. dan Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survai.
Jakarta: PT Pustaka
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Subardjah, Herman. 2000. Psikologi Olahraga. Jakarta: Depdiknas
Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA YANG DITELITISDN MARADEKAYA I MAKASSAR
35
No Nama Kls1 Ayu pratiwi 42 Sheila Resti R 43 Fadilla M 44 Siti Kalsum 45 Nur Aisyam 46 Wahyu 47 Adrian Eksanto 48 Zul Fadly 49 M. Salim Said 410 Nasrullah 411 Yuliana 412 Nur Annisa 413 ST. Nurhanisa 514 Dwindriyani 515 Indriyani Ningsi 516 Reski S 517 Hartono 518 Yogi 519 Iksan 520 Wahyudi 521 Sari 521 Nurdiana Cameliana 523 Ismiyanty Ayhu 524 cindy Ananda 525 Indira 526 Riska 627 Rika 628 Firda 629 Fitrah 630 Mariani 631 Sukamawati 632 ABD. Khalik 633 Saputra 634 Ayyup Psulkarnaeng 635 Risal R Junaidi 636 Muh Aksan Mahdi 637 Muh. Taslim 638 Muh. Adriansyah 6
39 M. Syaiful M 640 Jorgy Irawan 6
36
KISI-KISI UJI COBA INSTRUMEN PENELITIANKonstribusi Antara Motivasi Berolahraga
Terhadap hasil Belajar Penjas
Variabel No Indikator Sub Idikator Jumlah Item
Butir Soal
Motivasi
Belajar
Penjas
1. a. Kesehatan 1. Menjaga kebugaran
tubuh.
2. Mengoptimalkan
fungsi organ
3
3
1, 2,3
4,5,6
2. b. Perhatian 1. Memperhatikan
guru penjas saat
dijelaskan.
2. Konsentrasi saat
menerima
pelajaran
3
3
7,8,9
10,11,12
3. c. Minat 1. Pelajarannya
menarik.
2. Sesuai dengan cita-
cita
4
2
13,14,15,1
7
16,23
4. d. Bakat 1. Memiliki
kemampuan
di bidang olahraga.
2. Mengembangkan
bakatnya
3
2
18,19,21
20,22
37
UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
KONSTRIBUSI ANTARA MOTIVASI BEROLAHRAGA TERHADAP
HASIL BELAJAR PENJAS PADA MURID SDN MARADEKAYA I
MAKASSAR
A. Identitas Responden.
Nama :
Kelas :
Jelamin kelamin :
B. Petunjuk Pengisian :
a. Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai.
b. Jawaban yang saudara berikan tidak akan mempengaruhi nilai belajar / rapot
anda, maka sudilah menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini sesuai
dengan pendapat atau keyakinan anda sendiri.
c. Tiap jawaban yang saudara kembalikan kepada kami merupakan bantuan
yang tak ternilai bagi penelitian kami, untuk itu semua kami mengucapkan
perhargaan yang setinggi-tingginya.
1. Menurut saya, kebugaran seseorang akan terjaga jika melakukan aktivitas
olahraga.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
2. Dengan mengikuti penjas diharapkan kebugaran saya menjadi lebih baik.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
38
c. Agak setuju.
3. Berolahraga membuat badan saya menjadi pegal-pegal dan sakit.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
4. Saya mengikuti pendidikan jasmani supaya organ-organ tubuh berfungsi secara
optimal.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
5. Saya lebih suka olahraga permainan karena tubuh aktif bergerak semua
sehingga organ-organ tubuh berfungsi dengan baik.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
6. Dengan berolahraga membuat organ tubuh saya mudah terserangnya penyakit.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
7. Ketika guru penjas sedang menjelaskan materi pelajaran saya selalu
memperhatikannya.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
39
c. Agak setuju.
8. Saya mempelajari materi terlebih dahulu sebelum guru menjelaskan materi
pelajaran tersebut.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
9. Karena saya tidak faham, saya tidak memperhatikan penjelasan materi dari guru
penjas.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
10. Saya selalu berkonsentrasi saat menerima pelajaran karena materi penjas yang
diajarkan sulit.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
11. Sewaktu guru penjas menjelaskan materi, saya tinggal bercanda dengan
temanku.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
12. Mudahnya pelajaran penjas mengakibatkan saya meremehkan pelajaran ini,
terutama pada waktu guru menjelaskan.
40
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
13. Saya senang mengikuti pedidikan jasmani karena pelajarannya menarik.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
14. Saya suka pelajaran penjas karena berada di lapangan dan bisa melepaskan
kejenuhan setelah mengikuti pelajaran didalam kelas.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
15. Setiap kali saya mengikuti pelajaran penjas dengan sepenuh hati tanpa campur
tangan atau paksaan dari orang lain.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
16. Saya semangat mengikuti penjas karena sesuai dengan cita-cita saya yang
ingin menjadi seorang atlet.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
41
17. Seringnya mengulang-ulang materi gerakan dalam penjas, membuat saya
cepat bosan sehingga kurang berminat dalam mengikutinya.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
18. Saya merasa mempunyai kemampuan dibidang olahraga.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
19. Saya punya hobi terhadap salah satu jenis olahraga sehingga senang ketika
mengikuti penjas di sekolah.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
20. Saya mengikuti penjas untuk mengembangkan bakat yang saya miliki.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
21. Anggota badan saya tidak bisa luwes dalam melakukan gerakan-gerakan
olahraga.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
42
22. Tidak punyanya bakat saya dalam olahraga membuat saya malas untuk
mencoba gerakan dalam berolahraga.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
23. Tidak adanya keinginan saya untuk bercita-cita menjadi seorang atlet
membuat saya malas untuk mengikuti pelajaran penjas.
a. Sangat setuju. d. Kurang setuju.
b. Setuju. e. Tidak setuju.
c. Agak setuju.
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Tabel. Hasil UJi Validitas Skala Motivasi
No rhtg rs tabel Ket No rhtg rs table Ket
1 0,854 0,306 Valid 13 0,324 0,306 Valid
2 0,756 0,306 valid 14 0,867 0,306 Valid
3 0,756 0,306 Valid 15 0,513 0,306 Valid
4 0,423 0,306 valid 16 0,867 0,306 Valid
5 0,589 0,306 Valid 17 0,243 0,306 Tidak valid
6 0,867 0,306 valid 18 0,867 0,306 Valid
7 0,867 0,306 Valid 19 0,168 0,306 Tidak valid
8 0,743 0,306 valid 20 0,743 0,306 Valid
9 0,867 0,306 Valid 21 0,464 0,306 valid
10 0,168 0,306 Tidak valid 22 0,203 0,306 Tidak Valid
11 0,743 0,306 valid 23 0,455 0,306 valid
12 0,463 0,306 Valid
57
Tabel. Hasil UJi Reabilitas Skala Motivasi
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 40 100.0
Excludeda 0 .0
Total 40 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.644 25
2
58
59
60
DATA HASIL PERHITUNGAN NILAI RATA RATA, VARIANS DAN STANDAR DEVIASI VARIABEL X DENGAN Y
Responden X Y1 50 802 49 833 46 804 43 755 50 726 59 807 61 808 64 809 54 7510 47 8011 44 7512 63 7213 64 8014 57 7515 65 8016 53 7217 50 8018 50 7019 44 7020 47 7921 55 7022 62 7523 64 7424 58 8525 50 7426 48 8527 61 7028 60 8029 56 8030 56 6531 55 7532 59 7533 70 8034 60 6935 62 7036 50 7037 56 8038 65 85
61
39 60 8540 56 79
DATA HASIL ANALISIS SPSS PERHITUNGAN NILAI RATA RATA, VARIANS DAN STANDAR DEVIASI VARIABEL X DENGAN Y
Descriptive Statistics
N Range MeanStd.
Deviation Variance
X 40 27.00 55.5750 6.88323 47.379
Y 40 20.00 76.6000 5.14806 26.503
Valid N (listwise)
40
TABEL PERHITUNGAN REGRESI VARIABEL X DENGAN Y
62
Responden X Y X2 Y2 XY1 50 8 2500 6400 4002 49 8,3 2401 6889 406,73 46 8 2116 6400 3684 43 7,5 1849 5625 322,55 50 7,2 2500 5184 3606 59 8 3481 6400 4727 61 8 3721 6400 4888 64 8 4096 6400 5129 54 7,5 2916 5625 40510 47 8 2209 6400 37611 44 7,5 1936 5625 33012 63 7,2 3969 5184 453,613 64 8 4096 6400 51214 57 7,5 3249 5625 427,515 65 8 4225 6400 52016 53 7,2 2809 5184 381,617 50 8 2500 6400 40018 50 7 2500 4900 35019 44 7 1936 4900 30820 47 7,9 2209 6241 371,321 55 7 3025 4900 38522 62 7,5 3844 5625 46523 64 7,4 4096 5476 473,624 58 8,5 3364 7225 49325 50 7,4 2500 5476 37026 48 8,5 2304 7225 40827 61 7 3721 4900 42728 60 8 3600 6400 48029 56 8 3136 6400 44830 56 6,5 3136 4225 36431 55 7,5 3025 5625 412,532 59 7,5 3481 5625 442,533 70 8 4900 6400 56034 60 6,9 3600 4761 41435 62 7 3844 4900 43436 50 7 2500 4900 35037 56 8 3136 6400 44838 65 8,5 4225 7225 552,539 60 8,5 3600 7225 51040 56 7,9 3136 6241 442,4
63
DATA HASIL PERHITUNGAN SPSS REGRESI VARIABELX DENGAN Y
Descriptive Statistics
MeanStd.
Deviation N
x 55.5750 6.88323 40
y 7.4000 .59052 40
x2 3.1348E3 763.13555 40
y2 5.8934E3 784.64889 40
xy 4.2595E2 63.28242 40
Correlations
x y x2 y2 xy
Pearson Correlation
x 1.000 .144 .998 .115 .891
y .144 1.000 .155 .869 .521
x2 .998 .155 1.000 .122 .894
y2 .115 .869 .122 1.000 .550
xy .891 .521 .894 .550 1.000
Sig. (1-tailed) x . .188 .000 .241 .000
y .188 . .170 .000 .000
x2 .000 .170 . .226 .000
y2 .241 .000 .226 . .000
xy .000 .000 .000 .000 .
N x 40 40 40 40 40
y 40 40 40 40 40
x2 40 40 40 40 40
y2 40 40 40 40 40
xy 40 40 40 40 40
64
Variables Entered/Removedb
ModelVariables Entered
Variables Removed Method
1 xy, y, y2, x2a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: x
Model Summary
Model R R SquareAdjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .999a .998 .997 .35881 .998 3.579E3 4 35 .000
a. Predictors: (Constant), xy, y, y2, x2
ANOVAb
ModelSum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1843.269 4 460.817 3.579E3 .000a
Residual 4.506 35 .129
Total 1847.775 39
a. Predictors: (Constant), xy, y, y2, x2
b. Dependent Variable: x
65
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 28.977 .841 34.448 .000
y -.266 .198 -.023 -1.338 .190
x2 .004 .001 .477 4.032 .000
y2 -.002 .001 -.267 -4.166 .000
xy .068 .015 .623 4.424 .000
a. Dependent Variable: x
top related