hubungan pengetahuan remaja tentang menarche …repository.unjaya.ac.id/2651/2/catarina nopiana...
Post on 04-Jan-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MENARCHE
DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE
DI SD TLOGO KASIHAN DAN SD MEJING II GAMPING
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Di Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta
Disusun Oleh
CATARINA NOPIANA WIJAYANTI
NPM : 32115013
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDRAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MENARCHE
DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE
DI SD TLOGO KASIHAN BANTUL DAN SD MEJING II GAMPING
YOGYAKARTA
Catarina Nopiana W1, Tri Prabowo
2, Masta Hutasoit
3
INTISARI
Latar Belakang : Menarche merupakan mestruasi pertama yang biasanya terjadi
dalam rentang waktu 10-16 tahun. Perasaan bingung, gelisah dan tidak nyaman
selalu menyelimuti perasaan seseorang wanita yang mengalami menstruasi
pertama kali. Namun hal ini semakin diperparah apabila pengetahuan remaja
tentang menstruasi sangat kurang. Berdasarkan hasil penetian menunjukan
pengetahuan remaja tentang menarche cukup. Berdasarkan hasil study
pendahuluan di SD TLOGO Kasihan Bantul Yogyakarta didapatkan hasil bahwa
siswi kurang memahami tentang menarche.
Tujuan : Diketahui hubungan pengetahuan remaja tentang menarche dengan
kecemasan menghadapi menarche di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing
II Gamping Yogyakarta.
Metode Penelitian : penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental
dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi
kelas V dan VI SD TLOGO Kasihan Bantul berjumlah 26 siswi dan SD Mejing II
Gamping berjumlah 8 siswi dengan tehnik pengambilan sampel tatal sampling.
Analisa data menggunakan kendall tau.
Hasil penelitian : menunjukan ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang
menarche dengan kecemasan menghadapi menarche di SD TLOGO Kasihan
Bantul dan SD Mejing II Yogyakarta. Hal ini ditunjukan dengan nilai p Value
0,037 < 0,05. Dengan keerataan hubungan rendah 0,315.
Kesimpulan : ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang
menarche dengan kecemasan menghadapi menarche di SD TLOGO Kasihan
Bantul Yogyakarta dengan keratan hubungan rendah.
Kata kunci : pengetahuan menarche, kecemasan menghadapi menarche
1STIKES A. Yani Yogyakarta
2POLTEKKES Yogyakarta
3STIKES A. Yani Yogyakarta
THE RELATION BETWEEN ADOLESCENT’S KNOWLEDGE ABOUT
MENARCHE WITH ANXIETY IN FACING MENARCHE
IN TLOGO ELEMENTARY SCHOOL
KASIHAN BANTUL
YOGYAKARTA
Catarina Nopiana W1, Tri Prabowo
2, Masta hustasoit
3
ABSTRACT
Background : Menarche is a first menstruation that usually happens in 10 – 16
years period. The feeling of confusion, anxiety, and uncomfortable, always
embrace a woman who is having a first time menstruation. This may become
worse when adolescent’s knowledge about menarche menstruation is insufficient.
The research’s result indicates that adolescent’s knowledge about menarche is
sufficient. The initial study in TLOGO Elementary School Kasihan Bantul
Yogyakarta, reveals that students has insufficient understanding about menarche
Objective : To find out the relation the relation between adolescent’s knowledge
about menarche with anxiety in facing menarche in TLOGO elementary school,
kasihan bantul and Mejing II elementary school Gamping Yogyakarta
Method : This research is is a non experimental with cross sectional design.
Population in this research is Fifth and Sixth Grade female students in TLOGO
Elementary School Kasihan Bantul and Mejing II elementary school Gamping
Yogyakarta with total sampling technique. Data analysis technique uses Kendall
Tau.
Result : This research suggests that there is a relation the relation between
adolescent’s knowledge about menarche with anxiety in facing menarche in
TLOGO elementary school, kasihan, bantul, Yogyakarta. This is indicated by p
score (0,011) < 0,005. The closeness of the relationship being (0,432)
Conclusion : There is a significant relation between adolescent’s knowledge
about menarche with anxiety in facing menarche in TLOGO Elementary School
Kasihan Bantul Yogyakarta. Contingency score is 0,432 which means that
adolescent’s knowledge about menarche with anxiety in facing menarche in
TLOGO Elementary School Kasihan Bantul Yogyakarta is medium.
Keywords : Knowledge about menarche, anxiety in facing menarche.
1STIKES A. Yani Yogyakarta
2POLTEKKES Yogyakarta
3STIKES A.Yani Yogyakarta
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tulis yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, Januari
2013
Catarina Nopiana
Wijayanti
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang
Menarche Dengan Kecemasan Menghadapi Menarche di SD TLOGO dan SD
Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Studi S1 Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala Sekolah SD TLOGO dan SD Mejing II Kasian Bantul Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan
penelitian.
2. dr. I Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
3. Dwi Susanti, S.Kep., Ns, selaku Ketua Prodi Keperawatan STIKES A. Yani
Yogyakarta yang telah memberi ijin penelitian.
4. Ida Nursanti, S.kep.,Ns.,MPH selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu untuk menguji, mengoreksi, dan memberikan masukan serta saran
terhadap skripsi ini.
5. Tri Prabowo, SKp, MSc., selaku pembimbing I yang banyak memberikan
arahan, bimbingan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Masta Hutasoit, S.Kep., Ns, selaku pembimbing II yang banyak memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuknya dalam pembuatan skripsi ini.
7. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapan
guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat memberi manfaat.
Yogyakarta, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
INTISARI..................................................................................................... iii
ABSTRACT................................................................................................. iv
PERNYATAAN........................................................................................... v
HALAMAN MOTTO.................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ............................................................................ 8
B. Remaja..................................................................................... 12
C. Menarche ................................................................................. 14
D. Kecemasan .............................................................................. 16
E. Landasan Teori ........................................................................ 22
F. Kerangka Teori........................................................................ 23
G. Kerangka Konsep .................................................................... 24
H. Hipotesis .................................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian .............................................................. 25
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 25
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 25
D. Variabel Penelitian ................................................................. 26
E. Definisi Oprasional ................................................................. 27
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ..................................... 27
G. Uji Validitas dan Realibilitas ................................ ............ .... 29
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................... 31
I. Etika Penelitian ....................................................................... 35
J. Jalannya Penelitian .................................................................. 36
K.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian ....................................................................... 38
B. Pembahasan ............................................................................. 41
C. Keterbatasan ............................................................................ 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................. 46
B. Saran ........................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 27
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Pengetahuan Remaja .................................. 28
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Kecemasan Menghadapi Menarche ........... 29
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja ................................. 39
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri ......................... 39
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kecemasan Remaja Putri ........................... 40
Tabel 4.4 Tabulasi Silang dan Uji Statistik ................................................. 40
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...................................................................... 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 2 Jadwal Penyusunan Skripsi
Lampiran 3 Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4 Inform Consent
Lampiran 5 Kuesioner
Lampiran 6 Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 7 Lembar Konsul Bimbingan
Lampiran 8 Jadwal penelitian
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas
Lampiran 10 Hasil Penelitian
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian dan Uji Validitas dari Biro Administrasi
pembangunan Gubernur DIY
Lampiran 13 Surat Ijin Penelitian dan Uji Validitas dari SD Mejing II Gamping
Lampiran 14 Surat Ijin Penelitian dari SD TLOGO Kasihan Bantul
Lampiran 15 Kegiatan Bimbingan Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja dalam bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh mencapai
kematangan (Ali, 2011). Masa remaja, yakni usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa remaja.
Transisi dari masa kanak-kanak menjadi remaja diawali dengan terjadinya
kematangan seksual, maka remaja akan dihadapkan pada keadaan yang
memerlukan penyesuaian untuk dapat menerima perubahan-perubahan yang
terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh, penampilan
fisik dan karakteristik fisiologi tubuh yang besar sangat berpengaruh pada
kehidupan kejiwaan remaja (Proverawati dan Misaroh, 2009).
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu masa remaja awal (10-12 tahun), masa remaja tengah (13-15 tahun), masa
remaja akhir (16-19 tahun). Sesuai dengan tumbuh dan berkembangnya suatu
individu, dari masa anak-anak sampai dewasa, individu memiliki tugas masing-
masing pada setiap tahap perkembangannya (Widyastuti, dkk 2009).
Menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 2003), Penduduk Indonesia didominasi
oleh remaja, jumlah penduduk Indonesia usia 10-19 tahun sebesar 66,24%. Data
populasi remaja usia 10-19 tahun di propinsi DIY adalah 16,79% dari total
penduduk DIY, sedangkan jumlah populasi usia remaja putri 10-19 tahun di DIY
adalah 16,5% dari jumlah populasi perempuan. Secara rinci dapat diketahui
jumlah populasi remaja putri di kota Yogyakarta 12,1 %, Kabupaten Bantul 18%,
Kabupaten Kulon Progo 15,36%, Kabupaten Gunung Kidul 15,45% dan Sleman
54,9% (DinKes DIY, 2011).
Pada masa remaja terjadi perubahan organobiologik yang cepat dan tidak
seimbang dengan perubahan mental emosional (kejiwaan). Keadaan ini dapat
membuat remaja bingung, oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan
dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental maupun
psikososial (Pinem, 2009). Informasi merupakan bagian penting dari proses
pemahaman bagi seseorang. Informasi yang diberikan mencakup pengetahuan
tentang apa yang terjadi pada dirinya dalam hal reproduksi dan bagaimana organ
dan fungsi reproduksinya akan berkembang (Mohamad, 2007).
Selama ini sebagian masyarakat masih tabu untuk membicarakan tentang
masalah mestruasi dalam keluarga, sehingga remaja awal kurang memiliki
pengetahuan dan sikap yang cukup baik tentang perubahan-perubahan fisik dan
psikologis terkait menarche (Proverawati dan Misaroh, 2009). Remaja putri
membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama
menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi
menstruasi yang pertama sekali terjadi jika sebelumnya belum pernah mengetahui
atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan ibu mereka. Pada
umumnya, gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya, tetapi tidak semua ibu
memberikan informasi yang memadai kepada putrinya. Sebagian lagi remaja putri
enggan membicarakan secara terbuka kepada siapa saja sampai anak gadisnya
mengalami menarche (Jones, 2005).
Menarche merupakan mestruasi pertama yang biasanya terjadi dalam rentang
usia 10-16 tahun atau pada masa awal remaja di tengah pubertas sebelum
memasuki masa reproduksi (Proverawati dan Misaroh, 2009). Di Indonesia gadis
remaja pada waktu menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata
menarche 12,5 tahun, usia menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang
tinggal di desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat
(Wiknjosastro,2002). Menarche adalah pengeluaran darah mestruasi pertama,
datangnya menarche dapat menimbulkan reaksi yang positif maupun negatif.
Masalah yang paling sering muncul adalah kecemasan dan ketakuan serta
diperkuat oleh keinginan remaja putri untuk menolak proses fisiologis tersebut
(Zakaria, 2002), sedangkan bagi remaja putri yang sudah mengetahui dan sudah
mendapatkan informasi tentang akan datangnya mestruasi maka mereka tidak
akan mengalami kecemasan malahan menganggap hal itu sebagai suatu proses
yang alami dan merupakan kodrat wanita, tetapi bila mereka kurang memperoleh
informasi maka remaja putri akan merasa pengalaman yang negatif bagi dirinya.
Selain keluhan psikologis, remaja putri juga mengalami keluhan fisik berupa
pusing-pusing, mual, muntah, disminore (nyeri haid) dan amenorrhea (tidak haid).
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya gangguan psikologis adalah usia anak
gadis, tingkat perkembangan psikologis, lingkungan dan pendidikan (Kartono,
2006). Munculnya haid pada remaja putri merupakan pengalaman baru yang
bersifat fisiologis dan psikologis dalam rangka mencapai kematangan dan
kesempurnaan bagi wanita. Munculnya haid berkaitan dengan berbagai faktor
psikis dari wanita seperti marah, malu, minder, perasaan bersalah dan lain-lain
baik dengan menganggap sebagai malapetaka atau peristiwa yang menyenangkan
yang menandai kedewasaan dan kesempurnaan sifat kewanitaan (Zakaria, 2002).
Pembinaan anak remaja merupakan bagian dari pembangunan sumber daya
manusia yang menjadi tanggung jawab orang tua, masyarakat, pemerintah dan
remaja itu sendiri. Kualitas sumber daya manusia dapat dicapai melalui berbagai
upaya pada sasaran awal mulai konsepsi sampai sepanjang hidup manusia.
Intervensi pada remaja dianggap penting karena remaja merupakan generasi
terdepan sebelum menginjak usia paling produktif (Azwar, 2009).
Perasaan bingung, gelisah, dan tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan
seorang wanita yang mengalami mestruasi untuk pertama kali (menarche). Namun
hal ini semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai mestruasi sangat
kurang dan pendidikan dari orang tua yang kurang. Adanya anggapan orang tua
yang salah bahwa hal ini merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan dan
anggapan bahwa anak akan tahu dengan sendirinya (Proverawati dan Misaroh,
2009). Tidak semua orang mengalami cemas, semua tergantung pada struktur
kepribadiannya, orang dengan kepribadian pencemas lebih rentan (vulnerable)
untuk menderita gangguan cemas, atau dengan kata lain orang dengan kepribadian
pencemas resiko untuk menderita gangguan cemas lebih besar dari orang yang
tidak berkepribadian pencemas (Hawari, 2001).
Menurut penelitian yaroh (2003) dengan judul hubungan pengetahuan tentang
mestruasi dengan kesiapan remaja putri usia pubertas menghadapi menarche di
SMPN II Ceper Klaten mereka yang mempunyai pengetahuan yang cukup,
mereka mempunyai kesiapan yang cukup dalam menghadapi menarche,
sedangkan mereka yang mempunyai pengetahuan baik akan mempunyai kesiapan
yang baik pula dalam menghadapi menarche. Sehingga dapat dikatakan adanya
kecenderungan bahwa semakin baik pengetahuan maka akan semakin pula
kesiapan dalam menghadapi menarche. Sumber informasi dapat mestimulasi
pengetahuan tentang mestruasi dengan kesiapan remaja putri usia pubertas dalam
menghadapi menarche tetapi dalam menerima informasi responden mempunyai
persepsi yang berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
yang hanya sekedar tahu, paham atau mempunyai persepsi yang salah jadi
walaupun informasi sudah terkesan secara bebas sampai pelosok desa tetap baik
tidaknya pengetahuan tergantung kemampuan masing-masing individu dalam
perhatiaan, pemahaman dan penerimaan terhadap informasi yang diterima
sehingga di sini antara pengetahuan tentang mestruasi dengan kesiapan remaja
putri usia pubertas mempunyai hubungan tetapi dilihat keeratan hubungan sedikit
rendah karena responden dari latar belakang yang berbeda dengan kemampuan
yang berbeda-beda tentang pengetahuan mestruasi akan berdampak pada kesiapan
yang berbeda-beda dari setiap individu.
Studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 4 juni 2012 di SD TLOGO
Kasihan Bantul Yogyakarta didapatkan data dari hasil wawancara dengan
beberapa siswi bahwa mereka tidak tahu apa yang dimaksud dengan mestruasi,
apa tandanya sudah mengalami mestruasi, mereka juga belum pernah
mendapatkan pendidikan tentang mestruasi, mereka juga merasa khawatir jika
suatu saat akan mendapatkan mestruasi pertama karena mereka belum paham
tentang apa itu mestruasi.
Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka penulis ingin melaksanakan
penelitian tentang hubungan pengetahuan tentang menarche dengan kecemasan
remaja menghadapi menarche.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah hubungan pengetahuan
remaja tentang menarche dengan kecemasan mengahadapi menarche pada siswa
SD TLOGO Kasihan Bantul Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan pengetahuan tentang menarche dengan
kecemasan remaja menghadapi menarche.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui pengetahuan remaja tentang menarche
b. Diketahui kecemasan remaja menghadapi menarche
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan ilmu kesehatan reproduksi terutama mengenai
hubungan pengetahuan remaja tentang menarche dengan kecemasan
menghadapi menarche sehingga dapat bermanfaat dalam memahami
pengetahuan remaja dan kecemasan remaja menghadapi menarche.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan kepada sekolah mengenai pentingnya
memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi
khususnya menarche.
b. Bagi Siswa
Memberi informasi mengenai menarche sehingga dapat menurunkan
kecemasan saat menghadapi menarche.
c. Bagi Orang Tua
Sebagai masukan untuk lebih memperhatikan, memberi pengertian dan
bimbingan terkait dengan menarche.
d. Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi
remaja melalui penyuluhan di sekolah
e. Bagi profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja putri terutama menarche tentang pengetahuan
perubahan yang terjadi pada remaja putri berhubungan dengan kesiapan
psikologis.
f. Bagi peneliti lain
Sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya dan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan.
E. Keaslian Penelitian
1. Lisnawati (2003), dengan judul Peranan Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Melalui Metode Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang
Mestruasi pada murid SD Negeri Tukangan I dan II Kota Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment non equivalent control
desain. Subjeknya adalah siswi SD. Istrumen yang digunakan kuisoner
tentang pendidikan kesehatan yang disampaikan. Subyek penelitian terdiri
dari 46 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok (perlakuan dan kontrol)
dan dilakukan pengukuran yaitu pretest dan postest.
Persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang menarche,
sedangkan perbedaannya adalah metode penelitian yang digunakannya,
metode Lisnawati menggunakan metode quasi eksperiment non equivalent
control desain dengan tehnik sampling purposive sampling dan subyek
penelitiannya adalah siswi SD Tukang I dan dua, sedangkan penelitian ini
menggunakan metode penelitian non eksperiment dengan rancangan cross
sectional dengan tehnik total sampling dan sampel yang digunakan adalah
siswi SD TLOGO kasihan Bantul Yogyakarta, variabel independen dan
dependen juga berbeda.
2. Yaroh (2003), dengan judul Hubungan Pengetahuan Tentang
Menstruasi Dengan Kesiapan Remaja Putri Usia Pubertas Menghadapi
Menarche Di SMPN II Ceper Klaten. Jenis penelitian ini non eksperimet
dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian ini adalah siswi putri
di SMPN II Ceper, Klaten. Instrument yang digunakan adalah kuisioner
tentang pengetahuan tentang menstruasi dan kesiapan menghadapi
menarche. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara pengetahuan
dengan kesiapan menghadapi menarche, dengan besarnya nilai signifikan/
probabilitas (P value) yang besarnya 0.0001 yang apabila dibandingkan
dengan α =0,05, maka p value <0,05, sedangkan keeratan hubungan
hasilnya: dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa koefisien agak rendah yaitu : 55,5%
Persamaannya adalah metode penelitian yang digunakan sama-
sama menggunakan non eksperimet dengan rancangan cross sectional.
Sedangkan perbedaanya adalah pada variabelnya, pada penelitian Yaroh
variabel bebas : pengetahuan tentang menstruasi dan variabel terikat :
kesiapan menghadapi menarche, sedangkan pada penelitian ini variabel
bebas: pengetahuan tentang menarche dan variabel terikat: kecemasan
menghadapi menarche. Tempat dan Subyek penelitian juga berbeda,
subyek penelitian ini adalah siswi SD TLOGO Kasihan Bantul
Yogyakarta.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan dua sekolah dasar yang dari letak
geografis berdekatan dan mempunyai karakteristik responden yang sama. SD
TLOGO merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang berada di Kabupaten
Bantul Yogyakarta dengan memiliki luas 560 m2. Proses perjalanan SD
TLOGO diawali dengan berdirinya SD TLOGO tahun 1987 dengan status
mutu Pra SSN akreditas B. SD TLOGO terdiri dari 6 kelas, ruang guru, dapur,
ruang ibadah, ruang UKS, kamar mandi, rumah dinas kepala sekolah, ruang
kepala sekolah, TU, dan ruang tamu. SD TLOGO terdiri dari 182 siswa dan 15
guru.
Lokasi SD TLOGO Bantul Yogyakarta ini cukup dekat dengan sumber
informasi seperti internet, media elektronik, media masa dan memiliki
karakteristik masyarakat yang bermacam-macam. SD TLOGO Bantul
Yogyakarta berada di wilayah Puskesmas Kasihan I. Lokasi puskesmas dengan
SD cukup jauh. Siswi belum mendapatkan informasi tentang menarche dari
guru, orang tua maupun dari puskesmas.
SD Mejing II merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang berada di
kabupaten Sleman Yogyakarta dengan memiliki luas 600 m2. Proses perjalanan
SD Mejing diawali dengan berdirinya pada tahun 1990. SD Mejing II terdiri
dari 6 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, dapur, kamar mandi,
UKS, ruang ibadah, TU dan ruang tamu. SD Mejing II terdiri dari 14 guru, 2
pegawai dan 190 siswa. SD Mejing dengan puskesmas Gamping cukup dekat
lokasinya. Siswi belum mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang
menarche dari puskesmas, guru, dan orang tua.
2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap karakteristik remaja putri kelas V dan VI SD
TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Sleman Yogyakarta
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Umur dan
Kelas di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Sleman
Yogyakarta
Karakteristik Frekuensi Prosentase
Umur :
10 tahun
11 tahun
12 tahun
6
20
8
17,6
58,8
23,6
Kelas :
Kelas 5
Kelas 6
13
21
38,2
61,8
Jumlah 34 100
Sumber : Data primer tahun 2013
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar responden berumur 11 tahun
sebanyak 20 orang (58,8%). Sebagian besar responden duduk di bangku kelas
6 SD sebanyak 21 orang (61,8%).
3. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SD TLOGO dan
SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta
Hasil pengukuran tingkat pengetahuan remaja putri tentang menarche di
SD TLOGO dan SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.2: Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja tentang Menarche
di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Sleman Yogyakarta
Tingkat pengetahuan tentang
menarche
Frekuensi Persentase
Baik
Cukup
Kurang
12
17
5
35,3
50,0
14,7
Jumlah 34 100
Sumber: data primer tahun 2013
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar remaja di SD TLOGO dan SD
Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta memiliki pengetahuan yang cukup
tentang menarche sebanyak 17 orang (50%).
4. Kecemasan Remaja Putri Menghadapi Menarche di SD TLOGO dan SD
Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta
Hasil analisis kecemasan remaja putri menghadapi menarche di SD
TLOGO dan SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.3: Distribusi Frekuensi Kecemasan Remaja Menghadapi Menarche
di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Sleman Yogyakarta
Kecemasan menghadapi menarche Frekuensi Persentase
Ringan
Sedang
Berat
6
17
11
17,6
50,0
32,4
Jumlah 34 100
Sumber: data primer tahun 2013
Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar remaja di SD TLOGO dan SD
Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta memiliki kecemasan sedang dalam
menghadapi menarche sebanyak 17 orang (50%).
5. Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Menarche dengan Kecemasan
Menghadapi Menarche di SD TLOGO dan SD Mejing II Kasihan Bantul
Yogyakarta
Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan pengetahuan remaja
tentang menarche dengan kecemasan menghadapi menarche di SD TLOGO
Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Sleman Yogyakarta sebagai
berikut:
Tabel 4.4. Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Pengetahuan Remaja
tentang Menarche dengan Kecemasan Menghadapi Menarche di SD
TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping Yogyakarta
Tingkat Kecemasan menghadapi menarche Total τ p-
pengetahuan Ringan Sedang Berat value
f % f % f % f %
Baik 3 25,0 8 66,7 1 8,3 12 100 0,315 0,037
Cukup 2 11,8 8 47,1 7 41,2 17 100
Kurang 1 20,0 1 20,0 3 60,0 5 100
Total 6 17 11 34
Sumber: Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.4 menunjukkan remaja yang memiliki pengetahuan baik tentang
menarche sebagian besar memiliki kecemasan sedang dalam menghadapi
menarche sebanyak 8 orang (66,7%). Remaja yang memiliki pengetahuan
cukup sebagian besar memiliki kecemasan sedang dalam menghadapi
menarche sebanyak 8 orang (47,1%). Remaja yang memiliki pengetahuan
kurang sebagian besar memiliki kecemasan berat dalam menghadapi menarche
sebanyak 3 orang (60%).
Hasil uji Kendal tau diperoleh p-value sebesar 0,037 < 0,05. Hal ini berarti
Ho ditolak dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan pengetahuan remaja tentang menarche dengan kecemasan
menghadapi menarche di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II
Gamping. Nilai koefisiensi korelasi yang diperoleh sebesar 0,315. Angka hasil
pengujian tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel pedoman interpretasi
koefisien korelasi. Nilai koefisiensi (0,315) terletak diantara 0,300 – 0,499
yang berarti keeratan hubungan pengetahuan remaja tentang menarche dengan
kecemasan menghadapi menarche adalah rendah.
B. Pembahasan
1. Tingkat pengetahuan tentang menarche
Tingkat pengetahuan tentang menarche pada remaja putri di SD TLOGO
dan SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta sebagian besar adalah cukup
sebanyak 17 orang (50%). Menurut penelitian yaroh (2003) mereka yang
mempunyai pengetahuan yang cukup, mereka mempunyai kesiapan yang
cukup dalam menghadapi menarche. Hal ini disebabkan oleh sumber informasi
sekarang sudah terakses secara bebas sampai ke pelosok desa melalui : media
cetak, media elektronik, keluarga dan sumber informasi lain.
Menurut Notoatmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu
sebagai akibat proses pengindraan terhadap obyek tertentu melalui panca
indera dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Tingkat pengetahuan siswa yang cukup dipengaruhi oleh faktor umur
siswa yang masih muda, sebagian besar berumur 11 tahun sebanyak 20 orang
(58,8%). Tingkat pendidikan remaja yang masih duduk di bangku kelas 6
sekolah dasar sebanyak 21 orang (61,8%) juga turut mempengaruhi
pengetahuan tentang menarche. Faktor kurangnya informasi dari lingkungan
keluarga, karena adanya anggapan orangtua yang salah bahwa membicarakan
tentang menstruasi merupakan hal yang tabu dan anggapan bahwa anak akan
tahu dengan sendirinya juga merupakan faktor yang menyebabkan remaja
belum memiliki pengetahuan yang baik tentang menarche. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain adalah
pengalaman (Nasution, 2002), tingkat pendidikan (Soekanto, 2002), informasi
(Notoatmodjo, 2003) dan lingkungan (Kartono, 2006).
Pengetahuan memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapinya dimana pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman
langsung maupun melalui pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2003). Hal ini
berarti remaja putri yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang menarche
diharapkan dapat mengurangi kecemasan mereka ketika menghadapi
menarche.
2. Kecemasan menghadapi menarche
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar remaja di SD TLOGO dan
SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta memiliki kecemasan sedang dalam
menghadapi menarche sebanyak 17 orang (50%). Menurut penelitian yaroh
(2003) mereka yang mempunyai pengetahuan baik akan mempunyai kesiapan
yang baik pula dalam menghadapi menarche. Menurut Sulisawati, dkk (2005)
kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh semua mahluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari.
Masalah yang sering muncul dalam menarche adalah kecemasan dan
ketakutan serta diperkuat oleh keinginan remaja putri untuk menolak proses
fisiologis tersebut. Perasaan bersalah, murung, kecenderungan menarik diri,
ketakutan bahwa haid merupakan penyakit yang membawa kematian kerap
ditemui pada remaja putri. Selain itu muncul keluhan fisik hampir terjadi di
seluruh bagian tubuh dan berbagai system yang ada di dalam tubuh, antara lain
adanya rasa nyeri di payudara, sakit pinggang, pegal linu, perasaan seperti
kembung, muncul jerawat, lebih sensitive, mudah marah (emosional) dan
kadang timbul perasaan malas. Jika keadaan yang demikian didiamkan terus
menerus maka akan mengakibatkan bahaya psikologis seperti konsep diri yang
negative, prestasi belajar menurun, rasa malu berlebihan yang menyebabkan
anak menjadi menarik diri, sedih, murung, bersembunyi, mencela dirinya
sendiri dan gangguan fisik seperti gangguan nafsu makan dan gangguan tidur.
Munculnya kecemasan akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindakan tertentu agar tegangan yang dirasakan dapat dihilangkan, seperti lari
menjauhkan diri dari tempat yang menimbulkan kecemasan. Menurut Stuart
(2007) kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada
hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
terarah.
Faktor karakteristik responden yang mempengaruhi kecemasan remaja
menghadapi menarche yang dapat diidentifikasi dari hasil penelitian ini adalah
umur dan tingkat pendidikan. Menurut Suliswati, dkk (2005) umur merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan. Golongan umur yang lebih
muda lebih mudah menderita stres daripada yang tua (Soewandi, 2005).
Menurut Suliswati, dkk (2005), status pendidikan yang rendah akan
menyebabkan seseorang mudah mengalami stres. Stres dan kecemasan
biasanya terjadi pada orang yang tingkat pendidikannya rendah disebabkan
kurangnya informasi.
3. Hubungan tingkat pengetahuan tentang menarche dengan kecemasan
menghadapi menarche
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
tingkat pengetahuan tentang menarche dengan kecemasan menghadapi
menarche di SD TLOGO dan SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta.
Semakin baik tingkat pengetahuan remaja tentang menarche maka tingkat
kecemasan remaja menghadapi menarche juga akan semakin ringan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Yaroh (2003) yang menyimpulkan adanya
hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menarche di
SMPN II Ceper Klaten
Perasaan bingung, gelisan dan tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan
seorang wanita yang mengalami menstruasi pertama kali (menarche). Namun
hal ini semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi kurang
dan pendidikan orang tua yang kurang. Kecemasan dapat terjadi pada individu
dengan tingkat pengetahuan yang rendah disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh. Remaja putri yang sudah mengetahui dan sudah
mendapatkan informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak
akan mengalami kecemasan malahan menganggap hal itu sebagai suatu proses
yang alami dan merupakan kodrat wanita, tetapi bila kurang memperoleh
informasi maka remaja putri akan merasa pengalaman yang negative bagi
dirinya. Hasil penelitian ini sesuai teori yang dikemukakan Kartono (2006)
bahwa salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan psikologis adalah
pendidikan.
Berdasarkan analisis koefisien korelasi Kendall tau diperoleh hasil nilai
koefisien korelasi sebesar 0,315. Berdasarkan interpretasi nilai koefisien
korelasi menurut Sugiyono (2007) angka ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang rendah antara tingkat pengetahuan tentang menarche dengan
kecemasan menghadapi menarche. Hal ini dikarenakan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan remaja dalam menghadapi menarce, seperti:
status ekonomi, keadaan fisik dan social budaya bukan hanya dari pengetahuan
responden.
Hasil penelitian tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Yaroh (2003) dengan judul hubungan
pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri usia pubertas
menghadapi menarche di SMPN II Ceper Klaten. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang agak rendah antara tingkat
pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan remaja putri usia pubertas
menghadapi menarche di SMPN II Ceper Klaten.
Perasaan bingung, gelisan dan tidak nyaman selalu menyelimuti perasaan
seorang wanita yang mengalami menstruasi pertama kali (menarche). Namun
hal ini semakin parah apabila pengetahuan remaja mengenai menstruasi kurang
dan pendidikan orang tua yang kurang. Kecemasan dapat terjadi pada individu
dengan tingkat pengetahuan yang rendah disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh. Remaja putri yang sudah mengetahui dan sudah
mendapatkan informasi tentang akan datangnya menstruasi maka mereka tidak
akan mengalami kecemasan malahan menganggap hal itu sebagai suatu proses
yang alami dan merupakan kodrat wanita, tetapi bila kurang memperoleh
informasi maka remaja putri akan merasa pengalaman yang negative bagi
dirinya. Hasil penelitian ini sesuai teori yang dikemukakan Kartono (2006)
bahwa salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan psikologis adalah
pendidikan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan hasilnya
belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:
1. Belum dilakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seperti informasi dari media masa, sosial ekonomi.
2. Belum dilakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan seperti: status ekonomi, keadaan fisik dan sosial budaya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: Terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan remaja tentang menarche dengan kecemasan
menghadapi menarche di SD TLOGO Kasihan Bantul dan SD Mejing II Gamping
Sleman Yogyakarta ditunjukkan dengan hasil :
1. Tingkat pengetahuan remaja tentang menarche sebagian besar kategori cukup
sebanyak 17 orang (50%).
2. Kecemasan remaja dalam menghadapi menarche sebagian besar adalah sedang
sebanyak 17 orang (50%).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
SD TLOGO dan SD Mejing II Kasihan Bantul Yogyakarta diharapkan
memasukkan program health education tentang kesehatan reproduksi ke dalam
muatan lokal atau mata pelajaran tambahan yang diberikan secara rutin.
2. Bagi siswa
Para siswa hendaknya aktif mencari informasi dari orang tua, guru maupun dari
media masa tentang kesehatan reprduksi.
3. Para orang tua hendaknya memberi bimbingan, mendampingi, dukungan dan
pengetahuan kepada putrinya tentang kesehatan reproduksi khususnya
menarche.
4. Bagi dinas kesehatan
Dinas kesehatan hendaknya mengembangkan promosi kesehatan melalui
penyuluhan kesehatan secara berkala kepada siswi SD tentang kesehatan
reproduksi khususnya menarche sehingga dapat meningkatkan pengetahuan
remaja putri tentang menarche. Sehingga dengan pengetahuan yang baik akan
menurunkan kecemasan remaja menghadapi menarche.
5. Bagi profesi keperawatan
Perawat diharapkan memberikan asuhan keperawatan dikalangan remaja putri
siswi SD, khususnya pengetahuan tentang menarche sehingga dapat
mengurangi kecemasan remaja dalam menghadapi menarche.
6. Bagi Peneliti lain
Peneliti yang akan datang diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini
dengan melakukan pengontrolan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seperti informasi dari media masa, sosial ekonomi dan factor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan seperti: status ekonomi, keadaan fisik
dan sosial budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi VI).
Jakarta: Rhineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Dianawati, A. 2003. Pendidikan Seks untuk Remaja, Jakarta: Kawan Pustaka.
Hamri. 2011. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta. FKUI.
Hawari, D. 2001. Manajement stress, cemas, dan depresi. Jakarta. FKUI.
Henderson dan jones. 2003. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta. EGC.
Hidayat, A. A (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Jones, D.L, 2005. Haid, dalam : sikap wanita, Jakarta : Delapratasi Publishing.
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Anak (Psikologi Pembangun), Mandar Maju,
Bandung.
Khomsan, A. 2003. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Lisnawati. 2003. Peranan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Melalui Metode
Ceramah Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Pada Murid
SD Negeri Tukangan I dan II Kota Yogyakarta. Prodi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Mohamad , K. 2007. Kontradiksi dalam Kesehatan Reproduksi, Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, P.T. Citra Putra Bangsa dan Ford Foundation.
Narendra, B M oersintowati dkk. Buku Ajar I : Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja IDAI Edisi I 2005 Jakarta : Sagung Seto.
Nasution. 2002, Sosiologi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
_____________ 2007. Prinsip Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rhineka
Cipta.
_____________ 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Parmini, N. 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Menopause terhadap
Tingkat Pengetahuan dan Kecemasan Wanita Premenopause dalam
Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kalikah Jembrana
Bali. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. UNRIYO. Yogyakarta.
Pinem, Saroha. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta : TIM.
Prihatin, TW. 2007. Analisa Factor-Faktor Yang Berhubungan dengan Sikap
SMA terhadap Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di Kota Sukoharjo
tahun 2007. Tesis : Progam Pasca Sarjana, Universitas di Ponorogo.
Pratiwi, Novita. 2005. Karena Tabu Harus Tahu. Yogyakarta : Pustaka Anggrek.
Proverawati, A, & Misaroh, S. 2009. Menarche Mestruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Soekanto. 2002. Sosiologi Untuk Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Stuart. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, Dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA.
Bandung.
Wawan, A. 2011. Teori & Pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku
manusia.. Yogyakarta: Nuha Medika.
Widyastuti, Dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi, Fitramaya, Jakarta.
Wiknjasastro, Hanifah. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Yaroh. 2003. Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan
Remaja Putri Usia Puberitas Menghadapi Menarche Di SMP N II Ceper,
Klaten. Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah
Mada Yogyakarta.
Zakaria. 2002. Psikologi Wanita, Bandung. Pustaka Hidayah.
top related