hubungan tingkat pengetahuan dismenorea …/hubungan... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
Post on 05-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DISMENOREA TERHADAP
PERILAKU PENANGANAN DISMENOREA PADA MAHASISWI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA TAHUN 2012
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana
Muhammad Iqbal Sugiantoro
G.0009140
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea dengan
Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret SurakartaTahun 2012
Muhammad Iqbal Sugiantoro, G0009140, Tahun 2012
Telah disetujui untuk diuji di hadapan Tim Ujian Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari , Tanggal 2012
Pembimbing Utama Penguji Utama
Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K) Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K)
NIP : 194 61019 197603 1001 NIP:19510421 198011 1002
Pembimbing Pendamping Penguji Pendamping
Erick Edwin, dr., Sp. OG Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes
NIP : NIP : 195 211201986 01100 1
Tim Skripsi
Muthmainah, dr., M. Kes
NIP : 19660702 199802 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Tingkat Pegetahuan Dismenorea terhadap
Perilaku Penanganan Dismenorea pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Muhammad Iqbal Sugiantoro, NIM: G0009140, Tahun: 2012
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Pada Hari ............... , Tanggal ...................... 2012
Pembimbing Utama
Nama : Dr. Abkar Raden, dr., Sp. OG (K) ................................................
NIP : 19461019 197603 1 001
Pembimbing Pendamping
Nama : Erick Edwin, dr., Sp. OG ................................................
NIP : -
Penguji Utama
Nama : Tri Budi Wiryanto, dr., Sp. OG (K) ................................................
NIP : 19510421 198011 1 002
Penguji Pendamping
Nama : Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes ................................................
NIP : 19521120 198601 1 001
Surakarta, ...................... 2012
Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM
NIP: 19660702 199802 2 001 NIP: 19510601 197903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, 23 Juli 2012
Muhammad Iqbal Sugiantoro
G0009140
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Muhammad Iqbal Sugiantoro, G.0009140, 2012. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dismenorea Terhadap Perilaku Penanganan Dismenorea Pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Dismenorea terjadi pada 72,4% wanita, dimana 15,4 persennya
mengalami dismenorea berat yang dapat menghalangi orang tersebut melakukan
aktifitas atau pekerjaannya. Perilaku penanganan dismenore dapat membantu
seseorang untuk mengurangi gejala yang dapat menghambat atau menghalangi
seseorang melakukan aktifitas. Pengetahuan merupakan determinan penting bagi
individu untuk berperilaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan
dismenorea.
Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan potong
lintang dan menggunakan data primer. Sampel penelitain ini adalah Mahasiswi
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta angkatan 2009, 2010, dan 2011 yang
mengalami dismenorea.Sampel diambil dengan metode purpossive random
sampling sebanyak 64 sampel. Semua sampel tersebut diberikan kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan dismenorea dan perilaku penanganan dismenorea.
Setelah itu dilakukan analisis data menggunakan uji chi square.
Hasil: Dari hasil penelitian didapatkan 53% tingkat pengetahuan dismenorea
sampel baik, dan 47% kurang. Perilaku penanganan dismenorea sampel 62%
dengan ditangani sendiri, dan 38% pergi ke dokter. Dari hasil analisis data
menggunakan uji chi square didapatkan p= 0,001 dan OR=3,04.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan
dismenorea pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Tahun 2012. Mahasiswi
dengan tingkat pengetahuan baik memiliki kemungkinan 3,04 kali untuk pergi ke
dokter dalam menangani masalah dismenoreanya.
Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan Dismenorea, Perilaku Penanganan Dismenorea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Muhammad Iqbal Sugiantoro, G0009140, 2012. The Relationship Between
Knowledge Level of Dysmenorrhea to Behavioral Treatment of Dysmenorrhea on
Medical Student Sebelas Maret University Surakarta. Mini Thesis, Faculty of
Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta.
Background: Dysmenorrhea occured in 72,4% women where 15,4% of them
suffered severe dysmenorrhea that may hinder the person doing activity or work.
Behavioral treatment of dysmenorrhea can help the person to reduce the symptoms
that may hinder or inhibit a person’s activity. Knowledge is an important
determinant for the individual to behave. This study aims to know relationship
between knowledge level of dysmenorrhea to behavioral treatment of
dysmenorrhea.
Methods: This study is analytical observational with cross sectional approach, and
using primary data. This sample is first, second, and third grade students of
Faculty of Medicine of Sebelas Maret University who suffering dysmenorrhea.
Samples taken by purpossive random sampling methods about 64 samples. All
samples were given questionnaire to measure the knowledge level and behavioral
treatment of dysmenorrhea. Data analysis using chi square test.
Result: The result showed 53% sample’s kowledge level of dysmenorrhea were
good, 47% were less. Behavioral treatment of dysmenorrhea sample’s, 62%
samples treated with his own, 38% went to doctor. From the analysis tih chi square
test p=0,001 and OR=3,04.
Conclusion: Based on result of the study can be concluded that there is a
relationship between knowledge level of dysmenorrhea to behavioral treatment of
dysmenorrhea. Student with good knowledge level of dysmenorrhea has 3,04
chance to go to the doctor treating dysmenorrhea.
Keywords: Knowledge Level of Dysmenorrhea, Behavioral Treatment of
Dysmenorrhea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dismenorea terhadap Perilaku Penanganan Dismenorea pada
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Tahun 2012”. Penyusunan skripsi
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materiil. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati dan rasa hormat, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK
UNS Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes dan Ari Natalia Probandari, dr., MPH, Sri Enny
Narbrietty, S.H, M.H, dan Sunardi selaku Tim Skripsi FK UNS yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
3. DR. Abkar Raden, dr. Sp.OG (K), selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Erick Edwin, dr., Sp.OG, selaku Pembimbing Pendamping yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan nasihat dalam penyusunan skripsi ini.
5. Tri Budi Wiryanto, dr., Sp.OG (K), selaku Penguji Utama yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Andi Yok Siswosoputro, drg., M. Kes, selaku Penguji Pendamping yang telah
memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta, Indra Wirajuda dan Ibunda Atiek Kusumayati, adik
tersayang, Revina U dan M. Qadar yang senantiasa memberikan semangat
dan doa hingga skripsi ini terselesaikan.
8. Priyanka G. Utami, Muhammad Dzulfikar, Ariesta P., saudara, sahabat, rekan
seperjuangan Pendidikan Dokter angkatan 2009 atas segala dukungan,
kerjasama, dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Almira M. Deaneva, dan semua sahabat, serta orang-orang terdekat yang terus
memberi dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu atas bantuan dan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, peneliti sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki skripsi ini nantinya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juli 2012
Muhammad Iqbal Sugiantoro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Halaman Persetujuan ...............................................................................................ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Halaman Pernyataan ...............................................................................................iv
Abstrak ....................................................................................................................v
Prakata .................................................................................................................. vii
Daftar Isi .............................................................................................................. viii
Daftar Tabel .............................................................................................................x
Daftar Gambar ....................................................................................................... xi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4
Bab II Landasan Teori
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 6
B. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 29
C. Hipotesis ................................................................................................... 30
Bab III Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 31
B. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 31
C. Subjek Penelitian .......................................................................................31
D. Rancangan Penelitian .................................................................................33
E. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................................. 33
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................................. 34
G. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................... 35
H. Cara Kerja ................................................................................................. 37
I. Teknik Analisis Data ..................................................................................37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Bab IV Hasil Penelitian
A. Karakteristik Responden ........................................................................... 38
B. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenore ............................. 43
C. Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenore ............................. 44
D. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenore Terhadap
Perilaku Penanganan Dismenore .............................................................. 45
Bab V Pembahasan ............................................................................................... 47
Bab VI Simpulan dan Saran .................................................................................. 49
Daftar Pustaka
Lampiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penentuan skor jawaban tingkat pengetahuan dismenore ..................... 37
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuisioner tingkat pengetahuan dismenore .............................. 38
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi usia responden ...................................................... 41
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir ibu responden ....................... 42
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi sumber pengetahuan responden ........................... 44
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dismenore ............................ 45
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi perilaku penanganan dismenore ........................... 46
Tabel 4.6 Hasil analisis bivariat ............................................................................ 47
Tabel 4.7 Hasil analisis multivariat ...................................................................... 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran .......................................................................... 31
Gambar 3.1 Rancangan penelitian ........................................................................ 35
Gambar 4.1 Distribusi frekuensi usia responden .................................................. 41
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir ibu responden ................... 43
Gambar 4.3 Distribusi frekuensi sumber pengetahuan responden ....................... 44
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dismenore ........................ 45
Gambar 4.5 Distribusi frekuensi perilaku penanganan dismenore ....................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Hasil Penelitian
Lampiran 2 : Lembar Analisis Statistik
Lampiran 3 : Kuisioner Tingkat Pengetahuan Dismenore
Lampiran 4 : Kuisioner Perilaku Penanganan Dismenore
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Haid atau menstruasi adalah sekret fisiologik darah dan jaringan mukosa
serta bersiklus yang melalui vagina dari uterus tidak hamil; di bawah
pengendalian hormon dan pada keadaan normal timbul kembali, biasanya
dalam interval sekitar empat minggu, kecuali selama kehamilan dan laktasi
selama periode reproduktif (Dorland, 2000). Haid merupakan suatu proses
yang fisiologis, namun sering terdapat gangguan-gangguan haid dan siklusnya,
yang dapat digolongkan menjadi: 1) kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada haid, 2) kelainan siklus, 3) perdarahan di luar haid,
4) gangguan lain yang ada hubungannya dengan haid (Prawirohardjo, 2007)
Gangguan yang sering menyebabkan wanita muda datang ke dokter untuk
konsultasi dan pengobatan adalah dismenorea (Calis et al., 2011).
Dismenorea didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat di perut bagian
bawah, dan disertai gejala biologis lain seperti berkeringat, frekuensi nadi
tinggi, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan merinding, yang terjadi sebelum
atau selama siklus menstruasi (Katz, 2007). Dismenorea diperkirakan terjadi
pada 25% wanita dan hampir 90% terjadi pada usia remaja, dan tidak ada
perbedaan yang signifikan dari prevalensi dismenorea pada ras yang berbeda
(Holder et al., 2011). Dari hasil survey yang dilakukan kepada 113 pasien di
tempat praktik keluarga di Amerika, didapatkan prevalensi dismenorea
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
berkisar 29 – 44% (Calis, 2011). Dari penelitian yang dilakukan terhadap
wanita usia 19 tahun di Swedia, didapatkan hasil 27,6% tidak mengalami
dismenorea, 34,3% mengalami dismenorea ringan, 22,7% mengalami
dismenorea sedang, dan 15,4% mengalami dismenorea berat (Katz et al, 2007).
Dari penelitian yang dilakukan di Dumplunipar University, Kutahya, sebuah
sekolah kesehatan di Turki, didapatkan hasil dari 623 wanita, 71,7%
mengalami dismenorea, dan umur rata-rata penderita dismenorea adalah 20,8 ±
1,8 (Unsal et al., 2009). Di Indonesia belum diketahui secara pasti berapa
prevalensi dari dismenorea, namun dari hasil penelitian terhadap siswi sebuah
SMA di Jakarta didapatkan hasil bahwa 54,5% siswi mengalami gangguan
menstruasi berupa dismenorea (Sianipar et al., 2009). Sedangkan pada
penelitian lainnya yang dilakukan pada mahasiswi salah satu perguruan tinggi
di Jakarta ditemukan bahwa sebanyak 83,5% mahasiswi mengalami
dismenorea (Vegas et al., 2004). Meskipun prevalensi dismenorea di Indonesia
cukup tinggi, namun hanya sedikit yang berobat ke pelayanan kesehatan
masyarakat, yaitu hanya 1% - 2% (Abidin, 2004).
Meskipun dismenorea bukan hal yang mengancam jiwa, tetapi hal ini dapat
melemahkan dan berpengaruh terhadap psikologis wanita (Holder et al, 2011).
Dari hasil penelitian di Swedia, sebanyak 15,4% wanita yang mengalami
dismenorea berat, tidak dapat terkompensasi dengan analgesik, dan secara
nyata menghambat kemampuannya dalam bekerja (Katz et al, 2007).
Pengetahuan mengenai dismenorea sangat penting, terutama untuk mencari
solusi dari masalah dismenorea pada setiap wanita. Berdasarkan penyebabnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dismenorea dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu dismenorea primer dan
sekunder. Dismenorea primer adalah dismenorea tidak disebabkan oleh
kelainan ginekologi, sedangkan dismenorea sekunder adalah dismenorea yang
disebabkan oleh kelainan ginekologi (salpingitis kronik, endometriosis,
adenomiosis uteri, stenosis serviks uteri, dan lain-lain) (Prawirohardjo, 2007).
Berdasarkan hal tersebut, pengetahuan dismenorea dirasa penting untuk
diketahui oleh wanita, karena bisa jadi dismenorea yang dirasakan adalah suatu
tanda untuk penyakit yang lebih berat.
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya (Notoatmodjo, 2007). Oleh
karena itu, tingkat pengetahuan mengenai dismenorea akan sangat berpengaruh
pada perilaku seseorang dalam menangani dismenorea tersebut.
Sebagai calon tenaga kesehatan, mahasiswa fakultas kedokteran dituntut
untuk berperilaku sehat yang didasari oleh pengetahuan-pengetahuan yang
mereka dapatkan dari hasil pembelajaran di kampus.
Penelitian sebelumnya mengenai dismenorea sudah dilakukan oleh Dyah
(2010) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenoreaa
dengan Perilaku Penanganan Dismenoreaa pada Siswi SMK YPKK 1 Sleman
Yogyakarta dengan responden adalah siswi SMK. Terdapat perbedaan stressor
dari siswi SMA dan mahasiswi, oleh karena itu mungkin mempengaruhi
kejadian dismenorea. Perbedaan tingkat pengetahuan antara siswi SMA dan
mahasiswi fakultas kedokteran juga mungkin akan memberikan perbedaan dari
perilaku penanganan terhadap dismenorea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan
dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap
perilaku penanganan dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadapt perilaku penanganan
dismenorea pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam
bidang obstetri ginekologi serta ilmu kesehatan masyarakat mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku
penanganan dismenorea.
2. Manfaat praktis
a. Diharapkan dari hasil penelitian ini, akan ada kegiatan tindak lanjut
seperti edukasi atau penyuluhan untuk meningkatkan tingkat
pengetahuan masyarakat khususnya remaja putri mengenai
dismenorea.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Diharapkan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengetahuan
a. Definisi Pengetahuan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengetahuan
berasal dari kata tahu, yang berarti mengerti sesudah melihat,
sedangkan pengetahuan sendiri didefinisikan segala sesuatu yang
diketahui (KBBI, 2008).
Pengetahuan merupakan proses dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo,
2007).
b. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
sebab itu, tahu itu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,
yaitu :
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi
maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu
obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
positif terhadap obyek tersebut .
2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal
maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,
surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.
Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar
individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman
belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari
keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata dalam bidang kerjanya.
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya
akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan
verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
(Erfandi, 2009).
d. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo,
2007).
2. Dismenorea
a. Definisi Dismenorea
Dismenorea didefinisikan sebagai sensasi nyeri yang hebat di perut
bagian bawah, dan disertai gejala biologis lain seperti berkeringat,
frekuensi nadi meningkat, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan
merinding, yang terjadi sebelum atau selama siklus menstruasi (Katz
et al., 2007).
b. Jenis-jenis Dismenorea
Dismenorea dapat dikelompokkan menjadi dua kategori umum,
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
1) Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenorea primer
terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan
pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulatoar yang
tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama
sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan
berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus
dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri ialah kejang
berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah, tetapi
dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diarea,
iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2007).
2) Dismenorea sekunder (ekstrinsik, acquired)
Dismenorea sekunder disebabkan oleh kelainan
ginekologik (salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis
uteri, stenosis, servisis uteri, dan lain – lain) (Prawirohardjo,
2007).
c. Derajat Dismenorea
Derajat dismenorea dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
1) Ringan
Tidak terdapat gejala sistemik, jarang membutuhkan
pengobatan, jarang mengganggu pekerjaan
2) Sedang
Terdapat beberapa gejala sistemik, membutuhkan
pengobatan, mengganggu pekerjaan
3) Berat
Banyak terdapat gejala sistemik, respon yang buruk
terhadap pengobatan, menghalangi pekerjaan (Katz et al., 2007).
d. Patofisiologi Dismenorea
Patofisiologi dismenorea dibedakan menurut jenisnya,
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer biasanya dimulai 6 bulan setelah
terjadinya haid pertama atau menarche. Selama proses
menstruasi, saat terjadi peluruhan sel-sel endometrium terjadi
pelepasan prostaglandin yang menyebabkan uterus mengalami
iskemik melalui kontraksi miometrium dan vasokonstriksi.
Peningkatan kadar prostaglandin dijadikan ukuran dalam jumlah
cairan menstruasi pada wanita yang mengalami dismenorea
berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder dapat terjadi kapanpun setelah
menarche. Peningkatan kadar prostaglandin berperan dalam
patofisiologi dismenorea sekunder, tetapi juga harus disertai
dengan kelainan pelvic. Penyebab tersering dismenorea sekunder
adalah endometriosis, leiomioma, adenimiosis, PID, dan IUD
(Holder et al., 2011).
e. Penanganan Dismenorea
Penganganan dismenorea primer difokuskan untuk
memberhentikan produksi prostaglandin, sedangkan penanganan
dismenorea sekunder didasarkan pada penyakit penyebabnya itu
sendiri (Chudnoff, 2005).
Penanganan dismenorea primer yaitu :
1) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah
gangguan yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya
diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan,
kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah
informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhyul
mengenai haid perlu dibicarakan. Nasehat-nasehat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin
berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi (Prawirohardjo,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beredar obat analgesik yang dapat
diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika nyerinya berat,
diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada
perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang
sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin,
dan kafein (Prawirohardjo, 2007).
3) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan
ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan
bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk
memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada
waktu haid tanpa gangguan (Prawirohardjo, 2007).
4) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Pemberian indometasin, ibuprofen, dan naproksen pada
kurang lebih 70% penderita mengalami banyak perbaikan.
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 sampai
3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid (Prawirohardjo,
2007).
5) Dilatasi canalis cervicalis
Dilatasi kanalis servikalis dapat memberi keringanan
karena memudahkan pengeluaran darah haid dan prostaglandin
di dalamnya. Neurektomi prasakral ditambah dengan neurektomi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ovarial merupakan tindakan terakhir apabila usaha-usaha lain
gagal (Prawirohardjo, 2007).
6) Pemberian kontrasepsi oral dan DMPA
Pemberian kontrasepsi oral dan depot medroxyprogesteron
acetat (DMPA) efektif pada beberapa kasus (Chudnoff, 2005).
7) Pemberian Guaifenesin
Pemberian guaifenesin dapat menyebabkan dilatasi serviks
dan penipisan mukosa serviks (Marsden et al., 2004).
8) Akupuntur
Akupuntur dapat digunakan sebagai terapi alternatif disaat
penggunaan NSAID dan kontrasepsi oral dikontraindikasikan
(Iorno et al., 2008).
9) Pengobatan tambahan
Pemberian thiamin, vitamin E, minyak ikan, diet vegetarian
dan rendah lemak, kompres hangat dapat dijadikan terapi
alternatif untuk mengurangi dismenorea (Chudnoff, 2005).
3. Perilaku
a. Definisi Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan
(KBBI, 2008). Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan
bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon stimulus tersebut. Skinner
membedakan adanya dua respons.
1) Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu.
Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena
menimbulkan respons-respons yang relatif tetap.
2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsang tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku
dapat dibedakan menjadi dua.
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut
sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan
mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,
2007).
b. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok.
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha
penyembuhan bilamanan sakit.
2) Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas
pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian
pengobatan (health seeking behavior)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
Tindakan ini mulai dari mengobati sendiri sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya,
sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan ini.
1) Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatannya.
2) Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap
sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan
tentang: penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit,
dan sebagainya.
3) Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang
mencakup hak-hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang
sakit. Perilaku ini meliputi: 1) tindakan untuk memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kesembuhan, 2) mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana
pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak, 3) mengetahui
hak dan kewajiban orang sakit (Notoatmodjo, 2007).
c. Determinan Perilaku
Manusia berperilaku sebagai respons suatu stimulus yang
diterimanya, diawali dengan proses penginderaan sebgagai awal
kontaknya individu dengan lingkungan sebagai proses fisik,
dilanjutkan dengan terjadinya pemaknaan terhadap stimulus tadi
sebagai proses psikologis dan demekian seterusnya terjadi proses
perilaku yang demikian kompleks, melibatkan faktor fisik dan psikis
sebagai kesatuan (Noor, 2009). Meskipun perilaku adalah bentuk
respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar,
namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada
karakteristik atau faktor-faktor lain yang bersangkutan. Hal ini
berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku.
Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya: tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor
dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,
2007g).
Manusia memiliki determinan atau atribut psikologis yang bersifat
typical performance, artinya respon individu terhadap stimulus tidak
dapat dinilai dengan benar atau salah karena tidak ada standar seperti
apa respon yang diharapkan. Respon individu bersifat situasional,
artinya respon yang muncul bisa berbeda walaupun stimulusnya
sama, jika individu berada pada situasi yang berbeda. Respon
ditampilkan sesuai dengan karakteristik individu yang berbeda
sehingga dinamakan respon tipikal berupa kecenderungan apa yang
dirasakan dan apa yang difikirkan bukan berdasarkan pada apa yang
mampu dilakukan atau respon terbaik yang dapat ditampilkan (Noor,
2009b).
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku manusia ke dalam tiga domain, yakni: a) kogniif,
b) afektif, c) psikomotor, dalam perkembangannya, teori ini
dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan
untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek.
3) Praktik atau tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan.
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, diantaranya fasilitas dan dukungan
(Notoatmodjo, 2007).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
1) Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat
dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor
intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis
kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-
faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
a) Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan
tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada
setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku
ras Negroid antara lain bertemperamen keras, tahan
menderita, menonjol dalam kegiatan olah raga. Ras
Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong
royong, agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan
upacara ritual. Demikian pula beberapa ras lain memiliki
ciri perilaku yang berbeda pula.
b) Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin
antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-
hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa
dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun
norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku
berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug
berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
c) Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku
seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang
pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul,
humoris, ramah dan banyak teman
d) Kepribadian
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia
yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk
bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang
baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari
lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu
merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk
manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian
seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku
sehari-harinya
e) Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan
individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan
efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku
individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku
yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku
intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,
tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan
f) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus,
misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis,
olah raga, dan sebagainya
2) Faktor Eksternal
a) Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar
mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah
seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian
pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku
seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan
berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan
rendah.
b) Agama
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku
sesuai dengan norma dan nilai yang diajarkan oleh agama
yang diyakininya.
c) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat
atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam
kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup
pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang
Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun
sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan
perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan
lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya.
Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga
menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e) Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi perilaku seseorang (Azzahy, 2008).
e. Proses Adopsi Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam
arti mengetahui stimulus terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3) Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi,
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melalui tahap-
tahap diatas (Notoatmodjo, 2007).
4. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk membentuk tidakan seseorang. Pengetahuan dapat merangsang
seseorang untuk berperilaku, karena salah satu bentuk perilaku yang
sudah dijelaskan sebelumnya perilaku bersifat operant respon yakni
respons yang berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau
perangsangan tertentu. Adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, sikap positif, maka perilaku tersebut bersifat langgeng.
Pengetahuan merupakan salah satu dari determinan perilaku yang
mempengaruhi perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
B. Kerangka Pemikiran
Faktor Internal Faktor Eksternal
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti
Tingkat pengetahuan
Agama
Kebudayaan
Sosial Ekonomi
Lingkungan
Ras
Jenis Kelamin
Sifat Fisik
Kepribadian
Bakat
Kecerdasan
Fasilitas
Dukungan
Reaksi : Perilaku Penanganan
(Terbuka)
Stimulus Rangsangan :
Nyeri Haid
Proses Stimulus
Sikap (tertutup)
Pergi ke Dokter
Ditangani Sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea dengan
perilaku penanganan dismenorea pada mahasiswa FK UNS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Desain penelitian menggunakan analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional dan menggunakan data primer.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi :
Mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS Angkatan 2009, 2010 dan
2011.
2. Kriteria Inklusi dan Ekslusi :
Kriteria inklusi, yaitu mahasiswi fakultas kedokteran universitas
Sebelas Maret Angkatan 2009, 2010 dan 2011 yang mengalami
dismenorea sebelum dan saat menstruasi.
Kriteria eksklusi, yaitu mahasiswi fakultas kedokteran
Universitas Sebelas Maret angkatan 2009, 2010 dan 2011 yang
mempunyai riwayat penyakit ginekologi dan tidak mengisi kuesioner
atau tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Besar Sampel :
Penelitian cross sectional mempunyai tujuan untuk
mendiskripsikan karakter populasi berdasarkan pengamatan pada
sampel. Oleh karena itu sifat representativitas sampel menjadi sangat
penting agar taksiran karakteristik populasi tidak menyimpang jauh.
Rumus untuk menghitung besar sampel untuk rancangan cross
sectional adalah:
n= Z2pq / d
2
Keterangan:
p : perkiraan prevalensi penyakit yang diteliti atau paparan pada
populasi
q : 1 – p
Z : nilai statistik Z pada kurve normal standart pada tingkat
kemaknaan
d : presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi
(Taufiqurrahman, 2008)
Dari rumus di atas, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:
n= (1,96)2(0,853)(0,165) / (0,1)
2
= 52,9 = 53 orang
Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 53 orang
4. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan purposive random sampling, yaitu peralihan subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
berdasarkan ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan
karakteristik populasi (Taufiqurrohman, 2008). Dan selanjutnya
pemilihan besar sampel dari total populasi yang ada dilakukan dengan
cara random sampling.
D. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan penelitian
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tingkat Pengetahuan Dismenorea
2. Variabel terikat : Perilaku Penanganan Dismenorea
Populasi
Sampel: mahasiswi dengan riwayat dismenorea
Pemberian kuisoner
Purposive random sampling
Analisis Statistik Data
Tingkat pengetahuan baik
Perilaku penanganan
Ditangani
sendiri Pergi ke
Dokter
Tingkat pengetahuan kurang
Perilaku penanganan
Ditangani
sendiri
Pergi ke
Dokter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3. Variabel luar
a. Dapat dikendalikan : usia, riwayat penyakit ginekologi, akseptor
KB, riwayat operasi organ reproduksi, tingkat pendidikan.
b. Tidak dapat dikendalikan : faktor genetik, kondisi stress
psikososial, aktivitas sehari-hari, asupan nutrisi dan olahraga,
tingkat pendidikan ibu.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tingkat pengetahuan dismenorea adalah skor yang
didapatkan dari jawaban kuesioner responden yang menggambarkan
kemampuan kognitif: mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis, sintesis, dan evaluasi responden mengenai dismenorea .
Skala : Ordinal
Kategori : a) Baik (persentase jawaban benar 65-100 %)
b) Kurang (persentase jawaban benar <65 %)
Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner
2. Variabel terikat : Perilaku penanganan dismenorea adalah perilaku
penanganan responden saat terjadi dismenorea.
Skala : Nominal
Kategori : a) Pergi ke dokter
b) Ditangani sendiri
Cara Pengukuran : Pengisian kuesioner
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
G. Alat dan bahan penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel
dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan bentuk pertanyaan
tertutup.
Kuesioner yang digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan
tentang dismenorea, yang terdiri dari pertanyaan favorable dan
unfavorable sejumlah 25 item dengan pilihan jawaban sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju yang merupakan jawaban
interval yang setiap item jawaban diberikan skor menggunakan skala
likert dengan skor maksimal 100%. Isi kuesioner meliputi kemampuan
pengetahuan, pemahaman, analisis, sintesis, penilaian. Kuesioner yang
dipakai telah divalidasi oleh Dyah (2010) dalam karya tulis ilmiahnya
yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea
Dengan Perilaku Penanganan Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK 1
Sleman Yogyakarta.
Tabel 3. 1. Penentuan Skor Jawaban Tingkat Pengetahuan Dismenorea
No Jawaban Responden Favorable Unfavorable
1 Sangat setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Tidak Setuju 2 3
4 Sangat tidak setuju 1 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Tabel 3.2. Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dismenorea
No.
Pengetahuan
Tentang
Dismenorea
Butir Pertanyaan
Favorable Unfavorable
1
Kemampuan
Pengetahuan
1 2
2
Kemampuan
Pemahaman
3,5 4
3
Kemampuan
Penerapan
7,9 6,8
4
Kemampuan
Analisis
10,11,12,14,15,16,17,18 13
5
Kemampuan
Sintesis
20,21,23 19,22
6
Kemampuan
Penilaian
24,25
Penghitungan skor untuk kuesioner tingkat pengetahuan
dismenorea adalah skor X 100%.
Sedangkan kuesioner untuk mengukur variabel perilaku
penanganan dismenorea adalah pertanyaan tertutup dengan jawaban
ditangani sendiri atau pergi ke dokter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
H. Cara kerja
Pengumpulan data melalui pengisian kuesioner oleh responden yang
kemudian dihitung skor dari kuesioner tersebut dan dikategorikan sesuai
dengan kategori yang telah disebutkan. Kemudian dilakukan uji statistik
I. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dismenorea
terhadap perilaku penanganan dismenorea data yang diperoleh dianalisis
secara statistik dengan menggunakan Uji Chi Square dengan bantuan
software SPSS for Windows, dikarenakan masalah penelitian adalah
kategorik dan data tidak berpasangan, setelah itu dilakukan uji regresi
logistik untuk mengetahui apakah variabel yang diteliti dipengaruhi juga
oleh variabel luar, dalam penelitian ini variabel luar yang diteliti adalah
pendidikan terakhir ibu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan kepada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS
angkatan 2009, 2010, dan 2011 pada tanggal 12-13 Maret 2012. Penelitian
menggunakan responden sebanyak 194 orang. Responden adalah mahasiswa
Fakultas Kedokteran UNS yang hadir saat dilakukan penelitian. Setelah itu
dilakukan pemilahan dari kelengkapan pengisian kuesioner yang mancakup
biodata, kuesioner tingkat pengetahuan dismenorea, dan kuesioner perilaku
penanganan dismenorea. Didapatkan 145 responden yang mengisi lengkap
kuesioner. Kemudian dilakukan pemilahan terhadap mahasiswi yang mengalami
dismenorea berjumlah 96 orang. Setelah itu dilakukan random sampling dengan
menggunakan undian untuk mengambil 64 sampel sesuai dengan jumlah sampel
minimal yang dibutuhkan pada penelitian.
A. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Sesuai hasil penelitian, diperoleh karakteristik usia responden sebagai
berikut:
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia Responden
Usia Responden Frekuensi Persentase
17
18
19
20
21
22
3
15
22
16
7
1
5%
23%
32%
25%
10%
2%
Jumlah 64 100%
Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat dilihat paling banyak responden
berusia 19 tahun yaitu 22 responden (32%), dan jumlah responden paling
5%
23%
34%
25%
11%
2%
Usia Responden
17 18 19 20 21 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sedikit adalah berusia 22 tahun sebanyak 1 responden (2%). Usia termuda
responden adalah 17 tahun sedangkan usia tertua responden adalah 22
tahun.
2. Pendidikan Terakhir Ibu Responden
Dari hasil penelitian diperoleh data karakteristik pendidikan terakhir ibu
responden sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden
Pendidikan Terakhir Ibu Frekuensi Persentase (%)
SD
SMP
SMA
D1
D3
S1
S2
1
0
12
1
15
25
10
1%
0%
19%
2%
23%
39%
16%
Jumlah 64 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Ibu Responden
Dari tabel 4.2 dan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir ibu
paling banyak adalah S1 sebanyak 25 responden (39%) dan paling sedikit
adalah SMP sebanyak 0 responden (0%).
3. Sumber Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian dapat dilihat karakteristik sumber pengetahuan
responden sebagai berikut:
1% 0%
19%
2%
23% 39%
16%
Pendidikan Terakhir Ibu
SD SMP SMA D1 D3 S1 S2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sumber Pengetahuan Responden
Sumber Pengetahuan Frekuensi Persentase
Buku
Media Elektronik
Sekolah
Orangtua
Teman
18
14
15
14
3
28%
19%
25%
23%
5%
Jumlah 64 100%
Hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.3 Distribusi Frekuensi Sumber Pengetahuan Responden
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa sumber pengetahuan
terbesar pada responden berasal dari buku sebanyak 18 responden (28%),
dan terkecil berasal dari teman sebanyak 3 responden (5%).
28%
19% 25%
23%
5%
Sumber Pengetahuan Responden
Buku Media Elektronik Sekolah Orangtua Teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Tingkat Pengetahuan Dismenorea
Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik tingkat pengetahuan responden
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenorea
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase`
Baik 34 5 %
Kurang 30 47%
Jumlah 64 100%
Atau dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Dismenorea
Dari tabel dan gambar di atas, tingkat pengetahuan responden terbanyak
adalah baik sebanyak 34 responden (53%), dan tingkat pengetahuan
responden dengan jumlah paling sedikit adalah tingkat pengetahuan kurang
sebanyak 30 responden (47%).
53% 47%
Tingkat Pengetahuan
Baik Kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Perilaku Penanganan Dismenorea
Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik perilaku penanganan dismenorea
responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenorea
Perilaku Penanganan Frekuensi Persentase
Ditangani Sendiri
Pergi Ke Dokter
40
24
62%
38%
Jumlah 64 100%
Atau dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Penanganan Dismenorea
Dari tabel dan gambar di atas, didapatkan bahwa sebagian besar responden
menangani sendiri jika responden mengalami dismenorea (62%). Perilaku
penanganan dismenorea pada responden yang menangani sendiri adalah tidur,
62%
38%
Perilaku Penanganan Dismenore
Ditangani Sendiri Pergi Ke Dokter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dibiarkan saja, dikompres, minum jamu, minum obat, dan diolesi minyak
kayu putih.
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dismenorea terhadap Perilaku Penanganan
Dismenorea
Setelah didapatkan data dari penelitian, dilakukan analisis bivariat terhadap
masing-masing variabel, yaitu variabel tingkat pengetahuan dismenorea
terhadap perilaku penanganan dismenorea, dan pendidikan terakhir ibu
terhadap perilaku penanganan dismenorea, setelah itu dilakukan analisis
multivariat dengan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel mana yang
paling berpengaruh terhadap variabel terikat yang diteliti. Dari hasil uji
statitstik didapatkan hasil sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariat
Pergi ke
dokter
Ditangani
sendiri P OR
IK95%
N % n % Min Maks
Tingkat
pengetahuan
Baik
Kurang
19
5
56,0
17,0
15
25
44,0
83,0
0,001 6,333 1,956 20,505
Pendidikan
terakhir ibu
≤ SMA
> SMA
S
M
A
0
24
0,0
45,0
13
27
100
55,0
0,002 0,00 0,00 0,00
Total 24 38,0 40 62,0
Tabel 4.7 Hasil Analisis Multivariat
Variabel Koefisien p OR
Langkah 1
Tingkat pengetahuan
Pendidikan terakhir ibu
1,112
-20,327
0,80
0,999
3,04
0,00
Dari hasil analisis statistik didapatkan nilai p untuk tingkat pengetahuan
dismenorea adalah 0,001 , sedangkan nilai p untuk pendidikan terakhir ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
adalah 0,002. Nilai OR untuk tingkat pengetahuan dismenorea adalah 3,04
sedangkan nilai OR untuk pendidikan terakhir ibu adalah 0,00.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dismenorea
pada mahasiswi Fakultas Kedokteran UNS yang berpengetahuan baik sebanyak 34
responden (53%), dan berpengetahuan kurang sebanyak 30 responden (47%).
Menurut Erfandi (2009), tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, usia, sumber informasi, lingkungan, sosial budaya, dan pengalaman.
Dengan terdapatnya perbedaan usia, tingkat pendidikan, sumber informasi, dan
lingkungan dari sampel, maka didapatkan pula perbedaan tingkat pengetahuan
sampel.
Perilaku penanganan dismenorea dari sampel adalah ditangani sendiri
sebanyak 40 sampel (62%), dan 24 sampel (32%) pergi ke dokter. Sesuai dengan
yang diungkapkan Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan merupakan domain
penting pembentuk perilaku, dimana pengetahuan dapat merangsang seseorang
dalam berperilaku, dengan adanya perbedaan tingkat pengetahuan sampel maka
terdapat perbedaan dari perilaku penanganan dismenorea pada sampel.
Dari data tingkat pengetahuan dismenorea dan perilaku penanganan
dismenorea kemudian dilakukan analisis statistik menggunakan uji chi square
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan
dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea. Dari hasil analisis statistik,
didapatkan expected count > dari 5.0, maka data tersebut dapat dianalisis
menggunakan uji chi square dan dinilai ukuran kekuatan hubungan dengan Odds
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Ratio. Kemudian untuk mengetahui apakah penelitian ini dipengaruhi oleh
variabel luar, dimana dalam penelitian ini variabel luar yang ditelitit adalah
pendidikan terakhir ibu, maka dilakukan analisis bivariat terhadap pendidikan
terakhir ibu, didapatkan hasil p = 0,002, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan terakhir ibu berpengaruh terhadap perilaku penanganan dismenorea,
namun ukuran kekuatan hubungan tidak dapat dinilai dikarenakan jumlah sampel
yang tidak mencukupi. Kemudian dilakukan analisis multuvariat untuk
mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh terhadap perilaku penanganan
dismenorea. Dilihat dari nilai OD, maka tingkat pengetahuan dismenorea lebih
berpengaruh terhadap perilaku penanganan dismenoe dibandingkan dengan
pendidikan terakhir ibu. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan
dismenorea., yaitu remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan dismenorea
baik mempunyai kemungkinan 3,04 kali pergi ke dokter untuk menangani masalah
dismenoreanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Pada penelitian hubungan tingkat pengetahuan dismenorea terhadap
perilaku penanganan dismenorea didapatkan hasil terdapat hubungan antara
tingkat pengetahuan dismenorea terhadap perilaku penanganan dismenorea.
Remaja putri yang memiliki tingkat pengetahuan dismenorea baik mempunyai
kemungkinan 3,04 kali untuk pergi ke dokter dalam menangani masalah
dismenoreanya.
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian terhadap variabel-
variabel yang mempengaruhi perilaku penanganan dismenorea seperti
tingkat stimulus atau derajat dismenorea.
2. Edukasi atau penyuluhan mengenai dismenorea sebaiknya diberikan pada
remaja putri sedari dini agar mengurangi gangguan aktifitas akibat
dismenore dan dapat menemukan penyakit ginekologi pada stadium dini
dengan perilaku remaja putri yang melakukan kontrol ke dokter dari
masalah dismenoreanya.
50
top related