hukum dan akhlak
Post on 14-Apr-2016
217 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Hukum dan Akhlak
ALDI MUHAMMAD FAIZAL 4112110010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki sumbernya sendiri
sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.
Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna,
yang disampaikan melalui Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW, yakni Al Qur’an Al Kariim. Kemudian
sumber hukum agama islam selanjutnya adalah Sunnah atau yang kita kenal dengan Hadits. Al
Qur’an dan Hadits merupakan dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam
menjalankan hidup demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Namun, seiiring dengan berkembangnya zaman ada saja hal-hal yang tidak terdapat solusinya
dalam Al Qur’an dan Hadits. Oleh karena, itu ada sumber hukum agama islam yang lain, diantaranya
Ijma dan Qiyas. Namun, Ijma dan Qiyas tetap merujuk pada Al Qur’an dan Hadits karena Ijma dan
Qiyas merupakan penjelasan dari keduanya.
Di lain hal, jika seseorang sudah menjalankan hukum/syariat islam dalam kehidupannya dengan
baik,maka akan timbulah cerminan dari yang namanya akhlak. Oleh karna itu, akhlak akan lengkap
jika hukum/syariatnya sudah terpenuhi.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apakah pengertian syariat islam?
b) Apa saja sumber hukum islam?
c) Apakah pengertian akhlak?
d) Apa saja macam – macam akhlak?
e) Apa saja ruang lingkup akhlak?
1.3 Tujuan dan manfaat penulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Agama. Manfaat dari penulisan
makalah ini adalah untuk memahami hukum-hukum ajaran islam, dan mempraktikkannya. Agar
timbul akhlak yang baik dalam kehidupan sehari – hari.
1.4 Metode Penulisan
Penyusun memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini.
Referensi makalah ini bersumber dari media seperti web, blog, dan perangkat media massa yang
diambil dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Bab II Isi
2.1 Pengertian syariat/hukum islam
2.2 Sumber hukum islam
2.3 Pengertian akhlak
2.4 Macam – macam akhlak
2.5 Ruang lingkup akhlak
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka
1.6
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Syariat Islam
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim.
Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini.
Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan menyeluruh dan sempurna
seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
Terkait dengan susunan tertib syariat, Al Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat 36 mengajarkan bahwa
sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara, maka umat Islam tidak
diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara implisit dapat dipahami bahwa jika
terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul-Nya belum menetapkan ketentuannya, maka umat Islam
dapat menentukan sendiri ketetapannya itu. Pemahaman makna ini didukung oleh ayat Al Qur'an dalam
Surat Al Maidah (QS 5:101) yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah dimaafkan Allah.
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup beribadahnya kepada Allah
SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang
termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang masuk dalam kategori Furu' Syara'.
Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Qur'an atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Qur'an itu asas pertama Syara' dan Al
Hadits itu asas kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun
berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat
Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang
membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak
diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika
keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al'quran dan Al Hadist. Kedudukannya
sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnyatidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali
diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah
kekuasaanya. Perkara yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah.
2.2 Sumber Hukum Islam
1. Al Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (QS Saba
34:28). Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas
pertama Syara'.
Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah
diturunkan ke dunia.
Dalam upaya memahami isi Al Qur'an dari waktu ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al
Qur'an namun tidak ada yang saling bertentangan.
2. Al Hadist
Hadits Hasan, Hadits Shaheh, Hadits Dhaif, maudu'
3. Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadist. Ijtihad
dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW wafat sehingga tidak bisa langsung menanyakan pada beliau
tentang sesuatu hukum. Namun, ada hal-hal ibadah tidak bisa di ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad,
antara lain :
Ijma', kesepakatan para-para ulama
Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
'Urf, kebiasaan
4. Perbedaan Al Qur'an dan Al Hadist
- AL QUR'AN, merupakan Kitab Suci yang Oleh Pemeluknya dianggap sebagai 'Suara Tuhan' yang
dituliskan. - Al HADIS, merupakan Kumpulan yang Khusus memuat 'Ucapan-ucapan nabi Muhammad'
dan 'Cerita-cerita tentang Nabi Muhammad'.
2.3 Pengertian Akhlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara
sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.
Akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
tingkah laku, atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin menyatakan bahwa akhlak
adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik tanpa
mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu
Definisi
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara
berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu
saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari
dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering
diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut
dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi
yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya
tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga
sebagai filsafat moral.
Syarat
Ada empat hal yang harus ada apabila seseorang ingin dikatakan berakhlak.
1. Perbuatan yang baik atau buruk.
2. Kemampuan melakukan perbuatan.
3. Kesadaran akan perbuatan itu
4. Kondisi jiwa yang membuat cenderung melakukan perbuatan baik atau buruk
Sumber
Akhlak bersumber pada agama. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang. Pembentukan peragai ke arah baik atau
buruk, ditentukan oleh faktor dari dalam diri sendiri maupun dari luar, yaitu kondisi lingkungannya.
Lingkungan yang paling kecil adalah keluarga, melalui keluargalah kepribadian seseorang dapat
terbentuk. Secara terminologi akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Para ahli seperti Al Gazalimenyatakan bahwa
akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan perbuatan baik
tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Peragai sendiri mengandung pengertian sebagai
suatu sifat dan watak yang merupakan bawaan seseorang.
Moral
Moral, etika dan akhlak memiliki pengertian yang sangat berbeda. Moral berasal dari bahasa latin
yaitu mos, yang berarti adat istiadat yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang
baik atau buruk. Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Sedangkan
akhlak adalah tingkah laku baik, buruk, salah benar, penilaian ini dipandang dari sudut hukum yang ada
di dalam ajaran agama. Perbedaan dengan etika, yakni Etika adalah ilmu yang membahas
tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Etika terdiri dari tiga
pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika [9]. Kaidah etika yang biasa dimunculkan
dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan, anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-
tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul
dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan tanggung jawab, nilai dan norma,
serta hak dan kewajiban. Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan
yang dikatakan pada bidang moralitas. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa etika
adalah ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia
2.4 Macam – macam Akhlak
Akhlak Baik (Al-Hamidah)
1. Jujur (Ash-Shidqu)
2. Berprilaku baik (Husnul Khuluqi)
3. Malu (Al-Haya')
4. Rendah hati (At-Tawadlu')
5. Murah hati (Al-Hilmu)
6. Sabar (Ash-Shobr)
Dari 'Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, semoga Allah merelakannya, berkata, "Rasulullah
SAW. bersabda", "Ketika Allah mengumpulkan segenap makhluk pada hari kiamat kelak, menyerulah
Penyeru", "Di manakah itu, orang-orang yang utama (ahlul fadhl) ?". Maka berdirilah sekelompok
manusia, jumlah mereka sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat
berpapasan dengan mereka, lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga,
sipakah kalian ?". Orang-orang ini menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang utama (ahlul fadhl)". "Apa
keutamaan kalian ?", tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami, jika didzalimi, kami
bersabar. Jika diperlakukan buruk, kami memaafkan. Jika orang lain khilaf pada kami, kamipun tetap
bermurah hati". Akhirnya dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian itulah
sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". Setelah itu menyerulah lagi penyeru, :"Di manakan
itu, orang-orang yang bersabar (ahlush shabr) ?". Maka berdirilah sekelompok manusia, jumlah mereka
sedikit, dengan cepatnya mereka bergegas menuju syurga, para malaikat berpapasan dengan mereka,
lalu menyapa mereka. "Kami lihat kalian begitu cepat menuju syurga, sipakah kalian ?". Orang-orang ini
menjawab, "Kamilah itu orang-orang yang sabar (ahlush shabr). "Kesabaran apa yang kalian maksud ?",
tanya para malaikat. Orang-orang ini memperjelas, "Kami sabar bertaat pada Allah, kamipun sabar tak
bermaksiat padaNya. Akhirnya Dikatakan pada mereka, "Masuklah ke dalam syurga, karena demikian
itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal". (Hilyatul Auliyaa'/ Juz III/ Hal. 140)
Akhlak Buruk (Adz-Dzamimah)
Contoh : Mencuri/mengambil bukan haknya. Iri hati. Membicarakan kejelekan orang lain (bergosip).
Membunuh. Segala bentuk tindakan yang tercela dan merugikan orang lain ( mahluk lain).
2.5 Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang itu
menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah,
pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani,
disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai
kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.
Akhlak berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang tua terhadap anak,
dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara
sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, setiap agama telah memerintahkan kepada setiap oarang
yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu
untuk memiliki akhlak yang luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan
tumbuh secara sabar, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka
mempunyai harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari
segala manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya memelihara,mengasuh,
dan mendidik, menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar engkau menjadi seseorang yang
baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhiratDan coba ketahuilah bahwa saudaramu
laki-laki dan permpuan adalah putera ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah
dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana
perlu. Pamanmu, bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat
dan berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap keperluan.
Akhlak bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu susah, mereka
menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, orang
tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti ayah dan ibumu, yaitu cinta dan
hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan,
kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–
sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling
membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan
perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat
bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
Akhlak bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama denganmu,
tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama mereka dengan nasib dan
penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau
timbul tenggelam bersama mereka.
Akhlak beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang lingkup
akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan Tuhan, maupun
secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai umat islam, kita diwajibkan untuk mengetahui serta memperdalam sumber ajaran agama yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Karena sumber ajaran agama islam merupakan merupakan media penuntun agar kita dapat melaksanakan semua perintah Allah dan semua larangan-Nya. Agama islam pun tidak mempersulit kita dalam mempelajari seluk beluk agama islam. Semua itu akan membentuk akhlak dan pribadi baik yang senantiasa taat dan patuh terhadap perintah dan larangan Allah.
3.2 Daftar Pustaka
id.wikipedia.org/wiki/ Akhlak
top related