iii. trammel net laut
Post on 25-Oct-2015
194 Views
Preview:
TRANSCRIPT
3.5. Metode Pengoperasi Trammel Net
3.5.1.Metode pengoperasian trammel net
Trammel net dapat dioperasikan dengan cara dipasang menetap di dasar
perairan ataupun dihanyutkan. Ikan tertangkap secara terjerat atau terpuntal pada
mata jaring. Alat ini dapat juga dioperasikan dengan ditarik lurus ke depan
melalui kedua sisinya atau ditarik menelusuri dasar perairan melalui salah satu
sisinya yang nantinya seakan membentuk seperti lingkaran dengan ujung sisi yang
pertama kali diturunkan sebagai pusat dengan tujuan untuk mendapatkan area
cakupan penangkapan seluas mungkin (sweeping trammel net).
Pengoperasian alat tangkap ini dibiarkan menetap pada dasar perairan atau bisa
juga dengan cara dihanyutkan. Dengan menggunakan cara seperti itu maka ikan
akan tertangkap secara terjerat atau terpuntal pada mata jaring. Satu unit
penangkapan trammel net merupakan satu kesatuan teknis yang saling menunjang
dalam operasional penangkapan. Dalam satu kesatuan teknis tersebut terdiri atas
perahu, nelayan dan alat tangkap itu sendiri (Subani dan Barus, 1989).
Menurut Mulyono (1986), metode pengoperasian trammel net ialah dengan
menghadang gerakan ikan, dan diharapkan ikan akan terpuntal di dalamnya.
Metode dalam pengoperasian trammel net ialah sebagai berikut:
1. Kapal dengan alat tangkap trammel net pergi menuju fishing ground
dimana trammel net akan dioperasikan;
2. Kegiatan penurunan alat tangkap (setting) trammel net, yang diawali
dengan penurunan pemberat, jaring, dan pelampung;
3. Kegiatan perendaman alat tangkap (immersing) trammel net, dimana
perendaman biasanya dilakukan selama 2 – 4 jam; dan
4. Kegiatan penarikan alat tangkap (hauling) trammel net sebagai tanda
operasi penangkapan selesai. Penarikan alat tangkap (hauling) trammel
net dimulai dari penarikan pelampung, jaring, dan diakhiri pemberat.
Trammel net pada dasarnya dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun
intensitasnya dipengaruhi musim. Musim selatan, biasanya pada bulan Juni
sampai September, saat dimana bertiup angin kencang dan laut bergelombang
besar. Trammel net tidak dapat dioperasikan pada musim peralihan, biasanya
berlangsung pada bulan April, Mei, Oktober, dan November, saat dimana kondisi
laut relatif tenang. Trammel net dapat dioperasikan lebih intensif pada musim
barat, biasanya berlangsung pada bulan Desember sampai Maret, saat kondisi laut
saat tenang (Naryo Sadhori, 1985).
3.5.2.Hasil dan pembahasan
Hasil pengamatan pada metode pengoperasian alat tangkap trammel net
tersaji di bawah ini:
Tabel . Hasil Pengamatan dan Pengoperasian Alat Tangkap Trammel Net
No OperasiWaktu
(WIB)Lama (S)
Suhu (0C)
Air Udara
1. Setting 16.41 70 28 30
2. Immersing 16.42 69120 28 30
3. Hauling 11.30 152 30 30
Sumber: Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2013
Penebaran jaring (setting) trammel net dilakukan pada jam 16.41 WIB
sampai dengan jam 16.42 WIB, dalam waktu 1 menit 10 detik untuk proses
penurunan jaring yang dimulai dari penurunan pemberat, tali selambar, tali ris
bawah, jaring utama, tali ris atas, tali pelampung dan pelampung, di daerah fishing
ground. Saat proses penebaran jaring (setting), suhu udara 30oC dan suhu perairan
28 oC. Selanjutnya dilakukan perendaman jaring (immersing) mulai jam 16.42
WIB sampai dengan jam 11.30 WIB. Proses perendaman tersebut dilakukan
selama 19 jam 12 menit. Saat proses perendaman jaring (immersing), suhu udara
30 oC dan suhu perairan 28 oC . Proses terakhir yaitu pengangkatan jaring
(hauling) dilakukan pada jam 11.30 WIB sampai dengan jam 11.32 WIB.
Sedangkan waktu pengangkatannya selama 2 menit 32 detik mulai dari penarikan
pelampung pertama sampai dengan pelampung terakhir. Saat proses pengangkatan
jaring (hauling), suhu udara 30 oC dan suhu perairan 30 oC.
Menurut Mulyono (1986), metode pengoperasian trammel net ialah dengan
menghadang gerakan ikan, dan diharapkan ikan terpuntal di dalamnya. Daerah
yang sering dipilih oleh nelayan ialah daerah perairan pantai yang kedalaman
lautnya sekitar 15 - 30 meter, yang dasar perairannya berupa lumpur, lumpur
campur pasir, bersih daripada kerikil tajam, batu karang dan tonggak bagan serta
landai.
3.6. Hasil Penangkapan Trammel Net
3.6.1.Hasil tangkapan trammel net
Spesies ikan hasil tangkapan trammel net adalah udang penaeid yang
berukuran besar. Selain untuk menangkap udang, trammel net juga digunakan
untuk menangkap ikan tetengkek (Megalacpis cordyla), ikan terbang (Cypselurus
sp.), ikan belanak (Mugil sp.), ikan kuro (Polynemus sp.), ikan alu–alu (Sphyraena
sp.), ikan tenggiri (Scromberomorus commersoni) dan lain-lain. Hasil tangkapan
per hari dari jaring trammel net dapat mencapai 10 – 20 kg (Mulyono,1986).
3.6.2.Hasil dan pembahasan
Hasil tangkapan pada metode pengoperasian alat tangkap trammel net tersaji
di bawah ini:
Tabel . Hasil Tangkapan Trammel NetNo
.
Jenis Ikan Panjang Ikan Terbesar
(cm)
Cara Tertangkap Berat
(gr)
1. – - - -
Sumber: Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2013
Hasil tangkapan dari kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan
trammel net tidak didapatkan ikan. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi. Faktor pertama, karena disebabkan posisi trammel net yang
berada di dasar perairan, dimana pemberat yang terlalu berat sehingga tidak sesuai
dengan kemampuan pelampung. Faktor kedua, yaitu peletakan alat tangkap yang
tidak pada fishing ground karena terlalu dekat dengan bibir pantai. Faktor ketiga,
yaitu jumlah pieces pada jaring trammel net yang minim, sehingga mempengaruhi
hasil tangkapan.
Menurut Naryo Sadhori (1985), immersing trammel net dilakukan pada
malam hari dimana jaring tidak terlihat oleh ikan .agar ikan dapat terpuntal
kedalam jaring. Adapun pada saat praktikum immersing dilakukan pada siang
hari, sehingga ikan tidak terpuntal oleh jaring karena jaring dapat terlihat jelas
oleh ikan.
Lama waktu perendaman (immersing) juga menentukan jumlah hasil
tangkapan. Semakin lama kita merendam jaring maka jumlah hasil tangkapan
yang kita dapat akan semakin banyak. Setelah menunggu selama satu malam kita
akhirnya memperoleh hasil tangkapan bandeng (Chanos chanos) setelah
perendaman maka dilakukan penarikan (hauling) (Mulyono, 1986).
Menurut Naryo Sadhori (1985), fishing ground yang cocok untuk trammel
net adalah perairan pantai yang berdasar lumpur, pasir, atau lumpur campur pasir
dengan kedalaman air berkisar antara 15 – 60 cm dan bertopografi dasar yang
relatif datar. Adapun bentuk dasar laut pada saat praktikum metode penangkapan
ikan daerah fishing ground yang digunakan adalah di tengah laut dengan topografi
dasar yang tidak datar. Kedalamannya pun relatif pendek, akan tetapi banyak
terdapat karang-karang yang sudah mati sehingga ikan pun tidak dapat bertahan
hidup.
Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), apabila saat perendaman jaring
direntang terlalu tegang maka ikan akan sukar terpuntal, dan ikan yang telah
terpuntal pun akan mudah terlepas. Demikian juga jika trammel net terlalu kendur
maka ikan juga akan sulit terpuntal. Terutama bagi ikan yang tertangkapnya
secara entangled, ketegangan rentangan tubuh jaring ini akan mempunyai
pengaruh yang besar.
3.7. Kajian Teknis Trammel Net
3.7.1.Analisis hanging ratio, shortening, tinggi dan luas jaring
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1991),
a. Hanging ratio
Hanging ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara panjang tali
tempat lembaran jaring dipasang dengan panjang tegang yang tergantung
pada tali tersebut.
Hanging ratio (E) =
Panjang tali risBesar mata jaring x Jumlah mata jaring horizontal
b. Shortening (S)
Shortening didefinisikan srbagai nilai perbandingan antara panjang tali ris
tempat lembar jaring dipasang dengan panjang jaring tegang mendatar.
Shortening (S) = 1 - E
c. Tinggi jaring
Tinggi jaring merupakan perbandingan antara besarnya mesh size , mata
jaring vertical dan tinggi tegang.
Tinggi tegang = Besarnya mesh size x ∑ mata jaring vertical
Tinggi jaring (H) = Tinggi tegang x√1−E2
d. Luas jaring
Luas jaring digunakan untuk mengetahui seberapa besar jaring yang
digunakan . Luas jaring diperoleh berdasarkan hanging ratio dan tinggi
jaring.
Luas jaring (S) = E×√1−E2×L×H ×a2
3.7.2.Hasil dan pembahasan
1. Inner net
a. Hanging ratio
Diketahui:
Panjang tali ris = 1089 cm
Besar mata jaring = 4,69 cm
Jumlah mata jaring horizontal = 425
Ditanyakan:
Hanging ratio (E)?
Jawab:
Hanging ratio (E) =
Panjang tali risBesar mata jaring x Jumlah mata jaring horizontal
=
10894 ,69×425
= 0,546
b. Shortening (S)
Diketahui:
Hanging ratio (E) = 0,546
Ditanyakan:
Shortening (S)?
Jawab:
Shortening (S) = 1 - E
= 1 – 0,546
= 0,3454
c. Tinggi jaring
Diketahui:
Besar mata jaring = 4,69 cm
Hanging ratio (E) = 0,546
Jumlah mata jaring vertical = 25
Ditanyakan :
Tinggi jaring (H)?
Jawab :
Tinggi tegang = Besar mata jaring x ∑ Mata jaring vertical
= 4,69 x 25
= 117,25 cm
Tinggi jaring = Tinggi tegang×√1−E2
= 117 ,25×√1−0 , 5462
= 98,23 cm
d. Luas jaring
Diketahui:
Hanging ratio (E) = 0,546
Jumlah mata jaring horizontal (L) = 425
Jumlah mata jarring vertical (H) = 25
Besar mata jaring (a) = 4,69 cm
Ditanyakan:
Luas jaring (S)?
Jawab:
Luas jaring (S) = E×√1−E2×L×H ×a2
= 0 ,546×√1−0 ,5462×425×25×4 , 692
= 106775,66 cm2
= 10,6775 m2
2. Outter net
a. Hanging ratio
Diketahui:
Panjang tali ris = 1089 cm
Besar mata jaring = 11,545 cm
Jumlah mata jaring horizontal = 141
Jumlah mata jaring vertical = 9
Ditanyakan:
Hanging ratio (E)?
Jawab:
Hanging ratio (E) =
Panjang tali risBesar mata jaring x Jumlah mata jaring horizontal
=
108911 , 545×141
= 0,668
b. Shortening (S)
Diketahui:
Hanging ratio (E) = 0,668
Ditanya:
Shortening (S)?
Jawab:
Shortening (S) = 1 - E
= 1 – 0,668
= 0,332
c. Tinggi jaring
Diketahui:
Besar mata jaring = 11,545 cm
Hanging ratio (E) = 0,668
Jumlah mata jaring vertical = 9
Ditanyakan:
Tinggi jaring (H)?
Jawab:
Tinggi tegang = Besar mata jaring x ∑ mata jaring vertical
= 11,545 x 9
= 103,9 cm
Tinggi jaring (H) = Tinggi tegang x√1−E2
= 103 , 9×√1−0 ,6682
= 77,31 cmd. Luas jaring
Diketahui:
Hanging ratio (E) = 0,668
Jumlah mata jaring horizontal (L) = 141
Jumlah mata jarring vertical (H) = 9
Besar mata jaring (a) = 11,545 cm
Ditanyakan:
Luas jaring (S)?
Jawab:
Luas jaring (S) = E×√1−E2×L×H ×a2
= 0 ,668×√1−0 ,6682×141×9×11 ,5452
= 84080,06216 cm2
= 8,4080 m2
3.8. Plotting Posisi Penangkapan Trammel Net
3.8.1.Plotting dengan baringan
Menurut Akmal (1975), pembaringan adalah salah satu cara untuk
menentukan posisi suatu tempat berdasarkan koordinat garis lintang dan garis
bujur bumi. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menentukan arah atau sudut suatu
benda dari kapal dengan mempergunakan pedoman (kompas baring). Cara
membaring ini dapat diperoleh sudut baringan dari dua target baringan yang
dikenal dan terdapat di peta laut dan dapat dilihat secara visual dengan atau alat
bantu. Caranya dengan mencari titik potong dari perpanjangan kedua sudut
tersebut diperoleh posisi kapal pada peta.
Adapun data hasil plotting menggunakan kompas baring tersaji pada tabel di
bawah ini:
Tabel . Pengamatan Baringan pada Trammel NetBaringan LPWP Teluk Awur
Setting 350o 190o
Sumber: Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2013
Plotting posisi penangkapan dengan baringan trammel net saat praktikum
dengan baringan adalah dengan acuan LPWP adalah 350o. Plotting posisi dengan
baringan terhadap Teluk Awur adalah 190°.
Perhitungan:
Diketahui :
Baringan pedoman (Bp) LPWP = 350o
Baringan pedoman (TA) Teluk Awur = 190°.
Variasi peta (Vp) = 0030’00” (Tahun 1995)
Annual (An) = 0030’00”
Ditanya :
a. Baringan sejati LPWP dan Teluk Awur trammel net?
b. Back azimuth LPWP dan Teluk Awur trammel net?
Jawab :
Variasi (V) = Vp + An
= 0030’00” + [(0030’00” x (2013 – 1995))]
= 0030’00” + (0030’00” x 18)
= 0030’00” + 00540’00”
= 00570’00”
= 9030’00”
a. Baringan sejati (Bs)
LPWP = Bp + V
= 3500 + 9030’00”
= 359030’00”
Teluk Awur = TA + V
= 1900 + 9030’00”
= 199030’00”
b. Back azimuth (Ba)
LPWP = Bp - 1800
= 3500 - 1800
= 1700
Teluk Awur = TA - 1800
= 1900 - 1800
= 100
Gambar . Plotting Baringan Trammel Net
Posisi trammel net
3.8.2.Plotting dengan GPS
GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan
penenyuan posisi suatu tempat dengan menggunakan satelit. Sesuai dengan
pengertiannya, GPS dapat digunakan sebagai alat navigasi arah jalur transportasi
baik di darat, laut maupun udara. GPS dapat digunakan sebagai alat survei
geodetik dan dapat digunakan tanpa tergantung waktu dan tempat. GPS saat ini
telah banyak digunakan dalam berbagai bidang aplikasi yang memerlukan
informasi tentang posisi, kecepatan, percepatan dan waktu (Abidin, 2003).
Hasil pengamatan plotting dengan GPS pada alat tangkap trammel net
tersaji dalam tabel berikut:
Tabel . Pengamatan Posisi dengan GPS pada Trammel NetPosisi GPS BT LS
Setting 110038’55,7” 6035’29,4”
Sumber: Praktikum Metode Penangkapan Ikan 2013
Plotting posisi penangkapan dengan GPS trammel net saat praktikum
metode penangkapan ikan yaitu 110038’55,7”BT dan 6035’29,4”LS. GPS
digunakan sebagai alat penunjuk posisi trammel net saat operasi, sehingga kita
dapat mengetahuinya pada peta dengan melihat posisi Bujur Timur dan Lintang
Selatan. Menurut Dirjen Perikanan (1991), GPS dapat memberikan informasi
posisi dan waktu dengan ketelitian sangat tinggi. GPS memperoleh sinyal dari
beberapa satelit yang yang mengorbit bumi. Satelit yang mengitari bumi pada
orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 satelit
sebagai cadangan. Satelit GPS bisa diterima diseluruh permukaan bumi dengan
penampakan antara 4 sampai 8 satelit.
Gambar . Plotting GPS Trammel Net
Posisi trammel net
top related