implementasi cost reduction program pada usaha...
Post on 18-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI COST REDUCTION PROGRAM PADA USAHA KECIL MENENGAH
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan ”57” Salatiga)
Oleh:
ANDRIAS DIMAS KRISTYANTO
NIM: 232008175
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
ii
iii
iv
ABSTRACT
This study is aimed at investigating the solution or alternative method to reduce cost of Perusahaan Makanan “57” Salatiga by means of Cost Reduction Program with the result that the company objective can be achieved. It was taken into consideration that one of the main goals of a company is to produce maximum profit. Cost Reduction Program is a program to suppress the cost from extravagancy in order to create permanent saving flows by means of redesigning, simplify or combining with reducing the activities that considered as the source of extravagancy. The main key for Cost Reduction Program to success is to determine which company activities that give value-added activity to the company and which is give non value added activity. The cost from the activities which is not given any value-added to the company or even inefficient could be reduced with the Cost Reduction Program. The data gathered for this study is a primary data in the form of production activities from the company and also the overview of the company itself. In addition this study also provided with the secondary data which is obtained from the company in the form of cost of production report obtained in March 2013. This study use interviews as a method for collecting the data . The results of this study showed that the implementation of Cost Reduction Program is expected to occur in financial savings of Rp 1,959,895 / month. This program is highly recommended for a company who seek to find an efficient way to gather a maximum profit.
Keyword : value added activity, non value added activity, Cost Reduction Program
v
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi atau alternatif cara penekanan biaya yang merupakan pemborosan bagi Perusahaan Makanan “57” Salatiga melalui Cost Reduction Program sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, salah satu tujuan utama perusahaan adalah optimalisasi laba atau keuntungan. Cost Reduction Program adalah program penekanan biaya yang merupakan pemborosan agar tercipta penghematan permanen dengan cara merancang ulang, menyederhanakan atau menggabungkan dengan mereduksi aktivitas yang merupakan penyebab pemborosan. Kunci keberhasilan Cost Reduction Program adalah dengan menetapkan aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Biaya dari aktivitas yang tidak bernilai tambah dan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien direduksi dengan pendekatan Cost Reduction Program. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan dan gambaran umum perusahaan sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk jadi berupa struktur biaya produksi, diperoleh pada bulan Maret 2013 dan metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap pihak yang berkepentingan, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan Cost Reduction Program diharapkan dapat terjadi penghematan secara finansial sebesar Rp 1,959,895/bulan. Sehingga perusahaan disarankan dapat menerapkan Cost Reduction Program agar memperoleh efisiensi biaya yang akan berdampak pada laba yang maksimal Kata kunci : Aktivitas bernilai tambah, Aktivitas tidak bernilai tambah, Cost Reduction Program
vi
KATA PENGANTAR
Melihat pentingnya Usaha Kecil Menengah dalam perekonomian masyarakat yang
mampu menciptakan lapangan kerja dan dengan pengaruh perkembangan industri yang
meningkat mengakibatkan persaingan usaha semakin ketat, Usaha Kecil Menengah dengan
aktivitas yang tidak efisien akan mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya karena
tujuan utama suatu usaha yaitu optimalisasi laba tidak tercapai. Ketidak efisienan aktivitas akan
menimbulkan biaya. Tujuan perusahaan untuk memperoleh optimalisasi laba tidak didukung
dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan karena terdapat aktivitas tidak bernilai tambah dan
aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien sehingga menyebabkan pengeluaran biaya, tenaga
dan waktu yang tidak perlu. Dengan adanya temuan ini, hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi
pemborosan di Perusahaan Makanan “57” sehingga perusahaan perlu mengelola aktivitasnya
dengan pendekatan Cost Reduction Program. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi kebaikan selanjutnya dan
juga semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis atau pembaca yang beringinan
untuk berbisnis terutama dibidang manufaktur.
Salatiga, 11 Juni 2013
Penulis
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur yang sebesar-besarnya dan rasa terima kasih penulis panjatkan kepada
Allah SWT, karena dengan segala berkat, hikmat dan anugerah-Nya penulis diijinkan
menyelesaikan dengan baik kertas kerja ini sebagai tugas akhir dari masa perkuliahannya.
Penulis juga menyadari bahwa selama masa penulisan tugas akhir ini ada pihak-pihak yang
turut serta memberikan bantuan dan dukungan. Maka perkenankan penulis untuk
menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1) Tuhan Yesus Kristus, atas kharuniaNya memberi kesehatan dan kemudahan untuk
penulis hingga akhirnya kertas kerja ini dapat selesai dengan baik.
2) Kedua orang tua yang tercinta, yang tidak henti-hentinya memberikan doa, semangat dan
dukungan selama ini.
3) Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
tenaga, pikiran, dan waktunya untuk membimbing penulis hingga akhirnya kertas kerja
ini dapat selesai dengan baik.
4) Bapak Hari Sunarto, SE., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
Salatiga.
5) Ibu Supatmi, SE selaku wali studi penulis selama masa studi di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis UKSW.
6) Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW yang sudah
memberikan pengajaran dan ilmu selama masa studi kepada penulis.
viii
7) Seluruh staf tata usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
yang telah memberi bantuan pada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
8) Nyonya Fani selaku pemilik perusahaan dan karyawan-karyawan Perusahaan Makanan
”57” Salatiga, yang membantu dalam pengumpulan data dan informasi tentang
perusahaan.
9) Sahabat-sahabatku di FEB : Nanda Paijo, Osa Hendra, Ivan, Arum, Swasti, Adit Avereli,
Jimmi botak, Iko, Agus, Sri Yudi, Dika, Dendy, Weda, Adit codot , Bintang dan Tim
Futsal Angkatan 2008.
10) Semua pihak yang telah mendukung penyusunan kertas kerja ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, Terimakasih.
Salatiga, 11 Juni 2013
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Cover .......................................................................................................................... i
Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ............................................................................. ii
Lembar Pengesahan ................................................................................................... iii
Abstract....................................................................................................................... iv
Saripati........................................................................................................................ v
Kata Pengantar........................................................................................................... vi
Ucapan Terimakasih .................................................................................................. vii
Daftar Isi .................................................................................................................... ix
1. Pendahuluan ...................................................................................................... 1
2. Telaah Teoritis .................................................................................................. 4
2.1 Cost Reduction Program……………………………………………………… 4
2.2 Implementasi Cost Reduction Program dalam Penghematan Biaya Aktivitas. 4
2.3 Pengelolaan Aktivitas untuk Pengurangan Biaya…………………………….. 4
2.4 Teknologi dalam Program Penghematan Biaya................................................. 7
3. Metode Penelitian…………………………………………………………….. 8
3.1 Jenis Data……………………………………………………………………... 8
3.2 Metode Pengumpulan Data…………………………………………………… 8
3.3 Tehnik Analisis……………………………………………………………….. 8
4. Analisis Data…………………………………………………………………. 9
4.1 Gambaran Objek Penelitian............................................................................... 9
4.2 Analisis Aktivitas-aktivitas yang Ada dalam Proses Produksi Perusahaan....... 11
4.3 Analisis Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah
x
pada Proses Produksi Perusahaan “57”............................................................. 15
4.4 Analisis Aktivitas Bernilai Tambah yang tidak Efisien dalam Proses Produksi
Perusahaan ”57”................................................................................................. 20
4.5 Analisis Aktivitas Tidak Bernilai Tambah yang Menimbulkan Biaya.............. 22
4.6 Analisis Penghematan Biaya Perusahaan dari Implementasi
Cost Reduction Program.................................................................................... 24
4.7 Rekapitulasi Penghematan Biaya dengan Implementasi
Cost Reduction Program................................................................................... 33
5. Kesimpulan dan Implikasi…………………………………………………….. 33
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………… 33
5.2 Implikasi Terapan…………………………………………………………….. 34
5.3 Keterbatasan Penelitian..................................................................................... 35
Daftar Pustaka ............................................................................................................ 37
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................................... 38
��
�
I. PENDAHULUAN
Perkembangan usaha dari waktu ke waktu semakin meningkat begitu pula dengan
perkembangan Usaha Kecil Menengah. Seiring dengan proses usaha yang meningkat, jenis-
jenis produk semakin bertambah jumlah dan harganya sehingga persoalan yang dihadapi
perusahaan terutama usaha kecil menengah dalam bidang industri semakin kompleks.
Manejemen perusahaan dituntut untuk menentukan suatu tindakan dengan memilih berbagai
alternatif dan kebijakan dalam mengambil keputusan agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Salah satu tujuan utama perusahaan adalah optimalisasi laba atau keuntungan.
Usaha Kecil Menengah yang ingin berkembang atau bertahan hidup di pangsa pasar
harus mampu menghasilkan produksi yang tinggi dengan kualitas produk yang baik. Hasil
produksi yang tinggi akan tercapai apabila perusahaannya dalam menjalankan proses
produksinya secara efisien. Efisiensi dalam proses produksi perusahaan dipengaruhi oleh
faktor bahan baku, tenaga kerja, overhead pabrik dan metode produksi.
Perusahaan dalam mencapai tujuan tersebut memerlukan suatu proses yang
membutuhkan perhatian khusus dari pihak manajemen, karena proses terdiri dari atas
bermacam-macam aktivitas. Semakin kompleks aktivitas perusahaan semakin berpeluang
besar terjadinya pemborosan, utamanya akibat dari aktivitas yang tak bernilai tambah (non
value added activity) dan aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) yang tidak
efisien. Salah satu cara untuk menekan biaya dari aktivitas-aktivitas yang tidak efisien yaitu
dengan implementasi Cost Reduction Program. Cost Reduction Program merupakan salah
satu usaha untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan cara menekan biaya perusahaan
untuk mencapai tingkat tertentu (Mulyadi, 1998 : 234).
Cost Reduction Program tidak hanya fokus pada biaya saja, tetapi juga pada aktivitas-
aktivitas yang bisa menimbulkan atau meningkatkan biaya, sehingga akan dianalisis mana
saja aktivitas yang bernilai tambah (value added activity) dan aktivitas yang tidak bernilai
tambah (non value added activity) yang menyebabkan terjadinya pengeluaran atau
pemborosan biaya (non value added cost) untuk aktivitas tidak bernilai tambah tersebut.
Gejala yang mendasari adanya penerapan Cost Reduction Program yaitu dilihat dari
adanya pemborosan dalam proses produksi. Pada umumnya Cost Reduction Program
diterapkan pada industri berskala besar, namun melihat Usaha Kecil Menengah yang
memegang peran penting dalam perekonomian Indonesia baik ditinjau dari segi jumlah usaha
��
�
maupun dalam penciptaan lapangan kerja, mendorong ketertarikan untuk menerapkan
program pengurangan biaya pada Usaha Kecil Menengah, Perusahaan Makanan “57”
Salatiga. Implementasi dengan Cost Reduction Program membantu perusahaan untuk
menekan harga pokok produksi agar laba menjadi meningkat sehingga perusahaan dapat
berkembang atau tetap hidup di pangsa pasar sekarang.
Perusahaan Makanan “57” Salatiga sudah beroperasi sejak tahun 1970 dan terletak di
Jalan Canden, Kutowinangun Tingkir Salatiga. Perusahaan Makanan “57” bergerak dalam
bidang industri makanan ringan, perusahaan ini memproduksi kue kering seperti onde-onde
gandum dan keringan yang kemudian dipasarkan di Salatiga dan kota-kota disekitarnya.
Secara umum aktivitas yang ada di Perusahaan Makanan “57” adalah:
• Tahap sebelum produksi
1. Pembelian bahan baku
2. Penyimpanan bahan baku ke gudang
• Tahap produksi
1. Pengolahan bahan baku menjadi adonan
2. Pembentukan adonan dan Penambahan bahan pelengkap
3. Pemasakan (goreng dan panggang)
4. Pengemasan
• Tahap sesudah produksi
1. Penyimpanan produk jadi ke gudang
2. Perawatan
Perusahaan berusaha untuk melakukan penekanan biaya produksi yang selama ini telah
membebani karena perusahaan belum menerapkan Cost Reduction Program sehingga
aktivitas-aktivitasnya menyebabkan pemborosan biaya, beberapa contoh aktivitas yang
menyebabkan pemborosan di perusahaan makanan “57” Salatiga antara lain:
• pembelian bahan baku dari pemasok luar kota, hal ini menambah biaya
angkut/transportasi.
• keringan wijen gosong atau produk cacat.
• disiplin karyawan yang kurang menyebabkan waktu produksi menjadi lebih panjang.
• penyedian konsumsi karyawan
��
�
• metode penambahan bahan pelengkap (wijen) yang tidak efisien sehingga wijen
banyak yang terbuang.
• penggunaan listrik dan air (sumber daya fleksibel) yang tidak perlu.
Seiring terjadinya pengeluaran dalam melakukan proses produksi dan pengeluaran lainnya
yang berhubungan dengan produk merupakan masalah yang harus diselesaikan.
Biaya produksi dari suatu produk akan mempengaruhi harga pokok produksi, jika
biaya produksi yang dikeluarkan tinggi maka tentunya harga pokok produksi akan meningkat
dan sebaliknya. Dengan demikian, biaya produksi juga berpengaruh dengan laba yang
diperoleh semakin meningkat biaya produksinya maka semakin menurun laba yang diperoleh
perusahaan sedangkan semakin menurun biaya produksinya maka laba yang diperoleh
perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis terdorong untuk mengkaji lebih
jauh tentang bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk menekan biaya
yang terjadi karena proses produksi yang kurang dikelola dengan baik dengan mengunakan
pendekatan Cost Reduction Program.
PersoalanPenelitian
1. Aktivitas apa saja yang terjadi di dalam aktivitas produksi perusahaan?
2. Aktivitas apa saja yang termasuk dalam aktivitas bernilai tambah dan aktivitas
tidak bernilai tambah pada perusahaan?
3. Bagaimana implementasi cost reduction program pada perusahaan makanan
”57”?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari solusi atas aktivitas yang
menyebabkan pemborosan sehingga perusahaan menjadi efisien dan efektif.
Manfaat bagi Perusahaan, perusahaan dapat memahami dan mempertimbangkan
penerapaan Cost Reduction Program dalam menekan pemborosan dalam proses produksinya.
��
�
II. TELAAH TEORITIS
Konsep yang dipilih harus sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga
dapat mendukung dalam menelaah masalah dan persoalan penelitian, serta dapat menghindari
terjadinya perbedaan pengertian makna konsep. Berikut ini merupakan konsep-konsep yang
dipilih dan didefinisikan untuk membantu pembaca dalam memahami penelitian ini.
2.1. Cost Reduction Program
Adalah program penekanan biaya yang merupakan pemborosan agar tercipta
penghematan permanen dengan cara merancang ulang, menyederhanakan atau
menggabungkan dengan mereduksi aktivitas yang merupakan penyebab pemborosan
(Mulyadi, 1998 : 234).
2.2. Implementasi Cost Reduction Program dalam Penghematan Biaya Aktivitas.
Implementasi merupakan pelaksanaan, penerapan atau bisa dikatakan sebagai suatu
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan
terperinci (Nurdin dan Usman, 2002��
Perusahaan dalam usaha mencapai tujuan utamanya yakni laba yang maksimal
mengaharuskan suatu perusahaan untuk bertindak lebih bijaksana dalam menetapkan biaya-
biaya yang akan dikeluarkannya. Pada umumnya biaya timbul dari aktivitas-aktivitas
sehingga untuk menekan biaya-biaya yang ada diperlukan pengendalian atas aktivitas-
aktivitas perusahaan. Cost Reduction Program merupakan salah satu sarana yang dibutuhkan
oleh perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Cost Reduction Program menjadikan
pengurangan biaya sebagai bagian dari strategi untuk memperoleh laba yang maksimal.
Implementasi Cost Reduction Program pada usaha kecil menengah bertujuan untuk
mengurangi biaya perusahaan dengan meminimalisir biaya yang akan timbul pada proses
reduksi, sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam menekan pemborosan tidak
melebihi biaya yang dapat dihemat dan serta untuk mengurangi aktivitas atau material yang
terbuang percuma. Seperti bahan baku, tenaga kerja, waktu, biaya listrik dan air.�
2.3. Pengelolaan Aktivitas untuk Pengurangan Biaya
Kunci keberhasilan penerapan Cost Reduction Program yaitu menetapkan aktivitas
mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas mana yang tidak memberikan nilai tambah
��
�
bagi perusahaan. Aktivitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu, aktivitas bernilai tambah dan
aktivitas yang tidak bernilai tambah.
2.3.1 Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang dibutuhkan agar dapat bertahan
dalam bisnis, aktivitas bernilai tambah jika memenuhi 3 syarat (Hansen dan
Mowen, 2004 : 489).
1. Aktivitas yang menimbulkan perubahan
2. Perubahan itu tidak dapat dicapai oleh aktivitas sebelumnya
3. Aktivitas ini memungkinkan aktivitas lain untuk dapat dilakukan
2.3.2 Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau
aktivitas-aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat diperbaiki
(HansendanMowen,2004:490).
Pengelolaan aktivitas akan dapat mengurangi biaya, sehingga tidak terjadi pemborosan dan
mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah. Biaya dapat ditekan sehingga perusahaan dapat
memperoleh penghematan biaya, pengurangaan biaya dengan pengelolaan aktivitas bisa
dilakukan dengan empat cara (Hansen dan Mowen 2004, 492-493) yaitu:
Efisiensi pelaksanaan aktivitas bernilai tambah
1. Pemilihan aktivitas
pengurangan biaya dilakukan dengan melakukan pemilihan diantara berbagai jenis
aktivitas yang berasal dari strategi bersaing, strategi yang berbeda akan
menghasilkan aktivitas yang berbeda. Setiap strategi memiliki berbagai aktivitas
dan biaya sendiri. Jika semua strategi hasilnya sama maka strategi yang harus
dipilih untuk biaya yang paling rendah.
2. Pembagian aktivitas
pembagian aktivitas dapat meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan
dengan menggunakan skala ekonomis sehingga dengan cara ini dapat menurunkan
biaya per unit.
��
�
Efisiensi pelaksanaan aktivitas yang tidak bernilai tambah
1. Pengurangan aktivitas
pengurangan biaya dilakukan dengan menurunkan waktu dan sumber daya yang
diperlukan oleh aktivitas. Pendekatan terhadap pengurangan biaya ini harus
ditunjukan terutama pada peningkatan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan atau
strategi jangka pendek untuk memperbaiki aktivitas tidak bernilai tambah hingga
aktivitas tersebut dapat dieliminasi, disini aktivitas tetap ada tetapi waktu yang
digunakan dan sumber daya yang dibutuhkan ditekan atau dikurangi sedemikian
rupa.
2. Penghapusan aktivitas
pengurangan biaya memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah, setelah
aktivitas tidak memberikan nilai tambah diidentifikasi, pengukuran harus
dilakukan untuk menghilangkan aktivitas tersebut dari organisasi.
Secara tidak langsung cara dalam mengurangi biaya yaitu dengan mengeliminasi kelebihan
penggunaan sumber daya dalam proses produksi. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam
usaha mengurangi biaya khususnya biaya produksi adalah :
1. Meningkatkan kualitas proses kerja sehingga dapat mengurangi kesalahan.
2. Meningkatkan produktivitas.
3. Mengurangi tingkat persediaan.
4. Memperpendek atau mengeliminasi lini produksi.
5. Mengurangi tempat atau ruang.
6. Mempersingkat waktu tempuh produksi.
Banyak pengusaha ingin menghilangkan atau menghapus aktivitas yang tidak bernilai
tambah dan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien karena ketika aktivitas tersebut
dijalankan akan menyebabkan biaya yang berlebih atau pemborosan sehingga akan
menghambat perkembangan perusahaan. Jadi tujuan perusahaan melakukan cost reduction
program bukan hanya untuk mencapai standar yang ditetapkan tapi juga untuk mengurangi
biaya secara bertahap di bawah standar agar terdapat efisiensi usaha, sehingga biaya yang
dikeluarkan dapat diminimumkan dan laba yang diperoleh maksimal. Disamping itu kualitas
produk tetap dipertahankan sehingga kualitasnya tidak menurun dan tidak mempengaruhi
penjualan produk tersebut.
��
�
Delapan aktivitas utama dalam operasi manufaktur yang sering seringkali disebut sebagai
aktivitas yang tidak perlu dan penyebab pemborosan (Hansen and Mowen, 2011: 349) yaitu :
1. Rusak atau Cacat, adalah segala bentuk kesalahan, error, atau koreksi akibat dari
pekerjaan atau aktivitas yang tidak dilakukan dengan baik sebelumnya
2. Over Produksi, dapat diartikan menghasilkan sesuatu secara berlebihan atau lebih
cepat dari yang dibutuhkan pada tahap berikutnya.
3. Penyimpanan, aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya dimana barang
jadi atau bahan baku disimpan dalam persediaan
4. Proses Ekstra, adalah melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah tidak perlu
dilakukan lagi. Pemborosan jenis ini antara lain proses produksi yang tidak efisien
karena alat yang sudah tidak memadai
5. Pergerakan, pergerakan yang dimaksud di sini adalah pergerakan atau perpindahan
karyawan di tempat kerja yang terlalu sering dan cenderung berlebihan.
6. Pemindahan, aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk
memindahkan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi kesetiap departemen.
7. Waktu tunggu, aktivitas dimana bahan baku atau barang dalam proses menggunakan
waktu dan sumber daya untuk menunggu proses selanjutnya.
8. Desain barang dan jasa yang tidak memenuhi kebutuhan pelanggan.
Efisiensi aktivitas akan dapat menekan biaya, sehingga tidak terjadi pemborosan dan
memaksimalkan aktivitas yang bernilai tambah. Ketika biaya dapat ditekan sehingga
perusahaan dapat memperoleh penghematan biaya.
�
�
2.4. Teknologi dalam Program Penghematan Biaya
Kemajuan teknologi telah menyebabkan siklus hidup produk menjadi lebih singkat
dan keragaman produk semakin meningkat (Hansen and Mowen, 2004 : 216).
Teknologi dalam aspek transportasi, infrastruktur, komunikasi dan ketersediaan energi
harus mampu menunjang program penghematan biaya serta menciptakan nilai tambah, baik
bagi perusahaan maupun pelanggan. Penggunaan tehnologi dalam perusahaan manufaktur
merupakan strategi yang baik dalam penghematan biaya. Perusahaan sebaiknya
menggunakan teknologi yang ada secara efisien, banyak manfaat yang dapat direalisasikan
dengan merancang ulang dan menyederhanakan proses manufaktur saat ini (Hansen and
Mowen, 2011 : 158). Teknologi dalam manufaktur akan memberikan kontribusi terhadap
kemudahan dalam menjalankan aktivitas-aktivitas produksi sehingga akan meningkatkan
produksi.�
Pada akhirnya keputusan dalam penerapan Cost Reduction Program membutuhkan
keputusan mengenai peralatan dan teknologi yang akan digunakan dalam tercapainya
keputusan tersebut, ini menjadi rumit karena terdapat banyak metode alternatif pada semua
fungsi operasi. Tetapi yang paling penting dijadikan pedoman adalah konsep fleksibelitas
yaitu kemampuam untuk merespon dengan sedikit pengorbanan waktu, biaya, dan nilai
konsumen. Hal ini dapat diartikan peralatan yang akan digunakan bersifat modular (standar)
dapat dipindahkan dan murah (Tee, Clifford. 2006).
III. METODE PENELITIAN
Unit analisis berupa organisasi, yaitu Perusahaan Makanan “57” dan Unit pengamatan
berupa unit, yaitu bagian produksi Perusahaan Makanan “57”.
3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data internal. Berupa data primer dan
sekunder, data primer merupakan data yang diperoleh peneliti langsung dari perusahaan
kemudian diolah sendiri oleh peneliti, berupa aktivitas-aktivitas produksi yang dilakukan
perusahaan dan gambaran umum perusahaan sedangkan data sekunder merupakan data yang
diperoleh dalam bentuk jadi berupa struktur biaya produksi.
�
�
3.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menggunakan studi lapangan pada bulan Maret 2013.
Studi lapangan dilakukan dengan menggunakan wawancara digunakan untuk memberi
informasi tentang aktivitas produksi, observasi digunakan untuk memberikan gambaran
tentang aktivitas-aktivitas produksi yang terjadi dalam perusahaan dan dokumentasi, untuk
memberikan data biaya produksi berupa nota pembelian bahan baku, nota pembelian bahan
bakar, rekening listrik dan air.
3.3. Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif, yaitu tehnik analisis
yang berusaha mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas atas obyek yang diteliti. Setelah melakukan analisa
aktivitas maka perusahaan mampu mengetahui aktivitas apa saja yang terjadi dan selanjutnya
perusahaan mampu mengetahui aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk. Untuk aktivitas yang memberikan nilai
tambah harus tetap ditingkatkan seefektif dan seefisien mungkin sedangkan untuk aktivitas
yang tidak memberikan nilai tambah direduksi, dieliminasi atau digunakan secara bersamaan.
Langkah Analisis :
1 Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas produksi yang dilakukan perusahaan.
2 Mengklasifikasikan semua aktivitas produksi ke dalam aktivitas bernilai tambah dan
aktivitas tidak bernilai tambah.
3 Aktivitas yang tidak bernilai tambah kemudian ditekan atau diubah dengan
implementasi Cost Reduction Program sehingga aktivitas-aktivitas produksinya
menjadi efisien dan efektif.
IV. ANALISIS DATA
4.1. Gambaran Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah Perusahaan Makanan “57”.
Perusahaan ini berlokasi Jalan Canden, Kutowinangun Tingkir Salatiga dan masih menyatu
dengan tempat tinggal pemilik perusahaan. Perusahaan makanan “57” didirikan sejak 1970
���
�
oleh Tuan Nyo Ipoo sebagai pemilik, mulai berproduksi pada saat itu juga dan sekarang
diteruskan ke generasi kedua oleh Nyonya Fanni sebagai pemilik sekaligus pimpinan dan
pengawas perusahaan. Perusahaan makanan “57” memproduksi makanan ringan berupa kue
kering, produk yang dihasilkan oleh perusahaan utamanya ada 2 macam, yaitu Onde-onde
gandum dan Keringan wijen. Setiap harinya dalam kondisi normal perusahaan, perusahaan
dapat memproduksi rata-rata mencapai 80 kg untuk setiap jenis produk, belum termasuk
dengan pesanan dan pengaruh dari bulan Ramadhan, Imlek dan Natal. Siklus produksi
perusahaan bersifat harian, artinya dari bahan baku sampai pengolahan menjadi bahan jadi
dan pengemasan dilakukan dalam sehari.
Produk Perusahaan Makanan “57” dipasarkan mulai dari Salatiga sampai dengan
Solo, Boyolali, Sragen, Ambarawa, Ungaran dan Semarang melalui agen-agen yang datang
langsung ke perusahaan untuk mengambil produk jadi. Produk perusahaan “57” dipasarkan
dengan kemasan 5 kg untuk keringan wijen dan kemasan kecil berisi 6 buah untuk onde-onde
gandum. Namun Perusahaan Makanan “57” juga memproduksi kue kering dengan
karakteristik yang berbeda dan kualitas yang lebih baik dari produk keringan yang sudah ada,
dikemas dengan ukuran kecil bermerk dagang “TALISTA”.
Bahan baku utama yang digunakan oleh perusahaan ini adalah gandum, gula, telur,
wijen, ragi, soda kue, minyak dan garam yang diperoleh dari pemasok dari Salatiga dan
bahan baku margarin diperoleh dari pemasok Semarang.
Perusahaan makanan “57” ini memiliki sepuluh orang karyawan dengan pembagian
tugasnya masing-masing yang terdiri dari tujuh karyawan dan tiga karyawati. Setiap harinya
perusahaan beroperasi mulai pukul sembilan pagi sampai pukul empat sore (09:00 – 16:00)
dengan waktu istirahat selama satu jam pada pukul dua belas dan aktivitas perusahaan
diliburkan ketika hari raya, dalam menunjang kegiatan karyawan perusahaan menyediakan
konsumsi dengan kebebasan karyawan mengambil beras di gudang ditambah sayur dengan
anggaran belanja mencapai Rp 25.000 setiap harinya. Proses pembuatan adonan, tiga
karyawan bertugas dalam pembuatan adonan untuk onde-onde gandum dan dua karyawan
bertugas dalam pembuatan adonan untuk kue keringan, kemudian dalam proses penambahan
bahan pelengkap (wijen) untuk masing-masing jenis adonan terdapat satu karyawan yang
bertugas dalam adonan onde-onde gandum dan satu karyawan yang bertugas dalam adonan
keringan. Karyawan yang bertugas dalam proses pemasakan adonan masing-masing satu
karyawan, yang bertanggungjawab dalam pemanggangan adonan keringan di tungku kayu
���
�
dan yang bertugas dalam proses pengorengan untuk adonan onde-onde gandum, ketika semua
produk sudah jadi ada satu karyawan yang bertugas dalam proses pengemasan. Karena
perusahaan ini adalah perusahaan kecil maka tidak terdapat struktur organisasi yang besar
dan secara sederhana susunan pembagian tugas karyawan dapat digambarkan dengan tabel
sebagai berikut:
Tabel 3.1
Pembagian Tugas Karyawan Perusahaan Makanan “57”
Produk
Bag.pengolahan
adonan
Bag.penambahan
pelengkap
Bag.
pemasakan
Bag.
pengemasan
Onde-onde gandum 2 karyawan 1 karyawati 1 karyawan 1 karyawati
Keringan 3 karyawan 1 karyawati 1 karyawan
4.2. Analisis Aktivitas-aktivitas yang Ada dalam Proses Produksi Perusahaan
Aktivitas pada produksi Perusahaan Makanan ”57” secara umum ada 3 tahap, yaitu
tahap sebelum produksi, tahap produksi, dan tahap sesudah produksi.
4.2.1 Analisis Aktivitas Sebelum Produksi
Aktivitas perusahaan sebelum produksi yaitu pemesanan bahan baku. Bagian pemesanan bahan baku dimulai dengan menghubungi pemasok yang akan memasok bahan baku ke perusahaan, pemesanan bahan baku dilakukan oleh pemilik melalui telepon dan dilakukan setiap bulan atau ketika persedian bahan baku mulai habis. Masalah yang sering dialami dalam pengiriman bahan baku dari pemasok yaitu proses pengiriman yang mengalami keterlambatan dan karena bahan baku tidak berasal dari pemasok yang sama maka menyebabkan perbedaan dalam siklus pengiriman. Bahan baku yang dipakai dalam proses pembuatan kue kering ini diperoleh dari Salatiga dan Semarang.
Jika diringkas aktivitas-aktivitas sebelum produksi adalah sebagai berikut:
1. Pemesanan bahan baku • Menghubungi pemasok yang akan memasok bahan baku ke perusahaan
melalui telepon.
2. Penerimaan bahan baku
• Memindah bahan baku ke gudang dan terkadang mengalami keterlambatan dalam pengiriman.
���
�
3. Penyimpanan bahan baku
• Menyimpan bahan baku di gudang sebelum diproduksi.
4.2.2 Analisis Aktivitas yang Terjadi dalam Proses Produksi
Perusahaan makanan “57” utamanya memproduksi 2 macam produk, yaitu onde-onde
gandum dan keringan. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi 2 produk ini pada
dasarnya sama, yang membedakan adalah untuk adonan onde-onde gandum bahan bakunya
adalah gandum, gula, margarin, telur, wijen, garam, ovalet, soda kue, minyak dan air dan
untuk adonan keringan tidak menggunakan telur sebagai bahan bakunya dan penambahan air
yang sedikit lebih banyak sehingga adonan lebih cair. Pengolahan untuk kedua adonan
tersebut tentunya berbeda, untuk adonan onde-onde gandum dibentuk bulat berisi dan proses
pemasakan dengan menggunakan metode goreng sedangkan untuk adonan keringan dibentuk
bulat pipih dan proses pemasakan melalui metode panggang dengan tungku kayu.
Secara singkat gambaran proses memproduksi onde-onde gandum pada gambar:
Gambar 1.1
Proses produksi onde-onde gandum
Pengambilan bahan baku di gudang
bahan baku ditimabang
Bahan baku di masukkan ke tempat khusus
Diaduk hingga rata
Penambahan air sedikit-
sedikit
diuleni
Proses penggorengan
Penambahan bahan
pelengkap
Pembentukan adonan
Adonan Onde-onde
gandum
ditaburi gandum
wijen
dikemas ditiriskan
� �����������
���
�
Gambar 1.2
Proses produksi keringan wijen
Produksi Onde-onde gandum dan keringan dimulai dengan pengambilan bahan baku
di gudang kemudian ditimbang sesuai standar perusahaan atau sesuai karakteristik pesanan,
dalam proses ini banyak bahan baku yang terbuang karena kecerobohan karyawan dan
takaran bahan baku yang tidak sesuai dikarenakan saat penimbangan karyawan
melakukannya dengan tergesa-gesa. Bahan baku yang sudah siap dimasukan kedalam tempat
pengadukan (ember) dan diaduk hingga rata dengan menambahkan air sedikit demi sedikit
kemudian bahan adonan diuleni hingga kalis atau sampai adonan tidak terdapat gumpalan-
gumpalan gula atau gandum. Aktivitas ini membutuhkan waktu kurang lebih selama 1 jam
untuk setiap adonan.
Selesai pembuatan adonan, adonan diistirahatkan selama kurang lebih 20 menit, ini
dimaksudkan agar adonan mengembang. Selama proses menunggu adonan siap untuk masuk
kedalam proses selanjutnya, karyawan membuat lagi adonan onde-onde gandum dan
keringan yang lain, setiap harinya perusahaan dapat membuat 6-8 adonan onde-onde gandum
dengan setiap adonan menghasilkan kurang lebih 300 buah onde-onde gandum dan 4-5
adonan keringan dengan setiap adonan menghasilkan kurang lebih 20 kg.
Pengambilan bahan baku di gudang
bahan baku ditimbang
Bahan baku masuk dalam tempat khusus
Diaduk hingga rata
Penambahan air sedikit-
sedikit
diuleni
Menempatkan dalam loyang
Penambahan bahan pelengkap
Pencetakan adonan
Adonan Keringan
ditaburi gandum
wijen
ditiriskan Proses panggang
dikemas
Waktu Tunggu
���
�
Proses Onde-onde gandum
Masuk dalam proses selanjutnya, adonan yang sudah siap kemudian dibentuk dalam
ukuran kecil saat proses pembentukan, adonan diberi taburan gandum agar saat pembentukan
tidak lengket. Adonan dengan ukuran kecil-kecil kemudian diberi bahan pelengkap berupa
wijen dengan cara adonan dalam bentuk kecil di tempatkan pada (tampah) dan diberi wijen
kemudian tampah tersebut digoyang agar wijen-wijen dapat menempel rata dalam adonan
onde-onde gandum, proses menambahkan wijen dengan cara menggoyang tampah (seperti
menampi beras) menyebabkan banyak wijen yang terbuang.
Selesai proses sebelumnya, adonan kemudian digoreng dengan minyak yang panas
proses ini membutuhkan waktu sekitar 5 menit setelah itu bahan jadi atau onde-onde gandum
ditiriskan pada tempat yang sudah dilapisi kertas agar minyak yang tersisa dapat terserap.
Selama proses penirisan ini, terdapat 3 kipas angin dengan ukuran besar (diameter 30 cm)
yang digunakan untuk mempercepat proses pendinginan pada onde-onde gandum. Setelah
onde-onde siap kemudian onde-onde gandum dikemas ukuran kecil dengan setiap kemasan
berisi 6 buah onde-onde gandum.
Proses Keringan wijen
Masuk dalam proses selanjutnya, adonan yang sudah siap kemudian dibentuk dalam
ukuran bulat kecil dan pipih. Saat proses pembentukan, adonan diberi taburan gandum agar
saat pembentukan tidak lengket. Adonan dengan ukuran kecil-kecil kemudian masuk dalam
penambahan bahan pelengkap berupa wijen dengan menaburkan wijen diatas adonan yang
sudah dicetak bundar pipih.
Selesai proses sebelumnya, adonan kemudian diletakkan pada loyang yang berbentuk
datar, dengan setiap loyang dapat menampung 30 buah keringan wijen dan selanjutnya
loyang-loyang yang sudah terisi dimasukkan kedalam tungu kayu proses ini membutuhkan
waktu sekitar 10 menit, untuk setiap pemanggangan dapat menampung maksimal 18 loyang.
Setelah 10 menit loyang-loyang tersebut dikeluarkan secara satu per satu dan ditiriskan,
dalam proses ini sering dijumpai sebagian kue keringan yang berada pada 1-2 loyang terakhir
dalam pengambilan dari tungku kayu mengalami overcook atau gosong. Setelah loyang-
loyang yang ditiriskan menjadi dingin, karyawan kemudian melepaskan kue kering dari
loyang dengan metode membalik loyang dan menghentakkan secara berlahan. Kue keringan
���
�
yang sudah siap kemudian masuk dalam proses pengemasan dengan berat bersih setiap
kemasan 5 kg.
Dari semua aktivitas perusahaan dalam proses produksi Onde-onde gandum dan kue
keringan di atas, maka tahap-tahap aktivitas perusahaan jika diringkas sebagai berikut:
1. Pengambilan bahan baku • Mengambilan bahan baku dari gudang. • Menimbang bahan baku.
2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan • Proses membuat adonan
- Bahan baku diaduk rata dengan menambahkan air sedikt demi sedikit. - Bahan baku diuleni hingga kalis. - Adonan diistirahatkan selama 20 menit.
3. Pembentukan adonan • Adonan dipotong dan dibentuk dalam ukuran kecil. • Menambahkan wijen.
4. Pemasakan adonan
• Onde-onde Gandum - Menyiapkan pengorengan. - Menggoreng adonan. - Meniiriskan produk jadi.
• Keringan wijen - Menyiapkan tungku bakar. - Pemanggangan adonan. - Pengambilan loyang dalam tungku kayu. - Meniiriskan produk jadi.
5. Pengemasan • Mengemas produk.
4.2.3 Analisis Aktivitas Sesudah Produksi
Aktivitas terakhir yang dilakukan setelah proses produksi selesai adalah menyimpan
produk jadi ke gudang penyimpanan dan setelah itu karyawan membersihkan semua
perlengkapan, peralatan, tungku kayu dan area pabrik. Ini dimaksudkan untuk menjaga
kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari kerusakan.
Jika diringkas aktivitas-aktivitas sebelum produksi adalah sebagai berikut:
1. Penyimpanan bahan jadi • Menyimpan bahan jadi di gudang.
���
�
2. Perawatan • Membersihkan peralatan, tungku kayu dan area pabrik.
4.3. Analisis Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah pada
Proses Produksi Perusahaan “57”
Perusahaan dalam menerapkan cost reduction program perlu membedakan aktivitas
bernilai tambah dengan aktivitas tidak bernilai tambah. Untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan perusahaan bernilai tambah atau tidak, maka perlu dilakukan analisis pada aktivitas
produksi Perusahaan Makanan “57”.
4.3.1 Analisis Aktivitas Sebelum Produksi
Aktivitas sebelum proses produksi akan dimulai dengan memesan bahan baku,
perusahaan dalam proses pemesanan bahan baku yaitu melalui telepon oleh pemilik dan
dilakukan setiap bulan. Perusahaan selanjutnya menunggu pengiriman dari pemasok. Bahan
baku yang sudah dikirim pemasok, diterima perusahaan dan kemudian dipindahkan ke
gudang untuk disimpan. Aktivitas ini tidak bernilai tambah karena dengan memesan,
menunggu, memindah dan menyimpan bahan baku di gudang tidak menimbulkan perubahan
untuk bahan baku tersebut dan karyawan tidak melakukan kegiatan produksi.
Klasifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada pembelian
bahan baku Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:
Tabel 4.1
Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah
Bagian Pembelian Bahan Baku
Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai Tambah
Aktivitas tidak Bernilai Tambah
1. Pemesanan bahan baku
- menghubungi pemasok memesan ke pemasok melalui telepon
2. Penerimaan bahan baku
- memindah bahan baku memindah bahan baku ke gudang
menunggu pengiriman dari pemasok
3. Penyimpanan bahan baku
- menyimpan bahan baku menyimpan bahan baku di gudang
���
�
Aktivitas yang terjadi dalam Pembelian Bahan Baku Perusahaan Makanan ”57” yang
termasuk aktivitas tidak bernilai tambah yaitu memesan bahan baku dengan menghubungi
pemasok melalui telepon, menunggu pengiriman bahan baku dari pemasok, memindahkan
bahan baku dan menyimpan bahan baku di gudang.
4.3.2 Analisis Aktivitas dalam Proses Produksi
Aktivitas produksi dimualai dengan mengambil dan menimbang bahan baku sesuai
dengan standar perusahaan, aktivitas ini merupakan aktivitas tidak bernilai tambah karena
tidak menimbulkan perubahan. Kemudian bahan baku yang sudah diambil dari gudang masuk
kedalam tempat pengolahan, ditempat tersebut bahan baku masuk dalam proses pencampuran
dengan penambahan air sedikit demi sedikit sampai menjadi adonan yang kalis, aktivitas ini
merupakan aktivitas bernilai tambah karena dengan adonan yang baik (kalis) akan
menghasilkan produk dengan kualitas yang maksimal, tetapi selanjut pada perlakuan adonan
tersebut terdapat proses fermentasi adonan yang membutuhkan waktu tunggu sekitar 20
menit agar adonan mengembang, aktivitas ini merupakan aktivitas tidak bernilai tambah
namun prosesnya diperlukan dalam pembuatan produk. Aktivitas berikutnya yaitu
membentuk adonan dengan serta menaburi tepung gandum ke adonan agar tidak lengket dan
menambahkan bahan pelengkap berupa wijen, proses ini merupakan aktivitas bernilai tambah
karena pembentukan dan penambahan wijen nantinya akan menghasilkan produk dengan
ukuran dan tampilan yang khas dari onde-onde gandum dan keringan wijen
Masuk dalam proses selanjutnya yaitu proses pemasakan dengan metode panggang
dan goreng, aktivitas ini merupakan aktivitas yang bernilai tambah karena proses ini
merupakan aktivitas yang paling penting sebab tanpa proses pemasakan, adonan tidak akan
matang sehingga akan tidak layak konsumsi. Pada proses masak dengan metode panggang,
karyawan sering kali terlambat untuk mengangkat loyang-loyang dalam tungku kayu
sehingga 2 loyang yang tersisa dalam setiap proses panggang mengalami kerusakan (gosong),
hal ini menyebabkan produk tidak layak untuk dipasarkan. Produk yang sudah matang
kemudian ditiriskan, pada proses penirisan untuk produk onde-onde gandum terdapat
penggunaan alat elektronik yang tidak diperlukan. Penggunaan alat elektronik dalam waktu
yang lama akan menyebabkan pemborosan listrik dan menambah biaya. Produk yang sudah
siap kemudian dikemas dengan ukuran yang sudah ditentukan, dari aktivitas ini sering
didapati karyawan yang mengobrol, tindakan dari karyawan ini merupakan aktivitas yang
tidak bernilai tambah sebab hal ini membuat para karyawan tidak bekerja dengan maksimal.
��
�
Klasifikasi aktivitas bernilaiA tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada proses
produksi Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:
Tabel 4.2
Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah
Bagian Produksi
Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai
Tambah Aktivitas tidak
Bernilai Tambah 1. Pengambilan bahan baku dari gudang
- mengambil bahan baku memindah bahan baku
- menimbang bahan baku menimbang bahan baku
2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan
menambahkan air
pengadukan bahan baku dan air menjadi adonan setengah jadi
- adonan setengah jadi diuleni hingga kalis
adonan diuleni menjadi kalis
- adonan diistirahatkan selama 20 menit fermentasi adonan waktu tunggu 20 menit
3. Pembentukan adonan - proses membentuk adonan
adonan dibentuk ukuran kecil
- proses penambahan pelengkap menambahkan wijen
4. Pemasakan adonan
a) Onde-onde gandum
- menyiapkan penggorengan memanaskan minyak dalam pengorengan
- mengoreng adonan adonan digoreng hingga masak waktu tunggu 10 menit
- meniriskan penirisan dan penggunaan kipas angin
b) Keringan wijen - menyiapkan bahan bakar mengambil kayu bakar - menyiapkan panggangan
memanaskan tungku dengan kayu bakar
- memanggang adonan
adonan dipanggang hingga masak waktu tunggu 10 menit
- mengambil loyang
- meniriskan penirisan
5. Pengemasan
- mengemas produk jadi pengemasan produk dengan ukuran tertentu
��
�
Pada aktivitas produksi yang merupakan aktivitas bernilai tambah yaitu pengolahan bahan
baku hingga menjadi adonan kalis, memotong dan membentuk serta menambahkan wijen,
memasak adonan dan mengemas produk jadi. Aktivitas ini juga terdapat aktivitas yang tidak
bernilai tambah seperti kecerobohan karyawan, waktu tunggu yang tidak tepat, aktivitas
mengobrol karyawan, penirisan, penggunaan alat elektronik, waktu istirahat karyawan,
menyimpan produk jadi, membersihkan peralatan dan pengecekan tungku kayu.
4.3.3 Analisis Aktivitas Sesudah Proses Produksi
Aktivitas selanjutnya yaitu penyimpanan hasil produksi. Proses ini merupakan
aktivitas yang tidak bernilai tambah karena ketika onde-onde gandum dan kue keringan sudah
dikemas, produk sudah siap untuk dipasarkan.
Aktivitas akhir dari perusahaan adalah membersihkan semua perlengkapan, peralatan,
tungku kayu dan area pabrik. Ini merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah namun
harus dilakukan untuk menjaga kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari
kerusakan.
Klasifikasi aktivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah pada aktivitas
sesudah proses produksi Perusahaan Makanan “57” sebagai berikut:
Tabel 4.3
Aktivitas Bernilai Tambah dan Aktivitas Tidak Bernilai Tambah
Aktivitas Sesudah Proses Produksi
Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai
Tambah Aktivitas tidak Bernilai Tambah 1. Penyimpanan bahan jadi
- menyimpan produk memindah produk ke gudang
penyimpanan produk di gudang
2. Perawatan
- membersihkan peralatan pembersihan alat-alat kerja dan area pabrik
- membersihkan area pabrik
- mengecek tungku kayu pengecekan tungku kayu
���
�
Selama aktivitas sesudah proses produksi tidak terdapat aktivitas bernilai tambah, karena
aktivitas tersebut tidak menimbulkan perubahan pada produk perusahaan.
4.4. Analisis Aktivitas Bernilai Tambah yang tidak Efisien dalam Proses Produksi
Perusahaan ”57”
Perusahaan dalam menjalankan proses produksi memerlukan aktivitas yang
memberikan nilai tambah bagi perusahan agar terciptanya produk dengan standar perusahaan
dan penggunaan bahan baku yang efisien. Namun, masih terdapat aktivitas bernilai tambah
pada perusahaan ini yang menimbulkan pengeluaran biaya yang tidak perlu karena aktivitas
bernilai tambah tersebut tidak efisien dan perusahaan sebenarnya mampu untuk memperbaiki
aktivitas tersebut. Aktivitas bernilai tambah pada perusahaan hanya terdapat pada proses
produksi karena hanya dalam proses produksi, bahan baku mentah diolah menjadi bahan jadi
yang siap untuk dikonsumsi.
Aktivitas perusahaan pada tahap proses mencampur bahan baku dan menguleni
adonan hingga kalis merupakan aktivitas yang memang perlu dilakukan perusahaan.
Kemudian dalam proses penambahan bahan pelengkap (wijen) pada produk onde-onde
gandum terdapat pemborosan pada penggunaan wijen karena metode penambahan dengan
(seperti menampi beras pada tampah) menyebabkan banyak wijen yang terbuang sehingga
proses ini menjadi tidak efisien, masuk dalam proses memasak adonan hingga menjadi
produk jadi merupakan salah satu aktivitas utama perusahaan dan aktivitas tersebut penting
dalam proses memasak untuk produk onde-onde gandum perusahaan memakai gas ukuran 12
kg sebagai bahan bakarnya namun penggunaan gas 12 kg ini masih bisa ditekan pengeluaran
biayanya karena harga gas 12 kg di pasaran cenderung mengalami kenaikan dibandingkan
gas 3 kg yang harganya lebih stabil dan murah, terlebih gas ukuran 12 kg rawan terjadinya
kecurangan yaitu dengan isi gas yang dikurangi.
Setelah itu produk jadi akan dikemas oleh satu karyawan dengan dibantu karyawan
yang bebas tugas untuk kemudian disimpan dan dipasarkan.
���
�
Tabel 4.4
Aktivitas Bernilai Tambah dan Penyebab Pemborosan
Aktivitas Perusahaan Aktivitas Bernilai Tambah Pemborosan 1. Pengambilan bahan baku
- mengambil bahan baku dari gudang
- menimbang bahan baku
2. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan
menambahkan air pengadukan bahan baku dan air menjadi adonan setengah jadi
- adonan setengah jadi diuleni hingga kalis adonan diuleni menjadi kalis
- adonan diistirahatkan selama 20 menit adonan mengalami fermentasi
3. Pembentukan adonan
- proses membentuk adonan adonan dibentuk ukuran kecil
- proses penambahan pelengkap menambahkan wijen metode penambahan wijen tidak efisien
4. Pemasakan
a) Onde-onde gandum
- menyiapkan penggorengan
- mengoreng adonan adonan digoreng hingga masak penggunaan gas 12 kg
- meniriskan
b) Keringan wijen
- menyiapkan panggangan
- memanggang adonan adonan dipanggang hingga masak
- mengambil loyang dari tungku kayu
- meniriskan
5. Pengemasan
- mengemas produk jadi pengemasan produk dengan ukuran tertentu
- menyimpan produk jadi
Pemborosan yang terjadi di Perusahaan disebabkan oleh tidak efisiensinya aktivitas dan
aktivitas karyawan yang tidak perlu dilakukan, ini menyebabkan kinerja karyawan menjadi
tidak maksimal. Perusahaan seharusnya dapat mengurangi pemborosan yang terjadi jika
aktivitas yang menimbulkan pemborosan dapat dikelola dengan efisien.
���
�
4.5. Analisis Aktivitas Tidak Bernilai Tambah yang Menimbulkan Biaya
Aktivitas perusahaan dalam proses produksi yang tidak bernilai tambah tidak
semuanya bisa direduksi atau dieliminasi karena aktivitas tidak bernilai tambah tersebut
memang perlu dilakukan perusahaan, itu dampak dari masih minimnya teknologi yang
dipakai perusahaan dalam menjalankan aktivitas produksinya. Namun aktivitas tidak bernilai
tambah perusahaan yang dapat direduksi atau dieliminasi tidak semuanya memberikan
penghematan biaya secara langsung tetapi terdapat aktivitas tidak bernilai tambah yang
apabila dikelola dengan baik maka akan memberikan penghematan biaya yang material bagi
perusahaan.
Aktivitas pembelian dari pemasok Semarang, akan menimbulkan biaya tambahan
untuk transportasi dan waktu tunggu yang lebih lama dibandingkan aktivitas pembelian dari
Salatiga. Aktivitas pembelian dari pemasok Semarang disebabkan karena perusahaan
menggunakan bahan baku mentega dengan merk dagang tertentu dimana mentega dengan
merk tersebut di pasaran Salatiga tidak ada sehingga perusahaan memesan bahan baku
mentega dari pemasok Semarang.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya terdapat aktivitas tidak bernilai tambah
tetapi aktivitas tersebut penting untuk dilakukan seperti menyimpan bahan baku di gudang
hal ini bertujuan untuk memudahkan penyediaan bahan baku dalam proses produksi,
menimbang dan memindah bahan baku bertujuan untuk mengukur standar pemakaian bahan
baku dan karena teknologi yang terbatas maka pemindahan bahan baku dilakukan dengan
tenaga karyawan, waktu tunggu untuk adonan bertujuan agar adonan dapat mengembang,
meniriskan produk jadi, menyimpan produk jadi di gudang.
Proses masak melalui metode panggang dengan tungku kayu untuk produk keringan
wijen dalam setiap panggangan, tungku kayu dapat memuat 18 loyang dan karena dalam
pengambilan loyang harus hati-hati dimaksutkan agar loyang tidak jatuh ke bara api sehingga
dalam proses pengambilan loyang dilakukan tidak secara cepat sehingga terdapat sebagian
keringan wijen dari loyang terakhir dalam pengambilan mengalami (gosong) kerusakan atau
cacat. Produk rusak merupakan bentuk dari inefisiensi perusahan dan disebabkan oleh
kesalahan karyawan dalam pengambilan loyang dari tungku yang tidak tepat waktu dan
kapasitas tungku yang terlalu berlebih.
���
�
Proses penyimpanan merupakan aktivitas tidak bernilai tambah namun bertujuan
untuk mengantisipasi jika ada konsumen yang tiba-tiba datang untuk membeli sehingga
peruahaan masih memiliki persediaan untuk langung dijual. Aktivitas terakhir dari
perusahaan adalah membersihkan semua perlengkapan, peralatan, tungku kayu dan area
pabrik. Ini merupakan aktivitas yang tidak bernilai tambah namun harus dilakukan untuk
menjaga kebersihan dan juga menjaga keawetan peralatan dari kerusakan.
Tabel 4.5
Aktivitas Tidak Bernilai Tambah dan Aktivitas yang dapat dikelola
Aktivitas Perusahaan Aktivitas tidak Bernilai
Tambah Aktivitas yang dapat dikelola
1. Pembelian Bahan baku
- memesan bahan baku dari pemasok menghubungi pemasok pembelian bahan baku dari Semarang
- menerima bahan baku dari pemasok
- menyimpan bahan baku
2. Pengambilan Bahan Baku
- mengambil bahan baku dari gudang memindah bahan baku - menimbang bahan baku menimbang bahan baku
3. Pemrosesan bahan baku menjadi adonan - bahan baku diaduk rata dengan
menambahkan air - adonan setengah jadi diuleni hingga
kalis
- adonan diistirahatkan selama 20menit waktu tunggu 20 menit
4. Pembentukan Adonan
- proses membentuk adonan
- proses penambahan pelengkap
5. Pemasakan
a) Onde-onde gandum
- menyiapkan penggorengan memanaskan minyak dalam pengorengan
- mengoreng adonan waktu tunggu 10 menit
- meniriskan penirisan dan penggunaan kipas angin pengunaan kipas angin
b) Keringan wijen
- menyiapkan panggangan memanaskan tungku dengan kayu bakar
- memanggang adonan waktu tunggu 10 menit
- mengambil loyang dari tungku kayu
- meniriskan penirisan
���
�
Tabel 4.5 (lanjutan)
Aktivitas Tidak Bernilai Tambah dan Aktivitas yang dapat dikelola
Aktivitas Perusahaan Aktivitas tidak Bernilai
Tambah Aktivitas yang dapat dikelola
6. Pengemasan
- mengemas produk jadi
- menyimpan produk jadi penyimpanan produk ke gudang
7. Perawatan - membersihkan perlengkapan,
peralatan dan area pabrik pembersihan alat-alat kerja dan area pabrik
- mengecek tungku kayu pengecekan tungku kayu
Waktu istirahat dimanfaatkan karyawan untuk mengobrol dan makan, dalam aktivitas
ini terdapat pemborosan terhadap penggunaan beras untuk konsumsi 10 karyawan dimana
perusahaan setiap harinya menyediakan 4 kg beras dan uang untuk pembelian sayur.
Pengunaan kipas angin dalam proses penirisan produk menyebabkan pemborosan
dalam pemakaian listrik, timing yang tidak tepat dalam pengambilan loyang dari tungku kayu
menyebabkan sebagian produk mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dipasarkan serta
kecerobohan dan aktivitas mengobrol karyawan menyebabkan kinerja karyawan tidak
maksimal
4.6. Analisis Penghematan Biaya Perusahaan dari Implementasi Cost Reduction
Program
Dari hasil analisis biaya-biaya aktivitas yang ada pada Perusahaan Makanan ”57”,
terlihat adanya biaya yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah. Biaya tidak bernilai
tambah terjadi karena pelaksanaan aktivitas tidak bernilai tambah dan pelaksanaan aktivitas
bernilai tambah yang tidak efisien. Dengan menganalisis aktivitas diharapkan perusahaan
bisa mengetahui aktivitas-aktivitas mana yang bisa direduksi atau aktivitas mana yang bisa
dihilangkan sehingga perusahaan akan memperoleh perbaikan-perbaikan atas aktivitas-
aktivitas yang ada dan tercipta penghematan biaya aktivitas demi tercapainya laba yang
maksimal.
���
�
4.6.1 Analisis Penghematan pada Aktivitas Pembelian Bahan Baku
Perusahaan dalam aktivitas pembelian bahan baku mempunyai dua pemasok yaitu
dari Salatiga dan Semarang, bahan baku yang dibeli dari Semarang yaitu bahan baku
margarin dan sisanya dibeli dari pemasok Salatiga, pembelian margarin dari pemasok
Semarang disebabkan keserdiaan margarin di Salatiga terbatas sehingga perusahaan memesan
dari Semarang. Aktivitas pembelian bahan baku dari pemasok yang berlokasi di luar kota,
yaitu Semarang menimbulkan waktu tunggu menjadi lama dan pembebanan biaya
transportasi kepada pihak perusahaan sebesar 5 % dari pembelian. Perusahaan dalam
melakukan pembelian dilakukan secara kredit sehingga tidak mendapat potongan pembelian
dari pemasok.
Pembebanan biaya transportasi ini merupakan pemborosan biaya karena dalam
pembelian bahan baku perusahaan seharusnya tidak perlu melakukan pembayaran atas biaya
transportasi. Untuk mengurangi pemborosan biaya, aktivitas ini dapat dikelola dengan
pemilihan aktivitas (Activity Selection). Aktivitas pembelian bahan baku dari pemasok
Semarang dapat digantikan melalui pembelian bahan baku margarin berkualitas satu tingkat
dibawah dari pemasok Semarang serta harga yang lebih murah dengan keserdiaan bahan baku
dari pemasok Ambarawa, sehingga pemborosan yang terjadi karena biaya tambahan
transportasi dan pembelian bahan baku margarin dapat ditekan.
Tabael 4.6
Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Pembelian Bahan baku
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi
Pembelian bahan baku
Tambahan biaya transportasi karena jarak tempuh pengiriman dari pemasok Semarang ke perusahaan jauh
Membeli bahan baku dari pemasok Ambarawa dengan merk berbeda tetapi kualitas yang sama dan harga lebih murah
���
�
Tabel 4.7
Analisis biaya aktivitas dari Aktivitas Pembelian bahan baku
Aktivitas sebelum penerapan estimasi
sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction
Program Program
Pembelian bahan baku margarin Rp 1.522.500 Rp 1.310.000 Rp 242.500
Perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku margarin merk “A” dari
pemasok Semarang umumnya membeli 10 dus dengan harga beli Rp 145.000/dus
(harga pasaran margarin di Semarang, maret 2013) dan biaya transportasi sebesar 5
% dari pembelian sedangkan margarin merk “B” di Ambarawa Rp 131.000/dus
(harga pasaran margarin di Ambarawa, maret 2013)
• Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku margarin merk “A” (10 dus x Rp 145.000) + (5% x (10 x 145.000)) = Rp 1.522.500
• Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam pembelian bahan baku margarin dibeli dari pemasok Ambarawa tanpa tambahan biaya transportasi: 10 dus x Rp 131.000 = Rp 1.310.000
• Penghematan yang diharapkan adalah : Biaya pembelian bahan baku margarin dari Semarang – Ambarawa Rp Rp 1.522.500 – Rp 1.310.000 = Rp 242.500
4.6.2 Analisis Penghematan pada Aktivitas Pengunaan Bahan Bakar Gas
Aktivitas memasak dengan metode goreng pada adonan onde-onde gandum di
perusahaan membutuhkan bahan bakar gas untuk aktivitas tersebut. Perusahaan dalam
penggunaan gas menggunakan gas dengan ukuran 12 kg, dalam masa sekarang gas 12 kg
selalu mengalami kenaikan harga sehingga perlu dikaji ulang dalam penggunaan gas ukuran
12 kg agar tidak terjadi penambahan biaya dalam proses masak. Aktivitas penggunaa bahan
bakar gas ini dapat dikelola dengan pemilihan aktivitas (Activity Selection). Aktivitas bernilai
tambah yang tidak efisien akan ditingkatkan dalam efisiensinya dengan menganti bahan
bakar gas ukuran 12 kg dengan harga Rp 74.500/tabung menjadi gas ukuran 3 kg yang
harganya Rp 14.500/tabung, (harga pasaran LPG 12 kg dan 3 kg di Salatiga, maret 2013).
���
�
Tabel 4.8
Penyebab pemborosan dan Solusi Aktivitas Penggunaan Bahan Bakar Gas
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi Penggunaan bahan bakar gas 12 kg
harga bahan bakar gas 12 kg selalu mengalami kenaikan
bahan bakar gas ukuran 12 kg diganti dengan gas ukuran 3 kg
Tabel 4.9
Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penggunaan Bahan Bakar Gas
Aktivitas sebelum penerapan estimasi
sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction
Program Program Penggunaan
Bahan bakar Rp 1.676.250 1.305.000 Rp 371.250
Pemakaian gas 12 kg rata-rata dalam 1 kompor dapat digunakan untuk 4 hari, jadi
rata-rata penggunaan gas di perusahaan 3 kg/ hari dan dalam proses memasak
perusahaan memiliki 3 kompor dengan masing-masing menggunakan gas 12 kg
• Aktivitas penggunaan bahan bakar gas selama satu bulan :
3kompor x( (30 hari x 3kg) : 12 kg) = 22.5 tabung gas 12 kg/bulan
- Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan :
Jumlah tabung x harga tabung
22.5 tabung gas x Rp 74.500 = Rp 1.676.250
- Total biaya penggunaan bahan bakar gas 12kg dalam satu bulan Rp 1.676.250
• Aktivitas penggunaan bahan bakar gas dengan menganti gas 12 kg menjadi 3 kg :
3kompor x ((30hari x 3kg) : 3 kg) = 90 tabung gas 3 kg/bulan
- Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan :
Jumlah tabung x harga tabung
90 tabung gas x Rp 14.500 = Rp 1.305.000
��
�
• Penghematan dari pengantiaan bahan bakar gas 12 kg menjadi 3 kg :
Rp 1.676.250 – Rp 1.305.000 = Rp 371.250
4.6.3 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penambahan Wijen
Pengeluaran biaya yang besar terjadi pada aktivitas penambahan pelengkap yaitu
wijen yang ditambahkan dalam adonan onde-onde gandum dengan cara meletakan adonan
onde-onde gandum ke atas tampah kemudian wijen ditaburkan dan secara bersamaan
tempayan tersebut digoyangkan. Biaya ini menjadi besar dikarenakan dalam proses
penambahan wijen tidak menggunakan metode yang baik sehingga banyak wijen yang
terbuang. Aktivitas ini merupakan aktivitas bernilai tambah yang tidak efisien, wijen yang
terbuang menyebabkan pemborosan bagi perusahaan. Aktivitas penambahan wijen ini dapat
dikelola dengan pemilihan aktivitas (Activity Selection) pada metode penambahan wijen
dengan mengunakan media tertutup (panci) dan pengurangan aktivitas (Activity Reduction)
pada wijen yang digunakan dalam proses tersebut. Pemborosan penggunaan wijen diharapkan
berkurang 40 %, pengurangan ini didasari oleh pengunaan wijen yang ditakar.
Tabel 4.10 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penambahan Wijen
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi
Penambahan wijen Metode penambahan wijen yang tidak efisien
Menggunakan media tertutup dan penakaran wijen
Tabel 4.11
Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penambahan wijen
Aktivitas sebelum penerapan estimasi
sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction
Program Program Penambahan
Wijen Rp2.610.000 Rp1.566.000 Rp1.044.000
��
�
Penggunaan wijen dalam perusahaan mencapai 5 kg/hari, dengan alokasi 3 kg untuk Onde-onde gandum dan 2 kg untuk Keringan. Harga wijen Rp 29.000/kg (harga pasaran Salatiga. Maret 2013)
• Maka perhitungan biaya aktivitas penambahan wijen ke adonan onde-onde gandum selama satu bulan adalah : 3 kg x Rp 29.000 x 30 hari = Rp 2.610.000
• Dengan menakar pengunaan wijen sebanyak dua sendok makan dan penggunaan
media tertutup dalam proses penambahan, dimaksudkan untuk mengurangi wijen
yang terbuang dari media pencampuran serta penggunaan wijen yang diharapkan
berkurang sebesar 40%.
Aktivitas penggunaan wijen yang seharusnya dilakukan selama satu bulan adalah:
(1-(3kg x 40%)) x Rp 29.000 x 30 hari = Rp 1.566.000
• Aktivitas pemborosan wijen: Rp 2.610.000 – Rp 1.566.000 = Rp 1044.000
4.6.4 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penyediaan Konsumsi bagi Karyawan
Aktivitas penyediaan konsumsi bagi 10 karyawan oleh perusahaan bertujuan untuk
menunjang aktivitas karyawan agar dalam melakukan tugas-tugas mereka di proses produksi,
karyawan bekerja dengan maksimal tanpa harus meninggalkan area perusahaan untuk
mencari makan sehingga waktu dalam proses produksi tidak terbuang percuma. Perusahaan
dalam penyediaan konsumsi semuanya dipercayakan kepada karyawan yang bertugas dalam
penyediaan konsumsi dari mulai mengatur jenis masakan, belanja dan memasak dengan
anggaran belanja sayur Rp 25.000/hari, untuk kebutuhan lain (beras, gula, garam, minyak dan
gandum) karyawan bebas mengambil dari gudang penyimpanan bahan baku perusahaan.
Namun karena kontrol dan pengawasan yang lemah terjadi penyalahgunaan, dimana
karyawan menambah jumlah konsumsi yang dimasak khususnya beras mencapai 4 kg
beras/hari sehingga menyebabkan pemborosan bagi perusahaan karena setiap hari terdapat
kelebihan penyediaan konsumsi, perlakukan dari sisa konsumsi tersebut sering kali
dimanfaatkan karyawan untuk dibawa pulang. Hal ini merupakan biaya yang tidak perlu
dikeluarkan oleh perusahaan. Aktivitas penyediaan konsumsi bagi karyawan dapat dikelola
dengan pengurangan aktivitas (Activity Reduction), pemborosan yang terjadi karena
penyediaan beras yang berlebihan diharapkan berkurang sebesar 25% ini didasari dari asumsi
konsumsi beras perkapita maksimal sebesar 150 gram/sekali makan.
���
�
Tabel 4.12 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penyediaan Konsumsi
Tabel 4.13
Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Penyediaan Konsumsi
Aktivitas sebelum penerapan estimasi
sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction
Program Program Penyediaan
Konsumsi Rp 1.854.000 Rp 1.578.000 Rp 276.000
• Pengeluaran perusahaan untuk aktivitas penyediaan konsumsi dalam satu bulan :
((4 kg x Rp 9.200) + Rp 25.000) x 30 hari = Rp 1.854.000
• Jika diasumsikan konsumsi beras perkapita sebesar 150 gram dan jumlah karyawan
perusahaan 10 orang dengan frekuensi 2x makan/hari
Maka konsumsi beras karyawan:
150 gram x 10 karyawan x 2 = 3000 gram atau 3kg/hari
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu bulan dengan asumsi tersebut:
((3kg x Rp 9.200) + Rp 25.000) x 30 hari = Rp 1.578.000
Penghematan yang diharapkan :
Rp Rp 1.854.000- Rp 1.578.000 = Rp 276.000
4.6.5 Analisis Penghematan pada Aktivitas Penggunaan Listrik
Pemborosan biaya pada aktivitas penggunaan listrik bagian produksi disebabkan oleh
karena adanya konsumsi tenaga listrik yang tidak perlu dari penggunaan kipas untuk
mempercepat proses pendinginan pada onde-onde gandum yang ditiriskan setelah melalui
proses mengoreng. Biaya listrik untuk proses pendinginan onde-onde gandum dirasa tidak
perlu karena tanpa kipas angin proses ini akan tetap terjadi secara alami jika sirkulasi udara di
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi
Penyediaan konsumsi penyediaan konsumsi yang berlebihan
pengurangan penyediaan konsumsi
���
�
sekitar pabrik baik dan penggunaan kipas angin dapat menyebabkan debu-debu di area pabrik
menempel pada onde-onde gandum yang ditiriskan sehingga kehighgenisan produk menjadi
berkurang. Untuk mengurangi pemborosan dari penggunaan listrik, aktivitas ini dapat
dikelola dengan penghapusan aktivitas (Activity Elimination) sehingga perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya dalam proses pendinginan untuk produk onde-onde gandum.
Tabel 4.14 Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Penggunaan Listrik
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi
Penggunaan listrik
penggunaan listrik yang tidak perlu, dengan rata-rata penggunaan 5jam/hari
menambah fentilasi di pabrik, sehingga proses pendinginan terjadi secara alami
Tabel 4.15 Analisis Biaya Aktivitas dari Aktivitas Pengunaan listrik
Aktivitas sebelum penerapan estimasi
sesudah penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction
Program Program Penggunaan listrik
Rp26.145 Rp0 Rp26.145
• Perusahaan masuk dalam golongan industri dengan daya rendah, dengan perhitungan I/1 TR 2200 Va, 830/kwh (www.pln.co.id)
• Pemakaian 3 kipas angin dengan masing-masing berdaya 70 watt, rata-rata pemakaian selama 5 jam/hari
• Biaya perusahaan untuk penggunaan kipas angin dalam satu bulan : Rp 830 x 0.07 kwt x 5 jam x 3 kipas x 30 hari = Rp 26.145 Setelah dilakukan penghapusan aktivitas maka diharapkan biaya yang dikeluarkan
perusahaan menjadi Rp 0
4.6.6 Analisis Aktivitas Pengambilan Loyang dari Tungku Kayu
Perusahaan dalam proses memanggang adonan keringan wijen masih menggunakan
tungku tradisional berbahan bakar kayu, hal ini dimaksudkan untuk menjaga cita rasa produk
���
�
yang khas. Tungku kayu tersebut terbuat dari susunan batu bata dengan ukuran lebar 1 m,
tinggi 1 m, panjang 3 m dengan lubang di salah satu sisinya. Dalam proses memanggang,
tungku kayu ini dapat menampung 18 loyang sekaligus dan untuk meniriskan loyang
tersebut dari tungku kayu memakai tongkat kayu dengan panjang 2 m sehingga loyang yang
berada di ujung tungku dapat terjangkau untuk ditiriskan.
Aktivitas pengambilan loyang dari tungku kayu yang memerlukan kehati-hatian
dalam memidahkan loyang untuk ditiriskan menyebabkan waktu pengambilan loyang
menjadi lama, ditambah proses memanggang keringan wijen dengan memaksimalkan
kapasitas tungku kayu yang mencapai 18 loyang dan ketepatan waktu karyawan dalam
melihat kematangan produk dengan perkiraan waktu dan penglihatan karyawan itu sendiri
menyebabkan sebagian keringan wijen yang terdapat di 1-2 loyang terakhir dalam proses
pengambilan loyang dari tungku kayu mengalami overcook atau gosong. Hal ini
menyebabkan bahan baku, tenaga dan waktu terbuang percuma atau dapat dikatakan sebagai
pemborosan karena produk rusak tersebut tidak layak untuk dipasarkan. Aktivitas ini
merupakan aktivitas tidak bernilai tambah sehingga untuk mengurangi pemborosan dari
produk rusak tersebut perlu pengelolaan aktivitas dengan pemilihan aktivitas (Activity
Selection) sehingga produk rusak atau pemborosan dalam perusahaan dapat ditekan.
Tabel 4.16
Penyebab Pemborosan dan Solusi Aktivitas Pengambilan Loyang dari Tungku Kayu
Aktivitas Penyebab pemborosan Solusi
Penirisan keringan wijen
penggunaan maksimal tungku kayu dengan 18 loyang dan ketepatan pengambilan yang kurang tepat
penggunaan timer atau alarm dan pengurangaan loyang, menjadi 16 loyang dalam setiap proses panggang
Namun untuk mencari pemborosan dan penghematan secara monetary belum dapat
dilakukan karena biaya overhead perusahaan masih menyatu dengan pengeluaran pribadi
pemilik sehingga pembebanan biaya dalam setiap produk untuk mengetahui harga pokok
produksi produk tidak dapat dilakukan.
4.7. Rekapitulasi Penghematan Biaya dengan Implementasi Cost Reduction Program
Hasil analisis dari keselurahan aktivitas diharapkan akan mendapat total penghematan
selama satu bulan jika Cost Reduction Program diterapkan dalam perusahaan yaitu sebesar
���
�
Rp 1.959.895. Dari hasil analisis tersebut maka penerapan Cost Reduction Program akan
memberi dan menambah nilai manfaat bagi Perusahaan Makanan “57” Salatiga. Antara lain,
penggunaan bahan baku dengan efisien, penggunaan waktu yang optimal, kesalahan dalam
proses produksi berkurang dan tanggung jawab karyawan yang meningkat. Semua itu akan
berdampak pada penghematan biaya produksi perusahaan.
Tabel 4.17
Analisis Biaya dengan Penerapan Cost Reduction Program
Jenis Biaya sebelum penerapan estimasi
penerapan Penghematan Cost Reduction Cost Reduction Program Program
Biaya pembelian margarin 1,552,500 1,310,000 242,500
Biaya bahan bakar gas 1,676,250 1,305,000 371,250
Biaya wijen 2,610,000 1,566,000 1,044,000
Biaya konsumsi karyawan 1,854,000 1,578,000 276,000
Biaya listrik 26,145 0 26,145
Total 7,718,895 5,759,000 1,959,895
Sumber : Tabel 4.7, Tabel 4.9, Tabel 4.11, Tabel 4.13, Tabel 4.15
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian di Perusahaan Makanan “57” Salatiga dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Perusahaan Makanan “57” Salatiga dalam periode Maret 2013, perusahaan dalam
menjalankan aktivitas produksi dapat diklasifikasikan ke dalam aktivitas bernilai tambah dan
aktivitas tidak bernilai tambah. Aktivitas bernilai tambah menyangkut aktivitas produksi
perusahaan dari mulai pengolahan bahan baku sampai menjadi onde-onde gandum dan
keringan wijen. Untuk aktivitas tidak bernilai tambah pada aktivitas produksi Perusahaan
Makanan “57” utamanya terjadi dalam tahap sebelum produksi, sesudah produksi dan
���
�
terdapat pada saat proses produksi. Pemborosan yang terdapat di perusahaan terjadi karena
pembelian dari pemasok luar kota, penggunaan listrik, metode penambahan wijen,
penyediaan konsumsi yang tinggi dan penggunaan bahan bakar gas 12 kg.
Aktivitas tidak bernilai tambah yang terjadi pada Perusahaan Makanan “57” dapat
direduksi dengan cara pemilihan aktivitas, pengurangan aktivitas, penghapusan aktivitas dan
gabungan dari pemilihan dan pengurangan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Pemilihan
aktivitas dilakukan untuk mengelola terjadinya pemborosan dalam pembelian bahan baku
margarin dan penggunaan bahan bakar gas. Penghapusan aktivitas dilakukan untuk
pemborosan biaya penggunaan listrik dalam pendinginan produk onde-onde gandum dan
pengurangan aktivitas untuk mengelola aktivitas penyediaan konsumsi bagi karyawan.
Sedangkan aktivitas penambahan wijen dikelola dengan gabungan pemilihan aktivitas dan
pengurangan aktivitas.
Penghematan biaya yang diharapkan dengan menerapkan Cost Reduction Program,
Perusahaan Makanan “57” dapat menekan aktivitas tidak bernilai tambah dan penghematan
yang akan didapat sebesar Rp 1.959.895,00/bulan.
5.2 Implikasi Terapan
Implikasi terapan berkaitan dengan saran-saran yang diberikan kepada objek penelitian yang
bersangkutan, dalam hal ini Perusahaan Makanan “57” Salatiga. Berikut ini adalah implikasi
terapan dari penelitian ini :
1. Perusahaan Makanan “57” dalam rangka meningkatkan efisiensinya disarankan
menerapkan Cost Reduction Program. Dengan menerapkan Cost Reduction Program,
Perusahaan dapat meningkatkan laba karena aktivitas bernilai tambah yang tidak
efisien dapat dikelola menjadi efisien dan aktivitas tidak bernilai tambah dapat
dikurangi dan dieliminasi sehingga akan mengurangi biaya secara keseluruhan dalam
proses produksi.
2. Aktivitas yang menyebabkan pemborosan banyak terjadi karena faktor sumber daya
manusia dan kebiasan-kebiasan perusahaan yang tidak efisien dalam menjalankan
proses produksi. Upaya dalam menerapkan Cost Reduction Program, sebaiknya
Perusahaan Makanan “57” memperhatikan kualitas sumber daya manusia serta
���
�
mengubah metode-metode yang tidak efisien di dalam proses produksi sehingga dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Sumber daya manusia atau karyawan dapat ditingkatkan dengan melakukan berbagai
cara, misalnya seperti meningkatkan kedisiplinan karyawan dengan pengawasan
terhadap tenaga kerja, peneguran, pemberian sanksi atau pemberian bonus apabila
karyawan tersebut telah bekerja dengan baik.
3. Upaya dalam menerapkan Cost Reduction Program, dapat dilaksanakan dengan
pengunaan alat-alat seperti timer atau alarm, penyediaan bahan bakar yang lebih
hemat, pengantian biaya penggunaan margarin, pengawasan karyawan, menghemat
pengunaan listrik dan penggunaan media tertutup untuk proses penambahan bahan
pelengkap sehingga akan meningkatkan efisiensi perusahaan.
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Penelitian Lanjutan
Dalam proses penelitian dan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam bab IV,
terdapat kelemahan-kelemahan dalam proses penulisan ini, dari kelemahan-kelemahan yang
ada diharapkan pada penelitian serupa selanjutnya dapat diperbaiki dan dapat menjadi
masukan. Kelemahan-kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penghitungan harga pokok produksi untuk setiap produk tidak dapat dilakukan karena
disebabkan oleh masih menyatunya perusahaan dengan tempat tinggal pemilik
sehingga pengeluaran untuk perusahaan dengan pengeluaran pribadi pemilik tidak
dapat dibedakan. Hal ini menyebabkan pembebanan biaya, khususnya biaya listrik
dan air untuk kesetiap produk tidak dapat dilakukan.
2. Penghematan yang diperoleh dari penelitian ini masih bersifat finansial dan untuk
dampak sosial serta jangka panjang dari keputusan-keputusan dalam penelitian ini
belum diketahui karena penulis belum melakukan penelitian lebih lanjut.
3. Data yang diperoleh dari penelitian ini belum menghimpun aktivitas perusahaan
secara terperinci sehingga penulis menggunakan asumsi-asumsi untuk mempermudah
penghitungan, maka dalam penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan
berjangka panjang untuk memperoleh data aktivitas perusahaan secara rinci dan
menemukan pemborosan, difokuskan untuk aktivitas pemrosesan adonan dan proses
panggang sehingga penghematan dalam jangka panjang dapat dicapai perusahaan.
���
�
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2004, Akuntansi Manajemen, Erlangga, Jakarta.
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, 2011, Akuntansi Manajerial, Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Aditya Media, Yogyakarta.
Mulyadi, 1998, Total Quality Management, Aditya Media, Yogyakarta.
Tee, Clifford. 2006. Accent Reduction Guide. http://accentreductionguide.com diunduh 26 Oktober 2011.
PT PLN (Persero) 2013, Tarif Tenaga Listrik, http://www.pln.co.id/?p=49 diunduh 3 maret 2013.
Yustinengrum, Widya, 2009, Penerapan Cost Reduction Program pada Perusahaan Tahu Sumber Karya Salatiga. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana.
���
�
top related