implementasi kegiatan boarding school dalam...
Post on 12-Feb-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
IMPLEMENTASI KEGIATAN BOARDING SCHOOL
DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DAN KEBERAGAMAAN
PESERTA DIDIK MAN 2 BOYOLALI, KABUPATEN BOYOLALI,
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Diah Ayu Umi Khalifatun
NIM. 23010160275
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
ii
-
iii
IMPLEMENTASI KEGIATAN BOARDING SCHOOL
DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL DAN KEBERAGAMAAN
PESERTA DIDIK MAN 2 BOYOLALI, KABUPATEN BOYOLALI,
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Diah Ayu Umi Khlaifatun
NIM. 23010160275
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
iv
-
v
-
vi
-
vii
MOTTO
َخْيرُُكم َمنر تَ َعلََّم ارلُقررَاَن َوَعلََّمهُ “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an
kemudian mengajarkannya kepada orng lain” (HR .Bukhori)
Dream it, Plant it, Work it
Make it happen
-
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah, Ibu serta Adik penulis Bapak Sunaji, Ibu Jumiyati, serta Adek Dinda
yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam penyusunan skripsi.
Terimakasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga
sebesar ini. Semoga doa dan keselamatan selalu menyertaimu.
2. Untuk abah bapak KH Nurochim. AH, pengasuh PPTQ (Pondok Pesantren
Tahfidzul Qur’an), yang telah memberi dukungan penulis dalam penyusunan
skripsi.
3. Untuk Keluarga besar Mbah Mitro Kalimin, dan semua keluarga besar di Pati,
yang selalu mendukung dan menyemangati penulis.
4. Untuk teman, sahabat, sudah seperti keluarga sendiri, Mas Ahmad Nawawi
yang sudah mendukung, memberi semangat, dan selalu menjadi teman cerita
selama penulis mengerjakan skripsi, dari awal sampai selesainya skripsi ini.
5. Untuk teman-teman PPTQ (kang Fuad, kang Ahmad, kang Bangkit, kang
Muza dan semua santri PPTQ), dan seluruh keluarga besar PPTQ, yang sudah
memberi dukungan dan mendoakan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi
ini.
6. Untuk semua dewan asatidz dan santri asrama MAN 2 Boyolali, yang sudah
meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian di asrama.
-
ix
7. Untuk seluruh pengurus JQH Al-Furqan IAIN Salatiga (mas Lutni, kang Seha
mbak Choirunnisa, mbak Munif, Yasinta,mb Nana, mb Ita), dan keluarga besar
JQH Al-Furqan IAIN Salatiga, yang sudah mendoakan selama penyusunan
skripsi
8. Untuk teman-teman guru di MI Pinggir, Karanggede, dan seluruh keluarga
besar MI Pinggir, yang sudah mendoakan dan memberi dukungan, nasehat
bagi penulis.
9. Untuk teman-teman seperjuangan PAI terkhusus teman dekat Dina Mutma,
dan teman PAI “H”, yang selalu memberi semangat kepada penulis, dan teman-
teman seperjuangan PAI angkatan 2016 yang sangat semangat dan pantang
menyerah.
10. Untuk teman-teman PPL di MAN 1 Kabupaten Semarang, teman
seperjuangan ketika menimba ilmu di sekolah yang telah memberi doa dan
dukungan penulis.
11. Untuk teman-teman KKN di Desa Kembaran, teman seperti keluarga dengan
45 hari tinggal satu atap, semangat selalu. Tak akan kulupakan kalian sampai
nanti.
12. Untuk pembaca yang budiman.
-
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah Saw,
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Skripsi ini dibuat guna untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negri
(IAIN) Salatiga. Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag., selaku Rektor IAIN
Salatiga.
2. Bapak Prof Dr. H. Mansur, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Asdiqoh, M, Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
4. Bapak Abdul Syukur, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Muhamad Rozikan, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran dan tenaganya dalam membimbing penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
-
xi
Semoga Allah Swt, membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan
kepada penulis.
Dengan adanya skripsi ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya adik-adikku IAIN Salatiga. Penulis meminta maaf apabila dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Salatiga, 23 Maret 2020
Penulis,
Diah Ayu Umi Khalifatun
NIM: 23010160275
-
xii
ABSTRAK
Khalifatun,Diah Ayu Umi. 2020. Implementasi Kegiatan Boarding School dalam
Pengembangan Sikap Sosial dan Keberagamaan Peserta Didik MAN 2
Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi.
Program studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Muhamad Rozikan, M.Pd.
Kata kunci: Boarding School, Sikap Sosial, Sikap Keberagamaan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
system pembelajaran boarding school MAN 2 Boyolali, pelaksanaan
pengembangan sikap sosial peserta didik boarding school MAN 2 Boyolali, serta
pengembangan sikap keberagamaan peserta didik boarding shool MAN 2
Boyolali.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Observasi, wawancara, dan dokumentasi
merupakan metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam
analisis peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif yang meliputi reduksi
data, display data, serta penarikan kesimpulan. Pemeriksaan keabsahan data
dilakukan dengan teknik triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini memaparkan mengenai sistem pembelajaran boarding
school MAN 2 Boyolali yang sama seperti sistem pembelajaran di pesantren.
Pelaksanaan pengembangan sikap sosial peserta didik diantaranya aspek tenggang
rasa, aspek kerjasama serta aspek solidaritas yang dilakukan melalui beberapa
program di asrama diantaranya dengan jadwal harian, seperti masak, bersih-
berish, sampai pada takzir yang diterapkan di asrama. Selain itu juga dengan
adanya sebuah kepengurusan di asrama, yang mana hal tersebut dapat dapat
melatih menghargai terhadap sesama, memupuk rasa solidaritas serta melatih
kerjasama antar peseta didik. Pelaksanaan pengembangan sikap keberagamaan di
asrama MAN 2 Boyolali bagi pesta didik diantaranya dalam aspek ritual, ketaatan,
pengetahuan, serta penghayatan agama. Diantara program yang dilaksanakan
yaitu dengan mengamalkan amalan sunnah, seperti sholat sunnah, serta puasa
sunnah, selain itu dengan muhadloroh, yaitu dengan melatih peseta didik untuk
siap terjun di masyarakat kelak sebagai seorang pembicara sampai menjadi
seorang qori’, selanjutnya dengan latihan mengabdi di masyarakat saat Bulan
Ramadhan.
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LEMBAR LOGO .............................................................................................. ii
HALAMAN JUDUL DALAM ......................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
DEKLARASI ..................................................................................................... vi
MOTTO ............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
ABSTRAK ......................................................................................................... xii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .....................................................................................14
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................14
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................15
E. Penegasan Istilah .....................................................................................16
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................20
-
xiv
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................................ 23
B. Kajian Pustaka ......................................................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................ 54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 54
C. Sumber Data ............................................................................................ 55
D. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................... 55
F. Analisis Data ............................................................................................ 59
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................................. 61
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data .................................................................................................. 62
1. Letak Geografis ....................................................................................... 62
2.Visi, Misi, dan Tujuan .............................................................................. 62
3. Keadaan Asrama ...................................................................................... 63
4. Tata Tertib ................................................................................................ 66
5. Program Rutin .......................................................................................... 69
6. Sistem Pembelajaran Boarding School MAN 2 Boyolali ........................ 73
7. Pengembangan Sikap Sosial ................................................................... 75
8. Pengembangan Sikap Keberagamaan ..................................................... 79
B. Analisis Data .................................................................................................. 82
-
xv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 95
B. Saran ....................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN ………………………………………………………………...... 103
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Sarana dan Prasarana
Tabel 4.2: Susunan Kepengurusan
Tabel 4.3: Daftar Ustadz/Ustadzah
Tabel 4.4: Program Harian
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Dokumentasi Penelitian
Lampiran Pedoman Observasi
Lampiran Hasil Observasi
Lampiran Pedoman Wawancara
Lampiran Verbatim Wawancara
Lampiran Dokumentasi Surat Penelitian
Lampiran Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian
Lampiran Lembar Konsultasi
Lampiran Satuan Kredit Kegiatan (SKK)
Lampiran Biodata Peneliti
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia terdiri dari tiga eksistensi yaitu jasmani, akal, dan ruh.
Ketiganya saling berhubungan dan menyusun manusia menjadi satu
kesatuan. Berdasarkan eksistensi tersebut maka pendidikan haruslah
terarah dalam membina ketiga unsur secara proporsional (Ahmad Tafsir,
2012: 56). Dalam melaksanakan pendidikan di setiap jenjang tidak cukup
hanya dengan mempergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas
atau kemampuan humanitas. Meski kedua hal tersebut cukup membuat
sukses namun manusia membutuhkan dimensi lain yaitu spiritualitas yang
menjawab makna tertinggi kehidupan dan spiritualitas harus dibina sebaik
mungkin sejak dini agar menghasilkan sikap spiritual keagaman yang
diharapkan.
Keberagamaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan agama dan juga
suatu unsur kesatuan yang komprehensif, yang menjadikan seseorang
disebut sebagai orang beragama dan bukan sekedar mengaku mempunyai
agama. Hal penting dalam beragama adalah memiliki keimanan.
Keimanan sendiri memiliki banyak unsur, unsur yang paling penting
adalah komitmen untuk menjaga hati agar selalu berada dalam kebenaran.
Secara praktis, hal ini diwujudkan dengan cara melaksanakan segala
perintah dan menjauhi semua larangan Allah dan Rasul-Nya.
-
2
Sikap keberagamaan memiliki peran yang sangat penting dalam
pembentukan perilaku keberagamaan. Sikap keberagamaan yang baik akan
memunculkan perilaku keberagamaan yang baik. Begitu juga sebaliknya,
sikap keberagamaan yang kurang baik akan memunculkan perilaku
keberagamaan yang kurang baik pula. Oleh karena itu untuk membentuk
perilaku keberagamaan individu harus dimulai dari pembentukan sikap
keberagamaan.
Manusia dalam hidupnya selalu merindukan kebahagiaan.
Kebahagiaan yang hakiki ternyata bukan berasal dari pola hidup bebas
seperti burung di atas awan, melankan justru dperoleh melalui pola hidup
yang konsisten mentaati suatu aturan tertentu yaitu agama. Sebagai
langkah awal dalam mencari kebahagiaan, manusia harus menyadari
makna keberadaannya di dunia ini. peran agama sebagai pendorong atau
penggerak serta mengontrol tindakan-tindakan masyarakat untuk tetap
berjalan sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan ajaran agamanya
sehingga tercipta ketertiban sosial dalam masyarakat. Ajaran agama oleh
setiap penganutnya dianggap sebagai norma dan sebagai sosial kontrol
sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawas sosial
secara individu ataupun kelompok.
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat manusia menjelaskan tentang
keadaan manusia sesuai dengan apa yang diperbuatnya di dunia dan
balasan apa yang ia dapat saat di akhirat dengan sangat jelas dalam surat
An Nisa’/4: 13,14:
-
3
َِهَتِْلكَ نلَ َيُْدِخْلهََُو ر ُسول هََُللاَ َيُِطعََِو م نََُْحُدوُدالل َِلِدْينَ خَ َرَُاْْل ْنَ ََت ِْته اَِمنَََْت ْرِىَتَ ج
اَهِفي َْ اِلًداِفي ْه اَنَ َِخْلهََُيُدََْد هََُُحُدوَو ي ت ع دَ َو ر ُسول هََُللاَ َي ْعصََِو م نَْ,ََاْلع ِظْيمََُاْلف ْوزََُِلكَ و ذَ َه َرًاخ
اَو ل هَُ {14َ 4َ:13/النلساء}َُمِهْيََُبَ َع ذ
“(hukum-hukum tersebut (Al-Qur’an dan Al Hadits)) itu adalah
ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah akan memasukkannya kedalam syurga yang
mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya,
dan itulah kemenangan yang besar. Dan barang siapa yang mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya niscaya
Allah memasukkannya kedalam api neraka sedang ia ekkal didalamnya
dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-Nisa’/4:13,14). (Departemen
Agama, 1997: 80).
Hurlock dalam Ermis Suryana dan Maryamah (2013: 173), mengatakan
bahwa tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama masa remaja awal, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan prilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Santrock dalam Ermis Seryana (2013: 173), juga
mengatakan seorang remaja bisa saja merasa sedang di puncak dunia pada
suatu saat namun merasa tidak berharga sama sekali pada waktu
berikutnya. Pada masa tersebut, remaja jarang memperhatikan dan
mempertimbangkan akibat dari perilaku dan gaya hidupnya. Oleh karena
jiwanya yang sedang labil, maka seringkali remaja bersikap dan berprilaku
yang tidak sesuai dengan etika, agama maupun adat. Evi Gusviani (2016:
96), juga mengatakan bahwa, saat ini banyak sekali individu yang kurang
memiliki kesadaran diri termasuk sikap spiritual dan sikap sosial, serta
-
4
kurang mampu berkomunikasi secara luwes dengan lingkungan
pembelajaran dan kehidupan sosial masyarakat.
Pembentuk perilaku keberagamaan individu harus dimulai dari sikap
keberagamaan. Selain sikap keberagamaan, sikap sosial juga sangat
berpengaruh pada perilaku seorang individu, baik hubungannya dengan
individu lain maupun dengan kelompok, contoh penerapan sikap sosial
yang sangat mudah diketahui adalah sikap sosial dari tingkah laku sehari-
hari seorang remaja atau generasi muda saat ini, terlebih oleh peserta didk
di sekolah. Sikap sosial seorang siswa dalam kehidupannya, secara
individu maupun kelompok, di sekolah maupun dalam masyarakat sangat
berpengaruh terhadap interaksi antar individu. Menurut Muhammad
Kholid Mawardi (2015:3), bentuk sikap sosial seorang siswa dapat dilihat
dari perbuatan dan tingkah laku individu yang sering muncul dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar
sekolah. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa seorang manusia tidak akan
bisa lepas dari lingkungan dan masyarakat sekitar. Manusia tidak akan bisa
hidup sendiri, tetapi ia akan selalu membutuhkan orang sekitarnya.
Sikap-sikap tersebut tidak akan didapat kecuali melalui sebuah
jembatan yang dinamakan dengan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional
yang tertuang dalam UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Pasal 3, Bab II
Dasar, Fungsi, dan Tujuan dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
ebriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
-
5
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjad warga Negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.
Pendidikan merupakan salah satu yang bertanggung jawab besar
dalam melahirkan warga negara Indonesia yang memiliki karakter kuat
sebagai modal dalam membangun peradaban tinggi dan unggul. Karakter
bangsa yang kuat merupakan produk dari pendidikan, (Edi Surahman dan
Mukminan, 2017:02). Dalam hal pendidikan, sikap keberagamaan dan
sikap sosial manusia sangat berperan guna mencapai pendidikan yang
baik.
Masalah pendidikan adalah masalah langsung yang berhubungan
dengan hidup dan kehidupan seorang manusia. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa, “pendidikan merupakan
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang”.
Hera Lestari Mirkasa dalam Nur Dwi Lestari (2015:02) mengatakan
bahwa, pendidikan pada hakikatnya juga memiliki tujuan untuk
mengembangkan kehidupan siswa, khususnya sebagai anggota masyarakat
yang dapat dicapai dengan upaya, memperkuat kesadaran untuk hidup
bersama dengan orang lain, menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial,
memberikan pengetahuan serta keterampilan dasar yang diperlukan untuk
berperan dalam kehidupan bermasyarakat.
Islam juga telah menyebutkan bahwa seluruh rangkaian pelaksanaan
pendidikan adalah ibadah kepada Allah SWT dan Al-Qur’an telah
-
6
menyebutkan “manusia yang berilmu dapat membedakan antara kebenaran
dan kebatilan” (Q.S. Al-Hajj/22: 54).
ََال ِذْينَ َو لِي ْعل مَ َؙل هََُف ُتْخِبتَ َبِهََِف ُيؤِمُنواَر بِلكَ َِمنََْاْلْ قَ َن هَُأ ََْوتُ ْواااْلِعْلمَ أ
ََل اَللاَ َو ِانَ َقُ ُلوُُبُْمَ
َءَ َِدال ِذْينَ َ{22َ:54/اْلجَل}َُمْست ِقْيمَ َاطَ ِصرَ َام ُنواِال
“dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu meyakini
bahwasannya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah
adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan
yang lurus.” (Al-Hajj/22:54), (Departemen Agama, 1997: 339)
Islam juga memberikan derajat tinggi bagi kaum terdidik, sarjana
maupun ilmuwan, sebagaimana dalam QS. Al-Mujadalah/58: 11 dan QS.
An-Nahl/16: 43.
َللاََُي ْفس حََِف اْفس ُحواَاِلسَِاْلم ج َ َت ف س ُحواِفََل ُكمََِْقْيلَ َذ اِإْواام نَُٓءَال ِذينَ َا ي ُّه اي ََِٓقْيلَ َو ِاذ اَل ُكْمَ
ََمَ ْوتُوااْلِعلَُْأََو ال ِذْينَ َِمْنُكمََْا م ُنواءَْينَ َال ذََِللاََُي ْرف عََُِزواف اْنُشُزوااْنشَُللاََُد ر ج ات ُلْونَ َِب اَو ِبْيَ َت ْعم َخ
{58ََ:11َ/َاجملادلة}
“Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu:
Berlapang-lapanglah didalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah
akanmelapangkan untukmu. Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu,
maka berdrilah niscaya Allah akan meninggikan orang-orang diantaramu,
dan orang-orang yang dberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadalah/58:
11), (Departemen Agama, 1997: 544).
ْلن اَاو م َٓ ِإَنُوِحىََْٓلًََرِج اَْلَ ِإَكَ ق ْبلََِِمنََْا ْرس ُتمَََْنَِْإَكرَََِالذلََِف ْسئُلواا ْهلَ َل ْيِهْمَه َالنلحل}َت ْعل ُمْونَ َْلَ َُكن ْ
/16َ:43َ}
-
7
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang laki-
laki yang Kami beri wahyu kepada mereka maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (Al-
Mujadalah/58:11), (Departemen Agama, 1997: 269)
Pendidikan merupakan upaya manusia agar kelak manusia melakukan
apa yang seharusnya dilakukan. Upaya manusia akan memperoleh hasil
optimal, jika pendidikan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab
dan searah dengan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam kenyataan
yang terjadi dan dirasakan sekarang, sesuatu yang tidak diharapkan, dalam
kondisi saat ini muncul fenomena yang menunjukkan bahwa seorang
peserta didik sangat rentan terhadap berbagai pengaruh yang dapat
menjerat mereka ke dalam berbagai tindakan yang tidak terpuji, seperti
bergaul dengan teman sebaya yang kepribadiannya tidak baik, yang sering
mengakibatkan terjadinya tawuran antar pelajar, bertingkah laku tidak baik
terhadap teman maupun masyarakat sekitar, serta tidak mempunyai akhlak
yang baik sesuai dengan ilmu agama yang didapatkannya.
Pendidikan agama mengajarkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap
lingkungannya terdapat dalam QS. Ali Imron/4: 104:
ي ََْل َِإَي ْدُعونَ َم ةَ ُأََِمْنُكمََْو ْلت ُكنَْ ْعُروفََُِمُرْونَ َاْلْ ْيِو َِئكَ ل َٓوَْو اََُاْلُمْنك رَِهَع نََِو ي ن ْه ْونَ َِِبْلم
{4َ:104ََ/عمرانَال}َاْلُمْفِلُحْونَ َُهمَُ
-
8
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru
kepada kebaikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imron 4:104), (Departemen Agama, 1997: 68).
Dunia pendidikan Islam pada dasarnya masih menghadapi problem
pokok berupa rendahnya kualitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan
pendidikan, namun demikian penanganan terhadap masalah tersebut
semakin baik sehingga secara bertahap akan meningkatkan kinerja
lembaga-lembaga pendidikan Islam, khususnya pesantren dan madrasah.
Salah satu praktek pendidikan yang dilaksanakan dalam
pengembangan sikap peserta didik adalah dengan sistem boarding school
(asrama), dengan tujuan membina, membimbing dan membiasakan peserta
didik dalam mempraktekkan nilai-nilai toleransi. Pendidikan pola asrama
adalah suatu alternatif jawaban tantangan masa depan pendidikan Islam
dan upaya peningkatan mutu pendidikan islam masa kini.
Pendidikan yang berlangsung dalam sebuah lembaga pendidikan yang
menggunakan fasilitas asrama sebagai tempat tinggal peserta didik,
pendidik, dan mereka yang terlibat secara langsung dalam proses
pendidikan disebutkan sebagai pendidikan pola asrama atau pendidikan
berasrama (boarding school), Farida Galela (2012:4). Sekolah berasrama
(boarding school) sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pelajaran agama Islam dan memperhatikan materi-materi
dasar keilmuwan yang mendukung dengan mata pelajaran sekolah yang
melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa berinteraksi dalam
-
9
waktu 24 jam setiap harinya dan didukung asrama sebagai tempat tinggal
siswa yang permanen.
Menurut Putri Lingga Pertiwi (2018:60) boarding school adalah
lembaga pendidkan dimana para peserta didik tidak hanya belajar, tetapi
mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga tersebut. Proses
membina kepribadian seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satu caranya adalah dengan sistem boarding school, dimana kita
ketahui bahwa boarding school (asrama) memiliki fokus utama
pembelajaran pada pembentukan perilaku manusia, mulai dari penanaman
sikap kedisiplinan, kejujuran dan percaya diri, sampai pada sikap
kepribadiannya yang menunjukkan bahwa dirinya taat kepada agama yang
dianutnya.
Boarding school yang tampak saat ini merupakan suatu bentuk usaha
lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
menciptakan output yang tidak hanya cerdas dalam hal pelajaran umum,
tetapi output harus memiliki akhlak yang baik. Maka dari itu tidak salah
jika boarding school yang banyak dipahami masyarakat saat ini adalah
suatu lembaga yang kesemuanya tidak jauh berbeda dengan pondok
pesantren, bahkan banyak pondok pesantren yang saat ini memiliki
lembaga pendidikan umum, seperti yang dinyatakan oleh Afiful Ikhwan
(2017: 95) bahwa, keberadaan pesantren di tengah-tengah masyarakat
mempunyai makna sangat strategis, apalagi jika pesantren ini memiliki
lembaga pendidikan umum.
-
10
Pada umunya sekolah yang memiliki sistem boarding school lebih
memperhatikan dan melakukan pendidikan bidang akademik lebih baik
dan dengan cara yang lebih baik pula daripada pendididkan bidang
akademik yang diselenggarakan di sekolah-sekolah yang lain (Maksudin,
2013: 25), di MAN 2 Boyolali lebih menitikberatkan pada pendidikan
moral, yang mana ditunjukkan dengan sistem pembelajaran yang
dilakukan didalam asrama sama persis dengan sistem pembelajaran
pondok pesantren. Di MAN 2 Boyolali pembelajaran akademik hanya
didapat saat peserta didik di madrasah, sedangkan jika peserta didik sudah
berada di asrama, peserta didik terfokus dengan sistem pembelajaran
seperti halnya di pesantren.
Penyelenggaraan sistem boarding school di MAN 2 Boyolali
merupakan salah satu asrama yang menerapkan sistem pendidikannya
seperti pondok pesantren. Sistem ini merupakan salah satu usaha pembina
boarding school dalam mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan di
asrama. Di asrama MAN 2 Boyolali memiliki satu program wajib yaitu
program tahfidz. Program ini merupakan salah satu program unggulan di
asrama MAN 2 Boyolali. Seseorang yang memiliki hafalan Al-Qur’an
biasanya memiliki sikap yang baik dalam hal agama maupun sosialnya.
Sikap sosial dan keberagamaan yang dimiliki seorang penghafal Al-
Qur’an akan berbeda dengan mereka yang tidak memiliki hafalan Al-
Qur’an.
-
11
Kemiripan kegiatan pendidikan sistem boarding school MAN 2
Boyolali dengan pesantren secara umum, dapat diketahui antara lain
dilihat dari kegiatan yang dilakukan selama 24 jam setiap hari, dengan
jadwal yang sudah terprogram dan jelas, pendidikan dilakukan di asrama,
serta kedisiplinan waktu sangat diperhatikan.
Muhammad Mushfi El Iq Bali dan Mohammad Fajar Sodik Fadli
(2019:3), mengatakan, di era 4.0 ini, pesantren merupakan tempat yang
efektif untuk membentuk ketahanan mental snatri. Mengingat tingkah laku
atau akhlak generasi penerus bangsa yang menurun, sehingga sering
ditemukan pada media cetak berita tentang perilaku yang menyimpang,
atau perbuatan generasi penerus bangsa. Fenomena-fenomena tersebut
sangat harus diperhatikan oleh orang tua terlebih oleh ustadz-ustadzah
yang ada dalam lingkup asrama.
Dapat diketahui sebagaimana yang diungkapkan oleh Rini
Setyaningsih, (2016:172) bahwa, tujuan sistem pengajaran pondok
pesantren lebih mengutamakan niat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang bermanfaat dari pada mengejar hal-hal yang bersifat material.
Arif Rahman Hakim (2018:90) juga menyebutkan bahwa, dalam
mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukkan daya tahan
yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai zaman dengan
beragam masalah yang dihadapinya. Di era sekarang pesantren mampu
berkembang sangat baik, sebagai contohnya hampir setiap daerah
mendirikan pesantren, begitupun pesantren-pesantren yang dibangun
-
12
sebagai pesantren modern yang mana di dalamnya terdapat berbagai
macam program pembelajaran yang mampu mengikuti perkembangan
jaman.
Pesantren juga telah masuk dalam sekolah-sekolah atau madrasah-
madrasah yang mana sekarang ini sangat banyak madrasah yang telah
memiliki pesantren didalamnya, bagitupun sebaliknya, pesantren yang
sudah memiliki lembaga sekolah, dengan demikian sangat baik jika MAN
2 Boyolali menerapkan model pembelajaran asramanya sama persis
dengan model pembelajaran di pondok pesantren. Asrama MAN 2
Boyolali ini tidak sepenuhnya menerapkan kurikulum boarding school
yang saat ini banyak dipraktekkan di boarding school lain.
Pembelajaran sikap sosial dan keberagamaan di asrama MAN 2
Boyolali secara langsung maupun tidak langsung sudah diberikan kepada
peserta didik oleh ustadz dan ustadzah di asrama tersebut. Seperti jadwal
kegiatan yang terkontrol mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, hingga
penerapan-penerapan sikap sosial yang dilakukan secara tidak langsung
oleh ustadz dan ustadzah asrama MAN 2 Boyolali. Berbagai program yang
ada di asrama MAN 2 Boyolali sudah sangat baik dalam proses
pengembangan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik, tapi dalam
realitanya peserta didik boarding school berasal dari latar belakang
keluarga yang berbeda-beda sehingga sikap dan karakter masing-masing
pun tidak sama.
-
13
Dilingkungan asrama juga sering terjadi ketidakcocokan antar peserta
didik serta konflik kecil diantara peserta didik satu dengan yang lainnya,
baik terjadi antar individu satu kamar maupun berbeda kamar. Kadangkala
masih terdapat konflik dalam hal piket harian, seperti memasak, menyapu
kamar, dan lain sebagainya. Terkadang juga masih ada peserta didik yang
melanggar peraturan khusus asrama, contoh pada saat keluar dari asrama,
masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak ijin kepada pengurus
asrama. Dengan hal tersebut terkadang dapat mengganggu proses
pembelajaran dan keharmonisan dalam berteman di lingkungan asrama.
Pengembangan sikap keberagamaan bagi peserta didik yang tengah
memasuki masa remaja tidak mudah. Ernis Suryana dan Maryamah
(2013:03), mengatakan, pembentukan sikap keberagamaan tidak cukup
dengan mengandalkan mata pelajaran pendidikan agama yang hanya
mendapat alokasi waktu dua atau tiga jam pelajaran pada setiap
minggunya. Berbagai kesulitan timbul dalam pengembangan sikap
keberagamaan bai peserta didik, karena para siswa yang tengah memasuki
masa remaja pada umumnya tengah mengalami perkembangan psikologis
yang tidak lepas dari dinamika pengaruh lingkungan.
Dari berbagai macam persoalan tersebut mulai dari penyimpangan
sikap sosial, terutama bagi remaja atau peserta didik, dan berkurangnya
sikap keberagamaan manusia yang ditunjukkan semakin banyaknya
manusia yang berperilaku tidak sesuai dengan agama yang dianutnya,
dengan merujuk kepada hal tersebut penting kiranya kedua sikap ini
-
14
diteliti betapa pentingnya sikap sosial dan keberagamaan bagi manusia
terutama seorang peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah.
Dengan melihat berbagai hal tersebut, judul yang diangkat dalam
penelitian ini adalah “Implementasi Kegiatan Boarding School dalam
Mengembangkan Sikap Sosial dan Keberagamaan Peserta Didik MAN 2
Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi
fokus penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pembelajaran boarding school MAN 2 Boyolali
Tahun Pelajaran 2019/2020?
2. Bagaimana implementasi sistem boarding school dalam
mengembangkan sikap sosial peserta didik MAN 2 Boyolali Tahun
Pelajaran 2019/2020?
3. Bagaimana implementasi sistem boarding school dalam
mengembangkan sikap keberagamaan peserta didik MAN 2 Boyolali
Tahun Pelajaran 2019/2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang disebutkan, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pembelajaran boarding school
MAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.
-
15
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem boarding school
dalam mengembangkan sikap sosial peserta didik MAN 2 Boyolali
Tahun Pelajaran 2019/2020.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem boarding school
dalam mengembangkan sikap keberagamaan peserta didik MAN 2
Boyolali Tahun Pelajaran 2019/2020.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pemikiran dan literature tentang penyelenggaraan boarding school
dalam mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik.
2. Manfaat Praksis
a. Bagi asrama, sebagai masukan yang konstruktif bagi
pengembangan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik,
menambah khasanah ilmiah tentang keadaan sosial dan
keberagamaan peserta didik sehingga dapat merencanakan dan
melaksanakan kegiatan keagamaan dan sosial yang baik.
b. Bagi para guru baik yang mengajar di sekolah formal maupun guru
asrama/ustadz dan ustadzah yang membina peserta didik di asrama
diharapkan dapat berperan aktif dalam pengawasan pembentukan
sikap sosial dan keberagamaan peserta didik.
-
16
c. Bagi peserta didik, boarding school sebagai sarana pembelajaran
peserta didik untuk membentuk karakter yang mandiri, seseorang
yang memiliki jiwa sosial tinggi serta menjadi seorang yang
melakukan sesuatu sesuai dengan tuntunan agama islam, sehingga
menjadi insan yang mandiri, disiplin dan ber-akhlakul karimah.
d. Bagi pembaca diharapkan, hasil penelitian ini dapat dijadikan
bahan informasi dan referensi bagi para peneliti berikutnya dalam
melakukan penelitian lebih lanjut yang relevan dan
bertanggungjawab.
E. Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari
penafsiran yang berbeda, serta timbul kesalah fahaman terhadap apa yang
dikandung dalam penulisan ini, perlu kiranya diperjelas dan dibatasi
pengertiannya sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
pelaksanaan, penerapan (Dep. Pendidikan Nasional, 2007:427).
Hamalik (2013:237), menyatakan bahwa Implementasi merupakan
suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
bentuk tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap.
Kunandar dalam Lilik Kholisatin dan Minarsih (2018:71),
menyatakan bahwa implementasi adalah suatu proses penerapan ide,
-
17
konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap pengetahuan, keterampilan
maupun nilai dan sikap.
Apriani dan Suminar dalam Lilik Kholisatin dan Minarsih
(2018:71), mengartikan implementasi sebagai upaya pimpinan untuk
memotivasi seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan
menumbuhkan, dorongan atau motivasi dalam dirinya untuk
melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan sesuai dengan rencana
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Boarding School
Sulandari Ningsih dan Sugiaryo (2016:58) boarding school terdiri
dari dua kata boarding dan school. Boarding yang berarti asrama. Dan
school berarti sekolah. Boarding School adalah sebuah sekolah di
mana beberapa atau semua murid belajar dan tinggal dalam kurun
waktu tertentu di lingkungan sekolah dengan siswa sesama mereka dan
mungkin guru dan atau administrator.
Encyclopedia dari Wikipedia dalam Maksudin (2013:15) boarding
school adalah Lembaga pendidikan dimana para siswa tidak hanya
belajar, tetapi mereka bertempat tinggal dan hidup menyatu di lembaga
tersebut. Boarding School menkombinasikan tempat tinggal para siswa
di institusi sekolah yang jauh dari rumah dan keluarga mereka dengan
-
18
diajarkan agama serta pembelajaran beberapa mata pelajaran di tempat
yang sama.
Umi Kholidah (2011:16) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
boarding school merupakan kata dalam bahasa inggris yang terdiri dari
dua kata yaitu boarding dan school, boarding berarti menumpang dan
school berarti sekolah, kemudian diserap kedalam bahasa indoneisa
menjad sekolah berasrama.
3. Sikap Sosial
Sikap merupakan tindakan seseorang dalam merespon sesuatu
objek, baik itu manusia, benda dan sebagainya. Sikap adalah cerminan
pertama yang terlihat dari seorang manusia ketika ia bertingkah laku
(Amelia Zahara, M. Yusuf Harun, Abdul Wahab Abdi, 2017:2).
Menurut Ahmadi (2009), dalam Edy Surahman dan Mukminan,
(2017:4), sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan
perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap objek sosial.
Wardatul Hidayati (2018:10), menyebutkan bahwa sikap sosial
adalah konsep atau bentuk perilaku yang mempengaruhi seseorang
dalam menentukan pilihan tindakan sebagai respons terhadap suatu hal
atau objek sosial antara individu terhadap individu atau kelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
Jani Mustikasari (2016:63), menjeaskan sikap sosial adalah ilmu
sosial yang mempelajari tentang dinamika kehidupan di masyarakat,
-
19
dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, dengan menitik
beratkan masyarakat sebagai obyek studinya untuk diteliti.
Aspek-aspek sikap sosial diantaranya sebagai berikut:
a. Aspek tenggang rasa, Abu Ahmadi (2007:24), juga menyatakan
bahwa tenggang rasa adalah, seseorang yang selalu menjaga
perasaan orang lain dalam aktifitasnya sehari-hari.
b. Apek kerjasama, kerjasama merupakan kegiatan saling bantu-
membantu sesama manusia, Abu Ahmadi (2007:89),
mengungkapkan kerjasama adalah kecenderungan untuk bertindak
dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu tujuan.
c. Aspek solidaritas, sikap ini cenderung kepada selalu melihat dan
memeprhatikan keadaan orang lain. Gerungan (2002:52)
mengartikan solidaritas, sebagi kecenderungan dalam bertindak
terhadap seseorang yang mengalami suatu masalah yakni berupa
memperhatikan keadaan orang tersebut.
4. Sikap Keberagamaan
Sutarto (2018:26), menyatakan bahwa sikap keberagamaan
adalah keadaan internal atau keadaan yang masih ada dalam diri
manusia. Keadaan internal tersebut menyebabkan munculnya kesiapan
untuk merespon atau bertingkahlaku sesuai dengan ajaran agama yang
diyakininya. Sikap keberagamaan terbentuk karena adanya integrasi
secara kompleks antara keyakinan yang kuat terhadap ajaran agama
(komponen kognitif), perasaan senang terhadap agama (komponen
-
20
efektif) dan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama (komponen
konatif).
Keberagamaan menunjuk pada rangkaian perbuatan, perilaku, dan
kegiatan orang beriman yang telah melaksanakan ajaran tersebut
didalam kehidupan konkret mereka, (Muslim A. Kadir, 2011:55).
Ernis Suryana dan Maramah (2013:176) menyebutkan, aspek-
aspek sikap keberagamaan diantaranya:
a. Aspek ritual Aspek ritual, mengharapkan pemeluknya
melaksanakan ibadah sholat, puasa, zakat.
b. Aspek ketaatan, seperti amal-amal sunnah diantaranya, sholat
sunnah, dan membaca al-Qur’an,
c. Aspek pengetahuan agama, mengacu kepada harapan bahwa orang-
orang yang beragama paling tidak memiliki minimal ilmu
pengetahuan mengenai dasar-dasar ritus, kitab suci dan tradisi-
tradisi.
d. Aspek penghayatan keagamaan, yang kemudian diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk membahas
implementasi kegiatan boarding school dalam mengembangkan sikap
sosial dan keberagamaan peserta didik MAN 2 Boyolali, Kabupaten
-
21
Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020. Oleh karena itu, untuk
mempermudah pembaca mengikuti pembahasan skripsi ini maka
peneliti menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini membahas tentang
latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah serta sistematika penulisan.
Bab kedua merupakan landasan teori. Pada bab ini akan diuraikan
sebagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi:
pertama, pembentukan sikap sosial yang meliputi, pengertian sikap
sosial, bentuk-bentuk sikap sosial, pembentukan dan pengembangan
sikap sosial, kedua, hakikat sikap keberagamaan yang meliputi,
pengertian sikap keberagamaan, bentuk-bentuk sikap keberagamaan,
dan faktor-faktor pendukung dan penghambat sikap keberagamaan,
ketiga, sistem pendidikan boarding school, yang meliputi, pengertian
boarding school, kriteria sistem pendidikan boarding school, peran
boarding school, dan sistem pendidikan boarding school, keempat,
tinjauan pesantren sebagai pusat Pendidikan Agama Islam yang
meliputi, pengertian pesantren, dan nilai-nilai pendidikan di pesantren.
Bab ini juga akan membahas tentang kajian pustaka yaitu telaah
terhadap hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan sistem
boarding school, sikap sosial dan keberagamaan.
Bab ketiga merupakan metode penelitian. Pada bab ini membahas
tentang jenis penelitian (pendekatan penelitian dan pembatasan data
-
22
dalam penelitian), lokasi dan waktu penelitian, sumber data (jenis data,
sumber data serta teknik penyaringan data), prosedur pengumpulan
data, analisis data serta pengecekan keabsahan temuan.
Bab keempat merupakan paparan data dan analisis. Pada bab ini
berisikan tentang hasil penelitian dan memuat hasil penelitian di
lapangan sesuai dengan yang ada dalam fokus masalah. Pembahasan
meliputi implementasi kegiatan boarding school dalam
mengembangkan sikap sosial dan keberagamaan peserta didik MAN 2
Boyolali, Kabupaten Boyolali, Tahun Pelajaran 2019/2020.
Bab kelima Penutup. Pada bab terakhir ini berisikan simpulan dan
saran.
-
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pembentukan Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap Sosial
1) Pengertian Sikap
Ngalim Purwanto dalam Ali Noer, Syahraini Tambak
dan Harun Rahman (2017:27), sikap atau attitude adalah suatu
cara bereaksi terhadap suatu perangsang, atau kecenderungan
untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang
atau situasi yang dihadapi.
Menurut Gerungan (2002:149), pengertian attitude
dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu,
pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap juga disertai oleh
kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap
objek. Jadi attitude lebih diterjemahkan sebagai sikap dan
kesediaan beraksi terhadap suatu hal
-
24
Sikap juga dapat diartikan sebagai hasil belajar yang
diperoleh melalui pengalaman interaksi dan komunikasi secara
terus menerus dengan lingkungan sekitar, (Ali Noer, Syahraini
Tambak dan Harun Rahman, 2017:28). Sikap berarti sesuatu
respon terhadap sesuatu yang ada disekitarnya.
Abu Ahmadi (2009:165), Secara sederhana,
mengemukakan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara
konsisten. Sikap adalah konsep yang membantu kita untuk
memahami tingkah laku. Sejumlah perbedaan tingkah laku
dapat merupakan pencerminan atau manifestasi dari sikap
yang sama.
Dari beberapa pengertian sikap diatas, menurut penulis arti
dari sikap adalah, suatu kecenderungan untuk mendekat atau
menghindar, positif atau negative terhadap berbagai keadaan
yang terdapat di lingkungan mereka berada, apakah itu
instituisi, pribadi, situasi, ide, kondep dan lan sebagainya.
Sikap merupakan suatu keadaan yang masih ada dalam diri
manusia.
2) Pengertian Sikap Sosial
Muhammad Kholid Mawardi (2015:4), menyebutkan
bahwa, sikap sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang
sering dilakukan siswa dalam kehidupan sekolah ataupun
-
25
masyarakat baik berupa menolong sesama, tenggang rasa, kasih
sayang dan rendah hati tanpa ada rasa keterpaksaan atau atas
dasar sebagai memenuhi tugas sekolah, akan tetapi perbuatan
yang dilakukan atas kehendak sendiri dengan tujuan ingin
mendapatkan ridho Allah SWT.
Muhammad Kholid Mawardi (2015:4), juga menyebutkan
bahwa, sikap sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang
sering dilakukan seseorang dalam kehidupan baik di sekolah
ataupun masyarakat baik berupa menolong sesama, tenggang
rasa, kasih sayang dan rendah hati tanpa ada rasa keterpaksaan
atau atas dasar sebagai memenuhi tugas sekolah.
Wahyu Dwi Saputra (2016:18), mengatakan pengertian
dari sikap sosial, yaitu suatu kegiatan yang berhubungan
dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan dengan pihak lain
yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang
dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial
yang dapat diterima oleh orang lain, serta upaya
mengembangkan sikap sosial yang layak diterima oleh orang
lain.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas, pengertian sikap
sosial menurut penulis adalah suatu sikap yang dinyatakan oleh
cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap
-
26
objek sosial, dan biasanya dinyatakan oleh sekelompok orang
atau masyarakat.
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang
lain. Dalam hidup bersama, tentu seorang manusia tidak dapat
bertindak seenaknya. Abu Ahmadi (2009:168), secara
sederhana mengemukakan sikap sosial adalah kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang
berulang-ulang terhadap objek sosial. Hal ini terjadi bukan saja
pada orang-orang lain dalam satu masyarakat.
Sikap sosial sangat penting sebagai modal seorang manusia
menyatakan perannya didalam lingkungan serta masyarakat.
Sikap sosial yang baik, tentu akan mendapat pengakuan yang
lebih baik didalam masyarakat dibandingkan dengan seseorang
yang memiliki sikap sosial yang buruk.
b. Bentuk-Bentuk Sikap Sosial
Dalam pergaulan sehari-hari, tidak pernah terlepas dari apa
yang dinamakan beraktivitas, dari kenyataan inilah setiap orang
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan perkembangan
masingmasing individu tersebut, diantara bentuk-bentuk sikap
sosial adalah sebagai berikut:
1) Sikap Positif
Dalam buku Interaksi Sosial (Hadori Nawawi, 2000:33),
dijelaskan bahwa: Bentuk sikap sosial yang positf seseorang
-
27
yaitu berupa tenggang rasa, kerjasama, dan solidaritas. Berikut
penjelasan secara singkat dari masing-masing bentuk sikap
tersebut:
a) Aspek tenggang rasa, Abu Ahmadi (2007:24), juga
menyatakan bahwa tenggang rasa adalah, seseorang yang
selalu menjaga perasaan orang lain dalam aktifitasnya
sehari-hari. Tenggang rasa dapat dlihat dari adanya rasa
saling menghargai antara satu orang dengan yang lannya,
selalu menjaga perasaan orang lain, menghindari sikap
masa bodoh, dan dalam bertutur kata tidak menyinggung
perasaan orang lain.
b) Aspek kerjasama, kerjasama merupakan kegiatan saling
bantu-membantu sesama manusia, Abu Ahmadi (2007:89),
mengungkapkan kerjasama adalah kecenderungan untuk
bertindak dalam kegiatan kerja bersama-sama menuju suatu
tujuan.
c) Aspek solidaritas, sikap ini cenderung kepada selalu
melihat dan memeprhatikan keadaan orang lain. Gerungan
(2002:52) mengartikan solidaritas, sebagi kecenderungan
dalam bertindak terhadap seseorang yang mengalami suatu
masalah yakni berupa memperhatikan keadaan orang
tersebut. Sikap sosial yang berupa solidaritas cenderng
dengan sikap seseorang yang mampu memahami perasaan
-
28
orang lain terutama orang lain yang sedang mengalami
suatu masalah.
2) Sikap Negatif
Diantara sikap-sikap seseorang yang negatif menurut Abu
Ahmadi (2007: 94), adalah sebagai berikut:
a) Egoisme, yaitu suatu bentuk sikap dimana seseorang
merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya,
dan tidak ada yang lebih bak darinya.
b) Prasangka sosial, adalah suatu sikap negatif yang
diperlihatkan suatu kelompok atau individu terhadap
kelompok atau individu lain
c) Rasisme, yaitu suatu sikap yaitu suatu sikap yang
didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat
diamati dan dianggap diwarisi seperti warna kulit
merupakan suatu tanda perihal inferioritas (rendah diri)
yang membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-
orang yang mempunyai ciri-ciri tersebut.
d) Rasialisme, yaitu suatu sikap diskriminasi dengan suatu
kelompok lain
e) Stereotip, yaitu yaitu citra kaku mengenai suatu ras atau
budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra
tersebut. Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah
lembut dan lamban dalam melakukan sesuatu. Stereotip
-
29
tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua orang Jawa
memiliki sifat tersebut.
c. Pembentukan dan Pengembangan Sikap Sosial
Sistem pembentukan sikap sosial yang baik mampu
melahirkan sumber daya manusia berkualitas yang sangat
diperlukan dalam masyarakat sekarang untuk pembangunan
nasional. Masalah pembentukan sikap sosial ini berkaitan satu
sama lain baik dengan program pendidikan di sekolah maupun
dengan masalah lingkungan keluarga, terutama dengan kedua
orang tuanya. Sugeng Sejati (2012:134), juga menyebutkan dalam
kehidupan sehari-hari banyak orang yang tidak menyadari tentang
peran yang disandangnya dalam system sosial. Dampaknya
perilaku yang Nampak tidak sesuai dengan harapan masyarakat
(role expectation), bahkan kadang kala berlawanan.
Sikap sosial sangat penting sebagai modal seorang manusia
menyatakan perannya didalam lingkungan serta masyarakat.
Pembentukan sikap sosial anak dapat terjadi melalui, pengalaman
yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman
yang disertai perasaan yang mendalam, melalui imitasi (peniruan
yang terjadi tanpa disengaja atau sengaja), sugesti, yaitu seseorang
membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan
pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang
datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam
-
30
pandangannya, identifikasi, yaitu seseorang meniru orang lain
didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini
lebih banyak dalam arti berusaha menyamai, yang sering terjadi
antara anak dengan ayah atau ibu.
Keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di masyarakat
yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujudkan kehidupan
yang tentram, aman, damai, dan sejahtera dalam suasana cinta dan
kasih sayang diantara anggotanya, (Novi Mulyani, 2016:136).
Moh Gufron (2016:145), menyatakan bahwa keluarga itu
sendiri merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan
manusia di mana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia
sosial, dalam interaksi dengan kelompok. Sebuah keluarga menjadi
tempat belajar seorang anak pertama kali. Didalam keluarga terjadi
proses transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya kegenerasi yang
lebih muda. Dalam hal ini membuktikan bahwa keluarga adalah
faktor utama pembentukan sikap sosial anak. Sejumlah ahli
menyatakan bahwa kasih sayang orang tua atau pengasuh selama
beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama
perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak
memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik
pada tahun-tahun prasekolah.
-
31
Keluarga dapat diibaratkan sebagai jembatan yang
menghubungkan individu dengan kehidupan sosial yang kelak
akan dihadapinya ketika dewasa. Maka dari itu, orang tua adalah
tokoh sentral dalam hal pembentukan sikap sosial anak. Tetapi saat
ini banyak sekali orang tua yang kurang memperhatikan perilaku
dan sikap anaknya, seperti yang dikemukakan oleh Moh Gufron
(2016: 143), ia mengatakan bahwa, dalam kehidupan saat ini
peranan orang tua sebagai pendidik anak semakin memprihatinkan.
Syamsu Yusuf LN (2011:138) menyebutkan, keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi remaja dalam
pengembangan sikap sosial yang dominan. Dalam hal ini orang tua
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
sikap sosial. Menurut Hurclock, keluarga merupakan “Training
Center” bagi penanaman nilai-nilai. Banyak sekali orang tua yang
menjadikan kesibukan bekerja sebagai alasan desakan kebutuhan
ekonomi, profesional serta hobi. Padahal, tanpa kita sadari hal
tersebut membuat kedekatan orang tua dan anaknya semakin
berkurang. Kondisi tersebut yang apabila tanpa kita sadari lama
kelamaan akan menjadi penghalang terhadap hubungan orang tua
dengan anak.
Selain itu berkaitan dengan hal pembentukan sikap sosial di
sekolah hanya sekedar menyuruh para peserta didik untuk
menghafalkan nilai-nilai normatif secara kognitif yang biasa
-
32
diberikan dalam bentuk ceramah. Akan tetapi, akhlak harus
diajarkan sebagai perangkat sistem yang saling berkaitan antara
teks dan konteks. Di sisi lain sikap juga tidak akan tumbuh tanpa
diajarkan dan dibiasakan. Pembentuk sikap (akhlak) selain sebagai
ilmu, juga harus diamalkan secara terus menerus dalam kehidupan
sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat (Muktar, 2013:133).
Perkembangan sikap sosial peserta didik adalah proses
perkembangan kepribadian peserta didik selaku seorang anggota
masyarakat dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan
sosial merupakan proses pembentukan social self (pribadi dalam
masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan
seterusnya. Sikap dapat ditumbuhkan dan dikembangkan melalui
proses belajar. Dalam proses belajar tidak terlepas dari proses
komunikasi dimana terjadi proses transfer pengetahuan dan nilai.
Jika sikap merupakan hasil belajar, maka kunci utama belajar sikap
terletak pada proses kognisi dalam belajar siswa.
2. Hakikat Sikap Keberagamaan
a. Pengertian Sikap Keberagamaan
Umi Mujiati dan Andi Triyanto (2017:73), mengatakan
perilaku keberagamaan merupakan tingkahlaku, perbuatan dan
sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang sudah
ditentukan Tuhan-Nya. Keberagamaan atau religeusitas
-
33
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia..Agama telah
memberikan peraturan untuk manusia yang diterapkan berdasarkan
tradisi yang sudah ada dalam masyarakat. Sedangkan dapat
diketahui bahwa sebuah tradisi tidak akan punah dan hilang
selamanya sehingga kehidupan manusia tidak akan terpecah belah.
Ali Noer, Syahrani Tambak dan Harun rahman (2017:29),
mengatakan, ketaatan beragama membawa dampak positif terhadap
kesehatan mental karena pengalaman membuktikan bawa
seseorang yang Sikap keagamaan tidak akan terlepas dari
keberadaan suatu agama. Jika seseorang sudah percaya dengan
sebuah agama, maka maka seseorang tersebut akan selalu berbuat
berdasarkan apa yang diperintahkan oleh agamanya. Dapat
digambarkan, jika seseorang sudah bersikap positif dengan suatu
objek, maka ia akan selalu memperhatikan dan berbuat sesuatu
demi objek tersebut. Jika agama merupakan sesuatu yang baik dan
dipercaya, maka akan timbul rasa suka dan cinta terhadap agama
tersebut. Dengan demikian sikap keberagamaan seseorang akan
tercermin dari perilakunya terhadap apa yang dpercayanya
(agamanya).
Ketaatan beragama membawa kesehatan mental bagi siapa saja
yang melakukannya, seperti yang dijelaskan Allah SWT dalam
firman-Nya, QS Ar-Ra’d/13:28
-
34
ىِنَ َاءَ َالَِّذْينَ ت ْطم نُْواو ىِنَ َال بِِذْكِرللاَِأَْكِرللاََِبِذََِبُُهمََْقُلُوَم َت ْطم
{28:13َرعد}َاْلقُلُْوبَُ
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d/13:28),
(Depaertemen Agama, 1997:253)
Sikap keberagamaan adalah suatu keadaan diri seseorang
dimana setiap ia melakukan sesuatu selalu berpegang pada ajaran
agamanya. Semua yang dilakukannya berlandaskan rasa iman
didalam hatinya.
Sikap dan perilaku seseorang dapat dilihat dari cara seseorang
tersebut menjalani kehidupannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadits
sesuai perintah Allah SWT, maka seseorang dapat seseorang
tersebut telah dapat dikatakan memiliki sikap keberagamaan yang
baik. Allah SWT befirman dalam QS An Nisa/4: 59:
ُعْواالرًُّسْولَ أَ ْواام نََُْٓينَ َال ذََِا يُّهاَ ي َٓ ْلَ اَْولَِأَُوَ َِطي َْش ْيئَ َِفََُتمَْز عَ ت ن َ َنَِْإفَ َْمرِِمْنُكْمَه
ُتمَِْإَر ُسْولَِالوَ َللاََِل َِإەََُف ُردُّو َِوْيلًََت ََْْحس نَُأَ خ ْي وَ َِلكَ ذ َ َِخرَِهاْلَ َو اْلي ْومََِِِبللََِنُ ْونَ تُوْءمََِْنُكن ْ
َ{59:4ََالنلساء}
“Hai Orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika
kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih bak akibatnya.” (QS.
An Nisa/4:59), (Departemen Agama, 1997:88).
-
35
Sikap keberagamaan memiliki peran yang sangat penting
dalam pembentukan pribadi keagamaan. Sikap keberagamaan yang
baik akan memunculkan perilaku keberagamaan yang baik. Begitu
juga sebaliknya, sikap keberagamaan yang kurang baik akan
memunculkan perilaku keberagamaan kurang baik pula.
Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan
bahwa sikap keberagamaan adalah tingkahlaku, perbuatan dan
sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal-hal yang sudah
ditentukan Tuhan Nya. Keberagamaan atau religeusitas
diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Sikap
keberagamaan adalah keadaan internal atau keadaan yang masih
ada dalam dari manusia.
b. Bentuk-Bentuk Sikap Keberagamaan
Keberagamaan atau religiusitas, dapat diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya
terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),
tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan
aktivitas yang tampak oleh mata, tetapi juga yang tidak tampak dan
terjadi dalam hati.
-
36
Menurut Ermis Suryana dan Maramah (2013:176), diantara
aspek-aspek keberagamaan adalah sebagai berikut:
1) Aspek ritual, mengacu pada seperangkat ritus, seperti tindakan
keagamaan secara formal dan praktik-praktik suci yang
mengharapkan pemeluknya melaksanakan ibadah sholat, puasa,
zakat dan haji bagi yang mampu.
2) Aspek ketaatan, apabila aspek ritual dari komitmen sangat
formal dan khas publik. Semua agama yang dikenal juga
mempunyai tindakan persembahan yang kontemplasi personal
yang relatif spontan, informal dan hak pribadi. Pengertian ini
diarahkan kepada amal-amal sunnah seperti sholat sunnah dan
membaca al-Qur’an.
3) Aspek pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa
orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal
ilmu pengetahuan mengenai dasar-dasar ritus, kitab suci dan
tradisi-tradisi. Seperti apakah aktifitas keagamaannya di
antaranya yaitu dengan membaca al-Qur’an, mengikuti
pengajian serta dengan membaca buku-buku yang Islami
4) Aspek penghayatan agama, memfokuskan pada penghayatan
tentang pengalaman keberagamaan seseorang, baik dari
pengalaman yang diperolehnya lewat lingkungan sekitar
maupun dari luar lingkungannya. Penghayatan keagamaan yang
mereka dapatkan kemudian diterapkan pada kehidupan sehari-
-
37
hari, apakah pengalaman keagamaannya tersebut dapat
mempengaruhi proses peningkatan penghayatan keagamaannya
c. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Sikap Keberagamaan
Pembinaan sikap spiritual keberagamaan erat kaitannya
dengan ibadah. Seseorang yang sudah tebiasa menanamkan nilai
keberagamaan akan terotomatis untuk melakukkan sebaik-baiknya
ibadah. Yang dimaksud ibadah secara bahasa berarti pengabdian,
penyembahan, ketaatan diri dan doa, (Misbahus Surur, 2009:20).
Pembentukan sikap keberagamaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor pendukung, diantaranya:
1) Adanya dorongan pada manusia untuk taat dan patuh kepada
Allah SWT, hal ini dapat dilihat dari keadaan dan kesadaran
manusia dalam hal beribadah kepada Allah SWT
2) Kebutuhan manusia terhadap agamanya. Seorang manusia
dalam hidupnya sangat membutuhkan suatu petunjuk. Jalan
untuk mendapatkan petunjuk tersebut melalui rasa
keyakinannya terhadap sesuatu. Sesuatu yang dimaksud disini
adalah Allah SWT
3) Lingkungan keluarga, dimana lingkunagn keluarga merupakan
pendidikan yang pertama dan utama, karenanya orang tua
sebagai pendidik mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perilaku keberagamaan anaknya, (Umi Mujiyati dan Andi
Triyanto, 2017:71)
-
38
4) Teman sebaya, bergaul dengan teman yang mempunyai
perilaku keberagamaan yang baik akan mendorong seseorang
untuk mempunyai perilaku yang baik, namun sebaliknya
bergaul dengan teman yang buruk akan membawa seseorang
memiliki perilaku yang buruk pula.
Selain faktor pendukung dari terbentuknya sikap
keberagamaan yang bak, ada pula foktor penghambat dari
pembentukan sikap keberagamaan tersebut. Diantara faktor
penghambat pembentukan sikap keberagamaan adalah sebagai
berikut:
1) Keadaan jiwa, keadaan jiwa seseorang sangat berpengaruh
dalam pembentukan sikap. Jika jiwa seseorang masih
terganggu, maka sangat terhambat untuk terbentuknya sebuah
sikap keberagamaan
2) Konflik dan keraguan, konflik kejiwaan dalam diri seseorang
dalam hal keberagamaan akan mempengaruhi sikap seseorang
akan agamanya, seperti taat, fanatik atau agnostik, sampai pada
ateis, (Jalaluddin, 2008:120)
3) Lingkungan keluarga, yang dimaksud disini adalah suatu
keluarga yang tidak ada pendidikan agama didalamnya,
khususnya dari kedua orang tua. Hal ini sangat berpengaruh
dalam pembentukan keberamaannya
-
39
4) Lingkungan sekolah, misalnya peserta didik yang salah
memilih teman di sekolah, sehingga akan terjerumus kedalam
hal-hal yang tidak di inginkan
3. Sistem Pendidikan Boarding School
a. Pengertian Boarding School
Andri Septilinda Susiyani dan Subiyantoro (2017:331),
mengatakan bahwa Boarding school terdiri dari dua kata yaitu
“boarding” dan “school”, boarding yang berarti asrama sedangkan
school berarti sekolah. Boarding school adalah sistem sekolah
berasrama, dimana peserta didik dan juga guru dan pengelola
sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah
dalam kurun waktu tertentu biasanya satu semester diselingi
dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya.
Najihaturrohmah (2017:209), juga menyebutkan boarding
school adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang
menekankan pelajaran agama Islam dan memperhatikan materi-
materi dasar keilmuwan yang mendukung dengan mata pelajaran
sekolah yang melibatkan peserta didik dan para pendidiknya bisa
berinteraksi dalam waktu 24 jam setiap harinya dan didukung
asrama sebagai tempat tinggal siswa yang permanen.
Tidak jauh berbeda dengan arti dari barding school menurut
Oxford Dictionary dalam Najihaturrohmah (2017:210) bahwa,
pendidikan kepesantrenan (Boarding school) is school where some
-
40
or all pupil live during the tern. Artinya adalah pesantren adalah
lembaga pendidikan yang mana sebagian atau seluruh siswanya
belajardan tinggal berasrama selama kegiatan pembelajaran.
Khamdiyah (2013:17) mengungkapkan bahwa sistem
boarding school merupakan himpunan komponen yang saling
berkaitan dalam suatu lembaga yang didalamnya tidak hanya
memberikan pengajaran, akan tetapi menyatukan antara tempat
tinggal dengan sekolah.
Dari beberapa definisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
boarding school adalah sistem sekolah berasrama dimana selain
belajar sebagian besar peserta didik dan guru juga bermukim
disuatu tempat atau kompleks yang sama. Boarding school
mengharuskan peserta didiknya mengikuti kegiatan regular dari
pagi sampai siang hari kemudian dilanjutkan kegiatan pendidikan
dengan nilai-niai khusus pada sore dan malam hari.
Perpaduan sistem pesantren dan madrasah melahirkan bentuk
pendidikan yang terpadu antara pesantren dan madrasah. Dalam
boarding school jadwal peserta didik dari bangun sampai tidur
kembali sudah dijadwalkan dengan baik oleh pengurus asrama.
Asrama merupakan tempat tinggal siswa sekaligus sebagai tempat
belajar, sehingga proses belajar dapat berjalan dengan teratur dan
aman.
b. Kriteria Boarding School
-
41
Menurut Maksudin (2013:26), suatu lembaga pendidikan yang
diselenggarakan dengan sistem boarding school paling tidak
memenuhi dua kriteria, baik fisik maupun nonfisik.
Kriteria yang berkenaan dengan komponen fisik berkenaan
dengan adanya beeberapa sarana dan prasarana, diantaranya sarana
ibadah, ruang belajar (ruang kelas), ruang tinggal (asrama). Selain
itu ada pula ruang makan, aula, fasilitas cucian, mandi, ruang
gudang, serta fasilitas olahraga dan seni.
Kriteria yang berkenaan dengan komponen nonfisik berkenaan
dengan adanya berbagai program atau kegiatan yang terjadwal
secara rapi, diatur dan ditentukan sanksi-sanksinya, berorientasi
pada mutu atau kualitas (mutu akademik, mutu guru, mutu
ketertiban, keamanan dan kenyamanan).
c. Peran Boarding School Dalam Pembentukan Sikap
Boarding school memiliki peran yang penting dalam
pembentukan sikap seorang peserta didik, contohnya dalam sikap
sosial seperti, mampu menanamkan sifat mandiri, disiplin, dapat
berperilaku baik dengan teman, masyarakat dan lingkungan, selain
sikap sosial juga dalam sikap keberagamaan, diantaranya dapat
berperilaku jujur terhadap sesama, dapat bertoleransi dengan baik
walaupun dengan orang yang berbeda agama dan mampu
berperilaku sesua dengan ajaran agamanya.
-
42
Dapat diketahui bahwa berdirinya boarding school dilatar
belakangi dengan memadukan kurikulum pesantren dengan
sekolah umum. Isnaini Nurul Khasanah (2017:18) menyebutkan
beberapa peran boarding school, diantaranya sebagai berikut:
1) Mengembangkan lingkungan belajar yang islami
2) Menyelenggarakan program pembelajaran dengan sistem mutu
terpadu dan terintegrasi yang memberikan bekal kecerdasan
intelektual, spiritual dan emosional serta kecakapan hidup (life
skill)
3) Mengelola lembaga pendidikan dengan system manajemen
yang efektif, kondusif, kuat, bersih, modern, dan memiliki daya
saing
4) Mengoptimalkan peran serta orang tua, masyarakat dan
pemerintah.
Dilihat dari peran boarding school, dapat ditarik kesimpulan
bahwa peran dari boarding school telah menggambarkan sebuah
sistem boarding school yang sangat efektif untuk mengembangkan
sikap sosial dan sikap keberagamaan peserta didik.
Merujuk pada peran sebuah boarding school, sistem boarding
school sendiri secara langsung maupun tidak langsung dapat
menenamkan sikap-sikap tersebut melalui bimbingan yang sudah
terjadwal dan terkontrol selama 24 jam di dalam asrama, dengan
begitu seorang pembina dapat lebih mudah mengontrol peserta
-
43
didiknya, serta dapat menanamkan dan pengembangan sikap
kemandirian, kedisiplinan bahkan sikap gotong royong yang dapat
diterapkan di dalam maupun di luar asrama secara langsung
maupun tidak langsung.
d. Sistem Pendidikan Boarding School
Sistem adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain
saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Suwardi (2007:31), sistem merupakan keterkaitan antara input
(masukan), proses, dan output (keluaran). Misalnya, masukan dari
pembelajaran dapat berupa siswa, guru, materi, dan media.
Proses pembelajaran adalah aktivitas kegiatan pembelajaran.
Keluaran dapat berupa perubahan diri siswa sebagai hasil dari
proses pembelajaran. Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, dalam Damsar (2011:8), merupakan proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengertian dari sistem pendidikan sendiri yaitu suatu kesatuan
komponen yang terdiri dari komponen-komponen yang ada dalam
proses pendidikan, dimana antara satu komponen dengan
komponen lainnya saling berhubungan dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan pendidikan. Seperti yang disebutkan sebelumnya
sistem pendidikan boarding school merupakan sistem pendidkan
-
44
dimana para siswanya tinggal dalam suatu asrama dan menetap
disana selama waktu yang telah ditentukan.
Sistem pendidikan seperti ini dapat memberikan pengawasan
terhadap siswa dalam melakukan kegiatannya, dengan adanya
pengawasan prestasi siswa dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan
ini berlangsung di asrama selama 24 jam, dengan jadwal yang
terprogram dan terkontrol secara jelas. Dengan jadwal yang sudah
diselenggrakan oleh lembaga secara jelas selama 24 jam tersebut,
dapat dipahami bahwa pendidikan di dalam boarding school dapat
berjalan secara sistematis.
4. Tinjauan Pesantren sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam
a. Pondok Pesantren sebagai Pusat Pendidikan Agama Islam
Menurut Jamaluddin, dalam Afiful Ikhwan (2017:94), pondok
Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang
tumbuh, serta diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama
yang santri-santrinya menerima pendidikan dengan sistem
pengajaran atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah
kepemimpinan seseorang atau beberapa orang kyai yang
mempunyai kharismatik serta independen dalam segala hal. Dalam
mengembangkan pendidikan, pesantren telah menunjukkan daya
tahan yang cukup kokoh sehingga mampu melewati berbagai
zaman dengan beragam masalah yang dihadapinya (Arif Rahman
Hakim, 2018:90).
-
45
Menurut Anisa Rizkiani (2012:11), mengartikan pesantren
sebagai suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat
tradisional untuk mendalami ilmu agama Islam dan
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian.
Pada saat ini sebuah pondok pesantren dikatakan mampu
bertahan dengan dlihat dari konstribusinya yang nyata bagi umat
islam, secara khusus, dan masyarakat, secara luas, dimasa kini dan
mendatang. Pondok pesantren juga merupakan pendidikan yang
dimana dalam sistem kependidikan tidak jauh dari pendidikan
formal yang lainnya. Di dalam Pondok pesantren juga lebih
mendalam dalam mengembangkan kretifitas, demokrasi, sosial
yang tinggi, memiliki kecerdasan yang tidak kalah dari pendidikan
umum, dan tidak kalah penting menceetak generasi yang
bermartabat dan berbudi luhur.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan sekaligus
menjadi pusat perubahan masyarakat melalui kegiatan penyebaran
agama, terutama era prakolonial. Pesantren dapat disebut sebagai
lembaga non-formal, karena eksistentinya berada dalam jalur
sistem pendidikan kemasyarakatan. Ia memiliki program
pendidikan yang disusun sendiri dan pada umumnya bebas dari
ketentuan formal.
Seiring berkembangnya sebuah pondok pesantren, kini di
Indonesia banyak asrama yang sistem pendidikannya hampir sama
-
46
dengan pondok pesantren, bahkan banyak sekolah-sekolah yang
menerapkan sekolah berasrama, dengan kata lain pesantren di
sekolah disebut dengan lembaga pendidikan islam alternatif
(asrama/boarding school).
Kehidupan pondok atau asrama memberikan berbagai manfaat
antara lain interaksi antara guru dan murid bisa berjalan secara
intensif, memudahkan kontrol terhadap kegiatan murid,
menimbulkan stimulasi atau rangsangan belajar dan memberi
kesempatan yang baik bagi pembiasaan sesuatu.
Pesantren pada umumnya lebih menitikberatkan pada nilai-
nilai yang sudah mapan atau tradisional, sedangkan sistem
boarding school sejak awal didirikannya mengadopsi dan
memadukan nilai tradisional dan modern secara integrative dan
selektif (Maksudin, 2013: 10).
Dua tujuan yang ada dalam sebuah pesantren, yang meliputi
tujuan umum dan tujuan khusus, seperti yang disebutkan oleh
Fa’uti Subhan (2006:6), Tujuan umum pesantren adalah
membimbing peserta didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi
penyampai ajaran agama Islam dalam masyarakat sekitar melalui
ilmu dan amalnya. Sedangkan tujuan khusus pesantren adalah
mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam agama
-
47
yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta mengamalkannya
dalam masyarakat.
Tujuan tersebut akan dapat dicapai oleh sebuah pesantren atau
asrama melalui penanaman sikap sosial dan sikap keberagamaan
oleh seorang kyai yang ada di pesantren atau ustadz-ustadzah yang
ada di asrama. Husni Rahim (2001:148) menyebutkan, pesantren
dari peran tradisionalnya sebagai lembaga yang banyak bergerak di
bidang pendidikan, terutama dalam pengertiannya sebagai lembaga
tafaquh fi al-dini.
Hal ini menunjukkan bahwa pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam mempunyai peran yang signifikan dalam
membentuk para santrinya terutama dalam bersikap sosial baik
melalui kajian kitab kuningnya maupun melalui budaya yang
dikembangkannya sehari hari.
b. Nilai-Nilai Pendidikan di Pesantren
Pendidikan yang merupakan agent of change diharapkan harus
mampu melakukan perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu,
pendidikan kita perlu direkonstruksi ulang agar dapat
menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap menghadapi
“dunia” masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan
serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia
serta memiliki sikap social yang baik dengan sesama individu
maupun dengan masyarakat sekitar.
-
48
Syaiful Islam and others dalam Muhammad Mushfi El Iq Bali
dan Mohammad Fajar Sodik Fadli (2019:4), mengemukakan
“Education is one important element in the development of a
nation. Education is the largest field of investment in building and
shaping mentality person”, dapat diartikan bahwa pendidikan
adalah suatu pilar penting dalam pembangunan suatu bangsa.
Pendidikan merupakan bidang investasi terbesar dalam
membangun dan membentuk mental seseorang. Nilai-nilai
pendidikan pesantren merupakan suatu konsep yang bersifat
sederhana dan disetujui bersama, oleh masyarakat dengan baik,
benar, berharga dan diinginkan. Yang mana di pesantren segala
sesuatu sudah terkontrol. Banyak pendidikan moral yang didapat di
pesantren yang diharapkan para snatri dapat melaksanakan apa
yang didapat saat di pesantren untuk kelak terjun dalam
masyarakat.
Sampai saat ini pendidikan di pesantren banyak diyakini oleh
masyarakat terutama orang tua sebagai tempat pendidikan islam
yang sangat baik dan berkualitas dengan menerapkan sistem
asrama dimana jadwal santri selama 24 jam, dimulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali sudah terkontrol dan terstruktur oleh
pengurus maupun ustadz atau ustadzah di pondok pesantren
tersebut.
B. Kajian Pustaka
-
49
Kajian pustaka dilakukan untuk menelaah penelitian-penelitian
terdahulu yang relevan dengan kajian ini. Telaah ini penting dilakukan
karena untuk pembanding dalam dalam penelitian. Berikut ini beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Nurul Khasanah yang
berjudul “Peran Sistem Boarding School dalam Pembentukan Karakter
Siswa MAN Yogyakarta III”, menurut peneliti peran sistem boarding
school dalam pembentukan karakter siswa yaitu untuk menanamkan nilai-
nilai pendidikan karakter pada santri, membiasakan nilai-nilai pada
pendididkan karakter, dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Isnaini Nurul
Khasanah memfokuskan pada pembentukan karakter peserta didik,
sedangkan penelitian saat ini fokus dalam pengembangan sikap sosial dan
sikap keberagamaan yang ada dalam boarding school MAN 2 Boyolali.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Najihaturrohmah yang berjudul
“Implementasi Program Boarding School dalam Pembentukan Karakter
Siswa di SMA Negeri Cahaya Madani Banten Boarding School
Pandeglang”, menurut peneliti implementasi program boarding school
dalam pembentukan karakter siswa diantaranya: Terdapat pembinaan
pendiddikan karakter yang nampak di SMAN CMBBS diantaranya: 1)
Religius, sikap, dan perilaku; 2) Disiplin, tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 3) Jujur
-
50
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 4)
Mandiri, 5) Tanggung jawab sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Najihaturrohman
lebih fokus pada kedisiplinan, kemandirian, kejujuran serta tanggung
jawab, sedangkan penelitiaan saat ini yang dteliti tidak hanya perihal
kedisiplinan, kemandirian, kejujuran serta tanggung jawab, tetapi juga
pada bagaimana santri di asrama MAN 2 Boyolali menerapkan sikap-sikap
sosial tersebut dalam masyarakat. Praktiknya dalam berhubungan baik
dengan sesama manusia, baik secara individu maupun kelompok.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Kholid Mawardi
yang berjudul “Perbedaan Sikap Sosial Siswa MA Uswatun Khasanah
Mangkang Wetan Tugu Kota Semarang (Studi Komparasi Sikap Sosial
antara Siswa yang tinggal di Pondok Pesantren dengan Siswa yang
Tinggal bersama Orang Tua Tahun Pelajaran 2015/2016)”, menurut
peneliti terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap sosial peserta
didik yang tinggal di pondok pesantren dengan peserta didik yang tinggal
bersama orang tua pada peserta didik di M.A. Uswatun Hasanah Tugu
Kota Semarang tahun pelajaran 2015/2016. Ini berarti sikap sosial peserta
didik yang berasal dari pondok pesantren lebih baik dari peserta didik yang
-
51
bertempat tinggal bersama orang tua. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian yang diteliti saat ini adalah, jika penelitian Muhammad Kholid
Mawardi lebih kepada membandingkan sikap sosial peserta didik yang
top related