implementasi konsep amanah dan fathanah pada...
Post on 13-Mar-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
74
IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN
FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
Disusun Oleh :
Aji Maulana
104053002040
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
75
IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH
PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT
NASIONAL (BAZNAS)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun oleh :
Aji Maulana
NIM : 104053002040
Di bawah Bimbingan :
DRS. M. Sungaidi, MA
NIP : 150 282 640
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
76
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjjudul IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN
FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT
NASIONAL (BAZNAS) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember
2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salh satu syarat memperoleh gelar sarjana
Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program studi Manajemen Dakwah.
Ciputat, 12 Desember 2008
Sidang munaqasyah
Ketua, Sekretaris,
Drs. Study Rizal LK. MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP : 150 262 876 NIP : 150 287 029
Anggota,
Penguji I, Penguji II,
Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA Noor Bekti Negoro, SE. STP,
Msi
NIP : 150 270 815 NIP : 150 293 230
Pembimbing,
Drs. M. Sungaidi, MA NIP : 150 282 640
77
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya mentyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Desember 2008
Aji
Maulana
78
ABSTRAKSI
Aji Maulana Di bawah bimbingan Drs. M. Sungaidi. MA
Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah pada Pengelolaan Zakat Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Zakat yang merupakan kewajiban atas setiap muslim, berkedudukan untuk
menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan yang bersatu yang mengandung unsur-unsur perasaudaraan, perkokohan umat, dan kenbersamaan bersama. Zakat
dalam pengelolaannya haruslah benar-benar dikelola oleh para amil zakat, yang
bias memegang amanah dari para donator maupun para muzaki. Agar dan tersebut
dapat benar teralokasikan kepada mustahik yang membutuhkan dengan
menentukannya sesuia dengan ketentuan syariat Islam. Sifat amanah saja
belumlah cukup untuk mengambarkan sifat yang harus dipegang oleh amil zakat,
haruslah ditambah sifat fathanah dalam pengelolaan zakat, sifat fathanah yan
diartikan sebagai kecerdasan dalam buku Kecerdasan Rohaniah karya Toto
Tasmara, disini mengartikan bahwasanya fathanah itu adalah bentuk kemahiran,
kecerdasan dan keahlian dalam bidang tertentu. Sifat amanah dan fathanah
memanglah penting sekali dipegang oleh para amil zakat, di mana sifat amanah
yang diartikan sebagai misi hidup seorang muslim dan fathanah sendiri diartikan
sebagai strategi hidup seorang muslim, maka disini perlulah sifat amanah dan
fathanah melekat pada seorang amil zakat. Kecerdasan sangatlah penting untuk dimiliki oleh para amil zakat, untuk mewujudkan ide-ide segar, kreativitas, dan
inovasi baru dalam program-program pendayagunaan, penyaluran dana zakat. Pengelolaan zakat dengan peneraan konsep amanah dan fathanah perlulaha kita
perhatikan sehingga salam pengelolaan dapet benar-benar efektif dan dipercaya oleh masyarakat. Pengelolaan zakat bukanla kegiatan individu melainkan suatu
bentuk kegiatan yang dilaksanakan secara kolektif atua bersama atau kegiatatn yang diselenggarakan oleh lembaga di mana disitu terjadi kerjasama antara para
ulama, ormas-ormas islam sehingga mendukkung kegiatan pengelolaannya.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengelolaan zakat yang dijalankan
oleh lembaga-lembaga zakat, apakah sudah benar benar sesuai dengan ketentuan
syariat islam dengan amanah danprofesional melalui wawancara dan observasi
diketahui bahwa pengelolaan yang dilaksanakan denga penerapan konsep amanah
dan dikelola dengan sistem profesioanlisme dalam menjalankan tugasnya
sehingga dana tersebut tersalurkan dengan benar dan tepat sasaran. Sumber
penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional yaitu suatu lembaga pengelolaan
zakat yang didirikan oleh pemerintah untuk menjalankan amanah tentang
pengelolaan zakat. Dalam pengelolaannya BAZNAS disini menerapkan sifat
Rasul yaitu pada pengelolaan zakat, di sini melekat pada sebagai Azas dan budaya
kerja yang dilakukan oleh BAZNAS yaitu sifat amanah dan fathanah.
79
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT,
sebagaimana kita telah diberi nikmat iman dan islam yang tiada tara, serta nikmat
sehat sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan
hidayahnyalah skripsi ini bisa terselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda
besar kita Nabi Muhammad saw, juga segenap keluarga, para sahabat, serta umat
beliau hingga akhir zaman.
Babak demi babak dalam penulisan ini berlalu demi mencapai
terbentuknya sebuah skripsi ini, ada kalanya senang bahagia dan banyak pula
halangannya, sebagai penulis yang masih banyak perlu belajar kepada para guru,
dosen maupun pengajar yang lebih ilmunya maupun pengalaman dalam
mengalami dunia luar, khususnya dalam bidang zakat. Penulis merasa
bahwasanya terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini banyak dibantu oleh
banyak orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada
penulis, dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis
menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,
diantaranya:
1. Orang Tua penulis, Bapak Supeno dan Ibunda Djohariyah yang
senantiasa memberi semangat kepada penulis, baik itu semangat doa
dan cinta kasihnya yang tak terhingga, untuk mereka skripsi ini penulis
persembahkan.
2. Orang tua angkat penulis Bapak Chaerudin yang telah mendidik
penulis dalam dunia bisnis dan telah membiayai segala kebutuhan
penulis dalam menempuh pendidikan sarjana ini, dan kepada nenek
penulis Hj. Tumakminah atas berkat doanya dan motivasi dari beliau
penulis semangat dalam menjalani kehidupan.
3. D R. Murodi M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN beserta segenap jajaran Pembantu Dekan.
4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Dakwah, Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Sekretaris Jurusan
80
Manajemen Dakwah, beserta segenap jajaran karyawan struktural dan
Kru Jurusan dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN.
5. Drs. Sungaidi, MA selaku pembimbing yang dengan murah hati dan
begitu sabar dalam memberikan pengarahan kepada penulis, dan Noor
Bekti Negoro, SE. STP, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Segenap pengurus BAZNAS yang membantu penulis, khususnya
kepada Bapak Broto Santoso (supervisor HRD), dan Bapak Budi
Setiawan (bagian pendayagunaan), yang bersedia meluangkan
waktunya untuk memberikan informasi tentang Amanah dan Fathanah
dalam pengelolaan zakat di BAZNAS.
7. Adik-adik penulis Fatkhu Rochim, yang telah memberikan motivasi
terus-menerus kepada penulis agar selalu semangat, dan adik-adik
tercinta Agung Prabowo, Nur Hikmah, Achmad Zulfi Rahman.
8. Segenap temen-temen MD A/B seangkatan yang berjuang bersama
dalam menempuh gelar kesarjanaan ini, khusnul khuluki, hidayatullah
subiki (bim-bim), Apoy, M. Zakaria, jiepam, ipin, joe, nurdin, deby,
uzy, ummi, herva, chris, heri, fahmi, slamet, dll yang tidak bisa penulis
sebutkan satu-persatu
9. Keluarga besar FKMP dan IMABA, saudara-saudara penulis yang
berjuang bareng dari daerah, Udin, Arif H, bejo, arif M, Yanti, kang
Takin, ika kita tetap haris tetap semangat daerah kita butuh orang-
orang yang pintar dan jujur untuk lebih maju. Serta teman penulis di
HMI Komfakda, dan BEMJ MD yang banyak mengajari penulis dalam
berorganisasi.
Semoga Allah memberikan balasan pada mereka denagn setimpal atas
segala upaya yang dilaksanakannya. Sedikit harapan penulis semoga kaya ini
dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Ciputat, 10 Desember
2008 Aji Maulana
81
DAFTAR ISI
Abtraksi …………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 7
E. Metodologi Penelitian .............................................................. 8
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengelolaan Zakat ........................................................ 13
1. Pengertian Pengelolaan Zakat .............................................. 13
2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah .......................... 15
3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin .............. 16
4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19
B. Konsep Amanah dan Fathanah ................................................. 20
1. Pengertian Amanah .............................................................. 20
2. Amanah dalam Zakat ........................................................... 23
3. Pengertian Fathanah ............................................................. 24
4. Fathanah dalam Zakat. ......................................................... 27
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS ................................................... 31
B. Landasan Hukum BAZNAS .................................................... 32
C. Visi dan Misi Tugas pokok ...................................................... 32
D. Struktur Organisasi BAZNAS .................................................. 33
E. Program Kerja BAZNAS. ........................................................ 39
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
82
A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam
Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ............... 46
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pengelolaan
zakat di BAZNAS ................................................................. 66
C. Praktek pelaksanaan Pengelolaan Zakat di BAZNAS ............... 69
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 72
B. Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74
83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat yang merupakan bagian dari rukun Islam yang keempat itu
termasuk unsur penting bagi suatu kesejahteraan masyarakat, umat manusia
serta sebagai unsur tegaknya keadilan sosial umat Dilihat dari aspek ibadah,
Zakat memiliki posisi yang sangat vital karena Zakat merupakan kewajiban
umat Islam yang jika ditinggalkan menyebabkan pelakunya mendapatkan
beban dosa. Dari penjelasan yang terdapat dalam sumber-sumber Hukum
agama Islam, yakni al-Quran dan Al-Hadist mengisyaratkan secara tegas
bahwa orang-orang yang menahan hartanya dari membayar zakat akan
mendapatkan balasan yang berat dari Allah SWT.
Secara istilah Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus
diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat, sedangkan
menurut Hukum Islam (istilah Syara’) Zakat adalah Nama bagi sesuatu
pengambilan tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al
Mawardi dalam kitab Al-Hawiy)1
Setiap kali kita mendengar kata zakat sering muncul dalam benak
pikiran kita bahwasanya itu berkaitan dengan suatu kegiatan philantrophy,
suatu bentuk sosial kemanusiaan salah satu kewajiban dalam Islam, zakat
merupakan instrumen yang dapat mensucikan diri (pribadi) dari sebuah dosa,
menimbulkan akhlak mulia, peka terhadap suatu rasa kemanusiaan, dan dapat
mengurangi rasa dekil, kikir serta serakah terhadap sesama muslim.
1. Sebagai mana dikutip Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Ciputat : Center For
Enterpreneurship Development , 2005 ), h. 4, cet.-1
84
Potensi zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan
Islam yang terdiri atas prinsip-prinsip : Ummatan Wahidah (ummat yang
satu), Musawamah (persatuan derajat, dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan Islam), dan Takaful Ijti’wa ( tanggung jawab bersama ).2
Sesuai dengan firman Allah bahwa Zakat diberikan kepada delapan
Ashnaf :
��☺���� ���� �����
��������������
������ �☺!���"#
��$���☺�%!���"# �&'()*��+
�&⌧�-�⌧�☺!���"# (/'+12%�%�
3��"# 45���67����
����86��9!���"# 3��"# �:;�<�=
>��� ��!9��"# �:;�< ��� ? @&ABC6��� DE�F8 >��� � G���"#
HIJ���+ BI;�<�K L�4�
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.” (QS. At-Taubah/ 9 : 60)
Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual
dari muzakki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan
zakat lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani
zakat, yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang disebut dengan amil
zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada
2. Ibid, h.7
85
masyarakat, untuk melakukan penagihan dan pengambilan, serta
mendistribusikannya secara tepat dan benar.3
Munculnya organisasi-organisasi maupun lembaga-lembaga pengelola
zakat di Indonesia, itu merupakan indikasi bahwa kesadaran masyarakat akan
menyalurkan zakat makin maju, lembaga pengelola zakat itu baik yang
dikelola pemerintah maupun swasta. Secara garis besar, lembaga pengelola
zakat mempunyai kegiatan utama yaitu meliputi 3 kegiatan, seperti
Penghimpunan, Pengelolaan (keuangan), serta Pendistribusian.
Salah satu lembaga yang mengelola zakat itu di antaranya adalah
BAZNAS. Lembaga ini bergerak dalam pengelolaan zakat yang bertujuan
menumbuhkan kesadaran untuk mensucikan hartanya dengan memulai
berzakat terhadap para masyarakat muslim.
Ada hal lain yang perlu diperhatikan agar zakat dikelola dengan benar
serta baik, yaitu zakat harus dikelola oleh lembaga yang profesional, dan para
amil zakat yang profesional dan dapat menjalankan amanah.
Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat, dalam mencapai suatu tujuan
sosial kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian yang profesional yang
disandarkan kepada landasan yang sehat, sehingga zakat tidak salah sasaran.
Konsep manajemen amanah merupakan salah satu ungkapan yang
dilakukan oleh lembaga zakat untuk menjaga kepercayaan muzakki dalam
menyalurkan dana zakatnya kepada amil yang akan didistribusikan kepada
mustahik. Amanah ini suatu bentuk kepercayaan yang dijalin oleh muzakki
3. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani
Press, 2002), h. 52, cet- 1
86
kepada amil terhadap harta maupun barang yang akan disalurkan kepada
mustahik yang benar-benar berhak mendapatkannya.
Sifat Amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap
amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem yang dibangun.
Sebagaimana hancurnya perekonomian kita yang lebih besar disebabkan
karena rendahnya moral dan tidak amanahnya para pelaku ekonomi. Sebaik
apa pun sistem yang ada, akan hancur juga jika moral pelakunya rendah.
Terlebih dana yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) adalah dana
ummat. Dana yang dikelola itu secara esensi adalah milik mustahik. Muzakki
memberikan dananya kepada LPZ tidak ada keinginan sedikitpun untuk
mengambil dananya lagi. Kondisi ini menuntut sifat amanah dari para Amil
Zakat. Pengelola zakat bila dilakukan dengan baik akan menjadi sumber bagi
kesejahteraan masyarakat.
Sifat amanah saja belumlah cukup dalam mengelola zakat, haruslah
diimbangi dengan sifat profesionalitas dalam mengelolanya, yaitu dengan sifat
Fathanah yang mana dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim.
Karena untuk mencapai sang maha besar, Seorang muslim harus
mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya. Potensi paling
berharga dan termahal yang hanya diberikan pada manusia adalah akal
(intelektualitas).4 Hanya dengan profesionalitas yang baik dan benarlah dana
yang diamanatkan oleh muzakki kepada amil akan dikelola menjadi efektif
serta efisien.
4. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam,( Jakarta : IIIT Indonesia, 2003 ), cet-2. h. 19
87
Fathanah seringkali diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau
penguasaan terhadap bidang tertentu, padahal makna Fathanah merujuk pada
dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat
diartikan bahwa Fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan
intelektual, emosional, dan terutama kecerdasan spiritual.
Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh amil untuk mewujudkan ide-ide
segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan
guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayangunakan dana ZIS
merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam
mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS. Adapun visi
pengelolan zakat yang terdapat dalam UU no. 38 Tahun 1999 yaitu
“Terwujudnya pengelolaan zakat yang amanah dan Fathanah sehingga dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang bermanfaat sesuai
dengan syari’ah.
Banyaknya lembaga zakat maupun badan zakat yang ada di Indonesia
belumlah diimbangi dengan kepercayaan masyarakat atas lembaga-lembaga
tersebut. Sebenarnya itu bukan dikarenakan kurang amanahnya lembaga zakat
tersebut melainkan kurang taunya masyarakat atas harta yang diterima oleh
amik tersebut teralokasikan kemana. Sehingga disinilah yang menjadi peran
utama bagi para pengelola-pengelola zakat untuk dapat membuktikan bentuk
amanahnya lembaga zakat tersebut kepada masyarakat dan benar-benar
menyalurkan dana yang diterimanya itu kepada mustahik yang benar
membutuhkan, dan benar menyalurkannya sesuai dengan ketentuan syarat
islam dalam Al-Qur’an maupun Al-hadist.
88
Sifat wajib Rasul yang terdiri dari sidiq, amanah, tabliqh, dan fathanah
haruslah kita pegang erat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
merealisasikan hidup yang tentram dan damai, khususnya dalam urusan
pengelolaan zakat, sifat tersebut harus melekat erat pada setiap amil zakat
yang telah dipercaya untuk mengelola dana zakat, di mana sifat-sifat tersebut
diartikan sebagai berikut; Sidiq yang diartikan visi hidup seorang muslim,
Amanah diartikan sebagai misi hidup seorang muslim, Tabliqh yang diartikan
sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta Fathanah yang diartikan
sebagai strategi untuk menjalankan kehidupan di dunia.semuanya itu perlulah
diketahui oleh para amil zakat yang menjalankan roda pengelolaan zakat.
Sehingga penulis merasa ingin sekali melihat bahwasanya bagaimana sifat
Rasul tersebut terserat pada pengelolaan zakat, khususnya pada sifat amanah
yang didalanya juga sudah termasuk pengertian dari sifat sidiq, dan sifat
fathanah yang telah merangkap arti dalam sifat tabliqh. Sehingga penulis lebih
terfokus pada pengelolaan zakat dengan menerapkan sifat amanah dan
fathanah.
Pengelolaan zakat haruslah dipegang orang-orang yang amanah, dan
harus ditambah sifat fathanah, di sini agar bisa lebih banyak terpercaya oleh
para muzaki, donatur zakat, maupun masyarakat umum atas dana yang
dikelolanya, profesionalitas dalam pengelolaannya pun harus dilihat penting
untuk mengelola dana yang diterimanya dengan berbagai program-program
penyaluran maupun pendayagunaan.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud mengadakan
penelitian guna mengetahui bagaimana aplikasi pengelolaan dana zakat secara
89
benar, dan sesuai dengan konsep amanah. Bagaimana pula lembaga zakat
tersebut dapat menjalankan pengelolaan dana zakat yang telah diamanatkan
tersebut dengan profesional, sesuai dengan konsep profesional yang ditetapkan
oleh dewan syariah. Badan Amil Zakat Nasional merupakan sebuah organisasi
yang mengelola zakat dengan menerapkan konsep amanah kepada para amil-
amilnya, dan mengharapkan kepada para amil untuk menyalurkan dana zakat
secara profesional, dan benar menurut syariah. Maka penulis meninjau
perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai proses pengelolaan dana
zakat pada BAZNAS dengan menerapkan sistem Manajemen Amanah serta
Fathanah maka itu penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul
“IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA
PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah.
1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah yang di atas, banyak hal
sekiranya dapat diteliti serta dikaji mengenai model, pola dan strategi yang
dilakukan oleh BAZNAS.
Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan
haruslah ditujukan untuk mengarah kepada satu hal objek sasaran, maka
dari itu penulis dalam hal ini merasa ingin membatasinya objek kajian ini
hanya pada lingkup Pengelolaan Zakat dengan konsep Amanah dan
Fathanah pada BAZNAS.
90
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang
penulis tuangkan adalah senbagai berikut :
a. Bagaimanakah usaha BAZNAS Pusat dalam menerapkan konsep
Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat ?
b. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan zakat di
BAZNAS?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan yang
akan dicapai, begitu pula skripsi ini yang bertujuan secara umum, sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui usaha BAZNAS dalam menerapkan konsep Amanah
dan Fathanah dalam pengelolaan zakat
2. Untuk mengetahui faktor pendukung serta penghambat BAZNAS dalam
pengelolaan zakat di BAZNAS
Sedangkan Manfaat Penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi ilmu pengetahuan khususnya kepada Manajemen Dakwah dan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada umumnya.
2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pedoman bagi pengelola-pengelola zakat lainnya.
D. Tinjauan Pustaka
91
Penelitian dan penulisan Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun
dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana strata 1 (S1). Karena itu
tidak menutup kemungkinan adanya kemiripin dalam penulisannya baik
dengan buku maupun dengan skripsi-skripsi yang terdahulu.
Ada beberapa skripsi yang membahas mengenai BAZNAS yang telah
dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitiannya,
dibawah ini diuraikan sebagai berikut :
1. Judul skripsi, “Peran Sosialisasi BAZNAS terhadap peningkatan
penerimaan Zakat Maal”, penulis Dini Rostika Sari, Fakultas Syari’ah
dan Hukum, jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2006. yang
berisi tentang peran BAZNAS dalam mensosialisasikan Zakat Maal
kepada masyarakat dalam upaya peningkatan penerimaan Zakat Maal.
2. Judul skripsi, “Kedudukan dan peranan BAZNAS dalam pengelolaan
Zakat Di Indonesia”, penulis Ishak, Fakultas Syaria’ah dan Hukum,
jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2005, berisi tentang
bagaimana praktek pelaksanaan tugas BAZNAS dalam sistem
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian kali
ini penulis lebih membahas masalah Implementasi konsep Amanah dan
Fathanah pada pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
92
Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode
penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-
penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur
statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan).5
Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertentu atau
lisan dari orang-orang dan perilaku organisasi.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif penulis akan
melakukan sebuah penelitian secara langsung di tempat lapangan di mana
penulis mendeskripsikannya secara sistematis, mengenai berbagai masalah
yang diteliti tersebut serta kemudian dianalisis.
2. Subyek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah orang atau kelompok yang dinilai
dapat memberikan informasi kepada penulis, yaitu ketua maupun para
pegawai BAZNAS, Khususnya kepala BAZNAS. dan Objek penelitian ini
adalah deskripsi tentang implementasi konsep amanah dalm pengelolaan
zakat di BAZNAS.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis melakukannya dengan cara :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis
melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.6
5.Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitisn Sosial, (Jakarta : UIN Press,
2006), h.30 6. Hariwijaya & Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal & Skripsi, (Yogyakarta :
TUGU PUBLISHER ORYZA, 2007 ), h.63. cet-1
93
Dalam kegiatan ini penulis akan melakukan pengamatan secara
langsung di BAZNAS yaitu yang berkaitan dengan Pengelolaan zakat
menggunakan konsep Amanah dan Fathanah.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses pencarian data dengan cara Tanya
jawab langsung kepada responden. Dalam hal ini penulis akan
mengadakan wawancara langsung kepada Ketua atau Sekretaris
BAZNAS guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai dana
zakat yang dikelola dengan konsep Amanah dan Fathanah.
c. Dokumentasi
Untuk melengkapi data-data yang diperoleh, penulis melakukan
penelitian dokumentasi yaitu dengan meneliti berbagai literatur baik
itu berupa buku, majalah, jurnal, dan sumber yang lain dari laporan
BAZNAS.
Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam
menyusun skripsi ini adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis
Disertasi ” yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dikantor BAZNAS, Jln. Kebon
Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat. Telp : (021) 3904555.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis yaitu suatu teknik data di mana penulis lebih dahulu memaparkan
semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu
94
diklasifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan
penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini, penyusun akan menulisnya ke dalam bab-
bab masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai
berikut:
BAB I : Merupakan bab Pendahuluan yang diawali dari Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Menjelaskan kerangka teoritis mengenai Konsep Pengelolaan
Zakat dan Konsep Amanah dan Fathanah. Konsep Pengelolaan
Zakat meliputi Pengertian Pengelolaan zakat, Pengelolaan Zakat
pada zaman Rosulullah, Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifah,
Pengelolaan Zakat Menurut UU. No.38 Thn. 1999. Sedangkan
Konsep Amanah dan Fathanah yang meliputi: pengertian Amanah,
Amanah dalam Zakat, Pengertian Fathanah, Fathanah dalam zakat.
BAB III : Gambaran umum tentang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS),
meliputi Sejarah Berdirinya, Tujuannya, Visi dan Misi, Stuktur
Organisasinya dan juga Program Kerjanya.
BAB IV : Implementasi Konsep Amanah Dan Fathanah dalam Pengelolaan
Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional. Dalam Bab ini membahas
tentang penerapan konsep Amanah dan Fathanah BAZNAS, faktor
95
pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat di BANAS,
praktek pelaksanaan pengelolaan zakat di BAZNAS.
BAB V : Bab ini merupakan penutup dari skripsi, yang di dalamnya
menguraikan tentang Kesimpulan dari Pembahasan dan Analisis
serta Saran-saran yang sifatnya membangun Lembaga tersebut.
96
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengelolaan Zakat
1. Pengertian Pengelolaan zakat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan dapat
diartikan sebagai berikut :7
a. Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tinjauan organisasi.
b. Proses yang memberikan pengawasan pada hal yang terlibat dalam
pelaksanaan kebijaksanaan dari pencapaian tujuan.
c. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakkan tenaga orang
lain.
Pengelolaan ialah suatu Bentuk tindakan menjalankan aktivitas
yang meliputi unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan dalam suatu bentuk kegiatan yang akan maupun sedang
dilakukan.
Zakat ialah jumlah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh
orang Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya
(mustahik ), menurut yang telah ditetapkan oleh syarak.
Ditinjau dari segi bahasa zakat merupakan kesuburan, kesucian,
keberkahan, kebaikan, yang banyak. Menurut istilah fikih berarti
“sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
7. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 1989), h.411
97
orang yang berhak”8, disamping berarti ”Mengeluarkan jumlah tertentu itu
sendiri, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena
yan dikeluarkan itu. Zakat adalah merupakan salah satu institusi yang
dapat dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau
menghapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya
keadilan distribusi harta. Zakat merupakan bagian pilihan dari harta yang
dimiliki seseorang yang dibelanjakan untuk membersihkan diri.
Jadi pengelolan zakat ialah suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian
serta pendayagunaan zakat. Di mana pengelolan tersebut terkait dalam
suatu bentuk Pengambilan (Fundraising), Organizing, dan Pendistribusian
dana-dana zakat.
Pengelolaan zakat sebagaimana dijelaskan dalam definisi
pengelolaan zakat di atas, diawali dengan kegiatan perencanaan, di mana
dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya serta
pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian
pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan
pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan
orang-orang (Amil) yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang
memudahkan ditunjang dengan perangkat yang memadai, Amil zakat
bertindak nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik
kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari
sisi syari’ah, manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat.
8. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), h.34
98
Tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah :9
a. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam
pelayanan ibadah zakat
b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Setiap lembaga zakat
sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahiq. Profil
muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi-potensi atau peluang
untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki
2. Pengelolaan Zakat Zaman Rasulullah
Pemberlakuan syariat zakat diterapkan secara efektif pada tahun
ke-2 H. Eksensi zakat pada masa itu yaitu sebagai ibadah bagi muzakki
dan sumber pendapatan Negara. Dalam pengelolaannya, Nabi terlibat
secara langsung memberikan contoh dan petunjuk pelaksanaan. Adapun
pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian nya, Nabi SAW, mengutus
petugas di luar daerah sebagai utusan untuk mengambil zakat tersebut, dan
sekaligus menyuruh orang tersebut untuk mengelola dana zakat itu. Sesuai
dengan ayat al-Quran anjuran tentang mengambil harta para dermawan
untuk berzakat ; yang artinya “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka,
engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya”(taubah ayat 103)
Diantara yang menjadi Amil atas perintah nabi pada saat itu yaitu
Mu’adz bin Jalal yang diutus ke penduduk Yaman. Para petugas yang
ditunjuk oleh Nabi tersebut dibekali dengan pedoman, petunjuk teknis
9 . Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat
pemberdayaan Zakat, Profil Direktorat Pemberdayaan Zakat, ( Jakarta : 2006)
99
dalam pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman sanksi
agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat dapat berjalan efektif dan
efesien.10
3. Pengelolaan Zakat Zaman Kholifaturrosyidin.
a. Zaman khalifah Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar yakni menjamurnya para pembangkang
untuk melaksanakan zakat diberbagai wilayah Islam,. Mereka
beranggapan hanya nabi yang berhak menarik harta zakat, karena
beliaulah yang diperintahkan untuk memungut zakat. Kelompok yang
membangkan dipimpin oleh Musailamah al-Kadzdzab dari Yamamah.
Abu Bakar kemudian menyatakan perang kepada semua orang
yang membangkang membayar zakat, karena mereka telah dianggap
murtad. Abu Bakar sangat keras dan tegas menindak orang-orang yang
menentangkan penunaian zakat. Setelah itu didistribusikannya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya menurut cara yang dilakukan
Rosulullah. Ia sendiri yang mengambil harta dari Baitul Mal menurut
ukuran yang wajar dan diberikan kepada yang berhak menerimanya
dan selebihnya dibelanjakan untuk persediaan bagi angkatan bersenjata
yang berjuang dijalan ALLAH. Abu Bakar mendirikan Baitul Mal di
Siriah, suatu tempat di dataran tinggi Madinah. Pada saat Abu Bakar
meninggal dunia tidak ada sedikit pun dinar dan dirham dalam Baitul
Mal, itu dibuktikan oleh para sahabat yang terpercaya, diantaranya
Abdurahman bin Auf dan Usman bin Affan untuk masuk ke dalam
10. Lili Bariadi, dkk., Zakat Dan Wirausaha, ( Ciputat : CED center for enterpreneurship
development, 2005 ), h.28
100
Baitul Mal tersebut tidak menemukan atau mendapi satu dirham
maupun satu dirhampun didalamnya kecuali satu karung harta yang
berisi satu dirham saja. 11
Abu Bakar merupakan seorang yang sangat mulia, Dia benar-
benar menyalurkan zakat yang telah dipungutnya langsung kepada
para masyarakat muslim yang membutuhkan. Tanpa adanya perbedaan
status masyarakat. Dari Bayhaqi diriwayatkan bahwa Aslam r.a.
mengatakan “ketika Abu Bakar ditunjuk sebagai khalifah,
“ia menetapkan persamaan hak di dalam pembagiaan zakat diantara
anggota-anggota masyarakat. Ketika ada usulan untuk menyerahkan
pilihan kepada kaum muhajjirin atau anshar, Abu Bakar menjawab,
aku memandang seseorang dalam kaitannya dengan urusan dunia. Oleh
karena itu, lebih baik menyetarakan mereka dari pada menyerahkan
pilihan kepada mereka. Pilihan masyarakat yang terbaik tergantung pada penilaian Allah.”12
b. Zaman Khalifah Umar bin Khatab
Pada masa Umar, situasi jazirah Arab relatif lebih stabil dan
tentram. Semua kabilah menyambut seruan untuk membayar zakat
dengan sukarela. Umar melantik Amil-Amil untuk bertugas
mengumpulkan zakat dari harta orang-orang kaya dan kemudian
mendistribusikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Sisanya
dikirim kepada khalifah.
Untuk mengelola wilayah yang makin luas dan dengan
persoalan yang makin komplek. Umar membenahi stuktur
pemerintahannya dengan menambah beberapa lembaga baru yang
11
. “Pengelolaan Zakat masa Khalifaturrosyidin,” PELITA, 15 Maret 2000, h.7 12
. Yasin Ibrahim al-syaikh, cara mudah menunaikan zakat : membersihkan kekayaan
menyempurnakan puasa ramadhan. Penerjemah Wawan S. Husin dan Danny (Bandung : Pustaka
Madani, 1997),h. 135
101
bersifat eksekutif operasional. Baitul Mal, lembaga yang berfungsi
mengelola sumber zakat. Pada masa Umar harta melimpah ruah,
karena semakin banyak negeri-negeri baru yang takluk di bawah
khalifah Umar.13
c. Zaman Khalifah Usman bin Affan
Pada masa Usman pengelolaan zakat pada dasarnya
melanjutkan dasar-dasar kebijakan yang telah ditetapkan Umar. Pada
masa Usman kondisi ekonomi sangat makmur. Harta pada masa itu
mencapai rekor tertinggi. Usman melantik Zaid bin Tsabit untuk
mengurus zakat. Pernah satu masa, Usman disuruh membagikan harta
kepada yang berhak, namun masih tersisa seribu dirham, lalu Usman
menyuruh Zaid untuk membelanjakan sisa dana tersebut untuk
membangun masjid Nabawi.14
d. Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib
Kebijakan Ali tentang zakat masih mengikuti khalifah
sebelumnya. Bahkan Ali terkenal sangat hati-hati dalam mengelola
hasil zakat. Seluruh harta di Baitul Mal benar-benar disalurkan untuk
orang–orang yang berhak menerimanya tidak untuk kepentingan
pribadi maupun keluarganya.
Dalam sebuah riwayat, saudara Ali yang bernama Agil pernah
meminta bagian dari Baituk Mal, namun Ali kemudian menolak,
seraya berkata” kamu tidak berhak atas harta Baitul Mal, namun
13. “Pengelolaan Zakat masa khalifaturrosyidin,” PELITA,15 Maret 2000, h. 7 14
. Ibid, h.7
102
bersabarlah hingga saya bisa mengumpulkan harta yang banyak
niscaya engkau akan kuberi bagian.15
4. Pengelolaan Zakat Menurut UU. No. 38 Tahun 1999
Menurut undang-undang No.38 Thn. 1999 bahwa pengelolaan
zakat ialah kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendristribusian
serta pendayagunaan zakat. Dalam undang-undang tentang pengelolaan
zakat disebutkan baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat, di semua wilayah
(tingkat), baik itu di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi maupun
Nasional yang dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah.
Pengelolaan zakat ini berasaskan kepada iman da taqwa, keterbukaan dan
kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam UU No.38 Thn. 1999 tentang pengelolaan zakat, yang wajib
membayar zakat ialah orang warga Negara Indonesia baik yang ada di
dalam negeri maupun yang berada di luar negeri yang beragama Islam dan
mampu atau badan hukum (badan usaha) yang dimiliki oleh seorang
muslim. Negara berkewajiban memberikan perlindungan kepada muzakki,
mustahiq dan Amil zakat. UU pengelolaan zakat berdasarkan atas iman
dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945 ( Pasal 4 ), serta bertujuan meningkatkan pelayanan bagi
masyarakat dalam menunaikan ibadah zakat, sesuai dengan tuntutan
agama ( pasal 5 ayat 1 ), mengangkat fungsi dan peranan pranata
15
. Ibid, h.7
103
keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
keadilan sosial ( Pasal 5 ayat 2 ), serta meningkatkan hasil guna zakat
(Pasal 5 ayat 3).
Visi pengelolaan zakat dalam UU No.38 Thn.1999 disebutkan
bahwa terwujudnya pengelolaan Zakat yang Amanah dan Fathanah
sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang
bermanfaat sesuai dengan syari'ah
Pengelolaan zakat tersebut yang mengatakan bahwa; Dengan
dibentuknya undang-undang tentang pengelolaan zakat, diharapkan dapat
ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam
rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya mengangkat
derajat mustahiq, dan meningkatkan keprofesional pengelola zakat, yang
semuanya untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
B. Konsep Amanah Dan Fathanah
1. Pengertian Amanah
Amanah berasal dari bahasa Arab, dari kata ’amuuna’–’ya’munu’–
’amanah’ yang bermakana ”yang harus ditepati” atau ”titipan yang harus
ditunaikan”. Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang
akan harta benda atau lainnya kepada orang lain yang menitipkan
kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena dia harus
memelihara barang titipan tersebut dan bertanggung jawab terhadap
barang itu serta tidak berhak terhadap barang tersebut, dan jika orang yang
104
menitipkan barang itu minta kembali barangnya, maka ia harus segera
mengembalikannya.
Menurut Mahdi dalam bukunya yang berjudul amanah dalam
manajemen menyebutkan bahwa kata amanah digunakan dalam salah satu
dari dua hal berikut :16
a. Akhlak mulia yang mendorong pemiliknya menjaga hak-hak orang lain.
b. Hak-hak yang dipeliharanya diserahkan kepada seseorang seperti
barang titipan atau yang lain.
Di sini perlu diperhatikan bahwa dalam arti yang kedua amanah
harus mengandung dua syarat, yaitu pertama; kesiapan orang yang
dipercayai untuk memelihara hak-hak; kedua adanya pengakuan orang
yang mempercayakan kepada orang yang dipercaya sekalipun melalui
suatu tujuan.
Sedangkan menurut kamus istilah agama Islam karya Drs. Abu A.
Baiguni dan Dra. Fauziana, amanah merupakan suatu kepercayaan atau
dipercayakan; suatu yang harus ditunaikan sesuai dengan kewajiban yang
dibebankan; termasuk bagian dalam akhlakul karimah. Amanah di sini
juga dapat diartikan suatu titipan, seperti tangung jawab yang harus
ditanggung oleh seseorang terhadap barang maupun sesuatu yang telah
dititipkannnya.17
Amanah adalah hak dan kewajiban, baik yang bersifat material
maupun yang bersifat spiritual, yang dibebankan kepada seorang untuk
16
. Mahdi bin Ibrahim, Amanah Dalam Manajemen, penerjemah : Rahmad Abbas
(Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 1997), h. 27 17. Abu A. Baiquni dan Eni Fauziana, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya : ARLOKA,
1995), h.113
105
dipelihara. Hak-hak tersebut merupakan hak-hak Allah atas hambanya dan
hak-hak manusia antara sesamanya. Amanah merupakan unsur penting
dalam manajemen, sebab amanah merupakan unsur yang sangat urgen
dalam penunaian tugas manajer dalam segala bidang baik itu bidang
perencanaan, pengarahan, pengawasan, serta dalam pemberian motivasi
antar sesama karyawan, maupun antara atasan dan bawahan. Tiadanya
unsur amanah dalam manajemen maupun dalam penunaian tugas akan
mengakibatkan bahaya besar yang akan timbul untuk aspek manajemen
tersebut.
Dalam suatu bentuk kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu unsur
amanah dalam kaitannya amanah itu meliputi beberapa aspek antara lain:18
a. Aspek Tanggung Jawab yaitu meliputi beberapa kegiatan sebagai
berikut, berhati-hati dalam bertindak, memperbaiki kesalahan,
berusaha melakukan yang terbaik.
b. Aspek Menjaga Kepercayaan yaitu terdiri dari tidak mengecewakan
orang lain, bertindak sesuai dengan yang diinginkan, tidak menghianati
kepercayaan.
c. Aspek Memelihara yaitu terdiri dari menjaga titipan, mengembangkan
titipan, mendayagunakan kemampuannya, bersikap hati-hati terhadap
titipan.
d. Aspek Menyampaikan kepada yang berhak yaitu terdiri dari tidak salah
dalam memberikan titipan, komitmen yang tinggi, tidak mengambil
18
. Dzulfiqor Alhamumi, “Amanah dan hubungannya dengan etos kerja pegawai
lembaga Amil Zakat,” (Skripsi S1 Fakultas Pksikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006),
h.36
106
manfaat dari titipan, memelihara kepada yang seharusnya, tidak
mengalihkan titipan kepada orang lain.
Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas. Sebab sekecil apapun tugas yang diemban,
tanggungjawabnya bukan hanya sekedar kepada manusia saja yang kadang
kala bisa ditipu dan dibohongi akan tetapi kepada Allah SWT, dzat yang
tidak akan pernah lupa pada setiap aktivitas yang dilakukan hamba-Nya.
2. Amanah dalam Zakat
Lembaga pengelola ZIS sampai sekarang ini banyak yang kurang
dipercayai masyarakat, karena kurang amanah, kurang amanah di sini
bukan saja berarti lembaga banyak menyelewengkan dana yang
diterimanya, tetapi mungkin masyarakat belum begitu banyak mengerti
arah dana yang diterima oleh badan Amil zakat terebut disalurkan dan
dimanfaatkan.
Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang akan
harta benda atau lainnya kepada orang yang menitipkan kepadanya atau
mempercayakannya kepadanya, karena ia harus memelihara barang titipan
tersebut dan bertanggungjawab terhadap barang itu serta tidak berhak
terhadap barang itu, dan jika yang menitipkan barang itu minta kembali
barangnya, maka ia harus segera mengembalikannya.
Nabi Muhammad SAW sangat keras terhadap urusan harta zakat
dan memberi peringatan keras kepada para Amil zakat dengan siksa Allah
yang sangat keras jika mereka melecehkan hal tersebut, sehingga mereka
107
menghalalkan zakat terhadap dirinya dengan mengambil sesuatu dari zakat
yang ia kumpulkan.19
Dalam sebuah hadist riwayat Adiy bin Umairah Ra. Ia berkata
saya pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda yang artinya :
“Siapa saja di antara kamu yang kami jadikan Amil (zakat), lalu
dia menyembunyikan kepada kami sebuah jarum atau lebih, maka ia telah
khianat yang menyebabkan nya akan menanggung beban ketika datang
pada hari kiamat” ( HR Muslim dan Abu Dawud).
3. Pengertian Fathanah
Fathanah dapat diartikan bahwa bijaksana dalam segala sesuatau
sikap, perkataan, dan perbuatan.20 Sedangkan dalam buku Kecerdasan
Rohaniah karya K.H. Toto Tasmara, Fathanah diartikan sebagai
kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu, makna
Fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan
menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa Fathanah merupakan
kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan
terutama kecerdasan spiritual.21
Seseorang yang memiliki sifat Fathanah, keputusan-keputusannya
menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada
sikap moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang Fathanah itu tidak saja
19
. Dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Kiat Sukses Mengelola Zakat, penerjemah ; Amuni
Solihan, (Jakarta : media dakwah, 1997), h. 45 20. Abu A. Baiquni, op.cit, h. 117 21
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah, (Jakarta ; Gema Insani Press, 2001), h. 212
108
cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan maupun kearifan dalam berfikir
dan bertindak. Mereka yang memiliki jiwa Fathanah mampu menempatkan
dirinya sebagai fokus perhatian lalu menjadikan dirirnya sebagai figur atau
uswatun khasanah karena kemahiran (profesionalisme), yang dimilikinya
dan kepribadiannya yang mampu menumbuhkan situasi yang
menentramkan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aston Agor terhadap tiga
ribu eksekutif, diketahui bahwa ternyata mereka yang berhasil meraih
prestasi puncak karena mereka paling cerdas dalam pendayagunaan intuisi
pada saat pengambilan keputusan. Sedangkan David Colemen
mendifinisikan intuisi dan firasat sebagai kemampuan mengindrakan
pesan-pesan dari gudang penyimpanan memori emosi kita, yakni tempat
tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan.22
Orang yang Fathanah pasti bersikap proaktif dan memandang
disiplin sebagai konsep dan gambaran diri (self image), serta martabat diri
(meaning and self esteem), mereka yang Fathanah memandang disiplin
sebagai cara individu untuk menunjukkan jadi diri dan harga dirinya.
Tampakanya bahwa Fathanah dapat pula kita katakan sebagai
kecerdasan total yang berawal dari ketajaman intuisi mata batin (basirah)
yang berada pada dimensi ruhiah. Ada beberapa karakteristik yang
terkandung dalam jiwa Fathanah antara lain :23
22. Ibid. 212 23
. Ibid. 219
109
a. Mereka tidak hanya menguasai dan terampil melaksanakan profesinya,
tetapi juga sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah kebijakan.
b. Sangat bersunguh-sungguh dalam hal, khususnya dalam meningkatkan
kualitas dirinya.
c. Mereka memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan
mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dihadapinya.
d. Mereka bersikap proaktif, ingin memberikan kontribusi positif bagi
lingkungannya. Dari pengalaman yang dia miliki akan memberikan
sebuah keputusan yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang akan
merugikan bagi orang lain.
e. Sangat mencintai Tuhannya dan karenanya selalu mendapatkan
petunjuk dari-Nya.
f. Selalu berusaha untuk mendapatkan dirinya sebagai insan yang dapat
dipercaya sehingga tidak pernah mau mengingkari janji atau
menghianati amanah yang dipikulnya.
g. Selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan yang dapat
menampilkan kinerja yang baik.
h. Menaruh cinta kepada orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri
i. Memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan tidak pernah mengenal kata
menyerah serta mampu mengendalikan diri dan tidak perbah
terperangkap dalam keputusan yang emosional.
j. Memiliki jiwa yang tenang.
k. Memiliki arah tujuan atau misi yang jelas dalam kehidupannya.
110
l. Memiliki sikap untuk bersaing dengan sehat, karena sadar bahwa
setiap umat memiliki kiblat dan martabatnya.
4. Fathanah dalam Zakat
Selain dalam persyaratan amanah yang harus dimiliki lembaga
pengelola ZIS, Prof. KH. Ali Yafie menambahkannya dengan persyaratan
Fathanah yang diartikanya dengan profesional. Mengelola ZIS tidak boleh
dilakukan hanya selingan saja, namun dalam pengelolaan ZIS
hendaknyalah lembaga yang benar-benar dikelola oleh SDM yang
profesional dalam bidangnya. ZIS jika akan dijadikan suatu kekuatan
bangsa dan umat, maka sudah saatnya untuk dikelola dengan standar
profesional. SDM yang ada haruslah orang-orang yang profesional dan
dihargai sebagai seorang profesional, penghargaan dalam hal ini, Islam
telah menyiapkannya melalui dana ZIS itu sendiri yang alokasi
persentasinya cukup tinggi.
Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh Amil untuk mewujudkan ide-
ide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut
diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayagunakan
dana ZIS merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam
mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS yaitu
profesional. Profesional berarti kemampuan (competence) hasil dari
akumulasi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan
(ability) yang dilengkapi dengan pengalaman (experience).
111
Kemampuan profesional dalam mendayagunakan dana ZIS, artinya
bagaimana upaya mendayagunakan menjadi suatu kenyataan dalam bentuk
amal shalih,
“…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S.
al-Kahfi:110),
Sehingga para Amil bertindak sebagai orang-orang yang mampu
membuat sesuatu menjadi kenyataan. Para Amil mesti berangkat dari
pemikiran dari luar ke dalam dari pada pemikiran dari dalam ke luar. Jadi
langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memulai untuk
mengidentifikasi problem mendasar umat Islam. Penemuan akar masalah
paling tidak dapat dicapai melalui kemampuan diri semacam “radar” untuk
melihat trend kebutuhan mendasar masyarakat, yang kemudian
diartikulasikan menjadi suatu produk yang mampu memenuhi harapan dan
menyelesaikan masalah. Dengan demikian, upaya mendayagunakan dana
ZIS mesti melahirkan nilai yang bermanfaat yaitu berdaya dan berguna.24
Pengelolaan zakat yang profesional memang perlu dilakukan
lembaga zakat, namun harus benar-benar diingat bahwa profesional di
lembaga zakat harus sesuai dengan syariah. Jangan sampai slogan
profesional sama seperti yang dilakukan Dirjen Perpajakan dan cukai. Kita
lihat kurang profesional apalagi di perpajakan, tapi korupsinya juga masih
24.Ahmad Hasan Ridwan, artikel diakses pada tanggal 2 juli 2008 dari
http://persis.or.id
112
tinggi. Oleh sebab itu profesionalisme di lembaga zakat harus bersih dari
tindakan-tindakan di luar syariat Islam.
Pekerjaan mengurus harta benda lebih mudah menggelincirkan
orang jauh kepada pelanggaran, bagi yang tidak tabah mengerjakannya,
orang-orang yang lemah iman dan akhlaknya yakni orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya dalam bertugas mengumpulkan dan
membagikan zakat. Kita harus cermat dan teliti memilih setiap orang yang
akan diangkat dalam memegang amanah urusan zakat. Baik yang
memungut, membagikan, maupun yang mengaturnya. Khususnya dalam
pengurus pusat lembaga zakat sebab pemimpin adalah bagaikan hati,
apabila dia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik tetapi jika dia
rusak maka satu tubuh pun akan rusak pula.25
Sebagai petugas atau Amil zakat dia harus bersifat adil, yaitu tidak
boleh memungut zakat dengan perhitungan yang ringan kepada yang
dicintai dan tidak boleh zalim terhadap orang yang tidak disukai., tidak
ridha terhadap kesalahan, tidak bertujuan untuk dekat kepada orang-orang
kaya, dan kerelaan orang-orang miskin. Tetapi semua keinginannnya
adalah semata-mata karena untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
Unsur manajemen pengelolaan zakat masa kini dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Unsur organiasasi / stukrural
Amil adalah merupakan kumpulan orang banyak, bukan orang
perorangan. Orang-orang tersebut dilibatkan dalam urusan keahliannya
25
. Yusuf Qardhawi, kiat sukses mengelola zakat, op.cit. h. 42
113
masing-masing dan diangkat oleh penguasa atua oganisasi sosial yang
diberi kewenangan untuk mendaftarkan para seseorang yang pantas
menjadi muzaki, menarik, mengumpulkan harta zakat, melihat dan
mendayagunakan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya.
b. Unsur koordinasi
Pengelolaan zakat sangat berkaitan dengan masalah hukum (syariat
Islam), kondisi sosial masyarakat muzaki dan sistem manajemen
pengelolaannya yang baik untuk menyatukan ketiga unsur itu, maka
pengelolaan zakat diperlukan adanya koordinaasi dengan instansi atau
lembaga pemerintahan, maupun lembaga swasta, lembaga profesi
masyarakat, seperti MUI, tokoh masyarakat, cendekiawan muslim dan
lembaga-lembaga profesi lainnya.
Koordinasi ini bertujuan untuk menyatakan visi dan misi sehingga
terjalin sinergi antara lembaga amil pemerintah, lembaga amil
masyarakat dan tokoh masyarakat atau cendekiawanan sehingga
dihindari timbulnya benturan berbagai kepentingan dan pendapat
dikalangan kelompok dan lembaga tersebut.
c. Unsur Staf atau Aparatur.
Dalam mengefektifkan pengelolaan zakat maka penunjukan pengurus
zakat harus benar-benar memenuhi syarat antara lain sifat amanah,
jujur, serta ahli dalam bidangnya, karena tugas dan tanggungjawab
pengelolaan zakat sangatlah luas dan berat, bukan saja tugas
pengumpulan saja yang berat melainkan juga pendayagunaan yang
berdampak kepada sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
114
umat juga sangat penting sesuai degan ahlinya. Staf dan Aparatur yang
sesuai dengan keahliannya masing-masing ditempatkan pada bagian
organisasi seperti pengumpulan, pendayagunaan, bina program,
ketatausahaan, pengembangan ekonomi rakyat serta bagian lain yang
dianggap perlu.26
26
. fungsi dan peran lembaga zakat, Pelita, (Jakarta), 21 maret 2000. h.7
115
BAB III
GAMBARAN UMUM BAZNAS JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya
BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk
oleh pemerintah tingkat nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun
2001, tanggal 17 Januari 2001. BAZNAS, lahir sesuai dengan undang-undang
Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, lembaga
ini bersifat Koordinatif, Konsultatif, dan Informatif, yang berkhidmad untuk
meningkatkan harkat masyarakat yang secara sosial ekonomi belum beruntung
dengan dana Zakat, infak, dan shadaqoh.
Landasan syar'i berdirinya BAZNAS sesuai dengan QS At Taubah :
103 yang artinya :
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu
membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi
ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan
sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah
pemerintah. " Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata :
Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai
penguasa urusan kamu sekalian………….. (HR Baihaqi).
Lahirnya BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga
zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi dari
mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan
azas yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat,
yaitu moral yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesional, serta
pengembangan yang kreatif dan inovatif.27
27
. Profil BAZNAS
116
B. Landasan Hukum BAZNAS
Landasan hukum berdirinya BAZNAS Jakarta yaitu terdiri dari
1. UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
2. Surat Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001
diperbarui dengan SK Presiden RI No. 103 tahun 2004.
3. Keputusan Menteri Agama No. 531 tahun 2000 diperbarui dengan No. 373
tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat.
4. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. D/281 tentang petunjuk teknis
pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.28
C. Visi, Misi dan Tugas Pokok BAZNAS
1. Visi
Visi dari BAZNAS yaitu : “Menjadikan BAZNAS sebagai Pusat
Zakat Nasional yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis di
dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat secara keseluruhan, melalui pengelolaan zakat nasional yang
amanah, profesional, efisien dan efektif, berdasarkan syariat Islam dan
aturan perundang-undangan yang berlaku”
2. Misi
Misi yang diemban oleh Baznas yaitu :
a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat
b. Sebagai koordinator BAZ dan LAZ yang ada, melalui upaya
sinergisitas yang efektif dan tepat sasaran
28
. Ibid.
117
c. Sebagai Pusat Data Nasional, yang mencakup data BAZ/LAZ, data
jumlah penerimaan zakat BAZ/LAZ, data pendayagunaan zakat
BAZ/LAZ, maupun data muzakki dan mustahik secara nasional.
d. Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan SDM zakat nasional
3. Tugas pokok BAZNAS.
Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS
yaitu:
a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat
b. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun
non fisik melalui pendayagunaan zakat
c. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan,
peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan ekonomi
masyarakat.
d. Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di
kalangan mustahik.
e. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan
dalam mengelola zakat.
f. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya.
g. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat29
D. Struktur Organisasi Dewan Pengurus Baznas
1. Pembentukan Badan Amil Zakat
a. Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah dan BAZNAS oleh
presiden atas usul menteri.
29
. WWW. BAZNAS. Or.id, dikutip tanggal 2 september 2008
118
b. Keputusan pembentukan BAZNAS dengan keputusan presiden
(KEPPRES).
c. BAZNAS berkedudukan di Ibu kota Negara
d. Wilayah operasional BAZNAS meliputi instansi / lembaga ti8ngkat
pusat, swasta Nasional dan luar negeri
e. BAZ bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai tingkatannya, maka
BAZNAS bertanggung jawab kepada pemerintah
f. BAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendayagunakn zakat sesuai dengan ketentuan agama.
2. Organisaai BAZ terdiri dari
a. Unsur pertimbangan
b. Unsur pengawas dan
c. Unsur pelaksana
3. Kepengurusan BAZ yaitu :
a. Unsur masyarakat
b. Unsur pemerintah
Yang keduanya memenuhi persyaratan tertentu, unsure di atas terdirir
dari : 1. Ulama, 2. Cendekiawan, 3. Tokoh Masyarakat, 4. Tenaga Profesional,
5. wakil pemerintah.
Masa kepengurusan BAZNAS sampai 3 tahun ketentuan ini
berdasarkan keputusan yang bersandar pada pasal 13 Kep Menag No 581. dari
kepengurusan itu terdiri dari dewan pertimbangan, komisi pengawas, dan
Badan pelaksana :
119
Dewan pertimbangan
1. Susunan dewan pertimbangan BAZNAS terdiri dari ketua, wakil ketua,
sekretaris , wakil sekretris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh orang.
2. Dewan pertimbangan mempunyai peran dan fungsi memberikan
pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi tentang pengembangan hukum
dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat.
3. Dewan pertimbangan mempunyai tugas
a. menetapkan garis-garis kebijakan umum BAZ bersama komisi pengawas
dan badan pelaksana
b. mengeluarkan fatwa syariah baik itu di minta maupun tidak berkaitan
dengan hukum zakat yang wajib di ikuti oleh pengurus BAZ
c. memberikan pertimbangn, saran dan rekomendasi kepada badan
pelaksana dan komisi pengawas
d. menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umst tentang
pengelolaan zakat
Komisi pengawas
1. Susunan komisi pengawas BAZNAS : ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil
sekretaris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh anggota.
2. Komisi pengawas mempunyai peran dan fungsi melaksanakan pengawas
internal atas operasional kegiatan yan di laksanakan badan pelaksana
3. Komisi pengawas mempunyai tugas :
a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan.
b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
120
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana yang
mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah dan
perundang-undangan.
e. Menunjuk akunta publik.
Badan pelaksana
1. Susunan kepengurusan BAZNAS terdiri dari ketua umum, beberapa ketua,
sekretaris umum, beberapa sekretaris, bendahara, devisi pengumpulan, devisi
pendistribusian, divisi pendayagunaan dan divisi pengembangan.
2. Badan pelaksana mempunyai peran dan fungsi melaksanakan kebijakan BAZ
dalam program pengumulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat.
3. Badan pelaksana mempunyai tugas :
a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran
dan pendayagunaan zakat.
b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja
yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah dittapkan.
c. Menyusun laporan tahunan dan laporan audit.
d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada pemerintah dan
dewan perwakilan rakyat sesuai tingkatannya.
e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat
baik yang kedalam maupun keluar.30
30
. Profil BAZNAS.
121
Sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 8 tahun 2001 Tanggal 17
Januari 2001, maka organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri
dari : Badan Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawasan
1. Badan Pelaksana
Ketua Umum : Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Msc.
Ketua I : Drs. H. Eri Sudewo, M.DM.
Ketua II : H. Aries Muftie, SE, SH
Sekretaris Umum : Prof.Dr. Nasrun Haroen, MA.
Sekretaris I : Drs. H. Isbir Fadly
Sekretaris II : Hj. Isye S. Latif
Bendahara : Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim
Divisi Pengumpulan
Kepala : Dr. Siti Chalimah Fadjriyah, SE, Akt, MM
Anggota : 1. Dr. H. Salim S. Al Jufrie, MA.
2. Dr. H. Naharus Surur, M.Ked.
BADAN
PELAKSANA
DEWAN
PERTIMBANGAN
KOMISI
PENGAWAS
BENDAHARA SEKRETARIS
DIVISI
PENGEMBANGAN
DIVISI
PENDISTRIBUSIAN
DIVISI
PENGUMPULAN
DIVISI
PENDAYAGUNAAN
PELAKSANA HARIAN BAZNASPELAKSANA HARIAN BAZNASPELAKSANA HARIAN BAZNASPELAKSANA HARIAN BAZNAS
122
Divisi Pendistribusian
Kepala : Drs. H. Abdul Shomad Muin, MM.
Anggota : 1. M. Fuad Nasar, S.Sos.
2. Rahmat Riyadi
Divisi Pendayagunaan
Kepala : Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim
Anggota : 1. Ir. Jamil Azzaini, MM.
2. Drs. H. Miftahul Munir, MM.
Divisi Pengembangan
Kepala : Wahyu Dwi Agung, SH.
Anggota : 1. Hertanto Widodo, SE, Akt.
2. Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum
2. Dewan Pertimbangan
Ketua : H. Muchtar Zarkasyi, SH.
Wakil Ketua : Prof. Dr. H. Syeihul Hadi Permono, SH, MA
Sekretaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, M.Si.
Wakil Sekr. : Dr. H. Wahidudin Adam, MA
Anggota : 1. Drs. H. A. M. Fatwa
2. Dr. H. Daud Rasyid, MA.
3. K.H. Abdullah Gymnastiar
4. Prof. Drs. H. Cecep Syarifuddin
5. Prof. H. Fathurrahman Jamil
6. Drs. H. Djamal Doa
7. Drs. H. Rahmad Gobel
8. Ir. H. Hariyadi Sukamdani
123
3. Komisi Pengawas
Ketua : Drs. H. Achmad Subianto, M.BA.
Wakil Ketua : Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc
Sekretaris : Drs. H. Basri Barmanda, M.BA.
Wakil Sekretaris : Drs. H. Farid Hadjiry, MM
Anggota : 1. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH, MA
2. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, SH
3. Drs. Mar’i Muhammad
4. Dra. Hj. Yuniwati T. Masjchun Sofwan
5. Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin
6. Drs. H. Taufiq Kamil
7. Prof. Dr. H. Muchsin, SH.
8. Prof. Dr. Didiek J. Rachbini
9. Drs. H. Mubarok
10. K.H. Cholid Fadlullah, SH
E. Program Kerja BAZNAS
1. Program penghimpunan
a. Kerjasama
1) Pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
2) Program penyaluran ZIS
b. Layanan Pembayaran ke BAZNAS
1) Pembayaran melalui Konter,
2) Pembayaran melalui UPZ Mitra
124
3) Pembayaran Melaui Bank : ATM, transfer, phone & internet
banking
4) Pembayaran Layanan Jemput
5) Pembayaran via SMS dll
c. Layanan Lain
1) NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat )
2) BSZ ( Bukti Setor Wajib Zakat )
2. Program Pendayagunaaan
Zakat, infak dan shadaqoh yang terhimpun disalurkan BAZNAS
untuk kepentingan umat melalui program-program sbb ini :
a. Program kemanusiaan (Indonesia peduli)
1) Unit salur zakat center
b. Program kesehatan (Indonesia sehat)
1) Unit kesehatan keliling (UKK).
2) Dokter keluarga prasejahtera.
3) Selamatkan tunas bangsa.
c. Program Dakwah (Indonesia Taqwa)
1) Da’I terpencil mandiri
d. Program pengembangan ekonomi masyarakat (Indonesia makmur)
1) Sentral ternak domba cimande.
2) Desa ternak makmur
3) Lapak sampah terpadu
4) Lubung tani organik
125
5) Pemberdayaan kampong nelayan (PKN)
6) pemberdayaan perempuan
e. Program penongkatan kualitas SDM (Indonesia cerdas)
1) Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS)
2) Dana Infak Abadi Anak Negeri (DINNAR)
3) Mobil dan Motor Pintar
4) BAZNAS latihan kerja (BLK)31
Dana BAZNAS di dayagunakan berdasarkan prioritas kebutuhan
mustahik dan dimanfaatkan untuk usaha produktif, adapun pendayagunaan
dana BAZNAS untuk usaha yang produktif dilakukan dengan berdasarkan
persyaratan sbb:
a. Apabila pendayagunaan dana BAZNAS dari zakat pada tahap pertama
sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan.
b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
c. Mendapat persetujuan tertulis dari dewan pertimbangan. 32
Sedangkan dana BAZNAS yang berasal dari hasil penerimaan
Infak, shadaqoh, hibah, wasiat, dan kafarat didayagunakan terutama untuk
usaha produktif di mana dilakukan dengan prosedur sbb :
a. Dilakukan studi kelayakan,
b. Ditetapkan jenis usaha produktif
c. Dilakukan bimbingan dan penyuluhan,
d. Dilakukan pemantauan, pengendaliaan dan pengawasan,
31
. BAZNAS, katalok Program 2008. 32
. Dikutip oleh Yeni Fitriani, dari Risalah Rekornas ke-1, skripsi peranan Badan Amil
Zakat Nasional dalam pemodalan usaha kecil menengah, f akultas syariah dan hokum UIN syarif
hidayatullah jakarta.
126
e. Dilakukan evaluasi dan
f. Membuat lapaoran
Agar memberikan manfaat yang optimal, zakat harus
didayagunakan sesuai kebutuhan mustahik dengan tetap mengacu pada
aturan syariah, untuk menjangkau mustahik secara luas dan tepat sasaran,
strategi penyaluran dilakukan langsung dan tidak langsung. Penyaluran
secara langsung adalah penyaluran yang disalurkan langsung kepada
mustahik oleh USZ oknter. Sedangkan penyaluran tidak langsung adalah
penyaluran yang dilakukan melalui lembaga mitra BAZNAS, seperti
Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan USZ mitra
yang ada di BUMN, BUMS, BMT, maupun lembaga Masjid.33
Jenis pendayagunaan dana ZIS BAZNAS terbagi kedalam 5
kategori program yaitu : program kemanusiaan, kesehatan, kualitas SDM,
pengembangan ekonomi masyarakat, serta program dakwah.
a. Program Kemanusiaan.
Program bantuan untuk meringankan masyarakat yang tertimpa
bencana alam, kemanusiaan maupun bantuan untuk memenuhi
kebutuhan asasi masyarakat, seperti evakuasi, logistic, pelayanan
kesehatan dan rehabilitasinya termasuk program ini.
Dalam program ini BAZNAS telah melakukan Penanganan
Bencana :
Bantuan Evakuasi Korban, Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat,
Bantuan Pangan dan Sandang, Bantuan Rehabilitasi Daerah Pasca
33
. BAZNAS, Annual Report, 2006. h. 34
127
Bencana, Bantuan Rawan Pangan, Bantuan pendidikan & kesehatan
sesaat, Bantuan Ibnu Sabil dan bantuan Tsunami Aceh, gempa DIY,
Bengkulu, Sumbar, banjir longsor di seluruh Indonesia dll.34
b. Program kesehatan.
Pada program kesehatan ini BAZNAS melakukan berbagai
kegiatan antara lain : 1. Unit Kesehatan Keliling & Siaga Bencana,
diantaranya memberikan fasilitas sebagai berikut; Memberikan
penyuluhan dan pencegahan wabah penyakit di daerah kantong
kemiskinan. Layanan kesehatan gratis di daerah kantong kemiskinan
dan daerah-daerah bencana, Pencegahan dan penanggulangan rawan
gizi, Telah beroperasi di 14 Kecamatan di Jadebotabek 2. Dokter
Keluarga Pra Sejahtera dianataranya program ini Beroperasi di 5
wilayah DKI dan Solo, dan 3. Rumah Sehat Masjid Sunda Kelapa
c. Program Kualitas SDM.
Pada program ini baznas melakukan suatu terobosan bagus
dalam bidang pendidikan ; 1. satu keluarga satu sarjana yaitu program
yang merupakan program Beasiswa kepada mahasiswa berprestasi
secara akademik dan kemasyarakatan, untuk mengembangkan
mahasiswa yang berkarakter dan mandiri serta mampu membangun
masyarakat. 2. Program Peningkatan Kualitas Guru, program ini
merupakan program pelatihan pelajaran eksakta untuk guru Madrasah,
3. Pengelolaan Motor Pintar, Mobil Pintar, Rumah Pintar bekerjasama
dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu
34
. Profil Baznas
128
d. Program Pengembangan Ekonomi Umat.
Pada program ini BAZNAS menjalankan berbagai bentuk
kegiatan antara lain; 1. Desa Ternak Makmur ; beberapa yang
dilakukan yaitu Pemberdayaan dan pendampingan intensif peternak
kambing & domba, ayam,ikan. Pembangunan jaringan pemasaran
produk, Lokasi : Bandung, Sukabumi, Bogor, Payakumbuh, Lombok
Barat NTB, Lombata NTT. 2. Kampung Nelayan Makmur di mana
berbenruk kegiatan yang bermacam yaitu Pemberdayaan dan
pendampingan nelayan secara intensif dengan pembrian kapal, alat
pancing, Bantuan pemasaran hasil tangkapan, Dakwah, Lokasi :
Indramayu, Maluku Utara, Adonara NTT. 3. Program Wirausaha
Mandiri diantaranya program ini meliputi kegiatan sebagai berikut
yiatu, Program mengurangi pengangguran pemuda, Pelatihan diikuti
dengan pemberian modal kerja dan pendampingan. Contoh : pelatihan
bengkel motor, ternak ayam, service telepon seluler dll. 4.
Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Bank Desa
Makmur) yaitu program yang mengarap berbagi kegiatan antara lain,
Membangun Baitul Qiradh dan BMT, Mengembangkan BMT dengan
pemberian modal kerja untuk 14 BMT, Membangun 22 Baitul Maal
Desa (BMD) di DIY dan Jawa Timur. 5. Kelompok Masyarakat
Makmur yang terdiri dari berbagai kegiatan ; Pemberian modal dan
sarana, Budidaya rumput laut, pengolahan limbah plastik & Pertanian
ubi jepang di Pamijahan Bogor, Kuningan Kerajinan tas, garmen dll
129
e. Program dakwah
Program ini menjalankan berbagai bentuk kegiatan antara lain :
Dengan melakukan Pengiriman Dai ke daerah terpencil, Kerjasama
dengan lembaga dakwah dalam rangka pemberdayaan dai, termasuk
donasi untuk para dai, Beasiswa untuk pendidikan kader ulama (dai),
Memberikan donasi bagi muallaf di daerah tertentu.
130
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat
pada BAZNAS
1. Amanah pada pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional
Undang-undang no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang
disusun oleh pemerintah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan
zakat yang ada di berbagai lembaga zakat yang berdiri di Indonesia ini.
Yaitu di mana pengelolaan zakat yang dikelola oleh lembaga maupun
badan zakat yang profesional , amanah, dan transparan. Amanah adalah
kepercayaan yang dipercayakan kepada seseorang.35
Amanah di dalam penglolaan zakat di BAZNAS diartikan proses
pembuktian, menyalurkan dana zakat, melaporkan kepada muzakki, dan
mengumumkan kepada khalayak umum maupun masyarakat.36
Sifat
amanah sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat.
Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui
lembaga pengelolaan zakat, jika lembaga tersebut patut dan layak untuk
dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparasi
(keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara
35. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999), h. 18 36
. Wawancara, Budi setiawan, tanggal 5 november 2008
131
berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuan-
ketentuan syariah islamiyah.37
Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk
menjaga baik-baik apa yang Di manaahkan sebelum itu diambil oleh yang
berhak mendapatkannya. Dalam kenyataannya suatu amanah yang
diemban oleh BAZNAS dari para donator maupun muzakki untuk
menyalurkan dan mengelola harta zakatnya itu tidak disia-siakan,
maksudnya yaitu BAZNAS dengan proses penyaluran dana kepada
mustahik yang sesuai kriteria, yang berhak menerima zakat barulah dana
tersebut disalurkan. Dalam penyaluran tersebut Andanya sebuah proses
pembuktian bahwasanya dana zakat itu tersalurkan dengan baik dan benar.
Di mana semua bentuk aktivitas yang dilakukan baik berupa
pengumpulan, penyaluran, dan pendayangunaan dibuat dalam bentuk
laporan sebagai laporan pertanggungjawaban atas dana yang dikelolanya,
baik itu kepada muzakki, maupun kepada pihak pemerintah yang telah
mendirikan BAZNAS.
Pengelolaan zakat harus dilandasi sikap amanah, yaitu merupakan
bentuk sikap kejujuran dan kesediaan berkorban dengan kepentingan
orang lain. Pengelolaan zakat merupakan amanah Allah dan sekaligus
amanah masyarakat kepada para penguasa, karena pengtingnya amanah
ini, maka Rosulullah SAW menyatakan bahwa apabila amanah diabaikan
maka tunggulah saat kehancuran. Kehancuran yang dimaksudkan dalam
sabda nabi tersebut dapat dipahami dalam makna yang luas termasuk krisis
37 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani,
2002 ), cet-1, h 128
132
ekonomi yang berkepanjangan dan bobroknya moral penguasa yang
ditandai dengan meningkatnya kolusi, korupsi, dan manipulasi. Akibatnya
penderitaan dialami oleh masyarakat kalangan bawah (BAZNAS, Risalah
silaturahmi Rakernas ke-1 )38
Pada awal pendiriannya, BAZNAS dipimpin oleh DRS. H.
Achmad Subinto, MBA, menghadapi berbagai tantangan yang cukup
berat, yaitu rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat.
Namun perlahan tapi pasti, dengan didukung pengurus yang kredibel
dalam mengelolanya, serta program-program yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka BAZNAS mulai dapat mengatasi tantangan
tersebut, kini BAZNAS di bawah pimpinan kyai Didin, semakin eksis di
kancah perzakatan nasional. Dukungan dari berbagai instansi negara terus
mengalir, termasuk dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang
telah ikut menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Tak ketinggalan dari
kalangan pejabat-pejabat negara, Dewan Perwakilan Rakyat yang juga
menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Sebelumnya beberapa BUMN
telah secara rutin mempercayakan penyaluran zakatnya ke lembaga zakat
ini (BAZNAS).39
Amanah bisa berupa harta, pangkat atau jabatan. Amanah ini harus
dijaga sebaik-baiknya sesuai dengan perjanjian dengan yang memberinya.
Kalau tidak, yang memberikan kepercayaan akan marah. Harta, pangkat
adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Karena itu
38
. Sebagaimana dikutip yeni fitriani, “Perananan Badan Amil Zakat Nasional dalam
permodalan usaha kecil menengah, ” (skripsi S! fakultas Syariah dan hokum, universitas islam
Negeri Jakarta, 2004), h.32 39. BAZNAS : “Mewujudkan Pusat Zakat Nasional yang Amanah, transparan dan
Profesional, Future Leaders: Newsletters PPSDMS, (Jakarta), mei 2008, h.6
133
dalam harta ada hak Allah. Hak Allah dalam harta adalah mengeluarkan
zakat kepada yang berhak menerimanya. Tidak pernah melupakan salat
dan selalu dekat dengan Allah.40
Setiap rupiah yang dititipkan lembaga zakat adalah merupakan
bentuk bentuk amanah. Setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban.
bukannya pertanggungjawaban di dunia saja melainkan juga di akhirat.
Sebagai pembawa amanah dari donator dan muzakki, lembaga zakat
hendaknya memperhatikan pesan moral seperti itu.
Sebagaimana yang tersirat dalam surat An’Nisa ayat 58 :
M NO�� -��� (/�P�8�R�C O#S
?�#TJ⌧�% �"@�8VW��
�X*Y�� ��Z��\#S ��]��"#
IV_☺���K ����` N�N@��� O#S
?�2☺��!�#8 4b_ �%!����` c NO�� -��� �de�%�� `��f��%�C
�g�K�` � NO�� -��� �O�⌧P
�☺%;��⌧h �@)����` L��
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
Melihat.”(QS. An-Nisa’: 58)
Para amil yang diamanahi untuk membelanjakan dana maupun
mendistribusikan dana ZIS, harus benar-benar memegang amanah dan
hati-hati agar jangan sampai terjadi pengeluaran belanja yang seharusnya
tidak perlu dilakukan.
Pergumulan (keilmuan) dalam dunia zakat sesungguhnya bukanlah
semata-mata pergumulan masalah hukum dan fikih, akan tetapi juga
40. Ameer Hamzah, “Amanah : Pernik-pernik Manajemen Qur’ani”, (Aceh : PT Arun
NGL.Co, 1997 ), h.48
134
pergumulan persoalan kemanusiaan secara luas dan menyeluruh. Betapa
tidak, jika zakat dikelola dengan baik, profesional, tranparan dana amanah
oleh amil zakat, maka akan mampu meminimalisir persoalan kemiskinan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan. Zakat juga mampu
mensilaturahmikan antar kelompok-kelompok miskin, sekaligus
menghilangkan kesenjangan dan kecemburuan sosial.41
Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggungjawab dalam
melaksanakan tugas, sebab sekecil apapun tugas yang diemban, yang
berkaitan dengan hajat dan kepentingan orang banyak, tanggungjawabnya
bukan sekedar kepada manusia (masyarakat) saja, melainkan itu harus
bertanggung jawab kepada Allah SWT yang telah memberi kita Amanah
untuk suatu pekerjaan tersebut.
Amil zakat harus mempunyai sifat Iffah (menghindari setiap yang
haram walau sekecil apapun), sehingga tangan dan matanya tidak tertarik
sedikitpun terhadap harta zakat yang telah diterimanya dari muzakki, dan
seterusnya benar-benar dialokasikan terhadap mustahik yang
membutuhkannya. Zakat adalah kepercayaan. Amanah dalam pengelolaan
zakat menjadi tujuan utama BAZNAS. karena itu, BAZNAS menerapkan
prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya.42
Amanah dalam lingkupnya pengelolaan zakat yang terdiri dari
pengumpulan, pendistribusian, pendayangunaan, dan pengembangan yaitu
yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan.
41
. Didin Hafidhudin, “Amanah, Kunci Sukses Mengelola Zakat” : BAZNAS News, Media
Zakat,”(Januari 2008), h.3 42
. BAZNAS, Annual Report. 2006, h.4
135
Dalam kegiatan pengumpulan dana ZIS, BAZNAS menetakan
strategi bertahap yaitu dimulai dari sosialisasi dan kampanye sadar zakat
maupun wajib zakat kepada seluruh masyarakat luas yang berada di
Negara Indonesia ini, dengan melakukan sosialisasi dan edukasi
(pendidikan kepada masyarakat) tersebut akan mengakibatkan sadar
masyarakat atas berzakat kepada harta yang dimilikinya, di mana ini
diharapkan untuk kepada masyarakat menjadi faham tentang zakat
sehingga mereka sadar atas dirinya untuk menjalankan wajib zakat atas
harta yang dimiliki dengan mengeluarkan zakatnya.
Untuk menegakkan kemaslahatan umum, pengumpulan zakat
adalah amanah yang harus dijunjung tinggi. Pengumpulan zakat harus
dilakukan dengan transparan dan akuntabel. Pemerintah atau lembaga
swasta boleh saja bertindak sebagai amil zakat asal dengan amanah.
Di sinilah perlu ada lembaga pemantau atau auditor yang berfungsi
sebagai penegak amanah. Karena banyak masyarakat yang ''lugu"
menyerahkan zakatnya kepada tokoh yang disukai, yang boleh jadi tidak
mampu mengemban amanah. Godaan setan semakin kuat dalam situasi
bebas, tanpa pengawasan.
Pengumpulan adalah sebuah tujuan utama yang paling utama untuk
menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil
informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak
khalayak ramai. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif.
Dengan citra ini setipa orang akan menilai lembaga, maupun badan zakat
yang dipercayainya tersebut, dan pada akhirnya menunjukkan sikap atau
136
perilaku terhadap lembaga yang bersangkutan. Jika yang ditunjukan adalah
sikap yang baik dan positif, maka akan timbul suatu benak pada
masyarakat yang mendukung dan simpati akan mengalir dengan
sendirinya terhadap lembaga maupun badan zakat tersebut, dan dengan
demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari donator, karena dengan
sendirinya akan memberikan dana zakatnya kepada lembaga maupun
badan amil zakat yang telah terpercaya oleh para muzaki, donator tersebut.
Begitu pula halnya dengan kepercayaan, dengan citra yang baik akan
sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi
kepada Lembaga Amil Zakat maupun Badan Amil Zakat.
Dalam tahapan untuk mengumpulkan dana sebagai promosi, atau
kampanye kepada masyarakat untuk menjalin kepercayaan masyarakat
atas dana tersebut, maka masyarakat sangatlah perlu juga mengetahui
tahapan dalam fundraising (pengumpulan dana zakat):
1) Melihat masalah-masalah umat, melalui sosialisasi dan program.
2) Formulasi program pemberdayaan atau pemanfaatan dana , yaitu
melalui proses pelayanan dan pengumpulan dana, publikasi
Donatur, dan donasi.
3) Formulasi metode dan stategi fundraising, yaitu laporan
pemanfaatan dana.
4) Penyusunan proposal program, yaitu melalui evaluasi program.43
b. Pendistribusian dan Penyaluran.
43. Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Departemen Agama RI 2007, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta:2007), h. 72
137
Pendistribusian dana BAZNAS kepada yang berhak menerimanya
dilakukan sesuai dengan hokum dan ketentuan syarat yang berada dalam
Al-Quran dan Al-Hadist. Sedangkan penyaluran dana BAZNAS kepada
mustahiq bersifat hibah atau bantuan dengan memeperhatikan skala
kebutuhan mustahiq, dan penyalurannya memprioritaskan kebutuhan
mustahiq di wilayah kerjanya masing-masing dan bersifat bermacam-
macam sesuai ketentuan maupun kriteria yang ada dalam kebutuhan atas
mustahiq, dimana sifat–sifat yang terjalin didalamnya yaitu: `a. bantuan
sesaat yaitu membantu muntahiq dalam menyelesaikan atau mengurangi
masalah yang sangat mendesak atau darurat. b. bantuan pemberdayaan
yaitu membantu mustahiq meningkatkan kesejahteraanny abik secara
perseorangan maupun kelompok melalui program atau kegiatan yang
berkesinambungan.
Demikian juga, amanah harus menjadi roh dalam penyaluran zakat.
Banyak orang yang mengatakan bahwa ikhlas dalam berzakat berarti
menyerahkan begitu saja zakatnya tanpa meminta pertanggungjawaban.
Sehingga, tidak seorang pun tahu ke mana larinya uang zakat. Apakah
disalurkan kepada mereka yang berhak berdasar prioritas kebutuhan,
atuakah prioritas keluarga amil. Apakah disalurkan seluruhnya ataukah
diembat sebagiannya.
Manusia tetap saja manusia. Iman bisa bertambah dan berkurang.
Hati bisa berbolak-balik sehingga pengelolaan zakat sangat rawan
penyelewengan. Amanah atau kejujuran menjadi sangat penting dalam
pengelolaan zakat.
138
c. Pendayangunaan dan pengembangan.
Pendayangunaan yang merupakan suatu bentuk alokasi dana zakat
yang disalurkan kepada mustahik. untuk dapat mentusun program atau
proyek pendayangunaan zakat yang lebih bermanfaat tidak dapat ditebak
begitu saja diatas meja atau diperkirakan tanpa ada data yang
mendukungnya. diantara data yang dapat digali untuk mendukung
terwujudnya proyrk itu dapat dilaksanakan dengan bertahap.
Tujuan pendayangunaan zakat yang utama adalah memperbaiki
taraf hidup rakyat. rakyat Indonesia masih banyak yang hidup di
bawahgaris kemiskinan, dan akibat dari itu juga, maka maslah kebodohan
dan kesempatan memperoleh pendidikan masih merupakan masalah serius
yang harus dipecahkan.
kegiatan yang dilakukan dalam pendayangunaan dan
pengembangan di BAZNAS dilakukan dalam bentuk kegiatan yang
bersifatnya Pemberian Motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang
system manajemen (dalam arti sederhana), bimbingan, dan pendampingan
dalam bidang usaha. bentuk lainnya yaitu dalam pemberian modal, baik itu
berupa uanga untuk modal utama, modal tambahan maupun modal berupa
barang dagangan baik itu peralatan maupun bentuk ternak untuk dipelihara
dan selanjutnya diawasi oleh pihak BAZNAS dalam pelaksanaan
kegiatannya.
2. Fathanah pada pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional.
Azas dan budaya kerja yang diterapkan oleh BAZNAS yaitu
meneladani sifat rosul yaitu sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Di
139
mana masing-masing diartikan sebagai berikut ; Sifat Siddiq diartikan
melakukan pekerjaan dengan benar dan profesional, Amanah diartikan
jujur dan dapat dipercaya, sifat Tabligh diartikan manajemen yang
transparan dana akuntabel, serta sifat fathanah sendiri diartikan sebagai
pemberdayaan yang kreatif, efektif dan bermanfaat ganda ( Multiplier
effect)44
Salah satu sifat yang melekat pada Rasulullah saw. Adalah sifat
Fathanah (cerdas). Kecerdasan Rasulullah sudah diakui dan diyakini oleh
seluruh umat Islam. Kecerdasan Rasulullah telah membuktikan pencapaian
dakwah Islam yang dimaknai sebagai keberhasilan global (rahmatan lil
alamin). Kecerdasan Rasulullah patut diteladani dalam konteks sekarang.
Kecerdasan dalam mengelola suatu lembaga pengelola ZIS mutlak
diperlakukan, dan kecerdasan yang diperlukan oleh amil untuk suatu tugas
pendayangunaan ZIS menjadi cerita menarik.45
Dalam pengelolaan zakat, adanya suatu persyaratan yang harus
dipenuhi oleh seorang amil zakat, yaitu sifat yang harus dimiliki oleh para
amil zakat yaitu amanah dalam menjalankan roda keberlangsungan dana
zakat, selain amanah ada lagi sifat yang harus dipunyai oleh seorang amil
zakat, sifat itu merupakan Fathanah yang sering diartikan dengan
profesional.
Fathanah dalam wawancara pribadi dengan Budi Setiawan staf
bagian pendayangunaan BAZNAS, dia mengatakan bahwa Fathanah itu
suatu bentuk penetapan standar mutu manajemen dalam pengelolaan zakat,
44
. Ibid, h. 19 45. Ahmad Hasan Ridwan, “Pengelolaan Zakat” artikel diakses pada 2 juli 2008 dari
http://PERSIS.or.id/QS/?P=21
140
kehati-hatian dalam mengelolanya, cepat dan efisien dalam penyaluran dan
pendayangunaan dana zakat tersebut.46
Selain menjalankan amanat UU dan keputusan presiden, BAZNAS
juga melaksanakan kewajibannya sebagainya sesuai keputusan menteri
agama RI No.531 tahun 2001 yang diperbaharui dengan keputusan
Mahkamah Agung N0.373 tahun 2003 tentang pelaksanaan UU No. 38
tahun 1999 pengelolaan zakat, dan keputusan Dirjen dinas Islam dan
urusan haji No. 291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat.
Tugas yang diemban BAZNAS berdasarkan peraturan perundang-
undangan tersebut adalah :
a. Sebagai Badan Amil Zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan,
pengadministrasian dan pendayangunaan atau penyaluran zakat, infak,
dan shodaqah hibah dan dana-dana sosial lainnya.
b. Sebagai BAZ Nasional bertugas untuk melakukan fungsi koordinasi,
konsultasi, dan informasi serta pengembangan kelembagaan Badan
Amil Zakat daerah dan lembaga Amil Zakat.47
Dilihat dari tugas yang diemban oleh BAZNAS sesuai peraturan
perundang-undangan, yaitu sebagai lembaga pengelolaan zakat yang meliputi
kegiatan, pengumpulan, pengorganisasian, dan penyaluran atau
pendayangunaan zakat, maka dalam merealisasikannya itu BAZNAS
melakukan berbagai hal sebagai berikut, yaitu juga sebagai bentuk
profesionalisme atau yang disini disebut sebagi bentuk fathanah dalam
pengelolaan zakat pada badan zakat yang didalamnya terdiri dari:
46. Wawancara dengan Budi Setiawan, tanggal 5 November 2008 47
. BAZNAS, Annual Report. 2006, h.6
141
a. Pengumpulan
Segala upaya dalam mengumpulkan shadaqoh, infak, dan zakat.
BAZNAS menetapkan strategi bertahap yaitu dimulai dari sosialisasi dan
edukasi sadar zakat kepada masyarakat. Dengan sosialisasi tersebut supaya
masyarakat itu benar-benar sadar dan mulai mengerti tentang kegunaan
dana zakat yang disalurkan kepada lembaga dan kemudian disalurkan
kepada mustahik yang membutuhkan,dan menjadikan masyarakat itu para
masyarakat yang sadar atas hartanya itu wajib untuk dizakati.
Mengupayakan timbulnya kesadaran berzakat dimasyarakat dan
mengusahakan tersedianya kemudahan dalam layanan para pembayar
zakat adalah suatu target kerja BAZNAS. Selain melakukan upaya
penyadaran berzakat yang umum dialkukan pengumpulan zakat, seperti
sosialisai melalui presentasi, pengajian, talk show di media elektronik,
publikasi program di media cetak termasuk menerbitkan newsletter, brosur
dan buku-buku. BAZNAS juga mensosialisasikan programnya kedaerah-
daerah. Maka sinergi dengan Badan Amil Zakat daerah pun digalang.48
Bentuk usaha meningkatkan kesadaran masyarakat untuk
mengeluarkan zakat tersebut diimbangi pula dengan usaha BAZNAS
dengan meningkatkan kualitas pelayanannya kepada Muzaki, sehingga
para muzaki dapat melakukan pembayaran zakat dengan mudah dan
nyaman.
Kemudahan lain yang lahir setelah UU No.17 tahun 2000 tentang
pajak penghasilan diterbitkan. BAZNAS dan UPZ maupun mitra
48
. Ibid, h.27
142
BAZNAS lainnya telah dapat menerima zakat sebagai pengurang
pengahsilan kena pajak. Para pembayar zakat muzaki memperoleh dua
keuntungan apabila dia membayar zakat kepada lembaga maupun Badan
zakat, yaitu keuntungan yang terdapat di dunia maupun keuntungan di
akhirat nanti. Keuntungan di dunia yaitu zakat sebagai pengurangan dari
harta yang kena pajak dari pemerintah, dan keuntungan kedua yaitu untung
dia akhirat karena telah membantu kemaslahatan orang banyak dengan
menyalurkan hartanya. Hal ini tentu akan mendorong para muzaki untuk
membayar zakatnya terlebih dahulu agar penghasilan yang akan dikenai
pajak berkurang. Bagi para muzaki yang membayakan zakatnya pada
BAZNAS akan mendapatkan tanda bukti seperti mendapatkan NPWZ
Nomor Pokok Wajib Zakat dan Bukti Setoran Zakat BSZ, yang dapat
dipergunakan sebagai bukti pengurangan penghasilan pajak.49
Dalam pengumpulan dana ZIS BAZNAS memberikan banyak hal
fasilitas kepada muzaki sebagi bentuk pelayanannya. Diantar fasilitas itu
diantaranya konsultasi dan informasi ZIS, adanya UPZ mitra BAZNAS
sebagai kemudahan bagi muzaki untuk menyalurkan zakat, di mana ada
beberapa konter UPZ mitra BAZNAS di Jakarta, transfer rekening di
beberapa bank yang bekerja sama dengan BAZNAS, pembayaran Via
ATM dan kartu debit, serta juga ada layanan jemput zakat.
Pada sisi penghimpunan, banyak aspek yang harus dilakukan,
seperti aspek penyuluhan, edukasi, dan lainnya. Aspek ini menduduki
fungsi kunci untuk keberhasilan penghimpunan dana ZIS. Karena itu,
49
. Ibid, h.27
143
setiap sarana harus dimanfaatkan secara optimal. Salah satu sarana yang
bisa dimanfaatkan adalah seperti medium khutbah jumat, majelis taklim,
surat kabar, majalah, melihat secara langsung pendistribusian dan
pendayangunaan ZIS, bisa juga dalam bentuk gambar, potret/foto,
tayangan televisi, dan sebagainya. Ini semua akan menumbuhkan
kepercayaan muzakki pada pengelola dana ZIS. Brosur−brosur yang
sifatnya praktis yang berisikan tentang harta yang harus dizakati dan cara
perhitungannya, akan sangat membantu usaha sosialisasi ZIS ini. Aspek
lainnya yang juga tak kalah pentingnya adalah penghimpunan dan
pengolahan data muzakki (donatur) di lingkungan pengelola ZIS.
b. Pengelolaan
BAZNAS merupakan suatu lembaga yang berbentuk lembaga
keuangan, namun tegasnya lembaga keuangan yang bukanlah lembaga
keuangan perbankan dan bukan pula lembaga asuransi. Memang ada
suatu hal yang mendasar yang dapat membedakan antara lembaga zakat
dengan lembaga perbankan atau asuransi. Perbedaannya sangat jelas
terutama melihat dari legal lembaga zakat yang merupakan yayasan,
dibanding perbankan dan asuransi yang berlegal PT. Sementara lembaga-
lembaga yang berlegal yayasan pun, toh ternyata tidak semuanya
memiliki kesamaan karakteristik. Satu contoh yang dibahas, ada
perbedaan karakter yang membedakan lembaga zakat yang nirlaba
dengan sekolah atau rumah sakit yang non profit yang sama-sama
berlegal sebagai nama sebuah lembaga yang berlebel yayasan.
144
Sesuai dengan surat Al-Ankabut ayat 69 :
jkC��-���"# ?�# �Z�l �"@J��
(/'Nm�C� ('�m�� �"@*�n= c
NO��"# -��� �o�☺��
����@� 9�☺!��� L�B�
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami,
benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.
dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik”. (QS, Al-Ankabut : 69)
Bicara status kepemilikan dan karakter lembaga, merupakan bagian
penting dalam pembahasan pengelolaan keuangan. Tak paham jati diri
dan asal-usul kelembagaan, akan berakibat pada kekeliruan cara
pembahasan termasuk program-program yang dikemas. Termasuk dalam
pembahasan di sini, ada kesalahan paradigma pada lembaga nirlaba dan
lembaga non profit. Karena hal ini tidak pernah dibahas secara lebih
kritis, kekeliruan itu telah dianggap sebagai kebenaran yang sulit
dibenahi.
BAZNAS yang merupakan suatu lembaga yang berbentuk lembaga
non profit, atau disebut lembaga yang azasnya nilai dan moral, di mana
dalam menjalankan dan memperjuangkan nilai dan moralitas, lembaga
nirlaba ini BAZNAS masih memerlukan dana. Dana yang diperoleh
hanya untuk operasional, bukan mencari uang untuk meraup laba sebesar-
besarnya. Di mana BAZNAS mendapatkan dana operasional untuk
menjalankan aktivitas pengelolaan zakat mendapatkan dana dari para
donasi masyarakat. Yang mana dana tidak bersifat mengikat dan bukan
pula sebagai pinjaman, baik itu berasal dari hibah, zakat, infak, dan
145
shadaqoh. Lembaga nirlaba dapat saja menjalankan kegiatanya dengan
menggunakan dana-dana tersebut, yaitu sebagai dana membiayai kegiatan
operasional yang berlangsung.
Ibarat darah, uang merupakan hal pokok dalam pengelolaan
lembaga apapun, sedang ibarat saluran darah, sistem keuangan
memegang peran amat penting pula pada lembaga apapun. BAZNAS
yang merupakan suatu lembaga juga melakukan suatu kegiatan yang
menjalankan berbagai aktivitasnya dengan membutuhkan dana, yang
mana dana tersebut didapatnya dari sebagian kecil dana ZIS tersebut yang
diterimannya dari para donator. Di mana itu dilakukannya dengan rasa
amanah yang telah ditanggung jawabkan oleh para donator dan
dikelolanya dengan sifat fathanah (profesional).
Dalam pengelolaan ZIS lembaga nirlaba ini, BAZNAS
menggunakan struktur pengelolaan dalam bidang keuangan yaitu
pengelolaan dana yang bersumber pada bendahara, yang bertugas dalam
mengelola semua dana ZIS dalam kaitannya keluar maupun masuk, di
mana BAZNAS dibantu oleh para akuntan-akuntan yang profesional
dalam bidangnya sebagai bukti bahwa dana ini benar-benar dikelola
untuk menjalankan amanah yang telah diberikan oleh para muzakki,
dikelola oleh amil, dan disalurkan kepada mustahik.
BAZNAS mencakup ruang lingkup yang berskala nasional yaitu
unit pengumpul zakat di departemen, BUMN, BUMS, Konsulat Jenderal
yang berskala nasional, dan dalam menjalankan program kerjanya
BAZNAS menggunakan konsep sinergi, yaitu pengumpulan ZIS
146
menggunakan hubungan kerjasama dengan unit pengumpul zakat (UPZ)
di Departemen, BUMN, konjen dan lembaga Amil zakat lainnya. Pola
kerja sama itu disebut dengan UPZ mitra BAZNAS, sedangkan untuk
penyalurannya, BAZNAS juga menggunakan pola sinergi dengan
lembaga Amil Zakat lainnya, yang disebut Unit Salur Zakat (USZ) mitra
BAZNAS.
BAZNAS sebagi BAZ nasional dituntut untu mengelola dana ZIS
dengan kreatif, inovatif dan profesional diman agar membuat
kepercayaan kepada masyarakat. Manajemen lembaga Amil zakat adalah
aspek komunikasi kepada publik, dengan komunikasi ini merupakan salah
satu kekuatan lembaga-lembaga amil zakat. Setiap aktivitas yang
dilakukannya harus dimuat oleh media, baik cetak maupun elektronk, ini
semua merupakan bagi bukti untuk membangun kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga amil zakat tersebut, dan selain itu tentunya sebagai
bahan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat kepada BAZNAS,
agar makin maju, berkembang dan terpercaya.
BAZNAS dalam mendapatkan dana operasional kegiatannya
mendapat dari para donator. Donator yang percaya kepada BAZNAS, di
BAZNAS sendiri pengertian donator muzaki yaitu perorangan atua
lembaga yang bersedia mendanai program penyaluran baik bidang karitas
maupun pendayangunaan. Setiap jenis donasi, donator dapat menentukan
program dan lokasi penyaluran yang aakn dipilih, donatur dapat
menyertakan identitas lembaga pada program yang dipilih untuk
menguatkan kemitraan dengan BAZNAS.
147
Biaya penyelenggaraan program bersumber dari Zakat, Infaq,
Shodaqoh maupun dana kepedulian. Dalam hal pemberian donasi bantuan
dapat di lakukan:
a. Donatur Individu :
Donatur pengorangan dapat melakukan registrasi kepada BAZNAS
melaui petugas atau konfirmasi kesediaan dengan melengkapi
formulir registrasi donatur. Donatur dapat menentukan besaran
bantuan dan lokasi yang diinginkan . Penyaluran Donasi dapat di
lakukan melalui :
1) Datang ke Konter Pelayanan Kantor Pusat Badan Amil Zakat
Nasional di Jalan Kebon sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat (021)
3904555
2) Melalui Bank Mitra BAZNAS
Bank Central Asia (BCA) 6860 148577 an.BAZNAS
Bank Mandiri 070-00-087777-3 an.BAZNAS
3) Melalui Petugas jemput donasi
b. Donatur Instansi / lembaga
Donatur lembaga dapat melakukan pengajuan atau menerima
pengajuan kerjasama kemitraan program. Kemitraan program di
relisasikan dengan kesepakatan kerjasama (MOU). Donatur Instansi
dapat menentukan besaran bantuan dan lokasi yang diinginkan.
Donatur dapat mengajukan bantuan bersyarat kemitraan dengan
membiayai 1 lokasi program. Kerjasama Kemitraan dapat dilakukan
148
melalui MOU antara BAZNAS dengan Donatur Mitra. Penyaluran
Donasi dapat di lakukan melalui :
1) Datang ke Konter Pelayanan Kantor Pusat Badan Amil Zakat
Nasional di Jalan Kebon sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat (021)
3904555
2) Melalui Bank Mitra BAZNAS
Bank Central Asia (BCA) 6860 148577 an.BAZNAS
Bank Mandiri 070-00-087777-3 an.BAZNAS
3) Melalui Petugas jemput donasi.50
BAZNAS dalam melakukan pengelolaan dana ZIS sangatlah
memegang erat Azas dan BUdaya kerja yang melekat pada setiap Amil
zakatnya, sehingga menjadi lembaga Amil zakat yang kuat, amanah,
transparan. Sebagai usaha BAZNAS kedepan agar menjadi institusi
maupun Badan Amil Zakat Nasional yang lebih kuat, dipercaya oleh
masyarakat, BAZNAS melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan
pengelolaan dana ZIS tersebut, diantaranya sebagai berikut :
a. Melakukan sinergi kemitraan, dengan berbagi elemen-elemen
masyarakat.
b. Memperluas sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan
BAZNAS.
c. Memposisiskan BAZNAS menjadi lembaga Regulator.
d. Mengusulkan APBN untuk BAZNAS dapat direalisasikan.51
50. BAZNAS, Katalog Program, Devisi program 2008 51
. Budi Setiawan, Wawancara Pribadi
149
BAZNAS dalam pengelolaan dana ZIS yang diamanahkan dari
muzaki dikelola oleh amil, dan diserahkan kepada mustahik selalu
mengevaluasi kinerja para amilnya, di mana BAZNAS selalu
mementau kinerja para amilnya apakah sudah bekerja dengan
maksimal atau sesuai dengan target, dan cara melihatnya yaitu dengan
melihat kinerja melalui SDM yang dimiliki oleh amil-amil setiap tiga
bulan sekali. Tidak hanya itu saja dalam meningkatkan kualitas para
amilnya BAZNAS melakukan bentuk bimbingan kepada amilnya,
yaitu dengan melakukan pendidikan dan pelatihan khusus kepada para
amilnya supaya bekerja lebih profesional, amanah, dan transparan.52
c. Pendayangunaan dan Penyaluran
Pendayangunaan merupakan tujuan dari didirikannya lembaga
maupun badan amil zakat yang berjalan saat ini, penyaluran maupun
pendayangunaan tersebut itu disalurkan kepada para mustahik yang
benar-benar membutuhkan, begitu pula BAZNAS yang merupakan
suatu lembaga nirlaba yang bergerak dalam status nilai kepercayaan
dan moralitas para pengelolanya, benar menyalurkan dana ZIS yang
diperolehnya. Penyaluran dan pendayangunaan mempunyai arti yang
berbeda, di mana penyaluran diartikan bahwa dana yang diberikan
kepada mustahik itu hanya sekedar diberikan saja, tetapi kalau
pendayangunaan diartikan bahwasannya dana yang disalurkan itu tidak
disalurkan dengan begitu saja, melainkan dengan berbagai bentuk
kegiatan maupun bentuk program-program yang dimiliki oleh
52
. Budi Setiawan, Wawancara Pribadi
150
BAZNAS. Dalam pelaksanaan penyaluran dan pendayangunaan dana
tersebut BAZNAS melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan ke masyarakat.
Baznas melakukan penyalurannya dengan dua sistem. Pertama,
program yang kita buat sendiri. Program ini berdasarkan data yang kita
cari. Di sini ada lima program: Indonesia takwa, Indonesia cerdas,
Indonesia makmur, Indonesia sehat, dan Indonesia peduli. Indonesia
cerdas misalnya, dengan memberikan beasiswa. Kedua, bisa juga ajuan
dari masyarakat. Masyarakat mengajukan proposal. Kemudian kita
teliti, dan seterusnya. Tapi, yang jelas semuanya sejalan dengan
mustahik itu. Selama itu sesuai dengan kriteria mustahik, insya Allah
akan kita salurkan.53
B. Faktor pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat BAZNAS
1. Faktor Pendukung
a. Kehadiran para Ulama, profesional, birokrat, wakil rakyat, dan tokoh
masyrakat yang dikenal bersih, berdedikasi, kredibel dan ahli
dibidangnya dalam kepengurusannya, BAZNAS melaksanakan
tugasnya secara amanah dan profesional.
b. Sesuai dengan azas dan budaya kerja BAZNAS, yang meneladani sifat
Rosul ; sidiq, amanah, tabligh, serta Fathanah dalam pengelolaan
zakat.
53
. www.eramuslim.com, tentang Didin Hafidhuddin: Penyaluran Zakat itu Harus
Bermartabat diakses tanggal 16 desember 2008.
151
c. Sesuai dengan visi BAZNAS, menjadi pusat zakat yang memiliki
peran dan posisi yang sangat strategis didalamnya upaya pengentasan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secra
keseluruhan melalui pengelolaan nasional yang amanah, profesional,
efesienn, dan efektif berdasarkan syariat Islam dan aturan perundang-
undangan yang berlaku.
d. BAZNAS dalam mengumpulkan dana zakat dari para Muzakki dibantu
oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dan mitra BAZNAS, BAZNAS
dalam melaksanakan tugasnya mempunyai sistem adminisatrasi
keuangan yang berbasis dasar teknologi, informasi, dan melayani
muzakki yang ingin membayar zakatnya.
e. Mempunyai sistem administrasi keuangan yang berbasis dasar
teknologgi informasi.
f. Melayani para muzakki lewat website BAZNAS, www. BAZNAS.
Or.id
g. Terletak dilokasi yang sangat strategis ditengah-tengah kota.
h. Rekening dalam setiap bentuk infak, shadaqoh, dan zakat memiliki
rekening yang berbeda-beda, untuk mempermudah donator atau
muzaki menyalurkan dana ZIS.
i. Andaya UU RI. No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, surat
keputusan presiden RI no. 8tahun 2001 tentang pembentukan
BAZNAS, surat keputusan menteri agama RI no. 581 tahun 1999
tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
152
dan keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat islam dan urusan
haji no.291tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat.
2. Faktor Penghambat
a. Tidak teralisasinya APBN yang disebutkan dalam undang-undang
sebagai anggaran pengelolaan BAZNAS, kurang mensosialisasikan
BAZNAS pada masyarakat, kesadaran masyarakat untuk membayar
zakat masih kurang, dan belum adanya ketentuan yang mewajibkan
UPZ di departemen, lembaga, BUMN, perwakilan Indonesia diluar
negeri, harus menyetor ke BAZNAS.
b. Belum adanya peraturan pemerintah dari UU no.38 tahun 1999
tersebut, terutama tentang pola koordinasi antara BAZNAS dengan
BAZDA dan LAZ, sehingga lembaga-lembaga tersebut tidak bersedia
dibawah koordinasi BAZNAS.
c. Belum adanya kesepakatan bahwa bukti Setor Zakat Zakat (BSZ)
BAZNAS merupakan satu-satunya BSZ yang diakui oleh dirjen pajak,
sehingga realisasi dari zakat pengurangan penghasilan kena pajak
belum dilaksanakan secara optimal.
d. Hubungan antara BAZNAS, BAZ daerah serta lembaga Amil Zakat
(LAZ) yang dikukuhkan oleh pemerintah, tidak terikat dalam garis
kooordinasi yang jelas.
e. Belum adanya ketentuan yang mewajibkan UPZ (departemen, lembaga
BUMN, BUMS, dan Perwakilan Indonesia di luar negeri ) harus
membayar zakatnya ke BAZNAS, kendala lainnya pada umummnya
153
departemen, BUMN tersebut telah memiliki pengelolaan zakat
tersendiri dan pola program dalam penyalurannya sendiri.
C. Praktek pelaksanaan Pengelolaan Zakat di BAZNAS
Pengelolaan Zakat adalah kegiatan yang didalamnya meliputi berbagai
kegiatan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pendistribusian serta pendayangunaan zakat. Diawali dengan kegiatan
perencanaan, dimana dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya
serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian
pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan pertimbangan,
Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan orang-orang (amil) yang
tepat dan pemilihan system pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan
perangkat lunak (software) yang memadai, kemudian dengan tindakan nyata (pro
active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun
mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan
keuangan operasional pengelolaan zakat. 4 (empat) hal diatas menjadi persyaratan
mutlak yang harus dilakukan terutama oleh lembaga pengelola zakat baik oleh
BAZ (Badan Amil Zakat) maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang professional.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terhimpun dalam BAZNAS
yaitu kegiatan dalam pengelolaan zakat yaitu yang terdiri dari (POAC)
Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Pengawasan dari pihak ketua umum
dalam bentuk laporan disetiap devisi ini berjalan dalam semua divisi mencakup
dalam pengumpulan, Pendistribusian, Pendayangunaan, dan Pengembangan yaitu
sebagai berikut :
154
1. Divisi Pengumpulan.
a. Melakukan pendataan muzaki, harta zakat yang dipunyai muzaki.
b. Melakukan usaha penggalilan dana zakat.
c. Melakukan pengumpulan zakat, dan menyetorkan hasilnya ke
Bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti penerimaan
kepada bendahara.
d. Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat.
e. mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat.
2. Devisi Pendistribusian
a. Menerima dan menyeleksi pemodalan calaon mustahik.
b. Mencatat mustahik yang memenuhi syarat menurut ketentuan
syarat dan sesuai dengan kelompok masing-masing mustahik.
c. Menyiapkan rancangan keputusan tentang mustahik yang
menerima zakat.
d. Melaksanakan pendistribusian dana zakat sesuai dengan keputusan
yang telah ditetapkan.
e. Mencatat pendistribusian dana zakat, dan menyerahkan tanda bukti
penerimaan kepada bendahara.
f. Menyiapkan laporan pendistribusian dana zakat.
g. Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.
3. Devisi Pendayangunaan
a. Melakukan pendataan mustahik, harta zakat.
b. Melaksanakan pendayangunaan zakat, sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan.
155
c. Mencatat pendayangunaan zakat serta menyerahkan tanda bukti
penerimaan kepada bendahara.
d. Menerima dan mencatat permohonan pendayangunaan dana zakat
untuk usaha produktif.
e. Meneliti dan menyeleksi calon penerima dana produktif.
f. Menyalurkan dana produktif kepada mustahik.
g. Mencatat dana produktif yang telah didayangunakan dan
menyerahkan tanda bukti penerimaan kepada bendahara.
h. Menyiapkan bahan laporan pendayangunaan dana zakat untuk
usaha produktif.
i. Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.
4. Devisi Pengembangan
a. Menyusun bentuk rencana pengumpulan, pendayangunaan, dan
pengembangan dana zakat.
b. Melakukan penelitian dan pengembangan masalah sosial dan
keagamaan dalam ranga pengembangan zakat.
c. menerima dan memberi pertimbangan, usul, dan saran mengenai
pendayangunaan zakat untuk pengembangan ekonomi umat.
d. Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.
156
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Pengelolaan zakat oleh BAZNAS dilakukan secara tranparan dan
professional dengan dukungan sistem dan teknologi dan sumber daya
manusia yang kapabel, amanah dibaeah pengawasan para ulama yang ahli
dalam bidang zakat dan tokoh masyarakat yang amanah dalam
pengelolaan Badan Usaha Milik Negara maupun Swasta, sehingga bisa
menjaga keberlangsungan BAZNAS dikancah perzakatan, untuk menjaga
kepercayaan masyarakat.
2. Sistem teknologi yang menjamin keakuratan data, dengan sistem informasi
tersebut, sebagai bukti pengelolaan yang profesional oleh BAZNAS,
dimana BAZNAS melakukan pengelolaan data base muzaki, mustahik,
dan program-program yang akan dijalankan. Pengelolaan data base yang
kuat itu merupakan sebagai langkah konkrit potensi-potensi yang ada di
muzaki dan mustahik, sehingga dapat dibuatkan suatu program
penanggulangan kemiskinan yang benar-benar tepat sesuai dengan
kebutuhan untuk secara berkelanjutan dan merata yang dapat menjangkau
seluruh wilayah maupun daerah membutuhkan dana Zakat tersebut.
3. Dalam pengelolaan zakat BAZNAS melakukan sinergi keberbagai
lembaga amil zakat lainnya, yang meliputi kerjasama dengan para ulama,
ormas-ormas islam, terlebih kepada pemerintah. Dalam pengumpulan dana
ZIS BAZNAS melakukan hubungan kerjasama dengan unit pengumpul
157
zakat diberbagi departemen, BUMN, BUMS, Kedutaan dan Konsulat
Jenderal LN, berbagai BAZ maupun LAZ lainnya, serta dalam penyaluran
maupun pendayagunaan BAZNAS ada yang disalurkan secara langsung
dan ada pula yang tidak langsung, yang tidak langsung penyaluran
dilakukan melalui lembaga mitra, seperti badan Amil zakat (BAZ),
lembaga amil zakat (LAZ), dan USZ mitra BAZNAS yang ada di BUMN,
BUMS, BMT maupun lembaga Masjid.
B. Saran.
1. Maksimalkan perangkat kelembagaan agar bisa terlihat oleh masyarakat
sebagai bentuk lembaga yang mengelolaa zakat dan menunjukan image,
citra lembaga yang dipandang sebagai lembaga pengelola ZIS yang
terpercaya, profesional, dan transparan.
2. Perlunya sosialisasi yang sungguh-sungguh atas pentingnya penyaluran
zakat melalui lembaga amil zakat kepada masyarakat.
3. Sosialisasi zakat secara terus-menerus yang sesuai dengan hukum islam,
hikmah dan tujuaannya secara merinci dan sesuai tatacara perhitungannya,
perlu ditingkatkan baik itu melalui media apa saja (surat kabar, brosur,
majalah, maupun audio visual )
158
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quranul Karim
Alhumami, Dzulfiqor, “Amanah dan Hubungannya dengan Etos Kerja Pegawai
Amil Zakat,” ( skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 )
Baiquni Abu A. dan Eni Fauziana, kamus istilah Agama Islam, ( Jakarta : Arloka 1995 )
Bariadi, Lily. dkk, Zakat Dan Wirausaha, (Ciputat :CED, 2005)
BAZNAS, annual report, 2006
BAZNAS, Profil BAZNAS, 2007
BAZNAS, Katalok Program 2008
BAZNAS, BAZNAS news, Media Zakat, Januari 2008
BAZNAS, newsletter PPSDMS, edisi XXIV / mei 2008
Departemen Agama RI, Direktorat jenderal bimbingan Islam, Direktorat
pemberdayaan Zakat, profil direktorat pemberdayaan Zakat, ( Jakarta : 2006 )
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam, Departemen Agama RI 2007, Manajemen Pengelolaan Zakat,
(Jakarta:2007)
Fitriani. Yeni, “peranan Badan Amil Zakat Nasional dalam Pemodalan Usaha
Kecil Menengah,” ( skripsi S1 fakultas Syariah dan hokum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004 )
Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002). Cet-1
Hamzah, Amer Pernik-pernik Manajemen Qur’ani (Aceh : PT Arum NGL.co. 1997)
Hariwijaya & Triton. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal Dan Skripsi, (Yogyakarta : TUGU PUBLISHER oryza, 2002)
www.eramuslim.com, 16 desember 2008
Http://Baznas.or.id, September 2008
Http:// Persis.or.id, Juli 2008
159
Ibrahim, Yasin Al-syaikh. Cara Mudah Menunaikan Zakat: Membersihkan
Kekayaan Menyempurnakan Puasa Ramadhan, Penerjemah Wawan. S Husin dan danny ( Bandung : Pustaka madani, 1997 )
Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam, ( Jakarta : IIIT Indonesia, 2003). Cet-2
Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, penerjemah : Rahmad Abbas (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1997 )
Mujieb, Abdul, Kamus Istilah Fiqih ( Jakarta :Pustaka Firdaus, 1999 )
Pelita, bagian artikel tentang ”Pengelolaan Zakat Masa Khalifaturrosidin” 15
maret 2000
Qardhawi, yusuf. Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996 )
--------------------, Kiat Sukses Mengelola Zakat, Penerjemah : Amuni Solihan
(Jakarta : Media Dakwah, 1997 )
Salam, Syamsir & Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta UIN
PRESS, 2006)
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat, (Ciputat : Institus Manajemen Zakat,2004).
Cet-1
Tasmara. Toto, Kecerdasan Rohaniah, ( Jakarta : gema insanii press, 2001 )
Triyowono, Iwan. Organisasi dan Akuntans Syari’ah, (Yogyakarta : LkiS, 2000)
Yustanto, M Ismail dan M Karebet, Manajemen Stategis Perspektif Syariah,
(Jakarta : Khairul Bayan, 2008 )
160
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………… I
Daftar Isi …………………………………………………… II
BAB I PENDAHULUAN
G. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
J. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
K. Metodologi Penelitian .............................................................. 8
L. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengelolaan Zakat ........................................................ 13
1. Pengertian Pengelolaan Zakat ............................................... 13
2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah ........................... 15
3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin ............... 16
4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19
C. Konsep Amanah dan Fathanah ................................................. 20
1. Pengertian Amanah .............................................................. 20
2. Amanah dalam Zakat ............................................................ 23
3. Pengertian Fathanah ............................................................. 24
4. Fathanah dalam Zakat. .......................................................... 27
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA
F. Sejarah Berdirinya BAZNAS ................................................... 31
G. Landasan Hukum BAZNAS ..................................................... 32
H. Visi dan Misi Tugas pokok ....................................................... 32
I. Struktur Organisasi BAZNAS .................................................. 33
J. Program Kerja BAZNAS. ........................................................ 39
161
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
D. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan
Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ................................... 46
E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan konsep
Amanah Dan Fathanah. ............................................................ 61
F. Analisis SWOT ........................................................................ 63
BAB V : PENUTUP
C. Kesimpulan .............................................................................. 66
D. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68
162
Nomor : Istemewa Jakarta, 5 Juni
2008
Lamp : 1 Berkas
Hal : Pengajuan Judul Skripsi
Kepada YTH,
Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di
Tempat
Assalamualaikum Wr.Wb
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Aji Maulana
NIM : 104053002040 Fak/Jur : Dakwah dan Komunikasi / Manajemen Dakwah
Semester : VIII ( Delapan )
Dengan ini mengajukan judul skripsi sebagai guna mendapat gelar
Sarjana Strata Satu (S1) dengan judul :
“ Pengelolaan Zakat dengan Konsep Amanah Dan Fathanah pada
Badan Amil Zakat NAsional (BAZNAS) Jakarta ”
Sebagai Bahan Pertimbangan saya lampirkan satu berkas proposal
skripsi yang terdiri dari :
1. Out line
2. Proposal Skripsi
3. Daftar Pustaka Sementara
Demikianlah surat pengajuan ini saya sampaikan atas perhatiaan dan
pertimbangannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Akademik Pemohon
Noor Bekti Negoro, SE. STP, MSi Aji maulana
NIP : 150293230 104053002040
163
DEPARTEMEN AGAMA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412 Telp. :
7432728
FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-74
SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2008/2009
1. Nama : AJI MAULANA
2. Tempat/Tanggal Lahir : Pekalongan, 7 Mei 1986
3. Nomor Pokok : 104053002040
4. Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan : Manajemen Dakwah
6. Program : S1
7. Judul Skripsi : IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN
FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
8. Tanggal Lulus : 11 Desember 2008
9. No. Ijazah :
10. Indek Prsetasi : 3,27 Yusidium : AMAT BAIK
11. Jabatan Dalam Organisasi
Kemahasiswaan : Kabid. Penerbitan BEMJ-MD 2006-2007
12. Alamat Asal : Jl. Sulawesi Bendan Gg. 3/48. RT 04/02 Pekalongan
13. Alamat Sekarang : Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya ciputat,
Tangerang
14. Nama Ayah : SUPENO
15. Pendidikan Ayah : SLTP
16. Pekerjaan Ayah : BURUH
164
17. Nama Ibu : Djohariyah
18. Pendidikan Ibu : SLTP
19. Pekerjaan Ibu : Ibu rumah Tangga
Ciputat, 15 desember
2008
Tanda tangan Ybs.
Aji Maulana
DEPARTEMEN AGAMA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412 Telp. : 7432728
IDENTITAS ALUMNI
WISUDA KE : 74 /TAHUN AKADEMIK : 2008/2009
Yang bertanda tangan di bawah ini,
1. Nama : AJI MAULANA
2. Nomor Pokok/NIM : 104053002040
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tenpa/Tanggal Lahir : Pekalongan, 7 Mei 1986
5. Alamat Asal : Jl. Sulawesi Bendan Gg. 3/48. RT.04/02,
Pekalongan.
6. Alamat Sekarang : Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya Ciputat,
Tangerang.
7. Kode Pos : 15412
8. Telepon : (021) 7403107 HP : 081584177099
9. Jurusan/Program Studi : Manajemen Dakwah/S1
165
10. Juduk Skripsi : IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN
FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL.
11. Pembimbing : Drs. M. Sungaidi, M.A
12. Penguji 1 : Drs. Hasanudin Ibnu Hiban. M.A
13. Penguji 2 : Noor Bekti Negoro, SE, STP, Msi
14. Tanggal Lulus : 11 Desember 2008
15. IP/Yusidium : 3,27/AMAT BAIK
16. Nomor & Tgl. Ijazah :
17. Pekerjaan : -----------
18. Alamat Pekerjaan : -----------
Mengetahui, Ciputat, 15 Desember
2008
Ketua jurusan Tanda Tangan Ybs.
Drs. Hasanudin Ibnu Hiban, MA Aji Maulana
top related