implementasi penddikan nonformal di desa sikayu … · implementasi penddikan nonformal di desa...
Post on 12-Aug-2020
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENDDIKAN NONFORMAL DI DESA SIKAYUKECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratanguna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OlehEka Rizki Rahmawati
NIM 10110241024
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKANJURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
FEBRUARI 2015
v
MOTTO
Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu halyang pasti. Jika pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi
sesuatu yang mengikutinya. Padahal untuk melakukan pencapaian yang lebih, kitatidak bisa hanya bertahan ditempat yang sama. Tidak ada kehidupan yang lebihbaik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan. Seperti ikan salmon.
Tidak takut pindah dan berani berjuang untuk mewujudkan harapannya.(Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon)
Jika satu pintu tertutup maka pintu lain terbuka, namun terkadang kitamenunggu pintu tertutup tesebut terlalu lama hingga kita tidak sadar terhadap
pintu lain yang telah terbuka.(Alexander Graham Bell)
Hadapi saja apa yang ada didepanmu!
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberkan
anugrah-Nya kepadaku, maka karya sederhana yang penuh perjuangan ini ku
persembahkan untuk:
Bapak dan Ibu tercinta atas segala kasih sayang, pengorbanan, dukungan dan
do’a yang tiada hentinya, semoga Allah senantiasa selalu memberikan rahmat
serta kebahagiaan untuk keluarga kita.
Keluarga besar Jurusan Filsafat Sosiologi Pendidikan Prodi Kebijakan
Pendidikan
Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta
vii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NONFORMAL DI DESA SIKAYUKECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN
Oleh:Eka Rizki Rahmawati
NIM 10110241024
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikannonformal yang ada di Desa Sikayu, mengetahui faktor penghambat danpendukung pendidikan yang ada di Desa Sikayu.Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalahmasyarakat Desa Sikayu, Lurah Desa, PKK, pemuda, Kepala UPTD Kecamatan,dan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dikpora Kabupaten Kebumen. Teknikpengumpulan data menggunakan obserasi, wawancara, dan dokumentasi.Keabsahan data diuji dengan menggunakan trianggulasi sumber dan trianggulasiteknik.
Hasil penelitian ini menunjukkan: Implementasi pendidikan nonformal diDesa Sikayu diwujudkan melalui: 1) Kegiatan pemberdayaan mayarakat yangmeliputi pelatihan keterampilan, seminar/lokakarya: 2) Program pendidikannonformal di Desa Sikayu meliputi pelatihan menjahit, membuat aksesoris,membuat pupuk kompos, dan pengolahan tanaman pangan lokal. Implementasipendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah di Desa Sikayu telahditentukan oleh pemerintah pusat tanpa adanya inovasi dan pendidikan nonformalyang dilakukan melalui organisasi masyarakat merupakan inisiatif darimasyarakat Desa Sikayu:3)Faktor penghambat internal: takut memberatkanorangtua, ingin bekerja, dan kurang termotivasi untuk sekolah. Faktor eksternal:faktor ekonomi, kesadaran pendidikan masih rendah, sekolah jauh dan tidakbervariasi. Faktor pendukung internal: orangtua ingin nasib anak lebih baik dariorangtua dan antusiasme anak melanjutkan sekolah. Faktor eksternal: adanyasubsidi pendidikan dan kesadaran orangtua akan pentingnya investasi pendidikan,
Kata kunci : implementasi, pendidikan nonformal, Desa Sikayu
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa allah S.W.T karena atas berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang
“IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NONFORMAL DI DESA SIKAYU
KECAMATAN BUAYAN KEBUPATEN KEBUMEN” sebagai salah satu
pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam program
studi Kebijakan Pendidikan, jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini
penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka
skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik, sehingga penulis ingin
menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Bapak Rochmad Wahab M.Pd., M.A.
atas segala kebijaksanaannya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis
untuk belajar dan menyelesaikan studi di kampus tercinta Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Dr.
Haryanto, M.Pd. yang telah memberikan kemudahan dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Bapak Dr. Sugito, M.A. yang telah memberikan pengesahan dalam skripsi ini.
4. Ibu Ariefa Efianingrum, M. Si. selaku Pembimbing Akademik atas motivasi
dan saran yang telah diberikan selama ini.
5. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Ibu Dr. Mami Hajaroh,
M.Pd. yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan penuh bagi penulis
untuk menyelesaikan tugas akhir.
6. Dosen Pembimbing I Ibu Dr. Siti Irine Astuti DW, M.Si. dan Dosen
Pembimbing II Bapak Djoko Sri Sukardi, M.Si. terimakasih atas waktu,
kesabaran, kepercayaan dan bimbingannya kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan lancar.
ix
7. Bapak Dr. Sugito, M.A selaku dosen Penguji yang telah bersedia menguji
penulis dan bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan
bimbingan pada penulis.
8. Bapak Ibu Dosen Program Studi Kebijakan Pendidikan Fakultas Imu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan selama masa pendidikan strata 1.
9. Dinas Dikpora Kabupaten Kebumen, terutama Kepala Bidang pendidikan
Menengah, Bapak Dr. Sudirman, terimakasih telah meluangkan sedikit
waktunya di sela-sela kesibukan untuk membantu peneliti menyelesaikan
tugas akhir skripsi.
10. Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Dikpora tingkat Kecamatan, terutama
Bapak H. Ahmad Salimun selaku ketua UPTD. Penulis mengucaptan
terimakasih atas arahan yang telah diberikan.
11. Lurah Desa Sikayu Kecamatan Buayan Bapak Teguh Priyatin, trimakasih
telah diijinkan untuk mengadakan penelitian di Desa Sikayu Kecamatan
Buayan.
12. Kadus Desa Sikayu Kecamatan Buayan Bapak Thukul Waluyo, terimakasih
telah menemani dan membimbing penulis selama proses pembuatan tugas
akhir skripsi.
13. Masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan, terimakasih telah berpartisipasi
dan membantu penulis dalam mencari data dan menyelesaikan tugas akhir
skripsi.
14. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Munawar dan Ibu Tarsiyah yang telah dengan
sabar mendukung peneliti. Ketiga orang adikku yang super, Dwi Tursina
Utari, Alif Shafa Rahmawati dan Pramangstha Ridho Aedva Muta yang selalu
meramaikan hari-hari. Berjuanglah adik-adikku, kita harus membanggakan
orangtua kita! Kakek, nenek, bulik dan om yang secara tidak langsung ikut
mengantarkan penulis pada gerbang kelulusan sarjana. Trimakasih, dukungan
kalian adalah anugrah yang paling berharga.
15. Teman-teman Prodi Kebijakan Pendidikan 2010 Fakultas Ilmu Pendidikan
yang tidak bisa sebutkan satu-persatu, terima kasih atas bantuan dan
xi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL......................................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ivHALAMAN MOTTO........................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ viABSTRAK.......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... viiiDAFTAR ISI...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah................................................................................... 6
C. Batasan Masalah......................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah....................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian........................................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian...................................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Pendidikan Nonformal............................................................................... 10
1. Pengertian Pendidikan.......................................................................... 10
2. Jenis Pendidikan .................................................................................. 12
3. Pendidikan Nonformal………………………………………............ 16
B. Kebijakan Pendidikan................................................................................. 25
1. Pengertian Kebijakan Pendidikan......................................................... 25
2. Proses Kebijakan Pendidikan………………...................................... 29
3. Implementasi Kebijakan ...................................................................... 31
xii
C. Penelitian yang Relevan …….................................................................... 40
D. Kerangka Pikir............................................................................................ 43
E. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 46
BAB III METODE PENELITIANA. Pendekatan Penelitian ................................................................................ 48
B. Subjek Penelitian…………....................................................................... 51
C. Setting Penelitian…………….................................................................... 52
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 53
E. Instrumen Pengumpulan Data………........................................................ 54
F. Teknik Analisis Data................................................................................ 55
G. Validitas Data…………………................................................................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................................ 60
1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Desa................................ 60
2. Struktur Badan Permusyawaratan Desa…………………................... 63
3. Keadaan Penduduk Desa Sikayu……………………………………. 69
4. Ketenagaan Sektor Usaha…………………………………………… 75
5. Masyarakat dan Pendidikan…………………………………………. 80
6. Sarana dan Prasarana………………………………………………… 87
B. Hasil Penelitian........................................................................................... 91
1. Implementasi Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu ......................... 91
2. Program Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu…………………….. 114
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan …………………… 128
a. Faktor Penghambat Pendidikan………………..………………… 128
b. Faktor Pendukung Pendidikan…………………………………. 138
C. Pembahasan................................................................................................ 145
1. Implementasi Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu………………. 145
2. Program Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu…………………….. 147
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan……………………. 149
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan................................................................................................. 154
B. Saran........................................................................................................... 157
C. Keterbatasan Penelitian …………………………………………………. 158
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 160
LAMPIRAN....................................................................................................... 162
xiv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Penggunaan Lahan Oleh Masyarakat Desa Sikayu ……………. 62
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pengrus Desa Sikayu ………....................... 64
Tabel 3. Demografi Penduduk …………….............................................. 71
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia …………………….................. 71
Tabel 5. Agama yang Dianut Oleh Masyarakat Desa Sikayu …………... 72
Tabel 6. Daftar Mata Pencaharian Penduduk ………................................ 75
Tabel 7. Data Migrasi Penduduk di Desa Sikayu ……….......................... 76
Tabel 8. Lapangan Usaha yang Terdapat di desa Sikayu …….................. 77
Tabel 9. Tenaga Kerja dan Pengangguran di Desa Sikayu ………............ 78
Tabel 10. Jumlah Keluarga dan Ukuran Keluarga ………………............... 79
Tabel 11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tamatan Pendidikan ….............. 80
Tabel 12. Angka Partisipasi Sekolah Formal Masyarakat desa Sikayu ....... 81
Tabel 13. Angka Partisipasi Sekolah Usia < 7 tahun ……........................... 82
Tabel 14. Jumlah Angka Partisipasi Kasar di Desa Sikayu ………………. 82
Tabel 15. Angka Partisipasi Murni ……………………………………….. 83
Tabel 16. Angka Melek Aksara Masyarakat Desa Sikayu ……………….. 84
Tabel 17. Angka Melanjutkan Sekolah (dalam %) ……………………….. 85
Tabel 18. Jumlah Siswa Miskin Desa Sikayu …………………………….. 85
Tabel 19. Prosentase Anak Putus Sekolah di Desa Sikayu ………………. 87
Tabel 20. Faktor Penghambat Pendidikan ………………………………... 137
Tabel 21. Faktor Pendukung Pendidikan …………………………………. 143
Tabel 22. Faktor penghambat Pendidikan ………………………………... 150
Tabel 23. Faktor Pendukung Pedidikan ………………………………….. 151
Tabel 24. Faktor penghambat dan Pendukung Program Pendidikan yangDiselenggarakan oleh Pemerintah ……………………………... 153
xv
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1. Kerangka Pikir……………........................................................... 46
Gambar 2. Komponen-Komponen Dasar Analisis Data Model Miles dan
Huberman ……………………………........................................... 57
Gambar 3. Peta Wilayah Desa Sikayu Kecamatan Buayan.............................. 61
Gambar 4. Susunan Pemerintahan Desa Sikayu………………....................... 63
Gambar 5. Susunan Pengurus Gapoktan Margi Rahayu……........................... 66
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Pedoman Observasi................................................................. 162
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ........................................................... 164
Lampiran 3. Pedoman Wawancara.............................................................. 165
Lampiran 4. Catatan Lapangan …............................................................... 171
Lampiran 5. Transkrip Wawancara yang Telah Direduksi…...................... 179
Lampiran 6. Analisis Data……................................................................... 207
Lampiran 7. Dokumentasi……................................................................... 217
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian................................................................. 218
Lampiran 9. Kegiatan Pendidikan Nonformal……………………………. 224
1
BAB IPENDAHILUAN
A. Latar Belakang
Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut selalu diupayakan melalui
berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan
menjadi salah satu cara yang dipilih untuk meraih kemajuan.Dengan cara
memberdayakan para anggota masyarakat tersebut agar memiliki mutu
kapasitas dan kapabilitas diri sesuai yang diharapkan Arif Rohman (2009: 1).
Kebutuhan belajar merupakan kebutuhan merupakan bagian dari
kebutuhan pendidikan serta kebutuhan yang disebut terakhir merupakan
bagian dari kebutuhan hidup manusia H. D. Sudjana (2004: 224).Pendidikan
merupakan salah satu aspek yang diharapkan mampu menciptakan generasi
yang bisa beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat.
Peningkatan kualitas manusia tersebut dapat melalui tiga jalur pendidikan,
yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Namun tidak dipungkiri
bahwa kemajuan masyarakat dibidang pendidikan dapat dicapai dengan
kolaborasi terhadap dua atau lebih jenis pendidikan.
Dalam mewujudkan tujuan bangsa Indonesia dalam pendidikan seperti
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan menjadi aspek kebutuhan yang
sangat penting yang harus dipenuhi secara adil, merata, dan keseluruhan.
Seperti yang tertera pada Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2
2003, atau biasa disebut UU Sisdiknas, pada Bab III pasal 4 mengenai prinsip
penyelenggaraan pendidikan yang menyatakan pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
sistemik dengan sitem terbuka dan multi makna. Pendidikan diselenggarakan
sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi
keteladanan, memberi kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran. Pendidikan diselenggarakan dengan
mengembangkan budaya baca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga
masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan (Kemendiknas 2009: 3).
Disamping adanya pendidikan formal telah hadir pendidikan
nonformal dan pendidikan informal. Munculnya berbagai istilah pendidikan
menunjukkan perkembangan penyelenggaraan pendidikan secara wajar dan
luas, yang memberi arti bahwa pendidikan tidak hanya dilakukan disekolah
saja. Pendidikan nonformal memiliki perbedaan dengan pendidikan formal.
Unesco dalam Sudjana (2004: 15-16) menerangkan bahwa pendidikan
nonformal memiliki derajat ketatanan dan keseragaman yang lebih longgar
disbanding dengan tingkat ketatanan dan keseragaman pendidikan formal.
Pendidikan nonformal memiliki bentuk dan isi program yang bervariasi,
3
sedangkan pendidikan formal pada umumnya memiliki bentuk dan inti
program yang seragam untuk setiap satuan, jenis, dan jenjang pendidikan.
Tujuan program pendidikan nonformal tidak seragam, sedangkan tujuan
program pendidikan formal seragam untuk setiap satuan dan jenjang
pendidikan.
Pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan secara merata dari
wilayah perkotaan hingga pedesaan tanpa terkecuali. Suryati Sidharto dalam
Arif Rohman (2009: 110)membagi masalah pendidikan di Indonesia menjadi
lima pokok, yaitu: (1) pemerataan pendidikan, (2) daya tampung pendidikan,
(3) relevansi pendidikan, (4) kualitas pendidikan, dan (5) efisiensi pendidikan.
Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan
suatu bangsa dan merupakan media dalam menerjemahkan pesan perundang-
undangan serta sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang
cerdas akan memberikan kehidupan yang cerdas pula, secara progresif akan
membentuk kemandirian. Masyarakat yang demikian merupakan investasi
besar dalam proses pembangunan di suatu bagsa, baik dari aspek ekonomi,
politik, sosial, dan budaya.
Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah turut serta mewujudkan
pembangunan manusia dan mambantu menuntaskan masalah pendidikan satu
demi satu yang ada di Indonesia. Melalui pemerintah daerah, peraturan daerah
dan kebijakan pendidikan mampu dibuat sesuai dengan kondisi masyarakat
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan masyarakat dalam
tataran daerah. Di sinilah program pendidikan formal dan nonformal tercipta.
4
Tanggung jawab pengelolaan pendidikan formal pada umumnya berada pada
pihak pemerintah dan lembaga yang khusus menyelenggarakan pendidikan
persekolahan. Sedangkan tanggung jawab pengelolaan dan pembiayaan
pendidikan nonformal dipikul oleh pihak yang berbeda-beda, baik pihak
pemerintah, lembaga kemasyarakatan, maupun perorangan yang berminat
untuk menyelenggarakan program pendidikan.
Pendidikan nonformal ada untuk menunjang pendidikan formal yang
sekiranya kurang memaksimalkan bakat manusia pada bidang akademik. Pada
wilayah sub-urban, terutama wilayah pertanian banyak dijumpai masyarakat
dengan pendidikan formal yang rendah. Padahal pendidikan formal adalah
salah satu pendidikan yang penting dan sangat dianjurkan oleh pemerintah,
rendahnya pendidikan formal pada masyarakat petani salah satunya bisa
disebabkan oleh faktor ekonomi maupun kesadaran pendidikan yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Minat masyarakat petani terhadap pendidikan
formal yang bisa dikatakan rendah mendorong pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan nonformal untuk menunjang dan
memaksimalkan potensi masyarakat.
Berdasarkan data statistik yag ada, sebagian besar petani Indonesia
berpendidikan sekolah dasar yaitu sebanyak 40,75%, 4,62% diantaranya
berpendidikan SMA, dan hanya 0,39% petani berpendidikan tinggi Loekman
Sutrisno (2002: 4). Hal tersebut menunjukkan perlu adanya pembangunan baik
suprastruktur, infrastruktur, dan sumber daya manusianya. Disinilah
pendidikan sepanjang hayat memainkan perannya. Pendidikan sepanjang
5
hayat dapat dijabarkan ke dalam program-program pendidikan formal dan
pendidikan nonformal. Indonesia sebagai negara maritim berkawasan hijau
tentu memiliki banyak wilayah pedesaan dengan berbagai macam karakteristik
lingkngan dan masyarakat. Kondisi wilayah yang merupakan daerah pinggiran
dan memiliki letak geogrfis disekitar pesisir pantai juga memiliki pengaruh
terhadap kondisi pendidikannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya
pendidikan salah satunya yang ada di Kabupaten Kebumen.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada awal bulan Maret 2014
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pendidikan masyarakat desa terutama
pada wilayah peranian adalah rendah. Desa Sikayu, Kecamatan Buayan,
Kabupaten Kebumen merupakan salah satu desa yang memiliki kesadaran
pendidikan yang rendah. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
disebebkan karena kesadaran masyarakat terhadap pentingya pendidikan yang
masih rendah. Sekolah yang kurang bervariasi dan jarak tempuh sekolah yang
jauh menjadi kendala bagi masyarakat yang akan melanjutkan sekolah formal.
Selain itu faktor ekonomi dan minat masyarakat untuk melanjutkan
pendidikan menjadi salah satu kendala.
Penelitian terhadap implementasi pendidikan nonformal pada
masyarakat pertanian sangat perlu dilakukan, mengingat bahwa seharusnya
sektor pertanian merupakan barisan terdepan dalam mempertahankan krisis.
Sektor pertanian diharuskan dapat menjadi tumpuan hidup masyarakat yang
sedang mengalami krisis ekonomi, karena pertanian adalah ketahanan utama
pada suatu negara. Salah satu cara untuk memperbaikinya adalah melalui
6
pendidikan, dengan meningkatkan pendidikan masyarakat pada sektor
pertanian. Oleh karena itu, untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan
nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan, maka peneliti melihat
implementasi pendidikan nonformal dan faktor penghambat serta faktor
pendukung terslenggaranya pendidikan di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan,
Kabupaten Kebumen.
B. Identifikasi Masalah
1. Permasalahan pendidikan yang meliputi pemerataan pendidikan, daya
tampung pendidikan, relevansi pendidikan, efektivitas pendidikan, dan
efisiensi pendidikan.
2. Belajar merupakan kebutuhan pendidikan yang juga merupakan kebutuhan
dasar manusia.
3. Berdasarkan data referensi menunjukkanbahwa masyarakat sub-urban
terutama daerah pertanian memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
4. Rendahnya sumberdaya manusia petani menjadi salah satupermasalahan
yang ditimbulkan karena pendidikan yang rendah.
5. Perlunya pendidikan pemberdayaan/pendidikan nonformal yang optimal
untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan kecakapan hidup
masyarakat petani.
6. Dari hasil observasi menunjukkan bahwa Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen memiliki kesadaran pendidikan yang rendah,
berdasarkan data jumlah angka partisipasi sekolah yang terdapat di
kelurahan.
7
7. Masyarakat Desa Sikayu memiliki minat yang kurang terhadap program
pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah.
8. Pendidikan formal dan non formal merupakan kolaborasi pendidikan yang
dinilai mampu membangkitkan kesadaran pendidikan masyarakat Desa
Sikayu Kecamatan Buayan.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, peneliti menemukan
banyak permasalahan dilapangan sehingga mengharuskan peneliti untuk
membatasi masalah agar penelitian tetap fokus pada permasalahan yang telah
ditentukan. Penelitian ini dibatasi hanya pada tema implementasi pendidikan
nonformal di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi pendidikan nonformal di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen?
2. Apa program pendidikan nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen?
3. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung implementasi pendidikan
nonformal di Desa Sikayu Kecamaan Buayan Kabupaten Kebumen?
E. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan
nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen.
8
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kegiatan pendidikan
nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen.
3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor
pendukung implementasi pendidikan nonformal di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan.
F. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan tambahan wawasan bagi peneliti ataupun instansi terkait yang
membutuhkan data implementasi pendidikan non formal.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti, hasil luaran dari penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan bagi peneliti mengenai implementasi pendidikan
non formal.
b. Bagi Lembaga Penelitian
1) Lembaga pendidikan
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
dan bahan referensi bagi lembaga pendidikan untuk terus
mengembangkan pendidikan non formal.
2) Masyarakat desa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikit gambaran
untuk mendorong masyarakat desa lebih berani memilih
pendidikan yang sesuai bagi anaknya.
9
3) Pemerintah kota
Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi pemerintah kota dalam membuat keputusan dalam
bidang pendidikan khususnya didaerah pedesaan.
4) Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan
referensi peneliti selanjutnya jika ingin melaksanakan penelitian
yang serupa.
5) Bagi jurusan dan universitas
Hasil penelitian ini mengharapkan mahasiswa Kebijakan
Pendidikan mampu berpikiran kritis dalam menganalisa kebutuhan
dan permasalahan dalam duia pendidikan.
10
BAB IIKAJIAN TEORI
A. Pendidikan Nonformal
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat duduk di dalam sebuah
kelas dan mendengarkan penjelasan materi dari Guru, namun pendidikan
juga terjadi di dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan sekolah. Dari
proses pendidikan tersebut seorang manusia menjadi tumbh dan
berkembang, pengalaman yang diperoleh dari hasil berinteraksi dengan
orang lain dan warga masyarakat secara langsung maupun tidak langsung
telah memberikan pelajaran yang bersifat edukatif. Proses belajar terhadap
nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan melalui interaksi
dengan orang merupakan merupakan suatu proses pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. (UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003).
Dengan memperhatikan uraian diatas, pendidikan mempunyai
makna yang sangat luas. Banyak yang berpendapat situasi pendidikan
hanya terjadi pada situasi tertentu, karena fenomena yang dilihat juga
berbeda-beda. Ada pula yang hanya sebatas melihat peristiwa pendidikan
11
di sekolah, di dalam keluarga, maupun masyarakat. Dengan demikian
pendidikan diartikan berbeda-beda oleh banyak ahli.
John Dewey (dalam Dwi Siswoyo, 2013:47) mengartikan
pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental baik secara intelektual maupun emosional ke arah alam dan
sesama manusia. Pendapat dari J.J. Rouseau sedikit ada kemiripan dengan
John Dewey, yang mengartikan pendidikan sebagai usaha memberi bekal
yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi dibutuhkan pada masa
dewasa. Lain halnya dengan pendapat Ki Hajar Dewantara sekalu bapak
pendidikan Indonesia, beliau memaknai pendidikan sebagai usaha
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada masa anak sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat supaya mencapai kesempurnaan
hidup.
Berdasarkan makna dan arti pendidikan yang diungkapkan oleh
ketiga tokoh pendidikan tersebut maka dapat diambil esensinya dari
rumusan-rumusan pendidikan yang telah dijabarkan. Diantaranya adalah:
a. Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
mulia. Misalnya, membentuk kecakapan-kecakapan intelektual dan
intelektual, membentuk manusia dewasa, atau membawa kepada
kesempurnaan hidup anak.
b. Sasaran pendidikan adalah anak didik, yang biasa disebut “peserta
didik” atau “subjek didik”.
12
c. Pendidikan akan melalui proses yang berdimensi waktu, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
d. Pendidikan membutuhkan keterlibatan banyak pihak baik orang tua,
masyarakat, dan pemerintah agar tercapai tujuan pendidikan yang
mulia.
e. Kegiatan pendidikan merupakan ekspresi manusiawi manusia. Oleh
karena itu semua hal yang berkatan dengan dasar, tujuan, asas, materi
kurikulum, metode, alat-alat, dan hal-hal lain yang terkait dengan
pendidikan harus selaras dengan kondisi manusiawi manusia.
f. Proses pendidikan membutuhkan penanganan sungguh-sungguh yang
mengarah pada pengorganisasian secara professional seiring dengan
tuntutan jaman.
Akibat keadaan karakteristik dan latar belakang manusia yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, serta akibat tuntutan
masing-masing jaman yang dilalui manusia yang beragam pula maka
praktek pendidikan antar tempat, antar generasi, dan antar golongan
manusia juga mengalami variasi jenis dan corak. Sehingga secara umum
praktek pendidikan juga mengalami variasi pula yang dibedakan menurut
jenis, jalur dan jenjang pendidikan.
2. Jenis Pendidikan
Pendidikan menurut jenisnya, pada umumnya dibedakan menjadi
tiga macam. Ketiga macam tersebut adalah: 1) pendidikan formal, 2)
pendidikan nonformal, 3) pendidikan informal. Ketiga jenis pendidikan
13
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ciri-ciri atau
karakteristik ketiga pendidkan tersebut menurut Sanipah Faisal (Usman,
2008) adalah:
a. Pendidikan formal
Pendidikan ini merujuk pada pendidikan sistem persekolahan.
Pendidikan sistem persekolahan ini adalah jenis pendidikan yang
sudah terstandar secara legal-formal. Baik dalam hal jenjang-
jenjangnya, lama proses belajarnya, paket kurikulumnya, persyaratan
unsur-unsur pengelolaannya, persyaratan usia dan tingkat
pengetahuan/kemampuan dari peserta pendaftarannya, perolehan dan
keberartian nilai dari kredensialnya, prosedur evaaluasi hasil
belajarnya, sekuensi penyaian materi dan latihan-latihannya, dan
bahkan pada persyaratan presensi, waktu liburan, serta sumbangan
dana pendidikannya.
Dalam hal persyaratan organisasi dan pengelolaannya juga
relative ketat karena sudah diatur sedemikian rupa, lebih formal, dan
lebih terikat pada legalitas formal-administratif. Seperti halnya jam
belajar di sekolah yang sudah diatur dari pagi jam 07.00 WIB sampai
siang jam 13.00 WIB.
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal memiliki karakteristik yang berbeda
dengan pendidikan formal. Pendidikan nonformal ini memiliki ciri:
1) Paket pendidikannya berjangka pendek
14
2) Setiap program pendidikan merupakan suatu paket yang sangat
spesifik dan biasanya lahir dari kebutuhan yang sangat dirasakan
keperluannya
3) Persyaratan enrolmentnya/pendaftarnya lebih fleksibel baik dalam
hal usia maupun tingkat kemampuannya
4) Persyaratan unsur-unsur pengelolaannya juga fleksibel
5) Sekuensi/takaran materi pelajaran atau latihannya relatif lebih
luwes, tidak kaku dalam jenjang kronologisnya
6) Perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak terstandar
Dari ciri-ciri tersebut maka pendidikan nonformal dapat
dikatakan relatif lebih luwes, fleksibel, dan program
penyelenggaraannya berjangka pendek dibandiingkan dengan
pendidikan formal. Contoh nyatanya adalah lembaga kursus yang
berkembang di lingkungan masyarakat seperti kursus menjahit, bahasa
asing, komputer, dll.
c. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tidak terorganisir secara struktural
2) Tidak terdapat penjenjangan atau tingkatan
3) Tidak mengenal adanya ijazah atau kredensial
4) Lebih merupakan hasil pengalaman belajar individu-mandiri
15
5) Pendidikan informal tidak terjadi di dalam lingkungan interalsi
pembelajaran yang artificial
Bentuk nyata dari pendidikan informal adalah pendidikan yang
berlangsung di dalam keluarga. Di dalam lembaga keluarga tidak
dikenal standardisasi program, kurikulum, jenjang, dan lain-lain.
Pendidikan ini merupakan proses yang terjadi secara alamiah (natural).
Contoh lainnya adalah pendidikan melaui media massa acara
keagamaan, pertunjukan-pertunjukan seni atau hiburan, kampanye,
serta berbagai bentuk partisipasi dalam organisasi masyarakat.
Terdapat perbedaan yang jelas antara pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal, Coombs (1937)
membedakan pengertian ketiga jenis pendidikan sebagai berikut:
1) Pendidikan formal adalah kegiatan sistematis, berstruktur,
bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan
prguruan tinggi dan yang setaraf dengannya. Termasuk didalamnya
kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program
spesialisasi, dan latihan professional yang dilaksanakan secara
terus menerus.
2) Pendidikan informal adaah proses yang berlangsung sepanjang usia
hingga setiap orangmemperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang bersumber dari pengalamanhidup sehari-hari,
pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya adalah pengaruh
16
kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan
pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media masa.
3) Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan
sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan
secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang
lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Berdasarkan ketiga pengertian tersebut jelas bahwa pendidikan
nonformal tidak identik dengan pendidikan formal maupun pendidikan
informal.Pendidikan nonformal memiliki tujuan dan kegiatan yang
teroranisasi, diselenggarakan di lingkungan masyarakat dan lembaga-
lembaga, untuk melayani kebutuhan belajar khusus pada peserta didik.
Sedangkan pendidikan informal tidak diarahkan untuk melayani
kebutuhan belajar yang diorganisasikan. Kegiatan pendidikan ini lebih
umum, berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam
lingkungn keluarga, serta melalui media masa, tempat bermain, dan
sebagainya.
3. Pendidikan Nonformal
a. Komponen, Proses dan Tujuan Pendidikan Nonformal
Sebagaimana halnya pendidikan formal, pendidikan nonformal
pun mempunyai komponen, proses, dan tujuan. Perbedaan
komponennya, terutama pada program pendidikan yang terkait dengan
dunia kerja, dunia usaha, dan program yang diintegrasikan kedalam
17
gerakan pembangunan masyarakat, ialah adanya dua komponen
tambahan yaitu masukan lain (other input) dan pengaruh (outcome atau
impact).
Masukan lingkungan (environmental input) terdiri atas unsur-
unsur lingkungan yang menunjag atau mendorong berjalannya
program pendidikan nonformal. Unsur ini meliputi lingkungan
keluarga, lingkungan sosial seperti teman bergaul atau teman bekerja,
kelompok sosial, komunitas, dan sebagainya, serta lingkungan alam
yang mencakup sumber daya hayati, non hayati dan buatan.
Masukan sarana (instrumental input) meliputi keseluruhan
sumber dan fasilitas yang memungkinkan bagi seseorang atau
sekelompok dapat melakukan kgiatan pembelajaran. Masukan ini
termasuk kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan lainnya,
perpustakaan, fasilitas, alat, biaya, pengelolaan program.
Masukan mentah (raw input) yaitu peserta didik dengan
berbagai ciri yang dimilikinya, yaitu karakteristik internal dan
eksternal. Karakteristik internal meliputi atribut fisik, psikis, dan
fungsional. Karakteristik eksternal berkaitan dengan lingkungan
kehidupan peserta didik seperti keadaan keluarga dalam segi ekonomi,
pendidikan, status sosial, teman sepermainan, biaya dan sarana belajar,
sera cara dan kabiasaan belajar yang terjadi dalam masyarakat.
Proses ini terdiri atas kegiatan pembelajaran, bimbingan
penyuluhan dan atau pelatihan, serta evaluasi kegiatan pembelajaran
18
lebih mengutamakan peranan pendidik untuk membantu peserta didik
agar sktif melakukan kegiatan, dan bukan menekankan peranan guru
untuk mengajar. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
bervariasi, diantaranya adalah pendekatan kontinumdari pedagogi ke
andragogi, atau sebaliknya. Cross menjelaskan dalam Sudjana (2004:
36) bahwa “pedagogi adalah seni mengajar anak-anak (pedagogy is the
science and art of teaching children), sedangkan andragogi adalah
ilmu dan seni membantu orang dewasa melakukan kegiatan belajar
(andragogy is the science and art of helping adults learn)”.
Penggunaan pendekatan kontinum ini mengandung makna bahwa: a)
proses pendidikan nonformal tidak mempertentangkan peagogi dengan
anrdagogi, b) pedagogi dapat diterapkan pada permulaan proses
pembelajaran yang kemudian dilanjutkan dengan penerapan prinsip-
prinsip andragogi, dan c) andragogi dapat digunakan dalam
pembelajaran kepada anak-anak.
Knowles menjelaskan dalan Sudjana (2004: 36) bahwa
pendekatan kontinum ini didasarkan pada asumsi dirinya yang
meliputi:
1) Semakin dewasa peserta didik, konsep dirinya semakin berubah
dari sikap keretgantungan terhadap pendidik menuju sikap
mengarahkan diri dan saling belajar di antara mereka.
2) Semakin dewasa peserta didik makin bertambah pula pegalaman
belajar mereka yang dapat dijadikan sumber belajar, sedangkan
19
orientasi belajar berubah dari penguasaan materi kearah pemecahan
masalah.
3) Semakin dewasa peserta didik, kesiapan belajarnya semakin
dirasakan untuk menguasai tugas-tugas yang berkaitan dengan
peranan mereka dalam kehidupan.
4) Semakin dewasa peserta didik, perspektif waktu semakin
berorientasi pada penggunaan hasil belajar yang dapat segera
dimanfaatkan dalam kehidupan.
5) Semakin dewasa peserta didik, makin diperlukan keterlibatan
mereka dalam perencanaanm diagnosis kebutuhan, penentuan
tujuan belajar, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Untuk menunjang keberhasilan belajar maka dilakukan
bimbingan terhadap peserta didik. Bimbingan ini meliputi bimbingan
belajar, bimbingan pekerjaan, bimbingan karir, bimbingan kehidupan
keluarga, bimbingan bermasyarakat, kesehatan mental, dll. Proses
pembelajaran dalam pendidikan formal terus berkemban sehingga
memungkinkan pula terjadinya perpaduan pendekatan pedagogi dan
andragogi. Keluaran (output) merupakan tujuan utama pendidikan
nonformal. Keluaran mencakup kuantitas lulusan disertai kualitas
perubahan perilaku yang didapat melalui kegiatan pembelajaran.
Perubahan perilaku mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor yang
sesuai dengan kebutuhan belajar yang mereka perlukan. Kingsley
dalam Sudjana (2004: 37) mengungkapkan bahwa perubahan perilaku
20
ini mencakup pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), keterampilan
(skills), dan aspirasi (aspiration).
Dalam pendidikan nonformal, perubahan ranah psikomotor
atau keterampilan lebih diutamakan di samping perubahan ranah
kognitif dan afektif. Pengaruh (out come) merupakan tujuan akhir
kegiatan pendidikan nonformal. Pengaruh ini meliputi: (a) perubahan
kesejahteraan hidup lulusan yang ditandai dengan perolehan pekerjaan
atau berwirausaha, peningkatan pendapatan, kesehatan, pendidikan,
dan penampilan diri, (b) membelajarkan orang lain terhadap hasil
belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan, dan
(c) peningkatan partisipasinya dalam kegiatan sosial dan atau
pembangunan masyarakat, dalam wujud partisipasi buah pikiran,
tenaga, harta benda, dan dana. Secara sinfkat subsistem pendidikan
nonformal memiliki komponen, proses dan tujuan pendidikan yang
saling berhubungan secara fungsional, meliputi komponen, proses,
serta tujuan.
b. Keunggulan Pendidikan Nonformal
1) Biaya lebih murah apabila dibandingkan dengan biaya yang
digunakan dalam pendidikan formal. Biaya pendidikan nonformal
lebih murah karena adanya program-program pendidikan yang
dilakukan dalam waktu singkat untuk memenuhi kebutuhan belajar
tertentu.
21
2) Program pendidikan nonformal lebih berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat. Relevansi ini disebabkan karena tujuan program
berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, adanya
hubungan erat antara program pendidikan dengan dunia kerja atau
kegiaan usaha yang ada di masyarakat, dan pengorganisasian
program pendidikan dilakukan engan memanfaatkan pengalaman
belajar peserta didik.
3) Pendidikan nonformal memiliki program yang fleksibel, yang
ditandai oleh adanya program yang beragam dan menjadi tanggung
jawab berbagai pihak baik pemerintah, perorangan, ataupun
swasta. Pengendalian dan pengawasan secara terpusat dilakukan
sesederhana mungkin. Otonomi dikembangkan pada tingkat
pelaksana program dan daerah sehingga dapat mendorong
perkembangan program yang bercorak ragam sesua dengan
keragaman kebutuhan dan perbedaan daerah.
c. Kelemahan Pendidikan Nonformal
Kelemahan pada program pendidikan nonformal antara lain
kurangnya koordinasi, kelangkaan pendidik professional, dan motivasi
belajar yangrelatif rendah.
1) Kurangnya koordinasi disebabkan oleh keragaman dan luasnya
program yang diselenggarakan oleh berbagai pihak
2) Tenaga pendidik atau sumber belajar professional masih kurang.
Penyelanggaraan kegiatan pembelajaran dan pengelolaan program
22
pendidikan nonformal sebagian besar dilakukan oleh tenaga-tenaga
yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan
nonformal.
3) Motivasi belajar pesera didik relatif rendah, hal ini dikarenakan
kesan umum bahwa pendidikan nonformal yang tidak menekankan
peranan ijazah lebih rendah nilainya daripada pendidikan formal.
Masih terdapat program pendidikan yang berkaitan dengan upaya
membekali peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya di
bidang ekonomi tidak dilenngkapi dengan masukan lan sehingga
peserta didik tidak bisa menerapkan hasil belajarnya.
d. Cakupan Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal sebagai subsistem pendidikan nasional
mencakup pula bentuk-bentuk pendidikan lannya sepanjang
pendidikan tersebut diselenggarakan di luar jalur (subsistem)
pendidikan formal yang berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan
belajar masyarakat yang tidak dapat diperoleh dalam jalur pendidikan
formal.
1) Pendidikan Massa
Pendidikan Massa adalah kesempatan pendidikan yang
diberikan kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk membantu
masyarakat sehingga warganya memiliki kecakapan membaca,
menulis, berhitung dan pengetahuan umum yang diperlukan dalam
upaya peningkatan taraf hidup dan penghidupannya sebagai warga
23
masyarakat dan warga negara yang bertanggung jawab. Pendidikan
massa tidak jauh berbeda dengan kegiatan pendidikan yang telah
dibina oleh Direktorat Jendral Pendidikan masyarakat di Indonesia.
Kegiatannya antara lain pemberantasan buta aksara, kursus kader
maasyarakat, perpustakaan rakyat, dan latihan keterampilan.
2) Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa (Adult Education) adalah
pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan orang dewasa.
Pendidikan orang dewasa merupakan proses pendidikan yang
terorganisasi dengan berbagai bahan belajar, tingkatan, dan
metode, baik bersifat resmi maupun tidak, meliputi upaya
kelanjutan atau perbaikan pendidikan yang diperoleh dari sekolah,
akademi, atau magang. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi
orang dewasa dalam lingkungan masyarakat, agar mereka dapat
mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan,
meningkatkan keterampilan dan profesi yang telah dimiliki.
Tujuan pendidika ini adalah supaya orang-orang dewasa
mampu mengembangkan diri secara optimaldan berpartisipasi aktif
atau pelopor di masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan
budaya. Pendidikan orang dewasa mempunyai banyak corak
seperti pendidikan berkelanjutan, pendidikan perbaikan,
pendidikan popular, pendidikan kader, pendidikan kehidupan
keluarga, dan pendidikan perluasan.
24
3) Pendidikan Perluasan
Adakah kegiatan pendidikan yang diperluas jangkauannya
ke luar peserta didik di kampus perguruan tinggi, yaitu masyarakat.
Kegiatan ini merupakan upaya pendidikan nonformal yang
diselenggarakkan oleh perguruan tinggi untuk melayani kebutuhan
belajar masyarakat yang berkaitan dengan keinginan untuk
berpartisipasi aktif dalam menerapkan atau memanfaatkan
penemuan-penemuan baru yang dihasilkan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan perluasan pada umumnya meliputi tiga jenis
pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan langsung, yaitu pendidikan yang dilakukan dengan
tatap muka antara pendidik/tutor dengan peserta didik di
masyarakat. Program pendidikan ini dilakukan melalui
pelatihan, penyuluhan, kursus, seminar dan lokakarya.
2) Pendidikan tidak langsung, yaitu pemberian kesempatan belajar
oleh perguruan tinggi kepada masyarakat dengan menggunakan
media elektronika dan media cetak.
3) Kegiatan kemasyarakatan, yaitu pelayanan yang diberikan oleh
perguruan tinggi kepada masyarakat dalam upaya memperbaiki
dan membangun kehidupan masyarakat. Fasilitator dari
perguruan tinggi memberikan motivasi pada masyarakat dan
turut serta dalam kegiatan bersama masyarakat untuk
membangun daerahnya.
25
B. Kebijakan Pendidikan
1. Pengertian Kebijakan Pendidikan
Monahan dan Hengst menjelaskan dalam Syarifudin(2008: 8)
bahwa secara etimologi, kata kebijakan (policy) berarti kota (city).
Kebijakan mengacu pada cara-cara dari pemerintah dalam mengarahkan
yang bertujuan untuk mengelola kegiatan. Dalam hal ini sebuah kebijakan
berkenaan dengan gagasan pengaturan organisasi dan merupakan pola
formal yang sama-sama diterima pemerintah atau lembaga sehingga
dengan demikian mereka dapat mengejar tujuannya. Selain itu Abidin
dalam Syarifudin(2006:17) menerangkan kebijakan adalah keputusan
pemerintah yang bersifat umum dan berlaku untuk seluruh anggota
masyarakat. Ada definisi lain lagi yang dijelaskan oleh Gamage dan Pang
dalam Syarifudin(2008:8), yang menyatakan bahwa “kebijakan adalah
terdiri dari pernyataan tentang sasaran dan satu atau lebih pedoman yang
luas untuk mencapai sasaran tersebut sehingga dapat dicapai yang
dilaksanakan bersama dan memberikan kerangka kerja bagi pelaksanaan
program”.
Nichols (1977:8) berpendapat “kebijakan adalah suatu keputusan
yang dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambilan keputusan
puncak dan bukan kegiatan-kegiatan berulang dan rutin yang terprogram
atau terkait dengan aturan-aturan keputusan”. Lain dengan Nichols, Bogue
dan Saunders (1976: 128) mengemukakan “kebijakan adalah menjelaskan
sasaran umum organisasi yang berisikan alasan bagi eksistensi dan
26
menyediakan arah pembuatan keputusan bagi pencapaian sasaran”.
Pendapat lain mengenai pengertian kebijakan juga disampaikan oleh Klein
dan Murphy, (1973: 2) “kebijakan berarti seperangkat tujuan-tujuan,
prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing suatu
organisasi, kebijakan dengan demikian mencakup keseluruhan petunjuk
organisasi.”
Pengertian lain dari kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak
yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Ealau dan
Prewitt dalam Suharto (2005: 7) memberikan pengertian bahwa kebijakan
adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang
konsisten dan berulang, baik dari pembuatannya maupun yang
mentaatinya atau yang terkna kebijakaan itu. Titmuss dalam Suharto
(2005: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur
tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan menurut
Timus, senantiasa berorientasi kepada tindakan (action oriented). Dapat
dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-
prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara
terencana dan konsisten untuk mencapai tujuan tertentu.
Edward (1978: 55) memberikan definisi kebijakan negara adalah
”Policy is government say and do, or not to do. It is the goal or purposes
of government program”. Kebikajan publik pada dasarnya adalah suatu
keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu,
untuk melakukan kegiatan tertentu, atau untuk mencapai tujuan tertentu,
27
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang berkewenangan dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan negara dan pembangunan
bangsa.
Kebijakan dipahami sebagai rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak. Istiah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasai dan kelompok sektor swasta serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum dapat
memaksakan atau melarang suatu perilaku maka kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh hasil yang
diinginkan. Namun kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan penting organisasi, termasuk identifikasi berbagai
alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
mekanisme politis, manajemen, financial, atau administratif untuk
mencapai suatu tujuan eksplisit.
James E. Anderson merumuskan bahwa kebijakan sebagai perilaku
dari sejumlah aktor dalam suatu bidang pendidikan. Kebijakan diartikan
sebagai pedoman untuk bertindak, pedoman tersebut dapat berwujud
sederhana bahkan sangat kompleks, mempunyai sifat yang umum sampai
khusus, mencakup tempat yang luas ataupun sempit, kabur dan jelas,
longgar ataupun terperinci, dapat berupa kualitatif dan kuantitatif, bersifat
publik maupun prifat. Kebijakan dalam makna demikian dapat diartikan
28
sebagai sebuah deklarasi mengenai sebuah dasar pedoman sutu tindakan,
suatu arah tindakan tertentu. Kebijakan dapat pula merupakan suatu
program mengenai aktifitas tertentu atau suatu rencana. (Perserikatan
Bangsa-Bangsa).
Kebijakan negara (state policy) atau kebijakan public (public
policy) mempunyai arti yang berbeda dengan kebijakan pendidikan
(educational policy). Istilah kebijakan pendidikan sering disama artikan
dengan istilah perencanaan pendidikan (educational planning) dan istilah
lainnya. Kebijakan pendidikan pada dasarnya berarti bagian dari kebijakan
negara atau kebijakan publik pada umumnya. Kebijakan pendidikan
merupakan kebijakan publik yang khusus mengatur regulasi atau peraturan
yang berkaitan dengan penyerapan sumber, alokasi, dan distribusi sumber,
serta pengaturan perilaku dalam pendidikan. (Arif Rohman, 2012:19).
Dengan demikian kebijakan pendidikan (educational policy) merupakan
keputusan yang berupa pedoman bertindak baik yang bersifat sederhana
maupun kompleks, baik umum maupun khusus, baik terperinci maupun
longgar yang dirumuskan melalui proses politik untuk suatu arah atau
tindakan, program, serta rencana-rencana tertentu dalam
menyelenggarakan pendidikan.
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2009:104) memberikan
pengertian bahwa kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses
dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan
dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya
29
tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu
tertentu. Pada umumnya tataran praktik program-program yang telah
dirumuskan memerlukan rambu-rambu dalam pelaksanaannya agar tujuan
dari program-program tersebut dapat tercapai. Program yang dilaksanakan
dilapangan memerlukan riset yang dilakukan terus-menerus dan dari hasil
riset serta pengembangan dari program tersebut merupakan input bagi
analisis kebijakan yang pada gilirannya akan menyempurnakan rumusan-
rumusan kebijakan pendidikan. Dengan hal demikian siklus suatu
penyusunan program, pelaksanaan program, riset dan pengembangan serta
analisis kebijakan dapat memperjelas rumusan visi, misi, politik
kebijakan/policy kebijakan serta program-programnya.
Berdasarkan atas uraian diatas, pengertian mengenai kebijakan
disimpulkan bahwa kebijakan dapat diartikan seperangkat tujuan-tujuan,
prinsip-prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing suatu
organisasi. Kebijakan dalam arti demikian mencakup keseluruhan
petunjuk organisasi. Dengan kata lain kebijakan dapat diartikan sebagai
hasil keputusan manajemen puncak yang dibuat dengan hati-hati yang
intinya berupa tujuan-tujuan, prinsip dan aturan-aturan yang mengarahkan
organisasi melangkah ke masa depan. Secara ringkas kebijakan merupakan
petunjuk dalam organisasi.
2. Proses Kebijakan Pendidikan
Menurut Putt dan Springer (1989: 30) terdapat tiga proses
kebijakan yaitu tahap formulasi, implementasi, dan evaluasi. Pada tahap
30
Formulasi kebijakan, sebuah analisis kebijakan dapat menghasilkan
informasi yang relevan dengan kebijakan dalam suatu, beberapa, atau
seluruh tahap dari proses pembuat kebijakan tergantung pada tipe masalah
yang dihadapi klien yang dibantunya. William N. Dunn (2003: 45)
menjelaskan proses pembuatan kebijakan (policy making process) adalah
proses politik yang saling bergantung, antara lain penyusunan agenda
kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan,
dan penilaian kebijakan.
Tahapan dalam proses pembuatan kebijakan yang dikemukakan
oled William Dunn (2003: 45):
a. Penyusunan agenda. Para pejabat yang dipilih dan diangkat
menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak
disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu yang
lama.
b. Formulasi kebijakan. Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan
untuk mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya
membuat perintah aksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan
legislative.
c. Adopsi kebijakan. Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, consensus di antara direktur
lembaga, atau keputusan peradilan.
31
d. Implementasi kebijakan. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan
oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya
finansial dan manusia.
e. Penilaian kebijakan. Unit-unit pemeriksaan dan akutansi alam
pemerintahan menentuhakan apakah badan-badan ekekutif, legislatif,
dan peradilan memenuhi persyaratan undang-undang dalam pembuatan
kebijakan dan tujuan.
3. Implementasi Kebijakan
a. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi diartikan sebagai to provide the means carrying
out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu). Pengertian
tersebut mengandung arti bahwa implementasi kebijakan dapat dilihat
dari sebagai proses menjalankan keputusan kebijakan. Wujud dari
keputusan kebijakan ini biasanya berupa undang-undang, instruksi
presiden, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, peraturan
menteri, dan sebagainya (Arif Rohman, 2009: 134).Van Meter dan
Van Horn mengartikan implementasi kebijakan pendidikan sebagai
keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh individu-individu/pejabat-
pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang
diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan
terlebih dahulu.
M. Grindle (Arif Rohman, 2009: 134) menyatakan bahwa
proses implementasi mencakup tugas-tugas “membentuk suatu ikatan
32
yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai
hasil dari aktifitas pemerintah”. Seperti tugas-tugas dalam hal
mengarahkan sarana atau objek, penggunaan dana, ketepatan waktu,
manfaat organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian
program dengan tujuan kebijakan, dan lain-lain. Seorang ahli bernama
Charles. O. Jones menganalisis masalah implemntasi kebijakan dengan
cara mendasarkan diri pada konsepsi aktifitas-aktifitas fungsional.
Implementasi adalah suatu aktifitas yang dimaksudkan untuk
mengoperasikan sebuah program. Terdapat tiga pilar aktifitas dalam
mengoperasikan program tersebut: a) pengorganisasian, pembentukan
atau penataan kembali sumberdaya, unit-unit serta metode untuk
menjalankan program agar bisa berjalan; b) Interpretasi, yaitu aktifitas
menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang tepat
dan dapat dterima serta dilaksanakan; c) Aplikasi, berhubungan dengan
dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran, atau lainnya
yang disesuaikan dengan tujuan atau perlegkapan program (Arif
Rohman, 2009: 135).
Berdasarkan paparan diatas proses implementasi kebijakan
termasuk merupakan proses yang idak hanya menyangkut perilaku-
perilaku badan administratifyang bertanggung jawab untuk
melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada kelompok
sasaran (target groups), melainkan juga menyangkut faktor-faktor
hokum, politik, ekonomi, sosial yang langsung atau tidak langsung
33
berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang terlibat dalam
program. Semuanya menunjukkan secara spesifik dari proses
implementasi yang sangat berbeda dengan proses formulasi kebijakan.
b. Pendekatan Implementasi
Ada empat pendekatan dalam proses implementasi kebijakan
umumnya dan kebijakan pendidikan khususnya, yaitu: 1) Pendekatan
struktural, 2) pendekatan procedural dan manajerial, 3) pendekatan
perilaku, dan 4) pendekatan politik.
1) Pendekatan Struktural (Structural Approach)
Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan yang
bersifat top-down yang dikenal dalam teori-teori modern.
Pendekatan ini memandang bahwa kebijakan pendidkan harus
dirancang, diimplementasikan, dikendalikan, dan dievaluasi secara
structural. Pendekatan ini menekankan pentingnya komando dan
pengawasan menurut tahapan atau tigkatan dalam struktur masing-
masing organisasi.
Struktur yang bersifat hirarkis-organis sepertinya amat
relevan untuk situasi-situasi implementasi di mana kita
memerlukan suatu organisasi pelaksana yang bertingkat yang
mampu melaksanakan suatu kebijakan yang selalu berubah bila
dibandingkan dengan suatu tim kepanitiaan untuk program
kebijakan yang sekali selesai atau bersifat adhokrasi yang
menangani proyek-proyek.
34
Kelemahan dari pendekatan struktural adalah proses
pelaksanaan implementasi kebijakan pendidikan menjadi kaku,
terlalu birokratis, dan kurang efisien.
2) Pendekatan Prosedural dan Manajerial (Procedural and
Managerial Approach)
Pendekatan prosedural dan manajerial dikembangkandalam
rangka suksesnya implementasi kebijakan pendidikan. Pendekatan
ini tidak mementingkan penataan struktur-struktur birokrasi
pelaksana yang cocok bagi implementasi program, melainkan
dengan upaya mengembangkan proses-proses dan prosedur-
prosedur yang relevan, termasuk prosedur manajerial beserta
teknik-teknik manajemen yang tepat.
Tiga langkah prosedur yang tepat didalam proses
implementasi kebijakan setelah dilakukannya identifikasi masalah
serta pemilihan kebijakan yang dilihat dari sudut biaya dan
efektifitasnya paling memenuhi syarat. Menurut Solichin Abdul
Wahab (dalam Arif Rohman, 2009: 141) ketiga prosedur tersebut
meliputi:
a) Membuat desain program beserta rincian tugas dan peumusan
tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi kerja, biaya, dan
waktu.
b) Melaksanakan program kebijakan dengan cara
mendayagunakan struktur-struktur dan personalia, dana dan
35
sumber-sumber, prosedur-prosedur dan metode-metode yang
tepat.
c) Membangun sistem penjadwalan, monitoring, dan sarana-
sarana pengawasan yang tepat guna menjamin bahwa tindakan-
tindakan yang tepat dan benar dapat segera dilaksanakan.
Teknik manajerial ini merupakan perwujudan dari pendekatan
ini adalah perencanaan jaringan kerja dan pengawasan (Network
Planning dan Control-NPC) yang menyajikan suatu kerangka kerja
dalam mana proyek-proyek dapat direncanakan dan
implementasiannya dapat diawasi dengan cara mengidentifikasi tugas-
tugas yang harus diselesaikan, hubungan diantara tugas-tugas tersebut,
dan urutan-urutan logis di mana tugas itu harus diselesaikan.
3) Pendekatan Perilaku (Behavioural Approach)
Pendekatan prosedural manajerial terlalu menekankan pada
aturan-aturan dan teknik manajemen yang bersifat impersonal.
Berbeda dengan pendekatan sebelumnya, pendekatan perilaku
meletakkan dasar semua orientasi dari kegiatan implementasi
kebijakan pada perilaku manusia sebagai pelaksana, bukan pada
organisasinya sebagaimana pendekatan prosedural dan manajerial.
Pendekatan perilaku berasumsi bahwa upaya implementasi
kebijakan yang baik adalah bila perilaku manusia beserta segala
sikapnya juga harus dipertimbangkan dan dipengaruhi agar proses
implementasi kebijakan tersebut dapat berlangsung dengan baik.
36
Sering terlihat dimana program kebijakannya baik, peralatan dan
organisasi pelaksanaan juga baik, namun ditengah jalan banyak terjadi
penolakan-penolakan (resistance) di masyarakat. Bahkan beberapa
anggota pelaksana merasa pasif sedikit acuh tak acuh. Hal ini
menunjukkan bahwa aspek perilaku manusia sangat penting
diperhatikan.
Terdapat dua penyebab terjadinya penolakan masyarakat
terhadap perubahan yang berkaitan dengan implementasi kebijakan.
Pertama, adanya kekhawatiran masyarakat terahadap hadirnya
perubahan. Karena pada tipe masyarakat tertentu banyak yang
menyukai kemapanan, terlebih dalam masyarakat yang sudah memiliki
sistem sosial mapan pada jangka tertentu. Mereka berusaha
mempertahankan kemapanan disebabkan adanya ketakutan atas
kedudukan yang sudah dimiliki. Kedua, penolakan masyarakat
terhadap upaya implementasi kebijakan juga disebabkan oleh
kekurangan informasi yang diterimanya berkenaan dengan kebijakan
tersebut. Terlebih apabila informasi yang didapatkannya masih
setengah-setengah sehingga dapat memungkinkan terjadinya
misinformasi atau misinterpretasi.
Penerapan analisis keperilakuan (behavioural analysis) pada
masalah manajemen yang lebih menonjol adalah ‘OD’ (Organizational
Development). OD adalah suatu proses untuk menimbulkan
perubahan-perubahan yang diinginkan dalam suatu organisasi melalui
37
penerapan ilmu-ilmu keperilakuan. OD merupakan salah satu bentuk
konsultasi manajemen dimana seorang konsultan bertindak selaku
agen perubahan untuk mempengaruhi seluruh budaya organisasi,
termasuk sikap dan perilaku dari pegawai-pegawaiyang menduduki
posisi kunci. Selain itu ada Manajement by Objectives (MBO), yakni
suatu pendekatan yang menggabungkan unsur-unsur yang terdapat
dalam pendekatan struktural dan manajerial dengan unsur-unsur yang
termuat dalam analisis keperilakuan.
4) Pendekatan Politik (Political Approach)
Pendekatan ini lebih melihat pada faktor-faktor politik atau
kekuasaan yang dapat memperlancar atau menghambat proses
implementasi kebijakan. Dalam suatu organisasi, selalu ada perbedaan
dan persaingan antar individu atau kelompok dalam memperebutkan
pengaruh. Sehingga ada kelompok-kelompok individu yang dominan
serta ada yang kurang dominan, ada kelompok pengikut dan ada
kelompok penentang. Dalam hal ini, pendekatan politik selalu
mempertimbangkan atas pemantauan kelompok pengikutdan
kelompok penentang beserta dinamikanya.
Pendekatan politik dalam proses implementasi kebijakan,
memungkinkan digunakannya paksaan dari kelompok dominan. Proses
implementasi kebijakan tidak bisa hanya dilakukan dengan komunitas
interpersonal sebagaimana diisyaratkan oleh pendekatan perilaku, bila
problem konflik dalam organisasi tadi bersifat endemik. Maka
38
hadirnya kelompok dominan dalamorganisasi akan sangat membantu,
apalagi kelompok yang berkuasa/dominan dalam kondisi trtentu mau
melakukan pemaksaan, tentu akan sangat diperlukan. Apabila tidak
ada kelopok dominan, mungkin implementasi kebijakan akan berjalan
lambat dan bersifat inkremental.
c. Faktor Keberhasilan Implementasi
Pada tahap implementasi ini, perlu kiranya dianalisis faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi proses kegagalan dan keberhasilan
implementasi kebijakan, juga cara meminimalkan kegagalan dan
memaksimalkan keberhasilan dalam proses implementasi. Terdapat
tiga faktor yang biasanya menjadi sumber kegagalan dan keberhasilan
implementasi, yaitu: a) faktor yang terletak pada rumusan kebijakan, b)
faktor yang terletak pada personil pelaksana, dan c) faktor yang
terletak pada sistem organisasi pelaksana.
Faktor yang pertama berkaitan dengan rumusan kebijakan yang
telah dibuat oleh para pengambil keputusan (decision maker).
Menyangkut apakah rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya
tepat atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah difahami atau
tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, terlalu sulit dilaksanakan
atau tidak, dan sebagainya. Hal ini menerangkan bahwa pembuat
kebijakan harus terlebih dahulu mencapai beberapa konsensus
mengenai tujun-tujuan serta informasi yang cukup untuk mencapai
tujuan.
39
Faktor kedua dari penentu keberhasilan dan kegagalan
implementasi adalah personil pelaksananya. Yakni yang menyangkut
tingkat pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan,
kinerja, kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan, serta kemampuan
kerjasama dari para pelaku pelaksana kebijakan tersebut. Termasuk
dalam personil pelaksana adalah latar belakang budaya, bahasa, serta
ideologi kepartaian dari masing-masing. Kesemuanya itu akan
mempengaruhi cara kerja mereka secara kolektif dalam menjalankan
misi implementasi kebijakan.Skenario agar masing-masing personil
pelaksana mampu mencapai kesepakatan sehingga perbedaan dalam
pencapaian tujuan dapat diminimalisir:
1) Mutual-Adjusment
Yaitu dengan cara mengubah tingkah laku masing-masing
pelaku secara timbal balik sampai diperoleh kesesuaian antar
mereka. Masing-masing personil pelaku imlementasi kebijakan
menyesuaikan diri pelan-pelan secara timbale balik.
2) Bargaining
Yaitu tawar menawar antar pelaku imlementasi menurut
kepentingan masing-masing. Dalam bargaining biasanya ada
kompensasi-kompensasi dari pihak yang menang kepada pihak
yang mengalah.
3) Political Power
40
Menekankan penggunaan kekuasaan politik dari kelompok
dominan dari para pelaku pelaksana kebijakan. Biasanya mereka
yang memiliki kedudukan structural lebih tinggi disbanding
lainnya. Sedangkan yang lain harus mengikuti kelompok dominan
tersebut.
Sedangkan faktor ketiga yang menentukan kegagalan dan
keberhasilan implementasi kebijakan adalah faktor organisasi pelaksana.
Yakni menyangkut jaringan sistem, hirarki, kewenangan masing-masing
peran, model distribusi pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin
organisasinya, aturan main organisasi, target masing-masing tahap yang
ditetapkan, model monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang
dipilih.
C. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan implementasi pendidikan
nonformal, antara lain:
1. Penelitian Didi Prayitno (Tesis Partisipasi Masyarakat Dalam
Implementasi Kebijakan Pemerintah, Studi Kasus Pelaksanaan Program
Wajib Belajar Sembilan Tahun Di Distrik Semangga, Kabupaten
Merauke). Hasil penelitian ini diketahui bahwa rendahnya Angka
Partisipasi Kasar (APK) khususnya di Distrik Semangga disebabkan oleh
kondisi lingkungan, seprti jauhnya jarak sekolah dengan rumah dan
sulitnya medan yang harus dilalui oleh pengajar maupun siswa. Medan
tersebut berupa rawa dan sungai besar yang harus diseberangi dengan
41
mendayung perahu.Rendahnya angka partisipasi salah satunya dipengaruhi
oleh kurangnya tenaga pengajar khususnya daerah yang jauh dari kota,
sehingga murid banyak yang bermain, lama kelamaan akhirnya banyak
yang keluar dari sekolah.Kurangnya pemahaman dan manfaat pendidikan
bagi anak, sehingga motivasi bagi anak untuk bersekolah sangat minim,
begitu pula dengan orangtua.Tingkat persepsi orangtua dengan wajib
belajar Sembilan tahun masih sangat rendah, hal ini terlihat dari tanggapan
orang tua yang rata-rata tidak peduli anaknya mau sekolah atau tidak dan
tidak ada motivasi serta dukungan dari otangtua agar mereka
sekolah.Pandangan orangtua terhadap pendidikan di Distrik Semangga
sebagian besar memandang pendidikan tidak begitu penting, hal ini
terbukti bahwa tidak adanya dorongan serta dukugan orangtua terhadap
program wajib belajar Sembilan tahun.Rendahnya kondisi sosial ekonomi
orangtua mengakibatkan rendahnyanya kemampuan serta dukungan
orangtua terhadap program wajib belajar Sembilan tahun.
2. Penelitian Mohammad Imam Farisi (Pembangunan Pendidikan Bagi
Masyarakat Petani Tradisional di Kabupaten Pamekasan). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa, secara kuantitatif pembangunan pendidikan bagi
masyarakat pedesaan Kabupaten Pamekasan berhasil menjangkau hingga
wilayah paling pelosok, namun terjadi kendala dalam pencapaian visi-misi
pembangunan pendidikan baik bersumber dari faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal muncul dari para pelaku pendidikan itu sendiri,
baik guru, kepala sekolah, pengawas, maupun Depdiknas kecamatan.
42
Sedangkan faktor eksternal muncul karena masih lemah dan labilnya
kepercayaan, kepedulian, partisipasi dan dukungan masyarakat sekitar.
Pemerintah sangat bersmangat dan berambisi membangun pendidikan
namun terselip sikap yang mensubordinasikan posisi masyarakat desa,
sebagai suatu sikap bagai “atasan” dan “bawahan”. Pembangunan perlu
mencakup “pemberdayaan pelaku pendidikan” dan “pemberdayaan
masyarakat”. Kebijakan pembangunan pendidikan lebih cenderung diberi
makna oleh pemerintah dan hanya memberikan sedikit kesempatan bagi
masyarakat untuk turut mendiskusikan dan menyampaikan “pandangan
dari bawah”. Masyarakat dapat dikatakan “dipinggirkan” dalam setiap
keputusan pendidikan/sekolah, sedangkan guru pun hanya berperan
“samar-samar”. Perlu dibuat kebijakan pembangunan pendidikan di
tingkat sekolah dan kecamatan yang secara terbuka memberikan peluang
kepada masyarakat petani tradisional untuk kembali mengambil perannya
dalam pembangunan pendidikan di daerahnya, dengan senantiasa tetap
mendukung “kemandirian” masyarakat atas dasar suatu
kerangkapembangunan yang dipilih oleh pemerintah (Depdiknas).
Ditingkat Sekolah Dasar (SD) profesionalisme para guru dan kapasitas
kepemimpinan kepala sekolah perlu ditingkatkan dan dikembangkan
melalui pola “pembinaan kolaboratif” yang memungkinkan terciptanya
interactive professionalism antar personal guru/kepala sekolah secara
bertahap dan berjenjang dari tingkat sekolah, antar sekolah, intra dan antar
gugus sekolah, kecamatan hingga kabupaten. Otonomi pendidikan
43
sebaiknya dikembangkan terlebih dahulu di tingkat Kabupaten/Kecamatan
dengan model MBDS (Manajemen Berbasis Daerah Setempat) yang
bertumpu pada tida stake holder, yaitu Pemda (Depdiknas), sekolah dan
masyarakat.
D. Kerangka Pikir
Partisipasi pendidikan pada daerah pinggiran masih bisa disebut
rendah, pada daerah pertanian juga mengalami hal demikian. Desa Sikayu
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen merupakan salah satu contoh daerah
pertanian dengan tingkat kesadaran pendidikan yang tergolong rendah. Daerah
pertanian merupakan dasar dari roda kehidupan dan menjadi tumpuan bagi
sebuah negara, karena wilayah pertanian memproduksi sebagian besar
kebutuhan pokok manusia. Masyarakat daerah pertanian hendaknya
memperoleh pendidikan dan berpendidikan setara dengan masyarakat kota,
dengan tujuan untuk memberikan persamaan pada aspek pengetahuan dan
SDM. Masyarakat petani masih memiliki partisipasi dan kesadaran pendidikan
yang rendah.
Sebagian besar masyarakat pertanian hanya menempuh pendidikan
mencapai pendidikan dasar, memang terdapat beberapa yang menempuh
pendidikan hingga perguruan tinggi namun jumlah tersebut tentu sangat kecil
dibandingkan dengan peserta didik yang memilih bekerja seusai pendidikan
dasar. Hal tersebut menimbulkan beberapa tanggapan bahwa penerapan UU
Sisdiknas masih mengalami beberapa kendala sehingga kurang tersampaikan
pada masyarakat petani khususnya. Sistem pendidikan nasional diciptakan
44
untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global
sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah,
dan berkesinambungan. Sisdiknas itu sendiri menyatakan bahwa masyarakat
mempunyai peranan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengesahan dan
evaluasi pendidikan, namun pada penerapannya peran masyarakat belum
mendapatkan porsi yang memadahi sehingga aspirasi dari masyarakat banyak
yang belum tersampaikan. Berdasarkan kenyataan dilapangan dapat
disimpulkan bahwa UU tersebut belum implementatif karena masih banyak
terdapat kesenjangan pendidikan yang berdampak pada kurangnya minat
masyarakat dalam berpartisipasi dibidang pendidikan. Penelitian ini
memberikan kesempatan kepada masyarakat petani untuk manyampaikan
aspirasi perihal pendidikan yang ideal bagi mereka.
Kurangnya kesadaran pendidikan pada masyarakat petani pasti
memiliki beberapa alasan tersendiri sehingga mereka memilih alternatif lain
seperti bekerja atau kegiatan lainnya. Berdasarkan pernyataan tersebut
masyarakat petani cenderung belum mempercayai pemerintah secara penuh
dalam aspek pendidikan sehingga konsep pendidikan untuk semua (education
for all) belum sepenuhnya berjalan. Sehingga terpikirkan bahwa
pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan nilai kompetensi bagi masyarakat petani baik itu melalui
pendidikan formal maupun non formal yang nantinya akan membawa dampak
45
positif juga untuk pendidikan formal. Dengan cara mendengarkan aspirasi
masyarakat dapat diketahui keinginan mereka terhadap pendidikan yang lebih
cocok dengan karakteristik lingkungan dan sosial budaya. Terciptanya
kebijakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan permintaan
masyarakat diharapkan dapat meningkatkan dukungan masyarakat terhadap
pendidikan di Indonesia.
Pembuatan kebijakan yang bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat petani di Desa Sikayu memerlukan perpaduan antara pendidikan
formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal berperan sebagai proses
untuk menciptakan manusia yang cerdas, dengan adanya anak-anak petani
yang menempuh pendidikan formal tinggi maka masyarakat petani akan lebih
bangkit dan terberdaya. Pendidikan non formal memiliki peran sebagai agen
yang mengembangkan potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam.
Pendidikan informal berperan sebagai agen yang memberdayakan masyarakat
dari segi kebudayaan. Gabungan tiga jenis pendidikan tersebut diharapkan
mampu menciptakan sebuah kebijakan pendidikan yang bertujuan
memberdayakan masyarakat petani, supaya petani menjadi mandiri dan
mampu memahami potensi yang harus dikembangkan.
Dari penjelasan di atas, adapun kerangka pikir tersebut dapat
digambarkan dengan bagan di bawah ini:
46
Gambar 1. Kerangka PikirE. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan penelitian pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana implementasi pendidikan nonformal di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen?
2. Bagaimana pemahaman pendidikan di masyarakat petani Desa Sikayu
Kecamatan Buayan?
3. Bagaimana pendapat masyarakat petani di Desa Sikayu terhadap program
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah?
4. Bagaimana pendidikan nonformal diimplementasikan di masyarakat petani
Desa Sikayu Kecamatan Buayan?
5. Apa faktor pendukung pendidikan di Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen?
Implementasi Pendidikan
InformalFormal Non formal
PendidikanPelatihan
Kesejahteraan ekonomi Kesadaran pendidikan
47
6. Apa faktor penghambat terselenggaranya pendidikan di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan?
7. Apa program pendidikan nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen?
8. Apa program pendidikan nonformal di Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Kabupaten Kebumen?
9. Apa program untuk menunjang pendidikan masyarakat petani di Desa
Sikayu Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen?
48
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Setelah melakukan re-observasi dilokasi penelitian dan
mempertimbangkannya sesuai dengan ketepatan metode dengan judul
penelitian dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti maka dalam penelitian
tugas akhir skripsi ini peneliti memilih pendekatan penelitian kualitatif.
Metode kualitatif disebut juga metode penelitian naturalistik karena
penelitian dilakukan pada kondisi alami (natural setting), disebut juga dengan
metode etnografi karena sering digunakan dalam penelitian antropologi
budaya. Sugiyono (2007:14) menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah. Pada hakikatnya penelitian kualitatif bekerja dalam setting yang
natural (alami), penelitian yang berupaya untuk memahami, memberi tafsiran
pada fenomena yang dilihat dari arti yang diberikan orang-orang kepadanya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan peneliti dalam pengumpulan
berbagai bahan empiris (studi kasus, pengalaman pribadi, introspeksi, riwayat
hidup, wawancara, pengamatan, tekas sejarah, interaksi, dan visual) yang
menggambarkan momen rutin dan problematis serta maknanya dalam
kehidupan individual dan kolektif (Salim, 2001: 5-6).
Dengan tujuan mendengarkan aspirasi masyarakat petani dalam
mengungkapkan pendidikan yang diinginkannya maka peneliti menambahkan
studi kasus sebagai alternatif pilihan yang lebih spesifik. Penelitian studi
kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,
49
menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman yang
mendalam dari individu, kelompok, atau situasi. Menurut Smith, sebagaimana
yang dikutip oleh Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006) (dalam Emir
2012:20), studi kasus dapat menjadi berbeda dari benuk-bentuk penelitian
kualitatif lain oleh fakta bahwa studi ini berfokus pada satu “unit tunggal” atau
“suatu sistem terbatas”.
Karakteristik pada penelitian kualitatif:
1. Sumber data adalah situasi yang wajar atau natural setting.
2. Peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah key instrument, atau
alat penelitian.
3. Sangat deskriptif.
4. Mementingkan proses maupun produk, jadi kualitatif juga memperhatikan
bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.
5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat
memahami masalah atau situasi.
6. Mengutamakan data langsung atau first hand.
7. Triangulasi data. Informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya
dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain. Missal dari pihak
kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya, dengan metode yang sama
maupun berbeda.
8. Menonjolkan rincian kontekstual.
50
9. Subjek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
shingga tidak sebagai objek ataupun yang lebih rendah kedudukannya,
tetapi sebagai manusia yang sejajar.
10. Mengutamakan perspektif emic, mementingkan pandangan responden,
yaitu bagaimana ia memandang dan menafsirkan sesuatu dari segi
pendiriannya.
11. Verifikasi, antara lain melalui kasus yang bertentangan atau kasus yang
negative.
12. Contoh yang purposive.
13. Menggunakan audit trail (mengikuti jejek atau melacak) untuk
mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang
dikumpulkan.
14. Partisipasi tanpa mengganggu. Kehadiran peneliti jangan sampai merusak
situasi yang natural atau biasanya.
15. Desain penelitian tampil dalam proses penelitian.
Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam
Emzir) terdapat lima ciri iutama penelitian kualitatif, yaitu:
1. Naturalistik. Penelitian kualitatif memliki latar aktual sebagai sumber
langsung data dan peneliti merupakan instrument kunci. Kata naturalistic
berasal dari pendekatan ekologis dalam biologi.
2. Data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah berupa deskriptif. Data yang
dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada
angka-agka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk
51
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut
mencakup transit wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape,
dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi lainnya.
3. Berurusan dengan proses. Peneliti kualitatif lebih berkonsentrasi pada
proses daripada dengan hasil atau produk.
4. Induktif. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data mereka secara
induktif. Mereka tidak melakukan pencarian diluar data atau bukti untuk
menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan sebelum
pelaksanaan penelitian. Teori yang dikembangkan dengan cara ini muncul
dari bawah ke atas (bukan dari atas ke bawah), dari item berbeda-beda dari
bukti-bukti yang terkumpul saling berhubungan. Teori tersebut didasarkan
pada data. Sebagai seorang peneliti kulitatif yang merencanakan dan
mengembangkan beberapa jenis teori tentang apa yang telah Anda teliti,
arah yang akan Anda tuju akan datang setelah Anda mengumpulkan data,
setelah anda menghabiskan waktu dengan subjek Anda.
5. Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial pada pendekatan
kualitatif. Peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik pada
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka.Dengan
kata lain, penelitian kualitatif peduli dengan apa yang disebut perspektif
partisipan.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sasaran penelitian yang akan dituju untuk
diteliti oleh peneliti. Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti
52
mempertimbangkan peran masing-masing untuk dijadikan subjek penelitian.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling purposive.Sampling
purposive adalah “teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”
(Sugiyono, 2010: 124). Subjek pada penelitian kualitatif adalah informan,
informan merupakan “orang dalam” pada latar penelitian yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi setting penelitian.
Subjek dalam penelitian ini yang berperan sebagai informan adalah
warga masyarakat Desa Sikayu, Kecamatan Buayan yang bekerja dan
berprofesi sebagai petani, dan dengan beberapa ketentuan yang telah
ditetapkan terpilihlah Kepala Desa, 2 orang pengurus PKK dan PAUD, 1
tokoh pemuda, dan 3 orang warga dengan berbeda latarbelakang pendidikan.
Trianggulasi dan pelengkapan data lainnya dilakukan kepada Kepala UPTD
Dikpora Kecamatan Buayan dan Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas
Dikpora Kabupaten Kebumen.
C. Setting Penelitian
Penelitian dengan judul “Kebijaka Pendidikan untuk Memberdayakan
Masyarakat Petani” dilaksanakan di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan,
Kabupaten Kebumen. Alasan utama diselenggarakan didesa tersebut adalah
karena penelitian dengan setting daerah pertanian belum banyak dilakukan.
Pemerintah telah menyelenggarakan berbagai macam upaya untuk
mencerdaskan masyarakat diseluruh Indonesia tanpa terkecuali, penerapan
program pendidikan secara merata pada daerah perkotaan hingga pedesaan,
dan wilayah pertanian hingga pesisir pantai. Berbagai macam inovasi
53
pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah untuk menarik minat masyarakt
untuk terus sekolah, program pendidikan seperti halnya wajib belajar sembilan
tahun diharapkan mampu menciptakan kesadaran pendidikan walaupun
dengan cara sedikit paksaan. Namun diketahui bahwa partisipasi masyarakat
petani dalam pendidikan masih dalam prosentase yang tergolong rendah.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui model pendidikan
yang diharapkan oleh masyarakat petani yang sesuai dengan karakteristik
masyarakat pertanian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini dapat disebut
sebagai human instrument, karena dari data yang dikumpulkan menggunakan
instrument utama yaitu peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang
digunakan pada penelitian ini meliputi tiga macam, yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi.
a. Observasi partisipan, adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti yang
berperan sebagai anggota yang berperan serta dalam kehidupan masyaraat
topik penelitian. Peneliti tinggal dan ikut terlibat dalam semua aktifitas
dan pasaan mereka. Peneliti akan memainkan dua peran, pertama peneliti
akan berperan sebagai anggota peserta dalam kehidupan masyarakat, dan
kedua sebagai peneliti yang mengumpulkan data tentang perilaku
masarakat dan perilaku individunya. Dalam setiap situasi ada banyak
sekali data yang dapat diamati, namun peneliti sendirilah yang dapat
menentukan data mana yang penting dan yang kurang penting. Peneliti
54
menggunakan berbagai macam alat bantu guna memperlancar dalam
kegiatan observasi, seperti halnya alat tulis, kamera, dan peralatan lainnya
guna menunjang kelancaran dalam mencari data. Pada
pengamatan/observasi ini peneliti mengamati kegiatan masyarakat Desa
Sikayu yang berkaitan dengan pendidikan pada setiap waktu yang
dianggap penting dan menyangkut dengan data.
b. Wawancara terbuka, yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya.
Peneliti terlebih dahulu membuat pedoman wawancara guna memberikan
arahan dan gambaran agar wawancara berjalan sesua dengan yang
diharapkan. Walaupun sudah dibuat pedoman wawancara namun kegiatan
wawancara dapat berbeda dalam pelaksanaannya, sesuai dengan situasi
yang ada sehingga tidak tampak kaku. Wawancara dalam penelitian ini
dilakukan pada Lurah desa, penggiat PKK, perwakilan pemuda, warga
yang memiliki kesadaran pendidikan dan warga yang kesadaran
pendidikannya kurang.
c. Dokumen lokasi, yang dapat berupa laporan tahunan, memo, dan catatan-
catatan lainnya. Dokumen ini berguna untuk menambah validitas dari data
yang telah diperoleh melalui observasi dan wawancara.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti itu sendirilah yang menjadi
instrument utama yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri
mengumpulkan informasi melalui pengamatan dan wawancara. Wawancara
55
yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tidak berstruktur. Peneliti tidak
menggunakan tes terstandar atau instrument lain yang telah teruji validitasnya.
Peneliti mengamati apa adanya dalam kenyataan. Peneliti mengajukan
pertanyaan dalam wawancara menurut perkembangan wawancara secara wajar
berdasarkan ucapan dan buah pikiran dan buah pikiran yang orang yang di
wawancarai.
Dalam penelitian ini yang berdasarkan teknik pengumpulan data,
instrument yang digunakan diantaranya adalah pedoman wawancara dan
recorder.
1. Pedoman wawancara yaitu pedoman pertanyaan yang digunakan peneliti
untuk mempermudah dan memperlancar dalam melakukan wawancara
agar tidak menyimpang dari rumusan masalah.
2. Recorder adalah alat perekam suara yang digunakan ketika peneliti
melakukan wawancara. Alat rekam ini digunakan untuk meminimalisir
kehilangan data, dan menghindari kekeliruan catatan sehingga data yang
diperoleh akurat.
3. Kamera yang digunakan untuk mengambil gambar warga sebagai bukti
sudah dilakukannya wawancara, dan juga untuk mengabadikan kegiatan
lainnya.
F. Teknik Analisis Data
Data kualitatif adalah semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang
tidak dapat diukur dan dihitung secara matematis karena berwujud keterangan
verbal (kalimat dan kata). Data kualitatif lebih bersifat proses, berarti bahwa
56
pelaksanaannya sudah harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di
lapangan dan kemudian diolah setelah data terkumpul seluruhnya.Seperti yang
dikatakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2010: 336) bahwa analisis telah
mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Analisis
data menjadi pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori
yang grounded. Jadi analisis data dilakukn sejak sebelum memasuki lapangan,
selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersama
dengan pengumpulan data.
1. Analisis data sebelum ke lapangan
Analisis ini dilakukan terhadap hasil studi pendahuluan atau data sekunder
yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian
ini masih bersifat sementara dan masih bisa berkembang.
2. Analisis data selama di lapangan
Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan saat
selesai mengumpulkan data dalam periode tertentu.
Untuk menyajikan data agar lebih bermakna dan dapat dengan mudah
dipahami, maka dipilihlah analisis data Model Miles dan Huberman
(Sugiyono: 337-345). Kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara terus
menerus sampai tuntas sehingga diperoleh data yang jenuh. Mengolah data
dengan model ini melalui tiga alur kegiatan yaitu data reduction, data display,
dan conclusion.
57
Gambar 2. Komponen-Komponen Dasar Analisis Data Model Miles danHuberman
Sumber: Sugiyono (2010: 338)
Alur pertama, reduksi data merujuk pada proses pemilihan,
pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian “data mentah”
yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data terjadi
seecara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara
kualitatif. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis, namun
merupakan bagian dari analisis. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis
yang mempertajam, memilih, memfokuskan membuang dan menyusun data
dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan
diverifikasikan.
Selanjutnya adalah model data atau penyajian data(data display).
Mendefinisikan “model” sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun
yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Agar dapat menarik kesimpulan atas banyak data yang telah diumpulkan maka
Data Collection Display Data
ConclusionData Reduction
58
data perlu disajikan. Penyajian data dapat melalui banyak cara baik dengan
diagram, grafik, matrik, bagan dan bentuk lainnya yang memiliki makna.
Alur yang terakhir atau yang ketiga adalah penarikan kesimpulan, yang
dapat diartikan sebagai pemaknaan suatu fenomena yang diteliti. Penarikan
kesimpulan hanyalah sebagai konfigurasi yang juga diverifikasikan
sebagaimana peneliti memproses. Makna atau kesimpulan muncul dari data
yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya/
validitasnya.
G. Validitas Data
Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas data
menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan
tergantung kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang
diamatiSugiyono (2010: 367) menjelaskan ada empat pengujian keabsahan
data yaitu (1) uji credibility (validitas internal), (2)transferability(validitas
eksternal), (3)dependability(realibilitas), dan (4)confirmability(objektivitas).
Dari empat pengujian keabsahan data peneliti menggunakan uji
kredibilitas data menggunakan trianggulasi. Trianggulasi dalam uji kredibilitas
ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan berbagai waktu.
1. Trianggulasi Sumber.
59
Trianggulasi sumber digunakan untuk menguji kredibilitas data, pengujian
ini dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah kebijakan
pendidikan untuk memberdayakan masyarakat petani, kesadaran
masyarakat terhadap pendidikan, perilaku terhadap pendidikan, motivasi,
kemauan, kerja keras, usaha, hambatan dan halangan, faktor pendorong,
pandangan terhadap pendidikan formal, dan pendidikan yang diinginkan
oleh petani. Untuk menguji kredibilitas data mengenai kebijakan
pendidikan yang diinginkan oleh masyarakt petani maka dilakukan
pengecekan terhadap sumber-sumber data yaitu lurah desa, pengurus PKK,
pemuda, masyarakat yang sadar akan pendidikan dan masyarakat yang
kurang sadar terhadap pendidikan. Kemudian data-data tersebut
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana yang
berbeda, dan mana spesifik dari sumbr data tersebut. Data yang dianalisis
oleh peneliti tersebut akan menghasilkan kesimpulan.
2. Trianggulasi Teknik
Trianggulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda. Data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi dan dokumentasi. Apabila dengan kedua teknik
pengujian kredibilitas data tersebut ditemukan data yang berbeda maka
peneliti melakukan diskusi dengan data yang bersangkutan untuk
memastikan data yang paling benar.
60
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang membahas masalah
penelitian. Pertama, akan dideskripsikan mengenai keadaan umum dari Desa
Sikayu Kecamatan Buayan sebagai gambaran lokasi penelitian. Gambaran umum
lokasi meliputi letak geografis dan wilayah administrasi Desa Sikayu Kecamatan
Buayan, keadaan penduduk Desa Sikayu, ketenagakerjaan dan sektor usaha, dan
yang terakhir akan dipaparkan mengenai keadaan masyarakat desa dan
pendidikan. Kedua, akan dipaparkan mengenai pembahasan yang meliputi
partisipasi masyarakat petani terhadap pendidikan, program yang diselenggarakan
oleh pemerintah desa untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan, yang selanjutnya akan dipaparkan pula motivasi orangtua dalam
menyekolahkan anaknya, hambatan orangtua dan cara mengatasi, dan yang
terakhir adalah pendidikan yang diinginkan dan dirasa paling sesuai bagi
masyarakat petani Desa Sikayu.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Desa Sikayu
Desa Sikayu terletak di kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
dengan luas wilayah 732,038 ha. Kawasan daerah ini merupakan
pegunungan dan bisa juga disebut bukit dengan berbagai macam hasil
alam. Pada wilayah yang berbukit sebagian besar berupa hutan dan dataran
tinggi, sedangkan untuk wilayah yang lebih rendah sebagian besar
digunakan sebagai lahan sawah. Berdasarkan data yang diperoleh
61
dariKelurahan setempat, luas pemukiman penduduk sebesar 732 hektar
dengan luas persawahan 88 hektar. Jumlah Penduduk Desa Sikayu
berjumlah 5989 jiwa dengan komposisi mata pencaharian 80 % sebagai
petani dan buruh tani, 20 % lainnya bekerja sebagai pegawai negeri,
pegawai swasta, wiraswasta, pedagang, dan lain-lain.
Secara administratif sebelah Utara desa Sikayu berbatasan dengan
Desa Karangsari Kecamatan Buayan, sebelah Selatan berbatasan dengan
Desa Buayan Kecamatan Buayan, sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Lemah Duwur Kecamatan Kuarasan, dan sebelah Barat Berbatasan dengan
Perhutani Kecamatan Ayah. Jarak interaksi dari desa Sikayu ke Kabupaten
Kebumen adalah sepanjang 24 km dengan waktu tempuh 45 menit
menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan jarak dari Desa Sikayu
menuju Kecamatan Buayan sepanjang 3 km dengan jarak tempuh selama
10 menit. Peta Desa Sikayu dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Peta Wilayah Desa Sikayu Kecamatan Buayan
Dilihat dari letak geografisnya Desa Sikayu merupakan daerah
pegunungan yang sebagian besar lahannya digunakan sebagai pertanian.
62
Tata letak sawah terhampar menjadi satu dengan sawah warga dari
beberapa desa, dengan lokasi di dataran yang lebih rendah bertepatan
dipinggir jalan utama, sawah akan menimbulkan kesan yang sangat asri
ketika tanaman padi dan palawija tumbuh subur bersama. Luas
penggunaan lahan oleh masyarakat Desa Sikayu dapat dilihat pada sajian
tabel berikut:
Tabel 1. Penggunaan Lahan oleh Masyarakat Desa Sikayu
Jenis Lahan Luas (Ha)Hutan Lindung&Produksi 139.7Hutan Rakyat 100Sawah Irigasi 87.51Ladang& kebun 139Pemukiman penduduk 145Usaha Lain 8.1
Sumber: Sistem Informasi Profil Daerah (SIPD) 2012
Wilayah di Desa Sikayu sebagian besar lahan tanah dipergunakan
untuk bertani, baik itu pertanian berupa sawah maupun ladang. Terbilang
sebanyak lebih dari 326,51 hektar tanah dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian. Letak pemukiman masyarakat Desa Sikayu terbilang cukup
unik, mereka membangun rumah dipegunungan dan dataran tinggi lainnya
bertujuan agar lebih dekat dengan hutan. Letak sawah juga tidaklah begitu
jauh, namun sawah-sawah ini terletak didataran rendah. Jadi sawah
terletah di dataran tanah yang lebih rendah, sedangkan hutan terletak di
dataran tinggi/bukit.
Dalam tata letak sawahnya pun strategis, terletak di pinggir jalan
utama yang tentu saja bertujuan untuk mempermudah transportasi. Hutan
63
lindung, hutan produksi dan hutan produksi yang dimaksud merupakan
lahan masyarakat yang terletak di bukit. Pada umumnya hutan tersebut
ditanami aneka pohon yang bisa diolah menjadi perabot rumah tangga,
misalkan jati, mahoni, sengon, bambu, kelapa, dll. Selain pohon tersebut
warga biasanya juga menanam sayuran dan tanaman lainnya, misalkan
melinjo, kapulaga, terong, cabai, tomat, sirsak, duku, ketela, dll. Lahan
sawah biasanya ditanami secara tumpang sari, seperti padi, dengan pisang,
bayam, kangkung, kedelai, dll.
2. Struktur Badan Permusyawarahan Desa
a. Pengurus Kelurahan
Gambar 4. Susunan Pemerintahan Desa Sikayu
KEPALA DESATEGUH PRIYATIN
BPD
SEK. DESSARDINO
KAUR KEUANGANWARTIYAH
KAUR KESRAAHMAD SOBIRIN
KAURPEMERINTAHAN
MOH. ABDULCHOIB N.
KAURPEMBANGUNAN
DARYADI
KAUR UMUMKASMIN
PEMBANTU KAUR KESRARASMIN
KADUS ISARDINO
KADUS IITUKULWALUY
O
KADUS IIIPARIMAN
KADUS IVARIS WIDIANTO
KADUS VABDUL MUSOLIH
KADUS VIGINANJAR MOH ARIFIN
64
Kantor Kelurahan Desa Sikayu terletak tidak jauh dari Desa
Sikayu dengan waktu tempuh 10 menit menggunakan kendaraan
bermotor, dapat pula ditempuh dengan berjalan kaki. Struktur
organisasi ditingkat kelurahan ini sudah lengkap. Pada 6 bulan terakhir
ini jabatan lurah dibawahi oleh Bapak Teguh Priyanto, beliau
memperoleh jabatan sebagai Lurah setelah melalui pemilihan umum
yang dilakukan olah masyarakat Desa Sikayu.
Masyarakat Desa Sikayu sangatlah taat peraturan dan
menjunjung tinggi perdamaian, dengan demikian selalu tercipta
lingkungan yang aman dan sejahtera. Mereka sangat menghargai
siapapun pemimpin yang memimpin mereka, tidak peduli dengan
jenjang pendidikan maupun kekayaan. Dengan demikian kedamaian
dapat tercipta dengan mudah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
sikap saling menghormati, saling menghargai, dan saling bertenggang
rasa. Berikut akan ditampilkan tabel jumlah perangkat desa selama
kurun waktu 5 tahun dilihat dari segi pendidikan.
Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pengurus Desa Sikayu
TahunPendidikan Terakhir
JumlahSD SMP SMA
2008 3 6 3 122009 3 6 3 122010 2 6 3 112011 2 6 3 112012 2 6 3 11
Sumber: SIPD Tahun 2012
65
Pendidikan pengurus desa pada kurun waktu tahun 2008-2012
tertinggi adalah berpendidikan SMA, dengan terbatasnya pendidikan
pengurus desa tentu terdapat beberapa kendala. Dalam pekerjaan
sehari-hari khususnya untuk penggunaan media Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) masih mengalami beberapa kendala
dikarenakan sumberdaya manusia yang terbatas.
Pengurus desa mempunyai latar belakang pendidikan yang
tidak begitu tinggi, namun tidak mengurangi rasa hormat dan saling
menghargai dari warga yang mempunyai latar belakang pendidikan
yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya pengurus desa yang berlatar
belakang pendidikan seadanya tidak memperlakukan warganya yang
berpendidikan lebih tinggi dengan cara yang berbeda, semua warga
dilayani dengan sama. Faktor pendidikan yang tinggi dan tingkat
kekayaan yang berbeda juga tidak membuat pengurus desa
memperlakukan warganya dengan cara berbeda. Kebiasaan baik
tersebut karena masyarakat Desa Sikayu masih mempunyai unsur-
unsur masyarakat desa seperti yang dikemukanan oleh Emil Durkheim,
yaitu bahwa:
1) Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama
2) Bercampur untuk waktu yang cukup lama
3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan
4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama
66
b. Gapoktan Margi Rahayu
Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Margi Rahayu adalah
gabungan dari kelompok tani yang berada di Desa Sikayu Kecamatan
Buayan. Pada tahun 2008 yang sebelumnya telah terbentuk kelompok-
kelompok kecil tani yaitu, Kelompok Sri Rahayu, Kelompok Rahayu,
Kelompok Sri Rejeki, Kelompok Sri Lancar, Kelompok Margo Mulyo,
dan Kelompok Rukun Tani. Pembentukan kelompok tani gabungan ini
bertujuan untuk melindungi dan mengayomi kelompok tani kecil yang
ada di Desa Sikayu, maka pada tanggal 31 Mei 2008 dibentuklah
Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) dengan nama Margi Rahayu.
Berikut susunan pengurusnya:
Gambar 5. Susunan Pengurus Gapoktan Margi Rahayu
KETUAKHODIRIN
WAKIL KETUASIMAN SETIAWAN
SEKRETARISTUKUL WALUYO
BENDAHARASARJONO
SEKSI USAHA PRODUKSICITRO SISWOYO
SEKSI USAHA PENYEDIAANSLAMET
SEKSI USAHAPEMASARAN HASIL
HADI SUMARTO
SEKSI USAHAPENGOLAHAN HASIL
KARYADI
SEKSI USAHA KEUANGAN MIKRO (LKM)M. ABDUL COLIB NGATITI
67
Gapoktan Margi Rahayu mempunyai visi dan misi sebagai
berikut:
Visi: Gapoktan Margi Rahayu sebagai kelembagaan ekonomi berbasis
agribisnis kompetitif
Misi:
1) Melakukan pembinaan Sumber daya Manusia (SDM) kelompok
dan optimalisasi pemanfaatan SDA yang tersedia
2) Menciptakan dan mengisi peluang kerja dibidang agribisnis dengan
temuan inovasi teknologi
3) Menjalin komunikasi efektif dan kemitraan
4) Menjadikan Gapokan Margi Rahayu sebagai lembaga badan usaha
milik kelompok yang berorientasi pendapatan
Sekretariat gapoktan Margi Rahayu berada di Dukuh Kewunen
RT 01/03 Desa Sikayu Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen.
Digabungkannya kelompok tani bertujuan:
1) Memajukan bidang usaha pertanian khususnya di Indonesia dengan
keyakinan kedahsyatan peran ekonomi dan psikologis dibidang
pertanian.
2) Mengunggulkan kualitas sumberdaya manusia yang dikembangkan
dari usaha tani yang bertaraf internasional dengan memanfaatkan
sumber daya alam yang berlimpah.
68
Target kerja yang dituju oleh Gapoktan Margi Rahayu
meliputi:
1) Kesesuaian produktifitas dan keseluruhan hasil kerja dengan
analisa usaha sehingga pada akhir tahun 2014 telah mampu
memuaskan anggota beserta mitra kerjanya.
2) Kemandirian dan keberanian anggota untuk bergerak sendiri tanpa
pendampingan intensif, sehingga mulai tahun 2011 Gapoktan
Margi Rahayu telah mampu untuk lebih intensif mengembangkan
unit-unit baru diluar unit pusat untuk menangkap peluang pasar.
3) Mengembangkan konsep pengembangan pribadi anggota melalui
pengembangan usaha pribadi dikombinasikan dengan usaha
kelompok, sehingga mulai tahun 2013 seluruh anggota yang ada
saat ini sudah memiliki kebun usaha sendiri secara mandiri
berkesinambungan dan berkelanjutan.
Tujuan penggabungan Gapoktan Margi rahayu:
1) Para petani yang bergabung dalam kelompok tani sesuai dengan
lingkungannya dalam satu wilayah Desa Sikayu.
2) Meningkatkan kemampuan kelompok tani, memfasilitasi dan
mengelola bantuan modal usaha untuk petani.
3) Meningkatkan kesejahteraan hidup para anggota kelompok tani.
4) Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha
harian, mingguan, bulanan, maupun musiman.
69
Dengan diciptakannya berbagai macam program kegiatan,
Gapoktan Margi Rahayu menghendaki out put pencapaian berupa:
1) Tersedianya sarana produksi waktu musim tanam
2) Meningkatkan pendapatan para anggota dengan melalui pola
kerjasama dengan pihak lain
3) Menjaga stabilitas harga dengan sistem Pemberian Pinjaman
Modal
Kendala pengurus Gapoktan Margi rahayu dalam menjalankan
tugas sebaga pengurus:
1) Kurangnya faktor Sumber Daya Manusia (SDM) pengurus
kelompok tani
2) Kurangnya modal usaha
3) Belum tersedianya resi gudang
4) Belum tersedianya Dryer dan RMU
Dalam merealisasikan program pertanian, Gapoktan Margi
rahayu menerima beberapa bantuan dari pemerintah, meliputi:
1) Program Jides tahun 2011
2) Mendapatkan bantuan program PengembanganUsaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) dari departemen pertanian tahun anggaran 2011
3) SL-PTT tahun 2010
3. Keadaan Penduduk Desa Sikayu
a. Demografi Penduduk
70
Pada dasarnya manusia mempunyai naluri yang kuat untuk
hidup bersama dengan sesamanya, karena manusia mempunyai hasrat
yang kuat untuk menjadi satu dengan sesama (bermasyarakat) dan juga
adanya keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan
disekelilingnya. Kebutuhan masyarakat itu sendiri menurut Selo
Soemardjan (Soejono Soekanto, 2012: 22) meliputi: (a) adanya
populasi, (b) informasi, (c) energi, (d) materi, (e) sistem komunikasi,
(f) sistem produksi, (g) sistem organisasi sosial, (h) sistem
pengendalian sosial, dan (i) perlindungan warga masyarakat terhadap
ancaman yang tertuju pada jiwa dan harta benda.
Populasi penduduk Desa Sikayu Kecamatan Buayan tidak
begitu padat, masih sama seperti pedesaan pada umumnya. Pada
periode tahun 2008-2012 pertambahan jumlah penduduk mengalami
fluktuasi, dari jumlah 5935 di tahun 2008 menjadi 5625 ditahun 2009,
pada tahun berikutnya mengalami kenaikan sebanyak 303 penduduk
menjadi 5925 orang, pada 3 tahun berikutnya pertumbuhan penduduk
mengalami kenaikan tetapi tidak pesat seperti pada tahun sebelumnya.
Menurut informasi yang didappa melalui Kantor Kaelurahan
Desa Sikayu, fluktuasi tersebut terjadi karena warga yang merantau
bekerja diluar daerah sering tidak kembali kekampung halaman dan
lebih memilih untuk tinggal diderah perantauan. Namun ada juga
beberapa masyarakat yang tetap kembali kedaerah asal untuk
membantu dan atau meneruskan pekerjaan orangtua di sawah. Hal ini
71
dilakukan karena melihat orang tua yang sudah tidak mampu bekerja
disawah, untuk menghindari sawah dijual maka anaklah yang
meneruskan menjadi petani. Jumlah demografi penduduk Desa Sikayu
Kecamatan Buayan dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3. Demografi Penduduk
TahunJenis Kelamin
Jumlah (orang)L P2008 2879 3056 59352009 2775 2846 56212010 2775 2846 56212011 2981 2953 59342012 2997 2049 5945
Sumber: SIPD Tahun 2012
Penduduk di Desa Sikayu Kecamatan Buayan dari tahun ke
tahun selalu mengalami peningkatan. peningkatan jumlah penduduk
salah satunya disebabkan oleh urbanisasi yang dilakukan oleh
penduduk usia muda. Pada tahun 2008 terdapat anak usia 0-14 tahun
dengan jumlah sebanyak 2896 anak, namun pada tahun berikutnya
yaitu tahun 2009 menjadi 1500 anak. Ini dapat berarti anak sebanyak
399 sudah menginjak umur 15 tahun ke atas pada tahun 2009.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Usia
TahunUsia
Jumlah0 – 14 15 – 64 >65
2008 2894 2563 478 59352009 1500 3658 463 56252010 1365 3858 705 59282011 1282 3933 736 59512012 1167 3468 1326 5961
Sumber: SIPD Tahun 2012
72
Pada tahun-tahun berikutnya jumlah anak usia 0-14 tahun
cenderung selalu berkurang. Namun sebaliknya, jumlah penduduk usia
15-64 tahun atau usia produktif terus meningkat. Pada data tahun 2012
jumlah penduduk usia > 65 tahun meningkat pesat hampir dua kali
lipat dari tahun sebelumnya, dari jumlah 736 menjadi 1326 atau
bertambah sekitar 590 penduduk. Fenomena ini dapat terjadi karena
angka kelahiran yang tinggi dan bertambahnya usia anak.
b. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Masyarakat mempunyai kesamaan budaya, wilayah, identitas,
kesamaan budaya, wilayah, identitas, kebiasaan, tradisi, sikap, dan
perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan. Mayoritas agama yang
dianut oleh masyarakat dapat di pengaruhi oleh latar belakang dan
karakteristik masyarakat. Berikut tabel agama yang di anut oleh
masyarakat Desa Sikayu.
Tabel 5. Agama yang Dianut oleh Masyarakat Desa Sikayu
TahunAgama
Islam Kristen Budha2008 5819 29 882009 5503 30 882010 5884 45 882011 5995 45 972012 5990 44 97
Sumber: SIPD Tahun 2012
Berdasarkan tabel 7 sebagian besar masyarakat Desa Sikayu
menganut agama Islam. Agama hindu merupakan agama terbanyak ke
dua yang dianut oleh masyarakat, antara agama Islam dan Hindu di
73
desa masih memiliki ikatan yang kuat. Agama Islam yang terdapat di
Desa Sikayu terbagi atas dua macam, yaitu agama Islam santri dan
agama Islam abangan. Menurut Clifford Geertz (1989: 165)
masyarakat Islam Jawa berasal dari tiga lingkungan yang berbeda yaitu
pedesaan, pasar, dan kantor pemerintahan. Masyarakat abangan
berpusat di pedesaan, mereka menekankan aspek animistik, pesta-pesta
ritual yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk menghalau berbagai
makhluk halus jahat yang danggap sebagai penyebab dari
ketidakaturan dan kesengsaraan dalam masyarakat.
Masyarakat Santri intinya berpusat pada tempat perdagangan
atau pasar, mereka menekankan aspek-aspek Islam. Masyarakat santri
menekankan pada tindakan-tindakan keagamaan dan upacara-upacara
yang sebagaimana digariskan dalam Islam. Masyarakat Priyayi yang
intinya berpusat di kantor pemerintahan kota, mereka menekankan
aspek hindu yang perwujudannya tampak dalam berbagai sistem
simbol yang berkaitan dengan etiket, tari-tarian dan berbagai bentuk
kesenian, bahasa dan pakaian. Abangan dan santri adalah
penggolongan yang dibuat menurut tingkat ketaatan mereka
menjalankan ibadah agama Islam, seangkan priyayi adalah suatu
golongan sosial.
Berdasarkan data oservasi yang dilakukan oleh peneliti,
seorang warga di Desa Sikayu yang menganut Islam abangan
contohnya pada menjelang hari raya Idul Fitri akan menyiapkan
74
beberapa sesaji, yang terdiri dari rendaman daun sirih, membakar
kemenyan, segelas kopi pahit, dan kelapa hijau muda. Hal ini
dilakukan untuk menyambut kedatangan hari istimewa serta menolak
bala agar dihari yang suci mendapatkan berkah. Walaupun sudah hidup
dijaman yang modern warga masyarakat Desa Sikayu Kecamatan
Buayan sebagian besar masih percaya dengan mitos dan takhayul.
Contohnya jika kuping kita berdenging itu tanda ada makhluk halus
yang sedang memanggil kita, selanjutnya yang dilakukan adalah
membaca suatu doa agar kita tidak diganggunya. Selain itu ketika
sedang mantu, jika rumah salah seorang anak berdekatan dengan orang
tuanya maka tenda tidak boleh bersentuhan dengan atap rumah si anak,
dengan syarat cucunya belum sunatan, karena hal tersebut merupakan
hal yang tabu dan tidak boleh dilakukan.
Dalam toleransi beragama, warga masyarakat Desa Sikayu
termasuk warga yang mempunyai toleransi tinggi dengan perbedaan
agama ada, hampir tidak ada perselisihan diantara mereka. Tempat
ibadah masing-masing agama juga tersedia contohnya gereja, masjid
dan wihara. Selain warga yang menganut Islam abangan hampir tiap
rumah warga menyediakan sesaji untuk memperingati hari tertentu.
Seperti menyediakan sesaji saat malam hari raya Idul Fitri, malam satu
Suro dan hari yang dianggap penting lainnya.
75
4. Ketenagaan dan Sektor Usaha
Desa Sikayu Kecamatan Buayan merupakan sebuah desa dengan
mayoritas penduduk bermata pencaharian bertani. Petani disini terbagi atas
petani ladang dan petani hutan. Namun pada kenyataanya mayoritas
masyarakat Desa Sikayu melakukan dua-duanya pekerjaan tersebut. Petani
hutan adalah petani yang melakukan usaha mencari nafkah dengan
menanami tanah yang ada di hutan, pada umunya para petani hutan
menanami tanaman yang dapat bertahan pada usia yang lama, misalkan
pohon kelapa, pohon jati, bambu, dan lainnya, namun selain tanaman
tersebut ditanami pula sayuran, seperti terong, cabai, tomat, ubi dan lain
sebagainya. Sedangkan petani sawah adalah petani yang menanami lahan
sawah, biasanya lahan sawah ditanami padi, jagung, bayam, kangkung,
kedelai, lembayung, pisang, dan sebagainya.
Tabel 6. Daftar Mata Pencaharian Penduduk
TahunMata Pencaharian Jumlah
(KK)Petani Non Petani2008 1499 13 15122009 1523 12 15352010 1547 10 15572011 1550 10 15602012 1567 11 1578
Sumber: SIPD Tahun 2012
Jika dilihat dari tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa jumlah petani
semakin tahun bertambah, namun jumlah pertambahannya sangat sedikit.
Dalam kurun waktu lima tahun pertambahan jumlah petani sebanyak 68
orang dengan rata-rata pertambahan 13 petani per tahun. Secara umum
76
matapencaharian masyarakat Desa Sikayu dibagi atas dua jenis mata
pencaharian, yaitu petani dan non-petani, untuk mata pencaharian non-
petani, mata pencaharian tersebut berupa berdagang, wirausaha (budidaya
ikan air tawar), dan PNS. Masyarakat desa yang merantau pada umumnya
bekerja di pabrik dan menjadi pengasuh anak. Dari tabel tersebut pula
dapat dilihat jika dari tahun ke tahun jumlah mata pencaharian non-petani
semakin menurun.
Tabel 7. Data Migrasi Penduduk Desa Sikayu
Tahun MigrasiMasuk Keluar
2008 23 142009 24 162010 29 152011 12 132012 23 14
Sumber: SIPD Tahun 2012
Selain bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang,
masyarakat Desa Sikayu juga berpartisipasi meningkatkan devisa negara
dengan menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Migrasi keluar dilakukan
warga dengan tujuan bekerja, selain sebagai TKI tak sedikit pula yang
pergi merantau ke luar daerah. TKI tersebut di kirim ke berbagai negara,
misalnya saja ke Hongkong untuk menjadi Pembantu Rumah Tangga
(PRT). Migrasi masuk adalah warga yang telah lama menetap di luar
daerah dan memutuskan kembali lagi ke desa.
Masyarakat ada bukan hanya dengan menjumlahkan jumlah
seluruh orang yang ada dan tinggal di wilayah tertentu, namun harus ada
pertalian antara satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi.
77
Setidaknya setiap anggota masyarakat sadar akan adanya anggota lainnya
dan mau tidak mau memperhatikan adanya orang lain dalam setiap
aktifitasnya. Demikian lah masyarakat, sama seperti yang terjadi di Desa
Sikayu,masyarakat sudah menanggap tetangga adalah keluarga/kerabat
sendiri walaupun belum tentu memiliki ikatan darah.
Masyarakat desa memiliki ciri yang berbeda dengan masyarakat
kota, masyarakat kota cenderung bersifat individualis dan bahkan acuh
dengan lingkungan sekitar. Masyarakat desa pada umumnya sangat ramah,
menghargai sesama dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam hal
memenuhi kebutuhan sehari-hari misalkan saja, salah satu memiliki hasil
panen yang berlebih akan diberikan pada tetangga tanpa dipungut biaya.
Sehingga masyarakat desa memiliki sifat yang dermawan dan tanpa
pamrih.Pekerjaan yang sangat umum bagi masyarakat petani adalah
bertani, masyarakat sekitar mencoba memaksimalkan sumberdaya baik
alam maupun manusia untuk mencari nafkah. Lapangan usaha yang ada di
Desa Sikayu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Lapangan Usaha yang Terdapat di Desa Sikayu
Lapangan Usaha Tahun2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian 1615 2494 1547 2309 2023Pertambangan 10 10 10 10 10Listrik, air, gas 10 12 11 13 12Bangunan 200 1019 1236 1240 1242Pedagang 57 60 58 62 62Angkutan 5 5 5 5 5Jumlah 1897 3600 2867 3639 3354
Sumber: SIPD Tahun 2012
78
Mayoritas masyarakat Desa Sikayu bermatapencaharian sebagai
petani, pada tahun 2012 ada sekitar 2023 kk (kepala keluarga) yang
menekuni bidang tersebut. Seiring berjalannya waktu jumlah petani
mengalamu fluktuasi karena banyak yang mencari pekerjaan lain.
Pekerjaan lain tersebut seperti menjadi tukang bangunan, pengepul plastik,
memelihara ikan, dll. Selain potensi pertanian, di Desa Sikayu terdapat
usaha budi daya ikan tawar milik pribadi. Adanya usaha ini dapat menarik
tenaga kerja lokal daripada warga pergi meranatu.
Selain usaha perikanan terdapat juga usaha transportasi yang
dimiliki beberapa warga dan dikelola resmi oleh warga, transportasi
tersebut berupa angkutan desa menuju ke kota. Berdasarkan hasil
observasi dan pengamatan yang dilakukan bahwa setiap rumah warga
Desa Sikayu memiliki hewan peliharaan kambing dan sebuah empang
untuk memelihara ikan air tawar.
Tabel 9. Tenaga Kerja dan Pengangguran di Desa SikayuTahun Usia > 15 th Jumlah angkatan kerja Pengangguran2008 1481 789 1892009 4120 832 1922010 1413 1413 2002011 4669 1879 2252012 3468 2023 224
Sumber: SIPD Tahun 2012
Kualitas dari ketersediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh
pendidikan yang ditempuh oleh setiap masyarakat Desa Sikayu. Mayoritas
masyarakat Desa Sikayu berpendidikan dasar, paling tidak mereka
menyelesaikan program pendidikan dasar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
79
Menengah Pertama (SMP), hal ini dapat di perhatikan pula pada tabel 10.
Jika dicermati pada tahun 2009 tabel 9 terdapat lonjakan penduduk usia 15
tahun keatas, namun pada tahun berikutnya terjadi penurunan yang sangat
drastis begitu pula pada tahun berikutnya mengalami hal yang serupa.
Jumlah angkatan kerja Desa Sikayu pada periode 5 tahun terhitung tahun
2008-2012 selalu mengalami kenaikan. Jumlah angkatan kerja jika
dikaitkan dengan pengangguran yang ada maka dapat dikatakan jumlah
pengangguran tergolong normal, namun jumlah pengangguran di Desa
Sikayu selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Jumlah
pengangguran selalu bertambah namun pertambahan pengangguran
tersebut tergolong kecil dibangingkan dengan naiknya angkatan kerja tiap
tahunnya.
Penduduk semakin bertambah, angkatan kerja bertambah, dan
pengangguran secara pasti dari tahun ke tahun juga bertambah, hal ini
akan berdampak pada rata-rata kebutuhan minimum yang juga akan ikut
naik. Terakhir pada tahun 2012 jumlah rata-rata kebutuhan minimum
masyarakat Desa Sikayu dari Rp.595.000,00 per bulan naik menjadi
Rp.600.000,00 per bulan. Namun sayangnya hal tersebut tidak diimbangi
dengan kebiasaan menabung oleh warga.
Tabel 10. Jumlah Keluarga dan Ukuran Rumah TanggaTahun Jumlah KK Ukuran Rumah Tangga2008 1592 42009 1614 42010 1681 42011 1697 42012 1689 4
Sumber: SIPD Tahun 2012
80
Dengan adanya sajian data pada tabel 12 dapat dilihat bahwa
program Keluarga Berencana (KB) di Desa Sikayu dikatakan berhasil
karena mayoritas masyarakat memiliki anggota keluarga berjumlah rata-
rata 4 orang. Pertumbuhan penduduk Desa Sikayu juga mengalami
kenaikan secara signifikan, namun pada tahun 2012 menurun dari 1697
KK menjadi 1689 KK.
5. Masyarakat dan Pendidikan
Pendidikan dapat di tempuh melalui berbagai macam jalur, pada
jalur sekolah terdapat pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan
luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
profesional, dan masih banyak lainnya. Pendidikan yang paling
mendapatkan perhatian dari masyarakat adalah pendidikan umum atau
pendidikan yang ditempuh melalui jalur sekolah.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tamatan Pendidikan
JenjangTahun
2008 2009 2010 2011 2012Tidak tamat SD 523 542 582 583 581SD 3898 3905 3916 3919 3889SMP 789 857 866 866 887SMA 299 303 316 316 324Diploma 8 9 10 10 14S1 19 21 24 24 25
Sumber: SIPD Tahun 2012
Tingkat pendidikan penduduk dari suatu kelompok masyarakat
dapat menggambarkan tinggi rendahnya pengetahuan masyarakat tersebut,
selain itu dapat pula menunjukkan keluasan referensi yang dikuasai
kelompok masyarakat tesebut. Berdasarkan data pada tabel diatas dapat
81
diketahui bahwa masyarakat Desa Sikayu sedikit demi sedikit sudah mulai
sadar untuk menyekolahkan anaknya pada usia sekolah, hal ini dapat
dilihat pada naiknya jumlah tamatan SD.
Kesadaran akan pentingnya pendidikan juga tampak pada naiknya
jumlah tamatan SMP, SMA, Diploma dan S1 dari tahun ke tahun, namun
jumlah tersebut naik sedikit demi sedikit. Berdasarkan tabel 13 diatas
dapat dikatakan bahwa kesadaran pendidikan masyarakat Desa Sikayu
masih sebatas pendidikan dasar. Pada tahun 2012 terdapat 3889 siswa
lulusan sekolah dasar, dan jika di perhatikan lulusan sekolah dasar
sebanyak itu hanya 887 yang melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama
(SMP), hampir tiga perempat lulusan tidak melanjutkan sekolah.
Kebanyakan lulusan yang tidak melanjutkan SMP akan merantau ke luar
kota untuk bekerja, jarang sekali ada lulusan yang mengambil pendidikan
nonformal seperti kursus atau sejenisnya.
Tabel 12. Angka Partispasi Sekolah Formal Mayarakat Desa Sikayu
Tahun 6 th 6-7 th 7-12 th 13-15 th 16-18 th 19-24 th2008 74 189 549 314 355 6422009 90 192 552 317 358 6452010 79 194 554 319 360 6472011 92 194 554 319 360 6472012 67 195 455 0 36 17
Sumber: SIPD Tahun 2012
Angka partisipasi pendidikan khususnya pendidikan formal di
Desa Sikayu lama kelamaan mengalami penyusutan atau penurunan.
Normalnya pada pendidikan dasar baik itu sekolah tingkat SD maupun
SMP dapat dikatakan memiliki jumlah yang cukup tinggi, setelah
82
memasuki usia sekolah SMA peserta didik berkurang dengan drastis. Pada
tabel 14 dapat dilihat pada tahun 2012 untuk usia anak sekolah 13-15
tahun yang harusnya mereka berada dibangku SMP tetapi jumlahnya nol,
dari ratusan peserta didik yang sekolah sampai jenjang SMP hanya sedikit
sekali ang melanjutkan ketingkat sekolah menengah atas, begitu pula
untuk kelanjutan sekolah di Perguruan Tinggi sangat kurang.
Tabel 13. Angka Partisipasi Sekolah Usia <7 tahun
Tahun pra sekolah SD/MI/sederajat2008 18 72009 22 112010 20 92011 22 112012 23 12
Sumber: SIPD Tahun 2012
Berdasarkan tabel 13, mengenai angka partisipasi sekolah usia dini
masih tergolong rendah, dari sekian banyak balita usia sekolah PAUD
baru beberapa orangtua yang sadar akan petingnya pondasi pendidikan
sedari usia dini. Padahal sudah tersedia sekolah PAUD ditiap-tiap desa
yang digagas oleh ibu-ibu penggiat PKK.
Tabel 14. Jumlah Angka Partisipasi Kasar di Desa SikayuTahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA2008 20 13 112009 22 11 92010 21 10 82011 24 13 112012 26 15 13
Sumber: SIPD Tahun 2012
Kurangnya kesadaran terhadap pentingnya pendidikan formal bagi
anak merupakan dampak buruk bagi kelanjutan pembangunan desa,
83
merupakan kabar baik jika orangtua generasi muda sekarang lambat laun
menyadari pentingnya pendidikan formal bagi anak untuk menunjang
masa depan. Dari tabel 14 tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi
masyarakat dalam pendidikan formal masih sangat terbatas, mengingat
kawasan tersebut merupakan wilayah pedesaan dengan berbagai macam
kendala baik secara sarana-prasarana dan hal lain.
Pendidikan masyarakat Desa Sikayu masih sebatas pendidikan
dasar, dimana pendidikan dasar tersebut diperoleh dengan menghadiri
bangku sekolah yang disediakan oleh pemerintah pada tingkat desa saja.
Bedasarkan wawancara terhadap informan, terdapat sekolah tigkat
SMA/SMK/MA-sederajat yang terdapat di kota, namun masyarakat
enggan melanjutkan sekolah dikarenakan jarak sekolah dengan tempat
tinggal cukup jauh. Keterangan yang diperoleh dari informan trsebut
menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sikayu masih memiliki kesadaran
pendidikan yang bisa dibilang rendah, mereka masih enggan mengejar
ilmu dengan hambatan jarak tempuh, namun hal ini tidak berlaku pada
semua warga masyarakat Desa Sikayu.
Tabel 15. Angka Partisipasi Murni
Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA2008 17 10 82009 19 8 62010 18 7 52011 21 10 82012 23 12 10
Sumber: SIPD Tahun 2012
84
Pembahasan angka partisipasi kasar akan ada kaitannya dengan
angka partisipasi murni. Pada tabel 15 ditunjukkan bahwa angka
partisipasi murni dari masyarakat Desa Sikayu sama dengan angka
partisipasi kasarnya, kesadaran pendidikan masyarakat Desa Sikayu masih
tergolong rendah. Kesadaran akan pendidikan baru mencapai sebatas
pendidikan dasar, dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa angka partisipasi
dari jenjang sekolah dasar akan semakin turun ketika sampai kepada
pendidikan jenjang yang lebih tinggi. Pada tahun 2012 walaupun angka
partisipasi masih tergolong rendah tetapi mengalami kenaikan dari mulai
jenjang sekolah dasar SD menuju SMP kemudian ke jenjang sekolah
menengah, namun masih disayangkan kenaikan tersebut masih sedikit
namun hal ini merupakan suatu pertanda baik.
Tabel 16. Angka Melek Aksara Masyarakat Desa Sikayu
Tahun > 10 th > 15 th 15 – 24 25 - 44 > 45 th2008 489 533 591 537 5322009 482 526 584 530 5252010 484 528 586 532 5272011 486 530 588 534 5292012 489 533 591 537 532
Sumber: SIPD Tahun 2012
Pendidikan formal akan sangat mempengaruhi tingkat melek
aksara pada suatu masyarakat, dengan kesadaran pendidikan yang sedikit
demi sedikit meningkat maka angka melek aksara untuk anak usia belia.
Pihak pemerintah desa turut ikut memberantas buta aksara dengan
menyelenggarakan program kejar paket, namun untuk beberapa tahun
belakangan program kejar paket tidak bisa terselenggara karena ada
85
halangan, dengan demikian dapat dilihat angka melek aksara untuk
golongan umur 45 keatas masih sangat perlu digalakkan.
Tabel 17. Angka Melanjutkan Sekolah (dalam %)
Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT2008 67 62 9 22009 74 68 12 42010 72 66 11 32011 67 62 9 32012 71 66 13 5
Sumber: SIPD Tahun 2012
Pada tabel 17 dapat disimpulkan bahwa pendidikan tertinggi
masyarakat Desa Sikayu masih didominasi oleh pendidikan dasar atau SD.
Jumlah peserta didik akan mengalami penurunan dalam segi jumlah pada
setiap tahunnya ketika adanya transisi pendidikan dari jenjang pendidikan
dasar menuju pendidikan selanjutnya. Program wajib belajar Sembilan
tahun nampaknya sudah dijalankan sebagian masyarakat, namun untuk
kesadaran dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi belum ada.
Kurangnya partisipasi ini sangat kentara pada jumlah pesertadidik
SMA/SMK/MA dan yang melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Tabel 18. Jumlah Siswa Miskin Desa Sikayu
Tahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA PT2008 736 109 19 22009 765 138 49 32010 746 119 29 42011 736 109 37 52012 780 153 64 5
Sumber: SIPD Tahun 2012
86
Kemiskinan dan faktor ekonomi merupakan salah satu alasan
klasik yang diutarakan oleh masyarakat Desa Sikayu sebagai alasan tidak
melanjutkan pendidikan kejenjang berikutnya. Pada jenjang SD dan SMP
terdapat banyak sekali siswa miskin yang tercatat oleh kantor kelurahan.
Pada jenjang SMA/SMK/MA jumlah siswa miskin berkurang sangat
drastis, hal ini bukan tanpa alasan, pada umumnya masyarakat Desa
Sikayu setelah menyelesaikan pendidikan dasar mereka lantas pergi
merantau untuk bekerja. Peserta didik yang masih bertahan untuk masuk
sekolah menengah jumlahnya sangatlah sedikit, sebagai lulusan sekolah
menengah yang merantau akan mendapatkan pekerjaan yang sedikit lebih
baik daripada lulusan sekolah dasar.
Jumlah peserta didik yang meneruskan ke Perguruan Tinggi
terhitung sangat sedikit, biasanya dikarenakan oleh ada dua macam sebab:
a. Anak masih ingin melanjutkan sekolah baik itu ke sekolah menengah
maupun Pergutuan Tinggi namun orangtua sudah tidak mau
membiayai, orangtua lebih menyarankan untuk bekerja. Sehingga tidak
ada pilihan lagi untuk anak selain pergi merantau
b. Pada kasus yang kedua adalah anak memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah baik itu sekolah menengah maupun Perguruan
Tinggi dan lebih memilih bekerja, namun sesungguhnya orangtua
masih mau membiayai anak untuk melanjutkan sekolah.
87
Tabel 19. Prosentase Anak Putus Sekolah di Desa SikayuTahun SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA2008 3 3 32009 3 3 32010 3 3 32011 3 3 32012 3 3 3
Sumber: SIPD Tahun 2012
Kemiskinan menjadikan salah satu penyebab adanya anak putus
sekolah, prosentase anak putus sekolah di Desa Sikayu menurut data tabel
19 mempunyai jumlah yang tetap selama periode lima tahun. Penyebab
putus sekolah disebabkan karena faktor ekonomi, sehingg anak tidak dapat
melanjutkan sekolah. Orangtua dan anak tidak saling memberi motivasi
terhadap pentingnya pendidikan, banyak anak yang putus namun tidak
merantau mereka memilih bekerja sebagai pencari aren.
6. Sarana dan Prasarana
Pembangunan baik fisik maupun sosial akan sangat mempengaruhi
keadaan dan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Sarana dan Prasarana
yang terdapat disuatu wilayah secara langsung maupun tidak secara nyata
pasti akan mempengaruhi kualitas dan kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan sarana dan prasarana tentu saja berhubungan langsung
dengan pengembangan daerah yang diberikan oleh pemerintah. Seperti
wilayah pada umumya baik jenis pedesaan mapun perkotaan, Desa Sikayu
Kecamatan Buayan mendapatkan beberapa fasilitas berupa sarana dan
prasarana guna membangun dan mensejahterakan masyarakatnya, namun
tentu saja sarana dan prasarana wilayah pedesaan dan perkotaan sangatlah
88
berbeda. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa Sikayu adalah
sebagai berikut:
a. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan sarana yang paling penting dan
vital baik diwilayah pedesaan maupun perkotaan. Di desa Sikayu
untuk memenuhi kebutuhan layanan kesehatan masyarakat terutama
bagi balita dan anak-anak terdapat Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
sebanyak 8 unit telah yang tersebar dimasing-masing desa yang
mampu dijangkau oleh masyarakat secara strategis. Selain posyandu di
desa Sikayu terdapat satu unit Polindes (sejenis tempat pelayanan
kesehatan yang terdapat di setiap desa) guna melayani kebutuhan
kesehatan masyarakat. Jumlah ini sangatlah minim mengingat
pertambahan jumlah penduduk yang setiap tahun selalu bertambah.
Polindes ini menjadi rujukan rumah kesehatan yang paling dekat jika
masyarakat mengalami ganguan kesehatan, jika polindes tidak sanggup
merawat pasien maka pasien harus pergi ke rumah sakit yang lebih
besar. Rumah sakit tersebut terletak dikota dengan jarak 25 km, waktu
tempuh sekitar 30-45 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.
dari tahun 2008 sampai sekarang jumlah polindes belum bertambah.
Kekurangan sarana kesehatan rupanya dapat diminimalisir
dengan adanya beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai petugas
kesehatan, baik berupa dokter umum maupun bidan dan juga dukun
anak yang membuka praktek dirumah. Desa Sikayu merupakan daerah
89
pegunungan yang sejuk namun dari segi air bersih mereka masih
kekurangan, setiap rumah warga mendapatkan air bersih melalui
selang air yang terhubung ke sumur atau sumber air yang letaknya jauh
ditempat yang lebih tinggi. Keadaan seperti ini tentu belum memenuhi
standar pemenuhan kebutuhan air, masih sedikit sekali warga yang
berminat membuat sumur sendiri-sendiri, akibatnya tak jarang tiap
rumah mengalami kekurangan air bersih bahkan mereka sering
menghemat air. Tahun 2012 baru terdapat 213 rumah tangga yang
mendapatkan layanan air bersih secara sehat. Jumlah ini naik dari
tahun 2011 baru terdapat 123 rumah tangga.
b. Sarana Pendidikan
Sarana pedidikan yang terdapat di Desa Sikayu adalah sarana
berupa fisik dan nonfisik. Terdapat sarana pendidikan umum berupa 2
Taman Kanak-Kanak (TK). Di Desa Sikayu terdapat beberapa Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) namun mereka tidak mampu merasakan
dunia pendidikan formal, hal tersebut dikarenakan tidak ada Sekolah
Luar Biasa (SLB). Adapun sekola SLB terdapat dikota yang jarak
tempuhnya lumayan jauh, untuk ukuran masyarakat desa jarak yang
jauh merupakan hambatan tersendiri, jadi ABK di Desa Sikayu
terpaksa tidak bisa sekolah.
Desa Sikayu mempunyai 4 Sekolah Dasar (SD), sekolah
tersebut adalah SD Sikayu 1, SD Sikayu 2, SD Sikayu 3, dan SD
Sikayu 4. Jumlah 4 sekolah dasar sangatlah mencukupi kebutuhan
90
pendidikan dasar masyarakat. Pada tahun 2011 SD Sikayu 1 dan SD
Sikayu 3 resmi menjadi satu sekolah SD Sikayu 1, atau yang biasa
disebut regrouping. Regrupingterpaksa dilakukan karena SD Sikayu 3
kekurangan peserta didik, seiring dengan sadarnya masyarakat akan
pendidikan lambat laun SD Sikayu 1 tersebut banyak mendapat peserta
didik. Pada tingkatan pendidikan dasar selanjutnya, Desa Sikayu
memiliki 1 buah SMP yaitu SMPN 1 Sikayu. Bagi siswa yang tidak
dapat sekolah di SMPN 1 Sikayu biasanya akan mendaftarkan diri ke
SMP PGRI, dikarenakan SMPN 1 Sikayu terdapat persaingan untuk
masuk sekolah tersebut. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas, jika
peserta didik akan melanjutkan jenjang pendidikan SMK mereka harus
pergi sekolah kekota, tak jarang bagi yang ingin melanjutkan ke
Perguruan Tinggi mereka harus merantau keluar daerah.
Pendidikan non-formal merupakan pendidikan penunjang
dengan tujuan bisa memberikan anak pendidikan keterampilan jika
anak tidak begitu memiliki kemamuan akademik yang bagus.
Pendidikan non-formal ini dimaksudkan agar anak tetap memiliki
kemampuan untuk menunjang hidupnya, namun sayangnya di desa
Sikayu tidak terdapat satupun lembaga pendidikan non-formal.
c. Sarana Kesejahteraan Sosial
Desa Sikayu tidak ada panti rehabilitasi sosial maupun sekolah
khusus Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), walaupun jumlahnya
sedikit tetapi di Desa Sikayu terdapat masyarakat yang menyandang
91
cacat dan gangguan jiwa. Penyandang sakit jiwa di Desa Sikayu
menurut data periode tahun 2012 terdapat 3 orang, jumlah ini sudah
menurun pada tahun 2010 yang sempat mencapai jumlah 5 orang.
Terdapat ABK penyandang tuna wicara, sebagai layaknya anak negeri
mereka belum mendapatkan pendidikan yang layak karena
keterbatasan sarana, adapun sarana tersebut hanya terdapat dikota dan
untuk mencapai kota harus menempuh jarak yang jauh dan biaya yang
besar jadi orangtua lebih memilih tidak menyekolahkan anaknya.
d. Sarana Ibadah
Masyarakat Desa Sikayu merupakan daerah yang multikultural,
salah satunya dari segi agama. Dalam kegiatan beragama ada tiga
agama yang di anut oleh masyarakat Desa Sikayu yaitu agama Islam
yang dianut sebagian masyarakat, dan ada agama Katolik dan Hindu
yang dianut sebagian kecil masyarakat. Perbedaan latar belakang
agama yang menyebabkan dibangunnya berbagai rumah ibadah. Ada 5
masjid, 15 langgar/ mushola, 1 gereja dan 1 kelenteng untuk
memenuhi sarana ibadah masyarakat desa. Banyaknya pemeluk agama
Islam mendorong dibangunnya sebuah Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) bagi masyarakat muslim untuk mendalami agama dari usia dini.
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
a. Pendidikan Formal dan Nonformal bagi Masyarakat Desa Sikayu
92
Pendidikan menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan tidak hanya terjadi ketika seseorang duduk
dibangku sekolah dan mendengarkan penjelasan materi dari guru
namun pendidikan dapat terjadi dimana saja, keluarga, masyarakat,
sekolah, dan lain-lain. Dari proses pendidikan tersebut seorang
manusia menjadi tumbuh dan berkembang, pengalaman yang diperoleh
dari hasil interaksi dengan orang lain secara langsung maupun tidak
langsung akan memberikan pendidikan, dengan demikian pendidikan
diartikan berbea-beda oleh banyak orang. Dalam sub-bab pembahasan
ini akan dipaparkan pemahaman masyarakat Desa Sikayu mengenai
sekolah dan pendidikan. Melalui wawancara yang dilakukan oleh
peneliti, akan disajikan beberapa pengertian pendidikan menurut
pengetahuan masyarakat dengan pandangan mereka sendiri.
Sekretaris PKK, RD mengungkapkan bahwa pendidikan itu
suatu pelajaran yang harus orangtua berikan kepada anak didik
khususnya untuk melatih kemandirian. Menurut RD yang juga
pendidik PAUD pada usia emas (golden ages) merukapan masa yang
93
sangat tepat untuk mengoptimalkan sensor motorik halus maupun
motorik kasar.
“Pendidikan adalah suatu ajaran, pembelajaran yang harusdiberikan kepada anak didik kita khususnya untuk melatihkemandirian, kedewasaan dan mengoptimalka usia emas balita.Sebagai pendidik PAUD saya sangat menyarankan pendidikansejak dini karena pada usia 0-6 tahun adalah masa yang tepatuntuk mengoptimalkan dan mengembangkan motorik kasar danmotorik halus”.(RD, 22/04/2014)
Pemuda adalah sebagai tumpuan masyarakat yang diharapkan
mampu melakukan perubahan khususnya pada bidang pendidikan,
dengan demikian peran serta pemuda sangat diperlukan. RJ selaku
perwakilan tokoh pemuda mengartikkan pendidikan sebagai bentuk
pemberian dasar-dasar ilmu yang dipelajari secara agama maupun
formal yang bertujuan untuk membekali manusia dengan perubhan
yang lebih baik.
“Pendidikan itu adalah pemberian dasar-dasar ilmu, ilmu secaraagama maupun pendidikan (formal, pengetahuan umum) yangbertujuan membekali diri menuju perubahan yang lebih baikdari berbagai prinsip. Misalnya pendidikan agama,keterampilan, kesenian, pendidikan formal, dll”.(RJ, 22/04/2014)
SK sebagai orangtua yang memiliki kesadaran pendidikan lebih
tinggi mengartikan pendidikan sebagai proses pembelajaran yang
diselenggarakan oleh dengan guru sebagai pendamping siswa. SK juga
menambahkan jika pendidikan yang diperoleh dari sekolah akan sangat
berguna saat memasuki dunia kerja dan menjalani kehidupan
dimasyarakat.
94
“Pendidikan niku nggih belajar sing diwenei warah karo guru.Sekolah mboten sekolah niku sami mawon nek ten desa,bedane sing sekolah mung bakalan luwih bejo ulih gawean lanmasa depan sing apik apa maning pas merantau ilmune bakalankanggo, wong desa sing ora sekolah ya kur kaya kae lah rekasamaninga gawean ning desa langka”. (SK, 22/04/2014)
“Pendidikan adalah belajar, tetapi dengan didampingi guru atauorang yang lebih pandai. Kalau menurut saya sekolah atautidak itu sama saja jika hanya berdiam didesa, berbeda lagi jikasudah merantau ilmunya akan lebih terpakai dan mendapatkanmasa depan yang lebih terjamin, karena didesa lapangankerjanya sedikit”(SK, 22/04/2014)
Pendapat tersebut juga didukung oleh SD, beliau menyatakan
pendidikan sebagai batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan yang
lebih layak daripada anak yang tidak sekolah.
“Sekolah niku penting masalahe nek ten riki lare mboten ngertitulisan nopo mboten disekolahaken nggih kajeng niku lah, kanbodo lah termasuke kerja nggih ngasal. Lare sakniki kan langkaingkang sami tani, siki pada sekolah nggo golet kepinteransangu kerja. Sekolah garep kaya ngapa a nek pinter ora tani yaora bisa mangan. Kuwi aku wong gemiyen, nek siki sekolahdingo golet kepinteran”. (SD, 22/04/2014)
“Sekolah itu penting karena jika didesa sini tidak mengertibaca-tulis hanya menjadi orang yang bodoh. Orang bodohbiasanya akan mendapat pekerjaan asal-asalan. Anak jamansekarang sudah jarang yang bertani, sekarang banyak yangsekolah untuk mencari ilmu agar bisa menjadi bekal mencarikerja. Itu dulu, kalau sekarang sekolah untuk mencari ilmu”(SD, 22/04/2014)
Lain pula pendapat MR yang menyatakan tidak mengetahui arti
pendidikan, baginya hal yang paling penting dari pendidikan dan
sekolah adalah membayar iuran yag telah ditetapkan oleh pihak
sekolah. MR hanya memenuhi apa yang menjadi kuwajibannya.
“Sekolah nggih sekolah kula namung manut mawon, nek ententarikan nggih kula manut (membayar)”(MR, 22/04/2014)
95
“Sekolah itu ya sekolah saya hanya menurut saja, kalau adaiuran ya saya juga menurut untuk membayar”(MR, 22/04/2014)
Dalam kesempatan wawancara, SL selaku Kepala Dinas UPTD
Dikpora Kecamatan menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
yang dilakukan manusia untuk merubah perilaku dari perilaku yang
kurang baik menjadi baik, berikut kutipan wawancara:
“Intinya pendidikan itu adalah usaha sadar untuk merubahperilaku manusia menjadi yang lebih baik.”(SL, 24/09/2014)
Dalam kesempatan yang sama dalam wawancara yang telah
dilakukan, SR selaku Kepala Bidang Pendidikan Menengah di Dinas
Dikpora Kabupeten Kebumen juga turut menyampaikan pendapatnya
terhadap arti pendidikan, beliau berpendapat bahwa pendidikan adalah
pemberian fasilitas yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk
mengembangkan diri sesuai potensinya kearah yang lebih baik,
mengembangkan diri dari tidak tahu menjadi tahu, membentuk peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan
YME, berakhlak mulia perkebribadian cerdas terampil inovativ kreatif
demokratis dan bertanggungjawab. Berikut kutipan pendapat SR:
“Pemerintah ‘memberikan fasilitas seluas-luasnya bagi warganegara dalam batas anak usia sekolah dari berbagai fasilitas adalembaga-lembaga pendidikan membentuk peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada TuhanYME, berakhlak mulia perkebribadian cerdas terampil inovativkreatif demokratis dan bertanggungjawab.”(SR, 29/09/2014)
Berdasarkan paparan pendapat yang telah disampaikan oleh
masyarakat dan pihak pemerintahan dapat disimpulkan bahwa
pemahaman terhadap pengertian pendidikan masih beragam. Terdapat
96
perbedaan yang cukup jelas pada pendapat yang diutarakan antara
masyarakat yang memahami pendidikan dan masyarakat yang masih
awam terhadap pendidikan. Keinginan kuat dari masyarakat untuk
mengenal dan mencoba memahami pendidikan lebih jauh membawa
pada satu kesamaan yang membuktikan bahwa pendidikan merupakan
upaya yang dilakukan manusia guna meningkatkan ilmu pengetahuan
salah satunya yaitu melalui pendidikan formal sekolah yang difasilitasi
oleh pemerintah.
Masyarakat secara berbeda mengartikan pendidikan antara
masyarakat yang berpendidikan rendah dan masyarakat yang
menempuh pendidikan yang lebih tinggi, walaupun berbeda pengertian
namun memiliki maksud yang sama. Masyarakat yang berpendidikan
rendah cenderung mengartikan pendidikan lebih sempit, yaitu
pendidikan hanya sebatas dunia persekolahan. Pengertian pendidikan
lebih bervariatif dan berkembang menurut masyarakat yang menempuh
pendidikan lebih tinggi. Pemerintah yang lebih mengerti dan
memahami arti pendidikan diharapkan dalam pelaksanaan pendidikan
mampu menyelenggarakan sesuai dengan kondisi dan aspirasi
masyarakat.
Partsipasi masyarakat merupakan salah satu tanda kesadaran
yang dimiliki oleh orangtua dalam menyekolahkan anaknya pada
jenjang pendidikan yang tinggi melebihi pendidikan wajib belajar yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Bentuk kesadaran dari orangtua
97
terhadap pendidikan dapat dilihat melalui pendidikan yang ditempuh
oleh anaknya. Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan observasi
yang dilakukan menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sikayu yang
wilayahnya merupakan daerah pertanian memiliki kesadaran
pendidikan yang minim. Minimnya angka partisipasi masyarakat
dalam kegiatan pendidikan terutama pendidikan formal juga bukan
hanya sekedar dugaan. Pernyataan stersebut diungkapkan oleh Bapak
TP selaku pejabat pemerintah desa yang menjabat sebagai Lurah desa
Sikayu.
“Kalau untuk partisipasi pendidikan, masyarakat bisa dikatakanikut berpartisipasi , tetapi hanya pada pendidikan dasar,misalnya SD dan SMP. Kesadaran masyarakat juga sudah lebihbaik dari pada 10 tahun yang lalu, apalagi ditambah denganadanya pendidikan di PAUD yang sedikit demi sedikit berjalan.Kalau ditanya antusias atau tidak memang warga antusiasuntuk pendidikan, tapi mereka hanya menyekolahkan anaknyasampai pendidikan dasar dan untuk pendidikan menengahangka kelanjutannya hanya sedikit.”(TP, 24/04/2014)
Berdasarkan penuturan tersebut informan menyatakan bahwa
kebanyakan masyarakat menyekolahkan anaknya hingga jenjang
pendidikan dasar. Rendahnya partisipasi pendidikan di Desa sikayu
juga terlihat dari hasil pengamatan yang dilakukan, jika pagi
menjelang ada banyak sekali siswa Sekolah Dasar dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yang berangkat sekolah, namun tidak
dengan anak-anak usia SMA/SMK/MA sederajat. Anak-anak usia
SMA yang tinggal didesa jumlahnya sedikit karena kebanyakan dari
mereka memilih untuk bekerja keluar kota setelah menamatkan
98
sekolah jenjang SMP. Selain itu dari angka APK dan APM siswa di
Desa Sikayu juga menunjukkan hal yang sama.
Masyarakat Desa Sikayu juga tidak berpikiran untuk
memberikan pendidikan nonformal (misalnya kursus) untuk
menunjang bakat yang dimiliki anak atau untuk memberikan
pendidikan keterampilan jika anak tidak menonjol dalam sekolah
formal. Pernyataan tersebut disampaikkan oleh Sekretaris PKK Ibu
RD:
“Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak kedalampendidikan nonformal juga masih minim, padahal kita berharapjika anak tidak terlalu menonjol dibidang akademik lebih baikjika pendidikan ditunjang dengan pendidikan nonformal.”(RD,22/04/2014)
RD juga menuturkan bahwa kesadaran masyarakat Desa Sikayu
terhadap pendidikan masih tergolong rendah, pada awalnya memang
masyarakat mengatakan tertarik untuk menyekolahkan anak mulai dari
pendidikan dini namun pada kenyataannya sangat sedikit yang
mendaftar sekolah.
“Memang untuk masyarakat Sikayu bagian desa yang namanyaJeblosan dan Karangkamal benar-benar belum menganggappendidikan sebagai hal yang penting, jadi misalnya kitamensosialisasikan program pendidikan dini PAUD, merekaakan bilang “iya iya”tapi duduk perkara dibelakang ada yangbilang “lah untuk apa masih kecil disekolahkan, besok juga keTK”(RD, 22/04/2014)
Selaku tokoh pemuda Desa Sikayu RJ juga menyampaikan
pendapat yang sama:
“Jika dibandingkan dengan daerah kota kesadaran pendidikandesa ini masih rendah, disini saja masih ada anak yang putus
99
sekolah bahkan ada juga yang suka membolos. Sekarang sudahada banyak bantuan dari pemerintah, program tersebut cukupmembantu untuk pendidikan dasar (SD dan SMP) tapi untukSMA/SMK/MA itu yang meneruskan bisa dihitung denganjari.”(RJ, 22/04/2014)
Dalam kesempatan yang sama RD juga mengungkapkan bahwa
masyarakat memiliki kesadaran yang minim untuk menyekolahkan
anak mulai dari pendidikan dini.
“Ya hanya kesadaran itu saja mbak yang kurang, jadi kalau dibilang kalau kita sosialiasikan pasti bilang “iya iya” cumanduduk perkara dibelakang kadang ada yang bilang “Lah untukapa masih kecil disekolahkan, besok juga ke TK” Kalau duluwaktu pembukaan pertama kali memang orang-orang itu bisatertarik tapi setelah itu lama-lama mungkin berpikir “ah bebehnjujugna isuk-isuk, oh lagi akeh gawean” padahal ya kalaumemang anak sudah hafal anak itu di letakkan begitu sajaditinggal pulang begitu tidak akan menangis,banyak temannyajuga”(RD, 22/04/2014)
Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh RD,
masyarakat menilai bahwa sekolah PAUD masih terlalu dini untuk
diperkenalkan kepada anak. Bentuk dukungan orangtua terhadap
pendidikan anak adalah dengan menyekolahkan anak ke jenjang
pendidikan formal namun dalam pengawasan belajar masih tergolong
kurang, karena orangtua menuntut anak untuk mandiri.
Pendapat tersebut juga didukung oleh SL selaku Kepala UPTD
Dikpora Kecamatan Buayan yang mengungkapkan bahwa kesadaran
pendidikan masyarakat Desa Sikayu masih rendah karena masyarakat
memandang pendidikan sebagai kebutuhan yang belum penting,
karena masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi tidak jauh berbeda
dengan masyarakat dengan pendidikan yang rendah.
100
“Iya, masih bisa dikatakan rendah. Memang masyarakat petanimasih seperti itu mentalnya, mental masyarakat desa danpegunungan, masih punya pikiran sekolah tinggi dengansekolah rendah nanti ketemunya sama sekolah tinggi tidakbekerja sekolah rendah bisa berdagang, sekolah tinggi ternyatatidak bisa mendapat kerja yang sesuai tetapi sekolah rendahlalu dididik dengan keterampilan berdagang dan sebagainyamereka malah sukses sehingga lebih dianggap berhasil merekayang sekolah tinggi namun bisa sukses”.(SL, 24/09/2014)
Pendapat SL juga mendapat dukungan dari SR selaku Kabid
Dikmen Dikpora Kabupaten Kebumen, membenarkan bahwa
masyarakat desa khususnya pada daerah pegunungan belum
menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama dalam kebutuhan
anak, mereka masih berpendapat bahwa pendidikan bukanlah faktor
yang penting dalam proses memajukan diri. Berikut pernyataan beliau:
“Di desa Sikayu rata-rata hanya lulus SMP kebawah, terkadangada sebagian kecil masyarakat yang memandang bahwapendidikan memiliki arti yang kurang penting. Sering terjadikasus anak sedang asik sekolah malah dibelikan sapi yangakhirnya anak justru merumput. Jumlah kasus ini sudah relativkecil tetapi masih ada, yang jelas faktor pengaruh lingkungancukup besar. Kalau kemarin partisispasi masih lumayan rendahuntuk Buayan, mudah-mudahan dengan semangat pemerintahyang menggebu-gebu untuk bisa mentargetkan keberhasilanpendidikan menengah universal dengan berbagai macamprogramnya mudah-mudahan masyarakat menyambut denganbaik.”(SR, 29/09/2014)
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
kesadaran masyarakat Desa Sikayu masih rendah, sebagian besar
masyarakat Desa Sikayu menyekolahkan anak pada pendidikan formal
sebatas pendidikan dasar sekolah dasar (SD dan SMP). Masyarakat
masih ragu mengenalkan anak kepada pendidikan dini dikarenakan
faktor kesibukan dan pendidikan usia dini dinilai belum terlalu
101
berpengaruh kepada anak. Masyarakat belum menempatkan
pendidikan sebagai prioritas kebutuhan hidup, karena pendidikan
bukanlah faktor yang utama dalam meraih sukses. Keputusan tersebut
bukan hanya dipengaruhi oleh pola pikir dasar masyarakat petani
namun juga disebabkan oleh tuntutan pekerjaan dan lingkungan
tinggal.
b. Pendidikan Formal dan Nonformal Bagi Masyarakat Desa Sikayu
Setelah melihat pandangan masyarakat terhadap program
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dimana sebagian
besar masyarakat mengatakan sudah sesuai namun belum bisa
mewakili keinginan masyarakat yang sebenarnya. Masyarakat sendiri
ternyata memiliki kriteria pendidikan yang diharapkan mereka sesuai
bagi masyarakat desa. TP menyatakan pendidikan yang cocok untuk
masyarakat petani adalah pendidikan yang memiliki manfaat untuk
perkembangan (pemberdayaan) masyarakat. Sekolah yang memiliki
tujuan untuk mengembangkan peserta didik baik itu berupa sekolah
teknik, pertanian atau yang lainnya. Pemerintah memiliki jaminan
follow up lulusan sekolah yang jelas dan jika lulusan harus dikirim
keluar daerah seharusnya desa dan masyarakat yang ditinggalkan juga
mendapatkan pengembangan. Sekolah yang paling cocok didaerah
pertanian adalah sekolah bermutu dengan biaya yang dapat dijangkau
masyarakat, terdapat kurikulum kaearifan lokal,dan memberikan bekal
life skill (kecakapan hidup).
102
“Kalau untuk orangtua paling ya kelompok tani dan itu sudahada di program pemerintah. Sebenarnya jika dibangun sekolahapa saja cocok karena tujuannya untuk pengembangan baik ituberupa sekolah teknik, pertanian, dan semacamnya. Di terapkandimana saja cocok, asalkan ada tindak lanjut dari lulusannya,jika lulusan anak cocoknya ke luar daerah ya monggo tidakapa-apa tapi asalkan masyarakat yang didesa tidak ditinggalkanbegitu saja, akan lebih baik juga diberi pengembangan. Sekolahdipedesaan paling cocok yang memiliki banyak programpelatihan terutama dengan hal-hal yang berkaitan dengankeunggulan lingkungannya”(TP, 22/04/2014)
Pendapat TP juga didukung oleh RD yang menyatakan bahwa
pendidikan dan pelatihan merupakan usulan yang baik bagi pendidikan
diwilayah pertanian. Pendidikan yang bertujuan untuk pemberdayaan
masyarakat dan hasil bumi, pelatihan dinilai lebih tepat untuk
pendidikan masyarakat petani karena belajar melalui praktek akan
lebih muah diingat. Pengembangan potensi sesuai dengan kelompok
umur, usia sekolah dan usia lanjut. Pendidikan dengan tema
pemberdayaan untuk masyarakat dengan mengembangkan potensi
lingkungan dan karakteristik masyarakat sebagai ciri khas produk
pendidikan tersebut. Pemberian pendidikan ini tidak terhenti sebatas
pada masyarakat petani saja namun pada anak sekolah juga.
“Pendidikan per-kelompok menurut saya bagus, diadakan tiapRW. Jadi pendidikan tersebut disesuaikan dengan keadaanlingkngan dan karakteristik masyarakat. Dengan cara demikiandiharapkan mampu memberikan kesadaran pendidikan terhadapmasyarakat.Pendidikan yang berbasis pelatihan, kalau untukanak petani memang masih cocok pendidikan yang formal,kalau untuk petani itu sendiri kita sudah membicarakanorangtuanya kan, bisa dididik dengan pelatihan. Kalau untukremaja atau anak usia sekolah (SD, SMP, SMA) juga bisadengan pelatihan tapi bisa berhubungan dengan tingkatanmereka begitu”(RD, 22/04/2014)
103
Selain RD, RJ juga menuturkan hal serupa mengenai
pendidikan yang disesuaikan dengan lingkungan masyarakat atau
pendidikan kearifan lokal. Karena menurut RJ masyarakat terutama
pemuda, mayoritas sudah terkikis nilai kearifan lokalnya.
“Untuk saat ini memang pemuda dikota maupun didesa sudahmencerminkan perilaku bukan ciri khas dari Indonesia, darikearifan lokal yang ada dan menjunjung tinggi nilai-nilaiIndonesia yang dulu kan sekarang sudah agak beda, disertaijuga pendidikan agama, keterampilan, dan pendidikan PKnkaya Kewarganegaraan agar lebih ditekankan. Yang jelassekarang bisa kita rasakan sih anak-anak sekarang gayane wisbedalah tidak seperti anak pada umumnya. Kalau dari dasarsudah dibangun pondasi yang kuat, untuk kedepannya pastiakan lebih baik. Pendidikan agama, PKN, Kewarganegaraanbaiknya diseimbangkan lah, kalau untuk kaitannya denganpertanian sendiri bentuk sekolah yang dibutuhkan mungkinsekolah pertanian karena disini tidak ada, adanya perguruantinggi itu saja harus ke IPB. Jangan cuma sekolah mesin karenakita petani. Selain sekolah pertanian karena disini ada beberapaanak berkebutuhan khusus perlu sekolah khusus, kebanyakanABK tidak sekolah formal”(RJ, 22/04/2014)
Selain RJ ada pula TS yang berpendapat bahwa sekolah
pertanian merupakan sebuah ide yang bagus sebagai tahap untuk
menarik masyarakat agar berpartisipasi dalam pendidikan. Diakui oleh
TS bahwa sekolah pertanian memang sudah ada namun masyarakat
kurang tertarik tetapi sebagian masyarakat lebih tertarik sekolah
otomotif dan mesin, karena lulusan sekolah otomotif lebih cepat
mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan lulusan sekolah
pertanian. TS berharap dengan memaksimalkan sekolah pertanian
dapat menarik minat siswa. RJ dan TS juga menyatakan bahwa
sekolah khusus untuk berkebutuhan khusus sangat penting karena
104
selama ini ABK tidak menempuh pendidikan, kebanyakan ABK hanya
merasakan sekolah TK dan SD. Dalam sistem belajarnya ABK dan
anak normal dicampur namun karena tidak bisa mengikuti
pembelajaran dengan baik maka ABK terpaksa berhenti sekolah.
“Sesuai dengan perkembangan jaman, pengadaan gedungsekolah walaupun pada daerah pertanian tapi juga perludiperhatikan seperti pada daerah lain. Kalau memang adatempatnya pembangunan seperti sekolah pertanian juga sangatbagus, sekolah yang ada tentang pertanian hendaknya jugalebih dimaksimalkan karena semakin tergeser oleh sekolahotomotif. Supaya petani tua itu ada generasi penerusnya karenayang muda lebih senang merantau, dengan memaksimalkansekolah pertanian yang ada dan lulusannya bisa menjadi orangpasti masyarakat lambat laun akan mengubah pandangannya.Pembangunan sekolah berkebutuhan khusus, agar anakberkebutuhan khusus lebih bisa diperhatikan karena ABK yangusia TK masih ikut sekolah TK normal.(TS, 24/09/2014)
Harapan yang sama didukung oleh SD yang mengharapkan
sekolah dengan konsep kebudayaan daerah, sehingga masyarakat asli
mempunyai rasa “memiliki” terhadap desa dan kebudayaan yang
dimiliki.
“Jane ya pada bae sekolah, tapi kepenak sing lingkungan emendukung, sing ana batire, sing edek”(SD, 22/04/2014)
“Sebenarnya sekolah itu sama saja, tapi akan lebih bermanfaatjika lingkungannya mendukung, ada temannya dan tidak jauh-jauh”(SD, 22/04/2014)
Pendapat lain dungkapkan oleh SK yang menuturkan bahwa
sekolah tidak perlu gratis, cukup murah mudah dijangkau masyarakat
menengah kebawah dan memiliki mutu yang sama dengan sekolah
didaerah kota. Salah satu penyebab masyarakat merantau adalah untuk
menuntut ilmu namun tak jarang mereka menetap dikota untuk
105
mencari pekerjaan, dengan demikian kaum muda tidak bisa turut serta
dalam mengembangkan potensi desa.
“Menurut saya sekolah tidak perlu gratis tidak apa-apa, asalkanmurah saja dan ada mutunya. Kalau bisa disini juga dibangunsekolah yang tidak jauh berbeda dengan yang di kota, supayabisa membangun desa dan tidak perlu jauh-jauh sekolahnya. Disini sekolah masih jarang jadi terkadang kalau mau meanjutkansekolah bingung mau sekolah apa dan kemana, tidak jaranglarinya ke luar kota untuk bekerja”(SK, 22/04/2014)
Dari paparan informasi diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa keadaan karakteristik dan latar belakang masyarakat Indonesia
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya dan tuntutan
masing-masing era manusia Indonesia beragam pula maka praktek
pendidikan antar tempat, golongan, dan generasi pasti terdapat corak
dan variasi yang berbeda. Secara umum praktek pendidikan juga
mengalami variasi yang membedakan menurut jenis, jalur dan jenjang
pendidikan. Keadaan masyarakat dan lingkungan petani akan sangat
berbeda dengan keadaan masyarakat yang tinggal didaerah pesisir, dan
perkotaan. Masyarakat pedesaan akan berbeda prioritas pendidikannya
jika dibandingkan dengan masyarakat kota, didaerah kota sangat
memprioritaskan pendidikan namun tidak untuk masyarakat desa.
Hendaknya pendidikan disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik
setiap daerah untuk memahami keinginan dan kecocokan kebijakan
pendidikan dimasing-masing daerah karena tiap daerah memiliki
karakeristik yang berbeda-beda.
106
Pendidikan dengan konsep kearifan lokal memang sedang
menjadi daya tarik masyarakat, harapannya dengan adanya pendidikan
kearifan lokal dapat mengembalikan kebudayaan yang sempat terkikis
oleh kemajuan jaman. Wajar jika masyarakat mengharapkan adanya
pendidikan dengan konsep kearifan lokal, pendidikan keterampilan
bagi masyarakat dan sekolah pertanian dinilai masyarakat mampu
mengubah pandangan masyarakat terhadap pendidikan. Sekolah Luar
Biasa (SLB) juga menjadi salah satu harapan masyarakat karena ABK
di Desa Sikayu kurang mendapatkan layanan pendidikan. Masyarakat
mengharapkan pemeritah menambah jumlah sekolah dan
memaksimalkan fungsi sekolah pertanian yang sudah ada untuk
meciptakan bibit lulusan yang mau mengembangkan pertanian. Mutu
sekolah juga menjadi salah satu permasalahan yang diperhatikan oleh
masyarakat, mereka berharap mutu sekolah didesa dan kota tidak ada
perbedaan, hal ini bertujuan untuk mengurangi siswa sekolah diluar
daerah. Harapan dari masyarakat dalam pendidikan yaitu, sekolah
murah dan bermutu, tersedianya subsidi pendidikan, sekolah
keterampilan, pendidikan yang memadahi bagi ABK dan
memaksimalkan sekolah pertanian.
Setelah melihat berbagai macam aspirasi dari masyarakat desa
Sikayu mengenai pendidikan diharapkan dapat menjadi masukan bagi
pemerintah Kota Kebumen untuk terus mengembangkan pendidikan
yang senantiasa memberikan manfaat bagi manfaat bagi masyarakat
107
luas. Banyaknya masukan yang diberikan masyarakat kepada
pemerintah bukan berarti pihak pemerintah tidak memperhatikan
pendidikan masyarakat, pemerintah telah berupaya semaksimal
mungkin untuk memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi
masyarakat Kebumen. Pemerintah selalu melibatkan masyarakat dalam
kegiatan perencanaan pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh SL
bahwa masyarakat diajak duduk bersama memutuskan kegiatan
pendidikan. Pendidikan yang baik dalam setiap perencanaannya
melibakan masyarakat dan stakeholder lainnya untuk
menyempurnakan kebijakannya. Dalam pembuatan kebijakan
pendidikan tataran Kecamatan Buayan, UPTD Dikpora Kecamatan
mengajak masyarakat/orangtua untuk berdisikusi dan menyampaikan
pendapat. SL juga menyampaikan bahwa orangtua siswa selalu
dilibatkan dalam kegiatan pendidikan baik yang berkaitan dengan
partisipasi maupun finansial.
“Pada tanggal 26 bulan Mei tahun 2013 mentri pendidikansudah mencanangkan Program Pendidikan MenengahUniversal atau yang kita sebut dengan PMU dari pencanangantersebut pemerintah langsung mengusulkan berbagai kebijakanyang mendukung program tersebut termasuk adanya BOSuntuk SMA dan SMK. BOS itu untuk biaya operasional bagisekolah, karena anak-anak tersebut belum tersentuh kebutuhanpersonalnya, misalnya membeli tas, buku, sepatu, seperti itulahyang menggunakan BSM (Bantuan Siswa Miskin). Nah syaratyang diprioritaskan dari perolehan BSM itu adalah anak darikeluarga yang tidak mampu cirinya mempunyai KPS (KartuPerlindungan Sosial), dari kartu KPS tersebut di dalamnya adaPKH (Program Keluarga Harapan). Jadi keluarga yangmemiliki PKH pasti merupakan keluarga yang memiliki KPSkarena keluarga yang memiliki PKH merupakan keluarga yaglebih dari sekedar miskin. Dari Kebumen sudah seperti itu
108
programnya, didalamnya dari APBD pemerintah kabupatenKebumen mengalokasikan anggaran Bantuan Siswa Miskin(BSM) tapi baru tertuntaskan untuk pendidikan dasar. Sekarangjika dilihat dari failitas yang ditawarkan oleh pemerintah kalauanak ada niat dari hati nurani untuk sekolah rasanya tidak adamasalah.”(SR, 29/09/2014)
Program Pendidikan Menengah Universal atau PMU adalah
salah satu program terbaru yang diterapkan oleh pemerintah
Kabupaten Kebumen mulai tahun 2013 untuk meningkatkan
pendidikan masyarakat. Kebijakan PMU merupakan kebijakan dari
hasil analisis pemerintah terhadap kebutuhan, pemerintah dengan
semangat pembangunan menyiapkan program khusus untuk
meningkatkan kesadaran pendidikan masyarakat.
Pemerintah kabupaten selalu berkomunikasi dengan
masyarakat melalui acara rapat dan bantuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil rapat dapat menunjukkan keinginan yang
sesungguhnya dari masyarakat terhadap pendidikan. Berikut
pernyataan SL:
“Dalam bentuk perencanaan (melalui rapat pleno, komite, walimurid), pelaksanaan (infrastruktur dan pembangunan),pembelajaran (manakala guru butuh informasi tentangkesehatan murid, memberdayakan bidang desa untukpembelajaran langsung seperti koramil dan kepolisian, diSikayu banyak pelaku seni itu juga sering diundang untuksecara langsung mengajari anak, seperti kesenian kudalumping).”(SL, 24/09/2014)
Pemerintah tidak membatasi keikutsertaan masyarakat dalam
menyuarakan pendidikan, dalam berbagai kegiatan tidak jarang selalu
mengikutsertakan masyarakat bahkan dalam segi kegiatan belajar.
109
Contohnya dalam ekstrakulikuler tari, sekolah melibatkan masyarakat
karena di Desa Sikayu banyak terdapat pelaku seni, seni tari,
kethoprak, kuda lumping dan lainnya.
Kebijakan lainnya yang diterapkan pemerintah bertujuan untuk
menarik aspirasi masyarakat terhadap pendidikan adalah dengan cara
mendata anak usia sekolah. Data tersebut digunakan untuk pembinaan
lebih lanjut, dan untuk mempermudah pelaksanaan program PMU. SL
juga menyampaikan bahwa pihak pemerintah sudah memberikan usaha
maksimal untuk memperjuangkan kelangsungan pendidikan
masyarakat petani. Pernyataan SL sebagai berikut:
"Berkerjasama dengan kepala desa untuk menghimbau dengansungguh-sungguh kepada wali murid untuk menyekolahkananaknya sehingga tidak putus sekolah, dengan cara menjaringdan mendata anak-anak yang tidak melanjutkan untuk diadakanpembinaan melalui PLS (Penilik Luar Sekolah).”(SL, 24/09/2014)
Pemerintah kabupaten selalu melibatkan stakeholder dalam
pembuatan kebijakan pendidikan, termasuk mengajak perwakilan dari
masyarakat, hal tersebut dinilai sudah cukup memberikan gambaran
dari keinginan masyarakat. SR menyatakan bahwa masyarakat kurang
tertarik pada program yang telah disusun oleh pemerintah sekalipun
telah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Saat ini sekolah
otomotif dan mesin sedang menjadi trend dikalangan siswa Kebumen,
sehingga masyarakat lebih tertarik sekolah dijurusan tersebut. SR
menilai perubahan aspirasi tersebut terjadi karena pada kenyataannya
lulusan sekolah otomotif lebih cepat terserap lapangan kerja daripada
110
lulusan sekolah pertanian. Berdasarkan keterangan SR terdapat banyak
potensi yang bisa dikembangan di Kebumen sehingga pemerintah
mendirikan sekolah perikanan, argoteknologi, dan peternakan.
Pemerintah menilai sekolah tersebut berpeluang bagus untuk
berwirausaha, namun masyarakat lebih memilih sekolah otomotif.
“Kalau di kebumen dengan basis pertnaian, menurut saya akanlebih baik jika ada bekal masalah pengelolaan pertanian,misalnya ada argoteknologi, ada perikanan, ada peternakan, itusangat baik untuk berwirausaha tapi masyarakat ditawarisekolah dengan program tersebut tidak mau, maka pemerintahmau tidak mau menyediakan sekolah otomotif yang mana padasaat ini sedang digemari masyarakat. Sebenarnya diKebumenada banyak hal yang menjanjikan untuk dikembangkan namundari masyarakat kan belum tentu pandangan dari pemerintah itubaik dan menjanjikan tapi diterjemahkan oleh masyarakat jugamenjadi baik kan belum tentu. Nanti jika kita membangunsekolah yang sesuai potensi dan harapan kita yang menurutpemerintah berpotensi tetapi masyarakat tidak tertarik kanpercuma saja.”(SM, 29/09/2014)
Kenyataanya tanggapan masyarakat terhadap pendidikan
berbeda dari harapan pemerintah, sehingga pemerintah tidak punya
pilihan lagi selain menuruti kebutuhan masyarakat walaupun dengan
keputusan menambah sekolah otomotif dapat sangat mengurangi minat
masyarakat terhadap sekolah pertanian, perikanan dan pembangunan.
Pemerintah telah memberikan pilihan terbaik bagi masyarakatnya,
namun masyarakat memiliki pilihan terendiri. Sebenarnya pemerintah
sangat khawatir apabila lulusan otomotif yang sangat banyak tersebut
tidak bisa seluruhnya terserap dunia kerja, maka kepercayaan
masyarakat terhadap pendidikan dipastikan dapat menurun. Hal
111
tersebut tentu saja dapat menghambat usaha pemerintah yang sekarang
sedang giat meningkatkan aspirasi masyarakat.
SL berpendapat bahwa sebaiknya penyelenggaraan pendidikan
didaerah disesuaikan dengan daerah masing-masing, contohnya
diberikan pelajaran muatan lokal yang lebih banyak, untuk daerah
pertanian ada pelajaran bertanam, memaksimalkan hasil pertanian,
pertanian modern dan lainnya. Pendidikan didaerah pertanian
menggunakan pendekatan pertanian, menggunakan kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan tiap wilayah dengan pendekatan pendidikan
lingkungan.
“Kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, kalaudidaerah pertanian ya yang sesuai untuk petani, yang dipantaiyang sesuai untuk nelayan. Sistem pembelajarannyaberwawasan lingkungan, sesuai dengan kebutuhan lingkungan,menerapkan dan memberdayakan potensi yang adadilingkungan. Misalnya: pada sekolah perikanan ada materitentang nelayan, diajak ke TPI untuk mempelajarinya, hinggaanak-anak bisa menghayati langsung daripada melihat slide.Petani misalnya diberikan kelas pelatihan kesawah,menganalisa struktur sawah, dll. Membangun sekolah-sekolahberwawasan lingkungan untuk mengembalikan karakterlingkungan. Karakter akhlak manusia maupun karakterlingkungan, bahwa di Sikayu lingkungkan karakternya adalahpenderes/membuat gula aren. Jika pemerintah mengupayakansekolah yang sesuai dengan lingkungan, disini banyak usahagula aren rumahan jangan sampai diklaim oleh pengusaha. Nahdari hal tersebut bagaimana pemerintah membuat sekolahkejuruan yang berkompeten dan sesuai karakter atau wataklingkungan.”(SL, 24/09/2014)
Masyarakat Desa Sikayu termasuk masyarakat yang religius
sekaligus memiliki komposisi perbedaan agama yang cukup lengkap,
usaha pemerintah untuk memberikan pendidikan agama bagi
112
masyarakat muslim tercermin dalam kebijakan pendidikan TPA masuk
sekolah. TPA masuk sekolah adalah program pemerintah kerjasama
dengan masyarakat dengan tujuan meningkatkan sifat religious sejak
dini. Kurikulum TPA dibuat oleh sekolah dan masyarakat, staff
pengajar berasal dari masyarakat, untuk pemenuhan dana berasal dari
masyarakat dan sekolah. Berikut pernyataan SR:
“TPA masuk sekolah adalah program dari pemerintah untukmeningkatkan nilai religious siswa sejak dini, kegiatan initerdiri dari kepala TPA dan guru dari masyarakat, kurikulumdibuat bersama antara kepala sekolah dan masyarakat,keuangannya dari 2 dimensi (BOS: ekstrakulikuler pendidikanagama, dari infaq santri). Siswa atau santri peserta TPA darisiswa sekolah itu sendiri, dengan target kelas 5 bisa lulus Al-Qur’an. Alasannya, bawa anak-anak TPA baik yang dikelolamasyarakat ataupun sekolah hakekatnya adalah anak sekolah.Dengan cara seperti ini anak lebih tertib untuk mengikutikegiatan ekstra keagamaan.”(SL, 24/09/2014)
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pemerintah telah berupaya mencerdaskan masyarakat dengan
menciptakan kebijakan pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan
masyarakat. Kebijakan pendidikan tersebut meliputi:
1) Mencanangkan program Pendidikan Menengah Universal (PMU)
dengan tujuan membantu menyekolahkan siswa tidak mampu,
program ini diperuntukkan bagi lulusan SMP.
2) Mendirikan sekolah kejuruan pertanian, perikanan, pembangunan,
otomotif dan mesin.
3) Menyelenggarakan program TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an)
masuk sekolah.
113
4) Bekerjasama dengan pemerintah desa dan sekolah melaksanakan
program penjaringan/pendataan siswa sekolah.
5) Melibatkan masyrakat/orangtua siswa dalam musyawarah sekolah.
6) Pemerintah menjadi fasiliator antara sekolah dan perusahaan dalam
menyelenggarakan job fair. Mensyaratkan pendidikan minimal
SMA-sederajat dalam job fair.
Pemerintah telah bersungguh-sungguh menyelenggarakan
pendidikan bagi masyarakat, merancang sebuah kebijakan yang sesuai
bagi masyarakat petani, akan tetapi masyarakat mengalami perubahan
aspirasi. Aspirasi ini berubah tatkala pemerintah daerah memberikan
pendidikan pertanian namun masyarakat kurang berminat, masyarakat
lebih memilih sekolah otomotif dan mesin karena dinilai lebih cepat
mendapatkan pekerjaan. Hal ini menunjukkan masyarakat belum
sepenuhnya mempercayai program pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah.
Berdasarkan keterangan yang telah dipaparkan diatas,
masyarakat Desa Sikayu belum sepenuhnya memahami arti
pendidikan. Mereka memahami pendidikan dan sekolah adalah sama
dan pendidikan hanya berlangsung pada lingkungan sekolah, dengan
pemahaman pendidikan yang rendah maka aspirasi dan kesadaran
masyarakat Desa Sikayu terhadap pendidikan juga minim. Kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap pendidikan membuat sebagian besar
masyarakat berpendidikan rendah (sekolah dasar), dengan pendidikan
114
yang rendah tentu saja masyarakat memperoleh pekerjaan seadanya.
Pekerjaan yang seadanya tentu akan menghasilkan perekonomian yang
rendah, dengan demikian bermula dari kurangnya aspirasi masyarakat
terhadap pendidikan menimbulkan rasa tidak percaya masyarakat
terhadap pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk
mensejahterakan masyarakat namun masyarakat belum sepenuhnya
menyadari dan mempercayai hal tersebut karena pendidikan dinilai
belum mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat melalui lulusan
sekolah. Masyarakat menilai bahwa kenyataannya masyarakat dengan
pendidikan tinggi belum tentu sukses seperti masyarakat dengan
pendidikan rendah. Berawal dari rasa tidak percaya masyarakat
terhadap program pendidikan, maka terlahirlah aspirasi dari
masyarakat untuk memperjuangkan pendidikan sesuai dengan
karakteristik masyarakat pertanian. Berdasarkan aspirasi dari
masyarakat diharapkan dapat menemukan kebijakan pendidikan yang
benar-benar sesuai dan mampu mengembangkan kemampuan dari
masyarakat petani.
2. Program Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
Menurut jenisnya pendidikan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal.
Ketiga pendidikan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.
Pendidikan formal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan
yang merujuk pada pendidikan sistem persekolahan. Pendidikan sistem
115
persekolahan ini merupakan jenis pendidikan yang sudah terstandar secara
legal-formal, baik dalam hal jenjang-jenjangnya, lama proses belajarnya,
paket kurikulumnya, persyaratan unsur-unsur pengelolaanya, dan
ketetapan lainnya. Pendidikan non formal merupakan program jangka
pendek, lebih luwes dan fleksibel. Setiap program pendidikan
merupakanspesifikasi dari kebutuhan yang sangat dirasakan keperluannya.
Pemerintah menginstruksikan kuwajiban setiap warga negara untuk
mengenyam pendidikan berdasarkan standar minimal yang telah
ditentukan oleh pemerintah, dimula dari pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi. Peraturan mengenai wajib belajar telah tertuang pada
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Undang-Undang tersebut membahas mengenai
berbagai program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah untuk
mencerdaskan manusia Indonesia.
Pemahaman pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan yang masih rendah bukan berarti bahwa masyarakat
tidak tertarik dengan dunia pendidikan. Masyarakat kota yang pada
dasarnya sudah memperoleh pencerahan akan senantiasa percaya terhadap
pemerintah dan pendidikan sebagai sarana untuk mencapai sebuah
kemajuan. Berbeda dengan masyarakat desa yang jauh dari pusat
pemerintahan dan pola pikir yang masih konservatif membuat masyarakat
desa tidak percaya sepenuhnya kepada pemerintah dan pendidikan, mereka
cenderung melakukan hal yang secara jelas bisa mendatangkan
116
keuntungan, misalnya dengan cara langsung bekerja. Sikap masyarakat
tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum sepenuhnya percaya
kepada pemerintah untuk membantu memajukan kesejahteraan masyarakat
melalui pendidikan.
Ada banyak tanggapan dari masyarakat desa Sikayu terhadap
program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, TP menyampaikan
bahwa program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah sudah baik
apabila pelaksanaan program tersebut sesuai yang pada instruksi yang
telah ditetapkan (kebijakan pendidikan). Ada beberapa hal yang disesali
oleh TP terkait dengan jumlah sekolah didaerah desa masih rendah.
Berdasarkan tanggapan yang diutarakan oleh TP terdapat rasa pasrah
bahwa jika masyarakat ingin menyampaikan pendapat kepada pemerintah
tidak akan didengar. Berikut adalah ungkapan TP:
“Program pendidikan yang turun dari pemerintah itu pasti sudahter-plot dan terencana, kalau kita mau usul bagaimanapun itu sudahhaknya dari pemerintah. Program sudah terencana dan itu hasil daripendapat terbaik orang sana, jadi ya program yang dihasilkan pastibaik tergantung dari pelaksanaannya. Kalau yang di desa sinisekolahnya masih kurang dan untuk SMA/SMK/MA jauhsemua.”(TP, 24/04/2014)
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh RD, bahwa program
program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah sudah sesuai.
RD juga mengungkapkan walaupun program pendidikan sudah bagus akan
tetapi kesadaran pendidikan masyarakat masih minim terutama untuk
mulai menyekolahkan anaknya mulai dari sekolah PAUD.
“Program pemerintah sebenarnya sudah bagus, namun kadang-kadang dari masyarakat itu sendiri yang kurang menyadari
117
pentingya pendidikan non-formal (PAUD) seperti yang diselenggarakan oleh kami”(RD, 22/04/2014)
RJ selaku salah satu tokoh pemuda berpendapat hal yang sama
bahwa program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah sudah bagus,
karena secara halus masyarakat dipaksa untuk menuntut ilmu, seperti pada
program wajib belajar Sembilan tahun.
“Misalnya seperti program wajib belajar menurut saya itu sudahbagus lah ya, karena secara halus memaksa masyarakat untukmendapatkan pendidikan, dan untuk masyarakat sekitar sinikesadaran sekolah sudah lumayan meningkat daripada masa 10tahun yang lalu. Apa lagi dengan adanya program bantuan yangbervariasi macamnya itu cukup membantu masyarakat yangmembutuhkan. Yang jelas bantuan yang melalui sekolah itu cukupmembantu orangtua dalam membiayai sekolah. Kalau untukprogram pendidikan sih sudah pas, karena program pendidikanapapun jika diterapkan akan membawa dampak perubahan bagimasyarakatnya”(RJ, Selasa 22/4/2014)
Program bantuan dan beasiswa untuk siswa miskin juga diakui RJ
memiliki dampak terhadap partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan
anaknya. Pada dasarnya semua program pendidikan memiliki dampak baik
bagi masyarakat apabila diterapkan pada masyarakat secara benar.
Pemerintah telah menjalankan kuwajibannya dan bersungguh-sungguh
dalam memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat sesuai yang
tercantum dalam Undang-Undang dan Sisdiknas, namun program
pendidikan yang diselenggarakan pemerintah pusat belum tentu lebih baik
jika dibandingkan dengan program pendidikan yang diselenggarakan oleh
swasta. Berikut pendapat SL selaku Kepala UPTD Dikpora Kecamatan
Buayan:
118
“Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan sesuai denganyang tercantum dalam undang-undang. Selama ini pemerintahsudah bersungguh-sungguh dan beriktikat meningkatkan mutupendidikan, sehingga ditegakkan dalam delapan standarpendidikan. Delapan standar pendidikan tersebut semuanyadibiayai APBN, brarti pemerintah sudah sungguh-sunnguh. Namundengan adanya perkembangan IPTEK dan pasar bebas sangatmempengaruhi mental Indonesia sehingga pendidikan Indonesiahampir kehilangan jati diri maka pemerintah mengupayakannyamelalui pendidikan melalui pendidikan karakter, berkompeten danberbudaya. Akan tetapi pendidikan yang diselenggarakanpemerintah selama ini belum tentu lebih bagus daripada yangdiselenggarakan oleh swasta.(SL, 24/09/2014)
Pendapat tersebut juga didukung oleh SR selaku Kabid Dikmen
Dikpora Kabupaten Kebumen, beliau menyampaikan bahwa pemerintah
setapak demi setapak meningkatkan pelayanan pendidikan menuju yang
lebih baik, akan tetapi untuk merubah pandangan masyarakat terhadap
pendidikan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sehingga upaya
pemerintah untuk menarik perhatian masyarakat terhadap pendidikan terus
dilakukan.
“Setapak demi setapak memang pasti ada kenaikan, tapi kaitannyauntuk merubah pandangan masyarakat terhadap pendidikanmemang belum menunjukkan hasil. Akan tetapi kita selalumengupayakannya, nanti mereka akan sangat tertarik manakalaanak-anak lulusan SMA itu memiliki masa depan yangbaik.Semakin pemerintah perhatian dengan lulusan-lulusan itumaka tingkat kepercayaan masyarakat akan semakin baik terhadappendidikan.(SR, 29/09/2014)
Demikian pula TS menyampaikan hal senada dengan SL bahwa
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah bisa dikatakan sesaui
dengan masyarakat petani namun disisi lain juga belum sesuai. Disamping
itu perhatian pemerintah terhadap pendidikan formal cukup bagus hingga
bantuan dana dapat digunakan untuk maemaksimalkan sarana dan
119
prasarana pendidikan. Sekolah hingga mencapai perguruan tinggi juga
bukan lagi barang mewah bagi masyarakat desa, hal tersebut juga tak lepas
dari peran pemerintah.
“Sesuai sih belum tapi sudah cukup sesuai. Jaman sekarangsekolah tinggi bukan hanya orang kaya tapi anak desa juga bisa.Untuk pendidikan formal dan wajib belajar disini sudah ada danberjalan, dan perhatian pemerintah cukup bagus. dari tahun 2009sampai sekarang bantuan dari pemerintah juga banyak. Fasilitaspendidikan nonformal juga sudah berkembang, ada KB, PAUD,pos paud, TPA, dan perhatiannya cukup bagus.”(TS, 24/09/2014)
Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
menilai program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
merupakan program yang sesuai dengan masyarakat, namun dalam segi
pelaksanaannya terkadang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Adanya program pendidikan seperti wajib belajar secara tidak langsung
memaksa masyarakat untuk melek pendidikan, namun minat masyarakat
sering menemui berbagai macam hambatan, masyarakat mengharapkan
pemerintah mendistribusikan bantuan pendidikan hingga kepelosok desa.
Walaupun program pemerintah sudah dikatakan bagus oleh masyarakat
namun dalam berbagai aspek tertentu pendidikan yang diselenggarakan
oleh swasta dinilai lebih baik, misalnya dari segi pelayanan.
Melalui serangkaian pendidikan baik pendidikan formal maupun
pendidikan nonformal, pada akhirnya seorang manusia akan
memberdayakan atau memanfaatkan ilmu pengetahuannya untuk
menghasilkan produk berupa barang maupun jasa. Tingkat pendidikan
seorang individu dapat mempengaruhi hasil dari pemberdayaan tersebut.
120
Seseorang yang berpendidikan rendah dalam memberdayakan dirinya akan
mendapatkan hasil yang rendah pula, begitu pula sebaliknya jika seseorang
mempunyai latar belakang pendidikan tinggi dalam memberdayakan
dirinya akan memperoleh hasil yang setara, dengan demikian pendidikan
dan pemberdayaan mempunyai hubungan yang erat.
Pendidikan merupakan unsur yang mencakup semua aspek
pembangunan dan memiliki banyak keterkaitan degan kegiatan ekonomi.
Pendidikan yang baik terdiri atas peningkatan kemampuan dasar dan riset,
dengan demikian pendidikan memiliki pandangan yang luas bagi
perkembangan masyarakat. Adanya sekolah umum berguna untuk
mencapai tujuan pembangunan seperti keterampilan fisik. Investasi pada
bidang pendidikan diseimbangkan dengan dengan investasi bidang lain
sehingga peserta dapat terlibat dalam tugas produksi dan pertumbuhan
ekonomi. Kesamaan hak dan keadilan pendidikan dan pembangunan
ekonomi nasional secara konsisten, misalnya dengan memperbanyak
peluang pendidikan didaerah pedesaan. Dengan demikian pemberian
pendidikan yang seimbang pada kawasan marginal sangat membantu
pertumbuhan ekonomi dan pendidikan.
Melalui pendidikan nonformal masyarakat diberikan hak untuk
mengelola sumber daya dalam rangka melaksanakan pembangunan, baik
pengelolaan yang dilakukan secara inisiatif mandiri maupun kerjasama
dengan pemerintah. Beberapa pemaparan wawancara dibawah ini akan
disampaikan pemanfaatan pendidikan nonformal yang telah dilakukan
121
masyarakat Desa Sikayu dalam memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan bantuan pemerintah maupun melaui usaha sendiri. PKK
merupakan organisasi yang terdekat dengan masyarakat, PKK juga
didaulat untuk memberdayakan masyarakat terutama kaum ibu. Kerjasama
PKK dengan pemerintah desa diaplikasikan pada program kerja guna
memudahkan jalannya kegiatan. PKK sebagai salah satu lembaga
pendidikan dimasyarakat Desa Sikayu telah melakukan pelatihan menjahit,
pelatihan membuat aksesoris dari akrilik dan pelatihan pembuatan pupuk
organik guna memberdayakan potensi masyarakat. Berikut kutipan
wawancara RD (gambar produk aksesoris dan rincian kegiatan terdapat
dilampiran):
“Sejauh ini kita sudah menyelanggarakan pelatihan pelatihanarklirik, pelatihan menjahit, itu sebagai pendidikan bagimasyarakat terutama ibu-ibu. Masyarakatkita berikan pelatihan,dari pelatihan itu diharapkan masyarakatjadi memilikiketerampilan untuk bisa dimanfaatkan. Kita sudah pernahmelakukan dua kali pelatihan disini, menjahit dan akrilik. Pelatihanakrilik tersebut meliputi pembuatan bros, kalung, dan kerajinanyang berasal dari manik-manik, bahannya semi plastik dan kaca.Pelatihan ini bersifat luas tidak hanya ibu-ibu PKK tapi remaja-remaja dan calon ibu juga banyak yang ikut. Kalau untuk pelatihanlaki-laki membuat pupuk organik.”(RD, 22/04/2014)
Pendidikan nonformal diharapkan dapat menggali potensi
masyarakat diluar kegiatan pertanian, kegiatan pemberdayaan juga
disesuaikan dengan tingkatan usia masyarakat. Menjahit dan akrilik
ditujukan bagi perempuan, sedangkan pembuatan pupuk kompos ditujukan
bagi laki-laki. Program pendidikan nonformal bagi pemuda diserahkan
kepada organisasi pemuda yang ada didesa, kegiatan tersebut sangat
122
beragam mulai dari kegiata olahraga, keagamaan, pendidikan hingga
bisnis. RJ mengungkapkan dengan adanya organisasi pemuda Kopek
Community Club (KCC) dapat memberdayakan pemuda yang ada didesa
dengan berbagai macam kegiatan kampung.
“Visi dan Misi KCC (Kopek Community Club) organisasi kecilyang berkembang dan bisa diterima oleh masyarakat, untukmelengkapi kegiatan pemuda yang berupa olah raga, keagamaan,dan menyikapi globalisasi seperti perkembangan IPTEK agar tidakgagap teknologi. Ilmu walaupun sedikit akan kita bagikan untukteman-teman KCC. Program khusus, yang nyata sudah dijalankandi masyarakat ada program sosial, program keagamaan. Bentukkegiatan sosial contohnya jika ada layatan kita selaku pemuda akanbergerak membantu tidak usah mawea (diperintah) dikomando,hajatan nikahan langsung bergerak membantu, dan penggalangandana orang sakit. Program lainnya dulu sempat ada perpustakaan,dengan cara kita mengumpulkan buku bekas, tujuannya untukmembangkitkan minat baca bagi pemuda. Perpustakaan KCCsempat berjalan beberapa tahun tapi pada akhirnya ada banyakbuku yang dijual karena tidak ada yang membaca danperpustakaannya lama kelamaan penuh dengan barang-barang lan.Terdapat tiga kegiatan yang tergabung dalam Koperasi BersamaPemuda sedang berjalan dalam organisasi ini, yaitu KKC Cell,tagihan listrik masyarakat, dan cuci motor KCC. Tujuan darikegiatan tersbut adalah membina pemuda dan mendapatkankeuntungan agar jiwa usaha pemuda tumbuh.”(RJ, 22/04/2014)
Pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh ibu PKK telah
menginspirasi beberapa warga untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. RD mengungkapkan pelatihan menjahit telah berhasil
menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, terdapat satu industri
rumahan yang memproduksi pakaian. Selain menjahit, hasil dari pelatihan
akrilik mampu mengirimkan produk hingga ke Yogyakarta dan Magelang
namun masih dalam jumlah terbatas, tetapi untuk pelatihan pupuk kompos
belum dilakukan oleh masyarakat.
123
“Untuk pelatihan menjahit sudah termanfaatkan, itu ada di tempatIbu Sumi, hasil pembuatan produk dari akrilik juga sebagian adayang dikirim sampai ke Yogyakarta dan Magelang, tapi itumemang karena ada kerabat saya yang disana. Kita melayaniberdasarkan permintaan, kalau disana sudah habis kita akanmengirim.”(RD, 22/04/2014)
Selain ibu PKK dan pemuda yang berjuang untuk memberdayakan
masyarakat, pemerintah senantiasa selalu memberikan dukungan dengan
memberikan dana untuk program pelatihan kepada masyarakat. Beberapa
contoh pelatihan yang diselenggrakan oeh perintah adalah pelatihan akrilik
dari PNPM-MP tahun 2012. Kegiatan ini merupakan program nasional
untuk memberdayakan masyarakat mandiri pedesaan. Pelatihan yang
pertama adalah pelatihan membuat anting, tempat tisu, gantungan kunci,
bross, gelang dan kalung yang semua bahannya menggunakan arklirik.
Kegiatan ini diketuai oleh kepala desa dibantu ketua LKMD dan TPK.
Pelatihan berikutnya adalah pelatihan Adhikarya Pangan Nusantara,
kegiatan tersebut berupa: (a) Pengembangan dan pemanfaatan pekarangan,
(b) Pengembangan pangan lokal, (c) Peningkatan usaha dan perbaikan gizi
keluarga dan kesehatan, (d) Pengembangan promosi dan pemasaran
produk kelompok, (e) Pengembangan modal kelompok, (f) Pengembangan
SDM kelompok. Pelatihan pengolahan pangan ini bertujuan agar
masyarakat mampu mengolah hasil bumi lebih bervariasi.
Selain program nonformal yang bertujuan untuk pemberdayaan
yang diselenggarakan pemerintah, masyarakat Desa Sikayu telah berusaha
mengembangkan produk yang berasal dari hasil bumi. Desa Sikayu
memiliki hasil pertanian bermacam-macam, penduduk sering mengolah
124
ketela pohon menjadi berbagai macam makanan seperti kerupuk singkong,
rengginang, manggleng, lanting dan oyek/tiwul. Hasil bumi lainnya
misalnya ubi talas juga dapat diolah menjadi kerupuk. Namun pengolahan
bahan makanan tersebut masih sangat terbatas karena minimnya teknologi
dan pengetahuan bahan pangan, sehingga produk yang dihasilkan
cenderung monoton. Banyaknya masyarakat yang membuat hal serupa
menimbulkan harga produk menjadi rendah dan pemasaran produk yang
sedikit sulit. Kondisi masyarakat yang cenderung selalu mengikuti trend
juga membuat pengembangan variasi produk menjadi sedikit terkendala.
Melihat produk hasil olahan masyarakat jika ditangani dengan
langkah yang tepat akan menghasilkan industri rumahan yang memiliki
daya saing dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat Desa
Sikayu. Maka pemeritah desa melalui program PKK merancang program
kerja yang tercantum dalam program pemberdayaan desa. Program
tersebut tercantum dalam pokja 1, 2 dan 3. Pokja 1 merupakan program
kerja yang menyangkut penghayatan dan pengamalan pancasila dan
gotong royong. Pokja 2 merupakan program kerja yang behubungan
dengan pendidikan dan keterampilan, dan pengembangan kehidupan
berkoperasi. Kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang usaha dan
meningkatkan pendapatan. Pokja 3 merupakan program kerja
pengembangan pangan, sandang, perumahan dan tata laksana
rumahtangga.
125
SL berpendapat bahwa pelatihan diselenggarakan berdasarkan
kemampuan yang ada dilingkungan masyarakat, misalnya pelatihan untuk
mengembangkan usaha gula aren agar semakin berkualitas dan dapat
dijual hingga luar daerah. Desa Sikayu memiliki potensi industri gula aren
karena terdapat banyak pohon kelapa, namun pemerintah belum
sepenuhnya menaruh perhatian terhadap potensi tersebut. Pada masa yang
akan datang dikhawatirkan jika kesempatan ini diambil oleh pengusaha
sehingga masyarakat tidak mempunai kesempatan untuk berkembang.
Pendidikan nonformal pada masyarakat Desa Sikayu diarahkan pada
pendidikan entrepreneur dengan cara memaksimalkan hasil olahan
tanaman pangan lokal disekitar lingkungan.
“Jika pemerintah mengupayakan sekolah atau pelatihan yangsesuai dengan lingkungan akan lebih baik, karena disini banyakusaha gula aren rumahan. Jangan sampai kesempatan ini diklaimoleh pengusaha.(SL, 24/09/2014)
Hampir setiap rumah di Desa Sikayu memiliki empang untuk
memelihara ikan, hal tersebut dapat mendatangkan keuntungan dengan
mengolah ikan tersebut menjadi berbagaimacam hasil olahan. Yang
dibutuhkan adalah pelatihan, pemerintah sebagai fasilitator untuk
mendukung kemajuan masyarakat Desa Sikayu khususnya, karena selama
ini masyarakat hanya sekedar memlihara dan mengkonsumsinya, sangat
disayangkan jika dibiarkan begitu saja. Pendapatan ekonomi yang semakin
meningkat tentu akan membuat orantua mempunya ruang yang lebih untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, dan anak tidak perlu
khawatir dengan perekonomian orangtua. Berikut pernyataan SL:
126
“Hampir semua rumah yang ada didesa Sikayu memilikiempang/kolam ikan, jika pemerintah desa terutama jeli dalammelihat peluang hal ini akan menjadi usaha yang bisameningkatkan perekonomian masyarakat. Meningkatnya ekonomitentu berdampak pada pendidikan juga.”(SL, 24/09/2014)
Pendidikan nonformal tidak berhenti pada pengolahan bahan
pangan namun meliputi pembudidayaan hewan ternak seperti ikan air
tawar dan kambing. Didesa Sikayu hampir setiap rumah memelihara
kambing dan memiliki empang, bagi orangtua yang menyekolahkan anak,
hewan ternak dapat menjadi penolong ketika kesulitan biaya, namun tidak
banyak orantua yang merelakan menjual ternaknya untuk biaya sekolah.
Selain pemberdayaan bahan pangan, kesenian yang ada di Desa Sikayu
juga dapat diberdayakan. Desa Sikayu memiliki beberapa kelompok
penggiat seni kuda lumping dan ketoprak, kesenian tersebut biasanya
mengadakan pentas ketika diundang dalam acara hajatan pernikaan
maupun sunatan. Tidak jarang pula para penggiat seni diundang oleh
sekolah untuk mengajarkan kesenian pada siswa sekolah, nantinya siswa
tersebut juga tampil dalam acara hajatan sebagai penari kuda lumping
kecil. Sesuai dengan pendapat SL saat ditemui dalam kesempatan
wawancara, beliau menyampaikan:
“Didesa Sikayu banyak pelaku seni, mereka juga sering diundanguntuk mengajari siswa tentang keseian kuda lumping secralangsung.”(SL, 24/09/2014)
Pendidikan nonformal yang sedang digiatkan oleh pemerintah desa
dan pemerintah daerah bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan daya
saing masyarakat. Desa Sikayu memiliki banyak sekali potensi yang layak
127
untuk dikembangkan, baik itu berupa kekayaan alam maupun
kebudayaannya. Masalah yang sering menghambat kegiatan pendidikan
nonformal justru juga datang dari masyarakat sendiri, karena menurut SL
hambatan tesebut berkaitan dengan mental masyarakat yang masih
bergantung pada bantuan pemerintah. Faktor tersebut merupakan
hambatan terbesar, rasa percaya diri masyarakat tergolong minim dan
diliputi rasa takut gagal terhadap usaha yang dilakukan sehingga
menghambat perkembangan pengetahuan.
“Mental masyarakat petani Sikayu inginnya masih dibantu,sehingga tatkala ada tawaran bantuan semua mengaku miskin.Mental keterampilan, enggan untuk diajak berlatih, mereka mauuntuk diajak maju setelah dilatih namun semangatnya sangat kecil,misalnya jika melihat usaha temannya gagal maka tidak akan yangberani mencoba usaha bidang tersebut tetapi jika usaha satutemannya berhasil maka semua akan ikut mencoba sehingga akandihasilkan produk yang sama dengan jumlah banyak, dan haltersebut mengakibatkan harga jual rendah. Dengan cara seperti inijika tidak laku satu maka tidak laku semua dan akhirnyabubar.”(SL, 24/09/2014)
Berdasarkan paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan nonformal masyarakat Desa Sikayu terbagi atas dua macam,
yaitu pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
pendidikan nonformal yang diusahakan masyarakat secara individu.
Pendidikan nonformal tersebut adalah pemberdayaan enterpreneur untuk
membentuk masyarakat yang maju dalam bidang ekonomi. Kegiatan
pendidikan nonformal masyarakat secara individu tersebut merupakan
kegiatan mengolah hasil panen menjadi produk olahan, contohnya ubi
kayu diolah menjadi kerupuk tepung ketela, oyek, lanting, dan rengginang.
128
Pendidikan nonformal kesenian dapat berupa pembelajaran kesenian tari
kuda lumping dan ketoprak yang dikembangkan melalui sekolah dan
kelompok kesenian. Kegiatan pemberdayaan oleh pemerintah dititipkan
melalui program kegiatan desa, kegiatan tersebut berupa pelatihan
pembuatan aksesoris seperti bross, kotak tisu, tas, kalung, dll yang
berbahan dasar arklirik. Selain itu pelatihan pengolahan pangan berbahan
dasar lokal dan pelatihan pembuatan pupuk kompos. Namun dalam
mengembangkan produk dan industri rumahan masih terkendala karena
masyarakat kurang memiliki kepercayaan diri dan takut gagal. Dilihat dari
sumberdaya yang ada sebenarnya Desa Sikayu memiliki banyak potensi
yang bagus untuk dikembangkan.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan
a. Faktor Penghambat Pendidikan
Pendidikan dimulai dari jenjang prasekolah menuju pendidikan
dasar, dilanjutkan pendidikan menengah dan yang terakhir adalah
pendidikan tinggi. Keempatnya merupakan serangkaian bagai rantai
makanan yang berkesinambungan, tiap jenjang memberikan peran dan
fungsi yang berbeda-beda dan saling berkaitan. Selesainya sebuah
pendidikan merupakan tanggung jawab dan dukungan dari berbagai
pihak, baik itu pemerintah, masyarakat, lembaga pendidikan dan yang
paling penting adalah orangtua.
Usaha penyelenggaraan pendidikan oleh orangtua bagi anak
maupun pihak pemerintah bagi masyarakat tidak selamanya berjalan
129
lancar. Faktor penghambat dan faktor pendukung tersebut dapat
berasal dari berbagai aspek baik internal, eksternal maupun teknis
pelaksanaannya, melalui beberapa uraian dibawah akan dibahas
kendala yang berasal dari internal dan eksternal. Salah satu hambatan
yang dialami oleh orangtua dalam menyekolahkan anak adalah faktor
ekonomi, berikut pendapat SD:
“La riyin niku mbak ken nerusaken mboten purun sanjangemelas aring ramane, nggolet e ndak binggung sing di nggonyawuk, ning aring kayu apa bae dadi ya sanjange melas aringramane.”(SD, 22/04/2014)
“Dulu saya menyuruh anak saya untuk meneruskan sekolahtapi anak saya tidak mau, anak saya bilang kalau kasihankepada bapaknya. Anak saya bilang kalau kasihan kepada sayadimana lagi akan cari uang, entah itu pekerjaan saya yangditukang kayu atau bertani, jadi anak saya tidak meneruskansekolah karena kasihan dengan bapaknya.”(SD, 22/04/2014)
Bedasarkan keterangan dari SD selain faktor ekonomi yang
menjadi hambatan juga perasaan kasihan anak mengurungkan niat
anak untuk melanjutkan sekolah. Pendapat lain disampikan juga oleh
MR:
“Dugi SMP sampun tamat (lulus) diprentah nerusna mbotenpurun milih kerjo, kancane sami kerjo niku tumut, kepinginniku sanjange.Sanjange kepingin golet duit dewek men ajangrepoti.”(MR, 22/04/2014)
“Anak saya sekolah sampai SMP, sekarang sudah lulus, sayaminta anak saya meneruskan sekolah tapi tidak mau dia lebihmemilih untuk bekerja, karena teman-temannya juga bekerjajadi anak saya kepingin. Anak saya bilang kalau mau cari uangsendiri agar tidak merepotkan”(MR, 22/04/2014)
MR menyampaikan bahwa rasa kasihan (memberatkan
orangtua) juga membuat anaknya segan untuk melanjutkan sekolah,
130
rasa segan tersebut muncul akibat keadaan ekonomi keluarga yang
minim, sehingga anaknya lebih memilih merantau seperti kebanyakan
temannya. Pendapat tersebut juga didukng oleh RD:
“Hambatan yang pasti adalah dari segi ekonomi.”(RD, 22/04/2014)
Keterbatasan ekonomi tidak lantas membuat SK surut untuk
menyekolahkan anaknya, berbekal semangat anak yang ingin
melanjutkan sekolah lagi SK mengupayakan berbagai macam cara
untuk tetap menyekolahkan anaknya karena SK ingin mewujudkan
keinginan anaknya untuk sekolah lagi, begitu pula dengan RD.
“Kangge wong desa terutama petani ya mbak sing kerjanemboten pasti, susahe ya bab ekonomi. Kepriye maning nu wispanjaluke anake garep sekolah maning ya tek usahana apa baelah sing pasti halal lan ana duwite.”(SK, 22/04/2014)
“Bagi orang desa yang hanya bertani, pekerjaannya tidakmenentu, halangan yang jelas ada dibagian ekonomi. Tetapimau bagaimana lagi jika sudah menjadi permintaan anak inginsekolah lagi maka saya akan mengusahakan apa saja yang pastihalal dan bisa menghasilkan uang.”(SK, 22/04/2014)
Berdasarkan beberapa paparan diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor ekonomi dan rasa kasihan anak terhadap orangtua menjadi salah
satu faktor penghambat pendidikan. Beasiswa BOS dan PMU memang
sudah diterapkan tetapi orangta masi mengalami kesulitan karena letak
sekolah yang jauh membuat orangtua harus mengeluarkan biaya yang
lebih besar walaupun sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Dua hal tersebut sangat berkaitan, ketika keluarga dengan keadaan
ekonomi yang lemah menyekolahkan anaknya maka akan timbul rasa
131
kasihan yang dirasakan anak kepada orangtua sehingga kemungkinan
kecil anak akan melanjutkan sekolah pada saat kelulusan. Tidak sedikit
masyarakat desa Sikayu yang pergi merantau namun pemikiran mereka
mengenai pendidikan belum mengalami kemajuan, sehingga kesadaran
pendidikan masih saja rendah. Berikut penuturan SR:
“Untuk dearah yang tergolong pinggiran seperti pegunungankadang-kadang masih cukup rendah walaupun mereka banyakyang bekerja di Jakarta tapi banyak yang bekerja informal tidakdiperusahaan, cenderung berdagang dengan modal pendidikanyang minim, missal SMP. Memang untuk daerah tertentu yamasih rendah.”(SR, 29/09/2014)
Keterbatasan ekonomi juga diakui TS sebagai faktor
penghambat menyekolahkan anak, selain itu jarak juga menjadi
masalah karena TS tidak bisa memantau anak secara langsung
walaupun sudah ada alat komunikasi, berikut tanggapan yang
diungkapkan oleh TS:
“Ada, faktor utama pasti dana, yang kedua adalah jarak yangjauh hingga tidak bisa mengawasi anak secara langsung,walaupun sekarang jaman canggih tapi selalu was-was.Semangat anak belum pernah menjadi hambatan. Jika anakmasih mau ya silahkan saja, yang jelas dana karena penghasilandidesa pasti sedikit.”(TS, 24/09/2014)
Selain ekonomi terdapat faktor lain yaitu kurangnya
motivasi/minat orangtua dan anak untuk melanjutkan sekolah.
Berdasarkan keterangan dari TP terdapat dua kondisi, yang pertama
jika anak masih ingin melanjutkan sekolah tetapi orangtua tidak
memberikan ijin, yang kedua jika orangtua memberi anak kesempatan
untuk sekolah lagi tetapi anak sudah tidak mau melanjutkan dengan
132
alasan memberatkan orangtua. Dari kondisi pertama diketahui bahwa
orangtua belum berpikiran maju dan melibatkan anak dalam kegiatan
ekonomi. Orangtua berpendapat ketika anak sekolah lagi maka akan
membutuhkan biaya lagi, dari waktu yang digunakan anak untuk
sekolah jika anak bekerja maka anak akan mendapatkan uang untuk
membantu perekonomian. Terjadi hal berbeda ketika anak melanjutkan
sekolah, dari waktu yang dipergunakan sekolah tersebut seharusnya
anak sudah bisa mencari uang. Selain itu motivasi anak untuk
menuntut ilmu terbilang masih rendah padahal ia berasal dari keluarga
yang berkecukupan, orangtua juga tidak memberi motivasi kepada
anak karena orangtua cenderung menuruti apa yang sudah menjadi
keputusan anak.
“Permasalahan yang umum terjadi didesa Sikayu ini ketika adaorangtua yang mampu menyekolahkan anak dan anaknya jugamau tapi orangtua tidak mau menyekolahkan, lebih baik anaksekolah sampai SMP dan pergi merantau nanti uang yangterkumpul bisa untuk membeli sawah. Hal demikian sangatdisayangkan, misalnya anak tersebut tergolong siswa yangpandai. Begitu pula sebaliknya, orangtua masih maumenyekolahkan anak tetapi anak sudah enggan sekolah danmemilih untuk bekerja, karena keputusan tidak sekolah itujuga merupakan pengaruh dari teman-temannya yang jugasudah tidak mau melanjutkan sekolah. Sebagian anak yangsekolah sampai perguruan tinggi karena mereka memaksaorangtuanya, orangtua dan anak saling berusaha”(TP, 24/04/2014)
Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari peran dan dukungan
dari anak dan orangtua, hendaknya ada usaha saling menyemangati
diantara keduanya. Jika salah satu pihak tidak memiliki motivasi maka
hal tersebut menjadi kendala pemerintah dalam meningkatkan aspirasi
133
masyarakat terhadap pendidikan. Berdasarkan keterangan dari MR
diketahui bahwa jika anak sudah tidak mau melanjutkan sekolah maka
orangtua tidak akan memaksakannya, orangtua selalu mendukung apa
yang menjadi keptusan anak. Sekolah akan menjadi sia-sia ketika
orangtua tetap memaksakan namun anak sudah tidak berminat. MR
mendukung keputusan tersebut karena berpendapat bahwa sekolah itu
susah dan harus mengeluarkan dana yang banyak, tetapi jika mendapat
subsidi pendidikan ada kemungkinan MR mendukung, namun belum
tentu anak-anak Desa Sikayu semuanya berminat meneruskan
pendidikan.
“Wah sekolah mboten wonten kepenek e, pelajarane nggihangel, danane nggih kathah. Nek dibantu lih pemerintah nggihpaling akeh sing nerusna, nanging lare riki mbuh-mbuh karepnek diken sekolah. Nek kados kula nggih ndukung tapi lareneniku sing mboten purun. Sakniki maning pun nglakoni mrika-mrika (kerja) pun bebeh ken sekolah malih, pun kepenak golekduit.”(MR, 22/04/2014)
“Sekolah itu tidak ada enaknya, pelajarannya susah danbiayanya juga banyak. Kalau dibantu biaya dari pemerintahmungkin banyak yang melanjutkan, tetapi anak-anak disinibelum tentu berminat kalau disuruh sekolah. Kalau sayamendukung tapi anaknya yang tidak mau sekolah. Apalagisekarang sudah bekerja pasti sudah malas kalau dimintamelanjutkan sekolah.”(MR, 22/04/2014)
Pendapat tersebut juga disampaikan oleh SD bahwa anaknya
lebih memilih merantau daripada melanjutkan sekolah, berdasarkan
keterangan SD lebih lanjut anaknya sempat ada yang merasa menyesal
karena tidak melanjutkan sekolah. Sejak awal SD juga tidak memberi
nasihat kepada anaknya mengenai masa depan tanpa sekolah lagi. SD
134
hanya berpesan agar anaknya tidak menyesal dan menyalahkan
orangtua.
“iya ora, anu bocahe wis ora gelem (sekolah) sih yauwis. Tapingesuk koe aja mbajeg ngesuk, ning aja mahlum ngesuk tapiakhire ya ada mahlum.”(SD, 22/04/2014)
“Iya saya tidak memaksa, karena anak sudah tidak mau sekolahya sudah. Tapi saya berpesan agar besok kamu janganmerengek dan jangan menyesal, tapi akhirnya ada yangmenyesal tidak sekolah.”(SD, 22/04/2014)
Pendapat tersebut juga didukung oleh TP yang menyatakan
bahwa motivasi orangtua untuk mendukung pendidikan anaknya juga
masih rendah. Pemahaman orangtua terhadap pentingnya pendidikan
sangat mempengaruhi kelanjutan studi anak, sehingga ketika anak
memilih untuk tidak melanjutkan sekolah yang dilakukan orangtua
adalah mendukung keputusan apapun yang dibuat oleh anak. Orangtua
masih berpendapat selagi ada tanah warisan masih cukup untuk
membekali masa depan anak.
“Mereka (otangtua) berpikiran cuek anak mau sekolah atautidak, karena kebanyakan dari mereka masih mengandalkanwarisan tanah untuk menunjang hidup anak kedepannya”(TP, 24/04/2014)
Aspirasi masyarakat merupakan faktor penghambat yang
menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pemerintah menilai akses pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sudah tergolong sangat mudah, hanya persolan kesadaran
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya yang belum ada. Berikut
pernyataan SR:
135
“Faktor-faktor kemudahan untuk mendapatkan pendidikanrasanya bukan hal yang sulit, pendidikan dimana-mana sudahada baik itu SMA, SMK dan lainnya semua sudah tersedia.Sekarang persoalannya tinggal bagaimana untuk menggugahkesadaran masyarakat agar putra-putrinya untuk bisamelanjutkan ke SMA maupun SMK(SR, 29/09/2014)
Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan masih
menjadi PR bagi pemerintah, sampai saat ini pemerintah masih terus
mengupayakan program-program yang dinilai dapat membangkitkan
kesadaran tersebut. Analisis kebutuhan pendidikan bagi masyarakat
juga telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui kebutuhan
masyarakat yang sebenarnya, hingga pemerintah mendirikan sekolah
otomotif dan mesin untuk menciptakan tenaga terampil. Aspirasi
masyarakat terhadap pendidikan rupanya mengalami perubahan,
sekolah otomotif dan mesin banyak digemari oleh masyarakat petani
sehingga sekolah pertanian dan perikanan tersisih. Perubahan aspirasi
tersebut menjadi salah satu hambatan pemerintah dalam menjalankan
program pendidikan, seperti yang diungkapkan oleh SR:
“Ada banyak lahan-lahan di Kebumen yang menjanjikan untukdikembangkan namun dari masyarakat kan belum tentupandangan dari pemerintah itu baik dan menjanjikan tapiditerjemahkan oleh masyarakat juga menjadi baik kan belumtentu. Seperti sekolah pertanian yang menurut pemerintah baiknamun masyarakat tidak tertarik dan lebih memilih sekolahotomotif, istilahnya sedang trend.”(SR, 29/09/2014)
Selain itu SR juga menyampaikan bahwa kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintah dan pendidikan juga mempengaruhi
keberhasilan pendidikan dan mereka cenderung menilai suatu
136
keberhasilan dengan melihat pekerjaan yang sedang trend saat ini.
Masyarakat masa kini kebanyakan terjebak pada trend pendidikan,
trend pendidikan di Kebumen adalah terjadinya perubahan aspirasi
sekolah pertanian menjadi sekolah otomotif, ataupun kebidanan.
Masyarakat berpedapat lulusan otomotif dan kebidanan saat ini lebih
cepat terserap kedalam dunia kerja, namun pemerintah hawatir jika
lulusan tersebut lama-lama tidak terserap dunia kerja seluruhnya maka
akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan.
“Terkadang masyarakat kita menilai keberhasilan denganpekerjaan yang sedang ramai sekarang. Contohnya, beberapatahun yang lalu kehidupan bidan sangat baik, semua orangberlomba-lomba untuk menyekolahkan putra-putrinyadikebidanan atau keperawatan berapapun biayanya akandisanggupi walaupun dengan menjual sawah. Tapi dari semuaitu pasti ada titik jenuh, dari titik jenuh tersebut nantimasayarakat akan semakin tidak percaya terhadappendidikan.”(SR, 29/09/2014)
Pendapat tersebut juga didukung oleh SL:
“Karena sementara ini siswa tidak sekolah hanya bisa dilihatdalam angka-angka, kita akan menelusuri secara langsung agarmendapatkan alasan satu per satu, karena kaitannya dengankemauan anak sekolah itu terdaat banyak faktor, mungkinfaktor kemalasan yang sangat susah dibangun lagi apabilaterdapat faktor anak tidak mau sekolah lagi.”(SL, 24/09/2014)
Melalui informasi yang diperoleh dari SL rasa malas sekolah
juga menjadi hambatan pemerintah menyelenggarakan program
pendidikan termasuk program PMU. Siswa tersebut pada akhirnya
akan pergi merantau dan bekerja seadanya.
137
Berdasarkan pemaparan informasi tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa faktor penghambat pendidikan tediri dari dua hal
yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Faktor penghambat
dari masyarakat terdiri dari hambatan internal dan eksternal, dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 20. Faktor Penghambat Pendidikan
Faktor Penghambat PendidikanInternal Eksternal
Memberatkan oragtua Ekonomi
Ingin menghasilkan uang Kesadaran pendidikan masihrendah (pesimis)
Memilih untuk bekerja Sekolah jauh dan kurangbervariasi (jurusannya)
Anak kurang termotivasi untuksekolah (malas sekolah)
Orangtua kurang perhatianterhadap pendidikan anak
Pengaruh lingkungan (ikut-ikutateman bekerja)
Orangtua tidak memberikanmotivasi kepada anak untukmelanjutkan sekolah
Pemerintah juga mengalami kesulitan dalam menyelengarakan
pendidikan didaerah petani disebabkan oleh:
1) Aspirasi dan kesadaran masyarakat terhadap pendidikan masih
rendah.
2) Perubahan aspirasi kerena trend pendidikan, dari sekolah pertanian
menjadi sekolah otomotif.
3) Masyarakat belum sepenuhnya percaya terhadap pendidikan dan
pemerintah.
138
4) Masyarakat memiliki sifat pesimis.
5) Masyarakat belum tertarik dan merasa program pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah belum sesuai dengan kondisi
masyarakat
b. Faktor Pendukung Pendidikan
Masyarakat Desa Sikayu mayoritas berpendidikan sekolah
dasar namun seiring berjalannya waktu ada warga yang mulai sadar
mengenai pentingnya pendidikan. Motivasi orangtua menyekolahkan
anaknya ke jenjang sekolah lebih tinggi tergatung pada semangat anak
dalam belajar. SK menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi
karena anak minta untuk sekolah lagi, anak SK menjelaskan bahwa
selama bekerja dia merasa capek, jika melihat pelajar ia menjadi
antusias dan pada akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah
setelah kontrak kerjanya selesai. SK sebagai orangtua tidak bisa
melarang tetapi menuruti apa yang diinginkan anaknya. Berikut
pernyataan SK:
“Anake sing njaluk sekolah mening nu sanjange kerja keselpadahal ya wis kerja ning EPSON (sejenis pabrik elektronik)dikontrak setaun, kontrake ntek balik jaluk nerusna sekolahmening nu sanjange kerja ki kesel. Ya anake sih ya sing njaluksekolah mening ya wongtuwa bisane nuruti njalukeanake.”(SK, 22/04/2014)
“Karena anak yang meminta sekolah lagi, dia bilang kalaukerja itu capek, padahal anak saya sudah bekerja di EPSON(sejenis perusahaan elekronik) baru dikontrak kerja selama satutahun, begitu kontrak kerjanya habis langsung pulang mintasekolah lagi. Karena anak yang meminta untuk sekolah lagi,saya sebagai orangtua hanya bisa menuruti apa yang anak sayainginkan.”(SK, 22/04/2014)
139
Sama seperti SK, RD juga menyekolahkan anaknya ke jenjang
perguruan tinngi karena anak masih ingin sekolah. Selain itu
sekolah/pendidikan merupakan sarana untuk memperbaiki nasib. RD
selalu memegang teguh prinsip bahwa profesi anak harus lebih tinggi
dari orangtua, nasib anak harus lebih baik dari orangtua, dengan
melalui pendidikan RD berharap kehidupan anaknya bisa lebih baik.
RD senantiasa menekankan kepada anak-anaknya bahwa mereka harus
memandang kearah masa depan dengan berkaca pada orangtua agar
anak selalu melakukan hal terbaik ketika sekolah.
“Kita harus terus berusaha biar bagaimanapun keadaan kitaanak kita harus tidak seperti kita, itu yang saya inginkan.Orangtua boleh biasa saja namun anak saya harus bisa lebihdaripada saya. Saya selalu mengarahkan mereka untuk melihatkedepan dan melihat kebelakang dengan kaca orangtuanyasendiri agar selalu bersemangat.”(RD, 22/04/2014)
Pendapat serupa diungkapkan oleh TS yang menyatakan alasan
TS terus menyekolahkan anaknya karena pendidikan merupakan
investasi dan warisan angka panjang yang dapat ia berikan kepada
anak, sebab jika anak hanya mendapat warisan tanah dan uang maka
akan habis. Berbeda jika anak dibekali pendidikan, secara tidak
langsung juga dapat mengangkat derajat orangtua dan menigkatkan
ekonomi. Berikut kutipan pernyataan TS:
“Karena pendidikan sangat penting, maka saya menyekolahkananak setinggi mungkin. Kalau kita memberikan harta akanhabis tapi jika ilmu bisa digunakan. Dengan pendidikan secaratidak langsung dapat mengangkat derajat orangtua dan derajatekonomi.”(TS, 24/09/2014)
140
Pendapat tersebut juga didukung oleh TP, beliau berpendapat
memberikan pendidikan setinggi-tingginya kepada anak merupakan
langkah yang baik untuk meyiapkan masa depan anak. TP berharap
dengan pendidikan nasib anaknya akan lebih baik daripada nasib
orangtuanya. TP memberikan pendidikan sebagai warisan kepada
anak-anaknya karena dinilai akan lebih bermakna daripada warisan
tanah, hal tersebut merupakan motivasi TP untuk selalu memberikan
pendidikan yang terbaik bagi anaknya.
“Bagi saya pendidikan untuk anak harus melebihi saya. Untuksekolah dan pendidikan akan saya upayakan bagaimanapuncaranya, semaksimal mungkin. Semaksimal mungkin saya akanmembekali anak saya dengan pendidikan formal danpendidikan agama. Kalau orang lain memberikan warisan hartakepada anak saya akan membekali mereka dengan ilmu karenaharta kan idak ada yang tau akan seberapa lama bertahan.”(TP, 24/04/2014)
Selain motivasi untuk menjadikan anak lebih baik daripada
orangtua, subsidi pendidikan dan program pendidikan yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat juga mendorong masyarakat untuk
terus bersekolah. RJ mengatakan mendapat beasiswa merupakan salah
satu cara terbaik bagi orangtua untuk meringankan biaya sekolah.
“Dengan ditunjang program seperti BOS, PMU (bagi yangtidak mampu) dan program lainnya saya rasa sangat membantusekali mengingat keadaan masyarakat yang mempuyaikelemahan dibidang ekonomi, dengan catatanpendistribusiannya tepat sasaran”( RJ, 22/04/2014)
141
Pendapat tersebut didukung juga oleh RD bahwa beasiswa atau
bantuan pendidikan dari pemerintah sangat bermanfaat terutama untuk
kebutuhan pokok sekolah.
“Dari pemerintah sendiri alhamdulilah dapat bantuan beasiswa,sistemnya bantuan diberikan tidak berupa uang tetapi di totalberapa biaya sekolah atau uang buku dan lain-lain, nanti kitatinggal membayar kurangannya saja”( RD, 22/04/2014)
Pihak pemerintah menyatakan selalu melakukan pemeriksaan
guna mendaftar warga yang tidak mau sekolah agar melanjutkan kejar
paket C. Dari rekapitulasi yang dilakukan oleh pemerintah selanjutnya
masyarakat akan dididik di PKBM tingkat kecamatan. Berikut
pernyataan dari SL:
“Mendata mereka dan nanti pihak PLS akan merekapitulasidan nanti tindak lanjutnya mereka diminta untuk kejar paket,jika ternyata tidak ya sudah bagaimana lagi. Untuk yang sudahtidak sekolah diberikan keterampilan, pada tingkat kecamatanyang bertanggugjawab adalah PKBM tapi sejauh ini di Sikayubelum ada PKBM, kalau di tingkat kecamatan sudah ada.”(SL, 24/09/2014)
Sekolah otomotif sedang digemari oleh masyarakat, naiknya
jumlah siswa yang berminat sekolah dijurusan otomotif membuat
pemerintah mendirikan sekolah yang serupa walaupun pemerintah
menilai tindakan tersebut kurang tepat. Pemerintah tetap
mempertahankan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan yang mulai
naik, meskipun mengorbankan sekolah pertanian, perikanan dan
pembangunan. Melalui program PMU pemerintah berusaha
memaksimalkan upaya untuk memberantas anak putus sekolah, sesuai
yang diungkapkan oleh SR:
142
“Pemerintah memberikan kemudahan dalam mengaksespendidikan gratis. Kalau memang dari keluarga yang tidakmampu lalu ajukan saja pernyataan tidak mampu nanti akanbebas biaya. Jadi kaitannya dengan pendidikan menengahuniversal ini sudah sampai kepelososk-pelosok dalampenyampaiannya dan melaui berbagai media baik itu saat rapatatau dalam acara pelepasan siswa saat lulus SMP, MTs.”(SR, 29/09/2014)
Pemerintah daerah dibantu oleh pemerintah desa dalam
pelasanaan setiap pelaksanaan kebijakan karena pemerintah desa
merupakan perpanjangan tangan yang paling dekat dengan masyarakat.
Usaha pemerintah desa dalam membantu mensukseskan program
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yaitu dengan
menyelenggarakan program pendidikan kejar paket A. Selain itu
pemerintah desa selalu melakukan himbauan kepada masyarakat agar
melanjutkan pendidikan.
“Kalau dari desa sendiri karena merupakan perpanjangantangan dari pemerintah sejauh ini yang dilakukan untukmeningkatkan kesadaran dan partisipasi yaitu dengan jalansekolah kejar paket. Kalau yang kegiatan murni dari desabelum ada, paling tidak hanya menghimbau masyarakat, karenakita tidak bisa memaksa jika ada warga yang tidak maumenyekolahkan anaknya atau sebaliknya.”(TP, 24/04/2012)
Pernyataan TP selaku Lurah Desa Sikayu didukung juga oleh
RD yang menjabat sebagai pengurus PKK, bahwa kegiatan yang
dilakukan pemerintah desa untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap pendidikan adalah dengan menyelenggarakan program kejar
paket A. Akan tetapi penyelenggaraan kejar paket saat ini sedang
mengalami kendala sehingga beberapa tahun ini tidak bisa
terselenggara.
143
“Untuk membantu pendidikan warga sekitar, ada pokja 2 danditunjang oleh pokja 4, anak putus sekolah dan warga itu kitabisa berdayakan bagaimana. Ada program kejar paket A yangbisa kita usahakan tapi untuk tahun-tahun ini belumterlaksana.”(RD, 22/04/2014)
Penyelenggaraan kejar paket A menjadi salah satu faktor
pendukung pemerintah untuk meminimalisir angka buta aksara
khususnya di Desa Sikayu. Adanya program kejar paket secara tidak
langsung dapat menumbuhkan aspirasi masyarakat terhadap
pendidikan sehingga masyarakat terdorong untuk menempuh
pendidikan lebih tinggi. Harapan kedepan dalam penyelenggaraan
program kejar paket A tidak lagi menemui hambatan karena program
tersebut sebagai salah satu bentuk dukungan pemerintah dalam
program pendidikan.
Berdasarkan paparan data diatas dapat disimpulkan bahwa
faktor pendorong pendidikan di Desa Sikayu adalah:
Tabel 21. Faktor Pendukung Pendidikan
Faktor Pendukung PendidikanInternal Eksternal
Nasib anak harus lebih baik darinasib orangtua
Adanya program beasiswapendidikan, contohnya PMUdan dana BOS
Antusiasme anak untukmelanjutkan sekolah
Pendidikan adalah warisanterbaik bagi anak
Pendidikan merupakan salah satusarana untuk memperbaiki nasib
Faktor pendukung pemerintah dalam penyelenggaraan
pendidikan didaerah petani disebebkan oleh:
144
1) Keinginan masyarakat memperbaiki nasib menjadi lebih baik
dengan melalui pendidikan.
2) Program pendataan yang dilakukan penilik luar sekolah
menunjukkan hasil banyak warga yang sekolahnya terhenti.
3) Adanya program kejar paket A/B/C dengan harapan masyarakat
menyadari petingnya pendidikan.
Terdapat faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
kegiatan pendidikan, faktor-faktor tersebut dapat memberikan
gambaran aspirasi pendidikan yang ada dalam masyarakat tersebut.
Pada masyarakat desa Sikayu ditemukan banyak hambatan untuk
memperoleh pendidikan, baik faktor internal, eksternal dan kendala
yang dialami oleh pemerintah untuk memaksimalkan pendidikan
khususnya di Desa Sikayu. Faktor penghalang pendidikan di Desa
Sikayu juga bisa menjadi faktor pendukung sebagian masyarakat untuk
memperoleh pendidikan. Secara keseluruhan faktor internal dan
eksternal penghambat pendidikan di Desa Sikayu berpusat pada
masalah kendala ekonomi dan aspirasi masyarakat yang rendah,
dengan demikian pemerintah mengalami sedikit kesulitan dalam
menerapkan program pendidikan pada masyarakat petani disana.
Adanya aspirasi masyarakat yang tumbuh sedikit demi sedikit
memberikan celah kepada pemerintah untuk dapat mngembangkan
program pendidikan untuk masyarakat petani, faktor pendorong
tersebut berupa keinginan masyarakat untuk merubah keadaan melalui
145
pendidikan. Setelah lembaga yang bersangkutan mengetahui faktor-
faktor tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
pertain sesuai dengan tunttan jaman dan juga keadaan lingkungan
tanpa mengurangi karakter masyarakat pertanian.
C. Pembahasan
Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi pendidikan
nonformal yang ada di Desa Sikayu, Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen
dari segi pemahaman masyarakat terhadap pendidikan, pendidikan nonformal
yang ada di masyarakat petani Desa Sikayu, faktor penghambat dan faktor
pendukung pendidikan nonformal di Desa Sikayu.
1. Implementasi Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
Pendidikan yang ada di Desa Sikayu meliputi tiga jenis pendidikan
seperti yang diungkapkan oleh Usman (2008: 46), yaitu pendidikan
formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Namun
pendidikan yang paling memberikan manfaat dan diminati oleh
masyarakat petani Desa Sikayu adalah pendidikan formal dan informal.
Masyarakat Desa Sikayu mayoritas menempuh pendidikan formal
(sekolah) hanya sampai pendidikan dasar (SD-SMP).Implementasi
pendidikan nonformal di Desa Sikayu meliputi pendidikan massa,
pendidikan orang dewasa, dan pendidikan perluasan, seperti yang
diungkapkan oleh Sudjana (2004). Pendidikan massa meliputi
pemberantasan buta aksara melalui kejar paket A/B/C, program pelatihan
PNPM, dan mengola tanaman pangan lokal. Pendidikan orang dewasa
146
yang ada di Desa Sikayu adalah pendidikan kaderisasi dalam program
PKK dan organisasi pemuda. Lingkup pendidikam formal yang terakhir
adalah pendidikan perluasan. Pendidikan perluasan yang ada di Desa
Sikayu adalah seminar lokakarya, pelatihan tani, dan menanam tanaman
lokal.
Masyarakat Desa Sikayu dalam mengimplementasikan pendidikan
nonformal tidak memiliki program khusus bagi masyarakatnya.
Masyarakat menjalankan program pendidikan nonformal yang telah
ditentukan oleh pemerintah pusat tanpa membuat inovasi pendidikan
nonformal yang sesuai dengan potensi dan karakteristik lingkungan. Hal
tersebut membuat masyarakat kurang maksimal dalam megembangkan
potensi diri dan potensi alam, karena pemerintah yang berwenang terhadap
pendidikan nonformal di Desa Sikayu kurang memberikan pengarahan
agar masyarakat Desa Sikayu bisa berinovasi dan tidak hanya mengikuti
program yang sudah ada.Kondisi tersebut tidak sesuai dengan hakekat
pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal yang tepat seperti yang
disampaikan oleh Knowles dalam Sudjana (2004: 36) yang menyatakan
bahwa pendidikan nonformal lebih berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat yang relevansinya disebabkan karena tujuan program
berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, adanya hubungan erat
antara program pendidikan dengan dunia kerja atau kegiatan usaha yang
ada dimasyarakat, dan pengorganisasian program pendidikan dilakukan
dengan memanfaatkan pengalaman belajar peserta didik.
147
Penyelenggaraan pendidikan nonformal di Desa Sikayu
diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam implementasi
program pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah
masyarakat kurang berinovasi. Contoh dari program pendidikan nonformal
yang diselenggarakan oleh pemerintah tersebut adalah program PNPM dan
program kejar paket A/B/C. Program pendidikan nonformal yang
diinisiatif oleh masyarakat memberikan kesempatan masyarakat untuk
berinovasi. Contoh program pendidikan nonformal berdasarkan inisiatif
masyarakat adalah pengolahan bahan pangan lokal (kerupuk singkong,
oyek, keripik pisang, klanting, dll), pembuatan gula aren dan pembentukan
organisasi pemuda KCC.
2. Program Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
Pemberdayaan tentu harus disesuaikan dengan sumberdaya dan
kebudayaan masyarakat setempat.Pendidikan nonformal dilakukan untuk
memaksimalkan potensi yang terdapat di Desa Sikayu, baik potensi
sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan pelestarian kebudayaan.
Kegiatan pemberdayaan dilakukan masyarakat dan dibantu oleh
pemerintah. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah melalui
program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat), melalui
program tersebut pemerintah dibantu aparatur desa memberikan
pendidikan formal berupa pelatihan. Pendidikan nonformal diharapkan
mampu menggali kemampuan masyarakat pada bidang pertanian dan
bidang luar pertanian.Untuk mewujudkan harapan tersebut perlu adanya
148
dukungan dan kerja aktif dari organisasi masyarakat yang ada di Desa
Sikayu.
Organisasi masyarakat yang ada di Desa Sikayu antara lain PKK
dan KCC.PKK menunjang kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan
menjalankan program kerja yang telah direncanakan oleh aparatur desa,
kegiatan tersebut berupa pelatihan menjahit, pengolahan pangan lokal,
membuat aksesoris wanita, membuat pupuk kompos, dan penyelenggaraan
PAUD. Sedangkan KCC (Kopek Community Club) yang merupakan
orgaisasi pemuda bergerak dalam kegiatan kewirausahaan, sosial, dan
keagamaan. Bidang kewirausahaan meliputi usaha menjual pulsa, cuci
motor, dan layanan tagihan listrik.Bidang sosial berupa pengadaan
perpustakaan, membantu lawatan, hajatan, dan lainnya.
Masyarakat Desa Sikayu yang merupakan masyarakat pertanian,
hasil dari pertanian tersebut ketela dan umbi talas. Hasil pertanian yang
merupakan pangan lokal tersebut diolah menjadi kerupuk ketela, klanting,
rengginang, dan oyek. Umbi talas diolah menjadi kerupuk talas. Selain itu
banyak industri rumah tangga kecil yang memproduksi gula aren, hal ini
memanfaatkan banyaknya pohon kelapa yang tumbuh disekitar
masyarakat. Sumberdaya yang ada di Desa Sikayu tergolong bervariasi,
dengan memaksimalkan sumberdaya dan melatih sumberdaya manusia
dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, dan melestarikan
bahan pangan lokal. Disisi lain keadaan mental masyarakat belum
mendukung karena masyarakat masih bersifat pesimis. Masyarakat merasa
149
pesimis apabila melihat usaha yang dilakukan orang lain gagal, karena
kemungkinan besar jika mencoba juga akan mendapat hasil yang sama.
Apabila usaha yang dilakukan orang lain berhasil maka masyarakat lain
akan beramai-ramai mencoba. Aparatur desa diharapkan memberikan
motivasi dan dukungan agar mental pesimis masyarakat dapat berkurang.
Sehingga usaha program pemberdayaan yang sesuai diharapkan dapat
memaksimalkan sumberdaya alam yang ada, disertai dengan perubahan
sifat masyarakat.
Paparan diatas sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Sanipah
Faisal (Usman, 2008), yang menyatakan pendidikan nonformal memiliki
cirri: a) paket pendidikan berjangka pendek, b) setiap program merupakan
satu paket yang sangat spesifik dari kebutuhan yang diperlukan, c)
pendaftaran lebih fleksibel baik usia maupun tingkat kemampuannya, d)
persyaratan unsur pengelolaan yang luwes, e) takaran materi pelajaran dan
latihan relatif lebih luwes dalam jenjang kronologisnya, dan f) perolehan
nilai kredensial tidak terstandar.
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan
a. Faktor Penghambat Pendidikan
Sesuai dengan yang tertera pada undang-undang dasar bahwa
pendidikan merupakan taggungjawab negara, namun hal tersebut tidak
sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah karena seluruh elemen
masyarakat hendaknya turut ambil bagian untuk mensukseskannya.
Secara struktural pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah
150
daerah, pemerintah desa, lembaga sekolah, dan lembaga lainnya guna
mewujudkan pendidikan yang adil, merata, dan bermutu bagi
masyarakat. Kerjasama antara masyarakat lingkungan sekolah,
orangtua wali murid, dan dengan murid itu sendiri akan menimbulkan
kolaborasi yang bagus. Kerjasama tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk meningkatkan minat dan kesadaran masyarakat terhadap
pendidikan demi tercapainya masyarakat Indonesia yang cerdas sesuai
dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Minimnya
aspirasi masyarakat Desa Sikayu terhadap pendidikan menimbulkan
hambatan tersendiri bagi pemerintah dalam memajukan pendidikan
dilingkungan petani.Terdapat faktor penghambat dan faktor pendukung
terselenggaranya pendidikan pada masyarakat petani di Desa Sikayu,
ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 22. Faktor Penghambat Pendidikan
Faktor Penghambat PendidikanInternal Eksternal
Memberatkan oragtua Ekonomi
Ingin menghasilkan uang Kesadaran pendidikan masihrendah (pesimis)
Memilih untuk bekerja Sekolah jauh dan kurangbervariasi (jurusannya)
Anak kurang termotivasi untuksekolah (malas sekolah)
Orangtua kurang perhatianterhadap pendidikan anak
Pengaruh lingkungan (ikut-ikutan teman bekerja)
Orangtua tidak memberikanmotivasi kepada anak untukmelanjutkan sekolah
Masyarakat desa belum memprioritaskan pendidikan sebagai
kebutuhan penting yang harus didahulukan untuk mengembangkan
151
potensi yang ada dalam diri individu, dengan pemahaman pendidikan
yang masih rendah masyarakat cenderung pesimis terhadap
pendidikan. Masyarakat menyimpan keraguan terhadap keberhasilan
yang ditawarkan sebagai hasil dari investasi pendidikan, mereka
cenderung menilai bahwa selain melalui pendidikan mereka masih bisa
meraih sukses. Ditambah dengan beberapa ada fakta yang
menunjukkan orang yang berpendidikan tinggi tidak sesukses orang
yang berpendidikan rendah, dengan demikian masyarakat merasa
pesimis.
b. Faktor Pendukung Pendidikan
Diantara banyaknya faktor penghambat pendidikan terdapat
beberapa masyarakat yang memiliki keyakinan untuk menyekolahkan
anaknya kejenjang pendidikan yang tinggi, faktor pendukung
pendidikan tersebut dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:
Tabel 23. Faktor Pendukung Pendidikan
Faktor Pendukung PendidikanInternal Eksternal
Nasib anak harus lebih baik darinasib orangtua
Adanya program beasiswapendidikan, contohnya PMUdan dana BOS
Antusiasme anak untuk melanjutkansekolah
Pendidikan adalah warisanterbaik bagi anak
Pendidikan merupakan salah satusarana untuk memperbaiki nasib
Faktor pendukung terselenggaranya pendidikan terdiri atas
faktor internal dan eksternal. Faktor internal menunjukkan adanya
masyarakat yang percaya bahwa pendidikan akan membawa masa
152
depan anak menjadi lebih baik, orangtua menyadari kondisi saat ini
yang dinilai kekurangan akan diperbaiki dengan pendidikan yang baik.
Orangtua menginginkan anak memiliki masa depan yang lebih sukses
dari orangtuanya, pemikiran demikian mendorong orangtua tetap
meynekolahkan anaknya. Antusiasme anak untuk melanjutkan sekolah
membuat orangtua merasa yakin bahwa melalui pendidikan merupakan
jalan terbaik untuk mencapai kesuksesan. Adanya kemauan dari anak
mampu meyakinkan orangtua sehingga orangtua memiliki keinginan
untuk memberikan kepercayaan dan membiayai anaknya.Terdapat
faktor pendukung dan penghambat terselengaranya program
pendidikan yang erasal dari pemerintah, yaitu:
153
Tabel 24. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung ProgramPendidikan yang Diselenggarakan oleh Pemerintah
Program Pendidikan yang Diselenggarakan oleh PemerintahFaktor Penghambat Faktor Pendukung
Aspirasi dan kesadaran masyarakatterhadap pendidikan masih rendah.
Keinginan masyarakatmemperbaiki nasib menjadilebih baik dengan melaluipendidikan.
Perubahan aspirasi kerena trendpendidikan, dari sekolah pertanianmenjadi sekolah otomotif.
Program pendataan yangdilakukan penilik luar sekolahmenunjukkan hasil banyakwarga yang sekolahnyaterhenti.
Masyarakat belum sepenuhnyapercaya terhadap pendidikan danpemerintah.
Adanya program kejar paketA/B/C dengan harapanmasyarakat menyadaripetingnya pendidikan.
Masyarakat memiliki sifat pesimis.
Masyarakat belum tertarik danmerasa program pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintahbelum sesuai dengan kondisimasyarakat
Faktor penghambat pendidikan di Desa Sikayu yang paling
mendasar adalah ekonomi, motivasi yang masih rendah, kesadaran
pendidikan yang rendah, dan memberatkan orangtua. Faktor
pendukung pendidikan meliputi adanya beasiswa, nasib anak harus
lebih baik dari nasib orangtua, dan antusiasme anak untuk melanjutkan
sekolah.
154
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian dan pembahasan serta
temuan penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Implementasi Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
Implementasi pendidikan nonformal di Desa Sikayu meliputi
pendidikan massa, pendidikan orang dewasa, dan pendidikan perluasan.
Pendidikan massa meliputi pemberantasan buta aksara (kejar paket
A/B/C), pelatihan menjahit, program PNMP (menjahit, membuat
aksesoris, pupuk kompos, mengelola tanaman pangan lokal). Pendidikan
dewasa meliputi kaderisasi PKK dan organisasi pemuda. Pendidikan
perluasan meliputi seminar lokakarya, pelatihan tani dan menanam
tanaman lokal.
Penyelenggara pendidikan nonformal di Desa Sikayu dilakukan
oleh pemerintah dan masyarakat. Pengimplementasian pendidikan
nonformal yang diselenggarakan oleh pemerintah di Desa Sikayu telah
ditentukan oleh pemerintah pusat tanpa adanya inovasi. Inovasi tersebut
berkaitan dengan usaha pemerintah mengarahkan masyarakat agar lebih
mandiri dan memiliki inisiatif untuk berinovasi.Hal tersebut membuat
masyarakat kurang maksimal dalam mengembangkan potensi diri dan
potensi alam, karena pemerintah yang berwenang terhadap pendidikan
155
nonformal di Desa Sikayu kurang memberikan pengarahan agar
masyarakat Desa Sikayu bisa berinovasi dan tidak hanya mengikuti
program yang sudah ada. Sedangkan penyelenggaraan pendidikan
nonformal yang dilakukan melalui organisasi masyarakat merupakan
inisiatif dari masyarakat.
2. Pendidikan Nonformal di Desa Sikayu
Pendidikan nonformal di Desa Sikayu diselenggarakan oleh
pemerintah, aparatur desa, dan masyarakat. Pemerintah menyelenggarakan
pendidikan nonformal melalui program PNPM dengan memberikan
pelatihan membuat aksesoris dengan bahan dasar akrilik dan pengolahan
hasil pertanian lokal. Sedangkan pendidikan nonformal yang
diselenggarakan oleh masyarakat diwujudkan dalam kegiatan PKK dan
KCC. Kegiatan PKK meliputi pelatihan menjahit, pembuatan pupuk
kompos, dan penyelenggaraan PAUD. Kegiatan pendidikan nonformal
yang dilakukan oleh KCC adalah kegiatan kewirausahaan berupa jual
pulsa, cuci motor, dan tagihan listrik. Kegiatan sosial berupa pengadaan
perpustakaan, membantu lawatan dan membantu hajatan.
Pendidikan nonformal yang sudah terselenggara perlu
dioptimalkan, agar masyarakat terberdayakan secara maksimal. Selain
upaya pemberdayaan melalui pendidikan nonformal perlu adanya
pemberian motivasi kepada masyarakat. Motivasi ini diperlukan karena
masyarakat Desa Sikayu memiliki karakteristik mental yang pesimis.
Masyarakat merasa pesimis apabila melihat usaha yang dilakukan orang
156
lain gagal, karena kemungkinan besar jika mencoba juga akan
mendapatkan hasil yang sama. Begitu pula sebaliknya apabila usaha yang
dilakukan orang lain berhasil maka masyarakat lai akan beramai-ramai
mencoba. Adanya motivasi dan dukungan dari pemerintah diharapkan
mampu mengurangi sifat pesimis masyarakat Desa Sikayu.
3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pendidikan di Desa Sikayu
Faktor penghambat terselenggaranya pendidikan yang berasal dari
internal adalah anak merasa biaya sekolah dapat memberatkan orangtua,
anak ingin menghasilkan uang, anak memilih untuk bekerja, anak kurang
termotivasi untuk sekolah, dan pengaruh lingkungan teman sebaya,
Sedangkan faktor penghambat eksternal adalah kesulitan ekonomi,
kesadaran pendidikan masyarakat masih minim dan sering merasa pesimis,
letak sekolah yang jauh dan jurusan tidak variatif, orangtua kurang
memperhatikan kebutuhan pendidikan anak, dan orangtua tidak pernah
memberikan motivasi kepada anak untuk tetap bersekolah. Lalu faktor
penghambat yang dirasakan oleh pemerintah adalah aspirasi masyarakat
terhadap pendidikan masih minim, terjadi perubahan aspirasi pendidikan
karena trend pendidikan, masyarakat belum sepenuhnya percaya kepada
pemerintah dan pendidikan bahwa melalui pendidikan dapat memajukan
kehidupan, masyarakat merasa pesimis bahwa belum tentu masyarakat
menempuh pendidikan yang tinggi dapat meraih sukses, dan dari sekian
banyak program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah belum
sepenuhnya membuat masyarakat tertarik terhadap pendidikan.
157
Faktor pendukung terselenggaranya pendidikan di Desa Sikayu
terdiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internal tersebut adalah
orangtua memiliki pemikiran bahwa masa depan anak harus lebih baik dari
orangtuanya, dan antusiasme anak yang berkeinginan untuk melanjutkan
sekolah dapat menjadikan orangtua bersemangkat untuk mendukung
sekolah anaknya. Faktor pendukung eksternal adalah dengan adanya
beasiswa dan subsidi pendidikan memberikan kesempatan kepada
orangtua untuk menghemat dana dan mulai mempercayai bahwa
pendidikan adalah soluis terbaik untuk meningkatkan kompetensi. Seiring
berjalannya waktu, orangtua mulai menyadari jika pendidikan adalah
warisan terbaik bagi anak. Faktor pendukung bagi pemerintah meliputi
adanya keinginan masyarakat untuk mengubah nasib melalui pendidikan,
program pendataan yang dilaksanakan oleh pemerintah menunjukkan hasil
cukup banyak anak yang sebenarnya ingin sekolah dan kemudian
diikutsertakan pada program PMU. Melalui program kejar paket dapat
mengurangi angka buta aksara dan meningkatkan pendidikan masyarakat.
B. Saran
Beberapa saran bagi masyarakat Desa Sikayu setelah melihat hasil
penelitian:
1. Bagi pemerintah desa hendaknya segera melanjutkan program kejar paket
yang beberapa saat lalu sempat terhenti guna mengurangi angka buta huruf
di masyarakat.
158
2. Peningkatan kesadaran pendidikan hendaknya dilakukan oleh berbagai
pihak dengan melibatkan masyarakat salah satunya dalam kegiatan PKK
karena dapat mendorong kesadaran masyarakat terhadap pendidikan
terutama bagi kaum ibu.
3. Pelaksanaan pelatihan guna memberdayakan masyarakat alangkah baiknya
dilakukan secara kontinyu, agar masyarakat yang tidak mendapatkan
pendidikan formal dapat memliki keterampilan sehingga menghasilkan
karya sendiri.
4. Peningkatan adanya peningkatan peran pemuda untuk bekerjasama dengan
aparatur desa agar generasi muda dapatmengetahui potensi desa dan mau
mngembangkannya.
5. Pihak pemerintah daerah, aparatur desa, masyarakat, dan pemuda saling
bekerjasama untuk membangun kesadaran masyarakat terhadap
pendidikan bak formal, nonformal, dan informal.
6. Pemerintah diharapkan terus mengupayakan program pendidikan yang
mampu menarik minat masyarakat sehingga masyarakat menjadi percaya
bahwa pendidikan merupakan investasi yang berharga bagi masa depan.
7. Perlu adanya kolaborasi tiga bidang pendidikan, yaitu pendidikan formal
dan pendidikan nonformal untuk memaksimalkan sumberdaya manusia
dan sumberdaya alam yang ada di Desa Sikayu.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini sudah diupayakan semaksimal mungkin agar sesuai
dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Akan tetapi penelitian ini
159
masih dirasa adanya kesulitan, kendala, keterbatasan dan juga kelemahan
dalam pelaksanaannya. Keterbatasan penelitian yang dialami:
1. Penelitian dilakukan pada satu desa pertanian yang bernama Desa Sikayu
yang terletak di kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen, sehingga jika
hasil penelitian diterapkan pada desa lain ada kemungkinan yang kurang
sesuai karena setiap desa memiliki karakteristik tersendiri.
2. Keterbatasan instrumen penelitian yaitu peneliti itu sendiri.
3. Peneliti melakukan penelitian selama dua bulan, namun masih dirasa
waktu tersebut kurang untuk ukuran penelitian kualitatif sehingga untuk
fenomena manarik lainnya tidak sempat terekam.
160
DAFTAR PUSTAKA
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: GajahMada Universiti Press.
Emir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif “Analisis Data”. Jakarta: RajawaliPers.
Geertz, Cliffort. 1989. Abangan, Santri, Priyayi, Dalam Masyarakat Jawa.Jakarta: PT. Midas Surya Grafindo.
Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:Grafifindo Persada.
Leibo, Jefta. 1995. Sosiologi Pedesaan “Mencari Suatu Strategi PembangunanMasyarakat Desa Berparadigma Ganda”. Yogyakarta: Andi Offset.
Marzuki, Shaleh. 2012. Pendidikan Nonformal “Dimensi dalam KeaksaraanFungsional, Pelatihan, dan Andragogi”. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.
Nugroho, Riant. 2008. Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatuf (dalam PerspektifRancangan Penelitian). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Robin, Stephen. P. 2002. Prinsip-Prinsip Perikalu Organisasi (Edisi Kelima).Jakarta: Erlangga.
Rohman, Arif. 2012. Kebijakan Pendidkan (Analisis Dinamika Formulasi danImplementasi). Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Sanderson, K. Stephen. 2011. Makrososiologi (Sebuah Pendekatan TerhadapRealitas Sosiologi). Jakara: Rajagrafindo Persada.
Shadily, Hasan. 1993. Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: RinekaCipta.
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindoPersada.
Soetrisno, Loekman. 2008. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian (SebuahTinjauan Sosiologis). Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Anggota Iktan Penerbit Indonesia(IKAPI).
161
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan Dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Suyanto, dan Asep Jihad. 2012. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah.Yogyakarta: Multi Pressindo.
Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Tilaar, H.A.R dan Riant Nugroho. 2009. Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Usman, Sunyoto. 2008. Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wibowo. 2014. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Yin, Robert. K. 2012. Studi Kasus “Desain dan Metode”. Jakarta: Rajawali Pers.
2001. Diunduh dari http://mfarisiblog.files.wordpress.com/2013/05/pemb-pendidikan.pdf. Pada hari Kamis, 20 Maret 2014 jam
2008. Diunduh darihttp://eprints.undip.ac.id/17075/1/DIDI_PRAYITNO.pdf. Pada hari Kamis, 20Maret 2014 jam 11:20.
2014. Diunduh darihttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011-D._NUNU_HERYANTO/latar_belakang.PDF. Pada hari Kamis, 20 Maret2014 jam 09:15.
162
Lampiran 1.
PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati lokasi keadaan sekitar Desa Sikayu Kecamatan Buayan
a. Profil Desa Sikayu Kecamatan Buayan
b. Lingkungan pendidikan (formal/informal, non-formal) di lingkungan Desa
Sikayu Kecamatan Buayan
c. Gambaran kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sikayu Kecamatan
Buayan yang berhubungan dengan pendidikan
d. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan masyarakat Desa Sikayu
2. Mencari dokumen di tingkat Kecamatan dan Kabupaten
a. Kebijakan pendidikan dan pemberdayaan untuk masyarakat petani Desa
Sikayu Kecamatan Buayan
b. Program pendidikan formal, informal, dan nonformal pada masyarakat
Desa Sikayu Kecamatan Buayan
3. Mengamati bentuk kesadaran masyarakat terhadap pendidikan
a. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan
b. Motivasi masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan terhadap pendidikan
c. Respon masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan terhadap program
pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
d. Faktor penghambat dan faktor pendukung pendidikan dilingkungan
masyarakat petani Desa Sikayu
e. Pendapat masyarakat Desa Sikayu terhadap pendidikan
163
4. Mengamati upaya masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan dalam
meningkatkan pendidikan
a. Upaya yang dilakukan anak
b. Upaya yang dilakukan orangtua
c. Upaya yang dilakukan pemerintah desa (perangkat desa, organisasi PKK,
Organisasi Pemuda)
5. Mengamati kegiatan pemberdayaan yang ada di Desa Sikayu
a. Kegiatan pemberdayaan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
(kelurahan dan PKK)
b. Pemberdayaan yang sudah ada di Desa Sikayu
164
Lampiran 2
Pedoman Dokumentasi
1. Profil desa
2. Struktur organisasi pengurus Kelurahan
3. Struktur organisasi pengurus Gapoktan
4. Data keadaan infrastruktur
5. Peraturan daerah Kota Kebumen
165
Lampiran 3
Pedoman Wawancara
Lurah Desa Sikayu
1. Bagaimana menurut anda partisipasi masyarakat Sikayu dalam pendidikan
khususnya sekolah?
2. Bagaimana pertisipasi masyarakat dalam menyelesaikan wajib belajar
Sembilan tahun?
3. Bagaimana anda menyikapi rendahnya partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan?
4. Apakah ada upaya atau program dari desa untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pendidikan?
5. Apakah program pemerintah dalam hal pendidikan saat ini sudah berpihak
dan memenuhi kebutuhan masyarakat petani?
6. Bagaimana seharusnya pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani?
166
Pedoman Wawancara
Pengurus PKK
1. Bagaimana menurut Ibu mengenai partisipasi masyarakat Desa Sikayu
dalam pendidikan, terutama dalam mewujudkan wajib belajar sembilan
tahun?
2. Bagaimana ibu-ibu PKK menyikapi partisipasi masyarakat Sikayu dalam
bidang pendidikan?
3. Apakah ada upaya dari kelompok PKK untuk meningkatkan partisipasi
ibu-ibu dalam pendidikan? Jika ada tolong sebutkan dan jelaskan!
4. Apakah menurut ibu program pemerintah dalam pendidikan saat ini sudah
berpihak dan memenuhi kebutuhan masyarakat petani?
5. Bagaimana seharusnya pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani
menurut ibu PKK?
6. Apakah ada usaha ibu-ibu dalam mendukung pendidikan anak-anaknya?
Jika ada sebutkan dan jelaskan!
167
Pedoman Wawancara
Tokoh Pemuda
1. Bagaimana menurut anda mengenai partisipasi masyarakat Desa Sikayu
dalam pendidikan, terutama dalam mewujudkan wajib belajar sembilan
tahun?
2. bagaimana pemuda menyikapi partisipasi masyarakat Sikayu dalan hal
pendidikan?
3. Apakah ada upaya dari pemuda untuk meningkatkan partisipasi pemuda
dalam bersekolah?
4. Apakah menurut anda program dari pemerintah dalam bidang pendidikan
saat ini sudah berpihak dan memenuhi kebutuhan masyarakat petani?
5. Apakah ada usaha dari anda untuk memperjuangkan pendidikan kepada
orangtua? Jika ada sebutkan dan jelaskan!
168
Pedoman Wawancara
Keluarga yang berpendidikan tinggi
1. Apakah arti pendidikan menurut anda?
2. Apa motivasi anda untuk terus menyekolahkan anak sampai jenjang yang
paling tinggi?
3. Apakah hambatan yang anda temui saat berjuang menyekolahkan anak?
4. Bagaimana anda menghadapi hambatan tersebut?
5. Bagaimana menurut anda mengenai pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah saat ini?
6. Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani?
Keluarga yang berpendidikan rendah
1. Apakah arti pendidikan menurut anda?
2. Apa hambatan anda dalam menyekolahkan anak?
3. Bagaimana anda menghadapi hambatan tersebut?
4. Apakah ada keinginan untuk melanjutkan sekolah lagi?
5. Bagaimana menurut anda mengenai penddikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah saat ini?
6. Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani?
169
Pedoman Wawancara
UPTD Dikpora Kecamatan dan Dikpora Kabupaten
1. Apa arti pendidikan menurut anda?
2. Apakah manfaat pendidikan menurut anda?
3. Apakah pemerintah daerah/kecamatan terus mendukung pendidikan untuk
masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan?
4. Bagaimana pemerintah daerah/Kecamatan dalam mendukung pendidikan
masyarakat Desa Sikayu Kecamatan Buayan?
5. Bagaimana menurut anda mengenai partisipasi pendidikan di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan, terutama dalam mewujudkan ajib belajar sembilan
tahun?
6. Bagaimana pemerintah menyikapi partisipasi pendidikan di Desa Sikayu
Kecamatan Buayan?
7. Apakah ada upaya dari pemerintah daerah untuk meningkatkan partisipasi
pendidikan di Desa Sikayu Kecamatan Buayan? Bagaimana cara
mendukungnya?
8. Bagaimana menurut tanggapan anda mengenai program pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah?
9. Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani khususnya
Desa Sikayu Kecamatan Buayan?
10. Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani khususnya
Desa Sikayu Kecamatan Buayan?
170
11. Apakah hambatan dalam menyelenggarakan pendidikan di daerah
pertanian? Apa saja hambatannya dan bagaimana menyikapinya?
12. Apakah kebijakan pendidikan menurut anda?
13. Apakah dalam membuat kebijakan ppendidikan pada tingkat daerah
berdasarkan asirasi kebutuhan masyarakat?
14. Apakah masyarakat turut serta dalam pembuatan kebijakan pendidikan
pada tingkat daerah?
15. Bagaimana kebijakan pendidikan yang menyangkut pendidikan formal
(sekolah), nonformal (kursus, TPA). informal (pertunjukan seni, acara
keagamaan)?
16. Bagaimana kebijakan pendidikan yang sesuai untuk masyarakat petani?
171
Lampiran 4
CATATAN LAPANGAN 1Hari : SabtuTanggal : 15 Maret 2014Waktu : 19.00 WIBTempat/lokasi : -Kegiatan :
Perjalanan dari Yogyakarta menuju tempat penelitian yang terletak di DesaSikayu Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Perjalanan ini memerlukanwaktu sekitar 4 jam ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor. Penelitimenuju lapangan ditemani oleh Ayah. Dalam perjalanan menuju lapangan penelitiberangkat dari Yogyakarta pukul 19:00 WIB dan sampai di Desa SikayuKecamatan Buayan pada pukul 23:00 dengan keadaan selamat dan tanpakekurangan suatu apapun.
CATATAN LAPANGAN 2Hari : MingguTanggal : 16 Maret 2014Waktu : 19.30 WIBTempat/lokasi : Rumah Pak Lurah (Bapak Teguh Priyanto)Kegiatan :
Peneliti datang ke rumah Pak Lurah guna silaturahmi sekaligus perkenalandan ramah tamah, menyampaikan keperluan dan maksud kedatangan peneliti keDesa Sikayu Kecamatan Buayan. Peneliti di sambut ramah oleh Pak Lurah dankeluarga. Sementara itu di Desa Sikayu juga sedang di jadikan tempat KKN olehmahasiswi STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) Kebumen. Setelahpeneliti menyampaikan maksud, tujuan dan keperluan, pada hari Senin esok hariPak Lurah Memberikan ijin peneliti untuk meminta profil desa Sikayu dengancara datang langsung ke Kantor Kelurahan Desa Sikayu.
CATATAN LAPANGAN 3Hari : SeninTanggal : 17 Maret 2014Waktu : 09.00 WIBTempat/Lokasi : Kantor Kelurahan Desa SikayuKegiatan :
Peneliti datang ke Kantor Kelurahan Desa Sikayu dengan tujuan memintaprofil desa seperti yang telah di utarakan oleh peneliti kepada Pak Lurah saatbertemu di rumahnya. Peneliti disambut dengan ramah oleh pegawai kelurahan.Di kantor kelurahan ini jam kerja di mulai pada pukul 9.00 hingga pukul 15.00,namun jika ada yang datang setelah jam makan siang pegawai kelurahan sudahtidak selengkap pagi hari.
Lurah Desa Sikayu baru menjabat selama 6 bulan (terhitung sampai bulanApril), jadi beberapa waktu yang lalu di Desa megadakan pesta demokrasi
172
pemilihan Lurah, dan Bapak Teguh Priyanto terpilih untuk menyuarakan aspirasimasyarakatnya. Profil desa masih berupa dokumen excel dengan alasan belumsempat di buat karena lurah juga masih baru.
CATATAN LAPANGAN 4Hari : SelasaTanggal : 18 Maret 2014Waktu : 10.00 - selesaiTempat/lokasi : Rumah wargaKegiatan :
Peneliti mencoba untuk dekat dengan warga Desa Sikayu KecamatanBuayan, dengan cara mengamati dan ikut berpartisipasi melakukan kegiatanseperti yang di lakukan warga. Mengamati anak-anak yang pergi dan pulangsekolah, dari lingkungan sekitar banyak anak pergi sekolah terutama anak-anakusia sekolah dasar. Jumlah anak yang pergi sekolah SMP tidak sebanyak anak-anak SD, namun masih dalam jumlah yang menggembirakan. Sedangkan jumlahanak yang pergi sekolah SMA jauh lebih sedikit jika di bandingkan dengan anak-anak SD dan SMP.
Pada sore hari sekitar jam 17.00 saya di ajak warga untuk menyiramitanaman di sawah, sawah masyarakat Desa Sikayu terletak di dataran rendah yangdekat dengan jalan lalulintas utama, edangkan rumah warga terletak di dataranyang lebih tinggi dan berbukit-bukit. Sawah tersebut mayoritas di tanami denganmenggunakan metode tumpang sari, pada umumnya tanaman yang di tanamadalah padi, tomat, bayam, kedelai dan pisang. Tanaman yang disiram kali iniadalah tanaman bayam, dengan mengambil sumber air di aliran sungai yangterdapat di samping sawah.
CATATAN LAPANGAN 5Hari : RabuTanggal : 19 Maret 2014Waktu : 11.00 - selesaiTempat/lokasi : Rumah wargaKegiatan :
Saya membantu salah satu warga membuat kerupuk singkong. MasyarakatDesa Sikayu memang memiliki banyak sektor usaha mikro, misalnya saja camilanklanting, kerupuk singkong, rengginang, dan makanan lainnya. Saya membantumembuat adonan krupuk dan membantu menjemur adonan kerupuk yang sudah diiris tipis-tipis.
Jika di perhatikan ternyata hampir setiap rumah warga memiliki hewanpeliharaan kambing dan sebuah empang untuk memelihara ikan air tawar. Setiaphari ibu maupun bapak akan pergi ke hutan untuk mencari rumput, rumputtersebut untuk memberi makan ternak dan ikan di empang. Biasanya warga pergike sawah dan hutan secara bergantian.
CATATAN LAPANGAN 6Hari : Kamis
173
Tanggal : 20 Maret 2014Waktu : 09.30 - selesaiTempat/lokasi : HutanKegiatan :
Mengikuti kegiatan salah satu warga saat pergi ke hutan. Mayarakat sekitasering pergi ke hutan jika sawah mereka telah selesai di rawat. Perjalanan darirumah warga sekitar pukul 09.30, perjalanan ke hutan memakan waktu sekitar 45menit di tempuh oleh masyarakat yang biasa mendaki bukit. Keadaan jalan bukitsangat terjal dengan material batu karang dan jalan naik turun, sangat melelahkanterlebih lagi batu karang tersebut tidak rata.
Setelah sampai lokasi yang di lakukan adalah memanen cabai, tomat,terong, jangung dan sayur mayur lainnya. Selain tanaman sayuran warga jugamenanam bambu, kayu jati, sengon, melinjo, kapulaga, kelapa, dan jenis kayulainnya yang bisa di manfaatkan sebagai bahan meuble. Setelah di penen, sayurantersebu kemudian dijual kepada pembeli yang nantinya akan di bawa ke pasar.
CATATAN LAPANGAN 7Hari : JumatTanggal : 21 Maret 2014Waktu : 11.00 - selesaiTempat/lokasi : Rumah wargaKegiatan :
Membantu warga menjemur padi. Pada bulan ini merupakan masa panenpadi bagi para petani, maka setiap warga sangat sibuk dengan kegiatan tersebut.Bagi buruh panen peristiwa ini merupakan kesempatan untuk mencari tabahanpenghasilan, biasanya pemilik sawah yang membutuhkan bantuan buruh panenakan memberikan upah berupa gabah dengan ukuran sesuai yang telah di sepakati.Musim panen padi tidak hanya di lakukan oleh warga Sikayu, tetapi juga sebagianbesar warga desa tetangga. Acara memanen padi ini tidak hanya berlangsungselama satu minggu atau dua minggu namun bisa berlangsung selama satu bulan.Pada cuaca siang hari yang terik peneliti membantu salah satu warga menjemurpagi hasil buruh
CATATAN LAPANGAN 8Hari : SabtuTangggal : 22 Maret 2014Waktu : 18.30 - selesaiTempat/lokasi : Rumah Pak Kadus Tukul WaluyoKegiatan :
Pada pukul 18:30 peneliti datang kerumah pak Tukul selaku Kepala Dusundi Desa Sikayu, kedatangan peneliti bertujuan untuk meminta bantuan mengenaigambaran keadaan warga Desa Sikayu. Pak Tukul menyambut baik kedatanganpeneliti dan membantu peneliti dengan setulus hati.
CATATAN LAPANGAN 9Hari : SabtuTanggal : 19 April 2014
174
Waktu : 19.00Tempat/lokasi : -Kegiatan :
Pada mala mini peneliti ditemani Ayah kembali melakukan perjalanan dariYogyakarta menuju Desa Sikayu Gombong untuk melanjutkan penelitian.Perjalanan ke lokasi penelitian yang bertempat di Desa Sikayu Kecamatan BuayanKabupaten Kebumen Jawa Tengah. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 4 jamdengan ditempuh menggunakan kendaraan bermotor. Penliti tiba di Desa SikayuKecamatan Buayan pada pukul 23:00 dengan keadaan selamat, namun mengalamidemam akibat perjalanan malam yang ditempuh sehingga peneliti merasa tidaksehat.
CATATAN LAPANGAN 10Hari : MingguTanggal : 20 April 2014Waktu : 16.00 - selesaiTempat/lokasi : Rumah Pak Kadus Tukul WaluyoKegiatan :
Berdiskusi perihal warga yang akan di mintai tolong wawancara. Padaperetemuan sebelumnya yaitu saat re-observasi hal ini telah di lakukan namunsekarang ada perubahan sedikit tentang warga yang akan di mintai wawancara.
CATATAN LAPANGAN 11Hari : SelasaTanggal : 22 April 2014Waktu : 13.00 – 17.00Tempat/lokasi : Rumah wargaKegiatan :
Wawancara warga guna mengumpulkan data terkait dengan penelitianyang sedang di kerjakan peneliti. Wawancara kepada warga kali ini di temani olehPak Waluyo selaku bapak kadus Sikayu. Kegiatan wawancara mengalamikendala, seharusnya sudah di lakukan mulai hari Minggu akan tetapi peneliti sakitdemam, wawancara baru bisa di lakukan hari selasa karena anak Pak Kadussedang di rawat di rumah sakit.
Pada hari ini peneliti mewawancara dua orang warga yang merupakan kategorimasyarakat petani yang kurang sadar pendidikan. Selain itu penelitimewawancarai tokoh yang berpengaruh di PKK yait Ibu Sodiyah. Proseswawancara berjalan lancar walaupun disela-sela kesibukan beliau yang sedangmenjalankan pekerjaan sampingan sebagai penata rias pengantin.
CATATAN LAPANGAN 12Tanggal : 23 April 2014Waktu : 15.30 - selesaiTempat/lokasi : Rumah wargaKegiatan :
175
Wawancara kepada warga yang di nilai sudah sadar dalam pendidikan, dipilih dua orang warga yang memenuhi kriteria tersebut. Selain wawancaraterhadap dua warga tersebut, peneliti juga melakukan wawancara terhadap tokohpemuda. Pak Kadus menemani peneliti melakukan wawancara hingga selesai.Wawancara ke dua kali ini berjalan lancar.
CATATAN LAPANGAN 13
Hari : KamisTanggal : 24 April 2014Waktu : 09.30 – 10. 30 WIBTempat/lokasi : Kantor KelurahanKegiatan :
Mewawancarai Pak Lurah selaku perwakilan dari perangkat desa.Kegiatan wawancara berjalan dengan lancar. Banyak informasi mengenaikesadaran pendidikan masyarakat yang masih rendah.
CATATAN LAPANGAN 14
Hari : KamisTanggal : 28 Agustus 2014Waktu : 10:00 WIBTempat/lokasi : Kantor Kesbalingmas Kota YogyakartaKegiatan :
Mengantar surat pengantar dari fakultas guna mendapatkan ijin dariKesbangpol daerah untuk mendapatkan surat pengantar untuk dibawa keSemarang. Petugas Kesbangpol mengatakan bahwa surat akan segera jadi padahari Jumat tanggal 29 Agustus 2014.
CATATAN LAPANGAN 15
Hari : SeninTanggal : 2 September 2014Waktu : 04:30 WIBTempat/lokasi : -Kegiatan :
Peneliti berangkat ke Semarang untuk mengurus surat ijin penelitian,karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti termasuk dalam wilayah luarpropinsi Yogyakarta maka ijin penelitian harus sampai semarang dimana disanaadalah kantor propinsi. Perjalanan dilakukan semenjak subuh dengan tujuan tidakkesiangan sampai kantor Badan Penanaman Modal Daerah. Perjalanan berjalandengan lancar tanpa hambatan.
Sekitar pukul 10:00 WIB peneliti sampai di kantor Badan PenanamanModal Daerah dan langsung mengurus surat perijinan, sekitar pukul 11:30 WIBsurat sudah jadi dan siap untuk diproses menuju Kesbangpol Daerah kebumen.Urusan surat menyurat sudah selesai, lalu peneliti langsung pulang ke Yogyakarta.
176
CATATAN LAPANGAN 16
Hari : 19 September 2014Tanggal : JumatWaktu : 08:30 WIBTempat/lokasi : -Kegiatan :
Perjalanan menuju Desa Sikayu Kecamatan Buayan untuk mengantarkansurat ijin penelitian. Perjalanan dilakukan selama kurang lebih 4 jammenggunakan kendaraan bermotor dan peneliti sampai di lapangan pada pukul14:00 WIB. Sebelum peneliti sampai di lapangan terlebih dahulu peneliti mencarialamat kesbangpol Kota Kebumen untuk memproses surat ijin penelitian lebihlanjut, selama peneliti mencari Kantor Kesbangpol sempat mengalami kesulitankerena peneliti tidak tahu daerah Kebumen sama sekali, namun setelah bertanyadan memperhatikan rambu-rambu petunjuk arah akhirnya ketemu. Ternyatakantor Kesbangpol sudah pindah lokasi dari 2 tahun lalu dan kantor tersebutmenjadi kantor Kehutanan Kebumen, setelah dittunjukkan alamat yang baru olehresepsionis dan melakukan pencarian kembali akhirnya kantor Kesbangpolketemu. Surat ijin akan diantar besok Senin karena mengingat hari ini adalah hariJumat.
CATATAN LAPANGAN 17
Hari : SeninTanggal : 22 September 2014Waktu : 06:30 - selesaiTempat’lolasi : Kesbangpol Kota KebumenKegiatan :
Peneliti melanjutkan mencari surat ijin penelitian, terlebih dahulu penelitidatang ke Kantor Kesbagpol Kota Kebumen yang pada hari Jumat sudahditemukan keberadaannya. Peneliti berangkat dari Desa Sikayu KecamatanBuayan pada pukul 06:30 karena perjalanan yang cukup jauh, perjalananmemerlukan waktu sekitar 2 jam. Pada sekitar pukul 08:15 peneliti sudah ampaidi Kantor Kesbagpol dan disambut baik oleh pegawai disana.
Surat ijin baru akan selesai pada pukul 11:00, namun 15 menit kemudiansurat sudah jadi, petugas merasa iba karena peneliti dari luat kota dan hanyasendirian, alasan tersebut yan membuat petugas mendahulukan surat ijin milikpeneliti. setelah selesai peneliti menuju BAPEDA Kota kebumen untukmemproses surat selanjutnya. surat ijin selesai sekitar pukul 12:00, setelah selesaipeneliti lalu pulang ke desa Sikayu. Pendistribusian surat selanjutnya dankeperluan penelitian lainnya akan dilakukan pada hari berikutnya.
Pada malam hari berkunjung ke rumah Pak Kadus guna silaturahmi danmeminta kekurangan data program kerja.
CATATAN LAPANGAN 18
177
Hari : SelasaTanggal :23 September 2014Waktu : 09:00 WIBTempat/lolasi : Kantor Kelurahan Desa SikayuKegiatan :
Peneliti datang ke Kantor Kelurahan desa Sikayu dengan tujuan untukmengantarkan surat ijin penelitian sekaligus meminta data program kerja desayang ada kaitannya dengan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Lalu padasore harinya Pak Kadus mengantarkan data yang dimaksud karena harus mencariterlebih dahulu.
CATATAN LAPANGAN 19
Hari : RabuTanggal : 24 September 2014Waktu : 09:00 WIBTempat/lolasi : Kantor Kecamatan Buayan dan Kantor UPTD Dikpora
KecamatanKegiatan :
Peneliti mengantarkan surat ijin penelitian kepada pihak KantorKecamatan Buayan guna mempertanggungjawabkan penelitian yang telahdilakukan. Selain mengantarkan surat ijin, peneliti meminta bantuan untukmelengkapi data penelitian dengan meminta data kegiatan pendidikan dikantorKecamatan, namun pihak kecamatan lebih menangani masalah desa danmasyarakat yang mana peneliti sudah mendapatkan data tersebut. PihakKecamatan lalu mengarahkan peneliti untuk datang ke UPTD Dikpora tingkatKecamatan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Setelah mendapatpengarahan tersebut peneliti mendatangi Kantor UPTD Dikpora Kecamatan, pihakUPTD menyarankan agar mewawancarai Pengawas dan penilik sekolah, tetapijam 10:00 yang bersangkutan sedang keliling sekolah sehingga wawancara akandilakukan pada keesokan harinya.
CATATAN LAPANGAN 20
Hari : KamisTanggal : 25 September 2014Waktu : 08:30 WIBTempat/lokasi : Kantor UPTD Dikpora tingkat Kecamatan BuayanKegiatan :
Melakukan wawancara untuk melengkapi data penelitian. Di kantor UPTDDikpora Kecamatan peneliti disambut ramah oleh Bapak Kepala UPTD yangbernama Bapak Salimun. Beliau menegaskan bahwa Pengawas yang bernama IbuKresniwiyati sedang menatar guru SD terkait dengan kurikulum 2013 dan PenilikPLS Bapak Bambang sedang melaksaakan tugas. Akhirmya dengan alternatif lain,Bapak Salimun menggantikan pengawas yang akan diwawancarai. Bapak Salimunjuga memberikan saran agar wawancara secara langsung dengan cara mendatangitempat penataran kurikulum 2013 yang berada di MI Lemah Dhuwur. Bapak
178
bambang bisa diwawancarai pada hari Jumat karena ada pendataan Guru PAUDdan TK di kantor UPTD.
Pada sore hari sekitar pukul 19:00 peneliti mendatangi rumah Ibu TriSuprapti selaku pengurus PAU dan PKK untuk meminta data pelatihanmasyarakat dan sekaligus melakukan sedikit wawancara.
CATATAN LAPANGAN 21
Hari : JumatTanggal : 26 September 2014Waktu : 09:00 WIBTempat/lokasi : UPTD Dikpora Kecamatan dan MI MaduresaKegiatan :
Mewawancarai Bapak Bambang PLS, namun data yang diperoleh kurangmemuaskan dan peneliti memutuskan untuk meminta data program pendidikan,ternyata data tersebut dibawa oleh Ibu Kresniwiyati. Di UPTD peneliti jugabertemu dengan Bapak Salimun, beliau memberikan informasi bawa Ibu Kresniada di MI MAdureso bukan MI Lemah Dhuwur. Pantas saja ketika hari Kamispeneliti mencoba untuk datang ke MI Lemah Dhuwur tetapi tidak ada kegiatanpenataran.
Setelah melakukan beberapa percakapan lalu peneliti berpamitan untukmenemui Ibu Kresni. Setibanya peneliti di MI Madureso dan berbincang-bincangsebentar dengan Ibu Kresniwiyati, beliau menyarankan agar peneliti datang keDinas Dikpora KabupatenKebumen untuk kesesuaian data.
CATATAN LAPANGAN 22
Hari : SeninTanggal : 29 September 2014Waktu : 07:00 WIBTempat/lokasi : Dinas Dikpora Kabupaten KebumenKegiatan :
Peneliti mewawancarai pihak terkait dengan penelitian yang diambil.Berngkat dari Desa Sikayu pada pukul 07:00 sampai di Dinas Dikpora pukul08:30, lalu peneliti memasukkan surat ijin dan menunggu surat diproses selesaipada pukul 11:00. Peneliti diarahkan untuk menemui bagian perencanaan gunaarahan lebih lanjut, dibagian perencanaan peneliti mendapat arahan untukmewawancarai Kabid Dikmen. Wawancara dengan Bapak Sudirman baru dapatdilakukan pada pukul 12:30 karena beliau sedang membuka acara di SMAKaranganyar. setelah melakukan wawancara dengan Bapak Sudirman sekitar 45menit, dibantu Bapak Gatot atas ijin dari Pak Sudirman peneliti diarahkan untukmeminta Perda dibagian perencanaan dengan Ibu Nila. Setelah menunggu IbuNila sekitar 1 jam karena beliau sedang sibuk barulah peneliti mendapatkan PerdaPendidikan. Pada pukul 15:00 semua rangkaian kegiatan selesai dengan lancar.
179
Lampiran 5
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Informan : Bapak TP (Lurah Desa)Wawancara : 24 April 2014
Peneliti :Bagaimana partisipasi pendidikan di Desa Sikayu?Informan : Partisipasi tingkat sekolah dasar sudah cukup tinggi, untuk
kesadaran pendidikan juga sudah lebih baik apalagi dengan adanyapendidikan di PAUD sekarang sudah berjalan. Kalau di tanyaantusias atau tidak, warga memang antusias untuk pendidikan.
Peneliti : Apa kendala dalam membangun partisipasi masyarakat?
Informan : Mungkin beberapa warga yang masih berpendidikan rendah yangbelum begitu mengerti pentingnya pendidikan. Sekarang sekolahdasar sudah gratis, dengan adanya program tersebut alhamdulilahbisa mengurangi angka buta huruf, kebodohan, dan SDM sedikitdemi sedikit meningkat. Saat ini sedang di galakkan sekolahPAUD, rutin di adakan lomba PAUD. Di Desa Sikayu sudahterdapat 2 sekolah PAUD dan 4 sekolah dasar, jadi sebenarnya jikadi lihat dari jumlah sekolah seharusnya pendidikan di Desa Sikayuitu tidak ada masalah khususnya pendidikan SD. Naik ke jenjangpendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP mungkin banyakkesenjangannya, lulusan SD yang jumlahnya banyak akan turundrastis angka partisipasiya jika di lihat dari angka masuk SMP.Alasannya klasik saja, untuk yang tidak melanjutkan ke jenjangSMP masalah hambatan utamanya adalah masalah ekonomi.Perbandingan 30 : 70 siswa yang melanjutkan dan tidakmelanjutkan SMP. Kesadaran pendidikan ada namun terbataskarena biaya pendidikan terlebih untuk partisipasi pendidikanjenjang sekolah menengah. Terkadang anak yang tidak sekolahhanya karena malas, inginnya merantau dan mencari uang.
Peneliti : Apakah ada program dari desa untuk mengatasi masalahpartisipasi pendidikan?
Informan : Kalau dari desa sendiri karena merupakan perpanjangan tangandari pmerintah pusat sejauh ini yang di lakukan untukmeningkatkan kesadaran dan partisipasi dengan jalan sekolah kejarpaket. Kalau murni dari desa belum ada, paling tidak hanyamenghimbau masyarakat, karena kita tidak bisa memaksa jika adawarga yang tidak mau menyekolahkan anaknya atau sebaliknya.Sebenarnya dana sekolah dari pemerintah, dikpora, kecamatan ituselalu ada, ini bukanlah masalah tidak bisa sekolah 9 tahun ataubagaimana namun hanya lebih kearah kesadaran pendidikan yangkurang. Kita lihat saja untuk anak yang meiliki orangtua yang lahir
180
sekitar sebelum tahun 60-an memiliki kesadaran pendidikan yangrendah. Mereka berpikiran cuek anak mau sekolah atau tidak,karena kebanyakan dari mereka masih mengedepankan warisantanah dan sejenisnya untuk kelangsungan hidup anak selanjutnya.Semakin kedepan orang-orang sudah mulai berpikir mengenaipentingnya pendidikan, orangtua pada tahun yang sudah majuberpikiran bekal kedepan untuk anak tidak lagi harta tapi ilmu.Kesadaran dari orangtua jadi akarnya, kalau dari pemerintah desasetiap ada pertemuan yang berkaitan dengan pendidikan sepertiTPA, kita selalu menyarankan dan memberikan pengertian kepadawali murid.
Peneliti : Pendapat mengenai program pendidikan yang di selenggarakanoleh pemerintah?
Informan : Yang namanya proram pendidikan ya mbak apalagi turunnya daripemerintah, itu pasti sudah ter-plot dan terencana, kalau kita mauusul bagaimanapun itu sudah haknya dari pemerintah. Programsudah terencana dan itu hasil dari pendapat terbaik orang sana, jadiya program yang di hasilkan pasti baik tergantung daripelaksanaannya.
Peneliti : Menurut anda apakahpendidikan yang di selenggarakan olehpemerintah apakah sudah tepat bagi masyarakat petani?
Informan : Bisa di bilang tepat karena sekarang manusia di tuntut untukhidup lebih baik ke depannya, apalagi faktor pendidikan tidakberbatas waktu dan tidak berbatas usia. Untuk masyarakat tahunkelahiran 70-an kesadaran pendidikannya sudah meningkatberbeda dengan yang kelahiran 60-an ke belakang. Kesadaranorang tua wali sangat berpengaruh. Kalau di Sikayu sendiri yangmenjadi beban dan kendala adalah sekolah itu sendiri karena baruada SD dan SMP (ada 4, yaitu SMPN 1 Buayan, SMPN 2 Sikayu,SMP PGRI, MTs), sedangkan SMA ( SMA Gombong) baru adasatu untuk yang tingkat kecamatan, jika anak mau sekolah SMAyang tinggal pilih harus ke kota.
Peneliti : Menurut anda pendidikan yang seperti apa yang cocok untukmayarakat petani?
Informan :Kalau untuk orangtua paling ya kelompok tani dan itu sudah adadi program pemerintah. Sebenarnya jika dibangun sekolah apa sajacocok karena tujuannya untuk pengembangan baik itu berupasekolah teknik, pertanian, dan semacamnya. Di terapkan di manasaja cocok, asalkan ada tindak lanjut dari lulusannya, jika lulusananak cocoknya ke luar daerah ya monggo tidak apa-apa tapiasalkan masyarakat yang di desa tidak ditinggalkan begitu saja,juga di beri pengembangan. Sekolah di pedesaan paling cocok
181
yang banyak pelatihan-pelatihannya terutama dengan hal-hal yangberkaitan dengan keunggulan lingkungannya.
Peneliti : Usaha apa saja yang telah dilakukan untuk memberikan danmengupayakan agar masyarakat sadar pendidikan?
Informan : Kalau orang tua benar-benar mempunyai keinginan untukmenyekolahkan anaknya lebih tinggi pasti bisa, tapi karenaterabatas oleh biaya. Orang tua memang punya minatmenyekolahkan anaknya tapi kendalanya hanya satu, faktorekonomi dan biaya untuk menyekolahkan anaknya ke tingkat yanglebih tinggi seperti SMA dan perguruan tinggi itu memerlukanbiaya yang luar biasa. Sebenarnya warga mau namun hanyaterbatas secara ekonomi. Di Desa Sikayu petani paling tidakmemiliki lahan sawah seluas 100 ubin, kalau di bagi rata itu tidakcukup, bagaimana mengolah tanah 100 ubin itu untuk memenuhikebutuhan sehari-hari dan sekolah otomatis tidak mencukupi mbakwalaupun ditunjang dengan kinerja di luar misalnya menjadiburuh. Upah buruh sekarang paling 30.000 sedangkan kebutuhansehari-hari semakin meningkat.
182
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Informan : Ibu RD (sekretaris PKK)Wawancara : 22 April 2014
Peneliti : Apakah arti pendidikan menurut anda?
Informan : Pendidikan kalo menurut saya pribadi lah ya itu adalah suatuajaran yang harus kita berikan kepada anak didik kita untukistilahnya melatih kemandirian khususnya karena saya jugapendidik PAUD yah terus kedewasaan, terus juga sebgai goldenage lah kalo yang dari umur 0-6 tahun. Itu masa-masa yang palingmudah untuk menerima suatu rangsangan iya baik itu motorikhalus motorik kasar itu dari situ kita bisa menyampaikan dan diacepat merekam dari umur 0-6 tahun. Kalau untuk menunjangpendidikan kedepannya lagi itu kan nanti dari pendidik yangtingkatannya lebih tinggi lagi karena PAUD itu kan dari dasar.
Peneliti : Apakah ada program khusus dari PKK untuk membantupendidikan warga sekitar?
Informan : Ada, itu ada di pokja 2 dan ditunjuang oleh pokja 4 mengenaimasalah pendidikan, yaitu kita bisa mengusahakan anak putussekolah dari kejar paket A, tapi untuk akhir-akhir ini terkendalapelaksanaannya dan sampai sekarang belum terlaksana lagi. Itusalah satu program kerja pokja 2 ditunjang dengan pokja 4 itu dariposyandu.
Peneliti : Apainiasiatif pendidikan dari ibu-ibu PKK selain yang ada diprogram kerja?
Informan : Pelatihan-pelatihan mbak, contohnya untuk pelatihan alklirik,pelatihan tata boga, pelatihan menjahit. Pelatihan tersebut untukwarga yang tidak bisa melanjutkan sekolah lagi. Pada periode inikita sudah menyelenggarakan dua pelatihan, yaitu pelatihanmejahit dan alkrilik. Pada pelatihan akrilik warga di ajari membuatbros, kalung, manik-manik dll. Pelatihan tersebut tidak hanya diikuti oleh ibu-ibu PKK namun juga remaja-remaja dan calon ibumuda. Kalau untuk pelatihan bagi warga laki-laki mereka diajarimembuat pupuk organik. Pelatihan ini ditujukan untuk ibu-ibu dancalon ibu muda yang sekira nya ada potensi untuk di manfaatkan,maka untuk anak-anak belum pernah diselenggarakan pelatihanyang serupa karena anak-anak sudah sekolah.
Peneliti : Apakah hasil dari pelatihan dimanfaatkan oleh masyarakat?
Informan : Iya dimanfaatkan, contohnya warga sudah ada yangmemanfaatkan ilmu dari pelatihan menjahit, di tempat Ibu Sumi,
183
dan yang pelatihan akrilik juga sudah bahkan hasil kerajinan akrilikada yang di kirim sampai Magelang.
Peneliti : Bagaimana pendapat ibu mengenai program pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah?
Informan : Itu sih bagus sebenarnya, namun kadang-kadang dari masyarakatitu sendiri yang kurang menyadari pendidikan yang non-formalseperti yang diselenggarakan oleh kami. Jadi kesadaran masyarakatuntuk memasukkan anaknya ke pendidikan non-formal juga masihminim, padahal kita berharap jika anak tidak terlalu menonjol padabidang akademik lebih baik pendidikan ditunjang denganpendidikan nonformal. Kecuali orang-orang yang memang sudahtau pentingnya pendidikan walaupun mereka bukan orang yangberlatar belakang pendidikan yang tinggi, yang memang merekasadar pendidikan untuk anak-anaknya. Tapi memang untukmasyarakat Jeblosan, dan Karang Kamal memang benar-benarbelum sadar.Bilang saja kita mensosialisasikan programpendidikan dini PAUD, memang akan bilang “iya..iya” tapi nantiduduk perkara dibelakang ada yang bilang “lah untuk apa masihkecil disekolahkan gitu, besok juga ke TK”. Padahal itu palingpenting untuk pondasi anak. Kalau anak yang sudah PAUDminimal lebih mandiri dari pada anak lain. Hanya saja masyarakatmasih kurang sadar untuk menyekolahkan anak mulai dari PAUD.Sewaktu pembukaan pertama kali memang orang-orang bisatertarik, namun setelah itu lala-lama mungkin orang tua berpikir“ah males nganterin pagi-pagi” “wah lagi banyak kerjaan”.Padahal jika anak sudah terbiasa berangkat PAUD sekedarditinggal saja anak tidak akan menangis, karena sudah banyaktemannya. Sebenarnya ada kesadaran dari masyarakat tapi belumbanyak, dan untuk menggerakkannya masih susah. Disini adabanyak sekali balita namun hanya sedikit yang sekolah PAUD,yang terdaftar ada50 balita yang sudah terdaftar, padahal masihbanyak. Cuman kan dari kesadarana orang tuanya sendiri yangkurang, dan mengenai kesadaran tersebut kita belum bisamengorek “mengapa demikian”.
Peneliti : Menurut ibu program pendidikan yang diselenggarakanpemerintah sekarang apakah sudah memenuhi kebutuhanmasyarakat?
Informan : Kalau menurut saya dari tingkat SD terutama SD 4 Sikayu sudahmemenuhi, hal ini saya pandang dari segi biaya operasional yangdiberikan oleh pemerintah untuk membantu sekolah maupunmurid. Saya cukup senang juga karena di satu desa ini terdapat 3SD dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anakpada tingkat dasar.
184
Peneliti : Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petanimenurut ibu?
Informan : Kalau dari segi pendidikan dini PAUD mungkin akan lebih bagusjika sekolahnya dikelompok-kelompokkan saja. Tetapi untuktenaga pendidiknya yang akan sedikit susah. Menurut saya adabeberapa kendala (1) tenaga pendidik, karena pasti membutuhkantenaga pendidika yang tidak sedikit, (2) mengenai waktupenyelenggaraan, dapat di lihat jika masyarakat sangat sibuk disawah, kalau sudah pagi menjelang siang pasti sibuk pergi semua.Jadi mungkin pendidikan yang cocok untuk masyarakat petaniadalah pendidikan yang disesuaikan dengan karakter masyarakatdan lingkungan, dan didukung sedikit saja rasa sadar akanpentingnya pendidikan.
Peneliti : Pendidikan sepertia apa yang menurut anda sesuai untukmasyarakat daerah pertanian?
Informan : Pendidikan yang berbasis pelatihan karena dapat dilihat sendiriuntuk pendidikan formal mereka belum sepenuhnya menyadaripentingnya, lebih ke sekolah nonformal mungkin akan lebihmenarik minat. Berbicara mengenai petani mungkin yang timbuldipikiran adalah orangtua, untuk yang sudah dewasa mungkin yanglebih cocok adalah pendidikan yang berbasis pelatihan, namuntetap terlebih dahulu sekolah di jenjang formal pada usia dini.Untuk anak usia SD, SMP, SMA sederajat juga bisa diselenggarakan pendidikan pelatihan yang ada hubungan danmanfaat sesuai dengan tingkatan mereka. Karena sekarang yangsaya lihat walaupun mereka anak ptani namun mereka malas untukmempelajari hal yang berhubungan dengan pertanian, mereka lebihmemilih merantau. Memang masih materialistik, jika di adakanpenyuluhan gratis sewaktu Balai Desa mendapat bantuan memangantusiasnya tinggi, tapi jika sudah menyangkun membayar sendirisedikit sekali yang berminat.
185
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : RJ (perwakilan pemuda)Wawancara : 22 April 2014
Peneliti : Apa arti pendidikan menurut anda?
Informan : Kalau menurut saya pendidikan itu adalah pemberian dasar-dasarilmu yang dibutuhkan, baik melalui pendidikan formal maupunpendidikan agama dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan.Pengetahuan tersebut untuk memberikan perubahan pada manusiauntuk menjadi yang lebih baik.
Peneliti : Bagaimana partisipasi pemuda Desa Sikayu dalam pendidikan?
Informan : Jika dibandingkan dengan daerah kota memang partisipasinyamasih rendah, selain itu banyak faktor penghambatnya. Faktorkesadaran orangtua, faktor kesadaran anak, dan faktor ekonomi.
Peneliti : Bagaimana partisipasi pemuda itu sendiri dalam hal keikutsertaandalam pendidikan?
Informan : Kalau untuk pendidikan pada generasi masyarakat sekarang sudahtermasuk mendingan, lebih baik daripada dahulu, contohnya untukprogram pendidikan ajib belajar Sembilan tahun alhamdulilah bisadikatakan hampir 90% sudah memenuhi, namun untuk pendidikankelanjutannya itu memang masih termasuk kategori rendah.
Peneliti : Bagaimana tanggapan dari pemuda mengenai rendahnyapartisipasi masyarakat dalam pendidikan?
Informan : Dari pemuda sendiri ada usaha untuk tetap memberdayakanmasyarakat terutama pemuda salah satunya dengan adanyaorganisasi pemuda yang bernama Kopek Community Club (KCC).KCC tersebut memiliki visi misi sebagai organisasi yangberkembang dan bisa diterima oleh masyarakat. Organisasi iniuntuk memberikan fasilitas kepada pemuda untuk belajar danberkarya seperti dalam kegiatan olahraga, keagamaan, IPTEK, danlainnya sesuai dengan perkembangan globalisasi.
Peneliti : Apakah ada program khusus dari pemuda untuk meningkatkanpartisipasi pemuda dalam pendidikan?
Informan : Ada. Program yang sudah dijalankan di masyarakat ada programsosial yang contohnya keikutsertaan dalam melawat dan berbagaihajatan warga, program keagamaan contohnya kepengurusanlomba takbir, bidang usaha atau Perkoperasian contohnyamembuka konter jual beli pulsa, layanan cuci motor dan layanantagihan listrik, dan bidang pendidikan contohnya mendirikan
186
perpustakaan. Perpustakaan tersebut didirikan oleh pemuda dengancara mengumoulkan buku-buku bekas namun sayang sekali padaakhirnya perpustakaan tersebut harus terhenti karena minimnyaminat masyarakat untuk mengunjunginya
Peneliti : KCC itu sendiri apa?
Informan : KCC itu singkatan dari Kopek Community Club, pada awalnyapendirian KCC ini hanya “iseng” namun pada akhirnya dapatditerima masyarakat. Ini adalah salah satu tantangan kita agar KCCtetap ada dan jangan sampai bubar karena organisasi ini salah satutempat menampung kegiatan pemuda.
Peneliti : Apakah ada usaha dari pemuda untuk menarik pemuda yang lainagar lebih memiliki kesadaran pendidikan?
Informan : Untuk hal tersebut memang juga memerlukan peran serta dariberbagai pihak tidak hanya dari pemuda. Jika kaitannya denganpendidikan, kita telusuri sampai akar permasalahan yang menjadipemerannya adalah kesadaran orangtua. Asumsi-asumsi yangmiring dari masyarakat mengenai pendidikan juga berpengaruh.Penilaian mayarakat terhadap pendidikan lebih negative karenamereka masih pesimis terhadap pendidikan, terlebih lagi ditambahdengan kesadarannya yang masih rendah. Tetaoi untuk masyarakatsekarang sudah lebih baik kesadarannya. Dalam hal urusanpendidikan, pemuda tidak bisa ikut campur karena itu berhubungandengan keputusan keluarga, kita sebagai pemuda tidak bisa secaralangsung ikut campur walaupun hanya sekedar memberikanpencerahan karena ditakutkan akan terjadi “gesekan” danmenimbulkan masalah lainnya.
Peneliti : Bagaimana menurut anda tentang pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah, apakah sudah memenuhikebutuhan bagi masyarakat petani?
Informan : Misalnya prgoram wajib belajar menurut saya itu bagus, karenasecara halus memaksa masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.Masyarakat sekitar sini kesadaran untuk sekolah sudah meningkat,lebih baik daripada 10 tahun kebelakang. Apalagi dengan adanyaprogram bantuan dari pemerintah yang bervariasi cukup membantumasyarakat, namun untuk evaluasi program lebih baik diadakansetiap tahun karena setiap tahun keadaan masyarakat selaluberkembang.
Peneliti : Pendidikan seperti apa yang cocok untuk masyarakat petani?
Informan : Penddikan yang mengandung banyak pelajaran kearifan lokal,pendidikan agama, keterampilan, dan pendidikan
187
kewarganegaraan, salah satunya adalah untuk meminimalisirdampak globalisasi. Sedangkan untuk pendidikan yang berkaitandengan wilayah pertanian yaitu sekolah pertanian dan juga sekolahinklusi, karena di Desa Sikayu terdapat beberapa AnakBerkebuthan Khusus (ABK) yang belum mendapatkan pendidikandengan layak dikarenakan tidak ada sekolah yang sesuai untukmereka.
188
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSI
Informan : SK (warga)Wawancara : 22 April 2014Peneliti :Apa arti pendidikan menurut bapak?
Informan :Pendidikan adalah belajar, tetapi dengan di damping guru atauorang yang lebih pandai. Kalau menurut saya sekolah atau tidak itusama saja kalau hanya di desa, beda lagi kalau sudah merantauilmu nya akan lebih terpakai, dan kalau di desa lapangan kerjanyasedikit.
Peneliti :Apa motivasi anda sehingga bisa menyekolahkan anak sampaijenjang yang lebih tinggi?
Informan :Karena anak yang meminta untuk sekolah lagi maka saya sebagaiorang tua harus mewujudkannya. Jadi motivasi saya untukmenyekolahkan anak ada di anak itu sendiri. Anak saya dulusekolah di kejuruan (SMK Karanganyar) jurusan akuntansi, setelahlulus lalu bekerja di EPSON selama 1 tahun, kerjanya kontraknyasudah habis dan anak saya sering mengeluh kalau kerja itumelelahkan. Lalu setelah kontrak kerja selesai anak saya tidakmemperpanjang kontrak ta pi pulang dan minta sekolah lagi.Sekarang anak saya kuliah di AA YKPN Yogyakarta jurusanakuntansi D3.
Peneliti : Apa hambatan dalam menyekolahkan anak dan bagaimanamengatasinya?
Informan :Bagi orang desa terutama petani yang kerjanya tidak pasti,hambatan yang sering muncul itu dari segi ekonomi. Ya karenakeinginan anak mau sekolah lagi saya mengusahakan apapun lahyang pasti halal dan menghasilkan uang. Lebih rajin ke sawah,membeli kambing lagi buat tabungan. Ibu juga sering mencarirumput di hutan kalau saya lagi kerja di kayu (membuat meubel).Saya punya anak dua, yang pertama laki-laki dan yang keduaperempuan, anak laki-laki saya sudah bekerja dan yang kuliah iniyang perempuan. Anak saya minta kuliah karena sewaktu kerja diEPSON sering melihat anak-anak kuliahan akhirya jadi inginkuliah, saya perhatikan juga tidak sekedar kuliah-kuliahankuliahnya sungguh-sungguh.
Peneliti : Bagaimana anda mengatasi hambatan tersebut?
Informan : Kuliah di AA YKPN Yogyakarta ternyata sangat mahal, sayapelihara kambing istilahnya untuk tabugan misal membayar uangSPP dan tempat kos. Kalau ternyata masih kurang alhamdulilahmasih ada anak laki-laki saya yang membantu dan juga kerabat.
189
Kalau untuk keperluan lainnya untung masih bisa terpenuhi.Sewaktu kuliah anak saya cerita sempat merasa minder karenadisana mahasiswanya banyak yang berpenampilan “wah” yamaklum saya mereka anak pegawai semua, lagi pula kampusnyatermasuk yang swasta.
Peneliti : Menurut anda, bagaimanapendidikan yang cocok untukmasyarakat petani?
Informan : Tidak perlu gratis tidak apa-apa, asalkan murah saja dan adamutunya. kalau bisa disini juga di bangun sekolah yang tidak jauhberbeda dengan yang di kota, supaya bisa membangun desa dantidak perlu jauh-jauh sekolahnya. Di sini sekolah masih jarang jaditerkadang kalau mau meanjutkan sekolah bingung mau sekolah apadan kemana, tidak jarang larinya ke luar kota untuk bekerja. Kalauorang sini kan kadang anaknya mau sekolah lagi tapi orangtuasudah tidak mau membiayai, uangnya lebih baik di tabung untukmembeli sawah. Kalau orang tua masih ingin menyekolahkan anaktapi terkadang anak sudah tidak mau sekolah, lebih memilih kerjaseperti kebanyakan teman-temannya. Jadi tidak sambung.
190
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : MR (warga)Wawancara : 22 April 2014Peneliti : Apa arti pendidikan menurut anda?
Informan :Pendidikan itu ya sekolah, kalau saya hanya menurut saja kalauada iyuran saya bayar, sekolah atau pendidikan itu belajar yangdiajari oleh guru.
Peneliti :Sampai jenjang apa Erwin (anak bungsu bapak MR) sekolah?
Informan : sampai SMP, saya taari meneruskan SMA dia sudah tidak maudan lebih memilih bekerja karena teman-temannya juga bekerja.Saya sebagai orangtua hanya menurti kemauan anak, karena anaksudah tidak mau sekolah yasudah itu pilihan dia. Saya juga tidkmemaksa anak untuk sekolah. Kalau anak sudah tidak punyakeinginan sekolah saya hanay menurti. Dia bilang ingin mencariuang supaya tidak merepotkan orangtua.
Peneliti : Bagaimana menurut anda pendidikan yang diselenggarakan olehpemerintah saat ini?
Informan : Kalau bertanya apakah sudah meringankan atau belum saya kirasama saja karena sekolah masih membayar. Ingginnya orang tuapasti dibantu semuanya tapi pasti ada yang tidak dapat. Jikamenyekolahkan pakai uang sendiri sangat berat.
Peneliti : Apakah ketika anak tidak mau sekolah anda memberikandorongan/motivasi agar meneruskan sekolah?
Informan : Saya tidak memberikan motivasi, karena jika anak saya sudahtidak mau sekolah ya sudah itu adalah keputusan dia.
Peneliti : Bagaimana pendidikan yang tepat bagi masyarakat petanimenurut anda?
Informan : Sekolah itu susah baik pelajaran maupun dananya. Kalau danapendidikan dbantu oleh pemerintah mungkin banyak anak yag akanmelanjutkan sekolah, tetapi anak desa sini masih tergolong engganjika untuk sekolah. Kalau saya selalu mendukung anak tetapi anaksaya sudah tidak mau sekolah apalagi sekarang sudah kerja pastisudah malas jika disuruh sekolah lagi, sudah enak kerja.
Peneliti : Apakah anda pernah menyekolahka anak pada pendidikanformal?
Informan : Tetap tidak mau, walaupun itu bukan sekolah formal.
191
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : SD (warga)Wawancara : 22 April 2014Peneliti : Apa arti pendidikan menurut anda?
Informan : sekolah itu adalah hal yang penting, karena jika disini anak-anaktidak sekolah akan menjadi anak yang bodoh dan akanmendapatkan pekerjaan asal-asalan. Anak jaman sekarang sudahjarang sekali yang bertani, semua anak sekolah untuk mendapatkankerja yag lebih layak. Kalau jaman saya dahulu sekolah itu tidakpenting, yang penting bisa merawat sawah dan pergi kehutan itusudah cukup. Sekolah sepintar apapun jika tidak bertani tidak biasamakan.
Peneliti : Apakah anda mendukung pendidikan anak?
Informan : Sebenarnya saya mendukung pendidikan anak tetapi anak sayayang didukung pendidikan justru tidak mau, saya kira pikirannyabelum maju karena anak saya berkata kasihan kepada orangtuaKarenna sekolah masih memakai biaya oangtua. Sekarang sekolahsudah gratis hanya tinggal membayar uag SPP saja sudah ringan.
Peneliti : Apakah anda memberikan motivasi ketika anak tidak maumelanjutkan sekolah?
Informan : Saya tidak memberikan motivasi lagi karena anak saya sudhahtidak mau melanjutkan sekolah. Saya berpesan kepada anak sayasupaya tidak menyesal tapi anak saya menyesal pada akhirnyakarena tidak melanjutkan sekolah. dari kelima anak saya hanyaanak bungsu saya saja yang berpendidikan SMP yang lainya hanyaSD. Anak saya punya keterampilan membengkel motordan barangelektronik, diia belajar dari oengalaman kerja.
Peneliti : Bagaimana menurut anada sekolah ang cocok untuk masyarakatpetani?
Informan : Kalau menurt saya semua sekolah itu sama saja, tetapi akan lebihbaik jika yang dekat dengan rumah dan lingkungan belajarmendukung pendidikan anak.
Peneliti : Apakah anda menyekolahkan anak ke sekolah formal?
Informan : Anak saya tidak mau kursus.
Peneliti : Mengapa anak anda tidak mau meneruskan sekolah?
Informan : Dahulu anak saya suruh meneruskan sekolah namun anak sayabersikeras menolak karena merasa kasihan kepada Bapaknya. Diakhawatir memikirkan darimana biaya untuk sekolah. Anak saya
192
yang nomor lima juga saya suruh untuk sekolah lagi nanti masalahbiaya agar ditanggung bersama saudara-saudaranya, tapi padaakhirnya sama saja dengan saudaranya yang lain.
Peneliti : Apa pekerjaan anda sehari-hari?
Informan : Bertani, tetapi saya lebih sibuk mengumpulkan rosok tetapipekerjaan itu bukan pekerjaan pokok. Sekarang saya sudah tidakbisa merawat hutan saya hanya pergi kesawah beberapa kali tidaksering seperti dulu.
193
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : TS (pengelola PAUD)Wawancara : 24 September 2014Peneliti : Apakah arti pendidikan?
Informan : Pendidikan adalah dasar dari pengalaman anak yang nantinyaakan digunakan dalam kehidupan.
Peneliti : Apa motiasi anda untuk terus menyekolahkan anak?
Informan : Karena pendidikan sangat penting, maka saya menyekolahkananak setinggi mungkin. Kalau kita memberikan harta akan habistapi jika ilmu bisa digunakan. Dengan pendidikan secara tidaklangsung dapat mengangkat derajat orangtua dan derajat ekonomi.
Peneliti : Apa ada hambatan dalam menyekolahkan anak?
Informan : Ada, faktor utama pasti dana, yang kedua adalah jarak yang jauhhingga tidakbisa mengawasi anak secara langsung, walaupusekarang jaman canggih tapi saya selalu was-was. Semangat anakbelum pernah menjadi hambatan. Jika anak masih mau ya silahkansaja, yang jelas dana karena penghasilan di desa pasti sedikit.
Peneliti : Bagaimana anda mengatasi hambatan tersebut?
Informan : Mencari tambahan dengan usaha lain, jual pohon dihutan lalumenanamnya kembali. Berkomunikasi secara intensif karena anaksekolah diluar daerah.
Peneliti : Bagaimana menurut anda program pendidikan yangdiselenggarakan oleh ppemerintah saat ini?
Informan : Menurut saya belum bagus tapi juga ada yang sudah bagus.Jaman sekarang sekolah tinggi bukan hanya orang kaya tapi anakdesa juga bisa. Pendidikan formal dan wajib belajar disini sudahada dan berjalan, dan perhatian pemerintah cukup bagus, dari tahun2009 sampai sekarang bantuan dari pemerintah juga banyak.Fasilitas pendidikan nonformal juga sudah berkembang, ada KB,PAUD, pos Paud, TPA, dan perhatiannya cukup bagus.
Peneliti : Bagaimana pendidikan yang cocok untuk masyarakat petanimenurut anda?
Informan : Pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman,memperhatikan pengadaan gedung walaupun hanya sekolah yangterletak di daerah pertanian tetapi juga perlu diperhatikan sepertidaerah lain. kalau memang ada tempatnya pembangunan sekolahpertanian akan sangat bagus, sekolah yang sudah ada tentangpertanian hendaknya juga lebih dimaksimalkan karena tergeser
194
pamornya oleh sekolah otomotif dan mesin. Pembangunan sekolahpertanian ini salah satu tujuannya adalah agar petani tua adagenerasi penerusnya karena anak muda lebih senang merantau,dengan memaksimalkan sekolah pertanian yang ada danpemerintah memperhatikan nasib setelah lulus sekolah makamasyarakat lambat laun akan mengubah pandangannya.Pembanguna sekolah berkebutuhan khusus juga sangat bagus,karena di Desa Sikayu belum ada SLB, anak-anak berkebutuhankhusus yang ada selama ini masih kurang diperhatikan, untuk ABKusia TK masih mengikuti sekolah normal sedangkan untuk SMPLBdan selanjutnya masih ada di kota dan orang desa masih terkendalajarak dan biaya untuk mengaksesnya.
195
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : SL (Kepala UPTD Dikpora Kecamatan)Wawancara : 24 September 2014
Peneliti : Apakah arti pendidikan menurut anda?
Informan : Pendidikan itu adalah usaha sadar untuk merubah perilakumanusia menjadi yang lebih baik.
Peneliti : Apakah manfaat dari pendidikan?
Informan : Manfaat dari pendidikan itu adalah unuk meningkatkan kualitasmanusia, menuju perubahan perilaku yang kita inginkan,kesejahteraan, pengembangan ekonomi, kebudayaan, dan lainnya.
Peneliti :Apakahdalam pembuatan kebijakan juga turut melibatkanmasyarakat sekitar?
Informan : Iya, kami juga melibatkan masyarakat.
Peneliti : Apa bentuk peran masyarakat tersebut?
Informan : Contohnya dalam bentuk perencanaan masyarakat terlibat dalamrapat pleno, rapat komite sekolah, dan rapat wali murid.Pelaksanaan, masyarakat terlibat dalam pembangunan daninfrastruktur dan dalam pembelajaran masyarakat terlibat dalam halinformasi tentang kesehatan murid, memberdayakan bidang desauntuk pembelajaran langsung seperti koramil dan kepolisian, diSikayu banyak pelaku seni itu juga sering diundang untuk secaralangsung mengajari anak, seperti kesenian kuda lumping.
Peneliti : Usaha UPTD Dikpora Kecamatan dalam menyikapi rendahnyakesadaran masyarakat terhadap pendidikan?
Informan : Berkerjasama dengan kepala desa untuk menghimbau dengansungguh-sungguh kepada wali murid untuk menyekolahkananaknya sehingga tidak putus sekolah, dengan cara menjaring danmendata anak-anak yang tidak melanjutkan untuk diadakanpembinaan melalui PLS (Penilik Luar Sekolah).
Peneliti : Apakah usaha nyata dari pemerintah menangani secara langsungpendidikan masyarakat?
Informan : Mendata mereka nantinya pihak PLS akan merekapitulasi danmenindaklanjuti, seperti mereka diminta untuk kejar paket, jikaternyata tidak mau kita tidak memaksalagi. Untuk yang sudah tidaksekolah diberikan keterampilan, pada tingkat kecamatan yangbertanggugjawab adalah PKBM tapi sejauh ini di Sikayu belumada PKBM, kalau di tingkat kecamatan sudah ada.
196
Peneliti : Bagaimana tingkat kesadaran pendidikan masyarakat Desa SikayuKecamatan Buayan menurut anda?
Informan : Tingkat kesadaran pendidikan masyarakat Desa Sikayu masihbisa dikatakan rendah, terlihat jelas mental masyarakat desa daripegunungan, mereka masih punya pikiran sekolah tinggi dengansekolah rendah hasilnya akan sama nantinya. Sekolah tinggi tidakbisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai namun sekolah rendahbisa berdagang karena dididik dengan keterampilan berdagang danketerampilan lainnya. Mereka bisa sukses sehingga dianggap lebihberhasil.
Peneliti : Bagaimana pendapat/pandangan anda mengenai wajib belajarSembilan tahun di masyarakat Desa Sikayu?
Informan : Sudah berhasil, hanya beberapa anak yang tidak melanjutkan,menurut data yang saya baca, itupun mereka sudah dihimbaumelalui kepala desa, didatangi pengawas.
Peneliti : Apaupaya dari UPTD Dikpora Kecamatan dalam meningkatkankesadaran pendidikan bagi masyarakat Desa Sikayu?
Informan : Kita sudah berupaya dengan sungguh-sungguh mendorong agarkesadaran pendidikan masyarakat meningkat, peran masyarakatmeningkat dibidang pendidikan, serering mengundang orangtuadalam rapat disekolah itu bukan berarti kita mengajak orangtuaberunding perihal uang, namun kita berunding perihal peningkatanmutu anak disekolah. Dukungan tersebut tidak harus dengan uangtetapi hanya dengan datang disekolah dan mengikuti diskusi itusebuah dukungan yang sangat luar biasa dan berperan aktif dalamsuasana belajar, terlebih jika tahu sekolah membutuhkan uangdalam proses pembelajaran dapat didukung dengan uangnya.
Peneliti : Bagaimana menurut anda pendidikan yang diselenggarakan olehpemerintah saat ini?
Informan : Pertama, pemerintah itu wajib menyelenggarakan pendidikan, jikatidak mental masyarakat akan tidak jelas arahnya akan dibawakemana. Sentralnya berada pada empat pilar, jika tidak adapendidikan masyarakat akan bermental pemberontak yangmemprotes pada presiden.
Kedua, selama ini pemerintah sudah bersungguh-sungguh untukberiktikat meningkatkan mutu pendidikan, sehingga ditegakkandalam delapan standar pendidikan. Delapan standar pendidikantersebut semuanya dibiayai APBN, berarti pemerintah sudahsungguh-sungguh.
197
Ketiga, perkembangan IPTEK dan pasar bebas sangatmempengaruhi mental Indonesia sehingga pendidikan Indonesiahampir kehilangan jati diri maka pemerintah mengupayakannnyamelalui pendidikan melalui pendidikan karakter, berkompeten danberbudaya. Menurut saya belum tentu pendidikan yangdiselenggarakan pemerintah itu lebih bagus daripada yangdiselenggarakan oleh swasta. Artinya pemerintah sudah bagus tapipemerintah sudah bersungguh-sungguh.
Peneliti : Bagaimana pendidikan yang sesuai untuk masyarakat petanimenurut anda?
Informan : Kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, kalaudidaerah pertanian ya yang sesuai untuk petani, yang dipantai yangsesuai untuk nelayan. Sistem pembelajarannya berwawasanlingkungan, sesuai dengan kebutuhan lingkungan, menerapkan danmemberdayakan potensi yang ada dilingkungan. Misalnya padasekolah perikanan ada materi tentang nelayan, siswa diajak ke TPIuntuk mempelajarinya, hingga anak-anak bisa menghayatilangsung daripada melihat slide atau tampilan video. Petanimisalnya diberikan kelas pelatihan ke sawah, menganalisa struktursawah, dll. Membangun sekolah-sekolah berwawasan lingkunganuntuk mengembalikan karakter lingkungan. Karakter akhlakmanusia maupun karakter lingkungan, bahwa di Sikayulingkungkan karakternya adalah penderes/membuat gula aren. Jikapemerintah mengupayakan sekolah yang sesuai denganlingkungan, disini banyak usaha gula aren rumahan jangan sampaidiklaim oleh pengusaha. Nah dari hal tersebut bagaimanapemerintah membuat sekolah kejuruan yang berkompeten dansesuai karakter atau watak lingkungan
Peneliti : Apakah hambatan dalam menyelenggarakan pendidikandilingkungan masyarakat petani khususnya Desa Sikayu?
Informan : Mental masyarakat petani mental ingin dibantu, sehingga tatkalaada tawaran bantuan semua mengaku miskin. Mental keterampilan,enggan untuk diajak berlatih, mereka mau untuk diajak majusetelah dilatih namun semangatnya sangat kecil, misalnya jikamelihat usaha temannya gagal maka tidak akan yang beranimencoba usaha bidang tersebut tetapi jika usaha satu temannyaberhasil maka semua akan ikut mencoba sehingga akan dihasilkanproduk yang sama dengan jumlah banyak, dan hal tersebutmengakibatkan harga jual rendah. Dengan cara seperti ini jika tidaklaku satu maka tidak laku semua dan akhirnya bubar. Danamasyarakat untuk menyekolahkan anaknya juga menjadi hambatan.
Peneliti : Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?
198
Informan : Cara menghadapi hambatan tersebut kita selalu mengadakankegiatan pendidikan dan pelatihan secara terus menerus, untukyang kesadaran pendidikannya masih kurang maka akan dijaringlalu diarahkan untuk menempuh pendidikan paket B atau paket Cdan diupayakan bantuan siswa miskin.
Peneliti : Apakah arti kebijakan menurut anda?
Informan : Kebijakan adalah pengambilan solusi, regulasi terhadap masalahyang ada. Sedangkan kebijakan pendidikan adalah pengambilansolusi atau jalan keluar terhadap aturan-aturan pendidikan maupunpermasalahan-permasalahan pendidikan yang ada demi tercapainyasuatu tujuan pendidikan.
Peneliti : Apakah dalam pembuatan keijakan pendidikan turut melibatkanmasyarakat dan menampung aspirasi dari masyarakat?
Informan : Iya kita turut melibatkan masyarakat dengan cara menerimausulan dan pendapat dari masyarakat melalui rapat-rapat.
Peneliti : Usulan dan pendapat seperti apa?
Informan : Usulan tentang kedisplinan guru, ekstrakulikuler, pemanfaatansarana dan prasarana misalnya lahan.
Peneliti : Apakah aspirasi masyarakat juga menjadi bahan pertimbangan?
Informan : Iya, kita juga mepertimbangkan aspirasi masyarakat.
Peneliti : Apakah ada kebijakan pendidikan yang menyangkut pendidikanformal?
Informan : Memberdayakan pendidik dan tenaga pendidik untukmeningkatkan kompetensi mereka. Bersama-sama dalam satusistem untuk meningkatkan mutu pendidikan di tingkat kecamatanyang harus berimbas mutu ditiap-tiap lembaga sekolah.Meningkatkan mutu sekolah itu kan juga harus ada peningkatankomitmen dengan guru, lalu bersama-sama menungkatkan mutusekolah. Keberhasilan pendidikan itu bisa dilihat dari beberapaelemen, seperti mutu, peningkatkan kompetensi dsb, sehinggaperlu diadakan pelatihan guru berkesinambungan memalui KKG.Keberhasilan lomba, menghimbau tiap sekolah untukmempertajam kegiatan ekrsra yang menjadi unggulan sekolahmasing-masing. Keterjualan siswa atau tigkat keberlanjutan lulusansiswa SD ke SMP. Penampakan, kepala sekolah peduli terhadapkerukunan antar pegawai, ketertiban, kebersihn lingkungan. Misalgedungnua bagus, staff sekolah ramah, siswa dan guru rukun.
199
Lembaga non-formal, memberdayakan lembaga non-formal yangada misal PAUD-NI nonformal, pospaud, SPS (seperti posyandu,pos paud sejenis), KB (kelompok bermain), adanya TPA masuksekolah.
TPA sekolah: kepala TPA dan guru dari masyarakat, kurikulumdibuat bersama antara kepala sekolah dan masyarakat,keuangannya dari 2 dimensi (BOS: ekstrakulikuler pendidikanagama, dari infaq santri). Siswa atau santri peserta TPA dari siwsasekolah itu sendiri, dengan target kelas 5 bisa lulus Al-Qur’an.Alasannya, bawa anak-anak TPA baik yang dikelola masyarakatataupun sekolah hakekatnya adalah anak sekolah. Dengan caraseperti ini anak lebih tertib untuk mengikuti kegiatan ekstrakeagamaan.
200
TRANSKRIP WAWANCARA YANG TELAH DIREDUKSIInforman : SR (Kabid Dikmen Dikpora Kabupaten)Wawancara : 29 September 2014Peneliti : Apakah arti pendidikan?
Informan : Pemerintah memberikan fasilitas seluas-luasnya bagi warganegara dalam batas anak usia sekolah dari berbagai fasilitas adalembaga-lembaga pendidikannya kemudian pembiayaannya sudahdiselenggarakan namun belum dicanangkan sebagai pendidikan 12tahun karena kalau pendidikan dasar sudah ada undang-undangnyadalam sisidiknas bahwa terdapat pendidikan wajib belajarSembilan tahun (SD-SMP). Dari hal tersebut pemerintah punyakuwajiban menyediakan anggarannya, istilahnya pendidikan gratissehingga sekolah tidak boleh menarik iyuran atau pungutanbolehnya sumbangan, sumbangan cirinya keikhlasan. Pendidikanmenengah universal belum kearah seperti itu tapi pemerintahmemberikan bantuan seringan-ringannya agar semua warga negaradapat mengikuti pendidikan menengah baik ke SMA atau ke SMK,dengan adanya BOS harapannya semakin ringan, tapi yang darikeluarga tidak mampu memang harus digratiskan, jadi tidak adaalasan lagi tidak sekolah karena tidak memiliki biaya.
Peneliti : Apa usaha untuk mendukung pendidikan?
Informan : Pemerintah Kabupeten sudah memerintahkan dinas Dikporauntuk menghitung kebutuhan per-unit sekolah, persiswa berapa itukaitannya untuk menekankan lagi bahwa sekolah-sekolah tersebuttidak mbayar tapi semuanya juga sangat tergantung padakemampuan anggaran daerah. Upaya yang dilakukan sebenarnyasudah maksimal untuk mendukung kearah sana. Segenap tenagamengarah kesana.
Peneliti : Bagaimana usaha pemerintah untuk meningkatkan kesadaranmasyarakat dalam menuntut pendidikan?
Informan : Kita hanya bisa terus mendukung walaupun rapat yang dilakukansecara lintas, ada Camat, Kepala UPT, tokoh masyarakat. Memangterkait dengan itu terus kita berkoordinasi dengan dunia industry,ijasah minimal masuk kerja harus ijasah SMA/SMK/MA-sederajat,seperti kemarin sewaktu mengadakan job-fair, perekrutan tenagakerja dengan dunia usaha industri di Gedung Sekda itu jugapersyaratan ijasah minimal SMA/SMK/MA-sederajat dan usiaminimal 18 tahun.
Peneliti : Bagaimana menurut anda kesadaran pendidikan di Desa SikayuKecamtan Buayan?
201
Informan : Kalau di Sikayu saya identikkan dengan yang di Buayan saja yambak karena itu merupakan salah satu desa di Kecamatan Buayan.Disana rata-rata ya hanya lulus SMP dan kebawah, tapi semogadengan adanya gerakan PMU nanti terdata bahwa lulusan-lulusanSMP/MTs bisa melanjutkan. Kemarin waktu saya mengunjungiSMP 2 Buayan di Desa Nogoraji mendapati keadaan demikian,banyak yang tidak melanjutkan, alasannya terkadang hanya anaksudah tidak mau sekolah, bosen sekolah, karena jika alasan tidakpunya dana dari dinas kabupaten akan mengusulkan kepadapemkab untuk bisa menopang anak-anak yang putus sekolahkarena alasan tidak mampu tapi repotnya kalau tidak mausekolahnya karena sudah tidak mau, karena mau diapakan lagi jugaanak tersebut sudah tidak ada semangatnya lagi. Terkadang adasebagian kecil masyarakat yang memandang bahwa pendidkanmemiliki arti yang kurang penting, kadang-kadang anak sedangasik sekolah malah dibelikan sapi atau apa yang akhirnya anakjustru merumput. Tapi jumlah kasus ini sudah relativ kecil tapimasih ada, yang jelas faktor pengaruh lingkungan cukup besar.Kalau kemarin partisispasi masih lumayan rendah untuk Buayan,mudah-mudahan dengan semangat pemerintah yang menggebu-gebu untuk bisa mentargetkan keberhasilan pendidikan menengahuniversal dengan berbagai macam programnya mudah-mudahanmasyarakat menyambut dengan baik.
Peneliti : Apakah desa lain terdapat kesadaran pendidikan yang samaataupun lebih rendah dari Desa Sikayu Buayan?
Informan : Untuk daerah yang tergolong daerah pinggiran sepertipegunungan kadang-kadang masih cukup rendah walaupun merekabanyak yang bekerja di Jakarta tapi banyak yang bekerja informaltidak diperusahaan, cenderung berdagang dengan basis pendidikanyang minim, missal SMP. Memang untuk daerah tertentu ya masihrendah.
Peneliti : Apakah ada perlakuan khusus untuk daerah Desa Sikayu Buayandemi meningkatknya kesadaran pendidikan?
Informan : Sejauh ini kita hanya memberikan sosialisasi, penjelasan,mengenai betapa pentingnya arti pendidikan, sekarang semuanyadiukur dari tingkat pendidikan, mau kerja juga ditanyakan masalahijasah. Dari semua sektor ini harus ada satu pemahaman agartertuju pada upaya peningkatan kesadaran masyarakat.
Peneliti : Bagaimana menurut anda program pendidikan yangdiselenggarakan oleh pemerintah?
Informan : Setapak demi setapak memang pasti ada kenaikan, tetapikaitannya untuk merubah dengan pandangan masyarakat tidak
202
semudah itu, nanti mereka akan sangat tertarik manakala anak-anaklulusan SMA itu memiliki masa depan yang baik. Contohnyabegini, misalnya semakin banyak lulusan-lulusan pendidikan yangagak tinggi itu banyak yang menganggur masyarakat akan semakintidak percaya dengan pendidikan. Misal ada lulusan dariuniversitas tapi dia tidak bisa mencipktakan kerja otomatispendapat masyarakat akan buruk terhadap arti pendidikan,terkadang yang menjadi perkataan masyarakat “sekolah nggongopo dhuwur-dhuwur, kae sing sekolah nganti Perguran Tinggiyo nganggur”. Semakin pemerintah perhatian dengan lulusan-lulusan itu maka tingkat kepercayaan masyarakat akan semakinbaik terhadap pendidikan, namun kadang-kadang masyarakat tidaktau arti penting seperti itu, hanya terkadang masyarakat kitamenilai keberhasilan dengan pekerjaan yang sedang ramaisekarang. Contohnya, beberapa tahun yang lalu kehidupan bidansangat baik, semua orang berlomba-lomba untuk menyekolahkanputra-putrinya dikebidanan atau keperawatan berapapun biayanyaakan disanggupi walaupun dengan menjual sawah. Tapi dari semuaitu pasti ada titik jenuh, dari titik jenuh tersebut nanti masayarakatakan semakin tidak percaya terhadap pendidikan. Petani yangpandangannya sempit berpikir “ah nanti anakku setelah lulusbidan lalu praktek, pasiennya banyak lalu mendapat fasilitas yangenak” Kan tidak selamanya keadaan seperti itu, pasti berubah. Tapinanti jika semua berjalan dengan baik perhatian masyarakatterhadap pendidikan akan meningkat apalagi ada istilah biayapendidikan sangat ringan.
Peneliti : Bagaimanapendidikan yang cocok untuk masyarakat petani?
Informan : Kalau di kebumen dengan basis pertnaian, menurut saya akanlebih baik jika ada bekal masalah pengelolaan pertanian, misalnyaada argoteknologi, ada perikanan, ada peternakan, itu sangat baikuntuk berwirausaha tapi masyarakat ditawari sekolah denganprogram tersebut tidak mau, maka pemerintah mau tidak maumenyediakan sekolah otomotif yang mana pada asaat ini sedangdigemari masyarakat. Karen yang ada baru teknik kendaraanringan sekolah otomotif SMK, ya memang lulusannya akanbekerja, missal di Jakarta, tapi kan sebenarnya ada banyak lahan-lahan di Kebumen yang menjanjikan untuk dikembangkan namundari masyarakat kan belum tentu pandangan dari pemerintah itubaik dan menjanjikan tapi diterjemahkan oleh masyarakat jugamenjadi baik kan belum tentu. Nanti jika kita membangun sekolahyang sesuai potensi dan harapan kita yang menurut pemerintahberpotensi tetapi masyarakat tidak tertarik kan percuma saja.Misalnya sekolah teknik bangunan Bina Nusantara, sekarang diKebumen yang namanya tukang diperumahan makan 2x snack 2xbisa Rp50.000. Tapi animo masyarakat untuk masuk sekolah
203
tersebut sangat kecil, bahkan nyaris banyak yang ditutup karenatidak ada peminat. Sekolah Bina Nusantara hanya 9 orang yangmendaftar, tata boga peminatnya sedikit, SMK TeknologiGombong bahkan tidak ada yang mendaftar. Sekarang yang lakubaru sekolah otomotif dengan jumlah siswa mencapai 35.000.
Peneliti : Apakah adahambatan dalam menyelenggarakan pendidikan didaerah pertanian?
Informan : Sebagaimana yang diamanahkan dalam undang-undang Sisdiknasbahwa penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggungjaabbersama antara pemerintah, masyarakat dan orangtua. Tapimasyarakat sebagian masih ada yang menganggap yang namanyakuwajiban orangtua hanya sekedar beriyur atau membayar saja,setelah membayar lunas sumbangan-sumbangan maka dianggapselesai. Jadi keberhasilan pendidikan yang begitu mulia solah-olahhanya dipikul oleh sekolah, nah akhirnya masih sangat sulit untukmenentukan keberhasilan. Pendidikan sebagaimana yangdiamanahkan dalam UU Sisdiknas pasal 3 itu kan membentukpeserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwapada Tuhan YME, berakhlak mulia perkebribadian cerdas terampilinovativ kreatif demokratis dan bertanggungjawab, nah terkadangorangtua tidak mengambil sampai sejauh itu. Misalnya kita dalammenciptakan anak agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YMEitukan termasuk melaksanakan perintah-pertintah dan ajaranagama, seorang anak sholat disekolah kan hanya waktu dzuhurrata-rata, setelah itu yang empat waktu lainnya dilakukan dirumahakantetapi oragtua hampir tidak pernah memperhatikan. Dalammembentuk etika dan sopan santun, akhlak mulia, kadang-kadangorangtua tidak memberikan contok pada anak yang baik, misalkandirumah sering terjadi cekcok rumah tangga, sehingga anakdirumah tidak ada panutan. Nah itulah arti pandangan bahwaperanserta masyarakat dalam pendidikan belum sepenuhnya bisaditerjemahkan.
Peneliti : Bagaimana menurut anda kebijakan pendidikan pemerintah saatini?
Informan : Kebijakan dari pemerintah sebenarnya sudah sangat baik karenapemerintah sadar bahwa untuk membenahi kehidupan bangsa yangcarut-marut ini hanya melalui pendidikan, oleh sebab itu berbagaijalan termasuk sampai kurikulum dirubah itukan karena dievaluasioutput pembelajarannya yang kemarin kan kurang bisa mewadahidengan kondisi yang demikian. Harapannya pendidikan itudinilanya dari 3 ranah (afektif, psikomotorik, dan kognitif) jadisatu kesatuan, harapannya kan anak tidak hanya pintar tapi juga
204
berakhlak mulia dan terampil. Sebenarnya tujuannya sangat bagusdari pemerintah.
Peneliti : Apakah dalam pembuatan kebijakan juga turut melibatkanmasyarakat?
Informan : Kita dalam membuat suatu regulasi ada berbagai tahapan, nantikita bahas dan kaji didalam (internal dikpora), nanti dikirim kepublik juga (uji publik) dengan mengundang stake holder untukkita rumuskan cocok dan tidaknya, seperti itu. Stake holder berasaldari berbagai pihak seperti tokoh masyarakat, LSM, tokohpemerintahan. Artinya, untuk menjabarkan lebih operasionalnyakebijakan dari pemerintah pusat yang tadinya masih “ngambang-ngambang” akan ditekankan disitu. Karena pusatkan biasanyasifatnya masih makro, yang mengetahui detail kondisi daerah kanpemerintah daerah masing-masing.
Peneliti : Jadi memang ada partisipasi dari masyarakat?
Informan : Iya. Kita dari dinas sendiri selaku unsur dari pemerintah daerahyang diserahi menangani masalah pendidikan, nah kita sebagaipelayan kepada mereka, dan yang dilayani harus merasaterakomodir.
Peneliti : Kebijakan pendidikan seperti apa yang sesuai untuk masyarakatpetani?
Informan : Sebenarnya pemerintah sudah menawarkan berbagai macamprogram tapi kan belum tentu program yang dinilai oleh kamiDinas Dikpora Kabupaten Kebumen sebagai program yang bagusbelum tentu diminati. Ya kalau memang sukanya mereka di SMKOtomotif ada banyak sekolah, tata boga juga ada, tata busana jugaada, tinggal kemana masyarakat akan melangkah. Harapan daridinas itu mensinkronkan antara keinginan masyarakat dan prospekpeluang kerja. Tapi alhamdulilah untuk pendidikan SMK ini rata-rata sudah mencapai 80% terserap didunia kerja, malah jika sayalihat dari perguruan tinggi malah daya serapnya lebih sedikit.
Peneliti : Bagaimana usaha pemerintah daerah untuk meningkatkan jumlahsiswa menengah atas?
Informan :Pendidikan tetap merupakan tanggungjawab biayanya daripemerintah maupun orangtua tapi semuanya harus didasarkan olehmusyawarah, tapi kaitannya dengan pencanangan pendidikanmenengah universal itu maka seluruh siswa yang berasal darikeluarga yang tidak mampu tidak boleh ada pungutan biaya, harusdibebaskan. Tujuannya kearah itu. Namun apakah dari programpemerintah seperti ini sungguh bisa meyakinkan orangtua untuk
205
tergerak menyekolahkan putra-putrinya juga masih perlu dievaluasikarena faktor-faktor kemudahan untuk mendapatkan pendidikanrasanya bukan hal yang sulit, pendidikan dimana-mana sudah adabaik it SMA, SMK dan lainnya semua sudah tersedia. Sekarangpersoalannya tinggal bagaimana untuk menggugah kesadaranmasyarakat agar putra-putinya untuk bisa melanjutkan ke SMAmaupun SMK. Seperti di SMPN 2 Buayan hampir 50% anak tidakmelanjutkan (tahun kemarin), lalu saya sampaikan program ini agaranak-anak tetap bisa melanjutkan karena pemerintah memberikankemudahan dalam mengakses pendidikan gratis. kalau memangdari keluarga yang tidak mampu lalu ajukan saja pernyataan tidakmampu nanti akan bebas biaya. Jadi kaitannya dengan pendidikanmenengah universal ini sudah sampai kepelososk-pelosok dalampenyampaiannya dan melaui berbagai media baik itu saat rapat ataudalam acara pelepasan siswa saat lulus SMP, MTs. Semogadengan gerakan ini istilahnya anak-anak kita tidak hanya lulussampai ke pendidikan dasar (SD-SMP) tapi bisa melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya. Pada tahun ini paling gencar,semoga ada peningkatan yang signifikan kaitannya dengan tingkatkesadaran masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya.
Untuk sekarang dari divisi kamu juga melakukan pendataan, misalsiswa ini dari sekolah SMP ini melanjutkan kemana, data demikianwaktu anak akan dilepas lulus sudah diminta tapi belum kamikonfirmasi dengan SMA-SMKnya, harus kita crosscheck mungkinpada awaktu SMP/MTs penyampaiannya hanya sebatas formalitasdan angan-angan tapi betulkah misalnya anak dari SMP PGRIBuayan yang dibuat dalam pernyataan Kepala Sekolah setelahlulus akan ke SMAN Gombong, apakah benar-benar sekolahdisana kan kita perlu melakukan kroscek, tinggal konfirmasi, kalaumemang dari tujuan anak melanjutkan memang tinggi sekali dilihatdari pendataan tersebut. Jadi kita nanti dari kegiatan kroscek akanmendapatkan data kejelasan anak namanya siapa, alamatnyadimana, sekolahnya dimana atau tidak sekolah, nah terus tidaksekolahnya dimana itu harus jelas. Karena sementara ini hanya bisadilihat dalam angka-angka, kita akan menelusurinya agarmendapatkan alasan satu per satu, karena katannya dengankemauan anak sekolah itu terdaat banyak faktor, mungkin faktorkemalasan yang sangat susah dibangun lagi apabila terdapat faktoranak tidak mau sekolah lagi.
Peneliti : Pendidikan menengah universal merupakan program pendidikandari pemerintah daerah?
Informan : Pada tanggal 26 bulan Mei tahun 2013 mentri pendidikan kansudah mencanangkan atau melaunchig tentang Program PendidikanMenengah Universal atau yang kita sebut dengan PMU dari
206
pencanangan tersebut pemerintah langsung mengusulkan berbagaikebijakan yang mendukung program tersebut termasuk adanyaBOS untuk SMA dan SMK. BOS itu untuk biasa operasional bagisekolah, karena anak-anak tersebut belum tersentuh kaitannyadengan kebutuhan personal misalnya membeli tas, beli buku, belisepatu, seperti itulah yang menggunakan BSM (Bantuan SiswaMiskin). Nah syarat yang diprioritaskan dari perolehan BSM ituadalah anak dari keluarga yang tidak mampu cirinya mempunyaiKPS (Kartu Perlindungan Sosial), dari kartu KPS tersebut didalamnya ada PKH (Program Keluarga Harapan). Jadi keluargayang memiliki PKH pasti merupakan keluarga yang memiliki KPS,karena keluarga yang memiliki PKH merupakan keluarga yag lebihari sekedar miskin. Dari Kebumen sudah seperti itu programnya,didalamnya dari APBD pemerintah kabupaten Kebumenmengalokasikan anggaran Bantuan Siswa Miskin (BSM) tapi barutertuntaskan untuk pendidikan dasar. Sekarang jika dilihat darifailitas yang ditawarkan oleh pemerintah kalau anak ada niat darihati nurani untuk sekolah rasanya tidak ada masalah. Hanyapersoalannya mau atau tidak, karena terpengaruh lingkungan juga.
207
Lampiran 6
ANALISIS DATA
(Reduksi, Display, dan Kesimulan) Hasil Wawancara Kebijakan Pendidikanuntuk Memberdayakan Masyarakat Petani
1. Pengertian pendidikanRD : Pendidikan adalah satu ajaran, pembelajaran yang harus diberikankepada anak didik kita khususnya untuk melatih kemandirian, kedewasaandan mengoptimalkan usia emas balita.RJ : Pendidikan itu adalah pemberian dasar-dasar ilmu, ilmu secaraagama maupun pendidikan (formal) yang bertujuan membekali dirimenuju perubahan yang lebih baik.SK : Pendidikan adalah belajar yang didampingi oleh guru atau orangyang lebih pandai.MR : Pendidikan itu sekolah, saya hanya menurut saja jika ada iuran yasaya ikut membayar.SL : Intinya, pendidikan itu adalah usaha sadar untuk merubahperilaku manusia menjadi lebih baik.SR : Pendidikan adalah pemberian fasilitas yang seluas-luasnya daripemerintah bagi warga negara dalam batas anak usia sekolah dari berbagaifasilitas ada lembaga-lembaga pendidikan membentuk peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan YME, berakhlakmulia, berkepribadian cerdas, terampil, inovativ, kreatif, demoktaris danbertanggungjawab.Kesimpulan:Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia untukmeningkatkan kualitas diri dengan menambah ilmu pengetahuan melaluiorang lain yang mempunyai pengetahuan yang lebih, sehingga terciptamanusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlakmulia, berkepribadian cerdas, terampil, inovativ, kreatif, demokratis danbertanggungjawab. Pemahaman masyarakat terhadap pendidikanbervariasi, namun secara umum dapat mengartikan pendidikan walaupunbelum sesuai dengan konsepnya.
2. Kesadaran pendidikan masyarakat Desa SikayuTP : Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan sudah ada, tetapi barusebatas pendidikan dasar (SD-SMP) lebih baik daripada 10 tahun yanglalu. Masyarakat sangat antusias terhadap pendidikan tetapi mereka hanyamenyekolahkan anaknya hingga jenjang sekolah dasar.Sebenarnya danasekolah dari pemerintah, dikpora, kecamatan itu selalu ada, ini bukanlahmasalah tidak bisa sekolah 9 tahun atau bagaimana namun hanya lebihkearah kesadaran pendidikan yang kurang.RD : Kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak padapendidikan non formal maupun formal masih tergolong rendah, padahalkita berharap jika anak tidak menonjol pada sekolah formal/akademik
208
dapat ditunjang dengan sekolah non formal. Sebenarnya mereka antusiasterhadap pendidikan, namun untuk usaha nyatanya belum ada. Merekamenilai pendidikan PAUD terlalu dini untuk anak.RJ : Jika dibandingkan dengan daerah perkotaan memangkesadaranpendidikan di Desa Sikayu termasuk masih rendah, disini masih ada anakputus sekolah dan siswa membolos. Sekarang sudah banyak subsidipendidikan dari pemerintah, dengan program tersebut cukup membantumasyarakat.SL : Masih bisa dikatakan rendah, karena memang mental masyarakatpetani yang seperti itu. Mereka masih memiliki pemikiran bahwa orangyang menempuh pendidikan yang tinggi belum tentu sesukses orang yangberpendidikan tinggi.SR : Masyarakat Desa Sikayu rata-rata berpendidikan lulusan SMPkebawah, ada beberapa masyarakat yang menilai pendidikan bukanlah halyang penting. Orangtua sering membelikan ternak ketika anak masih sibuksekolah, sehingga konsentrasi anak dapat terganggu.Kesimpulan:Kesadaran masyarakat Desa Sikayu terhadap pendidikan dinilai masihrendah karena sebagian masyarakat belum menganggap pendidikansebagai kebutuhan yang mendasar. Mereka menempuh pendidikan hanyasekedarnya, sekedar bisa membaca dan menulis. Sebagian besarmasyarakat masih berpendidikan dasar (SD-SMP).
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pendidikanRD : Mengadakan kejar paket A bagi masyarakat yang belum luluspendidikan dasar, tetapi untuk beberapa tahun ini program kejar paket Amengalami kendala dalam pelaksanaannya. Selain kejar paket, PKKmengadakan pelatihan menjahit, membuat kasesoris dari bahan akrilik,membuat pupuk kompos, pengolahan bahan pangan lokal, dll.RJ : Organsasi pemuda mengadakan kegiatan sosial, keagamaan,entrepreneur dan membuat perpustakaan. Kegiatan bidang entrepreneurberupa pengelolaan cuci motor, jualan pulsa, dan layanan membayar listrikkeliling. saat ini perpustakaan sudah tidak berfungsi lagi karena bukubanyak yang dijual, sebab tidak ada minat baca pemuda.TP : Desa merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah pusat,sejauh ini yang dilakukan pemerintah desa sebatas membantumelaksanakan program kejar paket bagi masyarakat. Namun untukbeberapa tahun ini kejar paket tidak dilaksanakan karena beberapa kendalasehingga program tersebut terhenti. Program untuk mengupayakanpendidikan dari desa untuk mesyarakat sementara ini belum ada.SL : Berkerjasama dengan kepala desa untuk menghimbau dengansungguh-sungguh kepada wali murid untuk menyekolahkan anaknyasehingga tidak putus sekolah, dengan cara menjaring dan mendata anak-anak yang tidak melanjutkan untuk diadakan pembinaan melalui PLS(Penilik Luar Sekolah). PLS akan merekapitulasi danselanjutnya merekadiminta untuk kejar paket, jika ternyata tidak mau ya sudah bagaimana
209
lagi. Untuk yang sudah tidak sekolah diberikan keterampilan, pada tingkatkecamatan yang bertanggugjawab adalah PKBM tapi sejauh ini di Sikayubelum ada PKBM, kalau di tingkat kecamatan sudah ada.SR : Pemerintah Kabupeten sudah memerintahkan dinas DikporaKecamatan untuk menghitung kebutuhan per-unit sekolah. Jumlahkebuthan persiswa, hal tersebut kaitannya untuk menekankan lagi bahwasekolah-sekolah tersebut tidak mbayar tapi semuanya juga sangattergantung pada kemampuan anggaran daerah. Upaya yang dilakukansebenarnya sudah maksimal untuk mendukung kearah upaya memberikankesadaran masyarakat terhadap pendidikan. Segenap tenaga dan usahapemerintah sedang menuju arah meningkatkan pendidikan masyarakat.Kesimpulan:Seluruh lapisan masyarakat turut serta berupaya memberikan kesadaranpendidikan bagi masyarakat Desa Sikayu. Program kejar paket A,penjaringan siswa putus sekolah, dan memberikan pendidikan kecakapanhidup. Pemerintah daerah telah memberikan upaya terbaiknya untukmendukung masyarakat selalu sekolah.
4. Program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintahTP : Program pendidikan yang turun dari pemerintah pasti sudah ter-plot dan terencana, kalau kita mau usul bagaimana pun itu sudahkeputusan dari pemerintah. Program yang sudah diselenggarakanmerupakan hasil perencanaan terbaik, tergantung dengan pelaksanaannya.Sekolah jenjang SMA/SMK/MA-sederajat yang ada di Desa Sikayu masihkurang dan jaraknya jauh.RD : Program pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah sudahsesuai, namun terkadang dari masyarakat sendiri yang kurang menyadaripentingnya pendidikan non formal (PAUD) yang diselenggarakan olehkami.RJ : Misalnya seperti program wajib belajar menurut saya itu sudahsesuai, karena secara halus memaksa masyarakat untuk berpendidikan.Masyarakat sekitar sini kesadaran pendidikannya sudah lebih baik daripada 10 tahun lalu. Adanya program beasiswa yang bervariasi macamnyacukup membantu orangtua dan siswa yang membutuhkan. Programpendidikan sudah sesuai dengan masyarakat, karena program pendidikanapapun jika diterapkan akan membawa dampak perubahan bagimasyarakatnya.SL : Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan sesuai denganyang tercantum dalam undang-undang, selama ini pemerintah sudahbersungguh-sungguh dan beriktikad meningkatkan mutu pendidikan. Akantetapi pendidikan yang diselenggarakan pemerintah selama ini belum tentulebih bagus dari pada yang dselenggarakan oleh swasta.TS : Sesuai tapi belum benar-benar sesuai. Sekarang sekolah bukanlagi barang mewah, bukan hanya orang kaya saja tapi orang desa juga bisa.Pemarintah cukup perhatian dengan pendidikan di desa, fasilitaspendidikan non formal sudah bertambah: KB, PAUD, pos PAUD, TPA.
210
SR : Program pendidikan setapak demi setapak memang mengalamiperubahan, kaitannya untuk merubah cara pandang masyarakat terhadappendidikan memang belum menunjukkan hasil. Tetapi pemerintah selalumengupayakannya, natinya masyarakat akan sangat tertarik ketika anak-anak SMA/SMK/MA memiliki masa depan yang baik. Semakinpemerintah memperhatikan lulusan itu maka tingkat kepercayaanmasyarakat akan baik terhadap pendidikan.Kesimpulan:Masyarakat menilai program pendidikan yang diselenggarakan olehpemerintah sudah sesuai, namun dalam pelaksanaannya terkadang tidaksesuai dengan harapan masyarakat. Masyarakat lebih menyoroti tentangbiaya pendidikan dan subsidi pendidikan yang diberikan pemerintah,semakin pemerintah meringankan biaya pendidikan, masyarakatberpendapat pendidikan sudah baik, tentu dengan diimbangi oleh mutu.
5. Pendidikan yang sesuai untuk masyarakat petaniRD : Pendidikan yang cocok untuk masyarakat petani adalahpendidikan yang disesuaikan dengan karakter masyarakat dan lingkunganpetani.TP : Kalau untuk orangtua, cocok pendidikan yang diberikan melaluikelompok tani. Kalau sekolah sebenarnya semua jenis sekolah cocokkarena bertujuan untuk mengembangkan potensi, baik itu berupa sekolahteknik, pertanian dan lainnya. Penerapannya juga cocok dimana sajaasalkan pemerintah membrikan tindak lanjut terhadap lulusannya. Sekolahdipedesaan paling cocok yang memiliki banyak program pelatihanterutama dengan hal-hal yang berkaitan dengan keunggulanlingkungannya.RJ : Anak jaman sekarang bersikap seolah-olah tidak mencerminkancirri khas dari bangsa Indonesia, sehingga perlu sekolah yang mengajarkandan memlihara kearifan lokal dan menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila.Mengedepankan pendidikan agama dan kewarganegaaan. Sekolahpertanian juga perlu, tidak hanya sekolah mesin karena kita adalah petani.Perhatian terhadap anak berkebutuhan khusus juga sangat diperlukan.TS : Sekolah yang sesuai dengan pperkembangan jaman, pengadaangedung juga harus diperhatikan walaupun ini adalah daerah pertanian.Petani memerlukan sekolah petani untuk mempertahankan generasipenerusnya, mutu dan kelanjutannya juga perlu diperhatikan janga sampaikalah dengan sekolah otomotif. Pembangunan sekolah untuk anakberkebutuhan khusus, karena ABK hanya bisa sekolah TK hingga SDkarena jika disatukan dengan anak normal maka orangtua wali akanmelarang.SD : Sekolah itu sebenarnya sama saja, tetapi lebih baik dan lebihbermanfaat apabila lingkungan juga mendukung, banyak temannya danletaknya tidak jauh.SK : Sekolah tidak perlu gratis, asalkan murah dan bermutu.Pembangunan sekolah desa dan kota yang seimbang baik dalam ukuran
211
mutu dan infrastrukturnya. Karena disini sekolah masih jarang dan letakyajauh. Sekolah yang jauh tidak jarang menyebabkan masyarakat memilihuntuk bekerja.MR :Bagaimana ya, sekolah itu mahal dan pelajarannya pun susah.SL : Kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan mereka, kalaudidaerah pertanian ya yang sesuai untuk petani, yang dipantai yang sesuaiuntuk nelayan. Sistem pembelajarannya berwawasan lingkungan, sesuaidengan kebutuhan lingkungan, menerapkan dan memberdayakan potensiyang ada dilingkungan. Misalnya: pada sekolah perikanan ada materitentang nelayan, diajak ke TPI untuk mempelajarinya, hingga anak-anakbisa menghayati langsung daripada melihat slide. Petani misalnyadiberikan kelas pelatihan ke sawah, menganalisa struktur sawah, dll.Membangun sekolah-sekolah berwawasan lingkungan untukmengembalikan karakter lingkungan. Karakter akhlak manusia maupunkarakter lingkungan, bahwa di Sikayu lingkungkan karakternya adalahpenderes/membuat gula aren. Jika pemerintah mengupayakan sekolahyang sesuai dengan lingkungan, disini banyak usaha gula aren rumahanjangan sampai diklaim oleh pengusaha. Nah dari hal tersebut bagaimanapemerintah membuat sekolah kejuruan yang berkompeten dan sesuaikarakter atau watak lingkungan.SR : Kalau di kebumen dengan basis pertnaian, menurut saya akanlebih baik jika ada bekal masalah pengelolaan pertanian, misalnya adaargoteknologi, ada perikanan, ada peternakan, itu sangat baik untukberwirausaha tapi masyarakat ditawari sekolah dengan program tersebuttidak mau, maka pemerintah mau tidak mau menyediakan sekolahotomotif yang mana pada asaat ini sedang digemari masyarakat. Karenayang ada baru teknik kendaraan ringan sekolah otomotif SMK, memangbenar lulusannya akan bekerja, misalnya di Jakarta, tapi sebenarnya adabanyak lahan-lahan di Kebumen yang menjanjikan untuk dikembangkannamun dari masyarakat belum tentu menerima pandangan dari pemerintahitu baik dan menjanjikan tapi diterjemahkan oleh masyarakat juga menjadibaik kan belum tentu. Nanti jika kita membangun sekolah yang sesuaipotensi dan harapan kita yang menurut pemerintah berpotensi tetapimasyarakat tidak tertarik kan percuma saja. Tapi animo masyarakat untukmasuk sekolah tersebut sangat kecil, bahkan nyaris banyak yang ditutupkarena tidak ada peminat. Sekolah Bina Nusantara hanya 9 orang yangmendaftar, tata boga peminatnya sedikit, SMK Teknologi Gombongbahkan tidak ada yang mendaftar. Sekarang yang laku baru sekolahotomotif dengan jumlah siswa mencapai 35.000.
Kesimpulan :Masyarakat menginginkan sekolah yang memberikan follow up terhadapprofesinya. Sekolah yang dipadukan dengan pelatihan keterampilan yangsesuai dengan potensi daerahnya. Biaya sekolah yag mudah dijangkaumasyarakat menengah kebawah dengan tanpa membedakan mutu sekolahkota dan desa. Sekolah yang mampu memunculkan karakter masyarakat
212
desa dan mengembangkannya menjadi potensi positif. Sekolah yangmenurut masyarakat dan pemerintah memang benar-benar mempunaipotensi untuk mengembangkan masyarakat desa sehingga mereka bisalebih terberdaya.
6. Motivasi/faktor pendukung terselenggaranya program pendidikanSK : Karena anak yang meminta untuk sekolah lagi, padahal anak sayasudah bekerja di EPSON ketika kontrak kerja habis anak saya mintamelanjutkan sekolah. Karena itu adalah permintaan anak, maka sayasebagai orangtua hanya bisa menuruti apa yang anak saya inginkan, palagipermintaan tersebut adalah permintaan baik.RD : Kita harus selalu berusaha bagaimanapun keadaan kita, anakharus tetap sekolah dan itu yang saya inginkan. Orangtua boleh biasa sajatetapi anak haarus melebihi keadaan orangtua. Saya selalu mengarahkanmereka untuk melihat kedepan dengan berkaca kepada orangtua agarselalu semangat.TS : Karena pendidikan itu penting maka saya menyekolahkan anaksetinggi mungkin. Kalau kita memberikan harta akan habis tetapi dengankita memberikan pendidikan mereka bisa mengembangkan diri.Pendidikan secara tidak langsung dapat mengangkat derajat orangtua danekonomi.TP : Bagi saya pendidikan anak harus melebihi saya. Sekolah danpendidikan anak saya upayakan bagaimanapun caraya walaupun harusmeminjam uang kepada kerabat. Semaksimal mungkin saya membekalianak dengan pendidikan formal dan pendidikan agama. Kalau orang lainmemberikan warisan harta kepada anak, saya akan memilih memberikanpendidikan karena harta yang dikelola dengan tidak cerdas tidak akanbertahan lama.RJ : Adanya program beasiswa seperti BOS, PMU, dan programlainnya saya rasa sangat membantu mengingat keadaan masyarakat yangmempunyai kesulitan ekonomi, dengan catatan pendistribusian beasiswatepat sasaran.SL : Adanya pendataan yang dilakukan pihak penilik luar sekolahdikpora kecamatan merupakan salah satu faktor meningkatnya angkasekolah. Memastukan mereka mendapatkan pendidikan kejar paket danmembrikan keterampilan kepada mereka melalui program pelatihan diPKBM setempat.SR : Pemerintah memberikan kemudahan dalam mengaksespendidikan gratis salah satunya dengan diselenggarakannya PMU atauPendidikan Menengah Universal. Kalau memang dari keluarga yang tidakmampu lalu ajukan saja pernyataan tidak mampu nanti akan bebas biaya.Sosialisasi PMU ini sudah mencapai daerah pelosok pedesaan,disampaikan saat pelepasan siswa SMP sederajat.
Kesimpulan:
213
Sebagian masyarakat Desa Sikayu sudah menyadari investasi pendidikanmerupakan hal yang penting. Keinginan orangtua untuk memperbaikikehidupan melalui pendidikan, dengan demikian anak diberikanpendidikan sampai tinggi. Adaya beasiswa pendidikan mendorongorangtua untuk tetap menyekolahkan anaknya karena beban ekonomidinilai menjadi ringan. Program penjaringan yang dilakukan penilik luarsekolah sangat membantu pemerintah dalam menjaring anak putussekolah. Keinginan anak untuk sekolah membuat orangtua memberikankepercayaan untuk mengenyam pendidikan lebih lanjut. Merekamenginginkan perubahan nasib menjadi lebih baik.
7. Faktor penghambat terselenggaranya program pendidikanSD : Dulu saya mengyuruh anak untuk melanjutkan sekolah tetapianak saya tidak mau, anak saya bilang kalau kasihan kepada orangtua.Kasihan mencari uang untuk biaya pendidikan.MR : Anak saya sekarang sudah lulus SMP, saya memberikan tawaranjika dia ingin melanjutkan sekolah tetapi dia tidak mau, dia lebih memilihuntuk bekerja karena teman-temannya juga bekerja. Anak saya bilang maumencri uang sendiri agar tidak merepotkan orangtua.RD : Hambatan ekonomi.SK : Bagi orang desa yang hanya bertani, halangan yang jelas ada padabidang ekonomi. Tetapi mau bagaimana lagi jika anak meminta untuksekolah lagi, maka saya sebagai oangtua hanya bisa mengusahakan untukmewujudkannya.SR : Walaupun banyak yang bekerja diluar kota namun tetap sajakesadaran untuk menuntut pendidikan masih rendah.TS : Faktor utama pasti dana, dan yang kedua adalah jarak sekolahyang jauh sehingga orangtua tidak bisa mengawasi secara langsung.TP : Ketika keadaan ekonomi orangtua tergolong mampumenyekolahkan anak dan anak juga mempunyai kemauan sekolah tetapijustru orangtua yang tidak memiliki motivasi untuk meyekolahkan anak.Begitu pula sebaliknya, jika orangtua masih ingin membiayai anak untuksekolah tetapi anak sudah tidak memiliki motivasi untuk sekolah.MR : Sekola itu tidak ada enaknya, pelajarannya susah dan biayanyajuga banyak. Kalau dibantu membiayai oleh pemerintah mungkin banyakyang melanjutkan, tetapi anak-anak sinibelum tentu berminat kalaudisuruh sekolah. Kalau saya pribadi mendukung anak sekolah tetapi yangdidukung tidak mau sekolah.SD : Saya tidak memaksa karena anak saya sudah tidak mau sekolahya sudah saya biarkan karena itu adalah keputusannya. Tetapi sayaberpesan agar besok tidak meyesal, tetapi pada akhirnya anak saya adayang menyesal tidak sekolah.TP : Mereka (orangtua) masih berpikiran acuh/terserah anak mausekolah atau tidak, karena kabnayakan dari mereka masih mengandalkanwarisan tanah untuk menunjang hidup anak kedepannya.
214
SR : Kemudahan untuk mengakses pendidikan rasanya bukan hal yangsulit, pendidikan dimana-mana sudah ada baik itu SMA/MSK/MAsederajat sudah tersedia. Sekarang persoalannya adalah bagaimana caranyauntuk menggugah kesadaran masyarakat agar putra-putrinya bisamelanjutkan sekolah ke SMA/SMK/MA sederajat. Program yang baikmenurut pemerintah belum tentu disambut baik oleh masyarakat. Sepertisekolah pertanian yang menurut pemerintah sesuai bagi mayarakat, tetapimasyarakat tidak tertarik dan lebih memilih sekolah otomotif atau bekerja.
Kesimpulan:Faktor penghambat pendidikan meliputi faktor internal dan eksternal.Faktor internal meliputi memberatkan orangtua, anak ingin menghasilkanuang, anak lebih memilih untuk bekerja, anak kurang termotivasi untuksekolah, dan pengaruh lingkungan. Faktor eksternal meliputi kendalaekonomi, kesadaran pendidikan masyarakat yang masih rendah, letaksekolah yang jauh dan tidak ada variasi jurusan, orangtua kurang perhatianterhhadap pendidikan anak, dan orangtua tidak memberikan motivasikepada anak untuk sekolah. Faktor penghambat dari pemerintah adalahaspirasi masyarakat terhadap pendidikan masih rendah, perubahan aspirasipendidkan karena trend pendidikan, masyarakat belum sepenuhnyapercaya terhadap pendidikan dan pemerintah, masyarakat masih memilikisifat pesimis, dan masyarakat belum tertarik dengan program pendidikanyang diselenggarakan oleh pemerintah.
8. Arti kebijakan pendidikanSL : Kebijakan adalah pengambilan solusi, regulasi terhadap masalahyang ada. Sedangkan kebijakan pendidikan adalah pengambilan solusi ataujalan keluar terhadap aturan-aturan pendidikan maupun permasalahan-permasalahan pendidikan yang ada demi tercapainya suatu tujuanpendidikan.SR : Kebijakan dari pemerintah sebenarnya sudah sangat baik karenapemerintah sadar bahwa untuk membenahi kehidupan bangsa yang carut-marut ini hanya melalui pendidikan, oleh sebab itu berbagai jalan termasuksampai kurikulum dirubah itukan karena dievaluasi outputpembelajarannya yang kemarin kan kurang bisa mewadahi dengan kondisiyang demikian. Harapannya pendidikan itu dinilanya dari 3 ranah (afektif,psikomotorik, dan kognitif) jadi satu kesatuan, harapannya kan anak tidakhanya pintar tapi juga berakhlak mulia dan terampil. Sebenarnya tujuannyasangat tepat dan bagus dari pemerintah.
Kesimpulan:Kebijakan pendidikan adalah pengambilan keputusan dalam bidangpendidikan untuk menyelesaikan permasalahan dibidang pendidikan.
9. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan sekolah
215
SL : Masyarakat turut dilibatkan dalam kegiatan pendidikan, mulaidari hal kecil contohnya rapat pleno, rapat komite, dan rapat wali murid(kegiatan perencanaan), pemantapan infrastruktur dan pembangunan(kegiatan pelaksanaan). Selanjutnya bidang pembelajaran, masyarakatturut dilibatkan untuk memberi pelajaran kesenian karena di Desa Sikayubanyak pelaku seni, seperti kesenian kuda lumping.SR : Kita dalam membuat suatu regulasi ada berbagai tahapan, nantikita bahas dan kaji didalam (internal dikpora), nanti dikirim ke publik juga(uji publik) dengan mengundang stake holder untuk kita rumuskan cocokdan tidaknya, seperti itu. Stake holder berasal dari berbagai pihak sepertitokoh masyarakat, LSM, tokoh pemerintahan. Artinya, untuk menjabarkanlebih operasionalnya kebijakan dari pemerintah pusat yang tadinya masih“ngambang-ngambang” akan ditekankan disitu. Karena pusatkan biasanyasifatnya masih makro, yang mengetahui detail kondisi daerah kanpemerintah daerah masing-masing. Kita dari dinas sendiri selaku unsurdari pemerintah daerah yang diserahi menangani masalah pendidikan, nahkita sebagai pelayan kepada mereka, dan yang dilayani harus merasaterakomodir.
Kesimpulan:Ada keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pengambilan keputusanuntuk membuat kebijakan pendidikan. kebijakan pendidikan diputuskandan dibuat berdasarkan pertimbangan pemegang kekuasaan seperti internaldikpora, tokoh masyarakat LSM, dan tokoh pemerintah.
10. Pemberdayaan masyarakat petaniSD : Pelatihan-pelatihan mbak, contohnya untuk pelatihan arklirikterus pelatihan tata boga, pelatihan menjahit, itu sebagai pendidikan-pendidikan yang orang-orang yang kira-kira tidak bisa melanjutkan kesana(sekolah yang lebih tinggi) kita berikan pelatihan-pelatihan dari situketerampilan untuk bisa dimanfaatkan begitu. Kita sudah pernahmelakukan dua kali pelatihan disini, menjahit sama arklirik. Arklirik ituyang membuat bros, kalung, kerajinan lah yang dari manik-manik itu,bahannya seperti semi plastic dan kaca. Luas mbak nggak cuman dari ibu-ibu PKK tapi remaja-remaja disini juga banyak yang ikut, calon ibu lah.Kalau untuk pelatihan laki-laki membuat pupuk organik. kalau untukanak-anak memang belum pernah di laksanakan karena anak-anak kansudah sekolah gitu, ini kan untuk menunjang yang keterampilan ibu-ibudan calon ibu yang kira-kira bisa dimanfaatkan. Untuk pelatihan menjahitsudah termanfaatkan, itu ada di tempat Ibu Sumi, trus yang arklirik jugasebagian ada yang di oper sampai ke Yogyakarta, tapi ya itu memang adakerabat saya yang di Magelang nah dibawa kesana sampai sekarang, adayang belum laku sih cuma kita melayani berdasarkan permintaan, kalaudisana habis ya tetap kita kirim.RJ : Kita memberdayakan masyarakat khususnya kelompok pemudadengan mengembangkan kegiatan organisasi. Organisasi Kopek
216
Community Club (KCC) membawahi beberapa bidang kegiatan sosial,keagamaan dan kewirausahaan. Kegiatan sosial dengan membantukegiatan kampus seperti sinoman(dalam acara pernikahan) danmembangun perpustakaan, kegiatan keagamaan seperti penyelenggaraantakbir keliling, dan kegiatan kewirausahaan contohnya berjualan pulsa,menagih tarif listrik, dan cuci motor.
Kesimpulan:Berdasarkan observasi yang dilakukan diketahui bahwa kegiatanpemberdayaan masyarakat Desa Sikayu sangat banyak, dimulai daripengolahan makanan tradisional, pelatihan membuat aksesoris berbahanakrilik, mejahit, tata boga, membuat pupuk kompos, membuat gula aren,dll. Kagiatan pemberdayaan dipelopori oleh organisasi PKK, organisasipemuda turut melakukan pemberdayaan dengan kegiatan yang bernuansakepemudaan.
217
Lampiran 7
Dokumentasi Foto
Bapak MR Bapak SD
Ibu SD RJ
Ibu SK Bapak TP
top related