impor sementara. oleh : syaiful anwar / widyaiswara utama · merupakan bagian dari undang-undang...
Post on 09-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Impor Sementara.
Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama
Abstrak
Impor Sementara adalah fasilitas kepabeanan yang secara luas diatur berdasarkan
konvensi internasional seperti Paedagogic Equipment Convention, Istanbul Convention,
Exhibition and Fair Convention, ATA Carnet dll
Konseptual dan praktik Impor Sementara berdasarkan ketentuan yang berlaku
terkadang muncul berbagai kontroversi seperti denda 100% bila tidak di ekspor kembali,
perpanjangan izin Impor Sementara dll. Sementara itu secara konseptual semua barang yang
dimasukkan untuk dipakai / dikonsumsi wajib membayar bea masuk ketika dikeluarkan dari
Kawasan Pabean sedangkan untuk beberapa hal fasilitas Impor Sementara diberikan kepada
barang yang dimasukkan untuk dipakai (seperti permesinan dan sejenisnya) yang seharusnya
wajib bayar bea masuk ketika dimasukkan untuk dipakai atau memperoleh fasilitas
pembebasan bea masuk (karena perekonomian dan pembangunan menghendaki demikian)
Kontroversi Impor Sementara akan berdampak pada kemungkinan kerugian negara bila
fasilitas itu salah menerapkan dalam praktik (misused customs facility), kerugian dalam
bentuk Subyek Bea Masuk membayar bea masuk lebih rendah dari seharusnya (perhitungan
bea masuk berdasarkan harga setelah dikurangi biaya penyusutan sehingga bagaikan harga
besi tua / scrap iron) dan kerugian berupa kehilangan peluang penggunaan liquiditas
(kerugian berupa bunga / interest). Sebagaimana tujuan fasilitas Impor Sementara
sebagaimana memenuhi standard kepabeanan internasional (International Customs
Convention) sepenuhnya untuk mendorong arus lalu lintas barang yang lancar, tertib tetapi
tidak merugikan negara.
Mengembalikan fungsi Fasilitas Impor Sementara kepada maksud dan tujuan semula
sebagai fasilitas kepabeanan untuk memberi kemudahan proses lalu lintas barang dan orang
yang bergerak antar negara yang bersifat “non tradeable” seperti Turisme, Kemasan /
Packing / Kontainer, Ilmu Pengetahuan / Penelitian, Kependidikan dll dan menghindarkan
penyalahgunaan fasilitas Impor Sementara adalah suatu keniscayaan.
Memahami tujuan fasilitas Impor Sementara berdasarkan kreteria Subyek Bea Masuk
dan Obyek Bea Masuk adalah penting agar Otoritas Pabean mempunyai fokus pengawasan
yang tepat dan efektif terkait dengan tujuan pemberian fasilitas Impor Sementara. Perlakuan
Otoritas Pabean yang tepat berdasarkan Subyek dan Obyek bea masuk akan membawa
Pemeriksa Pabean / Otoritas Pabean menemukan Teknis Pabean yang tepat yaitu disatu sisi
dapat mengamankan hak – hak negara sedangkan disisi lain memenuhi standard konvensi
internasional tentang Impor Sementara.
A. Pendahuluan.
Kata – kata “Impor Sementara” sebetulnya mengandung ambiguity (pemahaman ganda)
karena dalam UU No.10/1995 terdapat 2 (dua) pasal yang membicarakan masalah impor
sementara yaitu pasal 9 ayat 1 s/d 4 dan pasal 26 (1) (K). Kemudian setelah diamandemen
Impor Sementara diatur berdasarkan Pasal 10D UU No 17 / 2006 tentang Kepabeanan
Ditilik dari segi sejarah pembahasan impor sementara Pasal 9 ayat 1 s/d 4 jo Pasal 10D
UU No 17 / 2006 diadakan dengan tujuan untuk mencegah penyalahgunaan “impor
sementara” versi pasal 23 Ordonansi Bea. Dimana impor sementara termaksud cenderung
disalahgunakan dengan alasan dimasukkan kedalam daerah pabean dan dipakai / dikonsumsi
untuk kemudian direekspor tetapi dalam kenyataan “impor sementara” seperti permesinan
itu dipakai dan melunasi pembayarannya pada waktu mesin sudah menjadi besi tua / scrap
iron (setelah dikurangi dengan biaya penyusutan).
Dalam kasus impor sementara yang demikian ini maka negara dirugikan yaitu pertama,
tidak membayar bea masuk pada waktu dimasukkan untuk dipakai (menyalahi konsep saat
wajib bayar bea masuk saat dikeluarkan dari kawasan pabean untuk dipakai/dikonsumsi)
dan kedua, membayar bea masuk ketika mesin sudah menjadi besi tua. Ada 2 (dua) kerugian
negara yaitu membayar bea masuk dan pajak – pajak lainnya lebih rendah dari seharusnya
dan mengalami rugi bunga dari liquiditas pembayaran.
Sementara itu apabila mempelajari “Impor Sementara” pasal 26 (K) UU No 10 / 1995
terdapat dalam pasal – pasal yang membicarakan tentang “tidak dipungut, pembebasan” atau
merupakan bagian dari undang-undang yang membicarakan pembebasan atau keringanan
perpajakan.
Dengan demikian apabila kita kaji secara mendalam substansi permasalahan “impor
sementara” dan secara hakiki makna impor sementara sebagaimana dimaksud pasal 9 ayat 1
s/d 4 dan pasal 26 (K) UU No 10 / 1995 jo Pasal 10D UU No 17 / 2006 sesungguhnya
membicarakan substansi dan konteks importasi yang berbeda. Oleh karena berbeda maka
seharusnya prosedural dan penyelesaiannya (teknis pabeannya) juga berbeda.
B. Tinjauan Teoretik Impor Sementara.
Kajian teoretik Impor Sementara berdasarkan Pasal 9 ayat 1 s/d 4 UU No 10 / 1995 jo
Pasal 10D UU No 17 / 2006 tentang Kepabeanan.
Pasal 9 ayat 1 :
“Barang Impor dapat dikeluarkan sebagai Barang Impor Sementara jika pada waktu
impornya nyata – nyata dimaksudkan untuk diekspor kembali”.
Pasal 9 ayat 2 :
“Barang Impor Sementara sampai saat diekspor kembali berada dalam pengawasan
pabean”.
Pasal 9 ayat 3 :
“Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) serta pemantauan jangka
waktu impor sementara diatur lebih lanjut oleh Menteri Keuangan”.
Pasal 9 ayat 4 :
“Barang siapa tidak mengekspor kembali barang impor sementara dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar
seratus (100) persen dari bea masuk yang seharusnya dibayar”.
Mempelajari makna impor sementara UU No 10 / 1995 pasal 9 ayat 1 s/d 4 didalamnya
terkandung 3 (tiga) unsur utama yaitu :
1. Barang impor dikeluarkan untuk dipakai dari Kawasan Pabean sehingga formalitas
pabean telah terpenuhi.
2. Barang impor tersebut dimaksudkan untuk diekspor (dikirim keluar daerah pabean / luar
negeri)
3. Barang impor tersebut diawasi oleh Bea Cukai karena kewajiban fiskalnya belum selesai
atau ditangguhkan
Dari tiga unsur utama termaksud, menunjukkan bahwa impor sementara tersebut adalah
fasilitas yang diberikan kepada “Barang Impor” atau “Obyek Bea Masuk” bukan
diberikan kepada “Subyek Importirnya”. Fasilitas itu diberikan karena”Barang Impor
(obyek bea masuk) itu dibutuhkan“ untuk sesuatu tujuan tertentu seperti untuk meningkatkan
ekonomi dan pembangunan.
Misalnya :
▪ Alat / Permesinan itu belum ada di Indonesia untuk melaksanakan proyek perlu
mendatangkan alat itu dari Luar Negeri untuk kemudian diekspor kembali (dikirim
kembali) keluar daerah pabean Indonesia setelah selesai pemakaiannya.
▪ Alat itu dibutuhkan untuk proses pekerjaan yang mempunyai dampak pada upaya
pemerintah meningkatkan perekonomian nasional dan pembangunan nasional untuk
kemudian sewaktu-waktu dapat dikirimkan ke luar daerah pabean Indonesia.
(Alat-alat itu untuk operasi pertambangan oleh Pertamina dan kontraktornya misalnya)
Tetapi apabila kita baca penjelasannya UU No 10 / 1995 pasal 9 ayat 1 s/d 4 memberikan
penjelasan yang bersifat ilustratif yaitu seperti :
Barang pameran, barang perlombaan kendaraan-kendaraan yang dibawa oleh wisatawan,
peralatan penelitian untuk tujuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, peralatan teknis yang
dibawa oleh wisatawan, ahli tehnik yang akan digunakan sementara waktu untuk kemudian
diekspor kembali.
Penjelasan pasal 9 UU No. 10 / 1995 jo UU No 17 / 2006 ternyata tidak tepat dengan
makna sosiologis - histories dan makna kontekstual dari impor sementara karena
penjelasan ilustratif justru menunjukkan bahwa fasilitas diberikan kepada subyek bea masuk
(importir) seperti turis, tenaga ahli, wisatawan dll-nya. Karena subyek tersebut dipastikan
akan kembali beserta alat – alat yang mereka bawa keluar daerah pabean Indonesia.
Terdapat perbedaan makna antara isi Pasal 9 ayat 1 s/d 4 UU No 10 / 1995 dengan
penjelasannya, sehubungan dengan itu maka pemahaman makna tentang subjek, objek dan
tujuan pemungutan bea masuk menjadi sangat penting terutama dalam menyusun petunjuk
operasional di lapangan supaya terhindar dari ambiguitas dan dapat dilaksanakan dengan
tepat oleh petugas pada tingkat lapangan.
Kajian Teoretik Impor Sementara pasal 26 (1) (K) UU No. 10/1995 (Suatu Kajian
Konseptual, Karena Pasal 26 (1)K dihapus dari UU No 17 / 2006)
Pasal 26 (1) UU No. 10/1995 menyatakan :
“Pembebasan atau keringanan bea masuk dapat diberikan atas impor : a s/d i
K : Barang-barang dengan tujuan untuk diimpor sementara “
Dalam penjelasan pasal 26 (1) (K) menyatakan :
“Mengingat pemasukannya hanya untuk sementara barang-barang tersebut diberi
pembebasan atau keringanan bea masuk”.
Dalam pasal 26 (1) (K) dan penjelasannya tidak ada hal yang spesifik, tetapi kalau dilihat
dari konstektual posisi pasal 26 adalah diantara pasal 24, 25, 26, yaitu bab-bab yang
mengatur pembebasan bea masuk mutlak (Pasal. 24) dan pembebasan bersyarat (Pasal. 25,
Pasal. 26). Apabila dikaji lebih dalam makna histories dan konstektual UU No 10 / 1995
Pasal 9 dan Pasal 26 sesungguhnya mengatur sesuatu / subyek yang berbeda. Pasal 26 (1) (K)
lebih tepat mengatur tentang barang pameran, kendaraan untuk lomba, barang-barang untuk
turis, tenaga ahli, dll-nya, sebagaimana telah disepakati dalam berbagai Konvensi
Internasional dibidang Pabean.
Sekali lagi menunjukkan perlunya memahami subyek, obyek dan tujuan pembebasan
bea masuk agar perlakuan dan prosedur untuk barang “impor sementara” tepat dan tidak
merugikan importir dan negara mengingat sanksi yang cukup berat yaitu 100% dari bea
masuk yang wajib dibayar oleh importir.
B.1 Mengenal Jenis – Jenis Impor Sementara.
Fasilitas Impor Sementara bisa dibedakan atas subyek dan obyek bea masuk.
B.1.1 Fasilitas Impor Sementara pada Subyek Bea Masuk :
No. JENIS
FASILITAS
SUBYEK OBYEK TUJUAN
1. Barang Turis Turis Barang-barang
Turis
Meningkatkan
Pariwisata
2. Kendaraan untuk
lomba
Ikatan Motor
Indonesia (IMI)
Kendaraan Meningkatkan
Olahraga
3. Entreport Tujuan
Pameran
Pengusaha
Entreport tujuan
Pameran
Barang-barang
untuk promosi
dan pameran
Meningkatkan
perdagangan dan
industri
4. Pameran barang-
barang impor
Penyelenggara
Pameran yang
telah diijinkan
Menteri
Keuangan atau
Dit. Jenderal
Bea Cukai
Untuk Promosi
dan Kerjasama
Kebudayaan
Meningkatkan
kerjasama
perdagangan dan
kebudayaan
5. Alat Penelitian Lembaga Alat Spesifik Untuk memperoleh
Penelitian dan
atau Peneliti
untuk penelitian informasi spesifik
bagi kemajuan Ilmu
Pengetahuan
6. Admission
Temporaire
Admission Carnet
(ATA CARNET)
KADIN Barang impor
untuk kemudian
dikirim kembali
keluar negeri
Meningkatkan arus
barang dan
penyederhanaan
prosedur Pabean
Fasilitas tersebut diatas diberikan kepada subyek bea masuk (seperti Kamar Dagang
Indonesia (KADIN), Ikatan Motor Indonesia (IMI), Pengusaha Entrepot Tujuan Pameran,
Lembaga Penelitian Pemerintah (seperti LIPI,Badan Meteorologi dan Geofisika dll), Tenaga
Ahli,Turis dll) dan mereka bertanggung jawab atas bea masuk dan pajak-pajak yang harus
dilunasi.
B.1.2 Mengenal fasilitas impor sementara pada obyek (barang yang diimpor) ke dalam daerah
pabean Indonesia
Fasilitas atas obyek atau barang yang diimpor kedalam daerah pabean Indonesia diberikan
karena beberapa alasan :
Alat-alat, mesin – mesin yang diimpor tersebut sangat dibutuhkan bagi kepentingan
pembangunan nasional dan bila selesai akan dikirim ke luar daerah Pabean Indonesia
Alat-alat, mesin-mesin tersebut harus diimpor karena dibutuhkan jasanya untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan untuk kemudian apabila selesai akan dikirim ke luar
daerah Pabean Indonesia.
No. JENIS FASILITAS SUBYEK OBYEK TUJUAN
1. Fasilitas Barang-
barang gol I / II
Pertamina atau
Kontraktor Pertamina
(Sekarang sudah
dihapus dan diambil
alih Oleh BP Migas /
SKK Migas)
Pertamina dan
Kontraktornya
Barang-barang
untuk operasi
Pertambangan
Pelaksanaan
Kontrak karya
atau operasi
pertambangan
2. Mesin / Alat-alat
untuk menyelesaikan
suatu proyek dan
mesin /alat tersebut
harus diimpor dari
luar Negeri
Importir /
Pengusaha
Kontraktor
Barang mesin /
alat-alat yang
jasanya sangat
diperlukan
Menyelesaikan
proyek-proyek
Pemerintah atau
swasta
Untuk jenis fasilitas impor sementara dengan alasan obyeknya harus dilakukan pendekatan
yang berbeda yaitu :
Pertama, Prosedur untuk barang – barang pemerintah seperti Pertamina, Kontraktor-
kontraktor Pertamina khususnya Gol II (Sekarang diambil ali oleh BP Migas
sekarang bernama SKK Migas).
Kedua, Prosedur untuk barang-barang, mesin, alat – alat yang didatangkan oleh swasta
untuk keperluan komersial menyelesaikan suatu proyek yang berkaitan
pembangunan perekonomian dan kesejahteraan nasional.
Penyeragaman dan menyamakan prosedur pada kedua hal ( Pasal 9 dan Pasal 26 K UU No
10 / 1995 jo Pasal 10D UU No 17 / 2006) tersebut diatas dapat berakibat negatif pada
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.Mengapa hal ini mungkin terjadi ?
Misalnya :
Barang – barang impor dalam rangka operasi pertambangan oleh Pertamina atau oleh
Kontraktor Pertamina.
Pertama
Kontraktor Pertamina untuk memperoleh konsesi explorasi pertambangan harus membayar
consession fee yang cukup besar.
Kedua
Alat-alat explorasi pertambangan untuk mencari sumber minyak cukup mahal harganya,
sehingga apabila dikenakan beban administrasi 2% tiap bulan akan cukup memberatkan.
Ketiga
Mencari sumber minyak belum tentu berhasil memperoleh deposit minyak.
Keempat
Barang Operasi Pertambangan Gol I, tidak tepat sebagai Impor Sementara lebih tepat
merupakan fasilitas pembebasan bea masuk dengan alasan perekonomian negara memerlukan
barang – barang tersebut, sedangkan barang – barang Gol II adalah barang – barang
pendukung proses pertambangan dan tidak semuanya berhak memperoleh pembebasan bea
masuk
Dengan demikian apabila dilihat dari objek / barang yang memperoleh fasilitas “Impor
Sementara” diartikan secara sederhana tanpa pemahaman yang tepat (membuat generalisasi
yang tidak tepat) atas subyek dan obyek bea masuk dapat berakibat investor pertambangan
dan investor asing lainnya akan meninggalkan Indonesia karena hambatan prosedural dan
biaya tinggi karena kebijakan dibidang fiscal keliru dan Indonesia dipandang semakin tidak
kompetitif di mata Investor.
Atau muncul idea – idea sebagai kompensasi prosedural yang ketat (tight customs policy)
berupa kompensasi biaya operasional pertambangan dibebankan kepada negara (cost
recovery) yang secara teknikal berpotensi merugikan pendapatan negara
Dengan demikian kebijakan fiskal yang tepat dan tatalaksana kepabeanan yang tepat
(appropriate) akan mendorong systems pengawasan kepabeanan khususnya negara
kepulauan seperti Indonesia dapat berjalan tertib (properly) dan aman dari potensi
penyelundupan.
B.2 Prosedur Impor Sementara Berdasarkan Subyek dan Obyek Impor Sementara
B.2.1 Beberapa Prosedur Fasilitas Impor Sementara Pada Subyek Bea Masuk.
Ada beberapa prosedur pengawasan kepabeanan yang berlaku pada Impor Sementara yang
secara teknis pernah atau dapat dilaksanakan berdasarkan systems kepabeanan Indonesia
Barang – Barang Milik Turis Asing
Sepanjang barang-barang milik turis asing merupakan barang-barang keperluan pribadi
dan keperluan untuk tujuan perjalanan seperti kamera, tustel dll-nya dapat diberikan fasilitas
pembebasan bea masuk sebagai barang-barang penumpang.
Tetapi timbul permasalahan apabila turis tersebut membawa mobil, sepeda motor, kapal
pesiar, pesawat terbang sendiri untuk keperluan dirinya sebagai turis. Dalam hal demikian
ada 2 (dua) prosedur rujukan untuk mengatasinya :
Pertama :
Prosedur Admission Temporaire Admision (ATA) Carnet
Kedua :
Prosedur Konvensional (Melalui Kewenangan Selaku Kepala Kantor Pabean) seperti :
▪ Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea Cukai pelabuhan pemasukan dan
bila diperlukan ditambah rekomendasi dari Lembaga tertentu baik Pemerintah maupun
swasta yang diakui (seperti IMI, FASI dll) setelah dijinkan oleh Kepala Kantor Bea
Cukai, kemudian Petugas Bea Cukai memeriksa Nama, Passport, Pelabuhan Terakhir
yang dikunjungi (Pelabuhan Pengeluaran) dan mencatat ciri-ciri barang tersebut, hasil
pemeriksaan dilaporkan ke Kepala Kantor untuk ijin pengeluarannya. dan kemudian
hasil pemeriksaaan dikirim ke Kantor Bea Cukai pelabuhan terakhir sebagai informasi
dan untuk pengawasan pengeluaran kendaraan tersebut.
▪ Pada proses pengeluaran di pelabuhan terakhir (pengeluaran) akan diperiksa oleh Bea
Cukai dan dicocokkan dengan data-data yang ada pada dokumen pelindung / surat
keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor Bea Cukai pelabuhan pemasukan.
▪ Kantor Bea Cukai pelabuhan pengeluaran kendaraan setelah realisasi pengeluaran
kendaraan memberi informasi kepada Kantor Bea Cukai pada pelabuhan pemasukan
tentang realisasi pengeluaran kendaraan tersebut dari daerah pabean Indonesia.
Kendaraan Untuk Kepentingan Lomba
Untuk kepentingan olah raga atau event-event penyelenggara lomba kendaraan bermotor
dimungkinkan memasukkan kendaraan – kendaraan tersebut dari luar daerah pabean
Indonesia dengan fasilitas pembebasan / penangguhan bea masuk dan pajak – pajak lainnya.
Prosedur yang ditempuh biasanya menggunakan ATA Carnet dengan jaminan dari Ikatan
Motor Indonesia (IMI) atau menggunakan prosedur konvensional yang dimiliki oleh
Otoritas Kepala Kantor Pabean.
Pameran Barang – Barang Impor
Pameran untuk berbagai tujuan misalnya tujuan kebudayaan, perdagangan, teknologi dllnya
dapat diselenggarakan oleh penyelenggara dengan memperoleh fasilitas pembebasan-
pembebasan bea masuk apabila barang pameran tersebut akan dikirim kembali ke luar
daerah pabean Indonesia.
Penyelenggara pameran adalah lembaga-lembaga yang berkaitan dengan tujuan pameran.
Misalnya :
▪ Lembaga Persahabatan Indonesia – RRC
▪ Lembaga Persahabatan Indonesia – Amerika
▪ Kamar Dagang Indonesia
▪ Dll-nya
Untuk menyelenggarakan pameran yang demikian maka :
Penyelenggara mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur
Jenderal Bea dan Cukai
Permohonan penyelenggara harus dilengkapi dengan rekomendasi dari Departemen /
Kementerian Teknis. Seperti Departemen / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Departemen/ Kemeterian Kesehatan, BPPT atau Sekretariat Negara. Dengan
melampirkan daftar barang-barang yang akan dipamerkan.
Berdasarkan izin dari Menteri Keuangan penyelenggara dapat melakukan pameran barang
– barang impor dengan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Proses pemasukan dilakukan dengan membuat Pemberitahuan Impor Barang (PIB)
dengan dilampiri :
▪ Izin dari Menteri Keuangan
▪ Daftar barang yang dipamerkan
▪ Invoice
▪ Packing List
Pada waktu selesai pameran dan akan dikirim kembali ke luar daerah pabean dilakukan
pemeriksaan ulang oleh petugas Bea Cukai dengan membuat dokumen Pemberitahuan
Ekspor Barang Tertentu (PEBT).
Apabila ditemukan ketidak sesuaian antara data pada waktu masuk dengan data pada
waktu reekspor maka atas barang – barang tersebut wajib dilunasi bea masuk dan
pajak – pajak lainnya oleh penyelenggara pameran.
Alat - Alat Yang Didatangkan Oleh Tenaga Ahli Untuk Tujuan Penelitian
Alat-alat untuk tujuan penelitian yang diimpor untuk kemudian dikirim kembali ke luar
daerah pabean (reekspor) dapat diberikan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Sebetulnya sudah ada konvensi yang mengatur proses impor alat – alat untuk tujuan
penelitian yaitu Professional Equipment Convention dan atau mengacu pada ATA Carnet.
Secara umum pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya untuk alat – alat penelitian
dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea Cukai
dengan melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.
2. Melampirkan rekomendasi dari Kementerian / Lembaga Non Kemeterian atau Lembaga
Swasta yang layak dipercaya (credible) sebagai penjamin.
3. Dalam hal disetujui oleh Menteri Keuangan, maka pemasukannya dilakukan dengan
membuat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan melampirkan Surat Keputusan
Persetujuan Menteri Keuangan, daftar barang yang diimpor.
Namun secara tradisional pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya terutama untuk
barang-barang yang datang bersama peneliti / professional dan atau barang – barang kecil
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea Cukai dengan melampirkan daftar
barang dan rekomendasi dari sponsor yang mendatangkan atau yang bertanggung jawab.
b. Setelah diijinkan oleh Kepala Kantor, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan
mencatat cirri-cirinya, guna pengawasan pada waktu pengeluarannya.
c. Ketika akan kembali, keluar daerah pabean melaporkan kembali ke petugas Bea Cukai
dengan menunjukkan surat-surat ijin pada waktu pengeluarannya dari kawasan
pabean,.Untuk kemudian dilakukan pemeriksaan dengan membandingkan spesifikasi
barang tersebut ketika di masukkan.
d. Dalam hal kedapatan sesuai, diijinkan untuk dibawa ke luar daerah pabean.
e. Dalam hal ternyata barang tersebut dalam batas waktu yang ditetapkan tidak dikeluarkan
ke luar daerah pabean, maka sponsor yang mendatangkan bertanggung jawab untuk
melunasi bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Admission Temporaire / Temporary Admission Carnet (ATA Carnet)
ATA Carnet diakui merupakan Dokumen Pabean Internasional yang digunakan fasilitas
Impor Sementara yang diterima oleh petugas Bea Cukai sebagai pengganti dokumen Pabean
Nasional.
ATA Carnet ini didukung oleh Systems Pabean Internasional yang melibatkan :
Penerbit Dokumen / Asosiasi Asuransi Penjamin seperti KADIN yang merupakan bagian
dari Internasional Bereau of Chamber and Commerce (Kamar Dagang Internasional).
Dengan menggunakan ATA Carnet, Impor Sementara dapat diproses lebih cepat.
ATA Carnet diperuntukkan Impor Sementara dalam rangka :
Impor barang-barang untuk tujuan pameran (the customs convention concerning facilities
for importation of exposition, display or used material at the exhibition, fairs, meeting or
similar events)
Impor barang-barang barang – barang tujuan ilmu pengetahuan (the customs convention
on importation of scientific equipment)
Impor barang – barang peralatan professional (the customs convention on the temporary
importation of professional, 1952)
Disamping itu ATA Carnet dapat digunakan untuk Impor Sementara seperti :
Scientific Equipment
Paedagogie Materials
Private Road Vehicles
Aircraft and Pleasure Boats
Packing / Kemasan
Dll-nya
Tetapi dalam hal untuk kebutuhan yang mendesak untuk penelitian dapat dilakukan
prosedur sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan ke Kepala Kantor Bea Cukai dengan menjelaskan tujuan impor
dan alasan-alasannya dan berjanji setelah selesai akan di reekspor. Pada permohonan
tersebut dilampirkan daftar barang yang diimpor.
2. Kepala Kantor Bea Cukai menyetujui dengan mempertaruhkan jaminan (bisa tertulis) dari
lembaga yang bertanggung jawab atas pemasukan barang-barang impor untuk penelitian
tersebut.
3. Membuat Dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dengan melampirkan persetujuan
Kepala Kantor Bea Cukai. Dilakukan pemeriksaan fisik dengan difoto dan dicatat ciri-
crinya.
4. Berkas PIB tersebut (no. 3) disimpan di Perbendaharaan untuk proses pemeriksaan pada
waktu akan direekspor nanti setelah selesai melakukan penelitian.
5. Proses reekspor dilakukan dengan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu
(PEBT).
Bentuk dan pemeriksaan ATA Carnet
ATA Carnet adalah semacam buku yang didalamnya terdapat lembaran-lembaran yaitu :
Lembar depan dan belakang warna hijau,didalamnya lembar putih dengan bersambungan
(continuation sheet).
Lembaran-lembaran exportasi warna kuning terdiri lembar tembusan dan lembar bukti
exportasi (exportation voucher)
Dua Lembaran formulir warna putih terdiri
Lembar importasi warna putih terdiri dari catatatan formulir importasi dan lembar
dokumen pelindung importasi (Importation Voucher) ketika keluar dari kawasan pabean.
Lembar formulir catatan tentang re-exportasi terdiri dari formulir catatan tentang
eksportasi dan voucher re - eksportasi sebagai bukti telah dilakukan eksportasi.
Dua lembaran warna biru formulir untuk barang-barang transit terdiri dari dari lembar untuk
bukti pemberitahuan transit dan voucher untuk transit.
ATA Carnet mempunyai nomer seri dan disahkan oleh penerbit dokumen tersebut (misal:
KADIN) pada waktu memasukkan (mengimpor) barang lembar importasi dicatat dan
diadministrasikan oleh Bendaharawan Bea dan Cukai ditandatangani dan dicap dinas.
Pada waktu mengeluarkan (reekspor) oleh Bendaharawan Bea Cukai pelabuhan
pengeluaran dicatat pada lembar eksportasi dan diadministrasikan, ditandatangai dan dicap
dinas. Lembar eksportasi disobek untuk diteruskan ke Kantor Bea Cukai pemasukan sebagai
informasi bahwa barang yang diimpor dengan fasilitas impor sementara telah dikeluarkan
dari daerah pabean Indonesia.
B.2.2 Prosedur Fasilitas Impor Sementara Pada Barang Impor (Obyek Bea Masuk).
Fasilitas Impor Barang-barang untuk Tujuan Eksplorasi Pertambangan oleh Pertamina dan
Kontraktor Pertambangan Asing Lainnya.
Prosedur Impor Sementara untuk tujuan Eksplorasi Pertambangan adalah :
Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Bea Cukai
u.b. Direktur Fasilitas Kepabeanan. Dalam permohonan tersebut harus dilampirkan daftar
barang-barang yang akan diimpor.
Fasilitas Impor Sementara untuk barang-barang tujuan eksplorasi pertambangan oleh
Pertamina dan Kontraktor Pertamina memperoleh fasilitas penangguhan pembayaran bea
masuk dan pajak-pajak lainnya berdasarkan Rekomendasi dari BP. Migas.
Untuk Eksplorasi Tambang Lainnya (seperti Batubara, Besi, Nikel dll) memerlukan
Rekomendasi dari Kementerian Pertambangan dan Energi / Energi dan Sumberdaya
Mineral.
Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat pemberitahuan Impor Barang
(PIB) dengan melampirkan :
a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Daftar Barang yang telah disahkan
c. Invoice
d. Packing List
e. Dokumen-dokumen lain yang diperlukan
Sebagai catatan bahwa dilihat dari perspektif Teknis Pabean barang – barang operasi
pertambangan tidak layak memperoleh fasilitas Impor Sementara karena barang termaksud
dimasukkan untuk dipakai / dikonsumsi dan oleh itu wajib membayar bea masuk atau
memperoleh pembebasan bea masuk karena peralatan dan permesinan operasi pertambangan
diperlukan oleh perekonomian negara dan oleh sebab itu fasilitas Impor Sementara bagi
barang – barang Operasi Pertambangan tidak tepat dan cenderung akan merugikan negara.
Untuk mencegah ekses kerugian negara memasukkan barang dengan alasan Barang
Operasi Pertambangan Gol I dan II sekarang dihapuskan dan tidak termasuk dalam
pengertian Impor Sementara.
Fasilitas Impor Mesin-mesin / Alat-alat untuk menyelesaikan Proyek untuk kemudian di
Reekspor
Impor mesin / alat-alat yang langka dan belum tersedia di Indonesia dan diperlukan
jasanya untuk proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek untuk kemudian direekspor
dapat diberikan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Prosedur memperoleh fasilitas tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea Cukai ub.
Direktur Fasilitas Kepabeanan.
2. Rekomendasi dari Kementerian / Lembaga Non Kementerian yang relevan / terkait.
3. Melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.
4. Dalam permohonan harus dicantumkan lama waktu mesin /alat-alat dipakai.
5. Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) dengan melampirkan :
a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Daftar barang yang telah disahkan
c. Invoice
d. Packing List
e. Membayar beban administrasi 2 (dua) % / bulan selama waktu izin impor sementara
diberikan
5. Izin dapat diperpanjang paling lama sampai 24 bulan
6. Bila sampai batas waktu izin tidak direekspor dikenakan denda 100% dari bea masuk
yang wajib dibayar.
C. Penyelesaian Fasilitas Impor Sementara Atas Obyek Seperti Barang Operasi
Pertambangan (BOP) Golongan I / II Pertamina dan Lainnya (Yang pernah terjadi).
Yang dimaksud Barang Operasi Pertambangan Gol I adalah barang – barang milik
Pertamina / milik Negara dan Barang Operasi Pertambangan Gol II, barang – barang milik
kontraktor Pertamina sehingga tidak otomatis berhak memperoleh pembebasan bea masuk
dan oleh sebab itu diantaranya diberikan fasilitas sebagai Impor Sementara.
Mengingat kompleksitas pergerakan barang – barang operasi pertambangan khususnya
dilaut dan tersedianya fasilitas Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun
yang digunakan sebagai tempat penimbunan peralatan operasi pertambangan maka
pemahaman konteks dan proses pengiriman antar wilayah pengawasan kepabeanan (Kantor
Bea Cukai) seluruh Indonesia menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh Otoritas Pabean
sebagai pembelajaran.
Impor Sementara dapat diselesaikan dengan cara :
Di reekspor (diekspor kembali) baik secara keseluruhan maupun secara bertahap
Diimpor untuk dipakai
Dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat sebagai barang modal
Dimasukkan ke daerah industri (Kawasan Berikat Batam, Rempang dan Galang /
sekarang Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Bintan dan Karimun)
Dijadikan aset perusahaan dalam rangka PMA / PMDN dan non PMA / PMDN
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
Karena mengalami kerusakan berat atau musnah oleh karena keadaan yang luar biasa
(Force Mayour) dan dapat dibuktikan demikian misal hilang dalam sumur (lost in hole),
dapat dianggap telah diselesaikan. Pelaksanaan hal ini berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan c/q Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Reekspor (Diekspor kembali)
Prosedur reekspor fasilitas Impor Sementara atas obyek seperti Barang Operasi Pertamina
(BOP) Gol. I/II adalah sebagai berikut :
Perusahaan menerima fasilitas mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Bea
Cukai untuk melakukan reekspor dengan melampirkan :
- Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau PIB pengganti yang telah disahkan (di
endorse) oleh Kantor Bea Cukai yang mengeluarkan PIB (misal dari Kantor Bea Cukai
pulau Batam)
- Pemberitahuan Ekspor Barang Tertentu (PEBT)
Dilakukan pemeriksaan fisik dengan mencocokkan jenis barang yang tercantum dalam
PIB dan PEBT dengan kenyataannya.
Apabila kedapatan sesuai diberikan izin ekspor pada PEBT. Apabila kedapatan tidak
sesuai reekspor tidak diizinkan dan dengan kemungkinan perusahaan penerima fasilitas
wajib melunasi bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Dalam hal PIB fasilitas Impor Sementara untuk BOP berasal dari P. Batam, maka Kantor
Bea Cukai tempat diselesaikannya reekspor wajib menginformasikannya ke Kantor Bea
Cukai P. Batam.
Penyelesaian Dengan Impor Untuk Dipakai
Apabila fasilitas Impor Sementara akan diselesaikan dengan dimasukkan (impor) untuk
dipakai prosedurnya adalah sebagai berikut :
Paling lambat dalam waktu 2 (dua) minggu sebelum masa izin fasilitas impor sementara
berakhir, perusahaan penerima fasilitas memberitahukan secara tertulis rencana impor
untuk dipakai dengan melampirkan copy PIB pada waktu pemasukan terdahulu.
- Dalam hal barang-barang impor sementara terkait dengan ketentuan tentang
dibutuhkan rekomendasi / perizinan dari instansi terkait lainnya (misal : tata niaga).
Departemen Teknis yang berwenang mengeluarkan izin wajib mengeluarkan
perizinannya dalam waktu 2 (dua) minggu setelah permohonan izin diajukan.
- Bila dalam jangka waktu 2 (dua) minggu izin belum dikeluarkan, dianggap telah
diizinkan.
Persetujuan Direktur Jenderal Bea Cukai diberikan apabila syarat-syarat yang telah
ditetapkan dipenuhi dan berlaku 2 (dua) bulan sejak tanggal diberikan persetujuan.
Penyelesaian BOP (sekarang tidak diberlakukan) dilakukan dengan cara membayar Bea
Masuk dan pungutan impor lainnya ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar seratus persen ( 100%) dari bea masuk yang seharusnya dibayar (Sanksi ini atas
dasar kesalahan apa ? apakah perbuatan memasukkan barang impor untuk dipakai
dengan membayar bea masuk merupakan suatu kesalahan ? dan oleh sebab itu di denda
?). Bea masuk dihitung berdasarkan tarif bea masuk dan kurs yang berlaku pada
pemasukan terdahulu.
Pungutan Impor lainnya berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor dan Pajak
Penghasilan pasal 22 Impor. PPN Impor dihitung berdasarkan tarif dan kurs yang
berlaku pada waktu pemasukan terdahulu sedangkan PPH pasal 22 Impor dihitung
berdasarkan tarif dan kurs pada saat pelunasan.
Dalam hal penyelesaian BOP II dengan Impor untuk dipakai oleh kontraktor dari copy
awal PIB telah ditandatangani oleh Pertamina atau pejabat yang ditunjuk atas nama
Pertamina maka PIB yang diajukan kontraktor dapat dilayani oleh Kantor Bea Cukai
setelah ada persetujuan dari Pertamina.
Penyelesaian Barang Operasi Pertambangan Gol. II dengan cara dimasukkan ke Tempat
Penimbunan Berikat (TPB) sebagai modal
Penyelesaian dengan cara dimasukkan ke TPB hanya dapat dilakukan oleh BOP Golongan
II (Istilah Gol II tidak berlaku lagi) yang :
Berasal dari dalam daerah pabean lainnya
Barang tersebut sudah berada dalam TPB bersangkutan
Prosedur untuk menyelesaikan dengan memasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat adalah
sebagai berikut :
Penyelesaian BOP golongan II dimasukkan ke TPB yang berfungsi sebagai Kawasan
Berikat dan digunakan khusus untuk barang modal
Pengusaha di Kawasan Berikat mengajukan permohonan tertulis kepada Direktur
Jenderal Bea Cukai dengan dilampiri hasil pemeriksaan Bea Cukai dalam bentuk Berita
Acara Pemeriksaan dari Kantor Bea Cukai pemasukan dengan dilampiri PIB, dan copy
daftar barang (master list)
Dalam hasil pemeriksaan kedapatan sesuai, permohonan dapat diproses lebih lanjut
Direktur Jenderal Bea Cukai atau pejabat yang ditunjuk atas nama Menteri Keuangan
menerbitkan Surat Persetujuan Re-Aset BOP Gol. II yang dimasukkan ke TPB sebagai
barang modal
Prosedur BOP Gol. II yang telah mendapat persetujuan dilakukan sbb. :
- Pemasukan dari tempat lain dalam daerah pabean dengan melalui pengangkutan
melalui laut sampai menuju pelabuhan tujuan dengan menggunakan model BC.1.2.
- Pengeluaran dari pelabuhan bongkar ke TPB dengan menggunakan model BC.2.3
dengan dilampiri Surat Persetujuan Re-Aset dari Direktur Jenderal Bea Cukai dan
Surat Kontrak Penjualan atau Pembelian
- Dalam hal BOP II sudah berada pada TPB yang bersangkutan menyelesaikannya
dengan menyerahkan Surat Persetujuan Re Aset dan Kontrak Penjualan atau
Pembelian.
Penyelesaian BOP II dengan memasukkan ke Kawasan Berikat P. Batam, Bintan dan
Karimun
Prosedur penyelesaian Barang Operasi Pertambangan (BOP II) sebagai berikut:
Perusahaan mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Kantor Bea Cukai yang
mengawasi BOP Gol. II dengan dilampiri :
- Dokumen BC.1.2 dan PEBT / FTZ
- PIB / copy PIB yang telah disahkan
Terhadap barang tersebut dilakukan pemeriksaan fisik
Dalam hal kedapatan jenis barang sesuai, oleh Pejabat Bea Cukai diberikan persetujuan
dengan memberi izin pada dokumen BC.1.2, PEBT dan PIB / copy PIB
Pengangkutan dari Bea Cukai ke Kawasan Berikat P. Batam, Bintan dan Karimun
dilakukan sebagai berikut :
- Pengangkutan dari Kantor Bea Cukai dilindungi dengan dokumen BC.1.2 dan
dilampiri copy PEBT
- Dalam hal BOP Gol. II berasal dari P. Batam, Bintan dan Karimun penyelesaiannya
pada Kantor Bea Cukai P. Batam dengan melampirkan copy PIB dan PEBT yang
telah di endorse oleh Kantor Bea Cukai P. Batam.
Proses pengeluaran BOP Gol. II dari Pelabuhan Bongkar P. Batam, Bintan dan Karimun
ke Kawasan Berikat yang dituju dengan menggunakan formulir E / BZ (sekarang FTZ)
sesuai ketentuan yang berlaku
Setelah BOP Gol. II dibongkar di P. Batam dan ditimbun di TPB yang dimaksud, Kantor
Bea Cukai P. Batam mengirimkan kembali lembar dua, BC.1.2 dan copy PIB dengan
diberi catatan tentang realisasi penyelesaiannya di P. Batam ke Kantor Bea Cukai asal
BOP Gol. II, untuk penyelesaian administrasi Kantor Bea Cukai asal.
Penyelesaian BOP Gol. II karena hal-hal luar biasa (Force Mayeur) seperti hilang dalam
sumur (lost in hole).
Perusahaan yang mengalami force mayeur wajib segera melaporkan kejadian tersebut
pada Kantor Bea Cukai setempat paling lambat 7 (tujuh) hari sejak terjadinya keadaan
luar biasa (force mayeur)
Kepala Kantor Bea Cukai segera memerintahkan petugas Bea Cukai untuk melakukan
pemeriksaan di lokasi
Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan dengan
melampirkan bukti-bukti yang dapat menunjang pemeriksaan seperti foto-foto dll-nya.
Berita Acara Pemeriksaan juga diketahui oleh pejabat yang bertanggung jawab dan
berwenang dari perusahaan tersebut.
Kepala Kantor Bea Cukai meneliti kebenaran dan kelengkapan hasil pemeriksaan untuk
kemudian membuat rekomendasi pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya atas
BOP Gol. II.
Perusahaan yang berkepentingan segera mengajukan permohonan pembebasan Bea
Masuk dan pajak-pajak lainnya kepada Menteri Keuangan melalui Kantor Bea Cukai
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah kejadian.
Kepala Kantor Bea Cukai selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah menerima
permohonan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak lainnya meneruskan permohonan
tersebut kepada Direktur Jenderal Bea Cukai dengan melampirkan rekomendasi atas
hasil pemeriksaan pemeriksa Bea Cukai.
Atas barang-barang yang hilang karena keadaan force mayeur dianggap telah
diselesaikan setelah dikeluarkan Surat Keputusan pembebasan bea masuk dan pajak-
pajak lainnya oleh Direktur Jenderal Bea Cukai atas nama Menteri Keuangan, Surat
Keputusan tersebut dicatat dalam buku daftar barang BOP Gol. II yang bersangkutan.
Pengawasan Pindah Lokasi.
BOP Gol. II dapat dipindah lokasikan ke tempat lain diluar kewenangan Kantor Bea
Cukai asal setelah mendapat persetujuan Kepala Kantor Bea Cukai asal.
Dalam hal PIB BOP Gol. II didaftarkan di Kantor Bea Cukai P. Batam, permohonan
pindah lokasi ditujukan kepada Kepala Kantor Bea Cukai yang mengawasi penggunaan
BOP Gol. II, dengan tembusan pada Kepala Kantor Bea Cukai P. Batam.
Persetujuan pindah lokasi dibuat rangkap 6 (enam) atau 7 (tujuh) :
- Lembar ke-1 untuk yang bersangkutan
- Lembar ke-2 untuk Kantor Pabean tujuan
- Lembar ke-3 untuk Kantor Wilayah Bea Cukai asal
- Lembar ke-4 untuk Kantor Bea Cukai asal sebagai arsip
- Lembar ke-5 untuk Kantor Pusat Bea Cukai
- Lembar ke-6 untuk Kantor Bea Cukai P. Batam
- Lembar ke-7 untuk Kantor Bea Cukai P. Batam bila berasal dari P. Batam
Permohonan pindah lokasi yang ditujukan ke Kepala Kantor Bea Cukai harus dilampiri :
- Persetujuan Pertamina
- Copy PIB dan dokumen pelengkap lainnya yang diperlukan
Sebelum pindah lokasi dilaksanakan oleh petugas Bea Cukai akan dilakukan pemeriksaan
fisik
Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan sejak izin pindah lokasi diterima yang bersangkutan,
pindah lokasi tidak juga dipindahkan, maka izin pindah lokasi dinyatakan batal
Pengangkutan pindah lokasi dilakukan sebagai berikut :
- Untuk BOP Gol. II yang PIB-nya didaftarkan di Kantor Bea Cukai P. Batam
pengangkutannya dilakukan dengan copy PIB yang telah disahkan oleh Kantor Bea
Cukai P. Batam
- Untuk BOP Gol. II lainnya dilindungi dengan dokumen BC.1.2 rangkap 3 (tiga)
masing-masing untuk lembar :
Pertama,melindungi pengangkutan di perairan
Kedua, bersama nota pemeriksaan dan izin pindah lokasi dengan sampul tertutup
dikirim ke Kantor Bea Cukai tujuan Ketiga, untuk arsip Kantor Bea Cukai pemuatan
Setelah BOP Gol. II sampai di Pelabuhan tujuan BC.1.2 telah diproses oleh Kantor Bea
Cukai tujuan, dikirim kembali ke Kantor Bea Cukai asal untuk penyelesaian
administrasi / arsip izin pindah lokasi.
Dalam hal dilindungi dengan copy PIB yang telah disahkan Kantor Bea Cukai P.
Batam, setelah BOP Gol. II tiba di pelabuhan tujuan maka Kantor Bea Cukai pelabuhan
tujuan mengirim surat sebagai pemberitahuan tentang realisasi izin pindah lokasi ke
pelabuhan asal dengan tembusan pada Kantor Bea Cukai P. Batam.
Fasilitas Impor Mesin-mesin / Alat-alat untuk menyelesaikan Proyek untuk kemudian di
Reekspor
Impor mesin / alat-alat yang langka dan belum tersedia di Indonesia dan diperlukan
jasanya untuk proses menyelesaikan suatu pekerjaan atau proyek untuk kemudian direekspor
dapat diberikan fasilitas penangguhan bea masuk dan pajak-pajak lainnya.
Prosedur memperoleh fasilitas tersebut adalah sebagai berikut :
Mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan cq. Direktur Jenderal Bea Cukai ub.
Direktur Fasilitas Kepabeanan.
Melampirkan daftar barang-barang yang akan diimpor.
Dalam permohonan harus dicantumkan lama waktu mesin /alat-alat dipakai.
Berdasarkan izin dari Kantor Pusat Bea Cukai, membuat Pemberitahuan Impor Barang
(PIB) dengan melampirkan :
a. Izin dari Kantor Pusat Bea Cukai cq. Direktorat Fasilitas Kepabeanan
b. Daftar barang yang telah disahkan
c. Invoice
d. Packing List
e. Membayar beban administrasi 2 (dua) % / bulan selama waktu izin impor sementara
diberikan
1. Izin dapat diperpanjang paling lama sampai 24 bulan
2. Bila sampai batas waktu izin tidak direekspor dikenakan denda 100% dari bea masuk
yang wajib dibayar.
Pengawasan dan Pengamanan Hak Negara
60 (enam puluh) hari sebelum izin fasilitas impor sementara berakhir, pejabat Bea Cukai
atau Kepala Kantor Bea Cukai yang bertanggung jawab tentang PIB BOP Gol. II wajib
memberitahukan kepada Pertamina / Kontraktornya tentang akan berakhirnya izin
fasilitas impor sementara.
Dalam hal BOP Gol. II telah digunakan melebihi 3 (tiga) tahun dan telah diperpanjang 2
(dua) kali, pemberitahuan akan berakhirnya fasilitas dilakukan 90 (sembilan puluh) hari
sebelum masa fasilitas berakhir.
Pengusaha sudah harus mengajukan penyelesaiannya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sebelum berakhirnya izin fasilitas kepada Kantor Bea Cukai yang telah menata usahakan
PIB BOP Gol. II.
Dalam hal perusahaan belum melaksanakan pembayaran dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak berakhirnya fasilitas, dikenakan beban bunga 2 (dua) persen per bulan sesuai
ketentuan yang berlaku ( SK. Menteri Keuangan No. 234/KMK.05/1996 tanggal 01 April
1996 )
Ketika barang operasi pertambangan kita klasifikasikan sebagai Fasilitas Impor
Sementara maka mekanisme pengawasan menjadi rumit / berbelit – beli dan menjadi sumber
lahirnya high cost economy dan oleh sebab itu barang – barang operasi pertambangan
sebaiknya diberikan fasilitas pembebasan bea masuk karena alasan perekonomian negara
menghendaki demikian / Industri Stratejik.
Model pengawasan pergerakan barang khusus untuk fasilitas barang – barang ex Barang
– Barang Gol II (fasilitas pembebasan bersayarat dengan alasan perekonomian negara
menghendaki / membutuhkan) secara teknis perlu dipelajari khususnya pengawasan barang –
barang yang bergerak dari Free Trade Area (seperti Batam, Bintan Karimun) ke tempat –
tempat lain didalam daerah pabean seperti pengiriman barang ke Kantor Bea Cukai Tarempa
/ Kepulauan Natuna untuk implementasi prinsip check & re check antar Kantor Pabean dan
mengamankan hak – hak negara.
D. Refleksi
1. Impor Sementara adalah salah satu fasilitas pabean yang mempunyai aspek teknis
kepabeanan yang luas
2. Untuk memahami Impor Sementara secara tepat harus tahu konsep fasilitas
pembebasan atas Subyek dan Obyek Pajak / Bea Masuk
3. Dengan memahami fasilitas dari subyek dan obyek pajak / bea masuk akan dapat
diketahui apakah importasi suatu obyek bea masuk (barang impor) dapat diberikan
fasilitas Impor Sementara atau menggunakan fasilitas pembebasan bea masuk bersyarat
sebagaimana diatur dalam Pasal 25 dan 26 UU No 17 / 2006 Tentang Kepabeanan
lainnya (misal alasan perekonomian / pembangunan negara menghendaki pembebasan
bea masuk) atau ditolak dengan kewajiban membayar bea masuk dan pajak – pajak
lainnya.
4. Dengan memahami hal tersebut (alasan Subyek dan Obyek Fasilitas Impor Sementara)
maka Impor Sementara sebagai fasilitas dapat digunakan untuk mendorong kegiatan
ekonomi seperti turisme, memperlancar arus barang dan dapat terhindar dari
penyalahgunaan fasilitas Impor Sementara yang tidak sepatutnya.
5. Fasilitas Impor Sementara untuk BOP Gol II, sudah tidak dilaksanakan lagi namun
pengetahuan tentang mekanisme kontrol tentang pergerakan barang – barang impor yang
masih terutang bea masuk, dari satu Kawasan Pabean ke Kawasan Pabean lainnya masih
relevan dilihat dari khasanah pengetahuan pabean mengingat luas wilayah negara
kepulauan Indonesia disamping itu tersedianya fasilitas kelembagaa berupa Kawasan
Perdagangan Bebas / Free Trade Area seperti Batam, Bintan dan Karimun.
6. Butir 5 perlu memperoleh perhatian Otoritas Pabean karena logika pengawasan
pergerakan barang yang berbeda antara Kantor Bea Cukai Batam, Bintan Karimun (saat
wajib bayar pada saat keluar dari Batam, Bintan dan Karimun) dengan Kantor Bea Cukai
lainnya seperti Kantor Bea Cukai Tarempa /di Kepulauan Natuna (saat wajib bayar bea
masuk pada saat dimasukkan kedalam daerah pabean).
7. Perbedaan logika pengawasan pergerakan barang melalui laut dari Kantor Bea Cukai
dengan status Free Trade Area dengan Kantor Bea Cukai lainnya harus terakomodasi
dalam systems pengawasan kepabeanan yang integratif sehingga prinsip check and
recheck antar Kantor Bea Cukai serta keseragaman (uniformity) dokumen pabean yang
berlaku mampu bekerja dengan baik dan bekerja dalam kerangka system kepabeanan
yang utuh (solid).
top related