incenerator rsud wates
Post on 02-Jan-2016
53 Views
Preview:
TRANSCRIPT
INCENERATOR RSUD WATES YOGYAKARTA
A. Dasar teori
Penanganan limbah padat menjadi masalah karena metode
pembuangannya merusak mencemari lingkungan. Pembuangan terbuka
merusak keindahan tanah alam dan menyediakan persembunyian untuk
tikus dan hewan pembawa penyakit. Kedua pembuangan terbuka dan landfill
(daerah penanaman limbah) dapat mengandung racun yang meresap ke
dalam air tanah atau mengalir ke sungai dan danau. Kegiatan Pembakaran
limbah padat menciptakan asap dan Pencemaran udara lainnya. Bahkan
pembakaran limbah dapat melepaskan bahan kimia beracun, abu, dan
logam berat berbahaya ke udara.
Limbah berbahaya terdiri dari zat dibuang yang dapat mengancam
kesehatan manusia dan lingkungan. Sumber limbah berbahaya meliputi
industri, rumah sakit, dan laboratorium. Limbah tersebut dapat menyebabkan
cedera langsung ketika orang bernapas, menelan, atau menyentuhnya.
Ketika dikuburkankan di tanah atau ditinggalkan di tempat pembuangan
terbuka, beberapa limbah berbahaya dapat mencemari udara, air tanah, dan
tanaman pertanian.
Penanganan limbah medis sudah sangat mendesak dan menjadi
perhatian sehingga di RSUD Wates menggunakan incinerator sebagai alat
pemusnahan limbah padat, diantaranya sampah medis dan non medis.
RSUD Wates juga merupakan salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang
menggunakan incinerator sebagai alat untuk memusnahkan limbah padat.
Untuk itu perlu dlakukan kunjungan ke rumah sakit tersebut untuk
mengetahui alat pemusnahan limbah padat rumah sakit yang tidak dimiliki
oleh semua rumah sakit di Yogyakarta.
B. Analisis incinerator
No. Kenyataan Seharusnya Permenkes
1. Incenerator rusak (suhu
pembakaran tidak mencapai
1200oC) tetapi masih
beroperasi
Insinerasi pada suhu tinggi
sekitar 1200oC dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu
rendah dapat menghasilkan uap
sitotoksik yang berbahaya ke
udara.
Kepmenkes
No.1204/MENKES/SK/X/2004
2. Sampah medis dan non
medis tidak dipisah
Pemilahan limbah harus
dilakukan mulai dari sumber
yang ,enghasilkan limbah.
Kepmenkes
No.1204/MENKES/SK/X/2004
3. Air buangan tidak diolah
terlebih dahulu
Apabila ada limbah cair yang
dihasilkandari pengoperasian
incinerator dan atau ceceran
tupahan limbah B3 harus diolah
lebih lanjutdan atau apabila
dialirkan ke sistem instalasi
pengolah air limbah dan hasil
pengolahan yang dibuang ke
Keputusan Kepala Bapedal
Nomor
Kep-03/Bapedal/09/1995
Tentang Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun
media harus syarat.
4. Cerobong asap 5-10 meter Cerobong asap lebih tinggi dari
gedung
5. APD pengelola incenerator
kurang lengkap
Petugas yang menangani
limbah, harus menggunakan
alat pelindung diri yang terdiri
dari
a. Topi atau helm
b. Masker
c. Pelindung mata
d. Pakaian panjang
e. Apron untuk industri
f. Pelindung kaki atau sepatu
boot
g. Sarung tangan khusus
Kepmenkes
No.1204/MENKES/SK/X/2004
6. Incenerator belum
mendapatkan ijin kelola
Incenerator harus mendapatkan
ijin kelola
Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 85 Tahun 2009
tentang Perizinan
Pengoperasian Incinerator
C. Pembahasan
Rumah Sakit Umum Daerah Wates sebagai rumah sakit kelas D
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menkes Nomor 491/SK/V/1994
tentang Peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Wates milik Pemda
Tk II Kulon Progo menjadi kelas C. Upaya untuk meningkatkan RSUD Wates
dalam pengelolaannya agar lebih mandiri terus diupayakan, salah satunya
dengan mempersiapkan RSUD Wates menjadi Unit Swadana melalui tahap
ujicoba selama 3 tahun. Setelah menjalani ujicoba maka ditetapkan menjadi
RSUD Unit Swadana melalui SK Bupati No. 343/2001. Kemudian sekarang
Rumah Sakit Umum Daerah Wates kelasnya ditingkatkan menjadi kelas B.
RSUD wates terletak di Jalan tentara pelajar, Wates, Kulon Progo,
Yogyakarta. Rumah sakit tersebut mengelola sampah padat dengan
menggunakan alat incinerator dan sisa pembakaran saat ini digunakan
untuk fondasi bangunan. RSUD Wates menghasilkan limbah padat
sebanyak 50kg/hari. Sumber limbah yang dihasilkan dari RSUD Wates
berasal dari :
1. Pelayanan medis, seperti Unit Gawat Darurat, ruang rawat inap, ruang
haemodialisis, dan ruang ICU.
2. Penunjang medis, seperti ruang laboratorium klinik, radiologi, farmasi,
dan dapur.
3. Pelayanan social, seperti ruang cafeteria dan rumah dinas.
4. Ruang administrasi dan ruang computer.
5. Pemeliharaan sarana dan perbengkelan/gudang.
Limbah padat yang dihasilkan di rumah sakit ini berupa:
1. Limbah domestik
Limbah domestic yang dihasilkan, seperti kertas, pembungkus sisa
makanan, daun, ranting, plastik, kaleng, dll.
2. Limbah medis
Limbah medis yang dihasilkan berasal dari kegiatan medis, seperti
spuit disposable, cater, dressing bedah, sarung tangan, jaringan tubuh
manusia, kemasan obat, preparat, petridish, dll.
Pada masing-masing unit penghasil limbah disediakan
penampung limbah dilengkapi dengan kantong plastik. Dalam kegiatan ini
pemilahan sampah dibedakan limbah medis dan limbah non medis. Untuk
limbah medis disediakan kantong plastik berwarna kuning dan limbah non
medis menggunakan kantong plastik berwarna hitam. Tempat
penampung limbah itu sudah berisi kode pembakuan atau label pada
sampah. Setelah 2/3 dari tempat penampungan telah terisi kemudian
diangkut ke tempat pengolahan sampah.
Jenis limbah yang di insenerasi yaitu sampah medis dari bangsal-
bangsal, pampers, kapas, perban bekas dari pasien dan limbah B3 juga
diinsenerasi pada incenerator RSUD Wates. Limbah benda tajam seperti
lampu yang mati dimasukkan ke dalam gudang. Jarum suntik tidak dapat
terbakar dengan sempurna, sisa pembakaran dibiarkan saja di dalam
incenerator dan akan terbakar kembali bersama sampah medis yang
baru.
Pengangkutan limbah dari ruang penimbulan sampah
menggunakan trolly sampah. Selanjutnya dilakukan pengolahan sampah
di incenerator. Incenerator yang digunakan di RSUD Wates adalah
incenerator bilik tunggal. Pengoperasian incenerator RSUD Wates dimulai
pada tahun 2008. Bahan bakar yang digunakan ialah solar. Satu kali
pembakaran membutuhkan solar sekitar 3 sampai 4 liter, sehingga dalam
satu bulan membutuhkan solar 100 liter. Pembakaran dilakukan sekali
dalam satu hari pada pagi hari setelah sampah terkumpul. Lama
pembakaran pada incenerator ini sekitar 30 menit dengan suhu 5000C,
dan pada suhu 6000C pembakaran sudah sempurna. Suhu normal dari
incenerator ini adalah 8000C tetapi karena incenerator sudah rusak maka
petugas tidak berani memaksimalkan suhunya.
Limbah dari proses pembakaran incenerator yaitu berupa asap
dan limbah cair. Limbah berupa asap dibuang ke udara melalui cerobong
asap. Tinggi cerobong asap 5 sampai 10 meter. Tinggi cerobong asap ini
belum memenuhi standar yang ditentukan, karena cerobong asap yang
memenuhi standar harus lebih tinggi dari bangunan sekitar. Limbah cair
langsung dibuang ke selokan tidak diolah terlebih dahulu. Padahal
menurut Keputusan Kepala Bapedal Nomor Kep-03/Bapedal/09/1995
Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun, apabila ada limbah cair yang dihasilkandari pengoperasian
incinerator dan atau ceceran tupahan limbah B3 harus diolah lebih
lanjutdan atau apabila dialirkan ke sistem instalasi pengolah air limbah
dan hasil pengolahan yang dibuang ke media harus syarat. Apabila
incenerator rusak maka pihak rumah sakit menggunakan bis di dalamnya
diberi batok kelapa yang diatasnya diletakkan sampah medis kemudian
membakarnya. Pembakaran menggunakan bis ini tidak ditutup atau diberi
perlakuan khusus dan dilakukan dengan melihat situasi sekitar.
Pembakaran seperti ini dapat mengganggu lingkungan sekitar karena
letaknya disekitar masyarakat, selain itu masyarakat juga sudah ada yang
komplain tentang keberadaan incenerator ini. Sehingga direncanakan
tahun depan RSUD Wates akan bekerja sama dengan pihak ketiga.
D. Dampak
Dampak pembakaran sampah dengan incinerator yaitu adanya residu
dan gas polutan yang dilepaskan. Senyawa dioxin adalah polutan yang
paling berbahaya dari proses pembakaran. Senyawa dioxin menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan, diantaranya kanker, terganggunya sistem
kekebalan tubuh, merusak sistim reproduksi dan hormonal, serta gangguan
pertumbuhan. Dioxin akan terakumulasi di dalam tubuh melalui rantai
makanan dari pemangsa ke predator. Dioxin harus mendapatkan perhatian
yang sangat khusus, karena dapat ditemukan di dalam alam pada tingkatan
yang sudah mengkhawatirkan akan menyebabkan gangguan terhadap
kelangsungan makhluk hidup. Di samping itu incinerator dapat
mengakibatkan pencemaran Merkuri pada tanah. Logam berat merkuri
merupakan racun yang sangat kuat, mengganggu sistem pergerakan, sistem
panca indera dan kerja sistem kesadaran. Selain itu, incinerator juga
merupakan sumber utama polutan-polutan logam berat, seperti timah (Pb),
kadmium (Cd), arsen (As) dan kromium (Cr).
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ipb.ac.id diunduh 19 Juni 2013
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20777/4/Chapter%20II.pdf diunduh 20
Juni 2013
id.scribd.com/doc/118380884/teknologi-pengolahan-dan-pembuangan-limbah-
layanan-medis diunduh 20 Juni 2013
lh.surabaya.go.id/weblh/?c=main&m=detail&id=52 diunduh 20 Juni 2013
http://incineratorplasma.wordpress.com/2012/08/29/bahaya-dan-dampak-yang-
ditimbulkan-incinerator/ diunduh tanggal 30 Juni 2013
top related