indikator-kesra kota kupang 2005-2006
Post on 06-Aug-2015
68 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Katalog BPS : 4103.5371
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 72 Halaman Naskah : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit : Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik Diterbitkan oleh : BPS Kota Kupang Dicetak oleh : Percetakan Sylvia Kupang
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
KATA PENGANTAR
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006
merupakan kelanjutan dari penerbitan dari seri publikasi yang
sama pada tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan ini bertujuan
untuk memberikan gambaran tentang keadaan dan
perkembangan kesejahteraan rakyat Kota Kupang. Dengan
demikian diharapkan dari penerbitan buku ini dapat menjadi
salah satu bahan acuan dalam pengambilan keputusan atau
kebijakan di bidang kesejahteraan rakyat maupun sebagai acuan
dalam penelitian selanjutnya.
Data yang disajikan dalam publikasi ini merupakan rangkuman
dari berbagai data dasar yang bersumber dari survei yang
dilakukan oleh BPS serta data-data yang bersifat sekunder dari
instansi/dinas pemerintah di Kota Kupang.
Dalam penyusunan publikasi ini disadari masih banyak
kekurangan sehingga saran maupun kritik dari berbagai pihak
sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga publikasi ini dapat diselesaikan. Akhirnya semoga
iii
penerbitan buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi
melangsungkan pembangunan di Kota Kupang.
Kupang, September 2006
Kepala Badan Pusat Statistik Kota Kupang,
LODDY LADO NIP 340009523
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar…………………………………………………… iii Daftar Isi…………………………………………………………… v Daftar Tabel………………………………………………………. vii Daftar Gambar……………………………………………………. x Pendahuluan……………………………………………………… xii BAB I Kependudukan……………………………………….. 1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk…
1.2. Kepadatan Penduduk…………………………1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin………...1.4. Perkawinan dan Keluarga Berencana………
3 5 6
13 BAB II Kesehatan dan Gizi………………………………….. 2.1. Status Kesehatan……………………………..
2.2. Status Gizi Balita………….…………………..2.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan…………..
2224 26
BAB III Pendidikan…….………………………………………. 3.1. Tingkat Pendidikan……………………………
3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah…………………..3.3. Fasilitas Pendidikan…………………………..
32 37 39
BAB IV Ketenagakerjaan……………………………………... 4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
dan Kesempatan Kerja………..………..........4.2. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan..4.3. Jam Kerja………………………………………
42
46 50
BAB V Pola Konsumsi……………………………………….. 5.1. Perubahan Tingkat Kesejahteraan………….
5.2. Pola Konsumsi Rumahtangga……………….54 57
v
Halaman BAB VI Perumahan dan Lingkungan………………………. 6.1. Kualitas Rumah Tinggal………………………
6.2. Fasilitas Rumah Tinggal……………………...62 64
Daftar Pustaka……………………………………………………. 68 Daftar Istilah Teknis……………………………………………… 70
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, 2000-2005…………………………………………………. 3
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupangmenurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000……………….………………………………… 7
Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupangmenurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005……………….………………………………… 11
Tabel 1.4 Persentase Penduduk Umur 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2004-2005…………………………………………... 13
Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005…......………………………... 15
Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, 2004-2005…………………………………………………. 17
Tabel 1.7 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang dipakai, 2004-2005…………… 18
Tabel 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-
2005…………………………………………………. 22 Tabel 2.2 Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui,
2004-2005..…………………………………………. 24 Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, 2004-2005….. 25 Tabel 2.4 Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana
Kesehatan, 2004-2005…..………………………... 27 Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran
Terakhir, 2004-2005.………………………………. 28
vii
Halaman
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat/Cara Berobat, 2004-2005…….. 30
Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis
Kelamin, 2004-2005…..…………………………… 33 Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas
menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2004-2005…………………………………………... 35
Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah, 2004-2005…..………............................. 37
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan, 2004-2005….………………………… 38
Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, 2003-2004…………………………………………... 40
Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan 2005…. 43 Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin,
2003-2005…………………………………………... 44 Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005…… 45 Tabel 4.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang
Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, 2003-2005…...…………………………………………….. 47
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, 2003-2005…………………….. 49
Tabel 4.6 Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja danJenis Kelamin, 2003-2005……...………………… 50
Tabel 5.1 Pengeluaran per Kapita Sebulan, 1999-2005…... 55 Tabel 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rupiah),
1999-2005…….…………………………………….. 57
viii
Halaman
Tabel 6.1 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan, 2003-2005……………...................... 63
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tinggal menurut Beberapa Fasilitas Perumahan, 2003-2005………………… 65
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang,
1990-2005 (%)…..…………………………….. 4 Gambar 1.2 Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota
Kupang, 2000-20005 (Jiwa/Km2)…................ 5 Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut
Usia, 2000-2005……………………………….. 8 Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok
Umur, 2000-2005…….………………………... 10 Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut
Kelompok Umur Tahun 2005.………………... 12 Gambar 1.6 Rasio Jenis Kelamin menurut Status
Perkawinan, 2004-2005………………………. 14 Gambar 1.7 Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin
menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005 (%)………………………………………... 15
Gambar 1.8 Persentase Wanita 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005……………………... 19
Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin,
2004-2005 (%)…………….............................. 23 Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun 2005……………….. 26 Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita,
2003-2005……………………………………… 29 Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis
Kelamin, 2004-2005…………………………… 33 Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas
menurut Tingkat Pendidikan, 2004-2005…… 36 Gambar 3.3 APK menurut Usia Sekolah, 2004-2005……. 38
x
Halaman Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003
dan 2005 (%)…………………………………... 44 Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005.. 46 Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut
Lapangan Usaha Utama, 2003-2005……….. 48 Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih
dari 35 Jam Seminggu menurut Jenis Kelamin, 2003-2005…………………………… 51
Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita
Sebulan, 1999-2005 (persen)……................. 56 Gambar 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut
Jenis Pengeluaran, 1999-2005 (Rupiah).…... 58
xi
PENDAHULUAN
1. Ruang Lingkup
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Kupang 2005/2006 ini
merupakan lanjutan dari seri publikasi yang sama seperti tahun-
tahun sebelumnya yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik
Kota Kupang.
Untuk mengetahui perkembangan kesejahteraan rakyat secara
garis besar, diperlukan pengelompokan beberapa masalah sosial
yang penting. Ada beberapa tabel yang tidak dimuat kembali dan
ada pula data-data baru yang dimasukkan. Penyajian masalah
sosial tersebut dibagi dalam enam kelompok, yaitu :
1. Kependudukan
2. Kesehatan dan Gizi
3. Pendidikan
4. Ketenagakerjaan
5. Pola Konsumsi
6. Perumahan dan Lingkungan
Indikator yang disajikan pada dasarnya berbentuk deskriptif yang
telah dipilih, dengan harapan dapat menggambarkan suatu
keadaan kesejahteraan yang terjadi dalam masyarakat.
xii
Bentuk penyajian data, selain tabel dasar pada beberapa
kelompok disajikan ukuran statistik yang lazim dipergunakan
seperti persentase, rasio, proporsi, dan rata-rata yang
kesemuanya ditujukan untuk memperjelas perubahan yang
terjadi.
2. Sumber Data Sensus Penduduk
Sensus Penduduk (SP) diselenggarakan tiap 10 tahun untuk
mengumpulkan data dasar penduduk dan rumah tangga di
seluruh wilayah geografis Indonesia. Sejak era kemerdekaan
Indonesia telah menyelenggarakan 5 kali sensus penduduk yaitu
pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990, dan 2000.
SP menggunakan dua tahap pencacahan, yaitu pencacahan
lengkap dan pencacahan secara sampel. Pencacahan lengkap
meliputi semua orang yang berada di wilayah geografis
Indonesia, baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara
Asing (kecuali anggota Korps Diplomatik beserta keluarganya),
awak kapal berbendera Indonesia dalam perairan Indonesia
maupun para tuna wisma (gelandangan) yang tidak mempunyai
tempat tinggal tetap. Pencacahan sampel mencakup semua
penduduk yang bertempat tinggal di blok-blok sensus/wilayah
xiii
pencacahan yang terpilih secara acak dan mencakup sekitar 5
persen rumah tangga.
Survei Sosial Ekonomi Nasional
Kegiatan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dimulai
pada tahun 1963. Sampai dengan tahun 2005 telah diadakan 31
kali survei. Susenas mengumpulkan data kependudukan,
kesehatan, pendidikan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga,
kriminalitas, serta perumahan dan lingkungan. Karakteristik sosial
ekonomi penduduk yang umum dikumpulkan melalui pertanyaan
kor (pokok) setiap tahun. Karakteristik sosial ekonomi penduduk
yang lebih spesifik dikumpulkan melalui pertanyaan modul setiap
tiga tahun. Pertanyaan pertanyaan yang dikumpulkan secara
berkala dalam pertanyaan modul adalah :
(a) Konsumsi/Pengeluaran/Pendapatan
(b) Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Pemukiman, dan
(c) Sosial Budaya, Kesejahteraan Rumah Tangga, Kriminalitas
Sumber Data Lainnya
Selain dari sensus dan survei, Inkesra 2005/2006 juga
menggunakan data yang berasal dari catatan adminstrasi
Departemen/Instansi Pemerintah di luar BPS sebagai sumber
data sekunder.
xiv
KEPENDUDUKAN
Kependudukan
BAB I KEPENDUDUKAN
Pemahaman tentang kependudukan sangat penting tidak saja
untuk instansi pemerintah, tetapi juga untuk dunia usaha dan
lembaga penelitian serta masyarakat umum. Masalah
kependudukan mengandung beberapa karakteristik yang tentu
saja berbeda untuk satu daerah dengan daerah yang lainnya.
Permasalahan penduduk menjadi satu topik yang sentral dalam
program pembangunan. Pembangunan dapat terselenggara
dengan baik apabila didukung oleh penduduk yang tidak hanya
unggul dalam kuantitas tapi juga dapat diandalkan kualitasnya.
Kemajuan pembangunan di suatu daerah salah satunya dapat
dilihat dari indikator kependudukan serta indikator kesejahteraan
masyarakatnya. Kota Kupang sebagai ibu kota Propinsi Nusa
Tenggara Timur seperti juga ibu kota propinsi-propinsi lainnya di
Indonesia menjadi barometer kemajuan pembangunan.
Keberadaan berbagai macam fasilitas pemerintahan, pendidikan,
hiburan, kesehatan dan lain sebagainya menjadi daya tarik bagi
masyarakat lain di luar penduduk Kota Kupang untuk datang dan
menetap di sini. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap
karakteristik penduduk Kota Kupang dan tentu saja berpengaruh
juga pada nilai indikator kependudukannya.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 2
Kependudukan
1.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk Kota Kupang yang mencapai 271.314 jiwa pada tahun
2005 menempatkan Kota Kupang pada posisi ketujuh dalam hal
jumlah penduduk terbanyak dari seluruh kabupaten/kota yang
ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, atau tidak berubah dari
kondisi pada tahun sebelumnya. Perkembangan dan
pertumbuhan penduduk Kota Kupang selama periode 1990-2005
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk, 2000-2005
Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)
Laju Pertumbuhan Setahun
(%) (1) (2) (3)
1990*)
2000
2005
399.438
237.243
271.314
- 5,25
2,72
Keterangan : *) Termasuk Kabupaten Kupang
Baik secara absolut maupun relatif (yang dilihat dari laju
pertumbuhan penduduk) terlihat bahwa jumlah penduduk Kota
Kupang terus bertambah. Kenyataan ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari Pemerintah Kota, karena jumlah
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 3
Kependudukan
penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang tinggi dapat
mengakibatkan beban pembangunan yang semakin berat untuk
mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan sebagainya. Tetapi jika mampu diseimbangkan/
diselaraskan/diserasikan dengan daya dukung dan daya
tampung serta kondisi perkembangan sosial ekonomi serta sosial
budaya dapat menjadi salah satu modal dasar dan faktor
dominan bagi keberhasilan pembangunan.
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Kupang, 1990-2005 (%)
-5,25
2,72
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1990-2000 2000-2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 4
Kependudukan
1.2. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk menggambarkan rata-rata banyaknya
penduduk yang mendiami suatu wilayah (yang diukur dengan
satuan km2). Angka Kepadatan Penduduk merupakan
perbandingan antara jumlah penduduk di suatu wilayah dengan
luas wilayah tersebut.
Kota Kupang yang mempunyai luas daratan sebesar 180,27 km2
atau 0,34 persen dari total luas daratan Wilayah Nusa Tenggara
Timur mempunyai rata-rata kepadatan penduduk sebesar 1.505
jiwa per km2 pada tahun 2005. Sedangkan rata-rata kepadatan
penduduk pada tahun 2000 adalah sebesar 1.316 jiwa per km2.
Gambar 1.2
Perkembangan Kepadatan Penduduk Kota Kupang, 2000-2005
1.409
1.3481.316
1.417
1.452
1.505
1.200
1.250
1.300
1.350
1.400
1.450
1.500
1.550
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Kepadatan Penduduk
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 5
Kependudukan
1.3. Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur sangat penting sebagai
dasar penyediaan pelayanan untuk masyarakat. Komposisi
penduduk menurut umur juga sangat penting dalam
kependudukan. Kebutuhan penduduk terhadap suatu pelayanan
tertentu bervariasi menurut umur. Kebutuhan akan suatu
pelayanan bervariasi sepanjang siklus kehidupan. Sebagai
contoh, bila jumlah penduduk umur sekolah dasar (umur 7-12
tahun) sangat besar, maka kebutuhan akan sekolah dasar akan
cukup tinggi.
Penduduk usia 0-14 tahun menurut data susenas 2005 berjumlah
78.504 jiwa atau 28,93 persen, usia 15-64 tahun berjumlah
185.261 jiwa atau sebesar 68,28 persen dan yang berusia 65
tahun ke atas sebanyak 7.549 jiwa atau sebesar 2,78 persen dari
total penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan penduduk
Kota Kupang tergolong penduduk muda karena persentase
penduduk anak-anak (usia di bawah 15 tahun) cukup besar,
sementara persentase penduduk usia lanjut (65 tahun ke atas)
rendah.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 6
Kependudukan
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000
Laki-laki Perempuan Kelompok Umur Jumlah Persentas
e Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4) (5)
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 +
13.399
12.114
11.856
15.778
17.439
13.404
10.683
9.004
7.237
4.584
3.087
2.218
1.657
979
665
551
10,75
9,72
9,51
12,66
13,99
10,75
8,57
7,22
5,81
3,68
2,48
1,78
1,33
0,79
0,53
0,44
12.326
11.344
10.753
14.520
15.687
12.145
10.007
7.784
5.603
3.759
2.708
1.772
1.600
1.047
709
824
10,95
10,08
9,55
12,90
13,93
10,79
8,89
6,91
4,98
3,34
2,41
1,57
1,42
0,93
0,63
0,73
Jumlah 124.655 100,00 112.588 100,00 Catatan : Berdasarkan Sensus Penduduk 2000
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 7
Kependudukan
Dampak berbagai keberhasilan pembangunan di bidang
kependudukan di antaranya terlihat pada perubahan komposisi
penduduk menurut umur, yaitu dengan semakin kecilnya proporsi
penduduk tidak produktif (berumur muda dan lanjut usia). Hal ini
berarti bahwa angka beban ketergantungan (ABK) akan semakin
kecil, yang pada tahun 2000 tercatat sebesar 47,65 turun menjadi
46,45 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan kualitas sumber daya manusia selama setahun
terakhir, oleh karena secara rata-rata tanggungan setiap 100
penduduk produktif telah berkurang dari 47 menjadi 46 penduduk
tidak produktif.
Gambar 1.3 Angka Beban Tanggungan Anak dan Lanjut Usia, 2000-2005
44,6842,37
2,97
4,07
47,6546,45
0 10 20 30 40 50
Anak
Lanjut Usia
ABK
2000 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 8
Kependudukan
Sementara itu, persentase penduduk anak-anak di Kota Kupang
selama periode 2000-2005 mengalami penurunan, dari 30,26
persen pada tahun 2000 menjadi 28,93 persen pada tahun 2005.
Dengan demikian, beban tanggungan anak yang sebesar 45
pada tahun 2000 telah menurun menjadi 42 pada tahun 2005.
Tingkat kelahiran yang tinggi cenderung diikuti oleh angka beban
tanggungan anak yang tinggi pula. Sedangkan angka beban
tanggungan lanjut usia yang sebesar 3 pada tahun 2000
menurun menjadi 4 pada tahun 2005.
Ukuran yang paling umum untuk melihat struktur jenis kelamin
adalah rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin adalah jumlah
penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan.
Ketidakseimbangan dalam struktur jenis kelamin merupakan
salah satu masalah kependudukan yang dapat menyebabkan
masalah sosial dan ekonomi dan dapat mempengaruhi
penyediaan pelayanan. Dalam memenuhi kebutuhan berbagai
ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk laki-
laki dan perempuan berbeda.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 9
Kependudukan
Gambar 1.4 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, 2000-2005
108,56
107,80
112,58
103,99
85,08
93,27
0 - 14
15 - 64
65 +
2000 2005
Rasio jenis kelamin pada waktu lahir biasanya di atas angka 100,
yang artinya jumlah bayi laki-laki lebih banyak daripada bayi
perempuan. Selanjutnya sejalan dengan perkembangan umur
(sampai umur belasan), maka rasio jenis kelamin ini turun
mendekati angka 100. Pada umur selanjutnya jumlah penduduk
perempuan biasanya melebihi banyaknya penduduk laki-laki,
atau rasio jenis kelaminnya di bawah angka 100. Dengan kata
lain, laki-laki lebih banyak daripada perempuan pada kelompok
umur muda, dan perempuan lebih banyak daripada laki-laki pada
kelompok umur tua. Pola semacam ini biasanya dikaitkan dengan
daya tahan hidup perempuan yang lebih baik daripada laki-laki.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 10
Kependudukan
Tabel 1.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Kota Kupang menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2005
Laki-laki Perempuan Kelompok Umur Jumlah Persentas
e Jumlah Persentase
(1) (2) (3) (4) (5)
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 +
15.033
15.111
10.582
17.219
17.783
13.113
9.410
9.433
10.433
6.641
5.144
2.584
2.681
1.077
1.494
1.072
10,83
10,89
7,62
12,40
12,81
9,45
6,78
6,80
7,52
4,78
3,71
1,86
1,93
0,78
1,08
0,77
13.564
12.375
11.839
14.600
18.070
12.397
11.158
10.825
8.817
5.749
4.641
2.587
1.976
1.446
973
1.487
10,24
9,34
8,93
11,02
13,64
9,36
8,42
8,17
6,65
4,34
3,50
1,95
1,49
1,09
0,73
1,12
Jumlah 138.810 100,00 132.504 100,00 Catatan : Berdasarkan Susenas 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 11
Kependudukan
Dari tabel 1.3 dan 1.4 dapat dihitung bahwa rasio jenis kelamin
untuk kelompok umur 0-14 tahun pada tahun 2000 sebesar
108,56 dan pada tahun 2005 sebesar 107,80. Sedangkan untuk
kelompok umur 15-64 pada tahun 2000 sebesar 112,58 dan pada
tahun 2005 sebesar 103,99. Dan untuk kelompok umur 65 ke
atas sebesar 85,08 pada tahun 2000 dan 93,27 pada tahun 2005.
Gambar 1.5 Piramida Penduduk Kota Kupang menurut Kelompok Umur
Tahun 2005
Laki-laki Perempuan
75+
70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 12
Kependudukan
1.4. Perkawinan dan Keluarga Berencana
Perkawinan merupakan tuntutan biologis manusia yang
berdampak menumbuhkan generasi baru. Akibatnya
pertambahan penduduk tidak dapat dihindari yang pada
gilirannya memberi tekanan pada peningkatan kesejahteraan.
Dengan demikian, pengaturan kelahiran melalui program
keluarga berencana adalah sangat tepat untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Tabel 1.4 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Jenis
Kelamin dan Status Perkawinan, 2004-2005
2004 2005 Status Perkawinan L P L P
(1) (2) (3) (4) (5)
Belum Kawin
Kawin
Cerai Hidup
Cerai Mati
51,06
48,04
0,40
0,50
46,23
47,73
0,78
5,27
53,80
45,03
0,18
1,00
46,34
46,61
2,23
4,81
Dari tabel 1.5 tampak bahwa proporsi kelompok yang belum
kawin lebih banyak laki-laki daripada perempuan baik pada tahun
2004 maupun 2005. Rasio jenis kelamin pada kelompok belum
kawin pada tahun 2004 adalah 107,50 dan pada tahun 2005
adalah 118,37. Dapat dikatakan bahwa pada tahun 2004 ada 107
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 13
Kependudukan
penduduk laki laki yang belum kawin dalam seratus penduduk
perempuan yang belum kawin dan pada tahun 2005 jumlah
penduduk laki-laki yang belum kawin dalam seratus penduduk
perempuan yang belum kawin meningkat menjadi 118 orang
yang berarti ada kecenderungan laki-laki untuk menunda
melakukan perkawinan.
Gambar 1.6
Rasio Jenis Kelamin menurut Status Perkawinan, 2004-2005
107,50118,37
97,97 98,50
50,00
8,06 9,21
21,24
Belum kaw in Kaw in Cerai hidup Cerai mati
2004 2005
Pada tahun 2004, pada kelompok kawin tampak bahwa proporsi
penduduk laki-laki lebih banyak daripada proporsi penduduk
perempuan, di mana setahun kemudian terjadi kebalikannya
yaitu proporsi penduduk perempuan lebih banyak daripada
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 14
Kependudukan
proporsi penduduk laki-laki. Meski demikian, secara relatif
penduduk perempuan di kelompok ini mengalami penurunan
selama periode 2004-2005 dengan melihat rasio jenis kelamin
sebesar 97,97 pada tahun 2004 dan 98,50 pada tahun 2005.
Pada kelompok cerai hidup dan cerai mati, proporsi perempuan
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio jenis
kelamin masing-masing 50,00 dan 9,21 pada tahun 2004 serta
8,06 dan 21,25 pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk perempuan lebih suka memilih untuk tetap hidup
sendiri daripada penduduk laki-laki.
Tabel 1.5 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005
Umur Perkawinan
Pertama 2004 2005
(1) (2) (3)
≤ 16
17-18
19-24
25+
2,75
13,41
55,09
28,75
4,27
11,71
55,12
28,89
Dipandang dari umur perkawinan pertama perempuan,
persentase penduduk perempuan yang kawin di bawah umur 19
tahun pada tahun 2004 adalah 16,16 persen dan pada tahun
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 15
Kependudukan
2005 mengalami penurunan menjadi 15,98 persen. Dengan
demikian, kesadaran kaum perempuan untuk tidak kawin pada
usia muda telah berhasil diterapkan. Sementara itu, pada
kelompok 19 tahun ke atas, persentase penduduk perempuan
yang pernah kawin sebesar 83,84 persen pada tahun 2004 dan
meningkat menjadi 84,01 persen pada tahun 2005. Dengan
keadaan ini, diharapkan penduduk perempuan yang mempunyai
status kawin dapat menjadi ibu yang berkualitas sehingga
mampu melahirkan anak yang berkualitas pula sehingga sumber
daya manusia di Nusa Tenggara Timur dan khususnya Kota
Kupang menjadi semakin berkualitas.
Gambar 1.7
Wanita 10 Tahun yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama, 2004-2005 (%)
16,16 15,98
83,84 84,01
0
20
40
60
80
100
< 19 19 +
2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 16
Kependudukan
Tabel 1.6 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus
Kawin menurut Sedang Tidaknya Menggunakan/Memakai Alat/Cara KB, 2004-2005
Sedang Menggunakan Alat
KB? 2004 2005
(1) (2) (3)
Ya
Tidak
65,64
34,36
67,60
32,40
Berdasarkan hasil survei sosial ekonomi nasional tahun
2005, terdapat sebanyak 67,60 persen penduduk perempuan
usia 15-49 tahun dengan status kawin yang sedang
memakai/menggunakan alat/cara KB, atau meningkat jika
dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2004 yang tercatat
hanya sebesar 65,64 persen. Sedangkan penduduk perempuan
usia 15-49 tahun dengan status yang sama tapi tidak memakai/
menggunakan alat KB sebanyak 32,40 persen pada tahun 2005,
atau menurun jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun
2004 yang tercatat sebesar 34,36 persen.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 17
Kependudukan
Tabel 1.8 Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat/Cara Kontrasepsi menurut Alat/Cara Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005
Alat/Cara Kontrasepsi
yang Dipakai 2004 2005
(1) (2) (3)
MOW/Tubektomi
MOP/Vasektomi
AKDR/IUD
Suntikan
Susuk KB
Pil KB
Kondom
Intravag
Alat/Cara Tradisional
2,09
1,28
23,94
44,75
1,28
10,38
0,64
0,00
15,66
5,29
0,66
28,36
41,40
1,89
17,11
0,66
0,66
3,97
Pada tahun 2005, dari 67,60 persen penduduk perempuan usia
15-49 tahun dengan status kawin dan sedang memakai/
menggunakan alat KB, hampir setengahnya memakai/
menggunakan suntikan sebagai alat/cara KB dengan proporsi
sebesar 44,75 persen. Dan diurutan berikutnya adalah
AKDR/IUD dengan jumlah pemakai/pengguna sebanyak 23,94
persen. Demikian juga dengan kondisi pada tahun 2004, kedua
alat/cara KB ini menempati posisi yang sama (lihat Tabel 1.8).
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 18
Kependudukan
Gambar 1.8 Persentase Wanita 15-49 th yang Berstatus Kawin dan Sedang Menggunakan Alat Kontrasepsi menurut Alat
Kontrasepsi yang Dipakai, 2004-2005 2,
09
1,28
23,9
4
44,7
5
1,28
10,3
8
0,64
0
15,6
6
5,29
0,66
28,3
6
41,4
1,89
17,1
1
0,66
0,66 3,
97
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
MO
W
MO
P
IUD
Sun
tikan
Sus
uk Pil
Kon
dom
Intra
vag
Trad
isio
nal
2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 19
KESEHATAN DAN GIZI
Kesehatan dan Gizi
BAB II KESEHATAN DAN GIZI
Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan nasional, karena masalah
kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia.
Kondisi kesehatan merupakan bagian dari kesejahteraan rakyat
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Untuk
mengukur tingkat kesehatan dan gizi kelompok masyarakat
diperlukan suatu indikator yang relevan. Program pembangunan
kesehatan dan gizi dikoordinasikan secara nasional oleh
Departemen Kesehatan. Upaya-upaya dalam usaha
meningkatkan status kesehatan dan gizi harus dilakukan secara
bersama oleh masyarakat, lembaga kemasyarakatan, pemerintah
dan dunia usaha.
Menurut pengertiannya kesehatan dan gizi merupakan salah satu
aspek penting untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Program pokok yang dituangkan dalam pembangunan bidang
kesehatan selalu dikaitkan dengan program perbaikan gizi. Oleh
karena itu dalam mengukur tingkat keberhasilan program
kesehatan dan gizi perlu dipilih indikator-indikator kesehatan dan
gizi yang sensitif, spesifik dan datanya mudah didapat.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 21
Kesehatan dan Gizi
2.1. Status Kesehatan
Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi
kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Status kesehatan
penduduk merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas penduduk, oleh karena,
misalnya, pekerja yang tidak mengalami gangguan kesehatan
akan dapat bekerja dengan jumlah jam kerja yang lebih lama dan
bekerja lebih optimal. Status kesehatan penduduk secara
keseluruhan dapat dilihat dengan menggunakan indikator angka
kesakitan dan rata-rata lama hari sakit.
Tabel 2.1
Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-2005
Angka Kesakitan *) 2004 2005 (1) (2) (3)
Laki-laki (L)
Perempuan (P)
L + P
32,01
30,68
31,34
33,30
34,85
35,60 *) Persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan selama sebulan yang lalu
Pada tahun 2005 penduduk yang mempunyai keluhan kesakitan
mencapai 37 persen, atau lebih dari duapertiga penduduk Kota
Kupang pernah mengalami gangguan kesehatan yang berakibat
terganggunya pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Status
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 22
Kesehatan dan Gizi
kesehatan penduduk laki-laki dan perempuan pada dasarnya
tidak menunjukkan perbedaan yang berarti, meskipun tampak
bahwa proporsi penduduk perempuan yang mengalami
gangguan kesehatan sedikit lebih banyak dibandingkan dengan
penduduk laki-laki. Dalam dua tahun terakhir (2004-2005),
penduduk yang sakit mengalami peningkatan dari 31,34 persen
menjadi 35,60 persen. Peningkatan ini terjadi baik pada
penduduk laki-laki maupun perempuan.
Gambar 2.1 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin, 2004-2005 (%)
31,34
35,60
32,01 30,68
34,85
36,30
Laki-laki Perempuan L + P
2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 23
Kesehatan dan Gizi
2.2. Status Gizi Balita
Peningkatan kualitas fisik sumber daya manusia akan lebih
berhasil jika dilakukan sejak dini, yang dalam hal ini pemantauan
status gizi balita berperan penting dalam upaya peningkatan
kualitas fisik penduduk Kota Kupang. Salah satu faktor penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan balita adalah pemberian
ASI (Air Susu Ibu). ASI merupakan zat makanan yang paling
ideal terutama untuk pertumbuhan bayi karena selain bergizi juga
mengandung zat pembentuk kekebalan terhadap beberapa
penyakit.
Tabel 2.2
Anak Usia 2-4 Tahun menurut Lamanya Disusui, 2004-2005
Lamanya Disusui (Bulan) 2004 2005
(1) (2) (3)
0
1-5
6-11
12-17
18-23
24+
0,00
8,72
16,87
46,60
15,02
12,80
0,00
2,71
9,75
38,08
18,31
31,15
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 24
Kesehatan dan Gizi
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa umumnya anak usia 2-4 tahun di
Kota Kupang mendapatkan ASI selama 12-17 bulan, padahal
yang idelanya selama 24 bulan. Untuk kelompok 18 bulan ke
atas tampak bahwa persentase balita meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa kesadaran para ibu akan pentingya ASI
bagi kesehatan anak telah mengalami peningkatan.
Dilihat dari status gizi balita, pada tahun 2005, berdasarkan data
dari Dinas Kesehatan Kota Kupang memperlihatkan bahwa balita
dengan status gizi baik dan lebih baru mencapai 54 persen.
Sementara balita dengan status gizi buruk di Kota Kupang pada
tahun 2005 masih lebih dari 10 persen. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari semua pihak demi
terwujudnya Indonesia Sehat 2010.
Tabel 2.3 Perkembangan Status Gizi Balita, 2004-2005
Status Gizi 2004*) 2005
(1) (2) (3)
Lebih
Baik
Kurang
Buruk
-
-
-
-
0,6
54,4
34,6
10,4 Sumber : Dinkes Kota Kupang Keterangan : *) Data tidak tersedia
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 25
Kesehatan dan Gizi
Gambar 2.2 Status Gizi Balita Tahun 2005
54%
1%35%
10%
Lebih Baik Kurang Buruk
2.3. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status
kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan
ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan.
Data pada Tabel 2.4 menunjukkan ketersediaan sarana
kesehatan pada tahun 2004 dan tahun 2005. Pada tahun 2004
terdapat 8 dokter untuk setiap 100.000 penduduk. Jumlah ini
meningkat pada tahun 2005 yaitu menjadi 13 dokter per 100.000
penduduk. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 26
Kesehatan dan Gizi
terdepan terdapat di setiap kecamatan pada tahun 2005
berjumlah 37 puskesmas, atau untuk setiap 100.000 penduduk
tersedia sekitar 14 puskesmas. Jika dilihat secara persentase,
kondisi ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun 2004. Di sini terlihat bahwa pertumbuhan penduduk yang
besar belum bisa diimbangi dengan penambahan fasilitas
kesehatan yang memadai. Sementara untuk tenaga kesehatan di
puskesmas, jumlahnya tidak mengalami peningkatan yang berarti
dimana rasio dokter per puskesmas masih berada di kisaran
satu.
Tabel 2.4
Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan, 2004 - 2005
Tenaga/Sarana Kesehatan 2004 2005
(1) (2) (3)
Jumlah Dokter per 100.000 Penduduk 8,02 12,53
Jumlah Dokter per Puskesmas 0,62 0,92
Jumlah Puskesmas *) 34 37
Jumlah Puskesmas per 100.000 Penduduk 12,99 13,64
Jumlah Rumah Sakit 3 3 Keterangan : *) Termasuk Puskesmas Pembantu
Bagian penting dalam upaya mengurangi insiden bayi dan
kematian maternal (ibu) adalah penyediaan pelayanan persalinan
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 27
Kesehatan dan Gizi
oleh tenaga medis. Program bidan di desa (BDD) merupakan
upaya terobosan untuk maksud tersebut yang sampai dengan
tahun 2005 berjumlah 106 bidan. Jumlah ini masih kurang
mengingat jumlah kelurahan di Kota Kupang pada tahun 2005
telah mencapai 45 kelurahan.
Tabel 2.5 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir,
2004 - 2005
Penolong Kelahiran Terakhir 2004 2005
(1) (2) (3)
Tenaga Medis Dokter
Bidan
Tenaga Medis Lain
Bukan Tenaga Medis Dukun
Famili
Lainnya
71,68 20,77
48,75
2,16
28,31 16,93
11,02
0,36
72,38 23,59
47,78
1,01
27,62 22,58
2,70
2,34
Berkaitan dengan persalinan, diupayakan terus menerus agar
penolong persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan, dan
tenaga medis lainnya) meningkat. Pada tahun 2004 terdapat
sebanyak 71 persen persalinan yang dilakukan oleh tenaga
medis yang meningkat menjadi 72 persen pada tahun 2005.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 28
Kesehatan dan Gizi
Masih kurangnya proporsi persalinan yang dilakukan oleh tenaga
medis (belum 100 persen) diduga erat kaitannya dengan tingkat
kemampuan ekonomi dan faktor budaya yang berlaku di Kota
Kupang.
Gambar 2.3 Persentase Penolong Persalinan Balita, 2003-2005 (%)
25,9
7
43,5
8
0,31
29,2
1
0,93
0
20,7
7
48,7
5
2,16
16,9
3
11,0
2
0,36
23,5
9
47,7
8
1,01
22,5
8
2,7
2,34
Dokter Bidan Medis Lain Dukun Famili Lainnya
2003 2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 29
Kesehatan dan Gizi
Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut
Tempat/Cara Berobat, 2004-2005
Tempat/Cara Berobat 2004 2005
(1) (2) (3)
Rumah Sakit
Praktik Dokter
Puskesmas
Poliklinik
Praktik Petugas Kesehatan
Dukun/Tabib/Sinshe/Tradisional
Lainnya
10,97
17,96
61,99
4,74
1,04
1,73
1,56
16,00
24,66
54,82
0,96
1,58
0,00
1,98
Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada umumnya
melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri
maupun berobat jalan. Pada tahun 2005, fasilitas kesehatan yang
banyak dimanfaatkan penduduk untuk keperluan berobat jalan
berturut-turut adalah puskesmas (54,82 persen), praktik dokter
(24,66 persen), dan rumah sakit (16,00 persen). Keadaan yang
sama terjadi pada tahun sebelumnya dengan persentase masing-
masing 61,99 persen, 17,96 persen, dan 10,97 persen. Terlihat
adanya sedikit perubahan pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
oleh masyarakat selama periode 2004-2005.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 30
PENDIDIKAN
Pendidikan
BAB III PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan masyarakat yang memiliki peran dalam peningkatan
kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu
masyarakat akan semakin baik pula kualitas sumber dayanya.
Dalam pengertian sehari-hari pendidikan merupakan upaya sadar
seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan
memperluas wawasan. Pada dasarnya pendidikan yang
diupayakan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat dan keluarga.
Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui
penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung
sekolah dan penambahan tenaga pengajar. Kualitas pendidikan
adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal
sesuai dengan tuntutan jaman.
3.1. Tingkat Pendidikan
Pada tingkat makro, tingkat pendidikan yang sangat mendasar
dapat dilihat dari kemampuan baca tulis penduduk dewasa (umur
10 tahun ke atas).
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 32
Pendidikan
Tabel 3.1 Persentase Angka Melek Huruf menurut Jenis Kelamin,
2004-2005
2004 2005 Dapat Baca Tulis L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Huruf Latin
Huruf Lainnya
98,21
0,00
95,83
0,10
97,00
0,05
97,91
0,19
96,74
0,10
97,33
0,14
Gambar 3.1 Persentase Angka Buta Huruf menurut Jenis Kelamin,
2004-2005
1,79
4,08
1,91
3,16
0
1
2
3
4
5
Laki-laki Perempuan
2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 33
Pendidikan
Pada tahun 2005 angka melek huruf penduduk Kota Kupang
telah mencapai 97,47 persen. Dengan demikian, masih terdapat
2,53 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih buta
huruf. Tabel 3.1 menyajikan angka melek huruf menurut jenis
kelamin selama dua tahun terakhir. Angka melek huruf tampak
lebih tinggi pada kelompok penduduk laki-laki daripada
perempuan.
Selain angka melek huruf, tingkat pendidikan penduduk di suatu
wilayah dapat dilihat dari rata-rata lama bersekolah (tahun).
Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa,
secara umum, tingkat pendidikan penduduk dewasa.
Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas
penduduk karena kulitas sumber daya manusia secara spesifik
dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk berumur 10 tahun
ke atas. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang
ditamatkan memberikan gambaran tentang keadaan kualitas
sumber daya manusia. Secara umum, peningkatan pendidikan
penduduk terus menerus terjadi, yaitu dengan semakin
banyaknya penduduk yang berpendidikan lebih tinggi.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 34
Pendidikan
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2004-2005
2004 2005 Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan
L P L+P L P L+P
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
Tidak/Belum Tamat SD/MI
SD/MI
SLTP/MTs
SMU/M.Aliyah
SMK
D I/II
D III/Sarmud
D IV/Sarjana
S2 / S3
0,90
12,13
19,12
19,05
32,65
6,64
0,68
2,70
5,64
0,50
2,91
10,35
23,99
19,56
29,20
6,87
0,80
1,84
4,47
0,00
1,92
11,23
21,59
19,31
30,90
6,76
0,74
2,27
5,05
0,25
1,33
9,32
19,06
17,41
32,78
7,67
0,73
1,98
8,54
1,19
3,28
12,74
23,22
18,10
27,53
5,98
0,56
2,22
6,28
0,09
2,29
11,01
21,12
17,75
30,18
6,83
0,64
2,10
7,42
0,65
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang
berpendidikan SLTP ke atas pada tahun 2005 mencapai 65,58
persen, suatu peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan
pada tahun 2004 yang hanya sebesar 65,27 persen. Kondisi ini
tidak diikuti dengan menurunnya jumlah penduduk yang
tidak/belum pernah sekolah yang meningkat dari 1,92 persen
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 35
Pendidikan
menjadi 2,29 persen. Dengan meningkatnya jumlah penduduk
yang tidak/belum pernah sekolah baik secara persentase
maupun absolut, perhatian yang serius dari semua pihak yang
terkait perlu ditingkatkan karena diketahui bahwa untuk
pembangunan yang berkelanjutan, kebutuhan akan tenaga kerja
yang berpendidikan tinggi dirasakan sangat mendesak.
Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Tingkat
Pendidikan, 2004-2005
1,92
11,23
21,59
19,31
30,90
6,76
0,74
2,27
5,05
0,25
2,29
11,01
21,12
17,75
30,18
6,83
0,64
2,10
7,42
0,65
Tdk/Blm Pernah Sekolah
Tdk/Blm Tamat SD/MI
SD/MI
SLTP
SLTA
SMK
D I / II
D III
D IV / S1
S2
2004 2005
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 36
Pendidikan
3.2. Tingkat Partisipasi Sekolah Upaya untuk memperluas jangkauan pelayanan pendidikan
bertujuan meningkatkan pemerataan pada pemanfaatan fasilitas
pendidikan, sehingga makin banyak penduduk yang dapat
bersekolah. Pada tahun 2005, sekitar 108 persen penduduk usia
7-12 tahun telah bersekolah pada sekolah dasar, meningkat dari
tahun sebelumnya yang sekitar 103 persen. Angka ini memang
agak sulit dipahami, namun data lapangan menunjukkan bahwa
masih ada murid sekolah dasar dengan usia di bawah 7 tahun
dan di atas 12 tahun. Partisipasi sekolah menurut kelompok umur
disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Usia Sekolah,
2004-2005
Kelompok Umur 2004 2005
(1) (2) (3)
7-12
13-15
16-18
102,73
103,62
91,26
108,38
95,80
92,40
Pada tahun 2005 jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang
bersekolah menurun menjadi 91,49 persen dari sebesar 92,95
persen pada tahun sebelumnya. Keadaan yang berbeda terjadi
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 37
Pendidikan
pada penduduk usia 16-18 tahun, partisipasi sekolah kelompok
ini pada tahun 2005 mengalami peningkatan menjadi 80,50
persen dari sebesar 80,35 persen pada tahun sebelumnya.
Gambar 3.3
APK menurut Usia Sekolah, 2004-2005
102,73
103,62
91,26
108,38
95,80
92,40
7-12
13-15
16-18
2004 2005
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan,
2004-2005
Jenjang Pendidikan 2004 2005
(1) (2) (3)
SD
SLTP
SLTA
87,61
74,92
68,06
90,59
72,10
68,27
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 38
Pendidikan
Angka partisipasi murni menurut jenjang pendidikan mengukur
banyaknya penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu
dalam suatu jenjang pendidikan dari setiap 100 penduduk usia
sekolah. Tabel 3.4 menunjukkan adanya peningkatan penduduk
yang bersekolah tepat waktu pada jenjang SD, yaitu dari 87,61
persen pada tahun 2004 menjadi 90,59 persen pada tahun 2005.
Demikian juga untuk jenjang lanjutan tingkat atas, mengalami
peningkatan dari 68,06 persen menjadi 68,27 persen. Sementara
pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama mengalami
penurunan menjadi 72,10 persen dimana tahun sebelumnya
mencapai 74,92 persen.
3.3. Fasilitas Pendidikan
Meningkatnya partisipasi penduduk dalam pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah seharusnya sejalan
dengan peningkatan fasilitas pendidikan. Tabel 3.5 menunjukkan
perkembangan fasilitas pendidikan pada tahun 2003-2004.
Meskipun untuk jenjang SLTA rasio murid-guru tidak mengalami
perubahan, namun untuk tingkat SD dan SLTP mengalami
penurunan dari 31 murid menjadi 28 murid yang diawasi oleh
setiap guru pada tingkat SD dan untuk tingkat SLTP, setiap guru
mengawasi 14 murid yang pada tahun sebelumnya mengawasi
18 murid. Keadaan ini memberikan gambaran tersedianya lebih
banyak guru sehingga murid dapat diawasi oleh lebih banyak
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 39
Pendidikan
guru. Jumlah guru pada jenjang pendidikan SD dan SLTP
mengalami peningkatan selama periode 2003-2004, masing-
masing bertambah 126 orang dan 172 orang, sedangkan pada
jenjang SLTA mengalami penurunan. Keadaan ini masih
memberikan gambaran bahwa jumlah guru pada jenjang SLTA
masih kurang, meskipun ada perbaikan pada jenjang SD dan
SLTP.
Tabel 3.5 Rasio Murid Guru dan Rasio Guru Sekolah, 2003-2004
Rasio Murid-Guru Rasio Guru-Sekolah Jenjang Pendi-dikan 2003 2004 2003 2004
(1) (2) (3) (4) (5)
SD
SLTP
SLTA
31
18
15
28
14
15
9
25
31
10
30
32
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 40
KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan
BAB IV KETENAGAKERJAAN
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar
dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi ekonomi
dan sosial. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah
terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang
memadai agar dapat menyerap tambahan angkatan kerja yang
memasuki pasar kerja setiap tahun. Setiap upaya pembangunan
selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha
sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari
pembangunan.
Berdasarkan data Susenas 2003, jumlah penduduk 10 tahun ke
atas yang bekerja atau mencari pekerjaan atau yang termasuk
kategori angkatan kerja, tercatat sebanyak 95.823 orang. Dalam
jangka waktu dua tahun, jumlah tersebut telah meningkat menjadi
111.837 orang. Penambahan angkatan kerja sebesar 16.014
orang tersebut membawa konsekuensi terhadap penyediaan dan
penciptaan kesempatan kerja.
4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Kesempatan Kerja
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan
porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 42
Ketenagakerjaan
mencari pekerjaan), disebut sebagai tingkat partisipasi angkatan
kerja (TPAK). Keterlibatan penduduk dalam angkatan kerja
selama periode 2003-2005 menunjukkan adanya peningkatan
yaitu dari 48,31 persen pada tahun 2003 menjadi 51,96 persen
pada tahun 2005. Peningkatan TPAK ini salah satunya
disebabkan oleh semakin membaiknya mutu sumber daya
manusia dan makin aktifnya perempuan berperan di luar rumah
tangga.
Tabel 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin, 2003 dan 2005
Jenis Kelamin
Tahun Laki-laki Perempuan L+P
(1) (2) (3) (4)
2003
2005
61,98
65,75
33,59
37,90
48,31
51,96
Mengamati pola TPAK menurut jenis kelamin selama 2003 dan
2005, Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih
tinggi partisipasinya dalam kegiatan ekonomi dibandingkan
dengan penduduk perempuan.
Banyaknya penduduk yang masuk dalam pasar kerja
menunjukkan jumlah penduduk yang siap terlibat dalam kegiatan
ekonomi. Kesempatan kerja yang ada memberikan gambaran
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 43
Ketenagakerjaan
besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan
kerja yang tidak terserap merupakan masalah karena mereka
terpaksa menganggur.
Gambar 4.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, 2003 dan 2005 (%)
61,98
65,75
33,59
37,90
2003
2005
Laki-laki Perempuan
Tabel 4.2 Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin, 2003-2005
Jenis Kelamin
Tahun L P L+P
(1) (2) (3) (4)
2003
2005
88,69
82,96
69,54
58,76
82,28
74,22
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 44
Ketenagakerjaan
Pada tahun 2003 tingkat kesempatan kerjanya sebesar 82,28
persen yang dua tahun kemudian menurun menjadi 74,22 persen
pada tahun 2005. Dengan demikian angkatan kerja baru yang
muncul selama periode 2003-2005 belum cukup terserap oleh
pasar kerja yang ada, sehingga angka pengangguran terbuka
meningkat dari 17,72 persen pada tahun 2003 menjadi 25,78
persen pada tahun 2005.
Tabel 4.3 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005
Jenis Kelamin
Tahun L P L+P
(1) (2) (3) (4)
2003
2005
11,31
17,04
30,46
41,24
17,72
25,78
Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan angka pengangguran
terbuka selama 2003-2005. Angka-angka yang tertera pada tabel
4.3 ternyata masih relatif rendah bahkan untuk ukuran
internasional. Hal ini terjadi karena di Kota Kupang dan
Indonesia umumnya, menganggur merupakan keadaan yang
tidak mungkin dilakukan oleh penduduk, sehingga kesempatan
kerja yang tersedia langsung diterima sebagai pekerjaan padahal
kesempatan kerja yang ada tersebut umumnya adalah sektor
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 45
Ketenagakerjaan
informal. Secara definisi mereka dianggap bekerja tapi
pendapatan yang diperoleh sangat tidak mencukupi.
Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka, 2003-2005
11,31 17,04
30,46 41,24
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
2003 2005
Laki-laki Perempuan
4.2. Lapangan Pekerjaan dan Status Pekerjaan
Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah
satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam
menyerap tenaga kerja. Selain itu, indikator tersebut
mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.
Sektor tersier (perdagangan; angkutan; keuangan; dan jasa)
tetap merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 46
Ketenagakerjaan
kerja di Kota Kupang. Pada tahun 2005 sebanyak 79,85 persen
pekerja diserap sektor tersier. Angka tersebut menunjukkan
peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2003 yang
mana hanya sebesar 68,30 persen pekerja yang bekerja di sektor
tersier. Peningkatan persentase penduduk yang bekerja di sektor
tersier tersebut menunjukkan telah adanya pergeseran pada
sektor yang lebih modern, yaitu sektor sekunder/industri dan
sektor jasa-jasa/tersier. Sektor sekunder (pertambangan/
penggalian; industri; listrik, gas, dan air; dan konstruksi) sendiri
menyerap tenaga kerja sebesar 14,37 persen pada tahun 2005.
Peningkatan sektor tersier tentu saja menyebabkan penurunan
pada sektor primer (pertanian) yang menurun dari 15,52 persen
pada tahun 2003 menjadi 5,78 persen pada tahun 2005.
Tabel 4.4
Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Utama, 2003-2005
Lapangan Usaha Utama 2003 2005
(1) (2) (3)
Primer
Sekunder
Tersier
15,52
16,19
68,30
5,78
14,37
79,85
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 47
Ketenagakerjaan
Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan
Usaha Utama, 2003-2005
15,525,78
16,19 14,37
68,379,85
2003 2005
Primer Sekunder Tersier
Indikator lain yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran
tentang kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Tabel 4.5
menunjukkan bahwa jumlah pekerja berstatus berusaha sendiri
mengalami peningkatan persentase selama periode 2003-2005,
yaitu dari 14,45 persen menjadi 28,03 persen atau naik lebih dari
400 persen (hampir 49.000 orang). Pekerja yang berstatus
sebagai berusaha dengan dibantu orang lain selama periode
yang sama turun hampir 100 orang (turun 1,67 persen). Hal ini
menunjukkan bahwa kesempatan berusaha mulai terbuka
khususnya selama periode 2003-2005.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 48
Ketenagakerjaan
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut Status
Pekerjaan, 2003-2005
Status Pekerjaan Utama 2003 2005
(1) (2) (3)
Berusaha Sendiri
Berusaha Sendiri Dibantu Orang Lain
Berusaha dengan Buruh Tetap
Buruh/Karyawan
Pekerja Bebas Pertanian
Pekerja Bebas di Non Pertanian
Pekerja Keluarga
14,45
7,13
7,46
61,39
0,23
1,02
8,33
28,03
2,57
3,46
61,57
0,63
0,68
3,07
Tabel 4.5 juga memperlihatkan bahwa jumlah pekerja berstatus
buruh/karyawan mengalami peningkatan selama periode 2003-
2005 meskipun kecil yaitu dari 61,39 persen menjadi 61,57
persen. Pekerja yang berusaha dengan dibantu buruh tetap
mengalami penurunan yaitu dari 7,46 persen pada tahun 2003
menjadi 3,46 persen pada tahun 2005. Kedua kategori ini,
buruh/karyawan dan berusaha sendiri dengan dibantu buruh
tetap, termasuk dalam kategori pekerja di sektor formal yang
jumlahnya telah mencapai 68,85 persen pada tahun 2005.
Dengan demikian pada tahun 2005, jumlah pekerja di sektor
informal sudah mencapai 31,15 persen.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 49
Ketenagakerjaan
4.3. Jam Kerja
Jumlah jam kerja selama seminggu dapat memberikan gambaran
tingkat produktivitas. Selama periode 2003-2005 masih cukup
banyak ditemui penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja
normal (kurang dari 35 jam per minggu).
Tabel 4.6
Persentase Penduduk yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2003-2005
Uraian 2003 2005
(1) (2) (3)
Laki-laki < 35 15,28 11,42
≥ 35 84,72 88,58
Perempuan < 35 27,52 14,08
≥ 35 72,48 85,92
L + P < 35 18,74 12,74
≥ 35 81,26 87,26
Kalau dilihat dari jam kerja seminggu, pada tahun 2005,
penduduk perempuan pada umumnya lebih banyak yang kurang
produktif, yang mana sebanyak 14,08 persen pekerja perempuan
bekerja kurang dari 35 jam seminggu, sedangkan laki-laki jumlah
pekerja yang bekerja dengan jumlah jam yang sama berjumlah
11,42 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2003, persentase
penduduk yang bekerja kurang dari jam kerja normal banyak
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 50
Ketenagakerjaan
mengalami perubahan yang cukup berarti bagi kaum perempuan,
yaitu semakin produktifnya penduduk perempuan Kota Kupang
dibandingkan penduduk laki-lakinya. Tampak dari Tabel 4.6
bahwa proporsi penduduk perempuan yang bekerja di bawah jam
kerja normal semakin menurun.
Gambar 4.4 Persentase Penduduk yang Bekerja Lebih dari 35 jam
Seminggu menurut Jenis Kelamin, 2003-2005
84,7288,58
72,4885,92
0102030405060708090
100
2003 2005
Laki-laki Perempuan
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 51
POLA KONSUMSI
Pola Konsumsi
BAB V POLA KONSUMSI
Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh
jumlah pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut.
Semakin besar tingkat pendapatan suatu masyarakat berarti
tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut juga akan semakin
tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat
pendapatan suatu masyarakat maka tingkat kesejahteraannya
pun akan semakin rendah.
Penghitungan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk
dilakukan pada suatu survei atau sensus. Oleh sebab itu maka
untuk menghitung tingkat pendapatan atau penghasilan suatu
masyarakat selama ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan terhadap jumlah pengeluaran terutama pengeluaran
rumah tangga dalam masyarakat tersebut.
Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud dibedakan menurut
jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan
pengeluaran rumah tangga untuk non makanan. Melalui kedua
jenis pengeluaran tersebut dapat diketahui jumlah pendapatan
dari rumah tangga bersangkutan. Selain dapat mengetahui
jumlah rumah tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui
pola konsumsi dari masyarakat. Dimana semakin rendah
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 53
Pola Konsumsi
pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total
pengeluaran, pola konsumsinya akan semakin baik. Sebaliknya
semakin tinggi pengeluaran rumah tangga untuk makanan
terhadap total pengeluaran maka pola konsumsinya akan
semakin buruk.
Di negara atau daerah yang sedang berkembang biasanya jenis
pengeluaran untuk makanan masih merupakan bagian terbesar
(lebih dari 50 persen) dari total pengeluaran rumah tangga.
Sedangkan di negara atau daerah yang sudah maju, jenis
pengeluaran untuk bukan makanan menjadi bagian terbesar dari
total pengeluaran rumah tangga. Sehingga adanya perubahan
angka persentase tersebut setiap tahun akan menunjukkan
tingkat perkembangan taraf hidup masyarakat masyarakat di
negara atau daerah tersebut.
5.1. Perubahan Tingkat Kesejahteraan
Faktor utama dari tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk
adalah daya beli, sehingga apabila daya beli menurun, maka
berdampak pada menurunnya kemampuan untuk memenuhi
pelbagai kebutuhan hidup yang menyebabkan tingkat
kesejahteraan menurun. Tabel 5.1 menyajikan perkembangan
pengeluaran rata-rata per kapita sebulan penduduk Kota Kupang
pada periode 1999-2005 yang memperlihatkan adanya
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 54
Pola Konsumsi
peningkatan tingkat kesejahteraan pada tahun 2005
dibandingkan perkembangan tingkat kesejahteraan pada periode
1999-2002 jika dikaitkan dengan tingkat inflasi yang terjadi.
Tabel 5.1 Pengeluaran per Kapita Sebulan, 1999-2005
Tahun Pengeluaran per Kapita Sebulan
(Rp)
Kenaikan Nominal Setahun *)
(%) (1) (2) (3)
1999 129.537 13,13
2002 187.549 18,01
2005 308.257 *) Dihitung secara geometric
Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi
peningkatan riil dari pengeluaran per kapita, yaitu peningkatan
nominal pengeluaran lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode
yang sama. Pada periode 1999-2002 terjadi kenaikan nominal
yang cukup tinggi dari pengeluaran yang dalam periode itu
mencapai 13,13 persen, dan kenaikan tersebut lebih tinggi
dibandingkan inflasi yang terjadi pada periode tersebut yang
tercatat sekitar 9,77 persen. Dalam hal ini berarti bahwa pada
periode 1999-2002 terjadi peningkatan kesejahteraan penduduk.
Demikian juga pada periode 2002-2005, persentase kenaikan
setahun dari pengeluaran adalah 18,01 persen yang lebih tinggi
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 55
Pola Konsumsi
dari tingkat inflasi setahun pada periode tersebut yang hanya
mencapai 15,16 persen. Dengan tingkat inflasi yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan kenaikan nominal setahun, maka
tingkat kesejahteraan pada tahun 2005 meningkat jika
dibandingkan tahun 2002.
Gambar 5.1 Laju Pertumbuhan Pengeluaran per Kapita Sebulan,
1999-2005 (persen)
11,80
26,67
18,01
10,98
16,90
13,13
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
1999-2002 2002-2005
Makanan Non Makanan Total Pengeluaran
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 56
Pola Konsumsi
5.2. Pola Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga merupakan salah satu indikator yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk.
Semakin tinggi pendapatan, maka porsi pengeluaran akan
bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran untuk
bukan makanan. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan
tahun 1997 masih diyakini telah berakibat pada pola pengeluaran
rumah tangga khususnya yang berpendapatan rendah.
Perubahan pola konsumsi tersebut terjadi karena adanya
penurunan standar hidup secara drastis akibat meningkatnya
harga-harga kebutuhan rumah tangga yang memaksa mereka
khususnya yang berpendapatan rendah untuk melakukan
tindakan dengan melakukan tindakan dengan memberikan
prioritas pada pengeluaran untuk makanan.
Tabel 5.2
Pengeluaran per Kapita Sebulan (Rupiah), 1999-2005
Tahun Makanan Non Makanan Total Pengeluaran
(1) (2) (3) (4) 1999 84.020
(64,86) 45.517 (35,14)
129.537
2002 114.833 (61,23)
72.716 (38,77)
187.549
2005
160.471 (52,06)
147.786 (47,94)
308.257
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan persentase pengeluaran
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 57
Pola Konsumsi
Tabel 5.2 menyajikan perubahan pola konsumsi rumah tangga
selama periode 1999-2005. Tabel tersebut menunjukkan bahwa
selama periode 1999-2002 porsi pengeluaran untuk makanan
mengalami peningkatan sebesar 10,98 persen, demikian juga
untuk porsi non makanan mengalami peningkatan sebesar 16,90
persen.
Gambar 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran,
1999-2005 (Rupiah)
84.020
114.833
160.471
45.517
72.716
147.786
1999
2002
2005
Makanan Non Makanan
Sementara pada periode 2002-2005 baik porsi pengeluaran
untuk makanan maupun non makanan mengalami peningkatan,
namun kenaikan persentase untuk porsi non makanan lebih
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 58
Pola Konsumsi
besar dibandingkan dengan kenaikan persentase untuk porsi
makanan. Peningkatan porsi pengeluaran untuk makanan adalah
sebesar 11,80 persen, sedangkan untuk non makanan sebesar
26,67 persen. Adanya pergeseran pola konsumsi dengan
membesarnya porsi pengeluaran untuk barang non makanan
selama periode 2002-2005 memberikan petunjuk adanya
peningkatan kesejahteraan selama periode tersebut. Tabel
tersebut juga menunjukkan bahwa selama periode 2002-2005
proporsi pengeluaran untuk makanan terus mengalami
penurunan yaitu dari 61,23 persen menjadi 52,06 persen.
Sebaliknya, pengeluaran untuk non makanan untuk periode yang
sama mengalami peningkatan yaitu dari 38,77 persen menjadi
47,94 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa pola konsumsi di
Kota Kupang menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih
baik. Hal ini terjadi karena membaiknya daya beli masyarakat,
yang pada akhirnya mereka khususnya golongan penduduk
berpendapatan menengah ke atas mulai melirik porsi non
makanan.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 59
PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Perumahan dan Lingkungan
BAB VI PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah mendapatkan
rumah dan lingkungan yang nyaman. Arti fisik perumahan, dalam
konteks yang diperluas disebut permukiman. Yaitu tempat tinggal
anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup
dalam ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas
pendukungnya.
Pada saat ini rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat
berlindung, tetapi fungsinya sebagai tempat tinggal lebih
menonjol. Karena itu aspek kesehatan dan kenyamanan dan
bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat tertentu
merupakan hal penting yang menentukan dalam pemilihan rumah
tinggal. Secara umum, kualitas rumah tinggal ditentukan oleh
kualitas bahan bangunan yang digunakan yang secara nyata
dapat digunakan dalam menentukan tingkat kesejahteraan
penghuninya. Selain kualitas rumah tinggal, fasilitas yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga menentukan tingkat
kesejahteraan. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan
fasilitas perumahan yang memadai akan memberikan
kenyamanan bagi penghuninya.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 61
Perumahan dan Lingkungan
Pogram pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah yang
menyangkut bidang perumahan terus ditingkatkan bukan hanya
dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas serta
harga yang terjangkau. Peningkatan jumlah penduduk yang
pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan akan semakin
meningkat pula. Sementara luas wilayah daratan yang tetap tidak
bisa bertambah, maka pembukaan lahan untuk kepentingan
permukiman harus tetap mempertimbangkan faktor keamanan
bagi semua pihak. Lahan pertanian yang dirubah menjadi lahan
permukiman tentu akan berakibat pada berkurangnya produksi
pangan yang bisa dihasilkan oleh lahan tersebut. Belum lagi
lahan produktif yang diubah fungsinya menjadi industri dan
infrastruktur akan menyita sumber daya air dalam tanah.
6.1. Kualitas Rumah Tinggal
Rumah yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga
penghuninya tidak berdesakan. Pada tahun 2005 tercatat sekitar
17 persen rumah tangga di Kota Kupang yang tinggal dalam
rumah dengan ruang yang tersedia untuk setiap anggota rumah
tangganya kurang dari 20 m2. Hal ini berarti sebagian besar
rumah tangga (83 persen) tinggal dalam rumah dengan luas yang
memadai.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 62
Perumahan dan Lingkungan
Kualitas perumahan di Kota Kupang menunjukkan
perkembangan yang cukup menggembirakan pada periode 2003-
2004 dengan semakin menurunnya persentase rumah tinggal
yang berlantai tanah yakni dari 16,22 persen menjadi 7,37
persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa telah cukup banyak
rumah tangga yang tinggal dalam rumah yang sehat meskipun
masih perlu untuk lebih ditingkatkan.
Tabel 6.1 Persentase Beberapa Indikator Kualitas Perumahan,
2004 - 2005
Indikator Kualitas Perumahan 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4)
Luas lantai < 20 m2/art
Lantai tanah
Atap layak *)
Dinding Permanen
11,08
16,22
95,89
51,23
11,82
7,37
97,34
55,89
17,27
-
-
- *) Tidak terbuat dari dedaunan
Tidak jauh berbeda dengan indikator lantai tanah, indikator atap
yang layak dan dinding tembok permanen menunjukkan
perkembangan yang bertambah baik selama periode 2003-2004
(Tabel 6.1). Atau dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan, jika
dilihat dari kualitas bahan bangunan yang dipakai, kondisi
perumahan di Kota Kupang terus menerus meningkat, yang
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 63
Perumahan dan Lingkungan
ditunjukkan dengan semakin banyaknya ditemukan rumah tinggal
dengan atap layak dan dinding permanen. Pada tahun 2003,
proporsi rumah tinggal dengan atap layak sebesar 95,89 persen,
sementara pada tahun 2004 meningkat menjadi 97,34 persen.
Untuk indikator rumah tinggal dengan dinding permanen,
meningkat dari 51,23 persen pada tahun 2003 menjadi 55,89
persen pada tahun 2004.
6.2. Fasilitas Rumah Tinggal
Kelengkapan fasilitas pokok suatu rumah akan menentukan
nyaman atau tidaknya suatu rumah tinggal, yang juga
menentukan kualitas suatu rumah tinggal. Fasilitas pokok yang
penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk
ditinggali adalah tersedianya listrik, air bersih serta jamban
dengan tangki septik.
Seperti yang terlihat pada Tabel 6.2 pada tahun 2004 sudah
sekitar 95 persen rumah tangga di Kota Kupang menggunakan
listrik sebagai alat penerangan. Kondisi ini mengalami
peningkatan jika dibandingkan keadaan pada tahun 2003 yang
hanya mencapai 92 persen.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 64
Perumahan dan Lingkungan
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tinggal menurut Beberapa Fasilitas
Perumahan, 2004 - 2005
Indikator Fasilitas Perumahan 2003 2004 2005
(1) (2) (3) (4)
Penerangan Listrik
Air Minum Ledeng
Air Minum Bersih *)
Jamban Sendiri dengan Tangki Septik
92,50
57,64
81,93
33,33
94,76
60,63
85,27
43,75
-
61,75
88,46
-
*) Bersumber dari sumur/mata air yang jaraknya ke tempat pembuangan limbah > 10 m
Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah
tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah
yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak
merupakan tujuan dari program penyediaan air bersih yang terus
menerus diupayakan pemerintah. Program penyediaan air bersih
tersebut telah meningkatkan jumlah rumah tangga yang
mempunyai akses pada air ledeng. Persentase rumah tangga
yang menggunakan air ledeng pada periode 2004-2005
mengalami peningkatan, yaitu dari 60,63 persen menjadi 61,75
persen. Rumah tangga yang belum mempunyai akses pada air
ledeng, kebutuhan air bersihnya diperoleh dari sumber lain
seperti sumur/mata air (jarak ke tempat pembuangan limbah > 10
meter). Persentase rumah tangga dengan sumber air minum
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 65
Perumahan dan Lingkungan
bukan air ledeng pada tahun 2004 tercatat sebesar 88,46 persen
yang berarti mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
keadaan pada tahun 2004 yang baru mencapai 85,27 persen.
Fasilitas rumah tinggal yang lain yang berkaitan dengan
kesehatan adalah ketersediaan jamban sendiri dengan tangki
septik. Pada tahun 2003 tercatat baru 33,33 persen rumah
tangga di Kota Kupang yang mempunyai jamban sendiri dengan
tangki septik. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 2004 jumlah
tersebut meningkat menjadi 43,75 persen.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005/2006 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA 1992, Kumpulan Bahan-Bahan Penyusunan Indikator
Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1992, Penduduk Nusa Tenggara Timur: Hasil Sensus
Penduduk 1990, Seri S2, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1997, Pedoman Analisis Data Susenas Bidang
Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Biro Pusat Statistik 1999, Indikator Kesejahteraan Rakyat, Jakarta: Badan Pusat Statistik 1999, Indikator Kesejahteraan Rakyat Nusa Tenggara Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik 2000, Penduduk Nusa Tenggara Timur: Hasil Sensus
Penduduk 2000, Seri L2.2.18.18 Kupang: Badan Pusat Statistik 2000, Penduduk Kota Kupang: Hasil Sensus Penduduk
2000, Seri L2.2.18.18 Kupang: Badan Pusat Statistik 2004, Indikator Kesejahteraan Rakyat Nusa Tenggara Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik 2004, Statistik Sosial dan Kependudukan Nusa Tenggara
Timur, Kupang: Badan Pusat Statistik
Indikator Kesra Kota Kupang 2005 68
ISTILAH TEKNIS
ISTILAH TEKNIS Tingkat Pertumbuhan Penduduk Angka yang menunjukkan tingkat pertambahan penduduk per tahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini dinyatakan sebagai persentase. Kepadatan Penduduk Rata-rata banyaknya penduduk per kilometer persegi. Rasio Anak Wanita Rata-rata banyaknya anak di bawah usia lima tahun per 1.000 wanita usia subur (15-44 th). Rasio Jenis Kelamin Banyaknya laki-laki dari setiap 100 wanita. Metode Kontrasepsi Cara/alat pencegah kehamilan. Peserta Keluarga Berencana (Akseptor) Orang yang mempraktekan salah satu metode kontrasepsi. Klinik Keluarga Berencana Tempat dimana pelayanan keluarga berencana dapat diperoleh. Tempat ini dapat berupa rumah sakit, puskesmas, balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA), Team Medis Keliling (TMK) atau tempat bebas lainnya yang ditentukan. Status Gizi Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Kategorisasi status gizi ini dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005 70
Pengeluaran Pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. Penduduk Usia Kerja Penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Bekerja Melakukan kegiatan/pekerjaan paling sedikit satu jam berturut-turut selama seminggu dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan. Mereka yang mempunyai pekerjaan tetap, tetapi sementara tidak bekerja dianggap sebagai pekerja. Angkatan Kerja Penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Penganggur Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja dan tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Angka Beban Tanggungan Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Angka Partisipasi Kasar Rasio anak yang sekolah di jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk usia normal untuk jenjang yang sama.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005 71
Angka Melek Huruf Persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis. Luas Lantai Luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Indikator Kesra Kota Kupang 2005 72
top related