inventarisasi objek wisata darmasraya
Post on 13-Jan-2016
788 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan
kemakmuran dan menciptakan keanekaragaman kegiatan di bidang
perindustrian, di bidang jasa-jasa dan pariwisata, serta sektor lainnya. Itulah
sebabnya pemerintah berusaha mengadakan diversifikasi kegiatan
perekonomian di Indonesia, dan industri pariwisata adalah merupakan
rangkaian dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama
menghasilkan produk-produk maupun jasa-jasa baik langsung maupun tidak
langsung akan di butuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya (R.S.
Damadjati 1973 : 76) kutipan Bakaruddin (2008 : 146).
Industri pariwisata di Indonesia sangat menjanjikan karena di dukung
oleh potensi wisata yang boleh di bilang merata di semua bahagian kepulauan
Indonesia. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya daerah tujuan wisata yang
tersebar di seluruh nusantara mulai dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia dengan kekayaan alam yang melimpah dengan
pemandangan alamnya yang indah, nyaman, lingkungan hidup yang segar,
dan kebudayaan yang beraneka ragam merupakan sumber potensi bagi
pengembangan pariwisata di Indonesia (Rahmadi, 1983).
Pengembangan pariwisata perlu sekali di lakukan guna mendukung
keberhasilan pembangunan, tidak hanya pembangunan di bidang ekonomi,
1
sosial politik, teknologi, tetapi juga terkait dengan industri pariwisata. Jika
industri pariwisata ini berkembang dengan maksimal, Indonesia bisa
mengurangi ketergantungan terhadap industri migas. Tap MPR no
11/MPR/1998 menegaskan bahwa pembangunan pariwisata merupakan bagian
dari pembangunan nasional dan terkait dalam sektor lain. Hal ini berarti
keberhasilan pembangunan pariwisata turut mendukung pembangunan
nasional.
Pembangunan pariwisata merupakan bagian dari pembangunan
nasional yang terkait dengan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pariwisata
adalah suatu hal yang sangat penting artinya bagi kemajuan. Daerah juga
memperkenalkan kebudayaan daerah yang tentu memerlukan suatu
pengelolaan yang sungguh-sungguh agar tujuan yang diharapkan dapat
tercapai dengan baik. Pembangunan pariwisata ini telah banyak membawa
kemajuan bagi kehidupan manusia di daerah yang bersangkutan, terutama
dalam hal penambahan pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan
bagi rakyat daerah tujuan wisata tersebut.
Bakaruddin (2008 : 17) mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu
perjalanan yang di lakukan oleh seseorang maupun berkelompok untuk
sementara waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan
untuk berusaha dan mencari nafkah di tempat yang di kunjungi, akan tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan
rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
2
Perkembangan pariwisata yang begitu pesat dapat memberikan
masukan bagi masyarakat, daerah, dan negara, sehingga menjadi faktor
penting dalam pembangunan. Untuk itu, kepariwisataan perlu dikembangkan
pada masa sekarang dan masa yang akan datang sebagai pariwisata yang
potensial.
Pertumbuhan kepariwisataan nasional dan komitmen pemerintah
dalam otonomi daerah telah disahkan melalui UU No. 22 Tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 antara pemerintah pusat dan
daerah untuk menyelenggarakan pengembangan kepariwisataan daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah telah menjadikan Dharmasraya menjadi
kebupaten baru, yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri secara terarah
dan terpadu. Dharmasraya merupakan kabupaten yang mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan sektor pariwisata yang potensial. Hal ini
di sebabkan Dharmasraya mempunyai objek wisata yang sangat menarik dan
memiliki nilai budaya serta sejarah tinggi yaitu objek wisata yang berbentuk
candi sebagai peninggalan kerajaan Melayupura.
Berdasarkan data sejarah baik dari naskah kuno maupun sumber
prasasti menyebutkan bahwa Dharmasraya merupakan pusat kerajaan
Melayupura pada abad 11 – 14 M. Objek wisata peninggalan kerajaan
Melayupura terdiri dari candi Pulau Sawah, Candi Rambahan, candi Padang
Roco, dan candi Maombiak. Objek wisata potensial ini terbentang di
sepanjang sungai Batang Hari dengan tempat terpisah, namun mempunyai
3
hubungan yang saling berkaitan satu sama lain yang berpusat di candi Pulau
Sawah kenagarian Siguntur.
Di lokasi permukiman penduduk Siguntur (permukiman yang
sekarang) bisa di temukan adaya rumah gadang yang pertama di Siguntur,
mesjid yang pertama, dan makam raja-raja Siguntur. Peninggalan ini
merupakan potensi bagi objek wisata Pulau Sawah sebagai daya tarik
wisatawan untuk mengunjungi objek wisata Pulau Sawah (Marhasnida: 2007).
Peninggalan sejarah tersebut menunjukkan bahwa objek wisata mempunyai
nilai sejarah tinggi. Objek wisata budaya di Dharmasraya bila di kembangkan
dengan perencanaan dan pengelolaan yang matang serta optimal, maka objek
wisata tersebut akan mampu menjadi objek wisata potensial yang bisa
mengundang banyak wisatawan bukan saja wisatawan domestik tetapi juga
wisatawan asing.
Penginventarisasian segala potensi yang ada di masing-masing objek
wisata seperti aksesibilitas untuk sampai di daerah tujuan wisata (DTW),
akomodasi serta sarana dan prasarana perlu di inventarisasikan secara tertulis.
Kegunaannya bagi wisatawan memudahkan untuk merekan datang ke objek
wisata yang mereka hendak kunjungi. Bagi pemerintah yaitu untuk
memudahkan dalam prospek perencanaan pengembangan objek wisata ke
depannya, karena sarana dan prasarana yang tersedia sangat penting bagi
pengunjung.
4
Bardasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian yang bejudul “Inventarisasi Objek Wisata Budaya di
Kabupaten Dharmasraya”
B. Pentingnya Masalah
Berdasarkan uraian di atas, agar penelitian ini lebih terfokus maka
batasan masalah penelitian ini adalah: Mengkaji tentang Inventarisasi objek
wisata budaya di Kabupaten Dharmasraya.
C. Fokus penelitian
Sesuai dengan pentingnya masalah yang dikemukakan di atas, maka
fokus penelitian yang di ajukan adalah : Bagaimana Inventarisasi objek wisata
budaya di Kabupaten Dharmasraya ?.
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui inventarisasi objek wisata budaya yang ada di Kabupaten
Dharmasraya.
5
2. Manfaat Penelitian
a. Berguna bagi penulis sebagai syarat menyelesaikan program S1 pada
jurusan Geografi FIS-UNP.
b. Bagi penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan tentang
inventarisasi objek wisata budaya khususnya yang ada di Kabupaten
Dharmasraya.
c. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya pelestarian
objek wisata budaya yang ada di Kabupaten Dharmasraya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
1. Kepariwisataan
Kata-kata pariwisata sudah sangat akrab di telinga masyarakat
namun demikian tidak semua orang yang memahami betul arti penting
pariwisata bagi kemajuan daerah dan juga kemajuan dibidang ekonomi.
Bakaruddin (2008 : 17) memberikan pengertian pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok
sementara waktu, dari suatu tempat ketempat lain dengan bukan untuk
mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, akan tetapi semata-mata untuk
menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Kepariwisataan dalam artian sempit ialah lalu lintas orang-orang
yang meninggalkan tempat kediaman untuk sementara waktu, untuk
berpesiar di tempat lain semata-mata sebagai konsumen dari sebuah hasil
perekonomian dan kebudayaan, guna memenuhi kebutuhan hidup dan
budaya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya. Kurt
Morgenroth kutipan Bakaruddin (2008 : 16).
Menurut peraturan pemerintah No. 24 tahun 1979 kepariwisataan
adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang
ditujukan untuk kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan.
7
7
Dalam UU kepariwisataan No. 9 tahun 1992 aspek kultural dan
sosial UU kepariwisataan menyatakan antara lain bahwa penyelenggaraan
kepariwisataan harus memperhatikan nilai-nilai dan norma agama, adat
istiadat, serta pandangan dan nilai hidup yang ada dalam masyarakat dan
diarahkan untuk menjamin kelestarian dalam memperkuat jati diri bangsa.
Lubuk Nazif yang di kutip Bakaruddin (2008:106-107)
memaparkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata daerah adalah untuk
mewujudkan propinsi sebagai daerah tujuan wisata yang kompetitif /
memiliki daya saing, serta upaya pembangunan yang dilakukan dapat
memperbesar pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan masyarakat,
devisa nasional, serta memperkenalkan kekayaan alam dan budaya baik
kepada wisatawan manca negara, wisatawan nusantara maupun penduduk
lokal.
Menurut Hermann V. Schulalard yang di kutip A. Yoeti
(1996:114) Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada
kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung
berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya
orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.
Pariwisata merupakan lahan dan sumber pendapatan yang sangat
potensial, tetapi pengelolaannya harus tetap dan baik karena rentan
terhadap segala perubahan sosial-politik yang terjadi di masyarakat dan
dunia khususnya untuk pariwisata internasional.
8
2. Objek Wisata Budaya
Objek wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat, dinikmati dan
menimbulkan kesan tersendiri di dukung oleh sarana dan prasarana. Dalam
literatur kepariwisataan luar negeri objek wisata dikenal dengan istilah
“Tourist Attraction” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.
Objek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik
wisatawan dan dapat memberikan kepuasan pada wisatawan, hal yang
dimaksud dapat yang berasal dari alam, hasil budaya, dan yang merupakan
kegiatan (Wardaniyanta 2006:52).
Sedangkan yang di maksud dengan objek wisata budaya menurut
PP. RI No. 24 tahun 1979 tanggal 3 Agustus 1979, adalah suatu tempat
perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni dan budaya serta sejarah
bangsa dan tempat yang mempunyai daya tarik untuk di kunjungi
wisatawan (Sujana, 1989) kutipan Al Ansori 2004.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa wisatawan sangat
mengharapkan objek wisata yang tujuannya bisa memuaskan wisatawan
yang mengunjungi objek wisata tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut
maka objek wisata harus mempunyai unsur-unsur sapta pesonanya
(Sujana, 1989) kutipan Al Ansori (2004).
Bakaruddin (2008: 30-31) menyatakan bahwa objek wisata
merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat dinikmati dan menimbulkan
kesan tersendiri pada diri seseorang apabila didukung oleh sarana dan
9
prasarana yang memadai. Menurut Bakaruddin objek wisata itu
berdasarkan sifatnya digolongkan atas tiga bagian yaitu :
a. Objek wisata alam ialah objek wisata yang benar-benar belum di
bentuk oleh kreativitas tangan manusia misalnya pemandangan alam,
air terjun, danau dan keindahan / keunikan alam lainnya.
b. Objek wisata budaya ialah objek wisata yang mengandung unsur-unsur
budaya seperti peninggalan sejarah, kesenian dan tata cara budaya
rakyat tertentu.
c. Alam budaya/artifisial ialah objek wisata alam yang telah dimodivikasi
oleh kreativitas tangan manusia agar dapat lebih menarik lagi seperti
Taman Safari, Taman Raya Hutan Bung Hatta.
3. Pengembangan Objek Wisata
Perkembangan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997)
kutipan Anwar, Revi (1998) adalah prihal perkembangan, hasil dari
perkembangan atau hasil perubahan yang terjadi atas suatu objek.
Menurut kamus bahasa Indonesia pengembangan diartikan sebagai
hal, cara atau hasil kerja. Secara umum pengembangan objek wisata
diartikan sebagai usaha untuk mendorong perubahan atau pengembangan
kepariwisataan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan manfaat yang
lebih baik.
A. Yoeti (1997) kutipan Anwar, Revi (1998) menyatakan perlunya
pengembangan pariwisata atau objek wisata sebagai berikut :
10
a. Pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata selalu
diperhitungkan keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.
b. Pengembangan wisata lebih banyak bersifat non ekonomis sebab
motivasi utama wisatawan mengunjungi suatu kawasan objek wisata
adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam daerah yang
dikunjunginya.
c. Untuk menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian
dan dapat mengetahui tingkah laku wisatawan yang datang berkunjung
terutama bagi masyarakat di daerah tujuan wisata bersangkutan.
Instruksi Presiden No. 9 tahun 1969 membentuk badan
pengembangan pariwisata yang mana tujuannya untuk meningkatkan
devisa dan kesempatan kerja mendorong kegiatan-kegiatan industri
pariwisata, memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan
kebudayaan Indonesia dan meningkatkan persaudaraan nasional maupun
internasional.
Dalam Repelita I di susunlah beberapa kebijaksanaan pokok
tentang pengembangan pariwisata yaitu :
a. Memelihara kebudayaan-kebudayaan bangsa serta pengaturan tata
lingkungan sekitar objek
b. Mengadakan Upgrading / seminar-seminar dan rehabilitasi dengan
mempertimbangkan skala prioritas dari objek-objek
c. Menyelenggarakan suatu pemasaran kepariwisataan yang terkoordinir
dan sistematis serta terarah
11
d. Meberikan bimbingan atau pembinaan dan juga pengawasan terhadap
tenaga-tenaga di daerah pada setiap objek wisata
e. Melakukan penelitian-penelitian tentang permasalahan kepariwisataan
dalam prospek pengembangan kepariwisataan kedepan
f. Pembinaan dan pengaturan kelembagaan-kelembagaan kepariwisataan.
Pada Pelita II pengembangan pariwisata diarahkan pada :
a. Tujuan sebagai sasaran utama diupayakan untuk memperkenalkan
kebudayaan bangsa, menikmati keindahan alam dan mengenalkan
kepribadian Indonesia, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
membuka kesempatan bagi wisatawan domestik mengenal tanah air
sendiri.
b. Tekanan yaitu diarahkan pada pembinaan kelembagaan dan organisasi
kepariwisataan dan pengembangan sarana prasarana objek wisata.
c. Langkah-langkah yang dikerjakan berupa menyusun pola induk
pengembangan di daerah tujuan wisata (DTW)
Dalam pengembangan objek wisata tersebut sangat ditentukan oleh
kemampuan pihak-pihak pengelola wisata daerah yang bersangkutan.
Dengan kata lain berhasil atau tidaknya suatu daerah dikembangkan
menjadi daerah tujuan wisata ditentukan oleh pihak pengelola dan sikap
masyarakat (A, Yoeti, 1996).
Dari pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat diketahui
bahwa perlu adanya keterpaduan dan kerjasama yang baik antara unsur
kepariwisataan dalam upaya pengembangan objek wisata. Dalam hal ini
12
peranan pengelola dan masyarakat sangatlah penting. Pengertian
masyarakat disini mencakup tiga komponen yaitu :
a. Komponen pemerintah, dimana adanya suatu usaha untuk mampu
meningkatkan sumber dana dan menciptakan lapangan kerja yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga.
b. Komponen penyelenggara yaitu dengan berusaha untuk dapat
terselenggara dengan lancar dan dapat memberikan keuntungan
sebesar mungkin dari kegiatan pariwisata.
c. Komponen masyarakat, sebagai pemilik wilayah dan pendukung serta
pelaku budaya setempat berusaha mengupayakan melestarikan wilayah
dan kehidupan di alam budayanya agar tidak tercemar.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukan di atas, maka
dalam upaya menarik minat wisatawan untuk mengunjungi kawasan objek
wisata budaya di Dharmasraya diperlukan suatu pengembangan terhadap
objek wisata tersebut. Di samping itu, jika objek wisata ini tidak
dikembangkan sebagaimana mestinya dikhawatirkan objek wisata ini akan
kalah bersaing dengan daerah tujuan wisata lain dan pada akhirnya
terlupakan begitu saja, padahal daerah ini mempunyai prospek yang bagus
dalam kegiatan kepariwisataan.
Beberapa faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan
pariwisata yaitu :
a. Adanya kebebasan untuk bergerak dalam artian melakukan perjalanan
b. Sarana transportasi dan akomodasi
13
c. Adanya sarana akomodasi dan catering
d. Adanya daya tarik daerah tujuan wisata
e. Adanya dana yang melakukan perjalanan
f. Terjaminnya keamanan daerah tujuan wisata
g. Adanya faktor kemudahan yang lebih besar untuk mengunjungi daerah
tujuan wisata
h. Tersedianya unsur-unsur pelayanan yang memadai termasuk bahan
dan sarana transpotasi
Partisifasi masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan perlu di
tingkatkan melalui usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok-kelompok
seni budaya, industri kerajinan dan usaha-usaha lainya guna memelihara,
memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa dengan tetap
menjaga citra kepribadian dan martabat bangsa, dalam meningkatkan citra
tersebut. Perlu dicegah hal-hal yang dapat merusak citra kehidupan
masyarakat dan negara (Repelita IV, 1984/1985, 1988/1989) kutipan Al
Ansori (2004).
Dalam upaya pembangunan dan pengembangan pariwisata terdapat
beberapa faktor memiliki peranan penting, adapun faktor-faktor tersebut
antara lain :
a. Dana dan Modal
Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang
bersama produksi lain dan tenaga kerja serta pengelola menghasilkan
barang baru seperti produksi industri pariwisata. Dan Pringgodigyo
14
(1973) dalam Al Ansori (2004) mengatakan modal yaitu sejumlah
barang yang dihasilkan dan dipergunakan dalam produksi masa yang
akan datang disebut barang produksi atau barang modal.
Dari beberapa pengertian di atas terlihat bahwa modal merupakan
hal terpenting dalam produksi suatu industri. Dengan kata lain modal
merupakan faktor utama dalam pengembangan kepariwisataan karena
pariwisata juga merupakan suatu industri.
Keterbatasan dana dan modal merupakan hal utama yang
menghalangi dunia pariwisata di kabupaten Dharmasraya disebabkan
karena belum adanya alokasi dana khusus dari pemerintah setempat
dan sentuhan dari pihak swasta untuk meramaikan pengembangan
pengelolaan dan pelestarian objek wisata.
b. Fasilitas
Untuk menarik perhatian atau minat wisatawan untuk berkunjung
kesalah satu objek wisata haruslah tersedia berbagai fasilitas
penunjang yang akan membuat wisatawan merasa betah dan senang
berada dilokasi wisata. Fasilitas ini bisa berupa penginapan, warung
makan, saran telekomunikasi, atraksi wisata, transportasi dan fasilitas
lainya baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung untuk
menunjang pertumbuhan sektor pariwisata.
Sarana kepariwisataan adalah perusahan-perusahan yang
memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung
maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya bergantung pada
15
kedatangan wistawan. Sedangkan prasarana kepariwisataan adalah
semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat
hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada
wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam
(A. Yoeti 1996:196-197).
Pariwisata dari segi ekonomi seperti dari segi permintaan dan
penawaran maka menurut G, Jannata dalam buku A. Yoeti (1996)
pariwisata dapat dibagi menjadi dua sektor yaitu dynamic sektor dan
statistic sektor. Yang dimaksud dengan dynamik sektor adalah
kegiatan yang berhubungan dengan travel agent, tour operator,
angkutan wisata dan pelayanan angkutan lain yang berhubungan.
Sedangkan yang termasuk kedalam statistic sektor adalah semua
perusahaan akomodasi perhotelan, catering, services, transportation in
general, entertement, souvenir shop dan sebagainya.
Fasilitas pariwisata yang tersedia pada daerah kunjungan wisata
masih kurang dalam pengembangannya untuk dijadikan sebagai daerah
kunjungan wisata yang baik dan juga memiliki fasilitas yang layak.
Disamping itu pada setiap objek wisata belum terdapat atraksi khusus
yang ditampilkan. Pada hal ini mempunyai peranan yang penting
dalam pengembangan objek pariwisata karena dapat mengobati rasa
jenuh dan juga sebagai penahan wisatawan untuk bisa merasa betah
dan tertarik untuk dapat tertarik untuk datang berkunjung terhadap
objek wisata tersebut.
16
Produk wisata adalah suatu susunan produk terpadu yang terdiri
dari atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana tiap-
tiap unsur tersebut dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan
ditawarkan secara tidak terpisah (A. Yoeti,1996:164)
c. Promosi
Promosi wisata merupakan suatu kegiatan yang intensif dalam
waktu yang relatif singkat dan merupakan usaha untuk memperbesar
daya tarik produk terhadap calon konsumen. (R.G Soekadijo :241)
menjelaskan promotion (promosi) adalah salah satu kegiatan dalam
dunia marketing. Usaha promosi dalam penyajian produk wisata yang
menarik merupakan kunci penanaman kesan yang baik kepada setiap
calon wisatawan yang datang berkunjung, lebih lanjut akan
menimbulkan minat keinginan yang mendorong para wisatawan untuk
datang berkunjung kedaerah tujuan wisata yang dipromosikan.
Pendapat ini diperjelas oleh Rahmadi (1987) kutipan Al Ansori bahwa
suatu perencanaan yang matang terhadap daerah pasaran wisata dan
strategi pemasaran yang diambil sangat menentukan berhasil atau
tidaknya kegiatan promosi.
Promosi adalah salah satu bagian dari pemasaran. Kegiatan
promosi adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memperkenalkan produk pada calon pembeli dan membujuk mereka
agar mau membeli. Promosi juga sesuatu kegiatan yang menyebar
17
luaskan informasi tentang barang atau jasa yang dijual dengan maksud
mengubah prilaku konsumen.
Secara garis besar promosi merupakan himbauan, informasi dan
komunikasi. Himbauan akan dimengerti bila di informasikan kemudian
terjadilah komunikasi. Ada beberapa faktor yang mengharuskan
terjadinya suatu promosi dilakukan yaitu :
1) Semakin jauhnya jarak antara produsen dengan konsumen
2) Pelanggan potensial bertambah banyak
3) Semakin pentingnya komunikasi pasar (William J Stanton, 1986)
Secara umum kawasan objek wisata di Dharmasraya belum
terkenal dikalangan wisatawan baik dari daerah maupun manca negara,
dikarenakan objek wisata tersebut selain baru juga berada pada lokasi
yang terletak di daerah pedalaman.
Sementara itu kabupaten Dharmasraya mengalami kesulitan
dalam promosi dan publikasi. Hal ini bukan disebabkan oleh daya tarik
yang kurang untuk menjadi daerah kunjungan wisata akan tetapi
keterbatasan dana dan modal untuk pengelolaan objek wisata dan
promosi.
d. Peran Serta Masyarakat
Meskipun sudah banyak masyarakat yang menyadari bahwa
peranan pariwisata sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan
daerah tetapi masih terdapat kendala dimana masyarakat belum
memahami betul cara menghadapi wisatawan mancanegara, juga corak
18
budaya yang berbeda menyebabkan kurang harmonisnya hubungan
antara masyarakat dengan wisatawan.
Berbicara mengenai peran serta masyarakat dalam
pengembangan pariwisata dikabupaten Dharmasraya sangatlah perlu
diadakan suatu penyuluhan tentang arti pentingnya pariwisata terhadap
pembangunan daerah setempat dan kemajuan daerah tempat kunjungan
wisata.
Adapun peran serta masyarakat dalam pengembangan pariwisata
hanya sebatas gotong royong membersihkan lokasi wisata. Dan
kurangnya peran pemerintah untuk menggalakan sadar wisata terhadap
masyarakat setempat.
e. Peran Serta Pemerintah
Peran serta pemerintah dalam pengembangan sektor pariwisata
dikabupaten Dharmasraya Sumbar saat ini belum memberikan
kontribusi yang nyata bagi pengembangan pariwisata daerah, seperti
belum adanya program pengembangan sektor pariwisata yang
terealisasi dan juga belum adanya pemberian dana khusus untuk
pengembangan daerah objek wisata budaya tersebut.
4. Inventarisasi
Inventarisasi adalah pencatatan atau pendaftaran barang-barang
milik kantor, (Sekolah, Rumah Tangga dsb) yang di pakai dalam
melakukan tugas. Pencatatan atau pengumpulan data tentang kegiatan,
19
hasil yang di capai, pendapat umum, persurat kabaran, kebudayaan dsb.
(KBBI, 1999)
Menurut Ramli (1985) inventarisasi adalah barang-barang yang
harus ada sebelum barang tersebut digunakan, bahan-bahan yang di
perlukan untuk membantu kelancaran pelaksanaan pengumpulan data
pariwisata. Selanjutnya Moekijat (1990) mengemukakan pengertian
inventarisasi adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia dalam
perusahaan.
Jadi yang dimaksud dengan inventarisasi dalam penelitian ini
adalah pencatatan barang –barang atau pengumpulan data pariwisata yang
di perlukan untuk membantu kelancaran pelaksanaan di sektor pariwisata.
B. Penelitian yang Relevan
Yasmi (1988) tentang faktor-faktor produksi wisata dan hubungannya
dengan pengembangan objek wisata pantai Air Manis Kotamadya Padang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara objek wisata, atraksi wisata,
sarana dan prasarana serta dasar wisata masyarakat dengan pengembangan
objek wisata Air Manis..
Al Ansori. M (2004) tentang faktor penghambat dalam pengembangan
potensi pariwisata dan usaha penanggulangannya di Tilatang Kamang banyak
mengalami masalah dan hambatan diantaranya terbatasnya promosi dan peran
masyrakat dalam membangun DTW. Usaha penanggulanganya dapat
20
dilakukan dengan memberi kesempatan kepada pihak swasta untuk ikut serta
dalam pengembangan membina potensi pariwisata yang ada di daerah ini.
Betty (2008) melakukan penelitian tentang Inventarisasi objek wisata
di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan, menyatakan bahwa potensi
objek wisata di lihat dari penyebaran objek wisata, sarana dan prasarana serta
ketersediaan akomodasi hotel dan non hotel.
Tita Wesni (2007) pengembangan objek wisata candi Pulau Sawah
kenagarian Siguntur kecamatan Situng kabupaten Dharmasraya menyatakan
bahwa strategi pengembangan objek wisata ini yaitu dengan pengembangan
sumber daya wisata, pengadaan dan peningkatan sarana dan prasarana
pengembangan, promosi dan penanaman inventasi serta mensosialisasikan
sapta pesona agar teciptanya objek wisata yang potensial.
C. Kerangka Konseptual
Objek wisata merupakan sesuatu yang dapat di lihat, dinikmati dan
menimbulkan kesan tersendiri pada diri seseorang. Agar tidak timbul rasa
jenuh pada pengunjung untuk itu objek wisata memerlukan adanya upaya
pengembangan agar para wisatawan/pengunjung tersebut dapat betah dan
berkeinginan untuk datang kembali.
Objek wisata candi Pulau Sawah dan candi Padang Roco merupakan
objek wisata budaya yang kondisinya sekarang masih dalam tahap
pengembangan untuk menciptakan objek wisata yang potensial, sehingga
21
sesuai dengan tujuan penelitian penulis berusaha mengungkap bagaimana
inventarisasi objek wisata budaya di Kabupaten Dharmasraya.
Untuk lebih jelasnya, mengenai variabel-variabel dalam penelitian ini
dan keterkaitannya dapat di lihat pada bagan kerangka konseptual sebagai
berikut :
Gambar. 1 Kerangka konseptual tentang inventarisasi objek wisata budaya di Kabupaten Dharmasraya
22
Kondisi Geografi Sarana Prasarana Daya tarik objek wisata
Inventarisasi objek wisata budaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan sejumlah prosedur kegiatan yang digunakan untuk
memecahkan masalah sesuai dengan sudut pandang dan pendekatan yang
digunakan oleh peneliti (Aminuddin, 1991.) Arikunto (2006:12)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif menunjukan bahwa pelaksanaan
penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal yang
tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya dan dituntut keterlibatan peneliti
secara langsung dilapangan.
Untuk menjawab masalah yang dirumuskan dapat digunakan data
primer dan data skunder. Data primer dapat dikumpulkan melalui daftar
pertanyaan yang disusun peneliti berdasarkan kebutuhan dan melalui
wawancara dengan instansi terkait dan masyarakat di lokasi objek penelitian.
Data skunder adalah data yang di peroleh dari buku perpustakaan, karya
ilmiah, surat kabar dan sebagainya.
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Sitiung tepatnya di
kenagarian Siguntur yang terdapat dua buah candi yaitu candi Pulau
23
23
Sawah yang terletak lebih kurang 4 km dari jalan raya Sumatera di ujung
kenagarian Siguntur, sedangkan candi Padang Roco terletak di jorong
Sungai Lansek kenagarian Siguntur berada sekitar 3 km dari jalan lintas
Sumatera dengan menyebrangi sungai Batanghari.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang dapat dimanfaatkan untuk
informasi situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong 1990:97).
Penetapan subjek yaitu dengan teknik purposive sampling, teknik
purposive ini dilakukan dengan cara mengambil subjek didasarkan atas
adanya tujuan tertentu. Menurut Moleong pemilihan berakhir sudah terjadi
pengulangan, jumlah sampel ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan
informasi yang diperlukan jika maksudnya memperluas informasi, dan jika
tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring, maka penarikan subjek pun
sudah dapat diakhiri. Jika sudah mulai terjadi pengulangan informasi maka
penarikan subjek dihentikan.
Teknik penentuan informasi oleh peneliti adalah secara porposive
yaitu Dinas Perhubungan dan Pariwisata, wali nagari Siguntur, kepala
Jorong Sungai Lansek, keturunan raja Siguntur, masyarakat di sekitar
objek wisata dan pengunjung.
24
C. Tahap-tahap Penelitian yang akan dilakukan yaitu :
1. Tahap Pra Lapangan
a. Menysusun rencana penelitian
b. Memlilih lapangan penelitian
c. Mengurus perizinan
d. Menjajaki dan memanfaatkan informan
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
f. Persoalan etika penelitian
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
b. Turun kelapangan
c. Berperan sambil mengumpulkan data
d. Tahap analisis data
1) Konsep dasar analisis data
2) Memberikan penafsiran terhadap data
3) Menemukan pencatatan dan analisis data.
D. Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui
observasi, wawancara dengan informan yang telah ditetapkan atau melalui
orang lain yang dapat memberikan data.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui buku-buku
perpustakaan, surat kabar, karya ilmiah dan data lainya yang langsung
25
berhubungan dengan objek penelitian yang diambil dari dinas pariwisata ,
kantor statistik, kantor camat dan kantor wali nagari.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dijaring melalui berbagai cara yaitu memberikan wawancara
kepada para informan kunci yang telah di tetapkan. Data juga di kumpulkan
melalui teknik wawancara tehadap informan lain yang mendukung dan
memperkuat data yang terekam pada kaset penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Observasi
Teknik yang digunakan untuk melihat dan mengamati kegiatan kehidupan
masyarakat sehari-hari pada umumnya dan dalam hal pengembangan,
peningkatan kualitas objek wisata pada khususnya.
2. Wawancara
Wawancara kepada informan dimaksudkan untuk mengetahui peran
pemerintah, masyarakat dan swasta terhadap pengembangan objek wisata
budaya. Dalam teknik ini digunakan dua metode yaitu :
a. Wawancara Bebas
Yaitu bertujuan untuk memperoleh keterangan yang sifatnya informal
atau tidak resmi yang biasanya terwujud dalam pembicaraan-
pembicaraan ringan, namun demikian keterangan-keterangan yang
diberikan diarahkan pada yang diinginkan.
26
b. Wawancara Terstruktur
Dengan memperoleh keterangan khusus yang berkaitan dengan
masalah penelitian yang disusun dalam bentuk instrumen penelitian
berupa daftar wawancara kemudian direkam dalam tape recorder.
F. Teknik Menguji Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari sumber atau informasi diperiksa
kebenarannya dengan menggunakan teknik trianggulasi sumber yaitu
membandingkan dan mengecek suatu informasi yang diperoleh melalui
wawancara pertanyaan serta sumber yang berbeda (Patton dalam Sugiyono
2005) kutipan Juliana (2002).
Pemeriksaan keabsahan data yang telah diperoleh dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti di objek penelitian sangat menentukan
dalam pengumpulan data. Hal ini bertujuan agar data yang diperoleh betul-
betul dapat dipercaya karena berkali-kali. Dengan perpanjangan
pengamatan maka distorsi yang mungkin akan mengotori data dapat di
hindari sekecil mungkin.
2. Ketekunan dalam Pengamatan
Bertujuan menentukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
27
mengamati hal-hal yang berhubungan dengan upaya pengembangan objek
wisata budaya di kabupaten Dharmasraya.
3. Trianggulasi
Teknik trianggulasi suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu diluar data yang telah diperoleh. Teknik ini
ada beberapa macam diantaranya ialah trianggulasi sumber, trianggulasi
metode penyidik dan trianggulasi teori. Dalam penelitian ini digunakan
trianggulasi sumber yaitu peneliti mengecek kembali tingkat kebenaran
suatu informasi berdasarkan waktu dan alat termasuk orang yang berbeda.
4. Pemeriksaan teman sejawat
Bertujuan untuk melihat kekuatan dan kelemahan tentang hasil
akhir sementara yang diperoleh dari penelitian. Hal ini dapat dilakukan
dalam bentuk distorianalitik dengan rekan-rekan sejawat.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data dianalisis dengan metode yang dikemukakan
oleh Miles dan Hubermen yang dikutip oleh Sugiyono (2005) yaitu dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Kondisi Fisik
a. Letak, Luas dan Batas
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu wilayah otonomi
yang baru di Indonesia, Dharmasraya berdiri berdasarkan UU No.38
Tahun 2003 tentang pembentukan kabupeten Dharmasraya, kabupaten
Solok Selatan, kabupaten Pasaman Barat di Propinsi Sumatera barat dan
berlaku efektif sejak tanggal 18 Desember 2003. Secara simbolis
pemekaran kabupaten Dharmasraya dari kabupaten Sawahlunto/Sijunjung
diresmikan oleh presiden pada tanggal 7 Januari 2004.
Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu kabupaten yang
cukup potensi di propinsi Sumatera Barat, dengan luas wilayah yang
mencapai 2.961.13 km2 atau 296.113 Ha. Posisi geografis Dharmasraya
berada pada 00 45’ 0” LS – 10 45’ 0” LS dan 1010 0’ 0” BT – 1010 30’ 0” BT.
Secara fisik batas kabupaten Dharmasraya adalah sebagai berikut Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
Sebelah Utara : Kab. Sawahlunto/Sijunjung
Sebelah Selatan : Kab. Bungo dan Kab. Kerinci (Prop. Jambi)
Sebelah Barat : Kab. Solok dan Kab. Solok Selatan
29
Sebelah Timur : Kab. Kuantan Singingi (Prop. Riau)
30
3
Kabupaten Dharmasraya terdiri dari 4 kecamatan, 21 Nagari, 109
Jorong. Nagari merupakan sistem pemerintahan yang berlaku di propinsi
Sumatera Barat sesuai dengan peraturan daerah No.9 Tahun 2000 tentang
ketentuan pokok pemerintah nagari (yang selanjutnya disebut Perda
Nagari). Ibu kota kabupaten Dharmasraya sesuai dengan UU No.38 Tahun
2003 ditetapkan di Pulau Punjung, walaupun secara definitif belum ada
kota Pulau Punjung, yang ada saat ini adalah kecamatan Pulau Punjung
dengan ibu kota kecamatannya Sungai Dareh.
(Lihat Tabel 1)
Tabel 1
Wilayah Administratif Pemerintahan Kab.DharmasrayaMenurut Kecamatan Tahun 2005
NoNama
KecamatanIbu kota
KecamatanBanyaknya
Nagari Desa Jorong
1 Sungai Rumbai Sungai Rumbai 6 18 26
2 Koto Baru Koto Baru 7 28 38
3 Sitiung Koto Agung 3 17 20
4 Pulau Punjung Sungai Dareh 5 25 25
Jumlah/Total 21 85 109 Sumber: BPS Kabupaten Dharmasraya
b. Topografi
Kondisi dan topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas
merupakan lahan datar dengan ketinggian 100 meter sampai 500 meter
dari permukaan laut. Selama tahun 2007 rata-rata hari hujan mencapai
15,75 hari/bulan di Sungai Rumbai , 16,25 hari/bulan di Koto Baru dan
16,92 hari/bulan di Sitiung. Sedangkan rata-rata curah hujan mencapai
31
272,75 mm/bulan di Sungai Rumbai, 249,00 di Koto Baru dan 254,08
mm/bulan di Sitiung.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
a. Penduduk
Jumlah penduduk kabupaten Dharmasraya berdasarkan sensus
penduduk tahun 2007 adalah 175.573 yang tersebar pada 4 wilayah
kecamatan dan terus meningnkat pada tahun berikutnya (lihat Tabel 2).
Tabel 2
Jumlah penduduk kabupaten DharmasrayaMenurut persebaran wilayah kecamatan tahun 2005-2007
No Kecamatan Nagari Penduduk
1 Sungai Rumbai 6 43651
2 Koto Baru 7 59.389
3 Sitiung 3 36.446
4 Pulau Punjung 5 36.087
2007 21 175.573
2006 21 170.440
2005 21 173.375 Sumber: BPS kabupaten Dharmasraya
b. Mata Pencarian
Mayoritas penduduk Dharmasraya bekerja pada sektor/lapangan
usaha pertanian. Dari 99.898 orang yang bekerja tercatat sebanyak
70.777 pada lapangan usaha pertanian (70,85%), lebih jauh dari
lapangan pertanian terdapat sebanyak 43.607 orang bekerja pada
tanaman pangan (Padi dan Palawija) sedangkan pada lapangan usaha
perkebunan tercatat sebanyak 20.518 orang, selebihnya bekerja di bidang
perikanan, peternakan dll.
32
Pada tahun 2007 terdapat sebanyak 8.300 orang yang bekerja pada
sektor perdagangan, hotel dan restauran, sedangkan lapangan usaha jasa-
jasa sebanyak 8.125 orang, industri 5.107 orang dan yang bekerja pada
bidang transportasi sekitar 1.741 orang hanya sebesar 1,74% dari seluruh
penduduk yang bekerja di Kabupaten Dharmasraya.
c. Agama
Kehidupan beragama cukup baik, mengingat hampir 99,72%
penduduk Kabupaten Dharmasraya beragama Islam. Perkembangan
yang banyak disorot adalah perkembangan dan aktivitas dari penduduk
yang beragama islam.
3. Sejarah Kerajaan Dharmasraya
Kerajaan Dharmasraya atau kerajaan Melayu Jambi adalah
kerajaan yang terletak di Sumatera. Berdiri sekitar abad Ke 11 M.
Kerajaan ini berdiri setelah kerajaan Sriwijaya yang berpusat di
Palembang mengalami kemunduran, pada kesempatan ini wilayah Jambi
yang tadinya merupakan daerah kekuasaan Sriwijaya, melepaskan diri dan
membentuk suatu kerajaan baru.
Setelah kerajaan Sriwijaya musnah di tahun 1025 karena serangan
kerajaan Cola dari India, banyak bangsawan Sriwijaya yang melarikan diri
kepedalaman terutama kehulu sungai Batang Hari, kemudian bergabung
dengan kerajaan Melayu Tua dan pada 1088 kerajaan Melayu Jambi
(Dharmasraya) menaklukan kerajaan Sriwijaya, dan mulai pada saat itulah
33
kerajaan Dharmasraya mulai berjaya dengan perjalanan kisah kerajaannya
sebagai berikut :
a. Sri Tri Buana Raya Mauliawarmadewa.
Raja ini berkuasa di kerajaan Melayupura (Siguntur) tahun 1250-
1325, mempunyai dua istri Mambang Talena atau disebut juga Dewi
Kencana dan Indo Jelito yang masing-masing mempunyai seorang
anak. Anak raja ini bernama Dara Petak dan Dara Jingga.
Pada tahun 1286 M Sri Kartanegara mengirim Prasasti
“Amoghapasa” 1298 M, yang di keluarkan oleh Kartanegara dari
Singasari dalam bahasa kuno yang dikirimkan sebagai hadiah untuk
Sri Tri Buana Raya Mauliwarmadewa yang memerintah di
Dharmasraya yang bertujuan untuk mempererat persahabatan. Sebagai
rasa terima kasih Raja Mauliwarmadewa mengirim kedua anaknya ke
Jawa, kemudian Dara Petak menikah dengan raja Majapahit
Kartarajasa sedangkan Dara Jingga pulang ke Suwarnabhumi
Melayupura.
b. Sora
Setelah Sri Tri Buana Mauliwarmadewa meninggal dunia gelar
Mauliwarmadewa diserahkan kepada Sora berhubungan antara
Singasari dan Melayupura makin membaik dengan menikahnya Dara
Petak dengan Kartarajasa. Sora pergi ke Singasari untuk membantu
pertempuran di Singasari.
c. Paramisona
34
Dara Petak mempunyai seorang anak yang bernama
Adityawarman yang mempunyai kesempatan menjadi raja, ia juga
panglima perang sahabat dari Gajah Mada selama lima tahun. Akan
tetapi kesempatan Adityawarman untuk menjadi raja hilang dengan
lahirnya Hayam Wuruk yang lebih berhak menjadi raja. Dengan hiba
hati Adityawarman pulang kekampung ibunya yaitu Melayupura, di
Melayupura Adityawarman diangkat menjadi raja untuk sementara,
Adityawarman meminta sebilah pedang guna untuk membuat ladang,
dan meminta dibuatkan sebuah patung Adityawarman sendiri.
Pada masa Adityawarman Dharmasraya mencapai puncak
kejayaan dengan perdagangan yang sampai ke India dan Eropa, ladang
yang sangat luas hingga sampai ke Padang Laweh yang merupakan
batas wilayah kerajaan Melayupura. Pada pemerintahan Adityawarman
candi-candi di Melayupura dibangun, dan banyak pedagang-pedagang
yang datang untuk membeli rempah-rempah, tetapi sayang hasil bumi
Dharmasraya tidak mencukupi maka Adityawarman berusaha
memperluas wilayah kekuasaan ke Periangan dekat Batusangkar.
Sedangkan raja Pramisora dan anaknya sebagai calon raja dengan
nama Adikerma masuk islam.
Setelah sampai di Batusangkar mulanya Dt.Parpaih dan
Dt.Katumanggungan tidak menerima kedatangan Adityawarman
namun akhirnya Adityawarman diterima di Pagaruyung. Dalam
Prasasti Kuburajo (1347) Adityawarman disebut sebagai
35
“Kanakamedinindra” raja negeri emas (Suwarnadipa = Sumatera),
1349 Adityawarman sudah menjadi raja di Minangkabau.
d. Raja Angek Garang
Pada suatu masa Melayupura diperintah oleh raja Angek Garang
yang masih beragama Hindu Budha, dia sangat kejam dan suka
semena-mena. Raja Angek Garang tinggal di Siguntur yaitu
pemukiman penduduk yang sekarang, dia memerintahkan agar
masyarakat Melayupura pindah ke sebrang Batanghari atau ke
Siguntur sedangkan candi tempat bermukim penduduk dihancurkan
oleh raja Angek Garang maka hancurlah Melayupura akibat
pemberontakan pada abad ke 14 M.
e. Raja Tiang Panjang
Minangkabau memasuki Dharmasraya pada masa pemerintahan
Tiang Panjang. Menurut sejarah bahwa Tiang Panjang dan Tiang
Bungkuk bersaudara, daerah kekuasaannya adalah seluruh daerah
Batanghari. Tiang Panjang berkuasa di bagian hulu Batanghari
sedangkan Tiang Bungkuk berkuasa di daerah muara Batanghari.
Banyak nilai sejarah dan budaya Hindu Budha yang dapat kita
ketahui setelah melakukan perjalanan wisata peninggalan Melayupura
yang terdiri dari candi Pulau Sawah, candi Padang Roco, candi
maombiak dan candi Rambahan. Objek potensial ini terbentang
sepanjang sungai Batanghari dengan tempat terpisah, namun
36
mempunyai hubungan yang saling berkaitan satu sama lain yang
berpusat di candi Pulau Sawah kenagarian Siguntur.
B. Hasil Temuan Khusus
1. Penyebaran Objek Wisata Budaya di Kabupaten Dharmasraya
Prinsip penyebaran yaitu suatu gejala dan fakta yang tersebar tidak
merata di permukaan bum yang meliputi bentang alam, tumbuhan dan
manusia. Prinsip deskripsi yaitu penjelasan lebih jauh mengenai gejala-
gejala yang diselidiki atau di pelajari dapat disajikan dengan tulisan atau
kata-kata, dapat juga di lengkapi dengan tabel, gambar dan peta.
Penjelasan atau deskripsi merupakan suatu prinsip pada geografi dan
studi geografiuntuk memberikan gambaran lebih juh tentang gejala dan
masalah yang dipelajari.
Lokasi objek wisata candi-candi terdapat di Kenagarian Siguntur dan
Jorong Sungai Lansek dimana candi yang pertama yaitu candi Pulau
Sawah tepatnya berada diseberang sungai Batanghari setelah pemukiman
penduduk Siguntur dan candi yang kedua yaitu candi Padang Roco yang
juga terletak diseberang sungai Batanghari di Jorong Sungai Lansek
tepatnya berada setelah pemukiman penduduk Siluluk. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada peta gambar 3.
37
38
a. Candi Pulau Sawah
Candi Pulau Sawah merupakan peninggalan dari Kerajaan Hindu
Budha yang menjadi pusat dari semua candi-candi yang ada di
Kabupaten Dharmasraya. terletak di sebrang sungai Batanghari dari
penduduk Siguntur.
Untuk mencapainya dengan menggunakan perahu (biduk)
memakan waktu kira-kira 5 menit dan berjalan kaki dari tepi sungai
Batanghari menuju objek candi Pulau Sawah 1 sekitar 50 meter dari
tepi sungai Batanghari kemudian berjalan lebih kurang 50 meter
kearah utara dari candi pulau sawah I menuju candi Pulau Sawah II.
Gambar 4. Candi Pulau Sawah I Dokumentasi Pribadi, 10 Feb 2009
39
Gambar 5. Candi Pulau Sawah II Dokumentasi Pribadi, 10 Feb 2009
b. Candi Padang Roco
Candi Padang Roco juga merupakan peninggalan dari Kerajaan
Hindu Budha yang terletak di Jorong Sungai Lansek yang terdiri dari
tiga buah candi yaitu canndi induk dan dua buah candi perwara dengan
ukuran terbesar 20x20 meter dan yang paling kecil 8x8 meter.
Gambar 6. Candi 1 (induk) Padang Roco Dokumentasi Pribadi, 17 Feb 2009
40
Gambar 7. Candi 2 Padang Roco Dokumentasi Pribadi, 17 Feb 2009
Gambar 8. Candi 3 Padang Roco Dokumentasi Pribadi, 17 Feb 2009
Untuk menggapai candi tersebut bisa melalui jalur Batanghari
dari Siguntur menggunakan perahu boat (tempek) sejauh 3 km dengan
perjalan selama 15 menit atau bisa juga melalui jalur koto tuo
menggunakan perahu ponton dan berjalan kaki sejauh 1,5 km untuk
sampai ke candi Padang Roco perjalanan ini melewati perkampungan
41
masyarakat Siluluk dan Sungai Lansek yang ramah terhadap semua
pengunjung.
Wisatawan atau pengunjung sebelum sampai pada objek wisata
candi tersebut dapat melihat keindahan wisata sungai Batanghari, rumah
gadang pertama Siguntur, makam raja-raja Siguntur, mesjid pertama
Siguntur dan Arca setengah badan yang dapat berfungsi sebagai objek
wisata pendukung. Potensi objek wisata pendukung dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Rumah Gadang
Gambar 9. Rumah Gadang Pertama Siguntur Dokumentasi pribadi, 10 Feb 2009
Rumah gadang pertama Siguntur terletak dekat pemukiman
Siguntur, 5 meter dari rumah penduduk.
Pada masa kejayaan kerajaan Melayupura permukiman penduduk
berada di kelompok candi Pulau Sawah, namun karena penduduk
makin bertambah penduduk mulai bermukim di Siguntur (permukiman
penduduk yang sekarang). Setelah Adityawarman pindah ke
42
Pagaruyung terjadilah pemberontakan dalam kerajaan Melayupura.
Ada seorang raja dengan nama raja Angek Garang masih keturunan
kerajaan yang bermukim di Siguntur, dia merupakan orang yang
sangat kejam siapa yang melawan akan dia bunuh. Raja Angek Garang
mengeluarkan ultimatum agar semua penduduk pindah ke Siguntur
maka semua penduduk pindah ke Siguntur meninggalkan candi. Tidak
hanya itu semua candi yang terdapat di Pulau Sawah dihancurkan
sampai rata.
b. Makam Raja-raja Siguntur
Gambar 10. Makam raja-raja Siguntur Dokumentasi Pribadi, 10 Feb 2009
Makam raja-raja Siguntur terletak sejajar dengan rumah gadang
kira-kira 30 meter dari rumah gadang kearah utara dan 10 meter dari
sungai Batanghari. Makam raja-raja Siguntur merupakan makam
dengan gaya purbakala yang unik, batu nisan yang aneh yaitu batu
yang panjang ditancapkan kebagian kepala makam, sedangkan badan
43
makam terbuat dari batu-batu sungai yang tersusun rapi sehinggga
terlihat lebih indah dan rapi.
c. Mesjid Pertama Siguntur
Gambar 11. Mesjid Pertama Siguntur Dokumentasi Pribadi, 10 Feb 2009
Di lokasi ini juga terdapat mesjid pertama Siguntur, 1 km kearah
barat dari makam raja-raja Siguntur yang sampai sekarang masih
dijaga oleh keturunan kerajaan Melayupura. Mesjid ini berdekatan
dengan rumah gadang dan makam raja-raja Siguntur.
Pada abad ke 14 M islam masuk ke Dharmasraya dan kerajaan
melayupura mengalami kehancuran, didirikanlah mesjid pertama di
Siguntur dan pertama di Dharmasraya, mesjid ini di bangun dari batu
bata atau puing-puing candi Pulau Sawah.
44
d. Arca Setengah Badan
Gambar 12. Arca Setengah Badan Dokumentasi Pribadi, 10 Feb 2009
Arca ini terbuat dari batu andesit, yang dapat di jumpai di depan
rumah gadang Siguntur, yang tersisa hanya bagian pinggang kebawa,
Arca ini berdiri di atas lapik dengan posisi kaki lurus hingga kini arca
ini belum teridentifikasi karena yang tersisa bagian bawah, sehinggga
sulit untuk menemukan atribut yang menyertainya.
e. Sungai Batanghari
Sungai Batanghari merupakan objek wisata pendukung dari
objek wisata budaya yang ada wisatawan dapat menikmati
pemandangan bahari Batanghari dengan berbagai macam aktivitas
ekonomi masyarakat mulai dari pencarian ikan, pengerukan pasir, dan
sebagai lintas transportasi.
45
Gambar 13. Objek Wisata Sungai BatanghariDokumentasi Pribadi, 5 Okt 2008
2. Sarana dan Prasarana Objek Wisata
Berdasarkan hasil penelitian dari Wesni (2007) bahwa sarana yang
mendukung untuk berkembangnya objek wisata candi Pulau Sawah masih
tergolong minim atau belum maksimal karena dari sarana itu sendiri baik
berupa akomodasi, restauran, transportasi, daya tarik wisata, atraksi
wisata, sapta pesona dan promosi belum tersedia atau terlaksana
sebagaimana mestinya, sebagai pendukung untuk berkembangnya suatu
objek wisata, hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi pada objek
wisata candi Padang Roco yang terdapat di Jorong Sungai Lansek
kenagarian Siguntur.
Sedangkan dari segi prasarana berupa jalan dan jembatan di lokasi
objek wisata candi Pulau Sawah masih kurang memadai karena untuk
mencapai situs candi Pulau Sawah tersebut harus dengan menyebrangi
sungai batanghari, namun di sini pada kenyataanya belum adanya
jembatan penghubung dari pemukiman penduduk Siguntur ke situs candi
46
Pulau Sawah masih menggunakan perahu (biduk). Berbeda dengan kondisi
pada situs Padang Roco menurut pemantauan peneliti dalam beberapa
bulan ini sudah ada kebijakan dari pemerintah dalam memperbaiki
infrastukturnya berupa jalan untuk memudahkan wisatawan menjangkau
situs Padang Roco tersebut, walaupun disini belum juga ada jembatan
penyebrangan tetapi disini tersedia penyebarangan khusus berupa ponton
yang menjadi penghubung antara masyarakat jorong Koto Tuo dengan
Masyarakat Siluluk (Sungai Lansek).
Dalam upaya pengembangan objek wisata candi Pulau Sawah dan
candi Padang Roco ini memerlukan investasi yang cukup besar dan dalam
jangka waktu yang cukup lama serta adanya kebijakan dan perencanaan
serta pelaksanaan yang jelas dari pemerintah tentang pengembangan objek
wisata tersebut.
Kepala bidang promosi pariwisata Bapak akrial mengatakan : kalau untuk transportasi penyebrangan sekarang sudah ada ponton dan rencana kedepannya akan dibangun jembatan gantung, sedangkan kalau untuk mendirikan hotel, restouran, wc, dan juga mushalah itu baru dalam perencanaan jangka panjang satu lagi cindera mata (buah tangan).
Dari pendapat di atas dijelaskan bahwa untuk pengembangan sarana
dan prasarana objek wisata dibutuhkan adanya konsultan yang pertama
yaitu adanya RIPDA (Rencana Induk Pengembangan Daerah) kemudian
juga adanya RIPOW (Rencana Induk Pengembangan Objek Wisata) disini
di gambarkan bagaimana pengembangan objek wisata tersebut akan di
kembangkan misalnya dengan memberikan gambaran letak restauran dan
penginapan tidak terlalu jauh dari tempat objek wisata agar mudah
47
dijangkau. Untuk menjalankan itu harus ada RT, RW (payung hukum) dari
sistem pemerintahan sendiri, namun sekarang RT, RW tersebut belum
lahir karena RIPDA dan RIPOW baru dalam tahap perencanaan.
3. Pengembangan Sumber Daya Wisata
Dalam rangka melakukan pengembangan suatu objek wisata yang
berperan penting adalah pemerintah dan instansi terkait serta partisipasi
dari masyarakat. Yang menjadi daya tarik wisata pada objek wisata budaya
ini adalah berupa candi yang merupakan peninggalan kerajaan Melayupura
yang mengandung nilai budaya dan sejarah tinggi, untuk itu harus
dirancang dan dikelola secara profesional sehingga dapat menarik
wisatawan untuk datang.
Kepala bidang promosi pariwisata Bapak Akrial beliau mengatakan “sekarang telah ada perhatian dari pemerintah pusat terhadap candi tersebut. Melalui Balai cagar budaya (BCB) dengan tujuan pembugaran fisik candi agar keaslian dari candi tersebut tetap terjaga. Sedangkan dari pihak Pemda Dharmasraya sendiri yaitu dengan membuat pagar disekeliling candi dan membuat atap candi serta memperbaiki jalan kesana.
Gambar 14. Wawancara dengan Kepala Bidang Promosi Pariwisata Bapak Akrial Dokumentasi Pribadi, 17 Feb 2009
48
Wawancara dengan wali nagari Siguntur, kalau dana khusus dari Pemda Dharmasraya untuk pemugaran candi belum ada karena itu merupakan dana dari suaka budaya (pusat), namun dana yang di turunkan untuk merenovasi rumah gadang dan mendirikan balai informasi kerajaan Siguntur itu memang sudah ada.
Dari hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan bahwa telah
ada pengembangan yang dilakukan baik dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Dari pemerintah pusat telah dijalankan yaitu
pemugaran fisik candi, sedangkan dari pemda Dharmasraya yaitu dengan
pembuatan pagar sekeliling candi, membuat atap candi serta memperbaiki
jalannya. Dengan adanya perhatian baik dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah menjadi peluang bagi objek wisata budaya (candi-
candi) untuk menjadi objek wisata yang potensial pada masa akan datang,
karena candi-candi tersebut mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
4. Promosi, Dana dan Modal
a. Promosi
Promosi dan publikasi adalah hal yang sangat vital dalam
kepariwisataan, wisatawan tidak akan tahu kelebihan dari suatu objek
wisata jika tidak memperoleh informasi tentang daerah objek wisata
tersebut. (Kodyat, 1996).
Wawancara dengan Kepala Bidang Promosi Pariwisata Bapak Akrial mengatakan “Kalau untuk promosi sekarang sudah dijalan dengan membawa brosur yang berisi seluruh kawasan objek wisata yang ada di Dharmasraya, namun yang menjadi daya tarik bagi wisatawan adalah candi-candi karena candi tersebut merupakan satu-satunya yang terdapat di Sumbar, kemaren ini brosur telah kami bawa ke Bali, Jakarta dan Yogyakarta. Kalau untuk promosi keluar negeri juga menggunakan brosur ini karena sudah ada transletnya ke dalam
49
bahasa inggris. Untuk promosi di Dharmasraya juga kami lakukan melalui radio ”
Berdasarkan wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa Pemda
dan Dinas terkait telah melakukan promosi baik dalam negeri maupun
luar negeri, tinggal lagi bagaimana sambutan dari masyarakat terhadap
pengunjung agar pengunjung dapat betah dan berkeinginan untuk
datang kembali. Menurut wali nagari Siguntur untuk kedepannya agar
pemerintah daerah dapat memelatih atau membimbing beberapa orang
generasi muda untuk menjadi pemandu pariwisata di Dharmasraya,
agar para wisatawan asing (manca negara) tidak merasa kesulitan.
b. Dana dan Modal
Modal merupakan hal terpenting dalam produksi suatu industri,
dengan kata lain modal merupakan faktor utama dalam pengembangan
kepariwisataan karena pariwisata juga merupakan suatu industri.
Keterbatasan dana dan modal merupakan hal utama yang
menghalangi dunia pariwisata di kabupaten Dharmasraya disebabkan
karena belum adanya alokasi dana khusus dari pemerintah setempat
dan sentuhan dari pihak swasta untuk meramaikan pengembangan
pengelolaan dan pelestarian objek wisata, namun pihak penyelenggara
sudah berusaha meminta kepada pemerintah pusat (balai cagar budaya)
agar dapat memberikan dana dan modal secepatnya agar
pengembangan objek wisata budaya candi-candi di kabupaten
Dharmasraya ini dapat cepat berkembang menjadi objek wisata yang
potensial. Tetapi pada saat sekarang ini pemerintah belum
50
menyanggupi karena RIPDA (rencana induk pengembangan daerah)
dan RIPOW (rencana induk pengembangan objek wisata) baru dalam
tahap perencanaan.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka hasil tersebut di atas akan
dibahas lebih lanjut dalam bentuk uraian.
1. Strategi Pengembangan Sumber Daya Wisata
Dalam rangka melakukan pengembangan suatu objek wisata yang
berperan penting adalah pemerintah dan instansi terkait serta partisipasi
dari masyarakat, pengembangan sumber daya wisata merupakan hal yang
terpenting karena sumber daya wisata merupakan objek atau tujuan yang
akan di lihat oleh wisatawan, untuk itu diperlukan pengembangannya
seperti halnya pada objek wisata budaya di kabupaten Dharmasraya ini.
Yang menjadi daya tarik bagi wisatawan pada objek wisata ini
adalah berupa candi yang merupakan peninggalan dari kebudayaan hindu
budha, untuk itu pemerintah dan pihak penyelenggara berusaha untuk
bekerjasama agar pemugaran dari fisik candi tersebut dapat terselesaikan
dengan cepat sehingga objek wisata ini dapat menjadi objek wisata yang
potensial yang memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi dan banyak
dikunjungi oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri dan
merupakan kebanggaan bagi kabupaten Dharmasraya.
51
Seperti penuturan dari Bapak Akrial Kepala Bidang Promosi
Pariwisata menyatakan bahwa saat ini pemerintah telah bekerja sama
dengan pemerintah pusat untuk melakukan pemugaran fisik candi melalui
balai cagar budaya (BCB), yang mana tujuannya agar keaslian dari candi
tersebut tetap terjaga sehingga nilai budaya dan sejarah tetap dapat di
pertahankan dan daya tarik dari candi tersebut tidak berkurang.
Namun dari pihak pemerintah daerah sendiri juga telah melakukan
suatu kebijakan untuk melakukan perbaikan terhadap objek wisata
pendukung seperti pemberian dana untuk perenovasian rumah gadang,
memperbaiki jalan serta pembuatan pagar sekeliling candi dan mendirikan
balai informasi kerajaan Siguntur yang tujuannya untuk memberikan
informasi atau layanan terhadap pengunjung yang datang.
2. Pengembangan Sarana dan Prasarana Objek Wisata
Yoeti (1996) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan sarana
pariwisata adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan
pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung
kehidupannya ditentukan oleh kedatangan wisatawan.
Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang mutlak di butuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan di
daerah tujuan wisata seperti : jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,
jembatan, dan lain sebagainya.
52
a. Prasarana Pariwisata
Berdasarkan penuturan dari wali nagari Siguntur bahwa lokasi
objek wisata candi Pulau Sawah dan candi Padang Roco saat ini agak
sulit untuk di jangkau dikarenakan letaknya berada disebrang sungai
Batanghari.
Untuk itu diperlukan pengembangan terhadap prasarananya
seperti perbaikan jalan, membuat jalan pintas, atau jembatan
penyebrangan sehingga mempermudah untuk menjangkaunya. Dan
pemerintah sendiri juga sudah mengupayakan bagaimana agar
prasarana tersebut cepat terealisasi, walaupun masih dalam
pelaksanaan jangka pendek namun perhatian dari pemda sudah ada
berupa jalan.
b. Sarana Akomodasi
Berdasarkan pengamatan peneliti kelapangan dapat di lihat
bahwa sarana akomodasi baik itu berupa restauran belum di bangun di
kawasan objek wisata candi Pulau Sawah maupun candi Padang Roco,
restauran atau kedai hanya terdapat di pemukiman penduduk Siguntur
yang letaknya tidak jauh dari objek wisata pendukung.
Akomodasi dalam arti sempit adalah hotel dan penginapan jadi
dapat disimpulkan akomodasi adalah penyediaan jasa dalam bentuk
hotel dan penginapan serta menyajikan fasilitas lainya yang bertujuan
komersil.
53
Menurut Bapak Akrial untuk melakukan pengembangan sarana
dan prasarana wisata di kabupaten Dharmasraya terlebih dahulu
dibutuhkannya konsultan yang akan merancang bagaimana
pengembangan itu di gambarkan sesuai dengan kondisi objek wisata
yang ada.
c. Cindera Mata
Di lokasi objek candi Pulau Sawah dan candi Padang Roco
belum ada cindera mata sehingga pengunjung yang datang tidak bisa
membawa oleh-oleh ketempat asal berupa cindera mata yang khas
kerajinan Dharmasraya. A Yoeti (1996) mengemukakan bahwa
kenangan yang dapat di bawa pengunjung selama di kawasan objek
wisata dapat menarik wisatawan untuk kembali mengunjungi objek
wisata tersebut.
Menurut pemantauan penulis selama di lapangan bahwa
masyarakat Siguntur tidak ada yang membuat kerajinan, pada
umumnya masyarakat Siguntur hidupnya adalah dengan bertani.
3. Pengembangan Promosi Dunia Pariwisata
Promosi wisata merupakan suatu kegiatan yang intensif dalam
waktu yang relatif singkat dan merupakan usaha untuk memperbesar daya
tarik produk terhadap calon konsumen. (R.G Soekadijo :241) menjelaskan
promotion (promosi) adalah salah satu kegiatan dalam dunia marketing.
Usaha promosi dalam penyajian produk wisata yang menarik merupakan
kunci penanaman kesan yang baik kepada setiap calon wisatawan yang
54
datang berkunjung, lebih lanjut akan menimbulkan minat keinginan yang
mendorong para wisatawan untuk datang berkunjung kedaerah tujuan
wisata yang dipromosikan. Pendapat ini diperjelas oleh Rahmadi (1987)
kutipan Al Ansori bahwa suatu perencanaan yang matang terhadap daerah
pasaran wisata dan strategi pemasaran yang diambil sangat menentukan
berhasil atau tidaknya kegiatan promosi.
Dalam pengembangan objek wisata candi Pulau Sawah dan candi
Padang Roco memerlukan investasi yang cukup besar dan dalam jangka
waktu yang cukup lama, oleh karena itu diperlukan keterlibatan berbagai
pihak untuk dapat berpartisipasi dalam pengembangan objek terutama
pihak pemerintah
Promosi sangat penting dalam dunia pariwisata, sebuah objek
wisata akan dikenal oleh wisatawan jika adanya promosi sehingga
wisatawan mengetahui kelebihan dari objek wisata candi Pulau Sawah dan
candi Padang Roco dan berminat untuk melakukan perjalanan wisata.
Pengembangan promosi sekarang telah di jalankan oleh pemerintah
seperti pembuatan brosur,VCD, buku pariwisata dan seminar, dan
diharapkan pemasaran ini di tingkatkan lagi secara terencana, terarah,
tepadu dan efektif
4. Pengembangan Sosialisasi Masyarakat Sadar Wisata
Dalam perkembangan sebuah kawasan wisata di tentukan oleh
prilaku masyarakat, dengan adanya prilaku positif akan berdampak positif
pada dunia pariwisata umumnya dan objek wisata budaya yang ada di
55
kabupaten Dharmasraya khususnya, namun pada kenyataannya dapat
terlihat bahwa minat dari masyarakat untuk mengembangkan objek wisata
yang ada masih kurang di sebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat
terhadap dunia pariwisata. Masyarakat beranggapan tidak ada keuntungan
bagi mereka walaupun banyak wisatawan yang datang untuk berkunjung
kesana.
Masyarakat juga kurang kesadaran akan sapta pesona yang
merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan kepariwisataan. Jika
pada daerah tujuan wisata (DTW) sapta pesona telah terlaksana dengan
baik maka pengunjung akan merasa aman, nyaman, dan betah selama
perjalanan di kawasan objek wisata.
Sapta pesona merupakan hal yang penting dalam perkembangan
pariwisata, sapta pesona mengandung 7 unsur yang menentukan citra baik
pariwisata Indonesia yaitu : (1) aman, (2) tertib, (3) bersih, (4) sejuk, (5)
indah, (6) ramah tamah, (7) kenang-kenangan.
Wawancara dengan masyarakat Siguntur “Saketek-saketek awak lai tau tantang candi Pulau Sawah ko nyo lai banyak nampak dek awak urang pai kasitu nyo, anak-anak sakolah pai penelitian keceknyo”(sedikit-sedikit saya tahu tentang candi Pulau Sawah itu, saya lihat banyak orang yang datang berkunjung kesitu, terutama anak sekolah yang katanya untuk penelitian).
Wawancara dengan masyarakat Siluluk “Yang pai bakunjuang ka candi Padang Roco ko banyak, anak-anak sakolah rami-rami pai jalan-jalan keceknyo, tu adolo yang bahonda muda-mudi keceknyo nyo pai ka candi tu bantuak apo bana candi tu”(yang berkunjung ke candi Padang Roco ini banyak apalagi anak sekolah katanya pergi jalan-jalan kemudian ada juga muda-mudi yang pakai motor untuk melihat candi tersebut).
56
Berdasarkan wawancara di atas maka terlihatlah bahwa partisipasi
dan kesadaran masyarakat terhadap dunia pariwisata sudah ada namun
masih kurang, sudah seharusnya pemerintah melalui instansi terkait
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat, salah satunya
adalah dengan binaan masyarakat sadar wisata. Seperti yang di tuturkan
oleh wali nagari Siguntur agar melatih dan membimbing genersi muda
untuk menjadikan mereka orang yang memiliki jiwa sadar terhadap dunia
wisata.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana
yang telah di kemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Dharmasraya memiliki objek wisata budaya berupa candi yang merupakan
peninggalan kerajaan Melayupura yang memiliki budaya dan sejarah,
kisah kerajaan masih ada sekarang yang dijaga oleh keturunan kerajaan
Melayupura, namun belum dikembangkan sebagaimana mestinya oleh
pemerintah dan masyarakat setempat untuk itu perlu mendapat perhatian
dari pemerintah daerah dan semua lapisan masyarakat.
2. Sarana dan prasarana yang ada di masing-masing objek wisata belum
lengkap dan sempurna sehingga menyulitkan wisatwan untuk melakukan
wisata.
3. Promosi daya tarik wisata objek wisata masih terbatas.
4. Akomodasi atau fasilitas penunjang masih kurang atau terbatas.
58
59
B. Saran
Dari hasil penelitian di atas, maka penulis memberikan saran serta
masukan agar pengembangan objek wisata budaya (candi) berjalan dengan
maksimal dan memberikan manfaat :
1. Penulis menyarankan kepada pemerintah daerah terutama Dinas
Perhubungan dan Pariwisata untuk mempercepat melaksanakan
pengembangan objek wisata budaya (candi) yang telah terencana.
2. Pembugaran fisik candi dipercepat agar puing-puing candi yang masih ada
tidak habis oleh pengaruh iklim dan jasad renik.
3. Membenahi setiap infrastruktur yang akan menunjang kemampuan objek
wisata budaya (candi) sebagai objek wisata yang potensial.
4. Melakukan promosi dengan memperbanyak pembuatan brosur, VCD, film,
seminar, majalah pariwisata dengan harapan kelebihan dari objek wisata
budaya (candi) tersebut dikenal oleh wisatawan, masyarakat dan investor.
5. Mensosialisasikan seluas mungkin kepada masyarakat tentang dunia
wisata sehingga lahirlah masyarakat sadar wisata.
59
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Anwar, Revi (1998). Pengembangan Pariwisata Berwawasan Lingkungan Pada Objek Wisata Pantai Cerocok Painan Pessel. UNP Padang.
A. Yoeti, Oka (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa
Al Ansori.M (2004). Faktor penghambat Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata dan Usaha Penanggulangannya di Kecamatan Tilantang Kamang Kabupaten Agam. UNP Padang.
Bakaruddin (2008). Perkembangan dan Permasalahan Kepariwistaan. Padang. UNP Press.
Lestiza, Betty (2008). Inventarisasi Potensi Objek Wisata di Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. UNP Padang
Dharmasraya Dalam Angka 2007. BAPPEDA dan BPS Kabupaten Dharmasraya. 2007
Gusrina, Dewi (1998). Perkembangan Kepariwisataan Pada Objek Wisata Lembah Harau Kab. Lima Puluh Kota. UNP Padang.
Juliana, (2002). Upaya Pemulihan Hutan Wisata Lawe Gurah Kec. Ketambe Kab. Aceh Tenggara NAD. UNP Padang.
Kodhyat, H (1996). Sejarah Pariwisata dan Perkembangan di Indonesia. Jakarta : Penerbit Gramedia Grasindo.
Kosasih (1987). Diperlukannya Pengolongan Pariwisata diseluruh Tanah Air. Jakarta : Harian Terbit
Maisiswarti, Wilda (2002). Faktor-faktor yang Menyebabkan Tidak Berkembangnya Objek Wisata Lubuk Bonta Kec 2 X 11 Enam Lingkung Kab. Padang Pariaman. UNP Padang.
Moekijat (1990). Kamus Manajemen. Bandung : CV Mandar Maju
Moeleong, Lexy (1997). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Soekadijo (1997). Anatomi Pariwisata. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
60
Sugiyono (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfa Beta
Wardiyanta (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta. Penerbit C.V Andi Offset.
Wjs, Poerwadarminta (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta : Balai Pustaka
WWW. Kerajaan Siguntur. Blogspot.Com
61
INSTRUMEN PENELITIAN
JUDUL : UPAYA PENGEMBANGAN OBJEK WISATA BUDAYA DI
KABUPATEN DHARMASRAYA.
1. Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Sebelumnya saya mendoakan semoga Bapak / Ibu berada dalam
keadaan sehat walafi’at dan selalu dilindungi oleh Allah SWT, sehingga
Bapak/Ibu/Sdr dapat bermurah hati memberikan informasi dengan suka
rela dan penuh kejujuran serta keadilan. Daftar pertanyaan ini saya susun
semata-mata untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan skripsi atau tugas akhir dari pendidikan yang sedang saya
ikuti di jurusan Geogarafi FIS UNP.
Sehingga data yang Bapak/Ibu/Sdr berikan tidak akan
menimbulkan masalah di kemudian hari, oleh sebab itu saya berharap
sekalii kepada Bapak/Ibu/Sdr untuk dapat memberikan informasi melalui
daftar pertanyaan ini dengan sejujurnya.
11. Identitas Responden
Nama :
Pekerjaan :
Alamat :
111. Petunjuk Pengisian Wawancara
.1. Berikanlah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan ringkas.
62
PANDUAN WAWANCARA
A. Pemerintah atau Dinas Perhubungan dan Pariwisata Dharmasraya
1. Bagaimana pendapat Bapak tentang adanya objek wisata budaya di
kabupaten Dharmasraya ini?
2. Adakah rencana dari pemerintah untuk melakukan pemugaran candi agar
lebih menarik untuk di kunjungi?
3. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana saat ini di kawasan objek
wisata ini?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya pengembangan
objek wisata ini?
5. Apakah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempromosikan kawasan
objek wisata ini pada masyarakat luar baik dalam negeri maupun luar
negeri?
6. Sejauh ini sudah adakah dana khusus dari pemerintah untuk
mengembangkan objek wisata budaya ini?
7. Bagaimana upaya yang dilakukan pemerintah unntuk mengembangkan
objek wisata ini kedepan?
B. Pihak Penyelenggara atau Wali Nagari
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terhambatnya pengembangan
objek wisata ini?
2. Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana wisata di kawasan objek
wisata ini?
3. Bagaimana kondisi fisik dan sosial objek wisata ini?
4. Bagaimana sapta pesona di daerah objek wisata tersebut?
5. Bagaimana seharusnya pengelolaan objek wisata ini agar dapat menarik
wisatawan sebanyak mungkin?
6. Apa peranan dari Bapak sebagai pihak penyelenggara dalam
pengembangan objek wisata ini?
7. Sudah sejauh mana bantuan pemerintah terhadap objek wisata ini?
63
C. Masyarakat Sekitar Objek Wisata
1. Apakah Bapak/ibu/saudara ikut memberikan bantuan untuk pengadaan
sarana dan prasarana objek wisata di daerah ini?
2. Menurut Bapak/ibu/saudara faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
terhambatnya pengembangan objek wisata ini?
3. Apakah Bapak/ibu/saudara ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pengembangan objek wisata di daerah ini?
4. Bagaimana saran dari Bapak/ibu/saudara untuk pengembangan objek
wisata ini di masa yang akan datang?
5. Sejauh ini menurut pemantaun Bapak/ibu/saudara berapa banyak
pengunjung yang datang ke objek wisata ini setiap bulanya?
6. Apakah ada keuntungan bagi masyarakat dengan adanya objek wisata ini?
D. Pengunjung / Wisatawan
1. Bagaimana pendapat Bapak/ibu/saudara tentang objek wisata ini?
2. Apa yang menjadi daya tarik bagi Bapak/ibu/saudara untuk mengunjungi
objek wisata ini?
3. Menurut Bapak/ibu/saudara bagaimana pemeliharaan objek wisata ini?
4. Bagaimana sapta pesona yang Bapak/ibu/saudara rasakan di tempat objek
wisata ini?
5. Apakah Bapak/ibu/saudara berkeinginan untuk datang lagi ke kawasan
objek wisata ini? Ya/Tidak Jelaskan
6. Apakah saran Bapak/ibu/saudara untuk pengembangan objek wisata ini
dimasa yang akan datang?
E. Keturunan Raja
1. Bagaimana sejarah dari objek wisata budaya ini?
2. Sudah berapa lama objek wisata ini di temukan oleh masyarakat?
3. Menurut Bapak/ibu sejauh ini apa kendala yang di temui sehingga objek
wisata ini belum berkembang dengan baik?
4. Apakah ada upaya tertentu yang akan dilakukan oleh Bapak/ibu sebagai
seorang keturunan raja untuk pengembangn objek wisata ini kedepannya?
64
Lampiran. 1 Display Data Temuan Penelitian
65
Lampiran 1. DISPLAY DATA TEMUAN PENELITIAN
Tabel 3.1 Identitas Subjek Penelitian
No. Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Keterangan
1. Drs. Akrial 53 th Laki-laki PNS Kepala Bidang Promosi Pariwisata
2. Desi 25 th Perempuan Wiraswasta Pegawai
3. Indra Gunawan Dt.B.M 45 th Laki-laki Wiraswasta Wali Nagari Siguntur
4. Bactiar 51 th Laki-laki Wiraswasta Kepala Jorong Sungai Lansek
5. Acik Suryana 70 th Perempuan Ibu Rumah Tangga Keturunan Raja Siguntur
6. Sutan 29 th Laki-laki Wiraswasta Masyarakat Siguntur
7. Fahmi 25 th Laki-laki Wiraswasta Masyarakat Siguntur
8. Aziz 27 th Laki-laki Wiraswasta Masyarakat Sungai Lansek
9. Darwis 40 th Laki-laki Tani Masyarakat Sungai Lansek
10. Alhamra 24 th Laki-laki Mahasiswa Pengunjung
11. Alwi 24 th Laki-laki Mahasiswa Pengunjung
12. Mulianda 22 th Perempuan Mahasiswa Pengunjung
13. Nur Azizah 34 th Perempuan PNS Pengunjung
14. Rahma Yulita 17 th Perempuan Siswa Pengunjung
15. Suci 15 th Perempuan Siswa Pengunjung
Tabel 3.2 Peranan Pemerintah, Masyarakat dan Pihak Penyelenggara terhadap Pengembangan Objek Wisata Budaya
Subjek Instrumen Tanggapan
1. Kepala Bidang
Promosi Pariwisata
1. Faktor penyebab terhambatnya
pengembangan objek wisata budaya
1.1 Payung hukum dari sistem pemerintahan belum ada yang
menangani sepenuhnya tentang objek wisata budaya
secara keseluruhan, tetapi itu baru dalam tahap perenanaan
jangka panjang yang di rancang oleh konsultan untuk
melahirkan RIPDA dan RIPOW, di tambah lagi belum
adanya dana khusus dari pemda untuk pengembangan
sumber daya wisata seperti pemugaran fisik candi.
1.2 Keterbatasan sarana dan prasarana sebagai pendukung dari
objek wisata masih kurang karena untuk mencapai lokasi
objek wisata di butuhkan transportasi yang lancar, serta
dilkasi objek wisata harus didukung adanya penyediaan
fasilitas yang cukup seperti adanya restauran, wc, dan
penginapan namun itu belum terlaksana sehingga
pengembangan dari objek wisata Pulau Sawah dan Padang
Roco ini masih dalam tahap perencanaan.
67
2. Alhamra
(Pengunjung))
3. Alwi (Pengunjung)
1.3 Kurangnya pengetahuan masyarakat akan dunia pariwisata,
sehingga menimbulkan sikap yang acuh tak acuh terhadap
pengunjung, dan kenyamanan bagi wisatawan akan
berkurang sehingga keinginan untuk berkunjung kembali
bagi wisatawan tidak ada.
1.4 Kurangnya promosi yang dilakukan oleh pihak
penyelenggara sehingga wisatawan tidak mengetahui
kelebihan dari objek wisata candi Pulau Sawah dan candi
Padang Roco
1. Kepala Bidang
Promosi
Pariwisata
2. Wali Nagari
Siguntur
2. Upaya yang dilakukan dalam
pengembangan objek wisata budaya
2.1 Pengembangan sumber daya wisata, pengadaan dan
peningkatan sarana dan prasarana, penngembangan
promosi serta melakukan pengembangan sosialisasi
masyarakat sadar wisata.
2.2 Dengan mengenbangkkan objek wisata pendukung seperti
menbuat pacu jalur, pentas seni di sekitar lokasi objek
wisata agar wisatawa lebih menarik serta bekerja sama
68
3. Acik Suryana
dengan biro-biro travel dan mempromosikan lewat
kalender tahunan atau memasukan lokasi objek wisata
kedalam kawasan objek wisata yang ada di Sumatera
Barat.
2.3 Dengan membudayakan kembali nilai-nilai sejarah yang
masih tersimpan, membukukan sejarah kerajaan
Melayupura,mengebangkan atraksi wisata.
1. Nur Azizah
2. Mulianda
3. Apa yang menjadi daya tarik bagi
Bapak/Ibu Sdr untuk mengunjungi
objek wisata ini
3.1 Yaitu nilai sejarah yang ada pada candi tersebut, juga yang
menjadi daya tariknya dari segi struktur dimana candi
tersebut bukan terbuat dari semen seperti yang sekarang
ini tapi konon kabarnya pelekat dari candi tersebut adalah
terbuat dari putih telur yang menjadikan candi tersebut
berdiri kokoh dan tidak mudah roboh.
3.2 Candi, dengan melihat candi tersebut kita dapat melihat
bukti bahwa di Dharmasraya itu dulunya merupakan suatu
kerajaan, selain dari itu yang menjadi daya tarik bagi saya
yaitu dengan melihat adanya Rumah Gadang, Arca dan
69
3. Suci
4. Alhamra
pemandangan Alam yang berada di sepanjang perjalanan
menuju candi tersebut.
3.3 Candi-candi, dimana candi tersebut dapat menimbulkan
keinginan kita untuk mengetahui sejarahnya.
3.4 Candi, selain dari candi tersebut yang menjadi daya tarik
kalau bagi saya lebih tertarik lagi dengan keindahan
sungai Batang Hari yang luas yang dapat menghilangkan
rasa jenuh dengan melihat pemandangan dan berbagai
aktivitas masyarakat setempat di sepanjang sungai selama
menyebrangi sungai Batang Hari tersebut.
70
top related