isi makalah
Post on 30-Jun-2015
657 Views
Preview:
TRANSCRIPT
P a g e | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kedudukan hukum perbankan merupakan salah satu komponen dalam ius
constitutum yang ada di Indonesia. Keberadaannya dirasakan sangat diperlukan
karena objek daripada hukum perbankan yaitu bank serta instrumen-instrumen lain
yang terkait, merupakan obyek yang dinamis dan senantiasa memerlukan penyesuaian
hukum. Oleh karena itu diperlukan pembaharuan hukum berkala yang mampu
memberikan pemahaman terhadap kemajuan dan penemuan-penemuan yang baru di
dalam dunia perbankan.
Namun sesuai dengan sifat hukum yang selalu tertinggal dengan dinamika
masyarakat, hukum perbankan juga seringkali belum mampu mengakomodir semua
praktik perbankan yang terjadi. Sedangkan pada hukum berlaku asas bahwa hakim
tidak boleh menolak perkara. Begitu pula dengan hukum perbankan. Sehingga,
minimal sebagai seorang sarjana hukum, nantinya mahasiswa fakultas hukum
diharapkan menguasai konsepsi dasar mengenai perbankan dan hukum perbankan.
1.2 Topik Bahasan
Adapun topik bahasan pada makalah ini adalah mengenai Perbankan dan
Hubungannya dengan Sistem Keuangan, serta Sistem Perbankan di Indonesia. Dalam
makalah ini, penulis akan memaparkan serta menjelaskan ketiga topik bahasan di atas
kedalam sub-bagian yang memiliki keterkaitan. Diantaranya adalah pengertian
keuangan, sistem keuangan, lembaga keuangan, klasifikasi lembaga keuangan,
hubungan antara lembaga keuangan, hingga mencakup ke dalam Bank Indonesia
sebagai salah satu instrumen sentral dalam sistem perbankan di Indonesia. Ketiga
topik diatas dipilih berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dalam perkuliahan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini memiliki fungsi ganda, yaitu:
P a g e | 2
Bagi Penulis, dapat memberikan pemahaman, pedoman serta batasan yang
jelas dalam melakukan tugas presentasi Hukum Perbankan sesi pertama.
Sehingga pembelajaran dapat dilakukan maksimal dan diskusi yang dilakukan
memiliki garis-garis fokus yang jelas.
Bagi Pembaca, dapat memberikan pemahan, informasi mengenai konsepsi
awal serta dasar-dasar Perbankan, Hukum Perbankan serta Sistem Perbankan
di Indonesia.
P a g e | 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keuangan, Sistem Keuangan dan Lembaga Keuangan
Keuangan sendiri memiliki beberapa penafsiran, tergantung dari segi mana ia
dipandang. Dari segi keuangan sebagai ilmu, keuangan diambil dari kata finance
(bahasa inggris), yang artinya adalah mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan
organisasi meningkatkan, mengalokasi dan menggunakan sumberdaya moneter
sejalan dengan waktu dan juga menghitung risiko dalam menjalankan proyek mereka.
Pengertian kedua mengarahkan pada penafsiran harfiah, yaitu semua yang bernilai
sebagai uang (surat berharga, piutang, tabungan, dll). Sedangkan penafsiran terakhir,
keuangan dimaknai sebagai segala sesuatu yang berurusan mengenai uang (termasuk
kurs mata uang, kredit, pembukuan, dll).
Sistem Keuangan. Sesuai dengan frase pembentuknya, sistem keuangan berarti
sebuah rangkaian/kesatuan dari beberapa komponen atau subsistem yang mana antara
satu sama lain salang terkait, saling berhubungan dan melengkapi dalam hal
keuangan. Yang termasuk dalam komponen sistem ini adalah peraturan keuangan,
teknik/cara-cara surat berharga diperdagangkan, dan lembaga keuangan yang mana
bank adalah salah satu komponen dalam subsistem lembaga keuangan.
Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam
bentuk aset keunagan atau tagihan (claims) dibandingkan aset non-financial atau aset
riil. Lembaga keuangan memberikan kredit kepada nasabah dan menanamkan
dananya dalam surat-surat berharga. Di samping itu, lembaga keuangan juga
menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain menawarkan berbagai jenis skema
tabungan, proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan
mekanisme transfer dana. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan
dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa keuangan.
P a g e | 4
2.2 Klasifikasi Lembaga Keuangan
Secara umum, lembaga keuangan dibagi menjadi 2 kelompok. Yaitu, lembaga
keuangan bank (depository financial institution) dan lembaga keuangan bukan bank
(non-depository financial institution). Lembaga keuangan sendiri memiliki kedudukan
sebagai lembaga intermediasi. Intermediasi keuangan adalah proses pembelian dana
dari unit surplus (penabung) untuk selanjutnya disalurkan kembali kepada unit defisit
(peminjam), yang bisa terdiri dari unit usaha, pemerintah dan juga rumah
tangga.Dengan kata lain, intermediasi keuangan merupakan kegiatan
pengalihan/penyaluran dana dari penabung (yang memiliki kelebihan dana) kepada
peminjam (yang kekurangan dana), yang dilakukan oleh lembaga keuangan sebagai
mediator. Proses intermediasi dapat dilakukan oleh lembaga keuangan dengan cara
membeli sekuritas primer (sahamm, obligasi, perjanjian kredit, dsb) yang diterbitkan
oleh unit defisit, dan dalam waktu yang sama, lembaga keuangan mengeluarkan
sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito berjangka, polis asuransi, dsb) kepada
penabung atau unit surplus.
A. Lembaga Keuangan Bank (Depository)
Lembaga ini menjalankan kegiatan penghimpun dana secara langsung dari
masyarakat dalam bentuk simpanan (giro, tabungan atau simpanan berjangka),
menerbitkan SD, dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran
(transfer, kliring, dsb). Yang termasuk dalam kategori ini adalah Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Yang mana tugas utamanya adalah menarik uang
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali melalui pinjaman.
B. Lembaga Keuangan Bukan Bank (Non-Depository)
Lembaga keuangan yang masuk ke dalam kelompok ini ialah semua lembaga
keuangan yang kegiatan usahanya tidak melakukan penarikan secara langsung
sebagaimana halnya dilakukan oleh lembaga depositori. Di beberapa negara,
lembaga keuangan jenis ini ssering juga disebut non-financial institutions (NBFI).
Lembaga keuangan jenis ini kemudian dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
P a g e | 5
1. Contractual Institutions (Kontraktuil)
Adalah suatu lembaga keuangan yang menarik dana dari masyarakat dengan
menawarkan suatu kontrak untuk memproteksi penabung terhadap suatu
resiko ketidakpastian. Misalnya : polis asuransi oleh perusahaan asuransi dan
program pensiun oleh perusahaan dana pensiun.
2. Investment Institutions (Investasi)
Adalah lembaga keuangan yang usahanya sangat terkait dengan kegiatan di
pasar modal, baik sebagai penyedia jasa-jasa dalam transaksi di pasar modal
maupun melakukan investasi langsung. Yang termasuk jenis lembaga ini
antara lain: perusahaan efek (underwriting, perantara/broker, dealer, dan
investment management) dan investment company (perusahaan investasi).
3. Finance Companies
Adalah lembaga keuangan yang memiliki bidang usaha dan menyediakan
beberapa jenis pembiayaan. Antara lain, sewaguna (leasing), anjak piutang
(factoring), pembiayaan konsumen dan kartu kredit.
4. Lembaga Keuangan Non Depositori Lainnya, salah satu contohnya adalah
pegadaian.
2.3 Hubungan Antara Lembaga Keuangan
Antara Lembaga Keuangan Bank dan Bukan bank memiliki hubungan
komplamenter, yakni saling melengkapi dan keterikatan. Komplamenter dalam hal
pelayanan kepada masyarakat, yakni dalam hal ketersediaan produk-produk yang
berkaitan dengan pelayanan keuangan.
Sedangkan di lain pihak juga memiliki keterkaitan, karena ada kalanya
lembaga keuangan non-bank menjadi nasabah dari lembaga keuangan (misalnya
dalam hal perkreditan). Namun keduanya bukan merupakan suatu kesatuan, dan tidak
bisa apabila lembaga keuangan bank menjalankan usaha-usaha non-bank ataupun
sebaliknya kecuali melalui prosedur yang ditetapkan oleh undang-undang.
2.4 Peranan Lembaga Keuangan Khususnya Perbankan dalam Bidang Pembangunan
Menurut Yeager dan Seitz (1989), pada dasarnya lembaga keuangan memiliki
4 (empat) peran. Empat peran tersebut antara lain:
P a g e | 6
a) Transmutasi Aset (asset transmutation)
b) Likuiditas (liquidity)
c) Realokasi Pendapatan (income reallocation)
d) Transaksi Keuangan (finance transaction)1
Dalam perkembangannya, lembaga keuangan memperluas fungsi dan
kedudukannya dalam tataran perekonomian di Indonesia, khususnya dalam bidang
pembangunan. Terutama pada Lembaga Keuangan Bank (Depositori). Dalam hal ini,
bank memiliki sifat intermediasi, yaitu sebagai penyalur uang dari unit surplus ke unit
defisit. Bank mampu memfasilitasi unit defisit untuk mengembangkan usahanya
berupa pinjaman (kredit) berjangka, sehingga membantu percepatan pembangunan.
Hal-hal seperti ini seringkali dilakukan oleh Lembaga-lembaga keuangan di daerah
untuk memenuhi kebutuhan modal pembangunan. Dana yang ditarikpun dari
masyarakat lokal, sehingga akan jauh lebih murah dibanding dengan pinjaman luar
negeri.
2.5 Pengertian Bank dan Perbankan
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat ke dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian ini mencakup 2 (dua) aspek utama, yaitu:
a) Badan Usaha Bank (corporate company)
b) Kegiatan Usaha Bank (business activities)
Sebagai lembaga yang menjalankan usaha di bidang jasa keuangan, Bank
bukanlah sembarang Badan Usaha, melaimkan yang secara hukum memiliki status
yang kuat dengan kekayaannya sendiri yang mampu melayani kebutuhan masyarakat,
karena itu dipercaya oleh masyarakat. Dapat dipahami pula kalau Bank memilki 3
(tiga) bentuk kegiatan, yaitu; menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan
jasa keuangan.1 Yeager, Fred C., Neil E. Seitz, 1989. Financial Institution Management Third Edition. Pretince Hall, New york dalam Prof.Abdulkadir Muhammad, S.H. dan Rilda Murniati, S.H., M.Hum. Segi HukuYeager m Lembaga Keuangan dan Pembiayaan. Bandung. Citra Aditya Bakti, 2004.
P a g e | 7
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup
pula kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
usahanya. Pengertian ini merupakan bunyi dari pasal 1 (1) UU No.10 Tahun 1998).
2.6 Sejarah Perbankan Indonesia
Perkembangan perbankan di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan
Hindia Belanda. Pada masa itu, Belanda mendirikan De Javanesche Bank di Batavia
pada tanggal 24 Januari 1828. Kemudian, dibuat menyusul Nederlandsche Indische
Escompto Maatschappij (NV) pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli
pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat
beberapa bank lainnya yang memegang peranan penting dalam pemerintahan Hindia
Belanda. Bank-bank tersebut antara lain:
a) De Post Poar Bank
b) Hulpen Spaar Bank
c) De Algemenevolks Crediet Bank
d) Nederland Handles Bank (NHB)
e) De Escompto Bank (NV)
f) Nederlandsche Indische Handels Bank
Selain itu, juga terdapat pula bank-bank lokal milik orang Indonesia dan
orang-orang asing non-Eropa. Antara lain; Bank Nasional Indonesia, Bank Abuan
Saudagar, The Yokohama Species Bank, The Chartered Bank of India, Australia and
China, Hongkong & Shanghai Banking Coorporation, NV Bank Boemi, The Matsui
Bank, The Bank of China, Batavia Bank.
Periode perbankan zaman kolonial berubah setelah kemerdekaan. Melalui
nasionalisasi beberapa Bank Asing di Indonesia, perbankan di Indonesia semakin
mengalami perkembangan. Bank-bank yang ada dalam periode ini antara lain Bank
Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946 (awalnya merupakan De
Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko), Bank Indonesia di Palembang
P a g e | 8
Tahun 1946, Bank Negara Indonesia tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal
dengan BNI’46. Hingga saat ini masih terus berkembang dan memunculkan pula
Bank berjenis Syariah.
Pengaturan hukum mengenai perbankan pun, mengalami perkembangan
setelah kemerdekaan. Pada awalnya pengaturan perbankan dimuat dalam UU No.14
Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan yang mendefinisikan bank sebagai
lembaga keuangan yang usaha utamanya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa
dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Kemudian pengertian ini diperluas
pada UU No. 7 Tahun 1992, yang mengatakan bahwa bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Pengertian ini
juga masih dirasakan kurang, karena pada kenyataannya produk-produk perbankan
memiliki variasi dan selalu berkembang. Sehingga definisi termutakhir tentang bank
terdapat dalam UU No. 10 Tahun 1998, yang mana Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan menghapus pokok-pokok perbankan
yang diatur dalam UU No.14 Tahun 1992. Yang mana undang-undang tersebut
mengatur pagu kredit dan tingkat suku bunga diatur Bank Indonesia, kredit wajib
dengan jaminan kolateral dan adanya kemudahan mendirikan Bank. UU ini terdiri
dari 60 pasal yang dibagi kedalam 10 Bab yang substansi nya adalah mengenai dual
banking system, membagi bank kedalam 2 jenis (umum dan BPR), dan mengubah ke
dalam collateral oriented.
UU No.10 Tahun 1998 kemudian menegaskan kembali persoalan kemandirian
Bank Indonesia, membentuk badan khusus sebagai pelaksana program penyehatan
Bank, mengubah cakupan rahasia Bank, menyesuaikan antara pendirian dan
kepemilikan bank (menghapus bank campuran), dan memudahkan pelaksanaan
prinsip syariah dalam kegiatan usaha Bank (dual system bank)
2.7 Azas, Fungsi dan Tujuan
P a g e | 9
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi itu sendiri
dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan asas yang digunakan dalam perbankan, maka tujuan perbankan
Indonesia adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah:
a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas mengamankan
uang tabungan dan deposito berjangka serta simpanan dalam rekening koran atau giro.
Fungsi tersebut merupakan fungsi utama bank.
b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit Bank memberikan kredit bagi
masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.
2.8 Jenis Bank
a) Bank Indonesia
Status Bank Indonesia diatur dalam Pasal 4 UU Nomor 23 Tahun 1999,
menurut UU ini Bank Indonesia memiliki 3 macam status yaitu:
Bank Sentral
Adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk
mengelluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta
menjalankan fungsi lender of the last resort.
Lembaga Negara Independen
P a g e | 10
Bank Indonesia bertugas dilluar pemerintahan dan lembaga lain
sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Bank Indonesia.
Dalam pelaksanaan tugasnya Bank Indonesia menyampaikan laporan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, laporan keuangan bank
Indonesia diperiksa oleh BPK. Hasilnya akan disampaikan kepada
DPR.
Badan Hukum Publik
Bank Indonesia memiliki wewenang untuk mengelola kekayaan sendiri
yang terlepas dari anggaran dan belanja negara dan berwenang untuk
menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas
kewenangannya.
Modal Bank Indonesia diatur dalam pasal 6 UU No.23 Tahun 1999.
Dalam undang-undang tersebut modal bank Indonesa sekurang-kurangnya 2
Trilliun. Dan bertujuan untuk memelihara kestabilan nilai rupiah. Pimpinan
Bank Indonesia terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur,
sekurang-kurangnya 4 (empat) orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
Deputi Gubernur.
b) Bank Umum
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Pasal 1 ayat (3) UU No.10
Tahun 1998). Dalam menjalankan usahanya di bidang perbankan, Bank
Umum menerapkan 2 cara, yaitu:
Konvensional, artinya menjalankan dengan cara yang lazim digunakan
dan memperoleh keuntungan berupa bunga.
Syariah, artinya menjalankan perbankan berdasarkan ketentuan hukum
Islam dan keuntungannya bukan berupa bunga.
Bank Umum dapat berbentuk Perseroan Terbatas, Koperasi atau
Perusahaan Daerah, sesuai dengan UU No.10 Tahun 2008 pasal 21 ayat (1).
P a g e | 11
Sedangkan modalnya sekurang-kurangnya adalah 3 triliun rupiah. Untuk
mendirikannya Bank Umum harus mendapatkan izin dari Bank Indonesia, kecuali
kegiatan menghimpun dana nya diatur oleh Undang-Undang.
c) Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.Pengertian ini meliputi tidak
menerima simpanan berupa giro yang tunduk pada lalu lintas pembayaran, baik
secara tunai maupun dengan surat berharga, atau pemindahbukuan. Modal BPR
adalah 50 juta.
d) Bank Prinsip Syariah
Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
Bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, dan atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Adapun
prinsip-prinsip Bank Syariah antara lain:
Prinsip Bagi Hasil (Mudharabah)
Bank membiayai sepenuhnya usaha yang dikelola oleh pengusaha,
dan pengusaha tersebut setuju usahanya dibiayai dan hasilnya
dibagi sesuai dengan perjanjian.
Prinsip Penyertaan Modal (Musharakah)
Bank bekerja sama dengan nasabah pengusaha untuk membiayai
suatu usaha. Bank berfungsi sebagai penyedia dana sekaligus mitra
usaha nasabah pengusaha. Apabila usaha itu memperoleh
keuntungan, maka akan dibagi sesuai dengan kesepakatan antara
Bank dan Pengusaha.
Prinsip Jual Beli Memperoleh Keuntungan (Musharakah)
P a g e | 12
Bank mengadakan jual beli dengan nasabah/pihak lain dan dalam
perjanjian tersebut disepakati bahwa harga barang adalah harga
pokok ditambah dengan keuntungan.
Prinsip Sewa Murni Tanpa Pilihan (Ijarah)
Bank sebagai pemilik barang mengadakan perjanjian sewa dengan
pihak lain sebagai penyewa. Dalam perjanjian sewa disepakati
bahwa penyewa memanfaatkan barang tersebut dengan membayar
uang sewa sesuai dengan kesepakatan. Setelah masa sewa berakhir,
barang dikembalikan kepada bank sebagai pemilik.
Prinsip Sewa Murni dengan Pilihan (ijarah wa iqtina)
Bank sebagai pemilik barang mengadakan perjanjian sewa dengan
pihak lain sebagai penyewa. Dalam kesepakatan dipebolehkan
apakah barang tersebut boleh dimiliki oleh penyewa atau
dikembalikan kepada Bank.
2.9 Perijinan, Kepemilikan, Badan Hukum & Pendirian Bank
Perijinan usaha untuk bank diatur menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1) UU
No.10 Tahun 1998. Bunyinya adalah:
“Setiap pihak yang melakukan kegiatan menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank
Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila
kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan Undang-
Undang tersendiri”
Perijinan ini dimaksudkan untuk mempermudah pengawasan daripada Bank
itu sendiri. Bank Umum dapat dimiliki dan didirikan oleh 1) WNI dan atau BHI 2)
WNI dan atau BHI dengan WNA atau BHA secara kemitraan. Maksudnya disini
adalah, Bank tetap memiliki unsur kepemilikan Indonesia. Maksimal kepemilikan
pihak asing adalah 99%. Emisi saham dilakukan oleh bursa efek, karena pembelian
P a g e | 13
saham oleh asing melalui bursa efek dapat mencapai 100% dari yang tercatat di bursa.
Bank Umum dapat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi, Perusahaan Daerah.
Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat hanya bisa didirikan dan dimiliki oleh 1)
WNI, 2) BHI yang seluruh pemiliknya adalah WNI, 3) Pemerintah Daerah, 4)
Bersama di antara ketiganya. Hal ini tidak memungkinkan bahwa adanya kepemilikan
asing sama sekali. Bentuk hukum Badan Perkreditan Rakyat dapat berupa Perseroan
Terbatas, Koperasi, Perusahaan Daerah ataupun bentuk lain yang ditetapkan dengan
PP.
2.10 Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam
menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan, tidak akan
banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas
keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari
efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi
kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka
transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem
keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar
belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan
tanggung jawab Bank Indonesia. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima
peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang
mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu
adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter
antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank
Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan
berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung
P a g e | 14
terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga
yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula
sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia
telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja
lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti
halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam
sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang
efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam
pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus
dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan
disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya
penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk
menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah
menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah
satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang
cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut
dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga
menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan
mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang
cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran
yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem
pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki
informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem
pembayaran.
P a g e | 15
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia
dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor
kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang
berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat
mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi
kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang
tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim
keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun
krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas
dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal,
fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas
temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya
moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang
ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
2.11 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan
nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap
barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara
lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang
harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian,
P a g e | 16
tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan
mudah.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki 3 pilar utama yang
menjadi tugas pokok, yaitu:
Menetapkan dan Melaksanakan Kebijakan Moneter
Mengatur dan Menjaga Kelancaran Sistem Pembayaran
Mengatur dan Mengawasi Bank
Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan mooneter dilakukan Bank
Indonesia antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga.
Efektifitas pelaksanaan tugas ini memerlukan dukungan sistem pembayaran yang
efisien, cepat, tepat, aman dan andal yang merupakan sasaran tugas ini. Selanjutnya,
perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter. Bank Indonesia wajib
menolak dan atau mengabaikan segala bentuk campur tangan darimanapun dalam
menjalankan tugas-tugasnya.
2.12 Kemandirian Bank Indonesia
Kemandirian Bank Indonesia diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU 3 tahun 2004,
yang mana Bank Indonesia adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam UU ini. Konsekuensi
kemandirian Bank Indonesia ini mencakup mengatur, membuat, menerbitkan
peraturan yang merupakan pelaksanaan UU. Hubungan dengan pemerintah hanya
sebatas sebagai pemegang kas pemerintah.
Kemandirian Bank Indonesia secara tegas didukung oleh pengaturan lebih
lanjut yang menentukan bahwa:
Bank Indonesia adalah Badan Hukum, dengan modal yang ditetapkan (dua
triliyun) ditambah 10% dari seluruh kewajiban.
Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilannilai rupiah,
yaitu dengan melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten,
P a g e | 17
transparan dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian. Untuk itu Bank Indonesia berwenang:
Menetapkan sasaran-ssaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi;
Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang
termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
o operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing;
o penetapan tingkat diskonto;
o penetapan cadangan wajib minimum;
o pengaturan kredit atau pembiayaan.
Bank Indonesia adalah pemegang Kas Negara. Tugas dan kedudukan inilah
yang harus dijaga tanpa campur tangan dari pihak manapun (dalam pengertian campur
tangan politik). Pertanyaan mendasar yang harus dijawab adalah, bagaimana Bank
Indonesia mampu mempertahankan kemandiriannya? Hal ini merupakan suatu kenis-
cayaan, dalam rangka menuju kedudukan Bank Indonesia sebagai pengembang
kepentingan ekonomi di dalam masyarakat yang saling berhadapan.
2.13 Pengawasan dan Pembinaan Bank Indonesia
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia
bertugas untuk :
menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau
kegiatan usaha tertentu dari bank,
melaksanakan pengawasan atas bank, dan
mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-
ketentuan perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Berkaitan dengan
kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha bank, Bank
Indonesia juga dapat memberikan :
P a g e | 18
Izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
Memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta
Memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun
tidak langsung.
Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala
maupun
sewaktu-waktu bila diperlukan.
Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan evaluasi
terhadap
laporan yang disampaikan oleh bank.
BAB III
PENUTUP
Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang memiliki kekayaaan dalam bentuk aset
keuangan (mayoritas) dimana kekayaan aset ini dipergunakan untuk menjalankan usaha di
bidang jasa keuangan, baik itu pembiayaan dan non pembiayaan. Lembaga keuangan sendiri
dibagi menjadi 2, yaitu lembaga keuangan Bank (Depositori) dan lembaga keuangan bukan
P a g e | 19
bank (non-depository). Perbedaan keduanya terletak pada usaha menarik dana yang
dilakukan oleh lembaga keuangan bank.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Tujuannya adalah untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
penyejahteraan rakyat banyak.
Bank terbagi menjadi beberapa jenis, yang secara garis besar adalah Bank Sentral
(yaitu Bank Indonesia), Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat dan yang akhir-akhir ini
merebak adalah Bank Syariah. Ke empatnya memiliki ciri dan ke khas an masing-masing.
Bank Indonesia yang dalam hal ini sebagai Bank Sentral memiliki fungsi dan peranan
yang lebih dalam rangka mengatur sirkulasi dan stabilisasi keuangan di Indonesia. Bank
Indonesia merupakan lembaga independen yang terpisah dari pemerintahan. Hubungan
dengan pemerintah dalam hal ini hanyalah sebagai pemegang kas negara.
P a g e | 20
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Abdulkadir dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan
Pembiayaan, 2004, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Santoso, Ruddy Tri, Mengenal Dunia Perbankan, 1997, Andi, Yogyakarta.
Dawam Rahardjo, dkk, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, 1995, Pustaka
LP3ES Indonesia, Jakarta.
Bahan Materi perkuliahan Ibu. Siti Hamidah
Sumber Internet
www.jevuska.com (diakses tanggal 28 februari 2011, pukul 19.15)
www.wikipedia.com (diakses tanggal 28 februari 2011, pukul 19.15)
www.bi.go.id (diakses tanggal 28 februari 2011, pukul 19.15)
eM
top related