isi
Post on 06-Jul-2015
354 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 1/12
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peranan kelembagaan desa (pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, dan lembaga
kemasyarakatan desa) di Indonesia dalam rangka penyusun dan implementasi kebijakan yang
berkaitan dengan pembangunan, pemerintahan, pengembangan kemasyarakatan, pada era
reformasi ini semakin menguat dibandingkan era orde baru. Perubahan ini sejalan tuntutan dan
kebutuhan perubahan paradigma pembangunan dan pemerintahan abad 21, baik dalam
lingkungan intra dan ekstra sosial.
Penguatan peranan dan kewenangan kelembagaan desa dalam rangka penyusun dan
implementasi kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan, pemerintahan, pengembangan
kemasyarakatan yang tertuang dalam perdes APBDes, telah diakomodir dalam kebijakan baru
pemerintah mengenai pemerintahan daerah, yakni UU No. 32 Tahun 2004 (dan juga PP 72
Tahun 2005) sebagai penyempurnaan terhadap kebijakan lama yakni UU No. 22 Tahun 1999 dan
UU No. 5 Tahun 1979. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 misalnya dinyatakan bahwa desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-asul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada pasal 1, dimana pasal tersebut berisi tentang urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan desa mencakup:
(a) urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa
(b) urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa
(c) tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
(d) urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundangundangan diserahkan kepada
desa yang tertuang pada Pasal 7 PP 72/2005
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 2/12
2
Dalam penyusunan APBDes, saat ini kepala desa tidak lagi mendominasi dalam tahap
pengajuan rancangan kebijakan, pembahasan, dan pelaksanaannya. Namun harus melibatkan
badan permusyawaratan desa dan juga memperhatikan usulan lembaga kemasyarakatan desa
(pasal 55 PP 72/2005). Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam
rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa (Pasal 57 PP 72/2005). Di desa
dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan Peraturan Desa. Lembaga
kemasyarakatan ini misalnya Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga, Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat, Risma, dll. Lembaga
kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra dalam
memberdayakan masyarakat desa. Tugas Lembaga Kemasyarakatan meliputi menyusun rencana
pembangunan secara partisipatif, melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara
dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif, menggerakkan dan mengembangkan
partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat, menumbuhkembangkan kondisi dinamis
masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Dalam melaksanakan tugas, lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi sebagai
penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan, penanaman dan
pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara
Kesatuan Republik Indonesia, peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat, penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian, dan pengembangan hasil-hasil
pembangunan secara partisipatif, penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi,
serta swadaya gotongroyong masyarakat, pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga, serta pemberdayaan hak politik masyarakat.
Oleh karena itu, di era otonomi daerah ini dirasakan perlu untuk melakukan penelitian
yang mengkaji aspek sebagai berikut mengidentifikasi peranan kelembagaan desa dalam
menyusun dan melaksanakan APBdes, mengidentifkasi faktor penghambat pengembangan
peranan kelembagaan desa, mengidentifikasi upaya-upaya kelembagaan desa untuk
mengembangkan peranannya dalam menyusun dan melaksanakan APBDes.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 3/12
3
B. Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peranan kelembagaan desa dalam menyusun dan melaksanakan APBdes?
2. Apa sajakah faktor penghambat pengembangan peranan kelembagaan desa; dalam menyusun
dan melaksanakan APBDes?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis peranan kelembagaan desa dalam menyusun dan
melaksanakan APBDes.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor penghambat pengembangan peranan kelembagaan
desa dalam menyusun dan melaksanakan APBDes.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 4/12
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan tentang Peranan Kelembagaan Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan
APBDes
1. Tinjaun Tentang APBDes
Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APB
Desa terdiri atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan pembiayaan. Rancangan APB Desa
dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD
menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa.
Menurut UU 32/2004 dan PP 72/2005 disebutkan sumber-sumber pendapatan desa meliputi:
a. pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan
partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah
b. bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 1.0% (sepuluh per seratus) untuk
desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang
pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa
d. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.
Sedangkan kekayaan desa meliputi tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan
perahu, bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh desa, dll. Sumber pendapatan daerahyang berada di desa baik pajak maupun retribusi yang sudah dipungut oleh Provinsi atau
Kabupaten/Kota tidak dibenarkan adanya pungutan tambahan oleh Pemerintah Desa. Pungutan
retribusi dan pajak lainnya yang telah dipungut oleh Desa tidak dibenarkan dipungut atau diambil
alih oleh Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemberian hibah dan
sumbangan tidak mengurangi kewajiban-kewajiban pihak penyumbang kepada desa. Sumbangan
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 5/12
5
yang berbentuk barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak dicatat sebagai
barang inventaris kekayaan milik desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
sumbangan yang berbentuk uang dicantumkan di dalam APBDesa.
Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa. Dalam
melaksanakan kekuasaannya Kepala Desa dapat melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya yang berupa perencanaan,. pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan kepada
perangkat desa. Dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan Desa, Pemerintah Desa dapat
mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pernbentukan
Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa berpedoman pada peraturan
perundang-undangan.
Alokasi pengeluaran dalam APBDes meliputi belanja pembangunan dan pos pengeluaran
rutin. Belanja pembangunan meliputi pos sarana pemerintahan desa, pos prasarana perhubungan,
pos prasarana pemasaran, dan pos prasarana sosial. Sedangkan belanja rutin meliputi pos belanja
pegawai, pos belanja barang, pos biaya pemeliharaan, pos biaya perjalanan dinas, pos belanja
lain-lain, dan pos pengeluaran tak terduga.
2. Penyusunan dan Pelaksanaan APBDes
Secara garis besar, sesuai dengan UU 32/2004 dan PP 72/2005, dapat dijelaskan bahwa
peraturan Desa, termasuk APBDes, ditetapkan oleh Kepala Desa bersama BPD. Peraturan Desa
dibentuk dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Peraturan Desa merupakan
penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan
memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat. Peraturan Desa dilarang
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Peraturan Desa dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-
undangan, seperti partisipatif, transparansi, akuntablitas, penegakan hukum, manfaat, efisiensi,
dan efektifitas. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka
penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Desa. Peraturan Desa disampaikan oleh
Kepala Desa kepada Bupati/Walikota melalui Camat sebagai bahan pengawasan dan pembinaan
paling lambat 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 6/12
6
yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi
Bupati/Walikota terhadap Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh)
hari kepada Kepala Desa. Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud melampaui batas waktu
dimaksud, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa
menjadi Peraturan Desa.
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dimuat dalam Berita Daerah. Pemuatan
Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Sekretaris Daerah. Peraturan Desa
dan Peraturan Kepala Desa selanjutnya disebarluaskan oleh Pemerintah Desa. Pelaksanaan
APBDes ini dlakukan oleh kepala desa, sekretaris desa, BPD, dan lembaga kemasyarakatan
desa. Pengawasan APBDes ini secara formal dilakukan oleh BPD, namun masyarakat luas pun
dapat melakukan pengawasan sebagaimana dijamin dalam PP 72/2005.
3. Peran Kelembagaan Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes
y Lingkup Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lembaga, pihak, atau
institusi yang berada di desa yang berasal dari unsur eksekutif, legislatif, dan masyakat yang
terlibat dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan APBDes. Kelembagaan desa ini
meliputi pemerintah desa, badan permusyawaratan desa (BPD), lembaga kemasyarakatan, dantokoh masyarakat, aktor, shareholders, atau person.
y Peran Pemerintah Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes
Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari
sekretaris desa, kaur-kaur, dan kepala wilayah (UU No. 32 Tahun 2004). Perananan pemerintah
desa dalam menyusun dan melaksankan APBDes adalah pelaksanaan dari tugas, fungsi,
kewenangan, hak, dan kewajiban yang dimiliki pemerintah desa dalam hal pelaksanaan
pembangunan di desa, khususnya yang berkaitan dengan penyusun dan pelaksanaan APBDes.
Kepala desa, selaku unsur pelaksana pemerintah desa memilki peran strategis sebagai
berikut:
(a) menyusun rancangan peraturan desa mengenai APBDesa
(b) mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan
bersama BPD
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 7/12
7
(c) menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disetujui bersama
BPD sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari kepada Bupati/Walikota
untuk dievaluasi
(d) melaksanakan APBDes melalui penetapan keputusan desa atau keputusan kepala desa
(e) mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
(f) menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan (PP 72/2005).
y Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Menyusun dan Melaksanakan
APBDes
Peran BPD dalam menyusun dan melaksanakan APBDes, berdasarkan PP 72/2005 adalah
sebagai berikut:
1. mengevaluasi hasil pengawasan APBDes tahun lalu dengan melibatkan kelembagaan desa
serta masyarakat
2. menampung aspirasi, saran, dan masukan masyarakat berkaitan dengan peraturan desa
khususnya rancangan APBDes
3. membahas rancangan peraturan desa mengenai APB Desa yang disampaikan oleh kepala desa
4. melaksanakan pengawasan terhadap jalannya APBDes
y Peran Lembaga Kemasyarakatan Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes
Lembaga kemasyarakatan meliputi Rukun Tetangga, Rukun Warga, PemberdayaanKesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain.
Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan mitra
dalam memberdayakan masyarakat desa. Peran lembaga kemasyarakatan dalam penyusunan dan
pelaksanaan APBDes meliputi menyusun rencana pembangunan secara partisipatif,
melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan
secara partisipatif, menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat, menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, menumbuhkembangan dan menggerakan prakarsa, partisipasi, serta swadaya
gotongroyong masyarakat, memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga, serta
memberdayakan hak politik masyarakat.
Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat
yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 8/12
8
Hubungan kerja antara lembaga kemasyarakatan dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan,
konsultatif dan koordinatif.
y Peran Anggota Masyarakat Desa dalam Menyusun dan Melaksanakan APBDes
Peran anggota masyarakat desa dalam menyusun dan melaksanakan APBDes di desa,
menjurut PP 72/2005, adalah sebagai berikut:
(a) mengajukan usul, saran, dan apirasi kepada kepala desa atau forum BPD
(b) melaksanakan pengawasan personal terhadap pelaksanaan APBDes
(c) menumbuhkembangkan semangat memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkan hasil-
hasil pembangunan di desa.
B. Faktor Internal dan Eksternal Penghambat Pengembangan Peranan Kelembagaan
Desa Menyusun dan Melaksanakan Kebijakan Desa
Menurut Prof. Sadu Wasistiono (2006), ada beberapa hal yang menjadi faktor
penghambat kelembagaan desa dalam menyusun dan mengimplementasikan berbagai program
dan kebijakan desa, yaitu hambatan eksternal dan hambatan internal.
1) Hambatan Internal,meliputi rendahnya kualitas sdm di perdesaan yang sebagian besar
berketerampilan rendah, termasuk yang terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa, kelembagaan di tingkat desa belum sepenuhnya tertata dengan baik, pemahaman
tugas pokok dan fungsi dari aparatur desa yang masih rendah, lemahnya kemampuan
perencanaan di tingkat desa dan masih bersifat parsial, terbatasnya alokasi
anggaran/dana, yang berkaibat terbatasnya operasional program/kegiatan, sarana dan pra
sarana penunjang mobilitas operasional terbatas, pengelolaan administrasi dan
pendokumentasian yang masih minim, masih rendahnya pemanfaatan iptek dan
tekonologi tepat guna dalam usaha ekonomi perdesaan, rendahnya aset yang dikuasai
masyarakat perdesaan, kepemilikan lahan yang makin sempit, serta rendahnya tingkat
pelayanan prasarana dan sarana perdesaan.
2) Hambatan Eksternal, meliputi lemahnya koordinasi lintas bidang dalam pengembangan
kawasan perdesaan, masih lemahnya koordinasi antarsektor, dinamika masyarakat yang
selalu berubah, termasuk tingginya dinamika sektor ekonomi, terbatasnya alternatif
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 9/12
9
lapangan kerja berkualitas, lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral
maupun spasial, timbulnya hambatan (barrier) distribusi dan perdagangan antardaerah,
tingginya resiko kerentanan yang dihadapi petani dan pelaku usaha di perdesaan,
meningkatnya konversi lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain,
meningkatnya degradasi sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta lemahnya
kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 10/12
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat dijelaskan peranan, dan kendala kelembagaan desa dalam
menyusun dan melaksanakan APBDes di Era Otonomi Daerah. Eksekutif yang terdiri dari
pemerintah desa, sekdes, kaur-kaur, kepala dusun, dan lembaga kemasyarakat desa melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan APBDes tahun lalu (tahun berjalan) dan melakukan proyeksi
untuk penyusunan APBDes tahun mendatang. Sedangkan BPD melakukan kegiatan yang sama
yakni melakukan evaluasi terhadap hasil pengawasan APBDes lalu (tahun berjalan) dan
melakukan proyeksi untuk APBDes tahun mendatang. Forum BPD ini selain dihadiri oleh
pimpinan dan anggota, dapat juga mengundang kehadiran lembaga kemasyarakatan desa yang
terdiri dari minimal Rukun Tetangga, Rukun Warga, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), Karang Taruna, lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM). Masyarakat secara personal,
baik berasal dari tokoh bisnis, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh poltik desa dapat
memberikan saran serta masukan pada tahap ini baik kepada pemerintah desa dan atau forum
BPD berkaitan dengan rancanagan APBDes.
Pada tahap proses, mulailah diadakan pembahasan rancangan APBDes. Kepala desa dan
jajarannya menyampaikan rencangan APBDes dan melakukan pembahasan bersama BPD dalam
sebuah forum pertemuan. Pertemuan ini dapat dilakukan lebih dari sekali untuk
menyempurnakan APBDes, baik pada perkiraan pos penerimaan ataupun pos belanja desa.
Pada tahap ouput, kepala desa bersama BPD menetapkan peraturan desa dan keputusan
ini dibacakan serta ditandatangani bersama dalam suatu forum pertemuan bertempat di balai
desa atau balai BPD. Pada tahap evaluasi, rancangan APBDes harus dikonsultasikan kepada
pemerintah daerah atasan. Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa paling lama 3 (tiga) hari disampaikan oleh
Kepala Desa kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Hasil evaluasi Bupati/Walikota terhadap
Rancangan Peraturan Desa disampaikan paling lama 20 (dua puluh) hari kepada Kepala Desa.
Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud melampaui batas waktu dimaksud, Kepala Desa
dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 11/12
11
B. Saran
Pada pelaksanaan APBDes, Kepala Desa menetapkan Peraturan Kepala Desa dan/atau
Keputusan Kepala Desa untuk melaksanakan APBDes. Peraturan Kepala Desa dan/atau
Keputusan Kepala Desa dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, dan peraturan
perundangundangan yang lebih tinggi. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dimuat dalam
Berita Daerah. Pemuatan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa dilakukan oleh Sekretaris
Daerah. Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa selanjutnya disebarluaskan oleh Pemerintah
Desa. Pelaksanaan APBDes ini dlakukan oleh kepala desa, sekretaris desa, BPD, dan lembaga
kemasyarakatan desa. Pengawasan APBDes ini secara formal dilakukan oleh BPD, namun
masyarakat luas pun dapat melakukan pengawasan sebagaimana dijamin dalam PP 72/2005.
5/8/2018 isi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/isi5571fbc7497959916995c78a 12/12
12
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, Miriam dan Ibrahim Ambong .(1993). Fungsi Legislatif Dalam
Sistem Politik Indonesi. Rajawali Press. Jakarta
Dwipayana, AAGN Ari dkk.(2003). Membangun Good Governance di Desa. IRE
Press. Yogyakarta.
Kartohadikoesoemo,soetardjo.(1984) Desa. Balai Pustaka. Jakarta
Labolo, Muhadam.(2007. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT.Grafindo
Persada.
Nazir, muhammmad.(1999). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta
Ndraha, Talizidruhu.1989. Konsep Administrasi dan Admnistrasi di Indonesia.
Jakarta :PT. Bina Aksara.
Rasyid,Ryas dkk.2003. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan . Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Saragi, Tumpal P.2004. Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa.Yogyakarta :
IRE Press.
Setyawan, Dharma.2002. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta :
Djambatan.
Sutoro Eko dkk. (2003). Pembaharuan Pemerintahan Desa. IRE Press.
Yogyakarta.
Undang-undang Republik Indonesia No.32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan
Daerah
Yuliani,sri. (2004) Pengantar Ilmu Administrasi Negara. UNS Press. Surakarta.
top related