isine buncis
Post on 27-Nov-2015
108 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UDU KYE
Kacang buncis tegak atau biasa di sebut kacang jogo mempunyai nama
ilmiah Phaseolus vulgaris L. Kacang buncis ini biasa dinamakan kidney beans,
karena tidak merambat tetapi tumbuh secara tegak tanpa ajir, buncis tegak dapat
dipanen polong tua atau bijinya saja tapi bisa dipanen dalam keadaan muda
sebagai sayuran.
Peningkatan produksi buncis tegak mempunyai arti penting dalam
menunjang peningkatan gizi masyarakat, sekaligus berdayaguna bagi usaha
mempertahankan kesuburan dan produktivitas tanah. Kacang buncis tegak atau
kacang jogo biasanya di konsumsi bijinya, polong buncis selain memiliki
kandungan gizi yang cukup lengkap (protein, karbohidrat, vitamin, serat kasar,
dan mineral) juga mengandung zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat untuk
berbagai macam penyakit. Misalnya, kandungan gum dan pectin dapat
menurunkan kadar gula darah, kandungan lignin berkhasiat untuk mencegah
kangker usus besar dan kangker payudara. Di samping itu polong buncis juga
berkhasiat untuk menurunkan kolesterol darah, mencegah penyebaran sel kangker,
menurunkan tekanan darah, mengontrol insulin dan gula darah, mengatur fungsi
pencernaan, mencegah konstipasi, sebagai antibitik, mencegah hemmorhoid, dan
masalah pencernaan lainnya (Bambang, 2003).
1
Table 1. Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 gram No Jenis Zat Gizi Jumlah Kandungan Gizi
1 Energi / Kalori 35.00 kal2 Protein 2,40 g3 Lemak 0,20 g4 Karbohidrat 7,70 g5 Kalsium 6,50 g6 Fosfor 4,40 g7 Serat 1,20 g8 Besi 1,10g9 Vitamin A 630,00 Sl10 Vitamin B1 0,08 mg11 Vitamin B2 0,10 mg12 Vitamin B3 0,70 mg13 Vitamin C 19,00 mg14 Air 89 g
Sumber: (Emma, 1994).
Salah satu faktor penunjang produksi tanaman buncis tegak yang
tergolong sangat penting adalah jenis tanah. Meskipun tanah telah mempunyai
sifat kimia yang baik, tetapi tidak ditunjang dengan sifat fisika tanah yang baik
maka produksi tanaman tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Tekstur
dan struktur tanah adalah bagian dari sifat fisika tanah yang berperan penting
dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman, karena kedua faktor tersebut secara
langsung dapat membatasi penetrasi akar dan secara tidak langsung
mempengaruhi penyediaan dan kandungan air serta udara tanah (Kramer, 1983)
Salah satu tanah yang mempunyai sifat fisika bermasalah yaitu Ultisol.
Hambatan utama dalam pengembangan ultisol untuk pertanian disamping sifat
kimia yang rendah adalah sifat fisika yang jelek. Sifat fisika tanah merupakan
unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah
dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat
ini juga akan mempengaruhi potensi tanah untuk berproduksi secara maksimal.
Diantara sifat fisika tanah yang penting dan berpengaruh dalam usaha pertanian
2
adalah tekstur, struktur, kelembaban tanah, berat volume tanah, total ruang pori,
kematangan tanah, tingkat dekomposisi bahan organik dan permeabilitas tanah,
Sebagian sifat fisika tanah seperti struktur, dan tekstur tanah dapat dimodifikasi
dengan penambahan pupuk (Yulnafatmawita, 2008).
Sebagian besar petani kita masih menggunakan pupuk kimia yang dijual di
toko-toko pertanian, padahal seperti yang telah kita ketahui bersama pupuk kimia
dapat menyebabkan defisit beberapa unsur hara dan terjadinya penumpukan unsur
hara lain serta dapat menyebabkan tanah menjadi asam yang apabila dibiarkan
secara terus menerus tanah menjadi tidak subur bahkan tidak bisa ditanami.
Dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dengan cara
mengurangi penggunaan pupuk kimia dan beralih dengan menggunakan pupuk
hayati dan pupuk organik (kompos, dan kandang).
Pupuk organik (pupuk kandang, dan pupuk kompos) adalah jenis pupuk
yang berasal dari bahan-bahan organik. Pupuk kandang berasal dari kotoran
hewan ternak seperti kambing, kuda, sapi, dan kerbau, dan pupuk kompos adalah
pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah membusuk, pupuk organik
ini akan menambah kesuburan tanah, dan mampu memperbaiki struktur tanah.
Pupuk hayati adalah pupuk yang didalamnya terdapat inokulan berbahan aktif
organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi
tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman (Simanungkalit dkk, 2006).
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang
hidup di dalam tanah. CMA dapat bersimbiosis dengan sebagian besar (97%)
famili tanaman, seperti tanaman pangan, hortikultura, kehutanan, perkebunan, dan
3
tanaman pakan. Cendawan mikoriza arbuskula termasuk dalam ordo Glomales
(Zygomycotona) dan terdiri dari dua sub ordo, yaitu Glomineae dan
Gigasporineae. Sub ordo Glomineae dibagi dalam dua famili, yaitu Glomaceae
dan Acaulosporaceae, sedangkan Gigasporineae terdiri atas dua genus, yaitu
Gigaspora dan Scutellospora. Kedua genus tersebut dapat dibedakan berdasarkan
pembentukan sporanya (Nuhamara 1993).
Penelitian mengenai mikoriza telah mulai banyak dilakukan, bahkan usaha
untuk memproduksinya telah mulai banyak dirintis. Hal ini disebabkan oleh
peranannya yang cukup membantu dalam meningkatkan kualitas tanaman. Seperti
yang disampaikan oleh Yusnaini (1998), bahwa VAM dapat membantu
meningkatkan produksi kedelai pada tanah ultisol di Lampung. Bahkan pada
penelitian lebih lanjut dilaporkan bahwa penggunaan VAM ini dapat
meningkatkan produksi jagung yang mengalami kekeringan sesaat pada fase
vegetatif dan generatif (Yusnaini et al., 1999). Setiadi (2003), menyatakan bahwa
mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap
kondisi lahan kritis, yang berupa kekeringan dan banyak terdapatnya logam-
logam berat. Mencermati kondisi demikian maka dapat disepakati jika terdapat
komentar mengenai potensi mikoriza yang cukup menjanjikan dalam bidang
agribisnis.
4
B. Permasalahan dalam Penelitian
Permasalahan dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman buncis tegak pada ultisol?
2. Bagaimana pengaruh pupuk hayati Mikoriza terhadap pengurangan dosis
anjuran pupuk kimia bagi pertumbuhan dan produksi buncis tegak pada
ultisol?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji pengaruh pupuk hayati mikoriza terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman buncis tegak pada ultisol
2. Mengkaji dosis anjuran pupuk kimia terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman buncis tegak pada ultisol
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan teknologi budidaya buncis tegak dengan cara memanfaatkan
pupuk hayati Mikoriza sehingga menjadi pertanian yang berkelanjutan
5
2. Menyumbangkan pengetahuan yang tepat mengenai pengaruh pupuk hayati
mikoriza campuran dua jenis Glomus dan Gigaspora dan pengurangan dosis
pupuk Urea, SP-36 dan KCL terhadap pertumbuhan dan produksi buncis
tegak pada tanah ultisol.
6
II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Pemikiran
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk sayuran polong semusim yang
berumur pendek. Menurut Cahyono, (2007) tanaman buncis tegak di
klasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plant Kingdom
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Sub kelas : Calyciflorae
Ordo : Rosales (Leguminales)
Famili : Leguminosae (Papilionaceae)
Sub famili : Papillionaciae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus vulgaris L.
Tanaman buncis tegak memiliki tinggi tanaman antara 30-50 cm, tanpa
merambat dengan jumlah buku sedikit dan pembungaannya terbentuk diujung
batang utama (Titi S, 1993).
Pertumbuhan dan produksi tanaman buncis dipengaruhi oleh sifat fisiologi
danmorfologi tanaman. Arsitektur suatu tanaman dicerminkan oleh bentuk
tajukdansangat mempengaruhi proses fotosintesis. Umumnya, sistem perakaran
7
tanaman buncis tidak besar atau ekstensif, berakar tunggang dan serabut dengan
percabangan lateral dangkal dan dapat tumbuh hingga sekitar kurang lebih 1
meter. Batang tanaman ini bentuknya pendek, bercabang banyak, beruas-ruas,
berbulu halus, dan tanaman tampak rimbun daunnya bulat lonjong, ujung daun
runcing, tepi daun rata berbulu sangat halus, tulang daun menyirip. Daun
berukuran kecil lebarnya 6-7.5 cm dan panjangnya 7.5-9 cm, sedangkan yang
berukuran besar lebarnya 10-11 cm dan panjangnya 11-13 cm (Cahyono, 2007).
Posisi duduk daun tegak agak mendatar dan bertangkai pendek dan setiap
cabang terdapat tiga daun menyirip yang kedudukannya berhadapan. Ukuran daun
sangat bervariasi tergantung varietasnya (Cahyono, 2007). Selanjutnya
Wuryaningsih dkk (2001) menyatakan daun merupakan salah satu organ tanaman
yang menjadi tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang menghasilkan
karbohidrat. Karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan organ-organ lainnya. Dengan jumlah daun yang cukup,
tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal, sehingga dapat
meningkatkan kualitas bunga dan polong berisi.
Bunga tanaman buncis tergolong bunga sempurna atau berkelamin dua
(hermaprodit), ukurannya kecil, bentuk bulat panjang (silindris) berukuran kurang
lebih 1 cm (Cahyono, 2007) dan tumbuh dari cabang yang masih muda atau pucuk
muda berwarna putih, merah jambu dan ungu. Bunga menyerbuk sendiri dengan
bantuan angin dan serangga. Polong bentuknya ada yang pipih lebar memanjang
kurang lebih 20 cm, bulat lurus dan pendek kurang lebih 12 cm dan bulat panjang
kurang lebih 15 cm. Susunan polong bersegmen dengan jumlah biji 5-14 / polong.
8
Ukuran dan warna polong bervariasi tergantung kepada jenis varietas. Biji
berukuran agak besar, bentuknya bulat lonjong dan pada bagian tengah
melengkung (cekung), berat 100 biji 16-40.6 g berwarna hitam. (Cahyono, 2007
dan Sentra Informasi Iptek, 2008). Bagian dari komponen pertumbuhan dan
produksi tanaman buncis sangat bervariasi sesuai dengan kondisi masing-masing
varietas.
Umumnya tanaman buncis ditanam di dataran tinggi 1.000-1.500 m dpl
dengan iklim kering dan sudah diuji pada dataran medium 300-760 m dpl di
Tapanuli Selatan dan bisa jadi dapat ditanam pada dataran rendah di bawah 300 m
dpl (Cahyono, 2007).
Agar pertumbuhan tanaman buncis tegak optimum maka harus di tanam
pada jenis tanah yang sesuai. Tanah yang sesuai untuk tanaman buncis adalah
tanah andosol dan regosol yang terdapat di daerah pengunungan serta pH tanah
yang di kehendaki pH adalah 5.5-6.0, gembur dengan tekstur tanah liat sampai
liat berpasir (Thompson dan Kelly, 1957) dan lempung berliat dengan suhu tanah
rata-rata 18–3000C (SentraInformasi Iptek, 2008).
Penelitian di lakukan di Desa Suro, kecamatan Kalibagor, kabupaten
Banyumas yang memiliki jenis tanah ultisol. Ultisol merupakan tanah yang telah
mengalami pelapukan lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam.
Tanah di lokasi penelitian mengandung bahan organik rendah dan strukturnya
tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi. Pembentukan tanah berjalan
cepat di daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi.
Seperti halnya di Indonesia, ultisol telah mengalami pencucian yang sangat
9
intensif menyebabkan ultisol memiliki kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan
mineral yang rendah (Hardjowigeno, 1987).
Ultisol sering di identikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi
sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial. Apabila
dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada, ultisol ternyata
dapat merupakan lahan potensial apabila di beri perlakuan yang tepat. Untuk
meningkatkan produktivitas ultisol, dapat dilakukan melalui pemupukan,
penambahan bahan organik, drainase, pengolahan tanah yang seminimum
mungkin, dan pengapuran. Pengapuran yang dimaksudkan untuk mempengaruhi
sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada
ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai
pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang
terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh racun dari aluminium dan
penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman (Hakim dkk, 1986).
Untuk membantu memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah agar dapat
mencapai kondisi lahan yang tepat untuk pertumbuhan tanaman buncis tegak
adalah salah satunya dibantu dengan pemupukan. Pemilihan jenis pupuk yang
tepat sangat membantu dalam mempengaruhi sifat-sifat ultisol. Pupuk yang
digunakan pada ultisol di desa Suro adalah pupuk mikoriza dan pupuk organik
(kompos). Seperti yang sudah kita ketahui bahwa pupuk organik adalah pupuk
yang tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah, pupuk organik memiliki
banyak manfaat untuk tanah khususnya ultisol, manfaat tersebut di antaranya
adalah: dapat menyuburkan tanah, meningkatkan struktur dan tekstur tanah serta
10
tidak meninggalkan residu dalam tanah, dan penggunaan pupuk hayati seperti dari
mikoriza merupakan tindakan yang tepat, karena mikoriza dapat membantu dalam
memperbaiki sifat tanah yaitu sifat kimia, biologi maupun fisika tanah.
Mikoriza merupakan suatu struktur khas pada sistem perakaran yang
terbentuk karena adanya simbiosis mutualistik antara cendawan (myces) dan akar
(ryza) dari tumbuhan tingkat tinggi. Mikoriza dapat dibedakan berdasarkan cara
infeksinya pada perakaran tanaman inang, yaitu 1). Endomikoriza merupakan
struktur mikoriza pada lapisan yang terbentuk sampai ke dalam sel korteks akar,
Endomikoriza biasa hidup pada tanaman semusin seperti tanaman sesayuran,2).
Ektomikoriza merupakan struktur mikoriza pada lapisan luar akar tidak sampai
menginfeksi ke dalam sel korteks akar, Ektomikoriza biasa hidup pada tanaman
tahunan seperti pada jati, mangga dan lengkeng. 3). Ektendomikoriza merupakan
struktur mikoriza yang dapat membentuk jala hartig dan dapat menembus sel
korteks Ektendomikoriza biasa hidup pada tanaman tahunan dan semusim
(Hardjowigeno, 1989).
Pada dasarnya cendawan mikoriza dapat dikelompokkan berdasarkan
struktur morfologi dan anatomi struktur spesifiknya (Brundrett, 2004).
Berdasarkan hal tersebut cendawan mikoriza dapat dibagi menjadi 2 yaitu
cendawan mikoriza arbuskular (CMA) dan ektomikoriza (EKM). Dari kedua
jenis tersebut CMA merupakan kelompok cendawan mikoriza yang paling sering
diteliti dan dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan pertumbuhan dan
produksi tanaman.
11
Cendawan mikoriza arbuskula (CMA) adalah salah satu cendawan yang
hidup di dalam tanah. Cendawan ini selalu berasosiasi dengan tanaman tingkat
tinggi dan keduanya saling memberikan keuntungan (Nuhamara 1993). Manfaat
CMA dapat dikelompokkan menjaditiga, yaitu untuk tanaman, ekosistem,dan bagi
manusia. Bagi tanaman, CMAsangat berguna untuk meningkatkanserapan hara,
khususnya unsur fosfat (P).
Bolan (1991) menyatakan bahwa kecepatanmasuknya hara P ke dalam
hifaCMA dapat mencapai enam kali lebihcepat pada akar tanaman yang
terinfeksiCMA dibandingkan dengan yang tidakterinfeksi CMA. Hal ini terjadi
karenajaringan hifa eksternal CMA mampu memperluasbidang serapan. Hasil
penelitianserapan hara lainnya dilaporkan olehKabirun (2002), Hasanudin (2003),
danMusfal (2008), yaitu CMA dapat meningkatkanserapan nitrogen (N) dan
kalium(K). Tarafdar dan Rao (1997) juga menyatakan bahwa pemberian CMA
pada tanamankacang-kacangan dapat meningkatkanserapan unsur mikro Cu dan
Zn.
Bolan (1991) menyatakan bahwa manfaat CMA bagi ekosistem adalah
sebagai penghasilenzim fosfatase yang dapatmelepaskan unsur P yang terikat
unsur Aldan Fe pada lahan masam dan Ca padalahan berkapur sehingga P akan
tersediabagi tanaman. CMA juga berperan dalammemperbaiki sifat fisik tanah,
yaitu membuattanah menjadi gembur.
Wright dan Uphadhyaya (1998), menyatakan bahwa CMAmelalui akar
eksternalnya menghasilkansenyawa glikoprotein glomalin dan asam-asamorganik
yang akan mengikat butir-butirtanah menjadi agregat mikro.Selanjutnya melalui
12
proses mekanisoleh hifa eksternal, agregat mikro akanmembentuk agregat makro
yang mudahdiserap tanaman.
Adanya arbuskula sangat penting untuk mengidentifikasi bahwa telah
terjadi infeksi pada akar tanaman (Scannerini dan Bonfante-Fosolo, 1983 dalam
Delvian, 2003), sedangkan vesikula merupakan organ penyimpan makanan dan
berfungsi sebagai propagul (organ reproduktif). Selanjutnya dikatakan bahwa
seluruh endofit dan yang termasuk genus Gigaspora, Scutellospora, Glomus,
Sclerocystis dan Acaulospora mampu membentuk arbuskula.
Gambar 1. Penampang longitudinal akar yang terinfeksi fungi mikoriza (Brundrett et al., 1994)
Adanya fungi mikoriza juga sangat penting bagi ketersediaan unsur hara
seperti P, Mg, K, Fe dan Mn untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini terjadi melalui
pembentukan hifa pada permukaan akar yang berfungsi sebagai perpanjangan akar
terutama di daerah yang kondisinya miskin unsur hara, pH rendah dan kurang air
seperti ultisol. Akar tanaman bermikoriza ternyata meningkatkan penyerapan seng
dan sulfur dari dalam tanah lebih cepat daripada tanaman yang tidak bermikoriza
(Abbot dan Robson 1984). Manfaat fungi mikoriza ini secara nyata terlihat jika
13
kondisi tanahnya miskin hara atau kondisi kering, sedangkan pada kondisi tanah
yang subur peran fungi ini tidak begitu nyata (Setiadi, 2003).
Fungi mikoriza biasanya tersebar dengan berbagai cara. Penyebaran aktif
miselia melalui tanah, setelah infeksi di akar hifa berkembang di daerah perakaran
pada tanah dan terbentuk struktur fungi, diantaranya miselium eksternal akar
merupakan organ yang sangat penting dalam menyerap unsur hara dan
mentransferkan ke tanaman, sedangkan penyebaran pasif dapat dilakukan oleh
beberapa hewan dan juga angin (Setiadi, 2001).
B. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:
1. Diduga pupuk hayati Mikoriza dapat memperbaiki variabel pertumbuhan yang
di amati pada tanaman buncis tegak.
2. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza akan memberikan pertumbuhan
dan produksi buncis tegak yang lebih bagus di bandingkan dengan perlakuan
tanpa pupuk Mikoriza
3. Diduga penggunaan pupuk hayati Mikoriza dapat mengurangi penggunaan
pupuk kimia hingga 50%.
14
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang akan dilaksanakan
pada lahan terbukadi desa Suro, kecamatan Kalibagor, Banyumas. Penelitian akan
dilakukan pada bulanjunisampai dengan Agustus 2013.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah lahan ultisol, yang berasal
dari desa Suro,kecamatan Kalibagor, kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, benih
tanaman buncistegak, pupuk hayati mikoriza jenis Glomus dan Gigaspora, pupuk
organik serta pupuk urea (kandungan N sebanyak 46%), SP-36 (kandungan P
36%), dan KCl (kandungan K 18%). Alat-alat yang digunakan dalam
penelitianadalah cangkul, pancong, tali rafia, tugal, sabit,martil, paku, bambu,
kamera serta alat tulis.
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK). Faktor yang dicoba adalah pupuk hayati mikoriza, pupuk
organik (pupuk kompos) dan pupuk N, P, K yang masing-masing pupuk di
aplikasikan satu kali, pupuk organik (kompos), dan SP-36 di aplikasikan 2 hari
15
sebelum tanam, pupuk hayati (mikoriza) 2 minggu setelah tanam, pupuk urea (N),
KCl (K) 3 minggu setelah tanam, serta kontrol sebagai pembanding. Perlakuan
dari ketiga faktor yang dicoba ada 8 macam dengan 3 ulangan (blok) sehingga
diperoleh 24 unit percobaan. Kombinasi perlakuan yang dicoba yaitu :
Kontrol :Po
Pupuk Organik :K
Pupuk Hayati :H
Pupuk Kimia :C50
Hayati + Organik :HK
Kimia + Hayati :C50H
Kimia + Organik :C50K
Semua kombinasi :C50HK.
D.Analisis Data
Data dianalisis menggunakan uji Fdan apabila F table lebih kecil di
banding F hitung maka hasil yang di peroleh berbeda nyata dan kemudian
dilanjutkan dengan uji Faktorial dan DMRT dengan tingkat kesalahan 5% dan uji
regresi.
E. Variabel dan Pengukuran
Pengukuran variable yang sudah di tentukan terdiri dari 2 fase, di
antaranya adalah fase vegetatif dan fase generatif
16
1. Fase vegetatif
a. Tinggi tanaman (cm)
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi
tanaman di lakukan dengan cara mengukur dari pangkal tanaman sampai titik
tumbuh paling tinggi.Carapengukuran adalah tanaman diluruskan keatas sejajar
dengan arah pertumbuhan tanaman kemudian di ukur. Pengukuran tinggi tanaman
dimulai pada umur 2 minggu setelah tanam dengan interval waktu I minggu 1
kali.
b. Luas daun
Penghitungan luas daun dilakukan dengan menggunakan
metodeGrafimetri, metode ini dilakukan dengan cara membentangkan daun pada
kertas HVS yang sudah di tentukan ukuranya kemudian bentuk daun tersebut di
gambarkan pada kertas HVS yang telah di sediakan, kemudian di gunakan rumus
sebagi berikut:
Lkertas: P x L
Luas daun:
c. Jumlah daun
Jumlah daun di peroleh dengan cara menghitung banyaknya daun yang
sudah membuka dengan sempurna, penghitungan jumlah daun di lakukan pada
umur 2 minggu setelah tanam, dan pengamatan selanjutnya berselang 1 minggu
dan seterusnya
17
d. Jumlah cabang
Jumlah cabang di hitung berdasarkan banyaknya cabang yang telah
tumbuh dari batang dan telah membentuk daun Trifoliat, penghitungan jumlah
cabang di lakukan 2 minggu setelah tanam, dan kemudian penghitungan
selanjutnya berselang satu minggu
e. Bobot segar tajuk
Bobot segar tajuk di peroleh dengan cara menimbang tajuk yang sudah di
pisahkan dari kotoran atau bekas tanah yang menempel pada daun dan sudah di
potong bagian akarnya, bobot segar tajuk di hitung setelah tanaman berbunga.
f. Bobot kering tajuk
Bobot kering tajuk diperoleh dengan cara menimbang tajukyang sudah di
oven pada suhu 80oc selama 24 jam dan
g. Bobot akar segar
Bobot akar segar di ketahui dengan cara menimbang akar yang sudah di
pisahkan dari tajuk dan sisa-sisa tanah yang menempel pada akar, penimbangan
akar di lakukan ketika tanaman sudah berbunga
h. Bobot kering akar
Bobot kering akar di dapat dengan cara menimbang kembali akar yang
sudah di oven selama 24 jam pada suhu 80oC
2. Fase Generatif
a. Waktu berbunga
Waktu berbunga dapat di peroleh dari pengamatan hari ke berapa tanaman
berbunga, dan ketika bunganya sudah mencapai 50% - 60%.
18
b. Jumlah polong per tanaman
Jumlah polong per tanaman dapat di peroleh dengan cara menghitung
berapa banyaknya polong yang di hasilkan oleh tanaman buncis tegak, jumlah
polong pertanaman di hitung dalam satu kali panen.
c. Bobot polong per tanaman
Bobot polong pertanaman dapat di ketahui dengan cara menimbang
jumlah polong yang di hasilkan oleh satu tanaman di suatu petakan.
d. Bobot polong per petak
Bobot polong per petak dapat di ketahui setelah bobot polong per tanaman
telah di hitung, bobot perpetak di hasilkan dari penjumlahan bobot polong dari ke
5 sampel tanaman
F. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan penelitian tersusun atas tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap
analisis data dan tahap penyusunan laporan.
1. Tahap persiapan
a. Tanah yang berada di desa Surokabupaten Banyumas Propinsi
jawa tengahdilakukan pengolahan
b. Tanah yang telah diolah kemudian dibuat bedengan dengan
ukuran 1,5m x 2m, sebanyak 24 petak
c. Tanah yang telah selesai dibuat bedengan kemudian dibuat jarak
tanam menggunakan penggaris dan tali rafia agar jarak tanam terlihat rapih
19
d. Dua hari sebelum tanam terlebih dahulu di aplikasikan pupuk SP-
36 dan pupuk organik (kompos).
2. Tahap pelaksanaan
a. Benih buncis tegak ditanam pada tanah yang telah diolah serta diberi
pupukorganikdan SP-36 aplikasi pupuk organik dan SP-36 dua hari sebelum
tanam.. Benih dimasukkan pada lubang yang telah disiapkan sebanyak 2 biji
perlobang.
b. Di lakukan penyulaman 5 hari setelah tanam apabila dalam suatu lobang tidak
ada benih yang tumbuh, benih yang untuk penyulaman sebanyak 2 benih
c. Pupuk mikoriza di aplikasikan satu minggu setelah tanam, dalam melakukan
pemupukan Mikoriza ada sekitar 35 spora
d. Pupuk urea dan KCl aplikasikansetelah tanaman berumur 2 minggu
e. Dilakukan perawatan (menyiram, menyiang) minimal 2 hari sekali.
f. Pengamatan variabel setelah tanaman tumbuh, dan setelah tanaman di panen
3. Tahap analisis data.
Semua data yang di peroleh dari penelitian kemudian di analisis guna
untuk penyusunan laporan.
4. Tahap penyusunan laporan.
Laporan di susun setelah semua data yang di dapatkan telah selesai di
lakukan analisis.
20
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No.Kegiatan percobaan
Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Persiapan pengolahan lahan
**** ****
2. Pelaksanaan percobaan **** ****
3. Analisis data**** ****
4. Penyusunan Laporan **** ****
DAFTAR PUSTAKA
Askari, W. Tanah Ultisol. http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol/. Diakses pada tanggal 20 mei 2013.
Bambang, C. 2003. “Kacang Buncis”, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kansius, Yogyakarta.
Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell, T. Grove, and N. Malajczuk. 1996. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. 374 +x p
Burbey dan R.D.M. Simanungkalit. 2006.Tanggapan Padi Gogo Terhadap Inokulasi Mikoriza Dengan Pupuk P Dan Kapur Tanah Ultisol. hlm. 1-9 DalamDjoko S. Damardjati dan Adi Widjono (Ed.). Hasil Penelitian Pertanian dan Bioteknologi Pertanian III. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.
21
Cahyono, (2007).Teknik Budidaya dan Anlisis Usaha Tani Kacang Buncis. Kanisius, Yogyakarta.
Emma, S. Wirakusumah. 1994. Buah dan Sayur Untuk Terapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis, M. A. Pulung,M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, H.H. Bailey. 1986. Penuntun Praktikum Ilmu tanah. Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.
Hardjowigeno, S. 1989. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.Invam. 2010. Classification of Glomeromycota. (on-
line).http://invam.caf.wvu.edu/ . diakses tanggal 15 Juni 2013.
Nuhamara, S. T. 1993. Peranan Mikoriza untuk Reklamasi Lahan Kritis. Program Pelatihan Biologi dan Bioteknologi Mikoriza.
Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak
Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-
Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003.
Bandung. pp 10.
Titi setianingsih dan Khaerudin.1993.Pembudidaya Buncis Tipe Tegak dan Merambat.
Yulnafatmawita. 2008. Buku Pegangan Mahasiswa Untuk Praktikum FisikaTanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Padang.76 hal.
Yusnaini, S. 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Mikoriza Vesikular Arbuskular terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada Tanah Ultisol Lampung. Jurnal Tanah Tropika. No. 7:103-108
22
Lampiran 1. Denah Percobaan
BLOK 1 BLOK II BLOK IIIH PO C50HK
C50H C50 HKK H C50K
HK K C50HC50HK C50K C50
PO C50H KC50 HK H
C50K C50HK PO
Keterangan :PO = KontrolK = Organik
23
U
H = HayatiC50 = Pengurangan dosis anjuran pupuk Kimia 50%C50K = Kimia 50% + OrganikC50HK = Kimia 50% + Hayati + OrganikHK = Hayati + OrganikC50H = Kimia 50% + Hayati
Lampiran 2. Peta lokasi penelitian
24
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Pupuk N-P-K dan Mikoriza
1. Perhitungan dosis pupuk N-P-K, yaitu:
25
a. Pupuk urea : dosis
anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha
Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:
tanaman
o Pengurangan dosis pupuk 50%yaitu = 50.000 x ½= 25.000g/ha
o Kebutuhan pupuk urea per tanaman dengan pengurangan 50% yaitu:
25.000/ 125.000 = 0.2 gram/tanaman
b. Pupuk SP-36 : dosis anjuran 200 kg/ha = 200.000g/ha
Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:
tanaman
o Pengurangan dosis pupuk 50 % = 200.000 x ½ = 100.000 g/ha
o Kebutuhan pupuk SP-36per tanaman yaitu:
100.000/ 125.000 = 0.8 gram/tanaman
c. Pupuk KCL : dosis anjuran 50 kg/ha = 50.000 g/ha
Bila jarak tanaman dibuat 20 cm x 40 cm, maka populasi dalam 1 ha yaitu:
tanaman
o Pengurangan dosis pupuk 50% = 50.000 x ½
= 25.000g/ha
26
o Kebutuhan pupuk KCL per tanaman yaitu:
25.000/ 125.000 = 0,2 gram/tanaman.
2. Perhitungan dosis mikoriza, yaitu:
- Glomus sp
Jumlah spora pada setiap 1 g formula = 4 spora
- Gigaspora sp
Jumlah spora pada setiap 1 g = 3 spora
- Campuran Glomus sp dan Gigaspora sp
Untuk 35 spora = 5, 833g formula Gigaspora sp dan 4,375g untuk Glomus sp
Jadi total kebutuhan untuk campuran mikoriza Glomus sp dan Gigaspora sp
(M3) = 10,208g.
27
top related