issn: 1693 - 313 · issn: 1693 - 313 jurnal ipteks new media volume 7 nomor 2 september 2016...
Post on 17-Mar-2019
273 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Ipteks “New Media” Volume 7 Nomor 2 September 2016 merupakanedisi ketigabelas yang bertemakan “Pendidikan, Ekonomi, Desain Grafis, Arsitektur danTeknologi Infomasi”.
Edisi ini diawali dengan artikel yang berjudul tentang Isu dan PermasalahanPermukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai) Tukad Badung Denpasar oleh I DewaGede Putra, S.T.,M.T., Artikel kedua oleh I Made Yoga Wicaksana dengan judulPengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual Dalam Pembelajaran MatematikaTerhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen DiKelas V Sd Gugus 9 Kecamatan Buleleng). Artikel ketiga Transformasi Pasca ErupsiMerapi Dalam Landscape Photography oleh Ramanda Dimas Suryadinata, S.Sn., M.Sn.Artikel keempat dengan judul Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual oleh A.A Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn. Dan yang terakhir adalah artikel dari KetutBayu Yogha Bintoro, dengan judul Klasifikasi Bio-Inspired Algorithm DalamPerspektif Teori Complex Adaptive System.
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada New Media atas motivasi danmasukkannya untuk kesempurnaan jurnal ini serta seluruh civitas akademika NewMedia atas kekompakan dan semangatnya. Terakhir, kritik dan saran gunakesempurnaan selanjutnya sangat kami harapkan dan kepada semua yang telahmembantu penerbitan jurnal ini dan para pembaca yang budiman, kami ucapkanterimakasih.
RedaksiAlamat Redaksi
NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 8955649 Fax: (0361) 246342email: info@newmed.ac.id
website: http://www.newmed.ac.id
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKS
NEW MEDIAVOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016
Pelindung dan Penanggung Jawab :Nyoman Suteja, Ak. Kadek Sudrajat, S.Kom
Penasehat :Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST, MA.
Ketua Dewan Redaksi :Putu Astri Lestari, S.E., Ak., M.M.
Mitra Bestari :Prof. Dr. Shane Greive (Architect and Urban Specialist, Curtin University of
Technology)
Dewan Editor :Freddy Hendrawan, S.T., M.T.
Putu Astri Lestari, S.E., Ak., M.M.I Wayan Edi Gunawan, S.Kom
Redaktur Pelaksana:Gede Parwatha
Inten Pertiwi, S.I.P., M.M.
Desain Cover:Kadek Angga Dwi Astina, S.Ds
Alamat Redaksi : NEW MEDIAJl. Tukad Batanghari No. 29 Renon – Denpasar
Telp. (0361) 8955649 Fax: (0361) 246342email: info@newmed.ac.id Website: http://www.newmed.ac.id
JURNAL IPTEKS “NEW MEDIA” yang terbit pertama kali September Tahun 2010 adalah wahana informasi di bidang ilmupengetahuan, teknologi informasi, ekonomi, bisnis, sinema, seni grafis dan arsitektur. Artikel berupa hasil penelitian, tulisan ilimahpopuler, studi kepustakaan, review buku maupun tulisan ilmia h terkait lainnya. Dewan Redaksi menerima artikel terpilih untukdimuat, dengan frekuensi terbit secara berkala 2 (dua) kali setahun yaitu September dan Maret. Naskah yang dimuat merupakanpandangan dari penulis dan Dewan Redaksi hanya menyunting naskah sesuai format dan aturan yang berlaku tanpa mengubahsubstansi naskah.
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016
PETUNJUK PENGIRIMAN NASKAHTATA TULIS NASKAH :1. Kategori naskah ilmiah hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan), ilmiah populer
(aplikasi, ulasan, opini) dan diskusi.2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris diketik pada kertas ukuran A-4,
spasi Single, dengan batas atas, bawah, kanan dan kiri masing-masing 2,5 cm dari tepi kertas.3. Batas panjang naskah/artikel maksimum 20 halaman dan untuk naskah diskusi maksimum 5
halaman.4. Judul harus singkat, jelas tidak lebih dari 10 kata, cetak tebal, huruf kapital, huruf Times New
Romans 16 pt, ditengah-tengah kertas. Untuk diskusi, judul mengacu pada naskah yang dibahas(nama penulis naskah yang dibahas ditulis sebagai catatan kaki).
5. Nama penulis/pembahas ditulis lengkap tanpa gelar, di bawah judul, disertai institusi asalpenulis dan alamat email dibawah nama.
6. Harus ada kata kunci (keyword) dari naskah yang bersangkutan minimal 2 kata kunci. Daftarkata kunci (keyword) diletakkan setelah abstrak.
7. Abstrak ditulis dalam Bahasa Indonesia dan Inggris maksimum 150 kata, dicetak miring, 1spasi. Abstrak tidak perlu untuk naskah diskusi.
8. Judul bab ditulis di tengah-tengah ketikan, cetak tebal huruf capital, huruf Times New Romans12 pt
9. Gambar, grafik, tabel dan foto harus disajikan dengan jelas. Tulisan dalam gambar, grafik, dantabel tidak boleh lebih kecil dari 6 point (tinggi huruf rata-rata 1,6 mm).
10. Nomor dan judul untuk gambar, grafik, tabel dan foto ditulis di tengah-tengah kertas denganhuruf kapital di awal kata. Untuk nomor dan judul tabel diletakkan di atas tabel, sedangkanuntuk nomor dan judul gambar, grafik dan foto diletakkan di bawah gambar, grafik dan fotoyang bersangkutan.
11. Untuk segala bentuk kutipan, pada akhir kutipan diberi nomor kutipan sesuai dengan catatankaki yang berisi referensi kutipan (nama, judul, kota, penerbit, tahun dan halaman yang dikutip).Rumus-rumus hendaknya ditulis sederhana mungkin untuk menghindari kesalahan pengetikan.Ukuran huruf dalam rumus paling kecil 6 point (tinggi huruf ratarata 1,6 mm).
12. Definisi notasi dan satuan yang dipakai dalam rumus disatukan dalam daftar notasi. Daftarnotasi diletakkan sebelum daftar pustaka.
13. Kepustakaan diketik 1 spasi. Jarak antar judul 1,5 spasi dan diurutkan menurut abjad.Penulisannya harus jelas dan lengkap dengan susunan : nama pengarang. tahun. judul. kota:penerbit. Judul dicetak miring.
KETERANGAN UMUM :1. Naskah yang dikirim sebanyak satu eksemplar dalam program pengolahan kata M.S. Word.dan
naskah bisa dikirimkan via email atau dalam bentuk CD ke alamat redaksi.2. Naskah belum pernah dipublikasikan oleh media cetak lain.3. Redaksi berhak menolak atau pengedit naskah yang diterima. Naskah yang tidak memenuhi
kriteria yang ditetapkan akan dikembalikan. Naskah diskusi yang ditolak akan diteruskankepada penulis naskah untuk ditanggapi.
ISSN: 1693 - 313
JURNAL IPTEKSNEW MEDIA
VOLUME 7 NOMOR 2 SEPTEMBER 2016
DAFTAR ISI
Isu dan Permasalahan Permukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai)Tukad Badung DenpasarI DEWA GEDE PUTRA, ST.,MT.
1 - 11
Pengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual DalamPembelajaran Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir KritisSiswa Sekolah Dasar (Penelitian Eksperimen Di Kelas V Sd Gugus 9Kecamatan Buleleng)I MADE YOGA WICAKSANA
12 - 26
Transformasi Pasca Erupsi Merapi Dalam Landscape PhotographyRAMANDA DIMAS SURYADINATA, S.SN., M.SN.
27 - 35
Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi VisualA. A. SAGUNG INTAN PRADNYANITA, S.SN.,M.SN.
36 - 45
Klasifikasi Bio-Inspired Algorithm Dalam Perspektif Teori ComplexAdaptive SystemKETUT BAYU YOGHA BINTORO
46 - 56
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
1
ISU DAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN DI DAS(DAERAH ALIRAN SUNGAI) TUKAD BADUNG DENPASAR
I Dewa Gede Putra, ST.,MTDosen Program Studi Desain Interior, Sekolah Tinggi Desain Bali
Email : idewagedeputra@yahoo.com
ABSTRAK
Urbanisasi adalah bagian yang mempengaruhi bentuk kota Denpasar kini.Berkembang pesatnya Kota Denpasar menuntut ketersediaan lahan yang lebihbanyak dengan lebih padatnya jumlah penduduk kini, termasuk juga pada DaerahAliran Sungai (DAS) Tukad Badung. Lahan semakin mahal dan sulit untuk dibeli.Ruang kawasan tepi air (sungai) yang seharusnya bisa dijadikan ruang terbuka,malah dipadati oleh berbagai fasilitas, seperti fasilitas komersial dan permukiman.Hal tersebut merupakan permasalahan jika tidak dilakukan sesuai denganketentuan yang berlaku dan pertimbangan aspek lingkungan. Kesadaranmasyarakat yang minim menyebabkan masyarakat kurang memperhatikankelestarian lingkungan. Pelanggaran tersebut seperti adanya bangunan yang kurangmemperhatikan jarak antara bangunan ke tepi sungai, pondasi bangunan-bangunanya melewati tepian sungai, bahkan terkena air. Jarak yang sangat dekattersebut tentu saja dapat membahayakan penduduk sekitar dan pengguna bangunantersebut apabila terjadi pengikisan pada pondasi.. Dampak yang terjadi daripelanggaran aturan tersebut dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungandi sepanjang aliran Tukad Badung dengan pembuangan limbah rumah tangga kesungai.
Keyword: permukiman, daerah aliran sungai, tukad badung, Denpasar
1. PENDAHULUAN
Di tengah arus modernisasi dan
pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat, pembangunan juga mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal itu
dilakukan untuk menampung segala
aktifitas manusia dalam meningkatkan taraf
hidup yang lebih baik.Dalam pembangunan
di sekitar kawasan tepi air haruslah ada
keselarasan antara fungsi dan penataan
karena kawasan tepi air memiliki potensi
yang sangat besar dalam aspek kehidupan
manusia. Potensi kawasan tepi air tersebut
antara lain sebagai kawasan komersial,
wisata, permukiman, dan sebagainya.
Penggunaan potensi- potensi tersebut jika
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik
tentu akan memberikan dampak positif bagi
kehidupan manusia dan bagi kelestarian
lingkungan itu sendiri, karena antara
manusia dan lingkungannya memiliki
hubungan timbal balik yang sangat erat.
Jurnal ini akan membahas mengenai
karakteristik dan permasalahan kawasan
tepi air khususnya tepi Tukad Badung di
Kota Denpasar. Tukad Badung merupakan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
2
sebuah sungai yang membagi Kota
Denpasar, yaitu bagian barat dan timur.
Sama halnya dengan sungai-sungai di Bali
pada umumnya, sungai Badung bermanfaat
besar pada kehidupan masyarakat di Kota
Denpasar, seperti sebagai daerah aliran air
hujan untuk menghindari banjir ataupun
sebagai sumber air, dengan berbagai
peranannya. Dengan tumbuhnya aktivitas
kota, pertambahan jumlah penduduk dari
tahun ke tahun maka peranan tepi Sungai
Badung pun terus mengalami
perkembangan menjadi daerah komersial.
Ini tentu beralasan karena dunia pariwisata
akan melahirkan masyarakat industiri
dimana peranan materi sangat penting di
mata masyarakat, cenderung
mengutamakan pendekatan ekonomis
dalam berbagai kegiatannya. Hal ini
dipertegas oleh Marx yang menyatakan
bukan kesadaran manusia yang menentukan
kondisi mereka, tapi kondisi sosial-lah yang
menentukan kesadaran mereka. (Marx
dalam Barker.2004:51). Pengaruh kondisi
social di masyarakat yang tidak memiliki
kesadaran tinggi tentang lingkungan
menjadi persepsi luas yang saling
mempengaruhi. Inilah yang menyebabkan
kadang-kadang pembangunan di tepi
sungai, khususnya Tukad Badung kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Urbanisasi sebagai bagian yang
mempengaruhi bentuk kota Denpasar kini
termasuk juga pada sekitaran Tukad
Badung. Berkembang pesatnya Kota
Denpasar menuntut ketersediaan lahan yang
lebih banyak dengan lebih padatnya jumlah
penduduk. Akibatnya lahan semakin mahal
dan sulit untuk dibeli. Ruang kawasan tepi
air (sungai) yang seharusnya bisa dijadikan
ruang terbuka, malah dipadati oleh berbagai
fasilitas, seperti fasilitas komersial dan
permukiman. Hal ini tidak akan menjadi
masalah jika dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan menghrmati
lingkungan.
Namun, terkadang pembangunan
tersebut kurang memperhatikan aspek
lingkungan berkaitan dengan kelestarian
dan pengelolaannya sehingga dapat
meniimbulkan hal yang mengkhawatirkan
seperti pencemaran dan kerusakan terhadap
kawasan tepi air. Maka dari itu diperlukan
adanya pemahaman terhadap pengertian
kawasan tepi air agar dapat dimanfaatkan
bagi kehidupan masyarakat.
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk menyusun laporan
ini yaitu: Studi Literatur. Beberapa data
maupun materi yang kami tampilkan di
dalam paper ini, ada yang bersumber dari
literatur – literatur, diantaranya berupa
buku, maupun data dari internet. Kedua,
observasi lapangan, metode ini dilakukan
dengan terjun langsung ke lapangan untuk
mengamati secara langsung dan mengambil
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
3
data sesuai situasi yang ada di lapangan.
Analisa dilakukan dengan identifikasi
permasaalhan dan menganalisa dengan
mengacu pada aturan dan kajian relevan
dalam pengelolaan lingkungan
permukiman.
3. TINJAUAN TEORI
Pengertian Kawasan Tepi Air
Kawasan Tepi Air ialah suatu lahan
atau area yang terletak berbatasan dengan
air, terutama merupakan bagian kota yang
menghadap ke laut, sungai, danau, dan
sejenisnya yang dapat dijadikan sebagai
bagian dari upaya pengembangan wilayah
perkotaan, dimana yang menjadi pokok
perhatian disini ialah daerah tempat
aktivitas manusia yang berhubungan
dengan lingkungan darat dan air yang
sesungguhnya menawarkan dan
menciptakan suatu lingkungan yang unik
dan lestari.
Sungai merupakan salah satu bagian
dari siklus hidrologi. Air dalam sungai
umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti
hujan, embun, mata air, limpasan bawah
tanah, dan di beberapa negara tertentu air
sungai juga berasal dari lelehan es/ salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan
sedimen dan polutan. Kemanfaatan terbesar
sebuah sungai adalah untuk irigasi
pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk
dijadikan objek wisata sungai (Wikipedia,
2011).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari
kawasan tepi air ialah mengenai kondisi
kehidupan yang terdapat di sana, baik
lingkungan biotik maupun lingkungan
abiotik. Lingkungan biotik dapat berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan laut dan
manusia, sedangkan lingkungan abiotik
dapat berupa benda-benda mati yang
terdapat di sepanjang tepi sungai, seperti
misalnya sampah, kerikil-kerikil, dan
bangunan-bangunan yang terdapat di
sepanjang tepi sungai.
Jadi, pada umumnya, hal yang dapat
kita temukan di kawasan tepi air, dalam hal
ini kawasan tepi sungai ialah mahluk hidup
beserta lingkungan tempat tinggalnya,
sekaligus juga sebagai tempat beraktivitas
bagi manusia.Kawasan Sempadan Sungai
adalah kawasan sepanjang tepi kanan dan
kiri sungai, meliputi sungai alam dan
buatan, kanal dan saluran irigasi primer.
Sarana dan Prasarana pada Kawasan
Tepi Air
Sebagai suatu kawasan yang diperuntukkan
untuk melakukan berbagai jenis kegiatan,
Waterfront dilengkapi dengan berbagai
macam sarana penunjang yang dapat
berfungsi untuk mewujudkan kemudahan-
kemudahandalam melakukan aktivitas pada
kawasan tersebut, adapun sarana-sarana
tersebut adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
4
pertemuan, pameran, rekreasi air, taman,
pusat hiburan, perhotelan, permukiman,
jalur pejalan kaki, jalur kendaraan, runang
terbuka hijau, jembatamn rekreasi, ruko,
perdagangan dan lain-lain. 2)Prasarana
transportasi, marina dan segala fasilitasnya,
pusat perdagangan, pusat perindustrian,
perkotaan, perumahan, apartemen, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, sarana
peribadatan, restoran, area rekreasi, water
park, kolam mancing, fasilitas nelayan,
pasar malam, sport club, cagar alam dan
lain-lain. 3) Sarana dan Prasarana Kawasan
tepi air (Waterfront) dapat dibagi menjadi 4
tipe: Tipe 1 : Kawasan nelayan, kawasan
persawahan, kawasan tambak, kawasan
perkebunan dan sebagainya. Tipe 2 :
Kawasan perkotaan, pelabuhan, kawasan
rekreasi, wisata. Tipe 3 : Kawasan pabrik-
pabrik. Tipe 4 : Kawasan kegiatan ekonomi
Dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Bali, Kawasan
Lindung, dijelaskan bahwa:
Kriteria penetapan sempadan sungai
mencakup :
a. Pada kawasan perkotaan tanpa bahaya
banjir, lebar sempadan sungai:
1. 3 meter untuk sungai bertanggul
2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3
meter
3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai
20 meter
4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari
20 meter
b. Pada kawasan perkotaan dengan bahaya
banjir, lebar sempadan sungai:
1. 3 meter untuk sungai bertanggul
2. 25 meter untuk banjir ringan
3. 50 meter untuk banjir sedang
4. 100 meter untuk banjir besa
c. Pada kawasan perdesaan tanpa bahaya
banjir, lebar sempadan sungai:
1. 3 meter untuk sungai bertanggul
2. 10 meter untuk kedalaman lebih dari 3
meter
3. 15 meter untuk kedalaman 3 sampai
20 meter
4. 30 meter untuk kedalaman lebih dari
20 meter
d. Pada kawasan perdesaan dengan bahaya
banjir, lebar sempadan sungai:
1. 5 meter untuk sungai bertanggul
2. 50 meter untuk banjir ringan
3. 100 meter untuk banjir sedang
4. 150 meter untuk banjir besar
Kawasan sempadan sungai adalah
kawasan sepanjang tepi kanan dan kiri
sungai, meliputi sungai alam dan buatan,
kanal dan saluran irigasi primer. Jarak
sempadan sungai meliputi jarak sekurang-
kurangnya 50 meter di kiri dan kanan
sungai tidak bertanggul, dan 5 meter di kiri
kanan sungai bertanggul, berlaku untuk di
sungai-sungai di luar kawasan permukiman,
sedangkan untuk sungai didalam kawasan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
5
permukiman sekurang-kurangnya 10 meter
dikiri dan kanan sungai tidak bertanggul
dan 3 meter di kanan dan kiri sungai untuk
sungai bertanggul. (Suryanata. 2007; 26).
Urbanisasi sebagai Pembentuk Wajah
Kota
Urbanisasi terdiri dari dua aspek
besar yaitu Aspek fisik (terbangun dengan
alam) sebagai wujud ruang dengan elemen-
elemennya. Aspek manusia sebagai subjek
pembangunan dan pengguna ruang kota.
Kedua hal tersebut merupakan aspek yang
tidak dapat dilepaskan. Kota adalah tempat
bermukim manusia dengan segala
kehidupannya, maka kota adalah bagian
dari Human Settlement. Human Settlement
are, by definition, settlement inhabited by
Man. (Doxiadis, dalam Soetomo,2009: 35)
Human Settlement terdiri dari
Content yaitu manusia dan Container yaitu
wadah, baik buatan manusia atau alam.
Human Settlement dalam batas geografis
adalah bumi itu sendiri.
1. Shells atau ruang bangunan dari
bangunan gedung hingga kelompok
yang mencaai skala permukiman,
kampong, kota dan aglomerasi fisik
wilayah, tempat tinggal manusia.
2. Network atau jaringan yang meliputi
prasarana tempat manusia
berkomunikasi dan jaringan utilitas
tempat jaringan materi mengalir
(transportasi, air, listrik, dll).
3. Nature atau alam sebagai natural
environment terdiri dari elemen biotik
dan abiotik.
4. Man, manusia sebagai makhluk
individu dengan segala kepribadian dan
identitasnya sebgai jagad kecil yang
kompleks.
5. Society. Masyarakat atau kumpulan
manusia dari keluarga, neigbourhood,
hingga warga dunia, dengan segala
hubungan yang kompleks dalam
kehidupan social, ekonomi, budaya dan
politik.
Bentuk fisik ruang perkotaan yang
kita sebut morfologi kota merupakan hasil
bentukan kehidupan social, ekonomi,
budaya dan keputusan politik. Bentukan
ruang tersebut berada di dalam wadah ruang
alam (fisik natural) yang ditempatinya.
Wadah alam dan wadah buatan (natural
HUMANSETTLEMENT
CONTAINER1. Shells2. Network3. Nature
CONTENTS4. Man5. Society
Nature
ManNetwork
SocietyShell
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
6
and man made) oleh Doxiadis disebut
sebagai Container dan kehidupan
manusianya disebut contents. Yang pertama
merupakan bentukan atau konsekuensi dari
yang kedua, dan kedua hal tersebut saling
berkaitan. (Soetomo,2009:198)
Urbanisasi atau proses peng’kota’an
sangat jelas mempengaruhi bentuk kota.
Dengan kompleksitas kegiatan masyarakat
perkotaaan menimbulkan ruang-ruang
tertentu dengan fungsi berbeda yang
memiliki ketergantungan.
TINJAUAN OBJEK
Secara Geografis Denpasar terletak
pada 80 35’ 31” –80 44’49” lintang selatan
dan 1150 10’23” – 1150 16’27” bujur timur.
Secara regional penyebab bertambahnya
penduduk Kota Denpasar karena Denpasar
merupakan kota provinsi dimana hampir
seluruh kegiatan ekonomi, pendidikan dan
pemerintahan terfokus di Kota Denpasar.
Secara historis masyarakat Kota Denpasar
yang sebagian besar memeluk agama
Hindu, masih memegang teguh budaya dan
adat istiadat yang dilandasi oleh ajaran
agama Hindu. Secara umum masyarakat
Kota Denpasar dalam kehidupan sehari-
harinya memiliki dan menjalankan konsep
Tri Hita Karana yang mempunyai
pengertian tiga penyebab kesejahteraan
yang bersumber pada keharmonisan
hubungan antar sesama manusia, manusia
dengan lingkungannya, manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Jumlah penduduk tentu membawa
dampak yang signifikan dalam pola
pembangunan dan pertumbuhan Kota
Denpasar. Terjadi permasalahan
permukiman kumuh dan permsalahan
lingkungan yang tak pernah terselesaikan.
Menurut data dari Dinas Tata Ruang dan
Perumahan, ada sekitar ± 81 titik rumah
kumuh di Kota Denpasar. Salah satu lokasi
yang dapat dengan mudah ditemui adalah
permukiman kumuh yang terletak di sekitar
Tukad Badung, Denpasar.
Lokasi Tukad Badung Kota Denpasar
Dalam penyusunan laporan ini data
diperoleh sekitar pasar Badung tepatnya di
kawasan Jalan Gajah Mada, Jalan
Hasanudin dan sekitarnya
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
7
Kondisi Air Tukad Badung
Pencemaran air Tukad Badung oleh
sampah dan limbah cair diakibatkan oleh
adanya pembuangan domestik/ rumah
tangga dan limbah industri. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mengatasi
pencemaran Tukad Badung ialah dengan
membuat jaring-jaring penangkap sampah,
serta membuat sistem pengelolaan limbah
komunal maupun sistem pengelolaan secara
biologi. Peran serta masyarakat sangat
diperlukan didalam membantu mengatasi
masalah pencemaran air di Tukad Badung.
Air Tukad Badung tidak hanya digunakan
untuk mengaliri daerah irigasi di sekitar
Tukad Badung tetapi Tukad Badung
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan
air baku di Denpasar Selatan dan Badung
Selatan.
Limbah rumah tangga yang berasal
dari permukiman penduduk di sekitar
Nampak begitu saja dibuang ke aliran
sungai tanpa ada pengolahan sedikit pun.
Dekatnya jarak antar bangunan dengan tepi
air ini memberikan kemudahan pada
penduduk sekitar untuk membuang limbah
sembarangan. Dengan pola pembangunan
seperti ini sangat merugikan aspek
lingkungan yang berpengaruh bagi kualitas
air dan biota di dalamnya.
PEMBAHASAN
Peraturan dan Fakta Sempadan Tukad
Badung
Dari segi peraturan sudah ditetapkan
bahwa kawasan sempadan sungai
merupakan kawasan sepanjang tepi kanan
dan kiri sungai, meliputi sungai alam dan
buatan, kanal dan saluran irigasi primer.
Jarak sempadan sungai meliputi jarak
sekurang-kurangnya 50 meter di kiri dan
kanan sungai tidak bertanggul, dan 5 meter
di kiri kanan sungai bertanggul, berlaku
untuk di sungai-sungai di luar kawasan
permukiman, sedangkan untuk sungai
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
8
didalam kawasan permukiman sekurang-
kurangnya 10 meter dikiri dan kanan sungai
tidak bertanggul dan 3 meter di kanan dan
kiri sungai untuk sungai bertanggul.
Masalahnya, beberapa bangunan
yang ada di tepi Sungai Badung dalam
pembangunannya kurang memperhatikan
jarak antara bangunan ke tepi sungai,
bahkan di kawasan jembatan Jalan
Hasanudin pondasi bangunan-bangunanya
melewati tepian sungai. Jarak yang sangat
dekat tersebut bahkan pondasinya terkena
aliran air sungai. Tentu saja ini dapat
membahayakan penduduk sekitar dan
pengguna bangunan tersebut apabila terjadi
pengikisan pada pondasi sedangkan
bangunan tersebut sebagian besar bangunan
bertingkat. Jadi, dapat diketahui
pembangunan disana belum sepenuhnya
mengikuti aturan yang berlaku dalam
pengelolaan pembangunannya.
Belum adanya sanksi yang tegas
dari pemerintah bagi oknum yang
melakukan pencemaran terhadap
lingkungan mungkin dapat meningkatkan
jumlah pencemaran. Memang masalah
tentang pentingnya kelestarian lingkungan
semakin mengemuka di mata masyarakat
namun wujud nyata dari pencegahan
pengrusakan lingkungan masih sangat
minim.
Karakter Pembangunan Tepi Tukad
Badung
Tata Guna Lahan Tepi Tukad Badung di
Kota Denpasar
Tukad Badung yang merupakan
salah satu kawasan tepi air yang berada di
pusat Kota Denpasar memiliki dapat di
fungsikan sebagai:
Kawasan Komersial (Commercial
Waterfront) :
Kawasan tepi Tukad Badung mampu
menarik pengunjung yang akan
memanfaatkan potensi kawasan tepi sebagai
tempat bekerja, belanja dan lainnya karena
lokasinya mudah untuk dijangkau dan
berada di pusat Kota Denpasar. Contoh-
contoh tempat komersial yang bisa
dijumpai adalah, Pasar Badung, kawasan
penjualan kain sepanjang Jalan Sulawesi,
bank dan hotel.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
9
Kawasan Permukiman (Residential
Waterfront) :
Perkembangan tepi Tukad Badung
dengan meningkatnya aktivitas masyarakat
tumbuh menjadi daerah pemukiman. Jalan
Sulawesi yang menjadi kawasan komersial
juga berkembang menjadi kawasan
permukiman bangunan bertingkat. Di
kawasan Jalan Hasanudin juga terdapat
fasilitas hotel kota sebagai penunjang dari
aktifitas kota.
Urbanisasi atau proses peng’kota’an
sangat jelas mempengaruhi bentuk kota dan
bagian-bagian kota Denpasar termasuk
kawasan tepi air Tukad Badung. Pola
masyarakat yang cenderung berpikir
praktis, individualis sangat jauh dengan
upaya pendekatan lingkungan. Masyarakat
kota ini cenderung tumbuh hanya
mementingkan pendekatan ekonomi dan
mengabaikan pendekatan lingkungan dan
social yang menjadi syarat dalam suatu
pembangunan berkelanjutan. Dengan
kompleksitas kegiatan masyarakat
perkotaaan menimbulkan gesekan antara
kepentingan pribadi dan kepantingan yang
lebih luas tentang kualitas lingkungan.
Dampak yang Terjadi Akibat
Pelanggaran Peraturan
Berdasarkan fakta-fakta yang ada di
lapangan, banyak ditemukan pelanggaran-
pelanggaran yang terjadi di kawasan tepi
Tukad Badung di Kota Denpasar. Aturan
yang ada seolah-olah tidak dihiraukan lagi,
bagi orang-orang yang intens terhadap
masalah lingkungan permasalahan ini tentu
dapat memberikan preseden tidak baik bagi
pemerintah. Hal ini tentu beralasan karena
peran pemerintah sebagai pengelola
masalah masyarakat tidak mampu
dijalankan dengan baik dalam hal ini
masalah lingkungan. Padahal, letak sungai
Badung melewati Kota Denpasar yang
seharusnya bebas dari pencemaran agar
tidak memperburuk tampilan wajah Kota
Denpasar.
Kesadaran masyarakat yang minim
menyebabkan masyarakat kurang
memperhatikan kelestarian lingkungan.
Pelanggaran tersebut seperti adanya
bangunan yang kurang memperhatikan
jarak antara bangunan ke tepi sungai,
pondasi bangunan-bangunanya melewati
tepian sungai, bahkan terkena air. Jarak
yang sangat dekat tersebut tentu saja dapat
membahayakan penduduk sekitar dan
pengguna bangunan tersebut apabila terjadi
pengikisan pada pondasi sedangkan
bangunan tersebut sebagian besar bangunan
bertingkat.
Contoh lain, walaupun di daerah
pasar Badung sudah disediakan tempat-
tempat sampah nampaknya tidak
mengurangi niat pedagang ataupun pembeli
membuang sampah ke Sungai Badung.
Karena lebih praktis dan tidak akan ada
oknum yang melarang.Hal ini dibuktikan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
10
dengan masih banyaknya sampah-sampah
mengapung di tepian sungai Badung,
terutama sampah-sampah anorganik. Jika
hal ini terus dibiarkan tanpa adanya peran
serta dari pemerintah untuk menjalanka
peratuan secara tegas, tumpukan sampah-
sampah kemungkinan akan dapat
menghambat aliran air sungai ketika hujan.
Bukan yang hal yang tidalk mugkin akan
menyebabkan terjadinya banjir.
Permasalahan lain yang timbul dari
pelanggaran aturan tersebut adalah
pencemaran yang disebabkan oleh limbah-
limbah rumah tangga. Karena sebagian
besar pipa-pipa pembuangan dialirkan ke
sungai terutama bagian belakang ruko di
kawasan Jalan Sulawesi. Hal ini bukan
hanya akan merusak kehidupan biota sungai
di kawasan tersebut tetapi sepanjang aliran
sungai Badung terutama bagian hilir akan
semakin tercemar.
PENUTUP
Simpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan
sepanjang tepi kanan dan kiri sungai,
meliputi sungai alam dan buatan, kanal dan
saluran irigasi primer. Jarak sempadan
sungai dituangkan dalam peraturan
pemerintah yang jaraknya sudah ditentukan
berdasarkan jenis sungainya. Karakter
pembangunan kawasan tepi air di kota
Denpasar sebagian besar melanggar aturan-
aturan mengenai sempadan sungai. Hal ini
terlihat banyaknya bangunan yang tepat
berada di atas tepi sungai bahkan
pondasinya mengenai aliran sungai, serta
pembuangan limbah rumah tangga yang
dibuangke sungai. Dampak yang terjadi
dari pelanggaran aturan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran di
sepanjang aliran Tukad Badung yang dapat
merusak kehidupan biota sungai.
Saran
Beberapa saran yang perlu dilaksanakan
dalam pengelolaan kawasan tepi Tukad
Badung di Kota Denpasar adalah : 1) Perlu
adanya kesadaran dari masyarakat sekitar
Sungai Badung di Kota Denpasar agar
kelestariannya dapat tetap terjaga dan dapat
dimanfaatkan dengan baik sesuai dengan
arah pengembangannya.
2). Aturan-aturan yang telah dibuat dan
disepakati harus dapat dijalankan dengan
baik sebagai kontrol terhadap prilaku
manusia, dan harus ada ketegasan dari
pemerintah apabila terjadi pelanggaran-
pelanggaran terhadap aturan tersebut. 3).
Pengelolaan dan pengembangan tepi
Sungai Badung di Kota Denpasar harus
dilakukan dengan baik dan terprogram
karena kawasan tepi air Sungai Badung
memiliki potensi yang sangat penting
khususnya bagi masyarakat Denpasar.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
11
Daftar Pustaka
Barker, Chris. 2000. Culture Studies.Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Karyono, Tri Harso. 2005. Arsitektur KotaTropis Dunia Ketiga. Jakarta :Tehaka Arkita.
Muyandari, Hestin. 2011. PengantarArsitektur Perkotaan. Yogyakarta :Andi.
Penjelasan Peraturan Pemerintah DaerahPropinsi Daerah Tingkat I BaliNomor 4 Tahun 1996. TentangRencana Tata Ruang WilayahPropinsi Tingkat I Bali.
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3Tahun 2005 tentang Rencana TataRuang Wilayah Provinsi Bali,Kawasan Lindung.
Suryanata, Indra. 2007. Objek RekreasiTepi Air di Hilir Tukad Badung.Denpasar.
Soetomo, Sugiono. 2009. Urbanisasi danMorfologi Kota. Yogyakarta : GrahaIlmu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Yogyakarta
http://www.walhi.or.id/kampanye/pela/060812_skwalikota37105_li/
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
12
PENGARUH PENERAPAN LOGIKA MATEMATIKAKONTEKSTUAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITISSISWA SEKOLAH DASAR
(PENELITIAN EKSPERIMEN DI KELAS V SD GUGUS 9KECAMATAN BULELENG)
I Made Yoga WicaksanaDosen AMIK New Media
Email : imade_yogawicaksana@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan post test onlycontrol group design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan logikamatematika kontekstual dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kritissiswa sekolah dasar. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD gugus 9 KecamatanBuleleng pada semester genap tahun 2011/2012. Sampel ditentukan dengan teknik randomsampling dan diperoleh kelas VB SD No. 3 Banjar Jawa sebagai kelas eksperimen sedangkankelas VB SD No. 1 Banjar Jawa sebagai kelas kontrol. Data mengenai kemampuan berpikirkritis siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis. Dari hasil testersebut diperoleh rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar54,47, sedangkan rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol sebesar 38,65.Hasil tersebut dianalisis dengan uji-t dua ekor pada taraf signifikansi 5% dan diperoleh thitung =2,59 yang lebih dari ttabel = 1,99 dengan derajat kebebasan 82. Berdasarkan hasil tersebutdapat disimpulakan bahwa penerapan logika matematika kontekstual dalam pembelajaranmatematika berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Kata kunci: logika matematika, logika matematika kontekstual, berpikir kritis,pembelajaran matematika
PENDAHULUAN
Proses transformasi area terbangun
Matematika sebagai ratu sekaligus pelayan
ilmu pengetahuan mengandung arti bahwa
matematika merupakan sumber dari displin
ilmu lainnya. Berbagai bidang ilmu
memanfaatkan matematika dalam
penemuan dan pengembangannya. Selain
sebagai ratu ilmu pengetahuan seperti
uraian di atas, tersirat bahwa matematika
itu sebagai suatu ilmu yang memiliki
fungsi untuk melayani ilmu pengetahuan.
Matematika tumbuh dan berkembang
untuk dirinya sendiri sebagai suatu ilmu.
Begitu pentingnya peranan matematika di
berbagai disiplin ilmu sehingga
matematika wajib untuk dipahami.
Dalam dunia pendidikan,
matematika memiliki manfaat yang sangat
besar sebagai alat dalam perkembangan
pendidikan dan kecerdasan akal.
Matematika merupakan alat utama untuk
memberikan cara berpikir, yaitu menyusun
pemikiran yang jelas, tepat, teliti, dan taat
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
13
azaz (Hudojo, 2003). Potensi ini terwujud
apabila pendidikan matematika berhasil
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
sistematis, logis, dan kreatif terhadap
perubahan dan pembangunan. Untuk
perkembangan selanjutnya matematika
diharapkan mampu memberikan nilai guna
yang tinggi dalam mengembangkan
pemikiran kritis, sistematis, logis, dan
keterampilan berpikir rasional.
Berpikir kritis merupakan
keterampilan universal. Kemampuan
berpikir kritis sepatutnya telah diberikan
pada anak sejak dini, selain untuk
mempersiapkan mereka di masa dewasa,
juga untuk membiasakan keterbukaan
terhadap berbagai informasi yang
diterimanya. Selain itu, kemampuan
berpikir kritis diperlukan untuk
meyelesaikan suatu permasalahan.
Kemampuan berpikir kritis dapat dicapai
apabila terjadi perubahan struktur kognitif
melalui penalaran atau logika terhadap
suatu analisis permasalahan yang disajikan.
Menurut Yuwan (2011:1), salah satu acuan
untuk melatih kemampuan berpikir kritis
yaitu dengan menggunakan berbagai
prinsip pembuktian kebenaran dari suatu
pernyataan dan penarikan kesimpulan
dalam logika.
Logika adalah ilmu yang
mempelajari masalah penalaran berpikir.
Ada banyak manfaat yang diperoleh
dengan mempelajari logika, antara lain
mempertinggi kemampuan menyatakan
gagasan secara jelas dan berbobot,
meningkatkan keterampilan menyusun
definisi, serta memperluas kemampuan
berargumentasi dan memberikan analisis
secara kritis (Sudiarta, 2004). Orang yang
berpikir secara kritis, yaitu orang yang
memperhatikan segala informasi,
mempertimbangkan juga segala sesuatu
yang akan terjadi akibat dari keputusan
yang diambil.
Logika matematika atau sering
disebut logika materiil, karena nilai
kebenarannya hanya ditentukan oleh
kebenaran proposisi penyusunnya, dan
tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu logika matematika
sangat tergantung pada kemampuan
penalaran deduktif yang bersifat abstrak.
Hal ini menjadi pertimbangan mengapa
logika matematika dianggap belum tepat
diajarkan di sekolah-sekolah rendah,
seperti di sekolah dasar (Sudiarta, 2004).
Namun di lain sisi, kemampuan penalaran
logis, baik deduktif maupun induktif perlu
dikembangan pada peserta didik sejak dini,
walaupun dalam bentuk yang sederhana
dan tentu sesuai dengan tingkat
perkembangan kemampuan berpikir siswa
(Sudiarta, 2004). Untuk membelajarkan
siswa sekolah dasar dengan menerapkan
prinsip-prinsip logika, perlu
memperhatikan perkembangan kognitif
siswa. Menurut Piaget (dalam Suherman,
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
14
2003:36), perkembangan kognitif siswa
sekolah dasar (umur 7-11 tahun) tergolong
pada tahap operasi konkretsehingga dalam
proses pembelajaran dengan menerapkan
logika matematika di sekolah dasar
menggunakan pendekatan kontekstual.
Dari hal tersebut, terdapat
kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Pada kenyataannya, logika matematika
tidak diajarkan di sekolah dasar atau paling
tidak prinsip-prinsip logika matematika
secara sadar dan intensif belum diterapkan
di sekolah dasar. Di samping itu, belum
ada penelitian ilmiah yang signifikan
terhadap kemungkinan penerapan logika
matematika di sekolah dasar. Namun
harapannya, prinsip-prinsip logika
matematika dalam bentuk sederhana sesuai
dengan tingkat perkembangan siswa
seharusnya diperkenalkan pada siswa
sekolah dasar untuk meningkatkan
kemampuan berpikir logis, induktif,
deduktif, dan kritis pada siswa.
2. Kajian Literatur dan Pembahasan
2.1 Hakekat Pembelajaran Matematika
di Sekolah Dasar Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Matematika mempunyai peranan
yang sangat penting dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan memajukan daya pikir
manusia. Untuk menguasai dan
menciptakan teknologi di masa depan,
diperlukan penguasaan matematika sejak
dini.Matematika adalah alat untuk
mengembangkan cara berpikir. Oleh
karena itu, mata pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik
mulai sekolah dasar untuk membekali
peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah,
tidak pasti dan kompetitif.
Perlu adanya perhatian dalam
menanamkan konsep matematika pada
jenjang Sekolah Dasar (SD) karena cara
berpikir siswa SD masih pada tahapan
operasi konkret. Sehingga dalam
pengajarannya di SD, pembelajaran
matematika itu sendiri harus dikaitkan
dengan benda-benda konkret yang ada di
sekitar siswa. Pembelajaran matematika di
sekolah dasar memiliki beberapa tujuan.
Tujuan mata pelajaran matematika yang
tercantum dalam KTSP pada SD/MI
(Depdiknas, 2006) adalah sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien
dan tepat dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan
sifat, melakukan manipulasi matematika
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
15
dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau
masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan
minat dalam mempelajari matematika
serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Adapun ruang lingkup materi atau
bahan kajian matematika di SD/MI
mencakup: (a) bilangan, (b) geometri dan
pengukuran, dan (c) pengolahan data. Pada
penelitian ini, materi yang akan dijadikan
fokus pembelajaran adalah materi kelas V
semester genap yaitu memahami sifat-sifat
bangun dan hubungan antarbangun.
2.2 Logika dan Logika Matematika
Logika adalah salah satu cabang
filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logike episteme (Latin: logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan
teratur. Ilmu disini mengacu pada
kemampuan rasional untuk mengetahui
dan kecakapan mengacu pada kesanggupan
akal untuk mewujudkan pengetahuan ke
dalam tindakan.
Logika mempelajari masalah
penalaran.Kegiatan penalaran dalam logika
disebut juga dengan penalaran logis.
Penalaran adalah proses dari akal manusia
yang berusaha untuk menimbulkan suatu
keterangan baru dari beberapa keterangan
yang sudah ada sebelumnya. Dalam logika,
keterangan yang mendahului disebut
premis, sedangkan keterangan yang
diturunkan disebut kesimpulan. Ada
beberapa kegunaan logika, Sudiarta (2004)
menyatakan sebagai berikut.
1. Membantu setiap orang untuk berpikir
secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir
secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk
berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis.
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran
dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpikir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap
suatu kejadian.
7. Meningkatkan citra diri seseorang.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
16
Di samping kegunaan di atas,
logika juga dapat memberikan berbagai
manfaat di mana logika sebagai ilmu
banyak menyajikan dalil-dalil, hukum
berpikir logis, dengan demikian logika
mengajarkan tentang berpikir yang
seharusnya serta akal semakin tajam dan
kemampuan berpikir kritis semakin tinggi
dalam hal imajinasi logis.
Logika matematika merupakan
pokok bahasan yang sangat penting karena
berhubungan dengan kemampuan berpikir
secara logis. Berpikir secara logis sangat
diperlakukan dalam setiap aspek
kehidupan sehari-hari karena merupakan
pendukung keberhasilan suatu tindakan,
misalnya dalam pengambilan keputusan.
Berikut sekilas tentang materi logika
matematika yang disajikan di sekolah.
a) Kalimat Tertutup, sebuah kalimat yang
memiliki nilai logika (kebenaran) benar
atau salah, tetapi tidak sekaligus benar
dan salah.
b) Kalimat Terbuka, suatu kalimat yang
belum dapat ditentukan nilai
kebenarannya karena masih memuat
variabel.
c) Kata Hubung Logika dan Negasi
Jika terdapat dua pernyataan atau lebih,
kita dapat membentuk sebuah
pernyataan baru dengan menggunakan
kata hubung logika. Nilai kebenaran
pernyataan majemuk hanya ditentukan
oleh nilai kebenaran komponen-
komponen pembentuknya dan tidak
diharuskan adanya hubungan
antarkomponen pembentuknya.
Pernyataan-pernyataan majemuk
yang kita pelajari adalah sebagai berikut.
1. Konjungsi, kalimat majemuk dengan
kata hubung “dan”.
2. Disjungsi, kalimat majemuk dengan
kata hubung “atau”.
3. Implikasi, kalimat majemuk dengan
kata hubung “jika ... maka ...”
4. Biimplikasi, kalimat majemuk dengan
kata hubung “... jika dan hanya jika ...”
Selain menggunakan kata hubung
logika, suatu pernyataan baru dapat
dibentuk dari pernyataan semula dengan
menggunakan ingkaran (negasi).
Pernyataan-pernyataan baru yang
merupakan ingkaran atau negasi dari
pernyataan semula dengan menambahkan
kata “tidak” atau “tidak benar bahwa” di
tempat yang sesuai pada pernyataan
tersebut menurut aturan tata bahasa yang
benar.
2.3 Logika Matematika Kontekstual
dalam Pembelajaran Matematika di
Sekolah
Sudiarta (2004) menekankan bahwa
betapa pentingnya pembelajaran logika
matematika diberikan sejak dini yaitu
sekolah dasar, walaupun dalam bentuk
yang sederhana, dan tentu sesuai dengan
tingkat perkembangan kemampuan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
17
berpikir siswa. Dalam penelitian ini logika
matematika kontekstual dibatasi pada
logika matematika yang meliputi negasi,
konjungsi, disjungsi, implikasi, dan
biimplikasi yang diterapkan pada siswa
sekolah dasar secara sederhana dengan
pendekatan induktif dan kontekstual.
Pendekatan induktif dan kontekstual yang
dimaksud adalah metode penyajian hanya
sebatas contoh-contoh dan disesuaikan
dengan pokok bahasan atau materi yang
relevan serta berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Pada pelaksanaannya,
penerapan logika matematika kontekstual
dalam pembelajaran disesuaikan dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang ada serta tidak keluar dari kurikulum
yang telah ditetapkan.
2.4 Prototipe Logika Matematika
Kontekstual dalam Pembelajaran
Matematika di Sekolah
Menurut Sudiarta (2004) logika
matematika hendaknya dapat diajarkan
secara lebih induktif-informal yang
dimulai dengan setting yang lebih
kontekstual. Dengan ide ini, maka tidak
tertutup kemungkinan bahwa logika
matematika dapat diajarkan dan sebaiknya
mulai diperkenalkan di sekolah dasar
dalam bentuk-bentuk yang sederhana dan
kontekstual. Dalam hal ini, akan disajikan
beberapa contoh sebagai berikut.
a. Negasi.
Negasi secara sederhana artinya
bukan atau tidak. Contoh menerapkan
prinsip negasi adalah siswa sering
diajarkan menyebutkan contoh bangun
ruang. Siswa mungkin menjawab kubus,
balok, limas, dan sebagainya. Jika
perintahnya “sebutkan contoh bangun
ruang!”, tentu belum mengajarkan negasi.
Tapi negasi bisa diajarkan dengan
mengubah pertanyaan menjadi “ berikan
contoh bukan bangun ruang!” atau “
gambarkan beberapa contoh bukan jaring-
jaring kubus!”. Dalam hal ini, inti
mengajarkan negasi adalah siswa
mengetahui contoh dan bukan contoh. Hal
ini sangat penting dan menjadi cikal bakal
pengembangan kemampuan berpikir kritis.
b. Konjungsi
Contoh menerapkan prinsip
konjungsi, misalnya siswa diajak untuk
menggambarkan suatu bangun ruang
dengan sifat: sisi alas dan sisi atas berupa
segiempat yang kongruen dan sejajar; dan
memiliki 6 buah sisi yang berbentuk
persegi; dan sisi-sisi tegaknya saling tegak
lurus dengan sisi alas; dan memiliki 12
rusuk sama panjang; danmemiliki 8 titik
sudut. Dari sifat-sifat yang diberikan,
bangun ruang yang memenuhi sifat
tersebut adalah kubus.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
18
c. Disjungsi
Contoh menerapkan prinsip
disjungsi, misalnya siswa diajak untuk
menggambarkan bentuk jaring-jaring
kubus. Siswa dapat menggambar jaring-
jaring dengan bentuk.
Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus
Dari kegiatan tersebut, siswa tidak
mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat
dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-
jaring kubus. Jadi penerapan prinsip
disjungsi dapat diterapkan dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.
d. Implikasi
Contoh implikasi pada
pembelajaran bangun ruang. Jika balok
memiliki 12 rusuk yang sama panjang
maka balok akan berbentuk kubus. Pada
kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk
yang sama panjang” disebut premis,
kemudian “balok akan berbentuk kubus”
disebut konsekuen atau akibat.
e. Biimplikasi
Contoh biimplikasi dalam
pembelajaran bangun ruang. Misalkan
dengan menggunakan media yang ada
disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari
(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari
berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari
tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama
panjang”. Pada pernyataan tersebut jika
diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka
menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus
maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk
yang sama panjang dan jika lemari tersebut
memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang
maka lemari berbentuk kubus”.
Secara garis besar perbedaan antara
pembelajaran dengan penerapan logika
matematika kontekstual dengan
pembelajaran konvensional dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini.
atau
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
18
c. Disjungsi
Contoh menerapkan prinsip
disjungsi, misalnya siswa diajak untuk
menggambarkan bentuk jaring-jaring
kubus. Siswa dapat menggambar jaring-
jaring dengan bentuk.
Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus
Dari kegiatan tersebut, siswa tidak
mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat
dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-
jaring kubus. Jadi penerapan prinsip
disjungsi dapat diterapkan dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.
d. Implikasi
Contoh implikasi pada
pembelajaran bangun ruang. Jika balok
memiliki 12 rusuk yang sama panjang
maka balok akan berbentuk kubus. Pada
kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk
yang sama panjang” disebut premis,
kemudian “balok akan berbentuk kubus”
disebut konsekuen atau akibat.
e. Biimplikasi
Contoh biimplikasi dalam
pembelajaran bangun ruang. Misalkan
dengan menggunakan media yang ada
disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari
(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari
berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari
tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama
panjang”. Pada pernyataan tersebut jika
diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka
menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus
maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk
yang sama panjang dan jika lemari tersebut
memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang
maka lemari berbentuk kubus”.
Secara garis besar perbedaan antara
pembelajaran dengan penerapan logika
matematika kontekstual dengan
pembelajaran konvensional dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini.
atau
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
18
c. Disjungsi
Contoh menerapkan prinsip
disjungsi, misalnya siswa diajak untuk
menggambarkan bentuk jaring-jaring
kubus. Siswa dapat menggambar jaring-
jaring dengan bentuk.
Gambar 2.1 Jaring-Jaring Kubus
Dari kegiatan tersebut, siswa tidak
mungkin dari sebuah kubus dapat dibuat
dua atau lebih sekaligus bentuk jaring-
jaring kubus. Jadi penerapan prinsip
disjungsi dapat diterapkan dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran
matematika.
d. Implikasi
Contoh implikasi pada
pembelajaran bangun ruang. Jika balok
memiliki 12 rusuk yang sama panjang
maka balok akan berbentuk kubus. Pada
kalimat tersebut “balok memiliki 12 rusuk
yang sama panjang” disebut premis,
kemudian “balok akan berbentuk kubus”
disebut konsekuen atau akibat.
e. Biimplikasi
Contoh biimplikasi dalam
pembelajaran bangun ruang. Misalkan
dengan menggunakan media yang ada
disekitar siswa. Perhatikan sebuah lemari
(berbentuk balok). Pernyataan “ lemari
berbentuk kubus jika dan hanya jika lemari
tersebut memiliki rusuk-rusuk yang sama
panjang”. Pada pernyataan tersebut jika
diubah ke bentuk (p ⇒ q)⋀(q ⇒ p) maka
menjadi “ Jika lemari berbentuk kubus
maka lemari tersebut memiliki rusuk-rusuk
yang sama panjang dan jika lemari tersebut
memiliki rusuk-rusuk yang sama panjang
maka lemari berbentuk kubus”.
Secara garis besar perbedaan antara
pembelajaran dengan penerapan logika
matematika kontekstual dengan
pembelajaran konvensional dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini.
atau
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
19
2.5 Kemampuan Berpikir Kritis
Dalam beberapa dekade terakhir,
istilah berpikir kritis sangat popular dalam
dunia pendidikan. Karena banyak alasan,
para pendidik menjadi lebih tertarik untuk
mengajarkan keterampilan berpikir kritis
(Fisher, 2001). Definisi berpikir kritis telah
mengalami perubahan selama beberapa
tahun terakhir. Salah satu ahli filsafat yang
mengemukakan pendapatnya tentang
pengertian berpikir kritis adalah Robert
Ennis. Ennis mendefinisikan berpikir kritis
sebagai berikut.”Critical thinking is
reasonable, reflective thinking that is
focused on deciding what to believe or do”
(Ennis, 1991:6).
Menurut Ennis, berpikir kritis
adalah suatu proses berpikir yang bertujuan
untuk membuat keputusan yang rasional
yang diarahkan untuk memutuskan apakah
menyakini atau melakukan sesuatu. Dari
definisi Ennis dapat diungkapkan beberapa
hal penting. Berpikir kritis difokuskan ke
dalam suatu pengertian yang penuh
kesadaran dan mengarah pada suatu tujuan.
Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk
mempertimbangkan dan mengevaluasi
informasi yang pada akhirnya
memungkinkan kita untuk membuat
keputusan.
Sudiarta (2005) mengungkapkan
bahwa matematika secara natural
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran dengan Penerapan Logika Matematika
Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
Aspek Pembelajaran dengan Penerapan Logika
Matematika Kontekstual
Pembelajaran
Konvensional
Tujuan Mencapai indikator-indikator yang sesuaidengan standar kompetensi dan kompetensidasar serta melatih kemampuan berpikirkritis siswa.
Mencapai indikator-indikator yang sesuaidengan standarkompetensi dankompetensi dasar.
DeskripsiMateri
Materi diuraikan sesuai dengan standarkompetensi dan kompetensi dasar,namundisajikan sedemikian rupa sehingga prinsip-prinsip logika matematika dapatdiakomodasi secara implisit.
Materi diuraikan sesuaidengan standarkompetensi dankompetensi dasar.
Metode Diskusi kelompok dan pemberian suplemenmateri, di mana suplemen materi iniberisikan materi yang sesuai dengan standarkompetensi dan kompetensi dasar yangrelevan dan mengakomodasi prinsip-prinsiplogika matematika secara implisit.
Diskusi kelompok
Manfaat Diharapakan meningkatkan prestasi danmotivasi belajar siswa serta meningkatkankemampuan berpikir kritis siswa.
Diharapkan meningkatkanprestasi dan motivasibelajar siswa.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
20
merupakankegiatan mental, sehingga
konsep berpikir kritis hendaknya
dipandang sebagai kegiatan mental yang
menuntut kedisiplinan dan konsistensi
dalam mengevaluasi setiap argumentasi,
maupun proposisi yang berkaitan dengan
masalah matematika yang akan
dipecahkan.
Berikut disajikan indikator-
indikator dalam rangka mengembangkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik
pada table 2.2
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah
No. Kemampuan Berpikir Kritis Indikator1. Investigasi konteks dan spektrum
masalahMenghasilkan berbagai pengandaian,permisalan, kategori, dan persepsi untukmemperluas/mempersempit spektrum idemasalah
2. Merumuskan masalah matematika Merumuskan pertanyaan-pertanyaan yangmemberikan arah pemecahan untukmengkonstruksi berbagai kemungkinanjawabannya
3. Mengembangkan konsep jawabandan argumentasi yang reasonable
Menyusun berbagai konsep jawaban,merumuskan argumen-argumen yang masukakal, menunjukkan perbedaan danpersamaannya
4. Melakukan deduksi dan induksi Mendeduksi secara logis, memberikanasumsi logis, membuat proposisi, hipotesis,melakukan investigasi/ pengumpulan data,membuat generalisasi dari data, membuattabel dan grafik, melakukan interpretasiterhadap pernyataan
5. Melakukan evaluasi Melakukan refleksi dan interpretasi kembaliterhadap hasil dan proses pemecahanmasalah yang telah dilakukan, untuk melihatsekali lagi lebih mendalam dan menemukankemungkinan ide dan perspektifpenyelesaian alternatif
(Sudiarta, 2015)
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
21
3. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan posttest only control
group design yang menggunakan dua
kelas sampel. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus 9
Kecamatan Buleleng tahun ajaran
2011/2012. Anggota populasi dalam
penelitian ini tersebar pada tujuh sekolah
dasar dengan jumlah siswa keseluruhan
adalah 293 orang. Dalam penelitian ini,
sampel diambil dengan teknik random
sampling. Kelas-kelas yang ada tersebut
kemudian diuji kesetaraannya kemudian
dirandom dengan cara melakukan
pengundian untuk menentukan dua kelas
yang akan digunakan untuk penelitian.
Ada dua jenis variabel yang terlibat
dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas
(independent variable) berupa kemampuan
berpikir kritis siswa dan variabel terikat
(dependent variable) berupa pembelajaran
dengan penerapan logika matematika
kontekstual, dan model pembelajaran
konvensional.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini berupa kemampuan berpikir
kritis siswa yang dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa
tes kemampuan berpikir kritis. Tes
kemampuan berpikir kritis yang akan
digunakan berupa tes uraian dengan jumlah
5 soal di mana setiap soal mengukur
kompetensi berpikir kritis yang berbeda.
Data hasil tes kemampuan berpikir
kritis pada penelitian ini dianalisis
menggunakan uji-t dua ekor. Pengujian
asumsi dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang tersedia dapat dianalisis
dengan statistik parametrik atau tidak.
Berkaitan dengan statistik yang digunakan
untuk analisis data dalam penelitian ini, uji
asumsi yang dilakukan meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas varians.
Pengujian normalitas dilakukan untuk
meyakinkan bahwa sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal,
sehingga uji hipotesis dapat dilakukan. Uji
normalitas sebaran data dalam penelitian
ini menggunakan uji Chi-Square.
Sedangkan untuk uji homogenitas varians
dianalisis meng-gunakan uji F. Jika kedua
asumsi terpenuhi, maka data dianalisis
menggunakan uji-t dua ekor. Sedangkan
bila data tidak memenuhi kedua asumsi
tersebut, teknik analisisnya meng-gunakan
uji Mann-Whitney yang merupakan salah
satu uji pada prosedur nonparametrik.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Data tentang kemampuan berpikir
kritis siswa diperoleh melalui post test
untuk kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Rangkuman analisis terhadap data
kemampuan berpikir kritis siswa pada
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
22
Tabel 4.1 Rangkuman Analisis Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No StatistikKemampuan Berpikir Kritis
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
1 N 47 37
2 54,47 38,65
Keterangan:N :Banyak siswa setiap kelas,
:Rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa.
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebagai berikut :
Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat
bahwa untuk rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis siswa kelompok eksperimen
yang mendapatkan pembelajaran dengan
penerapan logika matematika kontekstual
lebih dari rata-rata skor kemampuan
berpikir kritis siswa kelompok kontol
dengan pembelajaran konvesional.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian,
kelompok siswa yang mendapatkan
perlakuan berupa pembelajaran dengan
penerapan logika matematika kontekstual
memiliki kemampuan berpikir kritis yang
lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok siswa yang belajar dengan
pembelajaran konvesional.Berdasarkan
tabel 4.1, dapat dilihat bahwa rata-rata skor
kemampuan berpikir kritis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan
penerapan logika matematika kontekstual
adalah 54,47 sedangkan rata-rata skor
kemampuan berpikir kritis siswa dengan
pembelajaran konvesional adalah 38,65.
Berdasarkan uji hipotesis
menggunakan uji-t dua ekor pada taraf
signifikansi 5% untuk skor kemampuan
berpikir kritis siswa diperoleh nilai statistik
thitung = 2,59 lebih dari ttabel = 1,99 dengan
derajat kebebasan 82. Nilai statistik ini
memiliki makna bahwa kemampuan
berpikir kritis siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan penerapan logika
matematika kontekstual lebih baik
daripada kemampuan berpikir kritis siswa
dengan pembelajaran konvensional. Hasil
ini sesuai dengan Sudiarta (2004) yang
menyatakan bahwa logika memiliki
berbagai manfaat yaitu, 1) membantu
setiap orang yang mempelajari logika
untuk berpikir kritis, rasional, sistematis,
dan tertib, 2) meningkatkan kemampuan
berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif, 3) menambah kecerdasan dan
meningkatkan kemampuan berpikir lebih
kritis, 4) memaksa dan mendorong orang
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
23
untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis, 5)
meningkatkan cinta akan kebenaran dan
menghindari kesalahan-kesalahan berpikir,
kekeliruan serta kesesatan, 6) mampu
melakukan analisis terhadap suatu
kejadian, 7) apabila sudah mampu berpikir
kritis, rasional, sistematis, dan tertib maka
akan meningkatkan citra diri seseorang.
Kondisi siswa pada saat
pembelajaran terlihat sangat antusias, aktif,
dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
karena penyampaian materi dengan
penerapan logika matematika kontekstual
menjadi pengalaman baru bagi siswa.
Kalimat-kalimat logika matematika yang
diakomodasikan dan disajikan sesuai
dengan materi, membuat siswa melatih
kemampuan berpikirnya, khususnya
kemampuan berpikir kritis. Meskipun pada
awalnya, ada beberapa siswa yang
mengalami kesulitan dalam menerima
materi tetapi dapat diatasi dengan metode
diskusi kelompok sehingga siswa dapat
bertukar pikiran dan berargumen yang
logis dari permasalahan yang diberikan.
Pada saat pembelajaran, materi
disajikan dalam format yang
mengakomodasi logika matematika
disesuaikan dengan standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang ada. Misalnya
pada materi sifat-sifat bangun ruang yaitu
kubus. Siswa diarahkan untuk menjabarkan
sifat-sifat kubus dengan kata hubung “dan”
(menerapkan prinsip konjungsi). Kata
“dan” pada penjabaran sifat-sifat kubus
menandakan bahwa semua sifat harus
terpenuhi. Jika salah satu dari sifat tersebut
ditiadakan maka bangun tersebut tidak
dapat dikatakan sebuah kubus. Siswa
diarahkan untuk lebih teliti dan kritis
dalam mengidentifikasi sifat-sifat kubus.
Pada penerapannya, pembelajaran
dengan penerapan logika matematika
kontekstual mengarahkan siswa untuk
lebih teliti dalam menerima informasi
sehingga siswa mampu memperoleh suatu
permasalahan yang relevan dari informasi
tersebut. Siswa diarahkan untuk lebih
berani menyampaikan argumen atau
pendapat yang logis mengenai
pembelajaran atau permasalahan yang
diberikan. Selain itu, siswa juga dituntun
untuk lebih mencermati langkah-langkah
dan menyelesaikan masalah sehingga
siswa mampu mengevaluasi atau
memeriksa kembali dari langkah-langkah
yang telah dilakukan.
Dalam pelaksanaannya, ditemui
beberapa kendala pada saat penerapan
logika matematika kontekstual dalam
pembelajaran. Adapun kendala-kendala
tersebut adalah 1) masih ada siswa yang
kurang berani mengajukan pertanyaan,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi
jawaban temannya, dan kegiatan
pembelajaran masih didominasi oleh siswa
yang berkemampuan tinggi. Untuk
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
24
mengatasi kendala ini dapat memberikan
motivasi kepada siswa untuk aktif memberi
tanggapan, berpendapat, dan bertanya; 2)
siswa mengalami kesulitan dalam
mencermati suatu kalimat yang
mengakomodasi implikasi dan biimplikasi.
Kondisi ini dapat diatasi dengan
memberikan penjelasan kepada siswa
makna dari kalimat yang berbentuk
implikasi atupun biimplikasi merupakan
kalimat sebab akibat serta memberikan
contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari
siswa; 3) waktu pembelajaran matematika
di kelas yang terbatas, untuk mengatasi hal
tersebut dapat dengan memberikan
beberapa masalah untuk dikerjakan sebagai
latihan di rumah; 4) kemampuan
memahami masalah matematika yang
dimiliki siswa masih kurang. Banyak siswa
yang tidak mengerti dengan permasalahan
yang diberikan dalam bentuk soal cerita.
Untuk mengatasi hal itu, siswa lebih
banyak diberikan arahan, motivasi, dan
bimbingan yang lebih intensif sehingga
siswa lebih mudah memahami tugas yang
harus dikerjakan; 5) kurangnya sikap siswa
terhadap pelajaran matematika
menyebabkan siswa enggan mengerjakan
tugas atau menyelesaikan masalah
matematika yang diberikan. Kondisi ini
dapat diatasi dengan memberikan motivasi
bahwa pembelajaran bermanfaat dalam
kehidupan mereka sehari-hari.Walaupun
memiliki beberapa kendala, namun dengan
menerapkan logika matematika kontestual
dalam pembelajaran maka kemampuan
berpikir kritis siswa terlatih dan menjadi
lebih baik.Uraian tersebut memberikan
gambaran bahwa penerapan logika
matematika kontekstual dalam
pembelajaran matematika membawa
pengaruh positif terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
5. Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka simpulan yang didapat
adalah ada pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran dengan penerapan logika
matematika kontekstual terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa di mana
kemampuan berpikir kritis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan
penerapan logika matematika kontekstual
lebih tinggi dibandingkan dengan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan
pembelajaran konvensional.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, peneliti melalui tulisan ini
mengajukan beberapa saran sebagai
berikut.
1. Penelitian ini dilakukan pada populasi
yang terbatas. Untuk itu disarankan
kepada para peneliti mencoba
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
25
menerapkannya pada populasi yang
lebih besar.
2. Penelitian ini terbatas pada pokok
bahasan memahami sifat-sifat bangun
dan hubungan antar bangunsehingga
untuk para peneliti selanjutnya
disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut terhadap materi
matematika yang lain.
3. Kepada praktisi pendidikan khususnya
guru matematika untuk dapat
menerapkan logika matematika
kontekstual dalam pembelajaran di
kelas sebagai salah satu alternatif untuk
melatih kemampuan berpikir siswa,
khususnya kemampuan berpikir kritis
siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2002a. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
-------. 2002b. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
-------. 2002c. Manajemen Penelitian.Jakarta : Rineka Cipta.
Candiasa. 2010. Pengujian InstrumenPenelitian Disertai AplikasiITEMAN dan BIGSTEPS.Singaraja: Universitas PendidikanSingaraja.
Daniel, W. W. 1989. Statistika NonParametrik Terapan. Jakarta: PT.Gramedia.
Depdiknas. 2006. Standar KompetensiMata Pelajaran Matematika SDdan MI. Jakarta: Depdiknas.
Ennis, R. H. 1991. Critical Thinking : AStreamlined Conception. TeachingPhilosophy.
http:// faculty.ed.uiuc.edu/rhennis/(diaksestanggal 22 Desember 2011).
Fisher, A. 2001. Critical Thinking AnIntrodution.Cambridge: CambridgeUniversity Press.
Hudoyo, H. 2003. PengembanganKurikulum dan pembelajaranMatematika. Malang : IMSTEP.
Kartini, dkk. 2005. Matematika untukKelas X Jilid 1b SMA. Klaten : PT.Intan Pariwara.
Markaban. 2004. Logika Matematika.Yogyakarta. Direktorat PendidikanDasar dan Menengah. DepartemenPendidikan Nasional.
Primadani, N.P.A. 2011. Kajian LogikaKontekstual dan Penerapannya diSekolah. Singaraja. MakalahSeminar Matematika (TidakDiterbitkan). Jurusan PendidikanMatematika.Universitas PendidikanGanesha.
Septiani, N.M.A. 2010. Penerapan ModelPembelajaran I-IMPROVEberbantuan Microsoft Excel dalamUpaya Meningkatkan Motivasi danPemahaman Konsep MatematikaSiswa Kelas X5 SMA Negeri 4Singaraja. Skripsi (tidakditerbitkan). Jurusan PendidikanMatematika. UniversitasPendidikan Ganesha : Singaraja.
Sudjana. 1996. Metode Statistika.Bandung: Tarsito.
Sudiarta, I.G.P 2005. PengembanganKompetensi Berpikir Divergen danKritis Melalui Pemecahan MasalahMatematika Open-Ended. JurnalPendidikan dan Pengajaran IKIPNegeri Singaraja No. 3.
-------. 2007. Paradigma BaruPembelajaran MatematikaMembangun Kompetensi Berpikir
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
26
Kritris melalui Pendekatan Open-Ended. Singaraja: PenerbitUniversitas Pendidikan Ganesha.
-------. 2008. Membangun KompetensiKrtis Melalui Pendekatan Open-Ended. Singaraja : UniversitasPendidikan Ganesha.
--------. 2007. Pengantar DasarMatematika. UniversitasPendidikan Ganesha : Singaraja
Suherman, E. 1993. Evaluasi Proses danHasil Belajar Matematika. Jakarta:Depdikbud
-------. 2003. Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer.Universitas Pendidikan Indonesia.
Yuwan, R. 2011. Keterampilan BerpikirKritis dengan Prinsip Logika.Program Studi Teknik Informatika.Institut Teknologi Bandung:Bandung
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
27
TRANSFORMASI PASCA ERUPSI MERAPIDALAM LANDSCAPE PHOTOGRAPHY
Ramanda Dimas Surya Dinata, S.Sn., M.SnRamadinata20@yahoo.co.id
ABSTRAK
Berbicara mengenai landscape photography tidak semua fotonya menampilkankeindahan alam. Dalam kacamata sang fotografer termasuk penulis sendiri kerusakan hutan,padang tandus, bencana alam yang berefek pada kehancuran lingkungan juga bisa diabadikandan foto tersebut menjadi indah dalam konteks seni. Dalam dunia fotografi yang terpentingadalah bagaimana cara memandang suatu objek oleh sang fotografer dengan keinginannyamaka karya tersebut menjadi karya yang obyektif. Sebuah foto tidak hanya berorientasidokumentatif semata melainkan dapat sebagai luapan ekspresi senimannya. Dalam hal iniyang menjadi daya tarik adalah erupsi merapi. Letusan yang terjadi pada tahun 2010, efeknyaadalah seluruh area disekeliling gunung tersebut mengalami bencana panas yang cukup parah.Foto-foto yang ditampilkan memberi kesan estetis tersendiri dalam karyanya. Pemotret harusmengetahui metode atau tips bagaimana menghasilkan foto landscape dengan baik. Peralatankamera yang memadai baik kamera maupun pemilihan lensa sangat penting dalam prosespemotretan. Landscape photography dipilih karena dalam menampilkan sebuah pemandanganharus ditampilkan secara luas, sehingga informasi yang ingin disampaikan dapat lebih jelas.
Kata kunci: Erupsi merapi, landscape photography
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya manusia dengan
akal dan pikirannya secara sadar telah
banyak memanfaatkan alam untuk
kebutuhannya. hasrat manusia untuk
mengontrol lingkungannya mengetahui
peluang-peluang yang ada untuk
dimanfaatkan, memelihara dan
mendokumentasikan sebuah objek yang
dianggapnya indah. Alam telah
menyediakan semua yang manusia
butuhkan khususnya dalam dunia fotografi
dan tergantung kemampuan sang
fotografer melihat objek tersebut sebagai
sasaran bidikannya agar mampu
mengangkatnya menjadi representasi alam
itu sendiri yang dihadirkan secara indah
dan menarik. Keindahan panorama alam
baik itu pesisir pantai, air terjun, padang
rumput hijau yang luas, pepohonan, bentuk
awan serta efek warna langit sunrise dan
sunset telah banyak menarik minat
fotografer untuk mengabadikannya dengan
berbagai teknik fotografi di dalamnya.
Karya tersebut dikenal dengan nama
landscape photography atau fotografi
pemandangan.
Berbicara mengenai landscape
photography tidak semua fotonya
menampilkan keindahan alam. Dalam
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
28
kacamata sang fotografer termasuk penulis
sendiri kerusakan hutan, padang tandus,
bencana alam yang berefek pada
kehancuran lingkungan sekitarnya juga
bisa diabadikan dengan tema landscape
photography karena yang utama adalah
objek utama dalam foto tersebut yaitu
keadaan sebuah lingkungan alam yang
memang ingin ditampilkan atau menjadi
objek utama dalam karyanya. Karya yang
akan dibahas adalah mengenai keadaan
pasca erupsi merapi yang dihadirkan
penulis dalam karya landscape
photography. Gunung merapi merupakan
salah satu gunung teraktif di Indonesia.
Diantara gunung-gunung yang lain gunung
merapi adalah gunung yang paling
terkenal. Banyak aspek yang membuat
gunung api ini menarik selain yang
pertama tentu saja aktivitas vulkaniknya
dan juga merapi terletak di bagian tengah
pulau Jawa tepat berada di jantung budaya
Jawa yang kental sehingga aspek kultural,
mitologi dan aspek sosialnya juga menarik.
Merapi adalah gunung yang sering
mengalami erupsi yaitu kira-kira empat
sampai enam tahun sekali sejak tahun 1548
dan sudah meletus sebanyak 68 kali.
Letusan yang terjadi pada tahun 2010
membuat gunung ini sebagai gunung yang
paling diwaspadai saat ini. Akibat letusan
tersebut gunung merapi mengeluarkan
erupsi awan panas dan juga abu vulkanik
yang menyebabkan wilayah disekitar
merapi mengalami kehancuran yang tidak
sedikit. Banyak korban manusia yang telah
berjatuhan khususnya penduduk yang
bertempat disekitar lereng merapi tepatnya
daerah kecamatan Cangkringan kabupaten
Sleman. Hamparan pasir dan abu merapi
menyelimuti sebagian besar daerah
Cangkringan dan daerah lainnya yang
berada dekat lereng gunung. Longsoran
membuat sebagian bukit gundul dan
membuat jurang yang terjal. Hal tersebut
membuat karakteristik dari panorama yang
unik dan menarik perhatian penulis untuk
memvisualisasikan kedalam karya
fotografi. Tatkala proses yang dilalui
kadang menemui masalah antara lain
kondisi tempat yang berbahaya sehingga
mengancam nyawa sampai kondisi cuaca
yang tidak bersahabat. Tetapi dibalik itu
semua keinginan untuk mencari keindahan
itu bagi sang fotografer hal tersebut tidak
akan sebanding dengan perasaan senang
dan bangga ketika karya tersebut menjadi
karya yang indah dan luar biasa nantinya.
Tinjauan Pustaka
Begitu banyak panorama alam yang
indah tersedia di alam ini dan tidak akan
pernah habis untuk dijelajahi seumur hidup
sekalipun. Pemandangan alam menyajikan
keindahan yang berbeda di setiap waktu
dan akan sangat bermanfaat ketika alam ini
mampu menyentuh perasaan kemudian
divisualisasikan melalui sebuah kamera.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
29
Keindahan adalah the property of
any object that gives us the disinterested
pleasure we can derive from simply
comtemplating or apprehending that
individual object as such atau sifat dari
suatu benda yang memberi kita kesenangan
yang tidak berkepentingan yang kita bisa
peroleh semata-mata dari memikirkan atau
melihat benda individual itu sebagaimana
adanya (adler, 2002: 55). Keterkaitan yang
begitu erat antara manusia dan alamnya
tidak akan terlepas dalam dari bagian
kelangsungan hidup manusia di bumi ini.
Pengabadian sebuah karya yang indah
khususnya dalam karya landscape
photography memberi kepuasan tersendiri
untuk pemotretnya karena proses yang
dialami memiliki pengalaman empiris
tertentu dari setiap tempat yang
dikunjunginya.
Dalam dunia fotografi yang
terpenting adalah bagaimana cara
memandang suatu objek oleh sang
fotografer dengan keinginannya maka
karya tersebut menjadi karya yang
obyektif. Artinya karya itu seni karena tiga
hal yaitu sang pemotret yang mengatakan
itu seni, yang kedua karena karya tersebut
dipamerkan, dan yang terakhir adanya
interaksi dari penikmatnya maka karya
tersebut bisa dikatakan seni. Obyektivitas
adalah esensi fotografi, obyektivitas adalah
sumbangan sekaligus batas-batasnya.
Kejujuran, yang tidak lebih merupakan
intensitas dari penglihatan adalah prasarat
sebuah ekspresi yang hidup (Seno, 2007:
19).
Setiap orang memiliki sudut
pandang yang berbeda dalam melihat
kerusakan dari sebuah bencana atupun
yang lain, memang tidak semua orang
menyukai kehancuran apalagi akibat yang
ditimbulkan akan menyebabkan hal-hal
yang tidak diinginkan. Tetapi dari sudut
pandang penulis kehancuran tidak
selamanya bermakna keburukan, tetapi
pasti menyimpan sesuatu yang bisa
diangkat dalam kapasitas berkesenian
dalam ruang lingkup seni. Karena seni
tidak memandang kejelekan atau
keburukan. Seni diciptakan dalam sebuah
imajinasi pada manusia yang bersifat
abstraksi karena semua di dunia ini bersifat
abstrak. Penulis menangkap hal tersebut
sebagai suatu kebebasan dalam
berimajinasi, karena hal tersebut awal dari
sebuah ide.
Sebagaimana Susanne K. Langer
mengemukakan bahwa seni diatas segala-
galanya adalah komunikasi dari
“perasaan”, yakni segala hal yang dapat
dirasakan. Maka manakala terdapat suatu
efek bagi seseorang merasakan suatu
fenomena, maka dapat dikatakan bahwa
komunikasi tersebut lebih dari sekedar
dokumentasi tetapi sebuah ungkapan
perasaan. Kerusakan yang terjadi memang
sangat memprihatinkan tetapi akibat
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
30
peristiwa tersebut membentuk sebuah
panorama yang menurut penulis bukan
sebagai kerusakan yang tidak memiliki arti
tetapi menghasilkan sebuah karakteristik
yang menarik saat penulis mengamatinya.
Sebenarnya gambar-gambar atau bentuk-
bentuk indah dari sebuah objek sudah ada
sebelum ia dipotret. Jadi objek itu ada
setelah kita mengamati lebih dalam dalam
sebuah observasi atau pengamatan dari
objek tersebut seperti yang dipaparkan oleh
Dr. Dwi Marianto, MFA.
Pemikir kebudayaan, Mudji
Sutrisno dalam Bing, “Siasat Kreatif
Seniman” (Gong Edisi 110/X/2009)
berpendapat bahwa :
“Setiap manusia (seniman)memiliki cara pandang berbedaterhadap estetikanya. Seluruhnyatidak lepas dari pengalaman subjekdalam menjalani proses-proseskeindahan. Tergantung di manasubjek ketika menjalani masa-masapendalaman terhadap rasa indahitu”.
Pohon-pohon yang berjejer dengan
warna sephia kehitam-hitaman beserta
bebatuan yang menghiasi menghidupi
imajinasi penulis dalam mengambil sebuah
gambar. Pengambilan gambar yang
diambil lebih pada panorama atau
landscape dengan objek pohon, batu,
tanah, dan hal-hal akibat dari erupsi
tersebut.
Pembahasan
Berkonsep pada “Transformasi
Pasca Erupsi” karya yang dibuat akan
diberi efek hitam putih untuk mendapatkan
kesan dramatis dan klasik. Keindahan alam
dapat mencangkup banyak hal dan juga
teknik pengambilannya. Suasana masing-
masing tempat tentunya mempunyai ciri
khas atau keunikan tersendiri. Dengan
mengetahui banyak tempat dan memahami
karakter tempat tersebut dapat
memudahkan dalam menuangkan ide-ide
ke dalam karya foto. Pengambilan gambar
baik komposisi, pencahayaan dan waktu
tergantung pada kesan apa yang ingin
ditampilkan atau bisa saja berkaitan
dengan perasaan si pemotret. Kadang tidak
mudah mendapatkan foto yang bagus
karena kondisi alam tidak bisa diprediksi,
ini membuat proses pemotretan menjadi
menarik meskipun kadang ada rasa
kecewa. Kondisi alam yang berubah-ubah
membutuhkan kejelian si pemotret untuk
bisa memprediksi keadaan sebelum
memotret. Tidak jarang para pemburu foto
landscape mendapatkan hasil foto yang
bagus secara tidak disengaja. Yang paling
utama tentu saja mempersiapkan kamera
DSLR dan tripod agar mempermudah
memotret pagi maupun malam hari sesuai
dengan keinginan fotografer. Ada beberapa
tips yang bisa dipakai saat memotret
landscape yaitu:
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
31
1. Depth of field (dof)
Depth of field (dof) atau disebut
ruang ketajaman dalam sebuah foto bisa
menggunakan arperture (bukaan
diafragma) ditandai dengan tanda f pada
kamera. Semakin besar angka yang
digunakan seperti f14, f16, f18, f22, dan
seterusnya semakin kecil lubang
diafragmanya membuat ruang ketajaman
semakin besar yaitu semua objek yang
terdapat pada sebuah foto akan fokus
semua. Sedangkan jika memakai angka
kecil seperti f1,4 f2,8 f3,5 f5,6 dan
seterusnya ruang ketajaman akan semakin
sedikit dan foto yang dihasilkan biasanya
akan tampak beberapa bagian blur atau
tidak fokus.
Tetapi dalam foto landscape
memaksimalkan diafragma dengan bukaan
angka besar sangat dianjurkan karena
pengambilan objek lebih ke panorama atau
pengambilan sudut lebar atau luas. Lensa
yang dipakai adalah lensa wide atau lebar
agar foto dapat memperlihatkan
pemandangan yang luas. Sebenarnya tidak
hanya dengan pengaturan diafragma saja
untuk mengatur ruang ketajaman pada
objek foto tetapi jarak pemotretan seperti
semakin jauh objek makin luas ruang
tajamnya ataupun sebaliknya. Panjang
fokus lensa juga bisa menjadi faktor
pendukung, makin panjang lensa semakin
sedikit ruang tajam, sedangkan semakin
pendek panjang fokus maka semakin luas
ruang tajam.
2. Focal point atau Titik fokus
Titik fokus yang dimaksud bukan
titik fokus pada kamera melainkan lebih
pada point of interest (POI) objek yang
menjadi point dalam sebuah foto. Hampir
semua foto yang menarik atau bagus
memiliki POI mengapa penting ?, karena
pada saat kita melihat sebuah foto kita
ingin yang memandang memiliki sesuatu
yang dituju ketika pertama kali melihatnya.
Sebuah foto landscape memutuhkan POI
di dalamnya. POI bisa berupa bangunan,
pohon, batu, yang jelas sesuatu yang
menarik atau berbeda dari objek
disekitarnya.
3. Capture Moment
Capture Moment atau merekam
moment tidak hanya menangkap keindahan
langit, gunung, atau elemen alam yang lain
tetapi sebuah foto yang menarik saat kita
bisa peka melihat suatu peristiwa yang
jarang dilihat atau didapatkan contohnya
kerusakan hutan, maupun bencana alam
karena keadaan yang tidak indah pun bisa
disajikan secara indah dan berkesan untuk
orang yang melihatnya. Peristiwa tersebut
membawa esensi foto landscape memiliki
konteks yang luas dalam pengertiannya.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
32
4. Golden Hours
Sebuah pemandangan dapat
berubah dengan cepat, oleh karena itu
menetukan waktu yang tepat sangatlah
penting. Kadang mendapatkan
pemandangan yang terbaik atau menarik
justru bukan pada saat cuaca cerah atau
langit yang biru melainkan pada saat akan
hujan atau setelah hujan, langit dan awan
akan terlihat indah dan menarik. Bentuk
awan yang mendung memperkuat tekstur
awan dan membuat foto khususnya dengan
format hitam putih lebih terlihat dramatis.
Saat terbaik memotret (golden hours)
adalah 1 sampai 2 jam sebelum matahari
terbenam (sunset) atau 30 menit setelah
matahari terbit (sunrise).
5. Penggunaan Peralatan Bantu
Masih banyak yang berfikir bahwa
jika memotret foto landscape lebih bagus
memakai lensa wide padahal itu tidak
benar karena tidak hanya memakai lensa
wide lensa tele pun dapat digunakan. Lensa
apapun dapat dipakai tergantung situasi di
lapangan. Contoh jika memakai lensa wide
kita dapat merangkum sebuah
pemandangan seluas-luasnya dengan
memasukan objek yang banyak baik objek
yang dekat maupun jauh, sedangkan
dengan memakai lensa tele atau lensa jarak
jauh bisa mengisolasi pemandangan
dengan lebih detail, simple, dan focus. Saat
berada dilokasi usahakan mencoba
berbagai lensa yang dibawa jangan terpaku
pada satu lensa saja dan cobalah memotret
berulang-ulang sampai mendapatkan angle
(sudut pandang) yang unik dengan
menggunakan lensa yang tepat.
Beberapa alat bantu yang lain
adalah penggunaan filter pada lensa. Ada
beberapa jenis filter antara lain filter CPL
(circular polarizer) bentuknya yang
bundar dan bagian ring kaca filter dapat
diputar-putar yang berfungsi membelokan
cahaya sehingga dapat menaikan warna
dan kontras yang lebih baik.
Foto 1. Filter CPL(Sumber : http://www.lensam42.com)
Kemudian ada juga filter ND
(neutral density) dengan bentuk bundar
maupun kotak yang berfungsi menurunkan
f-stop itensitas cahaya mulai dari 1 stop, 2
stop dan seterusnya, untuk mendapatkan
teknik slow speed. Permasalahan yang
sering terjadi adalah jika pemotret ingin
mendapatkan teknik slow speed pada siang
hari, dengan itensitas cahaya yang besar
maka hal tersebut sangatlah sulit
mendapatkan. Oleh karena itu dengan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
33
memakai filter ND pemotret dapat
menggunakan shutter speed yang rendah,
sehingga objek air yang mengalir akan
terlihat seperti awan walaupun memotret
pada siang hari.
Foto 2. Filter ND dan GND(http://www.lensagaul.com/wp-
content/uploads)
Selain filter ND filter GND
(gradual neutral density) menjadi alternatif
lainnya. Karakternya yang bergradasi
dengan terbagi menjadi 2 bagian yaitu
setengah gelap dan setengah terang yang
berfungsi membuat itensitas cahaya lebih
seimbang. Contoh jika memotret sunrise
maupun sunset ketika ingin mendapatkan
warna langit yang merah yang sering
terjadi adalah bagian bawah akan terlihat
gelap maka jika memakai filter ini dapat
mendapatkan keduanya dengan langit yang
merah atau biru dan daratan yang terang
tanpa kekurangan cahaya atau gelap.
a. Proses Pemotretan Pasca Erupsi
Tahap pertama yang dilakukan
ialah tahap pengamatan atau observasi
dalam proses pemotretan. Tahap tersebut
harus dilakukan berulang kali agar
terciptanya sebuah ide penciptaan baik dari
komposisi, objek yang diambil, dan hal-hal
menarik yang ditemukan. Cuaca
merupakan faktor yang paling penting
yang harus diperhatikan sebelum memulai
proses pemotretan, karena dengan cuaca
yang buruk secara langsung meminimalis
cahaya yang dihasilkan sehingga hasil dari
pemotratan akan tidak maksimal. Cuaca
dan medan yang sulit dijangkau serta abu
vulkanik yang berbahaya bagi pernapasan
merupakan kesulitan-kesulitan yang sering
dihadapi dalam membuat karya dan hal
tersebut tidak menyurutkan niat untuk
mengambil gambar.
Tempat tersebut masih menjadi
tempat yang berbahaya bagi pengunjung
karena jurang yang terjal beserta asap
belerang masih keras tercium, sehingga
harus diwaspadai. Karena hal tersebut
cuaca dan suhu ditempat tersebut masih
terasa panas disretai panas terik yang
begitu menyengat membuat tidak bisa
berlama-lama memotret. Penulis harus
memakai masker untuk melindungi
pernapasan. Abu yang terbang bersama
angin juga berbahaya terhadap kamera
yang penulis bawa, sehingga penulis harus
berhati-hati dan selalu membersihkan
kamera sesudah memotret.
Kamera yang digunakan adalah
kamera Nikon D80 dengan lensa 18-135
mm, lensa 80-200mm, dan tripot dengan
merek SLIK. Pemotretan dilakukan pada
siang hari menjelang sore hari dan pagi
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
34
hari sampai siang hari, waktu tidak
menentu tergantung kondisi dan cuaca
pada saat itu.
b. Proses Seleksi Foto
Setelah proses pemotretan
selanjutnya ialah tahap seleksi foto,
dimana ratusan foto yang diambil
dievaluasi dan diseleksi. Foto-foto yang
dianggap menarik dipisahkan dari foto-foto
yang lain. Foto-foto terpilih selanjutnya
dibawa ke pogram photoshop CS3 yang
dimaksudkan mengedit sebatas cropping,
mengatur ukuran, dan mengatur kontras
pada foto.
Karya Transformasi Pasca ErupsiMerapi Dalam Landscape Photography
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
35
Kesimpulan
Kerusakan yang diakibatkan dari
erupsi menggambarkan kita sebagai
manusia hanya setitik kecil dari alam
semesta yang luas tak terhingga. Sebagai
seorang seniman khususnya seorang
fotografer mengabadikan sebuah moment
adalah instingnya dan fotografi tidak
semata-mata berbicara mengenai
dokumentasi saja melainkan sebagai
wadah untuk berekspresi dan berkreasi
sebagai gambaran luapan perasaan
pemotretnya. Landscape photography
sebagai bagian dari dunia fotografi adalah
salah satu tema yang memiliki
karakteristiknya tersendiri dengan
penampilannya yang menitik beratkan
pada keindahan alam. Mendapatkan foto
yang menarik dan luar biasa tergantung
dari kejelian yang memotret saat
mengemasnya ke dalam karya landscape
photography. Perkembangan dunia
fotografi yang pesat dan semakin canggih
mempermudah untuk menghasilkan foto
yang baik. Pentingnya bekerjasama dengan
alam membaca situasi, memprediksi
sampai mempelajari berbagai komposisi,
teknik-teknik fotografi, dan tata cahaya
adalah kunci kesuksesan pemotret
menghadirkannya menjadi karya foto yang
luar biasa dan dapat dinikmati oleh
penikmat atau pecinta fotografi.
Daftar Pustaka
Encyclopedia of Photography. (1984), APound Prees Book. CrownPublisher, New York.
Jauhari. 2010. Solo-Jogja Dalam Fotografi360 derajat. Penanggungjawabantertulis (tidak diterbitkan).Yogyakarta: Fotografi, ProgramPascasarjana Institut Seni IndonesiaYogyakarta.
Liang Gie, The. (1983), Garis BesarEstetika, Yogyakarta : Supersukses.
. (2004), Filsafatkeindahan. Yogyakarta : PUBIB.
Soedjai Kartasasmita. (2008). Di BelantaraFotografi Indonesia. Yogyakarta:LPP.
Suzanne K. Langer. (1957), Problems OfArt. Charles Scribner’s Sons, NewYork.
Soedjono, Soeprapto. (2006), Pot-PourriFotografi, Universitas Trisakti,Jakarta.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
36
PERAN TIPOGRAFIDALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
A. A. Sagung Intan Pradnyanita, S.Sn.,M.Sn.email : agungintan86@gmail.com
ABSTRAK
Desain Komunikasi Visual adalah suatu sarana untuk menyampaikan gagasan, konsep,maupun pesan kepada audien atau masyarakat melalui media-media yang dapat dilihat olehindra penglihatan. Desain komunikasi visual merupakan media yang bertujuan untukmengkomunikasikan pesan kepada masyarakat, yang terdiri dari elemen-elemen visual,seperti ilustrasi, teks, tipografi dan warna. Tipografi merupakan salah satu unsur visual yangberperan penting dalam media komunikasi visual untuk mengkomunikasikan ide atauinformasi kepada masyarakat. Dalam perancangan media komunikasi visual, pemilihantipografi yang tepat sangat diperlukan, baik dalam pemilihan bentuk huruf, mengetahui danmemahami karakter huruf, serta memanfaatkan potensi kekuatan huruf dalam perancanganmedia komunikasi visual. Peran tipografi dalam desain komunikasi visual, tentunya bukanhanya sekedar elemen bacaan, tetapi sebagai penyampai pesan, sebagai penyampai informasiatau petunjuk, bakhan tipografi sebagai ilustrasi dengan menampilkan komposisi dengan nilaiestetis.
Kata kunci : peran tipografi, desain komunikasi visual
PENDAHULUAN
Media komunikasi visual
tentunya sangat diperlukan hampir di
semua sektor, baik itu yang berkaitan
dengan bidang komersil, maupun non
komersil sebagai media penyampai
informasi. Salah satu unsur visual yang
memegang peranan penting dalam media
komunikasi visual adalah tipografi.
Tipografi telah mengakar sebagai seni dan
teknologi yang dianggap memiliki peran
penting dalam sejarah yang berkaitan
dengan dokumentasi dan pencetakan
naskah. Jadi tipografi bukan hanya sekedar
elemen bacaan, tapi juga memiliki unsur
seni yang luar biasa. Tipografi memiliki
peran dalam mengkomunikasikan ide atau
informasi melalui media komunikasi visual
baik cetak ataupun elektronik.
Tipografi merupakan representasi
visual dari komunikasi verbal, dan menjadi
unsur visual yang efektif dalam
menyampaikan suatu pesan. Huruf dan
tipografi dalam media komunikasi visual
memiliki kekuatan yang dapat
mengaktifkan gerak mata, dan dalam
penggunaannya harus memperhatikan
estetika, kenyamanan keterbacaan huruf,
serta interaksi huruf terhadap ruang dan
elemen visual lainnya. Dalam media
komunikasi visual, tipografi tentunya
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
37
memiliki peran yang sangat penting dalam
penyampaian informasi baik itu untuk
mempromosikan produk maupun jasa.
Dalam perancangan media komunikasi
visual, pemilihan tipografi yang tepat
sangat diperlukan, baik dalam pemilihan
bentuk huruf, mengetahui dan memahami
karakter huruf, serta memanfaatkan potensi
kekuatan huruf dalam perancangan media
komunikasi visual.
1. Huruf dan Tipografi
Sebelum mengenal huruf, awalnya
manusia membuat catatan dengan gambar,
yang kemudian dikenal dengan istilah
pictogram yaitu gambar untuk
menerangkan sebuah objek. Pictogram
kemudian berkembang menjadi ideogram
(simbol yang menerangkan gagasan) dan
phonogram (simbol yang mewakili bunyi).
Seiring dengan perkembangan waktu,
sistem huruf dan tulisan kemudian makin
canggih dan terus berkembang sehingga
terbentuklah alphabet.
Berdasarkan arti kata, tipografi
berasal dari bahasa Yunani yaitu : tupos
(yang diguratkan) dan graphoo (tulisan).
Pada awalnya tipografi dikenal sebagai
ilmu cetak-mencetak, dan orang yang
bergelut dengan tipografi disebut dengan
tipografer, yaitu orang yang memiliki
pengetahuan dan keahlian untuk men-
setting huruf untuk dicetak. Tipografi
merupakan ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang huruf, ataupun font. Dalam
hal ini, tipografi lebih lekat pada seni dan
teknik dalam merancang serta menata
huruf. Pada tahun 1960an, tipografi di
Indonesia masih dikenal dengan istilah
lettering, yaitu merancang huruf dengan
tangan (hand draw lettering). Namun
pengaruh perkembangan teknologi saat ini,
membuat istilah tipografi dan lettering
menjadi suatu hal yang berbeda. Tipografi
saat ini dikenal dengan segala sesuatu yang
berkenaan dengan huruf dan
pencetakannya, sedangkan lettering
merupakan teknik membuat huruf dengan
tangan dan alat-alat seperti pahat, pena,
kuas dan tidak untuk diproduksi secara
masal. Namun pada dasarnya tipografi
merupakan sarana untuk memvisualkan
kata-kata yang diungkapkan secara lisan ke
dalam bentuk yang dapat dilihat atau
dibaca.
Jenis Tipografi
Tipografi merupakan disiplin ilmu
yang berkenaan dengan cara memilih dan
mengelola huruf, mempelajari spesifikasi
dan karakteristik huruf, bagaimana
memilih dan mengelola huruf. Tipografi
dapat dikelompokkan berdasarkan struktur
anatominya menjadi 4 kelompok , yaitu :
serif, sans serif, sript dan dekoratif.
a. Serif : merupakan kelompok huruf
yang memiliki kait pada ujungnya,
huruf ini biasanya memberi kesan
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
38
formal, klasik, elegan, mewah, dan
anggun. Dengan adanya serif, huruf
mampu membimbing mata untuk
mengikuti alur suatu teks dan memberi
kesan keesatuan dalam sebuah kata.
Huruf serif sering digunakan pada
media cetak seperti koran, majalah,
brosur.
Contoh : Times New Roman,
Bodoni, Century, dll.
b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa
serif atau tidak memiliki kait, huruf ini
sifatnya kurang formal, sederhana dan
mudah dibaca. Huruf ini cenderung
digunakan pada media elektronik
seperti headline website, cd interaktif,
dll.
Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,
dll.
c. Script : merupakan jenis huruf yang
bentuknya didesain menyerupai tulisan
tangan, ada yang seperti goresan kuas
atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain
untuk digunakan dalam teks yang
memadukan huruf kapital dan huruf
kecil. Huruf ini sifatnya anggun,
eksklusif, romantic, tradisional,
informal, namun tidak terlalu mudah
dibaca, sehingga tidak cocok sebagi
bodyteks. Huruf ini cenderung
digunakan untuk media cetak seperti
undangan pernikahan, upacara
tradisional.
Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,
Mistral , dll.
d. Dekoratif : Kelompok huruf
bergaya display yang awalnya
digunakan dalam dunia periklanan
untuk menarik perhatian pembaca.
Huruf dekoratif dibuat dalam
ukuran besar, didesain sangat
detail, kompleks, dan biasanya
diberi ornament-ornamen yang
menarik, sehingga dapat memberi
kesan mewah, tradisional. Yang
menjadi prioritas pada huruf ini
adalah keindahannya. Huruf
dekoratif umumnya memiliki
bentuk yang rumit, dan hanya
cocok untuk dipakai secara
terbatas, misalnya untuk headline
(tidak cocok untuk body teks).
Contoh : Rosewood Std
Regular, Chiller,
Perkembangan tipografi yang diterapkan
dalam sebuah layout, teks yang berfungsi
untuk menarik perhatian pembaca, masuk
dalam display type, sedangkan teks yang
fungsinya sebagai body teks, disebut
dengan teks type. Berikut adalah perbedaan
antara display type dengan teks type :
a. Display Type
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
38
formal, klasik, elegan, mewah, dan
anggun. Dengan adanya serif, huruf
mampu membimbing mata untuk
mengikuti alur suatu teks dan memberi
kesan keesatuan dalam sebuah kata.
Huruf serif sering digunakan pada
media cetak seperti koran, majalah,
brosur.
Contoh : Times New Roman,
Bodoni, Century, dll.
b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa
serif atau tidak memiliki kait, huruf ini
sifatnya kurang formal, sederhana dan
mudah dibaca. Huruf ini cenderung
digunakan pada media elektronik
seperti headline website, cd interaktif,
dll.
Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,
dll.
c. Script : merupakan jenis huruf yang
bentuknya didesain menyerupai tulisan
tangan, ada yang seperti goresan kuas
atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain
untuk digunakan dalam teks yang
memadukan huruf kapital dan huruf
kecil. Huruf ini sifatnya anggun,
eksklusif, romantic, tradisional,
informal, namun tidak terlalu mudah
dibaca, sehingga tidak cocok sebagi
bodyteks. Huruf ini cenderung
digunakan untuk media cetak seperti
undangan pernikahan, upacara
tradisional.
Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,
Mistral , dll.
d. Dekoratif : Kelompok huruf
bergaya display yang awalnya
digunakan dalam dunia periklanan
untuk menarik perhatian pembaca.
Huruf dekoratif dibuat dalam
ukuran besar, didesain sangat
detail, kompleks, dan biasanya
diberi ornament-ornamen yang
menarik, sehingga dapat memberi
kesan mewah, tradisional. Yang
menjadi prioritas pada huruf ini
adalah keindahannya. Huruf
dekoratif umumnya memiliki
bentuk yang rumit, dan hanya
cocok untuk dipakai secara
terbatas, misalnya untuk headline
(tidak cocok untuk body teks).
Contoh : Rosewood Std
Regular, Chiller,
Perkembangan tipografi yang diterapkan
dalam sebuah layout, teks yang berfungsi
untuk menarik perhatian pembaca, masuk
dalam display type, sedangkan teks yang
fungsinya sebagai body teks, disebut
dengan teks type. Berikut adalah perbedaan
antara display type dengan teks type :
a. Display Type
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
38
formal, klasik, elegan, mewah, dan
anggun. Dengan adanya serif, huruf
mampu membimbing mata untuk
mengikuti alur suatu teks dan memberi
kesan keesatuan dalam sebuah kata.
Huruf serif sering digunakan pada
media cetak seperti koran, majalah,
brosur.
Contoh : Times New Roman,
Bodoni, Century, dll.
b. Sans Serif : merupakan huruf tanpa
serif atau tidak memiliki kait, huruf ini
sifatnya kurang formal, sederhana dan
mudah dibaca. Huruf ini cenderung
digunakan pada media elektronik
seperti headline website, cd interaktif,
dll.
Contoh : Arial, Calibri, Gill Sans,
dll.
c. Script : merupakan jenis huruf yang
bentuknya didesain menyerupai tulisan
tangan, ada yang seperti goresan kuas
atau pena kaligrafi. Huruf ini didesain
untuk digunakan dalam teks yang
memadukan huruf kapital dan huruf
kecil. Huruf ini sifatnya anggun,
eksklusif, romantic, tradisional,
informal, namun tidak terlalu mudah
dibaca, sehingga tidak cocok sebagi
bodyteks. Huruf ini cenderung
digunakan untuk media cetak seperti
undangan pernikahan, upacara
tradisional.
Contoh : Brus Script , Lucida Handwriting ,
Mistral , dll.
d. Dekoratif : Kelompok huruf
bergaya display yang awalnya
digunakan dalam dunia periklanan
untuk menarik perhatian pembaca.
Huruf dekoratif dibuat dalam
ukuran besar, didesain sangat
detail, kompleks, dan biasanya
diberi ornament-ornamen yang
menarik, sehingga dapat memberi
kesan mewah, tradisional. Yang
menjadi prioritas pada huruf ini
adalah keindahannya. Huruf
dekoratif umumnya memiliki
bentuk yang rumit, dan hanya
cocok untuk dipakai secara
terbatas, misalnya untuk headline
(tidak cocok untuk body teks).
Contoh : Rosewood Std
Regular, Chiller,
Perkembangan tipografi yang diterapkan
dalam sebuah layout, teks yang berfungsi
untuk menarik perhatian pembaca, masuk
dalam display type, sedangkan teks yang
fungsinya sebagai body teks, disebut
dengan teks type. Berikut adalah perbedaan
antara display type dengan teks type :
a. Display Type
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
39
Display Type
Berfungsi untuk menarik perhatian
pembaca
Biasanya berukuran besar (di atas
12 point)
Menggunakan typeface dengan
desain yang menarik, dan bisa
menggunakan semua jenis huruf
(serif, sans serif, script, dan
dekoratif)
Jumlah kata tidak banyak/ singkat,
seperti digunakan pada Judul, sub
judul, deck (gambaran singkat
tentang topik/ pengantar sebelum
orang membaca isi teks), pull quote
(garis besar dari isi).
Tingkat keterbacaan huruf
(legibility) tidak harus tinggi
Contoh : Bauhaus 93, Lucida
Handwriting, Rockwell, dll
b. Teks Type
Fungsinya untuk isi naskah atau
penjabaran pesan.
Biasanya berukuran kecil (12 point
ke bawah)
Typeface dengan tingkat
keterbacaan (legibility) tinggi, dan
huruf yang digunakan dengan jenis
serif dan sans serif.
Jumlah kata banyak/ panjang, dan
diterapkan pada bodyteks (bagian
isi teks)
Tingkat keterbacaan teks dan huruf
(legibility dan readability) harus
tinggi.
Contoh : Times New Roman,
Maiandra, Myriad Pro, dll.
Dalam merancang media
komunikasi visual, hal yang tidak kalah
penting dalam penggunaan tipografi adalah
kepekaan dalam menganalisa hubungan
antara bentuk visual huruf (fisik) dengan
kepribadian (non fisik) dari huruf itu
sendiri, seperti pada contoh di bawah :
Analisa fisik : huruf tersebut ternasuk
dalam display type/ dekoratif, stroke
berupa garis lengkung, legibility dan
readability rendah.
Analisa non fisik : berkesan feminine,
cantik, kekanakan, tidak bisa diam,
periang, apa adanya, positif,
menyenangkan, polos, bebas, ringan,
tidak kaku, bersahabat.
Display Type
Text Type Text Type
Text Type
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
40
Analisa fisik : Slab serif, dengan stroke
geometris, legibility dan readability
cukup.
Analisa non fisik : berkesan maskulin,
berwibawa, dewasa, serius, teratur,
berat, gelap, kaku, tegas, akurat, kuat,
kokoh, tegap, penuh keyakinan.
Analisa fisik : menyerupai tulisan
tangan (Scriprt), semua huruf miring,
legibility dan readability rendah.
Analisa non fisik : berkesan bijaksana,
berkarisma, tua, tenang, serius, teratir,
ringan, artistic, apa adanya, penuh
pemikiran, berhati-hati, bernilai tinggi.
Analisa fisik : huruf tersebut ternasuk
dalam display type/ dekoratif, denga
stroke berupa goresan-goresan garis
manual, legibility dan readability
rendah.
Analisa non fisik : berkesan kacau,
sembarangan, dinamis, menyalahi
aturan, spontan, frustasi, kemarahan,
negative, pemberontakan, keburukan,
blak-blakan, agresif.
2. Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual secara
etimologi terdiri dari tiga kata, yaitu : (1)
Desain yang artinya merencanakan atau
merancang, (2) Komunikasi artinya
menyampaikan pesan dari komunikator
kepada komunikan, dan (3) visual yang
berarti segala sesuatu yang dapat direspon
atau dilihat oleh mata. Jadi desain
komunikasi visual adalah seni dalam
menyampaikan pesan dengan
menggunakan bahasa rupa yang bertujuan
untuk menyampaikan informasi dari
komunikator kepada komunikan. Dengan
kata lain, desain komunikasi visual
merupakan suatu sarana untuk
menyampaikan gagasan, konsep maupun
informasi melalui media-media yang dapat
dilihat oleh mata, dan informasinya dapat
diterima dengan baik oleh masyarakat atau
audien.
Desain komunikasi visual memiliki
peran penting dalam menyampaikan pesan
atau informasi dari komunikator kepada
komunikan dengan menggunakan kekuatan
visual atau yang dapat dilihat dengan mata.
Unsur-unsur visual dalam desain
komuikasi visual yaitu : tipografi, ilustrasi,
warna, garis, bahkan sampai pada
pengaturan tata letak atau layout.
Desain komunikasi Visual
termasuk dalam kategori commercial art,
yang merupakan perpaduan antara seni
rupa (visual art) dan ketrampilan
komunikasi untuk tujuan bisnis atau yang
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
41
Gambar 1. Contoh Keseimbangan SimetrisSumber : id.pinteres.com
dikenal dengan istilah advertising. Desain
Komunikasi Visual terus mengalami
perkembangan, yang secara tidak langsung
menyita perhatian masyarakat melalui
media-media seperti : cover majalah,
brosur, iklan majalah, poster indoor, kartu
nama, kemasan produk dan barang cetak
lainnya. Selain itu juga ada media outdoor
berupa poster, billboard, videotron,
spanduk, baliho, papan nama, dll. Semua
iklan tersebut berlomba-lomba untuk
menarik perhatian konsumen melalui
elemn-elemen visual, baik itu dari
penggunaan tipografi, ilustrasi, logo, dan
warna.
Desain yang baik, tidak hanya
didukung dengan ilustrasi, pemilihan
tipografi serta unsur-unsur visual yang
menarik dan berkualitas, tetapi juga harus
memenuhi prinsip dasar desain, yaitu :
a. Prinsip Keseimbangan :
adalah adanya keseimbangan dalam
bobot. Keseimbangan sangat penting
untuk diterapkan agar memiliki nilai
estetis dan enak dilihat. Keseimbangan
ada yang termasuk dalam
keseimbangan simetris, ada juga yang
asimetris.
1. Keseimbangan simetris adalah
keseimbangan antara ruang sebelah
kiri dan ruang sebelah kanan sama
persis, baik itu dalam besarnya
ukuran, arah, warna, dll. Contoh :
2. Sedangkan komposisi asimetris atau
bisa juga disebut keseimbangan
tersembunyi, yaitu keseimbangan
antara ruang sebelah kiri dan ruang
sebelah kanan meskipun keduanya
memiliki besaran yang tidak sama.
Contoh Keseimbangan Asimetris :
b. Prinsip Titik Fokus :
Merupakan fokal point atau pusat
perhatian dalam sebuah komposisi,
yaitu bagian yang pertama kali
ditangkap oleh pandangan mata. Titik
fokus dapat dicapai melalui perbedaan
yang kontras, seperti : perbedaan
ukuran, warna, tekstur, bentuk, arah
Gambar 2. Contoh Keseimbangan AsimetrisSumber : id.pinteres.com
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
42
Gambar 4. Contoh Hirarki VisualSumber : id.pinteres.com
garis, dll. Seperti contoh di bawah,
prinsip titik fokus diterapkan dengan
adanya perbedaan ukuran, angka 5
dibuat dengan ukuran yang jauh lebih
besar, serta tekstur yang berbeda,
sehingga mata akan langsung tertuju
pada angka 5, sebagai titik fokus pada
komposisi tersebut.
c. Prinsip Hirarki Visual :
Merupakan prinsip yang mengatur
elemen-elemen visual, mengikuti
perhatian yang berhubungan langsung
dengan titik fokus. Titik fokus
merupakan perhatian pertama,
kemudian baru diikuti perhatian yang
lainnya. Jadi dalam prinsip tersebut,
mengarahkan atau menuntun pembaca
melalui kerangka informasi yang
disusun berdasarkan tingkat
kepentingan. Tiga pertanyaan penting
mengenai hirarki visual yaitu :
- Mana yang Anda lihat pertama?
- Mana yang Anda lihat kedua?
- Mana yang Anda lihat ketiga ?
d. Prinsip Ritme :
Ritme juga disebut irama, yang
merupakan pola yang diciptakan
dengan mengulang atau membuat
variasi elemen visual, beberapa atau
seluruhnya secara konsisten.
e. Prinsip Kesatuan :
prinsip mengorganisasikan seluruh
elemen visual dalam satu tampilan atau
komposisi. Kesatuan merupakan
keterpaduan yang berarti tersusunnya
beberapa unsur menjadi satu kesatuan
yang utuh dan serasi. Untuk mencapai
kesatuan desainer haruslah mengerti
tentang garis, bentuk, warna, tekstur,
kontars nilai, keseimbangan, titik fokus
dan ritme. Seperti pada contoh di
bawah, adanya kesatuan unsur visual,
baik itu pemilihan warna, huruf, garis,
maupun teksturnya.
Gambar 3. Contoh Titik FokusSumber : id.pinteres.com
Gambar 5. Contoh RitmeSumber : Suyanto, 2004
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
43
Gambar 8. Contoh Peran Tipografi dalam IklanSumber : google.co.id
Gambar 7. Contoh Tampilan Bila Tanpa TeksSumber : google.co.id
3. Peran Tipografi dalam Desain
Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual
merupakan proses penyampaian pesan
kepada klayak atau masyarakat melalui
media yang dapat dilihat oleh indra
penglihatan.
Salah satu elemen penting dalam
desain komunikasi visual adalah tipografi,
yang fungsinya untuk menginformasikan
idea atau informasi kepada masyarakat.
Secara tidak langsung masyarakat selalu
berhadapan dengan tipografi di setiap
aktifitasnya, baik itu pada saat membaca
koran, majalah, merk kendaraan, bahkan
iklan-iklan outdoor yang dipajang di
pinggir jalan.
Masyarakat tentunya sudah tidak
asing lagi dengan iklan-iklan, baik itu iklan
yang ada di media elektronik, maupun
media cetak. Tipografi disini tentunya
memiliki peran yang sangat penting,
khususnya pada iklan dengan media cetak.
Misalnya pada sebuah iklan, kopi “Luwak
White Coffee” yang diperankan oleh
bintang iklan Lee Minho, jika tanpa ada
teks “Luwak White Coffee” atau
keterangan lainnya, tentu masyarakat tidak
mengetahui tentang iklan tersebut, atau
bisa saja masyarakat akan berpendapat
bahwa iklan tersebut sedang
mempromosikan bintang iklannya. Seperti
pada gambar 7 dan 8 :
Dari contoh di atas, terlihat peran
penting dari tipografi, dengan adanya teks
pada iklan tersebut, desainer komunikasi
visual dapat menyamakan persepsinya
dengan masyarakat yang melihat iklan,
karena media komunikasi visual harus
dapat berkomunikasi dengan masyarakat
yang melihat iklan.
Sebagai elemen desain komunikasi
visual, tipografi berperan sebagai : type as
text, type as information delivery, type as
image.
Gambar 6. Contoh KesatuanSumber : id.pinteres.com
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
44
Gambar 9. Contoh Type as TextSumber : google.co.id
Gambar 10. Contoh Type as Information DeliverySumber : google.co.id
Gambar 11. Contoh Type as Information DeliverySumber : dokumentasi penulis, 2016
Gambar 12. Contoh Type as ImageSumber : id.pinteres.com
a. Type as Text
Type as Text : teks sebagai penyampai
pesan dari penulisnya, dan biasanya teks
dengan informasi yang cukup banyak.
Teks disini harus memperhatikan factor-
faktor optis. Di sini teks harus
mempertimbangkan legibility (keterbacaan
huruf) dan readability (keterbacaan teks),
karena menyangkut tentang kenyamanan
seseorang dalam membaca teks yang
cukup banyak. Contohnya : artikel
majalah, koran, tabloid, dll. Biasanya
komposisi tipografi tersebut diawali oleha
sebuah judul dengan ukuran lebih besar
untuk menarik perhatian pembaca. Selain
ukuran, pemilihan sifat huruf juga
memiliki peran dalam penentuan nilai
estetis dalam suatu desain.
b. Type as Information Delivery
Type as Information Delivery : tipografi
berfungsi sebagai penyampai informasi,
label tanda pengenal dan penunjuk arah.
Karena perannya sebagai penyampai
informasi, maka legibility dan readability
menjadi hal yang sangat penting bagi si
pembaca teks, sehingga pemilihan dan
pengaturan huruf harus diperhitungkan
dengan baik
c. Type as Image
Type as Image : Tipografi berperan
sebagai penyampai pandangan, sikap
dan ekspresi kreatif. Disini tipografi
tidak hanya sebagai teks, tapi juga bisa
dikomposisikan sebagai ilustrasi,
sehingga legibility dan readability
tidak menjadi prioritas, karena lebih
menekankan nilai estetisnya.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
45
Gambar 13. Contoh Type as ImageSumber : google.co.id
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas,
maka dibuat simpulan bahwa penggunaan
atau pemilihan tipografi yang tepat dalam
media komunikasi visual, akan
mempengaruhi keberhasilan dari desain
tersebut dalam menyampaikan informasi
kepada masyarakat. Tipografi dalam media
komunikasi visual tidak hanya sekedar teks
bacaan, tetapi juga berfungsi untuk
menginformasikan ide atau informasi
kepada masyarakat. Pemilihan tipografi
dalam sebuah desain, hendaknya
disesuaikan dengan pesan apa yang ingin
disampaikan dan dapat memberikan
kenyamanan kepada audiens pada saat
membaca teks yang terdapat dalam suatu
desain.
Tipografi merupakan bentuk visual
dari suatu komunikasi, yang memiliki
peran penting dalam desain komunikasi
visul untuk menyampaikan pesan kepada
audien. Tipografi sendiri memiliki
beberapa peran, yaitu sebagai penyampai
pesan, sebagai penyampai informasi, di
mana pemilihan font yang jelas dan
keterbacaan teks di sini sangat diperlukan.
Selain itu tipografi juga berperan sebagai
image atau gambar, dengan menampilkan
komposisi yang menarik dan estetis.
Daftar Pustaka
Rustan, Surianto. 2011. Huruf FontTipografi. Jakarta : PT GramediaPustaka Utama.
Rustan, Surianto. 2014. LAYOUT, Dasardan Penerapannya. Jakarta : PTGramedia Pustaka Utama.
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana :Elemen-Elemen Seni dan Desain.Yogyakarta : Jalasutra.
Supriyono, Rakhmat. 2010. DesainKomunikasi Visual – Teori danAplikasi. Yogyakarta : ANDI.
Suyanto. 2004. Aplikasi Desain Grafisuntuk Periklanan. Yogyakarta :ANDI.
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
46
KLASIFIKASI BIO-INSPIRED ALGORITHMDALAM PERSPEKTIF TEORI COMPLEX ADAPTIVE SYSTEM
Ketut Bayu Yogha BintoroTeknik Informatika, Universitas Trilogi
Alamat :Jln. TMP Kalibata Jakarta SelatanEmail :ketutbayu@universitas-trilogi.ac.id
ABSTRACT
This Paper briefly describes the bio-inspired algorithm that can be viewed from theperspective of complex adaptive system. Some algorithms in bio-inspired algorithm canelaborate the understanding of complex adaptive system. In a field of artificial intelligencescience, Complex adaptive systems is a difficult problem to understand and model it.Swarming behavior of some living creature isa good fundamental reference source inunderstanding the complex adaptive system. This paper proposes classification of bio-inspiredalgorithm complexity in terms of quantity and quality as well as some examples of nature.
ABSTRAK
Paper ini menjelaskan secara ringkas bahwa bio-inspired algorithm dapat dilihat darisudut pandang complex adaptive system. Beberapa algoritma dalam bio-inspired algorithmdapat memperdalam pemahaman tentang complex adaptive system. Dalam rumpun ilmukecerdasan buatan, Complex adaptive system merupakan masalah yang sulit dimodelkan sertamemiliki pendekatan / metode tersendiri dalam memahami dan memodelkannya. Perilakuberkelompok beberapa mahluk hidup dapat menjadi sumber referensi fundamental dalammemahami complex adaptive system. Paper ini mengusulkan klasifikasi bio-inspiredalgorithm dilihat dari mekanisme kompleksitasnya yaitu dari sisi kuantitas dan kualitas sertabeberapa contoh alaminya.
Kata Kunci : Bio-inspired Algorithm, Complex Adaptive System, Klasifikasi
I. PENDAHULUAN
Dalam teori kompleksitas, jenis
komleksitas dapat dipandang dari dua
sudut pandang, yaitu kompleksitas secara
kuantitas (quantity of complexity) dan
kompleksitas secara kualitas (quality of
complexity). Menurut Standish (2008),
kompleksitas dipandang sebagai sebuah
class dari sistem yang sulit untuk dipelajari
atau dipahami menggunakan pendekatan
analisis tradisional. Kesulitan analisis
menjadi salah satu penyebab mengapa
hingga saat ini sulit mengukur tingkat
kompleksitas dari suatu sistem[10].
Mekanisme alam merupakan
contoh sistem kompleks yang banyak
menginspirasi para peneliti dalam
menemukan model matematis dan
algoritma untuk menyelesaikan kasus
tertentu dalam dunia nyata. Sebagai contoh
algoritma semut diciptakan untuk
mengatasi masalah optimalisasi pencarian
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
47
jalur terpendek yang dapat diaplikasikan
pada routing jaringan, TSP, dan lain
sebagainya.
Dalam rumpun ilmu kecerdasan
buatan, Complex adaptive system
merupakan masalah yang sulit dimodelkan
serta memiliki pendekatan / metode
tersendiri dalam penanganannya, walaupun
demikian masalah tersebut sangat menarik
dan merupakan representasi kasus di dunia
nyata yang paling sering di temui sehingga
diperlukan kreativitas dan inovasi dalam
mengembangkan.
Berbagai jenis pendekatan untuk
mengatasi permasalahan tersebut, salah
satunya adalah menggunakan algoritma
yang terinspirasi dari perilaku mahluk
hidup atau mekanisme alami yang terjadi
di alam.
Bagian pertama paper akan
menjelaskan tentang latar belakang
permasalahan kemudian di bidang bahasan
akan dijabarkan algoritma yang terinspirasi
dari alam baik yang berasal dari perilaku
mahluk hidup ataupun fenomena alam,
pada tahap ini penulis mengusulkan
struktur klasifikasi algoritma-algoritma
yang terinspirasi dari alam dengan sudut
pandang Complex adaptive system beserta
beberapa contohnya. Bagian penutup
berupa kesimpulan dan kelanjutan
penelitian berikutnya.karena paper ini
merupakan paper awal dari pengayaan
materi complex adaptive system.
II. BAHASAN
Pada paper ini, fokus utama adalah
pada algoritma yang terinspirasi dari
mahluk hidup (Biological Inspired
Algorithm), meskipun demikian penulis
juga akan memberikan klasifikasi beberapa
algoritma yang terinspirasi dari fenomena
alam (Non - Biological Inspired
Algorithm).
Contoh-contoh akan diberikan
untuk memberikan gambaran lebih jelas
algoritma tertentu dan pendekatan
menitikberatkan pada hubungan perspektif
dengan teori adaptif kompleks sistem
(complex adaptive system).
Gbr 1. Klasifikasi Natural Inspired Algorithm
Gambar 1 merupakan deskripsi
klasifikasi algoritma yang terinspirasi dari
kejadian alam yang penulis usulkan.
Berdasarkan Gambar 1, jika dilihat dari
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
48
sumber inspirasi, Algoritma yang
terinspirasi dari alam terbagi menjadi 2
kategori yatu inspirasi yang berasal dari
mahluk hidup dan bukan dari mahluk
hidup. Inspirasi yang berasal dari mahluk
hidup biasanya berupa hasil pengamatan
perilaku (behavior) baik binatang maupun
tumbuhan, yang dapat disebut mahluk
hidup dapat berupa mahluk hidup sel
tunggal hingga mahluk hidup multi sel
baik di dunia hewan maupun tumbuhan[8].
Contohnya antara lain :
1. Perilaku berbagai jenis serangga seperti
lebah, laron, semut, dan lain
sebagainya
2. Sekawanan burung
3. Sekawanan ikan
4. Sekawanan kunang-kunang dan lain
sebagainya.
Pada umumnya algoritma yang
dibentuk memodelkan perilaku spesifik
dari suatu mahluk hidup seperti perilaku
pencarian makanan pada semut, proses
pemilihan sarang pada lebah madu, proses
pergerakan sekawanan ikan, migrasi
burung dan lain sebagainya.
A. Non-Biological Inspired Algorithm
Algoritma yang terinspirasi bukan
dari mahluk hidup pada umumnya
berhubungan dengan proses fisika ataupun
kimiawi yang mendasari fenomena alam
seperti fenomena gravitasi, formasi aliran
sungai, musik dan lain sebagainya[3].
Hukum- hukum fisika atau kimia yang
melandasi terjadinya fenomena tersebut
pada umumnya menjadi pondasi dasar dari
algoritma yang ditemukan.
B. Biological Inspired Algorithm
Berdasarkan Gambar 1 , jika dilihat
dari sisi kuantitasnya, dapat terbagi
menjadi algoritma terinspirasi individu
atau yang berbasis koloni. Jika basisnya
merupakan individu maka titik beratnya
adalah pada kemampuan suatu individu
(baik hewan, manusia atau tumbuhan)
dalam beradaptasi dengan lingkunganya,
bagaimana memanfaatkan indra-indra yang
terdapat pada individu secara optimal
untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan disekitarnya.
Sebagai contoh, teknik apa yang
digunakan lumba-lumba dalam mendeteksi
calon mangsanya [3], bagaimana strategi
ikan salmon dalam menghindari pemangsa,
bagaimana memodelkan teknik
brainstorming dalam menyelesaikan
permasalahan optimasi, dan lain
sebagainya [3].
Dalam beradaptasi tentu saja setiap
individu mengembangkan mekanisme atau
teknik-teknik khusus, jika dilihat dari
perbedaan strategi mekanisme atau teknik
yang digunakan maka beberapa algoritma
menggunakan teknik iterasi dan beberapa
terinspirasi dari mekanisme evolusi
mahluk hidup sebagai contoh mekanisme
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
49
alami yang kemudian dimodelkan secara
matematis oleh peneliti.
Algoritma Genetika [11] merupakan
salah satu metode popular yang terinspirasi
proses evolusi mahuk hidup sebagai
model. Metode ini pada umumnya
digunakan untuk menyelesaikan masalah
optimasi [11]. Evolusi terjadi pada
kromosom individu yang merupakan
representasi dari solusi yang dihasilkan .
Evolusi kromosom individu
berkembang melalui mekanisme
persilangan (crossover) dan atau proses
mutasi pada salah satu sel kromosom
individu yang outputnya berupa populasi
kumpulan individu baru yang
merepresentasikan kumpulan solusi yang
dihasilkan dari proses persilangan.
Algoritma genetika merupakan salah satu
contoh proses komputasi yang berjalan
secara terpusat (centralized), proses
tercapainya solusi yang dihasilkan terjadi
pada satu rangkaian tunggal dalam tahap
evolusi [11]. Individu (kromosom) tidak
bertindak sebagai agent yang memiliki
otonomi tetapi lebih pada representasi
masalah – solusi yang akan dihitung dalam
satu proses komputasi tunggal yaitu
evolusi.
Gbr 2. Tahapan – tahapan dalam AlgoritmaGenetika[11]
Proses Evolusi pada algoritma
genetika tidak dapat dikaitkan secara
langsung dengan proses evolusi individu
lainnya karena perbedaan representasi
masalah – solusi (dalam hal ini
representasi kromosom) sehingga
kompleksitas komputasi suatu evolusi
tergantung dari banyaknya representasi
variabel yang dihitung pada satu proses
evolusi yang tidak bergantung / terkait
pada proses evolusi pada individu lainnya.
Contoh demikian merupakan kompleksitas
dari sisi kuantitas yang didapatkan dari
banyaknya iterasi dalam mencapai solusi.
Contoh lain algoritma yang menunjukkan
kompleksitas kuantitas adalah strategi
berburu dari lumba-lumba dalam
memanfaatkan sonar untuk melihat
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
50
mangsa, mekanisme ini dikenal dengan
dolphin echolocation [8].
Gbr 3. Analogi echo lokasi pada lumba-lumba [8]
Gbr 4. Mekanisme Algoritma Echo lokasi padaLumba-lumba [8]
Proses alami perilaku berburu pada
lumba-lumba (Gambar 3) kemudian
dibuatkan model algoritmanya (Gambar 4),
model ini merupakan contoh dari algoritma
yang terinspirasi mahluk hidup dilihat dari
sisi kemampuan/perilaku individual.
C. Group Based Algorithm
Selain terinspirasi dari mahluk
hidup secara individual, Banyak algoritma
juga ditemukan dan berkembang
terinspirasi dari mahluk hidup yang
bergerak dalam kelompok atau grup [8].
Proses klasifikasi dalam hewan atau
mahluk hidup merupakan seuah fenomena
alami dimana sejumlah individu terlibat
dalam mekanisme pergerakan sebagai
sebuah grup [4].
Ciri khas dari algoritma ini antara lain :
a. Komputasi sederhana di levelindividual / agent, komputasi kompleksdi level grup[6].
b. Proses iterasi yang dalam mencapaisolusi terjadi di level individu dan levelkelompok.
c. Adanya mekanisme komunikasi secaralangsung ataupun tidak langsungdiantara anggota grup.
d. Tidak ada individu yang menjadipengatur pergerakan individu lainnya(self-organization)[6].
e. Pada Umumnya interaksi berlangsungpada individu dalam spesies yangsama.
f. Perilaku sistem sering kali tidak dapatdi prediksi.
Munculnya pergerakan bersama
dari sekelompok individu agent tanpa
adanya mekanisme koordinasi terpusat
didefinisikan sebagai mekanisme Self-
organization.Self-organization merupakan
pendekatan yang sangat powerful untuk
mendekripsikan complex system [4].
Menurut Visser et al., 2004 :
“defines self-organization as the evolution
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
51
of a system into an organized form in the
absence of an external supervisor, where
"A system can be defined as a group of
interacting agents that is functioning as a
whole and distinguishable from its
surroundings by its behavior" and "An
organization is an arrangement of selected
parts so as to promote a specific
function"[15] .
Menurut Gatti (2008) : “Self-
organization is a dynamic and adaptive
process where components of a system
acquire and maintain information about
their environment and neighbors without
external control. A fundamental
engineering issue when designing self-
organizing emergent multi-agent systems
(MASs) is to achieve required macroscopic
properties by manipulating the
microscopic behavior of locally interacting
agents.”[4].
Pergerakan bersama dalam sebuah
grup terseut memunculkan beberapa
Terminologi untuk membedakan
pergerakan mahluk hidup dilihat dari jenis
hewannya, beberapa diantaranya antara
lain :
a. Swarm : Pergerakan grup dari spesies
yang sama pada serangga dan
zooplankton [4,5]
b. Schools : Pergerakan di level grup dari
spesies ikan dan binatang laut lainnya.
Pergerakan bersama sekelompok ikan
tanpa adanya koordinasi tunggal dan
hanya melihat pergerakan ikan / individu lain
yang terdekat [9].
c. Flocks : Pergerakan di level grup dari spesies
burung. Secara konsep hamper menyerupai
schools tetapi terdapat parameter tambahan
yaitu kesamaan kecepatan terbang dan arah
terbang dari kerumuman burung tersebut[8].
d. Herds : Pergerakan di level grup dari mamalia
[7].
Perbedaan yang paling terlihat dari
Individual based algorithm adalah
mekanisme komunikasi yang terjadi secara
langsung (individu ke individu) ataupun
secara langsung (individu – lingkungan –
individu) Komunikasi inilah peranan
penting terjadinya suatu pola interaksi
diantara individu dalam lingkungannya
yang menjadikan interaksi diantara spesies
yang satu dengan yang lainnya menjadi
unik disamping secara prinsip menghadapi
permasalahan yang berbeda. Jika pada
Individual based algorithm iterasi terjadi
pada terjadi pada seluruh proses didalam
sistem, maka tidak halnya dengan group
based algorithm, pada umumnya iterasi
yang dimaksud adalah penguatan pola
komunikasi dari satu individu terhadap
individu lainya.
Penguatan pola komunikasi akan
memperlihatkan pola kerjasama dan
kemungkinan solusi yang dihasilkan,
sebagai contoh Semut menggunakan
feromon sebagai media komunikasi antar
semut dalam proses pencarian jalur
terpendek dalam mencari makanan[2].
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
52
Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]
Interaksi diantara individu melalui
pola komunikasi tertentu secara langsung
atau stidak langsung akan mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya
Input dan Output proses interaksi tersebut
berasal dari lingkungan karena pergerakan
bersama individu tidak lain adalah untuk
menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi
disekitar individu tersebut.
Adaptasi merupakan penyesuaian
yang dilakukan individu dalam suatu
sistem dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai kesuksesan dalam bertahan hidup
dalam sistem lingkungan yang berbeda-
beda [4].
Sebagai contoh, kerumunan rayap
berinteraksi satu dengan lainnya untuk
membangun mekanisme pertukaran udara
di dalam sarang agar seluruh koloni dapat
hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan
rayap untuk menjaga suhu dan tekanan
angin di dalam sarang tetap optimal dan
tidak membahayakan koloni raya terutama
ratu rayap[14].
Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]
Output atau solusi dari pola
interaksi ini dapat bersifat positif atapun
negatif bagi grup hewan itu sendiri.
Definisi positif dan negatif dapat
dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan
grup tersebut apakah dapat mencapai
tujuan akhirnya atau justru mengarahkan
grup kearah yang tidak menguntungkan.
Solusi negatif sangat mungkin terjadi
karena grup bergerak berdasarkan
pergerakan majemuk tanpa koordinasi
sentral sehingga setiap individu di dalam
grup dapat mempengaruhi arah solusi yang
dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol
selain pola komunikasi yang dimiliki oleh
suatu species.
Sebagai contoh semut merah
seringkali bergerak ke peralatan elektronik
untuk mencari tempat perlindungan,
dengan menggunakan feromon sebagai
media komunikasi, sebagian anggota
kelompok lainnya yang menerima feromon
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
52
Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]
Interaksi diantara individu melalui
pola komunikasi tertentu secara langsung
atau stidak langsung akan mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya
Input dan Output proses interaksi tersebut
berasal dari lingkungan karena pergerakan
bersama individu tidak lain adalah untuk
menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi
disekitar individu tersebut.
Adaptasi merupakan penyesuaian
yang dilakukan individu dalam suatu
sistem dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai kesuksesan dalam bertahan hidup
dalam sistem lingkungan yang berbeda-
beda [4].
Sebagai contoh, kerumunan rayap
berinteraksi satu dengan lainnya untuk
membangun mekanisme pertukaran udara
di dalam sarang agar seluruh koloni dapat
hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan
rayap untuk menjaga suhu dan tekanan
angin di dalam sarang tetap optimal dan
tidak membahayakan koloni raya terutama
ratu rayap[14].
Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]
Output atau solusi dari pola
interaksi ini dapat bersifat positif atapun
negatif bagi grup hewan itu sendiri.
Definisi positif dan negatif dapat
dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan
grup tersebut apakah dapat mencapai
tujuan akhirnya atau justru mengarahkan
grup kearah yang tidak menguntungkan.
Solusi negatif sangat mungkin terjadi
karena grup bergerak berdasarkan
pergerakan majemuk tanpa koordinasi
sentral sehingga setiap individu di dalam
grup dapat mempengaruhi arah solusi yang
dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol
selain pola komunikasi yang dimiliki oleh
suatu species.
Sebagai contoh semut merah
seringkali bergerak ke peralatan elektronik
untuk mencari tempat perlindungan,
dengan menggunakan feromon sebagai
media komunikasi, sebagian anggota
kelompok lainnya yang menerima feromon
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
52
Gbr 5. Pencarian jalur terpendek oleh spesiessemut dari sarang ke sumber makanan [11]
Interaksi diantara individu melalui
pola komunikasi tertentu secara langsung
atau stidak langsung akan mempengaruhi
lingkungan sekitarnya. Pada prinsipnya
Input dan Output proses interaksi tersebut
berasal dari lingkungan karena pergerakan
bersama individu tidak lain adalah untuk
menyesuaikan diri / beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi
disekitar individu tersebut.
Adaptasi merupakan penyesuaian
yang dilakukan individu dalam suatu
sistem dengan tujuan untuk meningkatkan
nilai kesuksesan dalam bertahan hidup
dalam sistem lingkungan yang berbeda-
beda [4].
Sebagai contoh, kerumunan rayap
berinteraksi satu dengan lainnya untuk
membangun mekanisme pertukaran udara
di dalam sarang agar seluruh koloni dapat
hidup [13]. Modifikasi sarang diperlukan
rayap untuk menjaga suhu dan tekanan
angin di dalam sarang tetap optimal dan
tidak membahayakan koloni raya terutama
ratu rayap[14].
Gbr 6. Struktur kompleks sarang rayap [14]
Output atau solusi dari pola
interaksi ini dapat bersifat positif atapun
negatif bagi grup hewan itu sendiri.
Definisi positif dan negatif dapat
dipandang dari nilai solusi yang dihasilkan
grup tersebut apakah dapat mencapai
tujuan akhirnya atau justru mengarahkan
grup kearah yang tidak menguntungkan.
Solusi negatif sangat mungkin terjadi
karena grup bergerak berdasarkan
pergerakan majemuk tanpa koordinasi
sentral sehingga setiap individu di dalam
grup dapat mempengaruhi arah solusi yang
dihasilkan tanpa ada mekanisme kontrol
selain pola komunikasi yang dimiliki oleh
suatu species.
Sebagai contoh semut merah
seringkali bergerak ke peralatan elektronik
untuk mencari tempat perlindungan,
dengan menggunakan feromon sebagai
media komunikasi, sebagian anggota
kelompok lainnya yang menerima feromon
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
53
tersebut mengikuti arah feromon tersebut
sambil terus menerus memperkuat jejak
feromon yang dilewatinya[2,10].
Jejak feromon dengan kuantitas
banyak akan menarik lebih banyak semut
untuk mengikutinya tanpa mengetahui
hasil akhir yang dicapai jika mengikuti
jejak tersebut[2,10]. Hasilnya banyak
anggota grup berkumpul dan membuat
sarang di peralatan elektronik, saat
peralatan tersebut diaktifkan banyak
anggota grup yang akhirnya tersengat arus
listrik atau terjebak dalam sistem mekanik
yang ada di perangkat tersebut.
Sebaliknya solusi positif dapat
dihasilkan dari hasil interaksi diantara
anggota grup tersebut seperti semut
menemukan jalur terpendek dari sarangnya
untuk mendapatkan makanan potensial dari
banyaknya kombinasi jalan yang mungkin
dilalui.
Selain adanya penguatan
komunikasi dalam interaksi diantara
anggota grup, salah satu karakteristik
lainnya adalah proses komputasi yang
berjalan secara terdistribusi. Setiap
individu didalam kelompok disebut
sebagai agent, dari sudut pandang
pendekatan agent, agent merupakan suatu
entitas yang memiliki otonomi sendiri
dalam menghasilkan suatu keputusan saat
menerima input dari lingkungan sekitarnya
[1] Dalam sebuah sistem yang kompleks,
agent harus berimplikasi terhadap
lingkungannya seperti mendapatkan
informasi dari agent lainnya dan
mempengaruhi perilaku agent lainnya
melalui kemampuan belajar dan
otonomidalam memaksimalkan fungsinya
dalam berbagai situasi [4].
Sifat otonomi membuat agent
dapat mengambil keputusan tanpa secara
langsung dipengaruhi oleh agent lainnya ,
karena dasar itulah setiap agent memiliki
mekanisme komputasi mandiri. Jika dilihat
dari sudut pandang kelompok, komputasi
otonom pada individu bukan merupakan
bagian dari konstruksi komputasi
kelompok sehingga mekanisme tersebut
mekanisme komputasi terdistribusi[1].
Komunikasi menjadi unsur penting
dalam input variabel perhitungan agar
tercipta pola interaksi diantara agent dalam
kelompok agent [13], komunikasi juga
menjadi pemicu emergence behavior
dalam pola interasi kelompok.
Dalam konsep kecerdasan
kelompok, proses komputasi di level agent
pada umumnya sederhana dan setiap agent
dalam kelompok yang sama memiliki
mekanisme komputasi yang sama[1].
Komputasi sederhana dilevel individual ini
merupakan pondasi dari terbentuknya pola
komputasi yang lebih kompleks di level
kelompok [13].
Solusi atau orientasi berada pada
level kelompok karena dengan
kesederhaan komputasi yang dimiliki
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
54
individu agent tidak dapat mengatasi
proses adaptasi yang sangat dinamis di
lingkungan sekitarnya, untuk itulah
dibutuhkan interaksi antar agent sehingga
meningkatkan tingkat keberhasilan dalam
tahap adaptasi terhadap lingkungan sekitar
(i) (ii)Gbr 7. (i) mekanisme jembatan semut [2], (ii)
schooling pada kelompok ikan
Gambar7.memperlihatkan beberapa
interaksi yang muncul dari komunikasi
internal diantara anggota kelompok,
kerjasama antar kelompok memperbesar
kemungkinan adaptasi terhadap lingkungan
ataupun pemangsa.
Interaksi yang muncul dari tersebut
membentuk pola-pola unik tanpa
koordinasi tunggal di level kelompok atau
grup yang dikenal dengan istilah
emergence [4,13]. Seakan-akan pergerakan
di level kelompok tersebut
merepresentasikan keseragaman kondisi di
internal individu di dalamnnya, padahal
sebaliknya tidak ada keseragaman kondisi
/state internal yang secara implisit terlihat
di dalam individu [13].
State yang pada level individu
tidaklah harus sama untuk menghasilkan
pergerakan yang sama di level kelompok
[1,13], hal itulah yang menyebabkan
peristiwa emergence tersebut sukar di
prediksi dan diseragamkan, peristiwa yang
memicunya-pun sering kali tidak diketahui
secara pasti[1].
Peristiwa emergence tersebut yang
merepresentasikan kompleksitas secara
kualitas (Complexity in quality)[10].
Beberapa litarasi menyebutnya dengan
perilaku kolektif (collective behavior)[7].
Demikian dengan group based
algorithm, solusi yang dicapai dengan
menggunakan algoritma jenis ini selalu
dipandang dari level kelompok/grup,
iterasi-iterasi terjadi di level individual /
agent yang berkontribusi terhadap solusi
yang dihasilkan di level kelompok.
Tidaklah mudah intuk mengukur
peranan satu agent terhadap kontribusinya
terhadap pola yang ditimbulkan di level
kelompok, pola-pola tersebut seolah-olah
terjadi begitu saja, tidak dapat di prediksi,
tidak terstruktur dan tdak diketahui posisi
awal dan akhirnya. Pola Interaksi tersebut
menimbulkan adanya tingkat kompleksitas
(level of complexity)[4].
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
55
Gbr 8. Arsitektur Skala Kompleksitas [4]
Level kompleksitas dapat bergerak
naik (semakin kompleks) ataupun turun
(semakin sederhana) dikarenakan adanya
pemicu, pemicu tersebut dikenal dengan
istilah emergence behavior[4]. Dengan
kata lain, emergence behavior
mempengaruhi dinamika pada level
kompleksitas sistem [4] Gambar 8
mendeskripsikan posisi emergence
behavior terhadap level kompleksitas.
III. KESIMPULAN
Paper awal ini dapat menjelaskan
secara ringkas bahwa Biological Inspired
Algorithm dapat dilihat dari sudut pandang
complex adaptive system. Kompleksitas
terbentuk dari adanya komunikasi diantara
agent ataupun agent dengan lingkungannya
yang kemudian menciptakan interaksi
dengan pola tertentu, proses interaksi
tersebut sebenarnya merupakan proses
adaptasi mahluk hidup dalam
menyesuaikan diri didalam lingkungannya
tetapi dilihat dari level grup/kelompok
(emergence behavior).
Perilaku berkelompok beberapa
mahluk hidup tersebut merupakan dasar
dari pemahaman fundamental complex
adaptive system yang beberapa diantaranya
dapat dimodelkan secara matematis untuk
menyelesaikan masalah yang relevan
dengan sumber inspirasinya, sebagai
contoh masalah optimalisasi dan
pendekatan berbasis agent.
Paper berikutnya akan membahas
secara mendalam algoritma-algoritma
berbasis individual agent dan algoritma-
algoritma berbasis group agent dan potensi
aplikasinya pada masalah optimalisasi
REFERENSI
Dessalles. Jean. L, Ferber. Jacques, Phan.Dennis, 2008, Emergence in Agent-Based Computational SocialScience : Conceptual, Formal, andDiagrammatic Analysis, IntelligentComplex Adaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA.
Dorigo. M, Stutze.T, 2004, Ant ColonyOptimization, MIT Press, ISBN 0-262-04219-3, England
Fister . I. Jr, Yang2. Xin-She, Fister. I,Brest. J, Fister. D, 2013, A BriefReview of Nature-InspiredAlgorithms for Optimization,ELEKTROTEHNIˇSKI VESTNIK80(3): 1–7, Slovenia.
Gatti.M.A, Lucena. C, Alencar. P, Cowan.D, 2008, Self-Organization andEmergent Behavior in Multi-
JURNAL NEW MEDIA VOL. 7 NO. 2 SEPTEMBER 2016 : 1 - 56
56
Agents Systems: a Bio-inspiredMethod and Representation Model,Monografias em Ciência daComputação, No. 19/08, ISSN:0103-9741, Brazil.
Holland. J.H, 1992, Genetics Algorithm,Scientific American, ed.July 1992.
Ismail.A, Herdjunanto. S, Priyatmadi. P,2012, Penerapan Algoritma AntSystem Dalam Menemukan JalurOptimal Pada Travelling SalesmanProblem (TSP) dengan KekanganKondisi Jalan, JNTETI, Vol.1 no.3,Yogyakarya
Jorge A. Ruiz-Vanoye, Ocotlán Díaz-Parra, Felipe Cocón, Andrés Soto,et.al, 2007, “Meta-[5]HeuristicsAlgorithms based on the Groupingof Animals by Social Behavior forthe Traveling Salesman Problem”,International Journal ofCombinatorial OptimizationProblems and Informatics, Vol. 3,No. 3, Sep-Dec 2012, pp. 104-123.ISSN: 2007-1558.
Kaveh. A., Farhoudi. N., 2013, A newoptimization method: Dolphinecholocation, Advances inEngineering Software p53-70,journal homepage:www.elsevier.com/locate/advengsoft.
Marsh. L, Onof. C, 2007, Stigmergicepistemology, stigmergic cognition,Cognitive Systems Research,doi:10.1016/j.cogsys.2007.06.009,Elsevier.
Standish. K.R, 2008, Concept andDefinition of Complexity, ComplexAdaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA
Somantri. O, Supriyanto. C. 2016,Algoritma Genetika UntukPredikasi peningkatan KebutuhanPermintaan Energi Listrik,JNTETI, Vol.5, no.2, Yogyakarta
Theraulaz. G, Bonabeau. E, 1999, A BriefHistory of Stigmergy, ArtificialLife 5: 97–116, MassachusettsInstitute of Technology, USA.
Tschke. G. S. N, Schut. M. C., ben. A. E.E, 2008, Emergent Specializationin Biologically Inspired CollectiveBehavior Systems, IntelligentComplex Adaptive Systems, IGIPUBLISHING, 701 E. ChocolateAvenue, Suite 200, Hershey PA17033-1240, USA.
Turner. J. S, 2010, Termites as models ofswarm cognition, 5: 19–43 DOI10.1007/s11721-010-0049-1,Springer Science + BusinessMedia.
Visser. A.G. Pavlin. S.P, van Gosliga,Maris. M, 2004 "Self-organizationof multiagent systems", Proc. of theInternational workshop MilitaryApplications of Agent Technologyin ICT and Robotics, The Hague,the Netherlands.
ISSN: 1693 - 313
Isu dan Permasalahan Permukiman di DAS (Daerah Aliran Sungai)Tukad Badung Denpasar
I DEWA GEDE PUTRA, ST.,MT.
Pengaruh Penerapan Logika Matematika Kontekstual Dalam PembelajaranMatematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar(Penelitian Eksperimen Di Kelas V Sd Gugus 9 Kecamatan Buleleng)
I MADE YOGA WICAKSANA
Transformasi Pasca Erupsi Merapi Dalam Landscape PhotographyRAMANDA DIMAS SURYADINATA, S.SN., M.SN.
Peran Tipografi dalam Desain Komunikasi VisualA. A. SAGUNG INTAN PRADNYANITA, S.SN.,M.SN.
Klasifikasi Bio-Inspired AlgorithmDalam Perspektif Teori Complex Adaptive System
KETUT BAYU YOGHA BINTORO
Jurnal NewMedia Vol. VII No. 2 September 2016 ISSN : 1693 – 313
top related