iv-ikgm iii_epidemiologi ked. gigi_13 maret 2012
Post on 21-Jan-2016
99 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
EPIDEMIOLOGIKEDOKTERAN GIGI
oleh : Hanindio Soelarso
010
20
3040
50
60
7080
90
1st Qtr 2nd Qtr 3rd Qtr 4th Qtr
East
West
North
1. BATASAN EPIDEMIOLOGI.
Arti : Ilmu yg mempelajari tentang Frekwensi, Distribusi, dan penyebaran masalah kesehatan masalah kesehatan pada “sekelompok orang”, serta berbagai faktor yg mempengaruhinya.
• Dahulu : Masalah kesehatan selalu berhubungan dgn penyakit Infeksi/ penyakit menular ; “infectious and communicable Desease”.
Anggapan: Masalah kesehatan dgn frekewensi tinggi dan menyebar luas : adalah penyakit infeksi/ menular.
• Perkembangan selanjutnya :
Masalah kesehatan juga melibatkan penyakit
non infeksi/ tdk menular, ttp penyebarannya tinggi.
Contoh: Kanker, Diabetes mellitus, Tekanan darah
tinggi dan lain2.
Sekarang : Ruang lingkup Epidemiologi berkembang
kpd fenomena yg menyebabkan masalah
kesehatan dan penyakit pd kelompok orang
Contoh : Keluarga berencana, Lingkungan hidup
Kondisi geografis dan lain2.
• CIRI KHAS PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI
- Populasi
- Frekwensi
Mempelajari - Distribusi
- Faktor sebab akibat
- Paparan (exposure)
- Faktor resiko
• Faktor resiko (Risk factor) Adalah : Probabilitas terjadinya fenomena yg berhubungan dgn terjadinya masalah
kesehatan pd kelompok orang (populasi)
Contoh: berapa kemungkinan kelompok orang dgn tumpatan berbeda jenis thd timbulnya arus galvanis sebagai penyebab kelainan/ penyakit periodontal
• Pemaparan (exposure) Adalah (populasi) yg kontak dgn suatu kondisi yg
tdk normal secara kontinue (kumulatif), miss; dgn lingkungan kimia, fisik/ biologis ini tergantung pd: frekwensi, kontinuitas dan faktor resiko Contoh: - Terpapar sinar matahari > kanker kulit - Terpapar oleh bhn kimia tertentu miss: Logam berat pada ikan > penyakit minimata Timbal (Pb) pd makanan kaleng > Autisme Asam Glutamat (penyedap masakan) > Otak
MEMPELAJARI FENOMENA KESEHATAN
1. Mendiskripsikan Frekwensi, Distribusi,
(Penyebaran) masalah kesehatan pd suatu
Populasi, disebut : Epidemiologi diskriptif.
Tujuan: - apa (what)
- mengetahui siapa (who)
- dimana (where)
- kapan (when)
2. Menelusuri faktor penyebab, hubungan,
akibat dari masalah kesehatan (why),
disebut : Epidemiologi analitik.
• Epidemiologi Diskriptif Adalah : pendekatan Epidemiologi yg
menggambarkan kondisi (masalah) kesehatan pd suatu populasi secara diskriptif melalui
survey atau observasi klinik tentang ; siapa, kapan, dimana masalah kesehatan tsb terjadi.
Epidemiologi Analitik. Adalah : pendekatan epidemiologi yg mempe- lajari faktor sebab dan akibat, mengapa (why) masalah kesehatan timbul pd suatu populasi
• Konsep dasar timbulnya mslh. Kesehatan Ada 3 batasan : 1. Penyakit adlh, kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme utk bereaksi thd rangsangan/ tekanan dr luar dirinya, lalu timbul gangguan fungsi/ struktur organisme dlm tubuh (Gold medical dictionary) 2. Penyakit ; suatu keadaan dimana proses kehidupan menjadi tdk teratur/ terganggu. Ketidak teraturan ini meliputi durasi (kecepatan/ lambat, sering/ jarang. (Van Dale’s Groot Woorden- boek der Nederlanse Tall) 3. Penyakit ; bukan hanya kelainan yg dpt dilihat (visual) tapi juga yg tdk terlihat dlm organ tubuh. (Arrest Hof te Amsterdam)
• Kesimpulan :
Dari ke 3 batasan tsb: “ Penyakit/ mslh kese-
hatan adlh: keadaan dimana terjadi gangguan
fungsi dan struktur organ tubuh sehingga
berada dalam keadaan tidak normal”
• Konsep sakit :
Penyakit tdk sama dgn rasa sakit, karena ;
- penyakit bersifat obyektif
- rasa sakit bersifat subyektif
Epidemiologi mempelajari penyakit,
bukan rasa sakit.
• VARIABEL MASALAH KESEHATAN Variabel mslh.kesehatan dlm Epid. Diskriptif, ciri2:
1. Orang (man/ person). - Usia/ kel. umur : - rampant karies > anak2. - Jenis kelamin : - gangguan hormonal - Status sos.ekonomi : - penyakit kurang gizi - penyakit lepra 2. Tempat (place). - geografis : - daerah pesisir = peny. Periodontal - pegunungan = gondok endemis 3. Waktu (time/ season) : - masa inkubasi - penyakit hub. dgn musim diarhea, DHF dll
FAKTOR2 PENYEBAB MASALAH KESEHATAN
1. Gordon & Le Richt : “ the Epidemiologic Triangle”
Host
agent environment
host agent agent
environment host
environment
Menurut Gordon & Le Richt
3 faktor utama penyebab masalah kesehatan
1. Host > faktor genetik (endogen), usia, kelamin,
status pernikahan, pekerjaan, perilaku
2. Agent > golongan nutrient, kimia, fisik, mekanik
dan mikro organisme
3. Environment > lingkungan fisik dan psikologis
2. The Web of Causation.
Timbulnya masalah kesehatan o.k. banyak faktor
“Multiple causation of desease”, satu dgn yg lain
saling berpengaruh.
faktor (a)
faktor (f)
faktor (b) faktor (x)
faktor (g)
faktor (c)
faktor (h) Desease
faktor (d)
faktor (i) faktor (y)
faktor (e)
faktor (j)
3. The Wheel of causation.
lingk. Fisik lingk. Sosial
Host
lingk. Biologis
Konsep ini menjelaskan > faktor lingkungan sangat berperan thd timbulnya masalah kesehatan
hInti genetik
• Konsep wheel > lbh berfokus pd :
1. Hubungan manusia dgn lingkungan hidup Jadi besarnya masing2 faktor lingk. tergantung pd jenis penyakit yg bersangkutan, contoh : - Stress mental: peranan lingk. Sosial > dpd yg lain - Sunburn desease: peranan lingk. Fisik > dpd yg lain - Vector borne desease: peranan lingk. Biologis besar 2. Hubungan fakt. Keturunan dgn inti genetik besar, bhw penyakit itu menurun, contoh; Kanker payudara secara genetik punya (faktor resiko) menurun. Disini fakt. Agent, bukan menjadi prioritas sbg penyebab
timbulnya penyakit
• PENYAKIT DAN DIAGNOSIS.
Untuk mengetahui gambaran timbulnya penyakit pd
suatu populasi adl; Menentukan kelompok mana yg
menderita penyakit dan kel. mana yg tdk berpenyakit
yg akan dipelajari.
Pertama :
Mengetahui gambaran penyakit secara dini pd saat timbul gejala klinis (Simtomatis)
Kedua :
Mengetahui penyakit sebelum gejala klinis
tampak (Asimtomatis).
Prinsip : Bila penyakit dpt diketahui sblm gejala
klinis muncul, maka prognose akan lebih baik.
• Contoh :
Kasus kanker payu dara pd populasi,
hrs dipastikan bhw Tumor yg ditemukan pd
pemeriksaan Mamografi, bukan tumor yg
tumbuhnya lambat, shg tanpa pemeriksaan
screening yg rinci, prognosa akan lbh baik.
Artinya : Hasil pemeriksaan mamografi pd
kel. wanita yg secara genetik punya resiko,
maka kemungkinan prognosanya akan lebih
baik dpd yg tdk pernah periksa mamografi.
• Problema pemeriksaan penyakit Problema 1 :
Klinisi perlu wkt lama utk menetapkan diagnose penyakit melalui uji diagnostik ttp sebag. kecil yg mau mengaplika sikan ilmunya utk intepretasi hsl diagnostik.
Problema 2 : Penetapan diagnose penyakit yg dilakukan pd pasien yg yg datang sdh dgn keadaan sakit, ttp sebag. kecil yg dtg pd stadium asimtomatis, akibatnya proporsi kesembuhan kecil. shg pola penyakit dr thn ke thn cenderung naik.
• KLASIFIKASI PENYAKIT Menetapkan diagnose penyakit > merupakan gambaran berbagai kemungkinan (kondisi yg tdk pasti). Jadi perlu pemahaman berbagai uji diagnostik dan informasi dr berbagai kondisi klinis. Data Epidemiologi umumnya didasarkan oleh berbagai hasil uji diagnosis > utk akurasi diagnosis. Caranya dgn mengamati : 1. Gejala, Tanda dan Test, serta perbandingan observasi dgn beberapa kriteria diagnosis.
• Gejala :
Observasi utk melihat gejala dr manifestasi suatu
penyakit pd populasi > (pemeriksaan subyektif).
Contoh : - rasa nyeri, mual atau lesu dll
Manifestasi gejala sifatnya : sangat individual, jadi
ketepatan diagnose tgt ketepatan dlm mencatat hasil
anamnesa atau wawancara.
Contoh : Dgn pertanyaan yg sama kepada kelompok
pasien > jawabannya bisa berbeda- beda
Agar jawaban hampir sama, atau “agak” valid, maka
perlu “kaliberasi” item kwesioner dan uji coba.
Perbedaan hasil wawancara antar klinisi
Responden Sakit kepala
Mual
Tidak Ringan Berat
Tidak Ringan Berat
Resp. 1
Resp. 2
Resp. 3
Resp. 4
Resp. 5
Resp. 6
Resp. 7
Jumlah
-
+
-
-
-
-
+
2
+
-
-
+
-
-
-
2
-
-
+
-
+
+
-
3
+
-
-
-
+
-
-
2
-
-
+
-
-
+
-
2
-
+
-
+
+
-
+
4
• Penjelasan tabel Ada 2 hal yg menyebabkan perbedaan jawaban. 1. Perbedaan persepsi responden dlm anamnesa 2. Perbedaan persepsi klinisi (dlm konsep sehat dan sakit).
> Hasil pengukuran pd tabel merupakan skala nominal.
Bila ingin dianalisa hrs merupakan skala ordinal = (angka skor), krn keputusan terapi didasarkan pd nilai ordinal.
• Contoh lain:
Data tekanan darah utk menetapkan terapi,
Tek. drh, diukur smp ml terdekat air raksa,
ini merup. skala interval.
Bila klinisi menetapkan diastolik tertentu,
miss; 90 mmHg utk rencana terapi, maka
data interval ditransfer menjadi data nominal,
kelompok 94 – 104 mmHg dikategori ringan
‘’ 105 – 114 mmHg ‘’ sedang
‘’ 115 - lebih ‘’ berat
Sedangkan jmlh yg kategori ringan, sedang, berat
merupakan data ordinal, utk rencana terapi,
yaitu : ringan skor = 1, sedang skor = 2, berat = 3
• 2. Tanda (sign)
Adalah manifestasi kelainan organ tbh, yg dpt dilihat
didengar dan dirasakan.
Contoh : - Hasil x-ray foto (dilihat) > kista rahang
- Gusi bengkak > (diraba) gingivitis atau abses
- Detak jantung > (didengar) ischemia
Penting ! Timbul perbedaan interpretasi antar observer
Hal ini krn : - perbedaan minat
- pengalaman
- pebedaan kepentingan
Lilienfeld & Kordan (1966) > kesepakatan dlm mengklasi
fikasi hsl pemeriksaan bervariasi antara 32% - 76%.
Archer et al (1966) > kesepakatan yg sama thd hsl
pemeriksaan mikroskopis jaringan = 65 %.
Tabel perbedaan interpretasi dua ahli radiologi thd
hasil pemeriksaan x-ray kelainan pd rahang bwh
jumlah 52 109 61 222
Radiolog A
Radiolog B
Granuloma Cysta Gangraena
radix
jumlah
Granuloma 27 19 24 70
Cysta 16 58 21 95
Gangraena
radix 9 32 16 57
• Penjelasan tabel :
Kesepakatan antar 2 radiolog > diagnose hsl
x-ray = bervariasi, disini kasus cysta menjadi
perhatian utama yaitu 58 kasus.
Kesepakatan hsl pemeriksaan x-ray sangat
tergantung, minat, pengalaman, kepentingan
dlm menetapkan diagnose.
UJI PENAPISAN
SCREENING TEST
Arti uji Penapisan (Screening Test)
Adl: penemuan penyakit secara aktif pd
kelompok orang yg tampaknya sehat/ tanpa
gejala tapi punya resiko terkena penyakit.Sasaran : - kelompok orang yg sehat
- kelompok yg positif/ dicurigai
- kelompok yg menderita penyakit
yg sedang dicari
Screening test tdk utk mendiagnose penyakit , ttp
utk mensortir kelompok yg sakit dr yg sehat
• Contoh : Program screening test utk
menyeleksi bbrp gejala penyakit
spt : mamografi atau thermografi utk
kanker payu dara, pap smear utk
kanker rahim, test sputum utk tuber-
colosis, test Elisa utk HIV AIDS
Tujuan : gejala penyakit cpt diketahui
shg cpt dilakukan intervensi terapeutik
• Langkah2 Screening test.
1. Populasi yg saat itu dicurigai kena penyakit
dikelompokkan tersendiri, sdg kel. yg sehat
dipisahkan.
2. Kelompok yg sakit, dan kelompok yg
dicurigai menderita penyakit dimasa datang
dilakukan uji diagnostik
3. Utk kelompok yg benar2 menderita penyakit
langsung dilakukan intervensi terapeutik
• Ada 3 Kriteria utk melakukan Screening Test
1. Validitas
Validitas Test : kemampuan suatu test menetapkan
indikasi pendahuluan ttg siapa yg kena penyakit (yg
sdg dicari) dan yg tidak. Unsur Validitas meliputi:
Sensitivitas : adlh kemampuan suatu pemeriksaan
utk menemukan kelompok orang yg
benar2 sakit.
Spesivisitas : adlh kemampuan suatu pemeriksaan
utk menemukan kelompok orang yg
benar2 tdk sakit/ sehat
2. Reliabelitas : test dianggap reliabel/ stabil bila
digunakan lbh dr sekali/ penelitian ditempat lain.
Reliabelitas dipengaruhi oleh :
- variasi yg terdpt pd metoda test
- variasi pd latar belakang antar observer
- variasi didlm diri observer itu sendiri
Cara memperkecil variasi:
- standarisasi prosedur pemeriksaan
- latihan/ training intensif bagi observer
- menggunakan 2 / lbh observer utk perbandingan
- kontrol periodik thd para observer
3. Yield
Adlh> hasil suatu test : jmlh kasus yg dulu tdk diketahui, ttp
skrg muncul, ini dipengaruhi oleh :
- Bila sensitivitas rendah > sebag. kasus yg terdeteksi maka hsl
test Yield kecil.
- Bila Prevalensi penyakit yg tdk dikenal “tinggi” maka hasil test
Yield akan tinggi.
- Bila pd kelompok penderita yg ditemukan pd pemeriksaan yg
lalu sudah diobati, maka hasil test Yield akan kecil.
- Sikap masyarakat : bila mendukung dan paham thd maksud
pengadaan test, maka hasil Yield akan tinggi
- Bila prev. penyakit rendah, walau digunakan test spesifik maka
maka kel. yg tdk sakit besar, hasil test Yield = kecil
Program. screening DM, org2 gemuk, usia > 40th, riwayat genetik
DM > hsl test akan diidentifikasi berpenyakit bgmn hasil Yield test?
• Jenis screening test. 1. Screening test massa : melibatkan seluruh penduduk 2. Screening test ganda : berbagai uji penapisan pada kejadian yg sama 3. Screening test kelompok target : pd populasi yg kena paparan khusus spt : pekerja tambang, buruh pabrik. 4. Screening kasus khusus : pd penderita yg datang berobat ke klinik/ rumah sakit/ dokter. Prog. pemberantasan penyakit > menetapkan hub. kausa mengetahui fakt. resiko penyebaran peny. mnrt “orang waktu, tempat”,perlu prog. “Surveillance Epidemiology” Surveillance epidemiology: kolekting & analisa data scr
cpt dan menyeluruh thd peny. menular/ tdk di masy. utk keperluan penilaian & penanganan peny. disuatu wilayah.
Screening in the detection of desease apparently well population (Well persons plus those with undiagnosed desease) Population to be tested
negative (person presumed to be free of desease under study) diagnostic positives (person persumed procedures to have the desease or be at
desease or risk increased risk in future factor present desease risk factor absent Therapeutic intervention
• Kemampuan uji Sensitivitas dan Spesivisitas
Sensitivitas : adalah kemampuan pemeriksaan yg
memberikan hasil positif bagi mereka
yg benar2 sakit (kelompok yg sakit di-
klasifikasi sebagai benar2 sakit)
Sensitivitas = jmlh orang sakit diklasifikasi sbg sakit
jumlah total orang yg sakit
Spesivisitas : adalah kemampuan pemeriksaan yg
memberikan hasil negatif pd kelompok
orang yg tdk sakit (kelompok orang yg
benar2 tdk menderita penyakit)
Spesivisitas = jmlh orang sehat yg diklasifikasi sehat
jumlah total orang yg sehat
• Ada 4 jenis klasifikasi Sensitivitas dan Spesivisitas 1. True positive : Kelompok orang yg sakit (menurut hasil diagnosis) diklasifikasi sakit 2. False positive : Kelompok orang yg sehat (menurut hasil diagnosis) diklasifikasi sakit. 3. True negative : Kelompok orang yg sehat (menurut diagnosis) diklasifikasi sbg sehat. 4. False negative : Kelompok orang yg sakit (menurut diagnosis tapi diklasifikasi sehat. Pertanyaan : 1. Mengapa terjadi false postive 2. Mengapa terjadi false negative 3. Berikan contoh utk keduanya
• Contoh : Hasil screening test kasus DM melalui
test GTT utk dibandingkan dgn test urine
dan test gula darah
Hasil diagnosis (berdasarkan gejala dan tanda2)
DM (+) DM (-) Total
Hasil positif 34 (a) 20 (b) 54
screening test negatif 116 (c) 9830 (d) 9946
Total 150 9850 10000
False positive = b False negative = c
b + d a + c
• Jika diketahui prevalensi DM pd kelompok orang dgn
total populasi 10000 = (150/ 10000) x 100% = 1,50 %
Sensitivitas = true positive
x 100 %
true (+) + false (-)
= ( 34 / 150 ) x 100% = 22,67%
Artinya : dari hasil screening test ini dapat diidentifikasi
secara benar (22,67%) kelompok orang yg
menderita DM.
INDIKATOR UKURAN KEJADIAN PENYAKIT
Tujuan : utk mengukur penyebaran angka kesakitan pd kelompok orang, berdasarkan orang, tempat dan waktu. Ada 3 indikator pengukuran angka kesakitan :
1. RATE: adalah angka atau frekwensi suatu penyakit pd kelompok orang dibagi dgn besar unit populasi Rate : jumlah kasus kesakitan x 100% populasi disuatu area pd kurun waktu ttt. Rate : X (X + Y) pd periode ttt x konstanta (100%)
Pembilang (numerator) dan penyebut (denumerator) hrs sinkron, bila numeratornya kelompok ibu hamil yg sakit, maka denumerator semua ibu hamil yg punya resiko dalam waktu tertentu Contoh : Hasil pengukuran penyakit periodontal pd ibu hamil disuatu daerah, ditemukan penyakit periodontitis 75%
2. RASIO (RATIO) : Adalah jumlah orang yg mengalami
kejadian (x) dibandingkan dgn jumlah mereka yg
mengalami kejadian (y)
Rasio = jumlah orang yg menderita kejadian (x)
jumlah orang yg menderita kejadian (y)
Contoh : jumlah kasus pulpitis pd pria (x) = 25
jumlah kasus pulpitis pd wanita (y) = 150
Rasio kasus pulpitis = (25/150) = 1/6
artinya : jumlah pria yg menderita pulpitis = 1/6 dari
jumlah wanita yg menderita pulpitis
• PROPORSI : adalah bentuk khusus dr Ratio dimana
numerator juga merupakan bagian dr denumerator.
Hasilnya sering dinyatakan dlm persen.
Proporsi = X x 100%
X + Y
Contoh : Proporsi penderita periodontitis pria = 25 %
artinya : 25 % dari 100 orang yg menderita
penyakit periodontitis adalah pria.
• INDIKATOR FAKTOR RESIKO DAN PENYEBAB PENYAKIT. Bila suatu penyakit tertentu (y) lbh umum terjadi pd kelompok orang dgn karakteristik tertentu (x), maka ada suatu hubungan (Asosiasi) antara (x) dan (y). Contoh : 1. Gigi Front Rh. Atas abrasi (y) pada para pekerja tambang belerang (x) 2. Gigi flourosis (motled enamel) (y) pd penduduk Asembagus dgn kadar Flour air minum (geografis) rata2 = 5 ppm (x) Maka ada asosiasi antara faktor (x) dan (y). Artinya : Orang2 dgn faktor (x) merupakan “indikator resiko” untuk penyakit (y)
• Ko – variasi antar karakteristik (x) dan (y)
> Beberapa penyakit tertentu lebih umum terdapat pd kelompok orang didaerah geografis tertentu, seperti Gondok Endemis. > Gondok Endemis lebih umum pd kelompok wanita dpd kelompok pria. > Gondok Endemis lbh sering terdapat pd kelompok wanita pemetik teh dpd yg bukan pemetik teh. > Kelompok wanita pemetik teh yg suka makan daun teh lbh banyak terkena Gondok Endemis dpd kel. > wanita pemetik teh yg tidak sering makan daun teh. Artinya: Kondisi Geografis, kelompok wanita, wanita pemetik teh, wanita yg makan daun teh, merupakan ko-variasi indikator resiko thd Gondok Endemis.
• KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN
FAKTOR RESIKO.
Ada 5 klasifikasi penyakit :
1. Penyakit Kongenital (Heriditer / endogen)
Kecenderungan genetik dan keluarga thd timbulnya
abnormalitas bawaan, contoh: Hemophilia, penyakit
jantung koroner, Asma dll.
2. Penyakit Alergi dan Radang:
Oleh krn : reaksi tubuh thd trauma, virus, bhn kimia
3. Penyakit Degeneratif: gangguan fungsi organ tubuh
contoh: Arthritis, Arteriosclerosis dll
• 4. Penyakit metabolik.
Terjadinya disfungsi/ malfungsi organ tertentu.
contoh: - gangguan sekresi kelenjar pancreas
menyebabkan diabetes mellitus
- ganguan fungsi kelenjar thyroid > hyper
thyroidism dll.
5. Penyakit Neoplastik (Kanker).
Adanya pertumbuhan abnormal dr sel organ tubuh
contoh : kanker payu dara, kanker rahim, Leukemia
Kasus : diklinik A dijumpai kelompok pasien dgn
kasus periodontitis akut, krn terpapar arus
galavanis tumpatan logam yg berbeda jenis
Pertanyaan : Mana yg menjadi faktor resiko?
• CARA LAIN MENETAPKAN KLASIFIKASI PENYAKIT BERDASARKAN FAKTOR RESIKO 1. Mencatat penyakit berdasarkan penularannya. contoh : Stomatitis o.k HIV AIDS 2. Lesi rongga mulut o.k streptokokus Tujuan : 1.Mempelajari berbagai faktor resiko penyebab lesi rongga mulut. 2.Mempelajari berbagai faktor pemicu timbulnya lesi atau radang di rongga mulut 3.Mepelajari masa inkubasi penyakit mulut.
• ASOSIASI ANTARA FAKTOR RESIKO DGN
TIMBULNYA PENYAKIT. Digunakan pd pendekatan Epidemiologi Analitik .
1. Asosiasi direk (direct Assosiation)
2. Asosiasi indirek (indirect Assosiation)
3. Asosiasi artifaktual (artifactual Assosiation)
atau (Spurious)
1. Asosiasi direk : ada 2 jenis
a. Hubungan sejajar.
contoh: Pemberian vit. C dosis tinggi secara
kebetulan dpt menurunkan Scorbut
b. Hubungan timbal balik (sebab akibat)
contoh: Anasthesi Adrenalin menyebabkan
denyut nadi meningkat
2. Asosiasi Indirek: Hubungan tdk langsung
contoh: Kebiasaan minum kopi dgn kanker paru
Kebiasaan minun kopi disertai merokok,
jadi merokok sbg penyebab kanker paru
3. Asosiasi Artifactual (asosiasi palsu): seperti ada
hubungan, sebenarnya tdk ada, ini krn kesalahan
sampling, metoda penelitian
• UKURAN KEJADIAN PENYAKIT
TUJUAN UKURAN KEJADIAN PENYAKIT
• Karena pendekatan Epidemiologi adalah:
mempelajari penyebab atau faktor resiko
yg menimbulkan penyakit, maka perlu
paham ttg pengukuran kejadian penyakit
atau angka kesakitan.
JENIS UKURAN KEJADIAN PENYAKIT
• Ada 2 jenis ukuran kejadian penyakit
atau angka kesakitan y.i :
1. Angka Prevalence
2. Angka Incidence
• 1. Angka prevalence :
Adalah: gambaran frekwensi seluruh
angka kesakitan yg ada dlm
populasi pd satu saat ttt.
2. Angka Incidence :
Adalah: gambaran frekwensi angka
kesakitan baru yg ada dlm
populasi pd satu periode ttt
• Bila kita ingin membandingkan angka
kesakitan thd besarnya populasi, maka
hrs menggunakan angka “Rate”
“Prevalence rate”
atau
“Incidence rate”
• Prevalence rate adalah: Jumlah orang seluruh orang yg menderita suatu penyakit tertentu pd satu saat, dibagi besar populasi yg ada pada saat itu. Arti orang yg menderita penyakit adalah: penyakit kronis dan penyakit yg baru muncul pada saat itu, (kasus lama dan kasus baru)
Prev. rate : jmlh angka kesakitan baru & lama Besar populasi saat itu X 100 %
Incidence rate adalah:
Jumlah angka kesakitan baru pada suatu populasi
(kasus baru) dlm suatu periode tertentu dibagi besar populasi yang memiliki resiko terkena penyakit tsb pd suatu periode tertentu dikalikan 100%
Inc. rate : jmlh angka kesakitan baru dlm periode ttt
Populasi yg punya resiko dlm period ttt x100%
Contoh: Jmlh kasus baru Infark jantung dlm setahun
pd populasi pria dgn diet lemak tinggi = 28 %
STUDI OBSERVASIONAL
EPIDEMIOLOGI
• STUDI OBSERVASIONAL EPIDEMIOLOGI
Adalah : Jenis penelitian utk mengamati terjadinya
masalah kesehatan pd kel. orang, dgn
membandingkan antara kelompok yg tdk
menderita penyakit dgn yg menderita
penyakit, lalu dicari hubungan kausal yg
menimbulkan masalah kesehatan tsb.
contoh : kelompok orang yg merokok dibandingkan
kelompok yg tdk merokok, thd timbulnya
kanker paru2.
• Beberapa kendala dlm observasi. Epidemiologi
1. Tdk diketahui agen dr bbrp penyakit , krn tdk adanya uji diagnostik yg spesifik, sulit membedakan kel. sakit dan sehat 2. Sifat multifaktorial dr etiologi penyakit, pd peny. Kronis sulit menetapkan faktor mana yg berperan thd timbulnya penyakit 3. Panjangnya masa inkubasi pd peny. kronis, sulit menetapkan fakt. mana mendahului fakt. mana thd timbulnya penyakit. (interviewning variable of the desease) 4. Tdk diketahui dgn pasti waktu/ saat timbulnya penyakit > sulit mendata penyakit yg baru 5. Faktor yg sama dpt menimbulkan pengaruh yg berbeda pd proses perjalanan penyakit dan prognose penyakit. contoh: peny. Jantung koroner lbh banyak diderita masy. metropolis dpd Agraris, ttp prognose kesembuhan lbh baik pd masy. Metropolis, krn kemudahan mencari pengobatan
• Tujuan studi observasional.
1. Untuk menjawab dan mempelajari berbagai faktor
resiko pd kelompok orang yg terkena masalah
kesehatan, atau kemungkinan menderita penyakit
2. Mengetahui hubungan antara faktor resiko atau
faktor paparan dgn faktor efek.
• Jenis studi observasional:
1. Studi Diskriptif: Survey
2. Studi Analitik : a. Ekological study (korelasional)
b. Crossectional (studi prevalensi)
c. Case control (retrospective,
case reference, historical study)
d. Cohort (prospective, follow up,
longitudinal study).
• Studi Ekologi.
Adl. Studi utk mempelajari adanya asosiasi ant.
lebih dr 2 variabel pada tingkatan kelompok
(populasi) pada aspek lingkungan tertentu.
Tujuan: Sbg data awal untuk studi epidemiologi yg
lebih rinci.
contoh: Hubungan antara angka kematian (mortality
rate) oleh krn Ca. Oesopaghus dgn jmlh
penjualan garam dapur di daerah pesisir.
• Studi Crossectional (studi prevalensi) Adl. Studi dimana faktor paparan (etiologis) & faktor efek diamati pd saat bersamaan (saat itu juga)
populasi exposed exposed desease non desease
sampel not exposed not exposed
desease no desease
• Crossectional study: Utk mengukur prevalensi angka kesakitan pd saat
tertentu, dis; studi prevalensi.
Kelemahan :
- sulit menjawab adanya hubungan kausal antara fakt.
etiologis dgn fakt efek, krn proses/ efek paparan perlu waktu, jadi hub. ant. 2 variabel > Diskriptif.
contoh: hubungan antara konsumsi garam yodium
dgn penyakit gondok endemis pd kel. pemetik teh
Hasil Studi crossectional digunakan sbg dasar studi epid. lanjut, spt case control, cohort & Experimental.
• Langkah2 studi crossectional.
1. Penetapan populasi survey : kelompok pemetik teh disuatu
wilayah tertentu (perkebunan teh).
2. Pengambilan sampel survey (secara random)
3. Mengumpulkan data prevalensi gondok endemis pd kelompok
pemetik teh ( dgn cara visual dan palpasi) pd saat itu juga
4. Melakukan wawancara (dgn kwesioner) utk mendapatkan data
konsumsi garam ber-yodium kel. pemetik teh pd saat yg sama.
5. Dianalisa secara diskriptif, hubungan antara komsumsi garam
ber-yodium dgn prevalensi gondok endemis pd pemetik teh.
• Kelebihan studi crossectional. 1. Pengumpulan data dpt dilakukan hanya dlm satu saat
2. Beaya murah
3. Informasi data bermanfaat utk perencanaan kesehatan
4. Bermanfaat utk prediksi penyebaran penyakit pd saat itu
Kekurangannya:
1. Tdk dpt melihat hubugan sebab akibat
2. Hanya efektif utk penyakit2 yg kronis
3. Tdk dpt memprediksi gambaran penyakit pd waktu y.a.d
4. Hanya mewakili kelompok orang yg disurvey saja (sulit
digeneralisasikan) pd populasi yg lebih besar.
STUDI KASUS KONTROL CASE CONTROL STUDY
STUDI RETROSPEKTIF
HISTORICAL STUDY
CASE REFERENCE STUDY
BACKWARD STUDY
• STUDI KASUS KONTROL (CASE CONTROL STUDY)
Adl. penelitian mengamati kel. orang (populasi) yg menderita penyakit ttt, lalu dipelajari fakt. etiologis secara retrospektif. Yg akan diselidiki adl. populasi yg memiliki penyakit, (dis. Kel. kasus), dibandingkan dgn populasi yg tdk sakit (kel. Kontrol) Pada ke 2 kelompok sama2 dipelajari riwayat paparannya, (exposed or not exposed). Penting! > dlm studi kasus kontrol, peneliti tdk melakukan intervensi apapun (tdk memberikan perlakuan), peneliti hanya mengamati dan mempelajari riwayat terjadinya penyakit berdasarkan faktor etiologis dari faktor resiko.
• Design Case control study.
• Masa lalu Waktu Saat ini
(exposed) Desease
(Case) (not exposed)
(exposed) No Desease (Control) (not exposed)
Langkah2 studi Kasus – Kontrol1. Menentukan kel. kasus > orang2 yg benar2 menderitapenyakit ttt
dan tdk memiliki penyakit lainnya, miss; Kanker paru2.
> Kasus tsb didpt dr hasil survey (crossectional) atau orang2 yg
dtg ke klinik miss; kasus kanker paru2 (merup. data prevalensi)
> Dipelajari riwayat sakitnya, secara retrospektif > faktor etiologis
atau faktor resiko > apakah terpapar oleh faktor etiologis/ tdk.
miss; merokok atau tidak
2. Memilih kelompok kontrol > adl. kelompok orang yg tdk sakit,
dgn persyaratan : - mempunyai sifat/ ciri2 sama dgn kel. Kasus.
- kelompok yg punya hubungan keluarga dll.
> Dipelajari secara retrospektif apakah terkena faktor etiologis/ tdk
3. Membuat Analisa.
- Hitung jmlh mereka > (kel.Kasus dan kel. Kontrol) yg
terkena faktor etiologis.
- Hitung jmlh mereka > (kel. Kasus dan kel. Kontrol) yg
tdk terkena faktor etiologis.
- Susun angka tsb dlm tabel analisa, spt contoh dibwh ini:
tabel Hubungan merokok dengan timbulnya kanker paru2.
Paparan (exposed) kasus kontrol
Terpapar faktor
Etiologis (merokok)
(a) = 67 (b) = 43
Tdk terpapar faktor
Etiologis (tdk merokok)
(c) = 34 (d) = 64
4. Menghitung Relative Risk. Karena data yg digunakan adl; data prevalens > saat timbulnya penyakit tdk diketahui, maka digunakan “Estimasi”, disebut “Estimate relative risk” atau dis; “Odds Ratio” a x d ( 67 x 64) Rumus : Odds Ratio = > = 2, 9 b x c ( 43 x 34)
Arti angka 2,9 adl : mereka yg terkena (terpapar) faktor etiologis (merokok) akan menderita kanker paru2 sebesar 2,9 kali dibanding mereka yang tdk terkena fakt. etiologis (tdk merokok)
Keuntungan studi Kasus – Kontrol.
- Kasus relatif mudah didapat, (diklinik, rmh sakit, praktek pribadi dll)
- Keterangan riwayat sakit atau terkena fakt. etiologis > tdk sulit.
- Analisa data lbh mudah.
- Beaya relatif murah.
Kelemahan :
- Menetapkan/ mencari kelompok kontrol (yg ciri2 = kel. kasus)
- Sulit memprediksi apakah kel. kontrol, benar2 bebas penyakit
- Ketepatan dlm proses wawancara (kadang2 meragukan)
- Faktor psikologis peneliti, mis; minat, motivasi, mood dll.
STUDI KOHOR COHORT STUDY
PROSPECTIVE STUDY
LONGITUDINAL STUDY
FOLLOW UP STUDY
• STUDI KOHOR (COHORT STUDY)
Adl : Penelitian Epidemiologi Observasional Analitik utk
mengungkap hub. faktor resiko dgn faktor efek melalui
pendekatan longitudinal.
> Peneliti tdk memberikan perlakuan, tapi proses timbulnya
penyakit diikuti secara longitudinal.
Tujuan : Selain utk mengungkap hubungan faktor resiko dgn
faktor efek, juga dpt menentukan besarnya pengaruh
faktor etiologis thd tmbulnya penyakit.
Konsep : Populasi dgn faktor resiko diidentifikasi dahulu, lalu
secara longitudinal diamati hingga timbul faktor efek
(penyakit)
Cohort Study dpt merupakan kelanjutan studi Epidemiologi
terdahulu, miss; crossectional atau case control study.
Contoh: dr studi sebelumnya ttg prevalensi penyakit periodontal
> lbh sering dijumpai pd kel. kasus dpd kel. Kontrol, lalu
dipelajari derajat paparan oleh faktor etiologis thd masa
inkubasi/ keparahan hingga saat timbulnya peny. Period.
Artinya : Cohort study berfokus utk mempelajari proses
perjalanan timbulnya fakt. Efek (penyakit)
O.k itu indikator yg digunakan adalah angka “Incidence”
Design Cohort study:
waktu
desease
exposed
no desease
Populasi benar2
bebas paparan
desease
not exposed
no desease
Langkah2 Cohort study.
I. Pemilihan kelompok Studi
1. Adl. Kelompok yg berada dlm faktor resiko yg terpapar atau
diintervensi oleh kondisi tertentu (bukan oleh peneliti)
2. Bersedia menjadi sukarelawan dan menandatangi kesediaan
untuk diteliti (inform consent)
3. Diikuti secara longitudinal, hingga muncul penyakit atau
keparahan penyakit dlm satu periode tertentu (incidence)
4. Dipilih suatu jenis penyakit yg masa inkubasinya tdk lama
miss: penyakit kronis spt kanker, jantung koroner dll, sejak
terpapar fakt. etiologis smp muncul penyakit, waktunya lama.
5. Suatu kelompok Cohort dpt berupa:
- Radologist
- Pengisap rokok
- Pemakai kontrasepsi oral
- Pemakai jarum suntik (narkoba)
- Bottle feeding
- Orang2 yg dirawat radio terapi, hormonal, perawatan gigi
6. Pengambilan sampel utk kel. resiko hrs representatif.
baik utk kelompok Studi dan kel. yg tdk terpapar
7. Mengamati secara longitudinal kelompok studi sejak saat
terpapar, maupun kelompok yg tdk terpapar, hingga timbul
penyakit (keparahan) atau tidak.
8. Menghitung angka insidens penyakit pd kel. terpapar maupun
pd kel. tdk terpapar.
9. Utk mengamati kemungkinan timbulnya penyakit antara kel.
studi dgn kel. tdk terpapar ada 2 cara :
a. dgn menghitung Relative risk.
b. dgn menghitung Atribute risk.
10. Menghitung Relative risk, tujuan membandingkan incidence
rate kel. studi (terpapar) dgn kel. tdk terpapar.
Contoh: Incidence rate kelompok terpapar arus galvanis dan
tdk terpapar pd tumpatan berbeda jenis thd timbulnya penyakit
periodontal pd kel. Orang yg berobat di klinik gigi X.
Incidence rate (I.R) kelompok terpapar = 300 %
Incidence rate kel. tdk terpapar arus galvanis = 20 %
Resiko relatif (R.R) = I.R. kel. terpapar = 300 dibagi
I.R. kel. tdk terpapar = 20
Jadi (R.R) = 300 : 20 = 15
Arti nilai 15 adalah:
Kelompok orang dgn tumpatan berbeda jenis yg terpapar arus
galvanis memiliki kemungkinan menderita penyakit periodontal
15 x dibandingkan kel. yg tdk terpapar arus galvanis.
11. Menghitung Atribute risk (A.R)
Utk mengetahui selisih antara IR kel. terpapar arus galvanis dgn
kel. tdk terpapar arus galvanis adalah:
A.R = IR terpapar – IR tdk terpapar > (300% - 20%) = 280%.
Bila dipersentase, maka AR = 280/ 300 x 100% = 93%
Artinya : dari 1000 orang yg terpapar arus galvanis, ditemukan
kasus penyakit periodontal sebesar 93%
sisanya = 7% penyakit periodontal disebabkan oleh faktor lain.
Manfaat Cohort study.
1. Dpt menyusun kriteria/ batasan2 pd responden yg dipelajari.
2. Dpt menemukan kapan saat penyakit mulai timbul, (merupakan
angka incidence rate), selama periode penelitian.
3. Hasil yg diperoleh lebih valid
4. Dpt mengungkap hubungan sebab akibat antara faktor resiko
dgn faktor efek.
Kelemahan Cohort study.
1. Membutuhkan waktu relatif lama, hingga timbul penyakit
2. Beaya relatif mahal
3. Kemungkinan drop out besar (selama periode pengamatan)
4. Peneliti tdk sanggup mengikuti secara tuntas periode observasi
5. Selama periode observasi sering terdapat intervensi faktor lain
EKSPERIMEN EPIDEMIOLOGI
Eksperimen Epidemiologi adl: penelitian epidemiologi analitik utk
mengungkap hubungan sebab akibat antara faktor resiko dgn
faktor efek melalui intervensi yg dilakukan peneliti.
Konsep : Eks. Epidemiologi meliputi aspek; “perlakuan, randomi
sasi, grup kontrol, uji hipotesa”
Contoh: Pengaruh Vit. C thd penyembuhan penyakit gusi
berdarah
> Para penderita gusi berdarah dibagi 2 kelompok.
> Kelompok perlakuan diberi capsul Vit.C murni
> Kelompok kontrol diberi kapsul Vit. C semu (placebo)
> Kedua kelompok dipelajari perbedaan kesembuhannya
Jenis Eksperimen Epidemiologi.
1. Eks. Epidemiologi lapangan (Operational research)
2. Eks. Epidemiologi klinik (Clinical Trial = Studi intervensi).
Eksperimen Epidemiologi dilakukan bila:
1. Masalah kesehatan yg diteliti sangat spesifik
2. Ingin menjelaskan hubungan sebab akibat
3. Ingin menindaklanjuti studi observasional
4. Akibat yg ditimbulkan > tdk membahayakan jiwa manusia
5. Hasil eks. akan digeneralisasikan pd populasi yg lbh besar.
Kendala dlm Eksperimen Epidemiologi.
1. Apakah dibenarkan mencoba obat baru yg blm jelas khasiatnya 2. Secara Etika apakah dibenarkan memberikan placebo pd kel. kontrol. 3. Apakah hasil eks. ditindak lanjuti (follow up) pd masyarakat. 4. Apakah rancangan uji klinik (sensitifitas dan akurasi instrumen eks. yg akan digunakan sudah valid.
> Perlu kesepakatan = standard operation procedure (SOP) 1. Bila obat yg akan digunakan berbahaya, perlu diuji coba pd binatang dahulu 2. Bila digunakan utk manusia > resiko hrs ditekan se- kecil2 nya 3. Harus ada pernyataan kesediaan tertulis oleh responden (inform concern) 4. Utk mencegah bias perlu tehnik penabiran (blind method)
Protokoler Eksperimen EpidemiologiProtokoler Eksperimen Epidemiologi..
1. Menentukan cara pemilihan individu yg akan menjadi obyek1. Menentukan cara pemilihan individu yg akan menjadi obyek
eksperimen, yaitu kel. studi dan kel. kontrol.eksperimen, yaitu kel. studi dan kel. kontrol.
2. Menyusun design (prosedur) perlakuan (intervensi) pemberian2. Menyusun design (prosedur) perlakuan (intervensi) pemberian
obat atau vaksin dll kpd obyek eksperimen.obat atau vaksin dll kpd obyek eksperimen.
3. Ukuran/ besar (size) sampel yg digunakan utk eksperimen3. Ukuran/ besar (size) sampel yg digunakan utk eksperimen
4. Menetapkan validitas instrumen pengukuran4. Menetapkan validitas instrumen pengukuran
5. Mengelompokkan sifat/ ciri2/ karakteristik obyek eksperimen5. Mengelompokkan sifat/ ciri2/ karakteristik obyek eksperimen
6. Menetapkan Hipothesis eksperimen 6. Menetapkan Hipothesis eksperimen
7. Menetapkan variabel (hubungan antar variabel) eksperimen7. Menetapkan variabel (hubungan antar variabel) eksperimen
8. Menetapkan kriteria pengukuran yan spesifik dan rencana8. Menetapkan kriteria pengukuran yan spesifik dan rencana
analisa.analisa.
9. Tabulasi dan analisa data serta uji hipotesis9. Tabulasi dan analisa data serta uji hipotesis
10. Pembahasan hasil eksperimen dan kesimpulan.10. Pembahasan hasil eksperimen dan kesimpulan.
LANGKAH2 EKSPERIMEN EPIDEMIOLOGI.
1. Penentuan populasi reference > adl. Populasi yg dipilih sesuai karakteristik individu > hubungannya dgn tujuan Eksperimen. Contoh 1; bila ingin meneliti pengaruh vit. C thd kesembuhan gusi berdarah > maka sbg populasi reference adl; kelompok orang yg menderita gusi berdarah. contoh 2 ; ingin tahu pengaruh pelatihan kader pemberian makanan tambahan (PMT) thd perbaikan Gizi Balita yg kurang kalori protein (KKP), maka populasi reference > ibu2 yg memiliki balita KKP dimana saja. 2. Penentuan populasi studi > sebagian dr pop. Reference dgn karakteristik tertentu, spt: Usia, Sex, Status Sos.Ek, dll Contoh 1 : ingin meneliti pengaruh pemberian vit. C thd kesembuhan gusi berdarah, maka pop. Studi adl: jmlh kasus gusi berdarah berdasarkan usia, sex sos. Ekonomi, perilaku dan periode tertentu.
contoh 2; ingin tahu pengaruh pelatihan kader PMT thd perbaikan
Gizi balita yg KKP, maka Pop. Studi adl: ibu2 yg punya
balita KKP dgn kriteria; ibu2 yg aktif Posyandu, ibu2 yg
pernah mendapat penyuluhan Gizi balita, ibu2 yg hanya
memiliki 2 anak, dan ibu2 balita KKP dgn pendidikan ttt.
3. Penentuan Populasi trial:
Krn tdk semua populasi studi o.k kondisi ttt (miss, punya penya-
kit lainnya), atau tdk bersedia jadi subyek eks. maka perlu inform
concern, ini disbt : Populasi trial
contoh : pd kasus gusi berdarah, sbg Pop. trial adl: kelompok
orang yg bebas penyakit lain, dan bersedia jadi subyek
eks. pengobatan dgn vit. C.
4. PENETAPAN SAMPEL EKSPERIMEN. Populasi trial dibagi menjadi : - Kelompok perlakuan - Kelompok kontrol Perlu tehnik Randomisasi agar sampel benar2 homogen dan mewakili populasinya (represenatif). Jenis sampling yg bisa digunakan sesuai heterogenitas popu- lasi trial nya, antara lain : - Simple random sampling - Stratified random sampling - Cluster random sampling - Proportional random sampling - Multi stage random sampling.
Pertanyaan: pada eksperimen laboratoris apa diperlukan penetapan populasi reference, studi, trial dan tehnik sampling berjenjang seperti diatas?
5. RANDOMIZED DESIGN. Artinya: randomisasi tdk hanya pd peserta (sampel) kel. studi dan kel. Kontrol, tetapi juga thd perlakuannya ( intervensinya). Tujuan: menghindari bias akibat perlakuan peneliti dan subyek eksperimen (terutama aspek psikologisnya) Contoh: Pengaruh vit. C utk penyembuhan gusi berdarah. > Vit. C murni dan placebo setelah dirandom diberikan kpd kel. studi dan kel. kontrol.
Vit.C murni dan placebo
kel. studi
kel. kontrol
randomisasi
Contoh lain: pemberian ampul vaksin dan placebo diradomisasi,
lalu disuntikan kpd kel. studi dan kel. kontrol,
Bila subyek eksperimen jumlahnya 200 orang, maka
yg 100 mendapatkan vaksin murni, sisanya yg 100
mendapat vaksin placebo.
Jadi pengertian randomized design adl: setiap subyek penelitian
baik, kel. studi dan kel. kontrol memiliki kesempatan yg sama
utk menerima intervensi obat murni maupun placebo.
Jenis Randomized disgn.
ada 2 jenis, yaitu: 1. Randomized single blind cotrolled trial
2. Randomized double blind controlled trial
Single blind Double blind
Artinya Subyek tdk tahu ttg obat yg diterima, apakah obat murni atau placebo
Peneliti dan subyek Eks. sama2 tdk tahu ttg obat
yg diterimanya
Tujuannya Menghilangkan kendala
Psikologis bagi subyek. Eksperimen
Menghilangkan kendala
Psikologis bagi Peneliti
dan subyek eksperimen
Kegunaan dan konsep Operational research
kel. orang yg tdk sakit
tetapi at risk > tujuannya
utk pencegahan
Mis: efektifitas vaksin baru
Clinical trial
Sbg subyek > kel. Orang yg sakit, utk mengetahui
efek obat thd progonose
stlh tindakan perawatan
Skema Eksperimen Epidemiologi Populasi reference
Populasi studi
Populasi yg tdkIkut eksperimen
Populasi trial
Randomisasi Subyek eks. dan
perlakuan
kel. studi Kel. kontrol
obat placebo obat placebo
Out come Out come+/- +/-
Skema Randomized single blind controlled trial
= Obat asli
= Placebo
peneliti
Kelompok studi Kelompok kontrol
Skema Randomized double blind controlled trial
Disini Peneliti 1 & 2 serta kel. studi & kontrol tdk mengetahui
apakah ia memberi atau menerima obat murni atau placebo
Jadi yg tahu hanya peneliti utama.
Peneliti utama
Peneliti 1 Peneliti 2
Kel. studi Kel. kontrol
6. Observasi hasil (outcome) Eksperimen.
Setelah dilakukan intervensi pemberian obat atau vaksin thd
kel. studi dan kel. kontrol, maka dilakukan analisa thd outcome
dgn menguji hipothesa, apakah ada perbedaan atau pengaruh
dr intervensi tsb thd variabel2 yg dihipothesakan.
Hrs diakui bhw tdk ada satu eksperimenpun yg dpt mengontrol
faktor2 yg mempengaruhi variabel tsb, munculnya interviewning
variabel dan ancaman drop out pada obyek eksperimen.
Jadi dlm menyusun proposal eksperimen perlu mempertimbang
kan variabel2 yg relevan, terutama thd variabel dependen dan
independen, demikian juga dgn ketepatan tehnik sampling.
7. Analisa hasil Eksperimen Epidemiologi.
Tujuan analisa adl: melihat apakah hipothesa dpt dibuktikan,
Jadi melalui uji hipothesa dpt dibuktikan adakah pengaruh
atau hubungan yg segnifikan antara intervensi/ perlakuan
tertentu terhadap akibat dr perlakuan tsb, atau apakah ada
perbedaan yg sangat segnifikan antara kel. studi dgn kel.
kontrol dalam menerima perlakuan thd akibat perlakuan tsb.
miss: apakah vaksin X dpt mengurangi incidence penyakit Y.
Uji statistik yg biasa digunakan utk menguji hipothesa adl:
> Uji perbedaan = utk membuktikan mana yg lbh efektif
> Uji Korelasi = ada hubungan/ atau tdk
> Koefisien Korelasi = kuatnya hubungan
> Regresi = meramalkan besarnya perubahan
TERIMA KASIH SAMPAI JUMPA
top related