janti morfometri magang
Post on 06-Aug-2015
140 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan ikan sebagai salah satu sumber protein hewani cenderung
meningkat, hal ini dikarenakan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan
kebutuhan protein perkapita. Salah satu cara memenuhi kebutuhan tersebut di atas perlu
dilakukan peningkatan produksi ikan (Serdiati, 2008). Ikan nila (Oreochromis
niloticus) merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang, pipih kesamping dan warna putih
kehitaman. Jenis ini merupakan ikan konsumsi air tawar yang banyak dibudidayakan
setelah Ikan Mas (Cyrprinus Carpio) dan telah dibudidayakan di lebih dari 85 negara.
Saat ini, ikan ini telah tersebar ke Negara beriklim tropis dan subtropics, sedangkan
pada wilayah beriklim dingin tidak dapat hidup dengan baik (Dinas Kelautan dan
Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi tengah, 2010).
Dengan meningkatnya kebutuhan akan ikan terutama ikan Nila, maka
peningkatan kualitas dan kuantitas ikan Nila perlu ditingkatkan. Pada tahun 1995
Indonesia mendatangkan nila GIFT generasi ke-3 dari INCALARM Filipina untuk
mengatasi penurunan genetik. Pada tahun 1997 ikan nila GIFT generasi ke-6 yang
pertumbuhannya lebih baik dari pada ikan nila GIFT generasi ke-3 yang dibudidayakn
sebelumnya (Yulianti dkk., 2003). Dalam rangka perbaikan genetik, jenis yang telah
berhasil dikembangkan adalah Nila GESIT, Nila JICA, Nila LARASATI, Nila BEST,
Nila NIRWANA, Nila JATIMBULAN (Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
Sulawesi tengah, 2010).
Salah satu dari jenis ikan Nila yang berhasil dikembangkan adalah ikan Nila
LARASATI. Ikan Nila ini dikembangkan di SATKER PBIAT Janti. SATKER PBIAT
1
Janti merupakan salah satu dari tiga SATKER ( satuan kerja ) Balai Perbenihan dan
Budidaya Ikan Air Tawar Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah.
Terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Klaten. Dibangun pada tahun 1975 diatas
lahan seluas 2,89 hektar. Luas kolam 1,7 hektar (60%), bangunan dan ruang terbuka
0,98 hektar (30%) dan saluran 0,21 hektar (10%), dengan ketinggian tempat 203 meter
dpl. Sumber air berasal dari Umbul Nilo melalui saluran irigasi teknis yang mengalir
sepanjang tahun dengan debit berkisar 25 - 40 i/dt dan kualitas yang cukup, sehingga
ideal bagi kegiatan perbenihan ikan. Meningkatnya kebutuhan ikan Nila Merah untuk
kebutuhan ekspor maupun konsumsi masyarakat merangsang berkembangnya budidaya
Nila Merah, baik di Karamba Jaring Apung (KJA) maupun pada kolam. Perkembangan
ini mendorong meningkatnya kualitas. Sejalan dengan hal tersebut dan dengan
pemanfaatan potensi yang ada maka Satker PBIAT Janti mengembangkan secara
intensif baik melalui perbenihan sistem Janti maupun sistem sapih benih (Balai
Perbenihan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan, 2012).
Banyaknya jenis ikan Nila yang telah dikembangkan, maka perlu diketahui ciri
taksonomi yang merupakan data terpenting untuk identifikasi pada ikan Nila
LARASATI. Salah satu ciri taksonomi yang digunakan untuk identifikasi ikan, antara
lain bentuk tubuh, ukuran atau morfometri, jumlah sisik utama, jumlah sisik linea
lateralis, linea lateralis, rumus sirip, dan juga tipe sisik. Untuk mengidentifikasi ikan
Nila LARASATI maka, dilakukan kegiatan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di
SATKER PBIAT Janti, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
B. Profil Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER
PBIAT) Janti Klaten
2
Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti
– Klaten merupakan salah satu dari tiga Satuan Kerja Balai Perbenihan dan Budidaya
Ikan Air Tawar, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. SATKER PBIAT
Janti Klaten di bangun pada tahun 1979 terletak di desa Janti kecamatan Polan harjo
dengan luas wilayah 2,89 Ha dengan luas kolam budidaya seluas 1,7 Ha dan kolam
tersebut dibangun pada ruang terbuka seluas 0,9 Ha dengan debit air 25-40 liter/detik.
PBIAT Janti Klaten melakukan 3 tugas utama yaitu pertama kegiatan Broodstock,
teknologi pembenihan, dan pembinaan teknis perbenihan dan budidaya. Kegiatan
Broodstock meliputi kegiatan penyediaan benih bermutu dan menyediakan calon induk
bermutu. Kegiatan perbenihan merupakan kegiatan perbenihan ikan nila merah dengan
sistem sapih benih dan sistem Ketekan (Janti). Sedangkan kegiatan pembinaan teknis
perbenihan dan budidaya merupakan kegiatan penelitian, menyediakan tempat magang
bagi siswa SMK/SMA, petugas kabupaten/kota, pembudidaya atau mahasiswa, kegiatan
prakerin maupun pelatihan (Kuswoyo, 2011).
Tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) dari SATKER PBIAT JANTI antara lain:
1. Melaksanakan penyediaan benih dan calon induk bermutu
2. Melaksanakan kaji terap teknologi perbenihan
3. Melaksanakan pengawasan, pengendalian hama penyakit ikan
4. Melaksanakan sebagian tugas teknis Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan
5. Melaksanakan tugas ketatausahaan
Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi serta tugas-tugas pelayanan, Satuan
Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti – Klaten didukung oleh 16 orang
PNS dan 2 orang tenaga honorer, yang terdiri dari 1 orang pimpinan, 14 orang petugas
3
teknis lapangan dan 3 orang tenaga administrasi (Balai Perbenihan Budidaya Ikan Air
Tawar Muntilan, 2012).
Susunan organisasi guna mendukung kelancaran tugas dan pelayanan kepada
masyarakat di SATKER PBIAT Janti terdiri dari :
1. Pimpinan
2. Bagian Administrasi
3. Bagian Keuangan
4. Sie. Produksi
5. Sie. Pengendali Mutu
6. Sie. Pemasaran
(Balai Perbenihan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan, 2012).
Kegiatan yang dilaksanakan di Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air
Tawar (SATKER PBIAT) secara garis besar ada 4, antara lain: perbenihan ikan,
kegiatan pelayanan, Kegiatan Breeding Program (PPIINR), dan Kegiatan Sertifikasi
CPIB (Kuswoyo, 2011).
1. Perbenihan Ikan
Meningkatnya kegiatan budidaya ikan mengakibatkan meningkatnya kebutunan
akan benih ikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Untuk mengantisipasi hal
tersebut maka kegiatan Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar Janti –
Klaten masih tetap diarahkan pada kegiatan perbenihan ikan Nila Merah, dan telah
dihasilkan Benih Nila Merah Hibrid Janti yang diberi nama “LARASATI”. Teknologi
perbenihan ikan yang dilaksanakan Satker PBIAT Janti adalah dengan menggunakan
Sistem Janti (pengetekan) dan Sistem Sapih Benih sebagaimana SPO dan Alur Produksi
Nila Merah Janti (Kuswoyo, 2011).
4
2. Kegiatan Pelayanan
Pelayanan penyediaan benih/induk bermutu baik;
Pelayanan kesehatan ikan;
Pelayanan informasi teknologi perbenihan dan infor-masi lainnya yang berkaitan
dengan pembudidayaan.
Pelayanan Penelitian, magang dan PKL bagi mahasiswa, pelajar dan masyarakat
(Kuswoyo, 2011).
3. Kegiatan Breeding Program (PPIINR)
Sampai dengan akhir tahun 2010, kegiatan Breeding Program (PPIINR) masih
melanjutkan program tahun sebelumnya dan sudah dilaporkan ke Broodstock Center
BBPBAT Sukabumi pada bulan Juni dan Oktober 2010. Kegiatan tersebut antara lain:
Melanjutkan kegiatan broodstock nila untuk menghasilkan induk F4.
Produksi Induk (F4) “Larasati” 10 paket. Hasilnya saat ini diperoleh 10 paket
induk F4 untuk pemuliaan lanjutan.
Perbanyakan dan distribusi Induk (F4) “Larasati” 100 paket ke kabupaten se-
Jawa Tengah. Hasilnya saat ini diperoleh 20 paket induk F4 siap pijah dengan
bobot 200 g – 300 g per ekor dan 20 paket calin F4 ukuran 8 – 12 cm.
(Kuswoyo, 2011).
4. Kegiatan Sertifikasi CPIB
Kegiatan sertifikasi CPIB telah dilaksanakan dan sudah sampai tahap penilaian
lapangan yang dilaksanakan tanggal 14 Desember 2010 oleh auditor sertifikasi CPIB
dari KKP sebanyak 2 orang. Hasilnya sangat memuaskan dan hanya ditemukan 2
5
ketidaksesuaian yang dapat dengan segera diperbaiki agar menjadi sesuai. Dengan hasil
tersebut diharapkan nilai sertifikasi CPIB yang diperoleh adalah nilai A / Sangat Baik
(EXCELLENT) (Kuswoyo, 2011).
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang akan dibahas dari latar belakang diatas adalah:
Bagaimana identifikasi ikan Nila LARASATI berdasarkan ciri morfologi dan
morfometri di Satuan Kerja Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER
PBIAT) Janti?
D. Tujuan
Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) ini mempunyai tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum yang ingin dicapai dari KMM ini yaitu: dapat memperluas wawasan dan
menambah pengalaman dan ketrampilan mahasiswa dalam melakukan pekerjaan
terutama di bidang perikanan, dapat menerapkan teori yang diterima dibangku
perkuliahan dengan praktek yang dilakukan secara langsung di tempat magang, dan
dapat memahami permasalahan-permasalah dan solusi pemecahannya sebagai bekal
untuk terjun ke masyarakat kelak. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari KMM ini
yaitu: dapat mengidentifikasi ikan Nila LARASATI berdasarkan ciri morfologi dan
morfometri.
E. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) di Satuan
Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti, antara lain:
Bagi penulis:
1. Memperoleh pengalaman kerja dibidang perikanan terutama ikan Nila sebagai bekal
untuk memasuki dunia kerja
6
2. Mampu melakukan identifikasi ikan Nila LARASATI berdasarkan ciri morfometri
dan morfologi
Bagi pembaca:
Memberi pengetahuan mengenai ciri morfologi dan morfometri ikan Nila LARASATI,
sehingga dapat membedakannya dengan jenis ikan Nila yang lainnya.
II. DASAR TEORI
A. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Saanin (1984) menyatakan ikan nila mempunyai klasifikasi sebagai berikut:
Filum : Vertebrata
Kelas : Osteoichthyces
Sub kelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Famili : Ciclidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari
kawasan Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bentuk tubuh memanjang,
pipih dan bentuk menyamping (Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi
7
Sulawesi tengah, 2010). Ikan nila mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping,
perbandingan antara panjang dan tinggi badan rata-rata 3 : 1. Sisik-sisik berukuran besar
dan kasar. Warna tubuh ikan nila bervariasi tergantung pada strain atau jenisnya. Mata
ikan nila berbentuk bulat menonjol, dan bagian tepi berwarna putih. Ciri pada ikan nila
adalah garis vertikal yang berwarna gelap di sirip ekor sebanyak enam buah. Garis
seperti itu juga terdapat di sirip punggung dan sirip dubur (Rukmana, 1997).
Ikan nila memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal fin), sirip dada
(pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin) dan sirip ekor (caudal fin).
Sirip punggungnya memanjang, dari bagian atas tutp insang hingga bagian atas sirip
ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sedangkan sirip
anus hanya terdapat satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya
berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah (Khairuman & Amri, 2008).
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan
Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian
dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila
adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal
Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan
Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali
mengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari
Filipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti
memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan
dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP
Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada
8
tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada
dari Thailand (Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi tengah, 2010).
B. Ikan Nila LARASATI (Nila Merah Strain Janti)
Kegiatan pemuliaan ikan Nila di Satker PBIAT Janti dimulai sejak tahun 2004
setelah Satker PBIAT Janti ditunjuk menjadi Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila
Regional (PPIINR) melalui SK Dirjen Budidaya No. 6378/DPB-1/PB.110.D1/12/03.
Pada tahap awal dimulai dengan mendatangkan ikan Nila berbagai strain seperti Gift,
Nifi, Singapura, Citralada dan Nila Putih. Kemudian pada tahun 2005 dilakukan
perkawinan secara inbreeding dan cross breeding untuk mendapatkan gambaran
performa benih yang dihasilkan. Pada tahun 2006 diketahui persilangan (cross
breeding) antara induk strain Gift (GG) dan pejantan strain Singapura (SS)
menghasilkan benih hibrid (GS) terbaik. Pemuliaan induk dilakukan menggunakan
metode seleksi individu. Generasi pertama (F1) dihasilkan tahun 2006, generasi kedua
(F2) tahun 2007 dan generasi ketiga (F3) tahun 2008. Berbagai uji terhadap benih hibrid
(GS) generasi ketiga seperti uji pertumbuhan, multi lokasi, salinitas, dan hama penyakit
dilakukan tahun 2008. Benih hibrid (GS) generasi ketiga inilah yang direlease pada
tanggal 23 Nopember 2009 dengan nama Larasati.
9
Tahap I. Seleksi Ikan Nila Merah Hibrida Terbaik
(Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti).
10
Larasati
GS (F2)
GS (F3)
GG (F1)
GG (F2)
GG (F3)
GS (F1)
Tahun 2007
Seleksi
Tahun 2008
Tahun 2006
Tahun 2009
SS (F1)
SS (F2)
SS (F3)
Seleksi
Seleksi
Seleksi
Tahap II. Perbaikan Induk dengan Seleksi Individu untuk Perbaikan
Hibrida
(Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti).
Deskripsi ikan Nila Larasati ukuran konsumsi/dewasa :
I Karakter Morfologi1.1 Jumlah jari-jari sirip dorsal D. XVII. 131.2 Jumlah jari-jari sirip perut V. I. 51.3 Jumlah jari-jari sirip dada P. 13 – 14 1.4 Jumlah jari-jari sirip dubur A. III. 10 – 11 1.5 Jumlah jari-jari sirip ekor C. II. 17 – 18 1.6 Jumlah Linea Lateralis (LL) 33 – 35 1.7 Lebar mata (cm) 1,54 – 1,70 1.8 Panjang Total (PT) (cm) 26,6 – 32,51.9 Panjang Standar (PS) (cm) 20,6 – 26,5
11
1.10
Tinggi Badan (TB) (cm) 9,7 – 11,0
1.11
Panjang Standar/Tinggi Badan (PS/TB) 2,12 – 2,40
1.12
Warna Merah
II Ketebalan Daging (cm) 4,75 – 4,90
III Ratio Edible Portion (%) Larasati dengan bobot 1.000 – 1.300 g
3.1 Berat daging 46,4 – 53,0 3.2 Berat tulang 7,1 – 8,0 3.3 Berat kepala 18,5 – 20,0 3.4 Berat ekor 1,7 – 1,8 3.5 Berat sisik 1,2 – 2,13.6 Berat sirip 4,1 – 5,6 3.7 Berat organ dalam 14,4 – 16,1
IV Deskripsi Larasati ukuran konsumsi/dewasa4.1 Warna punggung Merah orange 4.2 Warna perut Putih kemerahan4.3 Warna overculum Kemerahan 4.4 Umur (hari) 130 4.5 Bobot pembesaran di kolam air tenang (g) 560 – 620 4.6 Bobot pembesaran di KJA selama 150 hari (g) 930,0 – 954,7
(Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti).
C. Pengukuran Morfometri Ikan Nila
Untuk mengukur Panjang, tinggi tubuh dan panjang kepala, dilakukan prosedur
sebagai berikut (Badan Standarisasi Nasional, 2009):
a) Panjang total tubuh dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai
dengan ujung sirip ekor yang dinyatakan dalam satuan sentimeter (Gambar 2).
b) Panjang standar tubuh dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai
dengan pangkal ekor yang dinyatakan dalam satuan sentimeter (Gambar 2).
c) Tinggi tubuh dilakukan dengan mengukur garis tegak lurus dari dasar perut sampai
ke punggung dengan menggunakan mistar kaliper yang dinyatakan dalam satuan
sentimeter (Gambar 2).
12
d) Panjang kepala dilakukan dengan mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan
ujung tutup insang yang dinyatakan dalam satuan sentimeter (Gambar 2).
Gambar 2. Pengukuran Morfometri Ikan Nila
Keterangan gambar:
1 :Panjang total
2 :Panjang standar
3 :Panjang kepala
4 :Tinggi badan
(Badan Standarisasi Nasional, 2009).
III. PROGRAM KERJA
A. Waktu dan Tempat
Kegiatan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) dilaksanakan selama 1 bulan
dari tanggal 9 Juli - 7 Agustus 2012. Jam kerja dilakukan setiap hari Senin sampai Sabtu
pada pukul 07.30 - 16.00 WIB.
13
Kegiatan Kegiatan Magang Mahasiswa (KMM) dilaksanakan di Satuan Kerja
Pembenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti, di desa Janti,
kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, propinsi Jawa Tengah.
B. Alat dan Bahan:
1. Alat
a. Ember besar 2 buah
b. Jaring 1 buah
c. Sarung tangan 1 pasang
d. Penggaris 1 buah
e. Nampan 1 buah
f. Meteran 1 buah
2. Bahan
a. Air secukupnya
b. Ikan Nila LARASATI jantan sebanyak 3 ekor
c. Ikan Nila LARASATI betina sebanyak 3 ekor
d. Air
C. Cara Kerja
1. Mengukur morfometri ikan Nila LARASATI
a. Ikan nila LARASATI di tangkap dari kolam sejumlah 3 ekor jantan dan 3 ekor
betina kemudian dipindahkan di ember besar
b. Masing-masing ikan nila LARASATI di ukur dengan cara menaruh tubuh ikan
dengan kepala disebelah kiri diatas penggaris pada nampan
c. Beberapa bagian tubuh ikan diukur dengan menggunakan meteran (satuan dalam
cm). Ukuran tubuh yang harus diukur adalah sebagai berikut: panjang total,
14
panjang baku, tinggi badan, panjang badan, panjang kepala, panjang predorsal,
panjang dasar sirip punggung, panjang batang ekor, tinggi batang ekor, dan
panjang sirip pektoral
2. Membuat rumus sirip dan menghitung jumlah sisik ikan
Untuk membuat rumus sirip ikan, ang dilakukan adalah menghitung semua
jari-jari yang menyusun sirip ikan, baik jari-jari keras maupun jari-jari lunak.
3. Mengamati ciri morfologi
Pengamatan ciri morfologi ikan Nila LARASATI dilakukan secara langsung.
Ciri yang diamati antara lain: warna tubuh, bentuk badan, bentuk sirip ekor, tipe
sirip ekor, dan ciri khusus.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam rangka perbaikan mutu genetik induk, sejak bulan Oktober 2004 sampai
sekarang masih terus dilakukan kegiatan selektif Breeding di Satuan Kerja Perbenihan
dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti. Pada tahun 2009 telah
dihasilkan induk F3, yaitu jantan putih dan betina hitam. Hasil persilangan/hibridisasi
keduanya menghasilkan Benih Nila Merah Hibrid Janti. Pada tanggal 29 Juni 2009,
benih hibrid tersebut dievaluasi oleh Pusat Riset Perikanan Budidaya DKP, kemudian
direlease oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tanggal 23 Nopember 2009 dan
diberi nama “LARASATI” (Kuswoyo, 2011). ”LARASATI” merupakan kependekan
dari Nila Merah Strain Janti. Dikatakan strain Janti karena kegiatan pemuliaannya
dilakukan di SATKER PBIAT Janti yang terletak di Desa Janti, Kecamatan Polanharjo,
Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. SATKER PBIAT Janti merupakan salah satu
dari tiga satuan kerja di bawah Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar
(BPBIAT) Muntilan.
15
Ikan Nila LARASATI mempunyai peluang usaha budidaya yang
menguntungkan, antara lain: benih ikan LARASATI sebagai benih sebar telah teruji
sebagai produk benih Nila Merah hibrid berkualitas unggul baik dipelihara di kolam air
tenang, kolam air deras maupun karamba jaring apung, ikan LARASATI sangat
digemari masyarakat karena memiliki beberapa keunggulan yaitu dagingnya tebal dan
rasanya lezat, serta cepat pertumbuhannya, ikan LARASATI merupakan produk
komoditas eksport. Ikan LARASATI sangat mudah di budidayakan dan merupakan
benih sebar nila merah yang tahan terhadap perubahan lingkungan dan ketahanan
bakteri Streptococcus agalactiae sudah teruji secara Laboratoris. Pengembangan usaha
ikan Larasati masih terbuka luas baik pangsa pasar maupun lahan budidayanya.
Kegiatan budidaya Ikan Larasati telah memberikan dampak positif terhadap sosial
ekonomi masyarakat terbukti dengan terbukanya lapangan dan peluang usaha di bidang
budidaya serta terbukanya kawasan wisata kuliner. Dengan mengetahui ciri morfologi
dan morfometrinya, maka dapat member informasi bagi pembudidaya ikan nila.
Penelitian ini diawali dengan melakukan pengamatan terhadap tubuh ikan. Pada
umumnya, ikan memiliki struktur tubuh yang sama. Struktur tubuh ikan tersebut terdiri
dari bagian kepala, punggung dan ekor. Pada ikan Nila yang diamati ditemukan 5 sirip
yaitu sirip dorsal, sirip pectoral, sirip ventral, sirip anal, dan sirip caudal. Sirip caudal
ikan Nila memiliki ujung rata yang mencirikan bahwa ikan ini merupakan jenis ikan
yang berenang lambat dan berhabitat diperairan tawar yang arunya tenang. Sehingga
ikan Nila LARASATI cocok dibudidayakan pada kolam budidaya.
Kemudian dilakukan pengukuran morfometri ikan meliputi panjang total yang
diukur dari ujung mulut hingga ekor, panjang baku yang diukur mulai ujung mulut
hingga pertengahan pangkal sirip ekor, tinggi badan diukur secara vertical dari pangkal
16
jari-jari pertama sirip punggung hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut, panjang
badan yang diukur mukai operculum hingga pangkal depan sirip ekor, panjang kepala
yang diukur mulai dari ujung mulut hingga bagian terbelakan operculum atau
membrane operculum, panjang predorsal yang diukur dari ujung mulut hingga bagian
depan sirip punggung, panjang dasar sirip punggung diukur dari panjang dasar sirip
punggung pangkal hingga ujung jari-jari sirip punggung, panjang batang ekor dikur dari
jari-jari terakhir sirip dubur hingga pertengahan sirip caudal, tinggi batang ekor diukur
dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor, dan panjang sirip pectoral yang diukur
dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip pectoral.
Dari pengukuran yang telah dilakukan, kisaran morfometri ikan Nila
LARASATI jantan dengan 3 kali ulangan adalah sebagai berikut: panjang total (26-28
cm), panjang baku (22-23,5 cm), tinggi badan (9-10 cm), panjang badan (14,5-16,5 cm),
panjang predorsal (7,5-8 cm), panjang kepala (7,5 cm), panjang dsar sirip punggung
(14-15 cm), ppanjang batang ekor (3-3,5 cm), tinggi batang ekor (3,5 cm), panjang sirip
pectoral (6,5-7 cm), jumlah sisik (4/3/6 dan 4/4/8), jumlah LL/sisik (2 (25/14), 2
(24/16), dan 2 (26/14)). Rincian masing-masing ulangan terdapat pada tabel 1.
No. Kriteria Ulangan I Ulangan II Ulangan III1. Panjang total (cm) 28 28 262. Panjang baku (cm) 23,5 23,5 223. Tinggi badan (cm) 10 9,5 94. Panjang badan (cm) 16,5 16,5 14,55. Panjang predorsal (cm) 8 8 7,56. Panjang kepala (cm) 7,5 7,5 7,5
7.Panjang dasar sirip
punggung (cm)14 15 14
8. Panjang batang ekor (cm) 3 3,5 3,59. Tinggi batang ekor (cm) 3,5 3,5 3,510. Panjang sirip pectoral (cm) 7 7 6,511. Jumlah sisik 4/4/8 4/4/8 4/3/612. Jumlah LL/sisik 2 (25/14) 2 (24/16) 2 (26/14)
Tabel 1. Morfometri Ikan Nila LARASATI Jantan
17
Sementara, kisaran morfometri ikan Nila LARASATI betina dengan 3 kali
ulangan adalah sebagai berikut: panjang total (22-23,5 cm), panjang baku (18,5-20,5
cm), tinggi badan (7,5-8,5 cm), panjang badan (12,5-14,5 cm), panjang predorsal (7,5-8
cm), panjang kepala (7,5 cm), panjang dsar sirip punggung (14-15 cm), ppanjang batang
ekor (3-3,5 cm), tinggi batang ekor (3,5 cm), panjang sirip pectoral (6,5-7 cm), jumlah
sisik (3/3/6 dan 3/4/7), jumlah LL/sisik (2 (25/17), 2 (26/12), dan 2 (26/16)). Rincian
masing-masing ulangan terdapat pada tabel 2.
Penghitungan jumlah sisik badan linea lateralis di salah satu sisi tubuh ikan juga
dilakukan. Ikan nila memiliki linea lateralis yang terpotong menjadi 2 sehingga
penulisan rumusnya LL. (jumlah sisik bagian atas)/(jumlah sisik bagian bawah). Data
rumus jumlah linea lateralis dan jumlah sisik ikan tersaji pada tabel 2.
No. Kriteria Ulangan I Ulangan II Ulangan III1. Panjang total (cm) 23 23,5 222. Panjang baku (cm) 20 20,5 18,53. Tinggi badan (cm) 8,5 8,5 7,54. Panjang badan (cm) 14,5 14,5 12,55. Panjang predorsal (cm) 7 7 6,56. Panjang kepala (cm) 6 6,5 6
7.Panjang dasar sirip
punggung (cm)11 13 11
8. Panjang batang ekor (cm) 3,5 3 2,59. Tinggi batang ekor (cm) 3 3,2 2,710. Panjang sirip pectoral (cm) 6,5 7 5,511. Jumlah sisik 3/4/7 3/3/6 3/3/612. Jumlah LL/sisik 2 (25/17) 2 (26/12) 2 (26/16)
Tabel 2. Morfometri Ikan Nila LARASATI Betina
Dari data morfometri yang telah diperoleh, sampel ikan Nila LARASATI jantan
sudah dapat dikategorikan sebagai ikan dewasa yang siap dikonsumsi. Sementara itu,
sampel ikan Nila Betina tergolong belum masuk kedalam ikan dewasa sehingga belum
18
dapat dijual untuk ikan konsumsi. Namun demikian, ikan betina memang berukuran
lebih kecil dari ikan jantan.
Kemudian, dilakukan pembuatan rumus sirip ikan. Untuk membuatnya,
dilakukan perhitungan semua jari-jari yang menyusun sirip ikan. Jari-jari yang dihitung
tersebut meliputi jari-jari keras dan lunak. Kemudian ditulis dengan rmus D(berarti siri
dorsal).(jumlah jari-jari keras dengan angka romawi).(jumlah jari-jari lunak dengan
angka biasa); P(berarti sirip pektoral). (jumlah jari-jari keras dengan angka romawi).
( jumlah jari-jari lunak dengan angka biasa); V(berarti sirp ventral). (jumlah jari-jari
keras dengan angka romawi).( jumlah jari-jari lunak dengan angka biasa); A(berarti
sirip anal). (jumlah jari-jari keras dengan angka romawi).( jumlah jari-jari lunak dengan
angka biasa); C(berarti sirip caudal). (jumlah jari-jari keras dengan angka romawi).
( jumlah jari-jari lunak dengan angka biasa). Apabila terdapat cabang, maka dapat
dikodekan dengan menyisipkan angka ½ setelah angka bulat. Rumus ikan dapat dilihat
di tabel 3.
Kelamin Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Jantan
D.XVII.13 ½;P.14 ½;V.I.5 ½; A.III.9 ½;
C.II.12 ½
D.XVII.13 ½; P.14 ½; V.I.5 ½; A.III.9 ½;
C.II.14 ½
D.XVII.12 ½; P.12 ½; V.I.5 ½; A.III.10 ½;
C.II.14 ½
Betina
D.XVII.12 ½;P.12 ½;V.I.5 ½;A.III.10 ½;
C.II.13 ½
D.XVII.13 ½; P.12 ½; V.I.5
½; A.III. 10 ½; C.II.14 ½
D.XVII.11 ½; P.12 ½; V.I.5
½; A.III.8 ½;C.II.15 ½
Tabel 3. Rumus Sirip Ikan
Ikan Nila LARASATI mempunyai ciri morfologi yang berbeda dari ikan nila
lainnya. Ikan ini memiliki warna tubuh yang didominasi oleh merah dan oranye. Pada
jantan warnanya lebih mengkilat. Pada betina warnanya lebih pucat dan juga terdapat
19
bercak-bercak hitam. Secara umum, bentuk tubuh ikan nila adalah memanjang dan pipih
kesamping, dengan bentuk sirip ekor diphicercal dan tipe sirip ekor truncate.
No. KriteriaJantan Betina
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
1. Warna tubuh
Warna tubuh
dominan warna merah
dan oranye
Warna tubuh
dominan warna merah
dan oranye
Warna tubuh
dominan warna merah
dan oranye
Warna dasar putih
dengan bercak merah, hitam,
dan oranye
Warna dasar putih
dengan bercak merah, hitam,
dan oranye
Warna dasar putih
dengan bercak merah, hitam,
dan oranye
2. Bentuk badan
Memanjang dan
pipih ke samping
Memanjang dan
pipih ke samping
Memanjang dan
pipih ke samping
Memanjang dan
pipih ke samping
Memanjang dan
pipih ke samping
Memanjang dan
pipih ke samping
3. Bentuk sirip ekor
Diphicercal
Diphicercal
Diphicercal
Diphicercal
Diphicercal
Diphicercal
4. Tipe sirip ekor
Truncate Truncate Truncate Truncate Truncate Truncate
5. Ciri khusus
Warna tubuh lebih cerah
Warna tubuh lebih cerah
Warna tubuh lebih cerah
Warna tubuh lebih pucat
Warna tubuh lebih pucat
Warna tubuh lebih pucat
Tabel 4. Ciri Morfologi Nila LARASATI Jantan dan Betina
V. KESIMPULAN
Identifikasi ikan Nila LARASATI dapat dilakukan dengan mengukur
morfometri dan mengamati ciri morfologi ikan. Ikan Nila LARASATI memiliki ukuran
dan ciri khas yang dapat membedakannya dengan ikan nila strain lainnya. Ciri yang
paling mudah untuk membedakan ikan Nila LARASATI dengan ikan nila strain lain
adalah dari ciri morfologi yaitu warna tubuhnya yang cenderung merah dan oranye,
terutama pada punggung ikan.
20
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis ingin mengucapkan syukur kehadirat Alloh SWT yang telah
memberikan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
Kegiatan Magang Mahasiswa tepat waktu. Kepada Bapak dan Mamah tercinta yang
telah memberikan doa dan nasehatnya. Adikku tersayang yang selalu mendukung.
Bapak Suratman selaku koordinator magang, Bapak Agung Budiharjo dan Bapak Toni
Kuswoyo selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan banyak bimbingan
kepada penulis. Bapak Sutarno selaku pimpinan SATKER PBIAT Janti yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan praktek kerja lapang di SATKER PBIAT Janti.
Para pegawai SATKER PBIAT Janti (Pak To, Pak Wahyu, Pak Karmin, Mas Hafid, Pak
Sartono, dan Pak Toyo) yang selalu memberi bimbingan dan canda tawanya selama
penulis melakukan kegiatan magang. Rekan-rekan magang di SATKER PBIAT Janti
(Anis, Yanuar, Sari, Sabrina, Lala, Ricita dan Virgo) atas kebersamaan yang indah serta
kerjsama yang baik. Terimakasih pula kepada sahabat-sahabatku Anne, Anggun, Sika,
Ita, Tyas, dan rekan-rekan Biologi 2009 yang selalu mendukung penulis kearah yang
lebih baik, serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan laporan
Kegiatan Magang Mahasiswa ini.
21
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisai Nasional. 2009. Induk ikan nila hitam Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok.
Balai Perbenihan Budidaya Ikan Air Tawar Muntilan. 2012. SATKER PBIAT Janti-Klaten. http://bpbiatmuntilan.blogspot.com/ [Diakses pada tanggal 10 Desember 2012 pukul 16.00 WIB]
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi tengah. 2010. Petunjuk Teknis Pembenihan Dan Pembesaran Ikan Nila Oreochromis Niloticus. Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi tengah, Palu
Khairuman & Khairul Amri. 2008. Budi Daya Ikan Nila secara Intensif. Penerbit AgroMedia, Jakarta.
Kuswoyo, T. 2011. Sekilas Tentang Satker PBIAT Janti – Klaten. http://memajukanperikananjawatengah.wordpress.com/2011/08/03/sekilas-tentang-satker-pbiat-janti-klaten/ [Diakses pada tanggal 9 Desember 2012 pukul 16.30 WIB]
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila Budidaya dan Prospek Agribisnis. Yogyakarta: Kanisius.Satuan Kerja Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar (SATKER PBIAT) Janti. Buku
Panduan SPO (Standar Prosedur Operasional) Nila Merah Strain Janti “LARASATI” (Oreochromis niloticus)
Serdiati, Novalina. 2008. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang Dipelihara Dalam Wadah Terkontrol. Torani Vol. 18(4) Desember 2008: 301-305 ISSN: 0853-4489
Yulianti, P., Kadartini, T., Rusmaedi, dan Subardiyah, S., 2003. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Pendederan Ikan Nila GIFT (Osphronemus gouramy) di Kolam. Jurnal Ikhtiologi Indonesia 3 (2).
22
LAMPIRAN GAMBAR
Happa Seleksi Breeding Nila Penyekatan Happa dengan Bambu untuk Proses Seleksi Breeding
Pemasangan Penyangga Bambu pada Happa
Ikan Nila LARASATI Didalam Happa
Pengambilan Sampel Ikan LARASATI di Happa
Ikan LARASATI Betina
23
Ikan LARASATI Jantan Pengamatan Ciri Morfologi Ikan LARASATI
Pengukuran Morfometri Ikan LARASATI Pengukuran Morfometri Ikan LARASATI
Pengukuran Morfometri Ikan LARASATI Pengukuran Morfometri Ikan LARASATI
24
top related